Post on 10-Mar-2019
transcript
ARSITEKTUR RUMAH ADAT TRADISIONAL KAJANG
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
ADAT HOUSE TRADITIONAL ARCHITECTURE OF KAJANG IN THE ISLAMIC PERSPECTIVE
Mukhlishah Sam 1, Ria Wikantari 2, Ananto Yudono2
1Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah & Kota, Fakultas Sains & Teknologi, UIN Alauddin Makassar
2Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Mukhlishah Sam, S.T., M.Si UIN Alauddin Makassar Sulawesi Selatan. HP: 085399 802402 Email: queensha66@gmail.com
ABSTRAK
Kajang merupakan salah satu kawasan permukiman adat yang ada di Sulawesi Selatan, yang masih memegang teguh ajaran-ajaran nenek moyang mereka secara turun-temurun. Masyarakat pengikut Amma Towa, sejak Islam masuk pada abad ke-XVII M. Mereka, telah mengkukuhkan dirinya sebagai seorang yang beragama Islam. Tetapi, sejatinya mereka masih tetap dalam melakoni hidup mereka, mengacu pada Ajaran Pasang ri Kajang. Inilah yang melatar belakangi, penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengkaji implementasi nilai-nilai ajaran Islam pada arsitektur rumah adat tradisional Kajang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan hermeneutik dengan jumlah sampel 10 rumah adat tradisional Kajang yang dipilih secara simple random sampling. Kegumpulan data dengan cara melakukan observasi lapangan dan interview. Analisis deskriptif fungsi, bentuk dan struktur rumah adat tradisional Kajang, untuk mengetahui implementasi nilai-nilai Islam pada rumah adat tradisional Kajang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sejak Islam masuk di Sulawesi Selatan dan Kajang menerima secara resmi Islam sebagai agama mereka. Sejak itu pula, pola dan tata cara hidup masyarakat Kajang termasuk dalam proses pembentukan rumah tinggal mereka sudah memasukkan nilai-nilai ajaran Islam. Walau sampai saat ini ajaran Islam, masih belum secara utuh terlaksana.
Kata Kunci: Arsitektur, Rumah Adat Tradisional Kajang, Perspektif Islam
ABSTRACT
Kajang is one of the indigenous settlements in South Sulawesi, which still adhere to the teachings of their ancestors from generation to generation. Public follower of Amma Towa, since Islam arrived in the seventeenth century AD They, has mengkukuhkan himself as a Muslim. However, they still remain true in their lives diving, referring to the doctrine Post ri Kajang. Here's the background, research. This study aims to assess the implementation of Islamic values on the traditional custom home architecture Kajang. The research method used is descriptive qualitative and hermeneutic with a sample of 10 traditional custom home Kajang selected by simple random sampling. Kegumpulan data by field observation and interviews. Descriptive Analysis of function, form and structure of a traditional custom house Kajang, to know the implementation of Islamic values in the traditional custom home Kajang. The results of this study indicate that, since Islam arrived in the South and Kajang formally accept Islam as their religion. Since then, the pattern and manner of life Kajang included in the process of establishing their homes are the values of Islam. Although to date the teachings of Islam, is still not fully implemented.
Keywords: Architecture, Adat House Traditional of Kajang, Islamic Perspective.
PENDAHULUAN Manusia adalah khalifah di muka bumi sesuai dengan Q.S al-Baqarah ayat 30,
memiliki tugas, fungsi, untuk memakmurkan bumi. Dan secara khusus manusia bertanggung
jawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup yang asri, yang menjadi tempat
tinggal manusia untuk berkarya dan mengembangkan kreatifitas dan potensi diri mereka.
Dalam mengembangkan potensi dan kreatifitas manusia dalam kapasitas sebagai khalifah,
salah satu bagian penting yang harus menjadi perhatian ialah menciptakan suasana kehidupan
yang kondusif, indah dan menyenangkan kehidupan mereka. Pada posisi inilah, peran para
arsitek sangat menentukan, dalam merangcang dan mewujudkan bangunan atau permukiman
yang nyaman untuk dihuni. Pernyataan ini, mengindikasikan bahwa dalam merancang
bangunan dan permukiman, unsur seni yang menjadi bagian esensial dari keindahan menjadi
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.
Ajaran Islam sebagai way of life (jalan hidup manusia) termaktub dalam al-Qur’an
dan al-Hadis, menjadi pedoman dalam kehidupan manusia di bumi serta menjadi petunjuk
atau hudan (petunjuk) bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt. Dalam al-Qur’an
surah al-An’an ayat 38 Allah swt., berfirman: Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam al-
Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. Kata al-Kitab dalam ayat ini,
menurut oleh para mufassir ialah, al-Qur’an yang mengandung pokok-pokok ajaran agama,
norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. Singkatnya, seluruh aspek
kehidupan manusia, telah tercantum dalam al-Qur’an, sekalipun dalam bentuk garis-garis
besar. Seiring dengan ayat tersebut di atas, Nabi Muhammad saw., dalam salah satu hadis
menyatakan bahwa: “Telah kutinggalkan kedapamu dua warisan pokok dalam kehidupan,
dan engkau tidak tersesat dalam kehidupan selama engkau berpegang kepada dua warisan
tersebut, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis”.( Azyumardi, 2008)
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan berbagai segi
kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang/tata ruang, geografis, sejarah (Sumalyo, 2003).
Arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan, tidak diragukan lagi bahwa dasar-dasarnya
berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits. Ini berarti, wujud
arsitektur yang berpijak pada pelestarian alam dan lingkungan hidup, pasti sejalan dengan
prinsip Islam. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam buku Islamic Art and
Spirituality mengatakan “…Suatu produk seni disebut Kesenian Islam bukan karena ia dibuat
oleh orang muslim, namun karena ia dikeluarkan dari sebuah pemahaman terhadap Islam
yang berakar pada hukum dan jalan hidup Islam”. (Nasr, 1987)
Masyarakat Tana Towa Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, mengaku
beragama Islam, bahkan mau mati demi Islam, akan tetapi yang menjadi sumber tata nilai,
yang mereka pedomani bukan al-Qur’an dan hadist, melaingkan Pasang ri Kajang. Pasang ri
Kajang, secara harfiahnya berarti “pesan di Kajang”. Pesan yang dimaksud di sini, bukan sembarang
pesan, melainkan pesan-pesan suci yang mereka yakini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
(Tau Ri’k A’ra’na)/TRA dan menjadi pedoman hidup dan kehidupan mereka. (Chaeruddin,
1981) Pasang ri Kajang bagi masyarakat yang bermukim di Tana Towa, dibawah
kepimpinan tokoh adat yang kharismatik “Amma Towa” yakin bahwa isi dan materi Pasang
ri Kajang bukan hanya sekedar pesan, melainkan pesan suci, amanah, fatwa, nasihat,
tuntunan hidup, peringatan; dalam Pasang ri Kajang tidak hanya mengandung pesan yang
baik dan wajib dilaksanakan, tetapi juga pesan yang buruk yang harus dihindari atau tidak
dilaksanakan. (K.M.A. M. Usop, 1978) dalam penelitiannya, telah merekam materi Pasang ri
Kajang sebanyak 83 pasang ditambah 18 pasang kelong (pantun/sastra), yang merupakan
pengungkapan alam rasa dan pikiran masyarakat Amma Towa melalui karya sastra.
Karena itu masyarakat Tana Towa, khususnya yang bermukim di wilayah adat atau
(tana kamase-masea) suasana kehidupan mereka sehari-hari dinafasi oleh ajaran Pasang ri
Kajang, mulai dari bertahan hidup, mengelola kebun dan cara bertani, sampai dengan cara
membangun rumah tempat tinggal semuanya mengacu pada ajaran Pasang ri Kajang. (Salle,
1999) dalam tulisannya menjelaskan salah satu konsep Pasang ri Kajang dalam hal menjaga
kelestarian lingkungan adalah: Punna nitabbangi kayua ri boronga, annguranngi bosi,
appatenrei tumbusia, anjo boronga angkontai bosia, akakna kajua appakalompo timbusu,
raung kajua anngontak bosi, Artinya: kalau pohon kayu di hutan ditebang, akan mengurangi
hujan, meniadakan mata air, hutan itulah yang mengontak hujan, akarnya membesarkan mata
air, daunnya yang mengontak hujan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji nilai-nilai
Islam yang berpengaruh ke Pasang ri Kajang serta mengkaji implementasi nilai-nilai Islam
pada arsitektur rumah adat tradisional Kajang.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Dusun Benteng, Desa Tana Towa, Kecamatan Kajang,
Kabupaten Bulukumba. Waktu penelitian berlangsung dari bulan mei sampai dengan bulan
juni 2012.
Rancangan Sistem
Penelitian ini mengacu pada nilai-nilai dan pandangan perspektif Islam terhadap rumah
adat tradisional Kajang serta nilai nilai-nilai Islam yang yang berpengaruh ke Pasang ri
Kajang jika titinjau dari beberapa elemen arsitektural seperti pada Tabel 1, dimana metode
yang dianggap sesuai dengan realitas di lapangan adalah kualitatif dengan pendekatan
historis, sosiologis dan Ajaran Islam. Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan dimana data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, dengan
mempergunakan metode in-depth interview terhadap tokoh-tokoh kunci yang terdapat dalam
kelompok masyarakat Amma Towa. Selain itu digunakan observasi secara cermat dan akurat
terhadap suasana kehidupan masyarakat Amma Towa. Analisis data yang digunakan metode
deskriptif kulitatif dan hermeneutic (Sugiyono,1999) yang kemudian hasilnya dirangkum
dalam bentuk kesimpulan.
Populasi dan sampel
Populasi pada peneltian ini adalah rumah adat tradisional Kajang yang berada di Dusun
Benteng, dengan jumlah 76 unit rumah tradisional rumah adat Kajang. Pemilihan sampel
pada penelitian ini ditentukan secara purposive sampling karena sumber data utama dari
penelitian ini adalah Amma Towa atau kepala adat Desa Tana Towa Kajang yang lebih
mengetahui tentang isi dari Pasang ri Kajang. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 39
unit rumah dari 76 unit rumah yang berada di kawasan adat Desa Tana Towa Kajang.
HASIL
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa arsitektur rumah adat tradisional
Kajang dalam perspektif Islam dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu budaya, religi dan
sosial masyarakat Amma Towa dalam kehidupan sehari-hari. Dari ketiga aspek tersebut, akan
menjadi media analisis elemen arsitektur yang ada pada rumah adat tradisional kajang.
Elemen arsitektur tersebut adalah: Bentuk, Fungsi dan Pembagian Ruang, Struktur, Material,
Orientasi, Ornamen, Skala, serta Tapak. (Ching,1999) Dari ke dalapan elemen arsitektur ini,
yang telah dianalisis oleh ketiga aspek pembentukan rumah adat tradisional kajang yang
nantinya apakah rumah adat tradisional Kajang sudah sesuai dengan Konsep Pasang ri
Kajang dan sejalan dengan Prinsip ajaran Islam dalam pembentukan rumah tinggal. Konsep
ajaran Pasang ri Kajang yang dilakukan oleh masyarakat Amma Towa dalam aplikasi
kehidupan mereka disebut dengan appa paggentunna tanaya na pattukulu’na langi, yaitu
empat hal penggantung bumi dan peyandang langit yang terangkum dalam ungkapan
lambusu (jujur), gattang (tegas), sabbara (sabar), dan apisona (pasrah).
Non Arsitektural
Dari sudut pandang non arsitektural diketahui beberapa hal diantaranya budaya Amma
Towa Kajang, Religi / Kepercayaan masyarakat Amma Towa Kajang, dan Sistem sosial
masyarakat Amma Towa Kajang.
Arsitektural Rumah Adat Tradisional Kajang
Dalam hal Arsitektural, rumah adat tradisional Kajang dapat ditinjau pada sisi Kondisi
Eksisitng Rumah Adat Tradisional Kajang seperti Tabel 2, serta analisis rumah adat
tradisional Kajang yang meliputi bentuk, fungsi dan pembagian ruang, struktur, material,
Orientasi, ornament, serta Skala.
PEMBAHASAN
Masyarakat Kajang dengan budaya yang unit berasal dari cerminan Pasang ri Kajang
memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat pengikut Budaya Masyarakat
Amma Towa Kajang, Rumah masyarbakat Amma Towa Kajang, memiliki keunikan. Dari
perletakan dapur yang berada di depan sampai pada tiang rumah yang mengikuti bentuk asli
dari pohan yang digunakan sebagai tiang. Warna hitam dan tanpa alas kaki, merupakan
identitas dari masyarakat Amma Towa Kajang. Sebuah komunitas masyarakat yang memiliki
budaya yang unik. Masyarakat Amma Towa merupakan salah satu kelompok masyarakat
yang masih memegang teguh tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka secara
turun temurun sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Masyarakat Amma Towa, cenderung
bahkan menolak segala bentuk hal-hal modernisasi yang dapat merusak kelestarian hutan dan
tradisi dari masyarakat Amma Towa. Budaya kamase-masea, merupakan suatu sistem nilai
Pasang ri Kajang. Sistem nilai yang merupakan kesatuan integral dari pemahaman kosmologi
terhadap Tau Ri’e Ara’na yang mencangkup dua matra utama, yakni patuntung dan pola
hidup kamase-masea.(Mattulada,1964)
Religi / Kepercayaan Masyarakat Amma Towa Kajang, Sistem religi masyarakat Amma
Towa Kajang adalah husung (kualat, durhaka) dan kasipalli (pantang, tabu, pamali) menyebut
“Tuhan” dan nabi-nabi secara langsung. “Tuhan” mereka menyebutnya dengan Ta’u Rie’a
A’ra’na (yang berkehendak atau Yang menentukan). Nabi Adam disebut mula taua (manusia
pertama/mula-mula) dan Nabi Muhammad SAW disebut sempe sinonto (saling bersentuhan
keras, karena pada saat piring-piring saling bersentuhan keras, orang terkejut dan
mengucapkan namanya) atau Tau kamaseang (orang yang dikasihani, diberkahi oleh Tuhan).
(Katu, 2000)
Sistem Sosial Masyarakat Amma Towa Kajang, Sistem sosial bagi masyarakat Amma
Towa Kajang, memiliki pertalian darah dengan to manurung yang turun di Kajang.
Dikisahkan bahwa tokoh to manurung memiliki bebrapa orang anak, yang kemudian hari
memiliki daerah kekuasaan yang disebut gallarang. Karena itu, di Kajang pada awalnya
terdapat lima gallarang, yaitu: gallarang Pantama, gallarang Kajang, gallarang Puto’,
gallarang Lombo’, dan gallarang Anjuru. Kelima gallarang ini disebut Ada’ Limaya, dengan
Galla Pantama sebagai pemegang pucuk pemerintahanyang disebut kala’birang, dan Amma
Towa sebagai pengayom atau pelindung. Di samping Ada’ Limaya yang merupakan lembaga
pemerintahan, yang diketuai oleh Galla Pantama, juga terdapat Ada’ Butta atau Ada’ Tanaya
yang terdiri atas: Galla’ Kajang, Lompo Ada’, Galla Puto’ Lompo Karaeng. Lompo Ada’,
Sanro Kajang, Pua Kadaha, dan Tau Towa Sangkala. Kesemuanya ini adalah pemangku-
pemangku adat dan kepercayaan yang dipimpin langsung oleh Amma Towa. (Kern, 1980)
Bentuk dasar dari rumah adat tradisional Kajang, berbentuk empat persegi panjang
dengan jumlah tiang 16 buah yang terdiri dari 4 baris, 4 tiang dengan jarak antara tiang satu
dengan tiang yang lainnya 1 sampai dengan 2 meter. Sehingga luas rumah sekitar ± 54 m2.
Rumah adat tradisional Kajang terbagi atas tiga ruang, ruang depan atau biasa disebut dengan
Rio olo, terdapat dapur yang bersambung dengan ruang tamu. Ruang tengah atau biasa
disebut Lausuk di fungsikan sebagai ruang tidur laki-laki. Dimana ruangan ini hanya
dipisahkan oleh dua buah tiang. Ruang yang terletak dibagian belakang rumah atau biasa
disebut Ri Boko, ruangan ini terbagi atas tiga ruangan yang disekat dengan dinding papan
atau bambu. Fungsi ruangan ini masing-masing:
a. Makabiring, berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka,
b. Tangngai, merupakan tempat tidur orang tua atau Amma Towa,
c. Simpang, berfungsi sebagai tempat tidur anak gadis.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa, rumah adat tradisional Kajang, dalam proses
pembentukannya tanpa disadari mangacu pada konsep ajaran Islam. Perletakan dapur yang
berada di bagian depan rumah tersimpan sebuah falsafah hidup yaitu keterbukaan dan
kejujuran. Ini merupakan refleksi dari penghayatan, sikap,dan perilaku keagamaannya.
Kerjujuran merupakan ajaran dasar dalam Islam. Ia merupakan sarana untuk mengantar
seseorang kepada kebaikan yang selanjutnya untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi.
Pembagian dan pengorganisasian ruang pada rumah adat tradisional Kajang dalam
konteks ajaran Islam, sudah relevan. Ini sesuai dengan hadits riwayat Muslim, yang
menjelaskan:
“satu tempat tidur untuk suami, satu tempat tidur lagi untuk istri dan satu lagi untuk tamu,
sedangkan yang keempat adalah untuk setan” Maksud dari HR. Muslim ini adalah,
hendaknya setiap muslim mempunyai tiga ruang tidur. Yang satu untuk dirinya sendiri, yang
satu lagi untuk keluarganya dan yang ketiga untuk tamu. Hal ini tampak dalam rumah adat
tradisional Kajang, ada ruang untuk orang tua, anak gadis, anak lelaki dan tamu. Dalam
Islam disebut dengan Hijab atau batasan. Struktur, Tiang-tiang rumah adat tradisional Kajang
ditanam ke dalam tanah sedalam ± 1 meter ke bawah tanah, dan kayu yang digunakan adalah
kayu na’nasayya yang berasal dari hutan kawasan adat Tana Towa Kajang. Tiang-tiang
rumah ini hanya mampu bertahan ± 10 tahun lamanya.
Material, Material yang digunakan oleh rumah adat tradisional Kajang, bersumber dari
alam. Ini tampak dari penggunaan belahan-belahan bambu untuk lantai rumah. Dalam bahasa
Makassar dialek konjo disebut dasere atau salima dalam bahasa bugis. Dimana Penggunaan
material dari alam pada rumah adat tradisional Kajang, juga dapat ditemukan dalam surah al-
Qur’an Thaahaa ayat 53 yang artinya “yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai
hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari
langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-
tumbuhan yang bermacam-macam”.
Orientasi, Gunung Lompobattang – Gunung Bawakaraeng sebagai ciri orientasi rumah
masyarakat Amma Towa Kajang yang berasal dari kepercayaan patuntung. Tetapi kian jauh
dari nukleus Dusun Benteng Hitam, rumah-rumah yang ada di kawasan adat Tana Towa
Kajang, cenderung mengikuti arah perletakan rumah yang ada di tana kuasayya, sebagai
akibat interaksi sosial dan adanya jalan-jalan yang memberikan kemudahan-kemudahan baru
dalam kehidupan. Ornamen, Anjong, yang terdapat pada bumbungan rumah adat tradisional
Kajang, yang menandakan posisi belakang dari Kajang dalam hubungan dengan Gowa
(Usop, 1978). Selain penggunaan anjong pada bumbungan rumah adat tradisional Kajang,
kepala ekor kerbau yang digantung pada benteng tangnga atau tiang utama rumah.
Penggunaan kepala kerbau pada rumah adat tradisonal Kajang hanya sebagai simbol dan
penanda pada rumah adat tradisional Kajang, bahwa si penghuni rumah sudah ada yang
meninggal dan menikah.
Skala, Skala dari rumah adat tradisional Kajang merupakan refleksi dari si pemilik
rumah.Tinggi tiang sampai ke lantai kurang lebih 2 meter. Ini berdasarkan tinggi si pemiliki
rumah ditambah dengan panjang lengan si pemilik rumah (kepala keluarga). Untuk tinggi
badan rumah berdasarkan tinggi si pemilik ditambah dengan 1 pokko (kepal).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa.
Pada kenyataannya ajaran Islam yang dipahami hanya sebatas ajaran Batiniah. Sejak abad ke-
XVII M ajaran Islam masuk di daerah Amma Towa Kajang dan Amma Towa mulai mengutus
orang untuk mempelajari ajaran Islam dan pada saat itu pula Ajaran Islam memiliki pengaruh
ke ajaran Pasang ri Kajang.Nilai-nilai ajaran Islam pada Arsitektur Rumah Adat Tradisional
Kajang adalah: Tidak terdapat patung yang disembah, Bangunan tidak ditujukan untuk pamer
dan kesombongan, Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga akhlak dan
perilaku, Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga sekitar,Tidak merusak alam, dan
Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah seperti warna-warna alam. Dibutuhkan
penelitian lanjutan dengan aktifitas kajian yang lebih mendalam untuk mengungkap lebih
banyak perbendaharaan arsitektural rumah adat tradisional Kajang dalam Perspektif Islam.
Dengan penelitian ini, para pembaca dapat memahami dengan benar tentang ajaran
Pasang ri Kajang dengan keterkaitannya terhadap ajaran Islam dalam proses pembentukan
rumah adat tradisional Kajang. Bagi kalangan arsitek, diharapakan tidak memahami
kebenaran Islam sebagai kebenaran dengan tafsir tunggal, tetapi Islam itu kaya dengan
prespektif dan sudut pandang yang lain, karena ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an
dan al-Hadits senantiasa sesuai dengan tuntunan zaman. Diharapakan adanya penelitian
lanjutan yang mengupas tentang keterkaitan Pasang ri Kajang dalam pembentukan kawasan
permukiman berdasarkan konsep-konsep ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. 2008. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII. Mizan. Jakarta. Chaeruddin B., 1981. Masyarakat Amma Towa dan Pelaksanaan Ajaran Islam. Fakultas
Tarbiyah IAIN Alauddin. Ujung Pandang. Ching, F.D. K. 1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan. Erlangga. Jakarta. Katu, Samiang. (2000). “Pasang ri Kajang (Kajiang tentang Akomodasi Islam dengan
Budaya Lokal di Sulawesi Selatan)”, PPIM IAIN Alauddin Makassar. Makassar. Kern, R.A. 1980. La Galigo.. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Nasr, Seyyed Hossein. (1987). “Islamic Art and Spirituality”. Golgooza Press. Cambridge. Salle, Kaimuddin. (1999). KEBIJAKAN LINGKUNGAN MENURUT PASANG Sebuah
Kajian Hukum Lingkungan Adat pada Masyarakat AmmaTowa Kecamatan Kajang Kabupaten Daerah Tingkat II Bulukumba. Unhas, Makassar.
Sugiyono. (2011). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Alfabeta. Bandung. Sumalyo. (2003). “Arsitektur Klasik Eropa”. Gadja Mada University Press. Yogyakarta. Usop, KMA.M. (1978). “PASANG RI KAJANG, Kajang Sistem Nilai Masyarakat Amma
Towa”. Pusat Latihan Ilmi-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Tabel 1. Elemen Arsitektural Rumah adat Tradisional Kajang
No Unsur Kajang
1 Bentuk Segi empat (Panggung)
2 Fungsi dan Pembagian
Ruang
Tiga bagian
3 Struktur Dari kayu yang tidak dirubah bentuk aslinya,
menggunakan pasak pada sistem
sambungannya.
4 Material Bahan dari alam
5 Orientasi Menghadap kr Barat (Gunung Lompobattang-
Bawakaraeng)
6 Ornamen Penggunaan bentuk ekor ayam pada atap
bangunan
7 Skala Manusia
Tabel 2. Kondisi Eksisitng Rumah Adat Tradisional Kajang
No Unsur Bentuk Kajang
1 Bentuk
Segi empat (Panggung)
2 Fungsi dan
Pembagian Ruang
Tiga bagian
No Unsur Bentuk Kajang
3 Struktur
Dari kayu yang tidak dirubah
bentuk aslinya, menggunakan
pasak pada sistem
sambungannya.
4 Material
Bahan dari alam
5 Orientasi
Menghadap ke Barat
(Lompobattang-Bawakaraeng)
6 Ornamen
Penggunaan anjung sebagai
pengapit bumbungan pada atap
bangunan, dan kepala kerbau
7
Skala
Manusia