Post on 16-Apr-2019
transcript
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2018, 6 (4) 1917-1932
ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2018
PEMUTUSAN HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA YAMAN
DAN IRAN TAHUN 2015-2017
Devi Nila Sari1
Nim. 1202045080
Abstract
Yemen and Iran have been in good relations since the Iranian Revolution 1979. They doing cooperation in various fields, such as politics, economics, culture and
diplomatic. The diplomatic ties between the two nations have even existed since 1976. However, on 2 October 2015 Yemen announced the severance of diplomatic ties to
Iran. The purpose of this study was to analyze the reasons for the severance of diplomatic relations between Yemen and Iran. The Type of research that used by the
author is descriptive analytic. This research used diplomatic relation concept and
decision making process concept. The data presented are secondary data which
obtained by library research.. The data analysis technique used is eksplanatif. The
result of this research indicated that the reason severance of diplomatic relations
between Yemen and iran is the interference of Iran in internal affairs of Yemen and
disrupt its national sovereignty relating to the Houthi rebel group.
Keywords : Diplomatic Relation, Iran, Severance Diplomatic Relation, Yemen.
Pendahuluan
Dalam dunia internasional, setiap negara saling berhubungan dan melakukan kerjasama
bilateral maupun multilateral untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Sebagai
bagian dari bentuk interaksi tersebut, negara-negara di dunia biasanya akan melakukan
hubungan diplomatik. Hubungan diplomatik merupakan kegiatan melangsungkan
hubungan baik diantara negara-negara di dunia (C.S.T Kansil, 1989: 44) Dalam politik
luar negeri suatu negara dengan melakukan hubungan diplomatik akan mempermudah
komunikasi dan interaksi antara negara yang satu dan lainnya.
Sebagai sebuah negara yang berdaulat sudah sewajarnya Yaman menjalin hubungan
diplomatik dengan negara lain. Yaman adalah salah satu negara di Jazirah Arab yang
berbatasan dengan Laut Arab di sebelah Selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di
sebelah Barat, Oman di sebelah Timur dan Arab Saudi di sebelah Utara. Yaman
merupakan negara agraris dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan
diklasifikasikan sebagai negara termiskin di Timur Tengah. Kondisi ini diperparah
dengan adanya konflik internal antara pihak pemerintah dan kelompok pemberontak
Houthi.
1Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman Email : Nilasaridevi@gmail.com
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2118
Yaman menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara di dunia terutama yang
berada di kawasan Timur Tengah seperti Iran. Revolusi Iran pada tahun 1979 yang
dipimpin oleh Ayatollah Khomeini menjadikan Iran sebagai kekuatan baru yang
diperhitungkan dalam politik internasional. Semenjak itu Republik Islam Iran semakin
berkembang dan termasuk negara mapan di kawasan Timur Tengah. Hal ini pun
mendasari Yaman mengambil inisiatif untuk mempererat hubungan dengan para
pemimpin Iran. Hubungan diplomatik ini terjalin karena adanya asumsi saling
membutuhkan diantara kedua belah negara dan didorong oleh kedekatan letak
geografis dan kesamaan kultur budaya.
Kedekatan Yaman dan Iran telah terlihat semenjak Revolusi Islam tahun 1979 dan Iran
telah membuka kedutaan besarnya di Sana’a sejak tahun 1972.(Mohammed Abdullah
Mohammed. 2014). Kedekatan kedua negara ditandai dengan dukungan pemerintah
Yaman atas revolusi Iran tersebut. Demikian pula sebaliknya pada saat penyatuan
Yaman Utara dan Selatan tahun 1990, Iran menunjukkan persahabatan dengan menjadi
negara pertama yang mengakui penyatuan pemerintahan Republik Yaman. Pada perang
yang menuntut pemisahan diri tahun 1994, Iran juga memihak pemerintahan Presiden
Ali Abdullah Saleh melawan Gerakan Separatis Yaman Selatan. Dukungan yang
diberikan berupa ucapan selamat atas keberhasilannya dalam mengatasi kelompok
separatis.
Hubungan kedua negara tidak bisa dikatakan sangat dekat, karena Iran bukan
merupakan salah satu negara ekspor maupun impor utama Yaman begitupun
sebaliknya. Hanya saja kedua negara memang selalu menjaga hubungan baik. Seperti
yang dikatakan Wakil Menteri Luar Negeri Yaman Ali Muthana Hassan saat bertemu
dengan Menteri luar negeri Iran Manouchehr Mottaki di Sana'a pada 12 Mei 2009.
Muthana menyatakan keinginan negaranya untuk menjaga hubungan baik dengan Iran:
"We feel brotherhood and friendship with the great Iranian nation and we believe that
Iran wants nothing but good for us and we want nothing but good for Iran”((Prior to
Iranian’s visit to Yemen. 2009).
Namun, pada 2 Oktober 2015 pemerintah Yaman kemudian mengambil sebuah
keputusan dengan mengusir duta besar Iran untuk Yaman, menarik utusan Yaman
untuk Tehran dan menutup misi diplomatiknya di Iran (Jurnalasia. 2015). Berita ini
disampaikan melalui stasiun televisi pemerintah Aden TV melalui sumber yang tidak
disebutkan namanya di Kepresidenan Yaman. Pada kesempatan yang sama Menteri
Luar Negeri Yaman Riad Yassin mengumumkan pemerintah telah melakukan
pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran (Yemen is Concidering. 2015) Riad
yassin juga menjelaskan bahwa keputusan tersebut dibuat atas arahan Presiden Abd
Rabboh Mansour Hadi.
Pemerintah Yaman mengusir para pengurus dan karyawan kedutaan Tehran di Sana’a
dan meminta semua anggota Kedutaan Besar Iran di Yaman meninggalkan Yaman
dalam waktu 24 jam. Pemerintah Yaman juga telah meminta para anggota misi
diplomatiknya di Tehran untuk meninggalkan Iran pada kesempatan yang sama.
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2119
Kerangka Dasar Teori dan Konsep
Konsep Hubungan Diplomatik
Pada umumnya hubungan diplomatik suatu negara dengan negara lain tidak selalu
berjalan dengan damai. Setiap negara pasti mempertahankan kepentingannya dalam
setiap politik luar negeri. Menurut KM Panikkar diplomasi adalah seni yang
mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain
(S.L. Roy, 1991:3). Ada kalanya hubungan suatu negara selalu mengalami fluktuasi
dan di beberapa kasus negara tersebut lebih memilih untuk melakukan pemutusan
hubungan diplomatik. Pemutusan hubungan diplomatik merupakan jalan terakhir yang
diambil oleh suatu negara jika cara-cara yang bersifat diplomasi tidak berjalan dengan
baik. Hal ini mencerminkan jika cara-cara diplomasi tidak lagi berhasil dan betapa
seriusnya masalah/ketegangan yang sedang dihadapi oleh kedua belah pihak. Adapun
beberapa alasan suatu negara memutuskan hubungan diplomatiknya, antara lain :
a. Bila terjadi perang antara kedua negara.
b. Adanya kasus sengketa antara kedua negara yang sudah sebegitu rupa, sehingga
tindakan apapun yang diambil seperti pengusiran diplomat atau pemanggilan
kepala perwakilan masih tidak cukup.
c. Adanya kebijakan suatu negara yang sangat bertentangan dengan posisi negara
lain ataupun kegiatan yang tidak wajar dari personel diplomatik.
Konvensi Wina artikel 45 menyebutkan, jika hubungan diplomatik antara dua negara
putus atau misi permanen maupun misi sementaranya dihentikan, maka: (Sukarwati
Djelantik, 2008:89)
a. Negara penerima harus, bahkan dalam keadaan konflik bersenjata, menghormati
dan melindungi misi-misi setempat, termasuk arsip-arsip dan properti.
b. Negara pengirim dapat mempercayakan terjaganya misi-misi setempat, termasuk
arsip-arsip dan properti, kepada negara ketiga yang dapat diterima oleh negara
penerima.
c. Negara pengirim dapat mempercayakan perlindungan kepentingan-kepentingan
nasional dan warga negaranya kepada negara ke tiga yang dapat diterima oleh
negara penerima.
Dalam Konvensi Wina 1961 terdapat ketentuan-ketentuan tentang Hubungan
Diplomatik yang memungkinkan ditolak atau diusirnya seorang diplomat, yaitu : (Ibid.)
a. Kegiatan-kegiatan yang dianggap mencampuri urusan dalam negeri negara
penerima (bersifat politik/subversif), dan bukan saja dapat merugikan kepentingan
nasional namun juga melanggar kedaulatan suatu negara penerima.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah jelas melanggar hukum dan peraturan
perundang-undangan negara penerima.
c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan spionase
dan mengganggu, baik stabilitas maupun keamanan nasional negara penerima.
d. Menunjukkan sikap yang tidak bersahabat (hostile action) dan lainnya.
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2120
Konsep Proses Pembuatan Keputusan Luar Negeri Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari
suatu perbuatan yang disebut keputusan (Desmita. 2008:198 ) Dalam Kamus Besar
Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan (Decision Making) didefinisikan sebagai
pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu.
Menurut Willian D Choplin konsep pembuatan kebijakan luar negeri adalah wujud
mekanisme dalam memperjuangkan dan merealisaikan kepentingan-kepentingan
nasional suatu bangsa memperhatikan kaidah-kaidah internasional. Untuk dapat
memahami mengapa suatu negara berperilaku sejalan dengan wilayah kepentingan
mereka, kita harus memahami juga mengapa atau apa yang melatarbelakangi para
pemimpin negara membuat keputusan. Namun, ini akan menjadi kesalahan jika kita
menganggap bahwa para pembuat kebijakan luar negeri bertindak dalam suatu keadaan
yang vacuum (Decision making).
Tiga aspek yang mempengaruhi proses pengambilan kebijakan luar negeri negara,
yakni:
1. Kondisi Politik Domestik
Kondisi politik domestik merupakan suatu kondisi yang tercipta di suatu negara
mencakup berbagai unsur yang mendukung dan mempengaruhinya. Unsur-unsur
tersebut mencakup stabilitas keamanan, kapabilitas kelompok kepentingan dan
beberapa aspek lainnya.
2. Situasi Ekonomi dan Militer
Situasi ekonomi dan militer suatu negara turut memberi kontribusi terhadap
kebijakan luar negeri suatu negara. Negara harus memiliki kemampuan dan
kesediaan untuk menjalankan politik luar negerinya. Dalam hal ini faktor geografis
juga turut memberikan peran yang mendasari pertimbangan pertahanan dan
keamanan.
3. Konteks Internasional
Dalam konteks politik internasional letak geografis, isu ekonomi dan politik
merupakan elemen penting untuk memahami dampak internasional terhadap
politik luar negeri suatu negara. Dalam lingkungan internasional setiap negara
memiliki lokasi atas daerah yang dikuasainya, dalam kaitannya dengan negara-
negara lain dalam sistem dan juga hubungan-hubungan ekonomi dan politik negara
itu dengan negara-negara yang lainnya.
Gambar 1.1. Proses Pengambilan Kebijakan Luar Negeri
Sumber: Pengantar Politik Internasional : Suatu telaah Teoritis Hlm.30.
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2121
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Data yang digunakan
menggunakan data sekunder. Serta metode pengumpulan data yang digunakan secara
komprehensif dalam penelitian ini menggunakan library research. Teknik analisa data
yang digunakan adalah dengan cara pendekatan data kualitatif interpretasi dengan
menjelaskan atau menafsirkan suatu peristiwa melalui pemikiran yang lebih mendalam
agar mendapatkan pemahaman dan pengertian yang baik.
Hasil Penelitian
Pada tahun 1992 terjadi penurunan hubungan bilateral antara Yaman dan Iran karena
adanya gangguan pada pertemuan Komite Tingkat Menteri dikarenakan kunjungan
mendadak yang dilakukan Presiden Iran Hashemi Rafsanjani ke Pulau Abu Musa, Uni
Emirat Arab (Hubungan Yaman-Iran. 2013). Di lain pihak Yaman juga disibukkan
dengan perang sipil menuntut pemisahan yang dilakukan Yaman Selatan tahun 1994.
Sehingga hal ini menyebabkan tidak menentunya hubungan bilateral kedua negara.
Pada September 1994 Menteri Luar Negeri Iran kemudian mengunjungi Sana’a.
Walaupun kunjungan tersebut hanya merupakan kunjungan diplomatik penyampaian
ucapan selamat terhadap Presiden Ali Abdullah Saleh mengenai keberhasilannya
mengatasi masalah gerakan separatis di Yaman Selatan, namun hal ini kembali
mendekatkan hubungan bilateral kedua pihak.
Pada tahun 2004 hubungan bilateral Yaman dan Iran kembali mengalami penurunan,
karena kecurigaan Yaman terhadap campur tangan Iran dalam urusan internalnya
ditandai dengan dugaan dukungan Iran terhadap pemberontak Houthi. Mengingat
pemimpin kelompok tersebut yaitu Hussein Badr al-Deen Houthi pernah menuntut
ilmu di Iran dan sangat mengagumi ideologi negara tersebut mengenai keberaniannya
melawan dominasi Barat. Selain itu, orasi yang sering diteriakkan kelompok ini yaitu
“Matilah Amerika, Matilah Israel” sama dengan semboyan Iran yang juga sama-sama
beraliran Syiah. Hal ini kemudian mengaitkan kelompok Houthi dengan Iran.
Meskipun begitu hubungan bilateral Yaman dan Iran masih tetap berlanjut.
Konflik yang berlangsung antara al Houthi dan pemerintah sepanjang tahun 2004-2015
membuat pemerintah berasumsi ada pihak lain yang terlibat dan turut andil membantu
Houthi. Houthi pada awalnya hanyalah sebuah gerakan keagamaan Zaidi di dataran
Yaman Utara. Namun, kemudian bertransformasi menjadi kelompok politik yang
berhasil menguasai pemerintahan. Melihat fakta-fakta yang terjadi di lapangan, dari
kecurigaan tersebut pemerintah pun menemukan bukti-bukti pendukung lain yang
secara tidak langsung mengarah kepada Iran. Sampai akhirnya pada 2 oktober 2015
saluran TV nasional Aden mengumumkan bahwa pemerintah Yaman mengambil
sebuah keputusan untuk mengusir duta besar Iran untuk Yaman, menarik utusan
Yaman untuk Tehran dan menutup misi diplomatiknya di Iran (Jurnal Asia. 2015).
Alasan pemutusan hubungan diplomatik Yaman dan Iran disebabkan adanya kegiatan
atau kebijakan yang bertentangan dan dianggap mengganggu atau mencampuri urusan
internal negara penerima dalam hal ini Yaman. Kegiatan atau kebijakan
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2122
tersebut merugikan dan melanggar keamanan serta kedaulatan nasional negara
sehingga menyebabkan aktor pembuat keputusan harus mengambil tindakan tegas
dengan menentukan kebijakan berdasarkan situasi dan kondisi pada saat itu. Hal yang
menjadi alasan pemutusan hubungan diplomatik Yaman dan Iran kemudian akan
dijelaskan lebih rinci dibawah ini.
Dukungan Iran Terhadap Pemberontak Houthi
Pemutusan hubungan diplomatik antara Yaman dan Iran dikarenakan adanya kebijakan
Iran yang bertentangan dengan Yaman. Iran memberikan dukungan terhadap kelompok
Houthi yang merupakan kelompok pemberontak di Yaman. Hal tersebut secara tidak
langsung mencampuri urusan internal Yaman dan mengganggu kepentingan
nasionalnya. Pemutusan hubungan diplomatik Yaman terhadap Iran merupakan
kebijakan pemerintah Yaman yang dilakukan untuk memperkecil pengaruh Iran di
Yaman.
a. Intervensi Miliiter
Dukungan Iran terhadap Houthi tampak jelas dalam gerakan Houthi saat terjadi
perang Dammaj. Pada perang tersebut banyak kalangan Houthi yang berbicara
bahasa Parsi dan berpasport Iran (Kenapa Houthi. 2014). Selain itu, pemerintah
juga pernah menangkap sebuah kapal yang berisi persenjataan dan rudal yang
dikirim dari Iran. Konflik antara Yaman dan Iran mengenai kelompok Houthi
diperkuat oleh temuan-temuan pemerintah Yaman tentang keterlibatan Iran
dengan kelompok pemberontak tersebut (Huo Qiang. 2015)
Pada 22 Agustus 2009 seorang pejabat Yaman mengklaim bahwa militer Yaman
telah menyita senjata buatan Iran dari beberapa gudang senjata pemberontak al-
Houthi. Pejabat tersebut juga menyatakan pasukan telah menemukan enam gudang
senjata milik pemberontak Houthi dan terdapat beberapa senjata buatan Iran,
termasuk senapan mesin, roket jarak pendek dan amunisi (Yemen Seizes. 2009)
Di sisi lain, pejuang Houthi juga menerima pelatihan di Iran dan Lebanon. Ada
sekitar selusin penasihat militer Iran di Yaman dan bahkan jumlahnya meningkat
semenjak Houthi menguasai Sana’a (Yemen President.2009). Bahkan pejabat
senior lainnya menyatakan senjata masih datang melalui laut dan ada uang yang
masuk via transfer. Menteri Kebudayaan Yaman menyatakan banyak cara yang
dilakukan Iran dalam mendukung Houthi, salah satunya melalui Korps Pengawal
Revolusi Islam (IRGC) yang telah memberi Houthi $ 10-25 juta per tahun sejak
2010 (Hassem Torommah. 2018)
Kepala Biro Keamanan Nasional Yaman Ali Muhammad Al-Ansi
mengkonfirmasi bahwa Iran mendukung pemberontak Houthi di Sa’ada tahun
2009 secara finansial, politis dan melalui media (Yemen Post. 2010)Dalam sebuah
pernyataan kepada Al-Arabiya di KTT keamanan Dialog Manama di Bahrain pada
11 Desember 2009 Al-Ansi mengatakan bahwa Yaman telah menutup pintu
mediasi dengan kelompok pemberontak karena tidak akan ada gunanya.
Pemerintah berulang kali melakukan negosiasi bersama Houthi namun tidak
pernah menemukan penyelesaian.
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2123
Di kesempatan yang sama, Al-Ansi juga mempertanyakann netralitas Iran dalam
masalah di Yaman. Iran seharusnya mengambil sikap yang jelas serupa dengan
negara-negara lain di kawasan itu. Jika Iran benar-benar tidak memiliki bagian
dalam konflik di Yaman, mereka seharusnya mengutuk pemberontakan yang
terjadi. Manouchehr Mottaki selaku Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa
tindakan militer tidak perlu dan perlunya menekankan dialog politik untuk
mengatasi krisis di Yaman. Menanggapi pernyataan Manouchehr tersebut, Al-
Ansi berpendapat bagaimana mereka mendesak orang lain untuk tetap mengambil
tindakan politik sedangkan mereka sendiri menolak dialog dengan para reformis
di Iran. Hal ini bertentangan dengan diri mereka sendiri.
Selain itu, Keberadaan kapal perang Iran di wilayah perairan Yaman secara tidak
langsung membuat pemerintah Yaman merasa tidak aman. Iran mengirimkan dua
kapal perang ke perairan bebas dekat Aden. Perwira tinggi angkatan laut Iran
mengklaim keberadaan kapal perang tersebut merupakan bagian dari perlindungan
kapal dagang Iran terhadap bajak laut (Iran Kirim Kapal. 2015). Pasalnya, kegiatan
ini dilakukan bersamaan dengan meningkatnya serangan udara pasukan koalisi
yang dipimpin Arab Saudi terhadap kelompok pemberontak Houthi pada 8 April
2015.
Yaman semenjak 2004 telah mengalami konflik internal. Pada awal Maret 2015
Arab Saudi melakukan Operation Decisive Storm untuk menangani kelompok
Houthi dan Dewan Keamanan PBB telah menetapkan embargo senjata terhadap
Houthi (Ike Agestu. 2015). Di lain pihak, angkatan laut Arab Saudi telah
memberlakukan blokade laut di sekitar Yaman. Kehadiran kapal perang tersebut
membuat pemerintah Yaman menjadi resah. Karena Iran disinyalir memasok
senjata-senjata kepada Houthi, yang mana penyelundupan tersebut kemungkinan
dilakukan melalui jalur laut.
Keputusan pemutusan hubungan diplomatik merupakan kebijakan luar negeri
Yaman yang diambil sebagai protes terhadap intervensi dan campur tangan Iran
dalam urusan internal Yaman dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasionalnya.
Mengenai dukungan militer Yaman untuk Houthi, beginilah temuan-temuan
pemerintah Yaman di sekitar wilayah teritorialnya.
Pemerintah Yaman menyita kapal Iran “Jihan” yang bermuatan 40 ton senjata
diantaranya rudal anti-pesawat, roket katyusha, bahan peledak, amunisi dan
peralatan militer lainnya yang dimaksudkan untuk diselundupkan ke negara
Yaman. Selain itu, disaat yang hampir bersamaan kapal kargo Iran masuk ke
wilayah maritim Yaman tanpa izin dan menggangu kedaulatan nasionalnya.
Kejadian ini membuat pemerintah Yaman memikirkan skema kemungkinan
pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran (M Sofyan. 2015). Iran mengklaim
bahwa keberadaan kapal kargonya tersebut disekitar perairan Yaman ialah untuk
melindungi kapal-kapal Iran yang melintas dari para pembajak di sekitar kawasan
perairan tersebut. Walaupun demikian, hal ini tentunya membuat keamanan
Yaman merasa terancam karena negaranya sedang konflik dan sensitif terhadap
kemungkinan penyelundupan senjata-senjata illegal yang diselundupkan melalui
jalur laut.
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4 , 2018: 1918-1932
2124
Di lain pihak, Australia HMAS Darwin menyita sekitar 2.000 senjata dari sebuah
kapal di lepas pantai Yaman. Conflict Armament Research (CAR) yang berbasis
di Inggris menemukan bahwa senjata yang disita dari kapal di Laut Arab tersebut
cocok atau serupa dengan yang digunakan pemberontak Houthi di Yaman (Taimur
Khan. 2016). Para pejabat AS mengatakan bahwa kapal tersebut berasal dari Iran
menuju Yaman.
Duta Besar UEA untuk PBB Lana Nusseibeh menyatakan bahwa temuan CAR
tersebut akan menjadi pelanggaran yang mencolok dari Resolusi Dewan
Keamanan PBB. Lana Nusseibeh juga menambahkan bahwa pengiriman ini
merupakan bukti lebih lanjut dari ekspansionis Iran dan memperkeruh keadaan di
Yaman, memicu konflik dan membahayakan warga sipil beserta tetangga Yaman.
Di bawah ini merupakan gambar rute pengiriman senjata dari Iran ke Yaman yang
diilustrasikan oleh CAR.
Gambar 1.2 Ilustrasi Pengiriman Senjata dari Iran ke Yaman
Sumber : Conflict Armament Research (CAR) dalam
http://www.thenational.ae/
Jalur senjata Iran-Yaman:
Pada 27 Februari HMAS Darwin (kapal perang Australia) mencegat sebuah kapal
dari Calula, Somalia. Kapal tersebut berisi sekitar 2.197 senjata yang terletak di
atas kapal, 2.000 senapan serbu tipe AK beragam jenis made in Bulgaria, China,
Romania, dan Rusia. Berbagai macam senapan mesin, peluncur roket tipe RPG 7
buatan Iran, dan tabung mortar juga ditemukan di kapal tersebut.
Pada tanggal 20 Maret 2016 FS Provence (kapal perang Perancis) mencegat kapal
kedua di lepas pantai Oman berasal dari Somalia yang berisikan 2000 senapan
serbu pola-AKM diduga buatan Iran, 64 senjata jitu jarak jauh, 9 rudal Kornet anti-
tank buatan Rusia, dan 6 senapan mesin ringan.
Pada 28 Maret USS Sirocco yang merupakan kapal perang Amerika Serikat
mencegat kapal di Laut Arab destinasi Yaman berisi 1.500 senjata pola-AK
kemungkinan buatan Iran, 200 pelontar roket, dan 21 senjata. HMAS Darwin, FS
Provence dan USS Sirocco merupakan bagian dari koalisi angkatan laut
internasional yang berpatroli di perairan antara Yaman dan Tanduk Afrika.
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2125
Penyaluran senjata antara Iran dan Houthi dimulai dari Iran yang mengirimkan
sejumlah senjata ke beberapa pelabuhan transit kecil di wilayah semi-otonomi
Puntland, Pantai Somalia di Ujung Tanduk Afrika. Wilayah pesisir tersebut
memang sebagian besar bukan merupakan otoritas Somalia. Bahkan Mantan
Menteri Puntland menyatakan kepada Reuters bahwa tahun lalu ada sekitar 160
kapal Iran yang dilaporkan secara illegal memasuki perairan Somalia
(Charbonneau. 2013).
Jonah Leff selaku Direktur CAR menyatakan bahwa sumber-sumber di pelabuhan
Somalia menyatakan bahwa senjata yang datang dari Iran biasanya akan singgah
ke dermaga atau sekedar melepas jangkar di pantai Somalia. Kemudian beberapa
kapal kecil akan menemui mereka dan mengambil beberapa bagian senjata dari
kargo tersebut untuk kemudian dipasarkan di beberapa pelabuhan Somalia lainnya.
Kemudian, senjata-senjata tersebut akan dijual dalam perdagangan senjata illegal
di kawasan itu atau dikirim ke Yaman yang disamarkan melalui lalu lintas maritim
yang sibuk di perairan Yaman-Somalia. Pelabuhan Ash Shihr di Yaman yang
terletak di sebelah timur Mukalla merupakan destinasi tujuan yang sering
disebutkan oleh sumber Somalia kepada CAR.
Sebelumnya, pasukan UEA juga telah menangkap beberapa pasukan Houthi di
Provinsi Taiz pada November 2015 beserta pengiriman senjata yang datang dari
darat melalui Oman menuju Provinsi Marib. Rudal Kornet Rusia yang mereka sita
di daratan Oman jenisnya cocok dengan isi kapal yang dicegat oleh FS Provence
pada Maret 2016, bahkan nomor seri dari keduanya dalam urutan yang sama. Dari
hasil temuan inilah mereka berpendapat bahwa kapal tersebut ditujukan pada
Yaman dan senjata yang mereka temukan di Yaman kemungkinan juga berasal
dari Iran.
Sekitar 2000 senapan serbu pola-AKM yang mereka temukan masih dalam kondisi
baru dan dengan nomor seri berurutan, yang menunjukkan bahwa senapan tersebut
dari persediaan nasional daripada berasal dari sumber non-negara. Senjata-senjata
yang mereka temukan di dua kapal lainnya yang disita juga memiliki serial number
yang berurutan. Hal ini mengindikasikan bahwa senjata-senjata tersebut berasal
dari pengirim yang sama. Sedangkan kapal yang digunakan untuk mengangkut
senjata-senjata diproduksi oleh Al Mansoor. Al Mansoor sendiri adalah seorang
pembuat kapal di Iran yang terletak di sebelah pangkalan Korps Pengawal
Revolusi Iran.
Matthew Schroeder seorang analis untuk survei menyatakan bahwa studi
karakteristik senjata dan tanda-tanda pabrik pembuatan menunjukkan bahwa
temuan tersebut cocok dengan roket peluncur granat Iran yang sebelumnya
ditemukan di Irak pada tahun 2008 dan 2015, juga mirip dengan yang ditemukan
di Pantai Gading pada tahun 2014 dan 2015 (Chivers. 2017).
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2126
Gambar 1.3. Senjata yang ditemukan di dekat Pantai Yaman
Sumber : Australian Deprtment of Defence via small Arms Survey
Hasil temuan-temuan pemerintah inilah yang kemudian menjadi bukti keterlibatan
Iran dengan kelompok pemberontak Houthi. Gangguan Iran dalam urusan internal
Yaman yang memperkeruh konflik pemerintah dengan kelompok Houthi.
Konflik pemerintah dengan al-Houthi telah menyebabkan ditutupnya beberapa
kedutaan asing di Yaman karena tidak stabilnya kondisi keamanan di negara
tersebut (Prospek Krisis Yaman. 2015). Selain itu, wilayah yang dikuasai Houthi
pun semakin meluas. Dibawah ini merupakan peta beberapa wilayah yang telah
dikuasai oleh kelompok Houthi.
Gambar 1. 4 Pembagian Wilayah Kontrol di Yaman
Sumber : Embassy of The Republic of Yemen in United States dalam
http://www.yemenembassy.org/
Gambar diatas menunjukkan kontrol pemerintah maupun kelompok Houthi
terhadap beberapa wilayah di Yaman. Gambar dengan warna ungu menunjukkan
wilayah yang dikontrol oleh pemerintah, gambar yang berwarna peach
menunjukkan wilayah yang dikontol oleh Houthi. Sedangkan gambar yang
berwarna abu-abu merupakan area perang antara kedua belah pihak.
Memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran merupakan keputusan yang harus
diambil pemerintah untuk memperkecil kemampuan intervensi Iran terhadap
urusan internal di Yaman, terkait konfliknya dengan Houthi. Dalam hal ini untuk
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2127
memperkecil interaksi antara Iran dan kelompok pemberontak. Sekaligus sebagai
aksi protes atas dukungan Iran terhadap Houthi dan menunjukkan betapa
seriusnya permasalahan tersebut. Karena selama ini Iran seolah tidak
menghiraukan kecaman pemerintah Yaman untuk tidak lagi mengintervensi
masalah internalnya.
b. Intervensi Propaganda
Kehadiran Iran dalam konflik internal di Yaman secara tidak langsung menjadi
propaganda bagi pemerintah Yaman sekaligus negara-negara sekitar. Terlebih
dengan adanya dukungan Iran untuk Houthi walaupun sangat terbatas.
Meski Pejabat senior Houthi Sallah al Samad membantah mereka menerima
dukungan materi dari Iran, namun ia menyatakan dukungan Iran adalah bagian
dari visi bersama dalam menghadapi dominasi Amerika. Walaupun Sallah telah
membantah tuduhan tersebut namun ada kekhawatiran bahwa Iran akan
memanfaatkan gejolak di Yaman seperti yang terjadi di Irak, Suriah, Lebanon, dan
Bahrain.
Pemutusan hubungan diplomatik Yaman dan Iran merupakan cara pemecahan
masalah untuk memperkecil campur tangan Iran di Yaman. Kebijakan inipun
dianggap sebagai salah satu kebijakan praktis kala itu disaat posisi presiden sedang
terdesak.
Terlebih politik yang dianut pemerintah Yaman adalah politik untuk
mementingkan keamanan negara. Hal ini terlihat dari semenjak Yaman Utara dan
Yaman Selatan belum bersatu. Pemerintah Yaman menjalin hubungan dengan
berbagai negara untuk mengamankan posisi negara. Meskipun, pada tahun 1990
pemerintah Yaman sempat kehilangan arah politik karena pemutusan hubungan
kerja dengan Arab Saudi dikarenakan dukungan Yaman atas intervensi Saddam
Hussein di Kuwait. Hal itu menyebabkan pelemahan perekonomian Yaman karena
harus kehilangan salah satu sumber devisa terbesar dan menerima gelombang
pengangguran yang dipulangkan dari Arab Saudi.
Kini konflik internal di Yaman kembali menyeret nama Iran dan Arab Saudi
sebagai dua kekuatan di Timur Tengah. Seoalah dihadapkan pada peristiwa serupa
yang telah terjadi bertahun-tahun lalu saat Yaman lebih mendukung Irak atas
Kuwait, tentunya membuat pemerintah Yaman lebih berhati-hati.
Gagasan tentang perang proksi di Yaman bukanlah hal baru. Arab Saudi dan
Departemen Luar Negeri AS mengutip koneksi Iran dan Houthi untuk
membenarkan peluncuran operasi militer besar-besaran yang dirancang untuk
mengusir kelompok itu dari kekuasaan. Mereka berpendapat bahwa Iran akan
mengubah Yaman menjadi benteng Syiah di perbatasan selatan Arab Saudi yang
memungkinkan Teheran untuk memberikan pengaruh di Sana’a seperti halnya
negara-negara lain yang telah dikuasai Iran. Para pemimpin di Riyadh, Arab Saudi
dan Washington DC tanpa banyak bukti berpendapat bahwa pemberontak Houthi
Yaman adalah boneka-boneka Tehran (Khaled Abdullah. 2017).
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2128
Pemerintah Yaman melihat pengaruh yang tumbuh Houthi sebagai ancaman
keamanan. Adel Al Jubeir selaku Menteri Luar Negeri Arab Saudi melihat bahwa
pada Maret 2014 Iran memainkan peran penting untuk Houthi. Beberapa pembuat
kebijakan Amerika seperti Senator John McCain pun mengklaim hal serupa.
Tuduhan yang sama juga sering disuarakan di media AS. Mereka berpendapat
bahwa pengambilalihan Sana’a oleh Houthi pada September 2014 lalu merupakan
kemenangan besar bagi Iran (Amal Mudallali. 2014). Terlebih dengan adanya
klaim yang sering diulangi anggota parlemen Iran Alireza Zakani bahwa Sana’a
telah menjadi ibu kota keempat, setelah Baghdad, Beirut dan Damaskus, yang
jatuh dalam kekuasaan Iran (John Xenakis. 2014).
Terlebih dengan adanya peningkatan dukungan Iran untuk Houthi dari tahun ke
tahun. Menurut laporan Komite Dewan Keamanan PBB pada April 2015, Iran
mulai mengirimkan sejumlah kecil senjata ke Houthi pada tahun 2009 (Carole
Landry. 2009). Setelah itu, saluran televisi Iran Al Alam juga mulai menyiarkan
program harian Yaman yang memperoleh popularitas karena kritiknyaa terhadap
Saleh dan kebijkan Amerika. Hal ini mengindikasikan keinginan Iran untuk
mengembangkan kemitraan dengan Houthi. Upaya tersebut bukan untuk
mendapatkan pengaruh jangka pendek namun lebih merupakan niat untuk
membuka saluran komunikasi, membangun kepercayaan dan peluang untuk
meningkatkan hubungan di masa depan (Thomas Juneau. 2016).
Selain itu, Riad Yassin juga menjelaskan bahwa hubungan Yaman dan Iran selalu
bermasalah (Bahrain and Yemen. 2015). Dari awal dalam sejarahnya hubungan
kedua negara sudah buruk, dikarenakan dukungan Yaman dalam masalah Irak dan
bersama-sama melawan Iran.
Pada kenyataannya pun hubungan diplomatik Yaman dan Iran tidak benar-benar
nyata, Iran belum memberikan kontribusi terhadap Yaman. Sebaliknya,
pemerintah malah menemukan mata-mata Iran, penyelundupan senjata dan
pesawat Iran sebanyak 28 penerbangan yang sarat akan senjata dan amunisi.
Melihat situasi dan kondisi konflik di Yaman, untuk tetap mempertahankan
hubungan dengan Iran juga sulit. Dari tahun ke tahun ditemukan bukti-bukti
keterlibatan Iran dengan Houthi (Abdul Salam. 2015). Meskipun dukungan
tersebut hanya merupakan dukungan yang terbatas, namun nyatanya hal tersebut
membuat Arab Saudi turun tangan langsung untuk membantu pemerintah Yaman
dalam menghadapi Houthi dan perang proksi dengan Iran.
Perang Proksi Iran dan Arab Saudi
Dukungan Iran terhadap pemberontak Houthi membuat kekhawatiran sendiri bagi rival
Iran di Timur Tengah yakni Arab Saudi. Terlepas seberapa besar dukungan Iran untuk
Houthi, kenyataannya gangguan kelompok Houthi di kawasan tersebut ditanggapi
serius oleh Arab Saudi dan negara-negara sekitar karena dianggap mengancam
kepentingan Arab Saudi di wilayah Timur Tengah (Rhaman Ghavani. 2018). Hal ini
kemudian membuat negara tersebut bersama koalisi tergerak untuk memberikan
dukungan yang lebih nyata untuk pemerintah Yaman.
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2129
Untuk melawan gerakan Houthi, Arab Saudi memimpin pasukan militer pada 25 Maret
2015 dengan dukungan substansial dari negara-negara GCC. Tujuan utama dari
Operation Decisive Storm tersebut adalah untuk melumpuhkan pemberontakan Houthi
dan mengembalikan posisi Presien Hadi sebagai pemimpin sah Yaman. Dalam operasi
tersebut Arab Saudi beserta negara-negara koalisi menyediakan sejumlah besar senjata
berat termasuk tank, kendaraan lapis baja, rudal, jet tempur dan amunisi ke pasukan
koalisi dan pejuang pro-Hadi (Mehmood Husein. 2015).
Perang proksi tersebut membuat pemerintah Yaman mengambil keputusan dalam
menentukan kebijakan negara. Sebab, dari awal konflik dengan kelompok Houthi Arab
Saudi berserta koalisinya merupakan pendukung Yaman. Di sisi lain, Iran selalu
mengambil kebijakan yang bertentangan yakni dengan memberikan dukungan terhadap
Houthi.
Bantuan dari Arab Saudi muncul karena Yaman sebagai negara termiskin di Timur
Tengah tidak memiliki kemampuan dalam menghadapi Houthi. Di sisi lain, kejatuhan
Sana’a ke tangan kelompok Houthi salah satunya dikarenakan perpecahan anggota
militer yang masih pro kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh dan pemerintah.
Sehingga kemampuan militer pemerintah Yaman dalam keadaan tidak maksimal ketika
terjadi penyerangan ke Sana’a.
Disaat itu pun, Presiden Hadi melarikan diri ke Arab Saudi sebagai sekutu terdekatnya.
Dengan pemutusan hubungan diplomatik Yaman terhadap Iran Presiden Hadi
mengambil tindakan atas situasi dalam negeri yang sudah tak lagi terkendali dan
keadaan ekonomi serta militer yang tidak memungkinkan.
Kesimpulan
Pada tahun 2004 terjadi konflik internal di Yaman antara pemerintah dengan
kelompok pemberontak yang menamakan diri mereka sebagai al-Houthi. Konflik
ini kemudian menyeret Iran sebagai negara yang menjadi pendukung dan
menyokong kebutuhan dana maupun senjata kelompok pemberontak tersebut.
Permasalahan Yaman dan Iran terkait Houthi pun semakin memburuk hingga
terjadi pemutusan hubungan diplomatik pada 2 Oktober 2015.
Pemutusan hubungan diplomatik antara Yaman dan Iran disebabkan oleh beberapa
faktor pendorong yang didasarkan karena adanya perbedaan kebijakan diantara
kedua negara terkait kelompok Houthi. Dukungan yang diberikan Iran untuk
kelompok Houthi berupa intervensi senjata dan propaganda. Intervensi senjata yaitu
beberapa senjata yang ditemukan oleh pemerintah di daratan Yaman maupun
perairan Somalia diketahui berasal dari Iran dari pencocokan nomor serial senjata
tersebut. Selain itu, adanya intervensi propaganda berupa dukungan Iran untuk
Houthi yang disampaikan melalui media-media lokal maupun internasional
menjadi propaganda keterlibatan Iran dengan Hotuhi. Hal tersebut secara tidak
langsung telah mencampuri urusan dalam negeri dan mengganggu stabilitas
keamanan nasional Yaman. Pemerintah Yaman melihat Iran sebagai ancaman
untuk meneruskan poliitik penyebaran Syiah di Timur Tengah.
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2130
Di sisi lain, pemutusan hubungan diplomatik Yaman dan Iran secara tidak langsung
mempertegas keberpihakan Yaman dalam perang proksi Arab Saudi dan Iran di
Timur Tengah. Keputusan pemutusan hubungan diplomatik diambil sebagai cara
untuk memperkecil pengaruh Iran atas masalah internal Yaman terkait konfliknya
dengan Houthi.dan memperjelas peran Iran di Yaman.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dukungan Iran terhadap Houthi dan perang
proksi antara Iran dan Arab Saudi menjadi alasan diambilnya keputusan pemutusan
hubungan diplomatik antara Yaman dan Iran tahun 2015-2017.
Daftar Pustaka
Buku
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi Antara Teori Dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Kansil, C.S.T. 1989. Hubungan Diplomatik Republik Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Roy, S.L. 1991. Diplomasi. Jakarta: CV. Rajawali
Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jurnal Online
Khan, Taimur “Weapons seizures show Iran ‘arms pipeline’ to Yemen’s Houthi
rebels” dalam http://www.thenational.ae/world/middle-east/weapons-seizures-
show-iran-arms-pipeline-to yemenshouthi-rebels 16 Maret 2017
Internet
Agestu, Ike “AS Peringatkan Iran Tak Kirim Senjata Ke Yaman” dalam
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150422140904-120
48442/as-peringatkan-irantak-kirim-senjata-ke-yaman/ diakses pada 26
September 2017
Abdullah, Khaled ” If Yemen's Houthis weren't Iranian proxies before, they could
be soon dalam https://www.pri.org/stories/2017-03-25/if-yemens-houthis
werent-iranian-proxies-they-could-be-soon diakses pada 3 Desember 2018
“Bahrain and Yemen, the first two dan Iran outside the states of the region”
dalam http://www.alriyadh.com/1088082 diakses pada 27 Februari 2017
Charbonneau, Louis & Michelle Nichols “Arms Ship Seized by Yemen May Have
Been Somalia Bound dalam http://www.reuters.com/article/us-somalia-arms-
un/exclusive-arms-ship-seized by-yemen-may-have-been-somalia-bound-u-n-
idUSBRE96101E20130702 diakses pada 14 September 2017
Pemutusan Hubungan Diplomatik Yaman dan Iran 2015-2017 (Devi Nila Sari)
2131
Chivers, CJ. and Eric Schmitt “Arms Seized Off Coast of Yemen Appear to Have
Been Made in Iran” dalam
https://www.nytimes.com/2017/01/10/world/middleeast/yemen-iran-weapons
houthis.html?_r=0 diakses pada 17 Maret 2017
Decision making process coplin-model resume” dalam
https://www.academia.edu/3700867/Decission_making_proses_coplin_-
_model_resume diakses pada 27 Januari 2019
“Conflicting news about severing Yemeni-Iranian relations” dalam
http://www.aljazeera.net/news/arabic/2015/10/2/يمن قطع-ال ته-ي ران-عالق إي -ب
دعمها ين-ل ي الب ق diakses pada 23 Februari 2017 االن
Ghavani, Raman “Blaming Saudi Arabia for the war in Yemen is doing nothing to
achieve peace-we need to understand iran’s key role in the conflict,” dalam
https://www.independent.co.uk/voices/yemen-war-saudi-arabia-iran-houthi
rebels-un-peacetalks-ceasefire-conflict-a8644681.html diakses pada 30 Januari
2019
Hussein, Mehmood, “Saudi Intervention in Yemen and its impact on Saudi’s
economy” dalam http://foreignpolicynews.org/2016/12/11/saudi-intervention-
yemen-impact-saudis-economy/ diakses pada 6 Desember 2018
“Hubungan Yaman-Iran dan dampaknyaa terhadap Keamanan teluk Persia(1)”
dalam http://almezmaah.com/2013/12/21/ات عالق ية-ال ن يم ية-ال ران رها-اإلي -وأث
ي diakses pada 17 November 2016 /ف
Iran Kirim Kapal Ke Perairan Dekat Yaman” dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/04/150408_iran_kapal_yaman
diakses pada 16 Maret 2017
Juneau, Thomas, “Iran’s Policy Toward the Houthis in Yemen: A Limitied Return on
a Modest Investment” dalam
https://www.researchgate.net/publication/3020692 diakses pada 26 Januari
2019
Jurnal Asia, “Yaman Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Iran” diakses dar
http://www.jurnalasia.com/2015/10/06/yaman-putuskan hubungan
diplomatik-dengan-iran/ tanggal 20 januari 2016
Khan, Taimur “Weapons seizures show Iran ‘arms pipeline’ to Yemen’s Houthi
rebels” dalam http://www.thenational.ae/world/middle-east/weapons-seizures-
show-iran-arms-pipeline-to yemenshouthi-rebels 16 Maret 2017
Landry, carole, ‘Iran arming Yemen’s Houthi rebels since 2009: UN report’, Middle
East Eye, 1 http://www.middleeasteye.net/news/iran-arming-yemens-huthi-
rebels-2009-un-report 1170499355 diakses pada 26 Januari 2019
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, Nomor 4, 2018: 1918-1932
2132
Mohammed, Mohammed Abdullah “Reading in the march of Yemeni relations –
Iran” dalam http://araa.sa/index.php?view=article&id=2788:2014-08-01
21-03-48&Itemid=172&option=com_content diakses pada 10 November
2016
Mudallali, Amal ‘The Iranian sphere of influence expands into Yemen’, Foreign
Policy,” http://foreignpolicy.com/2014/10/08/the-iranian-sphere-of-influence
expands-into-yemen/ diakses pada 26 Januari 2019
“Prior to Irinian’s visit to Yemen, Iran supports unity and stability”,dalam
http://www.yobserver.com/local-news/10016372.html, diakses pada
tanggal 20 April 2016
“Prospek Krisis Politik di Yaman” dalam
http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/92398prospek-krisis-politik-di-
yaman diakses pada 14 September 2017
Sofyan, M, “Yaman Berencana Putus Hubungan Diplomatik dengan Iran” dalam
http://www.dakwatuana.com/2015/05/14/68630/yaman-berencana-putus
hubungan-diplomatik dengan-iran/ diakses pada tanggal 23 Februari 2016
Torommah, Hassem, ”How Iran’s Financing Of Houthi Rebels In Yemen Has
Prolonged The War” dalam http://www.themedialine.org/featured/how-irans
financing-of-houthi-rebels-in yemen-has-prolonged-the-war/ diakses pada 13
Januari 2019
Qiang, Huo “ Yemen Cuts Diplomatic Relations With Iran : Spokesman” dalam
http://news.xinhuanet.com/english/2015-10/02/c_134680607.htm diakses
pada tanggal 18 Mei 2016
John Xenakis, ‘Iran brags that Sana’a is the fourth Arab capital they control’,National
Yemen,27 Sept. 2014, http://nationalyemen.com/2014/09/27/iran-brags-that-
sanaa-is-the-fourth arab-capital-they-control/ dikases pada 26 Januari 2019
“Yemeni President Says Iran Funding Shiite rebels” dalam
https://www.alarabiya.net/articles/2009/10/19/88539.html diakses pada 31
Mei 2017
“Yemen seizes Iranian-made weapons in rebel caches,” dalam
https://www.alarabiya.net/articles/2009/08/22/82582.html diakses pada 5 Juni
2017
Yemen Post Staff, “Peaceful Approaches to Yemen Conflict 'Don't Work,'” dalam
http://www.yemenpost.net/Detail123456789.aspx?ID=3&SubID=1672
diakses pada 31 Mei 2017