Post on 21-Feb-2021
transcript
KIAT IS SUPPORTED BY THE AUSTRALIAN GOVERNMENT AND IMPLEMENTED BY
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
NTB CSOs Program Management Capacity Strenghtening in GESI for the Infrastructure/Road Sector
KIAT Activity Completion Report
Version Log
Version Effective Date Description of Revision Prepared by Reviewed by
1.0 31 Juli 2019 Initial version Penabulu
1. Activity Summary
Activity Title NTB CSOs Program Management Capacity Strenghtening in GESI for the
Infrstructure/Road Sector
Activity Number AC47100/ G-01-05-02/PF/01
Activity Objectives The main objectives of this project is the adoption of an approach model that
involvesgovernment, the private sector and civil society to mainstream GESI-CSE in
infrastructureprogram.
Activity Budget (IDR) 506.050.000
Start Date 02/11/2018 End Date 31/05/2019
Counterpart Agency - Sub-Unit -
2. Executive Summary
KIAT merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia yang
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui akses
infrastruktur yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Peningkatan konektivitas antar pulau,
pembangunan pelabuhan dan peningkatan infrastruktur jalan diyakini sebagai sebuah upaya yang strategis
untuk mendorong pertumbuhan investasi di Indonesia. Pada saat yang sama, perbaikan penyediaan
layanan air dan sanitasi, mengatasi defisit produksi energi dan pengurangan kemacetan di perkotaan akan
memberikan dorongan terhadap peningkatan produktifitas warga masyarakat yang juga akan memberikan
dampak pada pertumbuhan ekonomi. Dukungan KIAT di bidang kebijakan dan reformasi peraturan,
persiapan proyek, pembiayaan dan penyampaian hasil diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan
pemerintah Indonesia tersebut.
Gender Equality Social Inclusion (GESI) –Civil Society Engagement (CSE) merupakan salah satu elemen
di antara 4 fokus area KIAT selain; Air dan Sanitasi, Transportasi dan Pembiayaan Infrastruktur. Secara
spesifik GESI-CSE memiliki misi untuk mendukung partisipasi efektif perempuan dan penyandang
disabilitas serta semua anggota masyarakat dalam perencanaan dan operasional infrastruktur sehingga
dapat mendukung terwujudnya kebijakan, perencanaan, dan operasional infrastruktur yang memenuhi
kebutuhan seluruh warga negara termasuk perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan
lainnya.
Sebagai bagian dari strategi program dan untuk mengarusutamakan konsep GESI-CSE ke dalam semua
fokus area program dan memberikan nilai tambah pada program yang sudah berjalan sebelumnya
(PRIM) maka sejak tahun 2017, KIAT bermitra dengan 4 organisasi di Nusa Tenggara Barat yakni; (1)
Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Nusa Tenggara Barat (FLLAJ-NTB); (2) Forum Lalu Lintas
Angkutan Jalan Kabupaten Lombok Barat (FLLAJ-Lobar); (3) Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
DPD Nusa Tengara Barat (IWAPI-NTB); dan (4) Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia DPD Nusa
Tenggara Barat (HWDI-NTB).
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
Dalam perjalanannya keberadaan program GESI-CSE di dalam fokus area program KIAT pada akhirnya
bukan hanya semata sebagai nilai tambah bagi program-program lainnya. Lebih daripada itu, GESI-CSE
pada akhirnya menjadi landasan yang hakiki dalam pencapaian tujuan utama program KIAT; Kesejahteraan
bagi seluruh masyarakat Indonesia, melalui akses infrastruktur yang lebih baik dan inklusif.
Proyek NTB CSOs Program Management Capacity Strenghtening in GESI for the Infrstructure/Road Sector
ini merupakan proyek yang bertujuan untuk meningkatkan dan menguatkan kapasitas 4 CSOs Mitra KIAT
di NTB melaksanakan program GESI dalam Infrastruktur. Keluaran utama dari program ini adalah;
Diadaptasinya Model Pendekatan yang Melibatkan Pemerintah, Sektor Swasta dan Masyarakat Sipil
untuk Mengarusutamakan GESI-CSE dalam Program Infrastruktur, dengan hasil utama program
adalah tersusunnya Seri Modul Penguatan Masyarakat Sipil Pada Sektor Infrastruktur yang terdiri atas
4 tema besar yakni; (1) Pengarusutamaan GESI dalam Sektor Infrastruktur, (2) Advokasi dan Riset Aksi
GESI dalam Sektor Infrastruktur, (3) Pengelolaan Program GESI-CSE dalam Sektor Infrastruktur, dan
(4) Keberlanjutan Program GESI-CSE dalam Sektor Infrastruktur.
Sesuai dengan yang tercantum dalam RFQ NTB CSOs Program Management Capacity Strenghtening in
GESI for the Infrstructure/Road Sector yang ditetapkan KIAT, dan usulan dari Yayasan Penabulu. Rangkaian
aktivitas utama yang menjadi pilar proyek adalah sebagai berikut:
a. Coordination Meeting;
b. Capacity Strenghtening Refreshment Workshop;
c. Observe the Capacity Training by University of Sidney and follow up for learning;
d. Suport CSOs product finalization;
e. Module Provision Process;
f. Module Development;
g. Pra Perencanaan Strategis HWDI (modifikasi dari kegiatan Modules Testing Mini-workshop);
h. Pelatihan Mobilisasi Sumberdaya (modifikasi dari kegiatan Modules Finalization Mini-workshop);
i. Dukungan untuk kegiatan Penutupan Hibah KIAT Program GESI-CSE di NTB (modifikasi dari kegiatan
Workshop on Piloting its Implementation);
j. Intensive assistance and technical mentoring;
k. Develop Program Management Manual;
l. Internal Monitoring & Evaluation.
Presentasi kelompok dalam kegiatan pra-
perencanaan strategis HWDI NTB
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
3. Activity Description: Outcomes and Outputs
a. Observe the Capacity Training by University Of Sidney and Follow Up for Learning;
Keterlibatan tim Penabulu dalam kegiatan ini merupakan dukungan dari tim GESI-CSE KIAT kepada
tim Penabulu di awal program. Dengan tujuan; pertama adalah untuk mengenal ke-4 organisasi
yang menjadi mitra KIAT di Nusa Tenggara Barat sejak tahun 2017 yakni; (1) Forum Lalu Lintas
Angkutan Jalan Provinsi Nusa Tenggara Barat (FLLAJ-NTB); (2) Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan
Kabupaten Lombok Barat (FLLAJ-Lobar); (3) Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia DPD Nusa Tengara
Barat (IWAPI-NTB); dan (4) Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia DPD Nusa Tenggara Barat
(HWDI-NTB), dan yang kedua untuk melakukan observasi terhadap kegiatan pelatihan
manajemen dan kepemimpinan yang diselenggarakan oleh KIAT bekerja sama dengan University
of Sidney, untuk pengembangan metodologi dan materi lanjutan di kegiatan refreshment workshop
selanjutnya serta pengayaan awal bagi pengembangan modul.
b. Coordination Meeting;
Rapat koordinasi antar Mitra KIAT Program GESI-CSE merupakan forum yang sengaja didesain
menjadi ruang bagi CSOs mitra KIAT untuk berbagi pengalaman serta up-date segala capaian yang
telah diraih selama menjalankan proyek. Forum ini juga merupakan ruang bagi para mitra untuk
mengidentifikasi peluang-peluang kolaborasi yang lebih lanjut antar mitra untuk dapat saling
memberikan dukungan satu dengan lainnya sehingga dapat bertumbuh bersama.
Dalam periode proyek, telah terlaksana dua (2) kali rapat koordinasi mitra yakni pada 23 Januari
2019 dan 28 Maret 2019. Fokus rapat koordinasi pertama adalah; (1) Update capaian yang telah
dihasilkan oleh organisasi mitra KIAT sampai dengan bulan Januari 2019 dan kegiatan-kegiatan
yang sedang berjalan; dan (2) Pendokumentasian petikan pembelajaran melalui pengalaman dan
praktik baik 4 mitra KIAT. Sedangkan rapat koordinasi kedua yang merupakan tindak lanjut dari
rapat koordinasi pertama masih merupakan upaya untuk melihat perkembangan mitra dengan titik
tekan pada; (1) Mendapatkan informasi terkini (update) tentang capaian yang telah dihasilkan oleh
mitra KIAT sampai dengan bulan Maret 2019 dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan
disandingkan dengan target yang telah menjadi mandat dari masing-masing mitra; (2) Memperoleh
gambaran utuh untuk kebutuhan pendokumentasian petikan pembelajaran melalui pengalaman
dan praktik terbaik mitra KIAT di NTB; (3) Menyamakan persepsi tentang program GESI-CSE untuk
Rapat Koordinasi Pertama, 23 Januari 2019
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
menguatkan mitra KIAT dalam membuat perencanaan yang terkait dengan exit strategi dan close
out plan; (4) Menilik peluang potensi kolaboratif lebih lanjut sebagai upaya untuk keberlanjutan
program GESI-CSE di NTB.
Secara umum hasil utama yang didapatkan dari penyelenggaraan rapat koordinasi mitra ini
adalah adanya persamaan cara pandang bahwa dalam menjalankan sebuah proyek, terlebih
proyek yang merupakan inisiatif baru, perlu adanya forum pertemuan reguler yang dapat
menjadi ruang untuk mendiskusikan segala bentuk tantangan yang dihadapi oleh masing-masing
organisasi sehingga diperoleh masukan untuk menjawab tantangan tersebut. Pada saat yang sama
forum reguler ini juga akan menjadi ruang untuk saling berbagi ide dan gagasan yang dapat
memperkaya hasil-hasil program organisasi pelaksana sebagai bagian dari upaya keberlanjutan
program GESI-CSE selanjutnya.
c. Capacity Strenghtening Refreshment Workshop;
Kegiatan yang diselenggarakan pada 11-13 April 2019 dan diikuti oleh 20 peserta perwakilan dari
CSOs mitra KIAT ini merupakan kegiatan yang didesain untuk lebih menguatkan kapasitas peserta
baik secara individu maupun organisasi dalam konteks pengarusutamaan GESI melalui pelibatan
sektor masyarakat sipil (CSE), serta untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam merancang
program GESI-CSE secara mandiri sebagai bagian dari keberlanjutan program di masa depan. Pada
saat yang sama, lokakarya juga merupakan penyegaran pengetahuan bagi peserta yang telah
mengikuti pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Program yang diselenggarakan oleh
Universitas Sidney pada bulan November 2018 serta sekaligus sebagai bagian uji seri modul
Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil pada Sektor Infrastruktur, khususnya modul; (1)
Pengarusutamaan GESI dalam Sektor Infrastruktur; (2) Advokasi dan Riset Aksi GESI dalam Sektor
Infrastruktur; dan (3)Pengelolaan Program GESI-CSE dalam Sektor Infrastruktur.
Hasil menarik yang terlihat dari kegiatan ini adalah adanya perubahan sikap yang nampak pada
saat berproses dalam kegiatan. Dapat disimpulkan perubahan sikap ini merupakan dampak dari
menguatnya pemahaman dan pengetahuan peserta utamanya tentang pengarusutamaan GESI
yang pada akhirnya mampu membuka ruang-ruang dialog yang setara dalam organisasi.
Simulasi kelompok dalam kegiatan lokakarya
penyegaran
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
d. Suport CSOs Product Finalization;
Selain berbagai kegiatan terkait dengan pengarusutamaan GESI-CSE di dalam sektor infrastruktur,
organisasi Mitra KIAT di NTB juga didorong untuk menghasilkan produk-produk pengetahuan
sebagai bagian dari upaya keberlanjutan program di masa mendatang. Produk-produk ini berupa;
SOP, Perangkat dan Dokumen Advokasi serta Media Komunikasi.
Sebagai bagian dari penugasan, tim Penabulu juga melakukan pendampingan atas finalisasi produk
melalui fasilitasi, konsultasi baik secara langsung atau review atas produk-produk yang dihasilkan.
berikut beberapa produk pengetahuan sarana advokasi GESI-CSE dalam sektor infrastruktur yang
didampingi penyelesaian akhirnya:
NAMA LEMBAGA JENIS PRODUK PENGETAHUAN TUJUAN PEMBUATAN PRODUK
FLLAJ NTB 1. SOP Konsultasi Publik Tahap
Perencanaan
2. SOP Konsultasi Publik Tahap
Implementasi Pembangunan
Infrastruktur Jalan
3. SOP Sosialisasi Pelormas
(Pelaporan Berbasis Masyarakat)
1. Adanya kesamaan pemahaman
format dan struktur SOP
konsultasi publik tentang
perencanaan, implementasi
pembangunan infrastruktur jalan
yang sesuai dengan aturan
pemerintah
2. Adanya kesamaan pemahaman
tentang tata cara sosialisasi
Pelormas sesuai dengan aturan
pemerintah
Dokumen Riset Aksi Desain Pedestrian
Ramah GESI
Riset aksi menghasilkan DED yang
ramah GESI ini sudah diserahkan
kepada OPD Teknis yakni Dinas PUPR
Provinsi NTB
Dokumen Renstra FLLAJ NTB 2018 -
2023
Dokumen Renstra ini digunakan
sebagai sarana advokasi dalam
sinkronisasi visi-misi FLLAJ NTB dengan
visi NTB Gemilang
FLLAJ LOMBOK
BARAT
1. SOP Sosialisasi Responsive GESI
2. SOP Konsultasi Publik Pekerjaan
Jalan Paket Swakelola Ramah GESI
3. SOP Konsultasi Publik Pekerjaan
Jalan Paket Non Swakelola Ramah
GESI
1. Adanya proses kepastian
keterwakilan unsur perempuan,
penyandang disabilitas dan
kelompok rentan lainnya dalam
kegiatan sosialsiasi yang
dilaksanakan oleh OPD
2. Adanya alat ukur tingkat
partisipasi dan keterlibatan
perempuan, penyandang
disabilitas dan kelompok rentan
dalam kegiatan konsultasi publik
3. Adanya kepastian pelibatan
perempuan, penyandang
disabilitas dan kelompok rentan
lainnya bagi perwakilan pemilik
proyek (DPUTR)
Dokumen Riset Aksi Pelibatan
Penyandang Disabilitas dalam
Pembangunan Infrastruktur
Riset Aksi menghasilkan Data Jumlah
Penyandang Disabilitas yang mampu
terlibat dalam pekerjaan pemeliharaan
jalan menjadi sarana advokasi kepada
OPD terkait dalam hal ini Dinas PUPR
Kab. Lombok Barat dan Provinsi NTB
1. Media Cetak Kampanye GESI
2. Media Elektronik Kampanye GESI
1. Adanya Baliho, Spanduk dan
Leaflet kampanye GESI yang
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
dipasang di sejumlah ruas jalan
dan titik strategis aktivitas warga
2. Adanya informasi tentang GESI
melalui media sosial maupun
website yang mudah diakses oleh
masyarakat
HWDI NTB Dokumen Policy Brief Pemenuhan Hak
Aksesibilitas Jalan di Kota Mataram
Dokumen ini memberikan informasi
dan menjadi media advokasi atas
pemenuhan hak aksesibilitas jalan di
Kota Mataram kepada OPD terkait dan
pembuat kebijakan
Dokumen Riset Aksi Uji Aksesibilitas
Jalan di Kota Mataram
Riset Aksi ini menghasilkan Policy Brief
yang menjadi sarana advokasi kepada
OPD terkait, DPRD, Bappeda, Setda
hingga Gubernur NTB
IWAPI NTB Dokumen Concept Note Dorongan
Bagi Terwujudnya Kebijakan
Infrastruktur Jasa Konstruksi
Responsive GESI
Dokumen ini menjadi sarana advokasi
bagi OPD dan pihak pengambil
kebijakan (Legislatif dan Eksekutif)
terkait dengan pelibatan pelaku jasa
konstruksi yang responsive GESI
Buku dan Media KIE tentang GESI dan
Child Protection bagi
Adanya 100 eksemplar buku yang
menjadi pedoman dan arah bagi
kesamaan pemahaman anggota IWAPI
NTB
1. Media Cetak Kampanye tentang
GESI
2. Berita di Media Massa (Koran
Lokal)
1. Adanya Spanduk ,roll banner dan
standing banner kampanye GESI
yang dipasang dalam setiap
kegiatan IWAPI dan di tempat
strategis / aktivitas masyarakat
2. Sarana kampanye GESI dalam
Kegiatan IWAPI GESI diliput oleh
Lombok Post dalam 3x
penerbitan
e. Intensive Assistance and Technical Mentoring;
Pendampingan (one on one coaching) merupakan salah satu cara efektif dalam akselerasi
peningkatan kapasitas organisasi, dengan memposisikan mentor sebagai “rekan tumbuh” yang
setara untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan baru.
Berdasarkan karakteristik proyek dan keunikaan mitra yang terlibat di dalamnya, kami memilih
metode Human Centered Design sebagai basis model pengembangan teknik asistensi dan
mentoring. Model ini dianggap mampu menjembatani kebutuhan organisasi yang bersifat organik
dan mengedepankan asas meritisme di dalam pengelolaan programnya. Selain memperkuat
pemahaman tentang apa yang bisa dilakukan (know what) oleh setiap elemen yang terlibat,
pemodelan ini memungkinkan juga untuk secara nyata meningkatkan keterampilan tentang
bagaimana melakukannya (know how) di tataran operasional.
Dalam pengelolaan mentoring teknis, kami terlebih dahulu menggali tentang berbagai keinginan
(desirability) dari para mitra yang untuk selanjutnya hasilnya dapat dianalisa menjadi beberapa focus
area. Dari sana kemudian dilakukan penilaian kemungkinan (feasibility) untuk direfleksikan lagi
kepada kapasitas dari tiap mitra sehingga tergambar jelas tentang kelayakan (viability) dari masing-
masing organisasi di dalam mengembagkan aktifitas turunan untuk focus area yang telah
ditentukan sebelumnya tersebut.
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
Keunggulan dari metode HCD ini adalah ketika terlihat bentuk dari potensi implementasi
berkelanjutan yang bisa dijadikan purwa rupa (prototype) dari rencana intervensi dan program di
masa mendatang. Sebuah proses yang seluruhnya memperhitungkan secaa baik tentang
pemanfaatan serta efisiensi waktu, berbagai cerita dan pembelajaran di lapangan (on going story)
serta temuan kesempatan dan solusi yang dinamis.
Tercatat 22 kali kunjungan resmi pada mitra yang telah dilakukan. Selain kunjungan mitra, asistensi
teknis juga dilakukan melalui review dokumen-dokumen yang menjadi produk mitra, serta
komunikasi intensif dengan mitra melalui berbagai media komunikasi.
f. Module Development;
Output utama yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program ini adalah tersusunnya empat
buah modul yang akan menjadi panduan bagi pengembangan organisasi mitra khususnya terkait
dengan program GESI-CSE di sektor infrastruktur. Dengan meletakkan kesadaran bahwa petikan
pembelajaran dan pengalaman masing-masing mitra KIAT melalui kegiatan-kegiatan yang sudah
dilakukan merupakan salah satu modal utama bagi pengembangan modul, tumbuh keyakinan
bahwa pelibatan mitra dalam proses penyusunan modul merupakan bentuk apresiasi yang akan
memberikan motivasi jangka panjang bagi mitra.
Secara umum pengembangan modul ini dapat dibagi menjadi dua fase utama sebagai berikut:
1. Module Provision Process
Penyiapan modul terbagi menjadi dua tahap yakni; (1) penyusunan outline modul; dan (2)
serial focus group discussion (FGD). Penyusunan outline modul dilakukan selama bulan
Desember 2018. Dalam tahapan ini ditemukan bahwa ke-empat modul yang akan dibangun
merupakan rangkaian yang tidak dapat dilepaskan satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam
penyusunan outline modul kemudian ditetapkan irisan-irisan yang akan menjadi jembatan
untuk menghubungkan satu modul dengan modul yang lain. Di bulan Maret, dilakukan review
ulang atas outline yang telah disusun agar mendapatkan mekanisme yang lebih konstruktif
antara Penabulu dan tim KIAT dalam upaya saling mengawal proses pengembangan modul.
Seri FGD pada awalnya didesain sebagai bagian dari penyiapan modul, dimana tim penyusun
modul akan melakukan serial FGD untuk mengumpulkan bentuk-bentuk pengalaman dan
praktik baik yang dilakukan oleh organisasi mitra terkait dengan empat tema modul. Pada
perkembangannya, seri FGD kemudian digunakan pula sebagai ruang pembahasan modul
secara mendalam dengan mitra untuk mendapatkan masukan-masukan yang memperkaya
pengembangan modul.
2. Module writing
Penabulu sekuat tenaga berupaya supaya modul benar-benar menjadi salah satu medium
yang dapat mendukung peningkatan, dan penguatan kapasitas bagi organisasi masyarakat
sipil yang bekerja di isu GESI dalam sektor infrastruktur. Modul yang dihasilkan diharapkan
tidak hanya menambah pengetahuan, namun juga menambah keterampilan teknis bagi
pembacanya. Maka struktur modul merupakan salah satu hal penting yang menjadi perhatian
utama kami. Secara umum struktur modul terdiri atas; (1) Konsep dasar GESI dan pelibatan
sektor masyarakat sipil (CSE) dalam sektor infrastruktur, (2) Teori yang terkait dengan tematik
modul, dan (3) Pelaksanaan teknis di masing-masing tahapan. Dengan demikian setiap topik
bahasan yang terdapat dalam modul dikembangkan berdasarkan ketiga hal utama tersebut.
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
Dalam dinamika penulisan modul, terdapat fase review ulang struktur (outline) modul yang
bertujuan agar kerangka proses pengembangan modul, penulisan dan review menjadi lebih
sistematis.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan hasil review dari tim KIAT, tim penulis
melakukan pengkajian ulang atas struktur modul ke-2 dan ke-3, dengan keputusan melakukan
restrukturisasi pada dua modul tersebut. Tujuan dilakukannya restrukturisasi ini adalah untuk
merunutkan alur berpikir sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Proses rekstrukturisasi ini
kemudian berdampak pada mundurnya penyelesaian penulisan modul mengingat penyesuain
tidak hanya pada alur tulisan modul, namun juga pada ilustrasi yang digunakan dalam setiap
modul.
Secara umum, tim penulis berusaha untuk mengakomodir segala masukan yang didapatkan
dari proses-proses pembahasan modul, baik dengan tim KIAT maupun CSOs mitra, melalui
forum-forum baik dalam diskusi formal maupun informal. Pada saat yang sama, keberadaan
tim KIAT sebagai reviewer modul merupakan sumber daya lain bagi tim penulis untuk
menghasilkan modul dengan kualitas yang baik.
g. Pra Perencanaan Strategis HWDI NTB;
Sebagai sebuah organisasi yang memiliki kedekatan secara langsung dengan isu GESI; inklusi,
perempuan, dan penyandang disabilitas. HWDI NTB merupakan organisasi yang memiiki peluang
dan potensi berkembang di masa mendatang. Khususnya untuk dapat terus menyuarakan dan
melembagakan GESI sebagai salah satu isu yang menjadi dasar dari pembangunan berkelanjutan,
khususnya di wilayah NTB.
Namun sebagaimana sebuah organisasi
yang organik, HWDI NTB dihadapkan
pada tantangan mendasar sebuah
organisasi yang sedang bertumbuh.
Masih minimnya kapasitas HWDI NTB
baik secara organsiasi maupun individu
yang menjadi penggerak di organisasi
merupakan tantangan yang harus
mampu dijawab oleh HWDI NTB.
Beragam isu yang muncul sebagai bagian
dari dinamika perjalanan organisasi
menjadi perhatian tersendiri baik oleh tim
Penabulu maupun tim KIAT. Isu-isu ini tentunya perlu disikapi dengan cara yang konstruktif berbasis
pendekatan keorganisasian sehingga dapat menjadi bagian dari peningkatan dan pendewasaan
HWDI NTB dalam berorganisasi.
Berdasarkan kondisi tersebut, kami memodifikasi kegiatanModules Testing Mini-workshopmenjadi
dukungan dalam proses Pra-Perencanaan Strategis HWDI NTB dalam bentuk penyediaan
fasilitator yang memfasilitasi proses kegiatan. Dengan dukungan ini diharapkan, HWDI NTB dapat
dengan lebih jernih melihat kembali ke dalam organisasi, untuk sejenakberefleksi, kemudian
mulaimemetakan kekuatan internal dan pada saat yang sama menemukan peluanguntuk
menjawab tantangan dan menggeser keterbatasanyang selama ini mempengaruhi proses
perkembangan organisasi, baik dalam kerangka organisasi maupun individu.
Presentasi kelompok oleh anggota HWDI NTB
penyandang disabilitas tuli
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
Kegiatan selama dua hari ini menghasilkan serangkaian rekomendasi bagi HWDI NTB sebagai
berikut:
• Perbaikan sistem perekrutan anggota dan pengelolaan basis data anggota HWDI NTB
• Adanya serangkaian kegiatan untuk peningkatan kapasitas organisasi
• Pembentukan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) HWDI NTB di beberapa kota/kabupaten yang
ada di NTB
• Pendampingan serta kunjungan penguatan anggota dari HWDI Provinsi NTB ke cabang HWDI
yang ada di kota/kabupaten.
• Pendayagunaan perkembangan teknologi informasi sebagai media komunikasi organisasi
• Perbaikan fungsi representasi melalui aturan tertulis tentang skema pendelegasian tugas
beserta aturan yang mewajibkan terjadinya pengelolaan pengetahuan.
• Pengembangan dan pemberdayaan SDM melalui perbaikan pendidikan dan literasi bagi
anggota HWDI dengan penyediaan ruang-ruang belajar bersama yang inklusi serta
mengakomodir berbagai jenis disabilitas (termasuk di dalamnya penyediaan kelas dan program
pendidikan paket A-B-C)
• Penyediaan kegiatan vokasional yang diikuti dengan program magang
• Pemberdayaan ekonomi, yaitu dengan dibentuknya koperasi anggota
• Penguatan fungsi advokasi melalui pemetaan terhadap fokus program organisasi perangkat
daerah (OPD) berdasarkan anggaran masing-masing unit kerja, audiensi kepada OPD terkait
dan diskusi dengan tim ahli. Mengidentifikasi dan membuat sebuah gambaran yang utuh
tentang pola kemitraan di antara HWDI NTB dan pihak eksternal
h. Pelatihan Mobilisasi Sumberdaya;
Keberlanjutan Program GESI-CSE pada sektor infrastruktur di NTB merupakan ikatan mimpi semua
pihak, baik CSOs Mitra KIAT, KIAT, pun dengan kami Penabulu selaku service provider. Hal ini
dikuatkan dengan kondisi bahwa pada akhirnya program GESI-CSE di NTB tidak hanya sebuah
mampu memberikan nilai tambah bagi program KIAT lainnya di wilayah tersebut namun juga
mampu memberikan makna dan warna lain dalam program lain di sektor infrastruktur melalui
pengarusutamaan GESI dan pelibatan sektor masyarakat sipil (CSE).
Beragam hasil program yang dihasilkan oleh mitra KIAT seperti; (1) Terintegrasinya Perencanaan
Strategis FLLAJ Kabupaten Lombok Barat kedalam program pembangunan infrastruktur jalan dan
lalu lintas Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat; (2) Diperolehnya dukungan Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat bagi Perempuan Penyandang Disabilitas melalui bantuan sekretariat
bagi HWDI NTB sebagai ruang pengembangan dan aktivitas bagi perempuan penyandang
disabilitas dan penyandang disabilitas pada umumnya di NTB; (3) Menguatnya pengarusutamaan
dan internalisasi isu GESI di IWAPI NTB sebagai organisasi yang memayungi pengusaha perempuan;
(4) Adanya Detail Engineering Design (DED) yang inklusi melalui riset aksi yang dilakukan oleh FLLAJ
Provinsi NTB dan hasil luar biasa lain yang dicapai mitra KIAT di NTB merupakan buktidampak
langsung dari program GESI-CSE. Dari sini dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan program GESI-
CSE merupakan hal yang mutlak adanya.
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
Keberlanjutan tidak akan dapat
dilepaskan dari keberadaan sumber daya
yang menjadi faktor pendukung utama.
Namun, memastikan ketersediaan
sumber daya juga merupakan tantangan
lain bagi OMS di Indonesia di masa kini.
Maka sebagai upaya untuk mewujudkan
keberlajutan program GESI-CSE di sektor
infrastruktur di NTB dan sebagai bagian
untuk menguji modul ke-4 dalam seri
modul “Penguatan Organisasi
Masyarakat Sipil Pada Sektor
Infrastruktur; Keberlanjutan Program
GESI-CSE dalam Sektor Infrastruktur”,
kami memodifikasi kegiatan Modules
Finalization Mini-workshop, menjadi
Pelatihan Mobilisasi Sumber Daya,
dengan harapan dapat memberikan
manfaat lebih kepada CSOs Mitra KIAT di NTB melalui serangkaian materi, berbagi praktik baik
narasumber/trainer, dan simulasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29-30 April 2019, dan
diikuti oleh 18 orang peserta yang merupakan perwakilan dari CSOs mitra KIAT di NTB.
Di akhir kegiatan ini kami memperoleh hasil luar biasa rencana mobilisasi sumber daya masing-
masing organisasi sebagai berikut:
1. FLLAJ NTB
Cukup tingginya kasus kecelakaan di kalangan remaja khususnya pelajar SMP di NTB
merupakan keprihatinan tersendiri bagi FLLAJ NTB. Dengan berbekal posisi strategis FLLAJ NTB
sebagai salah satu pihak yang menjadi wahana bagi seluruh aktor-aktor penting dalam
pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi NTB. FLLAJ NTB akan melakukan fundraising untuk
menggakampanyekan keselamatan berlalu lintas dengan melibatkan pihak-pihak swasta seperti
perusahaan telekomunikasi dan perbankan sebagai mitra strategis mereka dalam kampanye.
2. FLLAJ Lombok Barat
Sedangkan FLLAJ Lombok Barat akan melakukan mobilisasi sumber daya berupa fundraising
untuk mendukung kampanye infrastruktur yang ramah bagi semua dan kampanye keselamatan
berlalu lintas. Memiliki kelekatan dengan Pemerintah Daerah Lombok Barat merupakan sumber
daya yang diyakini oleh FLLAJ Lombok Barat sebagai sebuah daya dukung yang akan mampu
mendorong keterlibatan pihak lain, utamanya perusahaan baik BUMN maupun perusahaan
swasta lain yang ada atau melakukan operasi di wilayah Kabupaten Lombok Barat.
3. IWAPI NTB
Kemandirian anggota merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian IWAPI NTB sebagai
sebuah organisasi yang berbasis perempuan pengusaha. Memiliki anggota dari kalangan
perempuan yang menggerakkan UKM yang menjadi binaan, membuat IWAPI NTB menggagas
Usaha Distribusi Sembako sebagai bentuk mobilisasi sumber daya bagi organisasi mereka.
Dengan menggandeng Bulog sebagai salah satu mitra strategis utama mereka, IWAPI
meletakkan mimpi dengan adanya unit distribusi sembako beserta sistem yang dibangun akan
mendorong kemandirian UKM binaan IWAPI NTB sehingga memberikan manfaat yang lebih
luas kepada masyarakat di NTB.
4. HWDI NTB
Sebagai sebuah organisasi yang mengusung isu spesifik, HWDI NTB merupakan organisasi yang
senantiasa dilirik dan diminati oleh banyak pihak di tengah menguatnya isu inklusi dewasa ini.
Meski demikian, HWDI NTB menyadari bahwa untuk dapat menampung segala aspirasi
Simulasi Menyusun Rencana Mobilisasi Sumber Daya
Organisasi – FLLAJ Lombok Barat
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
komunitas dan menjadi ruang ekspresi banyak pihak, dibutuhkan pondasi kelembagaan yang
kuat. Pada saat yang sama, HWDI NTB dihadapkan pada segala bentuk keterbatasan yang saat
ini menjadi tantangan bagi organisasi. Pengelolaan relawan merupakan bentuk mobilisasi
sumber daya yang akan dilakukan oleh HWDI NTB. Dengan menggandeng para pihak yang
dianggap dapat mendukung terjadinya penguatan di internal organisasi melalui kerelawanan,
HWDI NTB berharap manfaat yang lebih luas kepada masyarakat sekaligus anggota pada saat
yang bersamaan.
i. Dukungan Untuk Kegiatan Penutupan Hibah
KIAT Program GESI-CSE di NTB;
Jelang berakhirnya program, baik tim Penabulu
maupun tim KIAT menyadari, bahwa diperlukan
sebuah upaya yang cukup strategis untuk
melembagakan isu GESI-CSE dalam infrastruktur
dan memaknai lebih mendalam apa yang sudah
dicapai oleh program GESI-CSE di NTB secara umum
dan khususnya hasil-hasil yang dicapai oleh CSOs
Mitra KIAT di NTB. Maka digagaslah sebuah kegiatan
yang dapat mengakomodir ruang tersebut.
Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara tim
KIAT dengan tim Penabulu. Dukungan yang kami
berikan terhadap kegiatan ini berupa gagasan dalam
pengembangan desain kegiatan dan pengalokasian
anggaran dari kegiatan workshop in piloting its
implementation untuk pembiayaan pendukung teknis
dalam kegiatan yang tidak dapat diakomodir oleh
pendanaan KIAT.
Kegiatan dengan format seminar sehari ini diselenggarakan pada tanggal 2 Mei 2019 dan dihadiri
oleh tak kurang dari 100 orang tamu undangan yang terdiri atas representasi dari; Pemerintah
Indonesia (Bappenas, PUPR, Ombusdman, PFID, dan Sekretariat SDGs), Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten NTB, CSOs Mitra KIAT di NTB dan service provider (Yayasan Penabulu dan Koperasi
Annisa), CSO nasional dan CSO lokal di NTB, akademisi dan para pihak strategis lainnya. Turut hadir
juga dalam kegiatan ini adalah Pemerintah Kabupaten Probolinggo yang menjadi target wilayah
KIAT selanjutnya.
j. Manajemen Proyek
Sebagai bagian untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen proyek, maka
diperlukan panduan bagi pengelola program di lapangan untuk dapat melakukan pengelolaan
dengan baik. KIAT merupakan donor yang menjunjung tinggi partisipasi dari mitra kerja mereka
sehingga pengelolaan operasional program (Develop Program Management Manual) dikembalikan
kepada masing-masing mitra berdasarkan standar operasional dan prosedur di masing-masing
organisasi mitra. Bersamaan dengan proposal, Penabulu telah mengirimkan Financial Policies and
Procedure Manual yang menjadi basis panduan pengelolaan operasional proyek.
Koordinasi dan Internal Monitoring Evaluasi merupakan bagian dari upaya untuk menjaga proyek
tetap dalam jalur dan pada saat yang sama merupakan ruang untuk mendefinisikan kembali proyek
berdasarkan dinamika yang terjadi selama perjalanan proyek. Selama durasi proyek telah dilakukan
satu kali nasional monitoring pada bulan Maret 2019, dan evaluasi pada bulan Mei 2019. Sedangkan
nasional koordinasi dilakukan secara reguler dengan pembiayaan dibebankan pada internal
organisasi Penabulu.
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
4. Effectiveness: Activity Outcomes and Outputs Achieved
OUTPUTS INDICATORS TARGETS ACHIEVEMENTS
VERIFICATION
(LINK TO
EVIDENCE:
DOCUMENTS
LOCATION)
PROGRESS
COLOUR
Outcome 1:
Diadaptasinya Model Pendekatan yang Melibatkan Pemerintah, Sektor Swasta dan Masyarakat Sipil untuk
Mengarusutamakan GESI-CSE dalam Program Infrastruktur
Output 1.1.:
Observe the
Capacity Training
by University of
Sidney and
follow up for
learning
• Menguatnya
pengetahuan dan
pemahaman
seluruh CSOs
termasuk service
profider terkait
dengan isu GESI
dalam
infrastruktur.
• Diperolehnya data
dan informasi
yang akan
berguna bagi
pengembangan
materi training
selanjutnya.
Mendapatkan segala
pengetahuan,
informasi, dan data
yang berkaitan
dengan isu GESI
dalam infrastruktur
yang akan
digunakan dalam
proses
pendampingan,
pengembangan
materi refresh
workshop dan
pengembangan
modul
Pelatihan diikuti
oleh perwakilan 4
mitra KIAT, 2 Sevices
provider sebagai
observer dan Pemda
Provinsi NTB terlibat
dalam kegiatan
pembukaan dan
penutupan kegiatan
• Laporan hasil
observasi
pelatihan
Output 1.2.:
Coordination
Meeting
Terbangunnya ruang
nyaman bagi
organisasi mitra
KIAT di NTB yang
dapat digunakan
untuk saling
mendiskusikan
tantangan program,
serta saling
membangun ide dan
gagasan.
Adanya 3 kali rapat
koordinasi antar
mitra dan service
profider.
Terselenggara 2 kali
rapat koordinasi
yang diikuti oleh
representasi
organisasi mitra
KIAT di NTB dan
service provider
pendamping.
• Daftar Hadir
• Laporan
Kegiatan
• Dokumentasi
Output 1.3.:
Capacity
Strenghtening
Refreshment
Workshop
Meningkatnya
pengetahuan dan
keterampilan
organisasi mitra
KIAT di NTB dalam
melakuan
pengelolaan
program di
organisasi.
Adanya 1 kali
kegiatan Capacity
Strenghtening
Refrehment
Workhsop yang
diikuti oleh
perwakilan dari
organisasi mitra
KIAT di NTB
Terlaksananya
kegiatan diikuti oleh
20 orang peserta
dari CSOs Mitra KIAT
NTB.
• Daftar Hadir
• Laporan
Kegiatan
• Dokumentasi
Output 1.4.:
Suport CSOs
product
finalization
Terselesaikannya
produk
pengetahuan CSOs
mitra KIAT NTB yang
akan dipergunakan
sebagai alat
advokasi dan
Mendampingi CSOs
mitra kiat dalam
proses finalisasi
produk
pengetahuan yang
berupa: alat peraga
kampanye, SOP,
Terdampinginya
CSOs mitra dalam
proses penyelesaian
produk-produk
pengetahuan,
komunikasi, dan
advokasi melalui
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
OUTPUTS INDICATORS TARGETS ACHIEVEMENTS
VERIFICATION
(LINK TO
EVIDENCE:
DOCUMENTS
LOCATION)
PROGRESS
COLOUR
komunikasi yang
berkualitas.
materi komunikasi
dan advokasi, Policy
Brief, Laporan Riset
Aksi, Buku Saku GESI
bagi pelaku jasa
konstruksi dll.
pendampingan atau
review.
Output 1.5.:
Intensive
assistance and
technical
mentoring
Meningkatnya
kapasitas CSOs
mitra KIAT dalam
pengelolaan
program GESI-CSE
Adanya
pendampingan dan
asistensi teknis
reguler bagi CSOs
mitra KIAT
22 kali kunjungan
mitra, asistensi
teknis di kantor
Penabulu, dan
diskusi intensif
melalui berbagai
media komunikasi.
• Back to office
report
Output 1.6.:
Module
Development
Dikembangkannya
seri modul
penguatan OMS di
sektor infrastruktur
melalui tahapan-
tahapan proses yang
telah disepakati.
Adanya seri modul
penguatan OMS di
sektor infrastruktur
dengan tema: (1)
Pengarusutamaan
GESI dalam Sektor
Infrastruktur, (2)
Advokasi dan Riset
Aksi GESI dalam
Sektor Infrastruktur,
(3) Pengelolaan
Program GESI-CSE
dalam Sektor
Infrastruktur, dan (4)
Keberlanjutan
Program GESI-CSE
dalam Sektor
Infrastruktur
• Terselenggara 7
FGD/diskusi
pengembangan
modul
• Terselengra uji
modul 1-3 yang
dilakukan
bersama dengan
refresh workshop
• Terselenggara uji
modul 4 yang
dilakukan
bersama dengan
pelatihan MSD
• Back to office
report
• Modul
Pengarusutamaan
GESI dalam Sektor
Infrastruktur,
• Modul Advokasi
dan Riset Aksi
GESI dalam Sektor
Infrastruktur,
• Modul
Pengelolaan
Program GESI-
CSE dalam Sektor
Infrastruktur,
• Modul
Keberlanjutan
Program GESI-
CSE dalam Sektor
Infrastruktur
Output 1.7.:
Pra Perencanaan
Strategis HWDI
Meningkatnya
kesadaran,
pengetahuan dan
keterampilan HWDI
NTB dalam
pengelolaan
organisasi.
Adanya rencana
pengembangan
organisasi HWDI
sebagai upaya
keberlanjutan HWDI.
Fasilitasi dalam pra-
renstra HWDI, dan
rekomendasi untuk
pengembangan
organisasi HWDI.
• Dokumen
Laporan dan
Rekomendasi
bagi HWDI NTB
Output 1.8.:
Pelatihan
Mobilisasi
Sumberdaya
Tumbuhnya
kesadaran organisasi
mitra KIAT NTB
untuk mengelola
sumber daya yang
telah dimiliki, dan
meningkatnya
pengetahuan serta
keterampilan
Adanya kegiatan
Capacity
Strenghtening
Refreshment
Workhsop yang
diikuti oleh
perwakilan dari
organisasi mitra
KIAT di NTB
Terlaksananya
kegiatan diikuti oleh
18 orang peserta
dari CSOs Mitra KIAT
NTB.
• Daftar Hadir
• Laporan Kegiatan
• Dokumentasi
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
OUTPUTS INDICATORS TARGETS ACHIEVEMENTS
VERIFICATION
(LINK TO
EVIDENCE:
DOCUMENTS
LOCATION)
PROGRESS
COLOUR
organisasi mitra
KIAT di NTB untuk
memobilisasi
sumber daya bagi
organisasi
Output 1.9.:
Dukungan Untuk
Kegiatan
Penutupan Hibah
KIAT Program
GESI-CSEdi NTB
Adanya ruang
strategis untuk
mempromosikan
hasil-hasil capaian
dari CSOs mitra KIAT
di NTB
Dukungan konsep
dan teknis bagi
pelaksanaan
kegiatan Penutupan
Hibah KIAT untuk
penguatan CSO di
bidang GESI
Terselenggaranya
kegiatan Lokakarya
Penutupan Hibah
KIAT untuk
penguatan CSO di
bidang GESI
• Foto Graphichs
Recording
• Materi
presentasi
pembelajaran
Penabulu
• Materi
Presentasi
Narasumber
dari Penabulu
5. Efficiency (Budget: Plan VS Actual and details of variance)
ACTIVITY BUDGET PLAN ACTUAL EXPENDITURE DETAILS OF VARIANCE
Coordination Meeting IDR 6.000.000 IDR 2.965.000 Dukungan dari FLLAJ NTB
berupa peminjaman ruang
rapat berdampak pada
efisiensi pendanaan
kegiatan.
Capacity Strenghtening
Refreshment Workshop
IDR 21.500.000 IDR 34.704.620
Kegiatan ini membutuhkan
resources person dengan
keahlian yang sesuai
dengan pengembangan
tema kegiatan
Suport CSOs product
finalization, Intensive
assistance and technical
mentoring
IDR 12.000.000 IDR 7.734.060
Pembiayaan yang
dikeluarkan untuk kegiatan
ini berupa biaya perjalanan
yang sesuai dengan
pengeluaran (acctual cost)
Pra Perencanaan Strategis
HWDI
IDR 30.000.000 IDR 12.405.760
Biaya yang dikeluarkan
oleh Penabulu hanya untuk
resources person
(fasilitator) sedangkan
biaya penyelenggaraan
ditanggung oleh HWDI
NTB
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
ACTIVITY BUDGET PLAN ACTUAL EXPENDITURE DETAILS OF VARIANCE
Pelatihan Mobilisasi
Sumberdaya IDR 30.000.000 IDR 31.717.665
Penambahan jumlah trainer
dari 1 orang menjadi 2
orang.
Dukungan Untuk Kegiatan
Penutupan Hibah KIAT
Program GESI-CSEdi NTB IDR 11.500.000 IDR 22.876.410
Mendukung kegiatan
melalui pembiayaan bagi
resources persons atau
vendor yang tidak dapat
masuk ke dalam komponen
anggaran KIAT.
6. Key Lessons Learned
Masuk di tengah program yang sudah berjalan merupakan tantangan yang menarik bagi kami, di sisi lain
durasi yang hanya enam bulan juga merupakan situasi lain yang harus dihadapi tim pelaksana proyek
dengan kebijaksanaan. Kecermatan memilih bentuk pendekatan pada akhirnya menjadi kunci utama,
sehingga proyek dapat diselesaikan dengan baik dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pendekatan berpusat kepada manusia (Human Centered Design) yang berbasis partisipasi dan apresiasi
menjadi pilihan bagi kami dalam menjalankan dan mengelola proyek ini memberikan ruang bagi
kemungkinan keterlibatan secara bermakna dari para mitra kerja di tataran implementasi. Hal yang
sesungguhnya merupakan habatan utama, yaitu keterbatasan waktu (time constraint), dimaknai sebagai
tantangan untuk sesegera mungkin ditemukan solusi tanpa perlu mengubah esensi dan tujuan utama dari
proyek. Dengan demikian berbagai solusi dan langkah antisipasi bisa diformulasikan tidak dengan konsep
top down, tapi lebih kepada bottom up proceess.
GESI sebagai basis utama pendekatan yang dilakukan telah memungkinkan para mitra memaknai pelibatan
lebih jauh dari yang selama ini dipahami, yaitu keterlibatan fisik, menjadi pelibatan sejak di tataran konsep,
pembakuan, pelaksanaan, sampai kepada proses pemantauannya. Gender equality & social incusion yang
kemudian bisa ditafsirkan sebagai pemberian ruang kontributif telah mampu diterjemahkan menjadi
pemanfaatan ruang aspiratif. Ini tentu menjadi sebuah pelajaran tersendiri dari proyek yang sejatinya
dilaksanakan dengan waktu yang cukup singkat.
Tata kelola pelaksanaan proyek sangat mengedepankan aspek meritisme, yaitu pemanfaatan dan
penghargaan sebesar-besarnya bagi para pelaku (subyek) dari program yang notabene adalah para
penerima manfaat proyek itu sendiri. Segala bentuk saran dan masukan dari para penerima manfaat bisa
langsung diadaptasikan ke dalam perencanaan dan implementasi proyek, contohnya adalah dalam
pengembangan Detail Engineering Design (DED). Selain itu konsep GESI juga dapat berjalan sesuai dengan
tujuan umum proyek melalui komunikasi dan kerjasama yang baik di antara para mitra lokal sebagai pelaku
utama di langan dan juga dengan para organisasi technical assistance.
7. Sustainability
Penyusunan Seri Modul Penguatan Masyarakat Sipil Pada Sektor Infrastruktur yang terdiri atas; (1)
Pengarusutamaan GESI dalam Sektor Infrastruktur, (2) Advokasi dan Riset Aksi GESI dalam Sektor
Infrastruktur, (3) Pengelolaan Program GESI-CSE dalam Sektor Infrastruktur, dan (4) Keberlanjutan Program
GESI-CSE dalam Sektor Infrastruktur, merupakan salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutan program
GESI-CSE di sektor infrastruktur. Dengan keberadaan seri modul ini diharapkan dapat membantu OMS,
khususnya yang bekerja di sektor infrastruktur untuk menguatkan diri secara mandiri, baik pengetahuan
maupun keterampilan dalam kerangka tata kelola organisasi khususnya dalam mengelola program, tata
kelola isu, maupun tata kelola sumber daya di masa depan.
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
Namun meski demikian diperlukan upaya lain untuk menopang keberlanjutan terutama terkait dengan
penguatan kapasitas manajemen dan mekanisme kaderisasi kepemimpinan secara integratif dan sistemik.
Pola penataan manajemen organisasi dan kaderisasi kepemimpinan ini bertujuan untuk mempersiapkan
transfer pengetahuan, pengembangan pelibatan anggota dan memunculkan kader pemimpin baru masa
depan.
Dalam proyek di NTB, kami menaruh perhatian dan harapan yang tinggi terhadap HWDI NTB. Sebagai
sebuah organisasi yang merepresentasikan isu GESI secara langsung. Sebagai bagian untuk terus
menyuarakan isu GESI di ranah publik, keberlanjutan organisasi HWDI NTB merupakan hal yang mutlak.
Maka sebagai upaya untuk mendorong hal tersebut, kami mendukung HWDI NTB dalam bentuk fasilitasi
untuk merumuskan langkah-langkah strategis pengelolaan organisasi, serta memfasilitasi HWDI NTB untuk
menyusun kerangka mobilisasi sumber daya bagi organisasi.
8. Risk Management
Secara umum proyek dapat terlaksana dengan baik walaupun waktu pelaksanaannya agak meleset dari
waktu di perkiraan awal. Kendala utama adalah kejadian alam (force majeur) gempa yang meluluhlantakkan
Lombok dan membuat semua kegiatan mundur selama hampir satu semester dan baru bisa berjalan lagi
ketika seluruh situasi sudah terkendali dan dapat dipastikan dalam keadaan kondusif.
Adapun wacana bahwa tahun 2019 adalah tahun politik dimana terjadi kontesetasi besar, yaitu pemilihan
umum, tidak terlalu berdampak nyata dan memengaruhi pelaksanaan proyek. Adanya beberapa orang
yang terlibat di organisasi lokal pelaksana proyek yang mencalonkan diri sebagai anggota parlemen
berhasil dikelola dengan baik sehingga tidak berimplikasi negatif bagi output program maupun prosesnya.
Adanya keterbatasan dari organisasi penyandang disabilitas (disability people organisation / DPO) di dalam
pengetahuan berhasil diatasi melalui perencanaan dan pelaksanaan program partisipatif sesuai dengan
prinsip GESI CSE.
9. Recommendations for Further/Future Engagement
Sejalan dengan strategi GESI-CSE, terlaksananya proyek NTB CSOs program management capacity
strenghtening in GESI for the infrastruktur/road sector, telah pula berkontribusi terhadap pencapaian
tujuan program GESI-CSE yakni; (1) Perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya di
lokasi sasaran proyek meningkat kapasitasnya sehingga mampu terlibat dalam sektor infrastruktur dengan
berbagai macam cara misalnya konsultasi, pengambilan keputusan, pekerjaan dan peluang ekonomi; serta
(2) Meningkatnya kapasitas OMS dan komunitas sehingga dapat terlibat dalam sektor infrastruktur dan
mempromosikan hasil yang lebih baik bagi perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan
lainnya. Namun meski demikian, belajar dari pengalaman pelaksanaan proyek di NTB, terdapat beberapa
hal yang kami rangkum sebagai bagian dari perbaikan dan pengembangan pelaksanaan proyek yang sejenis
di masa depan.
a. Pemilihan Mitra Lokal
Pemilihan mitra lokal merupakan bagian penting dari sebuah desain program, mengingat keberlanjutan
program pada akhirnya akan menjadi modal kelola organisasi yang juga bertindak sebagai pemangku
kepentingan utama. Pemilihan mitra lokal yang merepresentasikan sektor pemerintah (FLLAJ NTB, dan
FLLAJ Lombok Barat), organisasi perempuan (IWAPI NTB), dan komunitas (HWDI NTB), pada dasarnya
merupakan pilihan strategis yang diambil oleh KIAT untuk memastikan keberlanjutan program. Namun
penempatan posisi dan peran para mitra ini juga patut menjadi perhatian, mengingat kultur organisasi
yang sangat berbeda satu dengan yang lain, yang kemudian memengaruhi cara pandang mereka
terhadap isu yang menjadi fokus utama program.
Belajar dari proyek di NTB, kami menemukan potensi adanya faktor pemampu (enabling factor) bagi
percepatan pencapaian tujuan proyek melalui para mitra yang memiliki ragam latar belakang serta
FINAL REPORT PENABULU FOUNDATION
pemahaman yang cukup luas di areanya masing-masing. Keberadaan yang lantas menjadi landasan
kategorisasi pada setiap proxy penentu cakupan kerja setiap mitra, kemudian mampu menjadi alasan
sehingga para mitra bisa mengeksekusi dengan baik dan setiap output yang direncanakan dan
dituntaskan selaras dengan kerangka waktu serta rencana kerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Namun demikian, dibutuhkan penempatan energi yang cukup di dalam mengelola keragaman mitra ini
sehingga bisa menghasilkan optimalisasi pencapaian dan percepatan waktu sesuai dengan potensinya.
Hal yang juga patut diperhatikan di kemudian hari adalah agar dilakukan assessment yang menyeluruh
terhadap calon mitra yang mampu memindai sampai kepada tata kelola dan kesediaan sumber daya,
tidak hanya dalam kaitannya dengan kecukupan, juga kecakapan dari struktur dan infrastruktur
lembaga. Hal yang juga penting adalah untuk dapat mengetahui pola kerja dan budaya organisasi
sehingga di kemudian hari dapat menentukan rencana dan area pusat (focus area) yang tepat di dalam
melakukan asistensi dan pendampingan teknisnya.
b. Desain awal dan peta jalan
Setiap titik tolak (awal) pasti akan menuju suatu titik capaian (akhir) yang di dalam perjalanannya
memerlukan alur yang sudah direncanakan sebelumnya. Demikian pula dengan desain dan rencana
implementasi proyek dengan bangunan dasar serta peta jalan yang telah dibuat sedemikian rupa
sehingga harapannya mampu mengakomodasi kebutuhan proyek, termasuk di dalamnya rencana
mitigasi serta keberlanjutan pasca berakhirnya masa pelaksanaan proyek. Ini adalah informasi awal yang
kemudian akan menjadi pedoman bagi para pelaksana tugas di lapangan, termasuk juga di dalamnya
akan bersinggungan dengan para pemangku kepentingan. Pemahaman menyeluruh sangat diperlukan
dan menjadi esensi utama dari arah gerak implementasi. Ketika hal tersebut sudah terpenuhi, maka
yang kemudian diperlukan adalah memastikan bahwa pedoman tersebut bisa menjadi penyeimbang di
masa proses awal, fase pelaksanaan, serta di masa transisi (menuju pasca berakhirnya proyek).
Kami sangat merekomendasikan untuk peta jalan yang paripurna dalam kaitannya dengan program
GESI CSE mampu menjadi modal dasar pemahaman para pemangku kepentingan serta para mitra
pelaksana. Ini termasuk adanya desain awal yang memerhitungkan aspek pra kondisi, yaitu masa
sebelum dimulainya pelaksanaan kerja lapangan, pengembangan berbagai alat bantu di dalam input
proyek, seperti panduan pelaksanaan program dan beberapa hal yang secara substansi lainnya, untuk
ditempatkan dengan sebaik-baiknya di awal periode kerja.
c. Desain Peningkatan Kapasitas
Peningkatan kapasitas merupakan sebuah aktivitas yang harus dilakukan terus menerus oleh sebuah
organisasi untuk mencapai titik tumbuh yang diimpikan. Penempatan area yang sesuai dengan
kebutuhan menjadi basis dari pengembangan desain peningkatan kapasitas. Untuk mendapatkan hasil
yang optimal, maka kami merekomendasikan untuk adanya basis bagi pertimbangan desain
peningkatan kapasitas yang diperoleh dari assessment kepada para calon penerima manfaat. Dari sana
lah kemudian program peningkatan kapasitas bisa dicapai dengan lebih ternecana dan terukur tingkat
keberhasilannya.
d. Keberlanjutan
Sebagai bagian dari proses yang tidak berhenti dan berkesinambungan, penting untuk menjaga
momentum dari pelibatan berbagai latar kelompok masyarakat di dalam pembangunan infrastruktur,
khususnya di provinsi NTB. Komitmen yang kuat dari para pemimpin dan kepala daerah setempat bisa
dimaknai sebagai awal dari sebuah proses keberlanjutan yang meningkatkan efektifitas dan
kemanfaaatan program. Beberapa kepala daerah (misal: Bupati Lombok Barat) dan pimpinan OPD di
tingkatan provinsi dan kota/kabupaten bisa kembali diajak duduk bersama untuk membuat rencana
aksi di daerah. Dengan demikian peran masyarakat sipil akan senantiasa terjaga bagi kerja-kerja nyata
yang inklusif dan berkesinambungan khususnya bagi perempuan dan kaum disabilitas.