+ All Categories
Home > Documents > 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota...

11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota...

Date post: 18-Jan-2016
Category:
Upload: taufik-rizkiandi
View: 71 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
Description:
Analisis ekosistem hutan
Popular Tags:
15
ANALISIS EKOSISTEM HUTAN TANAMAN BOSCCHA DAN BUKIT UNGGUL BERDASARKAN KONDISI VEGETASI DAN BIOTA TANAH Mia Audina 1* , Miranti Prima Asri 1 , Sylvanita Fitriana 1 , Primadieta 1 , Luki Nakasira 1 , Asharina Widya Pangestu 1 1 Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung *email: [email protected] Abstract Agrofrorest is a forest which intentionally planted with same type of plant that can be controlled and exploited. This research conducted in two sites of agroforest: Bukit Unggul and Bosscha with a purposes to describe the characteristics and determine the ecological function from those two sites of agroforest. The methods used are analysis of vegetation, analysis of insects community, measurement of microclimate and edaphic, and measurement of carbon stock in 3 plots (20X30 m) in each of sites. The result obtained from this research was the characteristics and ecological function of those two sites is similar. The conclusion of this research is agroforest gives ecological function such as water storage and soil quality keeper and at the same time gives an economic and esthetical function. Abstrak Hutan tanaman adalah hutan yang sengaja ditanami tanaman tipe sejenis yang dapat dikontrol dan dieksploitasi. Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi tapak hutan tanaman yaitu tapak Bukit Unggul dan tapak Bosscha yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan menentukan fungsi ekologis dari kedua hutan tanaman tersebut. Metode yang digunakan yaitu analisis vegetasi, analisis komunitas biota tanah, pengukuran kondisi mikroklimat, edafik, dan stok karbon pada 3 plot (@20x30 m )di masing masing tapak. Hasil yang didapatkan adalah karakteristik dan fungsi ekologis dari kedua tapak relatif sama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hutan tanaman memberi fungsi ekologis berupa penyimpan air dan penjaga kualitas tanah sekaligus memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keindahan. Keywords: Hutan Tanaman, Vegetasi, Stok Karbon, Biota Tanah PENDAHULUAN Hutan tanaman merupakan sebidang luas daerah yang sengaja ditanami tanaman tipe sejenis dengan
Transcript
Page 1: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

ANALISIS EKOSISTEM HUTAN TANAMAN BOSCCHA DAN BUKIT UNGGUL BERDASARKAN KONDISI VEGETASI DAN BIOTA TANAH

Mia Audina1*, Miranti Prima Asri1, Sylvanita Fitriana1, Primadieta1, Luki Nakasira1, Asharina Widya Pangestu1

1Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung

*email: [email protected]

Abstract

Agrofrorest is a forest which intentionally planted with same type of plant that can be controlled and exploited. This research conducted in two sites of agroforest: Bukit Unggul and Bosscha with a purposes to describe the characteristics and determine the ecological function from those two sites of agroforest. The methods used are analysis of vegetation, analysis of insects community, measurement of microclimate and edaphic, and measurement of carbon stock in 3 plots (20X30 m) in each of sites. The result obtained from this research was the characteristics and ecological function of those two sites is similar. The conclusion of this research is agroforest gives ecological function such as water storage and soil quality keeper and at the same time gives an economic and esthetical function.

Abstrak

Hutan tanaman adalah hutan yang sengaja ditanami tanaman tipe sejenis yang dapat dikontrol dan dieksploitasi. Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi tapak hutan tanaman yaitu tapak Bukit Unggul dan tapak Bosscha yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan menentukan fungsi ekologis dari kedua hutan tanaman tersebut. Metode yang digunakan yaitu analisis vegetasi, analisis komunitas biota tanah, pengukuran kondisi mikroklimat, edafik, dan stok karbon pada 3 plot (@20x30 m )di masing masing tapak. Hasil yang didapatkan adalah karakteristik dan fungsi ekologis dari kedua tapak relatif sama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hutan tanaman memberi fungsi ekologis berupa penyimpan air dan penjaga kualitas tanah sekaligus memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keindahan.

Keywords: Hutan Tanaman, Vegetasi, Stok Karbon, Biota Tanah

PENDAHULUAN

Hutan tanaman merupakan sebidang luas daerah yang sengaja ditanami tanaman tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami. Oleh sebab itu, pembangunan hutan tanaman menyebabkan stuktur dan komposisi penyusun hutan menjadi lebih sederhana (Molles, 2008). Hutan tanaman banyak jenisnya, namun sebagian besar merupakan Hutan Tanaman Industri (HTI) (Guariguata, 2008).

Menurut Guariguata (2008) saat ini hutan tanaman sudah mendominasi 80% hutan permanen di daerah tropis. Nilai tersebut sangat penting bagi kondisi ekologis bumi, karena sekecil apapun perubahan hutan yang terjadi di bumi akan berpengaruh pada kehidupan makhluk hidup. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang hutan tanaman, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik kondisi ekologis hutan tanaman yang terdiri atas kondisi vegetasi, serangga, cacing, mikroklimat, edafik dan kandungan stok

Page 2: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

karbon. Selanjutnya karakteristik tersebut digunakan untuk menentukan jasa ekologis hutan tersebut untuk manusia dan hewan lainnya.

METODE

1. Area Pengamatan

Pengamatan dilakukan di Hutan Tanaman Bosscha dan Bukit Unggul. Kedua tempat tersebut terletak di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Bara provinsi Jawa Baratt. Pada gambar 1 dapat dilihat pada tiap area ada 3 plot yang ditunjukkan oleh titik kuning. Hutan tanaman Bosscha milik ITB yang dulunya merupakan taman di wilayah pengamatan Bintang. Hutan tanaman bukit Unggul merupakan merupakan hutan produksi yang sengaja ditanam untuk kebutuhan ekonomi yaitu tanaman Kina (Chincona pubescens)

Gambar 1. Area Pengamatan (Google

Earth, 2013)

2. Metode

1. Komunitas serangga dan Cacing

Pengamatan komunitas serangga dilakukan dengan metode pitfall trap sedangkan untuk. analisis komunitas cacing digunakan metode kuadrat. Pada Gambar 2. tampak pitfall trap berupa akua gelas yang sudah dituangi detergen dinaungi infraboard dan diletakan 3 buah dengan jarak 1 m. Pada Gambar 3. B dapat dilihat galian 30 cm x 30 cm x 20 cm untuk identifikasi komunitas cacing.

Gambar 2. Pitfall trap, B Kuadrat cacing

2. Analisis vegetasi dan estimasi stok karbon

tersimpan

Analisis vegetasi dan estimasi stok karbon dilakukan pada plot dengan ukuran seperti pada gambar 3. Vegetasi yang dianalisis adalah pohon/tiang, perdu/pancang dan semai/herba. Pada pohon dilakukan analisis Kerapatan, frekuensi dan kerimbunan. Pada perdu dilakukan analisis frekuensi dan kerimbunan, sedangkan untuk herba dilakukan analisis kerimbunan saja.

Page 3: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Gambar 3. Plot pengamatan

Estimasi stok karbon diperoleh dari estimasi biomassa pohon, nekromasa dan serasah. Estimasi biomassa pohon didapat dengan persamaan alometri pada table 1.

Tabel 1. Persamaan Alometri (Gómez-Castro, 2010)

NoNama

spesiesPersamaan alometri

1 Casuarina junghuhni

ana

ln TABG = 2,99 - 0,79

ln (DBH) + 3.27 Ln (H)

2

Cestrum sp.

ln TAGB= c + α ln

(DBH) ,c = -1,201,

α=2,196

3 Swietenia macrophyl

la

Log BBA=-1,32+2,65

Log DBH

4 Cassia fistula

V = 0.066+0.287 D2H

5Pinus

merkusii

BBA = 0,0936 x DBH

pangkat 2,4323

6 Persea americana

Bm = Exp (β0 + β1 ln

dbh) kata Jenkins, et, al.,

2003

β0= -106.66, β1= 0,2735

7 Gliricidia sepium

BA = 3,27 e0,075 (D)

8Eucalyptus

alba

BBA = 0,0678 X DBH

pangkat 2,5794

9 Grevillea robusta

LnTAGB=0.01+1,81Ln(

DBH)

10Eucalyptus citriodora

V = 0.02894-0.89284

D+8.72416 D2

2.2.4 Analisis edafik dan mikroklimat

Parameter sifat fisik kimia tanah yang diukur adalah pH, kelembaban, suhu dan profil tanah, sedangkan analisis mikroklimat yang diuji adalah temperatur dan kelembabab udara serta intensitas cahaya. PH dan kelembababan tanah diukur dengan menggunakan soil tester,sedangkan suhu tanah diukur dengan termometer. Profil tanah yang diamati adalah stratifikasi, tekstur dan bulk density. Stratifikasi tanah ditentukan dengan mencuplik tanah menggunakan auger sedalam 30 cm, kemudian dilihat stratifikasi berdasarkan warnanya. Tekstur tanah ditentukan dengan cara memilin sedikit tanah dengan jari dan diperkirakan teksturnya. Penentuan bulk density tanah dilakukan dengan metode core sampler. Temperatur dan kelembaban udara diukur menggunakan sling psychrometer sedangkan intensitas cahaya diukur menggunakan Lux meter.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komunitas Vegetasi

1.1 Pohon

Pada tapak pengamatan Bukit Unggul terdapat 96 individu pohon yang terdiri dari 3 spesies. Pada komunitas vegetasi bentuk pohon, Eucalyptus alba merupakan spesies dengan nilai penting tertinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Page 4: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Eucalyp

tus a

lba

Eucalyp

tus c

itrio

dora

Grevil

lea ro

busta

0100200

Kr Rf (%) Fr Rf (%) LAB Rf (%)

Spesies

Axi

s T

itle

Gambar 4. Indeks Nilai Penting Pohon di Bukit Unggul

Eucalyptus alba memiliki indeks nilai penting paling tinggi karena nilai kerapatan relatifnya, yaitu 82.2917 seperti yang dicantumkan pada lampiran A.

Sangat wajar jika Eucalyptus dapat mendominasi daerah bukit unggul walaupun ditanam belakangan. Eucalyptus terkenal sebagai tanaman yang mempunyai adaptabilitas tinggi sehingga tingkat kesintasannya pun tinggi. Selain itu, akar dari tanaman Eucalyptus sangat panjang dan dalam, sehingga dia dapat mengambil banyak air dan nutrien dari tanah sehingga pertumbuhannya sangat cepat (Sungsumarn, 1996).

Seperti pada tapak Bukit Unggul, Casuarina junghuhniana merupakan spesies dengan indeks nilai penting tertinggi pada tapak Bosscha karena nilai kerapatan relatifnya seperti yang ditunjukkan Gambar 5.

C. junghuhnia

na

P. mer

kusii

C. fistu

la

B. spec

tabili

s

S. macr

ophylla

Cestru

m sp.

G. sep

ium

P. amer

icana

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Kr Rf (%) Fr Rf (%) LAB Rf (%)

Gambar 5. Indeks Nilai Penting Pohon di Bosscha

Pada tapak pengamatan Bosscha terdapat 60 individu pohon yang terdiri atas 8 spesies. C. junghuhniana menjadi spesies dengan indeks nilai penting tertinggi pada tapak Bosscha karena nilai kerapatan relatifnya yang tinggi.

Bisa dikatakan bahwa C. junghuhniana atau yang biasa disebut cemara gunung merupakan spesies invasif pada lingkungan bosccha karena lebih mendominasi dibandingkan dengan tanaman asalnya yaitu Pinus merkusii.

Salah satu faktor yang membuat C. junghuhniana dapat tersebar di kawasan bosscha adalah karena polinasi dan persebarannya yang dibantu oleh angin. C. junghuhniana juga termasuk tipe tanaman dengan pertumbuhan yang cepat. Selain itu, C. junghuhniana juga toleran terhadap kekeringan dan banjir karena dapat menanggulangi defisiensi oksigen. C. junghuhniana juga dapat tumbuh di berbagai variasi tipe tanah dan toleran terhadap kondisi pH tanah yang berbeda-beda (Orwa et al., 2009).

Seperti yang dapat dilihat pada lampiran B, rata-rata suhu udara di bosscha adalah 25,16oC, masih dalam rentang suhu pertumbuhan yang baik untuk C. junghuhniana yaitu antara 13-28oC. rata-rata pH tanah di bosscha adalah 6,3, masih dalam rentang toleransi tanaman ini yaitu 2,8 sampai 8. (Orwa et al., 2009).

1.2 Pancang dan Perdu

Di Bukit Unggul ditemukan 3 spesies vegetasi dalam bentuk hidup pancang. Pada bentuk hidup pancang, Chincona pubescens merupakan tanaman yang memiliki indeks nilai penting paling tinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Spesies ini memiliki nilai tertinggi karena kerimbunan relatifnya yang tinggi.

Page 5: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Chincona pubescens Eucalyptus alba Anthocephalus macrophyllus

0

50

100

150

200

250

300

Kr Rf (%) Fr Rf (%) Kb Rf (%)

Gambar 6. Indeks Nilai Penting Pancang di Bukit Unggul

Pada tapak Bosscha tidak ditemukan vegetasi dalam bentuk perdu karena disana merupakan hutan tanaman yang sering dibersihkan. Ketika ada semai yang tumbuh, segera dibersihkan. Akibatnya di hutan tanaman Bosscha hanya terdapat pohon.

1.3 Herba dan Semai

Kedua spesies semai yang ditemukan di Bukit Unggul, Cinchona pubescens dan Anthocephalus macrophyllus, memiliki indeks nilai penting sama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Hal ini disebabkan kedua spesies tersebut memiliki nilai kerimbunan relatif dan frekuensi relatif yang sama.

Chincona pubescens Anthocephalus macrophyllus

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Fr Rf (%) Kb Rf (%)

Gambar 7. Indeks Nilai Penting Semai di Bukit Unggul

Pada tapak pengamatan Bukit Unggul terdapat 8 spesies herba. Impatiens balsamina merupakan spesies dengan nilai penting tertinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

Impatie

ns balsa

mina

Ageratu

m conyz

oides

Borrer

ia ocy

moides

Erech

iles h

ieracif

olia

Centel

la asia

tica

Cyanotis

villo

sa

Elymus v

irgin

icus

Addiantu

m radia

num

0102030405060708090

Kb Rf (%) Fr Rf (%)

Gambar 8. Indeks Nilai Penting Herba di Bukit Unggul

Menurut Plant for a Future (2012), Impatiens balsamina tumbuh baik di daerah dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi dan suhu udara yang sejuk, kondisi ini cocok dengan data yang didapatkan dari lapangan seperti yang tertera pada lampiran B.

Spesies ini dapat mendominasi kemungkinan dikarenakan oleh banyaknya serangga di lokasi ini. Impatiens balsamina merupakan tanaman yang polinasinya dibantu oleh serangga (Plant for a Future, 2012).

Pada tapak pengamatan Bosscha terdapat 15 spesies herba. Pennisetum purpureum merupakan spesies dengan nilai penting tertinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

P. purp

ureum

A. conyz

oides

B. ocy

moides

E. son

chifo

lia

S. oler

aceus

P. florid

anum

B. subquadrip

ara

A. rad

iniu

m

C. asia

tica

Drypter

is sp

.

M. pudica

A. sim

erisi

s

R. sundana

T. cym

baria

I. cyli

ndric

a

0102030405060708090

100

Kb Rf (%) Fr Rf (%)

Gambar 9. Indeks Nilai Penting Herba di Bosscha

Page 6: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Pennisetum purpureum atau yang biasa disebut rumput gajah adalah jenis rumput-rumputan dengan sistem pengakaran yang lebat dan dalam sehingga memiliki tingkat kesintasan yang tinggi. Rumput ini dapat tumbuh pada suhu minimum 15oC dan suhu optimum antara 25-40oC. Rumput jenis ini tumbuh optimum pada saat terkena cahaya matahari secara menyeluruh (tidak tertutupi) (FAO, 2013).

Menurut FAO (2013), persebaran dari rumput ini sangat lambat dan hanya menghasilkan sedikit biji. Selain itu, berdasarkan data pada lampiran B, Pennisetum purpureum tumbuh pada kondisi suhu yang optimum, tetapi mendapat intensitas cahaya yang kurang. Tanaman ini dapat mendominasi lingkungan bosscha dapat dikarenakan oleh penamaman yang dilakukan secara sengaja.

2. Komunitas Arthropoda

Berdasarkan perolehan data, terdapat 16 spesies arthropoda tanah pada Bukit Unggul dan 14 spesies pada Bosscha. Keanekaragaman spesies di kedua lokasi relatif sama. Bukit Unggul memiliki nilai indeks Shannon-Wiener sebesar 2.1114 dan Bosscha memiliki nilai indeks Shannon-Wiener sebesar 2.1504. Tingkat keanekaragaman yang relatif sama ini juga ditunjukkan oleh rank-abundance curve pada gambar aa.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

Bosscha Bukit Unggul

Rank

pi

Gambar 10. Komunitas Arthropoda di Bukit Unggul dan Bosscha

Berdasarkan nilai indeks Simpson, pada kedua tapak tidak terdapat spesies yang dominan seperti yang tercantum pada lampiran C.

Keberadaan arthropoda tanah dipengaruhi tingkat ketersediaan makanan pada permukaan tanah berupa serasah yang berasal dari vegetasi di sekitarnya. Selain ketersediaan makanan, tutupan kanopi dari vegetasi akan memengaruhi jumlah cahaya matahari yang sampai di lantai tanah. Dengan adanya tumbuhan bawah, temperatur tanah menjadi cukup untuk arthropoda hidup dan beraktivitas (Suwondo, 2007).

Faktor lain yang memengaruhi kebereadaan arthropoda adalah kondisi edafik. Kemerataan pH pada permukaan tanah akan memengaruhi distribusi komunitas ini. Pori-pori tanah yang ditentukan oleh tekstur tanah memberikan ketersediaan ruang untuk hidup (Suwondo, 2007).

3. Komunitas Cacing

Dari data yang diperoleh, komunitas cacing yang didapatkan pada tapak Bosscha adalah Dendrobaena sp. dengan jumlah total individu yang didapatkan sebanyak 28. Biomassa yang didapatkan dari 28 jumlah individu ini adalah 75,44 g/m². Pada tapak Bukit Unggul tidak didapatkan cacing.

Keberadaan cacing pada suatu lapisan tanah memengaruhi beberapa hal yaitu perubahan pada struktur fisika tanah, perubahan karakteristik fisika dan kimia tanah, perbedaan keadaan edafik (mencakup bulk density, ukuran partikel penyusun tanah, horizonisasi lapisan tanah), dan tercampurnya materi mineral pada permukaan tanah. Selain itu kehadiran cacing dan aktivitasnya dalam hal mengkonsumsi menyebabkan berkurangnya kekayaan spesies dari tanaman (McLean dan Parkinson, 2000).

Cacing merupakan spesies batu kunci yang dapat berperan sebagai ecosystem engineer karena memiliki peran dalam memengaruhi terjadinya siklus air tanah, siklus nutrien, dan kondisi persemaian pada daerah tersebut (Frelich., 2013). Distribusi dari cacing deipengaruhi oleh nilai pH pada rentang 5-7.4 dan temperatur yang

Page 7: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

cenderung hangat (Saltmarsh, 2012). Hal ini dapat ditunjukkan dalam lampiran D. dimana nilai kandungan air dan mineral di Bosscha lebih tinggi dibandingkan Bukit Unggul. Kondisi pH dengan nilai 6.63 poada tapak Bosscha dan 6.53 pada tapak Bukit Unggul serta suhu udara maupun suhu tanah di kedua tapak sesuai untuk keberlangsungan hidup dari cacing.

4. Jasa Ekologis Hutan Tanaman

Setiap ekosistem yang ada di bumi menyumbang kontribusi yang berbeda-beda terhadap kehidupan makhluk hidup, begitupun dengan hutan tanaman (FAO, 2013). Jasa-jasa yang bisa diberikan oleh hutan tanaman diantaranya:

a. Jasa ekologi

Seperti hutan pada umumnya, hutan tanaman juga memiliki fungsi menyimpan air. Pada Gambar 11. dapat dilihat bahwa hutan tanaman Bosscha mampu menyimpan air lebih banyak daripada daripada hutan tanaman Bukit Unggul. Hal ini terjadi karena berdasarkan teksturnya komposisi tanah di Bukit Unggul adalah tanah pasir sedangkan tanah di Bosscha komposisinya adalah tanah liat. Menurut Taiz dan Zeiger (2003) tanah liat memiliki porositas yang rendah dibandingkan dengan tanah pasir sehingga kapasitas penyimpanan tanah liat lebih tinggi daripada tanah pasir.

Bosscha Bukit Unggul0

20

40

60

80

100

62.914645.6231

tapak pengamatan

kand

unga

n ai

r tan

ah (%

)

Gambar 11. Grafik

Jasa ekologi lain dari hutan yaitu sebagai penjaga kualitas tanah. Kualitas tanah yang bisa diamatai yaitu kandungan C organik. Berdasarkan Gambar 13. dapat dilihat bahwa kandungan C organik di

hutan tanaman Bukit Unggul lebih tinggi daripada di Bosscha. Hal ini bisa terjadi karena di Bosscha lahannya sering dibersihkan. Akibatnya serasah-serasah jatuhan pohon tidak terdekomposisi disitu sehingga tanahnya miskin hara. Berbeda dengan di Bukit Unggul serasah yang jatuh dari pohon dibiarkan membusuk dan menyumbang C organik bagi tanah (lihat gambar 12).

(a)

(b)

Gambar 12. (a) Rona lingkungan hutan tanaman Bosscha (b) rona lingkungan hutan tanaman

Bukit Unggul

Page 8: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Bosscha Bukit Unggul0

20406080

100

37.1508 43.1283

Tapak Pengamatan

kand

unga

n or

gani

k (%

)

Gambar 13. Grafik Kandungan Organik

Jasa lain dari hutan yaitu sebagai habitat untuk beragam spesies. Dari Gambar 14. dapat dilihat bahwa keanekaragaman serangga yang tinggal di Bosscha lebih tinggi daripada di Bukit Unggul, karena keanekaragaman vegetasi (pohon dan herba) lebih tinggi. Beradasarkan hal tersebut maka hutan produksi yang multiple croping lebih dapat menyediakan habitat yang lebih banyak daripada yang monokultur.

Bukit Unggul Bosscha0

0.5

1

1.5

2

2.5

Pohon Herba Serangga

Gambar 14. Grafik Keanekaragaman pohon, herba dan serangga

b. Jasa ekonomi

Secara ekonomi, hutan tanaman sangat menguntungkan (FAO, 2013). Hutan tanaman Bukit Unggul banyak ditanam Kina dan Eucalyptus yang memiliki nilai ekonomi tinggi dibanding hutan tanaman di hutan alam yang vegetasinya tidak dimanipulasi. Efisiensi lahan hutan tanaman lebih efisien dibanding hutan alam.

c. Fungsi keindahan

Jasa ekologi lain dari hutan tanaman adalah adanya fungsi keindahan (FAO, 2013). Hutan tanaman Bukit Unggul dan Bosscha itu sendiri dijadikan tempat wisata. Hal ini disebabkan oleh posisi tanam tanamannya yang lebih teratur, sehingga memiliki nilai estetika yang tinggi.

5. Estimasi Stok Karbon Tersimpan

Karbon tersimpan yang diestimasi berdasarkan perhitungan biomassa pada tapak Bukit Unggul dan Bosscha memiliki nilai yang relatif sama. Tapak Bukit Unggul memiliki nilai estimasi karbon sebesar 177.2037493 ton/ha dan tapak Bosscha memiliki nilai 177.5655075 ton/ha dengan nilai potensi serapan CO2 (Gambar 15.) sebesar 45.0604 untuk tapak Bukit Unggul dan 45.0604 untuk tapak Bosscha. Nilai yang relatif sama ini dikarenakan kedua tapak sama-sama merupakan hutan tanaman. Hutan tanaman adalah area berhutan yang pohon-pohonnya dibangun melalui penanaman atau pembibitan hutan.

Bukit Unggul Boscha43.5

44

44.5

45

45.5

46

46.5

47

47.5

48

45.0604

47.4012

Gambar 15. Grafik Potensi serapan CO2 di Boscha dan Bukit Unggul

Nilai estimasi stok karbon total dipengaruhi oleh proporsi dari komponen pohon, understory, serasah, tanah, dan nekromasa. Setiap komponen ini akan memberikan proporsi yang berbeda-beda, tergantung pada jenis, umur, faktor lingkungan, ukuran, dan pola pertumbuhan tanaman tersebut (Gorte, 2007). Pada Gambar 16. terlihat proporsi stok karbon pada kedua tapak didominansi oleh stok karbon pada tanah. Pada

Page 9: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

tapak Bukit Unggul, understory juga mendominasi proporsi stok karbon setelah tanah, sedangkan pada tapak Bosscha selain tanah nekromasa juga mendominansi proporsi stok karbon.

Nilai stok karbon pada tanah dapat disebabkan oleh tata cara pengolahan serasah, jenis tanah, keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada (Hairiah dan Rahayu, 2007). Jumlah total materi organik tanah dapat pula bergantung pada keseimbangan dari produksi biomassa dan dekomposisi vegetasi di atasnya serta kapasitas tanah untuk menampung materi organik. Materi organik pada tanah dapat meningkat seiring dengan peningkatan curah hujan dan penuruan suhu (Hui-lin, 1999). Sistem perakaran yang luas dan besar dapat memperbaiki kondisi fisik tanah, sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah dan memperbesar kapasitas tanah dalam menyerap karbon (Bardgett, 2005).

Bukit Unggul

Bosccha0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

tanahpohonNekromassaUnderstoreySerasah HalusSerasah Kasar BatangSerasah Kasar Daun

Gambar 16. Grafik Distribusi Stok Karbon pada

Hutan Tanaman di Bosscha dan Bukit Unggul

Penelitian dilakukan pada musim penghujan. Oleh karena itu suhu tanah menurun dan menyebabkan kandungan organik pada tanah meningkat. Tanah yang terdapat pada kedua tapak juga merupakan tanah yang gembur dan terdapat beragam biota tanah seperti cacing. Jumlah serasah, understorey, dan pohon yang merupakan penyumbang biomassa dari atas permukaan tanah juga memberikan kontribusi pada biomassa tanah.

Dominansi stok karbon pada tanah dapat diperkirakan dari tegakan pohon yang tertanam pada tanah tersebut masih berumur muda sehingga ukuran diameter pohon terbilang kecil. Hal ini menyebabkan proporsi stok karbon dari komponen pohon tidak terlalu besar karena seluruh ukuran diameter batang relatif kecil. Hal ini berkaitan dengan besarnya diameter pohon dari hutan tanaman yang relatif sama karena umur pohon yang juga relatif sama seperti ditunjukkan pada lampiran E.

Menurut Odnum (1971), tinggi dan rendahnya nilai karbon tersimpan pada pohon dipengaruhi oleh diameter pohon. Luas basal juga berpengaruh terhadap nilai karbon yang tersimpan pada pohon karena sebagian besar karbon terimpan pada tegakan batang pohon. Komponen understorey dan nekromassa memiliki komposisi stok karbon yang cukup besar setelah tanah. Hal ini diakibatnkan oleh banyaknya serasah dan nekromasa yang terdapat pada tapak Bosscha dan Bukit Unggul.

Pada tapak Bosscha, tanaman yang sering dijumpai adalah Casuarina junghuhniana, sedangkan pada tapak Bukit Unggul adalah Eucalyptus alba. Terdapat perbedaan dari nilai stok karbon dari hutan tanaman dan hutan alam yaitu 177.2037493 ton/ha pada tapak Bukit Unggul, 177.5655075 ton/ha pada tapak Bosscha, dan 300 ton/ha untuk hutan alam. Kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon tidak sama di hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan rakyat. Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan tingkat kemampuan hutan menyerap dan menyimpan karbon ini adalah jenis pohon, tipe tanah, dan topografi (Badan Litbang

Page 10: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Kehutanan,2010). Kemampuan hutan tanaman menyerap dan menyimpan cadangan karbon lebih rendah dibandingkan dengan hutan alam. Hutan tanaman didominansi oleh tanaman monokultur dan tanaman yang berumur muda.

KESIMPULAN

Kondisi ekologis hutan tanaman di tapak Bosscha dan Bukit Unggul relatif sama. Keanekaragaman pohon dan herba di Bosscha berturut-turut adalah 1.028346 dan 1.478026 kemudian di Bukit Unggul adalah 0.531083 dan 1.365042. Pada kedua tapak tidak ditemukan perdu.

Hutan tanaman memiliki jasa ekologi yaitu sebagai penyimpan air dan penjaga kualitas tanah. Selain itu hutan tanaman juga memiliki jasa ekonomi serta keindahan.

Nilai stok karbon pada Bosscha dan Bukit Unggul relatif sama yaitu 177.2037493 ton/ha dan 177.5655075 ton/ha. Nilai stok karbon pada hutan tanaman ini lebih kecil dibandingkan dengna stok karbon pada hutan alam yang memiliki nilai stok karbon mencapai 300 ton/ha.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Endah Sulistyawati selaku dosen pembimbing mata kuliah Proyek Ekologi, Asharina W. P. Selaku asisten pembimbing, bapak Jajat Sudrajat selaku pendamping pengamatan Bukit Unggul, dan bapak Evan selaku pendamping pengamatan di Bosscha.

REFERENSIBadan Litbang Kehutanan. (2010). Cadangan Karbon Pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di

Indonesia . Pusat Penelitian dan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Bardgett, R. (n.d.). The Biology of Soil: A Community and Ecosystem Approach. Oxford: Oxford University Press.

Basuki, T., Van Laake, P., Skidmore, A., & Hussin, Y. (2009). Allometeic Equations For Estimating The Above-ground BIomass In Tropical Lowland DIpterocarp Forests. Jounral FOrest Ecology and Management, 1684-1694.

Page 11: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

FAO. (2013). Retrieved from Pennisetum purpureum Schumach: www.fao.org/ag/agp/AGPC/doc/gbas/data/Pf000301.htm

Frelich, L. (2013). Invasive Earthworms from Seed to Ecosystem. The University of Minnesota Center for Forest Ecology.

Gomez-Castro, H., Pinto-Ruiz, R., Guevara-Hernandez, F., & Gonzalez-Reyna, A. (2010). Estimaciones De bIomasa Aerea Y Carbono ALmacenado En liricidia Sepium (Lam.) Y Leucaena Leucephala (Jacq.) Y Su Aplicacion En Sistemas Silvopastoriles. Informacion Tecnica Economica Agraria, 256-270.

Gorte, R. (2007). Carbon Sequestration in Forest. CRS Report for Congress. Cingresional Research Service.

Guariguata, M. (2008). Productions Forest. Retrieved from www.cifor.org/forest-research.

Hairiah, K., & Rahayu, S. (2007). Pengukuran "Karbon Tersimpan" di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Office.

Hui-lin, X. (1999). Climate Change in Relation to Soil Organic Matter. Soil and Environmental Science, 300-304.

McLean, M., & Parkinson, D. (2000). Introduction of The Epigeic Earthworm Dendrobaena octaedra Changes The Oribatid Community And Microarthropod Abundance in A Pine Forest. Soil Biology and Biochemistry, 1671-1681.

Molles, M. (2008). Ecology Cocncept and Applications Fourth Edition . New York: MC Graw-Hill Companiens.

Negash, M., & Starr, M. (2013). Litterfall Production and Associated Carbon and Nitrogen Fluxes Of Seven Woody SPecies Grown In Indigenousagroforestry Sytems In The South-eastern Rift Valley Escarpment Of Ethiopia. Nutr Cycl Agroecosyst.

Odnum. (1971). Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., & S, A. (2009). Casuarina junghuhniana. Retrieved from www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp

Plant for a Future. (2012). Impatiens balsamina - L. Retrieved from www.pfaf.org/user/plant.aspx?LatinName=Impatiens+basalmina

Saltmarsh, D. (2012). Distributon adn Abundance Of Exotic Earhworms (Oligochaeta:Lumbricidae) Within The Kenai National Wildlife Refuge In Southcentral Alaska. Partial Fulfillment Of The Requirements For The Degree Of MAster Of Science In Environmental Science.

Sungsumarn, K. (1996). Why Eucalyptus is Not Adopted for Agroforestry. In FAO, Eucalyptus - Volume II. Bangkok: RAP.

Page 12: 11. Analisis Ekosistem Hutan Tanaman Bosccha Dan Bukit Unggul Berdasarkan Kondisi Vegetasi Dan Biota Tanah

Suwondo. (2007). Dinamika Kepadatan dan Distribusi Vertikal Arthropoda Tanah pada Kawasan Hutan Tanaman Industri. J. Pilar Sains.

Taiz, L., & Zeiger, E. (2003). Plant Physiology Third Edition. Sunderland: Sinauer.


Recommended