Post on 16-Oct-2015
description
transcript
PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANG SEDANG
MENEMPUH SKRIPSI DITINJAU DARI KEPRIBADIAN
TIPE A DAN TIPE B
SKRIPSI
VINCENTIA SUZANA SANTOSO
05.40.0086
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2009
i
PERBEDAAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANG
SEDANG MENEMPUH SKRIPSI ANTARA YANG
BERKEPRIBADIAN TIPE A DAN TIPE B
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Oleh:
VINCENTIA SUZANA SANTOSO
05.40.0086
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2009
ii
PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Faklutas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Pada Tanggal
September 2009
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Dekan
(Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si)
Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si
2.Dra. Emiliana Primastuti, M.Si
3.Dra. M. Yang Roswita, M.Si
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan,
Papi, Mami, Ooh, dan Cacik
yang selalu ada untukku.
iv
MOTTO
New Things Seem Frightening
But Soon They Will Become Old Things
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis haturkan pada Allah Tuhan yang selalu menjadi
penerang bagi penulis, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dan
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
pada berbagai pihak yang juga turut memberi andil yang sangat besar pada
terselesaikannya skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih pada:
1. Ibu Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
2. Ibu Dra. Emiliana Primastuti, M.Si selaku dosen pembimbing utama
yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
Terimakasih sekali Bu. Semoga Ibu tambah sukses dalam segala
hal.
3. Bapak Drs. D.P. Budi Susetyo selaku dosen wali pembimbing
akademik yang telah memberikan tuntunannya selama penulis
menempuh studi.
4. Seluruh staff Tata Usaha Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang yang telah membantu penulis dalam hal
administrasi selama penulis menempuh studi.
5. Untuk Papi Liam Tjong Ien, Mami Koo Hiang Lian, Ooh Jonathan
Ditto Santoso dan Cacik Valentina Leony Santoso yang selalu ada
untuk penulis baik susah maupun senang. Terimakasih untuk selalu
memberikan kasih sayangnya secara penuh pada penulis.
Terimakasih untuk selalu memberikan yang terbaik bagi penulis.
Terimakasih sudah menjadi teladan. Terimakasih untuk selalu
vi
memberi dorongan. Terimakasih untuk selalu berkorban.
Terimakasih untuk segalanya.
6. Untuk teman-teman yang cukup dekat dengan penulis. Ganish
Pramettasari, teman berbagi suka duka. Meilinda Luminto, teman
bertukar pikiran. Rosalia Mega Astriana yang sudah rela
mengirimkan SMS pada penulis setiap hari untuk sekedar
menanyakan apa yang penulis lakukan setiap hari. Laurina Dian
Amilia, teman belanja. Anna Maria Blandina Oosk, teman yang
sering membantu. Tanpa kalian semua, hidupku tidak akan menjadi
seperti sekarang.
7. Untuk Marshela Regina Sinudarsono, Indra Prasetya, Dian
Puspitasari, Fransisca Agustina, dan Lukas Oky yang sudah
menyelesaikan skripsi terlebih dahulu sehingga mendorong penulis
untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi. Terimakasih pula untuk
Tri Mey Diandono yang memberi bimbingan pada penulis dalam
pengerjaan skripsi.
8. Untuk PeerEducator 3 yang membuat penulis berhasil memenuhi isi
dari Curriculum Vittae pribadi penulis. Untuk Putri dan Marcella,
Terimakasih untuk KRS nya. Untuk PeerEducator 1 dan 2 yang
memberikan ilmunya. Terimakasih atas semangat yang diberikan
selama ini.
9. Untuk teman-teman seperjuangan Psikologi B05, semoga besok di
masa depan kita bisa reuni. Untuk teman-teman Psikologi angkatan
2005, terimakasih atas semua dukungannya sehingga penulis bisa
tetap bersemangat meneruskan skripsi ini.
vii
10. Untuk segenap staff Danamon, terimakasih atas dukungannya,
sehingga penulis merasa punya kewajiban untuk segera melunasi
hutang skripsi.
11. Untuk subjek penelitian yang mau menyumbangkan waktunya untuk
mengisi skala.
12. Untuk semua pihak yang terlibat yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini bisa
mendatangkan manfaat bagi semua pihak terutama para pembaca.
Sekian dan terimakasih.
Semarang, Oktober 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN.. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.. iv
HALAMAN MOTTO.. v
UCAPAN TERIMAKASIH. vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN.... 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan Penelitian.. 8
C. Manfaat Penelitian 8
1. Manfaat Teoritis.. 8
2. Manfaat Praktis... 8
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 9
A. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang
Menempuh Skripsi. 9
1. Pengertian Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang
Menempuh Skripsi 9
2. Bentuk Prokrastinasi. 14
3. Ciri-ciri Prokrastinasi 15
ix
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.......................... 19
B. Kepribadian Tipe A dan B............................................................. 24
1. Pengertian Kepribadian Tipe A dan B..................................... 24
2. Ciri-ciri Tipe Kepribadian A dan B......................................... 27
C. Perbedaan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang
Menempuh Skripsi antara yang Berkepribadian
Tipe A dan Tipe B 31
D. Hipotesis...... 34
BAB III METODE PENELITIAN.. 36
A. Metode Penelitian yang Digunakan. 36
B. Identifikasi Variabel penelitian. .. 36
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian. .. 37
1. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang
Menempuh Skripsi. 37
2. Kepribadian Tipe A dan Tipe B. 37
D. Subjek Penelitian 39
1. Populasi. 39
2. Teknik Pengambilan Sampel 39
E. Metode Pengumpulan Data 40
1. Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa yang
Sedang Menempuh Skripsi.................................................. 41
x
2. Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B 43
F. Validitas dan Reliabilitas 44
1. Validitas Alat Ukur... 44
2. Reliabilitas........ 45
G. Metode Analisis Data.. 46
BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 48
A. Orientasi Kancah Penelitian 48
B. Persiapan Penelitian 50
1. Penyusunan Alat Ukur. 50
2. Persiapan Perijinan Penelitian dan Administrasi 50
3. Uji Coba Skala (Try Out) 53
C. Pelaksanaan Penelitian... 54
D. Uji Validitas dan Reliabilitas. 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 58
A. Uji Asumsi.. 58
1. Uji Normalitas . 58
2. Uji Homogenitas. 58
B. Uji Hipotesis 59
C. Pembahasan 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 63
A. Kesimpulan. 63
xi
B. Saran 63
1. Bagi Mahasiswa 63
2. Bagi Peneliti Selanjutnya 63
DAFTAR PUSTAKA. 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN.. 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan Skala Prokrastinasi pada Penyusunan Skripsi. 47
Tabel 2 Rancangan Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B 47
Tabel 3 Sebaran Item Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa
yang Sedang Menyusun Skripsi 51
Tabel 4 Sebaran Item Skala Kepribadian Bortner. 53
Tabel 5 Rincian Item Hasil Validitas Skala Tipe Kepribadian.. 56
Tabel 6 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Prokrastinasi
pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Data Kasar Try Out Skala Prokrastinasi pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi ...... 71
LAMPIRAN B.. 75
B-1 Data Kasar Hasil Penelitian Skala Prokrastinasi pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 76
B-2 Data Kasar Hasil Penelitian Skala Kepribadian
Tipe A dan Tipe B. 79
LAMPIRAN C.. 80
C-1 Skala Try Out Prokrastinasi pada Mahasiswa
yang Sedang Menempuh Skripsi.. 82
C-2 Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B.. 84
C-3 Skala Penelitian Prokrastinasi pada Mahasiswa
yang Sedang Menempuh Skripsi.. 85
LAMPIRAN D. 86
D-1 Uji Validitas Putaran I Skala Prokrastinasi pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 87
D-2 Uji Validitas Putaran II Skala Prokrastinasi pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 90
D-3 Uji Reliabilitas Putaran I Skala Prokrastinasi pada
Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi.. 93
xiv
LAMPIRAN E. 95
E-1 Uji-T. 96
E-2 Uji Normalitas.. 97
LAMPIRAN F. 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Menempuh dan menyelesaikan studi di sebuah lembaga
pendidikan tinggi merupakan harapan setiap warga negara. Meraih
gelar sarjana merupakan tujuan utama setiap mahasiswa, yang dapat
menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa dan semua
pihak yang berhubungan dengan mahasiswa tersebut, baik keluarga,
kerabat maupun lembaga pendidikan tempat mahasiswa menempuh
pendidikan dalam beberapa tahun. Mahasiswa sendiri dianggap
sebagai salah satu aset nasional dalam mencapai era globalisasi
mendatang khususnya dalam menghadapi pasar bebas.
Lulusan perguruan tinggi yang berkualitas sangat diharapkan
untuk mengimbangi persaingan yang ditimbulkan karena masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia. Namun, menyelesaikan pendidikan
dan meraih gelar sarjana bukan hal yang mudah karena banyaknya
tuntutan dari dalam diri maupun lingkungan yang dapat
menimbulkan hambatan pada diri mahasiswa tersebut. Kenyataannya
banyak mahasiswa yang melakukan penundaan atau prokrastinasi
sebagai salah satu bentuk ketidakdisplinan yang dapat menghambat
terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Hal inilah yang
merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh perguruan tinggi.
2
Prokrastinasi menyebabkan jumlah mahasiswa yang lulus
tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang masuk.
Prokrastinasi pada mahasiswa misalnya kecenderungan untuk
menghindari tugas-tugas yang mereka anggap kurang menyenangkan
dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih menyenangkan
(McCown & Johnson, 1991). Hal ini mungkin merupakan salah satu
cara dari menghindari dan melarikan diri dari tanggung jawab atau
salah satu bentuk dari kecemasan yang berhubungan dengan
pelajaran. Pelaku dari penundaan atau prokrastinasi itu sendiri
disebut dengan prokrastinator. Seseorang prokrastinator tidak akan
melakukan prokrastinasi jika tugas tersebut harus diselesaikan
segera, dan mereka merasa yakin dengan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas tersebut. Menunda mungkin tampak lebih
menyenangkan daripada meningkatkan kemampuan dalam
mengerjakan tugas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran studi
seseorang di perguruan tinggi, misalnya faktor yang berkaitan dari
mahasiswa itu sendiri seperti taraf intelegensi, keadaan fisik dan
mental, motivasi memasuki perguruan tinggi dan juga kepribadian.
Faktor lain yang juga berkaitan adalah sistem atau proses belajar
mengajar, hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
meliputi program atau kurikulum pendidikan, serta faktor penunjang
lainnya seperti kesesuaian minat, latar belakang pendidikan
sebelumnya, keluarga, sosial, dan juga ekonomi dan budaya
(Jayalangkara, 1999).
3
Faktor lain yang juga mempengaruhi prokrastinasi
dikemukakan oleh DeQuincey (dalam Pramujati, 2005, h.15), yaitu
manajemen waktu yang kurang, tidak bisa mengatur prioritas,
menghadapi banyak tugas dalam waktu yang bersamaan, kecemasan
menghadapi tugas sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk
cemas dibandingkan mengerjakan, kesulitan berkonsentrasi,
kekaburan akan tugas, merasa dibanjiri banyak tugas, ketakutan akan
kegagalan, perfeksionis, mengalami kebosanan akan tugas dan
menolak untuk melakukan tugas yang sulit atau tidak disukai.
Perilaku menunda tugas pada mahasiswa tidaklah terjadi
dalam waktu yang singkat. Hal itu ditandai dengan penundaan yang
relatif ringan kemudian beranjak menjadi penundaan yang relatif
berat. Penundaan yang relatif berat pada mahasiswa adalah
penundaan kelulusan dari perguruan tinggi karena makin lama
kuliah, makin berat derajat kecenderungan menunda (dikutip oleh
Seng Cuan dari Solomon & Rothblum, 1984). Penundaan yang
terjadi pada mahasiswa biasanya terjadi pada karya tulis akhir atau
yang lebih dikenal dengan skripsi yang merupakan syarat mutlak
untuk kelulusan seorang mahasiswa.
Ellis & Knaus (dalam Rachamana, 2002, h.134)
memperkirakan antara 80% - 95% siswa melakukan prokrastinasi
dengan rincian 75% menganggap dirinya sebagai prokrastinator dan
hampir 50% selalu bermasalah dengan penundaan. Pada survey yang
dilakukan oleh kelompok peneliti prokrastinasi pada 374 siswa di
Universitas Carleton di Ottawa, terbukti bahwa prokrastinasi
4
berhubungan tidak hanya dengan stres yang lebih tinggi dan strategi
coping yang kurang, tetapi juga perilaku menghindar (Sirois dan
Pychyl, 2002). Berdasarkan data yang tersimpan dalam Puslitbang
Universitas Katolik Soegijapranata tanggal 16 februari 2009,
diperoleh rincian data bahwa bahwa 421 mahasiswa (50%) dari 842
mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata angkatan 2000-2003
yang masih aktif, masih mendaftarkan diri untuk proses penyusunan
skripsi.
Selain data-data tersebut, peneliti juga melakukan
pengamatan dan wawancara pada salah satu mahasiswa Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang angkatan 2003 fakultas psikologi.
Hasil pengamatan dan wawancara tersebut menggambarkan bahwa
penundaan pada skripsi terjadi dikarenakan mahasiswa tersebut
kurang mempunyai motivasi dalam mengerjakan skripsi walaupun
mahasiswa ini mengaku sering berusaha mencari referensi yang
dapat mendukung skripsinya tersebut. Namun karena tidak ada
waktu yang ditentukan kapan skripsi tersebut selesai, maka
mahasiswa tersebut merasa santai dalam pengerjaan skripsi. Menurut
Bortner (dalam Indraningtyas, 2003, h.16-17), santai merupakan
salah satu ciri dari orang yang berkepribadian tipe B. Berkebalikan
dengan orang yang berkepribadian tipe B, orang dengan kepribadian
tipe A digambarkan sebagai orang yang tidak suka terlambat, senang
bersaing, senang mengharapkan penghargaan, mencoba mengerjakan
segala sesuatu secara serentak, perfeksionis, tidak mudah puas dan di
luar pekerjaan utama minatnya terbatas.
5
Setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian
seseorang telah terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam
kandungan. Kepribadian seseorang memang dapat berkembang
tetapi tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya.
Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan di dalam diri seseorang
yang memberitahu bagaimana ia membawa diri. Menurut Allport
(dalam Suryabrata, 1996, h. 169) kepribadian adalah suatu organisasi
yang dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikologis yang
menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional
seseorang di samping rasional terhadap setiap pengalaman hidup.
Kepribadian ini termasuk pola pikir, emosi dan perilaku, serta
karakteristik yang menentukan gaya personalnya dalam
mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan (Atkinson, 1999).
Untuk memahami masalah kepribadian, para ahli meneliti dan
mengeluarkan berbagai teori tentang kepribadian dari berbagai segi
pendekatan. Tipe kepribadian adalah pengelompokkan karakteristik
individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, dan perilaku
konsisten. Tipe-tipe kepribadian individu ini dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok, seperti kepribadian ekstrovert dan introvert,
kepribadian tipe A dan Tipe B. Jung (dalam Gunarsa, 1995, h.31)
mengatakan bahwa kepribadian ekstrovert banyak didorong oleh
faktor lingkungan luar, sebaiknya kepribadian introvert dipengaruhi
oleh lingkungan dalam. Adapun tipe kepribadian yang lain yaitu tipe
kepribadian A dan tipe kepribadian B.
6
Kepribadian seorang prokrastinator tercermin ke dalam 2
golongan tipe yaitu tipe A dan tipe B. Tipe kepribadian A dan B
memiliki karakteristik yang saling bertolak belakang. Menurut
pendapat Bortner (dalam Baskorowati, 1987) orang dengan tipe
kepribadian A, digambarkan sebagai orang yang tidak suka
terlambat, senang bersaing, senang mengharapkan penghargaan,
mencoba mengerjakan segala sesuatu secara serentak, perfeksionis,
tidak mudah puas dan di luar pekerjaan utama minatnya terbatas.
Pada orang dengan tipe kepribadian A, sifat yang menonjol adalah
perfeksionis. Orang-orang dengan tipe ini menginginkan semua
berjalan dengan sempurna. Dengan sifatnya yang juga pencemas,
prokrastinator dengan tipe kepribadian A ini mempunyai
kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi karena mereka
merasa cemas jika materi yang dikumpulkan tidak memadai atau
tidak mendukung untuk skripsi mereka.
Seorang dengan kepribadian tipe B memiliki karakteristik
sikap yang rileks, tidak terburu-buru, berbicara dan bersikap dengan
tenang, hidup seenaknya, lebih terbuka untuk memperluas
pengalaman hidup, jarang bersikap tidak sabar pada orang lain,
jarang memiliki perasaan curiga, sedikit mudah terpancing untuk
marah, bekerja tenang, teratur dan tidak adanya batasan waktu, tidak
memiliki perasaan kompetitif untuk mencapai status mereka, jarang
memiliki perasaan curiga, menggunakan waktu luang untuk
menikmati hobi dan hidup santai. Menurut Friedman dan Rosenman
(dalam Smet, 1994, h. 196) tipe B digambarkan sebagai tipe orang
7
yang non kompetitif, lebih rileks atau santai, sabar, memiliki sifat
ambisi yang sedang. Orang dengan tipe kepribadian B sering
menunda tugas-tugasnya atau melakukan prokrastinasi karena
sifatnya yang kurang kompetitif, santai, serta kurang memperhatikan
pentingnya waktu.
Seorang prokrastinator biasanya mempunyai karakteristik
antara lain seperti enggan mengakui kekurangan kemampuan
mereka, mereka mengaku sering salah dalam memperkirakan waktu,
mereka cenderung menoleh ke belakang dan tidak melaksanakan
tujuan mereka. Karakteristik seorang prokrastinator sering
berhubungan dengan rendahnya self-esteem, perfeksionisme, tidak
adanya keinginan untuk berkompetisi, self-deception, self-control,
self-confidence, depresi, dan kecemasan (Susan, 2009, h.3).
Karakteristik ini merupakan salah satu wujud dari kepribadian yang
mempengaruhi cara memecahkan masalah yang sedang dihadapi
seperti yang terjadi dalam proses penyusunan skripsi.
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa diharapkan menjadi
sosok yang disiplin. Akan tetapi kenyataan yang terjadi adalah tidak
sedikit dari mahasiswa yang melakukan penundaan atau
prokrastinasi. Jika dilihat dari segi kepribadian, tidak hanya
mahasiswa dengan tipe kepribadian B saja yang sering melakukan
penundaan, melainkan mahasiswa dengan tipe kepribadian A juga
melakukannya. Berdasarkan pada uraian masalah di atas, peneliti
menjadi tertarik untuk mengangkat tema tentang prokrastinasi pada
8
mahasiswa yang sedang menempuh skripsi ditinjau dari kepribadian
tipe A dan B.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik
perbedaan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh
skripsi antara yang berkepribadian tipe A dan tipe B.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu-ilmu Psikologi Pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan masalah prokrastinasi pada mahasiswa yang
sedang menempuh skripsi sehubungan dengan kepribadian tipe A
dan tipe B.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi agar bisa mengerti
hubungan antara prokrastinasi dan tipe kepribadian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi
1. Pengertian Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang
Menempuh Skripsi
Prokrastinasi bisa berarti positif maupun negatif. Menurut
Lay (1986), prokrastinasi berarti mengesampingkan pekerjaan yang
kurang penting demi pencapaian tujuan. Prokrastinasi seperti ini bisa
membawa dampak positif bagi si pelaku, seperti misalnya memberi
waktu untuk berpikir lebih matang, terencana dan tidak tergesa-gesa
(Steel, 2007, h. 2). Namun prokrastinasi yang dilakukan secara terus
menerus dapat membawa dampak negatif bagi si pelaku. Sebagai
tambahan, prokrastinasi sering disadari sebagai perilaku menunda
yang tidak rasional (Burka & Yuen, 1983), atau bahkan sebagai
bentuk dari penghindaran seperti yang tercermin dalam definisi yang
diungkapkan oleh Solomon dan Rothblum (1984) bahwa
prokrastinasi merupakan perilaku menunda pekerjaan yang
didasarkan karena subjektivitas negatif pada pekerjaan tersebut.
Istilah prokrastinasi pertama-tama dipergunakan oleh Brown
dan Holtzman (dalam Rizvi, dkk, 1997, h.53) untuk menunjuk pada
suatu kecenderungan menunda-nunda suatu tugas atas pekerjaan.
Istilah prokrastinasi ini berasal dari bahasa Latin procrastination
dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok atau
10
jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai
hari berikutnya (Milgram, 1996). Prokrastinasi tidak hanya
mempengaruhi cara kerja seseorang, namun juga melibatkan
perasaan seperti rasa bersalah, ketidakmampuan, stress dan depresi.
Oleh Haycock (dalam Mary, 1998), prokrastinasi diartikan sebagai
kecenderungan untuk menunda atau menghindari tanggung jawab,
keputusan atau tugas yang seharusnya diselesaikan.
Popoola (dalam Kolawole, 2007, h.3) mendefinisikan
prokrastinasi sebagai kecenderungan sifat yang mempunyai
komponen kognisi, perilaku dan emosi didalamnya. Menurut Grecco
(dalam Balkis, 2009) prokrastinasi didefinisikan sebagai perilaku
seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan penting, tidak pada
waktu yang ditentukan, dan tanpa alasan yang masuk akal. Ellis dan
Knaus (2007) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan
penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang
disebabkan karena perasaan takut gagal dan adanya pandangan
bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar. Prokrastinasi
juga menunjukkan bahwa perilaku menunda-nunda tersebut
merupakan respon tetap atau kebiasaan.
Pelaku prokrastinasi ini disebut dengan prokrastinator.
Popoola (dalam Kolawole, 2007, h.2-3) menjelaskan bahwa
prokrastinator adalah seseorang yang tahu apa yang dia mau serta
tahu bahwa dia dapat melakukannya namun belum dilakukannya.
Lebih jauh, Noran mengatakan bahwa prokrastinator dianggap
sebagai seorang yang tahu apa yang dilakukannya, punya materi
11
yang cukup lengkap serta berencana untuk melaksanakannya tapi
tidak menyelesaikan atau malah menunda tugas tersebut .
Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984)
menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek
irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang
prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus
diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman
untuk tidak melakukannya dengan segera, karena itu akan
menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal, dengan kata lain
penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila
penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang
menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi
suatu tugas, dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya
keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas. Dari
beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang disengaja tanpa
alasan yang masuk akal dan proses penghindaran tugas yang
menimbulkan keterlambatan.
Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan.
Peterson (dalam Rizvi, 1998) mengatakan bahwa seseorang dapat
melakukan prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada
semua hal. Prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi
istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis
tugas di atas. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang
dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang
12
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah
tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya. Prokrastinasi
akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis
tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik,
misalnya tugas sekolah atau tugas kursus (dalam Ferrari, dkk.,
1995).
Menurut Solomon dan Rothblum (1984, h.506) prokrastinasi
akademik ini dilakukan pada antara lain tugas mengarang, belajar
untuk menghadapi ujian, membaca buku akademik, serta kinerja
akademik secara keseluruhan. Pada mahasiswa semester akhir,
masalah yang biasa dihadapi adalah penyusunan skripsi. Mahasiswa
yang tidak terbiasa menulis karya-karya ilmiah sering menghadapi
kesulitan ketika menyusun skripsi. perasaan yang biasa muncul
adalah rasa panik, cemas dan takut gagal sehingga mulai
mempersiapkan segala sesuatunya secara lengkap. Akan tetapi tidak
sedikit dari mahasiswa yang malah mengabaikan pembuatan skripsi
karena merasa tidak ada waktu yang ditentukan untuk menyelesaikan
skripsi. hal seperti inilah yang medukung terjadinya prokrastinasi
pada skripsi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h. 1080)
mendefinisikan skripsi adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh
mahasiswa sebagai prasyarat akhir pendidikan akademisnya.
Mahasiswa adalah kelompok individu yang sedang belajar di
perguruan tinggi untuk mempersiapkan keahlian di bidangnya
menurut fakultas yang dipilihnya (dalam Meichati, 1983, h.56).
Sedangkan definisi mahasiswa oleh Prihartini (dalam Noegroho,
13
2005, h.7) adalah suatu kelompok individu di lingkungan perguruan
tinggi yang sedang mengalami proses belajar untuk mempersiapkan
diri menjadi intelektual muda. Perilaku yang biasa dilakukan oleh
para mahasiswa adalah menunggu menit-menit terakhir untuk
melaksanakan tugas yang diberikan. Menurut Neville (2007), bentuk
prokrastinasi yang biasa dilakukan mahasiswa adalah menunda
untuk memulai pengerjaan suatu tugas melebihi dari tanggal yang
ditentukan dan kemudian terburu-buru agar bisa menyelesaikan
tugas tersebut tepat pada waktunya.
Beberapa alasan yang dapat disimpulkan sebagai penyebab
kenapa mahasiswa mempunyai tingkat prokrastinasi yang lebih
tinggi antara lain: 1) selalu ada banyak pekerjaan yang menunggu
untuk dikerjakan, tidak peduli seberapa banyak waktu yang telah
dihabiskan untuk belajar, tetap sulit untuk menyelesaikan semua
pekerjaan tersebut. 2) karena waktu yang dihabiskan di kampus tidak
terlalu banyak, sisa waktu yang ada biasanya digunakan untuk hal-
hal yang tidak terstruktur. 3) di lingkungan kampus biasanya ada
kegiatan yang lebih menarik dibanding belajar. Banyaknya kegiatan
dan terbatasnya waktu yang dipunyai menyebabkan kegiatan belajar
menjadi hal terkahir yang ingin dikerjakan (Kolawole, 2007)
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh
skripsi adalah kebiasaan penundaan yang disengaja tanpa alasan
yang masuk akal dan proses penghindaran tugas yang menimbulkan
14
keterlambatan yang dilakukan mahasiswa ketika sedang menyusun
skripsi yang digunakan sebagai prasyarat untuk kelulusan.
2. Bentuk Prokrastinasi
Berdasarkan tujuan melakukan penundaan, Ferrari (dalam
Rizvi dkk., 1998) membagi prokrastinasi menjadi dua:
a. Functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan
tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih
lengkap dan akurat.
b. Disfunctional procrastination yaitu penundaan yang tidak
bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Ada dua
bentuk prokrastinasi yang disfunctional , yaitu decisional
procrastination dan avoidance procrastination. Decisional
procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil
keputusan (Ferrari, dalam Rizvi dkk.,1997). Sedangkan
avoidance procrastination adalah suatu penundaan dalam
perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu
cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak
menyenangkan dan sulit untuk dilakukan (Ferrari dalam Wulan,
2000).
Selain itu Peterson (2002, h. 14) menambahkan bahwa bentuk
prokrastinasi terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Task-Related Procrastination
Penolakan terhadap tugas yang disebabkan oleh toleransi yang
rendah terhadap rasa frustasi dalam menghadapi tugas tersbut.
15
b. Person-Related Procrastination
Prokrastinasi yang dipengaruhi oleh adanya persoalan yang
dihadapi oleh individu baik persoalan interpersonal (antara
individu satu dengan yang lain) maupun persoalan intrapersonal
(antar individu itu sendiri dengan perjalanan pengalaman
hidupnya)
Bentuk prokrastinasi yang akan diteliti adalah bentuk
prokrastinasi yang berdasarkan tujuan melakukan penundaan yaitu
Functional procrastination dan Disfunctional procrastination.
3. Ciri-ciri Prokrastinasi
Ferrari, dkk., (dalam Pramujati, 2005, h.16) mengatakan
bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik
dapat dimanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur
dan diamati ciri-ciri tertentu berupa:
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi
tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan
dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda
untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk
menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan
sebelumnya.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang
melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama
daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam
mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan
16
waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara
berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan
dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan
keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan
tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti
lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas
dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan
sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami
keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah
ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana
yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah
merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang
telah ia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah
merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang
telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak
juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan,
sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk
menyelesaikan tugas secara memadai.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator
dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi
17
menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan
aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan
mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau
buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan
musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia
miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.
Millgram (dalam Sutran, 2006, h.13) mengatakan bahwa
prokrastinasi adalah suatu perilaku spesifik yang meliputi;
a. Suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk
memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas.
b. Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh misalnya
keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam
mengerjakan tugas.
c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku
prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan.
d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan,
misalnya perasaan cemas, bersalah,marah, dsb.
Rachmahana (2002, h.134) menekankan pada ciri kepribadian
untuk menggambarkan prokrastinasi seseorang, dan ciri-ciri ini
adalah :
a. Takut gagal, merupakan suatu bentuk kekhawatiran individu
terhadap sesuatu yang buruk yaitu kegagalan itu sendiri. Ini
terjadi karena individu memiliki standard lebih dari
kemampunannya, sehingga yang mncul dalam pikirannya adalah
kegagalan di depan mata. Munculnya gambaran akan kegagalan
18
di depan mata. Munculnya gambaran akan kegagalan itu
membuat individu khawatir, sehingga daripada menghadapi
kegagalan ia memilih untuk menunda penyelesaian tugas.
b. Kurang hati-hati (impulsiveness), berarti individu kurang mampu
menahan keinginannya. Individu tidak tahan dalam situasi yang
menekan keinginannya. Individu tidak tahan dalam situasi yang
menekan, sehingga cenderung lebih menyukai sesuatu yang
mendatangkan kesenangan bagi dirinya. Seseorang yang
menghadapi tugas yang sulit, cenderung menilai dirinya tidak
mampu dan dengan mudahnya akan mengalihkan pada aktivitas
yang mendatangkan kesenangan baginya, tanpa melihat akibat
dari penundaan yang dilakukannya.
c. Perfeksionisme, merupakan keinginan untuk melengkapi tugas
agar sempurna.
d. Sikap pasif, yaitu keinginan sempurna yang tidak diimbangi
dengan tindakan nyata.
e. Sikap menunda, yaitu kecenderungan untuk menunda-nunda
dalam menyelesaikan tugas.
Rothblum (dalam Rizvi, dkk. H.53) menguraikan dua ciri
prokrastinator, yaitu:
a. Hampir selalu atau selalu meninggalkan tugas-tugas
b. Hampir selalu atau selalu mengalami masalah karena tingkat
kecemasan yang tinggi, berkaitan dengan tindakan menunda atau
meninggalkan tugas tersebut.
19
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ciri-ciri prokrastinasi adalah adanya penundaan dalam
pengerjaan tugas, keterlambatan atau kesenjangan waktu antara
rencana dan kinerja aktual, dan pengalihan konsentrasi ke aktivitas
lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi
Steel (2007) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan prokrastinasi adalah:
a. Karakteristik tugas (Task Characteristics). Prokrastinasi
berhubungan dengan keputusan untuk menyelesaikan suatu tugas
atau tidak. Biasanya orang-orang menyikapi dengan
memfavoritkan satu tugas dan mengabaikan tugas yang lain. Dua
faktor yang diperkirakan menyebabkan prokrastinasi muncul
adalah saat diberikannya Reward serta Punishment dan
keengganan dalam mengerjakan tugas (Task Aversiveness).
Beberapa pelaku prokrastinasi cenderung melakukan
penghindaran dari tugas yang tidak menyenangkan meskipun
seharusnya mereja bisa mengerjakan tugas tersebut.
b. Individual Differences. Digman (1990) memperkirakan bahwa
ada hubungan yang sangat kuat antara kepribadian dengan
prokrastinasi. Hal ini diperkuat oleh Elli dan Knaus (1973) yang
berpendapat bahwa hanya ada dua hal yang berhubungan dengan
prokrastinasi: mempercayai bahwa dirinya tidak mampu dan
mempercayai bahwa dunianya terlalu sulit dan menuntut. Secara
20
khusus prokrastinasi tersorot pada ketakutan akan kegagalan,
perfeksionisme, self-conciousness, dan evaluasi kecemasan,
semua alasan yang merujuk pada ketakutan akan penilaian yang
buruk.
Beberapa dari prokrastinator melakukan prokrastinasi
dengan alasan mencari sensasi (sensation seeking). Mereka
cenderung gampang bosan dan menunda pengerjaan tugas
sampai batas waktu yang ditentukan untuk mencapai ketegangan
kerja mendekati deadline. Burka and Yuen (1982, p.32)
mengemukakan bahwa seorang prokrastinator biasanya akan
menyalahkan pada kekurangan kepribadian mereka seperti
malas, kurang disiplin atau karena mereka kurang bisa
mengatur waktu. Para mahasiswa ini sangat mempedulikan pada
apa yang dipikirkan oleh orang di sekelilingnya. Mereka lebih
memilih dianggap sebagai seeorang yang kurang berusaha
daripada seorang yang tidak punya kemampuan.
c. Outcomes. Faktanya bahwa prokrastinasi sangat berhubungan
dengan kesadaran yang berdampak kuat pada pelaksanaan yang
lebih baik, akan tetapi prokrastinator cenderung untuk menjadi
lebih buruk jika berkaitan dengan apa yang mereka rasakan dan
apa yang dicapai. Prokrastinasi telah lama dipandang sebagai
cara menjauh dari kecemasan untuk sementara yang sayangnya
akan menjadi berlipat ganda ketika akhirnya hal tersebut
dihadapi. Depresi biasa mengikuti setelahnya.
21
Depresi dapat mengurangi ketertarikan atau respon
seseorang pada suatu tugas. Depresi ini dapat mengarahkan
seseorang untuk melakukan prokrastinasi dan bisa dianggap
sebagai waktu perpanjangan dari efek negatif, mood yang jelek
itu sendiri bukan hanya sebagai hasil tapi juga pencetus
munculnya prokrastinasi. Hasil yang jelek yang didapat para
prokrastinator bisa merendahkan self-efficacy mereka dan
membuat mereka semakin melakukan prokrastinasi.
d. Demografis. Demografis dalam hal prokrastinasi meliputi usia,
gender dan tahun. Banyak orang melakukan prokrastinasi bukan
hanya dipengaruhi oleh self control tapi juga oleh skema yang
sudah mereka bangun untuk menghadapi prokrastinasi.
Memurut ODonoghue and Rabin (1999), perilaku prokrastinasi
mempunyai hubungan negatif dengan tingkat usia, semakin
tinggi usia seseorang, maka semakin rendah prokrastinasinya.
Ainslie dan Baumeister (1992) meneliti bahwa prokrastinasi bisa
dikurangi dengan latihan yang berulang-ulang. Dalam
hubungannya dengan gender, wanita diperkirakan lebih
mempunyai usaha untuk mengontrol daripada pada pria.
Menurut Ferrari (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi
prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu
22
meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu,
yaitu:
1) Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam diri individu
yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi pada
penyusunan skripsi berupa keadaan fisik dan kondisi
kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang
mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang
lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang
tidak (Bruno, 1998; Millgram, dalam Ferrari, dkk, 1995).
2) Kondisi psikologis individu. Kondisi psikologis disini
mengarah pada sifat kepribadian yang dimiliki individu. Hal-
hal yang termasuk didalamnya adalah ketertarikan individu
yang rendah pada tugas, perfeksionis, rendahnya kepercayaan
diri, ketakutan akan kesuksesan, keraguan diri dan ketakutan
akan kegagalan (Ferarri, 1995, h.88). Trait kepribadian
individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku
penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang
tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan
dalam berhubungan sosial (Janssen dan Carton, 1999).
Menurut Briordy, (dalam Ferrari, 1995) besarnya motivasi
yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi
prokrastinasi secara negatif, di mana semakin tinggi
motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika
menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya
untuk melakukan prokrastinasi.
23
b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar
diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor
itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan
yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient.
1) Gaya pengasuhan orangtua. Hasil penelitian Ferrari dan
Ollivete, menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter
ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku
prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak
wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah
menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu
yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance
procrastination menghasilkan anak wanita yang memiliki
kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination
pula
2) Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih
banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam
pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan
(Rizvi, 1997).
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal
berupa faktor di luar diri individu. Faktor internal terdiri dari
kondisi fisik individu yang berupa keadaan fisik dan kondisi
kesehatan individu serta kondisi psikologis individu yang mengarah
pada sifat kepribadian yang dimiliki individu. Sedangkan faktor
24
eksternal antara lain berupa pengasuhan orang tua dan faktor
lingkungan yang mendukung terjadinya prokrastinasi. Faktor
demografis seperti usia dan gender juga turut diperhitungkan sebagai
hal yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor - faktor yang sudah
dijelaskan tersebut dapat menjadi alasan dari munculnya perilaku
prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi.
B. Kepribadian Tipe A dan B
1. Pengertian Kepribadian Tipe A dan B
Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin
persona yang berarti topeng. Bagi bangsa Roma, persona berarti
bagaimana seseorang tampak pada orang lain, bukan diri
sebenarnya (Hurlock, 1992). Kepribadian adalah karakteristik
dinamik dan terorganisasi dari seorang individu yang mempengaruhi
kognisi, motivasi, dan perilakunya. Kepribadian bersifat unik dan
konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara
individu satu dengan lainnya (dikutip oleh Ramdhani dalam
Greenberg, 2003; Ryckman, 2004). Menurut Woeryo (1982, h.149)
kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan unsur-unsur biologis,
dorongan, kecenderungan, keinginan-keinginan dan naluri-naluri
individu juga disposisi-disposisi serta kecenderungan yang berasal
dari pengalaman.
Allport (dalam Suryabrata, 1996, h. 169) mengatakan bahwa
kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik
dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik
25
terhadap lingkungan. Hampir sama dengan Allport, menurut
Breinstein (dalam Galih Ekanto, 2003) kepribadian mencakup usaha-
usaha penyesuaian diri individu, maka biasanya penelitian mengenai
kepribadian seringkali berfokus pada konsistensi pola-pola kognisi,
emosi, dan perilaku yang membuat seseorang berbeda satu dengan
yang lain.
Kusumanto (dalam Jayalangkara, 1999) memberikan batasan
kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun
dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan
diri terhadap segala rangsangan, baik yang timbul dari
lingkungannya maupun yang datang dalam dirinya sendiri, sehingga
corak dan kebiasaannya itu merupakan suatu kesatuan fungsional
yang khas untuk individu tersebut.
Individu memiliki kemampuan untuk berpikir, memandang
sesuatu dan bertingkah laku dengan cara tertentu dan unik, yang
merupakan kepribadian individu yang membedakannya dengan
individu lain. Kepribadian dari diri individu yang unik ini
membentuk tipe kepribadian tertentu. Tipe kepribadian adalah suatu
penggolongan individu berdasarkan perkembangan kepribadiannya
yang merupakan hasil interaksi sosial, aktivitas, minat yang
membentuk sifat pada diri seseorang yang berpengaruh kuat
terhadap cara berpikir, mengamati dan bertindak ( dalam Lestari,
2001).
Friedman dan Rosenman (dalam Atkinson, dkk, 1999, h.374)
menggolongkan kepribadian menjadi dua tipe, yaitu manusia dengan
26
tipe kepribadian A dan manusia dengan tipe kepribadian B. Tipe
kepribadian ini dikemukakan oleh Friedman dan Rosenman pada
tahun 1950-an. Menurut Fried dan Roseman (dalam Franken, 1982,
h.209-210) kepribadian tipe A mempunyai ciri-ciri kompetitif yang
kuat dalam pencapaian suatu tujuan, memiliki perasaan yang
berlebihan akan pentingnya waktu, cenderung bekerja keras pada
tugas-tugas yang merupakan tantangan bagi mereka, adanya
kecenderungan untuk agresif dan sikap permusuhan dalam perilaku
interpersonal. Sedangkan tipe B memiliki ciri yang berlawanan
dengan tipe A yaitu kurang kompetitif dan cenderung lebih santai
(easygoing).
Kiev dan Kohn (dalam Baskorowati, 1987, h.6)
menggambarkan tipe A sebagai individu yang mempunyai derajat
dan intensitas ambisi yang tinggi, dorongan yang kuat untuk
mencapai hasil dan penghargaan, kompetitif, mempunyai kompulsi
untuk bekerja berlebihan, sedangkan pola perilaku tipe B
digambarkan sebagai lebih easygoing dan santai. Menurut Jaqueline
(1990, h. 44) kepribadian tipe A sering disebut juga kepribadian
stress karena individu berkepribadian tipe A lebih mudah terkena
stress daripada individu dengan tipe kepribadian B.
Sedangkan oleh Bortner (dalam Baskorowati, 1987, h.6)
digambarkan mempunyai pola perilaku seperti tidak pernah
terlambat, senang bersaing, suka mendahului, tergesa-gesa, tidak
sabar menunggu, berusaha sekuat tenaga, mencoba mengerjakan
27
secara serentak, mengharapkan penghargaan, serba cepat, diluar
pekerjaan utama minatnya terbatas, dan tidak pernah puas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
gambaran khas kepribadian tipe A adalah individu yang ambisius,
memiliki keinginan untuk berkompetisi yang tinggi, serius, tidak
sabaran, mudah marah, serta rentan terhadap stres, sedangkan
individu dengan tipe kepribadian B adalah individu yang easy going,
santai, kurang memperhatikan waktu, dan tidak senang bersaing .
2. Ciri-ciri Kepribadian tipe A dan Tipe B
Adapun ciri-ciri utama tipe kepribadian A menurut Friedman
dan Rosenman (dalam Robbins, 2003) adalah:
a. Orientasi persaingan prestasi, meliputi ambisius dan kritis
terhadap diri sendiri.
b. Urgensi waktu, artinya berjuang melawan waktu, tidak sabaran,
melakukan pekerjaan yang berbeda-beda dalam waktu yang
sama.
c. Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat
d. Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian
terjadi
e. Berjuang untuk berpikir atau melakuan dua hal atau lebih secara
terus menerus
f. Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai
g. Terobsesi dengan angka-angka; kesuksesan diukur dengan cara
seberapa banyak hasil yang telah dicapai
28
Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki
kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi,
sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan
waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk
kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa
karakteristik perilaku tertentu. Sebagai contoh: orang-orang tipe A
adalah pekerja cepat, mereka lebih mementingkan kuantitas daripada
kualitas.
Kebalikan dari orang berkepribadian A, ciri-ciri dari orang
tipe B adalah (dalam Eddy , 2003, h.101):
a. Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru
karena keterbatasan waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu
menyertai.
b. Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan
keberhasilan mereka kecuali dalam keadaan yang terpaksa,
karena adanya permintaan dari situasi yang ada.
c. Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai, dibandingkan
memperlihatkan superioritas mereka dengan pengorbanan yang
seperti apapun.
d. Dapat bersantai tanpa merasa bersalah.
Menurut Bortner (dikutip Nugroho, 1995, h.29), orang dengan
kepribadian tipe B tidak mempunyai perasaan urgensi, serta mampu
berprestasi tanpa ribut dan marah-marah seperti halnya pada orang-
orang tipe A. Mereka memiliki kesadaran dan merasa cukup aman
untuk tidak terburu-buru menyelesaikan tugas yang mempunyai
29
batas waktu (Wright, 1993, h.268).Guidham (1995, h.52)
menyatakan bahwa orang yang berkepribadian tipe B tidak
menyukai konflik, tidak hidup dibawah tekanan waktu (lebih santai)
dan tidak mempunyai minat diluar pekerjaanya.
Ciri-ciri yang dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk
mengungkap seseorang masuk dalam indikasi kepribadian tipe A
menurut Bortner (dalam Nugroho,1995,h.29) adalah sebagai berikut:
a. Tidak pernah terlambat, adalah tindakan dari individu tipe A
untuk slalu tepat waktu.
b. Sikap kompetitif, yaitu sikap dari individu tipe A yang selalu
berusaha untuk bersaing meraih prestasi.
c. Tergesa-gesa, individu tipe A selalu berusaha untuk segera
menyelesaikan suatu masalah dengan cepat karena selalu merasa
dikejar-kejar oleh waktu.
d. Tidak sabar menunggu, dalam segala hal. Individu tipe A
mempunyai sifat tidak sabar untuk menunggu.
e. Antisipasi terhadap masalah, individu tipe A mampu menghadapi
orang lain dengan baik dan penuh perhatian.
f. Pergaulan, individu tipe A selalu berusaha untuk memperluas
pergaulannya karena itu akan menambah pengetahuan.sehingga
dapat mengungguli orang lain yang dianggap sebagai saingannya.
g. Berusaha mengerjakan semua pekerjaan sekaligus, individu tipe
A berusaha untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan
kepadanya dalam satu waktu dan tidak berpikir untuk pekerjaan
selanjutnya.
30
h. Empati, individu tipe A selalu berusaha untuk melakukan empati.
i. Rekognisi, individu tipe A selalu berusaha untuk mengenal dan
dikenal orang lain.
j. Mengerjakan tugas dengan cepat, individu tipe A selalu bekerja
dan bertindak dengan cepat.
k. Serius mengerjakan tugas, dalam melakukan suatu tugas yang
dihadapinya selalu serius dan sungguh-sungguh.
l. Ambisius, individu tipe A sangat ambisisus sehingga tidak
mudah puas terhadap apa yang diperolehnya.
m. Ekspresif, individu tipe A selalu mengekspresikan apa yang
dirasakannya pada orang lain.
n. Minat diluar pekerjaan, individu tipe A memiliki minat diluar
pekerjaan utamanya
Sedangkan ciri-ciri individu dengan kepribadian tipe B
menurut Bortner (dalam Indraningtyas, 2003, h.16-17) adalah:
a. Individu kurang memperhatikan pentingnya waktu.
b. Kurang memiliki sikap berkompetitif, individu kurang menyukai
persaingan.
c. Bersikap santai, individu selalu bersikap santai dalam situasi
apapun.
d. Sabar, individu cenderung bersikap sabar dalam menghadapi
situasi.
e. Kurang mampu menghadapi orang lain.
f. Kurang mampu untuk bergaul.
31
g. Mengerjakan tugas satu per satu, individu akan berusaha utuk
menyelesaikan tugasnya satu per satu.
h. Kurang empati.
i. Cenderung untuk menutup diri sehingga kurang dikenal dan
mengenal orang lain.
j. Lebih santai dalam melaksanakan tugas.
k. Kurang serius dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas
l. Kurang memiliki keberanian untuk mengemukakan perasaannya.
m. Tidak memiliki minat di luar pekerjaannya.
Berdasar pada uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
ciri seorang dengan kepribadian tipe A adalah ambisius, memiliki
sikap kompetitif yang tinggi, serius dalam mengerjakan tugas, tidak
sabar menunggu, rentan terhadap stres, mengerjakan tugas dengan
cepat, berusaha mengerjakan semua pekerjaan sekaligus, dan juga
sering tergesa-gesa. Ciri seorang dengan kepribadian tipe B adalah
santai, kurang memperhatikan waktu, kurang memiliki sifat
berkompetitif, bersikap santai, sabar, kurang serius dan sungguh-
sungguh dalam melaksanakan tugas, kurang berambisi dalam
mengerjakan sesuatu. Ciri-ciri yang dipakai untuk menyusun skala
kepribadian adalah ciri-ciri dari Bortner.
C. Perbedaan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh
Skripsi antara yang Berkepribadian Tipe A dan Tipe B
Mahasiswa sebagai seorang penerus bangsa, diharapkan menjadi
seorang yang bisa dijadikan pegangan bagi masyarakat. Mahasiswa
32
diharapkan bertindak dengan lebih hati-hati serta disiplin. Namun pada
kenyataannya, tidak sedikit dari mahasiswa yang melakukan penundaan
pada kuliahnya. Sehingga menjadi lulusan yang berkualitas semakin
sulit dicapai. Penundaan ini biasa disebut dengan prokrastinasi.
Menurut Haycock (dalam Mary, 1998, h.1) prokrastinasi adalah
kecenderungan untuk menunda atau menghindar dari tanggung jawab
dari tugas tugas yang seharusnya diselesaikan . dikuatkan dengan
pendapat dari Ellis dan Knaus (2007) yang menyatakan bahwa
prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan
proses penghindaran tugas yang disebabkan karena perasaan takut gagal
dan adanya pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan
benar.
Pelaku dari prokrastinasi ini biasa disebut dengan prokrastinator.
Biasanya para prokrastinator ini melakukan prokrastinasi dengan
berbagai macam alasan, salah satunya adalah faktor yang berkaitan dari
mahasiswa itu sendiri seperti taraf intelegensi, keadaan fisik dan mental,
kepribadian, motivasi memasuki perguruan tinggi. Faktor yang lain
adalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar meliputi program
atau kurikulum pendidikan, sistem atau proses belajar mengajar, serta
faktor penunjang lainnya seperti kesesuaian minat, latar belakang
pendidikan sebelumnya, keluarga, sosial, dan juga ekonomi dan budaya
(Jayalangkara, 1999). Dalam hal ini mahasiswa sering melakukan
prokrastinasi akademik, apalagi setelah mencapai tahap penyusunan
skripsi. Mahasiswa sering menjadi malas, atau malah ketakutan
33
menghadapi skripsi. Sehingga skripsi yang seharusnya ditargetkan bisa
terselesaikan dalam 1 tahun, bisa mundur dari waktu yang ditargetkan.
Prokrastinasi sering dilatarbelakangi oleh ketakutan akan
ketidaksempurnaan dalam pengerjaan tugas, kecemasan menghadapi
skripsi, rendahnya self-esteem, perfeksionisme, tidak adanya keinginan
untuk berkompetisi, self-deception, self-control, self-confidence, (Susan
J., 2009, h.3). Hal-hal seperti ini termasuk ke dalam faktor internal yaitu
kepribadian yang dianggap mempunyai peranan penting dalam
terlaksananya prokratinasi.
Kepribadian oleh Gordon Allport (dalam Eddy, 2006, h.28 )
didefinisikan sebagai suatu organisasi yang dinamis di dalam diri
seorang individu, dari sistem psikofisiknya yang menentukan suatu
tanggapan yang bersifat unik terhadap lingkungannya. Dalam hal ini
tipe kepribadian dibagi menjadi 2 yaitu kepribadian tipe A dan B. Pada
tipe kepribadian A, sifat yang menonjol adalah ambisius, perfeksionis,
tidak sabaran, serta rentan terhadap stres. Sedangkan pada tipe
kepribadian B sifat yang menonjol adalah easy going, tidak senang
bersaing dan menikmati hidup.
Dampak prokrastinasi pada kepribadian seperti gampang
tersinggung, menyesal, putus asa dan menyalahkan diri sendiri (dalam
Burka & Yuen, 1983) tercermin dalam ciri mahasiswa dengan
kepribadian tipe A yang merupakan seorang yang rentan terhadap stres.
Menurut DeQuincey, prokrastinasi juga bisa berwujud dalam kecemasan
menghadapi tugas sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk cemas
dibandingkan mengerjakan (dalam Pramujati, 2005, h.15). Mahasiswa
34
dengan tipe kepribadian A cenderung melaksanakan prokrastinasi
karena adanya ketakutan akan kegagalan (Steel, 2007) seperti
ketidaksempurnaan skripsi yang tengah dikerjakannya, sehingga
mahasiswa dengan tipe kepribadian ini akan merujuk ke arah
pengumpulan materi yang lengkap sehingga skripsi yang seharusnya
dikerjakan menjadi terbengkalai.
Ferarri (1995) menggambarkan perilaku prokrastinasi sebagai
kesulitan seseorang dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya
sehubungan dengan kurangnya kemampuan dalam mengatur waktu
secara efektif. Mahasiwa dengan tipe kepribadian B adalah seorang
yang kurang memperhatikan waktu. Didukung dengan sifatnya yang
santai serta kurang berambisi ini maka mahasiswa dengan tipe
kepribadian ini mempunyai kecenderungan untuk melalaikan pengerjaan
skripsi sehingga dapa memicu terjadinya prokrastinasi (Nugraha, 1995).
Pelaksanaan prokrastinasi juga bisa berupa mengerjakan hal-hal diluar
tujuan utama. Seorang dengan kepribadian tipe B yang merupakan
seorang yang kurang serius dalam mengerjakan tugas (Nugraha, 1995),
cenderung akan membuat perhatian yang diberikan ketika mengerjakan
suatu tugas menjadi terbagi ketika ada hal yang lain yang ingin
dikerjakannya dan hal ini bisa menimbulkan prokrastinasi.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengajukan hipotesis bahwa
ada perbedaan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menempuh
skripsi yang berkepribadian tipe A dan yang berkepribadian tipe B.
35
Prokrastinasi pada mahasiswa dengan kepribadian tipe A lebih rendah
daripada mahasiswa dengan kepribadian tipe B.
36
Bab III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Menurut Azwar (1998, h.5) pendekatan kuantitatif
menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang
diolah dengan metode statistika. Metode ini dilakukan pada
penelitian inferensial atau penelitian yang dilakukan dalam rangka
menuju hipotesis serta menyandarkan kesimpulan hasilnya pada
suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan
metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antara
variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif
merupakan penelitian sampel besar.
B. Identifikasi Variabel penelitian
Dalam suatu penelitian terdapat berbagai macam variabel
yang saling berkaitan. Variabel tersebut yaitu variabel bebas dan
variabel tergantung. Adapun variabel-variabel yang diukur dalam
penelitian ini adalah:
1. Variable tergantung : Prokrastinasi pada mahasiswa yang
sedang menempuh skripsi
2. Variable bebas : Kepribadian tipe A dan tipe B
37
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh
Skripsi
Pengertian prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang
menempuh skripsi adalah kebiasaan penundaan dalam
pengerjaan tugas, keterlambatan, serta pengalihan konsentrasi ke
aktivitas lain yang disengaja dan proses penghindaran tugas yang
menimbulkan keterlambatan yang dilakukan mahasiswa ketika
menyusun skripsi. Perilaku prokrastinasi ini diungkap dengan
menggunakan skala prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang
menempuh skripsi. Adapun aspek yang digunakan yaitu
penundaan dalam pengerjaan tugas, keterlambatan, dan
pengalihan konsentrasi ke aktivitas lain. Semakin tinggi skor
yang didapat, maka semakin tinggi prokrastinasi yang dilakukan.
Sedangkan semakin rendah skor yang didapat, maka semakin
rendah prokrastinasi yang dilakukan.
2. Kepribadian Tipe A dan Tipe B
Kepribadian adalah karakteristik dinamik dan terorganisasi
dari seorang individu yang mempengaruhi kognisi, motivasi, dan
perilakunya. Kepribadian dari diri individu yang unik ini
membentuk tipe kepribadian tertentu. Kepribadian digolongkan
menjadi dua tipe, yaitu kepribadian tipe A dan tipe B.
Kepribadian tipe A mempunyai ciri-ciri kompetitif yang kuat
dalam pencapaian suatu tujuan, memiliki perasaan yang
38
berlebihan akan pentingnya waktu, cenderung bekerja keras pada
tugas-tugas yang merupakan tantangan bagi mereka, adanya
kecenderungan untuk agresif dan sikap permusuhan dalam
perilaku interpersonal. Kepribadian tipe B memiliki ciri yang
berlawanan dengan tipe A yaitu kurang kompetitif dan cenderung
lebih santai (easygoing).
Alat ukur ini memakai skala Ribkah Wijaya (Wijaya, 1995)
yang diadaptasi dari skala bortner yang berdasarkan ciri
kepribadian tipe A yaitu, tidak pernah terlambat, sikap
kompetitif, tergesa-gesa, tidak sabar menunggu, antisipasi
terhadap masalah, pergaulan, berusaha mengerjakan semua
pekerjaan sekaligus, empati, rekognisi, mengerjakan tugas
dengan cepat, serius mengerjakan tugas, ambisius, ekspresif, dan
minat terhadap kerja. Penggolongan subjek ke dalam suatu
kepribadian dilihat dari perbandingan skor total item untuk
kepribadian tipe A dan skor total item untuk kepribadian tipe B.
Individu digolongkan berkepribadian tipe A apabila skor total
item untuk tipe A lebih besar daripada skor total item tipe B dan
sebaliknya individu digolongkan berkepibadian tipe B apabila
skor total item untuk tipe B lebih besar daripada skor total item
tipe A.
39
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang
diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama (Latipun,
2002, h. 29). Selain itu, menurut Azwar (1998, h.77), populasi
didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi, kelompok subjek
ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang
membedakannya dari kelompok subjek lain.
Populasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah
mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Adapun kriteria dalam populasi dalam penelitian ini adalah:
1) Masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Katolik
Soegijapranata
2) Sudah mengambil mata kuliah skripsi minimal selama 1 tahun
atau 2 semester.
3) Masih aktif di kampus (tidak sedang cuti)
2. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel, yaitu
sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang menjadi sampel
seharusnya representatif populasinya. Pemilihan sampel secara
tepat akan meningkatkan representative populasinya. Jadi tidak
seluruh subjek pada populasi diteliti semua, cukup diwakili oleh
sebagian subjek (Latipun, 2002, h.30-31).
40
Dalam menetapkan sampel, selain harus memperhatikan
berapa jumlah anggota sampel, perlu ditetapkan cara
pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel penelitan yang
digunakan pada penelitian ini adalah Incidental Quota Sampling.
Dalam teknik sampling ini yang dijadikan anggota sampel adalah
individu yang kebetulan dijumpai di tempat-tempat tertentu
sesuai dengan jumlah tertentu yang sudah ditentukan yang
dianggap dapat merefleksikan ciri populasi (Azwar,1998, h.88).
Banyak ahli riset menyarankan untuk mengambil sampel sebesar
10% dari populasi, sebagai aturan kasar (Azwar, 1998, h.82).
Dari populasi yang didapat dari data Puslitbang Universitas
Soegijapranata, terdapat 421 mahasiswa angkatan 2000-2003
yang masih mengambil mata kuliah skripsi. Dari 10% populasi
tersebut, didapat sejumlah 45 mahasiswa dengan rincian 5
mahasiswa per fakultas untuk subjek try out . Sedangkan subjek
yang digunakan untuk penelitian adalah 54 mahasiswa dengan
rincian 6 mahasiswa per fakultas.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode skala. Metode skala adalah suatu metode adalah
suatu metode penelitian yang menggunakan daftar pernyataan atau
pertanyaan yang harus dijawab dan dikerjakan atau daftar isian yang
harus diisi oleh sejumlah subjek. Berdasarkan jawaban atau isian
tersebut, penelilti mengambil kesimpulan mengenai subjek yang
41
diteliti (Suryabrata, 2000, h.15-16) Dalam penelitian ini, bentuk
skala yang digunakan adalah skala langsung, yaitu skala yang diisi
langsung oleh subjek yang diteliti. Bentuk pertanyaan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala tertutup, yaitu
skala yang jawabannya dibatasi atau sudah ditentukan sehingga
subjek tidak dapat memberikan respon atau jawaban seluas-luasnya
(Suryabrata, 2000, h.79).
Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas, maka skala yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung, yaitu daftar
pertanyaan langsung diberikan responden. Adapun skala yang dibuat
dalam penelitian ini adalah skala untuk mengungkap prokrastinasi
pada proses penyusunan skripsi oleh mahasiswa:
1. Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh
Skripsi. Skala ini terdiri dari ciri-ciri prokrastinasi yaitu:
a. Adanya penundaan dalam pengerjaan tugas
b. Adanya keterlambatan
c. Adanya pengalihan konsentrasi ke aktivitas lain
Skala yang akan disajikan tersebut dibedakan menjadi
dua kelompok item (pernyataan), yaitu item favourable dan item
unfavourable. Item favourable yaitu item yang mempunyai nilai
positif atau sesuai dengan pernyataan, sedangkan item
unfavourable yaitu item yang bertentangan dengan item yang
sebenarnya.
42
Alternative pilihan jawaban dalam skala prokrastinasi
yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 4, yaitu:
i. TP : Bila pernyataan yang diajukan Tidak Pernah
dengan subjek
ii. J : Bila pernyataan yang diajukan Jarang dengan
subjek
iii. S : Bila pernyataan yang diajukan Sering dengan
subjek
iv. SS : Bila pernyataan yang diajukan Sangat Sering
dengan subjek
Sistem penilaian skala prokrastinasi bergerak dari satu
sampai empat. Pernyataan yang tergolong favourable atau positif,
subjek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sering
(SS), skor 3 jika menjawab sering (S), skor 2 jika menjawab
jarang (J), skor 1 jika menjawab tidak pernah (TP). Pernyataan
yang tergolong unfavourable atau negatif, subjek akan
memperoleh skor 1 jika menjawab sangat sering (SS), skor 2 jika
menjawab sering (S), skor 3 jika menjawab jarang (J), skor 4 jika
menjawab tidak pernah (TP).
Semakin tinggi skor yang diperoleh, berarti subjek
semakin sering melakukan prokrastinasi. Sedangkan semakin
rendah skor yang diperoleh, berarti subjek semakin semakin
jarang melakukan prokrastinasi. Rancangan skala prokrastinasi
pada penyusunan skripsi dapat dilihat pada table 1 di halaman 47.
43
2. Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B
Skala kepribadian tipe A dan tipe B ini didasarkan atas
pernyataan yang diadaptasi dari skala yang dibuat oleh Ribkah
Wijaya yang diadaptasi dari skala Bortner (Wijaya, 1995). Skala
ini terdiri dari 14 pasang item dengan setiap item terdiri dari 2
pernyataan dengan ciri-ciri, yaitu:
a. Tidak pernah terlambat.
b. Sikap kompetitif.
c. Tergesa-gesa
d. Tidak sabar menunggu
e. Antisipasi terhadap masalah.
f. Pergaulan.
g. Berusaha mengerjakan semua pekerjaan sekaligus
h. Empati.
i. Rekognisi.
j. Mengerjakan tugas dengan cepat.
k. Serius mengerjakan tugas.
l. Ambisius.
m. Ekspresif.
n. Minat terhadap kerja.
Alternative pilihan jawaban dalam skala kepribadian yang
digunakan dalam penelitian ini ada 2. Subjek diminta untuk
memilih satu jawaban yang sesuai dari 2 alternatif jawaban.
Penggolongan subjek ke dalam suatu kepribadian dilihat dari
perbandingan skor total item untuk kepribadian tipe A dan skor
44
total item untuk kepribadian tipe B. Setiap jawaban yang dipilih
akan diberi skor 1. Individu digolongkan berkepribadian tipe A
apabila skor total item untuk tipe A lebih besar daripada skor
total item tipe B dan sebaliknya individu digolongkan
berkepibadian tipe B apabila skor total item untuk tipe B lebih
besar daripada skor total item tipe A. Dalam penelitian ini, subjek
yang mendapat skor yang seimbang antara tipe A dan tipe B,
tidak masuk ke dalam penelitian. Rancangan skala kepribadian
tipe A dan tipe B dapat dilihat pada table 2 di halaman 47.
F. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas harus terdapat dalam alat ukur yang
akan digunakan dalam penelitian, karena setiap penelitian
diharapkan dapat memperoleh hasil yang objektif.
1. Validitas Alat Ukur
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut (Azwar, 1997, h.19).
Validitas alat ukur dalam penelitian ini diukur
menggunakan koefisien korelasi product-moment Pearson, atau
koefisien korelasi Pearson. Dari perhitungan koefisien korelasi
45
tersebut akan diperoleh angka korelasi, namun angka korelasi
yang diperoleh tersebut perlu dikoreksi karena angka korelasi
yang diperoleh kelebihan bobot (over estimate). Kelebihan
bobot ini terjadi karena skor item yang dikorelasikan dengan
skor total ikut sebagai komponen skor total. Untuk mendapatkan
korelasi total yang tidak kelebihan bobot perlu dikoreksi dengan
teknik korelasi part-whole.
Rumus di atas hanya digunakan untuk mengukur validitas
dan reliabilitas skala prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi, sedangkan pada skala kepribadian tipe A dan
tipe B sudah teruji validitas dan reliabilitasnya sesuai dengan
skala yang dibuat oleh Ribkah Wijaya (Wijaya, 2005) yang
mengadaptasi skala Bortner. Skala ini telah di ujicobakan pada
karyawan Universitas Katolik Soegijapranata.
2. Reliabilitas
Menurut Arikunto (1998, h. 170-172), suatu instrument
dikatakan reliable jika instrument itu memberikan hasil yang
relative sama meskipun digunakan untuk mengukur berulang
kali. Suatu skala instrument dianggap reliable, dapat dipercaya,
bila secara konsisten member hasil yang sama jika diterapkan
pada sampel yang sama pada waktu yang berbeda. Untuk
menguji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini digunakan
teknik uji reliabilitas koefisien Alpha Cronbach.
46
G. Metode Analisis Data
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
teknik Uji-T. Uji-T digunakan dalam penelitian yang bertujuan
mencari perbedaan. Dalam penelitian ini dicari perbedaan tingkat
prokrastinasi pada penyusunan skripsi berdasarkan tipe kepribadian
A dan B.
Adapun rumus Uji-t (Hadi, 1986, h.347), yaitu:
Keterangan:
t = Uji t student = Rata-rata prokrastinasi pada penyusunan skripsi
pada mahasiswa yang berkepribadian tipe A = Rata-rata prokrastinasi pada penyusunan skripsi
pada mahasiswa yang berkepribadian tipe B = Standar deviasi prokrastinasi pada penyusunan
skripsi pada mahasiswa yang berkepribadian tipe A = Standar deviasi prokrastinasi pada penyusunan
skripsi pada mahasiswa yang berkepribadian tipe A = Jumlah subjek mahasiswa yang brtipe kepribadian A = Jumlah subjek mahasiswa yang brtipe kepribadian B
47
Tabel 1
Rancangan Skala Prokrastinasi pada Penyusunan Skripsi
No. Ciri-ciri Prokrastinasi Favourable Unfavourable Total1 Penundaan dalam
pengerjaan tugas 4 4 8
2 Keterlambatan 4 4 8 3 Pengalihan konsentrasi ke
aktivitas lain 4 4 8
Total 12 12 24
Table 2
Rancangan Skala Kepribadian Tipe A dan Tipe B
No Ciri-ciri Item Tipe A Item Tipe B Total Item
1 Tidak pernah terlambat 1 1 2 2 Sikap kompetitif 1 1 2 3 Tergesa-gesa 1 1 2 4 Tidak sabar menunggu 1 1 2 5 Antisipasi terhadap masalah 1 1 2 6 Pergaulan 1 1 2 7 Berusaha mengerjakan
semua pekerjaan sekaligus 1 1 2
8 Empati 1 1 2 9 Rekognisi 1 1 2
10 Mengerjakan tugas dengan cepat
1 1 2
11 Serius mengerjakan tugas 1 1 2 12 Ambisius 1 1 2 13 Ekspresif 1 1 2 14 Minat diluar pekerjaan 1 1 2
Total item 14 14 28
48
BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang yang bertempat di Jalan Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan
Dhuwur Semarang. Berdasarkan website Universitas Katolik
Soegijapranata, universitas ini merupakan kelanjutan dari Unika
Atmajaya dan bentuk pengembangan dari Institut Teknologi Katolik
Semarang. Didirikan tanggal 5 Agustus 1982 dengan Surat Keputusan
Mendikbud RI tanggal 24 September 1983 Nomor. 0400/0/1983.
Sejalan dengan amanat Konstitusi Apostolik tentang Universitas
Katolik Ex Corde Ecclesiae dan semangat Mgr. Albertus
Soegijapranata pelindung universitas, serta visi dan misi Perguruan
Tinggi Katolik anggota APTIK, Universitas Katolik Soegijapranata
merumuskan visinya sebagai berikut bahwa Universitas Katolik
Soegijapranata adalah komunitas akademik yang unggul dalam
pendidikan, penelitian dan pengabdian dengan dilandasi nilai-nilai
kristiani, cinta kasih, keadilan dan kejujuran. Sedangkan misinya
adalah:
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas secara akademik
didukung pengembangan kepribadian yang utuh dan potensi
kepemimpinan.
b. Melakukan penelitian untuk oengembangan ilmu dan teknologi
demi meningkatkan kesejahteraan manusia.
49
c. Melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan
ilmu dan teknologi yang telah dikembangkan dalam penelitian
demi kesejahteraan manusia. Memberikan perhatian dan mencari
pemecahan terhadap berbagai masalah social-budaya masyarakat.
d. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusi
pendidikan dan penelitian, lokal, nasional, dan internasional
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian dan
pengabdian.
e. Memperbaiki dan mengembangkan universitas secara terus
menerus, sehingga dapat mendukung segala upaya mencapai
keunggulan.
Universitas Katolik Soegijapranata memiliki sembilan fakultas
program sarjana yaitu Fakultas Arsitektur dan Desain, Fakultas Teknik,
Fakultas Ilmu Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi, Fakultas
Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Sastra, dan
Fakultas Ilmu Komputer.
Untuk melaksanakan penelitian ini, sesuai dengan quota yng
ditentukan sebelumnya, peneliti meminta 11 mahasiswa per fakultas
untuk menjadi subjek penelitian ini dengan rincian 5 mahasiswa untuk
try out, dan 6 mahasiswa untuk penelitian. Total subjek yang
digunakan adalah 99 mahasiswa. Salah satu ciri populasi yang dipakai
sebagai subjek penelitian adalah mahasiswa yang sedang mengambil
mata kuliah skripsi minimal sudah 2 semester. Sesuai dengan ciri
populasi yang ada, maka penelitian ini mengambil tempat Universitas
50
Katolik Soegijapranata Semarang sebagai tempat penelitian atas dasar
beberapa alasan:
a. Mahasiswa aktif Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
adalah salah satu bagian masyarakat yang terdekat dan mudah
dijangkau oleh peneliti
b. Kemudahan dalam perijinan dan administrasi
c. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti dari Puslitbang
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang
menggambarkan bahwa 50% dari mahasiswa antara angkatan 2000
sampai angkatan 2003 masih mengambil mata kuliah skripsi.
B. Persiapan Penelitian
Adapun persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Persiapan Perijinan Penelitian dan Administrasi
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan
ijin dari pihak-pihak terkait, maka peneliti meminta surat ijin
penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi yang kemudian
diteruskan kepada bagian BAAK Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang yang kemudian ditanggapi dengan
Surat Ijin Penelitian dari Wakil Rektor Bidang Akademik dengan
nomor 1397/B.7.3/WR1/VII/2009 pada tanggal 13 Juli 2009.
2. Penyusunan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa 2
skala yaitu skala prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi dan skala tipe kepribadian yang dibuat oleh
51
Ribkah Wijaya yang diadaptasi dari skala Bortner yang sudah
diuji validitasnya.
Skala Prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi disusun berdasarkan tiga aspek yang terdiri
dari 24 item. Aspek-aspek tersebut meliputi penundaan dalam
pengerjaan tugas , keterlambatan, serta pengalihan konsentrasi ke
aktivitas lain. Ada 8 item pernyataan yang terdiri dari 4 item
favourable dan 4 item unfavourable pada setiap aspeknya. Setiap
item mempunyai empat kemungkinan pilihan jawaban yaitu
Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (S), dan Sangat Sering (SS).
Item favourable untuk jawaban Sangat Sering (SS) diberi
nilai 4, jawaban Sering (S) diberi nilai 3, jawaban Jarang (J)
diberi nilai 2, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1.
Item unfavourable untuk jawaban Sangat Sering (SS) diberi
nilai 1, jawaban Sering (S) diberi nilai 2, jawaban Jarang (J)
diberi nilai 3, dan jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 4.
Sebaran item Skala Prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel 3 Sebaran Item Skala Prokrastinasi pada Mahasiswa yang
Sedang Menyusun Skripsi
S
k
a
l
No Ciri-ciri Prokrastinasi favourable unfavourable Total1 Penundaan dalam
pengerjaan tugas 1,7, 13,19 4,10,16,22 8
2 Keterlambatan 2,8, 14,20 5,11,17,23 8 3 Pengalihan konsentrasi
ke aktivitas lain 3,9,15,21 6,12,18,24 8
Total 12 12 24
52
Skala tipe Kepribadian yang digunakan dalam penelitian
ini disusun oleh Ribkah Wijaya berdasarkan skala Bortner
didasarkan pada 14 aspek, antara lain tidak pernah terlambat,
sikap kompetitif, tergesa-gesa, tidak sabar menunggu, antisipasi
terhadap masalah, pergaulan, berusaha mengerjakan semua
pekerjaan sekaligus, empati, rekognisi, mengerjakan tugas
dengan cepat, serius mengerjakan tugas, ambisius, ekspresif,
serta minat terhadap kerja.
Alternative pilihan jawaban dalam skala kepribadian yang
digunakan dalam penelitian ini ada 2. Subjek diminta untuk
memilih satu jawaban yang sesuai dari 2 alternatif jawaban.
Penggolongan subjek ke dalam suatu kepribadian dilihat dari
perbandingan skor total item untuk kepribadian tipe A dan skor
total item untuk kepribadian tipe B. Individu digolongkan
berkepribadian tipe A apabila skor total item untuk tipe A lebih
besar daripada skor total item tipe B dan sebaliknya individu
digolongkan berkepibadian tipe B apabila skor total item untuk
tipe B lebih besar daripada skor total item tipe A. Sebaran angket
dapat dilihat di tabel 4 di halaman 53.
53
Tabel 4 Sebaran Item Skala Kepribadian Bortner
No Aspek Tipe A Tipe B Total item
1 Tidak pernah terlambat 1.A 1.B 2
2 Sikap kompetitif 2.B 2.A 2 3 Tergesa-gesa 3.A 3.B 2 4 Tidak sabar menunggu 4.A 4.B 2 5 Antisipasi terhadap
masalah 5.B 5.A 2
6 Pergaulan 6.A 6.B 2 7 Berusaha mengerjakan
semua pekerjaan sekaligus
7.B 7.A 2
8 Empati 8.A 8.B 2 9 Rekognisi 9.A 9.B 2
10 Mengerjakan tugas dengan cepat
10.A 10.B 2
11 Serius mengerjakan tugas
11.B 11.A 2
12 Ekspresif 12.B 12.A 2 13 Minat terhadap kerja. 13.A 13.B 2
14 Ambisius 14.B 14.A 2
Total 14 14 28
3. Uji Coba Skala (Try Out)
Sebelum skala digunakan untuk penelitian yang
sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap skala
yang akan digunakan. Uji coba dilakukan pada subjek dengan
ciri-ciri yang sama dengan sampel yang telah ditentukan. Sampel
untuk uji coba adalah sebanyak 45 orang dengan rincian 5 subjek
per fakultas pada 9 fakultas di Universitas Katolik Soegijapranata.
54
Uji coba dilaksanakan pada tanggal 4-7 Agustus 2009 bertempat
di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang serta pada kos-
kos yang ada di sekitar Universitas tersebut. Sebelum meinta
subjek untuk mengisi skala, peneliti menanyai tentang data
subjek terlebih dahulu, tentang seberapa lama subjek telah
mengambil skripsi.
Pada hari pertama sampai dengan hari ke empat peneliti
menguji coba skala di gedung-gedung Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang terutama gedung Thomas Aquinas.
Peneliti menguji skala pada subjek try out yang berjumlah 34
orang. Karena jumlahnya yang tidak mencukupi, peneliti
melengkapi jumlah subjek try out yang dibutuhkan dengan
menguji skala pada beberapa kos di sekitar Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang. Data yang sudah diperoleh diberi skor
sesuai jawaban yang diberikan, kemudian di tabulasi dan untuk
selanjutnya dianalisis.
C. Pelaksanaan Penelitian
Setelah diadakan try out, penelitian dilanjutkan pada tanggal
10 11 Agustus 2009 di Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang. Metode yang digunakan dalam pengambilan subjek
adalah Incidental Quota Sampling, yaitu penelitian sekelompok
subjek secara kebetulan yang jumlahnya telah ditentukan terlebih
dahulu yaitu 54 subjek. Subjek yang sesuai dengan ciri-ciri populasi
baru dapat mengisi skala yang telah dibagikan (Hadi, 2001, h.75).
55
Dalam penelitian ini penyebaran skala dilakukan oleh peneliti
sendiri, dibantu dengan teman peneliti yang ikut menyebarkan di
beberapa kos di sekitar Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Dari 54 skala yang disebar, semua skala kembali dan terjawab
dengan lengkap sehingga semua skala dapat di skor.
Setelah pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pencatatan
hasil dan membawa tabulasi data hasil skala penelitian untuk
kemudian dilakukan penghitungan hasil data. Penghitungan validitas
data menggunakan progam komputer Statistical Packages for Social
Science (SPSS) Release