Post on 09-Mar-2019
transcript
IMPLEMENTASI PENDEKATAN COLLABORATIVE
LEARNING MELALUI PEMBUATAN VIDEO MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Muhammad Nurudin Akbar
NIM. 1112011000082
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439
i
ABSTRAK
Muhammad Nurudin Akbar (NIM: 1112011000082). Implementasi
Pendekatan Collaborative Learning Melalui Pembuatan Video Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayadatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan
collaborative learning melalui pembuatan video pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif, adapun data-data diperoleh melalui observasi dan
wawancara yang bercorak deskriptif analitis atau analitis kritis, yaitu mengkaji
gagasan primer mengenai ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh
gagasan sekunder yang relevan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi pendekatan collaborative
learning melalui pembuatan video dapat digunakan dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara, observasi,
serta dokumentasi yang dilakukan peneliti kepada siswa, yaitu:
1. Pendekatan collaborative learning melalui pembuatan video memudahkan
siswa dalam memahami dan mempraktikan pelajaran.
2. Belajar dengan pendekatan collaborative membuat proses pembelajaran
menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
3. Membuat video menjadikan peserta didik meningkatkan keaktifan dan
semangat siswa dalam belajar.
Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi pendekatan collaborative
learning melalui pembuatan video dapat digunakan dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam kelas X di SMA Darul Kholidin Bogor.
Kata Kunci: Collaborative Learning, Media Pendidikan, Metode Pembelajran,
dan Strategi Pembelajaran.
ii
ABSTRACT
Muhammad Nurudin Akbar (NIM: 1112011000082) Implementation of
Collaborative Learning Approach through Making Video of Islamic Subject.
Skripsi Department of Islamic Education, Faculty of Science Tarbiyah and
Teacher Training UIN Syarif Hidayadatullah Jakarta.
This study aims to find out how the results of applying collaborative
learning approach through the making of video subjects Islamic Religious
Education. The method of writing used in this study is qualitative method, more
precisely is the method of observational research and interviews that are
descriptive analytic or analytical criticism. The main idea is about the scope of the
problem trusted by the relevant secondary ideas.
The results show that the application of collaborative learning approach
through video making can be used in the subjects of Islamic Religious Education.
This can be seen from the results of interviews, observations, and documentation
conducted by researchers to students, namely:
1. A collaborative learning approach through video creation makes it easier for
students to understand and practice lessons.
2. Learning with a collaborative approach makes learning easier and more fun.
3. Creating videos enables learners to increase the activity and spirit of
students in learning.
Based on the results above that the application of collaborative learning
approach through video making can be used in the learning process of Islamic
education in class X SMA Darul Kholidin Bogor.
Keywords: Collaborative Learning, Educational Media, Learning Methods, and
Learning Strategies.
iii
KATA PENGANTAR
الرحمن الرحيم بسم الل
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan nikmat kepada hambanya hingga tidak terhitung jumlah dan
kadarnya, memberikan kami waktu sampai detik ini sehingga kami masih dapat
menjalankan kewajiban yaitu menuntu ilmu. Shalawat serta salam tak lupa kami
hanturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW yang
menuntun kita kepada jalan kebenaran yang diridhai Allah Swt.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis yang telah menyelesaikan
penulisan karya ilmiah ini, terselesaikannya karya ilmiah ini merupakan hasil
yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung berupa doa, semangat, sumbangan pemikiran,
maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi penyempurnaan karya ilmiah. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa
pihak yang membantu dalam karya ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA dan Hj. Marhamah Saleh, L.c, MA, Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, dosen pembimbing akademik yang
memberikan arahan serta motivasi untuk selalu semangat dan segera
menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Yudhi Munadi, M.Ag, dosen pembimbing yang telah sabar memberikan
saran dan arahan serta meluangkan waktu dalam proses bimbingan hingga
penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.
iv
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi
perkuliahan.
7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (PT) dan
Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi
ini.
8. Kedua orang tua yaitu Bapak H. Naman dan Ibu Hj. Wanipah serta seluruh
anggota keluarga H. Piyok dan H. Firdaus yang selalu mendoakan,
mendidik, membimbing, mengasihi, serta mendukung dengan penuh
keihklasan, keridhaan, kesabaran serta pengorbanan yang tidak mampu
untuk membalasnya demi anaknya agar selamat dan bahagia dunia
maupun akhirat. Semoga Allah Swt selalu memberikan rahmat,
perlindungan, keridhoan, dan surga kepada mereka.
9. Abang tersayang dan yang aku banggakan Muhammad Anies Sulfuad,
Mpok tersayang dan yang aku banggakan Nurhayati, Sepupu tersayang
dan yang aku banggakan Elies Aprilianti Hasanah. Terima kasih atas
motivasi yang selalu kalian berikan semoga Allah selalu memberikan
semangat dan semoga Allah mensukseskan kalian semua di masa yang
akan datang.
10. Keluarga yayasan Pondok Pesantren Darul Kholidin yang telah menerima
penulis untuk meneliti.
11. Keluarga besar IKADA yang selalu mensupport penulis lahir dan bathin.
12. Keluarga PAI angkatan 2012 baik kelas A, B, maupun C yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi dan
arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga
Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.
13. Keluarga PAI angkatan 2013 dan 2014 baik kelas A, B, maupun C yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala
motivasi, canda dan tawanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
v
ilmiah ini. Semoga Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita
semua.
14. Kancawan serta Kancawati Habibi Nur, Solihati S.pd, Luthfi Mukhlis,
Wawan, Afham, Sultan, Husain, Robi, Muhammad Irfan S.pd, Karta,
Muhammad Hasan Habibi , Mala, Jannah S.pd, Zuya, Firda S.pd, Een
S.pd, Syifa S.pd, Ranti S.pd, Rini S.pd, Amel, Ayu S.pd, Febi, dan Susi.
15. Para pejuang dan pecinta Burdah Sayidina S.Pd, Asad S.Pd, Farouq S.pd,
Yazid S.Pd, Hermawan, Amir, Iyan, Fikri, Fattah, Igfirli, Ray, Afrijal,
Rizka Sofian, Agus, Dhiya Habibi S.pd dan Reza semoga kita selalu
istiqomah dalam menghadiri majlis burdah, semangat menyelesaikan
skripsinya, sukses untuk kita semua.
16. Teruntuk Haifa Suhailah, terima kasih atas segala motivasi, canda dan
tawanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga
Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini
dapat memberikan kontribusi wawasan bagi dunia ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Ciputat, 10 Mei 2018
Penulis,
Muhammad Nurudin Akbar
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT……………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 7
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendekatan Collaborative Learning ..................................... 9
1. Pengertian Collaborative Learning ................................................. 9
2. Implementasi Collaborative Learning ............................................. 11
3. Pendekatan Collaborative Learning................................................. 14
4. Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning ....................... 23
B. Pengertian Strategi dan Media Pembelajaran ........................................ 24
1. Strategi Pembelajaran ....................................................................... 24
2. Media Video ..................................................................................... 30
C. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................................... 44
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................... 44
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .................... 45
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................................... 46
D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 47
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 50
B. Latar Penelitian ...................................................................................... 50
C. Metode Penelitian ................................................................................... 51
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................... 52
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .................................... 60
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Darul Kholidin ................................................ 63
B. Pemaparan Data ..................................................................................... 64
1. Data Observasi dan Wawancara ....................................................... 64
2. Data Wawancara .............................................................................. 69
C. Situasi Proses Pembelajaran Implementasi Pendekatan Collaborative
Learning melalui Pembuatan Video....................................................... 71
D. Hasil Penelitian ....................................................................................... 75
E. Analisis Penelitian ................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 81
B. Implikasi ................................................................................................. 81
C. Saran ....................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi ............................................................................ 53
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ......................................................................... 56
Tabel 4.1 Data Informan .................................................................................... 70
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Wawancara Siswa
Lampiran 2 Kisi-Kisi Observasi
Lampiran 3 Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 4 Hasil Observasi
Lampiran 5 Pengkodingan dan Kategorisasi Wawancara Siswa
Lampiran 6 Naskah Video Animasi
Lampiran 7 Foto Dokumentasi Wawancara
Lampiran 8 Foto Dokumentasi Suasana Kelas
Lampiran 9 Foto Dokumentasi Pembuatan Video
Lampiran 10 Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan suatu
bangsa. Undang-Undang Dasar Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I
Ayat I menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.1
Dengan demikian pendidikan itu suatu kegiatan yang sadar dilakukan
oleh peserta didik dan direncanakan agar proses pembelajaran berlangsung
aktif dilakukan oleh peserta didik untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Pendidikan berlangsung dengan adanya tenaga pendidik, yaitu guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.2 Sebagai agen pembelajaran (learning
agent) guru memiliki peran sebagai fasilitator, motivator, pemicu, dan
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian. Kemampuan untuk menerapkan empat kompetensi tersebut
dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik, perancangan pembelajaran serta dalam menerapkan strategi
1Republik Indonesia. Undang – Undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya
2000 – 2004 (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), hal. 4. 2Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Edisi Revisi,
2008), hal. 356.
2
pembelajaran yang tepat merupakan sebagian ciri dari kompetensi
pedagogik.3
Dengan memiliki penguasaan terhadap empat kompetensi tersebut guru
seharusnya mampu untuk menerapkan dalam kegiataan pengelolaan
pembelajaran dengan rancangan, metode, dan strategi yang tepat serta mampu
di ikuti oleh peserta didik. Guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat
besar, disamping sebagai fasilitator dalam pembelajaran peserta didik, juga
sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi
manusia yang mempunyai pengetahuan yang luas baik pengetahuan agama,
kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti luhur, kepribadian
baik, dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta
memiliki tanggung jawab dalam pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, guru harus menguasai situasi dan kondisi ajaran yang
disampaikan kepada peserta didik, pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran, mengorganisasikan dan mengola isi pembelajaran, hasil yang
diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh tingkat efektivitas dan
efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya
tarik peserta didik.
Kegiatan kependidikan dapat melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi
peserta didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru
mempersiapkan program pendidikan dengan baik dan sistematis.
Untuk mempersiapkan program pendidikan yang baik dan sistematis
diperlukan penguasaan pendekatan oleh guru, salah satu usaha yang tidak
pernah guru tinggalkan yaitu bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang demikian bukanlah suatu
3Mukhtar. Organisasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada), hal. 117.
3
hal yang aneh, tetapi nyata; dan memang betul betul difikirkan oleh seorang
guru.4
Lembaga pendidikan (sekolah) yang berfungsi membantu pendidik untuk
mendidik dan mencerdaskan peserta didik. Maka dari itu sebagai seorang
pendidik yang profesional harus memiliki juga rasa tanggung jawab terhadap
peserta didik dalam pembelajaran ilmu pengetahuan, keterampilan, jiwa
beragama dan sebagainya. Khususnya pada pendidikan agama Islam.5
Pendidikan anak di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan
permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses
pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah saat ini masih terbatas
sebagai proses penyampaian pengetahuan tentang agama Islam, hanya sedikit
yang diarahkan pada proses internalisasi nilai- nilai islam pada diri peserta
didik. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru masih dominan ceramah dan hafalan. Artinya metode ceramah dan
hafalan yang diterapkan guru ketika mengajar pendidikan agama Islam
membuat peserta didik kurang termotivasi untuk belajar materi pendidikan
agama Islam, sehingga prestasi dalam pelajaran ini pun menurun. Padahal
pendidikan agama Islam penting bagi peserta didik.
Namun pendidikan agama yang dianggap merupakan suatu alternatif
dalam membentuk kepribadian kemanusiaan dianggap gagal. Karena
pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung
nampaknya kurang memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang
perlu di masukkan kedalam diri peserta didik.6
Bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Akibatnya, peranan serta efektivitas pendidikan
agama disekolah sebagai pemberi nilai terhadap kesejahteraan masyarakat
4Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT Rineka
Cipta cet ke 3, 2006) hal. 72. 5 M. Djumransyah, Pendidikan Islam, (Malang, Bayu Media Publishing, 2004) hal. 94.
6Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdikarya, 2001) hal. 168.
4
dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik,
maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.
Kenyataannya, seolah-olah pendidikan dianggap kurang memberikan
kontribusi ke arah itu, dengan kata lain pendidikan agama justru dianggap
gagal dalam melahirkan tujuan kependidikan. Setelah ditelusuri, penddidikan
agama ternyata mengalami beberapa kendala, antara lain: waktu yang
disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat
dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga
terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap
mata pelajaran yang lainnya.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada pendidikan agama
disekolah, sebab pendidikan agama disekolah bukanlah satu-satunya faktor
yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan agama tersebut masih terdapat
kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus-
menerus. Kelemahan lain, materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan
ajar akhlak, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim
dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Kendala
lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai pendidikan
agama dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam
pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya sarana
pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran orang tua peserta didik.7
Mengembangkan nilai-nilai agama pada peserta didik sangat tergantung
pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang
sangat mendukung keberhasilan guru dalam proses pembelajaran pendidikan
agama Islam adalah kemampuan guru yang menguasai penerapan metode
pembelajaran.
7 Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal 84.
5
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl (16:125) :
بيل رىبكى كم اب ادع الى سى وعظىة الىسىنىة وىجىادل ة لح نت رىبتكى ىوى اىعلى م إ م لالت ى ى ى اىسسى وىالمى
بيلو وىىوىاىعلى م لا لمهتىدي ى.بى ضىلت عى سى
“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan
(yang ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan
kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan
pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik.
Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui
(tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).”
Dari ayat di atas bisa disimpulkan bahwa proses pendidikan dapat
disampaikan dengan baik, bijak, dan sesuai dengan pola berfikir peserta
didik. Proses pendidikan tersebut membutuhkan suatu metode dan strategi
yang sesuai dengan kebutuhan dan pola berfikir peserta didik.
Metode pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi belajar
yang tinggi, dimana sangat berpengaruh pada pembentukan jiwa anak.
Motivasi belajar yang membangkitkan dan memberi arah pada dorongan yang
menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.
Salah satu metode yang dapat memperbaiki hasil belajar peserta didik
dan menerapkan keaktifan adalah metode collaborative learning
(pembelajaran kolaboratif). Metode ini dapat menyediakan peluang untuk
menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif peserta didik dan
meminimalisasi perbedaan pendapat antar individu dengan yang lainnya.
Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan
informal dari dua kekuatan yang bertemu. Pertama, realisasi praktek, bahwa
hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di
dunia nyata. Kedua, menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya
mewujudkan pembelajaran bermakna.
Metode collaboratif learning menunjukkan bahwa guru lebih berperan
sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah
6
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan untuk peserta didik. Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan pada peserta didik, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Peserta didik mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan
ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Pembelajaran kolaboratif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan. Peserta didik yang bekerja dalam situasi pembelajaran
kolaboratif didorong serta dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas
bersama, dan mereka harus mengkordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kolaboratif, dua atau lebih peserta
didik saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan
bersama.8
Hakikatnya dalam proses pendidikan yang berjalan adalah proses
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran atau media
tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan
penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang
akan di komunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada di dalam
kurikulum, sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain ataupun
penulis buku dan produser media; salurannya media pendidikan dan penerima
pesannya adalah peserta didik atau juga guru.
Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam
proses pendidikan yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada
peserta didik. Baik berupa alat, orang, maupun bahan ajar. Selain itu, media
pembelajaran dapat merangsang peserta didik agar lebih efektif. Oleh karena
itu, maka penggunaan media pembelajaran dapat merangsang peserta didik
untuk belajar.9 Media dapat mewakili makna dari sebuah proses pembelajaran
dari ucapan guru melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan
8https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/collaborative-learning/. 04 september
2017 pukul 22.00 9Basyarudin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press. 2012) hal. 14.
7
bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, peserta
didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.10
Media audio visual (video) berfungsi untuk melakukan kegiatan belajar
pembelajaran bagi peserta didik karena selain bisa menghibur juga sebagai
pengantar materi yang baik, mengingat tidak semua peserta didik bisa
menerima pelajaran dengan metode yang seperti biasanya.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian
pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin mengangkat suatu topik yang sesuai
dengan kondisi yang dihadapi saat ini, oleh karena itu peneliti dapat
merumuskan judul “Implementasi Pendekatan Collaborative Learning
melalui Pembuatan Video Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
peneliti mengidentifikasi berbagai permasalahan yang timbul yaitu :
1. Kurangnya ketertarikan peserta didik pada mata pelajaran PAI di
sekolah.
2. Kurang maksimalnya penggunaan metode collaborative learning
(pembelajaran kolaboratif) untuk mata pelajaran PAI di sekolah oleh
guru.
3. Penerapan strategi pembelajaran dengan membuat video yang masih
sedikit.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami hasil penelitian
ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya :
1. Menjelaskan implementasi pendekatan collaborative learning sebagai
metode dan pembuatan video sebagai strategi dalam mata pelajaran
PAI.
10
Syaiful Bahri dan Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rineka Cipta.2010)
cet ke 4, hal 120.
8
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung pendekatan
collaborative learning (pembelajaran kolaboratif) dalam pembuatan
video mata pelajaran PAI.
3. Penelitian ini dibatasi pada peserta didik kelas X SMA Darul Kholidin
pada mata pelajaran PAI.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan
masalah dengan membuat mayor question sebagai berikut “Bagaimana
Implementasi Pendekatan Collaborative learning melalui Pembuatan Video
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X SMA Darul Kholidin
Bogor.” Dan minor question-nya sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi pendekatan collaborative learning pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam ?
2. Bagaimana hasil pembelajaran Agama Islam dengan cara membuat
video ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
implementasi pendekatan collaborative learning melalui membuat video
mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
F. Manfaat Penelitian
1. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan, masukan
atau bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dalam penggunaan
metode dan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan pendidikan
agama Islam dalam pengembangannya bagi tenaga pengajar.
3. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman peneliti sesuai
dengan disiplin ilmu yang telah peneliti tekuni selama ini.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendekatan Collaborative Learning
1. Pengertian Collaborative Learning
Kolaboratif dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kerja
sama.11 Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) adalah
perpaduan dua atau lebih peserta didik yang bekerja bersama-sama dan
berbagi beban kerja secara setara, perlahan, untuk mewujudkan hasil-
hasil pembelajaran yang diinginkan.12
Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi epistemologis
yang berbeda dan berasal dari kontruktivisme sosial. Matthews
memotret esensi filosofis yang mendasari pembelajaran kolaboratif
dengan menyatakan. “Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung
apabila peserta didik dan guru bekerja sama menciptakan pengetahuan,
pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogi yang pusatnya
terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna
bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas
wawasan mereka”.13
Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) adalah proses
pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan peserta
didiknya. Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus
mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior.
Guru harus membantu berbagai kesulitan yang dihadapi oleh para
peserta didik. Demikian pula, antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya. Dalam konteks ini, peer teaching atau tutorial sebaya menjadi
bagian penting, yang keuntungannya tidak semata untuk yang diajari
tetapi juga untuk yang mengajari, karena peserta didik yang mengajari
11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia,
2014), h. 714.
12
Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, Collaborative Learning
Techniques Teknik-Teknik Pembelajaran Kolaboratif, (Bandung: Nusa Media, 2014), cet. 3, hal 6.
13
Ibid., hal 8
10
temannya akan semakin matang penguasaannya, sementara peserta
didik yang diajari akan memperoleh bantuan teman sebayanya dalam
proses pemahaman bahan ajar yang mereka pelajari. Hakikatnya,
collaborative learning yakni belajar yang saling membantu antara guru
dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya.14
Gokhale berpendapat bahwa “collaborative learning fosters
development of critical thinking trough discussion, clarification of
ideas, and evaluation of other’s ideas”. Pembelajaran kolaboratif
mendorong perkembangan pemikiran kritis melalui diskusi, klarifikasi
gagasan, dan evaluasi gagasan orang lain. Berbeda dengan Gokhale,
Wiersema menyatakan bahwa “collaborative learning is philosophy:
working together, building together, learning together, changing
together, improving together”. Pembelajaran kolaboratif adalah filosofi
dari: bekerja bersama, membangun bersama, belajar bersama, berubah
bersama, dan maju bersama. Sedangkan Lang dan Evans menyatakan
bahwa “collaborative learning is an approach to teaching and learning
in which student interact to share ideas, explore a question, and
complete a project”. Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah
pendekatan pada belajar dan pembelajaran yang mana peserta didik
berinteraksi untuk berbagi ide, menganalisa sebuah pertanyaan, dan
menyelesaikan proyek.15
Dengan demikian pada dasarnya pembelajaran kolaboratif
merujuk pada suatu model pembelajaran dengan peserta didik dari
tingkat performa yang berbeda bekerja bersama dalam suatu kelompok.
Setiap peserta didik bertanggung jawab terhadap pembelajaran peserta
didik yang lain, sehingga kesuksesan seorang peserta didik dapat
membantu peserta didik lain untuk menjadi sukses.
14 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004) hal 161.
15
Djamilah Bondan Widjajanti, Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah,
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, (Yogyakarta : FMIPA
UNY, 2008) hal 538, Tersedia online: http://eprints.uny.ac.id/10501/1/p13-Djamilah.pdf, diakses
pada 20 oktober 2017, pukul 11.30 WIB.
11
Model pembelajaran kolaboratif sangat berbeda dengan model
pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kolaboratif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik,
model pembelajaran ini juga efektif untuk mengembangkan kompetensi
sosial peserta didik.16
Model pembelajaran kolaboratif menekankan terjadinya
kolaborasi yang kuat antara peserta didik-peserta didik, peserta didik-
guru, peserta didik-materi pendidikan. Kolaborasi yang demikian bisa
dihadirkan melalui kegiatan kependidikan dalam kelompok yang
dirancang terutama untuk menjebatani keheterogenan peserta didik
dalam berbagai aspek.17
Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif bukan hanya
pengembangan kompetensi kognitif saja tetapi juga pengembangan
kompetensi sosial dan keterampilan peserta didik, dan juga membantu
meminimalisir kesenjangan pemahaman antar peserta didik.
2. Implementasi Collaborative Learning
Penjelasan tentang pembelajaran kolaboratif diatas dapat di
implementasikan bukan hanya untuk peserta didik, tetapi pembelajaran
kolaboratif tanggung jawab guru juga meliputi beberapa tugas,18
yaitu :
a. Mengorientasikan peserta didik
Dalam pembelajaran kolaboratif, peserta didik seperti halnya
guru, mereka memiliki tanggung jawab yang baru dan berbeda dari
yang lazimnya mereka jalani dalam pendidikan tradisional.
Guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kepada para
peserta didik dengan cara yang sama seperti guru mengajarkan
keterampilan-keterampilan yang lain dan menawarkan taksonomi
keterampilan-keterampilan kolaboratif yang meliputi keterampilan
16 Ibid.
17
Ibid.
18
Elizabert E. Barkley. op. cit., hal 41-140
12
intrepersonal, keterampilan manajemen kelompok, keterampilan
penyelidikan, keterampilan resolusi konflik, serta keterampilan sintesis
dan presentasi. Dalam kondisi-kondisi tertentu, guru dapat
mencontohkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, namun
metode utama pengajaran keterampilan pembelajaran kolaboratif
terletak pada penyusunan tugas pembelajaran sehingga praktek
keterampilan-keterampilan tersebut sangat penting bagi penyelesaian
tugas.
b. Membentuk kelompok
Kelompok pembelajaran kolaboratif memiliki keragaman jenis
sesuai dengan tujuan, kegiatan, dan rentang waktu peserta didik akan
bekerja bersama. Kelompok dapat bersifat formal, informal, atau dasar.
Kelompok formal dibentuk untuk bekerja sama guna mencapai
tujuan yang lebih kompleks seperti menulis sebuah laporan atau
membuat sebuah presentasi. Kelompok-kelompok ini bekerja bersama
sampai tugas tersebut selesai, yang lazimnya memakan waktu sampai
beberapa kali pertemuan dalam kelas atau bahkan hingga beberapa
minggu.
Kelompok informal terbentuk secara cepat, acak, dan untuk
bekerja sama dalam waktu yang singkat. Kelompok ini diciptakan
untuk merespons sebuah pertanyaan, sumbang saran gagasan, atau
untuk berpartisipasi di dalam usaha-usaha lain yang dijadikan sebagai
permulaan dari sebuah kegiatan kelas yang lebih lama.
Kelompok dasar tetap bergabung bersama selama satu semester
atau bahkan selama satu tahun akademis. Kelompok dasar ditujukan
untuk membentuk sebuah komunitas peserta didik yang mengerjakan
berbagai macam tugas. Karena bersifat jangka panjang, kelompok jenis
ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran dan untuk
menawarkan dukungan dan dorongan kepada para peserta didik.
c. Menyusun tugas pembelajaran
13
Ada beberapa pertimbangan umum yang perlu diingat ketika
menyusun tugas dalam pembelajaran kolaboratif, yaitu: pertama,
pastikan tugas tersebut relevan dan integral untuk mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran sehingga tidak terasa seperti “pekerjaan yang
membuang-buang waktu”. Kedua, berhati-hati dalam menyesuaikan
tugas dengan keterampilan dan kemampuan peserta didik. Ketiga,
merancang tugas untuk mendorong interdependensi agar setiap anggota
bertanggung jawab dan saling tergantung pada anggota yang lain dalam
mencapai keberhasilan. Keempat, memastikan tanggung jawab
individual, setiap orang perlu mengetahui bahwa mereka harus
mengerjakan tugasnya. Kelima, merencanakan setiap fase dari kegiatan
kolaboratif, dimulai dari bagaimana membentuk kelompok sampai
bagaimana kerja kelompok akan dievaluasi.
d. Memfasilitasi kolaborasi peserta didik
Memfasilitasi pembelajaran kolaboratif ditujukan untuk
membantu kelompok agar bisa bekerja secara efektif. Ada beberapa
cara memfasilitasi pembelajaran kolaboratif, diantaranya: Pertama,
memperkenalkan kegiatan. Kedua, mengobservasi dan berinteraksi
dengan kelompok. Ketiga, menangani masalah.
e. Memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif
Memberi nilai dalam pembelajaran kolaboratif sama halnya
dengan memberi nilai pada pembelajaran tradisional karena dapat
menjadi sesuatu yang menantang. Dalam kelas kolaboratif, di mana
peserta didik turut bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran
dan didorong untuk bekerja secara kolaboratif, bukan secara kompetitif,
dengan teman-teman mereka, akan menjadi pertentangan antara tujuan-
tujuan pembelajaran kolaboratif dengan keharusan seorang pendidik
untuk memberi nilai akhir individual. Sangat penting untuk
meminimalkan pertentangan ini. Jika diterapkan secara bijaksana, maka
pendidik akan dapat menciptakan sistem pemberian nilai yang adil
14
dalam pembelajaran kolaboratif, memberi kontribusi terhadap proses
pembelajaran, dan tetap valid secara edukatif.
3. Pendekatan Collaborative Learning
a. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan
merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang
suatu masalah. Pendekatan akan menentukan arah pelaksanaan ide
tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap
masalah yang akan dipelajari.19
Pendekatan dalam pembelajaran secara umum dibagi menjadi
dua, yaitu pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered
approaches) dan pendekatan berorientasi pada peserta didik (student
centered approaches).
Dengan demikian, dalam memandang sebuah masalah
diperlukannya suatu cara pandang untuk menyelesaikannya, hal ini bisa
dilakukan dengan dua pendekatan yang bisa berpusat pada guru
maupun peserta didik.
b. Pendekatan Collaborative Learning
Pada pendekatan ini, peserta didik didorong untuk mampu
memiliki dan melakukan hal-hal berikut.
a. Menerima orang lain.
b. Membantu orang lain.
c. Menghadapi tantangan.
d. Bekerja dalam tim.
19 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung : Alfabeta, 2013) hal
122.
15
Pendekatan collaborative learning yang kita ketahui diantaranya
adalah:
a. TAPPS (Think-Aloud Pair Problem Solving)
Dalam TAPPS, pasangan peserta didik menerima sejumlah
masalah dan juga beberapa peran khusus yaitu sebagai pemecah
masalah dan pendengar secara bergantian sesuai dengan setiap
masalah. Penyelesai masalah berbicara berdasarkan langkah-
langkah penyelesaian masalah. Dan pendengar mendengarkan
dengan seksama apa yang disampaikan oleh penyelesai masalah,
mengikuti langkah-langkahnya, berusaha memahami penalaran di
balik langkah-langkah tersebut, dan memberi saran-saran jika ada
langkah yang keliru.
Tahapan mempersiapkan TAPPS dengan cara meluangkan
cukup waktu untuk mengembangkan serangkaian masalah yang
sesuai dengan bidang terkait yang dapat diselesaikan peserta didik
dalam kerangka waktu terbatas. Masalah-masalah tersebut harus
melibatkan peserta didik dalam keterampilan menyelesaikan
masalah dasar seperti mengidentifikasi sifat dasar masalah,
menganalisis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk mencapai sebuah solusi, mengidentifikasi solusi potensial,
memilih solusi terbaik, dan mengevaluasi hasil-hasil potensial.
Prosedur yang bisa dilakukan pada tahap TAPPS ini ada 3
tahapan.
1) Meminta peserta didik membentuk pasangan dan pendidik
menjelaskan peran-peran penyelesaian masalah dan
pendengar. Peran penyelesaian masalah adalah
membacakan masalah secara lisan dan mengutarakan proses
penalaran yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.
Peran pendengar adalah mendorong penyelesai masalah
untuk berfikir secara lisan, dan menggambarkan langkah-
langkah penyelesaian masalah tersebut. Pendengar juga
16
dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi dan
menawarkan saran-saran, tetapi tetap harus menahan diri
untuk menyelesaikan masalah.
2) Meminta kepada peserta didik menyelesaikan sejumlah
masalah, saling berganti peran untuk setiap masalah yang
baru.
3) Kegiatan akan dihentikan apabila peserta didik telah
berhasil menyelesaikan seluruh masalah.20
b. SAP ( Send-A-Problem )
Setiap kelompok harus menerima sebuah masalah, mencoba
menyelesaikannya, kemudian mengirimkan masalah tersebut dan
solusinya kepada kelompok yang ada disebelahnya. Setelah cukup
banyak kelompok berpartisipasi dan sekiranya cukup bermanfaat,
kelompok-kelompok ini kemudian menganalisis, mengevaluasi,
dan menyintesiskan respon-respon terhadap masalah yang mereka
terima dan melaporkan solusi terbaiknya di depan kelas.
Persiapan yang dapat dilakukan pada SAP dengan cara
menentukan jumlah masalah yang pendidik butuhkan supaya
semua kelompok dapat bekerja secara simultan. Memutuskan
bagaimana cara menyampaikan masalah tersebut.
Mempertimbangkan setiap masalah ke dalam sebuah amplop agar
setiap kelompok dapat memasukkan solusi mereka.
Dalam menjalankan prosedur SAP ini ada beberapa cara :
1) Bentuk kelompok beranggotakan dua hingga empat peserta
didik, dan sediakan waktu untuk menjelaskan kegiatan ini,
memberi petunjuk, dan menjawab pertanyaan.
2) Bagikan masalah yang berbeda untuk masing-masing
kelompok, meminta kepada masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut, meminta mereka mencari
20 Elizabert E. Barkley.op.cit., hal 259-261.
17
solusi-solusinya, dan catat respon mereka dalam sebuah
map.
3) Beri penanda waktu, dan perintahkan kelompok tadi untuk
meneruskan masalah pada kelompok berikutnya dengan
masing-masing kelompok diberi map baru.
4) Saat menerima masalah baru, peserta didik disarankan
untuk menyumbangkan saran dan mencatatkan hasilnya
sampai waktunya selesai kemudian meneruskan masalah
tersebut kepadda kelompok yang lainnya.
5) Ulangi proses ini sampai cukup memadai dan sesuai dengan
masalah tersebut.
6) Para peserta didik dalam kelompok terakhir diminta untuk
mengulas respon-respon yang diberikan kepada masalah
tersebut, menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesiskan
informasi, serta menambahkan informasi yang diinginkan.
7) Kegiatan tersebut ditutup dengan laporan kelompok
mengenai respon-respon yang terdapat dalam map yang
telah dievaluasi, saat kelompok membuat laporan,
tambahkan poin-poin yang terlewatkan oleh kelompok dan
kuatkan proses dan solusi yang benar.21
c. CS (Case Study)
Dalam metode ini, kelompok peserta didik mengulas sebuah
studi tertulis dari kehidupan nyata yang di dalamnya terdapat
situasi masalah yang terkait dengan sebuah bidang. Para anggota
kelompok mengaplikasikan konsep-konssep pembelajaran untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi pendekatan-pendekatan
alternatif penyelesaian masalah tersebut. Tantangan terbesar bagi
para pendidik adalah bagaimana menyampaikan prinsip-prinsip
dan teori-teori yang abstrak dengan cara yang relevan di mata
peserta didik. Secara inheren studi kasus memang menarik bagi
21 Ibid., hal 267-269
18
peserta didik karena di sini mereka bisa merasakan perasaan
seperti di kehidupan nyata. Sehingga metode ini membantu
menjembatani jurang pemisah antara teori dan praktek serta
antara dunia akademis dan dunia kerja.
Tahapan mempersiapkan CS yaitu dengan cara menulis
sebuah kasus yang bagus jelas merupakan sebuah tugas yang
kompleks. Pendidik harus menggunakan riset pada peristiwa-
peristiwa mutakhir sebagai stimulus ide. Kasus yang dituliskan
bisa berupa kejadian nyata atau hipotesis ataupun kisah historis
(klasik), namun yang paling bagus adalah kasus yang terbuat dari
situasi yang berhubungan dengan isu-isu saat ini. Baik dibuat
sendiri maupun dengan yang sudah ada, biasanya kasus ditulis
dan dibagikan dalam bentuk selebaran, sering kali disertai dengan
sejumlah pertanyaan untuk mengarahkan peserta didik dalam
membuat analisis.
Prosedur yang bisa digunakan pada tahap ini adalah :
1) Bentuk beberapa kelompok peserta didik dan bagikan kasus
yang identik atau berbeda kepada masing-masing
kelompok.
2) Memberi waktu kepada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan mengenai proses yang akan mereka gunakan
untuk mengklarifikasi masalah yang diketengahkan dalam
kasus.
3) Peserta didik bekerja secara kelompok dengan waktu yang
disesuaikan dengan kompleksitas tugasnya untuk
mempelajari kasus tersebut lebih dalam dari sudut
protagonis serta agar mereka terbiasa dengan isu-isu dan
pilihan keputusan.
4) Peserta didik memilih data faktual, mengaplikasikan
perangkat analitis, mengartikulasikan masalah,
merenungkan pengalaman mereka yang relevan, menarik
19
kesimpulan, dan merekomendasikan yang dapat
menyelesaikan dilema tersebut atau menyelesaikan masalah
yang terdapat dalam kasus.
5) Mempersiapkan pernyataan lisan atau tertulis yang
menggambarkan penilaian mereka terhadap kasus, opsi-opsi
keputusan yang mereka lihat, serta rekomendasi mereka
untuk sebuah keputusan.
6) Mendiskusikan kasus-kasus tersebut bersama seluruh kelas
sementara pendidik memberi kesempatan tanya jawab
berhubungan dengan pengalaman mereka.22
d. SPS (Structured Problem Solving)
Structured problem solving memberi peserta didik sebuah
proses untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang
berbasis konten dalam kurun waktu tertentu. Semua anggota
harus sepakat terhadap sebuah solusi dan harus mampu
menjelaskan jawaban maupun strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Peserta didik yang
keterampilan penyelesaian masalahnya rendah akan mengalami
kesulitan pada satu atau beberapa tahap dari metode ini. Metode
ini dapat membantu peserta didik karena membagi proses
menjadi beberapa langkah spesifik. Oleh karena itu, peserta didik
dapat belajar mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan
masalah dengan cara yang terorganisir.
Untuk mempersiapkan metode ini, pendidik membuat
masalah yang cukup kompleks sehingga mengharuskan peserta
didik menggunakan keterampilan penyelesaian masalah yang
canggih. Gunakan riset dan persoalan-persoalan terkini dalam
bidang terkait sebagai sumber. Tentukan prosedur penyelesaian
dan pengidentifikasian masalah yang sesuai untuk jenis masalah
yang dipilih.
22 Ibid., hal 275-277
20
Prosedur yang digunakan dalam Structured problem solving
adalah:
1) Atur peserta didik menjadi beberapa kelompok dan berikan
mereka sebuah masalah yang kompleks untuk diselesaikan.
2) Peserta didik menyelesaikan masalah dengan menggunakan
langkah-langkah khusus yang telah pendidik buat sebagai
teknik penyelesaian masalah.
3) Setiap kelompok melaporkan solusi dan menjelaskan
kepada seluruh kelas langkah langkah yang mereka ambil
dan solusi yang mereka kembangkan.23
e. AT (Analytic Teams)
Dalam analytic teams, anggota tim mengasumsikan peran-
peran dan tugas-tugas tertentu untuk dijalankan ketika mereka
ditugaskan membaca bacaan yang ditugaskan kepada mereka,
mendengarkan materi, atau menyaksikan video secara kritis.
Peran-peran seperti perangkum, penghubung, pendukung, dan
pengkritik yang lebih fokus pada proses analitik ketimbang pada
proses kelompok. Metode ini sangat berguna dalam membantu
peserta didik memahami beragam kegiatan menciptakan sebuah
analisis kritis. Metode ini akan sangat efektif ketika pendidik
memberi peran-peran yang terdapat dalam norma-norma disiplin
bersangkutan. Dengan membagi proses ini menjadi bagian-bagian
dan membagi bagian-bagian ini pada masing-masing individu,
peserta didik dapat fokus mempelajari dan melaksanakan satu
aspek dalam satu kesempatan sehingga mereka dapat
mempersiapkan diri untuk mengerjakan tugas-tugas penyelesaian
masalah yang lebih kompleks dimana mereka harus
mengasumsikan beragam peran.
Persiapan untuk metode ini dengan memilih sebuah tugas
yang membutuhkan proses analisis kompleks dan bagi proses
23 Ibid., hal 284-285
21
tersebut menjadi beberapa bagian komponen atau peran. Meski
terdapat beragam peran yang harus dipilih, tetapi tetap tergantung
dengan proses analitik dan tujuan pembelajaran, berikut ini
beberapa teknik yang dapat diaplikasikan dalam beberapa macam
tugas.
Pendukung : mencatat poin-poin yang disetujui dan
berikan pertanyaan mengapa.
Pengkritik : mencatat poin-poin yang tidak disetujui
atau tidak berguna dan tanyakan mengapa.
Pemberi contoh : memberi contoh untuk konsep-konsep
kunci yang disampaikan.
Perangkum : merangkum poin-poin yang paling penting.
Penanya : mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
Substansif yang berkenaan dengan materi.
Prosedur yang digunakan adalah :
1) Membentuk kelompok peserta didik yang beranggotakan
empat atau lima orang, masing-masing individu dalam
kelompok diberi peran, dan tugas untuk diselesaikan.
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran, tayangan video,
atau tugas untuk membaca bacaan.
3) Guru memberikan waktu kelas kepada kelompok agar para
anggotanya dapat saling membagi hasil penemuan mereka
dan bekerja sama untuk mempersiapkan penyampaian
analisis mereka dalam bentuk presentasi tertulis ataupun
lisan.
4) Guru mencoba sebuah strategi penutup yang menekankan
peran-peran dan komponen tugas. Berdiri dan berbagi
mungkin bisa menjadi pilihan yang sesuai untuk kegiatan
22
yang cukup singkat, sedangkan sesi panel atau poster akan
lebih cocok untuk tugas-tugas yang lebih kompleks.24
f. GI (Group Investigation)
Dalam group investigation, kelompok peserta didik
merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan proyek riset-riset
mendalam. Proyek-proyek ini memberi kesempatan peserta didik
mempelajari sebuah topik secara intensif dan dapat pengetahuan
khusus mengenai suatu bidang tertentu. Metode ini juga bisa
membantu peserta didik mengetahui bahwa riset tidak selalu
harus dilakukan dengan langkah-langkah yang sama tetapi
bergantung konteksnya. Peserta didik jadi mengetahui bahwa riset
yang baik harus logis dan terorganisir antara satu riset dengan
riset lainnya bahkan satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Untuk metode ini persiapan yang dilakukan adalah seperti
tugas makalah. Menetapkan parameter apa saja yang ingin
pendidik bangun berkenaan dengan pemilihan topik. Pendidik
juga menentukan jenis sumber-sumber apa saja yang dapat
diterima. Selain itu, pendidik menentukan juga apakah ingin
memberi proses kelompok, peran tugas, atau membiarkan peserta
didik menentukan dan membagi peran mereka sendiri.
Prosedur yang akan dilalui dalam metode ini adalah :
1) Peserta didik diminta untuk melakukan sumbang saran
untuk topik-topik potensial yang kira-kira sesuai dengan
parameter pendidik.
2) Pendidik memilih topik yang akan diinvestigasi dari daftar
yang telah dibuat peserta didik. Pendidik bisa menentukan
pilihan ini sendiri atau mengajak peserta didik berpartisipasi
untuk memilihnya.
3) Pendidik membentuk kelompok sesuai dengan ketertarikan
peserta didik pada topik.
24 Ibid., hal 291-293
23
4) Memberi waktu kepada kelompok untuk mengatur usaha
mereka.
5) Setiap kelompok mulai melakukan investigasi,
mengumpulkan informasi, mengulas, menganalisis, dan
menginterpresentasikan informasi tersebut.
6) Setelah berakhir maka pendidik meminta pada setiap
kelompok untuk menyiapkan laporan akhir.25
4. Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning
Kelebihan collaborative learning adalah sebagai berikut:
a. Collaborative learning mengajarkan nilai-nilai kerja sama.
b. Collaborative learning mengajarkan keterampilan hidup dasar,
yaitu mendengarkan pendapat orang lain, berkomunikasi secara
efektif, mengatasi konflik, dan bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama.
c. Mendorong siswa saling belajar dalam kerja kelompok
Sedangkan kekurangan collaborative learning sebagai berikut:
a. Tidak memiliki kepercayaan diri atau minat dalam bekerja sama
sehingga peserta didik enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan collaborative learning ini membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
c. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, maka peserta didik
akan sulit mendapatkan informasi selama proses pembelajaran.
25 Ibid., hal 299-301
24
B. Pengertian Strategi dan Media Pembelajaran
1. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Pembelajaran menurut Muhaimin adalah “upaya
membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan
pembelajaran akan melibatkan peserta didik mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien”.26
Sedangkan strategi menurut Slameto adalah “suatu rencana
tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi serta sarana yang
ada untuk meningkatkan efektifitas dan efensiensi pengajaran”.27
Strategi pembelajaran adalah pendekatan umum mengajar
yang berlaku dalam berbagai bidang materi yang digunakan untuk
memenuhi berbagai tujuan pembelajaran.28
Dick dan Carey
berpendapat bahwa “Strategi pembelajaran adalah komponen
umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan
digunakan secara bersama-sama”.29
Sedangkan menurut Seels dan Richey strategi pembelajaran
adalah “sebagai spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan
kejadian dan aktivitas dalam pembelajaran”.30
Menurut Briggs
strategi pembelajaran adalah “penentuan urutan yang
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dan memutuskan
bagaimana untuk menerapkan kegiatan-kegiatan instruksional
bagi masing-masing individu (peserta didik)”.31
26 Yatim Riyanto., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group,
2014), hal 131.
27
Ibid.
28
Paul Eggen dan Don Kauchak., Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berfikir, (Jakarta, PT Indeks Permata Puri Media, 2012), hal 6.
29
Etin Solihatin., Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta, PT Bumi Aksara, cet ke 2, 2012),
hal 3.
30
Ibid., hal 4.
31
Ibid.
25
Dengan demikian strategi pembelajaran adalah pendekatan
menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa
pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan
umum pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam membantu usaha belajar peserta didik, mengorganisasikan
pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan bahan ajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan adalah
suatu maksud yang dikomunikasikan melalui suatu pernyataan
yang melukiskan perubahan yang diharapkan dalam diri murid-
murid, bila ia telah menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu.
Dengan kata lain, strategi pembelajaran hendaknya berisi
kegiatan-kegiatan belajar agar mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Dan tujuan pembelajaran hendaknya berisi jenis-jenis
kemampuan / tingkahlaku yang akan di miliki peserta didik
setelah kegiatan belajar di berikan guru.
b. Tahapan Pembelajaran
Secara umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahapan
pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan, yaitu:
1) Tahap pemula adalah tahapan persiapan guru sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam tahapan ini kegiatan
yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain:
a) Memeriksa kehadiran peserta didik.
b) Pretest (menanyakan materi sebelumnya).
c) Apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi
sebelumnya).
2) Tahap pengajaran adalah langkah-langkah yang dilakukan
saat pembelajaran berlangsung. Tahap ini merupakan
tahapan inti dalam proses pembelajaran, guru menyajikan
materi pelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan yang
dilakukan oleh guru, antara lain:
26
a) Menjelaskan tujuan pengajaran peserta didik.
b) Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas.
c) Membahas pokok-pokok materi yang telah ditulis.
d) Menggunakan alat peraga.
e) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok
materi.
3) Tahap penilaian dan tindak lanjut adalah penilaian atas hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dan
tindak lanjutnya. Setelah melalui tahap ini, langkah
selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan
penilaian keberhasilan peserta didik dengan melakukan
posttest. Kegiatan-kegiatan guru dalam tahap ini, yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan pada peserta didik tentang
materi yang telah dibahas.
b) Mengulas kembali materi yang belum dikuasai peserta
didik.
c) Memberi tugas atau pekerjaan rumah kepada peserta
didik.
d) Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas
pada pertemuan berikutnya.
Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk
melakukan tindak lanjut baik berupa perbaikan maupun
pengayaan.32
Dengan demikian tahapan-tahapan tersebut memiliki
hubungan erat dengan penggunaan strategi pembelajaran dan
setiap penggunaannya harus merupakan rangkaian yang utuh
dengan tahapan-tahapan pengajaran.
32 Yatim Riyanto, op. cit., hal 134.
27
c. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Secara teknis, strategi pembelajaran adalah metode dan
prosedur yang ditempuh oleh siswa dan guru dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan berdasarkan materi
pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu
pula.33
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan
dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau
kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.
Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas
guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.34
Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada
empat masalah pokok yang sangat penting dan dapat dijadikan
pedoman untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar berhasil
sesuai dengan yang diharapkan, yaitu:
1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta
didik sebagaimana yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para pendidik
dalam menunaikan kegiatan mendidiknya.
33 Ibid.
34
Hamzah B. Uno, M.Pd, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan efektif, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2014) hal 7-8.
28
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya
akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem
yang bersangkutan secara keseluruhan.
Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan
strategi pembelajaran yang dinilai lebih sesuai bagi
pembelajaran.35
Hamzah B Uno berpendapat “strategi pembelajaran terdiri
atas lima komponen yang saling berinteraksi dengan karakter
fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu: kegiatan
pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi
peserta didik, test, dan kegiatan lanjutan”.36
Pemilihan strategi
pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
orientasi strategi pada tugas pembelajaran, relevan dengan isi
materi, metode yang digunakan fokus pada tujuan pembelajaran,
media yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik.37
Dengan demikian, strategi pembelajaran banyak macamnya.
Guru memilih satu atau beberapa strategi sekaligus dan
diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, materi yang disampaikan, peserta didik, lingkungan, serta
kemampuan pengajar itu sendiri untuk melaksanakannya.
35 Ibid., hal 136.
36
Ibid., hal 9.
37
Ibid., hal 9.
29
d. Jenis Strategi Pembelajaran
Jenis strategi pembelajaran dapat dikelompokkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, menurut Aqib
yaitu:
1) Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan.
a) Strategi deduktif yaitu materi atau bahan pelajaran
yang diolah mulai dari yang bersifat umum ke yang
bersifat khusus atau bagian-bagian.
b) Strategi induktif yaitu materi atau bahan pelajaran
yang diolah mulai dari yang bersifat khusus ke yang
bersifat umum atau generalisasi.
2) Atas dasar pertimbangan pihak pengelola pesan.
a) Strategi ekspositorik yaitu guru yang mencari dan
mengolah bahan pelajaran yang kemudian
menyampaikannya pada peserta didik.
b) Strategi heuristis yaitu bahan atau materi pelajaran
yang diolah peserta didik. Peserta didik yang aktif
mencari dan mengolah bahan atau materi pelajaran,
sedangkan guru sebagai fasilitator untuk memberikan
dorongan, arahan, dan bimbingan.
3) Atas dasar pertimbangan pengaturan guru.
a) Strategi seorang guru yaitu seorang guru mengajar ke
beberapa peserta didik.
b) Strategi pengajaran beregu (team teaching) yaitu
dengan pengajaran beregu dua orang atau lebih, guru
mengajar siswa.
4) Atas dasar pertimbangan jumlah siswa.
a) Strategi kalsikal.
b) Strategi kelompok kecil.
c) Strategi individu.
30
5) Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa.
a) Strategi tatap muka
b) Strategi pengajaran melalui media yaitu guru tidak
langsung kontak dengan peserta didik, tetapi melalui
media dan peserta didik yang berinteraksi dengan
media.38
2. Media Video
a. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.39
Menurut Gagne media adalah “berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu menurut Briggs media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”.40
Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian yang
berbeda, menurut mereka media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
minat peserta didik sehingga proses belajar terjadi.41
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, tampak bahwa: studi
tentang media dalam konteks pembelajaran ini, bukanlah studi
yang menyangkut teknis dan mekanis. Karena pembelajaran
bagian dari pendidikan dan ia adalah ilmu pengetahuan sosial,
maka dengan sendirinya studi tentang media hanyalah terbatas
38 Yatim Riyanto, op. cit., hal 136-138.
39
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan pengertian, Pengembangan, dan
pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hal 6.
40
Ibid.
41
Ibid., hal 7.
31
dari segi sosial, psikologis, dan pedagogiknya saja, yaitu
kaitannya dengan unsur-unsur lainnya dalam keseluruhan unsur
pembelajaran.42
Dengan demikian media adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif.
Perangkat lunak (softwere) berisi pesan atau informasi
pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan
peralatan. Sedangkan peralatan itu adalah perangkat keras
(hardwere) yang merupakan sarana untuk dapat menampilkan
pesan yang terkandung pada media tersebut.
b. Fungsi Media
Dalam buku media pembelajaran yang ditulis oleh Yudhi
Munadhi, analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih
difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan
pada medianya dan didasarkan pada penggunanya. Pertama,
analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi
media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi
sebagai sumber pembelajaran, (2) fungsi semantik, dan (3) fungsi
manipulatif. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada
penggunanya (peserta didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi
psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural.43
Dengan demikian
terdapat lima fungsi media pembelajaran yang akan menjadi
fokus pada pembahasan ini.
42 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarta: Gaung Persada
Press, 2012), hal 8.
43
Ibid., hal 36-48.
32
1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
belajar. Maksudnya adalah dengan adanya media
pembelajaran sebagai sumber belajar maka terdapat
keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung,
dan lain-lain. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber
belajar adalah fungsi utamanya di samping ada fungsi-
fungsi lain.
2) Fungsi semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah
perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau
maksudnya benar-benar dipahami peserta didik.
Di muka telah disinggungkan bahwa bahasa meliputi
lambang (symbol) dan isi (content) –yakni pikiran dan atau
perasaan- yang keduanya telah menjadi totalitas pesan
(message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari
bahasa itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata sudah jelas
merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu
lainnya.
Hubungan antara kata, makna dan perujukan menjadi
amat jelas, yakni “makna” tidak melekat pada “kata”, kata
hanya bermakna bila telah dirujukkan kepada sejumlah
referen. Manusialah yang memberi makna pada kata atau
dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang
memberi makna pada setiap kata yang disampaikan.
3) Fungsi manipulatif
Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri
(karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan
karakteristik ini, media memiliki dua kemampuan, yakni
33
mengatasi batas-batas ruang dan waktu, dan mengatasi
keterbatasan inderawi.
Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi
batas-batas ruang dan waktu yaitu : kemampuan media
menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan
dalam bentuk aslinya, kemampuan media menjadikan objek
atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi
singkat, dan kemampuan media menghadirkan kembali
objek atau peristiwa yang telah terjadi.
Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi
keterbatasan inderawi manusia, yaitu : membantu peserta
didik dalam memahami objek yang sulit diamati karena
terlalu kecil, membantu peserta didik dalam memahami
objek yang bergerak terlalu lambat atau cepat, membantu
peserta didik dalam memahami objek yang membutuhkan
kejelasan suara, dan membantu peserta didik dalam
memahami objek yang terlalu kompleks.
4) Fungsi psikologis
Dalam fungsi psikologis terdapat beberapa bagian,
yaitu :
a) Fungsi atensi yaitu media pembelajaran dapat
meningkatkan perhatian (attention) peserta didik
terhadap materi ajar. Dengan demikian, media
pembelajaran yang tepat guna adalah media
pembelajaran yang mampu menarik dan
memfokuskan perhatian peserta didik.
b) Fungsi afektif yaitu menggugah perasaan, emosi, dan
tingkat penerimaan atau penolakan peserta didik
terhadap sesuatu. Dengan demikian, media
pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan
sambutan atau penerimaan peserta didik terhadap
34
stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut
berupa kemauan. Dengan adanya media
pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk
menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya
akan tertuju kepada pelajaran yang akan diikutinya.
c) Fungsi kognitif yaitu setiap peserta didik yang belajar
melalui media pembelajaran akan memperoleh dan
menggunakan bentuk-bentuk representasi yang
mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu
berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Dengan
demikian, semakin banyak peserta didik dihadapkan
pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran
dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan
luas alam pikiran kognitifnya.
d) Fungsi imajinatif yaitu media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengembangkan imajinasi peserta
didik. Dengan demikian imajinasi ini mencangkup
penumbuhan kreasi objek-objek baru sebagai rencana
bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil
bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali
oleh pikiran-pikiran autistik.
e) Fungsi motivasi yaitu media pembelajaran yang
merupakan seni untuk mendorong peserta didik agar
terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi
merupakan seni usaha dari luar (guru) untuk
mendorong, mengaktifkan, dan menggerakkan peserta
didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran.
5) Fungsi sosio-kultural
35
Dilihat dari fungsi ini media pembelajaran dapat
mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi
pembelajaran. bukan hal yang mudah untuk memahami para
peserta didik dengan jumlah banyak. Mereka masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila
dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan,
pengalaman, dan lain-lain. Sedangkan dipihak lain,
kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan
secara sama untuk setiap siswa. Tentunya pendidik akan
mengalami kesulitan menghadapi hal itu, terlebih ia harus
mengatasinya sendirian. Apalagi latar belakang pendidik
baik adat, budaya, lingkungan, dan pengalamannya berbeda
dengan para peserta didik. Dengan demikian, masalah ini
dapat diatasi media pembelajaran, karena media
pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
c. Jenis-Jenis Media
Dalam buku Media Pembelajaran karangan Yudhi Munadhi
bahwa jenis-jenis media akan didasarkan pada indera yang terlibat
dengan memberikan pengembangan. Klasifikasi media
berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa
pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, dari penjelasan diatas mengelompokkan jenis-jenis
media menjadi empat kelompok besar, yakni media audio, media
visual, media audio visual, dan multimedia.44
1) Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan
suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya
44 Ibid., hal 53-57.
36
media audio ini menerima pesan verbal dan non verbal.
Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata,
sedangkan non verbalnya adalah bunyi-bunyian dan
vokalisasi. Jenis-jenis media yang termasuk media ini
adalah program radio, dan program media rekam (softwere),
yang disalurkan melalui hardwere seperti radio dan alat-alat
perekam lainnya.
2) Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media
cetak – verbal media cetak – grafis, dan media cetak non –
cetak. Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa
dibuat dalam bentuk media cetak seperti buku, majalah,
koran, dan atlas.
3) Media audio visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.
Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat
berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya
media visual juga pesan verbal dan non verbal yang
terdengar layaknya media audio diatas. Pesan visual yang
terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program
audio visual seperti film dokumenter, film drama, dan lain-
lain.
4) Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera
dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media
ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman
secara langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa
juga melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat.
Termasuk dalam pengalaman berbuat adalah lingkungan
nyata dan karyawisata, sedangkan termasuk pengalaman
terlibat adalah permainan dan simulasi.
37
d. Pemilihan Media
Menurut Arief S. Sadiman dalam bukunya yaitu media
pendidikan dijelaskan bahwa ada empat macam dalam pemilihan
media45
, yaitu :
1) Media Jadi dan Media Rancangan
Media menurut batasannya adalah perangkat lunak
yang berisi pesan (atau informasi) pendidikan yang
lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan.
Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena
sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat
dipasaran luas dalam keadaan siap pakai, dan media
rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara
khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.
Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu,
tenaga, dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya,
mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk
memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu,
tenaga maupun biaya karena mendapatkan keandalan dan
kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi
prototipenya.
a) Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Beberapa penyebab orang memilih media antara
lain adalah:
- Bermaksud mendemonstrasikannya seperti
halnya pada kuliah tentang media.
- Merasa sudah akrab dengan media tersebut.
- Ingin memberikan gambaran atau penjelasan
yang lebih konkret.
45 Arief S. Sadiman, dkk, op. cit., hal 83-98.
38
- Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari
yang bisa dilakukannya.
b) Kriteria Pemilihan
Kriteria pemilihan media harus dikembangkan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi, dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan
dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang
bersangkutan. Hakikat dari pemilihan media pada
akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak
memakai, atau mengadaptasi media yang
bersangkutan.
c) Model atau Prosedur Pemilihan Media
Model atau prosedur pemilihan media muncul
dikarenakan banyak berbagai jenis, cara, maupun
prosedurnya. Namun demikian, bila dilihat dari
bentuknya, cara-cara tersebut dapat dikelompokkan
menjadi tiga model, yaitu : model flowchart yang
menggunakan sistem pengguguran (atau eliminasi)
dalam pengambilan keputusan pemilihan, model
matriks yang menangguhkan proses pengambilan
keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria
pemilihannya diidentifikasi, dan model checklist yang
juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai
semua kriterianya dipertimbangkan.
Sedangkan menurut Yudhi Munadhi dalam
buku media pembelajaran pemilihan media terbagi
menjadi 246
, yaitu :
1) Dasar pemilihan media
Dasar pemilihan media tentu lebih dahulu
harus diingat bahwa media adalah bagian dari
46 Yudhi Munadi, op. cit., hal 185-194.
39
sistem instruksional. Artinya, keberadaan media
tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai
komponen dari sistem instruksional secara
keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen
dari sistem instruksional inilah kriteria
pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang
menjadi fokus disini antara lain :
a) Karakteristik peserta didik yaitu
keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada peserta didik
sebagai hasil dari pembawaan dan
pengalamannya sehingga menentukan
pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
b) Tujuan belajar yaitu suatu tujuan yang
diusahakan dalam mencapai tiga hal,
yakni untuk mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan,
serta pembentukan sikap. Ketiganya
dimaksudkan untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
c) Sifat bahan ajar adalah isi pelajaran atau
bahan ajar yang memiliki keragaman dari
sisi tugas yang ingin dilakukan siswa.
Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut
adanya aktivitas dari para peserta didik.
Setiap kategori pembelajaran itu menuntut
aktivitas atau perilaku yang berbeda-beda,
dan dengan demikian akan mempengaruhi
pemilihan media beserta tekhnik
pemanfaatannya.
40
d) Pengadaan media yaitu jika dilihat dari
pengadaannya media terbagi menjadi dua,
yaitu media jadi, dan media rancangan.
Disini juga dibahas aspek teknis lainnya
yaitu kemampuan biaya, ketersediaan
waktu, tenaga, fasilitas, dan peralatan
pendukung lainnya.
e) Sifat pemanfaatan media ada dua jenis
sifat pemanfaatan media yaitu:
- Media primer, yakni media yang
diperlukan atau harus digunakan
guru untuk membantu siswa dalam
proses pembelajarannya.
- Media sekunder, yakni bertujuan
untuk memberikan pengayaan
materi.
2) Prosedur pemilihan media
Prosedur pemilihan media dibuat dalam
bentuk flowchart dan prosedur pemilihannya
dimulai dari sifat-sifat belajar seperti belajar
kognitif, psikomotorik, dan afektif.
e. Media Video
1) Pengertian video
Video merupakan gambaran suatu objek yang
bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara
yang sesuai. Video memiliki kemampuan dalam melukiskan
gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri.
Pada umumnya video digunakan untuk tujuan-tujuan
hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan
41
konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,
menyingkat, memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap.47
Dengan demikian video sangat membantu proses
pembelajaran. Karena video merupakan media yang
melibatkan dua indera, yakni pendengaran dan penglihatan,
karena apa yang dipandang oleh mata dan terdengar oleh
telinga lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada apa
yang hanya dapat dibaca saja atau hanya didengar saja.
2) Manfaat video
Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran, seperti :
- Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat
digunakan untuk hal-hal yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan
memberikan rangsangan berupa gerak yang
serasi.
- Pemakaian video untuk tujuan psikomotorik
dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh
keterampilan gerak, seperti gerakan shalat, adab
makan bersama, dan lain-lain.
- Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek,
video dapat menjadi media yang sangat ampuh
untuk mempengaruhi sikap dan emosi.
b) Guru harus mengenal program video yang tersedia
dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui
manfaatnya bagi pelajaran.
47 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 14, hal
49.
42
c) Sesudah program video dipertunjukkan, perlu
diadakan diskusi, yang juga perlu dipersiapkan
sebelumnya.
d) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua
kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek
tertentu.
e) Agar peserta didik tidak memandang program video
sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu
ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian
tertentu.
f) Adanya test untuk mengetahui seberapa banyakkah
yang dapat mereka tangkap dari program video
tersebut.48
f. Proses pembuatan video
Walaupun sudah dimudahkan oleh peralatan yang serba
otomatis dalam pembuatan video, seperti adanya alat perekam,
namun kebutuhan terhadap video untuk pembelajaran tidaklah
sama dengan kebutuhan untuk dokumentasi pribadi. Artinya
pembuatan video untuk pembelajaran membutuhkan perencanaan
yang matang. M Fauzisyah menjelaskan tentang cara-cara mudah
membuat video dengan menggunakan handycam.49
1) Menetapkan adegan atau tema yang sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
2) Mengembangkan tema tersebut dan berusaha untuk
membagi-bagi kejadian atau moment menjadi serangkaian
bidikan atau serangkaian kejadian yang berurutan (scene).
48 Yudhi Munadi, op. cit., hal 127-128.
49
Ibid., hal 129-131.
43
3) Diharuskan membidik urutan kejadian tersebut dengan
berbagai jenis atau ukuran bidikan (teknik pengambilan
gambar).
4) Bila akan mengubah atau memotong dua bidikan yang
berurutan, hendaknya berilah sisipan bidikan, dengan
ukuran bidikan yang berbeda.
5) Mengantisipasi adegan yang selanjutnya diharapkan
penonton. Agar alunan yang wajar dari rangkaian bidikan
kita bisa terangkai.
6) Sudut bidikan yang berlawanan arah menciptakan
kesinambungan bidikan yang sangat berharga sehingga
terciptanya alunan yang dimaksudkan.
7) Tidak disarankan untuk membidik satu objek dengan durasi
yang panjang. Sebaiknya membidik hal-hal yang penting
saja.
8) Untuk memberi kesan yang meyakinkan bidikan-bidikan
tersebut perlu dipertahankan paling tidak selama tiga detik
supaya penonton dapat menangkap, menghayati, atau
menyerap momen yang kita maksud dari suatu adegan.
g. Keuntungan dan kelemahan video
Dalam buku media pembelajaran menurut Yudhi Munadhi
keuntungan media video yaitu :
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Video dapat diulang bila perlu untuk menambah kejelasan.
3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
4) Mengembangkan pikiran dan pendapat peserta didik.
5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.
6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan
gambaran yang lebih realistik.
7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
44
8) Sangat baik menjelaskan suatu proses, keterampilan,
rangsangan yang sesuai dengan tujuan, dan respon yang
diharapkan.
9) Semua peserta didik dapat belajar dari video.
10) Menumbuhkan bakat dan motivasi belajar.
11) Dengan video penampilan peserta didik dapat dievaluasi.
Kelemahan-kelemahan video adalah :
1) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses
pengembangan materi.
2) Sedikitnya peredaran video yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
3) Biaya dan waktu produksi yang cukup banyak.50
C. Pengertian Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, ajaran Agama Islam, dibarengi dengan tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.51
Dalam buku Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi
menjelaskan bahwa:
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.52
50 Ibid., hal 127.
51
Abdul Majid, dan Dian Andayani, op.cit hal 130.
52
Ibid.
45
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah salah
satu upaya sadar, terencana dalam membina dan mengasuh peserta
didik agar senantiasa mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Agama Islam secara menyeluruh.
Dengan demikian pendidikan Agama Islam secara umum adalah
mengubah keadaan seseorang (peserta didik) dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap
seperti yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan.
Kegiatan pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha pembentukan
manusia secara keseluruhan dalam aspek kemanusiaannya secara utuh,
lengkap, dan terpadu. Secara umum dan ringkas dikatakan
pembentukan kepribadian.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanannya, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.53
Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.54
Dengan demikian bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam
adalah menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, pemahaman,
53 Ibid., hal 135.
54
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah), (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal 78.
46
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang,
beriman, dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, maupun bernegara.
Ruang lingkup pendidikan agama Islam menurut Muhaimin pada
dasarnya mencangkup tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur’an Hadist,
keimanan, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah
Islam) yang menekankan perkembangan politik, ajaran agama, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan.55
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dalam buku Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) karya Abdul Majid dan
Dian Andayani, menjelaskan fungsi pendidikan Agama Islam sebagai
berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap
orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
55 Ibid., hal 79.
47
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, serta kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menyangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, yaitu tentang Ilmu Pengetahuan keagamaan secara
umum, sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.56
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian – penelitian
terdahulu yang relevan, dan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan
adalah sebagai berikut:
1. Thesis yang menerangkan tentang Implementasi Model Pembelajaran
Kolaboratif Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Oleh
Nunuk Suryani (2017). Menyimpulkan bahwa : Pembelajaran
kolaboratif perlu di aplikasikan di sekolah. Cara – cara pembelajaran
kolaborasi ini lebih menggerakkan atau mendorong para siswa untuk
aktif dan interaktif serta bekerjasama dalam menyelesaikan tugas –
tugas akademik di kelas. Dengan demikian, pembelajaran kolaborasi
secara fundamental berbeda dengan pendekatan konvensional-
tradisional yang selama ini dilakukan. Yang lebih “direct-transfer” atau
“one-way transmission” model. Dalam hal ini siswa menjadi satu –
56 Abdul Majid, dan Dian Andayani, op. cit., hal 134.
48
satunya sumber pengetahuan atau keterampilan. Pembelajaran
kolaborasi lebih memandang proses pembelajaran sebagai “learner-
centered” dan bukan “teacher-centered”. Pengetahuan dipandang
sebagai suatu konstruk sosial. Evaluasi dan kooperasi. Oleh sebab itu,
peran pembelajaran berubah dari penyampaian informasi (transfering
knowledge). “the stage on the stage” menjadi seorang fasilitator dalam
diri pembelajar untuk mengkontruksi pengetahuannya, “the guide on
the side”. Ada beberapa manfaat pembelajaran kolaborasi yang
diterapkan di sekolah dalam rangka menyiapkan masa depan siswa.
Manfaat yang dapat di ambil melalui pembelajaran kolaborasi, yaitu
dalam hal: 1) pengakuan perbedaan, 2) pengakuan secara individual, 3)
rasa tanggung jawab, 4) mengembangkan kerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, 5) saling membantu dan memahami persoalan –
persoalan yang dihadapi dan menemukan solusi, 6) memberikan respon
positif terhadap pihak lain, 7) berkembangnya kesamaan pandangan
dalam kerja kolaborasi, dan 8) adanya rasa saling ketergantungan satu
sama lain.
2. Skripsi yang menerangkan tentang Penerapan Pembelajaran Kolaboratif
untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata
Pelajaran PAI di SMPN 166 Jakarta Oleh Robiatul Adawiyah (2017).
Menyimpulkan bahwa : kemampuan berfikir kritis siswa melalui
pembelajaran kolaboratif mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari hasil observasi pada setiap siklus. Pada siklus I
pertemuan ke-1 hasil observasi peningkatan berfikir kritis siswa
mencapai siswa kategori tidak krisis mencapai 48,7%, kategori kurang
kritis mencapai 37,1%, kategori cukup krisis mencapai 14,3%, dan
kategori krisis 0. Siklus I pertemuan ke-2 siswa mengalami
peningkatan, yaitu siswa kategori tidak krisis mencapai 5,9%, kategori
kurang kritis mencapai 52,9%, kategori cukup kritis mencapai 23,5%,
dan kategori kritis mencapai 17,6%. Sementara siklus II siswa
mengalami peningkatan siklus II pertemuan ke-1, yaitu siswa kategori
49
tidak kritis mencapai 0. Siswa kategori kurang kritis mencapai 6,25%,
kategori cukup kritis mencapai 25%, dan kategori kritis mencapai
68,7%. Siklus II pertemuan ke-2, yaitu siswa kategori tidak kritis
mencapai 0. Siswa kategori kurang kritis mencapai 9,38%, kategori
cukup kritis 6,25%, kategori kritis mencapai 84,5%. Antusias siswa
dalam penerapan pembelajaran kolaboratif sehingga setiap siklus
mengalami peningkatan terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Hal
ini ditunjukkan dari rasa percaya diri saat menjelaskan dan memberikan
pendapat, partisipasi siswa dalam berkolaborasi, dan timbulnya sikap
terbuka terhadap pendapat yang lebih baik.
3. Skripsi yang menerangkan tentang Implementasi Strategi Active
Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Madania Bogor Oleh Albert Ferdinand (2014). Menyimpulkan bahwa :
strategi active learning yang diterapkan di SMA Madania Bogor di
wujudkan dalam beberapa komponen yang saling mempengaruhi yaitu
tujuan pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan
isi/materi pelajaran serta guru dan siswa. Komponen – komponen
tersebut di rancang agar dalam pelaksanaannya siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Strategi ini diterapkan untuk memberikan kemudahan
kepada siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
menerapkan materi yang disampaikan guru dalam kehidupan siswa,
sehingga tujuan pembelajaran PAI bisa terwujud. Hal ini dibuktikan
ketika strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA
Madania Bogor terwujud dalam tiga metode aktive learning yaitu: a)
diskusi kelompok dengan metode jigsaw model tim ahli dan cooperatif
script, b) presentasi dan c) simulasi. Dengan pelaksanaan metode ini
siswa tidak hanya aktif secara emosional tetapi perasaan, intelektual,
penginderaannya serta fisiknya.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darul Kholidin Kemang Bogor
yang beralamat di Jalan Perumahan Kahuripan Kampung Sasak Desa Tegal
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan
September 2017 sampai dengan bulan Februari 2018.
B. Latar Penelitian
SMA Darul Kholidin yang terletak di Kampung Sasak Desa Tegal
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor sudah dirintis pendiriannya sejak
tahun 2000 di dalam Pondok Pesantren Darul Kholidin yang luas areal tanah
seluruhnya mencapai 100.000m2 serta memiliki posisi yang sangat strategis
juga lingkungan yang asri diantara pemukiman penduduk asli dan
pemukiman perumahan modern Telaga Kahuripan dan Candra Loka.
Sehingga SMA Darul Kholidin sangat berpeluang menciptakan lingkungan
kondusif yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
karakter bagi peserta didik dalam upaya mengoptimalkan kompetensi sikap
spiritual dan sosial serta kompetensi pengetahuan dan keterampilannya untuk
dikembangkan ke arah yang terbaik demi tercapainya kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Oleh karena itu SMA Darul Kholidin sebagai Sekolah Menengah Atas
berupaya mempersiapkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlaq
mulia, mampu bersaing secara sehat, mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi serta unggul dalam prestasi.
Pada Tahun pelajaran 2017/2018, SMA Darul Kholidin
mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk kelas X sedangkan untuk kelas
XI dan XII masih menggunakan kurikulum 2006. Pada saat ini peserta didik
berjumlah 237 siswa dengan 8 rombongan belajar yang terdiri dari kelas X
51
berjumlah 4 rombel (Xa=29 Siswa, Xb= 22 Siswa, Xc=23 Siswi, dan Xd=22
siswi), kelas XI sebanyak 2 rombel (XIa=37 Siswa, Xib= 34 Siswi) dan kelas
XII berjumlah 2 rombel (XIIa=39 Siswa, XIIb=31 Siswi).
Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan berjumlah 25 orang. Tenaga
Pendidik (Guru) terdiri dari 20 orang , yang terdiri dari 16 Orang Guru Tetap
Yayasan (GTY) dan 3 orang Guru Tidak Tetap (GTT), 1 orang berkualifikasi
S-3, 2 orang dengan kualifikasi S-2 ,16 orang berkualifikasi S-1 ,1 orang
tenaga pendidik berkualifikasi D-3.
Tenaga kependidikan berjumlah 5 orang , 3 orang tenaga kependidikan
berkualifikasi S-1, 2 orang berkualifikasi SMA/ sederajat.
Sarana dan prasarana berupa bangunan sekolah berasrama berdiri kokoh
dengan variasi 3 lantai dan 2 lantai terdiri dari: 1 lokal Masjid, 2 Lokal untuk
Pimpinan dan TU, 8 lokal Kelas, 3 lokal untuk UKS, BK, dan OSIS ; 3 lokal
LAB IPA,1 lokal LAB Bahasa ,1 lokal LAB Komputer,1 lokal
Perpustakaan,1 lokal Ruang Guru,1 lokal Aula, 1 lokal Gudang, 2 lokal
Kantin, 37 lokal Kamar Mandi dan wc (putra), 36 lokal Kamar Mandi dan wc
(putri), 7 lokal tempat cuci, 18 lokal Asrama putra, 11 lokal Asrama putri, 3
lokal Ruang Pembina, 1 lokal Ruang Makan, 5 lokal Saung, 3 lokal lapangan
olah raga, 4 lokal tempat parkir, 1 lokal Ruang Laundrey, 3 lokal tempat
peternakan hewan, 3 lokal tambak ikan, dan 3 lokal tempat pembuangan
sampah.
C. Metode penelitian
Metode penelitian adalah rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan
filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.57
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
57 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), cet. 1, h. 52
52
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain.58
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan
penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh
berhubungan dengan obyek yang diteliti bagi menjawab permasalahan untuk
mendapat data-data kemudian dianalisis dan mendapat kesimpulan penelitian
dalam situasi dan kondisi yang tertentu.59
Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisis
hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pendekatan collaborative
learning melalui pembuatan video mata pelajaran pendidikan agama Islam
melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, data yang diperoleh
berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan validitasnya dapat di
pertanggung jawabkan dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan
adalah :
1. Observasi
Observasi yaitu suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Iskandar mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat,
mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis
untuk suatu tujuan tertentu.60
Observasi ialah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
pengamatan dan pencatatan.61
58 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 6
59
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), cet. 5, h.
17
60
ibid, h. 131
61
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), cet. 1, h. 143
53
Tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi
dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena
sosial serba kompleks dalam pola-pola kultur tententu.62
Pada penelitian ini dilakukan observasi secara langsung dengan
mengamati dan mencatat terhadap kegiatan proses beajar mengajar.
Sebelum melakukan observasi, peneliti membuat kisi-kisi observasi
terlebih dahulu untuk memfokuskan apa yang akan diobservasi yaitu
implementasi pendekatan collaborative learning pada pelajaran
pendidikan agama Islam yang dijadikan dimensi kemudian dijabarkan
menjadi indikator.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Observasi
Fokus Dimensi Indikator
Proses
pendekatan
collaborative
learning
pada
pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
Kerja sama dalam kelompok
1. Peserta didik
mampu bekerja
sama dalam
manajemen
kelompok
2. Peserta didik
mampu bekerja
sama dengan
peserta didik
lainnya dalam
kelompok
3. Peserta didik
mampu bekerja
sama dengan
peserta didik
62 ibid
54
lainnya dalam
memahami
materi
pembelajaran
Komunikasi antar peserta didik
1. Peserta didik
dapat menerima
pendapat orang
lain
2. Peserta didik
dapat
membantu
orang lain
3. Peserta didik
mampu
menghadapi
rintangan
bersama
Penguasaan materi
1. Peserta didik
mampu
memahami
materi yang
dipelajari
2. Peserta didik
mengerti ketika
ditanya tentang
materi yang
dipelajari
55
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-
jawaban responden.63
Wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.64
Wawancara ini ditunjukkan kepada beberapa siswa kelas X SMA
Darul Kholidin Bogor untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas dan diteliti. Adapun kriteria penentuan
informan adalah memilih beberapa peserta didik berdasarkan keaktifan,
bertanya, mengeluarkan pendapat, bertanggung jawab saat proses
pembelajaran berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas.
Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat kisi-kisi
observasi terlebih dahulu untuk memfokuskan hal apa saja yang akan di
wawancara terkait implementasi pendekatan collaborative learning
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
63 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), cet. 10, h.
173
64
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bmi Aksara, 2010), h.
83
56
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Wawancara peserta didik
Fokus Dimensi Indikator Sub Indikator Nomor
Pertanyaan
Proses
Collaborative
Learning dan
proses
Pembuatan
Video
Proses
Collaborative
Learning
sebagai
Pendekatan
Pembelajaran
1. Orientasi
Peserta Didik
1.1 dalam
pemahaman
materi
1
1.2 dalam
memberi
tugas
2
1.3 Dalam
tatacara
mengerjakan
tugas
3
2. Pembentukan
Kelompok
2.1 dalam
membentuk
kelompok
4
2.2 sikap peserta
didik dalam
membentuk
kelompok
5
2.3 sikap peserta
didik ketika
sudah dalam
kelompok
6
3. Tugas
Pembelajaran
3.1 pendapat
peserta didik
tentang tugas
yang di
berikan guru
7
57
3.2 dalam
memahami
tugas yang
diberikan
guru
8
3.3 dalam
memahami
tatacara
mengerjakan
tugas dari
guru
9
4. Fasilitas
Pembelajaran
Kolaboratif
Peserta Didik
4.1 pendapat
peserta didik
dalam kerja
kelompok
10
4.2 interaksi
peserta didik
dalam
kelompok
11
4.3 sikap peserta
didik dalam
menangani
masalah
12
5. Evaluasi
Pembelajaran
Kolaboratif
5.1 pendapat
peserta didik
tentang
metode
pembelajaran
kolaboratif
13
58
Proses
Pembuatan
Video
sebagai
Strategi
Pembelajaran
1. Mengidentifi
kasi Peserta
didik
1.1 perasaan
peserta didik
setelah
membuat
video
14
1.2 kepribadian
peserta didik
setelah
membuat
video
15
2. Pendekatan
Pembelajaran
2.1 pendapat
peserta didik
tentang
pendekatan
pembelajaran
dengan
membuat
video
16
2.2 pendapat
peserta didik
dengan
pendekatan
pembelajaran
membuat
video dalam
kehidupan
17
3. Efektifitas
Pembelajaran
3.1 pendapat
peserta didik
tentang
kesan belajar
18
59
dengan
membuat
video
4. Evaluasi
4.1 pendapat
peserta didik
dalam
membuat
video
19
4.2 pendapat
peserta didik
belajar
dengan cara
membuat
video
20
4.3 pemahaman
materi pada
peserta didik
dengan cara
membuat
video
21
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.65
Dokumen merupakan segala suatu materi dalam
bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia, dokumen yang dimaksudkan
adalah segala catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik
(softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan
65 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 240
60
harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto,
dan lainnya.66
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto dan
video kegiatan belajar serta data-data yang ada di SMA Darul Kholidin
Bogor yang berkaitan dengan penelitian.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Penetapan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility).67
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru.68
Perpanjangan pengamatan
dilakukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam agar data
yang diperoleh sesuai dengan yang peneliti inginkan. Dengan
melakukan perpanjangan pengamatan, maka responden akan merasa
lebih akrab dan terbuka sehingga akan memberikan informasi yang
mendalam.
Melalui teknik ini peneliti dapat menguji ketidakbenaran
informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri
sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subyek
sehingga dapat dipastikan apakan konteks itu dipahami dan dihayati
atau tidak.69
66 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), cet. 1, h. 61
67
Lexy J. Meleong, op. cit., , h. 324.
68
Sugiyono, op.cit.,, h. 270.
69
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman
Penelitian Skripsi, h. 73
61
2. Peningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol kemudian ia menelaah. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis.70
Melalui teknik ini peneliti juga mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol, kemudian menelaahnya secara rinci sampai para suatu titik
sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh
faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa. 71
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada.72
Triangulasi merupakan cara untuk melihat
fenomena dari berbagai sudut, melakukan pembuktian temuan dari
berbagai sumber informasi dan teknik sebagai ilustrasi proses yang
peneliti lakukan.73
F. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.74
70 Sugiyono, op.cit., h. 272.
71
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op.cit., h. 73
72
Sugiyono, op.cit., h. 241
73
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op.cit., h. 74
74
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), cet. 9, h. 89
62
Untuk mengetahui implementasi pendekatan collaborative learning
dalam membuat video mata pelajaran pendidikan agama islam, maka teknik
analisis deskriptif dilakukan dengan beberapa tahap:
1. Organisasi Data
Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan
mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam
dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan
datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
Menurut Highlen dan Finley mengatakan bahwa organisasi data
yang sistematis memungkinkan peneliti untuk:
a. Memperoleh kualitas data yang baik
b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan
c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian
penelitian75
2. Koding dan Analisis
Langkah penting yang harus dilakukan sebelum analisis yaitu
membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh yaitu koding.
Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistematisasi data
secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan
gambaran tentang topik yang dipelajari. Maka dari itu peneliti akan
menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.76
75 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitaif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3,
1998), h. 89
76
Ibid
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Darul Kholidin
1. Sejarah Singkat SMA Darul Kholidin
SMA Darul Kholidin yang terletak di Kampung Sasak Desa Tegal
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor sudah dirintis pendiriannya sejak
tahun 2000 di dalam Pondok Pesantren Darul Kholidin yang luas areal
tanah seluruhnya mencapai 100.000m2 serta memiliki posisi yang
sangat strategis juga lingkungan yang asri diantara pemukiman
penduduk asli dan pemukiman perumahan modern Telaga Kahuripan
dan Candra Loka. Sehingga SMA Darul Kholidin sangat berpeluang
menciptakan lingkungan kondusif yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembelajaran dan pembentukan karakter bagi peserta didik dalam
upaya mengoptimalkan kompetensi sikap spiritual dan sosial serta
kompetensi pengetahuan dan keterampilannya untuk dikembangkan ke
arah yang terbaik demi tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Visi dan Misi SMA Darul Kholidin
Visi :
Generasi sholeh-sholehah yang unggul, mandiri dan bermanfaat bagi
masyarakat.
Misi :
a. Membangun sekolah dalam kekeluargaan yang islami.
b. Membina sikap mental dan membangkitkan jiwa kompetitif yang
ingin maju serta kritis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
c. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi
dirinya sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.
d. Mampu bersaing masuk ke perguruan tinggi baik dalam negeri
maupun luar negeri.
64
e. Meningkatkan citra SMA Darul Kholidin di tengah-tengah
masyarakat pendidikan khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.
f. Menuju SMA berwawasan Internasional.
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu layanan pendidikan yang prima.
b. Meningkatkan ketercapaian Kompetensi Siswa.
c. Meningkatkan rata – rata Nilai Ujian Nasional sedemikian hingga
3 besar sekabupaten Bogor.
d. Meningkatkan kwantitas dan kwalitas siswa diterima di
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang termuka di dalam dan
di luar Negeri melalui SNMPTN, Ujian Mandiri dan SBMPTN,
serta referensi para Masyayikh yang dipercaya.
e. Meningkatkan kemampuan penguasaan IT.
f. Pelayanan Administrasi berbasis IT.
B. Pemaparan Data
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Darul Kolidin
Bogor pada Peserta Didik kelas X. Dalam penelitian ini data yang diperoleh
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Satu buah tugas yang dibuat
untuk mengukur implementasi pendekatan collaborative learning peserta
didik yaitu pembuatan video yang berkaitan dengan mata pelajaran dan
penjelasan evaluasi dari video yang mereka telah buat. Penelitian ini
dilakukan dengan pertemuan langsung selama 3 kali pertemuan.
1. Data Observasi dan Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi proses pendekatan
collaborative learning pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Proses
pendekatan collaborative learning adalah proses pembelajaran yang
mengharuskan peserta didik untuk lebih berfikir secara kritis ( bukan
hanya mengingat pengetahuan) dan berusaha untuk mengatasi
65
tantangan-tantangan kompleks yang mencerminkan isu dan persoalan
yang dihadapi oleh para peserta didik di dalam suatu disiplin ilmu.77
Indikator yang menunjukkan proses pendekatan collaborative
learning diantaranya kerja sama dalam kelompok, komunikasi antar
peserta didik, dan penguasaan materi.
a. Kerjasama dalam Kelompok
Adapun indikator kerjasama dalam kelompok dalam proses
pembelajaran yaitu:
1) Peserta didik mampu bekerja sama dalam manajemen
kelompok
Pada saat minggu pertama siswa diberikan tugas
untuk menulis sebuah cerita drama dari materi yang
diberikan oleh guru dengan metode kolaborasi, pada saat
mereka menentukan tema, judul, dan jalan cerita seluruh
peserta didik yang mengambil tugasnya masing – masing
yang mereka inginkan dan mereka terlihat lebih aktif,
terlebih ketika peserta didik mendiskusikan alur cerita yang
akan mereka angkat.
Minggu kedua guru memeriksa hasil tugas peserta
didik dan membongkar beberapa alur cerita yang kurang
bagus dan cerita drama tersebut guru berikan untuk dibuat
versi video kepada peserta didik, beberapa orang sempat
merasa tidak mampu membuatnya tetapi dengan arahan
guru para peserta didik tersebut mampu menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
Pada saat kesulitan peserta didik tidak malu untuk
bertanya dan guru terus memantau pekerjaan mereka
sehingga pembelajaran yang mereka dapatkan tidak
77 Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, op.cit hal 409.
66
membuat mereka bosan dikarenakan para peserta didik
tertarik untuk membuatnya.
Dan mereka mampu untuk mengatur kelompok
dalam skala kelas sehingga tidak ada murid yang tidak
bekerja dan malas, mereka saling membantu dan menjaga
agar tugas yang mereka kerjakan seesuai dengan tujuan dari
pembelajaran.
2) Peserta didik mampu bekerjasama dengan peserta didik
lainnya dalam kelompok
Pada saat mengalami kesulitan peserta didik yang
tidak mampu menyelesaikan tugasnya meminta temannya
untuk membantunya sebelum bertanya kepada guru mata
pelajaran pendidikan agama islam, mereka saling
berdiskusi, bermusyawarah dan bertukar pendapat dengan
hasil tersebut mereka tidak saling egois dan keras kepala
sehingga mereka mampu menyelesaikan tugasnya dengan
baik.
3) Peserta didik mampu bekerja sama dengan peserta didik
lainnya dalam memahami materi pembelajaran.
Peserta didik yang tidak memahami materi ataupun
tugas yang dibebankan dengan sendirinya mereka bertanya
kepada temannya yang lain sebelum bertanya kepada guru
dan lebih memilih mengerjakan terlebih dahulu sebelum di
koreksi letak kesalahannya.
Dengan begitu dalam memahami materi pelajaran
mereka tidak ketinggalan ditambah mereka membaca bahan
- bahan lain yang bersangkutan dengan materi selain dari
buku pelajaran sehingga pengetahuan mereka bertambah
serta pemahaman dan cara menggunakannya.
67
b. Komunikasi antar Peserta Didik
Belajar dengan pendekatan collaborative learning yang
mengharuskan peserta didik belajar dalam sebuah kelompok
maka diperlukannya komunikasi antar peserta didik, dimana
komunikasi antar peserta didik ini dilakukan agar materi yang di
diskusikan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ada beberapa hal
yang diharapkan dapat meningkat dalam diri siswa ketika belajar
dengan pendekatan collaborative diantaranya:
1) Peserta didik dapat menerima pendapat orang lain
Dalam pembelajaran collaborative, kerja sama dalam
kelompok itu sangat penting sehingga mengharuskan
peserta didik untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan
bertukar pendapat. Sehingga mereka memahami arti
pentingnya bertukar ide dan menerima pendapat orang lain.
Meskipun diskusi berjalan dengan intensitas tinggi namun
mereka mampu untuk meredam kemarahan ataupun egois
dalam diri mereka.
Dalam menentukan jalan cerita video, diskusi dan
musyawarah sangat sering terlihat oleh peserta didik di
dalam maupun di luar kelas, bertukar pendapat sangat
sering mereka lakukan hal ini terlihat beberapa cerita yang
mereka ganti seiring dengan cerita yang harusnya terjadi.
Peserta didik yang mendapat tugas adalah mereka
yang memerankan peran di dalam video sesuai dengan
keputusan bersama dalam kelas, hal ini menunjukkan
bahwa dalam menentukan pemeran utama dan pembantu
mereka selalu bermusyawarah dan bertukar pendapat demi
mendapatkan hasil yang bagus.
2) Peserta didik dapat membantu orang lain
Dalam membuat video maka pemahaman materi,
tugas,dan kewajiban harus benar – benar di perhatikan oleh
68
peserta didik begitu juga kerja sama dalam kelompok,
sehingga peserta didik yang satu dengan yang lainnya
dengan sendirinya membantu temannya yang kurang
memahami materi atau pun kesulitan dalam mengerjakan
tugas. Dalam hal ini seluruh peserta didik didalam maupun
di luar kelas selalu dalam nuansa belajar bersama dan aktif
dalam bertanya ke temannya yang sudah memahami materi
dan mampu mengerjakan tugas, meskipun ada saja
pekerjaan mereka yang salah tetapi mereka tidak
menyalahkan.
Peserta didik yang membantu adalah mereka yang
tidak menjalani peran utama yaitu mereka yang ada di balik
pembuatan video dengan mengoreksi beberapa ucapan yang
salah dari pemeran utama. Dan juga peserta didik yang
membuat jalannya cerita, mereka tidak selalu mengambil
pelajaran dari buku materi saja tetapi mereka bertanya dan
membuka materi yang bersangkutan dengan pembuatan
video semisal tatacara mengedit video ataupun pengambilan
gambar.
3) Peserta didik mampu menghadapi masalah bersama
Pada saat peserta didik membuat tugas mereka selalu
mengedepankan musyawarah dan bertukar pikiran sehingga
mereka mampu untuk menghadapi masalah terlebih ketika
mereka membuat video, mereka selalu mengajukan ide –
ide yang inovatif dan mengubah beberapa cerita drama yang
dibuat agar menarik untuk di tonton.
Kekurangan komunikasi antar peserta didik selalu
bisa mereka tangani dengan kepala dingin, mereka tidak
menambah masalah yang mereka hadapi dan cenderung
menyelesaikannya, walaupun terlihat amatir tetapi mereka
selalu puas dengan hasil kerja mereka.
69
Terlihat ketika salah satu pemeran melakukan
kesalahan maka mereka langsung mengoreksi dan
mengganti adegannya sampai sesuai dengan apa yang sudah
ditulis dalam naskah dramanya. Masalah juga muncul
dalam mengedit potongan video sehingga mereka
menemukan kebuntuan, disini baru mereka bertanya kepada
guru tentang bagaimana cara membuat video dengan baik.
c. Penguasaan materi
Metode pendekatan collaborative learning dengan strategi
pembelajaran membuat video membuat peserta didik lebih mudah
memahami materi dan dapat membangkitkan motivasi peserta
didik untuk belajar. Hal ini terbukti pada saat peserta didik
diminta untuk menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari,
mereka mampu menjelaskan dengan baik begitu juga saat guru
memberikan pertanyaan tentang materi yang disampaikan, siswa
langsung berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan dan
sebagian besar jawaban mereka benar atau mendekati, serta
mereka mempraktikkan materi yang telah di pelajari, walaupun
tidak jarang mereka kadang lupa dalam mempraktikannya dan
mereka selalu meminta untuk diingatkan.
2. Data Wawancara
Wawancara ini ditunjukkan kepada beberapa siswa kelas X SMA
Darul Kholidin Bogor untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas dan diteliti.
a. Wawancara siswa
Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Januari 2018 di
ruang guru. Adapun kriteria penentuan informan adalah memilih
beberapa peserta didik berdasarkan keaktifan, bertanya,
70
mengeluarkan pendapat, bertanggung jawab saat proses
pembelajaran berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas.
Kemudian pada tanggal 23 Januari 2018 peneliti melakukan
triangulasi dan mewawancara kembali peserta didik yang berbeda
dengan sebelumnya dengan kriteria yang sama. Hal ini dilakukan
agar peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang
masalah yang akan diteliti.
Tabel 4.1
Data Informan Peserta Didik
NO NAMA STATUS ASAL
1. Gilang Ferdiansyah Ramadhan Peserta Didik Bogor
2. Muhammad Faqih Peserta Didik Tangerang
3. Irham Maulana Peserta Didik Jakarta
4. Muhammad Dandi Prasetyo Peserta Didik Jakarta
5. Oktavio Isro Alhusna Peserta Didik Tangeerang
3. Data Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud adalah foto tentang bagaimana
peserta didik menjalani kegiatan pembelajaran melalui metode
collaborative learning dalam memahami materi pelajaran dengan
membuat video, rekaman video behind the scene, rekaman video proses
pembuatan video peserta didik, naskah serta dokumentasi lainnya
berupa pelaksanaan wawancara, keadaan sekolah, sarana dan prasarana
yang ada pada sekolah SMA Darul Kholidin Bogor.
71
C. Situasi Proses Pembelajaran Implementasi Pendekatan
Collaborative Learning melalui Pembuatan Video
Dalam penelitian terhadap implementasi pendekatan collaborative
learning melalui pembuatan video mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan dahulu
materi pelajaran yang akan digunakan untuk mengajar, setelah materi
pelajaran selesai dilanjutkan dengan penyusunan RPP untuk 3 kali
pertemuan. Setelah RPP selesai, peneliti bermusyawarah bersama guru
PAI yang bersangkutan untuk merencanakan bagaimana pelaksanaan
pembelajaran pada materi tersebut. Dan guru PAI setuju dengan
pertemuan di luar kelas, dengan kata lain pertemuan pertama dan ketiga
didalam kelas sedangkan pertemuan kedua di luar kelas.
2. Tahap pelaksanaan
Sebelum memulai pembelajaran, peneliti (sebagai guru) mengatur
tempat duduk peserta didik terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal saat
pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menyiapkan materi dan
tugas yang diperlukan dalam proses pembelajaran tersebut, disini
peneliti melaksanakannya di dalam kelas yaitu pada pertemuan pertama
dan ketiga sedangkan pada pertemuan kedua peneliti membentuk
kelompok pada satu kelompok kelas yang besar kemudian memberikan
tugas berupa pembuatan video dari materi di pertemuan pertama.
a. Kegiatan pendahuluan
Pada pertemuan pertama dan ketiga guru mengucapkan
salam terlebih dahulu kemudian memimpin do’a sebelum
dimulainya pembelajaran. Setelah do’a selesai, guru melihat
kondisi di dalam kelas yang belum kondusif untuk belajar, masih
banyaknya peserta didik yang bercengkerama, bercanda, tidur,
72
dan belum fokus pada mata pelajaran. Maka dari itu guru
melakukan ice breaking yang bertujuan untuk mengembalikan
fokus peserta didik, menghilangkan rasa kantuk, bosan dan
kembali semangat mengikuti pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Saat keadaan kelas mulai kondusif, guru memberitahu
materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu materi tentang
berprasangka. Namun sebelum materi disampaikan, guru
mengulang materi yang telah diajarkan agar peserta didik tidak
melupakan materi yang telah disampaikan sebelumnya.
Kemudian guru membacakan kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pembelajaran.
Pada pertemuan kedua guru hanya memeriksa keadaan anak
didik dengan absensi dan menanyakan persiapan yang akan
dipakai untuk membuat video dan narasi seperti apa yang
gunakan, setelah semua sudah siap untuk digunakan, maka proses
pembuatan video boleh dilakukan dengan pengarahan guru.
Dipertemuan kedua ini, peserta didik melaksanakannya diluar
kelas dan dilakukan diluar jam pelajaran.
Pada pertemuan ketiga guru mempersiapkan kelas dan
mengatur tempat duduk peserta didik menjadi 5 kelompok dengan
cara berhitung, dan guru memberitahu bahwa video siap untuk di
tunjukkan di dalam kelas dan menugaskan peserta didik untuk
berdiskusi kekurangan dari video yang mereka telah buat.
b. Kegiatan Inti
Setelah membacakan kompetensi dan tujuan, dipertemuan
pertama guru menjelaskan tentang berprasangka dengan metode
ceramah, setiap pembahasan yang bersangkutan dengan
berprasangka, guru memberi pertanyaan kepada peserta didik
untuk dijawab dengan tujuan untuk mempertajam pengetahuan
peserta didik.
73
Pada kegiatan disini banyak peserta didik yang belum
paham dengan materi berprasangka, begitu juga dengan semangat
belajar peserta didik yang sangat tidak ingin mendengarkan
penjelasan guru, sampai pada saat guru memberikan tugas diskusi
untuk pembuatan narasi drama perbuatan berprasangka, semangat
belajar mereka sedikit demi sedikit meningkat dan banyak dari
mereka yang bertanya bahkan mereka mengambil materi tidak
hanya dari buku pelajaran tetapi dari buku – buku yang mereka
miliki dan juga dengan bertanya kepada guru.
Dipertemuan kedua, guru hanya mengarahkan peserta didik
tentang bagaimana pengambilan video yang pas, dan tepat.
Kemudian guru kembali melihat peserta didik membuat video
tersebut dan sedikit mengoreksi kesalahan – kesalahan dalam
pengambilan video tersebut.
Pada pertemuan ini, peserta didik mulai semangat membuat
video dengan jalan cerita dan pemeran yang mereka pilih sendiri
dan mereka diskusikan sendiri. Pada saat penentuan jalan cerita
dan pemeran banyak sekali pendapat yang bersebrangan antara
cerita yang satu dengan yang lainnya ataupun pemeran utama
yang satu dengan yang lainnya.
Pendapat – pendapat yang mereka keluarkan selalu dikelola
dengan baik sehingga kesepakatan bersama yang mereka tentukan
tidak lagi membuat mereka saling berbeda pendapat, disaat
mereka berbeda pendapat guru hanya menjadi penengah yaitu saat
situasi diskusi menjadi tidak kondusif dan guru lebih banyak
menyaksikan para peserta didik mengeluarkan pendapat dan
mencatat apa saja yang mereka lakukan sebagai bahan penilaian.
Dipertemuan ketiga, guru membagi peserta didik menjadi 5
kelompok, dan selanjutnya guru memutar video hasil rekaman
mereka. Namun, sebelumnya guru menghimbau kepada para
peserta didik agar dapat menyimak dengan baik dan seksama,
74
yang kemudian mereka tulis kekurangan dan kelebihan video
tersebut dengan tidak lupa membahas materi berprasangka yang
mereka pelajari.
Pada pertemuan ini peserta didik memiliki antusiasme yang
sangat tinggi dikarenakan mereka bisa melihat hasil yang mereka
bikin dan mereka juga yang akan memberikan masukan dimana
letak kesalahan dalam video tersebut. Dalam keadaan kelas yang
seperti itu membuat guru tidak banyak melakukan pemberian
materi dikarenakan mereka sudah banyak belajar dan hanya
memberikan penguatan serta motivasi belajar dengan lebih
semangat dan lebih rajin.
c. Kegiatan penutup
Setelah dilakukannya tanya jawab, guru pun menyimpulkan
pelajaran yang telah dipelajari hari ini sambil memberikan
motivasi kepada murid untuk terus membaca buku dan belajar
serta terus berusaha saat berada luar kelas. Kemudian guru
menyuruh ketua kelas untuk memimpin do’a dan mengucapkan
salam.
Dengan adanya implementasi pendekatan collaborative
learnig dalam membuat video murid lebih mudah memahami
pelajaran karena semua kegiatan yang mereka lakukan terfokus
pada bahan materi yang mereka buat. Membuat video juga
berperan penting dalam membantu guru dalam memberikan
materi pelajaran, guru juga menjadi terbantu dengan adanya
kegiatan belajar tersebut.
Belajar dalam membuat video juga dapat mengembangkan
pemahaman dan pengetahuan peserta didik karena dapat
merasakan kejadian yang ada di dalam video dan juga merasa
senang karena sudah menjadi bagian dalam bahasan materi
tersebut. Ada beberapa peserta didik yang bertanya kepada guru
ada pula yang hanya diam dan mendengarkan, ini membuktikan
75
bahwa peserta didik lebih tertarik dan bersemangat belajar ketika
belajar dengan pendekatan collaborative learning dalam membuat
video. Implementasi pendekatan collaborative learning dalam
membuat video juga menciptakan pembelajaran yang
mengasyikkan dan tidak membosankan serta dapat menambah
pengetahuan yang tidak bisa di terima di dalam kelas.
D. Hasil Penelitian
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, peneliti
melakukan wawancara kepada 3 peserta didik kelas X SMA Darul Kholidin
Bogor, berikut hasil wawancara yang dilakukan:
1. Proses Collaborative Learning sebagai pendekatan pembelajaran
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
collaborative learning dalam mengerjakan tugas itu lebih baik
dibandingkan dengan mengerjakan sendiri, dikarenakan peserta didik
lebih tersulut semangat belajarnya jika dikerjakan bersama – sama.
“senang bisa kerja kelompok, bisa tanggung jawab, dan saling
menghargai”. Begitulah pernyataan peserta didik setelah mengerjakan
tugas dengan kelompok.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa peserta didik lebih senang
belajar dalam kelompok dibandingkan belajar dengan memahami
sendiri, sebab belajar dengan pendekatan collaborative learning tidak
hanya menekan pemahaman siswa tetapi rasa solidaritas yang sama
dalam memahami pelajaran sehingga tidak ada kata peserta didik yang
satu lebih paham dari pada peserta didik yang lainnya.
Di bandingkan dengan belajar sendiri, belajar dengan kelompok
lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran,
selain itu mereka juga lebih aktif dalam belajar seperti bertanya,
berkomunikasi, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
Dalam memahami materi juga peserta didik tidak terlalu sulit
dikarenakan belajar dengan collaborative learning peserta didik bisa
76
bertanya kesiapapun termasuk kepada peserta didik yang sudah paham.
“kalo ada yang sulit saya akan nanya dulu, terus kalo ada ide (dari
peserta didik lain) saya akan terima”. Pernyataan tersebut keluar ketika
peserta didik ditanya tentang kesulitan memahami pelajaran.
Pernyataan di atas menunjukkan betapa aktifnya peserta didik
dalam mencari pengetahuan tentang suatu materi yang belum mereka
mengerti sehingga bertanya dan mengeluarkan pendapat memudahkan
mereka mendapati pengetahuan yang mereka butuhkan.
Kesulitan yang peserta didik hadapi dapat dengan mudah mereka
selesaikan dengan cepat dikarenakan mereka dapat bertanya kepada
sesama dan mereka dapat menyelesaikannya dengan bersama.
Musyawarah adalah contoh kecil yang mereka lakukan ketika ada
kesalahpahaman antar peserta didik. Dengan musyawarah yang mereka
buat mereka bisa mempertanggung jawabkan pertanyaan, jawaban,
serta ide yang mereka fikirkan.
Hal ini di buktikan ketika mereka mengomentari video yang telah
mereka buat sendiri, ketika mereka tidak puas dengan suatu hasil
pengambilan gambar maka mereka mendiskusikannya dan memberikan
arahan kepada temannya yang bertugas mengambil gambar tersebut.
Dengan demikian dari uraian diatas, proses collaborative learning
sebagai pendekatan pembelajaran lebih berguna bagi peserta didik di
bandingkan dengan memahami materi pelajaran sendiri.
2. Proses Pembuatan Video sebagai Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dengan membuat video dari materi yang
akan di pelajari oleh peserta didik membuat semangat belajar peserta
didik meningkat di bandingkan dengan strategi pembelajaran yang
lainnya. Menurut mereka belajar dengan membuat video adalah hal
yang sangat seru dan menarik “menarik, seru, mudah untuk di
praktikkan sehari – hari, dan membantu juga” begitulah kata salah satu
peserta didik ketika di wawancarai mengenai kesan yang telah mereka
dapatkan setelah membuat video.
77
Karena guru membuat strategi pembelajaran yang belum pernah
digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran maka hal ini
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dengan strategi
pembelajaran yang tidak membosankan maka dengan mudah para
peserta didik untuk memahami materi pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan apa yang akan di
sampaikan kepada peserta didik membuat peserta didik lebih cepat
merasa bosan dan suntuk dalam memahami materi, hal ini karena tidak
adanya motivasi dalam diri mereka dan hal ini membuat mereka lebih
cepat melupakan materi pembelajaran. “alhamdulillah membuat dan
belajar lewat video lebih gampang memahami materi – materi, kan pas
buat video banyak ngulang – ngulang karena ada yang salah, dan dari
situ kita bisa belajar, pas udah jadi videonya kita engga gampang lupa,
kan dalam membuat video ada partnya jadi kita tau bagian materinya”.
Kata salah satu peserta didik ketika ditanya cara memahami materi
dengan membuat video membuktikan bahwa belajar dengan strategi
pembelajaran yang tepat maka membuat materi pelajaran lebih mudah
untuk dipahami.
Pernyataan diatas membuat antusiasme dalam belajar meningkat
dengan meningkatnya antusiasme belajar peserta didik, maka kegiatan
belajar menjadi lebih mudah dan tentunya banyak pelajaran yang
peserta didik dapati. “ bukan hanya materi pelajaran aja yang saya
dapatkan, melainkan ada banyak ilmu – ilmu yang tersembunyi dibalik
dalam sebuah pembuatan video, semisal mengedit video,tatacara
bermusyawarah, dan juga ilmu akting “. Begitulah kata salah satu
peserta didik ketika di wawancarai tentang materi apa saja yang
didapati dari strategi ini.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa apa yang di dapat oleh
peserta didik bukan hanya dari materi pelajaran saja dan bukan hanya
pengalaman dan pengamalan salah satu ilmu saja tetapi mereka
78
mengkolaboratifkan ilmu – ilmu tersebut secara bersamaan dalam satu
kegiatan pembelajaran.
Disamping meningkatkan antusiasme dan pengalaman dalam
belajar maka membuat video sebagai strategi pembelajaran adalah salah
satu strategi yang membuat peserta didik merasakan mudahnya dalam
menuntut ilmu serta salah satu cara yang bisa membuat peserta didik
tidak jenuh dengan pendidikan “ bagus, memudahkan saya biar engga
jenuh, kalo cuma baca buku kan jenuh. Jadi, dengan cara ini
pembelajaran berjalan bagus” hal ini membuktikan bahwa belajar
dengan cara membuat video memudahkan peserta didik memahami
materi pelajaran.
E. Analisis Penelitian
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi diatas dapat
dianalisis mengenai implementasi pendekatan collaborative learning dalam
membuat video mata pelajaran PAI SMA Darul Kholidin Bogor sebagai
berikut:
1. Proses collaborative learning sebagai pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dengan proses collaborative learning
yang dipusatkan pada peserta didik dibangun atas pengetahuan yang
telah dimiliki siswa (prior knowledge) yang berlangsung dalam situasi
yang berhubungan dengan tempat mereka berada, orang yang telah
dikenal, dan kepercayaan tentang sesuatu yang pernah dimiliki. Pada
pembelajaran ini terjadi asimilasi pengetahuan baru dengan didasarkan
atas struktur pengetahuan sebelumnya. Dengan demikian, pembelajaran
memerlukan waktu untuk melakukan peninjauan kembali (refleksi) atas
gagasan yang sudah ada sebagai produk pemikiran dan pengalaman
yang berulang.78
78 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta, Ar-Ruzz
Media, 2016) cet ke 3 hal. 146
79
Dengan pembelajaran kolaboratif menuntut peserta didik untuk
mengambil peran – peran baru dan membangun keterampilan –
keterampilan yang berbeda dari keterampilan yang lazim mereka lakoni
(jalani) dalam kelas – kelas tradisional. Meski peran – peran dan
keterampilan – keterampilan baru ini sangat baik di pelajari melalui
tugas – tugas pembelajaran berfokus konten yang berkelanjutan, namun
akan sangat bermanfaat jika sejak awal peserta didik diperkenalkan
pada perubahan ekspektasi belajar.79
Pembelajaran kolaboratif juga menuntut guru dalam membuat
keputusan ketika membuat kelompok dengan harus memilih jenis
(formal, informal, atau dasar), ukuran (dua atau bahkan lebih peserta
didik), dan menentukan apakah kelompok itu homogen atau heterogen.
Kemudian, memilih penyeleksian kelompok (acak, ditentukan peserta
didik, atau guru) dan memutuskan peran yang mana, jika ada, yang
ingin guru berikan. Masalah – masalah yang menyertai pilihan ini
sangat penting. Disamping menginginkan agar peserta didik dapat
belajar mengenai konsep, juga ingin agar mereka dapat
mengembangkan keterampilan – keterampilan kolaboratif. Disamping
menginginkan peserta didik untuk merasa termotivasi dan nyaman, juga
ingin melecut pemikiran mereka dan mendorong keberagaman.
Disamping menginginkan peserta didik menempa hubungan yang
mampu bertahan lama dan memberi mereka cukup waktu untuk
menyatu sebagai kelompok, juga ingin agar mereka bertemu dengan
orang – orang baru.80
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran
kolaboratif sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mencari pengetahuan dengan peran
– peran, keterampilan – keterampilan, kelompok, tugas, dan kebebasan
mereka dalam mencari pengetahuan serta di barengi dengan rasa
79 Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, op.cit., hal 64.
80
Ibid., hal 81.
80
tanggung jawab dibanding dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa
pendekatan yang baik.
Dari hasil wawancara peneliti terhadap peserta didik pun jelas
bahwa peserta didik lebih senang belajar dengan pendekatan
kolaboratif, mereka lebih mudah memahami pelajaran dan juga dapat
aktif belajar di bandingkan dengan cara pendekatan pembelajaran yang
mereka anggap biasa saja.
2. Proses membuat video sebagai strategi pembelajaran
Pembelajaran harus didesain/dirancang secara sistematik,
sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan peserta didik merupakan
pihak yang merespon dan menikmati kondisi belajar yang diciptakan
oleh guru.81
Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang
merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Oleh
karena itu proses pembelajaran seyogianya menyirami benih kodrati ini
hingga tumbuh subur dan berbuah. Dengan demikian, optimalisasi
potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal.82
Dalam proses pembelajaran membuat video bisa mempermudah
dalam proses pembelajaran karena peserta didik bukan hanya
mendengarkan penjelasan dari guru saja tetapi peserta didik juga
mempraktikkan sendiri apa yang mereka lakukan dan mereka lebih
mudah memahami materi yang sedang mereka pelajari.
Dari penjelasan diatas bahwa proses membuat video sebagai
strategi pembelajaran adalah suatu desain pembelajaran yang
mengeluarkan potensi lain dari peserta didik serta memudahkan peserta
didik untuk memahami materi pelajaran tersebut.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti temukan
bahwa para peserta didik bisa mendapati berbagai macam pengetahuan
dari membuat video yang diambil dalam materi yang mereka pelajari.
81 Dr. Rusman, op.cit., hal 3.
82
Yudhi Munadi, op.cit., hal 4.
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
implementasi pendekatan collaborative learning melalui pembuatan video
dapat digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini
dapat dilihat dari hasil wawancara, observasi, serta dokumentasi yang
dilakukan peneliti kepada siswa, yaitu:
4. Pendekatan collaborative learning melalui pembuatan video
memudahkan siswa dalam memahami dan mempraktikan pelajaran.
5. Belajar dengan pendekatan collaborative membuat proses pembelajaran
menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
6. Membuat video menjadikan peserta didik meningkatkan keaktifan dan
semangat siswa dalam belajar.
Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi pendekatan collaborative
learning melalui pembuatan video bisa digunakan dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam kelas X di SMA Darul Kholidin Bogor.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa pendekatan pembelajaran
merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Dikatakan demikian karena pendekatan pembelajaran sangat
membantu guru dalam memberikan pengajaran secara maksimal, efektif, serta
efisien.
Dengan adanya metode pengajaran dan strategi pembelajaran,yang
baik, anak didik dapat belajar dengan mudah dan merasa senang dalam
mengikuti pelajaran. Biasanya anak didik bisa dengan mudah menangkap
materi pelajaran bila pembelajaran yang diselenggarakan menyenangkan.
82
Peran seorang guru sangat besar untuk memilih dan melaksanakan
pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya
pembelajaran yang berbasis konvensional. Seorang guru harus memahami
tipe belajar peserta didik, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
terhadap gaya belajar peserta didik. Pembelajaran yang baik ditunjang dari
suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru
dan peserta didik dapat berjalan denggan baik.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin
mengemukakan beberapa saran, diantaranya:
1. Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan pemeliharaan media
seperti LCD, speaker, dan proyektor sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran.
2. Guru hendaknya lebih meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam
menyampaikan pembelajaran, guru juga memahami tipe belajar peserta
didik, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya
belajar peserta didik agar peserta didik tidak merasa bosan, jenuh dan
malas dalam belajar.
3. Bagi peserta didik, hendaknya jangan hanya semangat belajar ketika
menggunakan metode dan strategi yang mengasikkan, tetapi
berusahalah selalu semangat dalam belajar dengan metode dan strategi
apapun.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar., Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. 14,
2011.
Bahri, Syaiful., dan Djamarah., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Rineka
Cipta, cet. 4, 2010.
Barkley, Elizabert E., dkk., Collaborative Learning Techniques Teknik-Teknik
Pembelajaran Kolaboratif, Bandung: Nusa Media, cet. 3, 2014.
Budi, Kurniawan., “Collaborative Learning”, https://www.wordpress.com, diakses
pada 04 september 2017, pukul 22.00.
Eggen, Paul., dan Don Kauchak., Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berfikir, Jakarta: PT Indeks Permata Puri
Media, 2012.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman
Penelitian Skripsi.
Gunawan, Imam., Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: PT
Bumi Aksara, cet. 1, 2013.
Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 8, 2011.
Hasbullah., Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Edisi Revisi, 2008.
Iskandar., Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, cet. 5,
2013.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2014.
M. Djumransyah., Pendidikan Islam, Malang: Bayu Media Publishing, 2004.
Mahmud., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, cet. 10
2011.
Majid, Abdul., dan Dian Andayani., Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006
Majid, Abdul., Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kopetensi
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Muahaimin., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdikarya, 2001.
Muhaimin., Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah), Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Mukhtar., Organisasi Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada.
Munadi, Yudhi., Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2012.
84
Narbuko, Cholid., dan Abu Achmadi., Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010.
Poerwandari, E. Kristi., Pendekatan Kualitaif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta:
LPSP3, 1998.
Republik Indonesia., Undang – Undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan
Pelaksanaannya 2000 – 2004, Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004.
Riyanto, Yatim., Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014.
Rosyada, Dede., Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004.
Rusman., Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, Bandung: Alfabeta,
2013.
Sadiman, Arief S., dkk., Media Pendidikan pengertian, Pengembangan, dan
pemanfaatannya, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007.
Sarosa, Samiaji., Penelitian Kualitatif Dasar-dasar, Jakarta: Indeks, cet. 1, 2012.
Solihatin, Etin., Strategi Pembelajaran PPKN, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. 2,
2012.
Sugiyono., Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, cet. 9, 2014.
-----., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, cet. 1, 2011.
Suprihatiningrum, Jamil., Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, cet. 3, 2016.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
Usman, Basyarudin., Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2012.
Widjajanti, Djamilah Bondan., “Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis
Masalah”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, Yogyakarta : FMIPA UNY, 2008. Tersedia online:
http://eprints.uny.ac.id/10501/1/p13-Djamilah.pdf, diakses pada 20
oktober 2017, pukul 11.30 WIB.
Zain, Aswan., dan Syaiful Bahri Djamarah., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Rineka Cipta cet. 3, 2006.
LAMPIRAN 1
Kisi-Kisi Wawancara peserta didik
Fokus Dimensi Indikator Sub Indikator Nomor
Pertanyaan
Proses
Collaborative
Learning dan
proses
Pembuatan
Video
Proses
Collaborative
Learning
sebagai
Pendekatan
Pembelajaran
6. Orientasi
Peserta Didik
6.1 dalam
pemahaman
materi
1
6.2 dalam
memberi
tugas
2
6.3 Dalam
tatacara
mengerjakan
tugas
3
7. Pembentukan
Kelompok
7.1 dalam
membentuk
kelompok
4
7.2 sikap peserta
didik dalam
membentuk
kelompok
5
7.3 sikap peserta
didik ketika
sudah dalam
kelompok
6
8. Tugas
Pembelajaran
8.1 pendapat
peserta didik
tentang tugas
yang di
berikan guru
7
8.2 dalam
memahami
tugas yang
diberikan
guru
8
8.3 dalam
memahami
tatacara
mengerjakan
tugas dari
guru
9
9. Fasilitas
Pembelajaran
Kolaboratif
Peserta Didik
9.1 pendapat
peserta didik
dalam kerja
kelompok
10
9.2 interaksi
peserta didik
dalam
kelompok
11
9.3 sikap peserta
didik dalam
menangani
masalah
12
10. Evaluasi
Pembelajaran
Kolaboratif
10.1 pendapat
peserta didik
tentang
metode
pembelajaran
kolaboratif
13
Proses
Pembuatan
Video
sebagai
Strategi
Pembelajaran
5. Mengidentifika
si Peserta didik
5.1 perasaan
peserta didik
setelah
membuat
video
14
5.2 kepribadian
peserta didik
setelah
membuat
video
15
6. Pendekatan
Pembelajaran
6.1 pendapat
peserta didik
tentang
pendekatan
pembelajaran
dengan
membuat
video
16
6.2 pendapat
peserta didik
dengan
pendekatan
pembelajaran
membuat
video dalam
kehidupan
17
7. Efektifitas
Pembelajaran
7.1 pendapat
peserta didik
tentang
kesan belajar
dengan
membuat
video
18
8. Evaluasi
8.1 pendapat
peserta didik
dalam
membuat
video
19
8.2 pendapat
peserta didik
belajar
dengan cara
membuat
video
20
8.3 pemahaman
materi pada
peserta didik
dengan cara
membuat
video
21
1. Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?
2. Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?
3. Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?
4. Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?
5. Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?
6. Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?
7. Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?
8. Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?
9. Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?
10. Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?
11. Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?
12. Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?
13. Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?
14. Apa perasaan kamu setelah membuat video ?
15. Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya
?
16. Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?
17. Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?
18. Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?
19. Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?
20. Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?
21. Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?
LAMPIRAN 2
Kisi-kisi Observasi
Fokus Dimensi Indikator
Proses
pendekatan
collaborative
learning
pada
pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
Kerja sama dalam kelompok
4. Peserta didik
mampu bekerja
sama dalam
manajemen
kelompok
5. Peserta didik
mampu bekerja
sama dengan
peserta didik
lainnya dalam
kelompok
6. Peserta didik
mampu bekerja
sama dengan
peserta didik
lainnya dalam
memahami
materi
pembelajaran
Komunikasi antar peserta didik
4. Peserta didik
dapat menerima
pendapat orang
lain
5. Peserta didik
dapat
membantu
orang lain
6. Peserta didik
mampu
menghadapi
rintangan
bersama
Penguasaan materi
3. Peserta didik
mampu
memahami
materi yang
dipelajari
4. Peserta didik
mengerti ketika
ditanya tentang
materi yang
dipelajari
LAMPIRAN 3
Hasil wawancara 1
Nama : Gilang Ferdiansyah Ramadhan
Kelas : X A
Waktu : 14.30 WIB
P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?
J : itu salah satunya dapat di pahami sama jadi semangat belajarnya.
P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?
J : iya saya memahami tugas-tugas yang guru berikan.
P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?
J : itu gampang di pahami si, kaya materi prasangka buruk itu jadi gampang tata
cara mengerjakan tugasnya.
P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?
J : udah pas orang-orangnya ada yang lucu, pas karakter orangnya, pas di tempatin
di tugasnya masing-masing.
P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?
J : iya ane nerima, tidak kesel ataupun marah.
P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?
J : ya tugas itu kalo ada yang sulit ane bantu karena itukan kebersamaan jadinya
kerjasama jadi ane bantu kalo ada yang kesulitan.
P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?
J : menurut ane bagus, mengasikkan, bisa syuting rame-rame bikin film bareng
temen-temen, dan itu juga buat pelajaran, dan itu juga cara belajar yang beda
dengan membuat film gitu karena ya jarang-jarang belajar sambil bikin film gitu.
P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?
J : ane mencatat perkataan guru dalam memahami tugas yang di berikan oleh
guru.
P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?
J : kalo ada yang sulit ane bantu, terus juga musyawaarah sama temen-temen yang
lainnya juga, ane juga ngeluarin pendapat yang ane rasa perlu di keluarin.
P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?
J : ane jadi banyak lebih tau dari pada ngerjain tugasnya sendiri karena kan dalem
kelompok bukan pemikiran ane doang ka.
P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?
J : di lain waktu ane ngobrol tentang gimana caranya biar filmnya berkesan, dan
pada saat syuting ane selalu berinteraksi dengan yang lain supaya baik dan cakep
filmnya.
P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?
J : ane selalu berkomunikasi sama temen-temen musyawarah juga sama pemain
intinya.
P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?
J : metode yang guru berikan bagus ga bikin bête kalo dikelas juga jadi aktif buat
belajarnya
P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?
J : kaget aja gitu tiba-tiba diajak main film disinikan jarang bukan jarang si malah
ga pernah jadi seneng aja.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya
?
J : iya, bisa Alhamdulillah kalo misalnya ada masalah kadang muncul sendiri
karena udah belajar jadi kita tahu.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?
J : iya, mudah dalam memahaminya kan selain bikin filmnya kit abaca bukunya
dulu terus cari referensinya yang lain gitu
P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?
J : Alhamdulillah ka, saya sedikit-sedikit mempraktikannya karena kan saya tahu
kalo di kehidupan tuh kaya gimana, sama kaya kita bikin film.
P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?
J : menarik, seru, menarik sama sama dengan temen-temen bias tawa bareng-
bareng.
P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?
J : bukan materi aja tapi kesenangan juga, kekompakan, kebersamaan,
musyawarahnya, ya bukan sekedar materi aja.
P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?
J : menurut saya bikin ini ya sesekali saja selebihnya belajar seperti biasa.
P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?
J : menurut ane bagus kak cepet paham juga banyak yang kita pelajari.
Hasil wawancara 2
Nama : Muhammad Faqih
Kelas : X B
Waktu : 15.26 WIB
P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?
J : Alhamdulillah, paham kita kan kemarin membahas tentang berprasangka jadi
kita sebagai manusia menjauhi prasangka buruk dan menjalani prasangka baik.
P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?
J : nggak semuanya paham, saya tidak paham karena secara menjalanin tugas sulit
juga.
P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?
J : kurang memahami, kemarin kan cuman begitu. Jadi, kurang jelas.
P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?
J : ya, bagus sih gapapa dibikin kelompok jadi kita bias kerja sama, sama temen-
temen, jadi semuanya kerja ga cuman diem-diem doang taunya nyontek.
P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?
J : ya saya amah terima aja, gapapa. Yang penting kelompoknya itu bias kerja
sama, saling bantu, bukan cuman pada diem aja gitu.
P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?
J : ya gimana sih ya, saling tanggung jawab, terus saling menghargai juga,
misalnya dia kasih pendapat bla la bla terus kita gaboleh mencelanya tamping
dulu, terus kita omongin lagi, setelah dimusyawarahkan barulah dimasukkan
hasilnya.
P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?
J : Alhamdulillah, dari video yang ditayangin berguna juga buat kita, kita jadi
gaboleh asal tuduh saja harus ada buktinya, contohnya tadi yang di video tadi kan
udah marah-marah ga jelas, nyangkain temennya yang ngambil, ternyata
kertasnya jatoh bukan diambil temennya, nah kita harus jauhi sifat kaya gitu.
P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?
J : kita harus membaca, melihat, mendengarkan apa yang guru terangkan. Dan kita
harus fokus dan gaboleh males, dan kalo ada ucapan guru yang penting-penting
kita catet aja, jangan diem aja, nanti pas ditanya guru diem gatau apa-apa.
P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?
J : Berdiskusi sama teman sekelompok, menulis pendapat-pendapat mereka, udah
gitu aja.
P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?
J : Senang biasa kerja kelompok, bias tanggung jawab dan saling menghargai,
diem satu sama lain.
P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?
J : baik- baik satu sama lain, semuanya menerima satu sama lain, ga ada
permasalahan, ga debat panjang-panjang, ga marah-marah.
P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?
J : misalnya kita ga seneng sama pendapat temen kita, ya kita misalnya dia
berdebat ga boleh biarin mereka lama-lama berdebat, kita harus omongin
semuanya, ga cuman berdua, ntar kalo berdua dia bakal selek terus berantem, jadi
temen harus saling menghargai, kalo kita punya sifat saling menghargai
perdebatan antar kelompok .
P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?
J : bagus-bagus aja terus emang kelompok tuh bagus, jadi semuanya biasa kerja
sama, coba kalo ga disuruh bikin kelompok, misalnya disuruh kerjain, misalnya
semua kerjain ya, pasti kalo satu orang selesai terus nyalin punya temennya,
gaenak kalo begitu, kan kalo kelompok bias kerja sama jadi lebih cepet.
P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?
J : seneng, karena bisa belajar dari situ juga belajar tentang sifat-sifat
berprasangka, jadi bias belajar dari situ seneng aja gitu bikin film dari situ.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya
?
J : iya sedikit-sedikit bisa dipraktekin, misalnya kalo kita mau suudzon sama
orang, kita inget kemaren kita udah belajar terus bikin film juga tentang materi itu.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?
J : untuk bikin film kurang paham, kurang mahamin contoh-contoh sikap suudzon
gitu kaya gimana.
P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?
J : bisa mempraktikan dikit- dikit setelah belajar materi itu.
P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?
J : baik, berguna bagi diri sendiri dan orang lain, karena video semua orang bias
nonton.
P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?
J : dapet pelajaran juga jadi gaboleh pelit sama temen, dia juga suudzon padahal
temennya ga ngambil, jadi kita belajar husnuzon sama orang.
P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?
J : enak, terus berguna juga bikin video jadi ga gampang lupa, kan video tuh
seneng kan jadi ga gampang lupa. Jadi kalo mau ngelakuin suudzon kita inget
video yang kita buat.
P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?
J : alhamudulillah membuat dan belajar lewat video lebih gampang memahami
materi-materi, kan pas buat video kan ngulang-ngulang ada yang salah, dan dari
situ kita bias belajar, jadi pas udah jadi kita ga gampang lupa, kan dalam bikin
video ada part nya jadi kita inget bagiannya.
Hasil wawancara 3
Nama : irham maulana
Kelas : X B
Waktu :
P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?
J : alhmadulillah saya sedikit memahaminya, dan bisa menyimaknya.
P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?
J : Alhamdulillah saya dapat memahaminya, hukum berprasangka dalam agama
islam itu gimana.
P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?
J : mudah, karena penjelasan guru itu cukup jelas jadi seorang murid kaya saya
gampang untuk mengerti tugas yang guru berikan tersebut. Cukup jelasnya itu
guru menjelaskannya cukup detail.
P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?
J : kalo pendapat ane biasa aja karena kan membentuk kelompok itu kan mudah
tergantung pemahamannya murid, jadi saya lebih antusias aja.
P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?
J : menerima karena itu sudah ketentuan dari yang guru berikan.
P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?
J : mengikuti pembelajaran dari kelompok tersebut, dengan menjalani tugas yang
ada dikelompok tersebut kan setiap kelompok per individu itu kan ada tugas-
tugasnya.
P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?
J : ga terlalu rumit dan ga susah juga karena kan sebelumnya udah dijelasin dulu.
P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?
J : yang pastikan belajar baca bukunya dan memerhatikan apa yang guru
sampaikan agar mudah mengerjakan tugas yang guru berikan.
P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?
J : mencatat dan mencari inti pelajaran dari video yang udah dilakuin, karena itu
pekerjaan ane dalam kelompok.
P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?
J : bagus karena kita dapat bekerjasama dengan teman-teman dalam kelompok
kita dan bias ngasih tau ke temen yang belom mengerti.
P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?
J : kalo ada yang sulit dimengerti saya akan nanya dulu terus kalo ada ide saya
terima.
P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?
J : kalo ada pendapat yang berbeda kita musyawarah biar keluar masalahnya gitu,
mengambil pendapat dari yang baik.
P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?
J : metodenya cukup unik dengan video dan bikin anak-anak ga bête gitu, kan
murid jaman sekarang pada males nulis apalagi pada males kalo ada video itukan
jadi pada belajar.
P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?
J : ada perasaan bangga juga seneng juga kali aja videonya bermanfaat buat yang
lain gitu.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya
?
J : ya kan itu video kita yang lakuin jadi udah ada bayangan seperti kita menjalani
kehidupan menjadikan kita mudah menjalani kehidupan.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?
J : iya dari pada hanya baca buku memahami materi dengan membuat video juga
lebih mudah.
P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?
J : kalo lagi inget saya praktikan kak.
P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?
J : kesannya kan ada senangnya gitu, jadi ada bangganya juga, bisa belajar juga
gimana bikin film.
P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?
J : nggak, bukan hanya materi pelajaran aja ada ilmu-ilmu yang tersembunyi di
balik membuat video tersebut kaya ilmu perfilman ilmu edit video kak.
P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?
J : bagus, memudahkan siswa biar gajenuh kalo Cuma baca buku kan jenuh jadi
dengan cara lain pembelajaran bagus.
P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?
J : bagus lumayan kan memahami pelajaran itu kan tergantung dia gimana
memahaminya dengan cara apa biar dia paham pelajarannya.
Hasil wawancara 4
Nama : muhammad dandi prasetyo
Kelas : X A
Waktu :
P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?
J : iya, bahwasannya berprasangka yang baik dan mempererat persaudaraan.
P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?
J : iya memahami,
P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?
J : iya mudah dipahami, bahwasannya bahasanya mudah dipahami dengan kami
dan jalan ceritanya juga gampang dimengerti.
P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?
J : kalo kelompok itu lebih aktif ke anak-anak, seneng juga karena
kebersamaannya ada saling musyawarah dari pada individu.
P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?
J : dapat menerima, karena itu udah keputusan guru.
P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?
J : ikut berpertisipasi juga.
P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?
J : baik, jadi kebersamaan kita juga ada terus kita jadi terbiasa di depan kamera,
sering-sering aja gitu.
P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?
J : ya ane lebih utama kerjaan yang ane hadapin dulu.
P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?
J : dengan bermusyawarah dan membantu teman.
P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?
J : baik, tapi setiap orang ada yang males ada yang rajin biasanya yang ngerjain
hanya yang rajin terus yang males kebawa sama yang rajin.
P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?
J : kalo dasarnya salah kita tegur kita musyawarahin kalo egois ya kita nasihatin
bahwasannya egois itu ga diajarkan sama nabi kita.
P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?
J : dengan bermusyawarah bahwasannya kita jalanin dengan yang kita telah
pelajari.
P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?
J :
P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?
J :
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya
?
J :
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?
J :
P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?
J :
P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?
J :
P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?
J :
P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?
J :
P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?
J : baik, tergantung jalan ceritanya kalo jalan ceritanya bagus orang cepet
pahamnya.
Hasil wawancara 5
Nama : oktavio isro alhusna
Kelas : X A
Waktu :
P : Apakah kamu memahami materi yang guru sampaikan ?
J : saya sedikit faham jadi ketika di praktikan kemarin saya faham sedikit tidak
fahamnya karena bingung di videonya.
P : Apakah kamu memahami tugas yang diberikan guru ?
J : kemarin karena saya penjaga kantin saya paham dengan tugas saya.
P : Apakah tatacara mengerjakan tugas yang dijelaskan guru mudah dimengerti ?
J : kurang, kalo misalkan dipraktikan saya bisa lebih paham lagi.
P : Bagaimana pendapatmu dengan cara guru membentuk kelompok ?
J : kemarin si emang karena butuhnya ga sesuai sama orangnya jadi mungkin ada
yang iri karena ga ikut ada mungkin juga ada yang ga mau ikut, kalo itu bagus
kemarin juga tokoh-tokohnya juga udah cocok.
P : Apakah kamu menerima kelompok yang diberikan guru ?
J : saya terima apa adanya, ga ada rasa kesel.
P : Bagaimana sikapmu ketika sudah dalam kelompok ?
J : wow, soalnya baru pertama kali bikin video pertama kalinya.
P : Apa pendapatmu tentang tugas yang diberikan oleh guru ?
J : saya suka sama tugas saya.
P : Bagaimana cara kamu memahami tugas yang diberikan oleh guru ?
J : saya memahami dengan cara mendengarkan dan membaca buku materi dari
tugas yang kaka berikan.
P : Apa saja yang kamu lakukan dalam mengerjakan tugas ?
J : saya kemarin cuma ngasih pendapat ke teman saya.
P : Bagaimana pendapatmu mengerjakan tugas dalam kelompok ?
J : bagus, kalo misalnya ada masalah bisa cepet selesai karena di kerjakan bareng
bareng, kalo sendiri-sendiri mungkin bakalan sulit.
P : Bagaimana kamu berinteraksi dalam kelompok ?
J : ke semua orang sama aja, maksudnya saya berinteraksi sesuai dengan yang
saya jalanin.
P : Apa yang kamu lakukan ketika memecah masalah dalam kelompok ?
J : kalo itu kita nyari jalan keluar dengan musyawarah ngomong baik-baik, kita
bicarain yang enaknya gimana.
P : Bagaimana pendapatmu metode yang guru berikan ?
J : sebenarnya bagus seakan-akan dipraktikan dalam keseharian.
P : Apa perasaan kamu setelah membuat video ?
J : wah, seneng banget.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam mempraktikannya
?
J : bisa, soalnya dari video tersebut kita bisa mnengambil contoh untuk keseharian
kita.
P : Apakah membuat video dari materi memudahkanmu dalam memahaminya ?
J : mudah, soalnya dia di pelajari terus dipraktikkan jadi tambah inget materinya.
P : Apakah kamu mempraktikan materi setelah membuat video ?
J : Alhamdulillah bisa saya praktikan sedikit-sedikit dalam keseharian.
P : Menurutmu kesan apa yang kamu dapat dalam belajar dengan membuat video?
J : menarik, seru, mempermudah untuk dipraktikan untuk sehari-hari membantu
juga.
P : Apakah hanya materi pelajaran yang kamu dapatkan dari membuat video ?
J : nggak, kemarin juga kita bisa musyawarah, ngumpul-ngumpul, bisa belajar
jujur juga buat keseharian.
P : Bagaimana pendapatmu belajar dengan cara membuat video ?
J : bagus, kalo bisa semua materi bisa di praktikan bukan dalam video tapi dalam
keseharian.
P : Bagaimana pendapatmu memahami pelajaran dengan cara membuat video ?
J : kalo menurut saya bagus, karena bisa ngulang dengan bacxa buku dan
dipraktikan dengan cara membuat video.
LAMPIRAN 4
Lembar Observasi pendekatan collaborative learning pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam
Sekolah : SMA Darul Kholidin
Kelas : X ( Sepuluh )
Hari/Tanggal : Senin, 18 Desember 2017
Waktu : 08.00 – 09.00
No Rincian aktivitas
siswa
Skor Keterangan
1 2 3
1 Kerja sama
dalam kelompok
1. Peserta didik
mampu bekerja
sama dalam
manajemen
kelompok
Saat didalam kelas seluruh
peserta didik mampu bekerja
sama dengan yang lainnya
saat guru memberikan
mereka tugas. Terlihat ketika
mereka menjalankan
tugasnya masing-masing dan
mengerjakannya dengan
semangat dan bertanggung
jawab.
2. Peserta didik
mampu bekerja
sama dengan
peserta didik
lainnya dalam
kelompok
Saat mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas
peserta didik yang tidak
mampu bertanya kepada
temannya yang mampu
mengerjakan tugas tersebut,
dengan cara musyawarah,
diskusi, dan bertukar
pendapat.
3. Peserta didik
mampu bekerja
sama dengan
peserta didik
lainnya dalam
memahami
materi
pelajaran
Saat tidak memahami materi
dan tugas yang diberikan
mereka bertanya kepada
temannya yang paham dan
mengerjakan ulang tugas
tersebut sebelum bertanya
kepada guru mata pelajaran.
2 Komunikasi
antar peserta
didik
1. Peserta didik
dapat
menerima
pendapat orang
lain
Dalam mengerjakan tugas
kelompok, komunikasi antar
peserta didik sangat
ditekankan. Dalam
mengerjakan tugas tersebut
peserta didik mampu untuk
berdiskusi, bermusyawarah,
dan bertukar pendapat.
Walaupun masih ada
beberapa peserta didik yang
egois.
2. Peserta didik
dapat
membantu
orang lain
Mengerjakan tugas
kelompok seluruh peserta
didik yang sudah memahami
materi dengan sendirinya
membantu temannya yang
belum paham dengan cara
membantu secara perlahan.
3. Peserta didik
mampu
menghadapi
Masalah kurangnya
komunikasi antar peserta
didik dapat ditangani dengan
Keterangan dari skor :
1 = Tidak Tampak
2 = Cukup Tampak
3 = Sangat Tampak
rintangan
bersama
bagus sekali tanpa
mendahulukan emosi dan
nafsu.
3 Penguasaan
materi
1. Peserta didik
mampu
memahami
materi yang
telah di pelajari
Hal ini terlihat saat mereka
menjelaskan kembali materi
yang mereka pelajari dan
mereka mampu menjelaskan
materi tersebut.
2. Peserta didik
mengerti
ketika ditanya
tentang materi
yang di
pelajari
Walaupun dalam
menjelaskan mereka mampu
tetapi ketika ditanya masih
ada jawaban yang hanya
mendekati materi.
LAMPIRAN 5
Pengkodingan dan Kategorisasi Wawancara Siswa
No Pertanyaan Jawaban Kode
1. Apakah kamu
memahami materi
yang guru sampaikan
?
1. Alhamdulillah, paham
kita kan kemarin
membahas tentang
berprasangka jadi kita
sebagai manusia
menjauhi prasangka
buruk dan menjalani
prasangka baik.
2. Alhmadulillah saya
memahaminya, dan bisa
menyimaknya.
3. Saya sedikit faham jadi
ketika di praktikan
kemarin saya faham
sedikit dan tidak
fahamnya karena
bingung di videonya.
Kode 1 : merah
Proses Collaborative
Learning sebagai
Pendekatan
Pembelajaran
Kode 2 : kuning
Proses Pembuatan
Video sebagai
Strategi
Pembelajaran.
2. Apakah kamu
memahami tugas
yang diberikan guru ?
1. Nggak semuanya paham,
saya tidak paham karena
secara menjalanin tugas
sulit juga.
2. Alhamdulillah saya
dapat memahaminya,
hukum berprasangka
dalam agama islam itu
gimana.
3. Kemarin karena saya
penjaga kantin saya
paham dengan tugas
saya.
3. Apakah tatacara
mengerjakan tugas
yang dijelaskan guru
mudah dimengerti ?
1. kurang memahami,
kemarin kan cuman
begitu. Jadi, kurang
jelas.
2. mudah, karena
penjelasan guru itu
cukup jelas jadi seorang
murid kaya saya
gampang untuk mengerti
tugas yang guru berikan
tersebut. Cukup jelasnya
itu guru menjelaskannya
cukup detail.
3. kurang, kalo misalkan
dipraktikan saya bisa
lebih paham lagi.
4. Bagaimana
pendapatmu dengan
cara guru membentuk
kelompok ?
1. ya, bagus kak gapapa
dibikin kelompok jadi
kita bisa kerja sama,
sama temen-temen, jadi
semuanya kerja ga
cuman diem-diem doang
taunya nyontek.
2. kalo pendapat ane biasa
aja karena kan
membentuk kelompok
itu kan mudah
tergantung
pemahamannya murid,
jadi saya lebih antusias
aja.
3. kemarin si emang karena
butuhnya ga sesuai sama
orangnya jadi mungkin
ada yang iri karena ga
ikut ada mungkin juga
ada yang ga mau ikut,
kalo itu bagus kemarin
juga tokoh-tokohnya
juga udah cocok.
5. Apakah kamu
menerima kelompok
yang diberikan guru ?
1. ya saya mah terima aja,
gapapa. Yang penting
kelompoknya itu bisa
kerja sama, saling bantu,
bukan cuman pada diem
aja gitu.
2. menerima karena itu
sudah ketentuan dari
yang guru berikan.
3. saya terima apa adanya,
ga ada rasa kesel.
6. Bagaimana sikapmu
ketika sudah dalam
kelompok ?
1. ya gimana sih ya, saling
tanggung jawab, terus
saling menghargai juga,
misalnya dia kasih
pendapat bla la bla terus
kita ga boleh
mencelanya tampung
dulu, terus kita omongin
lagi, setelah
dimusyawarahkan
barulah dimasukkan
hasilnya.
2. mengikuti pembelajaran
dari kelompok tersebut,
dengan menjalani tugas
yang ada dikelompok
tersebut kan setiap
kelompok per individu
itu kan ada tugas-
tugasnya.
3. wow, soalnya baru
pertama kali, bikin video
pertama kalinya.
7. Apa pendapatmu
tentang tugas yang
diberikan oleh guru ?
1. Alhamdulillah, dari
video yang ditayangin
berguna juga buat kita,
kita jadi gaboleh asal
tuduh saja harus ada
buktinya, contohnya tadi
yang di video tadi kan
udah marah-marah ga
jelas, nyangkain
temennya yang ngambil,
ternyata kertasnya jatoh
bukan diambil
temennya, nah kita harus
jauhi sifat kaya gitu.
2. ga terlalu rumit dan ga
susah juga karena kan
sebelumnya udah
dijelasin dulu.
3. saya suka sama tugas
saya.
8. Bagaimana cara
kamu memahami
tugas yang diberikan
oleh guru ?
1. kita harus membaca,
melihat, mendengarkan
apa yang guru terangkan.
Dan kita harus fokus dan
gaboleh males, dan kalo
ada ucapan guru yang
penting-penting kita
catet aja, jangan diem
aja, nanti pas ditanya
guru diem gatau apa-apa.
2. yang pastikan belajar,
baca bukunya dan
memerhatikan apa yang
guru sampaikan agar
mudah mengerjakan
tugas yang guru berikan.
3. saya memahami dengan
cara mendengarkan dan
membaca buku materi
dari tugas yang guru
berikan.
9. Apa saja yang kamu
lakukan dalam
1. Berdiskusi sama teman
sekelompok, menulis
mengerjakan tugas ? pendapat-pendapat
mereka, udah gitu aja.
2. mencatat dan mencari
inti pelajaran dari video
yang udah dilakuin,
karena itu pekerjaan ane
dalam kelompok.
3. saya kemarin cuma
memberi pendapat ke
teman saya.
10. Bagaimana
pendapatmu
mengerjakan tugas
dalam kelompok ?
1. Senang bisa kerja
kelompok, bisa tanggung
jawab dan saling
menghargai, diem satu
sama lain.
2. bagus karena kita dapat
bekerjasama dengan
teman-teman dalam
kelompok kita dan bias
ngasih tau ke temen
yang belom mengerti.
3. bagus, kalo misalnya ada
masalah bisa cepet
selesai karena di
kerjakan bareng bareng,
kalo sendiri-sendiri
mungkin bakalan sulit.
11. Bagaimana kamu
berinteraksi dalam
kelompok ?
1. baik- baik satu sama
lain, semuanya
menerima satu sama
lain, ga ada
permasalahan, ga debat
panjang-panjang, ga
marah-marah.
2. kalo ada yang sulit
dimengerti saya akan
nanya dulu terus kalo
ada ide saya terima.
3. ke semua orang sama
aja, maksudnya saya
berinteraksi sesuai
dengan yang saya
jalanin.
12. Apa yang kamu
lakukan ketika
memecah masalah
dalam kelompok ?
1. misalnya kita ga seneng
sama pendapat temen
kita, ya kita misalnya dia
berdebat ga boleh biarin
mereka lama-lama
berdebat, kita harus
omongin semuanya, ga
cuman berdua, ntar kalo
berdua dia bakal selek
terus berantem, jadi
temen harus saling
menghargai, kalo kita
punya sifat saling
menghargai perdebatan
antar kelompok .
2. kalo ada pendapat yang
berbeda kita
musyawarah biar keluar
4.
masalahnya gitu,
mengambil pendapat
dari yang baik.
3. kalo itu kita nyari jalan
keluar dengan
musyawarah ngomong
baik-baik, kita bicarain
yang enaknya gimana.
13. Bagaimana
pendapatmu metode
yang guru berikan ?
1. bagus-bagus aja terus
emang kelompok tuh
bagus, jadi semuanya
biasa kerja sama, coba
kalo ga disuruh bikin
kelompok, misalnya
disuruh kerjain,
misalnya semua kerjain
ya, pasti kalo satu orang
selesai terus nyalin
punya temennya, gaenak
kalo begitu, kan kalo
kelompok bias kerja
sama jadi lebih cepet.
2. metodenya cukup unik
dengan video dan bikin
anak-anak ga bête gitu,
kan murid jaman
sekarang pada males
nulis apalagi pada males
kalo ada video itukan
jadi pada belajar.
3. sebenarnya bagus
seakan-akan dipraktikan
dalam keseharian.
14. Apa perasaan kamu
setelah membuat
video ?
1. seneng, karena bias
belajar dari situ juga
belajar tentang sifat-sifat
berprasangka, jadi bias
belajar dari situ seneng
aja gitu bikin film dari
situ.
2. ada perasaan bangga
juga seneng juga kali aja
videonya bermanfaat
buat yang lain gitu.
3. wah, seneng banget.
15. Apakah membuat
video dari materi
memudahkanmu
dalam
mempraktikannya ?
1. iya sedikit-sedikit bisa
dipraktekin, misalnya
kalo kita mau suudzon
sama orang, kita inget
kemaren kita udah
belajar terus bikin film
juga tentang materi itu.
2. ya kan itu video kita
yang lakuin jadi udah
ada bayangan seperti
kita menjalani kehidupan
menjadikan kita mudah
menjalani kehidupan.
3. bisa, soalnya dari video
tersebut kita bisa
mengambil contoh untuk
keseharian kita.
16. Apakah membuat
video dari materi
memudahkanmu
dalam memahaminya
?
1. untuk bikin film kurang
paham, kurang mahamin
contoh-contoh sikap
suudzon gitu kaya
gimana.
2. iya dari pada hanya baca
buku memahami materi
dengan membuat video
juga lebih mudah.
3. mudah, soalnya dia di
pelajari terus
dipraktikkan jadi tambah
inget materinya.
4.
17. Apakah kamu
mempraktikan materi
setelah membuat
video ?
1. bisa mempraktikan dikit-
dikit setelah belajar
materi itu.
2. kalo lagi inget saya
praktikan kak.
3. Alhamdulillah bisa saya
praktikan sedikit-sedikit
dalam keseharian.
4.
18. Menurutmu kesan
apa yang kamu dapat
dalam belajar dengan
membuat video ?
1. baik, berguna bagi diri
sendiri dan orang lain,
karena video semua
orang bias nonton.
2. kesannya kan ada
senangnya gitu, jadi ada
bangganya juga, bisa
belajar juga gimana
4.
bikin film.
3. menarik, seru,
mempermudah untuk
dipraktikan untuk sehari-
hari membantu juga.
19. Apakah hanya materi
pelajaran yang kamu
dapatkan dari
membuat video ?
1. dapet pelajaran juga jadi
gaboleh pelit sama
temen, dia juga suudzon
padahal temennya ga
ngambil, jadi kita belajar
husnuzon sama orang.
2. nggak, bukan hanya
materi pelajaran aja ada
ilmu-ilmu yang
tersembunyi di balik
membuat video tersebut
kaya ilmu perfilman
ilmu edit video kak.
3. nggak, kemarin juga kita
bisa musyawarah,
ngumpul-ngumpul, bisa
belajar jujur juga buat
keseharian.
20. Bagaimana
pendapatmu belajar
dengan cara membuat
video ?
1. enak, terus berguna juga
bikin video jadi ga
gampang lupa, kan video
tuh seneng kan jadi ga
gampang lupa. Jadi kalo
mau ngelakuin suudzon
kita inget video yang
kita buat.
2. bagus, memudahkan
siswa biar ga jenuh kalo
Cuma baca buku kan
jenuh jadi dengan cara
lain pembelajaran bagus.
3. bagus, kalo bisa semua
materi bisa di praktikan
bukan dalam video tapi
dalam keseharian.
21. Bagaimana
pendapatmu
memahami pelajaran
dengan cara membuat
video ?
1. alhamudulillah membuat
dan belajar lewat video
lebih gampang
memahami materi-
materi, kan pas buat
video kan ngulang-
ngulang ada yang salah,
dan dari situ kita bias
belajar, jadi pas udah
jadi kita ga gampang
lupa, kan dalam bikin
video ada part nya jadi
kita inget bagiannya.
2. bagus lumayan kan
memahami pelajaran itu
kan tergantung dia
gimana memahaminya
dengan cara apa biar dia
paham pelajarannya.
3. kalo menurut saya
bagus, karena bisa
LAMPIRAN 6
Film pendek yang bercerita tentang husnuzan dan suuzan
Judul : prasangka yang menghancurkan
Tempat : SMA Darul Kholidin
Durasi : 5 Menit
Jumlah pemain : 3 orang
Di suatu desa terdapat salah satu sekolah swasta yang berbasis islam, di
sana banyak murid yang menuntut ilmu dari beberapa murid terdapat 3 orang
murid yang bersahabat yaitu: Budi, Dani, dan soleh. Mereka bertiga sekarang
berada di kelas 10 SMA. Budi adalah seorang anak yang pintar tetapi gampang
marah, sedangkan Dani dan Soleh adalah anak yang selalu urakan dan nakal tetapi
mereka semua bersahabat dengan baik.
Sampai pada suatu hari ketika mereka sedang berkumpul dikelas.
Dani : Bud, kamu udah ngerjain tugas belum?
Budi : sudah Dan, tapi....
Dani : alah, biasa aku udah tau apa yang akan kamu bilang, pasti ga boleh nyalin.
Budi : hehehe...
Soleh yang sedang duduk santai menepuk pundak Dani.
Soleh : masih aja belum ngerjain, apakata bumi dan langit Dan? Hahaha...
Dani : yaelah ni anak nyambung aja kek listrik, kantin yuk ah.
Budi dan Soleh : hayuk.
Ketika mereka sedang kekantin lembaran tugas milik Budi terjatuh dan
hilang. sesampainya di kantin mereka membeli beberapa makanan ringan dan
minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus, lalu mereka duduk di saung
kantin. Sedangkan Dani mulai membuka buku untuk mengerjakan tugas.
Dani : Bud ajarin aku dong! Ini bikinnya gimana (sambil menyerahkan tugasnya).
Budi : yaelah Dan bikin contoh bahasa Arab aja nanya.
Dani : ya aku ga bisa Bud, kalo bisa juga udah aku kerjain sendiri!
Budi : yaudah kerjain dulu nanti aku kasih tahu.
Saat Dani dan Soleh mengerjakan tugas.
Budi : bro aku mau ke toilet dulu yak.
Dani dan Soleh : oke bro.
Dani dan Soleh akhirnya bisa mengerjakan tugasnya.
Dani : yosh, beres nih. Kekelas yuk!
Soleh : lah hayuk!
Tak lama mereka berdua masuk datanglah Budi dan menanyakan kabar
tugas Dani.
Budi : dan tugas kamu udah rapih?
Dani : udah nih bro, coba cek!
Budi : nah gitu dong ada usahanya. Hahaha
Ketika sedang memeriksa tugas Dani, Budi teringat lembaran tugasnya
dan tersadar bahwa tugasnya hilang.
Budi : (kepada Dani dan Soleh) Woy, tugas gue mana?
Dani dan Soleh : lah ga tau dah, kan kita kekantin bareng.
Dani : kamu taruhnya dimana?
Budi : tadi disini. (sambil menunjuk ke atas meja), jangan –jangan kalian yang
ngilangin ya?
Dani : kan udah aku bilang nggak tau, kok malah suuzan ke kita si?
Budi : kan kalian yang belum ngerjain sampe ngajak aku kekantin, wah licik ya
kalian ngilangin tugas aku, sementara tugas kalian rapih.
Soleh : kok kamu suuzan si? Kita aja ga di kasih salin ama kamu.
Dani : salah sendiri udah tahu kertas lembar masih aja di taruh di atas meja.
Budi : kan kalian kekelas duluan, wah mentang mentang aku gak kasih salin
kalian dendam begini. (sambil meluapkan emosinya dengan menggebrak meja).
Suasana kelas langsung sepi, sementara Soleh menenangkan Budi
masuklah teman kelas mereka.
Teman kelas : Budi, ini tugas kamu jatuh dibawah tadi aku temukan.
Budi : astaghfirullah, ternyata jatuh. (sambil tepuk jidat)
Budi : (kepada Dani dan Soleh) bro sorry ya udah suuzan sama kalian, maaf yak.
Dani : makanya jangan berprasangka buruk dulu bro.
Soleh : inget sama surat al-Hujurat ayat 12 bro, Kan kemaren belajar kita.
Akhirnya setelah kejadian tersebut Budi meminta maaf kepada Dani dan
Soleh.
Nb : surat al-Hujurat ayat 12 adalah
ث وىلى نت ب ىعضى الظت إ ريا م ى الظت إ ث وا كى ب تىن وا اج ن ي ى آمى ا التذ يى أىي هىدك م أىن يىكلى لى مى تىىستس ضا أىيب أىسى ضك م ب ىع تىب ب ىع وا وىلى ي ىغ
ي م نت اللتى ت ىوتاب رىس وا اللتى إ وه وىات تق م ت رى ا فىكى ت ي يو مى أىخ
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka
(kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
TAMAT
LAMPIRAN 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMA Darul Kholidin
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X/I
Materi Pokok : Meniti Hidup Dengan Kemuliaan
Alokasi Waktu : 3 X 3 Jam Pelajaran
A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Terbiasa membaca al-qur’an dengan meyakini bahwa kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan
(ukhuwah) adalah perintah agama.
2.1 menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah), sebagai
implementasi perintah Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis
terkait.
3.1 menganalisis Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis tentang
kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah).
4.1.1 membaca Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12, sesuai dengan kaidah
tajwid dan makharijul huruf.
4.1.2 mendemonstrasikan hafalan Q.S al-Hujurat/49: 10 dan 12 dengan
fasih dan lancar.
4.1.3 menyajikan hubungan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S al-Hujurat/49:
10 dan 12, serta hadis terkait.
C. Indikator
1.1.1 membiasakan diri membaca Q.S al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang
kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah) serta hadis terkait.
2.1.1 Mengingat perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat pada Q.S. al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis terkait.
2.1.2 Menginformasikan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat pada Q.S.
al-hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis terkait.
3.1.1 Menganalisis asbabun nuzul Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12.
3.1.2 Menganalisis makna yang terkandung dalam Q.S. al-hujurat/49: 10 dan
12 serta hadis terkait.
4.1.1.1 menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 dan memperhatikan
hukum bacaan tajwid dan makharijul hurufnya serta hadis terkait.
4.1.1.2 membaca Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 sesuai dengan hukum bacaan
tajwid dan makharijul hurufnya serta hadis terkait.
4.1.2.1 mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 dengan fasih
dan lancar.
4.1.3.1 menjelaskan pesan-pesan utama dalam Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12
serta hadis terkait.
4.1.3.2 menjelaskan keterkaitan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan
(ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 serta
hadis terkait.
D. Materi Pembelajaran : Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 serta hadis
terkait perilaku
Kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik
(husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah).
Konsep : kitab-kitab Allah SWT adalah wahyu Allah
SWT yang
dibubuhkan, mengimaninya artinya
meyakini bahwa Allah
SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya
kepada para
Rasul-Nya untuk disampaikan pada umat
sebagai pedoman
hidup agar bahagia dunia dan akhirat.
Fakta : dapat membaca dengan baik dan lancar
sesuai dengan
Makharijul Huruf, dapat mengaplikasikan
kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah) dalam kehidupan
sehari-hari.
Prinsip/teori/dalil/hukum : Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12
Prosedur : melalui model pembelajaran colaborative
learning
diharapkan peserta didik mampu memiliki
pengetahuan
untuk membaca Q.S. al-hujurat/49: 10 dan
12 dengan
tajwid dan makharijul huruf serta mampu
mengamalkannya.
Dampak/hikmah/manfaat : 1. Terbiasa membaca al-qur’an dengan
tajwid dan
makharijul hurufnya.
2. dapat mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam
Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12.
3. hidup tentram dengan membaca ayat-
ayat suci
al-qur’an.
E. Langkah-langkah pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru membimbing peserta didik dengan berdoa sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru memberikan ice breaking sebelum
20 menit
memulai pembelajaran. 3. Guru menginformasikan Tema pembelajaran
yaitu tentang meniti hidup dengan kemuliaan.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti, meliputi: Mengamati
1. Menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.
100 menit
Menanya 1. Mengajukan pertanyaan tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab pertanyaan.
3. Memperhatikan peserta didik yang tidak berani menanya atau memberikan jawaban.
4. Mengamati keberanian dan sikap peserta didik dalam menjawab dan memberikan klarifikasi tentang benar tidaknya jawaban dari peserta didik yang lainnya.
Eksplorasi 1. Guru menjalankan metode Analityc Teams dengan membagi peserta didik menjadi 4 orang dalam satu kelompok, pembagian kelompok ditugaskan untuk:
Membaca materi pelajaran dan mendengarkan materi pelajaran.
Menganalisis materi pelajaran.
Hasil analisis di tulis dalam bentuk cerita drama.
2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memperhatikan peserta didik dengan mengamati sikap terkait kerja sama, komunikatif, dan penguasaan materi serta mencatatnya di lembar pengamatan.
Asosiasi 1. Setelah mendapatkan hasil analisis dari materi pelajaran, setiap kelompok diminta untuk membuat cerita drama kemudian hasilnya dikumpulkan.
Komunikasi 1. Dalam masing-masing kelompok salah satu anggotanya mempresentasikan hasil analisis dan anggota lain dalam kelompok yang sama mengajukan pertanyaan atau sanggahan dengan menggunakan kata-kata santun.
2. Setiap kelompok mengumpulkan hasil cerita drama.
Penutup 1. Guru memberikan penguatan di akhir kegiatan dan umpan balik .
2. Peserta didik menyimak tentang tugas yang
15 menit
diberikan guru terkait dengan pembelajaran selanjutnya.
3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama peserta didik.
Pertemuan II
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru membimbing peserta didik berdoa sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru memberikan ice breaking sebelum memulai pembelajaran.
3. Guru menginformasikan Tema pembelajaran yaitu tentang meniti hidup dengan kemuliaan.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
20 menit
Inti, meliputi: Mengamati
1. Menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.
100 menit
Menanya 1. Mengajukan pertanyaan tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab pertanyaan.
3. Memperhatikan peserta didik yang tidak berani menanya atau memberikan jawaban.
4. Mengamati keberanian dan sikap peserta didik dalam menjawab dan memberikan klarifikasi tentang benar tidaknya jawaban dari peserta didik yang lainnya.
Eksplorasi 1. Guru melakukan kegiatan Group Investigation kepada seluruh peserta didik dengan cara.
Memotivasi peserta didik agar selalu fokus dalam pembelajaran.
Memberi tahu materi yang akan disampaikan.
Meminta kepada peserta didik untuk menentukan dan membagi peran yang diinginkan.
Membiarkan peserta didik untuk menginvestigasi materi yang diberikan guru.
2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memperhatikan peserta didik dengan mengamati sikap terkait kerja sama, komunikatif, dan penguasaan materi serta
mencatatnya di lembar pengamatan.
Asosiasi 1. Setelah menentukan dan membagi peran, guru meminta peserta didik untuk menginvestigasi materi pembelajaran lebih dalam.
Komunikasi 1. Setiap peserta didik mengeluarkan pendapatnya dari hasil investigasi dan peserta didik lain mendengarkan atau memberikan sanggahan dengan menggunakan kata-kata santun.
2. Peserta didik mengumpulkan hasil investigasi.
Penutup 1. Guru memberikan penguatan di akhir kegiatan dan umpan balik .
2. Peserta didik menyimak tentang tugas yang diberikan guru terkait dengan pembelajaran selanjutnya.
3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama peserta didik.
15 menit
Pertemuan III
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru membimbing peserta didik berdoa sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru memberikan ice breaking sebelum memulai pembelajaran.
3. Guru menginformasikan Tema pembelajaran yaitu tentang meniti hidup dengan kemuliaan.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
20 menit
Inti, meliputi: Mengamati
1. Menyimak bacaan Q.S. al-hujurat/49: 10 dan 12 tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.
100 menit
Menanya 1. Mengajukan pertanyaan tentang kontrol diri, prasangka baik, dan persaudaraan.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab pertanyaan.
3. Memperhatikan peserta didik yang tidak berani menanya atau memberikan jawaban.
4. Mengamati keberanian dan sikap peserta didik dalam menjawab dan memberikan klarifikasi tentang benar tidaknya jawaban dari peserta didik yang lainnya.
Eksplorasi 1. Guru melakukan kegiatan evaluasi kepada seluruh peserta didik dengan cara.
Memperlihatkan hasil karya peserta
didik.
Seluruh peserta didik memberikan kesan mengenai kelebihan dan kekurangan atas hasil karya yang mereka telah buat.
2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru memperhatikan peserta didik dengan mengamati sikap terkait kerja sama, komunikatif, dan penguasaan materi serta mencatatnya di lembar pengamatan.
Asosiasi 1. Setelah melihat hasil karya peserta didik, guru meminta peserta didik untuk memberikan komentar.
Komunikasi 1. Setiap peserta didik mengeluarkan pendapatnya dari hasil karya yang telah dibuat dan peserta didik lain mendengarkan atau memberikan sanggahan dengan menggunakan kata-kata santun.
2. Peserta didik menyimpulkan hasil komentar.
Penutup 1. Guru memberikan penguatan di akhir kegiatan dan umpan balik.
2. Peserta didik menyimak tentang tugas yang diberikan guru terkait dengan pembelajaran selanjutnya.
3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama peserta didik.
15 menit