+ All Categories

038.pdf

Date post: 05-Jan-2016
Category:
Upload: septi-dwi-putri
View: 245 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
21
KETERKAITAN ANTARA KOMITE AUDIT, KOMPENSASI CEO DAN MANAJEMEN LABA DENGAN FEE AUDIT PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI) Anistya Vinta Desi Lili Sugeng Wiyantoro Helmi Yazid (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa – Banten) Abstract This research aims to examine the relationship between audit committes, Compensation CEO, and Earning Management by corporate fee audit.The independent variables are used in this study are audit Committees, compensation pay to chief executive officers (CEO)and Earning management is estimated by discretionary accruals Khotari Model (2005). In this study, there dependent variables is fee audit corporate. In other hand, audit fees is estimated by natural logarithm of total asset that reported in annual report. This research use library research methods and documentation. Datataken from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and FinancialStatements manufacturing company.The analysis method of this research usingmultiple regression. This research uses data from manufacturing companies listedin Bursa Efek Indonesia (BEI) years from 2009 to 2013. Sample of this researchare 36 sample companies. The results of this researchof regression indicatesthe size of the audit committee and audit firm sizeare significantly associated to audit fee levels, consistent with the argument that audit committees complementthe work of external auditors in monitoring management. In contrast, chief executive officers (CEO)pay incentives compensation complement nor substitute for audit effort in disciplining firm management. Earnings management do not effect auditor choice and audit fees. Auditor choice also effect audit fees. Keyword : Audit committees, Compensation CEO, earning management, fee audit.
Transcript
Page 1: 038.pdf

KETERKAITAN ANTARA KOMITE AUDIT, KOMPENSASI CEO DAN

MANAJEMEN LABA DENGAN FEE AUDIT PERUSAHAAN

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)

Anistya Vinta Desi Lili Sugeng Wiyantoro

Helmi Yazid (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa – Banten)

Abstract

This research aims to examine the relationship between audit committes, Compensation CEO, and Earning Management by corporate fee audit.The independent variables are used in this study are audit Committees, compensation pay to chief executive officers (CEO)and Earning management is estimated by discretionary accruals Khotari Model (2005). In this study, there dependent variables is fee audit corporate. In other hand, audit fees is estimated by natural logarithm of total asset that reported in annual report.

This research use library research methods and documentation. Datataken from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and FinancialStatements manufacturing company.The analysis method of this research usingmultiple regression. This research uses data from manufacturing companies listedin Bursa Efek Indonesia (BEI) years from 2009 to 2013. Sample of this researchare 36 sample companies.

The results of this researchof regression indicatesthe size of the audit committee and audit firm sizeare significantly associated to audit fee levels, consistent with the argument that audit committees complementthe work of external auditors in monitoring management. In contrast, chief executive officers (CEO)pay incentives compensation complement nor substitute for audit effort in disciplining firm management. Earnings management do not effect auditor choice and audit fees. Auditor choice also effect audit fees.

Keyword : Audit committees, Compensation CEO, earning management,

fee audit.

Page 2: 038.pdf

1. PENDAHULUAN

Dalam penggunaan jasa auditor eksternal, perusahaan mengeluarkan biaya untuk

membayar jasa auditor eksternal.Biaya ini biasanya disebut juga dengan

feeaudit.Sedangkan Iskak (1999) mendefinisikan audit fees sebagai hororarium yang

dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang

dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Berdasarkan surat keputusan

ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia pada tangga 2 Juli 2008 nomor

KEP.24/IAPI/VII/2008 mengenai Kebijakan Penentuan Fee Audit dimana surat tersebut

digunakan sebagai pedoman bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia

dalam menentukan besarnya imbalan yang wajar atas jasa profesional yang mereka

berikan sebagai akuntan publik. Untuk mengatasi perbedaan kepentingan dan masalah

agensi yang timbul adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik

(Corporate Governance).Corporate governance menciptakan berbagai mekanisme yang

bertujuan untuk meyakinkan tindakan yang dilakukan manajemen sudah sejalan dengan

kepentingan dari para pemegang saham (Susiana dan Herawaty, 2007).

Dalam konsep Good corporate governance, salah satu komponen yang berperan

penting dalam proses penerapan tata kelola perusahaan yang baik adalah komite audit.

Bursa Efek Jakarta mengeluarkan peraturan No.Kep-315/BEJ/06-2000 yang kemudian

disempurnakan dengan peraturan No.Kep-339/BEJ/07-2001 pada tanggal 1 Juli 2001

mengenai pembentukan komisaris independen, komite audit, dan sekretaris dewan bagi

perusahaan publik yang terdaftar. Peraturan tersebut mewajibkan perusahaan tercatat

memiliki komite audit (Suaryana, 2005). Hal ini didukung oleh Keputusan Ketua

Bapepam No. Kep-29/PM/2004 yang menyatakan bahwa komite audit adalah komite

yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan

fungsinya. Dengan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai

penunjukan akuntan publik yang akan mengaudit laporan keuangan yang didasarkan

pada independensi, ruang lingkup penugasan dan fee audit. Komite audit berfungsi

sebagai penghubung antara pihak eksternal auditor dengan pihak internal auditor

termasuk menampung segala masalah yang menyangkut bidang akuntansi, pengawasan

internal, dan bidang auditing. Komite audit juga berfungsi sebagai mediator dalam

berkomunikasi antara dewan direksi, akuntan publik dan internal auditor (Ikatan Komite

Audit Indonesia, 2004).

Kompensasi CEO dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham

dalam perusahaan tetapi tidak menyebabkan dengan kenaikan atau penurunan biaya

Page 3: 038.pdf

audit. Kompensasi berdasarkan insentif mendorong eksekutif untuk mengelola

penghasilan untuk keuntungan keuangan pribadi (Cheng and Warfield,2005; Feng et al.,

(2011); Jiang et al., 2010).Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang sering

muncul dikarenakan adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan diantara para

pemegang saham dengan manajemen perusahaan (Iqbal, 2007).

Manajemen laba terkait dengan item akuntansi yang membutuhkan penilaian.

Dengan demikian, saat manajemen laba meningkat, peningkatan penilaian risiko yang

melekat yang akan mengakibatkan membutuhkan pekerjaan audit lebih, ulasan luas dan

pengawasan yang ketat dari staf untuk mencapai tingkat yang diinginkan dalam jaminan

audit, (Arenset al., 2008 dalam Fatima, 2011). Oleh karena itu, peningkatan pekerjaan

audit dikaitkan dengan peningkatan biaya audit. Gul et al. (2003) menunjukkan bahwa

akrual dapat digunakan oleh oportunis manajer untuk menyembunyikan kinerja atau

menunda sebagian dari pendapatan saat ini yang sangat tinggi untuk tahun-tahun

mendatang.

Dari uraian diatas, ditemukan research gap, sehingga peneliti melakukan penelitian

mengenai hubungan antara komite audit, kompensasi intensif, dan manajemen laba

dalam penetapan besarnya fee audit yang diberikan terhadap auditor eksternal di

perusahaan.

2. KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen (pihak

manajemen suatu perusahaan) dengan prinsipal (pemilik). Pemegang saham atau

prinsipal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan

suatu jasa atas nama prinsipal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. (Jensen

dan Meckling, 1976).Menurut Scott (1997) dalam Arifin (2005), inti dari agency theory

adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan

agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.

Dalam teori agensi, agen diharuskan memberikan informasi yang rinci dan relevan

kepada prinsipal.Namun, pada kenyataannya hal tersebut bukanlah hal yang mudah

karena adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal.Kepentingan prinsipal

sebagai pemegang saham adalah untuk memperoleh pengungkapan informasi oleh agen

mengenai keadaaan perusahaan secara relevan, tepat waktu, dan akurat sebagai dasar

pembentukan keputusan. Namun di sisi lain, agen sebagai pihak yang berhubungan

Page 4: 038.pdf

langsung dengan kegiatan perusahaan tidak bergantung terhadap pengungkapan

informasi tersebut dalam pembuatan keputusan (Mahendra, 2013). Perbedaan

kepentingan ini menyebabkan terjadinya asimetri informasi.Tugas auditor dalam

mengungkapkan adanya masalah asimetri informasi ini,sehingga memberikan hubungan

terhadap pemberian fee audit Sehrish et.,al (2013).

2.2 Hubungan antara Komite Audit Independen dengan FeeAudit

Menurut penelitian Sehrish Rustam et al., (2013) anggota komite audit independen

secara signifikan berhubungan dengan tingkat fee audit, konsisten dengan argumen

bahwa komite audit melengkapi pekerjaan auditor eksternal dalam monitoring

manajemen.Hasil tersebut konsisten dengan penelitian Abbot et al., (2003) dan Dillan

(2007) menunjukan adanya pengaruh positif signifikan independensi komite audit

(komite audit yang berasal dari luar perusahaan) terhadap fee audit eksternal. Carcello

dan Neal (2000) juga mengamati hubungan positif yang signifikan antara audit komite

independen dan biaya audit.

Komite audit juga dapat menuntut tambahan prosedur audit di luar rencana audit

awal untuk mengungkap terjadinya manipulasi dan risiko pada perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa independensi komite audit menuntut tingkat yang lebih besar dari

kepastian audit dan berpotensi memberikan dukungan kuat bagi auditor selama lingkup

negosiasi dengan manajemen. Hal ini pada akhirnya dapat mengakibatkan fee audit

yang lebih tinggi (Abbot et. al., 2003).

H1 : Terdapathubungan positif antara audit komite independen denganfee audit

2.3 Hubungan antara Ukuran Komite Audit dengan Fee Audit

Menurut Dillan (2007) yang menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh

positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Raghunan dan Rama (2007) menyatakan

bahwa peningkatan jumlah komite audit dapat memberikan pengawasan yang lebih

efektif dan lebih baik kinerja pada perusahaan.

Penelitian ini konsisten dengan hasil dari Sehrish et.,al (2013) yang memiliki

hubungan positif antara ukuran komite audit terhadap fee audit. Bahwa perusahaan

dengan ukuran komite audit besar akan memilih auditor eksternal yang berkualitas

tinggi dan membayar biaya lebih besar untuk para auditor.

H2 : Terdapat hubungan positif antara ukuran komite audit dengan feeaudit

Page 5: 038.pdf

2.4 Hubungan antara Pertemuan Komite Audit dengan Fee Audit

Komite audit pertemuan merujuk pada jumlah komite audit pertemuan yang

diselenggarakan setiap tahun. Razman dan Iskandar (2004) mengamati di Malaysia

bahwa perusahaan memiliki pelaporan bagus ketika mereka bertemu lebih sering karena

mereka dapat memantau kegiatan manajemen.

Sedangkan, hasil penelitian mendukung penelitian Goodwin-Stewart dan Kent

(2006) bahwa keberadaan komite audit, pertemuan komite audit serta peningkatan

fungsi audit internal berhubungan dengan kenaikan fee audit. Hal ini konsisten dengan

permintaan peningkatan kualitas audit oleh komite audit, dimana perusahaan dengan

struktur governance yang baik memiliki permintaan kualitas audit yang lebih tinggi,

sehingga meningkatkan fee audit eksternal.

Stewart dan Munro (2007) juga mengamati hubungan yang positif antara aktivitas

komite dengan fee audit.Kenaikan biaya karena waktu tambahan yang dikeluarkan oleh

auditor yang mempersiapkan untuk menghadiri pertemuan dengan anggota Komite

Audit yang dapat mengakibatkan fee audit meningkat.

H3 :Terdapat hubungan positif antara frekuensi pertemuan komite dangan fee audit

2.5 Hubungan antara Keahlian Komite Audit dengan Fee Audit

Efektivitas komite audit menunjukkan bahwa komite audit akan lebih efektif jika

anggotanya memiliki keahlian akuntansi dan keuangan. Blue Ribbon Committee (1999)

merekomendasikan komite audit minimal terdiri dari tiga anggota, dimana setiap

anggota paham akan masalah keuangan dan setidaknya satu dari anggota tersebut

memiliki keahlian manajemen keuangan dan akuntansi. Keahlian dari Komite Audit

akan mengurangi pengujian substantif oleh auditor eksternal sehingga diharapkan dapat

memperkecil fee audit.

Bedard et al., (2004a, 2004b) dan Dhaliwal et al., (2006) menunjukkan bahwa

komite audit dengan keahlian keuangan membatasi adanya mainpulasi laba di

perusahaan. Konsisten dengan penelitian Razman dan Iskandar (2004) menemukan

bahwa anggota komite audit yang memiliki kemampuan dan keahlian akuntansi akan

memberikan laporan keuangan dengan baik. Hal ini karena komite audit yang memiliki

keahlian akuntansi dan auditing mampu mengungkapan pelaporan dalam pemantauan

pengendalian internal. Yatim et al. (2006) dalam studi mereka di perusahaan-

perusahaan Malaysia juga mengamati hubungan positif yang signifikan untuk variabel

ini.

Page 6: 038.pdf

Sehrish et.,al (2013) menemukan komite audit dengan memiliki keahlian akuntansi

dan audit dapat mendukung auditor eksternal. Mereka mendukung auditor eksternal

ketika dihadapi dengan masalah akuntansi dan audit, dimana akan meningkatkan proses

audit dan meningkatkan biaya audit.

H4: Terdapat hubungan positif antara keahlian komite audit dengan feeaudit

2.6 Hubungan antara Kompensasi CEO dengan Fee Audit

Kompensasi yang diberikan terhadap CEO dapat berasal dari bonus, Kompensasi

intensif ini pada dasarnya dirancang untuk menyelaraskan manajer dan kepentingan

pemegang saham. Karena kesejajaran dalam kepentingan manajer dan pemegang

saham, manajer yang diharapkan akan kurang terlibat dalam manipulasi penghasilan.

Bonus ini diberikan manager dengan insentif untuk melakukan kegiatan mereka dalam

cara yang baik, yang mengakibatkan lebih rendah jumlah audit fee yang dibayarkan

kepada auditor eksternal untuk jasanya (Sehris Rustam, et al. 2013).

Healy (1985) memberikan bukti bahwa bonus berdasarkan pendapatan tahunan

kemungkinan meningkatkan manajer akan mengelola penghasilan secara obyektifitas

demi penghargaan bonus mereka.Auditor eksternal mengharapkan bahwa manajer

memiliki proporsi besar pada kompensasi tahunan mereka dalam bentuk rencana

bonus.Para manajer tergoda untuk memanipulasi penghasilan untuk meningkatkan

bonus mereka, yang mengakibatkan peningkatan fee audit.Kemungkinan memiliki

peningkatan dalam salah saji material dari kesalahan atau penipuan karena CEO insentif

membayar skema peningkatan risiko yang dirasakan oleh auditor.Dewan Direksi

mengharapkan auditor eksternal dapat mendeteksi adanya manipulasi penghasilan

secara berlebihan(Bedard et al, 2004a, 2004b) dan Vafeas & Waeglein (2007).

Hasil penelitian Sehrish Rustam (2013) menunjukkan bahwa kompensasi insentif

tidak sesuai dalam pengganti upaya audit dalam mendisiplinkan manajemen perusahaan.

Oleh karena itu, kompensasi insentif CEO hanya menyelaraskan kepentingan manajer

dan pemegang saham dalam perusahaan tetapi tidak menyebabkan peningkatan atau

penurunan biaya audit

H5 :Terdapat hubungan negatif antara kompensasi CEO dengan fee audit

2.7 Hubungan antara Manajemen Laba dengan Fee Audit

Perusahaan dengan tingkat manajemen laba yang tinggi lebih cenderung untuk

membayar feeaudit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki

tingkat manajemen laba yang rendah (van Cameghem, 2009).

Page 7: 038.pdf

Sedangkan Chaney dkk. (2004) (dalam van Cameghem, 2009) menemukan

bahwa perusahaan membayar lebih audit fees lebih tinggi karena jasa auditor dalam

mengaudit laporan keuangan yang digunakan alat monitor bagi stakeholders. Fan dan

Wong (2005) menemukan bahwa feeaudit berpengaruh terhadap manajemen laba

perusahaan.Ghosh (2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa perusahaan

dengan tingkat manajemen laba yang tinggi cenderung membayar lebih feeaudit.

H6 :Terdapat hubungan positif antara Manajemen laba dengan fee audit

Penyajian model penelitin ini dapat dilihat pada gambar 1 di lampiran

===== GAMBAR 1 DISINI =====

3. METODE RISET

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi penelitian ini meliputi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013.Pemilihan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu tipe

pemilihan sampel tidak secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan

pertimbangan tertentu dan umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian

(Indirantoro dan Supomo). Kriteria yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian

ini adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31

Desember 2009-2013. (2) Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti

tersedia lengkap dalam laporan keuangan perusahaan. (4) Emiten menyertakan laporan

tahunan beserta laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. (5)

Laporan keuangan tahunan dalam bentuk rupiah

Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 36 sampel perusahaan

manufakturyang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan, sehingga

untuk periode 5tahun pengamatan (2009-2013) diperoleh 180 sampel perusahaan

perbankan (5 tahun x 36perusahaan). Metode pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan data sekunder yangdiambil dari annual report perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiatahun 2009-2013.Data sekunder diperoleh dari

situs www.idx.co.id.

Page 8: 038.pdf

3.2 Variebel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit. Iskak

dalam Suharli dan Nurlaelah (2008) mendefinisikan fee audit adalah honorarium yang

dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang

dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Pengungkapan data tentang fee

audit di Indonesia masih berupa voluntary disclosures sehingga belum banyak

perusahaan yang mencantumkan data tersebut di dalam annual report, oleh karena itu

data tentang fee audit akan diproksikan dengan total asset perusahaan. Menurut Simunic

(1996) bahwa besar kecilnya fee audit ditentukan oleh besar-kecilnya perusahaan yang

diaudit (client size). Ukuran perusahaan yang besar dengan jumlah asset (kekayaan)

yang tinggi membuat proses audit yang dilakukan oleh auditor eksternal akan semakin

rumit, hal itu akan mengakibatkan peningkatan besarnya fee audit yang dibebankan

pada perusahaan. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LnFEE di dalam

persamaan.

3.3 Variabel Independen

3.3.1 Komite Audit

Hay et al. (2008) dalam Widiasari (2009) menyatakan bahwa komite audit

bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan dan

pengendalian internal perusahaan serta sebagai penengah antara auditor internal dan

eksternal. Variabel akan dihitung dengan ketentuan bahwa komite audit memiliki

komite audit independen, ukuran komite audit, pertemuan komite audit dan keahlian

yang dimiliki oleh anggota komite audit.

Selanjutnya komite audit Independen diukur melalui persentase total komite

audit diluar komisaris independen terhadap total komite audit di dalam perusahaan dan

dilambangkan dengan ACInd, (Yatim et, al., 2006). Ukuran komite audit diukur melalui

jumlah total komite audit yang ada pada perusahaan dan dilambangkan dengan ACsize,

jumlah pertemuan komite audit diukur melalui jumlah total pertemuan yang dilakukan

komite audit selama periode akuntansi dan dilambangkan dengan ACmeet (Dillian,

2007), dan keahlian yang dimiliki komite audit yang terdiri dari paling tidak satu

anggota yang memiliki keahlian di bidang financial akan lebih efektif dalam mendeteksi

kesalahan penyajian yang material. Variabel ini diukur dari proporsi anggota Komite

Audit yang kompeten dengan jumlah anggota Komite Audit. Data untuk variabel ini

diperoleh dari laporan tahunan serta surat pengangkatan komisaris independen dan

Page 9: 038.pdf

Komite Audit serta Direktori Pasar Modal Indonesia dan dilambangkan dengan

ACExpr.

3.3.2 Kompensasi CEO

Kompensasi CEO disini diberikan kepada dewan direksi dan komisaris melalui

imbalan jangka pendek yang meliputi melalui total upah, gaji, tunjangan, bonus dan

iuran jaminan sosial . Kompensai yang diberikan jika diharapkan akan diselesaikan

seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat

pekerja memberikan jasa. Kompensasi CEO disini dilihat dari imbalan jangka pendek

yang diberikan kepada dewan direksi dan komisaris pada perusahaan manufaktur pada

tahun tersebut. Kompensasi CEO dilambangkan dengan KE.

3.3.3 Manajemen Laba

Praktik manajemen laba diukur dengan discretionary accruals yang diperoleh

dengan cara menselisihkan total accruals (TAC) dan nondiscretionary accruals

(NDAC). Dalam menghiung DACC, menggunakan model Kothari et.al.(2005). Model

tersebut mempunyai daya prediksi yang lebih kuat dibandingkan dengan model

sebelumnya yaitu model modifikasian Jones (1991) karena model Kothari et.al (2005)

dapat memberikan tambahan kontrol terhadap proksi manipulasi laba.Dalam penelitian

ini menghitung manajemen laba menggunakan perhitungan diskresioner akrual metode

kinerja yang cocok yaitu model Kothari et al. (2005).

Nilai discretionary accruals merupakan nilai residual (ε) yang terdapat pada

persamaan di atas. Jadi untuk menghitung nilai discretionary accrual dilakukan

beberapa tahap perhitungan sebagai berikut:

1. Menghitung total akrual dengan persamaan :

Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas

operasi (cash flow from operating)

2. Menghitung nilai akrual dengan persamaan : 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇−1

= 𝑎𝑎11

𝑇𝑇𝑇𝑇−1+ 𝑎𝑎2

∆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇−1

+ 𝑎𝑎3𝑃𝑃𝑃𝑃𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇− 1

+ 𝑎𝑎4 ROA + 𝜀𝜀

Keterangan: TAC = total accrual perusahaan i pada periode t TA-1 = total aset perusahaan i pada akhir tahun t - 1

∆SALES = perubahan penjualan perusahaan i pada periode t-1 ke t. PPE = gross property, plant, and equipment perusahaan ROA = return of asset perusahaan I pada akhir tahun t – 1

Page 10: 038.pdf

3. Menghitung nilai non-discretionary accruals (NDA) dengan persamaan:

NDAt = 𝑎𝑎01

𝑇𝑇𝑇𝑇−1+ 𝑎𝑎1

∆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇−1

+ 𝑎𝑎2𝑃𝑃𝑃𝑃𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇− 1

+ 𝑎𝑎4 ROA

Keterangan:

NDAt = non-discretionary accruals perusahaan i pada tahun t. 𝑎𝑎 = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada

perhitungan total akrual.

4. Menghitung nilai discretionary accruals:

DACt = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇−1

− NDAt

Keterangan: DACt = discretionary accruals perusahaan i pada periode t.

3.4 Variabel Kontrol

Kantor akuntan publik yang memiliki nama besar (Big 4) dipandang sebagai

auditor yang akan menghasilkan tingkat kualitas audit yang melebihi persyaratan

minimal keprofesionalan dan kualitas dari Kantor Akuntan Publik yang tidak memiliki

nama besar (Francis and Krishnan dalam Halim, 2005). Kantor Akuntan Publik atau

Auditor yang berkualitas tinggi membuat sedikit kesalahan daripada auditor yang

berkualitas rendah sehingga memiliki fee audit yang lebih tinggi dari auditor yang

berkualitas rendah (Diacon dalam Halim, 2005).Variabel ini menggunakan skala

nominal, yaitu angka 1 untuk mengindikasikan penggunaan Kantor Akuntan Publik Big

4 serta angka 0 untuk mengindikasikan penggunaan Kantor Akuntan Publik selain Big

4. Selanjutnyavariabel ini akan dilambangkan dengan KAP dalam persamaan.

Adanya kesulitan keuangan perusahaan mendorong terjadinya salah saji dalam

laporan keuangan karena manajemen berupaya menutupi rendahnya kemampuan

keuangan perusahaan.Kondisi keuangan (financial condition) yang lemah berpotensi

memperbesar risiko audit, untuk itu auditor melakukan prosedur audit tambahan (Arens

dan Loebbecke, 1988). Oleh karena itu, semakin tinggi leverage klien, semakin besar

tingkat risiko dari perusahaan tersebut, sehingga prosedur audit tambahan diperlukan

yang berdampak juga pada waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan audit dari klien

tersebut dan semakin tinggi fee audit yang dibebankan kepada klien karena tingkat

risiko yang lebih besar dari perusahaan tersebut (Collier dan Gregory,1996).

Page 11: 038.pdf

3.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif, uji asumsi klasik

dan pengujian hipotesis dengan bantuan program SPSS Release 20. Sebagai persyaratan

pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data

penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien

(Gujarati, 2010).Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

autokorelasi dan uji heterokedastisitas.Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis

regresi berganda. Adapun model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

LnFEE = bo + b1(BIG4) + b2(LEV) + b3(KE) +b4(ACexp)+ b5(ACmeet) + b6(ACsize)

+ b7(ACInd) + b8(DA) + ℮

Dimana: LnFEE = logaritma natural dari fee audit Big4 = auditor BIG4 LEV = rasio kewajiban atas aset perusahaan KE = jumlah kopensasi eksekutif ACexp = jumlah keahlian yang dimiliki komite audit ACmeet = jumlah dari pertemuan komite audit ACsize = jumlah ukuran komite audit ACInd = jumlah komite audit independen DA = discretionary accruals (proksi manajemen laba) ℮ = error

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Tabel 1 menyajikan hasil pengujian statistik deskriptif karakteristik komite audit

dan ketepatan waktu pelaporan keuangan.

===== TABEL 1 DISINI =====

Statistik deskriptif pada Tabel 1 menunjukkan variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini. Dari tabel 1 maka dapat di lihat bahwa nilai mean biaya audit

yang di proksikan dengan logaritma natural total asset (LNFEE) untuk perusahaan

manufaktur adalah8.4378102. Dari tabel 4.3 dapat dilihat juga nilai minimum LnFEE

sebesar -19.02102 dan nilai maksimum LnFEE sebesar 20.41397

Variabel komite audit independen (ACInd) memiliki nilai minimum 0.2500,

sedangkan nilai maksimum sebesar 0.8000. Variabel ukuran komite audit (ACsize)

memiliki nilai minimum 3, sedangkan nilai maksimum sebesar 6. Variable pertemuan

komite audit (ACmeet) memiliki nilai minimum 0.2500, sedangkan niai maksimum

sebesar 1. variable keahlian komite audit (ACexp) memiliki nilai minimum 0.2500,

Page 12: 038.pdf

sedangkan nilai maksimum sebesar 1.variable kompensasi yang diberikan ke CEO (KE)

memiliki nilai minimum 444.0, sedangkan nilai maksimum 5935211.0. variable

manajemen laba (DA) memiliki nilai minimum -481.817, sedangkan nilai maksimum

8.1216. Adapun variabel ukuran KAP (KAP) memiliki nilai minimum sebesar 0 dan

nilai maksimum sebesar 1 dan variable rasio hutang terhadap total asset (LEV) memiliki

nilai minimum sebesar 0,100 dan nilai maksimum sebesar 2,600.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2006) dalam analisis regresi berganda (multiple

regression)pengujian validitas data dilakukan sebagai syarat analisa regresi berganda

agar penaksiranparameter dan koefisien regresi valid, tidak bias dan konsisten. Maka

berdasarkan pengujianasumsi klasik dengan menggunakan analisis Kolmogorov-

Smirnov, uji DW, dan Toleranceatau VIF pada tabel 2 diketahui bahwa data yang

digunakan dalam penelitian ini berdistribusinormaldan valid.

Tabel 2 menunjukkan hasil uji normalitas data

===== TABEL 2 DISINI =====

Berdasarkan tabel 2, uji normalitas data menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov menurut Gujarati (2006) dilakukan dengan melihat hasil

pengujian Kolmogorov-Sminorv (K-S). Dari tabel diatas menunjukan nilai asymptotic

significance sebesar 0,924, maka nilai asymptotic significance>0.05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal.

Tabel 3 menunjukkan hasil autokorelasi

===== TABEL 3 DISINI =====

Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 2,103 nilai ini

dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah

sampel 180 dan jumlah variabel independen 8 (k=8), maka di tabel Durbin Watson yang

digunakan 1,686. Oleh karena nilai DW 2,103 lebih besar dari batas atas (du) 1,686 dan

lebih kecil dari 4 – du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas

===== TABEL 4 DISINI =====

Dari hasil pengujian tersebut didapatkan R2 sebesar 0.206 dan c2 = 180 x 0.206

sehingga hasil c2 hitung adalah 37,08. Hasil ini lebih kecil daripada c2 tabel dengan n =

180 dan nilai signifikansi 5% sebesar 124,342. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat heteroskedastisitas.

Page 13: 038.pdf

Tabel 5 menunjukkan hasil uji multikolinearitas

===== TABEL 5 DISINI =====

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi

berganda dapat dilihat dari Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), dengan

dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: (1) jika nilai tolerance di atas 0,1 atau

sama dengan nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi masalah multikolinearitas,

artinya model regresi tersebut baik. (2) jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 maka

terjadi masalah multikolinearitas, artinya model regresi tersebut tidak baik (Ghozali,

2011). Adapun hasil dari uji multikolinearitas dari penelitian ini dapat dilihat sebagai

berikut :

Hasil pengujian tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki

nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa

tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel dalam model

regresi tersebut.

4.3 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa komite audit independen

mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,499 yang menunjukkan bahwa hipotesis 1

ditolak karena tigkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 0,678 lebih

kecil dari t tabel = 1,6534. Variabel ukuran komite audit mempunyai tingkat

signifikansi sebesar 0,005 yang menunjukkan bahwa hipotesis 2 diterima karena tingkat

signifikansinya sama dengan 0,005 dan t hitung = 2.834 lebih besar dari t table =1,6534.

Variable pertemuan komite audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,271 yang

menunjukkan bahwa hipotesis 3 ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari

0,05 dan t hitung = 1.105 lebih kecil dari t tabel = 1,6534. Variabel kehalian komite

audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,809 yang menunjukkan bahwa hipotesis

4 ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 0,242 lebih

kecil dari t tabel = 1,6534. Variable kompensasi CEO mempunyai tingkat signifikansi

0,205 yang menunjukkan bahwa hipotesis 5 diterima karena tingkat signifikansinya

lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 1,276 lebih kecil dari t tabel = 1,6534. Variable

manajemen laba mempunyai tingkat signifikansi 0,358 yang menunjukkan bahwa

hipotesis 6 ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung =

Page 14: 038.pdf

0,923 lebih kecil dari t tabel = 1,6534. Sedangkan variabel kontrol rasio hutang terhadap

total asset mempunyai tingkat signifikansi 0,518 yang menunjukkan bahwa hipotesis 6

ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 0,649 lebih

kecil dari t tabel = 1,6534. Dan variabel ukuran KAP mempunyai tingkat signifikansi

0,036 yang menunjukkan bahwa hipotesis 7 diterima karena tingkat signifikansinya

lebih kecil dari 0,05 dan t hitung = 2,121 lebih besar dari t tabel =1,6534.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Hubungan antara Komite Audit Independen denganFee Audit

Penelitian mendukung penelitian Goodwin Stewart dan Kent (2006), Singh-

Newby (2010), dan Wibowo dan Rohman (2013). Hasil penelitian mereka menemukan

bahwa komite audit independen tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit

eksternal..Hal ini disebabkan adanya surat edaran dari Bursa Efek Indonesia perihal

keanggotaan komite audit yang mengatur bahwa anggota komite audit yang berasal dari

komisaris maksimum hanya satu orang dan harus merupakan komisaris independen

perusahaan, sehingga tidak terdapat variasi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa keberadaan komite audit dalam perusahaan telah diatur dalam

peraturan Bapepam mewajibkan perusahaan publik untuk membentuk suatu komite

audit yang beranggotakan paling sedikit tiga orang dan diketuai oleh komisaris

independen.

4.4.2 Hubungan antara Ukuran Komite Audit denganFee audit

Hasil penelitian mendukung penelitian Dillan (2007) yang menemukan bahwa

ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Selain

itu, hasil penelitian konsisten dengan rekomendasi oleh Blue Ribbon Committee

(1999). Rekomendasi tersebut sehubungan dengan ukuran komite audit, penelitian ini

berpendapat bahwa komite audit yang lebih besar cenderung untuk meningkatkan

kualitas pelaporan keuangan, sehingga fee audit eksternal lebih tinggi.

4.4.3 Hubungan antara Pertemuan Komite Audit denganFeeAudit

Penelitian ini mendukung dari penelitian Wibowo (2012) dimana Intensitas rapat

yang dilakukan komite audit memiliki pengaruh terhadap fee audit eksternal, dimana

pengaruhnya adalah negative atau berbanding terbalik. Hal yang memungkinkan dapat

Page 15: 038.pdf

menjelaskan temuan ini adalah rapat yang dilakukan oleh komite audit bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, dan pada beberapa pertemuan komite audit

pasti terdapat pertemuan komite audit dengan pihak auditor eksternal, dimana komite

audit perusahaan akan lebih mempermudah kerja dari auditor eksternal, hal ini

berdampak pada waktu kerja auditor esternal akan semakin cepat karena keaktifan dari

komite audit yang diligent. Dengan demikian semakin singkatnya waktu audit ini akan

berpengaruh pada penentuan fee audit yang lebih rendah dibandingkan bila jam kerja

auditor eksternal lebih lama tanpa informasi yang jelas dan lengkap saat pertemuan

komite audit dan auditor eksternal

4.4.4 Hubungan antara Keahlian Komite Audit denganFeeAudit

Peneltian ini mendukung dari Wibowo (2012) keahlian dari Komite Audit akan

mengurangi pengujian substantif oleh auditor eksternal sehingga diharapkan dapat

memperkecil fee audit. Sehingga hal ini berdampak pada kualitas pelaporan keuangan

perusahaan yang meningkat, dengan demikian maka risiko kesalahan salah saji semakin

kecil, hal ini berdampak pada lingkup pengujian auditor eksternal semakin kecil pula,

yang pada gilirannya akan berdampak pada penentuan fee audit yang lebih rendah.

4.4.5 Hubungan antara Kompensasi CEO dengan FeeAudit

Penelitian ini mendukung penelitian sehrish rustam (2013) Hasil menunjukkan

bahwa kompensasi yang dibayarkan CEO tidak dapat dalam upaya audit dalam

mendisiplinkan manajemen. Oleh karena itu, insentif kompensasi eksekutif hanya

menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham dalam perusahaan tetapi

tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan biaya audit.Temuan dari studi kami

adalah konsisten dengan studiBedard et al. (2004a, 2004b)dan Vafeas dan Waeglein

(2007) yang memberikan bukti audit yang lebih besar biaya untuk klien audit yang

memiliki penghasilan lebih besar manipulasi dan risiko tata kelola perusahaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa auditor di Pakistan tidak memberikan perhatian khusus

terhadap praktek membayar klien mereka sementara menentukan biaya yang

dibebankan atau usaha yang diberikan dalam proses audit.

4.4.6 Hubungan antara Manajemen Laba denganFeeAudit

Dari hasil ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan oleh

perusahaan masih tetap berada pada jalur yang sesuai atau dengan kata lain tidak

melanggar PSAK. Sehingga ada atau tidaknya praktik manajemen laba di dalam suatu

Page 16: 038.pdf

perusahaan tidak memiliki hubungan besar kecilnya fee audit yang diberikan kepada

auditor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Cyntia (2014)

dimana manajemen laba tidak memiliki hubungan terhadap fee audit.Hal tersebut sesuai

dengan opini wajar tanpa pengecualian yang diberikan oleh auditor pada massing-

masing laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian tsb.Hasil

penelitian ini tidak mendukung penelitian yang diajukan oleh Gosh (2011) dan

Caneghem (2009) bahwa perusahaan dengan tingkat manajemen laba yang tinggi akan

cenderung untuk membayar fee audit yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki tingkat manajemen laba yang rendah.

4.5.7 Pengujian Variabel Kontrol

Hasil regresi sebagaimana tampak pada tabel menunjukan leverage tidak

memiliki hubungan terhadapfeeaudit. hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Dyah (2013) hasil penelitiannya menyatakan bahwa leverage

memiliki hubungan negative terhadap fee audit.

Hasil dari penelitian ukuran KAP memiliki hubungan positif terhadap fee

audit.Hasil ini mendukung hasil penelitian Francis dan Simon (1987). Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa KAP yang memiliki reputasi baik (dalam penelitian ini di

proksi dengan Big 4) menerima fee audit lebih tinggi dibandingkan KAP non Big 4,

atau dengan kata lain fee audit akan ditetapkan lebih tinggi untuk KAP yang masuk

kategori The Big 4 dibandingkan Non The Big 4.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

simpulannya yaitu :Komite audit independen mimiliki hubungan negative terhadap

pemberian fee audit perusahaan. Konsisten dengan penelitian Wibowo dan Rohman

(2013).Bursa Efek Indonesia menetapkan keanggotaan komite audit yang mengatur

bahwa anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum hanya satu orang

dan harus merupakan komisaris independen perusahaan, sehingga tidak terdapat

variasi.Ukuran komite audit memiliki hubungan positif terhadap pemberian fee audit.

Konsisten dengan penelitian Dillan (2007) dimana dengan ukuran komite audit,

penelitian ini berpendapat bahwa komite audit yang lebih besar cenderung untuk

meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, sehingga fee audit eksternal lebih

Page 17: 038.pdf

tinggi.Pertemuan komite audit memiliki hubungan negative terhadap pemberian fee

audit perusahaan, konsisten dengan penelitian Wibowo (2012), dimana adanya hubugan

negative. Hal yang memungkinkan dapat menjelaskan temuan ini adalah rapat yang

dilakukan oleh komite audit bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan

keuangan. Keahlian komite audit memiliki hubungan negative terhadap pemberian fee

audit perusahaan manufaktur di Indonesia.Pemberian kompensasi CEO memiliki

hubungan negative terhadap pemberian fee audit perusahaan.Mendukung penelitian

sehrish rustam (2013) Hasil menunjukkan bahwa kompensasi yang dibayarkan CEO

tidak dapat dalam upaya audit dalam mendisiplinkan manajemen. Oleh karena itu,

insentif kompensasi eksekutif hanya menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang

saham dalam perusahaan tetapi tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan biaya

audit.Manajemen Laba memiliki hubungan negative terhadap pemberian fee audit

perusahaan manufaktur di Indonesia. Dari hasil ini menunjukkan bahwa praktik

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan masih tetap berada pada jalur yang

sesuai atau dengan kata lain tidak melanggar PSAK. Sehingga ada atau tidaknya praktik

manajemen laba di dalam suatu perusahaan tidak memiliki hubungan besar kecilnya fee

audit yang diberikan kepada auditor.

5.2 Saran dan Keterbatasan

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang

lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal

diantaranya:Lebihmemperkaya variabel dari sturktur corporate governance. Karena

pada penelitian ini hanya menggunakan variabel komite audit dari bagian corporate

governance.Pengukuran terhadap variabel fee audit pada penelitian mendatang

sebaiknya menggunaka perusahan-perusahaan yang mencantumkan data tentang fee

audit.Pada penelitian ini data mengenai fee audit masih diproksikan menggunakan

logaritma natural dari total asset.Perusahaan yang ingin melakukan praktik manajemen

laba agar dalam pengambilan keputusannya tetap sesuai dengan aturan-aturan yang

ditetapkan oleh PSAK.

Page 18: 038.pdf

Daftar Pustaka

Abbott, L. J., S. Parker, and G. F. Peters. 2006. Earnings management, litigation risk, and asymmetric audit fee responses. Auditing: A Journal of Practice & Theory 25 (1):85-98.

Anonim. Keputusan Institut Akuntan Publik Indonesia Nomor: 024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Tanggal 2 Juli 2008.

Arifin.2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan).http://eprint.undip.ac.id/333/1/Arifin.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2014

A.Bliss Mark., Ferdinand A. Gul. And Abdul Majid. 2011. Do political connections affect the role of independent audit commitees and CEO Duality? Some evidence from Malaysian audit pricing. Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. Hal. 82-98.

A.Rainsbury, Elizabeth., Michael Bradbury. Steven F. Cahan. 2009. The Impact of Audit Commitee Quality on Financial Quality and Audit Fees. Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. 5. Hal. 20-33

A.Griffina, Paul., David H. Lont. And Yuan Sunb. 2008. Corporate Governance and Audit Fees: Evidence of Countervailing Relations. Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. 4. No. 1. Hal. 18-49

Arrens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, &, Amir Abadi Jusuf. 2010.Jasa Audit dan Assurance.Jakarta : Salemba Empat.

Aryani, Ika Kurnia. 2011. Pengaruh Internal Audit terhadap Audit Fee Dengan Penerapan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.Universitas Diponegoro.

Cadburry Committee.1992. Report on the Financial Aspects of Corporate Governance. Gee and Company Limited, London.

Carcello, J.V., Hermanson, D.R., Neal, T.I., and Riley, R.A. 2002. Board Characteristics and Audit Fees.Contemporary Accounting Research, Vol.19 No. 3, pp. 365-384.

Chahine, Salim., and Igor Filatotchev. 2011. The Effects of Corporate Governance and Audit and Non-Audit Fees on IPO Value. The British Accounting Review. Vol. 43. Hal. 155-172

Choi, J.-H., C. F. Kim, J.-B.Kim, and Y. Zang. 2010. Audit Office Size,Audit Quality, and Audit Pricing. Auditing: A Journal of Practice & Theory 29 (1):25.

Deddy, Yeni, dan Liza. 2011. Creative Accounting : Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

Dillian, CML.How a company’s level of corporate governance effects externalaudit fees?.Degree thesis, Hong Kong Baptist University, Hong Kong,2007.

Ebrahim, Ahmed. 2010. Audit Fee premium and auditor change: the effect of Sarbanes-Oxley Act. Managerial Auditing Journal. Vol. 25. No. 2. pp. 102-121

Engel, Ellen., RachelM.Hayes. and XueWang. 2010. Audit Committee Compensation and the Demand for Monitoring of the Financial Reporting Process. Journal of Accounting and Economics. Vol. 49. Hal. 136-154

Fatima, A. 2011. Audit fees and discretionary accruals: compensation structure effect. Managerial Auditing Journal 26 (2):90-113.

Ghosh, Saibal. 2011. Firm Ownership Type, Earning Mnagement and Auditor Relationships: Evidence from India. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4,2011 pp.350-369

Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Gul,F. A.,C.J.P.Chen, and J. S. L. Tsui. 2003. Discretionary Accounting Accruals, Managers' Incentives, and Audit Fees. Contemporary Accounting Research 20 (3):441-464.

Page 19: 038.pdf

Goodwin-Stewart, J. and Kent, P. (2006).The relation between external audit fees,audit committee characteristics and internal audit.Accounting and Finance (in press).

Johl, Shireenjit., Nava Subramaniam. and Mazlina Mat Zain. 2012. Audit Committe and CEO Ethnicity and Audit Fees: Some Malaysian evidence.The International Journal of Accounting. Vol. 47. Hal. 302-332

Juliana Sitorus, Irma. 2013. Analisi Peran Komite Audit Yang Efektif dan Independensi Dewan Komisaris. SNAB 2012.

Lifschutz. Shilo., Arie Jacobi. And Shlomit Feldshtein. 2010. Corporate Governance Characteristics and External Audit Fees : A studiy of Large Public Companies in Israel. International Journal of Business and Management. Vol. 5. No.3.

Kothari, S., A. J. Leone, and C. E. Wasley. 2005. Performance matched discretionary accrual measures. Journal of Accounting and Economics 39 (1):163-197.

Menteri Keuangan. 2008. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Jakarta

Nam, Hoai Le. 2014. Earnings Management and Audit Fee Responses in New Zealand. http://ssrn.com/abstract=2388579. Diakses pada tanggal 01 Mei 2014

Paramitha, Chintia. I Made Karya Utama. 2014. Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Fungsi Internal Audit, dan Praktik Manajemen Laba terhadap Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. ISSN: 2302-8556. Universitas Udayana (Unud), Bali.

Rizqiasih, Putri Diah. 2010. Pengaruh Struktur Governance Terhadap Fee Audit Eksternal.Skripsi, Universitas Diponegoro.

Rushtam, Sehrish., Kashif Rashid. And Khalid Zaman. 2013. The Realitionship Beetwen Audit Committees, Compensation Incentives and Corporate Audit Fees in Pakistan. Economic Modelling, Vol.31 No. 1, pp. 697-716

Simunic, D.A., Stein, M.T., 1996. The impact of litigation risk on audit pricing: a review of the economics and the evidence. Auditing: A Journal of Practice & Theory 15, 119–134 (Supplement).

Wysocki, Peter. 2010. Corporate Compensation Policies and Audit Fees. Journal of Accounting and Economics. Vol. 49. Hal. 155-160

Vafeas, N., Waeglein, J.F., 2007. The association between audit committees, compensation incentives, and corporate audit fees.Review of Quantitative Finance and Accounting28, 241–255.

Yatim, P., P. Kent and P. Clarkson. 2006. Governance Structures, Ethicity, and Audit Fees of Malaysian Listed Firms. Managerial Auditing Journal.Vol. 21.h. 757-782.

http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=475&t=Florus,%20Harus%20Ada%20Standarisasi%20Fee%20Audit%20&kat=Organisasi diakses tanggal 10 Maret 2014

diakses tanggal 10 Maret 2014

Page 20: 038.pdf

LAMPIRAN

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error Statistic Std.

Error LNFEE 180 -19.0210200 20.4139650 8.437810193 11.6161191198 -1.424 .181 .220 .360

Acind 180 .2500 .8000 .657778 .0851734 -3.049 .181 10.527 .360

ACSize 180 3 6 3.16 .486 3.330 .181 11.475 .360

ACMEET 180 1 20 5.91 4.119 1.464 .181 1.436 .360

ACExpert 180 .2500 1.0000 .598704 .1612380 -.391 .181 .405 .360

KE 180 444.0 5935211.0 117297.622 485940.2077 9.914 .181 115.997 .360

DA 180 -481.8170800000

8.1216630000 -2.556557479247

35.9371567236836 -13.399 .181 179.682 .360

Lev 180 .100 2.600 .48199 .324804 3.269 .181 17.587 .360

Kap 180 0 1 .44 .498 .248 .181 -1.960 .360

Valid N (listwise)

180

Tabel 2

Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SQRT_RES1

N 44 Normal Parametersa,b Mean .9799

Std. Deviation .48031 Most Extreme Differences Absolute .083

Positive .083 Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .549 Asymp. Sig. (2-tailed) .924 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Tabel 3

Uji autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .440a .193 .137 2728.60173 2.103

a. Predictors: (Constant), SQRT_KAP, SQRT_ACEXPERT, SQRT_KE, SQRT_ACIND, SQRT_DA, SQRT_ACMEET,

SQRT_LEV, SQRT_ACSIZE

b. Dependent Variable: SQRT_TAFEE Tabel 4

uji heteroskedastisitas Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .551a .303 .206 6.91321 a. Predictors: (Constant), X12345678, KE2, ACIND2, DA2, LEV2, ACEXPERT2, KAP2, ACSize, ACMEET, lev, DA, KE, ACExpert, ACMEET2, ACSIZE2

Page 21: 038.pdf

Tabel 5 Ujimultikolinearitas

Gambar 1

Model Penelitian

Sumber: Rustam et.al (2013) dan Saibal Ghosh (2010)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -18054.156 5727.139 -3.152 .002

SQRT_ACIND 3012.471 4440.855 .060 .678 .499 .904 1.106 SQRT_ACSIZE 8238.103 2906.922 .288 2.834 .005 .687 1.456 SQRT_ACMEET 437.646 395.909 .110 1.105 .271 .713 1.403 SQRT_ACEXPERT 531.009 2196.136 .021 .242 .809 .960 1.041 SQRT_KE 1.023 .801 .109 1.276 .205 .972 1.029 SQRT_DA 643.895 697.479 .079 .923 .358 .957 1.045 SQRT_LEV 894.639 1378.900 .057 .649 .518 .930 1.076 SQRT_KAP 1073.563 506.231 .181 2.121 .036 .968 1.033

a. Dependent Variable: SQRT_TAFEE

Komite Audit Independen (X1)

• Leverage • Ukuran KAP

Kompensasi CEO (X5)

Fee Audit

Manajemen Laba (X6)

Ukuran Komite Audit (X2)

Pertemuan Komite Audit (X3)

Keahlian Komite Audit (X4)


Recommended