Post on 20-Jan-2017
transcript
Interpretivist
Hermeneutic
Emy AuliyanaSulton Arfiansyah
Pembahasan
a. Paradigma Interpretiveb. Sejarah Perspektif Interpretivec. Definisi Hermeneuticsd. Konsep Dasar Hermeneuticse. Dimensi Hermeneutics f. Metode Hermeneutics g. Aplikasi Penelitian Hermeneutics
- Jurnal Internasional- Jurnal Nasional
Video Interpretasi
Paradigma Interpretivist
Chua (1986)paradigma ini berakar dari filusuf Jerman yang menitik beratkan pada
peran bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial.
Burrell & Morgan (1976)paradigma interpretif menggunakan cara pandang para nominalis yang
melihat realitas sosial sebagai sesuatu hanya sebagai label, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas,
dan bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hanyalah penamaan atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau
merupakan produk manusia itu sendiri
Paradigma Interpretivist
Thomas A. Schwandt mengungkapkan secara historis argumentasi pengikut faham interpretive, menjelaskan
bahwa interpretive digunakan untuk penelitian manusia yang
bersifat unik.
Sejarah Perspektif Interpretivist
Akar sejarah dari perpektif interpretif diawali oleh filosofis Rene Descartes (1596-1650). Pada bukunya The Principles of
Philosophy, ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat didasarkan
pada observasi benda dan gerak.
Sejarah Perspektif Interpretivistpertengahan abad 18 timbul beberapa keberatan terhadap gagasan pencerahan tentang objektivitas, rasionalitas dan pengetahuan yang
mendasari observasi eksternal.
Yang paling berpengaruh yaitu Immanuel Kant filsuf sentral dalam aliran pemikiran Idealisme Jerman.
Ia berpendapat bahwa manusia mempunyai pengetahuan yang apriori dan bersifat independen dari dunia luar
Sejarah Perspektif Interpretivist
Pada pertengahan abad ke 19, Idelisme Jerman menemui jalan berat namun kembali bangkit awal abad 20 yang menimbulkan
gerakan Neo-Kantian.Menurut Max Weber, prosedur positivisme yang ada dalam ilmu
alam tidak tepat dijadikan metode pemahaman, dan ia menyokong gerakan interprestasi ilmu sosial yang dapat mencatat
makna subjektif individu yang tercakup dalam perilaku sosial.
Hermeneutik dalam pandangan klasik
Aristoteles dalam Peri Hermeneias atau De Interpretatione. Mengatakan bahwa
kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan
Definisi Hermeneutics
bahasa Yunani hermeneuin yang berarti menafsirkan. Maka kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan
penafsiran atau interpretasi.
Definisi Hermeneuticshermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau
interpretasi.
Definisi Hermeneutics
Secara historis “hermeneutika” merujuk pada nama dewa Yunani kuno, Hermes, yang tugasnya menyampaikan
berita dari Sang Maha Dewa kepada manusia. Fungsi Hermes dipandang penting karena ia harus mampu menginterpretasikan sebuah pesan ke dalam bahasa
yang digunakan pendengarnya.
Definisi Hermeneutics
Who is Hermes vs What is Hermes now
vs
Definisi Hermeneutics
Menurut Burrell dan Morgan (1979 : 235) metode hermeneutika berkaitan dengan menafsirkan dan memahami produk-produk dari
manusia yang mencirikan dunia sosial dan budaya. Secara ontologi, mengadopsi pandangan idealisme objektif
dari lingkungan sosial budaya, memandangnya sebagai suatu fenomena.
Definisi HermeneuticsRichard Palmer, 3 (tiga) bentuk arti dari hermeneuein atau hermeneutika
yaitu :
1. Hermeneuein sebagai “say”, yang merupakan signifikansi teologis hermeneutika merupakan etimologi yang berbeda yang mencatat bahwa bentuk dari herme berasal dari bahasa Latin sermo, “to say” (menyatakan), dan bahasa Latin lainnya verbum, “word” (kata).
Ini mengasumsikan bahwa hermeneutik didalam memberitakan kata, adalah “mengumumkan” dan “menyatakan”.
Definisi Hermeneutics
2. Hermeneuein sebagai “to explain”, interpretasi sebagai penjelasan menekankan aspek pemahaman
Richard Palmer, 3 (tiga) bentuk arti dari hermeneuein atau hermeneutika yaitu :
Definisi Hermeneutics
3. Hermeneuein sebagai “to translate”, yang mempunyai dimensi “to interpret” (menafsirkan) bermakna “to translate” (menerjemahkan), yang merupakan bentuk khusus dari proses interpretatif dasar “membawa sesuatu untuk dipahami”.
Richard Palmer, 3 (tiga) bentuk arti dari hermeneuein atau hermeneutika yaitu :
Konsep Dasar HermeneuticsTeori Richard E. Palmer dalam Sulasman (2014:277),
memetakan enam teori modern hermeneutic, sebagai berikut :
1. Hermeneutik sebagai teori penafsiran kitab suci. Bentuk ini terdapat dalam tradisi gereja yang mendiskusikan tentang kejelasan makna dari kitab, hal ini identik dengan prinsip interpretasi.
2. Hermeneutik sebagai metode filologi yaitu hermeneutik difungsikan sebagai metode pengkajian teks. Kajian terpenting adalah hermeneutik menuntut sang penafsir untuk memahami latar belakang sejarah dari teks yang ditafsirkannya.Bentuk ini mulai tampak abad ke 19 masehi dengan para tokohnya Scheiemarcher, Frederich August Wolf, dan Freiderich Ast.
Konsep Dasar HermeneuticsTeori Richard E. Palmer dalam Sulasman (2014:277),
memetakan enam teori modern hermeneutic, sebagai berikut :
3. Hermeneutik sebagai ilmu pemahaman linguistik. Scheiemarcher membedakan hermeneutik bisa dikatakan semacam sintesa antara “ilmu” sekaligus “seni” untuk memahami bahasa.
4. Hermeneutik sebagai fondasi ilmu kemanusiaan. Tokohnya Wilhelm Dilthey yang berusaha membawa hermeneutik dalam menafsirkan ilmu kemanusiaan, seperti menginterpretasikan ekspresi kehidupan manusia, dan berusaha menginterpretasikan psikologi dalam memahami serta menginterpretasikannya.
Konsep Dasar HermeneuticsTeori Richard E. Palmer dalam Sulasman (2014:277),
memetakan enam teori modern hermeneutic, sebagai berikut :
5. Hermeneutik sebagai fenomena dan pemahaman eksistensial. Tokohnya adalah Martin Heiddegger yang berangkat dari filsafat eksistensialis. Kemudian dikembangkan oleh Gadamer yang memandang hermeneutik dalam kaitannya dengan filsafat.
6. Hermeneutik sebagai sistem penafsiran/ interpretasi, merupakan teori tentang seperangkat aturan interpretasi suatu bagian dari teks atau sekumpulan yang dianggap sebuah teks. Tokohnya adalah Paul Ricoeur.
Dimensi Hermeneutics
Ada dua dimensi besar yaitu hermeneutika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian.
Dua dimensi ini memiliki implikasi metodologis yang sangat berbeda
hermeneut
ika intensionalisme
hermeneut
ika gadameria
n
Dimensi Hermeneutics
Intensionalisme Gadamerian
Tokoh : Schleiermacher (1768-1834)
Bapak Hermeneutika modern Wilhelm Dilthey (1833-1911) dengan Hermeneutika metodisnyaEdmund Husserl (1889-1938) dengan Hermeneutika fenomenologisnyaMartin Heidegger (1889-1976) dengan Hermeneutika dialektisnya
Behind a word, there exists the meaning
Memahami makna harus ditelusur ke pengarangnya
Makna suatu kata sudah ada, tinggal menunggu diinterpretasikan oleh penafsir
Tokoh Hans-Georg Gadamer (1900- 2002)
In front of a word, there exist a
meaning Makna teks bersifat terbuka bagi
pembaca Makna suatu kata tak pernah baku,
tergantung pembaca
Metode HermeneutikaDalam mengoperasikan Hermeneutiknya, Wilhelm Dilthey menyebutkan 2
metode berikut (Sulasman : 2014, 289) :
1. Interpretasi DataCara kerja interpretasi ini adalah dimulai dengan mengumpulkan teks sebanyak-banyaknya, setelah itu diperbandingkan satu sama lain, sehingga bisa ditemukan perbedaan pada kata atau kalimat atau bagian-bagian antara satu teks dengan teks lain.
Metode Hermeneutika
2. Interpretasi SejarahInterpretasi sejarah dalam filsafat memunculkan dua kelompok yaitu :a. Interpretasi Monistik,
yaitu interpretasi yang bersifat tunggal atau suatu penafsiran yang hanya mencatat peristiwa besar dan perbuatan orang yang terkemuka.
b. Interpretasi PluralistikSejarah akan mengikuti perkembangan sosial, budaya, politik dan ekonomi yang menunjukkan pola peradaban yang multikompleks
Dalam mengoperasikan Hermeneutiknya, Wilhelm Dilthey menyebutkan 2 metode berikut (Sulasman : 2014, 289) :
Metode Hermeneutika
proses pemahamam dan penafsiran hermenenutik tidak melalui metode induksi dan deduksi,
tetapi dengan metode alternatif yang disebut abduksi, yaitu menjelaskan data berdasarkan asumsi dan analogi penalaran
serta hipotesis yang memiliki berbagai kemungkinan kebenaran.
Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional
2. Jurnal Internasional
Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional
Judul Penelitian : Tafsir Hermeneutika Intensionalisme atas “Laba” Yayasan Pendidikan
Peneliti : Dian Purnamasari (Universitas Katolik Widya Mandala), dan Iwan Triwiyuwono (Universitas Brawijaya)
Latar Belakang Penelitian : Laba seringkali dipandang sebagai indikasi penting dalam keberhasilan
kinerja perusahaan. Laba bersifat materi. Terdapat penelitian yang menemukan adanya laba non-material misalnya
yang terjadi pada organisasi nirlaba. Untuk mencari makna “laba” bagi sebuah yayasan
Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional
Teknik pengumpulan data :Observasi, peneliti melakukan pengamatan terhadap sistem pengelolaan keuangan Sekolah Bintang.
DokumentasiWawancara mendalam, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan pihak intern sekolah dan pihak luar
Teknik Analisis Data : menggunakan metode hermeneutika intensionalisme. “Teks” dalam konteks penelitian ini akan diproxikan dengan informasi dari informan. Penafsir ini harus melihat dan mendalami konteks historis maupun kultural dalam “teks”. Setelah seluruh konteks dihubungkan dan didalami, maka penafsir akan menafsirkan makna yang terkandung dalam “teks”
Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional
Hasil Penelitian : Makna yang terkandung dalam “laba” Sekolah Bintang adalah “laba” materi, “laba” sosial serta “laba” kenangan. “Laba” materi mengharuskan Sekolah Bintang untuk memenuhi kebutuhannya melalui bentuk materi. “Laba” sosial selain untuk membatasi gerak “laba” materi, “laba” ini juga menunjukkan arah bagi Sekolah Bintang dalam menjalankan usahanya. “ Laba” kenangan menunjukkan keberhasilan Sekolah Bintang dalam menjalankan kegiatannya. Dengan adanya lingkaran “laba” dalam sekolah bintang menunjukkan bahwa keseimbangan antar “laba” menjadi pokok bagi sekolah Bintang dalam menjalankan aktivitasnya
Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional
Pembahasan : Terdapat beberapa hal yang menjadikan penelitian ini memang merupakan penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan interpretivist hermeneutik intensionalisme, antara lain,
a) Dari judul dan teknik analisis data, peneliti sudah menyebutkan bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif hermeneutik intensionalisme
b) Penelitian hermeneutik, merupakan penelitian yang menafsirkan suatu “teks”. “Teks” dalam penelitian ini adalah “laba”
c) Penelitian ini menjelaskan konteks kultural dan konteks historis terkait “teks” yang kedua hal tersebut merupakan ciri utama dari penelitian hermeneutik. Konteks kultural dalam penelitian ini adalah Sekolah Bintang yang berdiri didasarkan pada semangat dan budaya kristiani. Sedangkan dari konteks historis, dijelaskan mengenai latar belakang informan yang antara lain adalah orang tua murid, dan orang-orang yang bekerja di lingkungan sekolah tersebut.
Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional
Judul Penelitian : Long-Term Travellers Return, ‘Home’?Peneliti : Naomi Pocock, Alison McIntosh (University Waikato, New Zealand)
Latar Belakang : ‘Rumah’ dalam konteks pariwisata memiliki banyak makna Makna ‘Rumah’ dapat diartikan sebagai suatu tempat tetap Makna ‘Rumah’ sebagai suatu ruang atau aspek fisik secara simbolis dan
memiliki ikatan emosional baik secara nyata maupun imajinasi bagi seseorang.
Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional
Teknik Pengumpulan data : Wawancara dengan 5 long-term traveler yang baru saja kembali ke New
Zealand setelah tinggal dan bekerja di luar negeri selama 9 bulan s/d 5 tahun. Di sesi wawancara ini para partisipan dapat mendeskripsikan pengalaman mereka setelah kembali. Wawancara dilakukan secara berulang.
Dokumentasi berupa video yang merekam kegiatan para traveler di tempat yang mereka sebut ‘Rumah’.
Teknik analisis data : Di dalam jurnal disebutkan menggunakan metode philosophical hermeneutics
atau Hermeneutika Gadamerian. Dimana para partisipan diberi hak mendefinisikan arti ‘rumah’ bagi masing-masing.
Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional
Hasil Penelitian :Terdapat arti non ruang dalam kata ‘ Rumah’ bagi para 3 traveler :a) Meaningful Home : bagi partisipan pertama bernama Kylie, ‘Rumah’ adalah
suatu tempat dimana dia menetap dan tidak akan pernah pindah, tempat dimana dia bisa menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya, tempat untuk bekerja melakukan proses kreatifnya dan tempat dia kembali setelah pergi. ‘Rumah’ disini diartikan bukan tempat melainkan saat dimana dia bisa melakukan aktivitas penting.
b) Blurred Home : bagi partisipan kedua bernama Simon, ‘Rumah’ merefleksikan sisi emosional, hubungan, dan historis. Dia tidak merasa di “rumah”, karena sudah merasa tidak nyaman dengan situasi di New Zealand, di merasa tidak menjadi dirinya sendiri. Tapi di lain sisi dia tetap menganggap New Zealand rumahnya, karena banyak kenangan masa kecilnya terjadi disitu.
c) (Re)negotiated Home : bagi partisipan ketiga Dillon ‘Rumah’ bisa dimana saja.
Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional
Pembahasan :Terdapat beberapa hal yang menjadikan penelitian ini memang merupakan penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan interpretivist hermeneutik gadamerian, antara lain
Dari bagian Study Method disebutkan bahwa penelitian ini menggunakan metode philosophical hermeneutics yang digagas oleh Hans Gadamer.
Dari cara peneliti menafsirkan arti ‘Rumah ‘ dengan mengamati aktivitas beberapa traveler hal ini menjadi sangat subjektif, makna ‘rumah’ tersebut tidak baku dan tergantung penafsiran pembacanya dalam hal ini sang peneliti.
Thank Youfor the Attention
putihnya beras ternyata karena bergesekan dengan beras yang lain dalam satu wadah mereka
Let’s Share...