+ All Categories
Home > Documents > 19 Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera

19 Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera

Date post: 19-Jul-2015
Category:
Upload: rini-ambarwati-subiyanto
View: 440 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Popular Tags:

of 156

Transcript

Koperasi Peduli Rakyat SejahteraCOOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLEKisah Sukses Koperasi Simpan Pinjam Peserta Program Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral

Success Stories of Save and Loan Cooperative Participants of Capitalization Strengthening for Agribusiness / Sectoral

Buku ini merupakan output dari pekerjaan/kegiatan Penyusunan Kisah Sukses KSP/USP Koperasi Peserta Program Agribisnis/ Sektoral pada Satuan Kerja Unit Deputi Pembiayaan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia pada Tahun Anggaran 2009 This book is the output of the work / activities "Composing of Success Stories of Incorporation KSP/USP participants OF Agribusiness Cooperatives / Sector on Work Unit of Financing Unit Deputy State Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia in Fiscal Year 2009

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

1

SAMBUTAN

P

rogram Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Program Perkuatan Permodalan Koperasi Simpan Pinjam merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk memberdayakan pengusaha mikro dan kecil yang mempunyai usaha produktif. Program tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi rakyat melalui Gerakan Koperasi di tanah air yang semakin menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu. Kemajuan itu semakin membangkitkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan koperasi sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Program Perkuatan Permodalan tersebut juga merupakan bagian dari perjuangan untuk mewujudkan imej koperasi yang mampu tampil sebagai mitra masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan. Akhirnya, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk mewujudkan penerbitan Buku Kisah Sukses Koperasi Simpan Pinjam Peserta Program Perkuatan Permodalan ini. Kiranya berbagai kesuksesan yang telah dituliskan di dalam buku ini bisa menjadi inspirasi bagi segenap bangsa Indonesia.

Jakarta, Agustus 2009 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Suryadharma Ali

2 ii

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

FOREWORD

M

icro and small Entrepreneurs Development Program through Save Loan Cooperation Capi talization Strengthening is a series of activities conducted by the Government Program trough State Ministry of Cooperation and Small and Middle Business to empower micro and small entrepreneurs having productive business. Such program is an inseparable part of the peoples economy development through Cooperation Movement in this country that shows more and more progress from time to time. Such progress lives up the trust of the community to use cooperation as economic empowerment instrument in creating work field, revenue increase, and pulling out the people from poverty. Such capitalization strengthening is also a part of the struggle to create cooperation image that is able to appear as community partner in creating prosperity. Finally, Im expressing my highest appreciation to all sides that have worked hard to create the issuance of this Book of Success Stories of Save Loan Cooperation Participant of Capitalization Strengthening Program. Hopefully various successes that have been written in this book could be inspiration for all Indonesian people.

Jakarta, August 2009 State Minister of Small and Middle Business

Suryadharma Ali

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

3 iii

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridho-Nya Buku Kisah Sukses KSP/USP Koperasi Peserta Program Agribisnis/Sektoral ini dapat diselesaikan. Hal pertama yang ingin kami sampaikan kepada hadirin pembaca yang budiman sehubungan dengan penerbitan Buku Kisah Sukses KSP/USP Koperasi Peserta Program Agribisnis/Sektoral adalah, bahwa perkuatan permodalan bagi KSP/USP-Koperasi yang telah disalurkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM cq. Deputi Bidang Pembiayaan sejak tahun 2003 sampai dengan 2005 dan tahun 2007 yang bersumber dari dana APBN sepatutnya diketahui secara luas oleh masyarakat. Hal kedua yang ingin kami sampaikan adalah buku ini merupakan parade ekspose tentang manfaat dari program perkuatan permodalan serta menampilkan perjuangan mereka untuk menjadi sejahtera dan kiat-kiat keberhasilan yang telah dilaksanakan oleh KSP/USP-Koperasi peserta program. Penulisan buku ini menggunakan suatu pendekatan jurnalisme dimana kami mengajak partisipasi Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM selaku Pembina di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi dan masyarakat sekitar penerima manfaat untuk mengungkapkan peran KSP/USP-Koperasi dalam peningkatan perekonomian di wilayahnya. Disadari bahwa tidak jarang kegigihan dan keberhasilan dari KSP/USP-Koperasi peserta program dengan keragaman kiat yang mereka tempuh, dapat dijadikan contoh bagi KSP/USP-Koperasi lainnya. Untuk itu, saya secara pribadi maupun sebagai Deputi Menteri Bidang Pembiayaan menyambut baik penerbitan buku ini yang menggambarkan dinamika positif dari KSP/USP-Koperasi peserta program dan para anggotanya yang memanfaatkan bantuan dana dari Pemerintah. Semoga, programprogram sejenis yang sangat mengandung tujuan mulia kelak akan menjadi suatu kontribusi penting dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi Bangsa Indonesia. Akhirnya, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dedikasi dan kontribusi dalam merealisasikan catatancatatan penting ke dalam buku ini. Mudah-mudahan buku ini akan memberikan arti dan motivasi yang lebih tinggi kepada kita dikemudian hari.

P

Jakarta, Agustus 2009 Deputi Menteri Bidang Pembiayaan

Ir. Agus Muharram, MSP.

4 iv

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

PREFACE

ur gratitude is addressed to Allah SWT, since with His blessing and sincerity, these success stories of KSP/USP as Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation could be com pleted. The first thing that we would like to convey to or readers with regard to the issuance of Success Stories of KSP/USP of Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation is that capitalization strengthening for KSP/USP-Cooperation that has been distributed by State Ministry of Cooperation and UKM through Funding Division Deputy since 2003 up to 2005 and 2007 derived from State Revenue and Expenditure Budget should be announced to the public. The second thing that we would like to convey is that this book is the exposure parade on the benefit of capitalization strengthening program as well as presenting their struggles to become prosperous and the tricks of success that have been implemented by program participant KSP/USPCooperation. The composing of this book uses a journalism approach in which we asked the participation of Service that is in charge of Cooperation and UKM as the actor of Founder in the level of Regency/City, Province and the surrounding community as beneficiaries to express the role of KSP/ USP-Cooperation in increasing economic matters in their areas. It is realized that the persistence and success of program participating KSP/USP-Cooperation with the various tricks that they have achieved can be set as an example for any other KSP/USPCooperation. For that purpose, I personally or as Deputy Minister of Funding Field welcome the issuance of this book which describes the positive dynamic of program participating KSP/USP-Cooperation and its members who utilize fund aid from the Government. I hope similar programs that very much contain noble purposes will in the future become a significant contribution in creating fair prosperity and welfare for Indonesia as a nation. Finally, I would like to convey my highest gratitude and honor to all sides who have provided their dedication and contribution in realizing important notes into this book. I hope this book could provide higher meaning and motivation to us in the future.

O

Jakarta, August 2009 Deputy Ministry of Funding Field

Ir. Agus Muharram, MSP.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

5 v

DAFTAR ISI

Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.................................. ii Pengantar Deputi Menteri Bidang Pembiayaan ................................................................. iv Bab I Bab II Bab III Prolog .......................................................................................................... 1 Dana Bergulir Untuk Modal Usaha Kecil dan Mikro ....................................... 8

Senyum dari Mereka yang Terbaik Parade Kisah Sukses .................................................................................. 2 0 Propinsi Sumatera Barat Bila Keberlanjutan Koperasi Adalah Penentu Kejayaan ............................... 2 6 Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang .............................................. 3 2 Propinsi Jawa Barat Tetap Eksis Setelah Enam Dekade ............................................................. 4 0 Kiprah Trisula di Kota Angin ...................................................................... 4 4 Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita adalah Kunci Sukses ............................... 5 0 Propinsi Jawa Tengah Agribisnis di Antara Lereng Merapi .............................................................. 5 7 Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini .......................................................... 6 2 Tangan-tangan Dingin di Ujung Timur Pantura ............................................ 6 8 Propinsi Jawa Timur Sukses dengan Sistem Tanggung Renteng ................................................. 7 6 Propinsi Nusa Tenggara Barat Maju Bersama Petani Tembakau dan Rumput Laut ..................................... 8 4 Sahabat Petani di Lereng Rinjani ................................................................ 8 8 Propinsi Nusa Tenggara Timur Dari Guru untuk Masyarakat ........................................................................ 9 4 Berani Tampil Beda ...................................................................................... 9 8 Propinsi Kalimantan Tengah Berkawan ala Surya Sekawan ..................................................................... 104 Propinsi Sulawesi Utara Mitra Petani Cengkeh .................................................................................. 112 Buka Peluang Lebar-lebar, Ketat Bersyarat ................................................ 116 Propinsi Sulawesi Tenggara Maju Bersama Petani Rumput Laut ............................................................. 124 Bertindak Cermat di Masa Sulit ................................................................... 130 Propinsi Maluku Mandiri di Usia Muda ................................................................................... 138 E p i l o g...................................................................................................... 144

Bab IV

6 vi

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

INDEX

Froeword from State Minister of Cooperation and Small and Middle Scale .......................... iii Preface from Deputy Minister of Funding Field .................................................................. v Chapter I Chapter II Chapter III Prologue .................................................................................................... 6 Scroling Fund For Small and Micro Business Capuital ................................... 1 6 Smiles of the Best A Parade of Success Stories...................................................................... 2 4 West Sumatera Province If the Cooperation Sustainability is the Determinant of Glory ............. 3 0 Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang ........................................... 3 2 (We Bare Heavy Matters Together and Carry Light Matters Together) West Java Province Still Exist After Six Decades................................................... 4 3 The Progress of Trisula at The Wind City ............................................... 4 9 If there is no Lie Betrween us is the Key to Success .......................... 53 Central Java Province Agribusiness in Between the Slope of Merapi ........................................... 5 4 Togetherness Identity in the Land of Kartini .............................................. 6 0 Cold Hands at the East Tip of North Beach ............................................... 6 4 East Java Province Success with Joint Responsibility System .................................................. 7 0 West Nusa Tenggara Province Progressing Together With Tobacco and Seawees Farmers...................... 7 8 Farmers Best Friend at the Slope of Rinjani............................................... 8 2 Nusa Tenggara Timur Province Life Light at Bukit Sikka ........................................................................... 8 8 Dare to be Different .................................................................................. 9 2 Central Kalimantan Province Being Friends like Surya Sekawan ............................................................ 9 8 South Sulawesi Province Clove Farmers Partner................................................................................ 115 Providing Wide Open opportunities, Tight Requirements .......................... 120 Southeast Sulawesi Tenggara Province Moving Forward Together With Seaweed Farmers .................................... 128 Acting Thoroughtly in Difficult Times .......................................................... 134 Maluku Province Independent at a Young Age .................................................................... 130 E p i l o g u e ............................................................................................... 134

Chapter IV

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

7 vii

8

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Koperasi Peduli Rakyat SejahteraCOOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLEKisah Sukses Koperasi Simpan Pinjam Peserta Program Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral

Success Stories of Save and Loan Cooperative Participants of Capitalization Strengthening for Agribusiness / Sectoral

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

1

Prolog

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera

A2

pa yang akan terjadi pada masyarakat yang selama ini tekun dan rajin bekerja: sejak dari aspek budi daya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasarannya; beretos jujur dan bertindak sportif, jauh dari intrik-intrik kolusi, bertradisikan kebersamaan dan kekeluargaan, bila mereka diberi suntikan modal untuk memperbesar omzet usahanya? Dugaan yang paling dekat adalah omzet bisnis mereka berangsur membesar, keuntungan meningkat, pendapatan menggelembung, dan

mereka menuai sukses sebagai pengusaha. Dan, tentu saja, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan semakin membaik. Jawaban semacam itu sepenuhnya masuk di akal karena pada dasarnya mereka adalah pelaku ekonomi yang mandiri. Siapa mereka itu? Siapa lagi jika bukan para petani, petambak, atau pedagang yang modal dan ruang lingkup bisnisnya terbatas, sebagaimana nelayan, perajin, dan lain-lain. Di negeri ini, jumlah mereka

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

yang bergerak di usaha kecil dan mikro ini sangat banyak, tersebar di kawasan perdesaan (mayoritas), dan sebagian lagi di perkotaan yang bergerak dalam berbagai sektor usaha. Bagi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dinamika di atas adalah hal yang membanggakan. Memang, tidak semua dari mereka tertampung ke dalam koperasi. Mereka yang telah menjadi anggota koperasi pada umumnya memiliki kekhasan dalam etos usahanya. Nah, untuk mempertegas upaya pemberdayaan terhadap usaha kecil ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah lantas mengeluarkan kebijakan Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) untuk membiayai usaha ekonomi produktif di sektor agribisnis dan sektor usaha produktif lainnya.

Penekanan terhadap sektor agribisnis dan sektor lain itu tentu saja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Agribisnis adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Agribisnis merupakan cara pandang ekonomi masyarakat di bidang pertanian. Namun, agribisnis juga berarti semua usaha ekonomi yang berbasis sumber daya alam. Karena itu, yang menjadi sasaran program di atas bukan hanya anggota koperasi yang bergerak di bidang pertanian saja, tetapi juga mereka yang mengembangkan rumput laut, dan usaha-usaha pengolahan hasil-hasil alam lainnya. Tujuan Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui perkuatan permodalan KSP ini yaitu: Meningkatkan aktivitas dan pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui pelayanan pinjaman modal usaha yang berasal dari KSP; Meningkatkan kemampuan dan jangkauan layanan KSP khususnya di sektor

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

3

Kemudahan pada Koperasi Simpan Pinjam dalam memberikan bantuan modal usaha sangat membantu petani dan pengusaha kecil

agribisnis; Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pengelola KSP. Program ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah melalui Proyek Pengembangan Kebijakan Peningkatan Akses Sumberdaya Produktif yang bersumber dari dana APBN dalam bentuk pemberian bantuan perkuatan permodalan kepada KSP dengan pola dana bergulir. Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis selanjutnya disebut Dana Bergulir KSP Agribinis adalah dana yang berasal dari Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis sebagai pinjaman dana bergulir untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman. Program tersebut dimulai pada 2003 dan diteruskan pada tahun 2004. Mengingat pelaksanaan program Bantuan Perkuatan Dana Bergulir di Sektor Agribisnis di tahun 2003 dan 2004 berlangsung cukup gemilang, maka pada tahun 2005 Pemerintah memperluas usaha pengembangan melalui bantuan perkuatan Dana Bergulir Sektoral guna membiayai berbagai sektor usaha produktif lainnya, melalui sumber

pembiayaan APBN. Karena itu, sejak 2005 program tersebut dikenal sebagai Bantuan Perkuatan Permodalan KSP Agribisnis / Sektoral. Pelaksananaan program tersebut menggambarkan seperti yang terlukis di bagian awal tulisan itu. Rata-rata koperasi penerima program bantuan berhasil menyalurkan kredit penguatan modal mereka kepada para anggota. Kinerja koperasi, baik pengembalian modal dari anggota maupun angsuran koperasi ke bank pelaksana secara nasional baik. Bisa dikatakan kredit macet di bawah angka 2% seperti batas maksimal yang diberlakukan. Perkuatan juga ditempuh melalui programprogram peningkatan kapasitas koperasi di dalam mengelola usahanya. Kapasitas yang dimaksud adalah bidang manajemen, sistem pelaporan dan administrasi keuangan, dan kemampuan teknis lainnya, hingga wawasan kewirausahaan. Hal ini niscaya mengingat koperasi adalah sentra usaha bagi para pengusaha kecil/ mikro. Pengalaman menyebutkan bahwa pembinaan akan berlanjut ke anggota. Koperasi yang telah tertata dengan baik dalam berbagai aspeknya secara natural akan menularkan berbagai keterampilan dan pengetahuannya kepada anggota.

4

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Seorang anggota Kopdit Obor Mas (NTT) sedang menerima kunjungan petugas Kopdit. Keharmonisan hubungan antara Pengurus dan Anggota Koperasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan Koperasi.

Nah, banyak pelajaran berharga selama pelaksanaan program-program di atas. Rasanya terlalu sayang bila momentum-momentum seperti itu lenyap begitu saja. Antara lain untuk tujuan menjawab kesanksian itulah buku ini disusun. Jauh dari kesan formal, buku ini disusun melalui proses peliputan di koperasi-koperasi terbaik yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak semua yang terbaik berhasil diliput. Tim penyusun membagi beberapa koperasi di 10 provinsi yang mencerminkan keterwakilan wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Cara pemilihan kabupaten dan kota didasarkan kepada ragam jenis usaha yang dikembangkan. Namun demikian, meski buku ini jauh dari kesan formal, koperasi-koperasi yang kisah suksesnya ditampilkan dipilih berdasarkan kriteria baku. Setidaknya, ada lima kriteria sukses yang menjadi bahan pertimbangan, yakni: sukses penyaluran dana; sukses pemanfaatan dana; sukses pengembalian dana; sukses peningkatan usaha dana; dan sukses pengembangan usaha dana; Jika kemudian buku ini diberi judul Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera, itu semata karena ingin

memunculkan sebuah pesan bahwa koperasi adalah sebuah aset, sekaligus potensi, yang jika digerakkan dan dikembangkan secara optimal akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Tentu saja, ukuran sejahtera itu berjenjang. Rakyat, dalam konteks ini diwakili oleh para anggota koperasi penerima pinjaman bergulir, yang berhasil menaikkan taraf hidup mereka telah menuai hasil program Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Agribisnis/ Sektoral. Dengan tulus, senyum mereka terkembang. Di balik senyum mereka itu ada sebongkah kebanggaan bahwa perjuangan mereka untuk menjadi lebih sejahtera telah berada pada jalur yang benar. Di balik senyumsenyum itu pula terkandung beribu memori tentang pergulatan yang tak ringan. Pergulatan tentang mengelola sawah, kolam, tambak, bengkel, kedai makan, dan sebagainya. Di antara memori-memori itu, ada satu yang tak akan mereka lupakanbahkan akan terwariskan kepada generasi penerus mereka kelakyakni kepedulian insan-insan koperasi, yang sejak awal setia mendampingi pergulatan mereka itu. Melalui buku ini serempak mereka bersuara: Terima kasih Koperasi.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

5

PrologProsperous Community Care Cooperationhat would happen to a community members who have worked dili gently: from cultural, post harvest, management process up to its marketing aspects; with honest ethos and sportive acts, far from collusion intrigues, has togetherness and family tradition, if they were provided with capital injection to enhance their business earnings? The closest assumption is that their business earnings would enhance, profit increase, income would enlarge and they would yield success as businessmen. And of course, in the end their prosperity will improve. This type of answer is fully logical since basically they are independent economic actors. Who are they? None other than farmers, fishermen, traders with limited capital and business space, such as fishermen, craftsmen, and many others. In this country, the number of those who are engaged in small and micro business is very large, scattered in village areas (majority), and some in urban areas which engage in various business sectors. For the Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Business, the dynamic above

W

is a pride. Indeed not all of them are accommodated in the cooperation. Those who have become members of cooperation generally have typical characteristics in their business ethos. Well, to expressly shows the empowerment for this small business, Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Enterprises then issued Micro and Small Development through Scrolling Fund Strengthening for Save Loan Cooperation (KSP) Program to fund productive economic business in agricultural and any other productive business sectors. The emphasizing on agricultural and other sectors is of course based on proper considerations. Agribusiness is an activity of utilizing natural resources to fulfill life needs. Agribusiness is an economic perspective in agriculture sector. However, agribusiness also means all economic business with natural resources basis. Therefore the target of program above is not only cooperation members engaged in agricultural field, but also those developing sea weed, and any other natural resources products processing business. The objective of Micro and Small Entrepreneur through KSP capital strengthening is: to increase activities and income of Micro and small Entrepreneur trough business capital service derived from KSP; to increase ability and coverage of KSP service especially in agribusinessP e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

6

K o p e r a s i

sector; to increase KSP manager Human Resources quality. This program is a series of activities conducted by the Government through Productive Resources Access Increase Development Project originating from the State Revenue and Budget of 2004 fund in the form of the granting of capital strengthening aid to KSP in the pattern of scrolling fund. Such Save and Loan Cooperation (KSP) Scrolling Fund Strengthening Aid which is further referred to as Agribusiness KSP Scrolling Fund is fund deriving from the Government through the Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Business which is distributed to Save Loan Cooperation (KSP) in Agricultural Sector as scrolling fund loan to further be distributed to its members in the form of loan. Such program was commenced in 2003 and was continued in 2004. Considering the success of Scrolling Fund Strengthening Aid in Agricultural Sector in 2003 and 2004, then in 2005 the Government extended development business through Sectoral Scrolling Fund strengthening aid to fund various other productive business sectors, through fund source from State Revenue and Budget. Therefore since 2005 such program was known as Agribusiness/Sectoral KSP Fund Strengthening Aid. The implementation of such program was described as what is illustrated in the early part of this writing. In average cooperations receiving the aid program were successful in distributing credits to strengthen their capital to their members. Cooperation performance, both in capital return from members and cooperation installment to the bank national wide is favorable. Non performing credit can be considered as below 2% as the applied limit. Strengthening was also sought through cooperation capacity increase programs in managing its business. The capacity concerned is in the field of management, reporting system, and financial administration, and any other technical abilities, up to entrepreneurial horizon. This matter will in turn make cooperation the center of business for small/micro entrepreneurs. Experience has shown that development will continue to members. Cooperations that have been ordered well in various aspects naturally will transfer their various skills and knowledgeK o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

to their members. Well, there are many valuable lessons during the above programs. It would be such a waste if such momentums disappear just like that. It is that reason, among other things, that underlies the objective to compose this book. Far from formal image, this book is composed through covering process in the best cooperations scattered all over Indonesia. Not all of the best were covered. The composing team divided several cooperations in 10 provices that reflect the represented ness of Indonesian area in western, central and eastern parts. The method in choosing regencies and cities was based on business types developed. However, even though this book is far from formal image, cooperations which success stories are presented were chosen based on raw characteristics. At least there are five successful criteria that became the material of consideration, namely: fund distribution success; fund utilization success; fund return success; fund business increase success; and fund business development success; If further this book was titled Prosperous Community Care Cooperation, it is merely because a message that cooperation is an asset and at the same time a potential which, if it is moved and developed, optimally will end up in community welfare, is intended to be set out. Of course, the size of welfare has its own levels. People, in this context is represented by members of cooperation receiving scrolling loan, who are successful in increasing their life standard after they have harvested the output of Scrolling Fund Strengthening For Loan Save Cooperaton (KPS) in Agribusiness/Sector program. Sincerely, their smiles bloom. Behind those smiles there is a piece of pride that their struggle to become more prosperous has been in the right lane. Behind those smiles there are also thousands of memories about heavy struggle. Struggle on the management of rice field, pond, embankment, workshops, restaurants, and etc. Among these memories there is one that they cannot forget-even when they inherit it to their future generation-the care of cooperation personnel, who since the beginning have been loyal assisting their struggle. Through this book together they will say: Thank you Cooperation.

S e j a h t e r a

7

Bab II

Dana Bergulir Untuk Modal Usaha Kecil dan Mikro

S8

uatu ketika pada tahun 1953, sepenggal isi pidato Bung Hatta pada perayaan Hari Koperasi yang ke-3 berbicara tentang sejauh mana manfaat koperasi bagi rakyat petani dan pengrajin. Ketika itu, secara retoris Bapak Koperasi Indonesia itu bertanya: Sudahkah berkembang peternakan di kalangan rakyat yang dibiayai dengan pinjaman koperasi? Sudahkah terlaksana di mana-mana kebun sayur dibiayai dengan pinjaman

koperasinya? Bagaimana koperasi di kalangan pertukangan dan kerajinan? Sampai di manakah hasil yang diperoleh dengan koperasi untuk mengatasi ijon dengan pinjaman kecil-kecil sesuai kebutuhan dan lain-lainnya? Meski berbentuk sebuah kalimat tanya, pesan Bung Hatta dalam penggalan pidatonya itu sangat jelas: bahwa Koperasi harus mampu membiayai para petani dalam berusaha, juga para pengusaha kecil yang bergerak di sektor riil. Berpuluh tahun kemudian, sentilan bernadaP e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

K o p e r a s i

introspektif itu ternyata masih relevan untuk diungkapkan: sudahkah koperasi mampu mendampingi para petani dan pengusaha kecil dan mikro? Begitu kira-kira bentuk pertanyaan itu di masa kini. Sementara itu fakta di lapangan berbicara bahwa, meski bukan segala-galanya, aspek permodalan merupakan sebuah aspek penting dalam pengembangan dan pembinaan usaha kecil dan menengah (UKM). Jika mengacu pada visi Bung Hatta pada paragraf pertama tadi maka Koperasi idealnya tampil sebagai lembaga yang mampu menjawab aspek permodalan yang dibutuhkan para petani dan pengusaha kecil dan mikro tadi. Namun, setali dua uang, kondisi sebagian besar koperasi pun setali dua uang dengan para pengusaha kecil dan mikro: sama-sama minim permodalan. Sementara itu, dalam konteks pembinaan dan pengembangan koperasi dan usaha kecil dan

menengah (KUKM) tersebut, kemampuan KUKM untuk mengakses sumber permodalan, baik baik dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank masih rendah. KUKM dianggap belum bankable. Atas dasar fakta itu, Pemerintah dalam hal Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah merasa perlu membangun sebuah jembatan yang bisa menghubungkan antara KUKM dan sumber permodalan, yang dalam konteks ini diawali dengan dana stimulan dari APBN. Berangkat dari visi itulah lahir Program Dana Bergulir pada Kementerian Negara Koperasi dan UKM termasuk Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak dalam pembiayaan Agribisnis/Sektoral. Program ini memiliki tujuan yang sangat strategis, yakni meningkatkan aktivitas dan

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

9

Aktivitas usaha di pabrik penggilingan padi milik anggota KSP Lestari Mandiri, Kabupaten Malang, Jawa Timur

pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui pelayanan simpan pinjam; meningkatkan akses anggota dan calon anggota untuk memperoleh pelayanan pinjaman dari KSP; meningkatkan kemampuan dan jangkauan layanan KSP yang bergerak dalam pembiayan agribisnis/sektoral; meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola KSP; dan membangun KSP sebagai lembaga keuangan yang handal agar dapat sejajar dengan lembaga keuangan lainnya. Melalui mekanisme ini transfer dana dari Pemerintah Pusat pada akhirnya bisa menjadi motor penggerak aktivitas ekonomi di daerah, terutama di daerah perdesaan. Perputaran dana pinjaman bergulir itulah kemudian yang menjadi bahan bakar pertumbuhan ekonomi di daerah. Program ini mulai dilaksanakan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 2003. Dalam kurun waktu itu, terjadi beberapa dinamika kebijakan. Selama dua tahun, yakni tahun 2003 dan tahun 2004, pro-

gram Perkuatan Dana Bergulir ini fokus pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak dalam pembiayaan agribisnis. Pada tahun 2003, program ini bernama Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Perkuatan Modal Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis. Kemudian pada tahun 2004, program ini bernama Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis. Satu tahun kemudian, yakni pada tahun 2005, program ini dikembangkan tak hanya untuk pengembangan usaha mikro dan kecil di sektor agribisnis tapi juga pengembangan usaha mikro dan kecil di sektor riil lainnya dengan nama Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sektoral. Setelah sempat vakum satu tahun selama 2006, pada tahun 2007 program ini

10

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

dilanjutkan dengan nama Program Peningkatan Permodalan Dana Bergulir Sektoral Bagi Koperasi, Usaha Mikro, dan Kecil. Selama rentang waktu 2003 sampai 2005 dan 2007 Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp. 321.700.000.000,- bagi 448 koperasi yang tersebar di 32 provinsi. Dari alokasi dana sebesar itu, tercatat realisasi pencairan sebesar Rp. 299.150.715.000. Kemudian, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan Kementerian KUKM per Maret 2009 dana pinjaman bergulir tersebut telah berkembang menjadi Rp. 840.972.990.980 dengan jumlah pemanfaat sebanyak 183.968 anggota koperasi. Itu artinya telah terjadi dinamika positif hingga sebesar 281%. Catatan hasil monitoring itu memberi sinyal indikasi bahwa koperasi penerima program berhasil didalam mengelola dan menggulirkan bantuan yang diberikan. Jumlah dana yang tersalur dan hasil pengembangannya itu pun menjadi salah satu indikasi bahwa program ini

telah berjalan dengan baik. Demi kebersinambungan program dana bergulir ini, koperasi peserta program wajib mengembalikan angsuran pokok dan bunga kepada Bank Pelaksana. Hingga 31 Maret 2009 kinerja pengembalian angsuran pokok dan bunga tersebut tercermin pada tabel di bawah ini. Angka-angka pada tabel tersebut menunjukkan bahwa meskipun para koperasi peserta program sukses mengembangkan dana bergulir tersebut hingga 281 % tapi tingkat atau kinerja pengembalian angsuran pokok dan bunga masih belum sesuai target (lihat tabel). Dari yang seharusnya Rp. 104.797.609.500 baru 44,92 % atau Rp.47.076.688.594 yang telah ditunaikan. Menurut penelusuran, angka pengembalian angsuran pokok dan bunga yang rendah itu disebabkan karena Bank Pelaksana dipandang masih kurang aktif dalam melakukan pembinaan dan monitoring kepada koperasi peserta program. Di samping itu, kewajiban Kelompok Kerja Keuangan Kabupaten/ Kota juga dipandang belum optimal. Hasil monitoring dan evaluasi juga menunjukkan bahwa di tingkat nasional, Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi dengan tingkat realisasi pencairan terbesar, yakni yaitu 434,32%. Di propinsi ini, jumlah dana pinjaman bergulir terlah berkembang dari Rp. 39,8 miliar menjadi Rp. 167,81 miliar. Propinsi lain yang juga memiliki kinerja bagus, yakni Propinsi Jawa Tengah dengan perkembangan sebesar 255,99% atau berkembang dari Rp. 35 miliar menjadi Rp. 89.59 miliar. *** Teknis Pelaksanaan Tidak semua Koperasi bisa menerima program perkuatan permodalan bagi koperasi, usaha mikro dan kecil tersebut. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi Koperasi-koperasi Simpan Pinjam calon penerima dana perkuatan. Syarat-Syarat Umum: a. Telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebanyak 3 (tiga) Tahun Buku terakhir; b. Hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun terakhir berturut-turut sehat; c. Memiliki kantor sendiri yang telah ditempati minimal 2 (dua) tahun; d. Dalam melayani anggota-anggota di sentra agribisnis, bersedia membuat unit

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

11

pelayanan yang berada di lokasi sentra agribisnis; e. Kelompok masyarakat sebagai anggota KSP sudah pernah memperoleh dukungan modal dan pembinaan dari instansi teknis, yang dikelola dengan pola simpan pinjam dan sudah diadministrasikan secara tertib; f. Diutamakan bagi KSP yang para anggotanya mempunyai hubungan kerjasama kemitraan dengan perusahaan penghela. g. Ada pihak yang menjadi Jaminan Perorangan (personal guarantee) atas Dana Perkuatan yang diterima peserta program perkuatan modal KSP. Pada tahun 2004 syarat-syarat umum tersebut diperbarui. Beberapa pembaruan tersebut di antaranya: a. Merupakan koperasi primer kota/ kabupaten yang telah berbadan hukum minimal 4 (empat) tahun dan melaksanakan RAT 3 (tiga) Tahun Buku terakhir dan memiliki predikat sehat berdasarkan hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun berturut-turut; b. KSP telah memperoleh jaminan perorangan (Personal Guarantee) dari Bupati/ Wali Kota setempat untuk mengelola Dana Bergulir KSP Agribisnis. Syarat-Syarat Khusus : a. Merupakan lembaga koperasi primer Kabupaten/Kota yang sudah berbadan hukum minimal 4 tahun; b. Di samping anggota secara keseluruhan,

KSP juga memiliki anggota minimal 100 orang yang bergerak dibidang usaha produktif yang sejenis antara lain: petani, peternak dan nelayan (bukan pedagang); c. Jumlah Pinjaman yang diberikan minimal Rp. 1 milyar; d. Tunggakan pinajaman macet maksimal 2%; e. Memiliki Komputer sendiri dan sanggup membeli komputer minimal Pentium 3; f. Hasil audit 2 tahun terakhir, Wajar Tanpa Syarat (WTS); g. Mempunyai Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang telah berjalan secara efektif; h. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan kepada manajer dan didukung karyawan-karyawan yang professional, serta tidak terjadi perangkapan pekerjaan untuk fungsi-fungsi yang bertentangan; i. Jumlah modal sendiri yang terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi dan Sisa Hasil Usaha tahun berjalan minimal sebesar 33% dari total aset. Sedangkan persyaratan bagi Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi calon penerima dana perkuatan adalah sebagai berikut: a. USP Koperasi sudah menjadi unit otonom minimal 3 tahun; b. Telah melakukan pemisahan dalam akuntansi usaha dari akuntansi Koperasinya. c. Bersedia mengubah badan hukumnya menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Anggota koperasi yang berhak menerima

Tabel 1. Kewajiban Koperasi Ke BankKewajiban Kepada Bank No 1 2. 3. 4. Jumlah Tahun Program 2003 2004 2005 2007 Bunga Rp. 2.653.798.676 Rp. 25.888.986.731 Rp. 18.483.903.187 Rp. 50.000.000 Rp. 47.076.688.594 Sudah Dibayar Pokok Rp. 2.145.214.083 Rp.23.431.731.955 Rp.10.956.055.146 Rp. 5.000.000 Rp.36.538.001.184 Bunga Rp. 5.000.000.000 Rp. 57.249.580.000 Rp. 41.918.029.500 Rp. 630.000.000 Rp.104.798.609.500 Sebelumnya Pokok Rp. 6.000.000.000 Rp. 68.699.496.000 Rp. 25.150.817.700 Rp. 378.000.000 Rp.100.228.313.700

Sumber Data: Koperasi Peserta Program, Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM, dan Bank Pelaksana (diolah)

12

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

pinjaman dana bergulir untuk membiayai usahausaha ekonomi produktif dari alokasi dana program ini juga diatur dengan seleksi ketat. Aturan ini dibuat sebagai pagar bagi KSP-KSP peserta program dalam menyalurkan pinjaman dana bergulir tersebut. Sepanjang aturan ini ditaati, resiko pinjaman macet semakin kecil. Pengusaha Mikro dan Kecil calon penerima pinjaman dari KSP wajib memenuhi syarat sebagai berikut : a. Terdaftar sebagai anggota KSP/calon anggota KSP; b. Memiliki aktivitas usaha produktif di bidang agribisnis/sektoral yang menciptakan nilai tambah sehingga berkemampuan untuk mengembalikan/ melunasi pinjaman; c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada KSP; d. Mengajukan permohonan pinjaman kepada KSP sesuai kelayakan usaha; e. Mendapat persetujuan dari pengurus KSP atas hasil analisa kelayakan dari manajer pengelola simpan pinjam. Pada tahun 2005, seiring dengan dinamika yang terjadi pada pelaksanaan program tahun 2003 dan 2004, Kementerian Negara Koperasi dan UKM kemudian kembali melakukan penyempurnaan teknis pelaksanaan penyaluran pinjaman dana bergulir tersebut. Penyempurnaan ini dilakukan untuk mengakomodir pengembangan program. Jika pada tahun 2003 dan tahun 2004 fokus program lebih pada KSP yang membiayai usaha mikro dan kecil di sektor agribisnis, pada tahun 2005 sasaran KSP peserta program diperluas tak lagi terbatas pada KSP yang membiayai usaha mikro dan kecil di sektor agribisnis tapi juga KSP yang membiayai usaha mikro dan kecil di berbagao sektor riil lainnya. Beberapa perubahan itu di antaranya pada Syarat-syarat umum KSP calon penerima dana bergulir sektoral itu di antaranya: a. KSP calon penerima diprioritaskan yang belum pernah memperoleh Dana Bergulir KSP Agribisnis; b. KSP memiliki anggota minimal 100 (seratus) orang Pengusaha Mikro dan Kecil yang bergerak disektor usaha produktif yang sejenis antara lain: pertanian, kehutanan dan perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan dan galian, industri pengolahan dan kerajinan, perdagangan dan aneka jasa lainnya;

c. Telah berbadan hukum minimal 4 (empat) tahun dan melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) 3 (tiga) Tahun Buku terakhir dan memiliki predikat sehat berdasarkan hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun berturut-turut serta klasifikasi minimal B; d. Hasil audit 2 (dua) tahun terakhir berpredikat Wajar Tanpa Syarat (WTS); e. Memiliki jumlah kekayaan bersih minimal sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal Rp.150.000.000,- (Seratus lima puluh juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah); f. Memiliki kekayaan bersih minimal sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp.500.000.000,(lima ratus juta rupiah). g. Memberikan pelayanan pinjaman kepada anggota minimal 70 % (tujuh puluh per seratus) dari total pinjaman yang diberikan; h. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal Rp.750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp.1.000.0 00.000,(satu milyar rupiah). i. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal Rp. 375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana Bergulir Sektoral sebesar Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah). Sedangkan beberapa perubahan pada Syarat-syarat Khusus bagi KSP calon penerima dana bergulir sektoral itu di antaranya: a. Bersedia atau telah melayani anggotaanggotanya di berbagai sektor usaha produktif dan membuka unit pelayanan yang berada di lokasi sentra; b. Diprioritaskan bagi KSP yang anggotaanggotanya mempunyai hubungan kerjasama kemitraan dengan perusahaan penghela; c. KSP telah memperoleh jaminan perorangan (Personal Guarantee) dari Bupati/ Wali Kota setempat untuk mengelola Dana Bergulir Sektoral; d. Total tunggakan pinjaman macet maksimal 2 % (dua persen);

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

13

Suasana di kantor manajemen KSP Cipta Mandiri, Pulau Buru. Idealnya, pengelolaan Usaha KSP didelegasikan kepada manajer yang didukung oleh karyawan yang profesional

e. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan kepada manajer yang didukung oleh karyawan yang profesional dan tidak terjadi perangkapan pekerjaan, dengan Jumlah karyawan dan manajer minimal 5 orang; f. Modal sendiri minimal sebesar 33 % (tiga puluh tiga per seratus) dari total aset; g. Telah memiliki prosedur pemberian pinjaman ke anggota. Selain Syarat Umum dan Syarat Khusus tersebut di atas yang berlaku bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP), sejak tahun 2005 USPKoperasi calon penerima Dana Bergulir Sektoral wajib memenuhi syarat tambahan, yakni: a. manajemen USP-Koperasi telah dikelola secara otonom minimal 3 tahun, dan siap menjadi KSP; b. telah melakukan pembukuan terpisah atas pengelolaan usaha simpan pinjam dari akuntansi koperasinya, dibuktikan dengan neraca lajur 3 (tiga) tahun terakhir; c. Koperasi induk bersedia melakukan pembagian, dengan cara memisahkan unit Simpan Pinjam dari koperasi untuk menjadi Koperasi Simpan Pinjam tersendiri atau mengubah nama dan bidang usaha koperasi menjadi hanya Usaha Simpan Pinjam (KSP); d. seluruh aset USP-Koperasi menjadi aset KSP yang baru dibentuk.

Kemudian, selain syarat-syarat yang telah ditetapkan pada petunjuk teknis tahun 2003 dan 2004, pada tahun 2005 Pengusaha Mikro dan Kecil calon penerima pinjaman dari KSP juga wajib memenuhi syarat sebagai berikut: a. Terdaftar sebagai anggota KSP aktif minimal 1 (satu) tahun dan dibuktikan dengan jumlah simpanan wajib di koperasi; b. Mempunyai aktivitas di sektor usaha produktif dan masih dapat dikembangkan serta menciptakan nilai tambah, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembalikan/ melunasi pinjaman; c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada KSP; d. Bersedia menyimpan 5 % dari pokok pinjaman di KSP dalam bentuk Simpanan Wajib Khusus milik anggota sebagai bagian dari pemupukan modal sendiri KSP dan untuk keperluan stabilitas permodalan KSP. *** Pada tahun 2007, terjadi beberapa perubahan persyaratan yang harus dipenuhi Koperasi Peserta Program. Beberapa persyaratan yang mengalami perubahan itu, di antaranya: a. Koperasi telah berbadan hukum minimal 1 (satu) tahun dan melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan memiliki predikat cukup sehat berdasarkan hasil penilaian kesehatan yang dilakukan pejabat yang berwenang;

14

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Sebagian besar KSP tadinya merupakan Unit Simpan Pinjam (KSP) dari sebuah koperasi induk. Gambar menunjukkan suasana pelayanan di sebuah KSP.

b. Belum pernah memperoleh Dana Bergulir dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM. c. Koperasi memiliki kekayaan bersih minimal Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) termasuk simpanan pokok dan wajib minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), memiliki saldo piutang minimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki jumlah anggota paling sedikit 100 orang, untuk Koperasi calon penerima dana bergulir sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); d. Koperasi memiliki kekayaan bersih minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) termasuk simpanan pokok dan wajib minimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), memiliki saldo piutang minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan memiliki jumlah anggota paling sedikit 60 orang, untuk Koperasi calon penerima dana bergulir sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan beberapa perubahan pada persyaratan khusus, yakni : a. Koperasi telah memperoleh jaminan perorangan (Personal guarantee) dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota, dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh pada lampiran 14 peraturan ini; b. Total tunggakan pinjaman macet maksimal 5% (lima persen) yang dibuktikan denganK o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t

laporan tahunan berjalan; c. manajemen unit usaha koperasi yang akan mengelola dana bergulir, telah dikelola secara otonom minimal 1 (satu) tahun; d. unit usaha koperasi yang akan mengelola dana bergulir telah menyelenggarakan pembukuan secara terpisah atas pengelolaan usaha koperasinya, yang dibuktikan dengan laporan keuangan pada tahun terakhir. Selain aturan-aturan main tadi, Kementerian Koperasi dan UKM juga telah mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan khusus terutama bagi koperasi-koperasi yang berlokasi di daerah tertinggal atau di daerah yang terkena bencana alam atau koperasi yang dinilai mempunyai peran strategis pada daerah tertentu. Salah satu contoh, KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru, yang profilnya ditampilkan dalam buku kisah sukses ini. Meski baru berdiri pada tahun 2004, KSP Cipta Mandiri bisa menjadi peserta program ini pada tahun 2005 berdasarkan Pasal 7 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 12/2005. Pada pasal itu disebutkan bahwa Menteri dapat menetapkan KSP/USP-Koperasi Penerima Dana Bergulir Sektoral secara khusus yang dinilai mempunyai peran strategis antara lain untuk keperluan pembinaan KSP/USPKoperasi di daerah yang sedang berkembang, daerah perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini, Pulau Buru dipandang memiliki kedudukan strategis sebagai lumbung beras di Propinsi Maluku.

S e j a h t e r a

15

Chapter II

Scrolling Fund For Small and Micro Business Capital

O

ne day in 1953, a piece of Bung Hattas speech content in the cel ebration of the 3rd Cooperation Day which discussed how far cooperation can benefit for farmers and craftsmen. At the time, rhetorically such Indonesian Cooperation Founding Father asked: has animal farming developed in the community which is funded by cooperation loan? Has vegetable plants been funded by their cooperation loan? How are cooperations among the handicraft and craftsmen? How far is the output obtained with cooperation to overcome early crops pur-

chase with small loan in accordance with needs and others? Even though it is in the form of questions, Bung Hatta message in its speech part is very clear: that Cooperation must be able to fund farmers in running their business, also for small entrepreneurs who are engaged in real sectors. Many years later, such introspective in nature critic is still relevant to be expressed: have cooperations been able to assist farmers and micro and small entrepreneurs? That is approximately the form of such statement in the present. In the mean time the facts on the field speak out

16

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

that even though it is not everything, capitalization aspect is the important aspect in the development and founding of small and middle scale business (UKM). If referring to the mission of Bung Hatta in the first paragraph earlier, then ideally Cooperation appears as an institution that is able to answer capitalization aspect needed by such farmers and small and micro entrepreneurs. However, same as usual, the conditions of cooperation are as bad as small and micro entrepreneurs: they lack capitalization. Meanwhile in the context of founding and development of coopera-

tion and such small and middle scale entrepreneurs (KUKM), the ability of KUKM to access capitalization source, both from bank financial institutions and non bank is still low. KUKM is still considered as non bankable. Based upon that fact, the Government in this matter State Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Entrepreneurs feels the necessity to build a bridge that can connect KUKM and capitalization source, which in this context is initialized with stimulant fund from State Revenue and Expenditure (APBN). From that vision, Scrolling Fund Program on State Min-

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

17

The economic activites at Yudi Pujiantos rice mill, whose life standard was lifted after synergizing with KSP Lestari Mandiri, Malang, East Java

istry of Cooperation and UKM was born and was incorporated in Small and Micro Entrepreneurs Development Program through Scrolling Fund Program for Save Loan Cooperation (KSP) engaging in Agribusiness/Sector funding. This program has a very strategic purpose, i.e. increasing activities and revenue of Micro and Small Entrepreneurs through save loan services; Your browser may not support display of this image. increasing the ability and coverage of KSP services engaging in agribusiness/sector funding; increasing human resources KSP managers quality; and developing KSP as a financial institution that is reliable in order to be in the same level as any other financial institutions. Through this mechanism, fund transfer from Central Government at the end of the day could be the moving engine of region economic activities, mainly in villages. Such scrolling fund circle then becomes the fuel of regions economic growth.

This program has been implemented by State Ministry of Cooperation and Small and Middle Scale Enterprises since 2003. Within such period, there have been several policy dynamics. Within two years, i.e. 2003 and 2004 this Scrolling Fund Strengthening was focused on Save Loan Cooperation (KSP) engaging in agribusiness funding. In 2003, this program was named Micro and Small Entrepreneurs Development Program through Save Loan Cooperation (KSP) Capital Strengthening in Agribusiness Sector. Then in 2004 this program was called Micro and Small Entrepreneurs Development program Through Scrolling Fund Strengthening Aid For Save Loan Cooperation (KSP) in Agribusiness Sector. A year later, i.e. in 2005 and in 2007 this program was developed not only to develop micro and small business in agribusiness sector but also for the development of any other real sectors with the name Micro and Small Entrepreneurs Development Program Through Scroll-

18

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

ing Fund Strengthening Aid For Sector Save Loan Cooperations (KSP). After being non active for a year in 2006, in 2007 this program was continued with the name Sector Scrolling Fund Capitalization Increase Program For Cooperation, Micro and Small Business. Within the period of 2003 up to 2005 and 2007 the Government allocated fund in the amount of Rp. 321,700,000,000,- for 448 cooperation scattered in 32 provinces. From such amount of fund allocation, it is noted that the disbursement realization was in the amount of Rp. 299,150,715,000. Then, based on the monitoring output conducted by Ministry of KUKM, in March 2009 such scrolling loan fund had increased to become Rp. 840,972,990,980 and was utilized by 183,968 cooperation members. It means there has been positive dynamic of up to 281 %. Such monitoring record indicates that program receiving cooperation is successful in managing and scrolling the aid provided. The amount of fund distributed and the output of its development become indicators that this program has been running well. For the sake of the sustainability of this scrolling fund program, participating cooperations are obligated to return principal installment with its interest to Implementing Banks. Data shows that even though participating cooperations are successful in developing such scrolling fund up to 281% however the level or performance of principal installment return has not been the same as the target. From the actual Rp. 104,797,609,500 only 44.92 % or the amount of Rp.47,076,688,594 has been paid up. According to investigation, such low principal installment and interest return was due to the fact that Implementing Bank has been not active enough in conducting development and monitoring against program participating cooperations. In addition, Regency/City Working Group obligations are considered as non optimum. Implementation Technique Not all cooperations could receive capitalization strengthening program for such cooperations, micro and small business. There are requirements that must be met by Save Loan Co-

operation as nominees for strengthening fund receivers. Cooperation members who are entitled to receive scrolling fund to fund productive economic business from this program fund allocation are also regulated with tight selection. This regulation is set up as fence for program participating KSPs in distributing such scrolling fund loan. So long as this regulation is complied with, non performing loan risk will become smaller. In 2005, along with the dynamic that took place in the program implementation of 203 and 2004, State Ministry of Cooperation and UKM then re-perfected the implementation technique in distributing such scrolling fund implementation. This perfection was conducted to accommodate program development. In 2003 and 2004 the program was more focused to KSP that funded micro and small business in agribusiness sector, in 2005 and 2007 the target of program participating KSP was extended and not only limited to KSP funding micro and small business in agribusiness sector but also KSPs that fund micro and small business in any other real sectors. Ministry of Cooperation and UKM also has anticipated specific possibilities mainly for cooperations located in disadvantaged area or areas that have been exposed by natural disasters or cooperations that are considered as having strategic roles on some areas. One example is KSP Cipta Mandiri in Pulau Buru, which profile has been presented in this successful stories book. Although it was not established until 2004, KSP Cipta Mandiri was able to become a member of this program in 2005 based on Article 7 of Minister of Cooperation and UKM Regulation UKM No. 12/2005. In that article it is stated that A minister may stipulate KSP/USP-Sector Scrolling Fund Receiving Cooperation in special manner which is considered as having strategic role among others for the need of the founding of KSP/USP-Cooperation is areas that are developing, border/remote areas. In this context, Pulau Buru is considered as having the strategic position as rice barn in Maluku Province.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

19

Bab III

Parade Kisah Sukses

S

ebuah kalimat bijak tentang koperasi, yang pernah diungkapkan Bung Hatta menarik untuk dicermati. Bapak Koperasi Indonesia, yang juga Proklamator negara ini pernah berkata bahwa bukan semboyan yang muluk-muluk yang dibutuhkan untuk mencapai masyarakat kooperasi yang ingin kita ciptakan, melainkan amal, yang berupa pendidikan atas diri sendiri dan perbuatan. Di atas jalan menuju masyarakat koperatif, belum ada yang sempurna, sebab itu dasar kita bekerja ialah: mencapai perbaikan senantiasa!

Melalui kalimatnya itu, Bung Hatta bicara bahwa segunung konsep untuk membangun masyarakat perkoperasian tak akan cukup jika tak bermuara pada kerja nyata, yang dibalut dengan semangat untuk senantiasa mewujudkan perbaikan. Parade kisah sukses KSP peserta program perkuatan permodalan usaha agribisnis/ sektoral ini merupakan bagian dari geliat untuk senantiasa mewujudkan kemajuan bagi dunia perkoperasian di Indonesia. Kisah-kisah sukses yang termuat di dalam bab ini bukan ditulis untuk sekadarP e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

20

K o p e r a s i

mengukur tingkat keberhasiloan pelaksanaan Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak dalam pembiayaan Agribisnis/ Sektoral. Lebih dari itu, kisah-kisah sukses yang ditulis diniatkan untuk bisa menjadi referensi, sekaligus sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi masyarakat koperasi di Indonesia, serta para pelaku usaha mikro dan kecil yang selama ini menjadi mitra koperasi. Tentu saja, dalam memilih KSP dari sepuluh propinsi, yang profil dinamikanya ditulis dalam buku ini, berbagai pertimbangan dilakukan. Berbagai data tentang kinerja keuangan KSP,

kinerja penyaluran dana bergulir, kinerja pemanfaatan dana, kinerja pengembalian dana dari anggota koperasi penerima pinjaman, kinerja peningkatan usaha anggota koperasi penerima pinjaman, hingga kinerja pengembangan usaha dana koperasi menjadi pertimbangan penting untuk memilih KSP-KSP mana saja yang layak diprofilkan. Tidak hanya itu, selain data-data statistik tersebut, pertimbangan-pertimbangan kualitatif juga menentukan, seperti upaya inisiasi, inovasi, terobosan, dan orisinalitas program yang dilakukan oleh KSP peserta program. Akhirnya, selamat mengambil manfaat.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

21

Chapter III

A Parade Of Success Stories

A

wise sentence about cooperation, which was expressed by Bung Hatta is interesting to be analyzed. This Indonesian Cooperation Father, who is also the state proclaimer had also said that it is not the pompous motto that is needed to create cooperation community that we would like to have, but it is the deed, in the form of self education and good deed. On the road that leads to cooperative community, nothing is perfect, therefore the basis of our work is: to always seek for improvement! Through such sentence, Bung Hatta

said that a pile of concepts to develop cooperation community will not be enough if they do not end up on real work, wrapped with the spirit to always create improvements. Parade of KSP success stories on this agribusiness/sector capitalization strengthening program participates is a part of the spirit to always create progress for the world of cooperation in Indonesia. Success stories contained in the chapters of this book are not merely written to measure the success level of Micro and Small Entrepreneurs Development Program through Scrolling Fund Strengthening Aid For Save Loan

22

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Cooperation (KSP) engaging in Agribusiness/ Sector funding. More than that, success stories written are intended to become references, and at the same time as the source of inspiration and motivation for cooperation community in Indonesia, as well as micro and small business actors who have been partners for cooperation. Of course, in selecting KSP from ten provinces, which profile dynamics are written in this book, various considerations are taken into account. Various data on KSP financial performance, scrolling fund distribution performance, fund utilization, fund return performance by loan

receiver cooperation members, loan receiver cooperation members business increase, up to cooperation fund business increase perfomance become important considerations to select which KSPs are worth to be profiled. Not only that, in addition to such statistical data, qualitative considerations also sercve as determining factors, such as initiative, inovation, break through, and program originality efforts conducted by program participating KSP. At the end of the day, take advantage out of them.

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

23

24

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

SUMATERA BARAT West SumateraK o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

25

Kantor KSP Lumbuang Pusako, senantiasa menjadi tempat menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang berharga (pusako). Aset berharga itu adalah anggota yang terampil dan piawai mengelola koperasi.

KSP LUMBUANG PUSAKOKota Bukittingi, Provinsi Sumatera Barat

Bila Keberlanjutan Koperasi Adalah Penentu Kejayaanila pengurus koperasi piawai dan melahirkan kinerja koperasi menjadi semakin baik, itu hal biasa. Namun, bila sebuah koperasi juga menginginkan para anggotanya pandai mengelola koperasi, maka hal itu menjadi luar biasa. Tapi, itulah prinsip yang diyakini pengurus KSP Lumbuang Pusako Kota Bukitinggi, Sumatera Barat. Bagi pengurus KSP Lumbuang Pusako, menjalankan koperasi perlu keahlian dan pengalaman. Tanpa itu, keberhasilan anganangan belaka. Bukan hanya pengurus, para anggota pun dituntut untuk memahami bahkan berkemampuan mengelola koperasi. Sebab,

B26

melalui pengenalan yang memadai kepada anggota, koperasi menjadi lebih dinamis, bisa saling mengawasi, dan seterusnya. Kami selalu berusaha menjadi pengurus yang bisa menjadi panutan bagi anggota sekaligus bisa mengayomi, kata Anismar Asri, Ketua KSP Lumbuang Pusako. Untuk itu, KSP bekerja sama dengan Dinas Koperasi dengan cara mengadakan pelatihanpelatihan, baik untuk pengurus dan koperasi. Bagi pengurus, follow up pelatihan jelas, yakni langsung menerapkan ilmunya dalam praktik pengelolaan koperasi. Tapi bagaimana dengan anggota? Mereka akan dimagangkan diP e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

K o p e r a s i

Salah satu usaha kecil menengah yang memanfaatkan modal usaha dari KSP Lumbung Pusako

koperasi. Selama ini, setiap bulan dipilih lima orang anggota untuk mengikuti kegiatan magang tersebut. Pihak KSP sendiri berharap, kegiatan magang ini menjadi ajang pendidikan dan pelatihan bagi anggota untuk mengetahui bagaimana proses mengurus koperasi. Kelak, jika ada regenerasi pengurus, anggota relatif siap menerima estafeta kepengurusan. Pola regenerasi semacam ini jelas menguntungkan sebab banyak anggota yang sudah mengerti bagaimana mengurus koperasi. Seperti namanya, Lumbuang Pusako, koperasi ini senantiasa menjadi tempat menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang berharga (pusako). Aset berharga itu adalah anggota yang terampil dan piawai mengelola koperasi. Melalui prosedur ini, keberlanjutan misi koperasi pun terjamin. Dan, keyakinan itu, bukanlah hisapan jempol belaka. KSP Lumbuang Pusako menjadi salah satu koperasi unggulan di Kota Bukittinggi. Bahkan, koperasi yang beralamat di Jl. Tarok

Bungo No. 9A Kec. Guguak Panjang, Bukittinggi, ini setidaknya telah mengantongi sebelas penghargaan, mulai tingkat kabupaten/ kota, provinsi, hingga tingkat nasional. Jumlah asetnya telah mencapai Rp 5 miliar. *** Dua dasawarsa lalu, koperasi ini dikenal dengan nama KOPINKRA, sebuah koperasi industri kerajinan sulaman dan konveksi. Ide pembentukannya dicetuskan sejumlah pengusaha dan perajin border, sulaman dan konveksi yang ada di Kota Bukittinggi. Tujuannya, membentuk sebuah organisasi yang mampu menampung hasil karya para perajin. Koperasi berakta notaris No. 1702/XVII/ 1988 ini kemudian mengubah bentuknya menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP), melalui Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 188.45 385 2006, dan berganti nama menjadi KSP Lumbuang Pusako. Di usianya yang baru dua tahun, koperasi

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

27

Peran KSP Lumbung Pusako sangat besar dalam membantu mengembangkan usaha

ini telah mendapat perhatian dari pemerintah. Dari tahun ke tahun, perkembangan KSP Lumbuang Pusako menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dari sisi aset, misalnya, total aset KSP ini telah mencapai Rp5 miliar. Padahal, beberapa tahun lalu, modal koperasi ini hanya Rp 2,5 miliar. Jumlah itu sudah termasuk tambahan dana pinjaman bergulir sektoral sebesar Rp 1 miliar yang diterima pada tahun 2005. Namun, berkat kegigihan dan perjuangan para pengelola, kini KSP Lumbuang Pusako menjadi koperasi unggulan di Kota Bukittingi. Selain aset yang makin menggelembung, jumlah anggota KSP pun terus bertambah. Hingga pertengahan tahun 2009 jumlah anggota mencapai 178 orang. Jika bicara prestasi, KSP Lumbuang Pusako memang bukanlah yang terbaik. Ada beberapa KSP lain di Sumatera Barat yang dianggap punya prestasi lebih membanggakan. Dalam dinamikanya, KSP Lumbuang Pusako pernah menerima anugerah sebagai Koperasi Terbaik I Tingkat Kota Bukittinggi 1992, Koperasi Berprestasi Tingkat

Kota Bukittingi 2002, Koperasi Sehat Tingkat Kota Bukittinggi 2002. Kemudian, pada tahun 2001 KSP ini dinobatkan sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional. Keberhasilan-keberhasilan itu tidak datang begitu saja, tetapi melalui upaya keras para pengurusnya. Misalnya dalam hal pembinaan terhadap anggota. Pengurus menggunakan pendekatan persuatif yang biasanya dilakukan pada saat anggota menabung atau menyetor. Pengurus akan memberikan pembinaan secara tidak langsung, seperti bertanya tentang perkembangan usaha anggota dan kendala yang dihadapi. Jika ada anggota yang mengalami kesulitan, pengurus tidak segan-segan memberikan solusi, termasuk kiat-kiat sukses dalam melakukan berbagai usaha. Jika dalam keanggotaan KSP terkesan blak-blakan, sebaliknya dalam hal pinjaman KSP tetap selektif. Pengurus koperasi memberlakukan beberapa ketentuan. Misalnya, jumlah dana pinjaman yang akan diberikan kepada para anggota disesuaikan masa keanggotaan, kesetiaan dan jumlah tabungannya.

28

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Sekadar contoh, ada anggota yang bisa mendapat pinjaman sebesar Rp 50 juta karena ia telah menjadi anggota sejak tahun 1986 dan simpanannya sudah mencapai Rp 20 juta. Jadi anggota tersebut bisa mendapat pinjaman sekitar Rp 50 jutaan, dengan tingkat suku bunga 12% per tahun, kata Anismar Asri. Keberhasilan anggota dalam mengembangkan usahanya akan berdampak positif bagi perkembangan KSP, tentu saja. Hal itu dapat dilihat dari tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman anggota mengalami peningkatan. Boleh dikatakan tingkat kemacetan penyetoran angsuran kurang dari 1%.

Berdasarkan catatan dari Bank Nagari Bukittinggi, sebagai lembaga perbankan yang membina administrasi penyaluran pinjaman dana bergulir sektoral, KSP Lumbuang Pusako telah mengembalikan pokok pinjaman sebesar Rp 300 juta. Sebagai Ketua KSP, Asnimar yakin bahwa sisa pinjaman pokok yang masih sebesar Rp 700 juta akan bisa dilunasi. Jika pun itu baru bisa dilunasi setelah ia tak lagi menjabat sebagai Ketua KSP, Anismar yakin para penerusnya akan melakukan itu. Dan, yang penting, Ia juga yakin bahwa dana bergulir itu akan terus bergulir memberdayakan para anggota Lumbuang Pusako.

Salah satu usaha konveksi anggota KSP Lumbuang Pusako

KSP Lumbuang PusakoAlamat Berdiri Badan Hukum Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Ketua Jumlah Anggota : Jl. Tarok Bungo No. 9A, Kec. Guguak Panjang, Kab. Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat : 2 Januari 1988 : No:188.45 385 2006 : Tahun 2005 : Rp1 miliar : Hj. Anismar Asri : 178 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

29

KSP LUMBUANG PUSAKO Bukittingi City - West Sumatera

If the Cooperation Sustainability is the Determinant of Glory

F

or administrators of KPS Lumbuang Pusako, running a cooperation re quires skills and experience. Without those elements, success is only a fantasy. Not only administrators, members are also required to understand and even have the ability to manage the cooperation. Due to proper introduction to the members cooperation becomes more dynamic, they can supervise each other, and so forth. We always try to be administrators who could also be a role model for members and at the same time protect the members, said Anismar Asri, Chairman of KSP Lumbuang Pusako. For that purpose, KSP in cooperation with Cooperation Services holds trainings, both for administrators and cooperation. For administrators, the follow up of trainings is obvious, i.e. to directly apply the knowledge in cooperation management practice. What about the members? They will participate in cooperation apprenticeship. Each month five members are chosen to participate in such apprenticeship. KSP itself hopes that this apprenticeship activity will become educational and training event for members to discover the process of cooperation administration. In the future, if regeneration takes place, members are ready to accept the administration handover. This patter of regeneration is obviously profitable since there are many members who have already understood how to administer the cooperation. KSP Lumbuang Pusako is one of superior cooperations in Bukittingi City. This cooperation with Rp 5 billion asset has even re-

ceived eleven awards, starting from regency/ city, province up to national level. In its dynamic, KSP Lumbuang Pusako received an achievement award as the Best Cooperation I for Bukittinggi City Level in 1992, Achiever Cooperation for Bukittinggi City level in 2002, Healthy Cooperation for Bukittingi City Level in 2002. Then in 2001 this KSP was crowned as Achiever Cooperation for National Level. Two decades ago, this cooperation was known with the name KOPINKRA, an embroidery handicraft and convection industrial cooperation. At its tender age of tw, this cooperation has attracted attention of the government. From one year to another, KSP development has shown a significant increase. In terms of asset, for instance, the total asset of this KSP has reached Rp 5 billion. A couple of years ago this cooperation capital was only Rp 2.5 billion. In loan affairs KSP applies effective ways. Cooperation administrators set out several conditions. The amount of loan to be provided to members is adjusted to the membership period, loyalty and amount of savings. The success of members in developing their business will have positive impact for the development of KSP, of course. This can be seen from the loan return success increase rate. It may be concluded that the installment deposit nonperformance is less than 1%. Based on the record of Nagari Bukittinggi Bank, as the banking institution that develops sector scrolling distribution administration, KSP Lumbuang Pusako has returned principal loan in the amount of Rp 300 million.

30

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Kantor KSP Lumbuang Pusako

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

31

Kantor KSP Sungai Kamuyang, Kabupaten Limapuluh Kota

KSP Sungai KamuyangKabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat

Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiangama KSP Sungai Kamuyang memang tidak bisa dilepaskan dari nama besar Nagari Sungai Kamuyang, sebuah nagari di Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat. Selain memiliki nama yang sama, lokasi KSP pun berada di wilayah kenagarian yang juga dikenal dengan nama Sei Kamuyang. Tak heran jika nama koperasi yang didirikan pada tahun 1996 ini begitu mudah dihafal. Kita menggunakan nama Sungai Kamuyang, selain karena kisah historisnya juga karena nama Sungai Kamuyang sudah dikenal masyarakat, kata ketua KSP Sungai Kamuyang, Najmul Irfan.

N

Kini, nama KSP Sungai Kamuyang cukup dikenal masyarakat di nagari yang berada di kaki Gunung Sago itu. Sungai Kamuyang boleh menjadi sumber inspirasi bahkan dijadikan nama koperasi, tapi kegesitan para pengurus KSP Sungai Kamuyang tetap merupakan sebab terpenting mengapa badan usaha tersebut layak disebut bila membicarakan koperasi di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kinerja KSP Sungai Kamuyang yang baik selama ini adalah alasan bagi Dinas Koperasi Kabupaten Limapuluhkota merekomendasikan badan usaha ini sebagai penerima bantuan Perkuatan Permodalan Dana Bergulir Sektoral pada tahun 2006 senilai Rp 500 juta.P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

32

K o p e r a s i

Usaha kecil yang mendapat bantuan modal usaha dari KSP Sungai Kamuyang

Dalam perkembangannya, kehadiran KSP Sungai Kamuyang disambut baik oleh masyarakat, sehingga jumlah anggota yang bergabung semakin bertambah. Sampai saat ini jumlah anggota KSP mencapai 350 orang. Jumlah itu sebagian besar merupakan masyarakat yang berdomisili di Nagari Sungai Kamuyang. Bagi setiap anggota baru diwajibkan menyetor dana Simpan Pokok sebesar Rp 10 ribu dan Simpanan Wajib Rp 5 ribu. Pada bulan selanjutnya, anggota cukup membayar Simpanan Wajib sebesar Rp 5 ribu. Kondisi geografis Sungai Kamuyang yang berada di kaki Gunung Sago ternyata cukup berpengaruh terhadap unit layanan usaha KSP. Berdasarkan catatan, sebagian besar nasabah KSP berprofesi di bidang agibisnis, seperti bertani dan beternak. Sedangkan untuk sektor perdagangan dan industri kecil, jumlahnya tidaklah sebesar sektor agribisnis. Seperti sebuah sungai, KSP Sungai Kamuyang mengalirkan banyak manfaat yang bisa dimanfaatkan siapa saja (baca: anggota). Sebut saja salah satunya Yurniati Ura, warga Jl. Raya Batang Tabik, Sungai Kamuyang. Awalnya, ia hanya mempunyai usaha kue kecil-kecilan. Semenjak bergabung dengan KSP Sungai

Kamuyang tahun 2006 dan mendapat pinjaman dana sebesar Rp 10 juta, usahanya semakin berkembang dan kini ia telah mempunyai sebuah toko grosir. Pihak manajemen KSP tak sulit memberi dia pinjaman kedua sebesar Rp10 juta, karena selama ini proses pengembalian pinjamannya lancar. Yurniati membayar cicilannya Rp 650 ribu per bulan. Kalau bisa di masa depan pinjaman bagi anggota bisa lebih besar karena usaha kami semakin berkembang, kata pengusaha yang kini juga memiliki perkebunan kopi, coklat dan jeruk itu. Pengalaman serupa juga dialami Kurnia dan Leni Marlina, pemilik usaha Kerupuk Sanjai MARISA. Kini, usaha kerupuk yang beralamat Jl. Raya Payakumbuh Lintau Sungai Kamuyang ini mampu mempekerjakan 42 orang karyawan. Awalnya, Kurnia dan isterinya, Leni Marlina, hanya dibantu 15 orang karyawan. Kurnia bergabung pada KSP Sungai Kamuyang pada tahun 2006, sementara istrinya baru pada tahun 2007. Dengan modal pinjaman sebesar Rp 15 juta dari KSP, Kurnia dan Leni mulai mengembangkan usahanya. Kini, usaha Kerupuk Sanjai MARISA semakin berkembang dan telah dipasarkan hingga ke luar daerah. Yuniarti dan Kurnia hanya dua dari sekian

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

33

Usaha pembuatan kue milik Yuniarti, salah seorang anggota KSP Sungai Kamuyang

banyak masyarakat yang telah memanfaatkan dana pinjaman dari KSP Sungai Kamuyang untuk mengembangkan usaha mereka. Masih banyak anggota lain yang memiliki kisah sukses serupa di bidang yang berbeda berkat dana pinjaman dari KSP Sungai Kamuyang. Setiap tahun pundi-pundi KSP pun terus bertambah. Berdasarkan laporan terakhir, dana KSP sudah berkembang menjadi Rp 1,6 miliar. Keberhasilan itu juga dapat dilihat dari pengembalian pinjaman KSP ke bank, yang sudah sejumlah Rp 100 juta melalui Bank Sumbar. Selain itu KSP juga telah membayar bunga pinjaman sebesar Rp 88 juta. *** Sampai saat ini, pinjaman tertinggi yang diberikan kepada anggota sebesar Rp 10 juta. Besarnya pinjaman ini didasarkan pada besar kecilnya jenis usaha dan agunan yang dijaminkan. Jenis usaha yang telah mapan biasanya bisa memperoleh pinjaman hingga Rp10 juta, sementara untuk usaha mikro besarnya disesuaikan dengan kemampuan

pengembalian anggota. Bukan berarti pengurus pilih kasih. Kemampuan pengembalian anggota menjadi pertimbangan kami. Kalau anggota dengan usaha kecil kita berikan pinjaman yang besar, nanti dia akan kesulitan dalam pengembaliannya, kata Najmul Irfan, Ketua KSP Sungai Kamuyang. Terhadap semua jenis pinjaman, KSP menetapkan batas pengembalian pada tanggal 10 setiap bulan, dengan besaran jasa pinjaman sebesar 18% per tahun. Jika melewati tanggal yang telah ditetapkan, KSP menerapkan sanksi denda sebesar 1,5% dari pokok pinjaman untuk setiap keterlambatan. Meski demikian, bukan berarti sanksi itu merupakan harga mati. KSP masih memberikan tiga pilihan bagi anggota yang kesulitan mengembalikan pinjaman ke KSP. Pertama, peminjam menyerahkan jaminan ke koperasi untuk menyelesaikan tunggakan. Kedua, memilih cara meregulasi hutang pokok dengan melunasi seluruh jasa dan denda. Ketiga, membuat kesepakatan baru, di mana nasabah sanggup melunasi seluruh hutang dan jasa pada tanggal yang telah disepakati tanpa dikenai denda. Cara

34

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Usaha kerupuk Sanjai Marisa anggota KSP Sungai Kamuyang, telah dipasarkan hingga ke luar daerah

ini dilakukan dengan mencicil hutang setiap bulannya hingga lunas pada akhir tahun. Lantas, setelah si penunggak mampu membayar pinjaman itu dia tak bisa lagi memperoleh kredit dari KSP? Rumus seperti itu tidak berlaku di KSP Sungai Kamuyang. Ada yang kita berikan pinjaman lagi agar bisa memulai kembali usahanya, kata Najmul. Kearifan pengurus KSP Sungai Kamuyang patut menjadi catatan. Pasalnya, tidak sedikit pengurus lembaga usaha sejenis yang tidak legowo ketika mengetahui kegagalan usaha anggotanya. Pembinaan anggota tidak dilakukan secara

kontiniu, hanya dilakukan dalam bentuk konsultasi saja terutama dalam bidang usaha dan administrasi. Pembinaan dalam pengertian tidak langsung justru diberikan pada saat terjadi transaksi antara manajemen dan anggota/ nasabah, melalui pemberian saran atau pandangan. Justru model pembinaan seperti ini banyak yang mencapai sasaran, yakni anggota senantiasa mematuhi prosedur yang telah ditetapkan. Kebersamaan yang terjalin, seperti kata pepatah Minang, Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, artinya berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

KSP Sungai KamuyangAlamat Berdiri Badan Hukum Tahun Perkuatan Modal Jumlah Perkuatan Modal Ketua Jumlah Anggota : : : : : : : : Batang Tabit, Sungai Kamuyang, Kec. Luak, Kab. Lima Puluh Kota 23 Juli 1987 No: 097/BH/LEMB-3/2006 Tahun 2006 Rp 500 juta Najmul Irfan 350 orang

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

35

KSP Sungai Kamuyang Management provides three options for members facing difficulties in returning loan to KSP. The wisdom of Sungai Kamuyang KSP administrators worth becoming a note, since many similar business institution administrators do not have big hearts when discovering the failure of their members business.

KSP Sungai KamuyangLimapuluh Kota, West Sumatera

We bear heavy matters together and carry small matters togetherhe name KSP Sungai Kamuyang can not be separated from the big name of Nagari Sungai Kamuyang, a state in Lunak District, Limapuluhkota Regency, West Sumatera. Besides having the same name, the location of KSP is in the state area also known by the name Sei Kamuyang. No wonder the name of this cooperation established in 1996 is easy to remember. Now, the name KSP Sungai Kamu yang is quite known by the community of this state located in the foot of Sago Mountain. Kamuyang river may be the muse and even becomes the name of the cooperation, however the nimbleness of the administrators of

T

KSP Sungai Kamuyang is the main reason why such business entity worth mentioning when discussing cooperations in the area of West Sumatera Province. Favorable performance of KSP Sungai Kamuyang all this time has been the reason for Cooperation Service of Limapuluhkota Regency to recommend this business entity as receiver of Sector Fund Capitalization Strengthening in 2006 in the amount of Rp 500 million. Geographical condition of Kamuyang River which is located on the foot of Sago Mountain is quite affecting for business service unit of KSP. Based on the record, most of KPS customers work in agribusiness field, such as plant and

36

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

animal farmings. Whereas as to trading sector and small industry, the number is not as large as agribusinees sector. Just like a river, KSP Sungai Kamuyang flows many benefits that can be utilized by anyone, mainly its members. Each year KSPs pots keeps adding. Based on the last report, KSP fund had developed to become Rp 1.6 billion. This save loan cooperation has returned its KSP loan to the bank, which is in the amount of 88 million through Sumbar Bank. Up to date, the highest loan provided to the members has been in the amount of Rp 10 million. The amount of loan is based on the size business type and the collateral secured. The type of business that is already settled usually obtains loan up to Rp 10 million, whereas for micro business the amount is adjusted to the returning ability of its members. To all loan types, KSP sets out returning limit on the 10th each month, with the amount of loan service 18% per year. If exceeding the stipulated date, KSP applies penalty in the amount of 1.5% from the principal loan for each delay. Nevertheless, it does not mean that such penalty is a dead end. KSP still provides three options for members facing difficulties in return-

ing loan to KSP. First, borrower delivers security to cooperation to settle arrears. Second, opting the method of regulating principal loan by paying up all services and penalties. Third drafting a new agreement, in which customers are able to pay up all debts and services on the agreed date without being imposed with penality. This method is conducted by paying installment each month untill all are paid up at the end of the year. So, after the customer in arrears is able to pay up his/her loan, can he/she obtain credit from KSP? Such formula does not apply in Sungai Kamuyang KSP. There are customers that are provided with loan so that they can restart their business, said Najmul. The wisdom of Sungai Kamuyang KSP administrators worth becoming a note, since many similar business institution administrators do not have big hearts when discovering the failure of their members business. This policy is the form of Minang proverb, Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, artinya berat sama dipikul ringan sama dijinjing (We bear heavy matters together and carry small matters together).

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

37

38

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

JAWA BARAT West JavaK o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a

39

KSP Rukun Ikhtiar, tetap eksis dan semakin berkembang setelah enam dekade

KSP RUKUN IKHTIAR,Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

Tetap Eksis Setelah Enam Dekadeerdirinya koperasi di Indonesia tidak lepas dari sejarah koperasi itu sendiri. Banyak koperasi dengan berbagai bentuk tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kondisinya pun bermacam-macam. Ada yang tetap eksis bahkan menjadi badan usaha unggulan, namun ada juga yang dalam perjalanannya harus tumbang karena tidak bisa mengimbangi labilnya kondisi ekonomi. Salah satu koperasi yang masih eksis itu adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Rukun Ikhtiar Bandung. KSP Rukun Ikhtiar merupakan salah satu koperasi tertua di Jawa Barat. Koperasi ini berdiri

B40

pada tahun 1930, lebih tua dari Koperasi Susu di Pangalengan yang berdiri pada tahun 1949 oleh Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (Gappsip). Sejarah KSP Rukun Ikhtiar dimulai dari sebuah perkumpulan di unit perbengkelan milik Angkatan Udara (dulu AURI) Husein Sastranegara. Kelahiran KSP Rukun Ikhtiar Bandung ini jelas tidak bisa dilepaskan dari unit perbengkelan milik Angkatan Udara (AURI), yang kemudian membidani pendirian sebuah perkumpulan yang diberi nama Spaar Vereeniging Luchtvaart Afdeeling, sebagai cikal bakal Koperasi Simpan Pinjam Rukun Ikhtiar. Perkumpulan itu

K o p e r a s i

P e d u l i ,

R a k y a t

S e j a h t e r a

Suasana ketika salah seorang anggota KSP Rukun Ikhtiar menyetor uang di kas koperasi. Selain memberikan pinjaman modal usaha, KSP RI juga menggalakkan program tabungan berhadiah.

sendiri lahir berawal dari rasa solidaritas antarpegawai. Ketika itu, salah seorang buruh bengkel terjerat hutang rentenir. Karena tidak mampu membayar, maka sang rentenir memenjarakannya. Tiga sekawan yakni R. Sukardi, Rum Affandi dan Kartawiria kemudian membentuk suatu perkumpulan yang bersifat menghimpun modal guna membantu rekan yang terjerat hutang tadi. Perkumpulan ini kemudian tumbuh dan berkembang menjadi sebuah badan usaha ekonomi yang kemudian dikenal dengan nama KSP Rukun Ikhtiar. Perjalanan KSP ini tidaklah semulus yang dibayangkan: penuh tantangan. Kondisi pasang surut mewarnai perjalanan koperasi ini hingga akhirnya menjadi salah satu badan usaha ekonomi yang cukup diperhitungkan. Berbekal umur dan pengalaman yang panjang (selama 79 tahun) tersebut, wajar jika KSP Rukun Ikhtiar mampu tumbuh dan terus berkembang, meskipun harus bersaing dengan

badan-badan usaha lain yang sejenis. Di tangan dingin H. Suryana, yang sejak 1999 memimpin KSPRI ini, Rukun Ikhtiar ini mampu bertahan, bahkan semakin menampakkan eksistensinya. Dari sisi keanggotaan, misalnya, dari tahun ke tahun jumlah anggota KSPRI semakin bertambah. Pada tahun 2008, jumlah anggota KSP ini sebanyak 9.521 orang. Pada bulan Juli 2009 jumlah anggota meningkat menjadi 10.072 orang. Pertambahan jumlah anggota ini tentu saja berpengaruh pada jumlah permodalan koperasi. Simpanan Pokok anggota pada tahun 2008 bertambah menjadi Rp 42.435.900 dan simpanan wajib sebesar Rp 1.756.449.460 serta simpanan khusus sebesar Rp 161.157.250. Menurut Ketua KSP Rukun Ikhtiar, Suryana, total aset KSP Rukun Ikhtiar saat ini telah berada pada level Rp 20 miliar. Peningkatan juga terjadi pada kualitas neraca pinjaman, yang mengalami kenaikan hingga 5,35%. Pinjaman yang diberikan pada tahun 2008 kepada 4.270 orang anggota


Recommended