Date post: | 05-Jan-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | septi-dwi-putri |
View: | 245 times |
Download: | 6 times |
KETERKAITAN ANTARA KOMITE AUDIT, KOMPENSASI CEO DAN
MANAJEMEN LABA DENGAN FEE AUDIT PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)
Anistya Vinta Desi Lili Sugeng Wiyantoro
Helmi Yazid (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa – Banten)
Abstract
This research aims to examine the relationship between audit committes, Compensation CEO, and Earning Management by corporate fee audit.The independent variables are used in this study are audit Committees, compensation pay to chief executive officers (CEO)and Earning management is estimated by discretionary accruals Khotari Model (2005). In this study, there dependent variables is fee audit corporate. In other hand, audit fees is estimated by natural logarithm of total asset that reported in annual report.
This research use library research methods and documentation. Datataken from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and FinancialStatements manufacturing company.The analysis method of this research usingmultiple regression. This research uses data from manufacturing companies listedin Bursa Efek Indonesia (BEI) years from 2009 to 2013. Sample of this researchare 36 sample companies.
The results of this researchof regression indicatesthe size of the audit committee and audit firm sizeare significantly associated to audit fee levels, consistent with the argument that audit committees complementthe work of external auditors in monitoring management. In contrast, chief executive officers (CEO)pay incentives compensation complement nor substitute for audit effort in disciplining firm management. Earnings management do not effect auditor choice and audit fees. Auditor choice also effect audit fees.
Keyword : Audit committees, Compensation CEO, earning management,
fee audit.
1. PENDAHULUAN
Dalam penggunaan jasa auditor eksternal, perusahaan mengeluarkan biaya untuk
membayar jasa auditor eksternal.Biaya ini biasanya disebut juga dengan
feeaudit.Sedangkan Iskak (1999) mendefinisikan audit fees sebagai hororarium yang
dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang
dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Berdasarkan surat keputusan
ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia pada tangga 2 Juli 2008 nomor
KEP.24/IAPI/VII/2008 mengenai Kebijakan Penentuan Fee Audit dimana surat tersebut
digunakan sebagai pedoman bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
dalam menentukan besarnya imbalan yang wajar atas jasa profesional yang mereka
berikan sebagai akuntan publik. Untuk mengatasi perbedaan kepentingan dan masalah
agensi yang timbul adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
(Corporate Governance).Corporate governance menciptakan berbagai mekanisme yang
bertujuan untuk meyakinkan tindakan yang dilakukan manajemen sudah sejalan dengan
kepentingan dari para pemegang saham (Susiana dan Herawaty, 2007).
Dalam konsep Good corporate governance, salah satu komponen yang berperan
penting dalam proses penerapan tata kelola perusahaan yang baik adalah komite audit.
Bursa Efek Jakarta mengeluarkan peraturan No.Kep-315/BEJ/06-2000 yang kemudian
disempurnakan dengan peraturan No.Kep-339/BEJ/07-2001 pada tanggal 1 Juli 2001
mengenai pembentukan komisaris independen, komite audit, dan sekretaris dewan bagi
perusahaan publik yang terdaftar. Peraturan tersebut mewajibkan perusahaan tercatat
memiliki komite audit (Suaryana, 2005). Hal ini didukung oleh Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-29/PM/2004 yang menyatakan bahwa komite audit adalah komite
yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsinya. Dengan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukan akuntan publik yang akan mengaudit laporan keuangan yang didasarkan
pada independensi, ruang lingkup penugasan dan fee audit. Komite audit berfungsi
sebagai penghubung antara pihak eksternal auditor dengan pihak internal auditor
termasuk menampung segala masalah yang menyangkut bidang akuntansi, pengawasan
internal, dan bidang auditing. Komite audit juga berfungsi sebagai mediator dalam
berkomunikasi antara dewan direksi, akuntan publik dan internal auditor (Ikatan Komite
Audit Indonesia, 2004).
Kompensasi CEO dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham
dalam perusahaan tetapi tidak menyebabkan dengan kenaikan atau penurunan biaya
audit. Kompensasi berdasarkan insentif mendorong eksekutif untuk mengelola
penghasilan untuk keuntungan keuangan pribadi (Cheng and Warfield,2005; Feng et al.,
(2011); Jiang et al., 2010).Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang sering
muncul dikarenakan adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan diantara para
pemegang saham dengan manajemen perusahaan (Iqbal, 2007).
Manajemen laba terkait dengan item akuntansi yang membutuhkan penilaian.
Dengan demikian, saat manajemen laba meningkat, peningkatan penilaian risiko yang
melekat yang akan mengakibatkan membutuhkan pekerjaan audit lebih, ulasan luas dan
pengawasan yang ketat dari staf untuk mencapai tingkat yang diinginkan dalam jaminan
audit, (Arenset al., 2008 dalam Fatima, 2011). Oleh karena itu, peningkatan pekerjaan
audit dikaitkan dengan peningkatan biaya audit. Gul et al. (2003) menunjukkan bahwa
akrual dapat digunakan oleh oportunis manajer untuk menyembunyikan kinerja atau
menunda sebagian dari pendapatan saat ini yang sangat tinggi untuk tahun-tahun
mendatang.
Dari uraian diatas, ditemukan research gap, sehingga peneliti melakukan penelitian
mengenai hubungan antara komite audit, kompensasi intensif, dan manajemen laba
dalam penetapan besarnya fee audit yang diberikan terhadap auditor eksternal di
perusahaan.
2. KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen (pihak
manajemen suatu perusahaan) dengan prinsipal (pemilik). Pemegang saham atau
prinsipal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan
suatu jasa atas nama prinsipal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. (Jensen
dan Meckling, 1976).Menurut Scott (1997) dalam Arifin (2005), inti dari agency theory
adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan
agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.
Dalam teori agensi, agen diharuskan memberikan informasi yang rinci dan relevan
kepada prinsipal.Namun, pada kenyataannya hal tersebut bukanlah hal yang mudah
karena adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal.Kepentingan prinsipal
sebagai pemegang saham adalah untuk memperoleh pengungkapan informasi oleh agen
mengenai keadaaan perusahaan secara relevan, tepat waktu, dan akurat sebagai dasar
pembentukan keputusan. Namun di sisi lain, agen sebagai pihak yang berhubungan
langsung dengan kegiatan perusahaan tidak bergantung terhadap pengungkapan
informasi tersebut dalam pembuatan keputusan (Mahendra, 2013). Perbedaan
kepentingan ini menyebabkan terjadinya asimetri informasi.Tugas auditor dalam
mengungkapkan adanya masalah asimetri informasi ini,sehingga memberikan hubungan
terhadap pemberian fee audit Sehrish et.,al (2013).
2.2 Hubungan antara Komite Audit Independen dengan FeeAudit
Menurut penelitian Sehrish Rustam et al., (2013) anggota komite audit independen
secara signifikan berhubungan dengan tingkat fee audit, konsisten dengan argumen
bahwa komite audit melengkapi pekerjaan auditor eksternal dalam monitoring
manajemen.Hasil tersebut konsisten dengan penelitian Abbot et al., (2003) dan Dillan
(2007) menunjukan adanya pengaruh positif signifikan independensi komite audit
(komite audit yang berasal dari luar perusahaan) terhadap fee audit eksternal. Carcello
dan Neal (2000) juga mengamati hubungan positif yang signifikan antara audit komite
independen dan biaya audit.
Komite audit juga dapat menuntut tambahan prosedur audit di luar rencana audit
awal untuk mengungkap terjadinya manipulasi dan risiko pada perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa independensi komite audit menuntut tingkat yang lebih besar dari
kepastian audit dan berpotensi memberikan dukungan kuat bagi auditor selama lingkup
negosiasi dengan manajemen. Hal ini pada akhirnya dapat mengakibatkan fee audit
yang lebih tinggi (Abbot et. al., 2003).
H1 : Terdapathubungan positif antara audit komite independen denganfee audit
2.3 Hubungan antara Ukuran Komite Audit dengan Fee Audit
Menurut Dillan (2007) yang menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh
positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Raghunan dan Rama (2007) menyatakan
bahwa peningkatan jumlah komite audit dapat memberikan pengawasan yang lebih
efektif dan lebih baik kinerja pada perusahaan.
Penelitian ini konsisten dengan hasil dari Sehrish et.,al (2013) yang memiliki
hubungan positif antara ukuran komite audit terhadap fee audit. Bahwa perusahaan
dengan ukuran komite audit besar akan memilih auditor eksternal yang berkualitas
tinggi dan membayar biaya lebih besar untuk para auditor.
H2 : Terdapat hubungan positif antara ukuran komite audit dengan feeaudit
2.4 Hubungan antara Pertemuan Komite Audit dengan Fee Audit
Komite audit pertemuan merujuk pada jumlah komite audit pertemuan yang
diselenggarakan setiap tahun. Razman dan Iskandar (2004) mengamati di Malaysia
bahwa perusahaan memiliki pelaporan bagus ketika mereka bertemu lebih sering karena
mereka dapat memantau kegiatan manajemen.
Sedangkan, hasil penelitian mendukung penelitian Goodwin-Stewart dan Kent
(2006) bahwa keberadaan komite audit, pertemuan komite audit serta peningkatan
fungsi audit internal berhubungan dengan kenaikan fee audit. Hal ini konsisten dengan
permintaan peningkatan kualitas audit oleh komite audit, dimana perusahaan dengan
struktur governance yang baik memiliki permintaan kualitas audit yang lebih tinggi,
sehingga meningkatkan fee audit eksternal.
Stewart dan Munro (2007) juga mengamati hubungan yang positif antara aktivitas
komite dengan fee audit.Kenaikan biaya karena waktu tambahan yang dikeluarkan oleh
auditor yang mempersiapkan untuk menghadiri pertemuan dengan anggota Komite
Audit yang dapat mengakibatkan fee audit meningkat.
H3 :Terdapat hubungan positif antara frekuensi pertemuan komite dangan fee audit
2.5 Hubungan antara Keahlian Komite Audit dengan Fee Audit
Efektivitas komite audit menunjukkan bahwa komite audit akan lebih efektif jika
anggotanya memiliki keahlian akuntansi dan keuangan. Blue Ribbon Committee (1999)
merekomendasikan komite audit minimal terdiri dari tiga anggota, dimana setiap
anggota paham akan masalah keuangan dan setidaknya satu dari anggota tersebut
memiliki keahlian manajemen keuangan dan akuntansi. Keahlian dari Komite Audit
akan mengurangi pengujian substantif oleh auditor eksternal sehingga diharapkan dapat
memperkecil fee audit.
Bedard et al., (2004a, 2004b) dan Dhaliwal et al., (2006) menunjukkan bahwa
komite audit dengan keahlian keuangan membatasi adanya mainpulasi laba di
perusahaan. Konsisten dengan penelitian Razman dan Iskandar (2004) menemukan
bahwa anggota komite audit yang memiliki kemampuan dan keahlian akuntansi akan
memberikan laporan keuangan dengan baik. Hal ini karena komite audit yang memiliki
keahlian akuntansi dan auditing mampu mengungkapan pelaporan dalam pemantauan
pengendalian internal. Yatim et al. (2006) dalam studi mereka di perusahaan-
perusahaan Malaysia juga mengamati hubungan positif yang signifikan untuk variabel
ini.
Sehrish et.,al (2013) menemukan komite audit dengan memiliki keahlian akuntansi
dan audit dapat mendukung auditor eksternal. Mereka mendukung auditor eksternal
ketika dihadapi dengan masalah akuntansi dan audit, dimana akan meningkatkan proses
audit dan meningkatkan biaya audit.
H4: Terdapat hubungan positif antara keahlian komite audit dengan feeaudit
2.6 Hubungan antara Kompensasi CEO dengan Fee Audit
Kompensasi yang diberikan terhadap CEO dapat berasal dari bonus, Kompensasi
intensif ini pada dasarnya dirancang untuk menyelaraskan manajer dan kepentingan
pemegang saham. Karena kesejajaran dalam kepentingan manajer dan pemegang
saham, manajer yang diharapkan akan kurang terlibat dalam manipulasi penghasilan.
Bonus ini diberikan manager dengan insentif untuk melakukan kegiatan mereka dalam
cara yang baik, yang mengakibatkan lebih rendah jumlah audit fee yang dibayarkan
kepada auditor eksternal untuk jasanya (Sehris Rustam, et al. 2013).
Healy (1985) memberikan bukti bahwa bonus berdasarkan pendapatan tahunan
kemungkinan meningkatkan manajer akan mengelola penghasilan secara obyektifitas
demi penghargaan bonus mereka.Auditor eksternal mengharapkan bahwa manajer
memiliki proporsi besar pada kompensasi tahunan mereka dalam bentuk rencana
bonus.Para manajer tergoda untuk memanipulasi penghasilan untuk meningkatkan
bonus mereka, yang mengakibatkan peningkatan fee audit.Kemungkinan memiliki
peningkatan dalam salah saji material dari kesalahan atau penipuan karena CEO insentif
membayar skema peningkatan risiko yang dirasakan oleh auditor.Dewan Direksi
mengharapkan auditor eksternal dapat mendeteksi adanya manipulasi penghasilan
secara berlebihan(Bedard et al, 2004a, 2004b) dan Vafeas & Waeglein (2007).
Hasil penelitian Sehrish Rustam (2013) menunjukkan bahwa kompensasi insentif
tidak sesuai dalam pengganti upaya audit dalam mendisiplinkan manajemen perusahaan.
Oleh karena itu, kompensasi insentif CEO hanya menyelaraskan kepentingan manajer
dan pemegang saham dalam perusahaan tetapi tidak menyebabkan peningkatan atau
penurunan biaya audit
H5 :Terdapat hubungan negatif antara kompensasi CEO dengan fee audit
2.7 Hubungan antara Manajemen Laba dengan Fee Audit
Perusahaan dengan tingkat manajemen laba yang tinggi lebih cenderung untuk
membayar feeaudit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
tingkat manajemen laba yang rendah (van Cameghem, 2009).
Sedangkan Chaney dkk. (2004) (dalam van Cameghem, 2009) menemukan
bahwa perusahaan membayar lebih audit fees lebih tinggi karena jasa auditor dalam
mengaudit laporan keuangan yang digunakan alat monitor bagi stakeholders. Fan dan
Wong (2005) menemukan bahwa feeaudit berpengaruh terhadap manajemen laba
perusahaan.Ghosh (2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa perusahaan
dengan tingkat manajemen laba yang tinggi cenderung membayar lebih feeaudit.
H6 :Terdapat hubungan positif antara Manajemen laba dengan fee audit
Penyajian model penelitin ini dapat dilihat pada gambar 1 di lampiran
===== GAMBAR 1 DISINI =====
3. METODE RISET
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi penelitian ini meliputi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013.Pemilihan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu tipe
pemilihan sampel tidak secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu dan umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian
(Indirantoro dan Supomo). Kriteria yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian
ini adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31
Desember 2009-2013. (2) Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti
tersedia lengkap dalam laporan keuangan perusahaan. (4) Emiten menyertakan laporan
tahunan beserta laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. (5)
Laporan keuangan tahunan dalam bentuk rupiah
Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 36 sampel perusahaan
manufakturyang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan, sehingga
untuk periode 5tahun pengamatan (2009-2013) diperoleh 180 sampel perusahaan
perbankan (5 tahun x 36perusahaan). Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan data sekunder yangdiambil dari annual report perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiatahun 2009-2013.Data sekunder diperoleh dari
situs www.idx.co.id.
3.2 Variebel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit. Iskak
dalam Suharli dan Nurlaelah (2008) mendefinisikan fee audit adalah honorarium yang
dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang
dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Pengungkapan data tentang fee
audit di Indonesia masih berupa voluntary disclosures sehingga belum banyak
perusahaan yang mencantumkan data tersebut di dalam annual report, oleh karena itu
data tentang fee audit akan diproksikan dengan total asset perusahaan. Menurut Simunic
(1996) bahwa besar kecilnya fee audit ditentukan oleh besar-kecilnya perusahaan yang
diaudit (client size). Ukuran perusahaan yang besar dengan jumlah asset (kekayaan)
yang tinggi membuat proses audit yang dilakukan oleh auditor eksternal akan semakin
rumit, hal itu akan mengakibatkan peningkatan besarnya fee audit yang dibebankan
pada perusahaan. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan LnFEE di dalam
persamaan.
3.3 Variabel Independen
3.3.1 Komite Audit
Hay et al. (2008) dalam Widiasari (2009) menyatakan bahwa komite audit
bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan dan
pengendalian internal perusahaan serta sebagai penengah antara auditor internal dan
eksternal. Variabel akan dihitung dengan ketentuan bahwa komite audit memiliki
komite audit independen, ukuran komite audit, pertemuan komite audit dan keahlian
yang dimiliki oleh anggota komite audit.
Selanjutnya komite audit Independen diukur melalui persentase total komite
audit diluar komisaris independen terhadap total komite audit di dalam perusahaan dan
dilambangkan dengan ACInd, (Yatim et, al., 2006). Ukuran komite audit diukur melalui
jumlah total komite audit yang ada pada perusahaan dan dilambangkan dengan ACsize,
jumlah pertemuan komite audit diukur melalui jumlah total pertemuan yang dilakukan
komite audit selama periode akuntansi dan dilambangkan dengan ACmeet (Dillian,
2007), dan keahlian yang dimiliki komite audit yang terdiri dari paling tidak satu
anggota yang memiliki keahlian di bidang financial akan lebih efektif dalam mendeteksi
kesalahan penyajian yang material. Variabel ini diukur dari proporsi anggota Komite
Audit yang kompeten dengan jumlah anggota Komite Audit. Data untuk variabel ini
diperoleh dari laporan tahunan serta surat pengangkatan komisaris independen dan
Komite Audit serta Direktori Pasar Modal Indonesia dan dilambangkan dengan
ACExpr.
3.3.2 Kompensasi CEO
Kompensasi CEO disini diberikan kepada dewan direksi dan komisaris melalui
imbalan jangka pendek yang meliputi melalui total upah, gaji, tunjangan, bonus dan
iuran jaminan sosial . Kompensai yang diberikan jika diharapkan akan diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat
pekerja memberikan jasa. Kompensasi CEO disini dilihat dari imbalan jangka pendek
yang diberikan kepada dewan direksi dan komisaris pada perusahaan manufaktur pada
tahun tersebut. Kompensasi CEO dilambangkan dengan KE.
3.3.3 Manajemen Laba
Praktik manajemen laba diukur dengan discretionary accruals yang diperoleh
dengan cara menselisihkan total accruals (TAC) dan nondiscretionary accruals
(NDAC). Dalam menghiung DACC, menggunakan model Kothari et.al.(2005). Model
tersebut mempunyai daya prediksi yang lebih kuat dibandingkan dengan model
sebelumnya yaitu model modifikasian Jones (1991) karena model Kothari et.al (2005)
dapat memberikan tambahan kontrol terhadap proksi manipulasi laba.Dalam penelitian
ini menghitung manajemen laba menggunakan perhitungan diskresioner akrual metode
kinerja yang cocok yaitu model Kothari et al. (2005).
Nilai discretionary accruals merupakan nilai residual (ε) yang terdapat pada
persamaan di atas. Jadi untuk menghitung nilai discretionary accrual dilakukan
beberapa tahap perhitungan sebagai berikut:
1. Menghitung total akrual dengan persamaan :
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas
operasi (cash flow from operating)
2. Menghitung nilai akrual dengan persamaan : 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇−1
= 𝑎𝑎11
𝑇𝑇𝑇𝑇−1+ 𝑎𝑎2
∆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇−1
+ 𝑎𝑎3𝑃𝑃𝑃𝑃𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇− 1
+ 𝑎𝑎4 ROA + 𝜀𝜀
Keterangan: TAC = total accrual perusahaan i pada periode t TA-1 = total aset perusahaan i pada akhir tahun t - 1
∆SALES = perubahan penjualan perusahaan i pada periode t-1 ke t. PPE = gross property, plant, and equipment perusahaan ROA = return of asset perusahaan I pada akhir tahun t – 1
3. Menghitung nilai non-discretionary accruals (NDA) dengan persamaan:
NDAt = 𝑎𝑎01
𝑇𝑇𝑇𝑇−1+ 𝑎𝑎1
∆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇−1
+ 𝑎𝑎2𝑃𝑃𝑃𝑃𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇− 1
+ 𝑎𝑎4 ROA
Keterangan:
NDAt = non-discretionary accruals perusahaan i pada tahun t. 𝑎𝑎 = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total akrual.
4. Menghitung nilai discretionary accruals:
DACt = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇−1
− NDAt
Keterangan: DACt = discretionary accruals perusahaan i pada periode t.
3.4 Variabel Kontrol
Kantor akuntan publik yang memiliki nama besar (Big 4) dipandang sebagai
auditor yang akan menghasilkan tingkat kualitas audit yang melebihi persyaratan
minimal keprofesionalan dan kualitas dari Kantor Akuntan Publik yang tidak memiliki
nama besar (Francis and Krishnan dalam Halim, 2005). Kantor Akuntan Publik atau
Auditor yang berkualitas tinggi membuat sedikit kesalahan daripada auditor yang
berkualitas rendah sehingga memiliki fee audit yang lebih tinggi dari auditor yang
berkualitas rendah (Diacon dalam Halim, 2005).Variabel ini menggunakan skala
nominal, yaitu angka 1 untuk mengindikasikan penggunaan Kantor Akuntan Publik Big
4 serta angka 0 untuk mengindikasikan penggunaan Kantor Akuntan Publik selain Big
4. Selanjutnyavariabel ini akan dilambangkan dengan KAP dalam persamaan.
Adanya kesulitan keuangan perusahaan mendorong terjadinya salah saji dalam
laporan keuangan karena manajemen berupaya menutupi rendahnya kemampuan
keuangan perusahaan.Kondisi keuangan (financial condition) yang lemah berpotensi
memperbesar risiko audit, untuk itu auditor melakukan prosedur audit tambahan (Arens
dan Loebbecke, 1988). Oleh karena itu, semakin tinggi leverage klien, semakin besar
tingkat risiko dari perusahaan tersebut, sehingga prosedur audit tambahan diperlukan
yang berdampak juga pada waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan audit dari klien
tersebut dan semakin tinggi fee audit yang dibebankan kepada klien karena tingkat
risiko yang lebih besar dari perusahaan tersebut (Collier dan Gregory,1996).
3.5 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif, uji asumsi klasik
dan pengujian hipotesis dengan bantuan program SPSS Release 20. Sebagai persyaratan
pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data
penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien
(Gujarati, 2010).Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi dan uji heterokedastisitas.Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
regresi berganda. Adapun model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
LnFEE = bo + b1(BIG4) + b2(LEV) + b3(KE) +b4(ACexp)+ b5(ACmeet) + b6(ACsize)
+ b7(ACInd) + b8(DA) + ℮
Dimana: LnFEE = logaritma natural dari fee audit Big4 = auditor BIG4 LEV = rasio kewajiban atas aset perusahaan KE = jumlah kopensasi eksekutif ACexp = jumlah keahlian yang dimiliki komite audit ACmeet = jumlah dari pertemuan komite audit ACsize = jumlah ukuran komite audit ACInd = jumlah komite audit independen DA = discretionary accruals (proksi manajemen laba) ℮ = error
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 1 menyajikan hasil pengujian statistik deskriptif karakteristik komite audit
dan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
===== TABEL 1 DISINI =====
Statistik deskriptif pada Tabel 1 menunjukkan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini. Dari tabel 1 maka dapat di lihat bahwa nilai mean biaya audit
yang di proksikan dengan logaritma natural total asset (LNFEE) untuk perusahaan
manufaktur adalah8.4378102. Dari tabel 4.3 dapat dilihat juga nilai minimum LnFEE
sebesar -19.02102 dan nilai maksimum LnFEE sebesar 20.41397
Variabel komite audit independen (ACInd) memiliki nilai minimum 0.2500,
sedangkan nilai maksimum sebesar 0.8000. Variabel ukuran komite audit (ACsize)
memiliki nilai minimum 3, sedangkan nilai maksimum sebesar 6. Variable pertemuan
komite audit (ACmeet) memiliki nilai minimum 0.2500, sedangkan niai maksimum
sebesar 1. variable keahlian komite audit (ACexp) memiliki nilai minimum 0.2500,
sedangkan nilai maksimum sebesar 1.variable kompensasi yang diberikan ke CEO (KE)
memiliki nilai minimum 444.0, sedangkan nilai maksimum 5935211.0. variable
manajemen laba (DA) memiliki nilai minimum -481.817, sedangkan nilai maksimum
8.1216. Adapun variabel ukuran KAP (KAP) memiliki nilai minimum sebesar 0 dan
nilai maksimum sebesar 1 dan variable rasio hutang terhadap total asset (LEV) memiliki
nilai minimum sebesar 0,100 dan nilai maksimum sebesar 2,600.
4.2 Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2006) dalam analisis regresi berganda (multiple
regression)pengujian validitas data dilakukan sebagai syarat analisa regresi berganda
agar penaksiranparameter dan koefisien regresi valid, tidak bias dan konsisten. Maka
berdasarkan pengujianasumsi klasik dengan menggunakan analisis Kolmogorov-
Smirnov, uji DW, dan Toleranceatau VIF pada tabel 2 diketahui bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini berdistribusinormaldan valid.
Tabel 2 menunjukkan hasil uji normalitas data
===== TABEL 2 DISINI =====
Berdasarkan tabel 2, uji normalitas data menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov menurut Gujarati (2006) dilakukan dengan melihat hasil
pengujian Kolmogorov-Sminorv (K-S). Dari tabel diatas menunjukan nilai asymptotic
significance sebesar 0,924, maka nilai asymptotic significance>0.05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal.
Tabel 3 menunjukkan hasil autokorelasi
===== TABEL 3 DISINI =====
Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 2,103 nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah
sampel 180 dan jumlah variabel independen 8 (k=8), maka di tabel Durbin Watson yang
digunakan 1,686. Oleh karena nilai DW 2,103 lebih besar dari batas atas (du) 1,686 dan
lebih kecil dari 4 – du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas
===== TABEL 4 DISINI =====
Dari hasil pengujian tersebut didapatkan R2 sebesar 0.206 dan c2 = 180 x 0.206
sehingga hasil c2 hitung adalah 37,08. Hasil ini lebih kecil daripada c2 tabel dengan n =
180 dan nilai signifikansi 5% sebesar 124,342. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat heteroskedastisitas.
Tabel 5 menunjukkan hasil uji multikolinearitas
===== TABEL 5 DISINI =====
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
berganda dapat dilihat dari Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: (1) jika nilai tolerance di atas 0,1 atau
sama dengan nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi masalah multikolinearitas,
artinya model regresi tersebut baik. (2) jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 maka
terjadi masalah multikolinearitas, artinya model regresi tersebut tidak baik (Ghozali,
2011). Adapun hasil dari uji multikolinearitas dari penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut :
Hasil pengujian tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa
tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel dalam model
regresi tersebut.
4.3 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa komite audit independen
mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,499 yang menunjukkan bahwa hipotesis 1
ditolak karena tigkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 0,678 lebih
kecil dari t tabel = 1,6534. Variabel ukuran komite audit mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,005 yang menunjukkan bahwa hipotesis 2 diterima karena tingkat
signifikansinya sama dengan 0,005 dan t hitung = 2.834 lebih besar dari t table =1,6534.
Variable pertemuan komite audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,271 yang
menunjukkan bahwa hipotesis 3 ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari
0,05 dan t hitung = 1.105 lebih kecil dari t tabel = 1,6534. Variabel kehalian komite
audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,809 yang menunjukkan bahwa hipotesis
4 ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 0,242 lebih
kecil dari t tabel = 1,6534. Variable kompensasi CEO mempunyai tingkat signifikansi
0,205 yang menunjukkan bahwa hipotesis 5 diterima karena tingkat signifikansinya
lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 1,276 lebih kecil dari t tabel = 1,6534. Variable
manajemen laba mempunyai tingkat signifikansi 0,358 yang menunjukkan bahwa
hipotesis 6 ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung =
0,923 lebih kecil dari t tabel = 1,6534. Sedangkan variabel kontrol rasio hutang terhadap
total asset mempunyai tingkat signifikansi 0,518 yang menunjukkan bahwa hipotesis 6
ditolak karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan t hitung = 0,649 lebih
kecil dari t tabel = 1,6534. Dan variabel ukuran KAP mempunyai tingkat signifikansi
0,036 yang menunjukkan bahwa hipotesis 7 diterima karena tingkat signifikansinya
lebih kecil dari 0,05 dan t hitung = 2,121 lebih besar dari t tabel =1,6534.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Hubungan antara Komite Audit Independen denganFee Audit
Penelitian mendukung penelitian Goodwin Stewart dan Kent (2006), Singh-
Newby (2010), dan Wibowo dan Rohman (2013). Hasil penelitian mereka menemukan
bahwa komite audit independen tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit
eksternal..Hal ini disebabkan adanya surat edaran dari Bursa Efek Indonesia perihal
keanggotaan komite audit yang mengatur bahwa anggota komite audit yang berasal dari
komisaris maksimum hanya satu orang dan harus merupakan komisaris independen
perusahaan, sehingga tidak terdapat variasi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa keberadaan komite audit dalam perusahaan telah diatur dalam
peraturan Bapepam mewajibkan perusahaan publik untuk membentuk suatu komite
audit yang beranggotakan paling sedikit tiga orang dan diketuai oleh komisaris
independen.
4.4.2 Hubungan antara Ukuran Komite Audit denganFee audit
Hasil penelitian mendukung penelitian Dillan (2007) yang menemukan bahwa
ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Selain
itu, hasil penelitian konsisten dengan rekomendasi oleh Blue Ribbon Committee
(1999). Rekomendasi tersebut sehubungan dengan ukuran komite audit, penelitian ini
berpendapat bahwa komite audit yang lebih besar cenderung untuk meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan, sehingga fee audit eksternal lebih tinggi.
4.4.3 Hubungan antara Pertemuan Komite Audit denganFeeAudit
Penelitian ini mendukung dari penelitian Wibowo (2012) dimana Intensitas rapat
yang dilakukan komite audit memiliki pengaruh terhadap fee audit eksternal, dimana
pengaruhnya adalah negative atau berbanding terbalik. Hal yang memungkinkan dapat
menjelaskan temuan ini adalah rapat yang dilakukan oleh komite audit bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, dan pada beberapa pertemuan komite audit
pasti terdapat pertemuan komite audit dengan pihak auditor eksternal, dimana komite
audit perusahaan akan lebih mempermudah kerja dari auditor eksternal, hal ini
berdampak pada waktu kerja auditor esternal akan semakin cepat karena keaktifan dari
komite audit yang diligent. Dengan demikian semakin singkatnya waktu audit ini akan
berpengaruh pada penentuan fee audit yang lebih rendah dibandingkan bila jam kerja
auditor eksternal lebih lama tanpa informasi yang jelas dan lengkap saat pertemuan
komite audit dan auditor eksternal
4.4.4 Hubungan antara Keahlian Komite Audit denganFeeAudit
Peneltian ini mendukung dari Wibowo (2012) keahlian dari Komite Audit akan
mengurangi pengujian substantif oleh auditor eksternal sehingga diharapkan dapat
memperkecil fee audit. Sehingga hal ini berdampak pada kualitas pelaporan keuangan
perusahaan yang meningkat, dengan demikian maka risiko kesalahan salah saji semakin
kecil, hal ini berdampak pada lingkup pengujian auditor eksternal semakin kecil pula,
yang pada gilirannya akan berdampak pada penentuan fee audit yang lebih rendah.
4.4.5 Hubungan antara Kompensasi CEO dengan FeeAudit
Penelitian ini mendukung penelitian sehrish rustam (2013) Hasil menunjukkan
bahwa kompensasi yang dibayarkan CEO tidak dapat dalam upaya audit dalam
mendisiplinkan manajemen. Oleh karena itu, insentif kompensasi eksekutif hanya
menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham dalam perusahaan tetapi
tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan biaya audit.Temuan dari studi kami
adalah konsisten dengan studiBedard et al. (2004a, 2004b)dan Vafeas dan Waeglein
(2007) yang memberikan bukti audit yang lebih besar biaya untuk klien audit yang
memiliki penghasilan lebih besar manipulasi dan risiko tata kelola perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa auditor di Pakistan tidak memberikan perhatian khusus
terhadap praktek membayar klien mereka sementara menentukan biaya yang
dibebankan atau usaha yang diberikan dalam proses audit.
4.4.6 Hubungan antara Manajemen Laba denganFeeAudit
Dari hasil ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan masih tetap berada pada jalur yang sesuai atau dengan kata lain tidak
melanggar PSAK. Sehingga ada atau tidaknya praktik manajemen laba di dalam suatu
perusahaan tidak memiliki hubungan besar kecilnya fee audit yang diberikan kepada
auditor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Cyntia (2014)
dimana manajemen laba tidak memiliki hubungan terhadap fee audit.Hal tersebut sesuai
dengan opini wajar tanpa pengecualian yang diberikan oleh auditor pada massing-
masing laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian tsb.Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang diajukan oleh Gosh (2011) dan
Caneghem (2009) bahwa perusahaan dengan tingkat manajemen laba yang tinggi akan
cenderung untuk membayar fee audit yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki tingkat manajemen laba yang rendah.
4.5.7 Pengujian Variabel Kontrol
Hasil regresi sebagaimana tampak pada tabel menunjukan leverage tidak
memiliki hubungan terhadapfeeaudit. hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Dyah (2013) hasil penelitiannya menyatakan bahwa leverage
memiliki hubungan negative terhadap fee audit.
Hasil dari penelitian ukuran KAP memiliki hubungan positif terhadap fee
audit.Hasil ini mendukung hasil penelitian Francis dan Simon (1987). Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa KAP yang memiliki reputasi baik (dalam penelitian ini di
proksi dengan Big 4) menerima fee audit lebih tinggi dibandingkan KAP non Big 4,
atau dengan kata lain fee audit akan ditetapkan lebih tinggi untuk KAP yang masuk
kategori The Big 4 dibandingkan Non The Big 4.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
simpulannya yaitu :Komite audit independen mimiliki hubungan negative terhadap
pemberian fee audit perusahaan. Konsisten dengan penelitian Wibowo dan Rohman
(2013).Bursa Efek Indonesia menetapkan keanggotaan komite audit yang mengatur
bahwa anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum hanya satu orang
dan harus merupakan komisaris independen perusahaan, sehingga tidak terdapat
variasi.Ukuran komite audit memiliki hubungan positif terhadap pemberian fee audit.
Konsisten dengan penelitian Dillan (2007) dimana dengan ukuran komite audit,
penelitian ini berpendapat bahwa komite audit yang lebih besar cenderung untuk
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, sehingga fee audit eksternal lebih
tinggi.Pertemuan komite audit memiliki hubungan negative terhadap pemberian fee
audit perusahaan, konsisten dengan penelitian Wibowo (2012), dimana adanya hubugan
negative. Hal yang memungkinkan dapat menjelaskan temuan ini adalah rapat yang
dilakukan oleh komite audit bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan. Keahlian komite audit memiliki hubungan negative terhadap pemberian fee
audit perusahaan manufaktur di Indonesia.Pemberian kompensasi CEO memiliki
hubungan negative terhadap pemberian fee audit perusahaan.Mendukung penelitian
sehrish rustam (2013) Hasil menunjukkan bahwa kompensasi yang dibayarkan CEO
tidak dapat dalam upaya audit dalam mendisiplinkan manajemen. Oleh karena itu,
insentif kompensasi eksekutif hanya menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang
saham dalam perusahaan tetapi tidak menyebabkan peningkatan atau penurunan biaya
audit.Manajemen Laba memiliki hubungan negative terhadap pemberian fee audit
perusahaan manufaktur di Indonesia. Dari hasil ini menunjukkan bahwa praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan masih tetap berada pada jalur yang
sesuai atau dengan kata lain tidak melanggar PSAK. Sehingga ada atau tidaknya praktik
manajemen laba di dalam suatu perusahaan tidak memiliki hubungan besar kecilnya fee
audit yang diberikan kepada auditor.
5.2 Saran dan Keterbatasan
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal
diantaranya:Lebihmemperkaya variabel dari sturktur corporate governance. Karena
pada penelitian ini hanya menggunakan variabel komite audit dari bagian corporate
governance.Pengukuran terhadap variabel fee audit pada penelitian mendatang
sebaiknya menggunaka perusahan-perusahaan yang mencantumkan data tentang fee
audit.Pada penelitian ini data mengenai fee audit masih diproksikan menggunakan
logaritma natural dari total asset.Perusahaan yang ingin melakukan praktik manajemen
laba agar dalam pengambilan keputusannya tetap sesuai dengan aturan-aturan yang
ditetapkan oleh PSAK.
Daftar Pustaka
Abbott, L. J., S. Parker, and G. F. Peters. 2006. Earnings management, litigation risk, and asymmetric audit fee responses. Auditing: A Journal of Practice & Theory 25 (1):85-98.
Anonim. Keputusan Institut Akuntan Publik Indonesia Nomor: 024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Tanggal 2 Juli 2008.
Arifin.2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan).http://eprint.undip.ac.id/333/1/Arifin.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2014
A.Bliss Mark., Ferdinand A. Gul. And Abdul Majid. 2011. Do political connections affect the role of independent audit commitees and CEO Duality? Some evidence from Malaysian audit pricing. Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. Hal. 82-98.
A.Rainsbury, Elizabeth., Michael Bradbury. Steven F. Cahan. 2009. The Impact of Audit Commitee Quality on Financial Quality and Audit Fees. Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. 5. Hal. 20-33
A.Griffina, Paul., David H. Lont. And Yuan Sunb. 2008. Corporate Governance and Audit Fees: Evidence of Countervailing Relations. Journal of Contemporary Accounting & Economics. Vol. 4. No. 1. Hal. 18-49
Arrens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, &, Amir Abadi Jusuf. 2010.Jasa Audit dan Assurance.Jakarta : Salemba Empat.
Aryani, Ika Kurnia. 2011. Pengaruh Internal Audit terhadap Audit Fee Dengan Penerapan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.Universitas Diponegoro.
Cadburry Committee.1992. Report on the Financial Aspects of Corporate Governance. Gee and Company Limited, London.
Carcello, J.V., Hermanson, D.R., Neal, T.I., and Riley, R.A. 2002. Board Characteristics and Audit Fees.Contemporary Accounting Research, Vol.19 No. 3, pp. 365-384.
Chahine, Salim., and Igor Filatotchev. 2011. The Effects of Corporate Governance and Audit and Non-Audit Fees on IPO Value. The British Accounting Review. Vol. 43. Hal. 155-172
Choi, J.-H., C. F. Kim, J.-B.Kim, and Y. Zang. 2010. Audit Office Size,Audit Quality, and Audit Pricing. Auditing: A Journal of Practice & Theory 29 (1):25.
Deddy, Yeni, dan Liza. 2011. Creative Accounting : Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Dillian, CML.How a company’s level of corporate governance effects externalaudit fees?.Degree thesis, Hong Kong Baptist University, Hong Kong,2007.
Ebrahim, Ahmed. 2010. Audit Fee premium and auditor change: the effect of Sarbanes-Oxley Act. Managerial Auditing Journal. Vol. 25. No. 2. pp. 102-121
Engel, Ellen., RachelM.Hayes. and XueWang. 2010. Audit Committee Compensation and the Demand for Monitoring of the Financial Reporting Process. Journal of Accounting and Economics. Vol. 49. Hal. 136-154
Fatima, A. 2011. Audit fees and discretionary accruals: compensation structure effect. Managerial Auditing Journal 26 (2):90-113.
Ghosh, Saibal. 2011. Firm Ownership Type, Earning Mnagement and Auditor Relationships: Evidence from India. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4,2011 pp.350-369
Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Gul,F. A.,C.J.P.Chen, and J. S. L. Tsui. 2003. Discretionary Accounting Accruals, Managers' Incentives, and Audit Fees. Contemporary Accounting Research 20 (3):441-464.
Goodwin-Stewart, J. and Kent, P. (2006).The relation between external audit fees,audit committee characteristics and internal audit.Accounting and Finance (in press).
Johl, Shireenjit., Nava Subramaniam. and Mazlina Mat Zain. 2012. Audit Committe and CEO Ethnicity and Audit Fees: Some Malaysian evidence.The International Journal of Accounting. Vol. 47. Hal. 302-332
Juliana Sitorus, Irma. 2013. Analisi Peran Komite Audit Yang Efektif dan Independensi Dewan Komisaris. SNAB 2012.
Lifschutz. Shilo., Arie Jacobi. And Shlomit Feldshtein. 2010. Corporate Governance Characteristics and External Audit Fees : A studiy of Large Public Companies in Israel. International Journal of Business and Management. Vol. 5. No.3.
Kothari, S., A. J. Leone, and C. E. Wasley. 2005. Performance matched discretionary accrual measures. Journal of Accounting and Economics 39 (1):163-197.
Menteri Keuangan. 2008. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Jakarta
Nam, Hoai Le. 2014. Earnings Management and Audit Fee Responses in New Zealand. http://ssrn.com/abstract=2388579. Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
Paramitha, Chintia. I Made Karya Utama. 2014. Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Fungsi Internal Audit, dan Praktik Manajemen Laba terhadap Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. ISSN: 2302-8556. Universitas Udayana (Unud), Bali.
Rizqiasih, Putri Diah. 2010. Pengaruh Struktur Governance Terhadap Fee Audit Eksternal.Skripsi, Universitas Diponegoro.
Rushtam, Sehrish., Kashif Rashid. And Khalid Zaman. 2013. The Realitionship Beetwen Audit Committees, Compensation Incentives and Corporate Audit Fees in Pakistan. Economic Modelling, Vol.31 No. 1, pp. 697-716
Simunic, D.A., Stein, M.T., 1996. The impact of litigation risk on audit pricing: a review of the economics and the evidence. Auditing: A Journal of Practice & Theory 15, 119–134 (Supplement).
Wysocki, Peter. 2010. Corporate Compensation Policies and Audit Fees. Journal of Accounting and Economics. Vol. 49. Hal. 155-160
Vafeas, N., Waeglein, J.F., 2007. The association between audit committees, compensation incentives, and corporate audit fees.Review of Quantitative Finance and Accounting28, 241–255.
Yatim, P., P. Kent and P. Clarkson. 2006. Governance Structures, Ethicity, and Audit Fees of Malaysian Listed Firms. Managerial Auditing Journal.Vol. 21.h. 757-782.
http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=475&t=Florus,%20Harus%20Ada%20Standarisasi%20Fee%20Audit%20&kat=Organisasi diakses tanggal 10 Maret 2014
diakses tanggal 10 Maret 2014
LAMPIRAN
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.
Error Statistic Std.
Error LNFEE 180 -19.0210200 20.4139650 8.437810193 11.6161191198 -1.424 .181 .220 .360
Acind 180 .2500 .8000 .657778 .0851734 -3.049 .181 10.527 .360
ACSize 180 3 6 3.16 .486 3.330 .181 11.475 .360
ACMEET 180 1 20 5.91 4.119 1.464 .181 1.436 .360
ACExpert 180 .2500 1.0000 .598704 .1612380 -.391 .181 .405 .360
KE 180 444.0 5935211.0 117297.622 485940.2077 9.914 .181 115.997 .360
DA 180 -481.8170800000
8.1216630000 -2.556557479247
35.9371567236836 -13.399 .181 179.682 .360
Lev 180 .100 2.600 .48199 .324804 3.269 .181 17.587 .360
Kap 180 0 1 .44 .498 .248 .181 -1.960 .360
Valid N (listwise)
180
Tabel 2
Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SQRT_RES1
N 44 Normal Parametersa,b Mean .9799
Std. Deviation .48031 Most Extreme Differences Absolute .083
Positive .083 Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .549 Asymp. Sig. (2-tailed) .924 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 3
Uji autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .440a .193 .137 2728.60173 2.103
a. Predictors: (Constant), SQRT_KAP, SQRT_ACEXPERT, SQRT_KE, SQRT_ACIND, SQRT_DA, SQRT_ACMEET,
SQRT_LEV, SQRT_ACSIZE
b. Dependent Variable: SQRT_TAFEE Tabel 4
uji heteroskedastisitas Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .551a .303 .206 6.91321 a. Predictors: (Constant), X12345678, KE2, ACIND2, DA2, LEV2, ACEXPERT2, KAP2, ACSize, ACMEET, lev, DA, KE, ACExpert, ACMEET2, ACSIZE2
Tabel 5 Ujimultikolinearitas
Gambar 1
Model Penelitian
Sumber: Rustam et.al (2013) dan Saibal Ghosh (2010)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -18054.156 5727.139 -3.152 .002
SQRT_ACIND 3012.471 4440.855 .060 .678 .499 .904 1.106 SQRT_ACSIZE 8238.103 2906.922 .288 2.834 .005 .687 1.456 SQRT_ACMEET 437.646 395.909 .110 1.105 .271 .713 1.403 SQRT_ACEXPERT 531.009 2196.136 .021 .242 .809 .960 1.041 SQRT_KE 1.023 .801 .109 1.276 .205 .972 1.029 SQRT_DA 643.895 697.479 .079 .923 .358 .957 1.045 SQRT_LEV 894.639 1378.900 .057 .649 .518 .930 1.076 SQRT_KAP 1073.563 506.231 .181 2.121 .036 .968 1.033
a. Dependent Variable: SQRT_TAFEE
Komite Audit Independen (X1)
• Leverage • Ukuran KAP
Kompensasi CEO (X5)
Fee Audit
Manajemen Laba (X6)
Ukuran Komite Audit (X2)
Pertemuan Komite Audit (X3)
Keahlian Komite Audit (X4)