Post on 28-Oct-2015
description
transcript
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Berobat Tanggal :
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
- Alloanamnesa dengan Istri Os pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 10.45
WITA di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin
- Autoanamnesa pada tanggal 18 Juni 2012, pukul 11.00 WITA di Poli Jiwa
RSUD Ulin Banjarmasin
- Autoanamnesa pada tanggal 19 Juni 2012, pukul 17.00 WITA melalui
telpon
A. KELUHAN UTAMA
KELUHAN TAMBAHAN
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis dengan Ibu Os:
Di kotabaru os tidak tinggal dengan kedua orangtuanya karena rumah
orangtuanya jauh di pedalaman tepatnya di kepulauan karsian, jadi os
tinggal bersama adiknya di suatu kos-kosan desa……
Pada tahun 1999 saat pasien berumur…. Kelas 2 smp os pindah ke
kotabaru sekeluarga, sejak pindah ke kotabaru os merasa tidak enak dan
selalu meminta untuk kembali ke Surabaya. Pada saat kelas 3 smp tahun
2000, ketika mau ujian akhir adiknya pergi ke………. Namun pas datang
adik tidak tahu kenapa sikapnya kakanya langsung berubah tidak seperti
biasanya.
Sejak saat itu os menjadi sering bicara sendiri, menangis dan tertawa tanpa
sebab, dan teriak-teriak menjerit sampai mengamuk. Kadang-kadang os
juga berhalusinasi seperti melihat ada seseorang yang sedang berada diatap
sedang menatapnya. Setelah itu sosok itu semakin mendekatinya dan
akhirnya berada disampingnya. Sejak saat itu os semakin ketakutan dan
berteriak-teriak sendiri.
1
New UserMICROSOFT
Pada tahun 2000 os dibawa ke Surabaya untuk diobati ke dr.saraf,
diagnosanya???, disana os diberi obat namun nama obatnya tidak tahu, dan
keluhan tidak membaik,
Pada tahun 2001 os dibawa ke rumah sakit jiwa di Surabaya dan dirawat
disana selama 3 bulan, setelah keluar dari sana pasien mulai sudah bisa
berkomunikasi dengan keluarga tapi masih sering tertawa sendiri, tapi
masih belum bisa merawat diri seperti tidak bisa makan dan mandi sendiri.
Dirumah os dikurung oleh ibunya di dalam kamar karena ibunya khawatir
os pergi ketepi pantai karena rumahnya dekat pantai. Dari tahun 2001 os
sempat mengkonsumsi obat yang diberikan puskesmas yang berwarna
kuning????????????, setelah itu pasien putus berobat dan gejala2 masih
ada.
Pada tahun;…… pasien di ruqiyah oleh alim ulama setempat dan sejak
saat itu os tidak pernah lagi melihat orang sering menatapnya.
Pada tahun 2010 atas saran tetangganya pasien di bawa ke rumah sakit
jiwa sambaing lihum dan dirawat selama 7 bulan lalu keluar dan
membaik. Os jadi mandiri , tertawa sendiri (-), menjerit (+). Tapi ibu os
masih mengurung os di kamar.
Pada tahun 1995 ayah os meninggal, sejak saat itu os sering sedih dan
murung.
Alloanamnesis dengan adik Os:
2
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Tidak pernah ada riwayat kecelakaan atau trauma kepala.
- Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran.
- Tidak ada riwayat kejang.
- Pernah di rawat di Rumah Sakit akibat dispepsia.
- Pernah di rawat di IGD akibat pingsan setelah oleharaga.
- Pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal dan Antenatal
Tidak didapatkan data yang mendukung.
2. Riwayat Masa Bayi dan Kanak-kanak
Denver II
Tidak didapatkan data yang mendukung.
Basic Trust Vs Mistrust (0-1,5 tahun)
Tidak didapatkan data yang mendukung.
Autonomy Vs Shame & Doubt (Usia 1,5-3 tahun)
Tidak didapatkan data yang mendukung.
Initiative vs Guilt (Usia 3-6 tahun)
Tidak didapatkan data yang mendukung.
Industry Vs Inferiority (Usia 6-12 tahun)
3
Pada fase ini Os memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas dengan
sempurna dan menghasilkan sesuatu. Seperti Os suka mempreteli
sepedanya dan dengan bangganya memperlihatkannya ke sekolah.
Orangtua Os tidak melarang, bahkan ikut memuji.
Identity vs Role Diffusion (Usia 12-20 tahun)
Os mengaku pada saat usia 12-20 tahun tidak ada masalah yang serius.
Os sangat mudah bergaul dengan teman-temannya sehingga dia
banyak mempunyai teman. Keluargapun tidak pernah mengekang Os
mengembangkan dirinya mencari jari diri. Tetapi orangtuanya tetap
mengawasi dan melarang apabila Os melakukan hal yang tidak baik.
Seperti Os diarang keluar malam.
Os memang orang yang terlihat patuh dan takut membangkang. Tapi
ada kalanya bila ada sesuatu peraturan yang tidak Os sukai, baik dari
orangtua ataupun di sekolah, Os hanya marah-marah / melawan dalam
hati.
Intimacy vs Isolasi (usia 20-30 tahun)
Pada pertengahan tahun 2002, saat Os berusia 20 tahun dan kuliah
semester 4, Os mulai mengonsumsi narkoba jenis Ineks. Os
mengonsumsinya 3 kali dalam seminggu. Kebiasaan ini berlangsung
sampai 6 bulan. Os juga pernah mencoba mengonsumsi shabu-shabu
dan minum alkohol, tetapi hanya sekali. Kebiasaan ini Os lakukan
4
karena mengalami tekanan keluarga yang tidak merestui Os menikah
dengan seorang perempuan yang saat itu disukai Os.
Os mencoba melupakan perempuan yang dia sukai akibat tuntutan
dari keluarga. Akhirnya Os bertemu dengan perempaun lain.
Hubungan mereka direstui keluarga Os dan hanya berkenalan selama
2 bulan, Os menikahi perempuan itu yang sekarang menjadi istrinya
pada tahun 2005.
Setelah menikah Os tinggal bersama keluarga istri di Batu Licin. Os
mengaku merasa tertekan karena harus menuruti segala peraturan di
keluarga istrinya yang terpandang di mata masyarakat sekitar. Padahal
di keluarga sendiri Os terbiasa hidup bebas tanpa ada aturan yang
terlalu mengikat.
Pada tahun 2008, Os bertemu lagi dengan perempuan yang pernah
disukainya. Tetapi hubungan Os dengan perempuan itu diketahui oleh
istrinya. Terjadilah permasalah dalam rumah tangga. Sekarang istri Os
sangat posesif. Os tidak diizinkan berteman/bergaul ke luar rumah.
Istri Os selalu curiga walaupun Os sudah mengatakan dia tidak akan
mengulanginya dan menjelaskan dia bisa membatasi pergaulannya.
3. Riwayat Pendidikan
Os mulai bersekolah di usia 4 tahun (tahun 1986) masuk Taman
Kanak-Kanak selama 2 tahun lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah
Dasar masuk pada usia 6 tahun (tahun 1988). Os tidak pernah tinggal
kelas dan prestasi Os biasa-biasa saja di sekolah. Os melanjutkan
5
pendidikan ke SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Namun Os
berhenti kuliah pada semester 8 karena alasan ada tawaran pekerjaan.
4. Riwayat Pekerjaan
Sebelumnya Os pernah bekerja sebagai kontraktor di Marabahan.
Setelah 1,5 tahun bekerja, Os berhenti menjadi kontraktor karena
menikah dan pindah ke Batu Licin. Sekarang Os bekerja di
Perusahaan Tambang Batu Bara milik mertua Os dan juga
mempunyai toko Phone Cell.
5. Riwayat Perkawinan
Os sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Os menikah atas dasar
suka sama suka. Os menikah pada tahun 2005. Os menikah pada saat
usia 23 tahun. Anak pertama Os Laki-laki berumur 5 tahun, sekolah di
Taman Kanak-kanak. Sedangkan anak kedua Os laki-laki masih
berumur 2 tahun.
Istri Os sangat posesif karena sebelumnya Os pernah ketahuan
menjalin hubungan dengan wanita lain. Akibatnya sekarang Os
dilarang berteman/bergaul keluar rumah. Oleh karena itu, Os merasa
tertekan hanya di rumah padahal sebelumnya Os merupakan orang
yang supel bergaul.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
6
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Penderita :
Meninggal :
Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai penyakit serupa dan
gangguan kejiwaan yang lain.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Os tinggal dengan keluarga besar istri. Ada 4 kepala keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Nenek-kakek, om-tante, adik dan Os sendiri
beserta istri dan anaknya.
Keluarga istri Os merupakan orang terpandang, akibatnya Os
terpaksa selalu menuruti segala peraturan yang sudah ada di dalam
keluarga. Hal ini menyebabkan Os tertekan karena kehidupan
keluarganya sendiri sangat berbeda dengan kehidupan istrinya yang serba
diatur.
Os jarang berkomunikasi dengan keluarga istri Os di rumah,
bahkan keluarga di rumah tidak mengetahui bahwa Os mengalami
7
penyakitnya seperti sekarang. Os bercerita tentang penyakitnya hanya
kepada istrinya dan keluarganya yang berdomisili tinggal di Banjarmasin.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os merasa bahwa Os sakit dan ingin berobat, tapi Os menyalahkan
orang lain/faktor luar/faktor organik sebagai penyebab sakitnya.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada saat datang ke Poli Jiwa RSUD Ulin tanggal 18 Juni 2012.
Seorang laki-laki perawakan tinggi sedang menggunakan baju kaos
berwarna hitam dengan celana jins panjang warna biru malam. Os
tampak terawat. Selama wawancara Os dengan antusias menceritakan
masalahnya dengan ekspresi cemas. Saat ditanya Os dengan panjang
lebar menjawabnya, Os menatap wajah pemeriksa dan dapat
dipertahankan. Setiap kali diberi pertanyaan Os mendengarkan dengan
baik, dan kooperatif.
Os bisa menjawab dengan benar saat ditanya tanggal, bulan,
tahun, tempat tinggal, siapa yang mengantarnya dan mengerti
hubungan antara pemeriksa dan pasien. Saat ditanya tanggal lahir,
kapan dia sekolah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, Os juga
menjawab dengan baik. Os dapat menyebutkan kembali 3 benda yang
ditanyakan pemeriksa kepadanya. Konsentrasi Os juga baik, Os bisa
menjawab saat ditanya nama bulan dari Januari-Desember dan
8
sebaliknya, dan 100-7 sebanyak 5 kali pengulangan. Saat ditanya
beberapa ibukota negara di dunia, Os menjawab dengan benar.
Ketika ditanya apakah mencuri itu perbuatan baik atau tidak, Os
menjawab mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Apa beda
bohong dan khilaf, awalnya Os bingung menjawabnya, bohong
diartikan bicara tidak jujur sedangkan khilaf diartikan tidak sengaja.
Saat ditanya apa arti panjang tangan, os menjawab orang yang
mencuri.
Secara keseluruhan Os dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Tetapi ekspresi wajahnya tampak cemas.
2. Kesadaran
Komposmentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif
4. Pembicaraan
Koheren
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA REAKSI EMOSIONAL
1. Afek (mood) : Euthym
9
2. Ekspresi afektif : Cemas
3. Keserasian : Appropiate
4. Reaksi emosional :
- Stabilitas : baik
- Pengendalian : baik
- Sungguh-sungguh atau tidak : sungguh-sungguh
- Dalam atau dangkal : dalam
- Skala diferensiasi : sempit
- Empati : dapat diraba rasa
- Arus emosi : normal (cepat lincah)
A. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : Komposmentis
2. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
- Situasi : Baik
3. Konsentrasi : Baik
4. Daya Ingat :
Jangka pendek : Baik
Jangka panjang : Baik
Segera : Baik
5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :
10
Sesuai usia dan taraf pendidikan
B. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
- Auditorik : Tidak ada
- Visual : Tidak ada
2. Ilusi (-)
3. Depersonalisasi / Derealisasi : Tidak ada
C. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Baik
b. Kontinuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : Tidak ada
b. Gangguan pikiran :
Waham : Tidak Ada
D. PENGENDALIAN IMPULS
dapat mengendalikan impuls
E. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji Daya nilai : Baik
3. Penilaian Realita : tidak terganggu, empati (dapat dirabarasakan),
gangguan persepsi (tidak ada), isi pikir (tidak ada waham)
11
F. TILIKAN
Terganggu derajat 3 = Sadar dirinya sakit, tapi menyalahkan orang
lain / faktor luar / faktor organik sebagai penyebab.
G. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tampak baik
Gizi : Baik
Tanda vital : TD = 130/90
N = 88 x/m
RR = 21 x/m
T = 37,1° C
Kepala:
Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal
Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,
kotoran hidung minimal
12
Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan
tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak
mudah berdarah, lidah tidak tremor.
Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak
meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks:
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi :
- pulmo : sonor
- cor : batas jantung normal
Auskultasi:
- pulmo : vesikuler
- cor : S1S2 tunggal
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat
Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi,
tremor (-)
Motorik : 5 5
5 5
13
Sensorik : + +
+ +
2. STATUS NEUROLOGIKUS
Pemeriksaan N I – XII :
I (Olfactorius) : Baik, dapat mencium bau kopi dan tembakau (rokok)
II (Opticus) : Tes konfrontas i: D (-)/S(+) baik ke segala arah
Reflek Pupil : Respon Cahaya Langsung D/S (+/+)
Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+)
III (Oculomotorius) : Ptosis (-/-), Gerakan Bola Mata D/S ke segala arah,
Pupil Ø 3mm/3mm, Respon Cahaya Langsung D/S
(+/+), Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+)
IV (Troklearis) : Gerakan mata ke lateral bawah D/S baik, strabismus (-),
diplopia (-)
V (Trigeminus) : Sensibilitas baik, motorik baik, reflek kornea D/S (+/+)
VI (Abdusens) : Gerakan bola mata ke lateral D/S (+/+)
VII (Fasialis) : asimetris wajah (-), angkat alis (+/+), memperlihatkan
gigi(+)
VIII (Vestibulocochlearis) : suara petikan jari (+/+), tes garpu tala (sde),
tes keseimbangan (sde)
IX (Glosofaringeus) & X (Vagus) : pergeseran uvula (-), reflek muntah (+)
XI (Asesorius) : mengangkat bahu (+), memutar kepala (+)
XII (Hipoglosus) : deviasi lidah (-), tremor lidah (-)
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
14
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa dan Autoanamnesa
Tahun 2002, Os mengkonsumsi narkoba jenis ineks, pernah minum
alkohol dan mengkonsumsi shabu.
Tahun 2008, Os mengalami masalah rumah tangga yang menyebabkan
Os dilarang bergaul ke luar rumah.
Tahun 2009, Os pingsang akibat kelelahan berolahraga hingga dibawa
ke IGD. Kejadian ini membuat Os takut berolahraga lagi. Os selalu
berpikiran apabila dia berolahraga maka dia akan sakit.
Os merasa cemas dan was-was keluar rumah dan bepergian sendiri. Os
berpikiran akan sakit, kecelakaan atau sesuatu yang buruk akan
menimpanya.
Os juga mengalami susah memulai tidur, cemas dan was-was
bertambah apabila banyak pekerjaan. Jika banyak pikiran,
Os merasa mual, pusing, jantung berdebar, berkeringat, kaki dan
tangan dingin. Serangan muncul kadang 1 bulan sekali, bisa 1 minggu
sekali, tergantung ada stressor.
Karena kesulitannya tersebut untuk berinteraksi dengan orang, Os
kebanyakan hanya berdiam di rumah.
Cemas (+), was-was (+), takut (+)
15
Aktivitas dan sosialisasi terganggu
Tahun 2009 Os berobat ke dokter spesialis jiwa dan diberi obat yang
dikonsumsi Os hingga sekarang.
Pada masa remaja Os memiliki ciri kepribadian Pasif-Agresif
Autoanamnesa:
Ekspresi afektif : Cemas
Tilikan : Derajat 3
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. AKSIS I : Gangguan Panik (F41.0)
Differensial Diagnosis: Depresi Ringan (F32.0)
2. AKSIS II : Ciri Kepribadian Pasif-Agresif
3. AKSIS III : None
4. AKSIS IV : Masalah “primary support group” (keluarga)
5. AKSIS V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Status interna dan neurologis dalam batas normal
2. PSIKOLOGIK
Ekspresi afektif cemas, dan tilikan derajat 3.
3. SOSIAL/KELUARGA
16
Tertekan dengan sikap istri yang terlalu posesif sehingga tidak bisa
bersosialisasi, dan juga tidak ada dukungan secara psikologis dari
keluarga.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : dubia ad bonam
Perjalanan penyakit : dubia ad bonam
Ciri kepribadian : dubia ad bonam
Stressor psikososial : dubia ad bonam
Riwayat Herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad bonam
Pola keluarga : dubia ad bonam
Pendidikan : dubia ad bonam
Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam
Perkawinan : dubia ad bonam
Ekonomi : dubia ad bonam
Lingkungan sosial : dubia ad malam
Organobiologik : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam
Ketaatan berobat : dubia ad bonam
Kesimpulan : dubia ad bonam
IX. RENCANA TERAPI
Medika mentosa :
17
Alprazolam 2 x 1 mg
Psikoterapi :
Psikoterapi berupa pemberian support pada pasien serta penjelasan kepada
keluarga bahwa pasien juga membutuhkan support dari pihak keluarga.
Selain itu diberikan terapi religius dan perilaku yang bertujuan untuk
menguatkan daya tahan mental dan membantu pemecahan masalah
hidupnya.
X. DISKUSI
Berdasarkan PPGDJ – III untuk mendiagnosis pasien Gangguan
Panik (F41.0) :
o Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)
o Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-
kira satu bulan:
(a) Pada keadaan yang sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya;
(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations);
(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian,
umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas
18
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi).
Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala panik berupa kecemasan
berolahraga dan bepergian keluar rumah sendiri. Kecemasan timbul
karena Os membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi
yaitu dia akan sakit apabila berolahraga dan bepergian ke luar rumah
sendiri. Gejala ini merupakan sumber penderitaan (distress) dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga menurut buku PPDGJ III ,
dapat didiagnosis sebagai Gangguan Panik (F41.0).
Gangguan panik ditandai oleh serangan anxietas atau teror yang
berkala (serangan panik). Setipa episode berlangsung sekitar 15-30 menit,
meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih lama.
Selama serangan panik, penderita merasakan sangat ketakutan atau
tidak nyaman yag disertai dengan jantung berdebar, nyeri dada, perasaan
tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing, perasaan yang tidak riil, dan
takut mati atau takut menjadi gila.
Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon
terhadap situasi tertentu. Frekuensi serangan sangat bervariasi, ada yang
sering (setiap minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang
mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang selama
berminggu-minggu.
Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari
“serotoninergik receptors” di SSP. Mekanisme kerja obat antipanik adalah
19
menghambat “reuptake” serotonin pada celah sinaptik antar neuron,
sehingga pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas
reseptor (timbul gejala efek samping anxietas, agitasi, insomnia), sekitar 2
sampai 4 minggu, kemudian seiring dengan peningkatan serotonin terjadi
penurunan sensitivitas reseptor (down regulation). Penurunan sensitivitas
reseptor tersebut berkaitan dengan penurunan serangan panik (adrenergic
overactivity) dan juga gejala dan juga gejala depresi yang menyertai akan
berkurang pula. Penurunan hipersensitivitas melalui dua fase tersebut
disebut jua “efek bifasik”.
Semua jenis obat anti-panik (Trisiklik, Benzodiazepin, RIMA,
SSRI) sama efektifnya menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang
dan pada stadium awal dari gangguan panik.
Bagi yang peka terhadap efek samping golongan Trisiklik atau
adanya penyakit organiksebagai penyulit, dapat beralih ke golongan SSRI
atau RIMA di mana efek samping relatif lebih ringan.
Efek samping obat anti-panik golongan Trisiklik dapat berupa:
Efek anti-histaminergik (sedasi, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll).
Efek anti-kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinur takikardi, dll).
Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik).
Efek Neurotoksik (tremor halus,kejang, agitasi, insomnia).
20
Oleh karena itu sebelum penggunaan obat perlu dilakukan
pemeriksaan fisik dan laboratorium yang teliti, terutama fungsi hati dan
ginjalserta pemeriksaan EKG dan EEG, untuk mencegah pengaruh buruk
dari efek samping tersebut (khusuunya pada penderita lanjt usia, anak-anak
denganriwayat kejang).
Obat anti-panik golongan SSRI/RIMA relatif paling aman pada
overdosis dibandingkan dengan golongan Trisiklik. Namun obat golongan
Benzodiazepin yaitu Alprazolam merupakan obat yang paling kurang
toksik dan “onset of action” yang lebih cepat. Oleh karena alasan yang
telah disebutkan di atas, maka pada pasien ini diberikan terapi obat
Alprazolam, yakni obat anti panik golongan Benzodiazepin.
Pengaturan dosis pada obat anti-panik dimulai dengan dosis
rendah, secara perlahan-lahan dosis dinaikkan dalam beberapa minggu
untuk meminimalkan efe sampingdan mencegah terjadinya toleransi obat.
Dosis efektif dicapai dalam waktu 2-3 bulan. Apabila dosis tidak
dinaikkan secara perlahan-lahan, penderita tidak akan merasakan
manfaatnya, atau malahan akan mundur dari perkembangan yang yang
sudah mulai membaik pada awal pengobatan dalam beberapa minggu.
Batas lamanya pemberian obat bersifat individual, umunya selama
6 bulan hingga 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3
bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan (bebas gejala dalam
kurun waktu tertentu).
21
Dalam waktu 3 bulan setelah bebas obat, sekitar 75% penderita
menujukkan gejala kambuh. Dalam keadaan ini maka pemberian obat
dengan dosis semula diulangi untuk selama 2 tahun. Setelah itu dicoba lagi
dihentikan berlahan-lahan dalam kurun waktu 3 bulan.
Pengobatan gangguan panik biasanya berjangka waktu lama. Hal
ini perrlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya, disamping menunjang
kepatuhan berobat, juga karena harga obat yang cukup mahaldan jumlah
dosis yang digunakan juga cukup tinggi.
Pada saat memulai pengobatan atau saat dengan dosis agak tinggi,
akan menyebabkan “reaction time” menurun, sehingga harus dihindarkan
mengendarai kendaraan sendiri atau menjalankan mesin yang
membutuhkan perhatian tinggi.
Disamping terapi medikamentosa, dianjurkan juga pemberian
psikoterapi berupa pemberian support pada pasien dan keluarga agar
mempercepat penyembuhan pasien.
Prognosis pada penderita ini dubia ad bonam karena dilihat dari
diagnosa penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, usia saat
menderita, pola keluarga, aktivitas pekerjaan, lingkungan sosial,
pengobatan psikiatri, dan ketaatan berobat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Panic Attack. http://en.wikipedia.org/wiki/Panic_attack. Diakses tanggal 20 Juni 2012.
22
2. Anwar Z. Gangguan Panik. Scrib The Largest Social Reading and Publishing, 2012.
3. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
5. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
23