+ All Categories

1 n 2

Date post: 08-Jul-2018
Category:
Upload: rio-ananda-putra
View: 216 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 19

Transcript
  • 8/19/2019 1 n 2

    1/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    PT PERTAMINA (Persero)  Refenery Unit   V Balikpapan merupakan perusahanminyak negara dalam pengolahan minyak mentah (Crude Oil ) menjadi produk yang berupa BBM dan non BBM. PT Pertamina (Persero)  Refenery Unit   V Balikpapanmengolah total 260.000 barrel/hari minyak mentah. Kilang Balikpapan I berkapasitas60.000 barrel/hari sedangkan kilang Balikpapan II berkapasitas 200.000 barrel/hari.Kilang PT PERTAMINA (Persero)  Refenery Unit   V Balikpapan adalah kilang yangdikhususkan untuk memenuhi kebutuhan BBM dan non-BBM di Indonesia bagian timur.Kilang PT PERTAMINA (Persero)  Refenery Unit   V Balikpapan memproduksi 25.5%

    dari produksi kilang pertamina di Indonesia. Salah satu produksi BBM PT PERTAMINA(Persero)  Refenery Unit   V Balikpapan adalah  premium  dan  pertamax. Kilang PTPERTAMINA (Persero)  Refenery Unit   V Balikpapan memproduksi  premium  sebesar

    15.000.000 barel/tahun dan pertamax sebesar 100.000 barel/tahun.Dalam proses menghasilkan  premium  dan  pertamax, diperlukan komponen

    blending   berupa reformat untuk menaikan nilai oktan  premium  dan  pertamax.UnitPlatforming dirancang untuk membentuk molekul hidrokarbon tertentu yang dapat

    digunakan untuk untuk bahan bakar mesin secara katalik dalam rentang titik didih naftadan menghasilkan reformat sebagai blending  bahan bakar dengan nilai oktan yang lebihtinggi. Pada unit platforming terdapat debutanizer column  yang berfungsi untuk

    memisahkan fraksi-fraksi ringan dan produk akhir unit platforming atau disebut reformatdengan nilai oktan berkisar antara 95-96.  Debutanizer column  dipanaskan oleh cairan

    bottom yang disirkulasikan melalui debutanizer reboiler heater . Pada debutanizer columnterdapat sistem  safety yang berfungsi untuk menjaga  Debutanizer Column  dari kondisi

    overpressure dengan cara men- shutdown-kan debutanizer reboiler heater . Salah satu

     pemicu  shutdown-nya debutanizer reboiler heater adalah ketika  pressure switch  padadebutanizer column  mengindikasikan keadaan high-high  dan memberikan sinyal padaPLC untuk meng- De-energized  on/off valve  fuel gas dan fuel oil . De-energize-nya on/offvalve pada  fuel gas  dan  fuel oil  pada debutanizer reboiler heater   akan mengakibatkan

     proses produksi reformat terhenti dan mengganggu proses produksi  premium  dan pertamax. Salah satu tool yang digunakan untuk menilai performansi keamanan sistemcontrol   adalah Safety Integrity Level (SIL) dari tiap – tiap  safety instrumented function.SIL merupakan nilai ukur dari performansi Safety Instrumented System  (SIS) yangdihubungkan dengan device yang berkonfigurasi dengan SIS dalam rangka untukmereduksi suatu resiko yang terjadi. Nilai SIL didapatkan dengan menghitung nilai PFD( Probability of Failure on Demand)  pada  safety instrumented function tersebut. Olehkarena itu perlu dilakukan perhitungan  Probability of Failure on Demand  pada safety

    instrument function  pressure debutanizer column  dengan cara menentukan  failure  rate dan time interval , setelah itu dapat diketahui safety integrated level -nya. 

    1.2 Permasalahan

    Adapun masalah yang akan dibahas dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut

    1.  Bagaimana cara kerja  safety instrument function  pada debutanizer column  C-5-

    07?

    2.  Bagaimana menghitung nilai  Probability of Failure on Demand   pada  safety

    instrument function debutanizer column C-5-07?

    3.  Bagaimana menentukan nilai SIL pada  safety instrument function debutanizer

    column C-5-07?

  • 8/19/2019 1 n 2

    2/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 2

    1.3 Tujuan kerja praktek

    Tujuan dari bahasan kerja praktek ini adalah1.  Dapat mengetahui sistem kerja  safety instrument function  pada debutanizer

    column C-5-07

    2.  Dapat menghitung nilai Probability of Failure on Demand  pada safety instrument

     function debutanizer column C-5-07

    3.  Dapat menentukan SIL pada  safety instrument function debutanizer column C-5-

    07

    1.4 Jadwal Kegiatan

    Waktu pelaksanaan Kerja Praktek di PT PERTAMINA (Persero)  Refenery Unit  V Balikpapan adalah selama dua bulan terhitung mulai 2 Juli –  31 Agustus 2010. Selamawaktu pelaksanaan jadwal kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek  

     No Bentuk KegiatanMinggu ke -

    I II III IV V VI VII VIII

    1

    Mempelajari struktur organisasi dan

    menejemen perusahaan

    2 Mempelajari proses pada platforming unit  

    3

    Mempelajari komponen –  komponen safety

    instrument  function pada debutanizer

    column C-5-07  

    4 Pengambilan data

    5 Pembimbingan

    6 Penyusunan Laporan

    1.5 Batasan MasalahAdapun batasan dalam pembahasan masalah pada laporan Kerja Praktek ini

    adalah :1.  Plant yang digunakan sebagai objek penelitian adalah debutanizer column C-5-07  

     pada platforming unit .

    2.   Nilai PFD sama untuk setiap instrument  redundant   pada  pressure switch, PLC,

     solenoid valve dan on/off valve 

    3.  Tidak memperhitungkan common failure (β) pada perhitungan PFD

    4.  Data  failure rate  pada  safety instrument function debutanizer column  C-5-07

    didapatkan dari buku OREDA tahun 2002 dan sertifikat pihak ketiga. Hal

    tersebut disebabkan data perbaikan instrument tidak lengkap

  • 8/19/2019 1 n 2

    3/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 3

    1.6 Metode Penelitian

    Pengumpulan data dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini menggunakan beberapa metode, antara lain:

    Metode Studi Pustaka

    Metode ini dilakukan dengan cara mencari referensi terkait dengan permasalahan

     pada Laporan Kerja Praktek ini dari manual peralatan yang digunakan,

    spesifikasi, maupun drawing  pada unit platforming  sehingga dapat mendukung

     pemecahan dari permasalahan yang ada.

    Metode Wawancara

    Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada pembimbing yang ada di

    lapangan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas untuk

    memperoleh gambaran dan kejelasan secara mendasar.

    Metode Observasi

    Metode ini dilakukan dengan melihat, mengamati, dan mencermati secaralangsung berbagai peralatan yang digunakan dari peninjauan lapangan dan

    mengetahui karakteristik dari peralatan tersebut dengan didampingi oleh

     pembimbing lapangan.

    1.7 Sistematika Laporan

    Sistematika penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut, BAB I

    PENDAHULUAN, bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan danmateri, jadwal kegiatan program, batasan masalah, serta sistematika laporan. BAB IIORIENTASI UMUM PT PERTAMINA (Persero)  Refenery Unit  V Balikpapan, bab ini berisi tentang sejarah,visi misi perusahaan, struktur organisasi, lokasi, dan keunikan PTPERTAMINA (Persero) Refenery Unit  V Balikpapan. BAB III TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi tentang proses pada unit platforming di PT PERTAMINA (Persero) Refenery Unit  V Balikpapan serta hal-hal yang berkaitan dengan tugas khusus. BABIV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN yang terdiri dari cara kerja  safetyinstrument function pada debutanizer column, perhitungan  failure rate dan perhitunganPFD, analisa fault tree analysis, serta analisa meningkatkan performansi safety instrument function pada debutanizer column. Serta BAB V PENUTUP yang terdiri dari kesimpulandan saran. Terakhir adalah DAFTAR PUSTAKA dan LAMPIRAN. 

  • 8/19/2019 1 n 2

    4/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 4

    BAB II

    ORIENTASI UMUM

    PT PERTAMINA (PERSERO) RU V BALIKPAPAN

    PT. PERTAMINA (Persero) merupakan perusahaan nasional yang terdapat pada beberapa daerah di Indonesia, sehingga akan dijelaskan mengenai PT. PERTAMINA(Persero) secara korporat dan PT. PERTAMINA (Persero)  Refinery Unit   khususnya Refinery Unit  V Balikpapan.

    2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero)

    PT. PERTAMINA (Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dandisahkan secara hukum pada tanggal 24 April 1958 oleh Menteri Kehakiman. Tujuan

    utama dari didirikannya perusahaan adalah memenuhi aspirasi yang ada pada saat itusedang berkembang di masyarakat pasca berakhirnya pemerintahan kolonialisme, yaitu

     perlindungan terhadap aset Negara Republik Indonesia yang berkaitan dengan kekayaansumber daya alam yang ditambang dan intervensi luar yang merugikan.

    Pada tanggal 15 Oktober 1957 didirikanlah PT. Eksploitasi Tambang Minyak

    Sumatra (PT. EMSU) yang pemegang sahamnya adalah pemerintah Republik Indonesiauntuk tujuan yang telah disebutkan di atas. Namun, untuk memberikan keleluasaanmanajemen maka PT. EMSU diubah pada tanggal 10 Desember 1957 menjadi PT.Perusahaan Minyak Nasional (PT. Permina) untuk menunjukkan bahwa segala jenis hasilsumber daya alam yang berada pada kepulauan Indonesia adalah milik dan masalahnegara dan bukan hanya masalah propinsi yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pasal33 UUD 1945 yang menyatakan “Bahwa cabang-cabang yang mengusai hajat hiduporang banyak dan segala jenis sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dikuasaioleh negara dan diperuntukkan untuk kemakmuran rakyat”. 

    Setelah bekerja selama tiga tahun dan menyusul dikeluarkannya PeraturanPemerintahan Pengganti Undang-Undang No. 19 Tahun 1960, terhitung 1 Juli 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 198 Tahun 1921 PT. Permina dilebur menjadi PN.PT. PERTAMINA (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional)

    Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun1968 PN. Permina dilebur dan dibentuk Perusahaan Negara Pertambangan Minyak danGas Bumi Nasional (PN PT. PERTAMINA). Hal ini terutama karena minyak dan gas bumi memiliki peranan penting dalam usah menyukseskan Rencana Pembangunan LimaTahun (REPELITA). Berhasilnya PN PT. PERTAMINA dalam usahanya merupakanfaktor yang besar pengaruhnya dalam kesuksesan Repelita.

    Perkembangan dan kemajuan pesat oleh PN PT. PERTAMINA mendorong

    diperlukannya dengan segera landasan kerja baru guna meningkatkan kemampuan danmenjamin usaha. Pada tanggal 15 September 1971 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (UU PT. PERTAMINA). Sejak itu, PN PT. PERTAMINA berubah menjadi PT.PERTAMINA.

    Memasuki era globalisasi, diterbitkanlah ketentuan baru pada tanggal 23 November 2001 mengenai perminyakan, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22

    Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Negara (UU Migas). Dengan keluarnya UUtersebut maka PT. PERTAMINA dialihkan bentuknya menjadi PT. PT. PERTAMINA(Persero) tanggal 18 Juni 2003 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan bentuk PerusahaanPertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara menjadi Perusahaan Terbatas (Persero).

  • 8/19/2019 1 n 2

    5/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 5

    2.1.1 Perubahan Status Menjadi Perseroan Terbatas

    Dengan adanya perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PerseroanTerbatas, terdapat beberapa ketentuan selama masa transisi sebagai berikut : 

    1.  Dalam jangka waktu paling lama satu tahun (November 2002) dibentuk Badan

    Pelaksana dan Badan Pengatur.

    Dalam jangka waktu paling lama dua tahun (November 2003), Pertamina dialihkan

     bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan.

    Pertamina tetap melaksanakan tugasnya dalam penyediaan dan pelayanan BBM

    dalam negeri sampai jangka waktu paling lama empat tahun (2005).

    Perbedaan antara status Pertamina (BUMN) dengan PT. Pertamina (Persero)adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.1. Perbedaan Pertamina (BUMN) dan PT. Pertamina (Persero)

    Perubahan Pertamina (BUMN) PT. Pertamina (Persero)

    Landasan

    Hukum

    UU No.44 Prp 1960 :

    Pengusahaan Migas oleh

    Perusahaan Negara

    UU No.8/1971: Perusahaan

     Negara yang Mengelola Migas

    adalah Pertamina

    UU No.22/2001:

    Kegiatan Migas dapat

    dilakukan oleh badan

    usaha yang memiliki

    kemampuan

    keuangan, teknis dan

    operasional.

    Orientasi  No profit loss atau nirlaba

    Mendapatkan penggantian

     biaya operasi

    Mempunyai fungsi regulator

    Diberikan banyak kemudahan

    Profit oriented

    Harus siap bersaing

    Diperlakukan sama

    dengan industri Migas

    lain

    Kuasa

    Pertambangan

    Pertamina disediakan seluruh

    wilayah hukum pertambangan

    Indonesia

    Perusahaan diberi kuasa

     pertambangan

    Pemerintah sebagai

     pemegang kuasa

     pertambangan

    Dibentuk Badan

    Pelaksana sebagai

     pelaksana kuasa

     pertambangan

    Industri Migas

    dalam Negeri

    Pertamina (satu-satunya)

     badan hukum yang berhak

    melakukan usaha-usaha

     pertambangan Migas

    Perusahaan bergerak di

    Industri Migas boleh

    diusahakan oleh:

    Bentuk Usaha Tetap

    Badan Usaha :

    Badan Usaha Milik

  • 8/19/2019 1 n 2

    6/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 6

    2.1.2 Perubahan Logo PT. PERTAMINA (PERSERO)

    Logo PT. PERTAMINA (Persero) mengalami perubahan dari masa ke masasebagaimana yang dilihat pada gambar berikut:

    Gambar 2.1 Logo Lama

    Gambar 2.2 Logo Baru

    Elemen logo berbentuk huruf “P” yang secara keseluruhan menggambarkan bentuk panah dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Warna –  warni berani menunjukan langkah besar pertamina dan aspirasi perusahaan akan masadepan yang lebih baik dan dinamis , dimana :

    Biru : Dapat dipercaya dan bertanggungjawab

    Hijau : Sumber daya energy dan berwawasan lingkungan

    eksplorasi, eksploitasi,

     pemurnian, pengolahan,

     pengangkutan dan penjualan

     Negara

    Badan Usaha Milik

    Daerah

    Koperasi

    Badan Usaha Swasta

    Pemenuhan

    BBM dalam

     Negeri

    Pertamina berkewajiban

    menyediakan dan melayani

    kebutuhan Bahan Bakar

    Minyak dan gas bumi untuk

    dalam negeri yang

     pelaksanaannya diatur dengan

    Peraturan Pemerintah

    Pertamina mengupayakan

    TEPAT:

    tempat,jumlah.waktu,mutu

    Pemerintah menetapkan harga

    Pemerintah menjamin

    ketersediaan BBM

    diseluruh wilayah RI

    Diusahakan oleh

     badan usaha setelah

    mendapat Ijin Usaha

    dari Pemerintah

    Harga diserahkan pada mekanisme

     persaingan usaha yang

    wajar dan sehat

  • 8/19/2019 1 n 2

    7/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 7

    Merah  : Keuletan , kesungguhan , dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan

    Tulisan “pertamina” memiliki pilihan huruf yang mencerminkan kejelasan,

    transpirasi keberanian dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud “positioning”Pertamina baru.

    Pemikiran perubahan Logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisisPertamina pada saat itu. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dandiperkuat melalui Tim Restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajianyang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya.Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan

    kebijakan/pergantian Direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai denganterbentuknya PT Pertamina (Persero) pada tahun 2003. Pertimbangan yang mendorongadanya pergantian logo adalah untuk dapat membangun semangat/spirit baru, mendorong perubahan Corporate Culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baikdiantara global oil   &  gas companies  serta mendorong daya saing perusahaan dalammenghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain:

    Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan.

    Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan paska PSOserta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru dibidang Hulu danHilir.

    Dengan adanya perubahan logo PT. Pertamina sekaligus meluncurkan slogan(band driver ) ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi SELALU HADIR

    MELAYANI. Dengan slogan tersebut diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur   dan customer oriented , terkait dengan persaingan yangsedang dan akan dihadapi perusahaan.

    2.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai PerusahaanVisi dan misi PT. PERTAMINA adalah sebagai berikut:

    Visi

    Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.

    Misi

    Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi,

     berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

    Tata Nil ai

    Dalam mencapai visi dan misinya, PT. PT. PERTAMINA berkomitmen untuk

    menerapkan tata nilai sebagai berikut:

    - Clean

    ( Bersih ) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak

    menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. 

    -  Competitive ( Kompetitif ) 

    Mampu berkompetensi dalam skala regional maupun internasional, mendorong

     pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar dan menghargai

    kinerja. 

    -  Confident ( Percaya diri ) 

    Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam

    reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.

    -  Customer focused ( Fokus kepada pelanggan ) 

  • 8/19/2019 1 n 2

    8/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 8

    Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan

     pelayanan terbaik kepada pelanggan.

    -  Commercial ( Komersial ) 

    Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan

     berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

    -  Capable  ( Berkemampuan )

    Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional, memiliki talenta dan

     penguasaan teknis tinggi, membangun kemampuan riset dan pengembangan.

    2.3 Bidang Usaha

    PT. PERTAMINA menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait ataumenunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. PT. PERTAMINA

    melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:1.  Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan

    dan turunannya.

    2.  Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat

     pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang

    telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.

    3.  Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran  Liquified Natural Gas  (LNG) dan

     produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

    4.  Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan

    usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

    Dalam menjalankan bidang usaha migas dan panas bumi, PT. PERTAMINAdibagi dalam dua sektor, yaitu sektor hulu dan sektor hilir. Adapun kegiatan yangdilakukan dikedua sektor tersebut antara lain:

    2.3.1 Kegiatan Hulu

    Kegiatan sektor hulu PT. PERTAMINA merupakan upaya untukmempertahankan dan meningkatkan produksi minyak, gas dan panas bumi. Sasarankegiatan hulu adalah menemukan cadangan baru dan meningkatkan resource base serta

    mengembangkan panas bumi sebagai sumber energi alternatif. Selain berkonsentrasi didalam negeri, kegiatan sektor hulu PT. PERTAMINA secara bertahap mulai merambah

    kegiatan diluar negeri melalui kerjasama di Vietnam dan Irak, sedangkan kerjasamadengan beberapa negara Asia lain dalam proses pengkajian.

    Produksi minyak dan gas bumi PT. PERTAMINA dan mitra tahun 2001 sebesar105.894 BOPD dan 806 MMSCFD. Produksi PT. PERTAMINA operasi sendiridihasilkan dari Daerah Operasi Hulu (DOH) NAD, Sumatera Bagian-Utara, Tengah,Selatan, Jawa Bagian-Barat, Timur, Kalimantan serta Irian. Produksi panas bumi PT.PERTAMINA dan mitra tahun 2001 sebesar 45.276.320 ton, energi listrik yangdihasilkan 5.909,7 gwh. Produksi PT. PERTAMINA operasi sendiri dihasilkan dari area panas bumi Kamojang-Jawa Barat, Sibayak-Sumatera Utara dan Lahendong-SulawesiUtara.

    2.3.2 Kegiatan Hilir

    1.  Bidang Pengolahan

    Kegiatan Pengolahan adalah upaya memproses minyak mentah dan gas bumi,mengusahakan tersedianya produk-produk minyak dan bahan bakar minyak (BBM), non

  • 8/19/2019 1 n 2

    9/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 9

    BBM maupun bahan baku untuk kebutuhan industri dalam negeri serta melayani pemasaran luar negeri. Perangkat kilang yang digunakan adalah kilang minyak, kilanggas dan kilang petrokimia yang keseluruhannya dioperasikan secara optimal, ekonomis

    dan efisien.Di bidang pengolahan, Direktorat pengolahan PT. PERTAMINA mempunyai visi

    dan misi sebagai berikut :-  Visinya adalah menjadi kilang terpercaya dan unggul di Asia Pasifik.-  Misinya adalah mengelola minyak dan gas bumi menjadi produk BBM dan non

    BBM untuk memasok kebutuhan daerah Indonesia Timur dan Asia Pasifik secaraselektif. Dalam operasinya, secara selektif, memanfaatkan keahlian dankemampuan inti (core competence)  yang dimiliki sebagai sumber pendapatantambahan.

    -  Tujuannya adalah :1.  Memenuhi dan memuaskan kebutuhan stakeholder  2.  Menghasilkan keuntungan optimal3.  Menjadi unit usaha yang unggul, bersaing dan berkembang.Dalam melaksanakan usahanya selalu berdasarkan kepada tata nilai :

    -  Berwawasan lingkungan.-  Profesionalisme-  Kebanggaan pegawai-  Penerapan teknologi secara efektif dan efisien-  Keadilan, kejujuran, keterbukaan, dan dapat di percaya

    PT. PERTAMINA saat ini memiliki 7 Unit Pengolahan (UP) tersebar di seluruhwilayah, yaitu:

    UP I : Pangkalan Brandan (telah ditutup sejak tahun 2007)UP II : Dumai

    UP III : PlajuUP IV : CilacapUP V : Balikpapan

    UP VI : BalonganUP VII : Sorong

    Gambar 2.3 Peta Lokasi Kilang PT PT. PERTAMINA (Persero)

    Kapasitas prodiksi Kilang PT. PERTAMINA secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

    1.  Kilang minyak: 1052 MBCD (ribu barel/hari) yang meliputi kilang, Dumai, Musi,Cilacap, Balikpapan, dan Kasim.

    2.  Kilang Petrokimia: 0.393 juta ton/tahun terdiri dari Kilang Paraxylene Cilacap,Kilang Aromatik Plaju, Kilang Methanol Bunyu.

    3.  Kilang LNG: 31,05 juta ton/tahun terdiri dari Kilang LNG Bontang Kalimantan

    Timur dan Kilang LNG Arun Aceh Utara.

  • 8/19/2019 1 n 2

    10/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 10

    4.  Kilang LPG: 2,11 juta ton/hari terdiri dari Kilang LPG Pangkalan Berandan,Tanjung Santan, Arjuna, Arun, Bontang, Tugu Barat dan Arar.Sedangkan untuk produksi dari kilang-kilang ini antara lain :

    1.  Bahan Bakar Minyak (BBM) terdiri dari: Avigas, Premium, Minyak Tanah,Minyak Bakar, Minyak Diesel dan Minyak Solar.

    2.   Non BBM: Lube Base Oil, Delayed Coke, Asphalt, Wax, Solvent, LSWR, Naphtha, LPG ex Refinery.

    3.  Petrokimia: Polytam, Polypropylene, PTA (Purified Terepthalic Acid), Methanol,Paraxylene, Benzene.

    4.  Liquified Natural Gas (LNG).5.  Liquified Petroleum Gas (LPG).

    2. Bidang Pemasaran dan Niaga

    Kegiatan Pemasaran dan Niaga mencakup upaya pembekalan dan pemasaran

    distribusi produk-produk BBM serta perluasan pemasaran non BBM untuk kebutuhandalam negeri dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan tepat waktu, sejalan dengankebijaksanaan pemerintah dan pembangunan nasional.

    Kebutuhan BBM dalam negeri yang mencapai sekitar 49,5 juta kilo literdisalurkan melalui: Transit Terminal, Instalasi, Seafed Depot, Inland Depot, Pilot Filingstation dan SPBU. Penyaluran BBM di Pulau Jawa selain melalui angkutan laut dan darat,

    sebagian disalurkan melalui pipa, karena selain biayanya lebih murah juga dari segikeselamatan lebih handal.

    3. Bidang Perkapalan

    Untuk memelihara keandalan distribusi BBM dalam negeri dan sebagai penunjang industri, dipersiapkan armada transportasi laut yang andal dan ekonomis.

    Dengan meningkatnya kebutuhan BBM, maka muatan yang diangkut melalui laut ikutmeningkat.

    PT. PERTAMINA membutuhkan kekuatan armada tanker baik kapal milikmaupun kapal charter untuk mengangkut minyak mentah dan BBM sejumlah 72.471.000LT (long Ton)/tahun. Dalam meningkatnya mutu dan pelayanan dibidang transportasi

    laut, bidang Perkapalan telah memliki standar keselamatan yang diisyaratkan oleh International Safety Management Code (ISM-Code), Standards of Training, Certification

    and Watchkeeping for seafarers (STWC) serta mengikuti ketentuan  Marine Polluition(MARPOL) dan Safety of Life at Sea (SOLAS).

    2.4 Profil PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan

    PT. PERTAMINA (Persero)  Refenery Unit (Unit Pengolahan) V Balikpapanadalah salah satu dari tujuh kilang PERTAMINA di Indonesia. Kilang Balikpapanterletak di tepi Teluk Balikpapan. Tujuan utamanya adalah mengolah minyak mentah(Crude Oil) yang didatangkan dari sekitar wilayah Balikpapan ataupun impor dari

     beberapa Negara asing, menjadi bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan kawasan TimurIndonesia dan sebagian lagi diekspor menjadi devisa bagi Negara. Kapasitas pengolahandari kilang RU V adalah 260.000 barrel/ hari, terdiri dari Balikpapan I dengan kapasitas60.000 barrel /hari dan Balikpapan II dengan kapasitas 200.000 barrel /hari, atau sekitar25% dari kapasitas total dari seluruh kilang yang ada di Indonesia.

  • 8/19/2019 1 n 2

    11/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 11

    Gambar 2.4 Peta Lokasi RU V Balikpapan

    Awal Perminyakan di Balikpapan

    Kegiatan perminyakan di Balikpapan diawali dengan pengeboran minyak diBalikpapan yang merupakan realisasi kerja sama antara J.H. Menten dengan firma

    Samuel & Co. pada tahun 1896 Mr. Adams dari Samuel & Co di London mengadakan penelitian di Balikpapan dan menyimpulkan bahwa daerah ini memiliki cadangan minyakyang cukup besar. Penemuan ini mendorong dilakukannya pengeboran pada tanggal 10Februari 1897 dan menemukan minyak yang cukup komersial untuk diusahakan.

    Pada seminar sejarah tanggal 1 Desember 1984 disepakati bahwa peristiwa pengeboran minyak ini (10 Februari 1897) merupakan hari jadi kota Balikpapan.Keberadaan kegiatan produksi migas di Balikpapan telah memicu perkembangan kotaBalikpapan. Pembangunan saran kilang dan sarana penunjang seperti perkantoran, perumahan, jalan dan sebagainya memberikan multiplier effect bagi pembangunan kotaBalikpapan.Disamping itu, adanya industri migas diikuti pula dengan kehadiran tenagakerja, adanya industri jasa seperti perdagangan, transportasi, perbankan, perhotelan danindustri lainnya. Perkembangan ini memberikan dasar yang baik terhadap pertumbuhan

    Balikpapan yang semula bertumpu pada ekonomi agraris beralih pada ekonomi industridan perdagangan.

    Sejarah Kilang Balikpapan

    Pembangunan kilang dimulai tahun 1899 oleh Shell Transport & Trading Ltd.Selanjutnya pada tahun 1922 dibangun kilang balikpapan I. Kilang ini rusak akibat perang Dunia II dan dibangun kembali tahun 1948 dengan kapasitas 60.000 barrel/hari.

    Selanjutnya kilang Balikpapan I diupgrade pada tahun 1995 dan beroperasi tahun 1997.Berkaitan dengan penemuan minyak di sekitar balikpapan oleh kontraktor

    Production Sharing (KPS), mendorong dibangun Kilang Balikpapan II pada tahun 1980dengan kapasitas 200.000 barrel/hari. Kilang ini resmi beroperasi pada tanggal 1 November 1983.

    Pada tahun 1952, unit Destilasi kedua dibangun dengan kapasitas sama yaitu

  • 8/19/2019 1 n 2

    12/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 12

    25.000 bpsd dan selanjutnya pada tahun 1954, unit Distilasi ketiga dibangun dengankapasitas produksi 10.000 bpsd. Unit Distilasi I, II, III, beserta HVU-I (High VacuumUnit) tersebut dikelompokkan dalam area Kilang Balikpapan I. Pada tahun 1983

    dibangun kilang baru Balikpapan II dengan kapasitas 200.000 bpsd dengan dua unit pemrosesan mutakhir yaitu Unit Hydrocracking Complex (HCC) dan UnitHydroskimming Complex (HSC).

    Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak Pertamina UP V Balikpapanadalah sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Kronologis Perkembangan Kilang RU V Pertamina

    Masa Kejadian

    1897-

    1922

    Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa

    tempat di Kalimantan Timur

    1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh

     perusahaan minyak BPM

    1946 Rehabilitasi PMK I, karena mengalami kerusakan akibat

    Perang Dunia II

    1949 HVU I selesai didirikan dengan kapasitas 12 MBSD

    1950 Wax plant dan PMK I selesai didirikan, dengan kapasitas

     produksi 110 ton/hari dan 25 MBSD

    1952 Unit PMK II selesai didirikan. Dibangun oleh PT. Shell

    Indonesia dan didesain ALCO dengan kapasitas 25 MBSD

    1954 Modifikasi PMK III, sehingga memiliki kapasitas 10

    MBSD. Mulai tahun 1985 PMK III tidak beroperasi

    1973 Modifikasi wax plant, kapasitas 175 ton/hari

    April

    1981

    Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten

     proses dari UOP Inc

     Nov 1981 Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International

    Inc. dari Inggris dan consultant supervisor-nya adalah

    PROCON Inc. dari Amerika Serikat

     Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Republik

    Indonesia (Presiden Soeharto)

    5 Des1997

    Proyek up-grading Kilang Balikpapan I, diresmikan olehPresiden RI (Presiden Soeharto)

     Nov 2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi Perseroan

    Terbatas

    23 Juni

    2005

    Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan

    Hydrogen Recovery System diresmikan.

    9 oktober

    2008

    Perubahan dari UP ( unit produksi ) menjadi RU (  Refinery

    Unit  ).

  • 8/19/2019 1 n 2

    13/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 13

    Visi, Misi, dan Tujuan PT. PERTAMINA (Persero) RU V

    Visi

    Visi dari RU V adalah “Menjadi kilang kebanggaan nasional yang mampu

     bersaing dan menguntungkan” Misi

    1.  Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efesien dan ramahlingkungan untuk menyediakan kebutuhan energi yang berkelanjutan 

    2.  Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan valuable product

    3.  Memberi manfaat kepada stakeholder

    Tujuan

    Tujuan dari RU V antara lain :

    1.  Memenuhi dan memuaskan kebutuhan stakeholder. 

    2.  Menghasilkan keuntungan optimal.

    3.  Menjadi unit usaha yang unggul, bersaing dan berkembang.

    Struktur Organisasi

    Organisasi di PT PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapandibawah wewenang dan tanggung jawab General Manager   Unit Pengolahan V dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pengolahan. PT PERTAMINA (Persero)Unit Pengolahan merupakan sistem organisasi lini dan staf yang dibagi atas cabang-cabang berdasarkan regional. Struktur dan fungsi jabatan yang ada di organisasi PTPERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V adalah sebagai berikut :

    Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT.PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan, sumber :

    Pertamina RU-V Balikpapan

  • 8/19/2019 1 n 2

    14/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 14

    1.  General Manager

    Fungsi jabatan:

    Penyelenggaraan, pengelolaan, perencanaan, dan pengkoordinasian pelaksanaan

    kegiatan atas terciptanya kegiatan bisnis utama,  Refinery Supporting   dan non-

     Refinery  dengan dukungan teknologi tinggi yang dikendalikan oleh Sumber daya

    manusia profesional, sehingga proses pengolahan dari minyak mentah menjadi

    BBM/NBBM dapat diproduksi secara maksimal dengan menghasilkan produk yang

    dapat diandalkan. 

    2. 

    Operating and Manufacturing Manager

    2.1  Production Function

    Unit ini bertanggung jawab untuk mengatur dan mengoperasikan kilang secara

    keseluruhan. Unit Produksi dikepalai oleh Manajer Unit Produksi, yang secara

    struktural bertanggung jawab terhadap Manajer Kilang. Untuk memudahkansistem pengoperasiannya, unit ini dibagi berdasarkan area proses dan jenis pekerjaannya, yaitu :

    1.  Bagian Distilling dan Wax Plant (Dis&Wax –  Unit PROD.)

    Bagian ini bertanggung jawab dalam pengoperasian Crude Destilation Unit V (

    CDU V ) High Vacuum Unit III (HVU III),Wax Plant, Dehydration Plant, dan

    Effluent Water Treatment Plant ( EWTP ).

    2.  Bagian Hydroskimming Complex (HSC-Unit PROD)

    Bagian ini bertanggung jawab terhadap pengoperasian CDU IV, Naphta

    Hydrotreater, Platforming Process Unit, LPG Recovery Unit, LPG Treater dan

    Sour Water Stripper Unit.

    3. 

    Bagian Hydrocracking Complex (HCC-Unit PROD)

    Bagian ini bertanggung jawab terhadap pengoperasian HVU II, Hydrocracker

    Unibon, Hydrogen Plant, Flare Gas Recovery Unit, Hydrogen Recovery System,

    serta Common Facilities.

    4.  Bagian Utilities (UTL-Unit PROD)

    Bagian ini bertanggung jawab atas kesediaan  steam, air dan energi listrik untuk

    kelangsungan operasional kilang.

    5.  Bagian Oil Movement

    Bagian ini bertanggung jawab atas lalu lintas keluar masuknya minyak mentah

    serta produk-produk dari kilang. Selain itu, bagian ini juga melaksanakan proses

     pencampuran (blending ) produk berdasarkan perhitungan yang dilakukan bagian

     penjadwalan produksi. Terminal Balikpapan Lawe-lawe adalah unit penunjang

     proses yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

      Mengatur penerimaan minyak mentah yang akan diolah di kilang

      Mengatur penerimaan minyak impor untuk campuran produk

      Mengatur penerimaan produk jadi dan setengah jadi dari Kilang Balikpapan I

    dan II

      Mengatur/menyiapkan campuran/blending   produk sesuai permintaan dari

     bagian Ren.Ekon untuk selanjutnya dilakukan pengiriman

      Mengatur pengiriman produk ke kapal dan UPMS VI

      Mengelola fasilitas Jetty 

  • 8/19/2019 1 n 2

    15/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 15

    Unit TBL mempunyai dua terminal antara lain: 

      Terminal Lawe –  Lawe

    Terminal ini merupakan pintu masuk crude oil impor sebelum masuk ke

    Terminal Balikpapan. Unloading crude oil   dari kapal dilakukan dengan Single

     Buoy Mooring  (SBM) yang terletak di tengah laut berupa terminal mengambang

    tempat bertautnya pipa darat dan pipa tangker. Penyaluran crude dari terminal

    Lawe-Lawe ke terminal Balikpapan dilakukan melalui jaringan pipa bawah laut.

      Terminal Balikpapan

    Terminal Balikpapan memiliki 2 seksi yaitu seksi Tank farm storage  yang

     bertugas mengawasi kegiatan pemompaan di 10 rumah pompa yang dimiliki

    kilang serta seksi Jembatan dan Terminal yang bertugas dan bertanggung jawab

    melakukan kegiatan bongkar muat crude, produk BBM, produk non-BBM ke

    kapal.

    6. 

    Bagian Laboratorium (LAB-Unit PROD)

    Bagian ini bertugas untuk menganalisa minyak mentah yang masuk, melakukan

     pemeriksaan secara rutin terhadap kualitas produk yang akan diperoleh dan

     penelitian atas pengembangan produk.

    Laboratorium di UP V Balikpapan terdiri atas empat laboratorium utama yaitu :

    Laboratorium Produksi Gas 

    Laboratorium Produksi Cair  

    Laboratorium Evaluasi Crude

    Laboratorium Lindungan Lingkungan 

    2.2 

     Refinery Planning and Optimization Manager

    Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, pengkoordinir pekerjaan,

     pemeliharaan, dan meningkatkan keandalan operasi kilang. Kedudukannya

     berfungsi merencanakan pengolahan untuk mencari gross margin sebesar-

     besarnya (dengan pemilihian crude yang bernilai tinggi dilihat dari yield, harga

    maupun jadwal datang). Di samping itu bagian ini bertugas untuk mengevaluasi

     produk hasil blending  crude dan mengembangkan perencanaan berdasarkan pasar

    dan kondisi kilang yang ada. Refinery Planning and Optimization Manager

    membawahi 3 bagian, yaitu :

    1.  Refinery Planning Section

    Membuat rencana pengolahan bulanan dan tahunan serta potensi pengolahan dan perencanaan crude. Dalam menjalankan tugasnya, ditunjang oleh perangkat

     program computer yaitu linier prongramming. Salah bentuk prongramnya adalah

    GRTMPS (Generalized Refinery Transportion Marketing Planning System).

    2.  Supply Chain & Distribution Section

    Mengatur penjadwalan crude yang diolah setiap harinya kepada bagian produksi,

    menyampaikan realisasi pengolahannya dan mengatur penjadwalan blending

     produk serta rencana penyalurannya.

    3.  Budget and Performance Section

    Merencanakan Key Performanfe Index dan realisasi anggaran Pertamina.

  • 8/19/2019 1 n 2

    16/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 16

    2.3   Maintenance Planning & Support Function

    Fungsi ini membawahi lima bagian, antara lain :

    1. Planing and Scheduling Section

    2. Stationary Engineer Section

    3. Turn Around Coordinator

    4. Electrical & Instrument  Engineer Section

    5. Rotating Equipment  Engineer Section

    2.4   Maintenance Execution Function

    Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyediakan jasa pelayanan dan

     pemeliharaan peralatan mekanik, rotating, listrik, dan instrument asi untuk

    menunjang kehandalan operasi kilang. Maintenance Execution membawahi lima

     bagian , antara lain :

    1. Maintenance Area 1 Section

    2. Maintenance Area 2 Section

    3. Maintenance Area 3 Section

    4. Maintenance Area 4 Section

    5. Workshop

    6. General Maintenance Section

    2.5   Manager TA Function

    Fungsi Manager TA membawahi :

    1.  Turn Around Section

    2.   Equipment  Overhaul Section Head3.  Scheduling Material 

    3.  Engineering & Development

    Fungsi Jabatan :

    Merencanakan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bidang

     Engineering   & Pengembangan Unit Pengolahan V untuk meningkatkan keuntungan

    ekonomis kilang dengan memberikan solusi keteknikan yang akan memberikan nilai

    tambah pada operasi kilang, menyelesaikan masalah operasi kilang dan menjamin

     peningkatan / perubahan yang diterapkan pada kilang berdasarkan standar

    internasional.Bidang Engineering & Development ini terdiri dari bagian:

    3.1   Process Engineering

    Fungsi Jabatan :

    Merencanakan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan penyusunan

    evaluasi dan rekomendasi pengembangan dari sisi proses untuk peningkatan produk

    Yield , optimalisasi dan efisiensi, peningkatan utilisasi dan peningkatan orientasi

    lingkungan dan keselamatan pada unit proses BBM, NBBM, Offsite / Utilities dan

    fasilitasnya dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan  Financial Margin kilang

    Unit Pengolahan V.

    Terdiri dari 4 seksi, yaitu :

  • 8/19/2019 1 n 2

    17/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 17

    1.  Seksi Pengembangan Proses

    2.  Seksi Kontrol Proses

    3.  Seksi Kontak Engineer

    4.  Seksi Lingkungan dan Pengamanan Proses

    1.   Facility Engineering

    Fungsi Jabatan :

    Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan

    analisa dan studi terhadap potensi pengembangan peralatan kilang dan pemecahan

     permasalahan operasi kilang termasuk penyiapan desain teknik untuk optimalisasi

    dan efisiensi, peningkatan Yield , utilisasi dan peningkatan orientasi lingkungan dan

    keselamatan pada unit proses selaras dengan perkembangan teknologi pengilangan

    minyak bumi dengan biaya optimal guna mendapatkan nilai tambah serta

     peningkatan Refinery Margin.

    FAC-ENG Terdiri dari :

    1.  Mechanical Engineering 

    2.  Elektrical Engineering 

    3.   Instrument   Engineering 

    4.  Rotating Engineering 

    5.  Material Engineering 

    6.  Civil Engineering 

    3.2   Project Engineering

    Fungsi Jabatan :

    Mengelola dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan penanganan pengawasan pelaksanaan seluruh proyek ABI untuk mencapai hasil proyek yang memenuhi

    standar kualitas serta baiaya/jadwal yang telah ditetapkan dan nilai manfaat proyek

    yang menguntungkan ( Rate Of Investment ) dalam rangka mencapai target rencana

    kerja ABI Unit Pengolahan V yang menjadi tanggung jawab serta merupakan visi

    dan misi fungsi Engineering  dan pengembangan.

    Terdiri dari 4 seksi : 

    1.  Pengadaan

    2.  Ahli Proyek

    3.  Pengawas Konstruksi

    4.  Pengatur Administrasi Proyek Engineering  

    3.3   Energy Conservation & Loss Section

    Bagian ini berfungsi untuk merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan

    mengendalikan penyelesaian masalah dan memberikan saran ke fungsi terkait perihal

     pemakaian energi dan penekanan hydrocarbon loss di lingkungan Pertamina RU

    VBalikpapan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan financial margin

     perusahaan.

    3.4  Total Quality Management Section

  • 8/19/2019 1 n 2

    18/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 18

    Bagian ini befungsi untuk mengkoordinasi system management mutu Pertamina,

     baik dari standar mutu organisasi, mutu produk, dan lingkungan. Juga

    mengkoordinasikan penilaian audit program Pertamina Quality Award.

    4.  Reliability Function

    Fungsi ini bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengkoordinir pekerjaan,

     pemeliharaan dan peningkatan kehandalan operasi kilang, yang terdiri dari :

    4.1  Plant Reliability Section

    Bagian ini bertugas mengkoordinasikan pekerjaan pemeliharaan kilang dengan

     bidang jasa dan pemeliharaan kilang

    4.2  Equipment Reliability Section

    Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan peralatan yang beroperasi dalam

    kilang, seperti perpipaan, tangki, furnace, heat exchanger, boiler, dan reactor, selain

    itu mempersiapkan Turn Around (TA) Kilang.

    5.  Procurement Function

    Fungsi ini membawahi :

    5.1  Inventory section

    5.2  Purchasing section

    5.3 Services & warehouse section

    5.4 Contract office section

    6.  Health, Safety, & Environment Function

    Fungsi ini membawahi :6.1  Environmental Section

    6.2  Fire & Insurance Section

    6.3 Safety Section

    6.4 Occupational health Section

    7.  General Affairs Function

    7.1  Fungsi ini membawahi :

    7.2  Legal Section

    7.3  Public relation Section

    7.4 

    Security Section

    8.  Human Resource Area/ Business Partner Function

    Fungsi ini membawahi :

    8.1  People Development

    8.2  Industrial Relation

    8.3 Organization Development Analysis

    8.4  Medical

    8.5  HR Service

    9. 

    Fungsi Keuangan

  • 8/19/2019 1 n 2

    19/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 19

    Fungsi Jabatan :

    Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan keuangan yang

    meliputi anggaran, pengelolaan dana, kontrol, akuntasi kilang dan bertanggung jawab atas

     perhitungan analisa dan prospek keuangan dengan tujuan untuk mengamankan harta

     perusahaan, ketepatan data akuntansi, meningkatkan efisiensi serta mendorong ditaatinya

    kebijakan perusahaan guna mencapai keuntungan yang optimal.

    Bidang ini membawahi 3 bagian , yaitu :

    9.1 Bagian Akuntansi Kilang

    9.2 Bagian Controller

    9.3 Bagian Perbendaharaan

    10. 

    Information Technology

    Fungsi ini membawahi :

    10.1  Bagian Pengembangan

    10.2  Bagian Operasi

    11. OPI (Operational Performance Improvement)

    Organisasi baru yang dibentuk ini bertujuan untuk mensukseskan program transformasi

    Pertamina secara keseluruhan yang meliputi 4 mainstream antara lain :

    11.1  Leadership

    11.2  Technical Respect

    11.3  Mindset Capability

    11.4  Management Infrastructure.

    Proses Produksi Kilang RU V Balikpapan

    Pertamina Unit Pengolahan V, sampai saat ini telah memiliki dua Unit Kilangyaitu Unit Kilang Balikpapan I dan Unit Kilang Balikpapan II. Kilang-kilang ini terletakdi tepi teluk Balikpapan dengan luas area sekitar 2.5 Km2. Awalnya Kilang Balikpapanhanya Kilang Balikpapan I yang dibangun sejak tahun 1922. Tetapi pada saat PerangDunia II, kilang ini mengalami rusak parah akibat terkena bom. Pada tahun 1948 Kilangini dibangun lagi dan mulai beroperasi pada tahun 1950-an. Untuk Kilang Balikpapan II

    dibangun tahun 1980 dan resmi beroperasi pada November 1983. Seiring pengoperasiannya, Kilang Balikpapan mengalami perbaikkan dan up-grading teknologi.

    Up-grading terakhir dilakukan pada tahun 1995 sampai 1997.

    Fungsi dari Kilang Balikpapan atau Unit Pengolahan V ini adalah mengolahminyak mentah menjadi produk-produk yang siap dipasarkan, yaitu Bahan Bakar Minyak(BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) untuk memenuhi kebutuhan dalam negerikhususnya Kawasan Timur Indonesia. Pada mulanya Kilang didesain untuk mengolah

    minyak mentah dari lapangan-lapangan minyak disekitar Balikpapan, seperti Tanjung,Sepinggan, Handil, Bekapai, Attaka, Badak. Pada saat ini lapangan lainnya seperti Minas,Duri, Arjuna, Widuri, Kakap, Belida, maupun minyak mentah dari luar negeri sepertiTapis (Malaysia), Jabiru (Australia), Sarir (Libya), Nanhai, Xi Chiang (Cina), BrassRiver, Pennington (Nigeria), Bach-Ho (Vietnam), Arabian Superlight, Sahara Blend

    (Timur Tengah) dll.

  • 8/19/2019 1 n 2

    20/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 20

    Gambar 2.6 Sumber Minyak Mentah RU V

    Proses produksi di kilang RU V Balikpapan dilakukan oleh unit produksi di bawah production manager. Unit ini meliputi 6 bagian yaitu oil movement, UTILITIES,

    DIS & WAX, HSC, HCC, dan laboratory. Keenam bagian ini terbagi dalam area kilangBalikpapan I dan kilang Balikpapan II.

    Gambar 2.7 Arus Pengadaan Minyak Mentah Kilang RU V

    Ki lang Bali kpapan 1

    Kilang Balikpapan I terdiri dari atas unit-unit :

    a.  Crude Distillation Unit V (CDU V)

     b.  High Vacuum Unit III (HVU III)

    c.  Dehydration Plant (DHP)

    d.  Wax Plant

    e.  Effluent Water Treatment Plant (EWTP)

  • 8/19/2019 1 n 2

    21/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 21

    Gambar 2.8 Diagram Alir Proses Kilang Balikpapan 1

    a.  Crude Distillation Unit V (CDU V)

    CDU V merupakan unit fraksinasi yang didesain untuk mengolah crude oil  yang bersifat  paraffinic (sedikit atau tidak sama sekali mengandung material asphal). Salahsatu hasil dari fraksinasi crude oil   yang bersifat parafin dapat digunakan sebagai bahan

     baku untuk wax plant.  CDU V didesain untuk mengolah crude oil   dengan kapasitas 60MB per hari (60.000 barrel per hari). Crude oil   yang akan difraksinasi dalam CDU Vmula  –   mula dipanaskan pada heat exchanger   agar mencapai suhu yang dikehendakisebelum masuk pada kolom atmospheric distillation, dan mudah untuk dipisahkan.Setelah masuk heat exchanger , crude oil  masuk ke desalter . Instrument   ini memisahkanimpurities  dalam crude oil  (natrium, kalsium, magnesium klorida), secara fisis. Karenaimpurities  tadi dapat menyebabkan asam yang bersifat korosif dan dapat merusak

    instrumen prosesnya.Produk yang dihasilkan pada CDU V antaranya :

    Light Gas Oil (LGO),

    Heavy Gas Oil (HGO),

    Kerosene,

    Light Naphta,

    Heavy Naphta,

    Long Residue,

    LPG.Untuk produk Kerosene, LGO, dan HGO kemudian masuk ke dalam stripper  

    masing  –   masing. Stripper   berfungsi untuk memisahkan fraksi  –   fraksi ringan yangterdapat pada produk tersebut.

    Produk LPG masuk ke LPG Plant  untuk kemudian dipisahkan dari fraksi  –  fraksi ringannya. Disamping menghasilkan LPG, LPG  Plant  juga menghasilkan off-gas yang dapat kemudian dibuang ( flare), atau menjadi  fuel gas  yang digunakan sebagai

     bahan bakar instrumen penunjang proses lainnya seperti heat exchanger, desalter, dll.Produk Naphta kemudian diproses dengan cara pemisahan impurities yang berbentuk

    senyawa secara kimia dalam Naphta Hydro Treater (NHT) dan kemudian dimurnikan

    dalam Platformer Plant (PLT), dan menghasilkan HOMC ( High Octane Mogas

    Component ) yang dapat diblending  dengan Light Naphta untuk menghasilkan Mobile Gas

    (MOGAS), seperti Premium dan Pertamax. Produk Kerosene dapat dijadikan minyak

    tanah atau dengan menambah additif akan dihasilkan Aviation Gas (AVIGAS), seperti

    avtur.

  • 8/19/2019 1 n 2

    22/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 22

    Gambar 2.9 Diagram Sederhana Sistem Proses Crude Distillation Unit IV

    1. Crude Distilling Unit V 4. Kerosene Stripper

    2. Stabilizer 5. LGO Stripper

    3. Naptha Splitter 6. HGO Stripper

    b.   High Vacuum Unit III (HVU III)

    Proses yang terjadi dalam HVU III adalah proses pengolahan long residue (reduced crude) yang merupakan bottom product  dari CDU V. Long residue yang sudahtidak dapat difraksinasikan lagi dalam CDU V, pada HVU III diturunkan titik didihnyadengan cara divakumkan sehingga long residue dapat difraksinasikan kembali. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cracking   karena bila fraksinasi long residue dilakukan pada tekanan atmosfer maka dibutuhkan temperatur yang tinggi. Kapasitas pengolahan di HVU III adalah 25 MBSD.

    Produk yang dihasilkan pada HVU III ini adalah :

    Light Vacuum Gas Oil (LVGO)

    Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO)

    Paraffine Oil Distillate (POD)

    Slope Wax

    Vacuum Residue

    Produk LVGO kemudian didinginkan dalam LVGO cooler , kemudian dikirim ketangki penyimpanan  Automotive Diesel Oil   (ADO), atau ditambahkan additif dandisimpan di tangki  Industrial Diesel Oil (IDO). Produk HVGO disimpan dan seterusnyaakan dikirim ke  Hydro Cracking Unit (HCU). POD akan dikirim sebagai bahan baku di

    Wax Plant . Produk Vacuum Residue dialirkan ke LSWR pool. 

    14

    5

    2

    3

    Lon

     

  • 8/19/2019 1 n 2

    23/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 23

    Gambar 2.10 Diagram Sederhana Proses HVU III

    c. 

    Dehidration Uni t (DHP)Mempunyai kapasitas pengolahan sebesar 9.000 bpsad. DHP ini menerima

    minyak mentah dari Tanjung Warukin yang berjenis  paraffinic  yang dapat membekudalam temperatur lingkungan. Untuk mencegah pembekuan dan memudahkan pengaliranmaka disuspensikan air ke dalam minyak dengan kadar 25 %. Pada unit ini dilakukan pemisahan antara air dengan minyak dengan cara pemanasan, hasil kondensatnya berupacrude  yang kemudian dipompakan ke tangki penyimpanan. Unit ini merupakan

     Preparation Unit  sebelum masuk ke dalam CDU V.

    HV

    U

    III

    Lon

    g

    LV

     

    PO

     

    HV

     

    SLOPE

    Vacuum

  • 8/19/2019 1 n 2

    24/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 24

    Gambar 2.11 Diagram Sistem Proses DHP

    d.  Wax Plant

    Memiliki kapasitas pengolahan sebesar 175 ton perhari. Untuk mendapatkan wax yang memenuhi persyaratan, pemrosesannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

     Dewaxing , yaitu proses yang bertujuan untuk memisahkan wax  dengan oilcontentnya yang terkandung dalam Paraffinic Oil Distillate (POD).

    Sweating , yaitu proses yang bertujuan untuk mengurangi kadar minyak yangterkandung dalam cake  hasil proses dewaxing . Proses dilakukan dengan caramemanaskan cake secara perlahan. Hasil dari proses sweating adalah sweat wax.

    Treating , yaitu proses yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankanmutu wax  baik dari segi warna, bau maupun kestabilan selama penyimpanan. Hasilnyaadalah finished wax. 

     Moulding  yaitu proses pencetakan menjadi padatan berbentuk lempengan denganmenggunakan moulding press, setelah sebelumnya “ finished wax” dialirkan secaragravitasi dari seksi treating . Khusus untuk pasar ekspor lilin disimpan dalam bentuk cair.

    Gambar 2.12 Diagram Sederhana Sistem Proses Wax Plant

    Wax

    (pad

     Dewaxi

     

    Sweat

     

    Treat

     

    Sweati

    ng

    moul

     

    Full Refined

    Filte

     

    Foot

     

    P

     

    Wa

    x

    Heat

    Exchan

     

    Tang

    ki

    Gas

    Separa

     

    Tangki

    Crude

    Demu

     

    Cr

     

    Air

    Gas

  • 8/19/2019 1 n 2

    25/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 25

    e.   Effluent Water Treatment Plant (EWTP)

     Effluent Water Treatment Plant   (EWTP) berfungsi mengolah air buangan baikyang berasal dari Kilang Balikpapan I maupun dari Kilang Balikpapan II. Tujuan

     pengolahan adalah agar air yang dibuang ke perairan Teluk Balikpapan memenuhi persyaratan spesifikasi baku mutu limbah cair yang ditetapkan pemerintah daerah.

    Ki lang Bali kpapan 2

    Kilang Balikpapan II terdiri dari 2 unit produksi, yaitu unit  HydroskimmingComplex (HSC) serta unit Hydrocracking Complex (HCC). Kedua unit ini memproduksi bahan bakar minyak dan LPG.

    Gambar 2.13 Diagram Alir Proses Kilang Balikpapan 2

    a.  Unit Hydro Skimming Complex (HSC)

    Unit ini terdiri dari Crude Distillation Unit (CDU) IV, Naptha Hydrotreater,Platforming Unit, LPG Recovery, LPG Treater, serta Sour Water Stripper Unit.

    1)  Crude Distilling Unit IV (Plant 1)

    Unit ini dirancang untuk fraksinasi minyak mentah dengan kapasitas 200,000

     barrel/hari. Dengan menggunakan distilasi atmosferik mengolah crude menjadi produkLPG, Light Naptha, Heavy Naptha, Kerosene, Light Gas Oil, Heavy Gas Oil dan LongResidu.

    2)  Naptha Hydrotreating Unit (Plant 4)

    Unit ini berfungsi untuk membersihkan kandungan-kandungan impurities padaHeavy Naptha seperti Sulphur, Nitrogen, Oksigen, dan Olefin sehingga diperoleh Sweet Naptha sebagai feed Platforming. Senyawa –  senyawa tersebut harus dihilangkan, karenadapat menjadi racun bagi katalis yang terdapat pada unit platformer. Umpan dari unit ini berasal dari CDU IV dan HCC unit. Naptha Hydro Treater unit ini memiliki kapasitasdesain produksi 20,000 barrel/hari.

    3)  Platforming Unit (plant 5)

    Unit ini bertujuan mengolah sweet naptha yang sebelumnya mempunyai nilaioktan rendah menjadi senyawa aromatic dengan angka oktan yang tinggi. Unit inidirancang dengan kapasitas umpan 20,000 barrel/hari. Umpan unit ini adalah sweetnaptha dari NHT dan produknya disebut reformat. Reformat ini kemudian digunakansebagai komponen blending  premium.

  • 8/19/2019 1 n 2

    26/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 26

    4)  LPG Recovery (Plant 6)

    Unit ini berfungsi untuk memproses LPG dari Crude Distilasi Unit,Hydroccracking Unit dan Platforming Unit mejadi produk Liquified Petroleum Gas.

    Kapasitas pengolahan unit ini adalah 242 metrik ton/hari. LPG yang dihasilkan dari unitini masih mengandung propana sehingga dinamakan mixed LPG. Metana dalam mixed

    LPG dibatasi maksimal 0.2% (vol), sedangkan pentana dalam mixed LPG dibatasimaksimal 2% (vol).

    5)  Sour Water Stripper (Plant 7)

    Unit ini didesain untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air buangan proses yang berasal dari CDU IV, LPG recovery, HVU II, NHT dan HCU (Plant 3 A/B).

    Komponen utama yang akan dihilangkan oleh unit ini adalah NH3 dan H2S dengan caradibakar di Incenerator. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 633 metrik ton/hari.

    6) 

    LPG Treating (Plant 9)Unit ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan sulfur yang berlebihan pada

     produk LPG yang akan dipasarkan. Mempunyai kapasitas pengolahan 242 metrikton/hari. Proses yang terjadi pada unit ini cukup sederhana yaitu dengan melewatkan gasLPG dalam adsorber berupa  system caustic flaks (serpihan) process  sehingga sulfurdalam LPG akan menempel pada caustic flaks tersebut. Setelah keluar dari unit ini, LPGdiharapkan akan mempunyai kandungan sulfur yang rendah.

    b.  Hydro Cracking Complex (HCC)

    Unit ini terdiri dari High Vaccum Unit (HVU) II, Hydrocracking Unit, Hydrogen

    Plant, Hydrogen Recovery System, Flare Gas Recovery System.

    1)  High Vacuum Unit II (Plant 2)

    Unit ini bertujuan untuk mengolah long residu dari CDU IV dan CDU V dengan proses distilasi tekanan vacuum. Unit ini memiliki kapasitas desain 81,000 barrel/hari.Produk yang dihasilkan berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO). Unit ini berfungsi untukmengolah Long Residu menjadi LVGO, HVGO (sebagai feed Hydrocracking Unit), danShort Residue.

    2)  Hydrocracking Unit (Plant 3)

    Unit ini di design untuk mengolah HVGO dari Plant 2 (HVU II) dan HVU III

    menjadi produk-produk seperti LPG, Naptha, Kerosene, Avtur dan Diesel.

    3)  Hydrogen Plant (Plant 8)

    Unit ini berfungsi untuk memproduksi Hydrogen dari Natural Gas (Metana/CH4)dan steam untuk kebutuhan Hydrocracking Unit.

    Plant Pendukung

    a.  Nitrogen & Air Plant (Plant 35)

     Nitrogen Plant berfungsi untuk menghasilkan Nitrogen yang dipergunakan untukContinnous Operasi, Start Up, dan Purging Operasi. Air Plant berfungsi untukmenghasilkan PlantAir dan Intrument Air yang dibutuhkan untuk proses kilang,

     Instrument   Air digunakan untuk peralatan  Instrument   Air. Sedangkan Plant Air di

  • 8/19/2019 1 n 2

    27/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 27

    gunakan untuk Cleanning pada plant-plant Kilang Unit Pengolahan V Balikpapan.

    b.  Cooling Water System (Plant 32)

    Auxilary Cooling Water (ACW) berfungsi untuk mendinginkan seluruh rotatingequipment   kilang Balikpapan II. Tempered Cooling Water (TCW) berfungsi untukmendinginkan minyak berat (HVGO, Residue) dan jacket kompresor. Sea Cooling Water(SCW) berfungsi untuk mendinginkan produksi minyak ke storage serta sufacecondenser.

    c.  Boiler Feed Water (Plant 31)

    Unit ini berfungsi untuk menyediakan Boiler Feed Water dan steam sertamerecover kembali condensate sebagai bahan Boiler Feed Water.

    d.  Chemical Plant (Plant 25)

    Unit ini berfungsi untuk menyediakan bahan kimia seperti larutan caustic soda10% untuk keperluan Plant 1, 3, 4, 5, dan plant 7.

    e.  Flare System (Plant 19)

    Unit ini berfungsi untuk membakar gas-gas buangan baik dari Balikpapan Imaupun Balikpapan II

    f. 

    Fuel Gas System (Plant 15)

    Unit ini berfungsi menyiapkan fuel gas untuk keperluan heater di Balikpapan Idan keperluan heater di Balikpapan II.

    Gambar 2.14 Diagram alir Proses Kilang Minyak RU V Balikpapan

    Unit Pendukung Proses

    Selain Refinery Plant, PT Pertamina (Persero) UP V juga memiliki sarana lainseperti Terminal Minyak, Pembangkit Listrik, Water Treatment dan lain-lain yang lebih

     jelas diberikan sebagai berikut :1.  Terminal Balikpapan dan Lawe-Lawe (TBL - Prod)

    TBL Unit Produksi berfungsi untuk menyediakan instalasi Tanki untuk

    menampung dan menyimpan produk jadi, intermediet, crude oil, dan melakukan kegiatan pendistribusian minyak ke kapal (loading) serta pembongkaran minyak dari kapal ke

    tanki darat (unloading).

  • 8/19/2019 1 n 2

    28/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 28

    Terminal crude oil Lawe-Lawe terletak 20 km dari teluk Balikpapan, dibangun bersama-sama dengan proyek perluasan Kilang Balikpapan II, dengan alasan bahwafasilitas dermaga tangker di Balikpapan sudah tidak mampu, Crude Oil yang ditampung

    di terminal ini berasal dari berbagai jenis crude baik dari dalam negeri maupun luarnegeri yang rata-rata diangkut oleh Tangker yang berukuran 125.000 DWT. Prosesnyaadalah crude oil tersebut diterima oleh SPM (Single Point Mooring) yang terletak 17 kmdari lepas pantai atau terminal ini. Jumlah tanki yang ada di Lawe-Lawe sebanyak tujuh buah denagn kapasitas masing-masing 800.000 barrel, crude dari terminal Lawe-Lawe inikemudian ditransfer ke kilang Balikpapan Unit Pengolahan V melalui pipe line sebagai bahan baku untuk diproses selanjutnya.

    2.  Bagian Utilities (UTL - Prod)

    Utilities merupakan salah satu bagian dari Unit Produksi yang menunjangkegiatan Opersai Kilang. Utilities Kilang Balikpapan mempunyai tugas menyediakan

    kebutuhan-kebutuhan rutin yang diperlukan oleh kegiatan operasi diantaranya EnergiUap, Listrik dan Air.Untuk kegiatan operasinya Utilities Kilang Balikpapan harus dapat melayani

    Kilang dalam penyediaan steam, listrik dan air dengan tepat waktu, quantity dan quality.

    a.  Sistem Pengolahan Air Kilang Balikpapan

    1)  Water Treatment

    Water Treatment Kilang UP  –   V Balikpapan saat ini memiliki 3 Unit Water

    Treatment antara lain WTP I di Gunung Pancur untuk memenuhi kebutuhan air

    minum dan kebutuhan operasi Kilang. WTP II di Gunung Pancur untuk

    memenuhi kebutuhan operasi Kilang. WTP mini di Gunung IV untuk memenuhi

    air minum di Gunung IV dan Gatu. Dan untuk sumber air Kilang Balikpapan

    diperoleh dari Waduk Sei Wain yang terletak di 15 km dari Kilang UnitPengolahan di Balikpapan, dan Deep Well.

    2)  Plant (Demin Plant)

    Plant ini mengolah air untuk HHP Boiler tekanan tinggi dari tiga line yang

    masing-masing berkapasitas 150 m3/h. Demint Plant ini pada dasarnya

    merupakan proses ion exchange yang bertujuan untuk menghilangkan kebasahan

    air dan kandungan logam yang ada di dalam air melalui pertukaran ion.

    3)  Sea Water Desalination Plant (SWD Plant)

    Plant ini berfungsi mengolah air laut menjadi air tawar untuk keperluan Plant

    khususnya untuk keperluan Boiler Feed 4. Water Power Plant II.

    4) 

    Cooling Water Intake (CWI) & Rumah Pompa Air Laut (RPAL)Plant ini berfungsi menyediakan air pendingin untuk kebutuhan kilang. CWI

    memasok kebutuhan air pendingin untuk Power Plant II dan Kilang Balikpapan

    II, sedangkan RPAL memasok kebutuhan air pendingin untuk Power Plant I dan

    Kilang Balikpapan I.

    b.  Sistem Pembangkit Steam (Boiler)

    Boiler Lama yang terdiri dari 3 buah HP Boiler (2 Boiler sudah tidak beroperasi,yaitu : HP 1 dan HP 2) dengan menghasilkan steam 32 bar dan lima buah MP

    Boiler (3 Boiler sudah tidak beroperasi, yaitu MP 1, 2 dan 5) denganmenghasilkan steam 17 bar. MP boiler ini akan dihentikan pengoperasianya

    sebab kurang efisien dan akan diganti dengan HHP Boiler dengan menghasilkan

    steam bertekanan 60 bar. Steam ini kemudian digunakan untuk keperluan Power

  • 8/19/2019 1 n 2

    29/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 29

    Plant I, Power Plant II dan sebagian lagi digunakan untuk proses-proses diRefinery.

    c.  Sistem Pembangkit Listrik

    Power Plant I dengan lima buah Turbine Generator. TG 3 berkapasitas 7,5 MW,

    TG 4 dan TG 5 masing-masing berkapasitas 9 MW. Power Plant II mempunyai

    empat buah Turbine Generator. TG 1 berkapasitas 8,4 MW dan TG 2, 3 dan 4

    masing-masing berkapasitas 12,5 MW.

    3.  Bagian Laboratorium (LAB  –  Prod)

    Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan pengujian terhadap produkcair, gas, wax, crude oil dan limbah yang dihasilkan dari proses Kilang. Pengujianlaboratorium merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi. Hal ini penting dilakukan karena dalam suatu operasi kilang minyak untuk dapat mengolah

    minyak mentah menjadi produk BBM dan NBBM yang dapat memenuhi standart kualitasmaka semua produk harus melalui uji kualitas di laboratorium.

    Data pengujian laboratorium juga digunakan oleh pihak operasi sebagai pedomandalam menentukan kondisi operasi kilang agar diperoleh produk BBM dan NBBM yangselalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Dasar pelaksanaan pengujian

    laboratorium untuk menentukan kualitas produk BBM dan NBBM dengan spesifikasi darimasing-masing jenis BBM, NBBM yang dikeluarkan oleh Dirjen Migas. Sedangkanuntuk memandu kualitas produk air kilang penetapan standart kualitas ditetapkan olehfungsi REN&EKON UP V.

    Laboratorium di RU V Balikpapan terdiri atas 4 laboratorium utama yaitu :1.  Laboratorium Produksi Gas

    2.  Laboratorium Produksi Cair

    3.  Laboratorium Evaluasi Crude 

    4.  Laboratorium Lindungan Lingkungan

  • 8/19/2019 1 n 2

    30/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 30

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA 

    3.1 Deskripsi Platforming Uni t  

     Platforming Unit  atau plant 5 dirancang untuk membentuk molekul hidrokarbontertentu yang dapat digunakan untuk bahan bakar mesin secara katalitik dalam rentangtitik didih nafta dan menghasilkan komponen blending  bahan bakar dengan nilai oktanyang lebih tinggi. Unit ini dirancang untuk memproses 20000 barrel per hari danmenghasilkan 16638 barrel C5+ reformat per harinya dengan nilai oktan tidak kurang dari96. Umpan yang digunakan adalah  sweet naphtha yaitu umpan yang telah dihilangkandari pengotor (terutama sulfur) dengan menggunakan plant 4 ( Naphtha HydrotreatingUnit ) yang kemudian dimasukkan ke reaktor. Sebagian sweet naphtha di simpan kedalamtangki yang memiliki “selimut” nitrogen, naphtha ini akan digunakan pada star up. Nitrogen ini berfungsi untuk menjaga sweet naphtha tetap kering (tidak terkena air) dan

    tidak terkontakkan dengan oksigen.Platforming Unit ini dirancang untuk mengubah heavy naphtha  bernilai oktan

    rendah menjadi bernilai oktan tinggi. Produk dari Platformer adalah komponen bahan bakar mesing yang telah didebutanisasi dan benilai oktan tinggi, yang disebut dengan“Reformat”. Reformat ini adalah komponen utama blending  dari bensin.

    Gambar 3.1 PFD Platforming Unit

    Pada platforming unit terdapat debutanizer column  , debutanizer column  terdiridari 30 tray  yang beroperasi pada tekanan 18.3 kg/cm2g. Kolom ini dipanaskan olehcairan bottom yang disirkulasi lewat  Debutanizer Reboiler Heater   F-5-02.  Debutanizer  

    sendiri berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan (produk atas) berupa propanedan butane serta sekitar 20% adalah etana dan fraksi ringan lainnya. Produk atas inikemudian dipompa menuju LPG  Recovery Unit , plant 6. Produk bawah kolom

    debutanizer   adalah produk akhir  Platforming Unit   atau disebut reformat dengan nilaioktan berkisaran 95-96. Reformat meninggalkan kolom debutanizer pada temperatur

    2510C dan bertukar panas dengan umpan debutanizer pada E-5-08 sehingga temperatur

    1060C. Reformat kembali didinginkan lagi menjadi 38

    0C dan bertekanan uap sekitar 0.8

    kg/cm2g sebelum akhirnya dibawa menuju tangki penyimpanan sebagai komponengasoline.

    3.2 Konsep Dasar PFD dan SIL

    Tinjauan dari Safety Integrity Level   (SIL) berhubungan dengan standardANSI/ISA 84.01-1996 dan IEC 61508. SIL adalah nilai ukur dari performansi Safety Instrumented System  (SIS) yang hanya dihubungkan dengan device yang

    mengkonfigurasi SIS. Nilai ukur ini dibatasi pada integritas device, arsitektur, testing

  • 8/19/2019 1 n 2

    31/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 31

    (pengujian), diagnostic, dan nilai kegagalan dari device  yang sangat bertautan dengandesain spesifik dari SIS. SIS terdiri dari beberapa SIF (Safety Instrumented Function).Masing-masing SIF terdiri dari input device  ( sensor ), logic solver , dan output device

    ( Final Control Element ). SIL bukanlah nilai ukuran dari frekuensi kejadian, tetapi SILdidefinisikan sebagai probabilitas dari SIS untuk gagal ketika ada permintaan (PDF/ Probability Failure on demand ). Permintaan ini terjadi ketika proses mencapai kondisitrip dan menyebabkan SIS untuk melakukan tindakan keamanan. Sedangkan  Probabilityof Failure on Demand   sendiri merupakan suatu kemungkinan atau peluang equipment  terjadi kegagalan. Kegagalan dimaksudkan bahwa equipment   tersebut tidak dapatmelakukan fungsinyadengan baik. Dibawah ini disajikan tabel 3.1yang menggambarkanrange nilai dari PFD SIS yang merepresentasikan tingkatan daripadaSIL.

    Tabel 3.1  Range Nilai Pfd yang Merepresentasikan Tingkatan Sil Sesuai Dengan IEC

    61508

    SIL Avaliablity PFDavg Risk Reduction4 >99.99% 100.000 to 10.000

    3 99.9% 10.000 to 1.000

    2 99 to 99.9% 1.000 to 100

    1 90 to 99% 100 to 10

    SIL 1 menunjukkan level   keamanan rendah ( High risk ) atau kemungkinan

    terjadinya  failure  semakin besar. sedangkan SIL 4 menunjukkan level keamanan tinggi( Low risk ) atau kemungkinan terjadinya  failure  semakin kecil. SIS terdiri darisekumpulan Safety Integrity Function (SIF). Berikut ini komponen-komponen SIF antaralain sensor, logic solver , dan final element .

    Gambar 3.2 Safety Instrumented Function 

    Ada beberapa macam arsitektur dari SIF yang membentuk SIS untuk mencapainilai SIL sesuai dengan permintaan keamanan proses. Beberapa arsitektur tersebutdiantaranya adalah 1oo1- system, 1oo2- system, 2oo2- system 2oo3- system dan sebagainya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini.

  • 8/19/2019 1 n 2

    32/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 32

    Gambar 3.3 Beberapa Arsitektur Daripada SIF

    Berikut ini salah satu metode kuantitatif untuk menentukan PFD dari sebuah SIF

     berdasarkan ISA-TR84.00.02-2002:

    = Probability Failure on Demand Average

    = Laju Kegagalan atau Failure rate ( Failure/hour )

    = Interval Time / Test Function ( Hour )

    = Risk Reduction Factor  

    Perhitungan diatas merupakan perhitungan apabila sistem dari  safetyinstrumented Function menggunakan arsitektur  One out of One (1oo1). Sedangkan untukarsitektur dari SIF yang lain perhitungan PFD nya terdapat pada tabel berikut.

    Tabel 3.2 Probability Failure on Demand Pada Arsitektur SIF

    Arsitektur SIF PFDavg

    1oo1

    1oo2

    2oo2

    2oo3

    Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa PFD dipengaruhi oleh lajukegagalan peralatan dan test interval , artinya semakin besar laju kegagalan suatu peralatan maka kemungkinan terjadinya kegagalan akan semakin besar dan tingkat

     penurunan resikonya akan semakin kecil. Begitu juga dengan semakin sering suatu peralatan dilakukan test maka kemungkinan terjadinya  failure  akan semakin kecil dan

    tingkat penurunan resikonya semakin besar. Adapun data  failure rate pada laporan kerja praktek ini diperoleh dengan beberapa cara diantaranya:

    1.  Data Sertifikat

    Yakni data diperoleh berdasarkan data hasil sertifikat pihak ketiga

    2.  Commercial failure rate data

    Yakni data diperoleh dari handbook failure rate data (database failure rate) seperti

    salah satunya adalah OREDA

    3.,3 Fault Tr ee Analysis  (FTA)

    Teknik untuk mengidentifikasi kegagalan ( failure) dari suatu sistem memakai FT( fault tree) diperkenalkan pertama kali pada tahun 1962 oleh Bell Telephone Laboratories

    dalam kaitannya dengan studi tentang evaluasi keselamatan sistem peluncuran minuteman

  • 8/19/2019 1 n 2

    33/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 33

    misile  antar benua. Boeing Company memperbaiki teknik yang dipakai oleh BellTelephone Laboratories dan memperkenalkan program komputer untuk melakukananalisa dengan memanfaatkan FT baik secara kualitatfi maupun kuantitatif.

    FTA ( fault tree analysis) berorientasi pada fungsi ( function-oriented ) atau yanglebih dikenal dengan “ top down “ approach karena analisa ini berawal dari sistem level(top) dan meneruskannya kebawah. Titik awal dari analisa ini adalah mengidentifikasikanmode kegaglan functional pada top level dari suatu sistem atau subsistem.

    FTA adalah teknik yang banyak dipakai untuk studi yang berkaitan dengan resikodan keandalan dari suatu sistem engineering. Event potensial yang menyebabkankegaglan dari suatu sistem engineering  dan probobabilitas terjadinya event  tersebut dapatditentukan dengan FTA. Sebuah top event   yang merupakan definisi dari kegaglan suatusistem ( system failure), harus ditentukan terlebih dahulu dalam mengkonstruksi FTA.Sistem kemudian dianalisa untuk menemukan semua kemungkinan yang diidentifikasikan pada top event . FTA adalah sebuah model grafis yang terdiri dari berbagai kombinasikesalahan ( fault ) secara pararel dan secara berurutan yang muingkin menyebabkan awaldari failuire event yang sudah ditetapkan.

    Setelah mengidentifikasi top event , event-event   yang member kontribusi secaralangsung terjadinya top event   diidentifikasikan dan dihubungkan ke top event   denganmemakai hubungan logika (logical link ). Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan darikomponen-koponen sistem (basic event ) dan hubungan antara basic event  dan top event .Simbol grafis yang dipakai untuk menyatakan hubungan disebut gerbang logika (logika gate). Output dari sebuah gerbang logika ditentukan oleh event yang masuk kegerbang

    tersebut.Tabel 3.3 Simbol Fault Tree 

     NAMA Simbol Desktripsi

     Logic gates Or-Gate Or-gate menunjukan output dari event  a terjadi jika

    minimal satu input event terjadi

     And-Gate And  –  gate menunjukan output  dari event  a akanterjadi jika semua input event tejadi secara bersama-

    sama

     Input events Basic event Basic event  menyatakan kegagalan sebuah basic

    equipment yang tidak memerlukan peneletian lebihlanjut dari penyebab kegagalan

  • 8/19/2019 1 n 2

    34/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 34

    Untuk menentukan SIF debutanizer column C-5-07 digunakan metode Fault Tree Analysis  (FTA). FTA yang digunakan berdasarkan  standard   yang ada pada IEC 61508

    yang dapat merepresentasikan analisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisasecara kualitatif dilakukan dengan mengetahui konfigurasi komponen-komponen

     pembentuk SIF atau disebut sebagai  safeguarding system pada debutanizer column C-5-07 yang terdiri dari  pressure switch, PLC,  solenoid valve  dan on/off valve. Setelah itu

    menentukan top event   dan event-event  lain penyebab top event . Selanjutnya event-event  tersebut akan ditampilkan secara grafis dalam bentuk  Fault Tree sesuai simbol-simbolyang telah disepakati. Pada analisa kuantitatif, diawali dengan penyederhanaan  FaultTree yang telah dibentuk menjadi cut set . Cut set   merupakan kejadian-kejadian (events)minimal agar terjadinya suatu kegagalan dalam top event . Selanjutnya dilakukan perhitungan berdasarkan cut set  yang ada dengan mengetahui data-data failure rate. Data failure rate  diambil dari OREDA tahun 2002 karena  field experience  atau record data perbaikan kurang lengkap, selain itu data  failure rate juga didapatkan dari sertifikat SILdari pihak ketiga. Perhitungan PFD juga didasarkan pada logika yang digunakan dalamkonstruksi Fault Tree.

    3.4 Sensor (Pressure switch)  

    Sensor yang digunakan pada safety instrument function debutanizer column C-5-07 adalah  pressure switch. Pressure switch  adalah alat yang digunakan untukmemberikan sinyal ON atau OFF pada  system  selanjutnya (PLC) yang berhubungandengan safety, control  berupa alarm atau Trip (Shutdown) suatu peralatan

    Gambar 3.4 Struktur Pressure Switch 

    Switch  ini digunakan untuk mengetahui tekanan yang pada suatu proses dengan

    mengatur Setting  pada mekanikal Adjustmen-nya. Seperti gambar diatas setting tersebut

    adalah  Pressure adjusting screw. Cara kerja alat ini adalah media tekanan yang masuk

    kedalam inlet  pressure switch  akan menekan membran atau bellows assembly  lalu

  • 8/19/2019 1 n 2

    35/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 35

    menggerakan Operating lever  yang akan menekan tombol microswitch. Pada microswitch 

    tersebut terdapat kabel NC (normally close) dan NO ( Normally Open) kontak. Pada

     pressure switch PSHH-018A/B/C menggunkan setting NC ( Normally Close) pada

    mikroswitch.

    3.5 Logic Solver  (PLC )

    Pada  safety instrument function debutanizer column  C-5-07 yang berperansebagai logic solver adalah PLC. Secara umum PLC dibagi menjadi tiga bagian utama,yaitu modul input , CPU dan modul output  serta dilengkapi dengan unit catu daya /  power supply, sebagaimana digambarkan dalam digram blok sebagai berikut:

    Gambar 3.5 Diagram Blok Sistem PLC

    Sedangkan gambar berikut merupakan contoh bentuk PLC jenis CQM, dimanasetiap unit-unitnya telah tersusun secara modular.

    Gambar 3.6 PLC

    Komponen-komponen PLC terdiri dari:1.   Power Supply Unit

    Unit ini berfungsi untuk memberikan sumber daya pada PLC sehingga

    memungkinkan PLC dapat bekerja. Unit ini biasanya sudah berupa  switching power  

     supply. Catu daya yang digunakan sebesar 220 V dengan arus yang bervariasi

    tergantung konsumsi PLC, dan juga menghasilkan tegangan DC -24V dan 24 V.

    Catu daya biasanya berada pada modul yang terpisah.

    2.  CPU (Central Prossesing Unit ) PLC

    Unit ini merupakan otak dari PLC. Di unit inilah program yang telah dibuat dolah

    sesuai dengan hukum kontrol logika sehingga sistem kontrol yang telah kita desain

    dapat bekerja sesuai dengan keinginan kita. Di samping itu PLC juga melakukan

  • 8/19/2019 1 n 2

    36/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 36

     pengawasan atas semua operasional kerja dari PLC, transfer informasi melalui

    internal bus antara PLC, memori, dan unit I/O.

    3.   Memory Unit

    Untuk menyimpan program yang telah dibuat maka diperlukan suatu unit memori

    elektronik. Selain untuk menyimpan program kerja, memori juga digunakan untuk:

    • Menyimpan data dan status input/output (interfacing information) 

    • Menyimpan data/informasi untuk fungsi-fungsi internal (pewaktu, pencacah,

    marker relay, dll)

    4.   Input / Output (I/O) Unit

    Pada umumnya informasi data pada PLC dinyatakan dalam bentuk tegangan listrik

    antara 5 V –  15 V DC, sedangkan diluar sistem tegangan bisa bervariasi dari 24 V-

    240 V DC maupun AC, demikian pula dengan arusnya. Unit I/O PLC dimaksudkan

    untuk interfacing   antara kedua skala besaran tersebut. PLC yang modern biasanya

    sudah menggunakan komponen yang mempunyai sifat electricaly isolated   terhadap

    sistem diluar PLC.

    3.6 Final Element

    Komponen-komponen  final element pada safety instrument function debutanizercolumn C-5-07 terdiri dari:

    3.6.1 Solenoid valve  

    Solenoid valve  merupakan salah satu perlengkapan on/off valve  yangdihubungkan dengan  safe guarding system  atau trip system. Dalam operasinya dapatnormaly closed   ataupun normaly open tergantung pada penggunaanya. Solenoid valve

    terdiri dari valve body, magnetic core yang dihubungkan dengan valve steam dan solenoidcoil . Dalam penggunaanya untuk emergency shutdown service biasanya dipakai normalyenergized  valve 110 V DC atau 24 V DC. Tipe yang sering digunakan dalam pemakaian shutdown system  adalah three ways solenoid valve, dimana dapat dilihat pada gambardibawah

    Gambar 3.7 Solenoid Valve 

    Apabila  solenoid energized , maka air signal   dari controller   akan langsungterhubung dengan on/off valve. Dalam hal emergency solenoid valve akan de-energized ,

    dimana air signal  dari controller  akan diblok, sedangkan air signal  dari on/off valve akandi-venting   ke atmosfir yang berakibat on/off valve  bergerak membuka penuh atau

    menutup penuh yang tergantung dari aksi on/off valve tersebut.

  • 8/19/2019 1 n 2

    37/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 37

    3.6.2 On/off Valve  

    Valve  adalah suatu peralatan mekanis yang melaksanakan suatu aksi untukmengontrol aliran fluida di dalam sistem perpipaan. Dalam bahasa sederhananya valve 

     bekerja seperti prinsip keran air.Sebuah on/off valve terdiri atas dua bagian dasar yaitu actuator  dan valve. Bagian

    actuator  adalah bagian yang mengerjaan gerak buka tutup valve. Dan bagian valve adalahkomponen mekanis yang menentukan besarnya  flow  yang masuk ke proses. Berikut

    gambar bentuk umum dari sebuah on/off valve:

    Gambar 3.8 Control Valve 

    Actuator

     Actuator   adalah bagian dari on/off valve  sebagai sumber penggerak yangmengatur travel  dari valve stem, dimana dihubungkan dengan  plug  yang akan mengaturaliran yang melalui on/off valve.

    Prinsip kerja actuator  adalah tekanan sinyal pneumatic  (0,2-1 kg/cm2 atau 3-15

     psi) yang terakumulasi didalam ruang (diaphragm  dan diaphragm case) menimbulkangaya yang bekerja melawan pegas sehingga akan menggerakkan bagian  stem  untuk bergerak membuka atau menutup valve. Karena konstruksinya, valve  akan menjaditerbuka (air to open/ATO) dengan naiknya stem dan adapula yang menjadi tertutup (airto close/ ATC) dengan turunnya stem.

    Gambar 3.9 On/off Valve Aksi ATO dan On/off Valve Aksi ATC

    Kombinasi actuator  dan valve di atas berfungsi untuk menciptakan aksi dari padaon/off valve yaitu:

     Air To Close / ATC / Failure Open: apabila mendapat signal input , maka on/off

    valve akan menutup..

     Air To Open / ATO: apabila mendapat signal input , maka on/off valve akan

    membuka.

  • 8/19/2019 1 n 2

    38/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 38

    BAB IV

    ANALISA PROBABIL ITY OF FAI LURE ON DEMAND  PADA SAFETY

    INSTRUMENT FUNCTION DEBUTANIZER COLOM  C-5-07

    4.1 Deskripsi Proses Sistem Safety   Pada Safety Instrument Function Debutanizer

    Column  C-5-07

     Debutanizer column C-5-07 merupakan salah satu column pada platforming unit . Debutanizer column C-5-07 berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan dan produkakhir platforming atau disebut “reformat”. Pada proses pemisahan fraksi-fraksi ringan danreformat, debutanizer column C-5-07 dipanaskan oleh cairan bottom yang disirkulasikanlewat debutanizer reboiler heater  F-5-02.

    Gambar 4.1 Debutanizer Column C-5-07

    Pada debutanizer column  C-5-07 terdapat sistem  safety  yang berfungsi untukmencegah debutanizer column  C-5-07 dari kondisi overpressure  ( pressure high high)dengan cara men- shutdown-kan debutanizer reboiler heater   F-5-02. Komponen-komponen sistem  safety  tersebut dapat diidentifikasi dari  Pipping And Instrument Diagram  debutanizer column C-5-07 dan debutanizer reboiler heater   F-5-02. Pada Pipping And Instrument Diagram  debutanizer column C-5-07 dan debutanizer reboilerheater   F-5-02 diketahui sistem  safety  ini terdiri dari tiga  pressure switch  PSHH-018A/B/C , logic solver   (PlC) 2oo3, dan  final element  yang terdiri dari  solenoid valve XV-254A/B, solenoid valve XV-252, on/off valve  XCV-254A/B dan on/off valve XCV-252A.

  • 8/19/2019 1 n 2

    39/50

    Laporan kerja praktek

    PT PERTAMINA Refenery unit V

    BALIKPAPAN

    JURUSAN TEKNIK FISIKA - ITS  Page 39

    XCV 254 A

    F.C

    XCV 254 B

    F.C

    XCV 254 C

    F.O

    XCV 252 A

    F.C

    FUEL GAS  P-3

    Fuel Oil Supply

    XV 252

    XV 254 A

    XV 254 B

    XV 0254 C

    Debutanizer reboiler heater 

    F-5-02

    S

    S

    I/A

    I/AI/A

    S

    I/A

    S

    Debutanizer colomn

    C-5-07

    PSHH

    018A

    PSHH

    018B

    PSHH

    018C

    5-DA-04

    Sheet 10

    2oo3

    S-36 S-32

    Vent to Atmosfir 

    PSHH 018A PSHH 018CPSHH

    018B

    XCV 252B

    F.C

    Fuel Oil Return

    S-40

     4.2 Gambar Safety Instrument Function (SIF) Pada P&ID

    Pada sistem  safety  pressure  debutanizer top column C-5-07 ini menggunkanmetode  De-Energized To Trip  (DTT). Pada sistem  safety  menggunakan metode  De- Energized To Trip  (DTT), kondisi instrument   sistem  safety  pada kondisi normal akanselalau energized  dan menjadi de-energized  apabila terjadi kondisi abnormal atau kondisi pressure high high. Kelebihan sistem  safety menggunakan De-Energized To Trip adalahapabila terjadi kegagalan pada instrument   sistem  safety, maka sistem  safety  akanmengindikasikan adanya kondisi abnormal ( pressure high high) atau bahkan men- shutdown-kan debutanizer reboiler heater   F-5-02. Sehingga faktor keamanan dankeselamatan pekerja maupun peralatan lebih diutamakan pada metode ini. Contohnya

    ketika pressure switch mengirimkan sinyal shutdown ke PLC sebelum keadaan  pressurehigh high pada debutanizer top column C-5-07 , kegagalan pada pressure switch tersebut

    akan mengakibatkan shutdown-nya debutanizer reboiler heater  F-5-02 walaupun kondisi pressure masih normal pada debutanizer reboiler heater F-5-02 atau terjadi nuisance trip.Kekurangan metode DTT ialah lifetime  instrument   sistem  safety  akan berkurang karenasetiap instrument   sistem  safety  berada pada kondisi energized   saat keadaan normal.Kekurangan metode ini dapat diantisipasi dengan menerapkan maintenance  yang baik

     pada instrument


Recommended