Tutorial 2 Senin

Post on 12-Aug-2015

83 views 6 download

Tags:

transcript

Tutorial 2

KELO

MPO

K 4

Tutor :Prof.dr.Hj.Soebaktiningsih. DTMH,MSc,SpParK,

Anggota :1.Indah Kholisatul H (9020089 )2.Aisyah Rizki Nirmala H (201110330311098)3.Meta Shofia (201210330311006)4.Adhi Candra Q (201210330311027)5.Saidah Rahmat. A (201210330311035)6.Miratunnisa Azzahrah (201210330311041)7.Nuzulul Nindya Kirana (201210330311069) 8.Azmilla Nurrachmalia Adha (201210330311071)9.Rifki Muhammad (201210330311076) 10.Rayyan (201210330311084)11.Sandilaga Putra Panggalih (201210330311103)12.Silvia Aruma Lestari (201210330311104)13. Alfiah Fuarfi Hana Putri (201210330311110)14.Tanty Tunjung Sari (201210330311116)

Obatnya Sama Tapi Bentuk Sediaannya Beda-Beda ????....

Firman, seorang mahasiswa kedokteran semester 2,

mengantar adik perempuannya, Anita, yang berusia 5 tahun ke UGD

karena sesak nafas. Sesak nafas sudah dialami Anita sejak sore hari.

Nafasnya cepat, berbunyi ngik-ngik, sebelumnya didahului dengan

batuk dan pilek. Sebetulnya ibu sudah memberikan obat sesak per-

oral dalam bentuk elixir yang sering diresepkan dokter tiap kali asma

Anita kambuh. Namun sudah dua kali obat tersebut diminum,

sesaknya tak kunjung reda. Anita memang menderita asma sejak

usia 2 tahun ini.

Di UGD, dokter jaga memeriksa Anita dengan cepat dan teliti. Anita

segera mendapat pengobatan dengan obat inhalasi yang diberikan lewat

nebulizer. Sambil menunggui adiknya, Firman termenung, ia teringat pelajaran

farmakokinetik yang ia baca kemarin. Ternyata benar, untuk mencapai suatu efek

terapi, obat bisa diberikan lewat beberapa rute dan berbagai bentuk sediaan. Tapi

untuk apa ya, dan apa bedanya?? Di buku ia pernah membaca bahwa tiap rute

mempunyai perjalanan/nasib sendiri, mulai absorbsi, distribusi, metabolisme dan

ekskresi, sehingga masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, antara

lain dlam hal onset, bioavaibilitas, half-life, duration of action, peak effect, AUC

(Area Under Curve), extraction ratio, maupun efek samping yang bisa muncul.

Firman sendiri juga menderita asma dan rutin menggunakan obat inhaler dua

bulan ini setelah sebelumnya ia mengalami sesak berat yang menyebabkan saat

itu ia harus rawat inap dan mendapat obat secara injeksi.

Setelah sesak Anita reda, Anita pun diperkenankan

pulang, dan dokter memberikan tambahan obat oral dan

turbuhaler untuk diberikan di rumah. Dokter memilih

obat dengan sangat hati-hati mengingat penderita adalah

anak-anak yang memiliki profil kinetik yang berbeda

dengan orang dewasa. Tak lupa dokter juga menjelaskan

bagaimana cara pakai obat yang benar dan hal-hal lain

yang dapat mempengaruhi proses absorbsi obat.

Keyword

• Anak 5 tahun• Asma• Farmakokinetik• Rute obat• Bentuk sediaan obat

Klarifikasi Istilah

• Batuk : salah satu cara tubuh untuk membersihkan saluran pernafasan dari lendir atau bahan dan benda asing yang masuk (Sylvia, Wilson,2006).

• Pilek : infeksi virus pada alat pernapasan atas seperti hidung dan tenggorokan (Ahmad, 2001).

• Obat per-oral : obat yang dimasukkan melalui mulut(Ambarwati, Eny Ratna, 2010).

• Elixir : cairan jernih manis, mengandung alkohol, biasanya berupa cairan hidroalkoholik yang mengandung bahan penyedap dan kadang-kadang bahan obat yang aktif. (Dorland, 2002)

• Asma : suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas (Widyatama, 2004)

• Obat inhalasi : obat yang diberikan dengan cara dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya(Ratna, 2008).

• Nebulizer : alat untuk merubah cairan (obat) menjadi uap yang sangat halus agar bisa dihisap ke dalam saluran pernafasan dan paru-paru(Dorland,2002).

• Efek samping : segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan (David, 2005).

• Absorbsi : proses yang terjadi dari waktu obat masuk ke dalam tubuh hingga obat masuk ke dalam aliran darah untuk disirkulasikan (Jimmy, 2004).

• Distribusi : transfer obat dari darah ke jaringan atau organ lain (Rudi Siahaan, 2000).

• Metabolisme : proses dimana enzim mengkatalisa perubahan kimia obat menjadi lebih polar (metabolit) shg mudah diekskresikan (Safitri, 2013).

• Bioavaibilitas : kadar obat aktif di sirkulasi (Safitri, 2013).

• Onset : mula kerja obat atau waktu yang dibutuhkan sejak obat diberikan sampai dengan timbul efek (Safitri, 2013).

• Durasi : lama kerja obat atau waktu yang dibutuhkan sejak timbul efek sampai dengan efek hilang (Safitri, 2013).

• Peak effect : efek puncak atau waktu yang dibutuhkan sejak timbul efek sampai dengan efek maksimal (Safitri, 2013).

• Turbuhaler : obat inhalasi yang biasanya berupa serbuk di dalam botolnya, dan pemakaiannya dihirup (Prastiti, Dyah, 2007).

• Farmakokinetik adalah salah satu lingkup bahasan farmakologi yang mempelajari dan mengkarakterisasi nasib obat di dalam tubuh mulai dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi (

• Area Under Curve : Digunakan sebagai ukuran paparan obat dari konsentrasi obat dan waktu sehingga memberikan ukuran seberapa banyak dan berapa lama obat dalam tubuh (Zaky,2010).

• Half life : Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi (Santoso, 1985).

• Bentuk sediaan obat : sediaan yang mengandung satu atau beberapa zat berkhasiat, umumnya di masukkan dalam suatu vehikulum (Vehicle) yang di perlukan untuk formulasi hingga di dapat suatu produk yang siap di minum atau di pakai oleh penderita (Ida,2011).

• Efek terapi : suatu respon tubuh dari hasil pemberian terapi (Anita, 2009).

• Extraction ratio : besarnya konsentrasi obat yang di kurangi selama terjadi metabolisme (Harison, 1998)

• Profil Kinetik : pengaruh obat pada terminologi seperti bioavailbilitas, onset, durasi dan peak effect pada tubuh (Safitri, 2013).

Rumusan Masalah1. Mengapa obat secara oral kurang efektif

dibandingkan pemberian obat secara inhalasi ?2. Mengapa Anita diberi tambahan obat oral dan

turbuhaler untuk digunakan di rumah ?3. Mengapa profil kinetik anak-anak berbeda dengan

orang dewasa?4. Apa sajakah hal-hal yang dapat mempengaruhi

proses absorbsi obat?5. Bagaimana perbedaan rute obat?6. Bagaimanakah hubungan antara bentuk sediaan

obat dengan efek terapi yang di timbulkan?

Hipotesis1. Obat secara oral kurang efektif bila di bandingkan dengan

inhalasi karena mekanisme kerja obat oral di dalam tubuh lebih rumit dan lebih lama, sedangkan inhalasi lebih cepat terjadi absorbsi karena permukaan absorbsinya luas sehingga menbuat obat cepat sampai di organ target.

2. Karena dalam kasus ini keadaan Anita sudah gawat , sehingga dibutuhkan sediaan obat yang onsetnya lebh cepat.

3. Karena faktor usia , organ metabolisme pada anak-anak belum siap menerima dosis tinggi obat.

4. Luas permukaan absorbsi, pH ditempat absorbsi, kondisi perut yang kosong, ukuran partikel obat,

5. Perbedaan rute tiap masing-masing obat tergantung pada faktor-fator yang mempengaruhi proses berjalannya obat di dalam tubuh dan juga tergantung pada fungsi dan tujuan terapi di berikan.

6. Efek yang timbul dari pemberian obat tergantung pada sediaan yang di berikan, misalnya saja obat yang di berikan dalam bentuk peroral, maka efek terapi yang di timbulkan akan lebih lama bila di bandingkan dengan pemberian injeksi, karena obat yang di berikan secara peroral melalui proses yang cukup lama dalam mencapai organ target, sedangkan bila injeksi, Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat didalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.

Peta Konsep

Anita 5 Tahun

Sesak napas

Batuk dan pilek

Diberi obat per-oral

Tidak kunjung reda

Dibawa ke UGD

Diperiksa Dokter

Diberi inhalasi nebulizer Sesak mereda

Diberi obat oral dan turbuhaler

Pulang

Firman, mahasiswa FK, penderita asma

Teringat pelajaran farmakologi

Faktor farmakokinetik

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

Bentuk Sediaan obat

Kelemahan dan kelebihan

Onset Bioavaibilitas Half-life

Duration of action

Peak effect AUC Extraction

RatioEfek

samping

Rute Obat

Masuk dalam Tubuh

Narasi

Anita

PembahasanPada skenario dijelaskan bahwa Firman dan

Anita mengidap penyakit asma, mereka diberi beberapa obat dengan sediaan yang berbeda, diantaranya bentuk inhalasi, oral dan injeksi. Obat-obat tersebut memiliki rute farmakokinetik masing-masing. Suatu obat yang diminum per oral akan melalui tiga fase: farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik, obat berubah menjadi larutan sehingga dapat menembus membrane biologis. Jika obat diberikan melalui rute subkutan, intramuscular, atau intravena, maka tidak terjadi fase farmaseutik.

Fase kedua, yaitu farmakokinetik, terdiri dari empat proses (subfase):absorpsi, distribusi, metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi. Dalam fase farmakodinamik, atau fase ketiga, terjadi respons biologis atau fisiologis. Inhalasi adalah proses melalui paru-paru. Inhalasi hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap. Misalnya anestesi umum dan obat lain yang dapat diberikan dalam bentuk aerosol.

Absorbsi terjadi melalui epitel paru dan mukosa saluran nafas. Absorbsi terjadi secara cepat karena permukaan absorbsinya luas, tidak mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Metode ini lebih sulit dilakukan, memerlukan alat dan metode khusus, sukar mengaturya dosis dan sering mengiritasi paru. Namun inhalasi jauh lebih efektif bila di bandingkan obat oral. Injeksi merupakan sediaan yang diberikan secara parenteral. Ada 3 rute yang utama yaitu : intravascular, intramuskular, dan subkutan. Sediaan injeksi merupakan sediaan yang memiliki onset paling cepat dibandingkan dengan sediaan oral.

Pembahasan Bentuk Sediaan Obat• Pada skenario dijelaskan bahwa Firman dan

Anita mengidap penyakit asma, mereka diberikan beberapa obat dengan sediaan yang berbeda, diantaranya bentuk inhalasi, oral dan injeksi. Anita yang masih berumur 5 tahun diberi bentuk sediaan obat per-oral dan per-inhalasi. Sedangkan Firman diberi obat per-inhalasi dan per-injeksi. Pemberian obat pada Anita dalam bentuk per-oral dimaksudkan agar Anita yang masih anak-anak nyaman menggunakannya.

• Namun, karena pemberian obat per-oral tidak lagi mampu menangani sesak Anita, maka dokter memberi obat bentuk inhalasi karena obat bentuk inhalasi lebih mudah dan cepat masuk ke dalam sirkulasi dibanding obat bentuk per-oral.

• Firman diberi obat bentuk injeksi karena pada saat itu Firman mengalami sesak berat sehingga diperlukan obat yang lebih cepat lagi untuk masuk sirkulasi lalu meredakan sesaknya.

Selain bentuk sediaan obat yang dijelaskan diskenario ada beberapa jenis sediaan obat lain yaitu :Obat padat, obat setengah padat dan obat cair. Obat padat contohnya adalah bentuk pulvis, pulveres, capsul, tablet, pil, dan kaplet. Obat setengah padat contohnya adalah bentuk sapo, gel, cream, pastae, unguentum dan linientum. Obat cair contohnya adalah bentuk syrup, obat tetes mata dan tetes telinga.

Kesimpulan

Setiap sediaan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, tergantung fungsi dan tujuan terapi yang di butuhkan oleh pasien.

LO• Mahasiswa mampu memahami dan menjekaskan :1. Bentuk sediaan obat : a. Padat (Tablet,kaplet, pil,kapsul, pulvis, pulvers,) b. Cair (Sirup, ampul, Elixir, emulsi, suspensi, vial) c. Setengah padat ( Salep, cream, pasta dan gel)2. Rute masing-masing sediaan obat : a. Sistemik : peroral dan parenteral(IV, IM,SC dan IP). b. Topikal : dermal, inhalasi, suppositoria dan mukosa.3. Kelemahan dan kelebihan bentuk sediaan dan rute obat 4. Faktor-faktor farmakokinetik.

Bentuk Sediaan Obat

Untuk faktor farmakokinetik dari skenario di atas, obat yang diberikan oleh dokter adalah obat peroral. Obat mulai masuk dalam tubuh lewat mulut hingga sampai di lambung. Di lambung obat ada yang terabsorbsi dan ada yang diteruskan ke usus halus. Obat yang berada di usus halus lalu menuju hepar dan ada juga yang menuju vena portal, sisanya obat dimetabolisme oleh usus. Obat yang berada di hepar, mengalami first pass, kemudian sisanya menuju ke jantung, apabila ada obat yang tidak aktif akan diekskresi menuju ginjal dan ada yang masuk ke saluran empedu kemudian masuk ke usus halus. Obat yang sudah berada di jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi sistemik. Sedangkan obat yang berada di usus halus bisa dimetabolisme kembali dari obat yang sebenarnya tidak aktif menjadi aktif, kemudian masuk ke sirkulasi kembali. Obat yang sudah tidak aktif lalu diekskresi dan menuju usus besar.

• kemudian obat memasuki usus halus, obat mulai terabsorbsi dan mengalami first pass metabolisme, lalu sisanya menuju ke hepar. Di hepar obat terabsorbsi kemudian masuk ke jantung dan dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh sehingga masuk dalam sirkulasi tubuh melalui sistem sirkulasi sistemik. Obat yang tidak masuk ke jantung termetabolisme kembali dan menuju ke usus halus untuk didistribusikan melalui sistem sirkulasi sistemik. Pada pembuluh darah adanya protein plasma akan mengikat beberapa obat sedangkan sisanya akan terdistribusi ke jaringan / organ target kemudian akan mengalami metabolisme di hepar, paru-paru, dan GIT lalu kemudian di ekskresikan di ginjal dalam feces dan urine.

Enterala.OralPemberian obat melalui mulut atau pemberian obat per-oral adalah cara pemberian obat yang paling sering, tetapi juga paling bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorpsi dilambung, namun diduodenum merupakan jalan masuk utama kesirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya yang lebih besar. Lalu obat masuk ke hati kemudian di sirkulasikan ke seluruh tubuh termasuk ke organ target.Sebelumnya dokter memberi resep obat elixir oral karena mengingat usia Anita yang masih anak-anak yang biasanya lebih tertarik pada rasa-rasa yang bervariasi. Namun setelah diberi elixir sesaknya tak kunjung reda hingga akhirnya di UGD Anita diberi obat inhalasi lewat nebulizer.

Onset Inhalasi• Onset yang didapatkan cara penggunaan obat secara

inhalasi lebih cepat dibandingkan obatnoral, karena rute obat inhalasi tidak melalui first pass metabolisme, hal tersebut dikarenakan obat oral harus berikatan dengan plasma protein yg terdapat di dalam perncernaan, oleh karena itu onset obat inhalasi lebih cepat dibandingkan dengan obat oral.

• Obat inhalasi yang masuk dalam hidung akan langsung menuju paru – paru - alveolus - pembuluh kapiler – arteri pulmonalis – jantung – keseluruh tubuh.

• Dengan rute tersebut obat dapat lebih cepat mencapai target.

Peak effect

• Peak effect lebih cepat tercapai dibandingkan obat oral

Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau

kombinasi faktor-faktor ini dapat digunakan

untuk menghitung dosis anak dari dosis

dewasa.

Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau

kombinasi faktor-faktor ini dapat digunakan

untuk menghitung dosis anak dari dosis

dewasa.

Untuk perhitungan dosis , usia anak dibagi dalam beberapa kelompok usia sbb :•Sampai 1 bulan Neonatus•Sampai 1 tahun Bayi•Anak 1-5 tahun•Anak 6-12 tahun

Untuk perhitungan dosis , usia anak dibagi dalam beberapa kelompok usia sbb :•Sampai 1 bulan Neonatus•Sampai 1 tahun Bayi•Anak 1-5 tahun•Anak 6-12 tahun

USIAUSIA

BERAT BADANBERAT BADAN

• Untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg

• Akan tetapi , perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan berat badan saja, seringkali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil

• Untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg

• Akan tetapi , perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan berat badan saja, seringkali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil

LUAS PERMUKAAN TUBUHLUAS PERMUKAAN TUBUH

Lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomen fisik lebih erat hubungannya

dengan luas permukaan tubuh

Lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomen fisik lebih erat hubungannya

dengan luas permukaan tubuh

• Pada usia ekstrim ini terdapat perbedaan respons yang terutama

disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik

tubuh, yaitu :

1. Fungsi biotransformasi hati (terutama glukurodinasi dan juga

hidroksilasi).

2. Fungsi ekskresi ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli) yang hanya

60-70% dari fungsi ginjal dewasa.

3. Kapasitas ikatan protein plasma (terutama albumin) yang rendah

4. Sawar darah-otak serta sawar kulit yang belum sempurna.

• Pada usia ekstrim ini terdapat perbedaan respons yang terutama

disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik

tubuh, yaitu :

1. Fungsi biotransformasi hati (terutama glukurodinasi dan juga

hidroksilasi).

2. Fungsi ekskresi ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli) yang hanya

60-70% dari fungsi ginjal dewasa.

3. Kapasitas ikatan protein plasma (terutama albumin) yang rendah

4. Sawar darah-otak serta sawar kulit yang belum sempurna.

Dengan demikian diperoleh kadar obat yang tinggi

dalam darah dan jaringan. Di samping itu terdapat

peningkatan sensitivitas reseptor terhadap

beberapa obat. Akibatnya terjadi respon yang

berlebihan atau efek toksik pada dosis yang biasa

diberikan berdasarkan perhitungan luas permukaan

tubuh.

Dengan demikian diperoleh kadar obat yang tinggi

dalam darah dan jaringan. Di samping itu terdapat

peningkatan sensitivitas reseptor terhadap

beberapa obat. Akibatnya terjadi respon yang

berlebihan atau efek toksik pada dosis yang biasa

diberikan berdasarkan perhitungan luas permukaan

tubuh.

1. Hindarkan penggunaan sulfonamid, aspirin,

heksaklorofen, morfin, barbiturat IV.

2. Untuk obat-obat lain : gunakan dosis yang

lebih rendah dari dosis yang dihitung

berdasarkan lua permukaan tubuh.

1. Hindarkan penggunaan sulfonamid, aspirin,

heksaklorofen, morfin, barbiturat IV.

2. Untuk obat-obat lain : gunakan dosis yang

lebih rendah dari dosis yang dihitung

berdasarkan lua permukaan tubuh.

Perubahan respons pasien usia lanjut

disebabkan oleh banyak faktor, yakni :

Perubahan respons pasien usia lanjut

disebabkan oleh banyak faktor, yakni :

1. Penurunan Fungsi Ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli)

1. Penurunan Fungsi Ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli)

• Merupakan perubahan faktor farmakokinetik yang terpenting. Penurunan filtrasi glomerulus sekitar 30% pada usia 65 tahun.

• Perubahan farmakoknetik lainnya adalah penurunan kapasitas metabolisme beberapa obat, berkurangnya kadar albumin plasma (sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas), pengurangan berat badan dan cairan tubuh serta penambahan lemak tubuh (sehingga dapat mengubah distribusi obat), dan berkurangnya absorpsi aktif.

• Merupakan perubahan faktor farmakokinetik yang terpenting. Penurunan filtrasi glomerulus sekitar 30% pada usia 65 tahun.

• Perubahan farmakoknetik lainnya adalah penurunan kapasitas metabolisme beberapa obat, berkurangnya kadar albumin plasma (sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas), pengurangan berat badan dan cairan tubuh serta penambahan lemak tubuh (sehingga dapat mengubah distribusi obat), dan berkurangnya absorpsi aktif.

2. Perubahan Faktor-Faktor Farmakodinamik2. Perubahan Faktor-Faktor Farmakodinamik

Yakni peningkatan sensitifitas reseptor, terutama

reseptor di otak (terhadap obat-obat yang bekerja

sentral), dan penurunan mekanisme homeostatic

kardiovaskular (terhadap obat-obat antihipertensi).

Yakni peningkatan sensitifitas reseptor, terutama

reseptor di otak (terhadap obat-obat yang bekerja

sentral), dan penurunan mekanisme homeostatic

kardiovaskular (terhadap obat-obat antihipertensi).

3. Adanya berbagai penyakit3. Adanya berbagai penyakit

4. Penggunaan Banyak Obat4. Penggunaan Banyak Obat

Sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya

interaksi obat. Akibatnya, sering terjadi respons yang

berlebihan atau efek toksik serta berbagai efek samping

bila mereka mendapat dosis yang biasa diberikan kepada

penderita dewasa muda.

Sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya

interaksi obat. Akibatnya, sering terjadi respons yang

berlebihan atau efek toksik serta berbagai efek samping

bila mereka mendapat dosis yang biasa diberikan kepada

penderita dewasa muda.

1. Berikan obat yang hanya betul-betul diperlukan. Bila diperlukan efek plasebo, berikan plasebo yang sesungguhnya.

2. Pilih obat yang memberikan rasio manfaat risiko paling menguntungkan bagi pasien usia lanjut, dan tidak berinteraksi dengan obat lain atau penyakit lain pada pasien yang bersangkutan.

3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh dari dosis yang diberikan kepada pasien dewasa muda.

1. Berikan obat yang hanya betul-betul diperlukan. Bila diperlukan efek plasebo, berikan plasebo yang sesungguhnya.

2. Pilih obat yang memberikan rasio manfaat risiko paling menguntungkan bagi pasien usia lanjut, dan tidak berinteraksi dengan obat lain atau penyakit lain pada pasien yang bersangkutan.

3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh dari dosis yang diberikan kepada pasien dewasa muda.

4. Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan respons klinik pasien, dan bila perlu memonitor kadar obat dalam plasma pasien. Dosis pemeliharaan yang tepat pada umumnya lebih rendah daripada dosis untuk pasien dewasa muda

5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien

6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien dan hentikan obat yang tidak diperlukan.

4. Selanjutnya sesuaikan dosis obat berdasarkan respons klinik pasien, dan bila perlu memonitor kadar obat dalam plasma pasien. Dosis pemeliharaan yang tepat pada umumnya lebih rendah daripada dosis untuk pasien dewasa muda

5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien

6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien dan hentikan obat yang tidak diperlukan.

Besarnya dosis dapat diperkirakan dari berat

badan pasien, indeks terapi obat, dan cara

eliminasi obat.

Besarnya dosis dapat diperkirakan dari berat

badan pasien, indeks terapi obat, dan cara

eliminasi obat.

Daftar Pustaka

• Ahmad, 2001. Rute Obat. Bandung : Nugraha Indah• Ambarwati. 2010 Dunia Obat dan Farmasi. :

Medicsains• David. 2005, Terapi Obat. Surabaya: Gresinda Press• Farmakologi UI, 2007. Jakarta : Badan penerbit FK UI• Jimmy, Perdana. 2009. Manusia dan Obat, Bandung :

Graha Pustaka• Prastiti, Dyah. 2007. Farmasi Dasar. Bandung : Graha

Cakrawala

• Sylvia, Wilson. 2006 Patofisiologi Kedokteran. EGC

• Widyatama. 2009 Respirasi Anak. Grassindo