Date post: | 06-Oct-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | eva-natalia-manullang |
View: | 13 times |
Download: | 0 times |
PRINSIP DASAR MAGNETIC RESONANCE IMAGING
Dr Wawan Kustiawan, SpRad,M.Kes,DFMBAGIAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT IMMANUEL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
PENDAHULUANMRI ?
MRI berkembang pesat ~ kemajuan komp
MRI diagnosa lebih baik tu untuksoft tissue
Alat radiodiagnostikPenampang tubuh/ organMedan magnet 0,064-1,5 TeslaRFkomp
ANATOMI KEPALAOs pembtk kepalaWajah Os zygomaticum Os maxilla Os nasale Os lacrimaleCalvaria Os vomerOs palatinum Os mandibula
Os frontale Os parietale Os occipitale Os temporale Os sphenoidale Os ethmoidalePIC
Basis cranii
Fossa cranii anterior Fossa cranii mediaFossa cranii posterior musculus pembuluh darah
meninges
Otak
Duramater Arachnoidea mater Piamater
Cerebrum Cerebellum Pons Medulla oblongata
sistem LCS
2 ventriculus lateralis ventriculus tertius ventriculus quartus
CRANIUM
BASIS CRANII
MUSCULUS
CIRCULUS WILLISI
meninges
OTAK
LCS
MRI
PRINSIP DASAR MRI
inti atom setelah berada dalam medan magnet kuat
Gambaran precession menghasilkan Mo
Mz
T1 recovery Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan 63% dari magnetisasi Mo ke axis z
T2 recovery
Waktu yang dibutuhkan untuk berkurangnya 37% magnetisasi transversal dari nilai semula
2006008002400Tissue T1 value (ms)8090100160Tissue T2 value (ms)
Pulse sequenceSpin echoInversion recovery
TEKNIK PEMERIKSAANParameter- parameter dalam MRIIntrinsik Medan magnet utama Proton density, T1 dan T2 Gerakan fisiologis Chemical shift Dimensi jaringan Ekstinsik pulse sequence kontras Gd-DTPA pengaturan coil RF ketebalan level display
T1 weighted image (image anatomis)
T2 weighted image (image patologis)
Proton density (image intermediate) TR pendek (80ms) LCS dan lesi tampak putih (hiperintens) Biasanya untuk deteksi penyakit (dapat membedakan lesi dengan latar belakang jaringan normal
TR panjang (>2000ms), TE pendek (
PERSIAPAN MRIPemeriksaan penderita bebas metal (pace maker) baju khusus gigi palsu dilepasPersiapan console identitas lengkap jenis pem jelasPersiapan pemeriksaan informasi yang cukup os tidur di atas meja pem dipasang coil yang sesuai jenis pem Pengaturan parameter scan scout atau localized
Langkah PemeriksaanOs diletakkan di medan magnetOrgan dibungkus coilHidupkan sinyal RFMatikan sinyal RFSinyal yang dihasilkan direkamBuat rekonstruksi gambar
KEUNTUNGAN MRISensitif untuk morfologi jar lunakPotongan dapat dibuat 3 bidang tanpa merubah posisi pasienTidak memakai sinar radiasi Dapat membedakan berbagai jaringan (resolusi tinggi)Tidak invasifTidak terganggu oleh artefak tulang
KEKURANGAN MRITidak bisa untuk pasien dengan alat logam (pace maker)Pasien harus dalam posisi diam (tidak gelisah)Waktu pemeriksaan lamaBiaya tinggiBelum tersedia secara luas
INDIKASI MRI KEPALATumorInfarkPenyakit demyelinisasi (multiple sclerosis)Kel vaskulerInfeksiMetastasisKI : yg memakai alat logam dalam tubuh
INTERPRETASI MRI KEPALA T1 Melihat anatomi normal pre & post kontras (Gd-DTPA)
PD Peta kasar inti hidrogen Melihat lesi hiperintens di LCS Deposit besi tampak lbh jelas
T2 lbh jelas untuk melihat lesi
(B) (C) (D) Potongan coronal MRI, 1=falx cerebri 2=tentorium cerebelli 3=corpus callosum.
Ruang LCS. (A) Parasagittal (B) Midsagittal. gambaran hubungan ventrikel dengan ruangan subarachnoid. 1=ventrikel lateral 2=ventrikel ke tiga 3=foramen Monroe 4=aquaductus Sylvii 5=ventrikel ke empat 6=cysterna cerebellar superior 7=cysterna suprasellar 8=cysterna interpeduncular 9=cysterna prepontin 10=vena cerebralis interna 11=vena Galen 12=sinus.
(B) Potongan aksial. (C) (D) Potongan coronal. Gambaran T2WI menunjukkan struktur vaskuler 1=arteri cerebralis anterior 2=arteri cerebralis media 3=arteri cerebralis posterior 4=arteri basilaris 5=arteri carotis interna 6=cabang arteri cerebralis media.
Parenkim otak (A) Paling lateral (B) Lateral (C) Medial (D) Midsagittal.
Potongan aksial dari batang otak tengah bagian bawah
Potongan aksial setinggi pedunculus cerebri Potongan aksial setinggi ganglia basalis
Potongan coronal melalui otak belakang (A) melalui pedunculus cerebellaris (B) melalui ventrikel ke empat (C) melalui bagian posterior dari ventrikel ke empat. 1=pedunculus cerebellaris superior 2=pedunculus cerebellaris media 3=substansia grissea 4=substansia alba 5=vermis superior 6=ventrikel ke empat 7=foramen Luschka 8=nucleus dentatus 9=nodulus 10=tonsil.
B.Intraparenkim hematom. Potongan aksial melalui basal dari lobus frontal ventrikel 3 dan nukleus basal pada T1WI, tampak hematom di daerah paramedian frontal. Lesi ini mempunyai T1 pendek dan T2 panjang karena banyak methemoglobin. Bagian tepi hematom tampak garis tipis yang lebih gelap ,karena hemosiderin. Bagian ini dikelilingi oleh zona yang hiperintens yang disebabkan karena edema. Tampak lesi menekan garis midline ke kanan. A. Subdural hematom kronikABHEMATOM
Arteri Vena Malformasi pada hemisphere cerebellum kiri. Pada MRI axial, tampak sinyal yang abnormal pada seluruh hemisphere kiri dari cerebellum dan sebagian di sebelah kanan. Sinyal yang hiperintens di anterior kemungkinan menunjukkan adanya perdarahan yang masih baru. Tampak pembuluh darah yang robek disertai aliran darah menunjukkan adanya kelainan vaskuler pada lesi.AVM
Infark dini pada MRI (C)-(E) 6-8 jam postinfark pada arteri cerebri anterior kanan bagian distal. (C) Axial T1WI menunjukkan hipointens ringan pada cortex yang menebal pada sisi kanan tampak bergabung (tanda panah) (D) PDWI menunjukkan hiperintens ringan dan penebalan pada cortex (tanda panah). (E) T2WI pada potongan setingkat D tidak dapat menunjukkan penebalan cortex dan hiperintensitas. (F) PDWI setelah 3 hari menunjukkan penebalan cortex yang sangat jelas dan hiperintens pada daerah cortex yang sama dengan C dan D.INFARK
3-5 hari post infark pada arteri cerebri mayor (D) MRI dari infark arteri cerebri media bagian proksimal. T2WI tampak hiperintens pada putamen kiri bagian 2/3 posterior, insula-sylvian cortex dan substansia alba pada subcortical. (E) dan (F) MRI dari infark arteri cerebri media kanan pada daerah cabang arteri temporalis posterior. (E) PDWI mwnunjukkan daerah hiperintens dengan batas yang jelas pada kortex temporalis kanan atas dan substansia alba. (F) T2WI pada potongan yang sama dengan E menunjukkan gambaran yang lebih hiperintens pada daerah temoral kanan atas dengan obliterasi dari sulc us cortical dan kompresi dari insula cisterna.
Gambaran MRI dari 10 hari post infark. Infark arteri cerebri media dengan perubahan intensitas cortex menjadi isointens pada T2WI. Hiperintensitas pada bagian frontal dari substansia alba bermula dari daerah subkortikal sampai frontal horn. Gambaran pita pada kortek yang isointens tampak sangat jelas (tanda panah). Tampak juga titik-titik dan fikal hiperintens dari infark lakunar yang bilateral pada ganglion basal dan daerah thalamus.
TUMORTumor fossa posterior
Pituitary adenoma(a) MRI potongan sagittal. Permukaan superior dari kelenjar pituitari sedikit konkaf. (b) MRI potongan sagittal, tampak permukaan atas dari kelenjar pituitari yang berbentuk konvek.
Malignant astrositoma, tiga gambar potongan aksial dan dua gambar potongan coronal. Tampak tumor yang besar pada lobus temporal menyebar dan menginfiltrasi bagian anterior corpus callosum dan septum pellucidum.
INFEKSIMeningitis bakterialis (A) (B) Gambar aksial T1WI dan T2WI tidak menunjukkan kelainan meninges walaupun tampak sedikit penonjol-an dari ventrikel. (C) T1WI menun-jukkan penguatan sinyal dari meninges mengelilingi otak. Pe-nguatan sinyal pada falx masih normal walaupun pad kasus ini se-harusnya patologis. (D) Setelah terapi dengan antibiotik, potongan coronal dari MRI berikut ini menun-jukkan gambaran yang lebih tajam dari sebelumnya. Apabila terbentuk jaringan ikat pada meninges, maka setelah diterapi, kelainan patologisnya akan menetap.
Meningitis tuberkulosis. (A) Gambaran MRI menunjukkan penguatan sinyal yang difus pada seluruh meninges, mengelilingi parenkim otak. Penguatan juga terjadi sepanjang falx cerebri. (B) Pada potongan yang lebih tinggi, tampak jaringan granulasi tuberkulosis mengisi sisterna basal. Pada kedua gambar tersebut, tampak sedikit penonjolan dari ventrikel lateral, dimana menunjukkan kemungkinan terjadinya hidrosefalus.
Tuberkuloma. (C) Potongan coronal T2WI menunjukkan suatu massa yang terletak di cerebellum kanan dengan gambaran edema mengelilingi lesi. Tampak massa lain dengan intensitas rendah di daerah periventricular kiri yang berhubungan dengan hidrosefalus. (D)(E) Potongan coronal T1WI menunjukkan intensitas yang sama antara lesi di cerebellum kanan dengan massa di daerah periventricular kiri dengan ventriculomegali. (F) Potongan coronal IR menunjukkan garis hipointens pada lesi cerebellar kanan lebih jelas.
Ensefalitis oleh karena herpes simplex type 1. (B) Pada proton density dan (C) pada T2WI, tampak gambaran sinyal intensitas tinggi pada kedua lobus temporal.
Cysticercosis meniges (B) potongan coronal T1WI menunjukan kista multipel pada fissura Sylvian kanan. (C) Potongan sagittal T1WI menunjukkan massa kistik suprasellar pada atap ventrikel 3 yang mendorong hipotalamus dan infundibulum ke arah posterior. Perhatikan bahwa gambaran lesi mirip dengan intensitas LCS.
Kista hydatid (B) Pada potongan coronal, tampak kista yang berbentuk spheris pada parietal kanan, dimana intensitasnya identik dengan LCS. (C) Pada potongan coronal MRI, tampak kista hydatid pada parietal kanan dengan tepian yang intensitasnya rendah.
Multiple Sclerosis. (A) T1WI (B) Proton Density (C) T2WI. Ketiganya menunjukkan lesi periventricular. T1WI digunakan untuk membedakan fase yang kronis dari yang akut. Pada yang kronis, tampak intensitas yang lebih rendah daripada lesi yang aktif pada T1WI. DEMIELINISASI
Multiple Sclerosis (A) T2WI dan (B) Proton Density menunjukkan gambaran batang otak dan capsula interna, keduanya merupakan daerah tersering MS.
KESIMPULANMRI teknik pencitraan efek fisika : prinsip resonansi magnetik inti atomSumber signal atom H Suatu citra yang dihasilkan berdasarkan pada kerapatan atom hidrogen tubuh
MRI ~ medan magnet RF signal RF komputer
T1WI anatomiT2WI mendeteksi penyakitProton Density melihat lesi ventrikel
MRI sangat sensitif untuk menilai morfologi jaringan lunak dan dapat melihat lebih jelas gambaran anatomis dan patologis secara lebih detail dengan potongan horizontal, coronal dan sagittal. Untuk melihat tulang, MRI kurang sensitif dibandingkan CT Scan.