+ All Categories
Home > Documents > --maidah-22332-1-15-maid-)

--maidah-22332-1-15-maid-)

Date post: 06-Jul-2018
Category:
Upload: desi
View: 215 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
74
i Skripsi ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF NATRIUM BENZOAT, BORAKS DAN FORMALIN DALAM BERBAGAI MAKANAN OLAHAN YANG TERDAPAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR KECAMATAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR OLEH : MAIDAH H311 10 009 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSI TAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
Transcript
Page 1: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 1/73

i

Skripsi

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF NATRIUM BENZOAT,

BORAKS DAN FORMALIN DALAM BERBAGAI MAKANAN OLAHANYANG TERDAPAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR KECAMATAN

TAMALANREA KOTA MAKASSAR

OLEH :

MAIDAH

H311 10 009

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 2/73

ii

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF NATRIUM BENZOAT,

BORAKS DAN FORMALIN DALAM BERBAGAI MAKANAN OLAHAN

YANG TERDAPAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR KECAMATAN

TAMALANREA KOTA MAKASSAR

Skr ipsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

melakukan peneli tian tugas akhi r untuk memperoleh gelar Sarjana sains

Oleh :

MAIDAH

H311 10 009

MAKASSAR

2015

Page 3: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 3/73

iii

Page 4: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 4/73

iv

karya ini kupersembahkan

untuk kedua orang tuaku yang tidak pernah lelah

mendukungku dan berjuang demi tercapainya cita citaku.

aku belum mampu meberikan kalian apapun tapi

suatu saat aku akan mengukir senyum indah di bibir kalian.

Semoga ini menjadi awal kebahagiaan bagi kalian.........

Page 5: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 5/73

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala  atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam kita haturkana kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad

Shalallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga beliau dan para sahabatnya yang telah

membimbing kita dari masa kejahiliaan menuju masa kebenaran sehingga kita bisa

istiqomah di jalannya. 

Skripsi yang berjudul ” Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Natrium

Benzoat, Boraks Dan Formalin Dalam Berbagai Makanan Olahan Yang

Terdapat Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota

Makassar “Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya penulis

haturkan kepada kedua orang tua tercinta Abdullah dan Maemunnah atas segala

limpahan kasih, pengorbanan, jerih payah, kesabaran, ketabahan serta do,a dan

motivasi yang mereka berikan kepada penulis demi tercapainya cita-cita dan

harapan penulis. Terima kasih juga kepada adik-adikku tersayang Salmah,

Ardiansyah, dan Yeningsih atas dukungan, motivasi dan do’anya selama ini. 

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada

Dr. H. Syarifuddin Liong, MS selaku pembimbing utama dan Drs. H. L. Musa

Ramang, M.Si selaku pembimbing pertama atas segala segala bantuan beliau,

waktu, kesempatan, tenaga, do’a serta pikiran selama penyusunan hingga

terselesainya penelitian dan skripsi ini.

Page 6: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 6/73

vi

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan

 penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1.  Prof. Dr. H. Hanapi Usman, MS., selaku Dekan Fakultas Fakultas Matematika

Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. beserta stafnya yang

telah memberikan bantuan dan kemudahan selama mengikuti pendidikan.

2.  Dr. Indah Raya, M.Si selaku ketua jurusan kimia Fakultas Matematika Dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

3.  Dr. H. Syarifuddin Liong, MS selaku dosen pembimbing akademik.

4. 

Dr. Hasnah Natsir, M.Si selaku koordinator penguji yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih ibu atas segala kritik dan

saran yang membangun dari ibu.

5.  Dr. Yusafir Hala, M.Si selaku anggota penguji yang juga telah banyak

membantu penulis selama ini, kritik dan saran dari bapak sangat membangun

sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kritik dan saran

dari bapak juga menjadi bahan evaluasi bagi penulis, sekali lagi terima bapak

atas perhatian bapak kepada skripsi penulis ini.

6.  Dr. Muhammad Zakir, M.Si selaku sekertaris penguji terima kasih bapak atas

motivasi dan dukungannya selama ini.

7.  Bapak/ibu dosen dan pegawai jurusan kimia yang senantiasa memberikan ilmu

dan membantu penulis sehingga dapat mencapai gelar sarjana.

8.  Analis-analis kimia: kak fiby, kak anty, ibu tiny, pak icang, pak ikbal dan pak

sugeng yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam laboratorium

dan menyelesaikan penelitiannya.

9.  Teman-teman pondok Al-Ikhlas yang telah kuanggap debagai saudara ku

sendiri: lily, aliyah, fitri, muti, kak hikmah, indra, risna, dina, eka, dan kak isti

Page 7: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 7/73

vii

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, perasaan dan bahkan dana demi

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsinya

10.  Teman-teman 2010: rahmah, amel, sukma, chanci, tuti, ismy, putri, riska,

fitriani yang telah banyak memberikan motivasi, bantuan dan dukungannya

kepada penulis selama ini.

11.  Teman-teman UKM LDK MPM UNHAS yang telah memberikan dukungan,

 bantuan dan motivasi kepada penulis, ukhuwah yang kalian berikan kepada

 penulis tidak bisa dinilai dan dihargai dengan apapun di dunia ini

12. 

Kakak senior yang sangat membantu dalam memberikan dorongan dan

kekuatan kepada penulis untuk menjadi orang yang lebih dewasa.

13.  Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas semoga selalau dalam

lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan segala amalan yang mereka lakukan

dicatat sebagai pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga pada saat hari

 penghisapan pahalanya menjadi pemberat timbangan amalan kebaikan mereka.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat

keterbatasan dalam hal pengalaman dan pengetahuan sehingga dalam penulisan

skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi perbaikan kualitas penulisan penulis kedepannya.

Akhir kata penulis sangat berharap dengan adanya penulisan ini dapat memberikan

manfaat dan ilmu pengetahuan bagi pembaca terutama bagi ibu-ibu rumah tangga

yang tidak terlalu memperhatikan jajanan yang dimakan oleh anak-anak mereka di

sekolahnya.

Page 8: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 8/73

viii

Akhirnya penulis hanya dapat mendo’akan, semoga segala yang dilakukan

 baik itu amalan hati maupun amalan jasad mendapatkan Ridho Allah Subhanahu wa

Ta’ala dan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh 

Penulis

2015

Page 9: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 9/73

ix

ABSTRAK

Maidah.  Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Natrium Benzoat, Boraks dan

 Formalin dalam Berbagai Makanan Olahan yang Terdapat di Lingkungan Sekolah

 Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar  (supervised by Syarifuddin Liong

and Musa Ramang)

Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kadar natrium benzoat dalam kecap

yang ada di lingkungan sekolah dasar kecamatan tamalanrea kota Makassar dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri digunakan untuk

menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang

didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Analisis penentuan kadar

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 223,4 nmmenunjukkan bahwa kecap Merk A memiliki konsentrasi sebesar 660,79 mg/kg

dengan standar deviasi 0,3699 sedangkan kecap Merk B sebesar 1462,9 mg/kg

dengan standar deviasi 0,4381 dan kecap Merk C sebesar 1117,79 mg/kg dengan

standar deviasi 0,2419, kandungan natrium benzoat dalam kecap ini tidak sesuai

dengan persyaratan standar menteri kesehatan RI tanggal 20 September 1988

 Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan pangan, batas maksimum

 penggunaan natrium benzoat dalam kecap adalah 600 mg/kg.

Kata kunci : natrium benzoat, kecap, spektrofotometer UV-Vis

Page 10: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 10/73

x

ABSTRACT

Maidah. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Natrium Benzoat, Boraks dan

 Formalin dalam Berbagai Makanan Olahan yang Terdapat di Lingkungan Sekolah

 Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar  (supervised by Syarifuddin Liong

and Musa Ramang)

This study had conducted determining of the sodium benzoate contents in soy sauce

that is in the neighborhood of elementary school, districts of Tamalanrea, Makassar

using UV-Vis spectrophotometer. Spectrophotometer uses to determine the

composition of a sample both quantitatively and qualitatively based on the

interaction between matter and light. Determination analysis of content uses UV-

Vis spectrophotometer by a wavelength of 223.4 nm showed that the samples of soysauce brand A has a concentration of 660.79 mg/kg with a standard deviation of

0.3699 whereas soy sauce brand B amounting 1462.9 mg/kg with a standard

deviation of 0.4381 and soy sauce brand C amounted 1117.79 mg/kg with a

standard deviation of 0.2419, the content of sodium benzoate in soy sauces aren’t

accordance with the standard requirements of the health minister of Indonesia on 20

September 1988 Number: 722 / Menkes / Per / IX / 88 on food additives, maximum

use of sodium benzoate in ketchup is 600 mg / kg.

Keywords: sodium benzoate, soy sauce, UV-Vis spectrophotometer

Page 11: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 11/73

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1  Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2  Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3  Maksud dan Tujuan Penelitian ......................................................... 4

1.4  Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

2.1 Tinjauan Umum Tentang Pangan ..................................................... 5

2.1.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan ..................................... 6

2.1.2 Fungsi Tambahan Pangan....................................................... 7 

2.1.3 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan ............................... 8 

2.2 Tinjauan tentang Bahan Pengawet Makanan.................................... 10 

2.2.1 Natrium benzoat ..................................................................... 12 

2.2.2 Boraks .................................................................................... 16

2.2.3 Formalin ................................................................................. 19

Page 12: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 12/73

xii

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 24 

3.1 Bahan Penelitian ............................................................................... 24 

3.2 Alat Penelitian .................................................................................. 24 

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 24 

3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................... 24 

3.4.1 Tekhnik Pengambilan Sampel ....................................................... 24

3.4.2 Uji kualitatif Zat Pengawet dalam makanan ................................. 25 

3.4.2.1 Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat 0,1 N ................. 25

3.4.2.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05 M.................................... 25

3.4.2.3 Standarisasi Larutan NaOH 0,05 M .................................. 25 

3.4.2.4 Pembuatan Pereaksi Asam Kromatopat ............................ 25

3.4.2.5 Uji Senyawa Boraks .......................................................... 26

3.4.2.6 Uji Senyawa Formalin....................................................... 26

3.4.2.7 Uji Senyawa Asam benzoat .............................................. 26

3.4.3 Uji kualitatif Zat Pengawet dalam makanan ................................. 27

3.4.3.1 Pembuatan Larutan Induk Asam Benzoat 100 ppm .......... 27

3.4.3.2 Pembuatan Larutan Baku 100 ppm ................................... 27

3.4.3.3 Pembuatan Deret Larutan Standar Kerja........................... 27

3.4.4 Uji Kuantitasi Asam Benzoat dalam Makanan ............................. 28

BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................. 29

4.1 Metode Penelitian ............................................................................. 29

4.2 Analisis Kualitatif Zat Pngawet ........................................................ 31

4.3 Analisis Kuantitatif Zat Pngawet ...................................................... 33

Page 13: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 13/73

xiii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 35

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 35

5.2 Saran ................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 14/73

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis penggolongan bahan tambahan pangan yang diizinkan

 penggunaannya ..................................................................................... 8

Tabel 2. Jenis bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan penggunaannya

dalam bahan makanan .......................................................................... 9

Tabel 3. Batasan penggunaan zat adiktif yang tidak menimbulkan resiko/bahaya

 jika dikomsumsi oleh manusia ............................................................. 11

Tabel 4.  Variasi zat pengawet sintetis yang biasa digunakan sebagai bahan

tambahan pangan .................................................................................. 12

Tabel 5. Batas maksimum penggunaan asam benzoat dan turunannya dalam

 bahan makanan ..................................................................................... 14

Tabel 6.  Hasil Analisis Kualitatif Senyawa Benzoat, Boraks dan Formalin

Dalam Berbagai Sampel yang Ada di Sekitar Lingkungan Sekolah

Dasar yang Ada di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar ................ 31

Tabel 7.  Hasil Analisis Kualitatif terhadap adanya Natrium Benzoat dalam

Beberapa Sampel Kecap ....................................................................... 32

Tabel 8.  Konsentrasi narium benzoat dalam produk jajanan yang ada di

lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar .... 34

Page 15: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 15/73

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kimia Natrium benzoat ................................................... 13

Gambar 2. Metabolisme asam benzoat dalam tubuh ...................................... 15

Gambar 3. Struktur kimia boraks ................................................................... 17

Gambar 4.  Struktur formaldehid .................................................................. 19

Gambar 5. Reaksi antara asam benzoat dengan besi (III) klorida ................. 32

Page 16: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 16/73

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.  Pembuatan Pereaksi..................................................................................... 40

2.  Uji Kualitatif Zat Pengawet dalam Makanan ............................................. 42

3.  Uji Kuantitasi Natrium Benzoat dalam Makanan ....................................... 44

4.  Gambar Hasil Penelitian Uji Nyala untuk Boraks ...................................... 46

5.  Perhitungan Kadar Natrium Benzoat dalam Cuplikan Sampel ................... 49

6. 

Penetapan Kadar Natrium Benzoat dengan Batas Ketangguhan ................ 53

Page 17: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 17/73

xvii

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR SINGKATAN

BPOM = Badan Pengawas Obat dan Makanan

BTM = Bahan Tambahan Makanan

PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa

ILO = International Labour Organisation

WHO = World Health Organization

UNEP = United Nations Environment Programme

DNA = Deoxyribonucleid Acid

RNA = Ribo Nuklead Acid

IARC = International Agency for Research on Cancer

EPA = Eicosapentaenoic acid  

Dinkes = Dinas Kesehatan

FAO = food and agriculture organization

Menkes = Menteri Kesehatan

MSG = monosodium glutamate

 pH = Derajat Asam

 ppm = part per million

PSU = Primary Sampling Unit

WHO = World Health Organization

UV-Vis = Ultraviolet Visible

SNI = Standar Nasional Indonesia

Page 18: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 18/73

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya melalui peningkatan

 pendidikan dan ilmu pengetahuan, tetapi juga ditentukan oleh kualitas pangannya.

Undang Undang no. 7 tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang

dikomsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah aman, bergizi,

 bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aman yang dimaksud

mencakup bebas dari pencemaran biologis, mikrobiologi, logam berat dan

 pencemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan

kesehatan manusia (Anonim, 2008)

Pengawetan konvensional sudah sejak dulu digunakan seperti pengeringan,

 penggaraman, pembekuan, serta fumigasi dan sampai sekarang masih digunakan 

walaupun hasil yang didapatkan kurang memuaskan karena hasil yang diperoleh

sedikit sedangkan kebutuhan manusia akan pangan sangat besar sehingga para

 peneliti mencari alternatif baru untuk menyeimbangkan produksi pangan dengan

kebutuhan manusia. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan

 penelitian-penelitian sehingga muncullah ide untuk menggunakan pengawetan

sintetis.

Bahan tambahan atau zat aditif yang digunakan dalam makanan semakin

meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan dan keberhasilan dalam

mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah

diperoleh, Penambahan zat aditif ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang

 perlu untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran.

Page 19: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 19/73

2

Salah satu bahan tambahan pangan yang digunakan adalah bahan pengawet

(Siaka, 2009).

Bahan pengawet ini boleh digunakan tetapi dalam jumlah yang

sedikit/sesuai ambang batas yang diperbolehkan karena jika jumlahnya melebihi

ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Tetapi dengan meningkatnya

 pertumbuhan industri makanan di Indonesia, telah terjadi peningkatan produksi

makanan yang beredar di masyarakat sehingga banyak makanan/jajanan yang

 beredar dipasaran mengandung bahan pengawet yang melampaui ambang batas

seperti natrium benzoat bahkan sudah tidak asing lagi ditemukan banyak zat-zat

 berbahaya yang langsung dicampur sebagai bahan tambahan makanan, seperti

 boraks dan formalin (Triastuti dkk, 2013). 

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 722/MenKes/Per/IX/88

tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), boraks dan formalin termasuk bahan yang

 berbahaya dan beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai BTP

(Triastuti dkk, 2013).

Mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium benzoat tidak

 berakibat buruk secara langsung, tetapi akan menumpuk sedikit demi sedikit karena

diserap dalam tubuh apalagi jika jumlah yang dikonsumsi melebihi batas

 penggunaannya. Begitupun boraks dan formalin, tetapi penggunaan boraks dan

formalin ini sendiri lebih berbahaya karena pada dasarnya kedua bahan ini bukanlah

 bahan pengawet makanan melainkan untuk pengawet mayat (formalin) dan

 pengawet kayu (boraks) seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung

 boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal (Triastuti dkk, 2013).

Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah

di 478 sekolah dasar di 26 ibukota propinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel

Page 20: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 20/73

3

sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa jenis

 jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar, es mambo, lolipop, mie siap konsumsi, bakso,

dan kudapan (bakwan, tahu isi, dsb). Hasil penelitian ini menunjukkan 6% mie

menggunakan formalin, dan kurang dari 8% bakso menggunakan boraks.

Di Kelurahan Tamalanrea Kota Makassar terdapat tiga Sekolah Dasar

yang saling berdekatan dan berada diantara pemukiman penduduk. Di setiap

sekolah banyak pedagang yang menjual berbagai macam jajajnan mulai dari harga

Rp. 500,- sampai dengan harga ± Rp. 10.000,- . Siswa sekolah selalu ingin

mencoba jajanan yang dijajakan namun mereka tidak pernah memperhatikan

kandungan jajanan yang mereka makan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis

untuk melakukan penelitian tentang analisis dan penentuan kadar natrium benzoat,

 boraks dan formalin dalam berbagai makanan olahan yang terdapat di lingkungan

sekolah dasar kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas rumusan masalah dari penelitian ini

adalah : 

1.  Apakah makanan yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan

Tamalanrea Kota Makassar mengandung bahan pengawet (boraks, natrium

 benzoat dan formalin)?

2.  Berapakah kadar zat pengawet yang terkandung dalam berbagai jenis makanan

yang dijual di lingkungan sekolah dasar kecamatan Tamalanrea kota Makassar

mengandung bahan pengawet natrium benzoat ?

Page 21: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 21/73

4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1  Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian adalah untuk menganalisis dan menentukan

konsentrasi zat pengawet dalam berbagai makanan olahan yang ada di lingkungan

sekitar sekolah dasar kota Makassar.

1.3.2  Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 

1.  Mengetahui jenis pengawet yang terkandung dalam berbagai jenis makanan

yang ada di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

2.  Mengetahui konsentrasi pengawet yang terkandung dalam berbagai jenis

makanan yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota

Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah untuk : 

1.  Untuk menjadi bahan pertimbangan untuk memilih bahan jajanan yang ada di

lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

2.  Memberikan informasi kepada masyarakat dampak negatif penggunaan

 pengawet dalam bahan makanan.

Page 22: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 22/73

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

 pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik

yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

 pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan pembuatan makanan atau minuman (Anonim, 2013)

Salah satu contoh pangan yang sering digunakan manusia adalah makanan

 jajanan. Makanan jajanan atau  street food menurut FAO ( Food and Agriculture)

adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki

lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan

atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Keunggulan

makanan jajanan adalah murah, mudah didapat, rasanya enak dan cocok dengan

selera kebanyakan masyarakat. Ada empat kelompok makanan jajanan yaitu

makanan utama/main dish, makanan panganan/snack, minuman dan buah-buahan

segar (Noorhamdani dkk, 2011).

Makanan jajanan ( street food ) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun dipedesaan. Badan Pusat

Statistik (2004) menunjukkan bahwa perilaku jajan lebih banyak ditemui di daerah

 perkotaan (90%) daripada dipedesaan (78%). Hal ini dimungkinkan karena

semakin sempitnya waktu bagi keluarga di kota besar untuk menyiapkan makanan-

minuman sendiri (Noorhamdani dkk, 2011).

Page 23: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 23/73

6

2.1.1  Pengertian Bahan Tambahan Pangan

Menurut dewan komisi perlindungan makanan pangan dan gizi, aditif

makanan dapat didefinisikan sebagai sebuah bahan atau campuran zat selain bahan

makanan dasar yang ditambahkan dalam makanan dan terlibat dalam proses

 produksi, pengolahan, penyimpanan, atau kemasan (Branen dkk, 2002).

Menurut codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim

dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses

 pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memilki nilai gizi dan ada yang tidak ada.

Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, tekstur, bentuk, cita dan rasa, serta

memperpanjang masa simpan (Saparinto dan Hidayati, 2006).

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang (Saparinto dan Hidayati, 2006) :

1.  tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan dan bukan merupakan ingredient

makanan,

2. 

mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,

3.  sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk memdukung proses

 pembuatan, pengolahan, penyimpanan, perlakuan, pengepakan,

 pengemasan, penympanan, dan pengangkutan makanan,

4.  tidak mencakup cemaran atau bahan yang ditambahkan dengan tujuan untuk

mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.

Menurut Depkes RI (2004) yang dikutip oleh Sari (2010), pada dasarnya

 persyaratan bahan tambahan pangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1.  Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksikologi

2.  Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang

diperlukan dalam penggunaanya.

Page 24: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 24/73

7

3.  Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika

 perlu sesuai dengan perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi

4.  Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah

ditetapkan.

5.  Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika

maksud penggunaan tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara

ekonomis dan teknis.

6.  Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi agar makanan tertentu dengan

maksud tertentu dan kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin

tetapi masih berfungi seperti yang dikehendaki.

Timbulnya bakteri dalam bahan makanan dapat menghasilkan enzim yang

aktif, sehingga dapat mengubah komposisi makanan dengan cara menghidrolisis

 pati, sellulosa atau dapat memfermentasikan gula sedangkan mikroba lainnya dapat

menghidrolisis lemak, sehingga terbentuk bau tengik atau merusak protein yang

menghasilkan bau bususk. Beberapa mikroba tersebut dapat membentuk lender,

gas, busa, warna yang menyimpang, asam, racun, dan lain-lain (Patong, 2013).

2.1.2  Fungsi Bahan Tambahan pangan

Menurut Ratnani, 2009 fungsi bahan tambahan pangan antara lain, adalah :

1. 

sebagai pengawet pangan dengan cara mencegah pertumbuhan dan aktivitas

mikroba perusak pangan (menahan proses biokimia) atau mencegah terjadinya

reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan,

2.  untuk membuat makanan itu dapat diproduksi secara massal

3.  menjadikan pangan lebih baik dan menarik sehingga menambah dan

merangsang timbulnya selera makan,

4.  meningkatkan kualitas pangan dan menghemat biaya.

Page 25: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 25/73

8

2.1.3  Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

a.  Bahan Tambahan Pangan yang Diizinkan

Berdasarkan Peraturan MENKES RI No. 033 tahun 2012 penggolongan

BTP yang diperbolehkan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis penggolongan bahan tambahan pangan yang diizinkan penggunaannya.

No Jenis BTP SNI

1

2

34

5

6

7

8

9

10

11

1213

14

15

16

17

18

1920

21

22

23

24

25

2627

28 

Anti Buih

Anti Kempal

Anti OksidanBahan Pengkarbonasi

Bahan Pengemulsi

Gas Untuk Kemasan

Humektan

Pelapis

Pemanis

Pemanis Buatan

Pembawa (Carrier )

Pembentuk GelPembuih

Pengatur Keasaman

Pengawet

Pengembang

Pengemulsi

Pengental

PengerasPenguat Rasa

Peningkat Volume

Penstabil

Pretense Warna

Perisa Alami

Pewarna Alami

Pewarna SintetisPropelan

Sekuestran

404-471

170-553

300-321290

331-576

290-941

325-1518

901-905

420-968

950-961

444-1521

400-440415-465

170-578

200-1105

500-1420

170-1451

263-1451

327-578620-635

325-1442

170-1451

504-528

-

100-171

102-155941-944

585-577

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan

Tambahan Pangan

Page 26: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 26/73

9

b.  Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan

Berdasarkan Peraturan MENKES RI No.003 Tahun 2012 penggolongan

BTP yang tidak diperbolehkan adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Jenis bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan penggunaannyadalam bahan makanan.

No Nama Bahan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

1718

19 

Asam borat dan senyawanya (Boric acid)

Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)

Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)

Dulsin ( Dulcin)

Formalin (Formaldehyde)

Kalium bromat (Potassium bromate)

Kalium klorat ( Potassium chlorate)

Kloramfenikol (Chloramphenicol)

Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)

 Nitrofurazon (Nitrofurazone)

Dulkamara (Dulcamara)

Kokain (Cocaine)

 Nitrobenzen (Nitrobenzene)

Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)

Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)

Biji tonka (Tonka bean)

Minyak kalamus (Calamus oil)

Minyak tansi (Tansy oil)

Minyak sasafras (Sasafras oil) 

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang BahanTambahan Pangan

Page 27: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 27/73

10

2.2 Tinjauan Tentang Bahan Pengawet Makanan

 Food additive atau aditif makanan telah banyak digunakan di Indonesia

tetapi peraturan penggunaan bahan tersebut belum ada. Joint FAO dan WHO

expert committee on food additives mendefinisikan “ food additive” adalah zat-zat

yang tidak mempunyai nilai gizi yang ditambahkan pada makanan dalam jumlah

kecil untuk memperbaiki rasa, bau, tekstur atau sifat-sifat selama penyimpanan

(Patong, 2013).

Salah satu  Food Additive yang ditambahkan dalam makanan adalah bahan

 pengawet. Bahan pengawet merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang

 paling tua penggunaannya (Patong, 2013). Pengawet makanan merupakan bahan

yang sangat penting dalam peningkatan kualitas dan produksi makanan olahan. Hal

ini disebabkan karena dengan adanya bahan pengawet yang ditambahkan dalam

makanan dapat memperpanjang umur simpan makanan tersebut (KÜÇÜKÇET‹N dkk ,

2008).  Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 033 tahun 2012, Pengawet

( Preservative) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mencegah

atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya

terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Bahan tambahan makanan ini ditambahkan ke dalam makanan yang mudah

rusak, atau makanan yang disukai sebagai medium tumbuhnya bakteri atau jamur.

Apabila pemakaian bahan pegawet dan dosisnya tidak diatur dan diawasi,

kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik yang

 bersifat langsung misalnya keracunan maupun yang bersifat tidak langsung

misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik

(Sella, 2013). Batasan penggunaan bahan pengawet yang tidak menimbulkan

resiko/bahaya jika dikomsumsi oleh manusia dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

Page 28: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 28/73

11

Tabel 3.  Batasan penggunaan zat adiktif yang tidak menimbulkan resiko/bahaya

 jika dikomsumsi oleh manusia

No Jenis BTP pengawet SNI

1 Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid

and its salts):-  Asam sorbat (Sorbic acid)

-  Natrium sorbat (Sodium sorbate)

-  Kalium sorbat ( Potassium sorbate)

-  Kalsium sorbat (Calcium sorbate)

200201202203 

2 Asam benzoat dan garamnya ( Benzoic acid

and its salts):-  Asam benzoat ( Benzoic acid)

-   Natrium benzoat (Sodium benzoate)

Kalium benzoat ( Potassium benzoate)-  Kalsium benzoat (Calcium benzoate )

210211

2122133 Etil para-hidroksibenzoat ( Ethyl para-

hydroxybenzoate)

214

4 Metil para-hidroksibenzoat ( Methyl para

hydroxybenzoate) 218

5 Sulfit (Sulphites):-  Belerang dioksida (Sulphur dioxide)

-   Natrium sulfit (Sodium sulphite )

-   Natrium bisulfit (Sodium bisulphate)

-   Natrium metabisulfit (Sodium

metabisulphite) -  Kalium metabisulfit ( Potassium

metabisulphite)

-  Kalium sulfit ( Potassium sulphite)

-  Kalsium bisulfit (Calcium bisulphite)

-  Kalium bisulfit ( Potassium bisulphite)

220221222223

224225227228

6 Nisin 2347 Nitrit ( Nitrites):

Kalium nitrit ( Potassium nitrite)

 Natrium nitrit (Sodium nitrite)

249250

8 Nitrat ( Nitrates):

 Natrium nitrat (Sodium nitrate)Kalium nitrat ( Potassium nitrate)

251252

9 Asam propionat dan garamnya ( Propionic

acid and its salts):Asam propionat ( Propionic acid)

 Natrium propionate (Sodium propionate)

Kalsium propionate (Calcium propionate)

Kalium propionate ( Potassium propionate)

280281282283

10 Lisozim hidroklorida ( Lysozyme

hydrochloride)

1150

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang BahanTambahan Pangan

Page 29: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 29/73

12

Beberapa zat pengawet yang telah diperkenankan oleh USA Food and Drug

 Administration  dan Code Of Federal Regulation  seperti dalam Tabel berikut

(Patong, 2013):

Tabel 4.  variasi zat pengawet sintetis yang biasa digunakan sebagai bahantambahan pangan

Zat pengawet Konsentrasi yang diperbolehkan

Kalsium propionat

 Natrium propionatKalium sorbat

 Natrium sorbatAsam propionat

Asam benzoat

Metil parabenzoat

Propil parabenzoat

 Natrium nitrit

 Natrium nitrat

Asam asetat

Propilena oksida

Etilena oksida

sulfit 

-

--

0,1 %0,1 %

-

0,1 %

0,1 %

0,1 %

500 ppm

200 ppm0,4 gal/1000 gal. Anggur

0,14 ga,/100 ml Anggur0,12 g/100 ml anggur lain

300 ppm cocoa, gum, starch

Residu tidak boleh 50 ppm

Menurut GMP (Good Manufacturing

Practices)

Sumber : Patong, 2013

2.2.1  Natrium Benzoat

2.2.1.1 Pengertian Natrium Benzoat

 Natrium benzoat (C6H5COONa) merupakan garam atau ester dari asam

 benzoat secara komersial yang dibuat dengan sintesis kimia. Natrium benzoat

termasuk zat pengawet organik yang berwarna putih, tanpa bau, bubuk Kristal atau

serpihan. Sifat fisiknya adalah lebih larut dalam air dan juga dapat larut dalam

alkohol (Nurhayati dkk, 2012).

Page 30: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 30/73

13

Struktur kimia Natrium benzoat seperti pada gambar 1(wati dan guntarti,

2012):

Gambar 1. Struktur kimia Natrium benzoat

Sifat-sifat asam benzoat dan garamnya adalah sebagai berikut: berat molekul

122,12, pH larutan 2,8, kelarutan dalam air 1,7 g/L sedangkan garamnya sangat

mudah larut LD 50 pada tikus per oral adalah 7,36 g/kg, pada kucing dan anjing

2 g/kg. Pada manusia dengan berat badan 67 kg sebanyak 50 g tidak menimbulkan

efek. Pemberian dosis besar akan menimbulkan nyeri lambung, mual dan muntah

(Ratnani, 2009).

Menurut Peraturan kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2013 batas penggunaan asam benzoat dan garamnya

(natrium benzoat, kalium benzoat, dan kalsium benzoat) dalam bahan makanan

adalah 0-5 mg/kg berat badan.

Asam benzoat, natrium benzoat, asam parahidro benzoat dan turunannya

merupakan kristal putih yang dapat ditambahkan secara langsung ke dalam

makanan atau dilarutkan terlebih dahulu di dalam air, oleh karena itu lebih sering

digunakan dalam bentuk garamnya yaitu natrium benzoat (Patong, 2013).

Benzoat yang digunakan dalam makanan akan lebih efektif bila makanan

itu asam, sehingga sebagai pengawet banyak digunakan dalam sari buah-buahan,

 jeli, sirup dan makanan lainnya yang mempunyai pH rendah (2,5-4,0)

(Patong, 2013). Asam benzoat dan natrium benzoat juga biasanya dimanfaatkan

untuk mengawetkan jus buah, sirup apel, makanan yang mudah rusak, minuman

Page 31: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 31/73

14

 berkarbonasi, produk tepung yang dimasak, salad saus, salad margarin, saus tomat,

 buah, selai, dan jeli (Delavar dkk, 2012).

Tabel 5. Batas maksimum penggunaan asam benzoat dan turunannya dalam bahanmakanan

No. Kategori

Pangan

Kategori Pangan Batas Maksimum

(mg/kg)

01.7

04.1.2.8

04.1.2.9

04.2.2.5

04.2.2.6

12.6 

Makanan pencuci mulut berbahandasar susu (misalnya puddingyoghurt berperisa atau yoghurtdengan buah)Bahan baku berbasis buah meliputi

 bubur buah, pure, topping  buah dansantan kelapaMakanan pencuci mulut(dessert )berbasis buah termasukmakananpencuci mulut berbasis air

 berflavor buahPure dan produk oles sayur,kacangdan biji-bijian (misalnyaselai kacang)Bahan baku dan bubur ( pulp) sayur,kacang dan biji-bijian (misalnya

makanan pencuci mulut dan saussayur, sayur bergula) tidaktermasuk produk dari kategori04.2.2.5Saus dan produk sejenis

200

1000

200

500

500

1000 

Sumber : Peraturan kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

 Nomor 36 Tahun 2013

2.2.1.2  Toksisitas Natrium Benzoat

Pengkonsumsian natrium benzoat secara berlebihan dapat menyebabkan 

keram perut, rasa kebas dimulut bagi orang yang lelah. Pengawet ini memperburuk

keadaan juga bersifat akumulatif yang dapat menimbulkan penyakit kanker dalam

 jangka waktu panjang dan ada juga laporan yang menunjukkan  bahwa pengawet ini

dapat merusak sistem syaraf. Menurut WHO, 2000 Bagi penderita asma dan orang

yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat sehingga konsumsi

dalam jumlah berlebih akan mengiritasi lambung (Manurung, 2012).

Page 32: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 32/73

15

Efek asam benzoat dan garamnya bagi kesehatan adalah sebagai berikut :

Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalisis oleh enzim  syntetase 

Dan pada reaksi kedua dikatalisis oleh enzim acytransferase. Asam hipurat yang

disimpan dalam hati kemudian dieksresikan melalui urin. Jadi, di dalam tubuh tidak

terjadi penumpukan asam benzoat sisa asam benzoat yang tidak dieksresikan

sebagai asam hipurat, dihilangkan toksisitasnya berkonjugasi dengan asam

glukoronat dan dieksresi melalui urin. Pada penderita asma dan orang yang

menderita urticarial sangat sensitive terhadap asam benzoat, jika dikonsumsi dalam

 jumlah besar akan mengiritasi lambung (Cahyadi, 2006).

Asam Benzoat Benzoyl CoA

Asam Hipurat

Gambar 2. Metabolisme asam benzoat dalam tubuh

Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan

 bahan pengawet bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang

 bersifat patogen yang dapat menyebabkan gangguan keracunan atau ganggguan

kesehatan lainnya maupun mikroba yang nonpatogen yang dapat menyebabkan

kerusakan bahan pangan (Cahyadi, 2006)

C –   CoA + AMP PPIO

COCH + ATP + CoA 

Benzoyl CoA + glycine CO NH CH COOH + CoA

Page 33: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 33/73

16

2.2.1.3  Kegunaan Natrium Benzoat

 Natrium Benzoat memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang dapat

menghambat pertumbuhan kapang dan khamir dengan cara menghancurkan sel-sel

mikroba terutama kapang (Nurhayati dkk, 2012).

Dalam industri makanan natrium benzoat, kalium sorbat dan natrium nitrit

sering digunakan sebagai pengawet. Sodium benzoat adalah pengawet yang banyak

digunakan dalam industri makanan. Hal ini digunakan sebagai agen antijamur,

untuk pengawet margarin, jus, dan permen. Komisi Eropa membatasi untuk

 penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat dalam makanan adalah 0,015-0,5%

(Stanojevic dkk, 2009).

2.2.2 Boraks

2.2.2.1 Pengertian Boraks

Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq, pada awalnya dikenal

memiliki aktivitas sebagai bahan antiseptik yang digunakan sebagai bahan

 pembersih, pengawet kayu, dan herbisida (Winarno dkk, 1994 dalam Azas, Q. S.,

2013). Boraks merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang

digunakan di dalam makanan. Larangan penggunaan boraks juga diperkuat adanya

Permenkes RI No. 11688/MENKES/PER/ X/1999 menyatakan bahwa salah satu

 bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah boraks

(Amelia dkk, 2014) dan peraturan menteri kesehatan RI

 No.722/Menkes/Per/IX/1988, boraks merupakan salah satu jenis bahan tambahan

 pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan (Suhendra, 2013).

Teridentifikasinya boraks pada makanan-makanan tersebut dapat kita

rasakan pula perbedaannya dengan makanan yang tidak menggunakan boraks,

contohnya pada tahu, makanan tersebut terasa kenyal dan tidak mudah hancur,

Page 34: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 34/73

17

 bagian dalam tahu terlihat berongga karena tidak padat dan teksturnya sangat

 bagus, tetapi hal tersebut tidak mutlak dan hanya sebagai perkiraan saja

(Triastuti dkk, 2013).

Gambar 3. Struktur kimia boraks

Sumber : Widayat, 2011 

Menurut Medikasari, 2003 dalam Pane dkk, 2012, hal ini terjadi selain

karena kurangnya pengetahuan para produsen juga karena harga pengawet yang

khusus digunakan untuk industri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga

 pengawet yang khusus digunakan untuk makanan maupun minuman. Sesuai

dengan Permenkes RI No. 1168 Tahun 1999 dalam Pane dkk, 2012 tentang Bahan

Tambahan Makanan, di dalam makanan tidak boleh terkandung bahan tambahan

makanan berbahaya seperti boraks.

2.2.2.2 Toksisitas Boraks

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta

 berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit

karena diserap dalam tubuh. Seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung

 boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal (Triastuti dkk, 2013).

Adapun dampak buruk bagi kesehatan dari boraks dapat menyebabkan

iritasi saluran cerna yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, muntah, mual, diare,

 penyakit kulit, diikuti dengan terkelupasnya kulit ari. Gejala lebih lanjut ditandai

dengan badan menjadi lemah, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan  shock  

Page 35: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 35/73

18

dan kematian bila tertelan 5-10 g boraks (Suhendra, 2013).

Makanan yang mengandung boraks dapat menyebabkan dampak negatif

 bagi tubuh dimana pada dosis tertinggi yaitu 10-20 g/kg berat badan orang dewasa

dan 5g/kg berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian.

Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 g/kg berat badan orang dewasa dan

kurang dari 5 g/kg berat badan anak-anak, jika sering dikonsumsi akan

menumpuk/terakumulasi pada jaringan tubuh di otak, hati, lemak dan ginjal yang

 pada akhirnya dapat memicu terjadinya kanker (Pane dkk, 2012).

Menurut Yuliarti, 2007 dalam Pane dk., 2012, menyebutkan bahwa orang

dewasa dapat meninggal dunia apabila mengonsumsi asam borat sebanyak 15-25 g,

sedangkan anak-anak 5-6 g. Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung

 beberapa jam hingga seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis

toksik. Gejala klinis keracunan boraks biasanya ditandai dengan sakit perut sebelah

atas, muntah, mencret, sakit kepala, penyakit kulit berat, sesak nafas dan kegagalan

sirkulasi darah, tidak nafsu makan, dehidrasi, koma dan jika berlangsung terus

menerus akan mengakibatkan kematian.

2.2.2.3 Kegunaan Boraks

Menurut Aminah dan Himawan, 2009 dalam Widayat, 2011, tentang

 boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida atau asam

 borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan biasa

digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak,

larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga

digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas, bahan pelicin porselin, pengawet

kayu dll. Boraks bersifat antiseptik sehingga sering dimanfaatkan sebagai

 pengawet, sekaligus sebagai pengenyal makanan (Silalahi dkk, 2010).

Page 36: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 36/73

19

Asam borat dan boraks telah lama digunakan sebagai aditif dalam berbagai

makanan. Sejak asam borat dan boraks diketahui efektif terhadap ragi, jamur dan

 bakteri, sejak saat itu mulai digunakan untuk mengawetkan produk makanan.

Selain itu, kedua aditif ini dapat digunakan untuk meningkatkan elastisitas dan

kerenyahan makanan serta mencegah udang segar berubah menjadi hitam

(Widayat, 2011).

2.2.3 Formalin

2.2.3.1 Pengertian Formalin

Menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto

Kardono, formalin pada mulanya berbentuk padat dengan sebutan formaldehida

atau istilah asingnya ditulis formaldehyde. Zat yang sebetulnya banyak memiliki

nama lain berdasarkan senyawa campurannya ini memiliki senyawa CH2O yang

reaktif dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air dia

disebut formalin yang memiliki rumus kimia CH2O (Singgih, H., 2013).

Gambar 4.  Struktur formaldehid

Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah

satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah

mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai

 pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah semakin

meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang

tidak dilarang (Hastuti, 2010).

Menurut Effendi, 2004 dalam Cahyadi, 2006 formalin adalah larutan

formaldehid (30-40%) dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dari

Page 37: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 37/73

20

kelompok aldehid. Formalin merupakan antiseptik untuk membunuh bakteri dan

kapang, dalam konsentrasi rendah 2%-8% digunakan untuk mengawetkan mayat

dan spesimen biologi lainnya.

Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan, bahkan

merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang orang yang

mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan

 bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan

akibatnya (Hastuti, 2010).

2.2.3.2 Toksisitas Formalin

Formalin mempunyai fungsi sebagai antibacterial agent dapat

memperlambat aktivitas bakteri dalam makanan yang mengandung banyak protein,

maka formalin bereaksi dengan protein dalam makanan dan membuat makanan

menjadi awet. Tapi ketika masuk kedalam tubuh manusia, maka bersifat mutagenik

dan karsiogenik yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker dan cacatnya gen pada

tubuh (Singgih, 2013).

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan

manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan

hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan

kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan

formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat

karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan fungsi sel

dan jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur

darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebababkan adanya

kegagalan peredaran darah (Hastuti, 2010).

Page 38: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 38/73

21

Adapun, efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa

 beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir

saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi

membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada

makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit

 perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau

kegagalan peredaran darah (Hastuti, 2010).

2.2.3.3 Kegunaan Formalin

Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia

kedokteran, misalnya sebagai pengawet mayat atau hewan untuk keperluan

 penelitian. Formalin banyak digunakan sebagai desinfektan untuk pembersih lantai,

kapal, gudang, dan pakaian, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan

sayuran, serta sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya. Formalin sangat

mudah diserap melalui saluran pernapasan dan pencernaan (Noorhamdani dkk,

2011).

Penggunaan formalin dimaksudkan untuk memperpanjang umur

 penyimpanan, karena formalin adalah senyawa antimikroba serbaguna yang dapat

membunuh bakteri, jamur bahkan virus. Selain itu interaksi antara formaldehid

dengan protein dalam pangan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh dalam waktu

yang lama dan untuk beberapa produk pangan seperti tahu, mie basah, ikan segar,

memang dikehendaki oleh konsumen (Hastuti, 2010). Formalin dapat masuk lewat

mulut karena mengkonsumsi makanan yang diberi pengawet formalin. Jika

akumulasi formalin kandungan dalam tubuh tinggi, maka bereaksi dengan hamper

semua zat di dalam sel. Ini akibat sifat oksidator formalin terhadap sel hidup

(Hastuti, 2010).

Page 39: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 39/73

22

Dampak yag dapat terjadi tergantung pada berapa banyak kadar formalin

yang terakumulasi dalam tubuh. Semakin besarkadar yang terakumulasi, tentu

semakin parah akibatnya. Mulai dari terhambatnya fungsi sel hingga menyebabkan

kematian sel yang berakibat lanjut berupa kerusakan pada organ tubuh. Di sisi lain

dapat pula memicunya pertumbuhan sel-sel yang tak wajar berupa sel-sel kanker.

Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis

tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna

seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan

adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan resiko

kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil

akibat paparan formalin melalui hirupan (Hastuti, 2010).

Dalam tubuh, jika terakumulasi dalam jumlah besar, formalin merupakan

 bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh

tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga

menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan

 pada tubuh. Akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan

 berbagai keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah, diare, serta alergi.

Bahkan bisa menyebabkan kanker, karena formalin bersifat karsinogenik.Formalin

termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA. Golongan I adalah yang sudah pasti

menyebabkan kanker, berdasarkan uji lengkap, sedangkan golongan IIA baru taraf

diduga, karena data hasil uji pada manusia masih kurang lengkap (Hastuti, 2010).

Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat (EPA) dan lembaga

internasional untuk penelitian kanker (IARC) menggolongkan formalin sebagai

senyawa yang bersifat karsinogen. Formalin akan mengacaukan susunan protein

atau RNA sebagai pembentuk DNA di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA

Page 40: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 40/73

23

kacau maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu

 prosesnya memakan waktu yang lama, tetapi cepat atau lambat jika tiap hari tubuh

kita mengonsumsi makanan yang mengandung formalin maka kemungkinan

terjadinya kanker juga sangat besar (Hastuti, 2010).

Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke

luar bersama cairan tubuh. Itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di

dalam darah. Tetapi, imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya

formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah, sangat mungkin formalin

dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan

(Hastuti, 2010).

Menurut IPCS ( International Programme on Chemical Safety), lembaga

khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang

mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi, secara umum

ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Sementara formalin

yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5

mg hingga 14 mg per hari.Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas

tersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh

manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau

 jangka pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung

atau tertelan (Hastuti, 2010). 

Page 41: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 41/73

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah makanan olahan

yang ada di sekitar sekolah dasar di makassar, formalinp.a (merck), aluminium foil,

 boraks p.a (merck), asam benzoat p.a (merck), NaClp.a (merck), akuades, asam oksalat

 p.a (merck), kurkumin p.a (merck), NaOH p.a (merck) dan HCl p.a (merck), dietil eter p.a,

FeCl3 p.a (merck), NH3  p.a (merck), H2SO4  p.a (merck), methanol p.a (merck), asam

kromatropat p.a (merck), kertas saring, tissue dan indikator Phenolftalein (PP). 

3.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat gelas yang biasa

digunakan dalam laboratorium (pyreks), neraca analitik (shimadzu AW220), tanur (Muffle

Furnace Type 6000), cawan porselin, blender, oven (type SPNISOSFD), sendok tanduk,

spektrofotometer UV-Vis, furnace, buret, labu ekstraksi pelarut, pemanas listrik, penangas

air, corong pisah, batang pengaduk, dan labu semprot. 

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2014 - selesai di

Laboratorium Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Hasanuddin.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1  Tekhnik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau sampling

random/probability sampling, di mana setiap unit populasi memiliki kesempatan

yang sama untuk diambil sebagai sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian

ini adalah sampel makanan jadi. Sebelum pengambilan sampel sebelumnya

Page 42: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 42/73

25

dilakukan investigasi terlebih dahulu untuk mengetahui tempat penjualan dan

sampel yang dikhawatirkan mengandung bahan pengawet berbahaya. Perlakuan

awal yang dilakukan sebelum sampel diuji di dalam laboratorium adalah dengan

menyimpannya selama beberapa hari, jika makanan yang disimpan melebihi batas

waktu yang diperbolehkan dan makanan yang disimpan masih bagus maka sampel

makanan inilah yang nantinya akan diuji di dalam laboratorium yaitu pengujian

secara kualitatif.

3.4.2  Uji kualitatif zat pengawet dalam makanan

3.4.2.1 

Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat 0,1 N

Asam oksalat ditimbang sebanyak 0,225 g, dimasukkan ke dalam labu

takar. Setelah itu, dilarutkan dengan sedikit akuades dan setelah larut dihimpitkan

hingga tanda batas dan dihomogenkan.

3.4.2.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05 N

 NaOH ditimbang sebanyak 0,201 g, kemudian dimasukkan kedalam labu

takar. Setelah itu, dilarutkan dengan sedikit akuades dan setelah larut dihimpitkan

hingga tanda batas dan dihomogenkan

3.4.2.3 Standarisasi Larutan NaOH 0,05 N

Larutan NaOH dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer selanjutnya ditambahkan indikator PP dan dititrasi dengan larutan asam

oksalat kemudian dicatat volume asam oksalat yang digunakan.

3.4.2.4 Pembuatan Pereaksi Asam Kromatopat

Asam kromatopat ditimbang sebanyak 0,005 g kemudian dimasukkan ke

dalam gelas kimia yang telah berisi 9 mL H2SO4 98% dan akuades 1 mL. Setelah

itu, diaduk hingga homogen (ditjen pom, 1979).

Page 43: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 43/73

26

3.4.2.5 Uji Senyawa Boraks

Menurut Roth, 1988 dalam Triastuti dkk, 2013, metode uji nyala pada

 boraks :

Sampel ditimbang sebanyak 10 gram dan dipotong-potong kecil lalu di oven pada

suhu 120 0C selama 6 jam, kemudian sampel dimasukkan ke dalam cawan porselin,

dipijarkan dalam tanur pada suhu 800 0C selama 3 jam. Sisa pemijaran

ditambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat dan 5-6 tetes metanol kemudian dibakar.

Bila timbul nyala hijau maka menandakan adanya senyawa boraks dalam sampel

tersebut.

3.4.2.6 Uji Senyawa Formalin

Dipipet sebanyak 50 mL akuades kemudian dididihkan di dalam gelas

kimia. Sampel yang telah dikeringkan, direndam dalam akuades tersebut selama

5 menit, setelah itu dimasukkan pereaksi asam kromatropat sebanyak 3 mL

kemudian diaduk dan disaring, hingga terbentuk residu dan filtrat. Filtratnya

diambil dan dipanaskan dengan akuades baru di dalam gelas kimia 500 mL.

dipanaskan kembali di atas penangas air selama 5 menit. Produk yang mengandung

formalin akan ditunjukkan dengan berubahnya warna air dari bening menjadi merah

muda menjadi ungu. Semakin ungu kadar formalin semakin tinggi

(Fragnani dkk, 2013 dalam Hastuti, 2010).

3.4.2.7 Uji Senyawa Natrium Benzoat

Sampel ditimbang sebanyak 10 gr ditambahkan 300 mL akuades kemudian

dihancurkan dengan waring blender selama 2 menit ditambahkan NaOH 10%

hingga basa dibiarkan selama 2 jam kemudian disaring. Filtrat 50 mL dimasukkan

kedalam corong pisah, ditambahkanHCl 1 M hinggaasam (uji dengan kertas

lakmus), diekstraksi dengan 3x15 mL eter. Lapisan air diekstraksi kembali dengan

Page 44: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 44/73

27

eter sebanyak 2 kali. Ekstrak eter dicuci sebanyak 3 kali masing-masing dengan

5 mL akuades. Ekstrak eter yang telah dicuci dimasukkan kedalam cawan porselin,

diuapkan di atas penangas air. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam akuades.

Setelah itu, dipanaskan 80-85 0C selama 10 menit. Larutan tersebut ditambahkan

dengan beberapa tetes NH3 sampai larutan menjadi basa, larutan diuapkan untuk

menghilangkan kelebihan NH3. Residu yang tersisa dilarutkan kembali dengan air

 panas. Setelah itu ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,5%. Terbentuknya endapan

ferribenzoat yang berwarna salmon (kecoklatan) menunjukkan adanya asam

 benzoat (Apriyantono dkk, 1989 dalam Siaka, 2009).

3.4.3  Uji kuantitatif zat pengawet dalam makanan

3.4.3.1 Larutan Induk Natrium Benzoat 1000 ppm

Sebanyak 1,000g natrium benzoat p.a ditimbang dengan teliti dan

dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL kemudian dilarutkan dengan air : etanol

dengan perbandingan 1 : 2 dan dipaskan sampai tanda batas kemudian

dihomogenkan.

3.4.3.2 Pembuatan Larutan baku 100 ppm

Dipipet larutan induk 1000 ppm sebanyak 10 mL kedalam labu takar

100 mL, ditambahkan dengan air : etanol dengan perbandingan 1 : 2 dan dipaskan

sampai tanda batas kemudian dihomogenkan.

3.4.3.3 Pembuatan Larutan Standar Kerja 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 16

ppm

Dipipet larutan baku 100 ppm masing-masing 1 mL, 2 mL, 4 mL, 8 mL

dan 16 mL ke dalam 5 buah labu ukur 50 mL ditambahkan dengan etanol : air

hingga tanda batas dan dihomogenkan.

Page 45: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 45/73

28

3.4.3.4 Uji Kuantitasi Natrium Benzoat dalam Makanan

Sebanyak 5 g sampel ditimbang dengan teliti dan dimasukkan ke dalam

gelas kimia 100 mL kemudian ditambahkan larutan NaCl jenuh hingga 100 mL,

ditambahkan dengan HCl sampai bersifat asam (kertas lakmus biru menjadi merah)

selanjutnya dihomogenkan sampai sempurna. Dimasukkan ke dalam corong

 pemisah, pertama diesktrak dengan 35 mL dietil eter terbentuk 2 lapisan dimana

lapisan atas/lapisan eter dipisahkan ke dalam gelas erlenmeyer sedangkan lapisan

 bawah diekstrak kembali dengan 25 mL dietil eter dan seterusnya ekstraksi diulangi

lagi dengan 20 mL, 15 mL dietil eter. Campuran lapisan atas/ekstrak eter

dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dicuci dengan 25 mL HCl 0,1%, lapisan

 bawah dibuang dan lapisan atas dicuci lagi dengan 20 mL HCl 0,1% dan seterusnya

 pencucian dilakukan dengan 15 mL HCl 0,1%. Ekstrak eter dimasukkan ke dalam

labu takar 100 ml dan dipaskan sampai garis batas dengan etanol-air dan

dihomogenkan. Sebanyak 25 mL ekstrak eter diencerkan kedalam labu takar

100 mL dipaskan sampai garis batas dan dihomogenkan kemudian diukur dengan

Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 223,4 nm (AOAC, 2000).

Page 46: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 46/73

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Penelitian

Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dilingkungan

sekolah dasar kecamatan Tamalanrea kota Makassar. Di kecamatan Tamalanrea

sendiri ada 14 sekolah dasar, tetapi pengambilan sampelnya hanya dilakukan pada

3 sekolah dasar saja yaitu SD Inpres unhas, SD Negeri Bung, dan SD Negeri

Tamalanrea IV. Pengambilan sampel di 3 sekolah ini didasarkan atas pertimbangan

 bahwa sekolah dasar yang lainnya kebanyakan tidak menjual jajanan yang ingin

diteliti, mereka hanya menjual makanan ringan seperti mie instan, snack-snack,

 permen, susu dll. Selain itu, jarak tempuhnya yang cukup jauh dan agak sulit

terjangkau. Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan survei tempat yang

ingin dijadikan tempat pengambilan sampel.

Kecap merupakan salah satu sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Banyaknya produk kecap dengan merk yang berbeda beredar di pasaran membuat

konsumen bersaing untuk meningkatkan daya tahan kecap dengan menambahkan

zat aditif. Salah satu zat aditif yang digunakan dalam kecap adalah natrium

 benzoat. Kebanyakan pedagang bakso, mie ayam, dan pedagang lainnya memakai

kecap yang berasal dari produksi rumah tangga dengan merk yang diual di toko

yang kebanyakan dalam label kemasannya tidak dicantumkan berapa kadar bahan

 pengawet yang ditambahkan, karena harganya relatif murah dibanding harga kecap

yang diproduksi suatu perusahaan. Berdasarkan penelitian FAO pada tahun 1988,

kecap manis yang diteliti menggunakan natrium benzoat di atas 600 mg/kg, sebagai

ambang batas yang ditetapkan permenkes, yaitu panah sinar langkat

Page 47: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 47/73

30

2.103,79 mg/kg, KOKI 1.276 mg/kg, burung bangau 1.194,47 mg/kg, ikan bawang

1.109,40 mg/kg dan cap ayam panggang 802,77 mg/kg. pemanfaatan asam benzoat

ini digunakan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme perusak makanan,

terutama dalam kecap (Waheni, 2009).

Pemakaian asam benzoat relatif menguntungkan karena dapat

mempertahankan mutu bahan pangan dengan memberikan daya tahan kualitas

kecap lebih lama. Akan tetapi pemakaian asam benzoat yang berlebih dapat

menimbulkan efek atau pengaruh tertentu bagi yang mengkonsumsinya seperti:

 penyakit kulit dermatitis (penyakit kulit yang ditandai dengan gatal-gatal dan

 bentol-bentol), asma, artikaria (biduran yang ditandai dengan timbulnya cairan pada

 permukaan disertai rasa gatal-gatal), angio edema (penimbunan cairan pada lapisan

kulit yang lebih dalam yang dapat terjadi pada saluran pernafasan atau pencernaan)

(Waheni, 2009).

Dengan adanya berbagai permasalahan seperti tersebut di atas, maka

 penggunaan asam benzoat dan turunannya dalam makanan dan minuman perlu

dibatasi. Menurut peraturan menteri kesehatan RI tanggal 20 September 1988

 Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan pangan, batas maksimum

 penggunaan natrium benzoat dalam kecap adalah 600 mg/kg untuk memperkirakan

 jumlah asam benzoat yang digunakan dalam produk dapat dianalisis batas

kadarluwarsanya. Semakin lama masa berlakunya, semakin banyak kandungan

asam benzoat yang digunakan (Waheni, 2009)

Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki kandungan zat pengawet seperti

 boraks, formalin, dan asam benzoat dalam berbagai olahan makanan yang berada di

sekitar lingkungan sekolah dasar kecamatan tamalanrea yang ada di kota Makassar.

Sampel yang diteliti adalah sampel yang banyak mengandung air dan yang tidak

Page 48: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 48/73

31

mengandung air

4.2 Analisis Kualitatif Zat Pengawet

Berdasarkan pengujian awal berbagai sampel yang ada di lingkungan

sekolah dasar kecamatan tamalanrea kota Makassar didapatkan hasil bahwa hanya

3 sampel yang mengandung bahan pengawet khususnya bahan pengawet asam

 benzoat yaitu kecap merk A, kecap merk B dan kecap merk C sedangkan untuk

ketujuh sampel yang lainnya berdasarkan hasil penelitian tidak didapatkan

kandungan formalin, boraks dan natrium benzoat.

Adapun hasil uji kualitatif zat pengawet boraks, formalin, dan natrium

 benzoat yang terkandung dalam berbagai olahan makanan yang ada di lingkungan

sekolah dasar kecamatan tamalanrea kota Makassar dapat dilihat pada Tabel

 berikut:

Tabel 6. Hasil Analisis Kualitatif Senyawa Benzoat, Boraks dan Formalin

Dalam Berbagai Sampel di Sekitar Lingkungan Sekolah Dasar yang Ada di

Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

No Sampel Boraks FormalinNatrium

Benzoat

1.

2.

3.

4.

5.6.7.

8.

9.

10. 

Donat SD Negeri Tamalanrea IV

Bakwan SD Negeri Tamalanrea IV

Donat SD Inpres unhas

Siomay SD Inpres unhas

Cimol SD Negeri BungSiomay SD Negeri BungBakwan SD Negeri Bung

Kecap merk A

Kecap merk B

Kecap merk C

-

-

-

-

---

-

-

-

-

-

-

-

---

-

-

-

-

-

-

-

---

+

+

+

Keterangan : + : mengandung bahan pengawet (boraks, formalin dan natrium

 benzoat).

-  : tidakk mengandung bahan pengawet (boraks, formalin dan

natrium benzoat).

Page 49: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 49/73

32

Data yang ditunjukkan oleh Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 sampel

hanya 3 sampel yang positif mengandung bahan pengawet yaitu kecap yang

mengandung pengawet natrium benzoat. Uji positif ditunjukkan dengan

terbentuknya endapan feri benzoat berwarna coklat kemerahan setelah direaksikan

dengan pereaksi FeCl3. Endapan yang terbentuk adalah Besi (III) benzoat

[Fe(C6H5COOH)3] (Svehla, 1979).

3C6H5COOH + FeCl3 → Fe(C6H5COO)3↓ + 3HCl 

(Coklat)

Gambar 5. Reaksi antara asam benzoat dengan Besi (III) klorida

Fungsi penambahan asam klorida 1 M adalah untuk mengasamkan larutan

sampel. Penambahan asam klorida 0,1 % adalah untuk membuat agar ekstrak eter

semakin jernih atau digunakan sebagai pencuci ekstrak eter karena sampel yang

ingin diukur pada spektrofotometer UV-Vis harus jernih agar dapat dibaca.

Hasil analisis secara kualitatif terhadap adanya kandungan asam benzoat

dalam beberapa sampel kecap dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7.  Hasil Analisis Kualitatif terhadap adanya Natrium Benzoat dalam

Beberapa Sampel Kecap.

No Bahan Pangan Natrium Benzoat

1.  Kecap merk A Cokelatkemerahan

2.  Kecap merk B Cokelatkemerahan

3.  Kecap merk C Cokelatkemerahan

Analisis sampel secara kualitatif dimaksudkan untuk menunjukkan

keberadaan asam benzoat dalam sampel kecap. Pada sampel kecap sebanyak

20 g ditambahkan larutan garam NaCl jenuh untuk memecahkan emulsi kecap asin,

Page 50: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 50/73

33

karena emulsi dapat dipecahkan dengan menambahkan elektrolit. Penambahan

elektrolit pada lapisan berair akan mengurangi kelarutan komponen dalam air

misalnya dengan penambahan larutan NaCl. Tujuan dari penambahan larutan NaCl

 jenuh adalah untuk menambah tingkat ionisasi dari air menjadi lebih polar sehingga

tingkat tidak bercampurnya air dengan dietil eter akan bertambah yang bermanfaat

dalam pemisahan fase (Sumarauw dkk, 2013).

4.3 Analisis Kuantitatif Zat Pengawet

Analisis hasil ekstraksi dilakukan dengan mengukur absorbansinya

menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Nurhayati, 2012). Dari kurva kalibrasi

 Natrium Benzoat didapatkan persamaan linier yang digunakan untuk analisis

absorbansi menjadi konsentrasi. Kurva standar Natrium Benzoat dibuat dengan

 beberapa variasi konsentrasi Natrium Benzoat standar. Konsentrasi yang

dibutuhkan adalah 1, 2, 4, 8 dan 16 ppm. Dalam mengukur konsentrasi natrium

 benzoat standar digunakan serapan pada panjang gelombang serapan maksimum

223,4 nm. Pengukuran pada panjang gelombang serapan maksimum, bertujuan

untuk mendapatkan serapan yang optimal.

Data hubungan antara konsentrasi standar dengan absorbansi dapat dilihat

 pada Tabel 4.3 dan pada Gambar 4. Kurva baku yang diperoleh seperti terlihat pada

Gambar 4 (Wati dkk, 2012).

Data hasil pengukuran absorbansi dan kurva larutan standar dapat dilihat

 pada Lampiran 6. Konsentrasi natrium benzoat yang terdapat di dalam produk

olahan makanan yang ada di sekitar lingkungan sekolah dasar kecamatan

Tamalanrea kota Makassar dapat dihitung berdasarkan persamaan garis lurus dan

hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Page 51: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 51/73

34

Tabel 8.  Konsentrasi Natrium Benzoat Dalam Produk Jajanan yang Ada DiLingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar

No. Jenis jajanan Konsentrasi (mg/kg) Standar deviasi

1.Kecap merk A 416,39 0,3699

905,19 

2. Kecap merk B 1400,29  0,4381

1525,51 

3. Kecap merk C 847,38  0,2419

1388,20 

Berdasarkan Tabel 8. di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi rata-rata

asam benzoat dalam kecap melewati batas yang dianjurkan, adapun batas asam

 benzoat yang diperbolehkan menurut peraturan menteri kesehatan RI tanggal

20 September 1988 Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan

 pangan, batas maksimum penggunaan natrium benzoat dalam kecap adalah

600 mg/kg. Sementara kadar natrium benzoat yang didapatkan dari penelitian ini

untuk kecap merk A adalah sebesar 660,79 mg/kg dengan standar deviasi

0,3699, kecap merk B adalah sebebsar 1462,9 mg/kg dengan standar deviasi

0,4381 dan untuk kecap merk C adalah sebesar 1117,79 mg/kg dengan standar

deviasi 0,2419. Kecap ini banyak digunakan oleh penjual siomay dan bakso,

mereka menggunakan kecap ini dengan alasan mudah didapat dan juga harganya

yang murah, di mana harga kecap ini perbotolnya adalah Rp. 6000,-. Jika kecap ini

dikonsumsi secara terus menerus dengan kadarnya yang bisa dikatakan 2 kali lipat

dari yang diperbolehkan untuk digunakan maka akan dapat menyebabkan timbulnya

 berbagai penyakit yang tidak diinginkan dan akhirnya berujung pada kematian.

Page 52: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 52/73

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.  Berdasarkan uji kualitatif dari beberapa makanan jajanan yang ada di sekolah

dasar kecamatan Tamalanrea kota Makassar seperti Donat SD Negeri

Tamalanrea IV, Bakwan SD Negeri Tamalanrea IV, Donat SD Inpres Unhas,Siomay SD Inpres Unhas, Bakwan SD Negeri Bung, Siomay SD Negeri Bung,

dan Cimol SD Negeri Bung tidak mengandung bahan pengawet boraks,

formalin dan natrium benzoat. Kecap merk A, kecap merk B dan kecap merk C

mengandung bahan pengawet natrium benzoat.

2.  Berdasarkan uji kuantitatif kandungan natrium benzoat terdapat pada kecap

merk A, kecap merk B, dan kecap merk C. Kecap merk A memiliki konsentrasi

sebesar 660,79 mg/kg dengan standar deviasi 0,3699 sedangkan kecap merk B

sebesar 1462,9 mg/kg dengan standar deviasi 0,4381 dan kecap merk C sebesar

1117,79 mg/kg dengan standar deviasi 0,2419, kandungan natrium benzoat

dalam kecap ini tidak sesuai dengan persyaratan standar menteri kesehatan RI

tentang bahan tambahan pangan, batas maksimum penggunaan natrium benzoat

dalam kecap adalah 600 mg/kg.

5.2 Saran

Bagi konsumen sebaiknya lebih hati-hati dalam pemakaian kecap, baik

kecap bungkus dan kecap botal karena pengkonsumsian natrium benzoat secara

 berlebihan akan menyebabkan  keram perut dan dapat bersifat akumulatif yang

menimbulkan penyakit kanker dalam jangka waktu panjang.

Page 53: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 53/73

36

DAFTAR PUSTAKA 

Amelia, R.., Endrinaldi, dan Edward, Z., 2014, Identifikasi dan Penentuan Kadar

Boraks dalam Lontong yang Dijual di Pasar Raya Padang,  Artikel Penelitian, 3 (3): 457-458.

Anonim, 2013, BPOM RI NOMOR 36,  Batas Maksimum Penggunaan Bahan

Tambahan Pangan Pengawet , Jakarta

Anonim, 2008, Majalah Kedokteran Andalas, 2 (32): 175-178.

Anonim, 1988,  Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor722/Menkes/Per/IX/1988

Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.

Anonim, 1999, Peraturan menteri kesehatan RI No.1168/Menkes/Per/X/1999tentang bahan tambahan pangan, Jakarta.

Anonim, 2012,  peraturan menteri kesehatan nomor 033 tahun 2012, Jenis BtpYang Diizinkan Dalam Penggolongan, 11.

Azas, Q. S., 2013,  Analisis Kadar Boraks Pada Kurma yang Beredar di Pasar

Tanah Abang dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, Skripsi UINSyarif Hidayatullah, Jakarta.

Branen, A.L., Davidson, P.M., Salminen, S., dan Thorngate III, J.H., 2002,  Food

 Additives Second Edition, Marcel Dekker, Switzerland.

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M., 1985,  Food Science, penerjemah :Hari, P.,dan Adiono, 1987, IlmuPangan, UI-Press, Jakarta.

Cahyadi, W., 2006,  Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,Bumi Aksara, Bandung.

Delavar, M., Araghi, R.A., Kazemifar, A.M., Abdollah, M., dan Ansari, B., 2012,Determination of Benzoate Level in Canned Pickles and PickledCucumbers in Food Producing Factories in Markazi Province and those that

their Products were Sold in Arak City,  Iranian Journal of Toxicology,6 (18): 686-690.

Elfas, S., 2012, Analisis Natrium Benzoat Dalam Kecap, 2000, AOAC OfficialMethod Of Analysis. 17thEdition. 960.38.

Hastuti, S., 2010, Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asindi Madura ,  Jurnal Agrointek , 4 (2): 133-137.

KÜÇÜKÇETiN, A., SIK, B., and DEMiR, M., 2008, Determination Of SodiumBenzoate, Potassium Sorbate, Nitrate And Nitrite In Some CommercialDairy Products, Research Article (Araflt›rma Makalesi), 33 (4) : 159-164.

Page 54: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 54/73

37

Manurung, 2012,  Analisis Bahan Pengawet Natrium Benzoat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Secara Spektrofotometer Uv-Visible, Skripsi, JurusanKimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.

 Noorhamdani, A., kusuma, T.S., danLatifah, S.N, 2011,  Analisis Kualitatif

 Formalin, Boraks, Dan Rhodamin B Pada Keamanan Pangan Kerupuk Aci, Rambak, Ikan, Dan Berwarna Di Pasar Tradisional Mergan Dan Pasar

 Besar Tradisional Kota Malang.

 Nurhayati, Siadi, K., dan Harjono, 2012, Pengaruh Konsentrasi Natrium BenzoatDan Lama Penyimpanan Pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat, Indonesian

 Journal Of Chemical Science, 1 (2), 159-162.

Pane, I.S., Nuraini, D., Chayaya, I., 2012,  Analisis Kandungan Boraks

(Na2 B4O7   10 Ho) Pada Roti Tawaryang Bermerek Dan Tidak Bermerek

Yang Dijual Di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2012, Medan.

Patong, A.R., 2013,  Analisis Kimia Pangan  Cetakan Pertama, Dua Satu Press,Makassar.

Rahmanita, I., 2011,  Hubungan Pengetahuan, Sikap Serta Perilaku Ibu Mengenai

 Jajanan Anak SD yang Mengandung Bahan Pengawet dan pewarna di

 Kelurahan Beringin Jambi, Skripsi, Jurusan Pendidikan Dokter FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.

Ratnani, R.D., 2009,  Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan, 5  (1):16-22.

Saparinto, C., dan Hidayati, D., 2006,  Bahan Tambahan Pangan, Kanisius,Yogyakarta.

Sella, 2013, Analisis Pengawet Natrium Benzoat dan Pewarna Rhodamin B PadaSaus Tomat J dari Pasar Tradisional L Kota Blitar,  Jurnal Ilmiah

 Mahasiswa Universitas Surabaya, 2 (2).

Siaka, I.M., 2009,  Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos Tomat yang

 Beredar di Wilayah Kota Denpasar , 3 (2) : 87-92.

Silalahi, J., Meliala, I., dan Panjaitan, L., 2010, Pemeriksaan Boraks di DalamBakso di Medan, Artikel Penelitian Majalah Kedokteran Indonesia, 60 (11):521-525.

Singgih, H., 2013, Jurnal ELTEK, Uji Kandungan Formalin Pada Ikan Asin

 Menggunakan Sensor Warna Dengan Bantuan FMR (Formalin Main

 Reagent), 11 (1) : 55-70.

Stanojevic, D., Comic, L., Stefanovic and Sl. Solujic-Sukdolak, 2009,Antimicrobial Effects Of Sodium Benzoate, Sodium Nitrite And Potassium

Sorbate And Their Synergistic Action In Vitro,  Bulgarian Journal of Agricultural Science,15 (4), 307-311.

Page 55: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 55/73

38

Suhendra, M.S., 2013, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,  Analisis Boraks Dalam Bakso Daging Sapi A dan B di Daerah Tenggilis Mejoyo

Surabaya Menggunakan Spektrofotometri, 2 (2) : 2-4.

Svehla, 1979, Textbook of Macro and Semimicro qualitative Inorganic Analysis ,

diterjemahkan: Setiono, L., dan pudjatmaka, A.H., 1985,  Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan semimikro, Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Taib, M.Z., Wehantouv, F., dan Fatimawali., 2014, Analisis Senyawa Benzoat PadaKecap Manis Produksi Lokal Kota Manado,  Jurnal Ilmiah Farmasi, 3  (1):2-4.

Triastuti, E., Fatimawali, Dan Runtuwenw, M.R.J., 2013,  Analisis Boraks Pada

Tahu Yang Diproduksi Di Kota Manado, 2 (1).

Wahab, R. A., 2012,  Pengaruh Formalin Peroral Dosis Bertingkat Selama 12

 Minggu Terhadap Gambaran Histopatologis Duodenum Tikus Wistar ,Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Waheni, 2009,  Penentuan Kadar Natrium Benzoat Dalam Kecap Secara

Spektrofotometri Ultraviolet , Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains danTeknologi Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Wati, I.W., dan Guntarti, A., 2012, Jurnal Ilmiah Kefarmasian,  Penetapan Kadar

 Asam Benzoat Dalam Beberapa Merk Dagang Minuman Ringan Secara

Spektrofotometri Ultraviolet, 2 (2) : 111-118.

Widayat, D., 2011, Uji Kandungan Boraks Pada Bakso, Jember.

Winarno, F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 56: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 56/73

39

LAMPIRAN 1. Pembuatan Pereaksi

1.  Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat 0,1 N

-  Dimasukan ke dalam labu takar 100 mL

-  Dilarutkan dengan sedikit akuades

-  Dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas

-  Dihomogenkan

2.  Pembuatan Larutan NaOH 0,05 M

-  Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

-  Dilarutkan dengan sedikit akuades

-  Dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas

-  Dihomogenkan

3.  Standarisasi Larutan NaOH 0,05 M

Dipipet sebanyak 25 mL dan dmaukkan ke dalam Erlenmeyer

250 mL

-  Ditambahkan 4 tetes indikator MO

-  Dititrasi dengan larutan baku asam oksalat

-  Dicatat volume Asam Oksalat yang digunakan

0,225 g H2C2O4 

Hasil

0,2 g NaOH

Hasil

Larutan NaOH 0,05 M

Hasil

Page 57: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 57/73

40

4.  Pembuatan Asam Kromatopat

Ditambahkan 1 mL akuades

-  Ditambahkan 0,005 g C10H6 Na2O8S2.2H2O

-  Dihomogenkan

9 mL H2SO4 98%

Hasil

Page 58: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 58/73

41

LAMPIRAN 2. Uji Kualitatif Zat Pengawet dalam Makanan

1.  Uji Senyawa Boraks

- Dipotong-potong kecil

- Ditimbang sebanyak 10 g

- Dimasukkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 120 0C

- Dimasukkan dalam cawan porselin

- Dipijarkan dalam tanur selama 3 jam pada suhu 800 0C

- Ditambahkan 1-2 tetes H2SO4 pekat

- Ditambahkan 5-6 tetes metanol

Dibakar

- Bila timbul nyala hijau maka menandakan adanya senyawa boraks

dalam sampel tersebut

2.  Uji Senyawa Formalin

Dikeringkan dan direndam dalam 50 mL akuades yangtelah didihkan sebelumnya

-  Dimasukkan pereaksi asam kromatropat sebanyak 3 mL

-  Diaduk dan disaring

Dipanaskan dengan akuades baru dalam gelaskimia 500 mL

-  Dipanaskan kembali di atas penangas air

selama 5 menit

-  Jika warna air berubah berubah dari bening

menjadi menjadi merah muda sampai ungu

menandakan adanya formalin

Sam el

Hasil

Sampel

FiltratResidu

Hasil

Page 59: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 59/73

42

-  Dicuci 3 kali dengan 5 mL akuades

-  Dimasukkan kedalam cawan porselin

-  Eter diuapkan di atas penangas air

-  Dilarutkan dengan 25 mL akuades

-  Dipanaskan hingga 80 C selama 10 menit

-  Ditambahkan beberapa tetes NH3 hingga basa

-  Dipanaskan untuk menghilangkan kelebihan NH3 

-  Dilarutkan dengan akuades panas

-  Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,5%

-  Terbentuknya endapan ferribenzoat yang berwarna

salmon (kecoklatan) menunjukkan adanya asam

 benzoat

3.  Uji Senyawa Natrium Benzoat

-  Ditimbang sebanyak 10 g dalam gelas kimia

500 mL-  Ditambahkan 300 mL akuades

-  Dihancurkan dengan waring blender selama

2 menit 

-  Ditambahkan NaOH 10% hingga basa 

-  Dibiarkan selama 2 jam-  Disaring 

Sampel

FiltratResidu

-  Dimasukkan sebanyak 50 mL

ke dalam corong pisah

-  Ditambahkan HCl 1 M hingga

asam

-  Diekstraksi dengan 3 x 15 mL

eter

Lapisan AirLapisan minyak

Hasil

Page 60: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 60/73

43

LAMPIRAN 3. Uji Kuantitasi Natrium Benzoat dalam Makanan

1.  Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm

-  Ditimbang sebanyak 1,000 mg 

-  Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL 

-  Dilarutkan dengan etanol:air, diaduk  

-  Dipaskan hingga tanda batas 

2.  Pembuatan larutan baku 100 ppm

- Dipipet sebanyak 10 mL ke dalam labu takar 100 mL.

- Ditambahkan eatnol:air sampai tanda batas

- Dihomogenkan

3.  Pembuatan Larutan Standar Kerja 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm dan

16 ppm

-  Dipipet masing-masing 1 mL, 2 mL, 4 mL, 8 mL dan 16 mL

ke dalam labu ukur 50 mL 

-  Dihimpitkan dengan etanol:air hingga tanda batas 

-  Dihomogenkan 

 Natrium Benzoat

Hasil

Larutan baku 100 m

Hasil

Larutan induk 1000 ppm

Hasil

Page 61: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 61/73

44

4.  Uji Kuantitatif Natrium Benzot dalam Makanan

-  Dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL 

Ditambahkan larutan NaCl jenuh sampai tanda batas 

-  Ditambahkan beberapa tetes HCl sampai bersifat asam (Lakmus

 biru menjadi merah)

-  Dihomogenkan 

-  Diekstaksi dengan dietil eter sebanyak 4 kali masing-masing

35, 25, 20 dan 15 mL 

-  Dicuci dengan HCl 0,1 % sebanyak 3 kali, masing-masing

25, 20, dan 15 mL 

-  Dipipet sebanyak 25 mL ke dalam labu takar 100 mL 

-  Diencerkan dengan etanol:air sampai tanda batas

Diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer

Uv-Vis 

-  Dihitung konsentrasinya menggunakan Kurva Standar  

5 g sampel

Hasil ekstraksi

Hasil ekstraksi

Hasil

Page 62: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 62/73

45

LAMPIRAN 4. Gambar Hasil penelitian uji nyala untuk Boraks

1.  Uji Kualitatif Boraks

Donat SD Negeri Tamalanrea IV Bakwan SD Negeri Tamalanrea IV

Donat SD Inpres Unhas Siomay SD Inpres Unhas

Cimol SD Negeri Bung Siomay SD Negeri Bung

Page 63: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 63/73

46

Bakwan SD Negeri Bung

2.  Uji Warna untuk Senyawa Formalin

Hasil uji negatif untuk Donat SD Negeri Tamalanrea IV, Bakwan SD Negeri

Tamalanrea IV, Donat SD Inpres Unhas, Siomay SD Inpres Unhas, Cimol SD

 Negeri Bung, Siomay SD Negeri Bung dan Bakwan SD Negeri Bung

3.  Uji Kualitatif Asam Benzoat

Hasil uji untuk positif untuk kecap

Page 64: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 64/73

47

LAMPIRAN 5. Kurva Kalibrasi Standar Natrium Benzoat

Standar terhadap absorbansi dapat dilihat pada gambar di atas hubungan

antara konsentrasi natrium benzoat terhadap absorbansi menunjukkan garis yang

linear. Dari kurva kalibrasi standar, diperoleh persamaan linear y = 0,1518x  –  

0,00831 dan r 2  = 0,9981. Dengan hasil tersebut, kurva standar telah memenuhi

syarat dalam hokum lambert-beer yaitu dengan ketentuan nilai r > 0,9981. Hal ini

menyatakan bahwa kurva kalibrasi memiliki keakurata dalam penentuan konsentrasi

sebesar 99%.

Tabel Data Serapan Kurva Baku

No Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi

1. 1 0,192

2. 2 0,420

3. 4 0,670

4. 8 1,350

5. 16 2,489

y = 0.15183x + 0.08275

R² = 0.99807

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0 5 10 15 20

   A   b  s  o  r   b  a  n  s   i

Konsentrasi

Page 65: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 65/73

48

LAMPIRAN 6. Grafik Konsentasi natrium Benzoat dalam beberapa jenis

kecap

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

1200.00

1400.00

1600.00

1800.00

1 2 3 4 5 6

   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i   (  m  g   /   k  g   )

Jenis Kecap

Page 66: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 66/73

49

LAMPIRAN 7. Perhitungan Kadar Natrium Benzoat Dalam Cuplikan Sampel

1.  Konsentrasi natrium benzoat dalam cuplikan sampel

Dengan menggunakan persamaan regresi linier standar natrium benzoat,

y = 0,1518x + 0,00831. Konsentrasi natrium benzoat dalam larutan cuplikan dapat

dicari dengan memasukkan harga absorbansi cuplikan ke dalam persamaan regresi,

sehingga didapat rumus sebagai berikut:

Y - 0,08275X =

0,15183

Perhitungan untuk sampel A1:

0,875 - 0,08275X =

0,15183

0,79225X =

0,15183

X = 5,21800

Perhitungan untuk sampel A2:

1,805 - 0,08275X =

0,15183

1,72225X =

0,15183

X = 11,34328

Perhitungan untuk sampel B1:

2,747 - 0,08275X =

0,15183

2,66425

X = 0,15183

Page 67: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 67/73

50

X = 17,54759

Perhitungan untuk sampel B2:

3,730 - 0,08275

X =0,15183

2,9025X =

0,15183

X = 19,11677

Perhitungan untuk sampel C1:

1,695 - 0,08275X =

0,15183

1,61225X =

0,15183

X = 10,61878

Perhitungan untuk sampel C2:

2,724 - 0,008275X =

0,15183

2,64125X =

0,15183

X = 17,39610

Dengan cara yang sama, konsentrasi natrium benzoat dalam cuplikan

adalah sebagai berikut:

No Sampel Cuplikan AbsorbansiKonsentrasi

(ppm)

1. Kecap merk A A1 0,875 5,21800A2 1,808 11,34328

2. Kecap merk B B1 2,747 17,54759

B2 3,730 19,116773. Kecap merk C C1 1,695 10,61878C2 2,724 17,39610

Page 68: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 68/73

51

2.  Kadar natrium benzoat dalam cuplikan:

Cmg/L x Vol L x fP

a.  mg/kg =mg contoh

5,21800 mg x 0,1 L x 4 

mg/kg =5,01255x10-3 kg

Mg/kg = 416,39

Cmg/L x Vol L x fP

 b.  mg/kg =mg contoh

11,34328 mg x 0,1 L x 4 

mg/kg =5,01255x10-3 kg

Mg/kg = 905,19

Cmg/L x Vol L x fP

c. 

mg/kg = mg contoh

17,54759 mg x 0,1 L x 4 

mg/kg =5,01255x10-3 kg

Mg/kg = 1400,29

Cmg/L x Vol L x fPd.  mg/kg =

mg contoh

19,11677 mg x 0,1 L x 4 

mg/kg =5,01255x10-3 kg

Mg/kg = 1525,51

Cmg/L x Vol L x fPe.  mg/kg =

mg contoh

Page 69: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 69/73

52

10,61878 mg x 0,1 L x 4 

mg/kg =5,01255x10-3 kg

Mg/kg = 847,38

Cmg/L x Vol L x fP

f.  mg/kg =mg contoh

17,39610 mg x 0,1 L x 4 

mg/kg =5,01255x10-3 kg

Mg/kg = 1388,20

Dengan perhitungan yang sama kadar natrium benzoat dalam cuplikan

sampel kecap adalah sebagai berikut:

No Cuplikan Kadar Natrium Benzoat

1. A1 416,39

A2 905,192. B1 1400,29

B2 1525,51

3. C1 847,38C2 1388,20

Page 70: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 70/73

53

LAMPIRAN 8. Penetapan Kadar Natrium Benzoat Dengan Batas

Ketangguhan

Batas ketangguhan kadar natrium benzoat dalam sampel dapat dihitung sebgai

 berikut :

1.  Untuk sampel A:

No x x - x (x –  x)2

1. 416,39  -244,4 59731,36

2. 905,19  244,4 59731,36

x = 660,79 59731,36

Standar Deviasi (SD)

S = ∑ −)

−1

 

SD =√ 5971,6

= 244,4 

Batas ketangguhan natrium benzoat, untuk n = 2

µ.db = n -1

= 2 –  1

= 1

t tabel  pada α 0,05 = 4,30 

µ = x ± t x

√  

µ = 660,79 ± 4,30 244,4

 2 

µ = 660,79 ± 743,12

Page 71: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 71/73

54

relatif standar deviasi (RSD)

RSD =

 

RSD = ,66,79 

RSD = 0,3699

Mengghitung rerata kadar natrium benzoat

µ = 660,79 ± 743,12

µ = 660,79 sampai 743,12

Hal ini berarti semua data masuk dalam rentangan batas ketangguhan µ,

sehingga rerata kadar natrium benzoat:

rerata kadar natrium benzoat = (x ± RSD)

= 660,79 ± 0,3699

2. 

Untuk sampel B:No x x - x (x –  x)2

1. 1400,29  -62,61 3920,01

2. 1525,51  62,61 3920,01

x = 1462,9 3920,01

Standar Deviasi (SD)

SD = ∑ −)

−1 

SD =√ 9,1

= 62,61

Batas ketangguhan natrium benzoat, untuk n = 2

µ.db = n -1

Page 72: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 72/73

55

= 2 –  1

= 1

t tabel  pada α 0,05 = 4,30 

µ = 1462,9 ± 4,30 x6,61

√  

µ = 1462,9 ± 190,36 

relatif standar deviasi (RSD)

RSD =

 

RSD = 6,6116,9 

RSD = 0,4381

Mengghitung rerata kadar natrium benzoat

µ = 1462,9 ± 190,36

µ = 1462,9 sampai 190,36

Hal ini berarti semua data masuk dalam rentangan batas ketangguhan µ,

sehingga rerata kadar natrium benzoat:

rerata kadar natrium benzoat = (x ± RSD)

= 1462,9 ± 0,4381

3. 

Untuk sampel C:

No x x - x (x –  x)2

1. 847,38  -270,41 73121,57

2. 1388,20  270,41 73121,57

x = 1117,79 ∑ = 73121,57 

Page 73: --maidah-22332-1-15-maid-)

8/16/2019 --maidah-22332-1-15-maid-)

http://slidepdf.com/reader/full/-maidah-22332-1-15-maid- 73/73

Standar Deviasi (SD)

SD = ∑ −)

−1 

SD = √ 711,571  

= 270,41 

Batas ketangguhan natrium benzoat, untuk n = 2

µ.db = n -1

= 2 –  1

= 1

t tabel  pada α 0,05 = 4,30 

µ = x ±

√  

µ = 1117,79 ± 4,30 x7,1

√  

µ = 1117,79 ± 822,19

relative standar deviasi (RSD)

RSD =

 

RSD =7,1

1117,79 

RSD = 0,2419

Mengghitung rerata kadar natrium benzoat

µ = 1117,79 ±822,19

µ = 1117,79 sampai 822,19

Hal ini berarti semua data masuk dalam rentangan batas ketangguhan µ


Recommended