+ All Categories
Home > Documents > 2689-1946-1-PB

2689-1946-1-PB

Date post: 05-Jul-2018
Category:
Upload: muhammad-ramadhan
View: 213 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 4

Transcript
  • 8/16/2019 2689-1946-1-PB

    1/4

    Volume

    4

    No. 2 Wa rta Tumbuha n Ob a t Indone s ia

    27

    Nilai K K (koefisien keragaman) untuk setiap karakter tidak

    terlalu besar, yang menunjukkan keragaman dalam jenis cukup

    sempit. Perbedaan antara kedu ajeni s terlihat pada beberapa sifat

    kualitatif dan kuantitatif (Tabel 4 dan 5), seperti batang dan d aun.

    Analisis kualitatif golongan kimia untuk keduanva diharapkan

    membantu memberikan info] ~g ebih jela jen ist

    spesiesnya (Tabel 6).

    rmasi yan s mengena i

    ualitatif gc

    abel 6. Analisi: longa an kimia dua tipe brotowali asal Balittro

    ~berculata Tinospora crispa

    ~er bi nt il Tidak berbintil

    Kadar air 4,49

    4,12

    Kadar abu

    2,92 4,68

    Kadar tanin 0,07 %

    0,09 %

    Uji saponin (+)

    (+)

    Uji alkaloid +++I

    (+)

    Uji glikosid

    ++)

    (+)

    Uji flavonoid

    (+)

    lemah

    (-)

    menunjukkan adanya Glikosida-3-Flavonol

    Hasil analisis tersebut rnenunjukkan adanya perbedaan pada

    kadar alkaloid, glikosida dan flavonoid. Jenis yang berbintil rnemiliki

    kadar yang lebih tinggi untuk go longan kirnia tersebut. Dari data

    tersebut dapat asumsikan bahwa kedu a jenis brotowali berbeda

    untuk masing-masing jenis perlu dilakukan untuk memudahkan

    penggun amenentuk an spesies yang diinginkan.

    KESIMPULAN

    Tidak terdapat keragaman yang luas dalarn jenis, perbedaan

    yang cukup jelas terlihat pada dua jen is brotowali. Kedua jenis

    tersebut mernungkinkan untukdipisahkan sebagai duaspesies yang

    berbeda. Jenis yang tepat untuk digunakan sebagai obat adalah

    yang berbintil, yang lebih dikenal dengan nama

    Tinospora

    tuberculata

    Perlu keseragaman penamaan untuk membedakan

    keduajenis tersebut dengan tepat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Burkill IH. A Dictionary of the Economic Products of the Malay

    Peninsula. Vol. II . Oxford University Press. 1935;2402.

    Heyne H. Tumbuhan Berguna lndonesia II Yayasan Sarana Wana

    Jaya, Jakarta. 1955;1247.

    lndeks Tumbuhan Obat di Indonesia. PT. Eisai Indonesia, 1986;

    428.

    Materia Medika lndonesia II Departemen Kesehatan RI. 1977;

    194.

    Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. lnventaris Tanaman Obat

    lndonesia

    I

    Departemen Kesehatan. 1991;616.

    The land resources of Indonesia: a national overview. Overseas

    development administration1Ministry of Transmigration, 1990

    spesies. Hasil ini juga mendukung lainnya, bahwa jenis

    7. Bermawie N, Wahid F: Jarvie JK. Strategies for genetic conservation

    yang berbintil adalahjenis yang dapat diy na ka n sebagai obat, yang

    of spices and medicinal crops in Indonesia. Paper presented

    for the Seminar on Chemistry of Rainforest Plants and their

    dengan nama Tinospora tz~berczllata.Penamaan yang seragarn

    utilization for development at Bukit Tinggi, West Sumatra,

    October 27-29, 1992.

    STUD1 TAKSON OMI BROTOWALI [TINOSPOR

    CRISP

    L.) MIERS

    EX HOOK F

    &

    THOMS]

    IGP SANTA,*BAMBANGRAJOGO.W.*

    BSTR K

    Tinospora c r i spa , t e rma suk suk u Me nispe rma -

    c a ul if lo rous ; bu a h ba tu ; t ipe da u n dorsive n tra l, s tom a ta

    c e a e , k l a s M a g n o l i o p s i d a ( D i c o t y l e d o n e a e ) , d i vi s i a n om o s it ik ; b e r k a s p e m b u l u h k ol at er al t e r b u k a ; p a d a

    Ma gnol iophy ta (Spe rma tophy ta ) .

    Ciri-ciri

    pe n t ing da r i ba g ia n kor teks ba ta ng te rd a pa t l e ngku nga n sk lere nkim;

    tum buh a n ini: l ia na, me mbe l it de ng a n ba t a ng & r an t in g , k a n d u n g a n k i m ia : a m i l u m , p i k r or e t in , p i k r o r e t o s i d a ,

    ba ta ng suku le n & berbenjol-benjol ; d au n tunggal menjadi , alkaloids sa pon in , a n in .

    t e r s e b a r ; b u n g a u n i s e k s u a l , t r i m e r o s , a k s i l e r a t a u

    PENDAHULUAN

    amruta dan dipakai untu kobat : ipilis, kencingnanah, impotensi,

    T

    NOSPORA crispa atau brotowali adalah salah satujenis

    tumbuhan obat dari marga Tinospora Miers. (I) Marga

    Tinospora

    termasuk suku M enispermaceae yang terdiri dari 70

    marga& 400jeni s 2).Di Jawadikenal duajenis

    Tinospora

    yaitu

    Tinospora crispa atau brotowali & Tinospora glabra atau

    pancasona

    3).

    Ked uaje nis tumbuhan ini tergolong tumbuhan obat

    yang tumbuh liar di hutan-hutan atau dipelihara di rumah penduduk

    pada pagar dari halaman rumah.

    Tinospora crispa

    berasal dari India dan kemudian menyebar

    sampai di Filipina dan lndonesia. Di Jawa, brotowali secara

    tradisional dipakai untukobat: demam, malaria, sakit peruf kencing

    nanah, dan sebagai tonikum (4 ,5). Di India, dikenal dengan nama

    rernatik, sakit kuning, diuretik, bronkitis, disentri kronis, dan sebagai

    tonikum (6). Di Filipina dikenal dengan nama mahabuhayWdan

    dipakai untuk obat : sakit gila, diare, malaria, rematik, dan untuk

    tonikum (5,7).

    Tinospora crispa

    (batang) dipakai sebagai simplisia

    dan dikenal dengan nama Tinospora caulis dengan khasiat sebagai

    antipiretik.

    Ciri-ciri makroskopik, mikroskopik dan kandungan kimia dari

    sirnplisiatersebut sudah diungkapkan dalam buku: M ateriaMedika

    Indonesiajilid I(8 ). Kajian secara lengkap secara taksonomi dari

    brotowali belum pemah diungkapkan.

    Tujuan dari tulisan ini ialah untuk mem be n~ an a ma ra n secara

    taksonomi dari Tinospora crispa (morfolog i, anatorni dan kimiawi)

    melalui penelitian lapangan , laboratoriurn dan studi pustaka.

    Fakultas FarmasiUNAlR

  • 8/16/2019 2689-1946-1-PB

    2/4

    2

    8 Warta Tumbuhan

    Obat Indonesia

    Iengamatar

    nelalui pen,

    ikar gantun

    @- I:--..

    B A H A N D A N C A R A

    makroskc

    gamatan mi

    g dan benjc

    -:l?..,. lr,...

    lngan. Dat:

    jari sediaan

    atang.

    ,I -

    -.= I;..>

    Bahan penelitian (brotowali)dikumpulkan dari Surabaya (Kebun

    Percobaan) dan sudah diadakan determinasi dengan Kunci

    Determinasi Flora of Java (3). Data morfologi dilakukan melalui

    jpik di laps lilakukan

    r ikroskopik Ing, daun,

    ~ l a nada b

    J G U I ~ ~ ~ ~ I I

    1 ~ ~ ~ ~ ~ ~ p i k d i b u a t d h ~ ~ ~ ~rrrururnairdanloralhidrat

    dengan pewarnaan floroglusin HCI pekat. Kandungan kimia

    dipelajari melalui studi pustaka.

    i anatomi c

    segar: bata

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Klasifikasi

    1.1. Menurut sistem Qronquist

    9)

    Divisi Magnoliophyta

    Klas Magnoliopsida

    Anak klas Magnoliidae

    Bangsa Ranunculales

    Suku Menispermaceae

    Marga TinosporaMiers

    Jenis

    crispa

    L . ) Miers ex Hook.fThoms

    1.2. Menurut sis tem Engler (2

    Divisi Embryop

    Anakdivisi Angospeilllar

    Klas Dicotylec

    Anak klas Archichli

    Bangsa Ranales

    Suku Menisper~r~accat:

    Marga Tinospora Miers

    Jenis crispa L. )Miers ex Hook.f.Thoms

    loneae

    imydeae

    2. Nam a Daerah Nama Ilmiah:

    2.1 Nama daerah (vernacular names)

    Indonesia brotowali (8)

    Ja wa putrowali, brotowali (10)

    Sunda andawali

    (1

    )

    Bali Antawali (10)

    India Amruta(6)

    Filipina Makabuhay 7)

    Inggris Heart-leaved Moonseed (6)

    2.2 N ama Ilmiah: Tinosiora crispa (L.)Miers ex Hook.

    f.

    &Thorns (3)

    Sinonim

    Enmpora tuberculata

    (Lmk)Beumee ex

    Heyne (3)

    Tinospora rumphii

    Boerl. (3,7)

    Menispermum crispum

    Linn. (4)

    Cocculus crispus DC

    (4)

    Menispermum tuberculatum

    Lamk. (4)

    3. Ciri-ciri Morfologi

    :

    Habitus (perawakan) dari tumbuhan ini tergolong tumbuhan

    pan.jat (liana) yang dapat membelit (kekanan) dengan batang

    atau ranting (bentukspiral). Batang bulat, warna hijau-cokelat,

    sukulen (succulent), batang tua disertai benjolan-benjolan

    (tuberculatum); dari batang dapat keluar akar gantung yang

    tumbuh dan dapat mencapai tanah.

    Daun tunggal, tanpa stipula, bentukjan tung ujung daun runcing,

    tepi rata, tulang daun men jari 5-7 tulang daun), ukuran helai

    daun (6-13 cm) (7-14) cm; he\ai daun hijau mu dadanha\us ,

    tangkai daun panjang (3-11 cm), pangkal, bengkok dan

    membesar; filotaksis tersebar (folio sparsa). Bunga kecil, hijau

    keputihan (kuning muda), aksiler atau cauliflorous; perbungaan

    (infloresensi) rasemos (pendulus); bentuk bunga aktinomorf,

    uniseksual; bungaja ntan dengan 6 sepal (hijau), petal 3, sta-

    men 6; bunga betinajara ng diketemukan.

    Buah batu (kecil) dan sangat jarang diketemukan.Seluruh

    bagian tumbuhan rasanya sangat pahit (terutama batang);

    batangjika diiris akan keluar cairan (getah)jem ih, rasapahit.

    4. Ciri-ciri anatomi:

    4.1. Anatomi batang:

    Pada irisan melintang batang dijumpai adanya: epidermis,

    periderm (batang tua), parenkim korteks (parenkim luar)

    disertai dengan butir amilum atau kristal kalsium oksalat

    (bentuk prisma), sklerenkim yang m erupakan lengkungan

    mengelilingi seluruh silinderpusat, parenkim bagian dalarn,

    berkas pembuluh kolateral terbuka, jari-jari empulur

    (parenkim)yang lebar, empulur yang terdiri dari parenkim

    (disertai butir amilum).

    Tipe stele tergolong diktiostele; silender karnbium tidak ada,

    sehingga besamya batang terbatas dan menyerupai batang

    Monocotyl. Berkas pembuluh terpisah satu dengan yang

    lain; umlah berkas pembuluh dapat mencapai 18.

    4.2 Anatomi dari benjolan pada batang (tuberkulatum):

    Pada irisan melintang dan memanjang dari benjolan batang

    dijumpai jaringan: (epidermis), periderm, klorenkim,

    parenkim disertai butir amilum.

    4.3 A natomi daun:

    Pada irisan melintang daun (melalui ibu tulang daun)

    diketemukan: epidermis atas (disertai papila); hipodermis

    (disertai kristal kalsium oksalat bentuk prisma; palisade

    (1- 2 lapis) disertai kloroplas; jaringan sponsa (beberapa

    lapis); berkas pembuluh kolateral yan g dikelilingi oleh

    parenkim yang berisi butir am ilum atau kristal kalsium

    oksalat; epidermis bawah (di daerah ibu tulangdaun disertai

    papila). Disebelah dalam epidermis atas (di daerah ibu

    tulangdaun) dijumpai adanyajaringan kolenkim. Tipe daun

    dorsiventral. Pada irisan paradermal dijumpai adanya sto-

    matatipe anom ositik(epidermisbawah) dan kristal kalsium

    oksalat (bentuk prisma atau batang).

    4.4 Pa da irisan melintang dari akar gantun g terlihat adanya:

    epidermis terdiri dari beberapa lapisan menyerupai vela-

    men (menebal dan berlignin), jaringan sklerenkim,

    parenkim korteks,berkas pembuluh kolateral. Jari-jari

    empulu r dan empulur tidak diketemukan, tetapi di bagian

    pusat terdapat jaringan parenkim menyerupai sisa dari

    empulur.

    5.

    Kandungan kimia (4,7,8):

    Zat pahit: pikroretin (terutarna batang)

    Alkaloida: berberina (akar, batang); kolumbina (akar);

    palmatina (batang)

    Glikosida:pikroretosida (batang daun).

    Saponin (batang, daun)

    Tanin (batang, daun)

    Amilum (batang).

  • 8/16/2019 2689-1946-1-PB

    3/4

    Volume No. Warta Tumbuhan Obat Indones ia

    9

    KESIMPUL N D FT R PUST K

    Ciri-ciri yang khaslpenting un tuk meng enal Tinospora crispa

    (L.) Miers ex Ho ok. f Thoms, ialah:

    1. Ciri-ciri morfologi: tumbuhan panjat (liana), membelit kekanan

    (dengan batang ranting), batang dengan benjolan-benjolan

    (tuberculatum), daun tunggal menjari tersebar, bunga

    uniseksual (aksiler atau cauliflorous); seluruh bagian tumbuhan

    rasanya sangat pahit

    2. Ciri-ciri anatomi: pa batang terdapat lengkungan-

    lengku ngan sklerenk lilingi seluruh silender pusat;

    pada daun terdapat: epidermis disertai papila (di daerah ibu

    tulang dz

    stal kalsium oksalat (bentuk

    prisma).

    3. K a n d u n a a ~r l l lld v l l r nlrm cat pahit (pikroretin).

    ermis

    +kri

    I Mabberley, DJ. The Plant Book. Cambridge University Press, Yew

    New York, Melbourne, Sysdney, 1987

    2.

    Lawrence, G.H.M. Taxonomy of Vascular Plants. The MacMillan

    Company, New York, 1951

    3.

    Backer, C.A. Flora of Java, vol.1. N.V.P. Nc roningen The

    Nederlands,

    1962

    4.

    Sudarman Mardisiswojo, Hanono R. Cabe ~risan Nenek

    Moyang, PT Karya Wacala, 1975

    5 Darna AP. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. PN

    ika,

    Jakarta, 1985

    6 Dastur JF. Medicinal Plants of India Pakistan. D.B.

    ilala

    Sons Co. Private LTD., Bombay, 1970

    7 Ludivina

    S

    de Padua, et.al. Handbook of Philippine Medicinal Plants.

    vol. I. University of The Philipines, 1980

    8 Materia Medika Indonesia, jilid II Dep. Kes. RI, Jakarta, 1978

    9 Jones, Samuel B, Ariene

    E

    Luchsinger. Pla~ ics, MacGraw

    Hill Book Company, New York, 1987

    10 Pernanfaatan Tanaman Obat, edisi

    II.

    Del akarta 1983

    nt Systemat

    ~.Kes. RI, J

    ialai Pustc

    Tara pore

  • 8/16/2019 2689-1946-1-PB

    4/4

    Warta Tumbuhan Obat Indonesia

    PEDOMAN

    BAG1

    PENULIS

    WARTA TUM BUHA N OBAT INDONES IA Majalah Warta

    Tumbuhan Obat Indonesia, disingkat Warta TOI, memuat

    makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Tumbuhan

    Obat Indonesia yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja

    Nasional Tumbuhan Obat Indonesia (POKJAN AS TOI) dan

    memenuhi persyaratan Warta TOI. Selain itu, redaksi juga

    menerima naskah tentang berbagai aspektumbuhan obat yang

    tidak disajikan dalam Seminar.

    2. Makalah yang diterima untuk diterbitkan dapat berupa:

    a. Artikel asli (berisi hasil penelitian sendiri yang orisinil)

    b. Tinjauan pustaka (berisi artikel review mengenai segala

    aspek tanaman obat).

    c. Editorial (berisi artikel yang membahas berbagai masalah

    tanaman obat yang dewasa ini sedang menjadi topik

    kalangan kesehatan dan fihak-fihak terkait)

    d. Laporan kasus (berisi artikel tentang kasus penggunaan

    obattradisionaldi klinik yangcukupmenarik dan baikuntuk

    disebarluaskan dikalangan sejawat).

    e. Ceramah (berisi tulisan atau Laporan menyangkut berbagai

    aspek tumbuhan obat dan kesehatan yang perlu

    disebarluaskan).

    f. POKJAN AS TO1 (berisi artikel tentang kelompok kerja

    baikilmiah maupun non-ilmiah yangperlu disebarluaskan).

    g. Lain-lain yang dianggap perlu oleh Dewan Redaksi.

    3. Setiap makalah hams dilengkapi dengan:

    a. Judul singkat tetapi jelas, maksim al2 baris ketik (bahasa

    Indone siadan Inggris).

    b. Nam a Penulis secara lengkap dan tidak disingkat.

    c. Nama dan alamat lengkap institusi tempat penulis bekerja

    (bahasa Indonesia dan Inggris).

    d. Abstrak yang berisi latar belakang, bahan dan cara, hasil,

    diskusi dan kesimpulan (bahasa Indonesia dan Inggris);

    maksim al20 baris ketik.

    e. Kata kunci (keywords) terdiri dari 3-10 kata kunci dalam

    bahasa Inggris, untuk keperluan indeks.

    4. Pustaka rujukan diberi angka menurut urutan pemunculan

    dalam naskah, menggunakan angka Arab dalam kurung.

    Tidak dibenarkan menulis dalam Daftar Pustaka, Pustaka

    yang tidak disinggung sama sekali dalam naskah.

    5. Tata cara penulisan pustaka rujukan menggunakan gaya dalam

    contoh berikut, yang didasarkan atas format yang digunakan

    oleh the U.S. National Library of Medicine dalam Index

    Medicus. Singkatan udul majalah harus mengikuti gaya yang

    digunakan dalam Index Medicus. Hindari penggunaan sebagai

    rujukan: 1)Abstrak; 2) o bs e~ as i ang tidak diterbitkan: dan

    3): Komunikasi pribadi:, walaupun rujukan berbentuk komunikasi

    tertulis, tidak lisan, dapat dimasukkan dalam naskah (dalam

    kurung). Dapat dim asukkan dalam Daftar Pustaka (rujukan),

    makalah yang telah diterima tetapi belum diterbitkan dengan

    menyebutkan nama majalah dan sedang dicetak . informasi

    dari naskah yang dimasukkan tetapi belum diterima dalam

    naskah harus disebut sebagai observasi tidak diterbitkan

    (dalam kurung).

    Contoh:

    a. Jika pustaka rujukan adalah majalah:

    (Cantumkan s emua nama pengarang, tetapi jika jumlah

    melebihi enam, cantumkan enam diikuti dengan et al. atau

    dkk.).

    Elwood JM, Moorehead WP. Delay in diagnosis and

    longterm survival in breast cancer . Br Med J

    1980;280:1291-4.

    b. Buku dan monograf lain (prosiding seminar, chapter dalam

    buku, dan lain-lain)

    Snedecor GW, Cochran WG. Statistical Method. 6th

    ed.Ames:Iowa State University Press, 1976.

    c. Buku dengan organisasi sebagai penulis dan penerbit:

    Departemen Kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional.

    Jakarta Dep. Kes. RI., 1982.

    d. Buku dengan Penyu nting (editor), Penyus un sebagai

    penulis:

    Diener HC, Wilkinson M, editors. Drug-induced head-

    ache. New York:

    Springer-Verlag, 1988.

    e. Bagian dalam buku:

    Weinstein L, Swartz MN. Pathologic Properties of

    invading microorganisms. In: Sodeman WAJr, Sodeman

    WA, editors. Pathologic physiology: Mechanisms of

    disease. Philadelphia: Saunders, 1974:457-72.

    6. Makalah harus diketik di atas kertas putih secara rapi dengan

    jarak baris 2 spasi, tidak timbal balik, ruang tepi atas-bawah-

    kiri-kanan hams cukup lebar (2.5-3cm), sedapat mungkin juga

    deserahkan 1 (satu) kopi disket yang berisi makalah tersebut.

    7. Foto harus dicetak di atas kertas putih mengkilat.

    Gambarlgrafikltabel dan lain-lain h arus jelas, disertai

    keterangan.

    8. Lambangatau singkatan dalam naskah boleh digunakan, hanya

    setelah ada penjelasan atau kepanjangannya. Jika terpaksa

    menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah, maka kata-

    katatersebut ditulis dalam tandapetik, atau dengan huruf ltalic,

    atau diberi garis bawah.

    9. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar

    serta baku sesuai a. Pedoman Umum Ejaan Baha sa

    Indonesia yang Disempurnakan, dan b. Pedoman umum

    pembentukan Istilah.

    10. M akalah yang pernah diajukan dalam pertemuan ilmiah harus

    diberi catatan kaki mengenai pertemuan tersebut.

    11. N askah se banya k2 (dua) rangkap dikirim ke alamat: Redaksi

    Warta Tumbuhan Obat Indonesia, dla Pusat Penelitian dan

    Pengembagan Farmasi , Badan Li tbang Kesehatan ,

    Jl. Percetakan Negara No. 29. Jakarta 10560, Kotakpos

    No. 1226, Jakarta 10012, Telepon: 42 16058 (langsung).

    12. Redaksi berhakmengubah isi naskah tanpa izin penulis, sepan-

    jang tidak bertentangan dengan pokok tulisan.

    13

    Semua pernyataan d5lam naskah menjadi tanggung jawab

    penulis.

    14. Naskah y ang tidak dapat dimuat, hanya dikembalikan jika

    disertai perangko pengiriman kembali.


Recommended