+ All Categories
Home > Documents > 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan...

37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan...

Date post: 29-Apr-2019
Category:
Upload: lyhanh
View: 214 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
35
No. April 2013 37 Visit our new website: www.woodmag.co.id communication and educational media No.37 April 2013 Vincent Cantaert, Director PT. Mamagreen Pacific Indonesia: PRODUCT & TECHNOLOGY: Preventing End Checking in Hardwood Logs & Lumber BIZ NEWS: e EU Timber Regulation – putting it into practice Indonesia Woodworking Magazine
Transcript
Page 1: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

No. April 201337Visit our new website: www.woodmag.co.id

communication and educational media

No.37 A

pril 2013

Vincent Cantaert,Director PT. Mamagreen Pacific Indonesia:

PRODUCT & TECHNOLOGY: Preventing End Checking in Hardwood Logs & Lumber

BIZ NEWS:The EU Timber Regulation – putting it into practice

Indonesia Woodworking Magazine

Page 2: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Promoting French Lumber and Wood Products6, rue François 1er - 75008 Paris - FranceTél. : +33 (0)1 56 69 35 92 • Fax : +33 (0)1 42 56 32 70E-mail : [email protected]

www.FrenchTimber.com

French beech wood is the natural answer when it comesto furniture and staircase manufacturing.

Available in large stock volumes and PEFC certified,Beech is easy to process, bend and stain, and is an

ideal solution to creating custom products.From veneers to lumber, edge glued panels tobended plywood, beech always has thesustainable solution to fit your projects.

Créd

it ph

oto

: MEV

F R A N C E I S T H E L E A D I N G S U P P L I E R O F H A R D W O O D P R O D U CT S I N E U R O P E

WHITE OAK • BEECH • MAPLE/SYCAMORE • ASH •WALNUT • EUROPEAN CHERRY • SPRUCE/FIR • DOUGLAS • PINE

French beech,the first step to success

annonces escalier A4_Mise en page 1 26/07/12 16:02 Page1

Page 3: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Contentof WOODMAG 37

BIZ FORUM“France, No.1 in Europe for Heat-Treated & Naturally Ourable Hardwoods” 6“Changing Supply Chains” 10“American Hardwood Lumber Shipments to Southeast Asia up 32% in 2012” 12

FURNITURE INSIGHT“Furniture Jepara, Bukan Cuma Soal Kreativitas” 14

SPECIAL REPORTMIFF 2013: “Menjadi Lebih Besar & Menjadi Magnet yang Atraktif” 20

PROFILE“Trust & Commitment” 26“Kalau Tidak Ada Pasarnya, Ciptakan” 32

EVENT“Hand of Japara” 40“Held for the First Time Modeks 2013 Fair, made a quick introduc-

tion to the sector and was visited by 31 827 People!” 62

BIZ NEWS“PEFC Continues Expansion in the Tropics” 44The EU Timber Regulation – putting it into practice 46“Leaders of the global wood industry to gather in Dubai April 9th to 11th” 49“AFIC Meetings” 50“NHLA Convention 2013” 50“Emporium Hardwoods – Rossi Group” 51“Indonesia WoodShow 2013Promising start for wood working and wood machinery exhibition in Indonesia.” 52

“Free SVLK Clinic Invigorates IFFINA 2013 Event” 54“AMKRI meet FENA” 55

BIZ PROFILE“Dengan Fasilitas Terintegrasi dan Brand Merebut Pasar Dunia” 56

EKAMANT SOLUTION“Pengenalan Backing Amplas Kain” 58

EKAMANT NEWSPT Integra Indocabinet & CV. Shaba 60PT. Interkraft, PT. Katwara & PT. Romi Violeta 61

CALENDAR OF EVENTS 64

36 BIZ PROFILE:Vincent Cantaert,Director PT Mamagreen Pacific Indonesia

“Made with Love in Indonesia”

PRODUCT & TECHNOLOGY:Preventing End Checking in Hardwood Logs & Lumber

18

BIZ NEWS:The EU Timber Regulation

– putting it into practice

46

2

Page 4: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Decorative Wood PanelsVeneer & Plywood

PT. ABADI INDORONAIntercon Plaza Blok E 8-9, Taman Kebon Jeruk

Jl. Meruya Ilir Kel.Srengseng Kec Kembangan, Jakarta 11630Phone: 021-5857433 / 5851973 / 5306612 / 5845500 / 5845539

Fax: 021-5872904

www.veneerabadi.comwww.veneerindonesia.com

Veneera unique, beauty part of wood

OHIO TABLEBy Millenia Furniture & Interior

Veneer: Santos Palisander

Selamat Tahun Baru Imlek bagi para pembaca yang merayakan-nya. WoodMag edisi ketiga puluh tujuh kali ini memang tampil ber-

beda. Yang membuatnya berbeda adalah cover yang lebih bervariasi dan lebih be-rani. Kali ini PT Mamagreen Pacific yang berlokasi di Semarang menjadi cover story dalam edisi ini. Perusahaan asal Bel-gia pada awal tahun ini, memperkenalkan tag line baru dalam logonya yaitu “Made with love in Indonesia”. Sebuah kebera-nian yang patut diacungi jempol karena mengangkat Indonesia sebagai added value tersendiri dalam pemasaran inter-nasionalnya.

Simak laporan khusus Malaysian In-ternational Furniture Fair (MIFF) 2013. Pameran yang diselenggarakan untuk kesembilan belas kalinya, semakin be-sar dan kian menjadi magnet bagi buyer internasional. Kekuatan MIFF yang ber-tumpu pada office furnitur dan berbahan baku panel telah menjadikannya sebagai acuan dalam industri dan bisnis mebel internasional. Bisa dibayangkan jika pa-meran selama lima hari ini akan dibanjiri sekitar 20000 buyer, dengan sekitar 7000 merupakan international buyer.

Baca profil PT Kudus Karya Prima yang dikomandoi Martinus Bualit yang mampu meraup sukses di kala kelesuan masih mencengkram pasar dunia. Demikian pula pengalaman Erik Ismargono dari Erik Furniture Manufacturing tentang kiat-nya dalam membidik pasar yang mampu menghindarkannya dari himpitan kele-suan pasar global.

Dalam edisi kali ini, Ekamant Solution menampilkan pembahasan mengenai amplas berbacking kain. Amplas jenis ini ditujukan untuk kebutuhan aplikasi peng- amplasan yang tak bisa diperoleh hasil maksimalnya dengan menggunakan am-plas berbacking kertas. Amplas jenis ini tidak hanya diperlukan untuk pengam-plasan yang bersifat heavy duty, tapi juga pengamplasan yang membutuhkan fleksibilitas tinggi seperti pengamplasan pada profil dan ukir-ukiran.

Simak juga tulisan Norman E. Murray

yang berfokus pada upaya pencegahan keretakan pada log dan timber. Keretakan yang ditimbulkan oleh pengeringan terlalu cepat pada ujung kayu menyebabkan pe-nyusutan dan memunculkan pembelah- an atau keretakan. Untuk mencegahnya perlu digunakan pelapis tahan air yang dapat melindungi ujung log atau lumber dari resiko tersebut. Ikuti ulasannya se-cara detil pada rubrik P&T.

Baca juga apa dan bagaimana Sistem Verfikasi Legal Kayu (SVLK). Sistem yang merupakan jawaban terhadap desakan berbagai negara mulai dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Asutralia; menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi merupakan sistem yang benar-benar khas Indonesia. Untuk kayu dan hutan tropis, SVLK merupakan sistem yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. Memang sistem ini masih belum dalam penerapan, namun yang penting seperti dikatakannya pemerintah dan swasta Indonesia harus saling bahu-membahu dalam mengamankan per- jalananan sistem ini terutama di Uni Ero-pa. Ikuti ulasannya dalam Biznews kali ini.

Simak juga bagaimana kegigihan Himpunan Desainer Mebel Indonesia dalam merevitalisasi ukir-ukiran Jepara sebagai warisan dan kebudayaan negeri ini. Himpunan yang telah mengadakan workshop “hands of Jepara” pada awal ta-hun ini patut diacungi jempol. Disponsori oleh American Hardwood Export Council (AHEC), HDMI diharapkan akan mampu merevitalisasi dan memaknai ulang ke-budayaan ukiran Jepara yang mulai surut karena ditinggalkan oleh kaum muda di kota ini. Simak laporan khususnya yang disajikan oleh Chief Editor Arief Odon.

Managing DirectorJodi H. Susanto

eDitor in chief Arief Odon [email protected]

eDitor Emir Wiraatmadja [email protected]

technical eDitor Tandiono [email protected]

circulationDewi [email protected]

contributor Michael BuckleyMichael Hermens

graPhic DeSignZevanya [email protected]

PubliSh by Pose Media Indokreasi, for PT. Ekamant Indonesia

alaMat reDakSi Puri Cinere Blok C3 No. 8 Depok 16513 - Indonesia

EditorialNote

Editor in chief

Arief Odon

4

Editorial

Page 5: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Preserving wood through heat-treatment. This is not a new concept. The process is as old as history itself, having proved its worth over thousands of years. Yet nowadays, heat-trea- ted wood - also known as thermally modified

wood - is far from being a craft or small-scale product. Manufac-ture has become an industrial process, using highly-developed, modern technology (see panel 1). This is particularly the case in France, where heat-treated wood products are actively devel-oped to meet a growing market demand.

The rich and diverse forests of France are filled with natural- ly-durable resources. Like the black locust (false acacia) or the

white oak, for example, both with a natural risk level of 4Used as cladding, heat-treated oak turns a caramel colour.without any chemical treatment or other additives. This

means that wood from these two species can be used in situa-tions of extreme humidity (see panel 2).

Until now, where other French species needed to be used in frequently damp areas (such as patios, cladding, outdoor devel-opments, play areas, garden furniture, etc.), chemical treatment of the wood by autoclave was required. Now, heat treatment of wood offers an environmentally friendly alter- native to chemi-cal products made from metallic salts (such as chrome or copper).

THE ADVANTAGES OF HEAT- TREATED WOOD

Gilles Negrie knows a lot about thermally modified wood. He is one of the experts at the FCBA, the largest French wood research institute, and he explains that the heat treatment of wood results in a new material. ‘Some constituent elements like hemicelluloses decompose, lignin molecules are fused together, and the crystal-line structure of the cellulose is altered...’

How do these transformations affect the properties of the wood? The changes are universally acknowledged to be positive. The decay of the hemicelluloses reduces the hydro- philic proper-ties of the wood, making it less likely to change shape and more durable as a result. In this way, heat-treated wood becomes more resistant to attack from fungi and other microorganisms. Insects are less attracted to the wood, as the heating process has consid-erably reduced its constituent odo- rants (terpenes).

Researchers have also pointed out that the formation of che- mical bonds through the cross-linking of lignins leads to a hardening of the material. Other advantages that favour the use of heat-treated wood include reinforced impermeability, even co-louring of the mass throughout, improved thermal insulation, ex-traction of resins, fixation of tannins, etc. And heat-treated wood is environmentally friendly, there are no chemicals involved in

production and waste can be recycled.

A WIDE AND VARIED RANGE OF

HEAT- TREATED WOOD ON OFFER

Users are clear about the advantages of heat-treated wood. In France and across Europe, demand is constantly increasing. ‘We have been developing ther- mosta-bilised products for four years, and in the past two years there has been a real surge in the market: sales are increasing every year’, confirms Mathieu Blanc, sales direc-tor for Sivalbp.

France is in an ideal position to meet this demand. French producers manufac-ture 25,000m3 of heat-trea- ted wood an-nually. Within a European market that only offers softwoods, France differs by offer-ing a majority of heat-treated hardwoods, making it the leader in this market sector.

’Our range is large and varied’, says Louis Naudot, manager of Dumoulin Bois, a company that has been producing a large selection of heat-treated woods for frames, woodwork, decking, cladding, posts, etc. from different sources (includ-ing oak, beech, ash, poplar and chestnut), for a number of years now. ‘Each species has its own characteristics; the aim is to of-fer a very wide variety of thermally modi-fied woods to suit the greatest number of requirements.’

Heat-treated wood is also making waves in the world of furniture and interior design. It has become fashionable among French and European designers. Why? Because these designers, closely linked to the world of high fashion, appreciate a new material that offers a wide palette of colours, from grey to chocolate accord-ing to the treatment temperature. As with fashion design, novelty sells. This is why the designers’ collections now increasing-ly feature furniture made from ash, along with the classics like oak and beech.

France, No.1 in Europefor Heat-Treated & Naturally Ourable Hardwoods

France is the European leader in heat-treated hard- woods. These new products have numer-

ous advantages. French producers are now offering a rich and varied range of products for

export. An accompanying range in naturally-durable wood is also available.

Sebastien Deschamps is a leading French specialist in heat-treated wood. He is the direc- tor of Bois Durable de Bourgogne (‘Burgundy Sustainable Wood’), a com-pany with three ovens for the thermal modification of wood. ‘In our company, we use a heating system called Thermo-process. This technique from Finland, with the trademark ThermoWood, takes place in four distinct phases, with treat-ment lasting between 30 and 60 hours.’ In order to dry planks to 0% humidity, they first have to be subjected to a rapid in-crease in temperature, explains the tech-nician. Thermal treatment of the wood then takes place during the second phase, with the air temperature reaching 220°C in the oven, over two hours.

This is where the internal modifica-tion of the wood takes place. The temper-ature is then dropped, by a cooling pro-cess using water vapour and monitoring of temperatures right to the heart of the wood in order to avoid splitting. The last

phase adjusts the final humi- dity of the wood using rehumidification, bringing the planks to a humidity level of 5%. ‘We use Jartek ovens from Finland, each with a capacity of 20m3, and at no point do we use any chemical products.’ Sebastien De-schamps adds that Bois Durable de Bour-gogne allocates a class risk category of 3 to seven different products: ash, beech, poplar, oak and Douglas-fir with or with-out sapwood. Other species (spruce, pine) com- plete the company’s range of clad-ding, decking, garden furniture, flooring and layouts... ‘We are currently employing a scientist in order to obtain the certifica-tion to sell our pro- ducts as class 4, for exterior products constantly exposed to humidity’, confirms the tech- nical man-ager. The Federation Nationale du Bois (‘French national wood federation’) has asked the FCBA for an assessment in or-der to certify oak, beech, ash, poplar and chest- nut cladding and decking as class 4.

THERMAL TREATMENT OF WOOD: A PROVEN TECHNOLOGY

Biz Forum

6 7

Page 6: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

HEAT-TREATED POP-LAR, A CERTIFIED

AND HARD-WEARING FRENCH WOOD

What do end users think of heat-treated woods? Rene Bruger is one of them. He runs a company called Jardimat in eastern France, specialised in gates and enclo-sures. He had been looking to expand his range of wooden doors with a new hard-wood that would be easy to work with and affordable. In the end it was an outsider that got the job, a species that doesn’t re-ally spring to mind for outdoor use: poplar.

According to Rene Bruger, poplar is ideal. ‘This little-known wood needs to be rediscovered’, he declares. He says it is an aesthetic species, with a smooth grain, plea- sant to the touch. ‘When heated, it becomes stable and durable, resis- tant to external forces, particularly humidity’, he says with satisfac- tion. After a variety of machining processes in the Jardimat work- shops, these gates are protected with a WoodguardTM finish, free of solvents and chemicals and gua- ranteeing enhanced protection (against water, UV, ageing, and various external agents, for example).

The Ducerf group is one of the lea- ding manufacturers and distribu- tors of hardwoods in France. Their ‘Profiled Wood’ unit is one of the largest users of heat-treated wood in France. ‘Heat-treated woods are being used in an increasingly diver- se range of situations including in-doors, with the jointed glue-lami- nated panels and solid laminated panels that we produce.’ Julien Guenard, the company’s quality manager, adds that Ducerf markets decking boards and cladding with specific machining profiles, accor- ding to their customers’ needs. FrenchTimber

The black locust (or false acacia) and the oak are the two most naturally-durable French hardwoods. They are classi- fied at a risk level of 4 without the end user having to che- mically treat or heat the wood. According to French stan- dard NF EN 335-2, woods in risk class 4 can be constantly exposed to a humidity level above 20%. ‘We offer decking in French-sourced natural oak, planks of wood without sapwood that can be used for outdoor developments, play areas, seafront promenades, plat-form edges, etc.’ Eric Julien, chief execu-tive of Eurochene, confirms that it can also be used for the more conventional applications of patios and cladding.

The finished thickness of decking generally ranges from 22mm to 48mm of lengths between 1m and 4m, with three finished widths (100mm, 130mm and 170mm). Other dimensions can be ordered in a wide range of pro- files and finishes (grooved, smooth, asymmetri-cal, mortise and tenon, etc.). Acacia is making important inroads into Europe-an markets. With a reputation for being even more resistant than oak, the wood can easily last for over 30 years in con-tact with soil and water. ‘We mostly sell it for patios, swimming pool decking, outdoor cladding...’,

Aside from ecological benefits, these natural oak and aca- cia products are sold at competitive rates, as they

A NATURALLY HARD-WEARING RANGE OF FRENCH OAK AND ACACIA

are not subject to treatment or heating costs. Sourced from sustai- nably managed forests, these two French species also benefit from PEFC-certified traceability.

8

Page 7: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Another year has passed and most Asian manufacturers and suppli-ers alike had (yet again) a difficult 12 months facing reduced bot-

tom lines. Overseas suppliers had to cope with the usual log and domestic transport increases whereas Asian customers en-countered drastically increased minimum labour wages (up to 44% in Jakarta, Indo-nesia). And all of them had to endure the ever increasing sea-freight costs. The prob-lem remains that none of these groups are unable to obtain better selling prices of their products due to weak demand of fin-ished products abroad. The exports to the USA seem to improve but the exports to Europe continue to weaken.

The EUTR which will be implemented March this year and many European im-porters are demanding that Asian manu-facturers offer certified products in the hope to comply with the EUTR. There seems to be an upwards trend for PEFC certified products but FSC is still strongly preferred. Regretfully we, as suppliers of imported raw materials to Asia, face a shortage of FSC certified hardwood logs, sawn timber and veneers despite the good demand in Asia. Most of the West Euro-pean sawmills are PEFC certified and only limited suppliers in Eastern Europe can offer FSC certified timber. About 20% of our sales to Asia are North American hard-woods yet very few mills are FSC certified. Those who are have mostly FSC CW (Con-

trolled Wood) whereas our customers re-quire FSC 100% or at least FSC Mix Credit.

The most common reason for such short supply given by our North American suppliers is “a lack of FSC certified logs”. So you will understand my surprise when our Chinese veneer partner announced in October last year that starting this January they would be able to supply FSC 100% certified American white oak veneer. Our partner, Shanghai OpenSea Woodworks Co., Ltd., went last November to the USA and bought 50 containers of white oak logs and intends to import a total of 300 containers this year.

So what happened with the so called “shortage of FSC logs from the USA”? Why is this Chinese supplier able to have ac-cess to so many FSC certified logs and the American sawmills are not? To be honest I have no clue and our regular American suppliers are unable to give any reason-able answers either.

Another advantage with this new supply chain from China is that they are willing to slice those veneers specifically requested by our South East Asian cus-tomers. For example they will slice not just the standard 0.5mm veneer but will slice up to even thicknesses up to 2mm which is in good demand by the engineered door manufacturers. Furthermore they are will-ing to grade a much wider range of grades based on individual customer grades. The price will not be cheaper than the USA but

the ability to supply what our customers requires is the biggest advantage. Other advantages are that we can invite custom-ers to come to the factory in China and the sailing time is much shorter than ship-ments from the USA.

Shanghai OpenSea Woodworks Co., Ltd. is a relative newcomer in the veneer world. The owner started as trader in 2006 and focused solely on Chinese and Russian veneer species such as ash, birch, maple, etc . But mid last year he took a big step and partnered with the owners of the ve-neer factory previously operating under the name “Chinusa”. The factory is located in Zhejiang outside Shanghai and has modern equipment such as three vertical slicers (brand “Capital”), one rift cut slicer and three drying lines (Cremona and Capi-tal).

The above makes me wonder why, in this case American suppliers are not ca-pable or willing to change their product range and adapt to the Asian customers’ demands? They have the resources in their backyard and have much more experience in the production process so where does it go wrong? It seems they have lost the in-terest to keep upgrading despite the fact that Asia will continue to grow as export market for their products. I guess at the end it all boils do to the bottom line and for example our Chinese partner is more creative in keeping his costs down and achieve a healthy bottom line.

Changing Supply

Chains

by Michael Hermens

White oak logs FSC

Biz Forum

10 11

Page 8: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Commenting on the results John Chan, AHEC’s Director in Hong Kong, said “Exports of American hardwood to Greater China and SE

Asia in 2012 have reached an all-time high record while the world is still facing econom-ic downturn and uncertainty. The growth in exports of US hardwood is driven by regional economic growth and the domestic con-sumption markets.”

The SE Asia market for US hardwood has outperformed other developed mar-kets in 2012 with 24.4% increase in total value of all American hardwood products - lumber, logs, veneer, plywood, flooring, dimensions and moulding. US hardwood lumber exports reached US$195.38 mill, growing in value by 32% compared to 2011. Thus sawn lumber is growing more rapidly than the other products. Logs ac-

counted for US$59.76 mill, up 9%. Veneer accounted for US$16.11 mill, up 9%. The veneer industry in China and SEA has been growing rapidly in the past 5 years in par-allel to the fast growing veneer slicing and fancy plywood industry to support the de-mand of furniture industries in the region.

Leading the ASEAN imports of Ameri-can hardwood lumber in 2012 was Viet-nam where shipments of sawn lumber amounted to US$130.93 mill, an increase of 32%. Volume to Vietnam totalled 323,880 M3, an increase of 25% making it the largest importer of American hard-wood in the ASEAN, since 2005. This can be attributed to expansion of the furni-ture and flooring and door industries and the capture of overseas exports as well as a growing demand for internal joinery in the residential and hospitality sectors.

Hardwood log shipments from the USA to Vietnam were up 12% by volume and amounted to US$40.3 mill, increasing by 8% from 2011, a further indication of the veneer production industry which is grad-ually developing.

Thailand jumped to become the sec-ond largest market in SE Asia for American hardwood lumber with exports reaching US$21.22 mill an increase of 65%, and volume totalling 45,750 M3 up 62%. The furniture manufacturing industry has re-covered from the damage of the massive flooding in 2011 which seriously impacted the production and affected the export of US hardwood to Thailand. However In-donesia is still the second largest ASEAN market overall for US hardwood products - valued US$ 34.80 million. Sawn lumber was valued US$20.53 million up 14% from 2011, and the volume registered 40,771 M3, an increase of 23% from 2011. Veneer imports increased by 27% reaching US$7.2 mill. With log imports from USA of only US$6.04 million dropping by 26% it seems that many producers in Indonesia are turn-ing to lumber and veneer as raw mate-rial rather than logs. The property market there is booming and is driving demand for wood products such as doors.

Malaysia followed Indonesia and Thai-land becoming the fourth largest market

Biz Forum

Data just released by the USA show that American hardwood lumber shipments to Southeast Asia were up by 32% in value and 29% in volume for the year 2012 compared to 2011. Log

shipments were up 9% and 15% respectively and veneer in-creased 9% and 13%. American hardwood flooring was up

143% in value and 124% in volume, albeit from a lower base.

in ASEAN for US lumber with shipments valued at US$19.4 mill, an increase of 33% from 2011, and volume totalling 38,084 M3 up 50%. Despite being rich in rubberwood resources these three countries are gradually turning to increase their supplies of im-ported timber which partially accounts for increased of import of US hardwood lumber, veneer and logs. The relatively small mar-ket of Singapore has shown growth of 34% in value and 60% in volume. With the Philippines the two markets were US$6.63 mill of US hardwood products in 2012.

The hardwood forests of the USA are dominated by Red and White Oak with Tulipwood as the next most common species – one which naturally regenerates with prolific seed production. American White Oak and Tulipwood are the most popular species in SE Asia accounting for over 50% of shipments in 2012, whereas in China Red Oak dominated shipments there. However a wide range of other species such as Ash, Cherry, Hickory, Maple, West-ern Red Alder and Walnut were are also shipped to Asia.

2010 2011 2012 % %Product UOM Value Qty Value Qty Value Qty Change Change

Southeast Asia

Hardwood Lumber

M3 151,290,758 333,249.0 147,866,930 350,347.0 195,381,191 452,940.0 32 29

Southeast Asia

Hardwood Logs

M3 62,639,244 144,648.0 54,973,931 135,875.0 59,758,728 155,928.0 9 15

Southeast Asia

Hardwood Veneers

M2 12,275,616 9,637,723.0 14,838,183 10,941,275.0 16,113,273 12,322,816.0 9 13

Southeast Asia

Hardwood Flooring

M2 1,049,373 31,075.0 675,925 20,558.0 1,640,311 46,119.0 143 124

Source: United States Department of Agriculture 2013

Hardwood Product Exports Value & Volume 2010 to 2012

American Tulipwood sawn lumber a key species in ASEAN

American Hardwood Lumber Shipments to Southeast Asia

up 32% in 2012

PEFC:YOUR SOURCE FOR CERTIFIED TIMBER

PEFC - Programme for the Endorsement for Forest Certification

More and more customers are requiring timber and timber products to be certified. PEFC, the world’s largest forest certification system, offers you the largest supply of certified material.

Get PEFC-certified to source and sell certified, sustainable material.

www.pefc.org/getcertified

Woodmag_210x147mm_PEFC.indd 1 12/01/2012 18:31

by Michael Buckley

12

Page 9: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Jepara adalah ikon produk furniture Indonesia. Kalau dunia menye-but furniture maka yang mereka maksudkan adalah furniture Jepara.

Begitu juga di Indonesia sendiri, hampir semua daerah bangga kalau di rumah- nya ada produk furniture Jepara, apakah dalam bentuk kursi tamu, sofa, buffet, le-mari dan sebagainya. Produk furniture Je-para membuat status sosial pemilik rumah naik sekian derajat, karena dinilai punya selera bagus tentang furniture.

Kejayaaan produk furniture Jepara bu-kan sekarang saja. Waktu Belanda masih menjajah Indonesia, produk furniture Je-para sudah mengisi kediaman-kediaman para pejabat Belanda maupun penguasa lokal di berbagai daerah di Indonesia. Perahu phinisi adalah sarana transportasi utama yang banyak disebut-sebut sebagai media penyebaran produk furniture Jepa-ra ke seluruh kota-kota besar di Indonesia.

Ke mancanegara memang belum be-gitu terdengar, tapi kapal-kapal dagang Belanda, Portugis, Spanyol dan Inggris, kalau singgah di pelabuhan Jepara—yang waktu itu menjadi tempat docking dan

rehabilitasi kapal-kapal asing yang ru-sak—pasti juga akan membawa beberapa produk furniture Jepara sebagai muatan-nya.

“Saya masih ingat cerita orang tua saya, bagaimana mebel Jepara itu sampai ke mana-mana,” ujar M. Zakir (44), salah satu pengusaha lokal furniture Jepara. “Kalau sekarang mebel lokalan marak, saya tak heran, itu Cuma mengulang seja-rah lama,” tandas Zakir.

Sahuri, pengusaha furniture lokal Je-para lainnya, sependapat. “Mebel Jepara sudah dikenal lama dan sangat dikagumi orang di berbagai daerah di Indonesia. Kalau mereka menyebut mebel, maka yang terbayang dalam kepalanya pasti mebel Jepara. Itu membuat saya bangga menjadi orang Jepara dan itu pula yang mendorong saya masuk ke sekolah me- nengah kejuruan (SMK) khusus perkayuan di Jepara,”katanya.

Merek dagang yang sudah benar-benar mantap itu—menurut Sahuri, se- yogyanya dipertahankan, dan tidak dibiar-kan tenggelam seperti sekarang.

Tenggelam?Benar. Sejak krisis ekonomi melanda Eropa dan Amerika Serikat medio dekade 2000-an, kondisi bisnis furniture Jepara yang belakangan lebih agresif ke mancanegara mulai terpuruk. Akibat turunnya permin-taan banyak produsen menghentikan produksi, mengurangi pekerja, menye-wakan, mengalihfungsikan atau menjual pabrik (gudang).

Menurut Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabu-paten Jepara Purwanto Setijo Utomo, nilai ekspor furnitur Jepara tahun 2012 tercatat US$ 118,65 juta, naik tipis sebanyak US$ 1,46 juta dari tahun sebelumnya (Kontan, 8-14 Oktober 2012, halaman 14) yang se-nilai US$ 117, 19.

Kedengarannya menggembirakan, tapi sebenarnya tidak, masalahnya dalam kurun waktu 1999 – 2000 menurut catatan Asmindo (Asosiasi Mebel Indonesia) Jepa-ra, nilai ekspor produk furnitur Jepara per-nah mencapai US$ 201,42 juta setahun.

Perluasan pasar ke negara-negara ekspor non tradisional seperti India, China, Timur Tengah, Afrika dan pasar lokal yang

selama ini tak digarap menjadi penyum-bang kenaikan persentase ekspor produk furniture Jepara tahun ini. Itu karena pro-dusen tidak mau lagi menunggu pulihnya pasar AS dan Eropa. Pasar-pasar baru harus dibuka dan ditemukan, kalau perlu dicip-takan. Lokalan kembali marak. Pasar-pasar tradisional mulai ditinggalkan, menunggu keajaiban.

Sahuri mengungkapkan rasa sedihnya dengan kondisi bisnis furniture di Jepara saat ini. “Gara-gara ambruknya pasar Ero-pa dan Amerika, banyak teman saya yang berhenti menjadi pengukir ataupun peng- usaha mebel, termasuk yang di kawasan Karang Gundang dan Bondo, Kemacatan Monggo, yang biasa memasok mebel un-tuk ekspor ke Eropa,” katanya.

Rata-rata mereka pindah ke daerah lain karena dikejar-kejar penagih hutang, baik dari pihak bank, para tengkulak dan teman sejawat. “Hidup sangat tidak nya-man dikejar hutang setiap saat,” kata Sahuri menggambarkan nasib teman-temannya dan dia sendiri. Akibatnya Je-para mulai kehilangan pengukir-pengukir handal, karena rata-rata pengusaha terse-but juga pengrajin ukir potensial.

“Memang ada juga yang sukses se- bagai pengusaha mebel di daerah lain itu, tapi mereka bukan lagi yang menjalankan, hanya sebagai pekerja, samalah seperti di sini, kami menjadi buruh murah di pabrik-pabrik yang masih tersisa,” kata Sahuri.

Sahuri sendiri sudah menjelajah ke berbagai daerah, seperti Lampung dan Kalimantan, mencari peluang yang tersisa. Di Kalimantan dia trenyuh sekali. “Ada tem-pat di mana kayu-kayunya besar-besar dan banyaksekali, tapi karena tak mau membi-ayai pendirian pabrik atau gudang, kayu-kayu itu dibiarkan saja bergelimpang- an tak berguna dan akhirnya dibakar.

“Gila! Kayu sebagus dan sebanyak itu pasti akan menghasilkan ratusan miliar di Jepara, tapi itulah mereka tak berpikir ke sana dan tak bisa membayangkan keun-tungannya, padahal saya sudah mem-berikan gambaran, mereka cukup bangun gudang dan melengkapi peralatan, saya akan bawa tenaga pengukir dari Jepara, tapi mereka tidak mau, ya saya mau apa?” ungkapnya menyesalkan.

M. Zakir mengatakan hal serupa. Te-man-teman dan kolega saya banyak yang pindah ke daerah lain, alih profesi. “Ada yang jadi tukang baso, padahal sebelum-nya menangani ekspor sampai milliaran rupiah,” katanya. Tapi mau bagaimana lagi, di daerah sendiri tak bisa usaha lagi. “Pa- ling berantem tiap hari sama yang nagih hutang,” ungkap Zakir prihatin.

Potensi Masih Sangat Besar

Meski harga bahan baku terus naik, teru-tama jati legal dari PN Perhutani atau jati rakyat dari kebun-kebun masyarakat non hutan, Sahuri melihat, tak ada masalah dengan kayu. “Kita bisa buat mebel dari kayu apa saja, lagipula pasar lokal tak se njelimet pasar eropa atau Amerika,” ka- tanya. Buktinya permintaan dari berbagai daerah terus naik.

M. Zakir mengiyakan. “Mebel lokalan dibuat dengan kayu kelas dua dengan kualitas yang juga nomor dua, tapi pem-belinya di berbagai daerah sudah sangat puas dengan kualitasnya,” katanya. “Per-mintaan tetap banyak, dari Sumatera, Ka-limantan, Sulawesi sampai Papua, lihat aja sibuknya daerah Krapyak sekarang,” tam-bahnya.

H. Achmad Mulyono, pengusaha fur-niture lokal Jepara di Desa Sekuro, Keca-

matan Monggo sependapat. “Saya juga mulai tertarik dengan mebel lokalan, begitu asset saya laku, saya akan terjun lagi ke bisnis mebel lokalan, ekspor stop dululah,” katanya. Mulyono juga tak mem-persoalkan bahan baku. “Pembeli lokalan tak peduli, mereka sudah yakin saja mebel dari Jepara pasti dari kayu bagus, makan-ya kita biasa pakai kayu apa saja, jati, ma-honi, akasia, rambutan, mangga, nangka, durian, karet, apa sajalah, asal ditangani pengrajin ukir dari Jepara sudah jaminan mutu lah,” ujarnya yakin.

Bahan baku kayu yang disebut Mul- yono masih berlimpah di sekitar Jepara. Setiap hari kayu tersebut masuk Jepara ratusan truk setiap hari. Bakul-bakul kayu, tempat kayu-kayu itu distock para peda-gangnya, di seluruh Kecamatan Jepara, penuh oleh kayu gelondongan, bahkan juga kayu-kayu balokan dari Sulawesi.

“Di sini kayu datang dari berbagai daerah, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, banyaklah, Jepara tidak kekurangan stock kayu,” kata Sutrisno, pedagang kayu di ka-wasan Mulyoharjo. Maraknya pasar lokal sekarang membuat Sutrisno yang pernah bangkrut kembali bergairah.

“Kalau terus begini, saya yakin, para pengrajin dan pengusaha mebel yang dulu kabur ke luar Jepara berangsur-angsur pulang kembali, karena sudah ada harapan lagi,” kata Sahuri yang tetap saja masih memimpikan pasar ekspor.

Chamdan, pengusaha mebel lokal Je-para lainnya juga yakin dengan potensi permebelan Jepara. “Klien saya dulu peja-bat-pejabat Jawa di berbagai daerah, ada yang di Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta. Mereka fanatik mebel Jepara, sampai se- karang masih sering telepon, padahal saya sudah 4 tahun absen. Mebel Jepara punya kesan yang wah, citra yang tak bisa dilawan oleh produk mebel setempat,” ka-tanya.

Tak Cukup Hanya Kreativitas

Ditanya soal kreativitas pengrajin Jepara, Sahuri mengatakan tak ada masalah, kare-na keahlian itu sudah melekat pada diri mereka. “Tak ada persoalan, karena keahl-ian mengukir itu seperti kepandaian yang sengaja dianugerahkan Tuhan kepada orang Jepara,” katanya.

M. Zakir dan Mulyono berpendapat sama. Masalahnya bukanlah tenaga peng- rajin atau bahan baku, tapi buyer. Kalau buyernya ada dan kontiniu, mebel Jepara akan hidup lagi seperti dulu,” kata Mulyo-no yakin.

“Meski pasar lokal tak semenguntung-

Bukan Cuma Soal Kreativitas

Furniture Jepara,

Furniture Insight

By East Heritage

14 15

Page 10: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

kan pasar luar, kalau pesanan dan pem-bayaran lancar, saya percaya teman-teman saya akan kembali ke Jepara, berproduksi dan berbisnis lagi,” ujar M. Zakir.

Selain order yang jelas, kontiniu dan pembayaran yang lancar, ketiga peng- usaha mebel asli Jepara ini mengatakan persoalan tarif, keuangan dan kompetitor adalah kendala yang juga dapat memati-kan lagi usaha furniture di Jepara.

Sahuri berpendapat tarif angkutan ke daerah tujuan masih kelewat tinggi. “Kita sulit menetapkan harga, biaya transportasi membuat harga mebel masih mahal. Gara-gara itu pengusaha terpaksa mengubah konstruksi mebel, jadi knock down. Praktis dan lebih murah ongkos angkutnya, tapi sangat mengganggu kekuatan dan ketah-anan mebel pada akhirnya,” katanya.

Dukungan finansial dari bank masih tetap akan diperlukan, tapi kondisinya ha-rus diubah. “Selama ini bank main aman aja, faktor resiko tak dimasukkan dalam skema hutang, urusan pembinaan juga mereka abaikan, jadi mereka tak ubahnya rentenir belaka, yang hanya mencari keun-tungan untuk diri sendiri, bukannya untuk membantu pengusaha seperti kita, malah sebaliknya kita yang membantu mereka, kita hanya jadi obyek usaha bagi mereka, bukan mitra binaan, ” kata Mulyono.

M Zakir berpikiran sama. “Selama bank masih seperti itu, saya kuatir pengusaha tetap saja tak terbantu,” katanya. “Selama mereka hanya melihat pengusaha sebagai mangsa untuk merampas harta bendanya, selama itu pula bank takkan berguna bagi pengusaha dan pengrajin mebel Jepara,” tambahnya.

Ketiganya berpendapat bank seha-rusnya tak sekedar menyetujui kredit, lalu lepas tangan dan tidak peduli lagi sama nasabahnya. Bank juga harus mem-berikan bimbingan dan binaan dalam masalah pengelolaan keuangan agar na-sabah bisa mendayagunakan pinjaman dengan maksimal. Kalau ada masalah kredit macet, harus dilihat dulu bagaima-na persoalannya dan memberikan solusi yang masuk akal. “Jangan cuma bersikap bagai drakula dengan menerapkan bunga berbunga yang sangat mencekik leher,” kata mereka senada.”Itu kan gaya rentenir, apa bank ini rentenir?” gugat mereka.

Selanjutnya, mereka melihat ada ma-salah dengan kompetitor. “Karena tak menguasai medan, pengusaha kita akan selalu kalah dari pengusaha dari luar Je-para. Mereka tahu daerahnya, mereka pu-nya jaringannya, mereka sudah mengakar lama,” kata Sahuri. Menurut Sahuri selama ini yang bermain di lokalan bukanlah peng- usaha Jepara, tapi pengusaha dari luar Jepara.

“Kebanyakan dari daerah tujuan kirim, seperti Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang,

Palembang, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah non jepara, Jawa Timur, Bali, Lombok, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua, mereka bahkan memboyong pengrajin Jepara ke sana un-tuk proses finishing di showroom-show-room yang mereka bangun,” paparnya panjang lebar.

“Kalau tidak ada terobosan, kejadian-nya akan sama lagi dengan apa yang kita alami dengan buyer dari luar negeri, mer-eka menguasai jaringan pemasarannya, mereka tahu seluk beluk daerahnya, mere-ka sudah membina hubungan lebih lama, dan mereka menguasai bahasanya, ini bu-kan kendala yang gampang,” katanya lagi.

Mulyono membenarkan. “Harus ada solusi yang cepat dan jelas agar pengusa-ha Jepara bisa eksis dan bertahan di dae-rah tujuan,” katanya.

Bagaimana dengan pemerintah? Keti-ganya menggeleng cepat. “Kita tak pernah dibantu pemerintah dalam berbisnis, yang ada kita dipungutin terus ini itunya,” kata M. Zakir. Sahuri menambahkan, “Seharus-nya pemerintah membantu pengusaha mebel Jepara, misalnya dalam mencarikan pasar lokal atau memberikan pelatihan yang memadai bagaimana caranya meng-hadapi tantangan pasar lokal, bukannya dilepas begitu saja dan dikutip biaya ini itu. Untuk itu kan dananya ada dialokasi-kan di APBD?” katanya.

Bagaimana dengan faktor sikap men-tal dan trend konsumtif para pengusaha mebel lokal? Sahuri mengakui susah

mengubah sikap mental konsumtif dan kebiasaan menganggap remeh buyer di kalangan pengusaha lokal. “Kalau sudah pegang uang, ya lupa itu uang apa, DP atau kredit bank digunakan aja dulu untuk yang lain, urusan produksi belakangan, itu biasa aja di sini,” katanya.

Kalau ada kesulitan saat produksi, tambah Sahuri, mereka gampang saja meminjam ke sesama teman pengusaha, kerabat, saudara atau tetangga. “Mereka yakin saja, karena kalau usaha udah jalan uang biasanya juga gampang,” kata Sahuri yang mengaku tidak mau seperti itu.

“Jangankan itu, barang teman saya dari Pare-pare enak aja dijual oleh yang finishing, alasannya didesak bank, padahal barang orang,” kata Nanang, pengusaha mebel lokal Jepara lainnya. Mereka ter-biasa menganggap remeh klien dan tak memandang jauh ke depan.

“Karakter buruk seperti ini harus di-ubah kalau kita ingin maju dan sukses,” kata M. Zakir. Mulyono sependapat. Me- reka berdua tak menolak fakta banyaknya pengusaha lokal Jepara yang nakal dan tidak bertanggungjawab ini, tapi kedua- nya yakin hukum pasar akan membunuh orang yang culas seperti itu. “Suara dari mulut ke mulut akan mematikan mereka, tapi yang kasihan nanti pengusaha yang jujurnya, mereka akan ikut kena getahnya, semoga klien bisa berpikir jernih dan tidak menyamaratakan pengusaha mebel Je-para,” kata M. Zakir. Global Wood Protection Specialists

www.uccoatings.com +1-716-833-9366

[email protected]

PREVENTING

DEGRADE AND LOSSES

IN VALUABLE

HARDWOOD

LOGS AND

LUMBER

DEGRADE AND LOSSES

IN VALUABLE

HARDWOOD

LOGS AND

LUMBER

ANCHORSEAL®

ANCHORSEAL® wax emulsion end sealer – easy to apply with brush or sprayer

16

Page 11: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

End checks are caused by over rapid drying on the ends of wood. This fast drying causes shrinkage and stresses develop that are eventual-

ly released by the ends splitting and crack-ing apart. The extent of the damage is not always apparent. As end checks open and close during drying, the defects are hard to see at times. End checks that appear as hair-line cracks on air-dried material can extend 12 inches or more from the end. Their pres-ence and severity could go unnoticed until the after lumber is kiln-dried or cut, reduc-ing the yield and value of the lumber. An effective, water-resistant end coating will seal the ends of green (un-dried) boards or logs so they may dry more evenly from end to end, reducing or eliminating losses from end checking.

The USDA (U.S. Dept. of Agriculture-Forest Service) handbook Drying Hard-wood Lumber (FPL-GTR-118) notes:

[re: logs]

Veneer log buyers and veneer manufac-turers have used wax end-coatings on logs to prevent the ends from drying. End coating of high grade saw logs may be an economically sound practice because of the high cost of logs and the need to reduce waste. End coat-ing prevents logs from splitting and retards fungal stain. The wax coating should be ap-plied to the log immediately after cutting to be most effective. … The longer the logs stored, the greater the benefit of coating.

[re: lumber] From the standpoint of both economics

and quality, hardwood lumber of all thick-nesses would benefit from end coating. When the ends of 5/4 red oak were coated with a wax emulsion coating*, the end checks were 2-1/8 in. (5.4 cm) shorter than those of uncoated ends (Linares–Hernandez and Wengert 1997). … End coating should be applied as soon as possible to freshly cut end surfaces.

Controlling quality in hardwood logs & lumber

creates value and gives benefits to everyone, so it is important to eliminate

degrade whenever possible. End checking (drying splits) is one of the most common

drying defects and one of the easiest to prevent. Properly end coating green logs and

lumber is an effective and economical method of

preventing end checking.

In addition to end coating the freshly cut ends of logs and lumber, optimal lum-ber handling will help to further control end checking:

• “box pile” green lumber, even ended, with stickers at or near the ends

• in the kiln, keep piles end to end, as tight as possible and stagger the ends of adjacent rows to mini-mize high air flow past the ends.

Controlling Existing Splits

in LogsSometimes there are pre-existing splits in the ends of logs, caused by end drying, stresses, or logging damage. LogSavers® and FlitchSavers® are used to stitch exist-ing splits in valuable logs, to prevent the cracks from growing larger. Unlike tradi-tional S-irons, they are made from special

recycled plastic – saws or veneer knives cut right through them without damage, so they can remain in the logs. Invented by a professional logger, they are safer to use. Each plastic “saver” is held by a spe-cial hammer, so there are no hands in the striking area when it is hammered into the

log. Also, LogSavers and FlitchSavers will not create black iron stains in log ends. By stitching the log, then applying end sealer, degrade is reduced so the quality and val-ue of veneer and saw logs are maintained.

Preventing End Checking in Hardwood Logs

& Lumber

Product & Technology

LogSavers® are used to control existing splits in valuable logs to prevent splits from increasing in size. As a professional logger in Pennsylvania, USA, Jim Higgins created the original LogSavers in 1987 to be safer and easier to use. Traditionally a piece of steel shaped like an “S” was used in the end of a log to hold splits together. Swinging the backside of an axe towards his left hand holding a steel s-iron, in order to drive it into a log, never seemed like a great idea to Jim. After dislocating his in-dex finger on his left hand while working, he knew there had to be a better way.

The innovative idea was to let the hammer hold the fastener, instead of the logger. Instead of a steel S-Iron staple, he designed a plastic staple called the Log-Saver that clipped into holes on the face of a special hammer. This kept the logger’s hands out of the striking zone. The holes on the hammer face allowed the LogSav-ers to be held by the LogSaver hammer at a variety of angles. The LogSavers “staple” design yielded many other benefits. By us-ing a special high-impact plastic, all the problems caused by metal parts in logs were prevented. There was no need to re-move LogSavers from the log; you could cut right through them with no damage to saws or veneer knives. Black iron stains in

log ends were eliminated.The LogSavers System was quickly ac-

cepted by numerous logging operations andin1992HigginsapproachedU•CCoat-ings to sell and distribute his new inven-tion.

“SinceU•CCoatingswasthe leader inwood protection products, and I’d used ANCHORSEAL for many years,” said Jim Higgins, “I knew it would be a good fit.”

While maintaining his job as a logger/buyer, Higgins collaborated with UCC Pres-ident Tom Johel and CEO Norman Murray to bring LogSavers to a wider market. U-C Coatings added LogSavers to their product line and sales increased. “From the outset, itwasawin-winsituationforU•CCoatingsand our customers,” said Tom Joel.

Over the years, customer response led to various refinements in the design of the system. A smaller version, called the FlitchSaver® was developed, the “I-beam” configuration was re-engineered to a curved version, and circular grooves in the hammer faces replaced the holes. This cus-tomer-centered approach improved the ease of use and increased the accuracy of staple placement; thereby providing the premier system to control existing checks and stress splits in logs.

In 2012, U-C Coatings Corporation

was pleased to welcome Jim Higgins to the U-C Coatings sales team. Working in the lumber industry since he was a teen-ager, Jim brings over 30 years of practical logging knowledge and sawmill experi-ence to its account team. “Our 20-year history with Jim Higgins and the LogSav-ers product line”, remarked Norm Murray, “is another example of the way we strive to build strong relationships and provide the best wood protection products for our customers. Today, LogSavers are sold all over the world and U-C Coatings is look-ing forward to expand sales of LogSavers and ANCHORSEAL® end sealer in Indone-sia, Southeast Asia and China. Video dem-onstrating the use of the LogSavers Sys-tem and ANCHORSEAL end sealer can be viewed at www.youtube.com/uccoatings. More information is available at www.uc-coatings.com or e-mail to [email protected]

LogSavers® from U-C Coatings, Improve Safety and Performance

By Anchorseal

18 19

Page 12: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Contact Information:Prieta PerthantriGerman-Indonesian Chamber of Industry & Commerce (EKONID)e. [email protected]. +62 21 3154685 f. +62 21 3157088

Asia‘s Leading Furniture Production FairGuangzhou, China

27 - 30 March 2014www.interzum-guangzhou.com

ASEAN Woodworking, Panel & Furniture ProductionSingapore5 - 8 November 2014www.furniproasia.com

Furniture. Production. Interiors.Cologne, Germany13 - 16 May 2013www.interzum.com

The Garden Trade FairCologne, Germany

8 - 10 September 2013www.spogagafa.com

The Garden Trade FairCologne, Germany

August 2014www.spogagafa.com

The International Furnishing ShowCologne, Germany

13 - 19 January 2014www.imm-cologne.com

Modern Office & FacilityCologne, Germany

21 - 25 October 2014www.orgatec.com

The Russian Interior ShowMoscow, Russia21 - 25 May 2013www.rooms-moscow.com

The Russian Interior ShowMoscow, Russia

20 - 24 May 2014www.rooms-moscow.com

The Event for Bathrooms, Flooring, Wall Coverings & Lighting

Cologne, Germany13 -19 January 2014

www.livinginteriors-cologne.comHal ini diungkapkan oleh Dato’ Tan dalam sambutannya pada pembukaan pameran MIFF ke sembilan belas di Hotel Seri Pa-

cific, Kuala Lumpur, pada 5 Maret lalu. Muar yang terletak di Johor merupakan sentral industri mebel Malaysia. Begitu banyak in-dustri mebel yang berlokasi di kawasan ini membuat perluasan lantai pameran men-jadi sekitar 80.000 Meter Persegi meliputi kedua venue di Putra World Trade Center (PWTC) dan Matrade Exhibition and Con-vetion Center (MECC). Di MECC sendiri ada pertambahan tiga hall pameran, termasuk hall MFA.

Dato’ Tan juga mengungkapkan bahwa pihaknya bersama United Busi-ness Media (UBM) Asia telah melakukan promosi di Time Square New York dan Las Vegas pada awal tahun ini. Tujuannya

adalah untuk menarik lebih banyak buyer Amerika Serikat berdatangan ke venue ini. Hal ini senada dengan kenyataan bahwa Amerika Serikat masih merupakan pasar terbesar bagi produk mebel Malaysia. Pa- sar keduanya diduduki oleh Jepang. Dalam tahun-tahun belakangan ini, tercatat ka-wasan Asia Tenggara telah tumbuh se- bagai salah satu dari lima pasar terbe-sarnya. Di samping Amerika Selatan, Asia Tengah dan Timur Tengah.

Pertumbuhan MIFF sebesar itu menu-rut Dato’ Tan menuntut pula peningkatan target pencapaian penjualan yang tahun lalu mencapai USD830 milyar. Ini bukan perkara yang mudah, namun Dato’ Tan cu-kup optimis dalam mencapainya. Baginya, “Kian besar sebuah venue maka kian besar peluang untuk para eksibitor dan buyer dalam mengeksplorasi bisnis dan jejaring

kerja. Ini sangat bagus untuk buyer, karena akan menemukan lebih banyak desain dan pilihan yang menarik”. Tak heran bila kemudian ia sangat optimis untuk bisa mendatangkan 20 ribu buyer dari bera-gam negara, dengan sekitar 7000 dianta-ranya berasal dari mancanegara. Sebuah angka yang fantastis, karena dalam lima hari pameran maka rata-rata harus men-datangkan sekitar 4000 buyer.

Presiden dan CEO United Business Me-dia Asia Jime Essink menyebutkan bahwa MIFF di luar China, MIFF merupakan pa-meran mebel terbesar bagi perusahaan-nya. Sebagai even terdepan di kawasan Asia Tenggara, MIFF memiliki posisi unik sebagai platform strategis dalam perda-gangan mebel global dan jangkauannya diperpanjang mencapai pasar-pasar baru dan sedang berkembang.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Malaysian International Furniture Fair (MIFF) tahun ini merupakan pameran dengan tingkat pertumbuhan terbesar dalam sejarahnya. Per-

tumbuhan, yang hanya dalam setahun, ini mencapai 25%. Pertumbuhan yang luar biasa ini menurut Chairman MIFF Dato’ DR Tan Chin Huat disebabkan oleh bergabungnya

Muar Furniture Association (MFA) secara eksklusif ke dalam pameran ini.

Special Report

Malaysian International Furniture Fair 2013:

Lebih Besar& Menjadi

Magnet yang Atraktif

20

Page 13: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Sedangkan Menteri Industri dan Ko-moditas Perkebunan Malaysia Tan Sri Ber-nard Giluk Dompok dalam sambutan pem-bukaannya menyebutkan bahwa MIFF yang hadir sejak tahun 1995 kini telah menjadi venue yang mampu menumbuh-kan jejaring dan peluang antara buyer dan eksibitor secara internasional, serta diakui secara internasional.

Kementerian yang dipimpinnya juga akan terus memfasilitasi bagi perkem-bangan industri ini, termasuk persoal- an pasokan bahan baku, promosi, dan pengembangan desain yang inovatif di masa depan. Industri mebel Malaysia juga didorong beralih dari posisinya saat ini sebagai Original Equipment Manufactur-ing ke Original Design dan Original Brand Manufacturing. Bahkan pemerintah Malay-sia telah mentargetkan perolehan devisa pada tahun 2020 mendatang sebesar RM8 miliar hanya dari penjualan mebel dan produk terkaitnya.

Hal ini lah yang membuat 509 eksibi-tor yang datang dari 12 negara untuk memamerkan produk terbaiknya kali ini. Sekalipun pasar Amerika, Jepang bahkan Eropa yang menjadi lokomotif perekono-mian dunia masih belum membaik juga. Dari kelima ratusan eksibitor, tercatat ha- nya enam yang berasal dari Indonesia se- perti WoodMag, Olympic dan High Point.

Kekuatan dari produsen mebel Ma-laysia tampaknya masih bertumpu pada produk dari bahan baku panel seperti MDF. Produk yang banyak diproduksi adalah mebel kantor mulai dari meja kerja alias cubical workstation atau kursi kantor yang terkesan luks dan canggih. Produk ini bisa dikatakan sebagai produk terbesar dari semua yang dipamerkan.

Hampir sebagian eksibitor meru-pakan produsen mebel untuk keperluan ini. yang membedakan antara mereka adalah desain dan target segmennya. Di berapa booth, mebel kantor ini tampil begitu memikat bahkan terkesan cukup

mewah serta berdesain ultra modern. Di lain tempat, mebel serupa tampil lebih bersahaja. Bahan baku serupa digunakan untuk pembuatan bedroom set terutama untuk children workstation bunk. Produk untuk segmen ini tampaknya cukup be-sar, karena terbukti sejumlah booth me-mamerkan produk untuk target pasar ini. Bahkan ada juga yang mengkombinasikan bahan bakunya dengan metal dan plastik. Warna-warninya juga cukup atraktif untuk end-consumernya.

Tak hanya untuk kanak-kanak, sejum-lah bed-set keperluan orang dewasa juga diproduksi menggunakan bahan baku serupa. Sejumlah dining-set juga terlihat memanfaatkan bahan baku ini, dan ber-hasil tampil cukup mempersona sebagian buyer.

Untuk produk mebel asal kayu solid

tampaknya masih banyak menonjolkan penggunaan rubberwood yang memang cukup tersedia di negeri jiran ini. Ada satu booth yang memamerkan produk coat hanger asal kayu solid. Beragamnya desain dan finishing membuatnya cukup berhasil dalam menarik perhatian pengunjung. Bedset dan dinningset merupakan produk yang terbanyak dalam memanfaatkan kayu solid. Desain lah yang membedakan antara satu dengan lain produsen, sekali-pun seorang pengamat mebel asal Malay-sia sempat berujar jika nyaris semua pro-dusen memproduksi hal yang mirip satu dengan lainnya.

Hanya sedikit sekali produsen yang menampilkan produk berbeda, seperti kabinet metal bagi keperluan filing kantor. Juga tercatat hanya satu peserta eksibitor yang memproduksi mebel rotan alam dan

sintetis. Yang menarik di MECC, terdapat eksibitor yang menampilkan produk le-mari dan locker dari plastik. Produk ino-vatif ini cukup menarik perhatian karena tidak seperti produk serupa yang sudah ada di pasar Indonesia. Produk knockdown ini cukup ringkas, ringan namun kokoh dan dilengkapi dengan kunci seperti pada locker besi atau kayu panel. Produsennya tenyata sudah mengekspor produk meja dan kursi sekolah untuk sekolah swasta di Jakarta dan Surabaya.

Tak pelak jika kemudian pertempuran-nya berpindah pada sisi kualitas dan harga jual. Pengamat yang sama juga menye-butkan bila saat ini terjadi penurunan ekspor mebel Malaysia secara signifikan, dan hal itu menyebabkan terjadinya over supply.

Kekuatan Malaysia lainnya adalah

22 23

Page 14: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Nama Yang Paling Terpercaya Dalam Perlindungan Kayu

Kayu dan produk kayu tidak tergantikan dalam kehidupan kita - mulai dari rumah yang kita tempati hingga industri dan infrastruktur yang menjadi penopang masyarakat kita. Arch Wood Protection membantu memastikan kayu hari ini dapat bertahan lebih lama sekaligus melestarikan sumberdaya yang unik ini untuk generasi masa depan.

Produk berbasis borium untuk melindungi kayu dari kumbang bubuk, kumbang pengorek kayu dan jamur kayu. Ideal untuk kayu karet dan kayu lainnya yang rentan terhadap serangan serangga.

Sistem manajemen jamur dan kapang untuk kayu bulat yang baru ditebang dan kayu gergajian, membuat mereka tetap segar dan bersih seiring waktu.

Sistem manajemen serangga untuk kayu bulat yang baru ditebang, kayu gergajian, kayu kering, kayu bentukan, membuat mereka bebas serangga selama pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan

Distributor : PT Agricon Sentra Agribisnis Indonesia Tel : +62 251 8313070 e-mail :[email protected]

Sub-distributor : PT Trika Saka Jaya Tel : + 62 61 6643439 e-mail :[email protected]

Pabrikan : Arch Wood Protection (M) Sdn Bhd, Malaysia

A Lonza Company e-mail : [email protected] website : www. tanalised.com

PARACHEM

ENTIBLU

ENBORER

kemampuan memproduksi sofa secara mumpuni. Kemampuan ini jauh lebih baik dibanding dengan produsen serupa dari negara tetangganya. Mebel satu ini masih memiliki variasi yang cukup kaya, apalagi ditunjang dengan keberadaan dan ker-agaam bahan bakunya.

Kekuatan lain dari MIFF adalah ha- dirnya peserta pameran internasional yang berasal dari China dan Taiwan. De- legasi dari kedua negara ini memang merupakan peserta pameran yang cukup loyal dan selalu hadir dari tahun ke tahun. Peserta asal kedua negeri ini tak hanya menampilkan produk mebel jadi, tapi juga komponen dan bahan baku penolong. Ba-

han baku metal tak hanya berupa sekrup, baut dan hinges tapi hingga ke komponen metal die casting. Demikian juga dengan komponen plastik, kaca, kain jok, kulit sin-tetis yang banyak diperlukan dalam pem-buatan mebel.

Bisa dikatakan kehadiran produsen bahan baku dan bahan penolong secara lengkap di MIFF telah bisa menjadikan-nya sebagai referensi penting dan tidak terlewatkan bagi buyer sekaligus industri mebel dalam memenuhi kebutuhannya. Tahun lalu saja, sejumlah pabrikan asal In-donesia memanfaatkan pameran ini untuk mencari pemasok bagi kebutuhannya se- perti kayu lapis hingga HPL.

Pada hari pertama, jumlah pengun-jung bisa dikatakan tidak sebanyak tahun sebelumnya. Namun jumlah pengunjung meningkat drastis sejak hari kedua. Banyak pengunjung baru, seperti asal Belarusia dan Rusia yang berupaya mencari produk mebel sesuai kebutuhannya. Dengan sem-bilan belas tahun penyelenggaraan, MIFF memang masih akan menjadi referensi dan tempat berbelanja utama bagi buyer internasonal termasuk dari pasar baru dan sedang berkembang. Tak heran bila pemerintah setempat mengklaim produk furnitur Malaysia telah diekspor ke 199 negara dalam tahun lalu.

24 25

Page 15: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Profile

Terjun dalam industri mebel se-benarnya sudah dilakukan Marti-nus Bualit, Pendiri , Pemilik seka-ligus Director PT Kudus Karya

Prima sejak awal karirnya. Mantan karya- wan sebuah perusahan mebel nasional terkenal ini mulai terbuka jalan perun-tungannya ketika diminta seorang inves-tor untuk mengelola industri mebel yang berlokasi di Jakarta Utara.

Kejadian ini insidental karena sebenar- nya yang melamar ke perusahan itu jus-tru adiknya yag baru lulus dari perguruan tinggi. Awalnya, dipikirnya ia dipanggil untuk mensupport sang adik di dalam perusahaan investor. Namun, ia sempat kaget, karena justru ia lah yang ditantang untuk memimpin dan mengelola perusa-haan itu.

“Bisnis beliau suplai kayu lantas meng- ambil alih industri mebel yang selama ini disuplainya. Karena tidak mengerti seluk beluknya maka dicarilah profesional se- perti saya,” tuturnya. Usai bertemu, sang investor pun meminta Martinus untuk mengelola perusahaan ini. “Di kantor lama, posisi saya belum sampai dijenjang direktur. saya bingung dengan tawaran itu karena baru bertemu setengah hari,” sambungnya.

Cita-cita beliau adalah membuat pabrik mebel. Tahun pertama di sana, pihaknya masih berkutat untuk merintis jalan kearah itu. Awalnya dilakukan den-gan menjadi sub kontraktor sebuah peru-sahan mebel besar saat itu. Lantas setelah eksistensinya diakui mulai dengan mengi-kuti sejumlah pameran. Itu semua dilako-ni Martinus hingga tahun 1996.

Di tahun 1996 pula, ia mulai merintis dengan membuat bengkel sederhana di Cilebut, Bogor. ”Saat itu saya berpikir telah memiliki modal know how dan knowl-edge, mulai dari pembahanan, produksi sampai tata niaga ekspor. Inilah waktunya merintis pabrik dan bisnis sendiri,” jelas-nya. Ia membeli tanah seluas 700M2 milik mertuanya, dan mesin dari sejumlah kole-ganya. Ia sempat mencari Wide Belt Sand-er hingga ke Lampung. “Waktu itu harga barang bekasnya dipasaran sekitar IDR 60juta, tapi yang ini ditawarkan hanya IDR 14juta. Saya datangi sendiri. Kondisinya ya ada penyoknya, pneumatiknya tak ber-fungsi, kabelnya compang-camping tapi kondisi mesinnya cukup bagus,” tuturnya. Ia perkirakan mesin itu baru dipakai 1-2 tahun sebelum ditelantarkan. Tiba di Cile-but, mesin pun langsung dipreteli dan di-perbaiki sendiri. “Dengan membeli mesin itu saya sudah merencanakan arah dan pengembangan binsis ini ke depannya,” sambungnya.

“Jangan bayangkan berbentuknya se-buah pabrik,” katanya. Namun ia berhasil memiliki mesin-mesin produksi primer.

Martinus Bualit, Director PT Kudus Karya Prima:

“ Trust & Commitment ”

“Saya pikir saya punya know how dan knowledge tapi belum pernah berkesem-patan menjalankan pabrik sendiri, lantas ada orang yang menantangi saya untuk itu. ‘Kan tidak mungkin ada kesempatan un-tuk bisa menguji kemampuan saya untuk menjalankan satu pabrik. Paling ada risi- konya karena saya kan levelnya karyawan. Kalau mau tes pun tidak mungkin terka-bulkan. Ini menyangkut investasi yang ti-dak kecil, dan tidak mungkin karena kelas saya ‘kan karyawan. Jadi tinggal tes aja. Resikonya kalau gagal....... Saya pikir saya ini lulusan perguruan tinggi, kalau mau lihat tukang becak saja bisa menghidupi keluarganya. Lantas kalau saya gagal apa kalah dengan tukang becak?

“Saya terima tantangan itu. Yang lebih gila adalah ketika saya bilang pada beliau kalau saya masih berhutang ke perusahaan lama untuk membeli rumah. Kalau itu belum dilunasi saya tidak bisa meninggal-kannya. Lantas ditanya berapa hutangnya, setelah itu dia bilang besok kembali untuk menemuinya. Esoknya beliau menyerah-kan sejumlah uang. Ketika saya minta kui-tansi untuk ditanda tangani sebagai bukti pinjam uang. Beliau justru menampik sambil berujar untuk segera melunasinya. Apa gak gila tuh orang.....

“DiAwALi DengAn TAnTAngAn”

26 27

Page 16: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

InternationalFurnitureManufacturingComponents

2013May 23-25

Jakarta International Expo Kemayoran

A Strategic Alliance

with market leaders

www.ifmac.net

Opportunities for Perfect platform to connecta strategic alliance with market leaders in Indonesia.

Supported by:PT Wahana Kemalaniaga MakmurKomplek Perkantoran Graha Kencana Blok CH-CIJl Raya Pejuangan No 88, Kebon Jeruk, Jakarta 11530T: +6221 5366 0804 F: +6221 532 5890 / 87E: [email protected] W: www.ifmac.net

For enquiries, please contact us!

Kaigo Co., Ltd8F-3, No 9, Dehuei Street, Taipei TaiwanT: +886-2-2595-5726 F: +886-2-2595-5726E: [email protected]

IndoI n d o n e s i a n I n t e r n a t i o n a l F a s t e n e r E x h i b i t i o n

FASTENER

Concurrent Exhibition:

“Saat itu, belum ada mesin moulding bah-kan spray booth pun buatan sendiri. Din- dingnya juga dari bambu yag dibelah dua dan beratapkan asbes gelombang. Sangat sederhana namun tetap bisa berproduksi,” jelasnya. Klien awal diperoleh dari kantor lama memilih ikutan pindah. “Produknya baby chair dari kayu karet yang bertahan hingga saat ini,” lanjutnya. Ekspornya pun berawal dari 1 kontainer 20ft perbulannya.

Tahun 1997-1998, saat krisis pertama, Martinus menyadari jika penghasilannya yang diterima perbulan jauh lebih besar dari gaji perbulannya sebagai karyawan. Krisis saat itu juga mendatangkan berkah baginya, karena kejatuhan Rupiah terha-dap mata uang dunia. Windfall ini diman-faatkan untuk membesarkan bisnisnya. Ia pun menggagas membuat mebel dari

kayu jati, seperti yang disarankan salah satu adiknya yang bekerja di Semarang.

Menurutnya, komponen tertinggi dalam produk jati adalah bahan baku se-hingga tidak tepat jika lokasi pabrik jauh dari sumbernya. Itu sebabnya pada tahun 1998, ia pun membuka pabrik di Kudus. Lokasinya tepat di lokasi saat ini. “Pabrik ini dilelang oleh bank dari pemilik lamanya dengan harga murah, tapi sudah ada ba- ngunannya,” ungkapnya. Ekspor pertama ke Amerika Serikat dilakukan pada No-vember 2008, selang berapa bulan sesu-dah pendirian pabriknya di awal tahun itu.

Saat baru pindah, pihaknya sempat mengalami kesulitan mencari pinjaman dari bank. “Mereka tidak pernah mau meminjamkan uangnya ke pabrik yang baru,” tuturnya. Lalu ia menceritakan ke-

“Desain bisa berasal dari customer ataupun kami sendiri. Ada disain asal pengembangan disain yang sudah ada, atau yang baru sekalipun. Seba-giannya sudah dipatenkan. Customer hanya mengirimkan disain dasar yang masih kasar, lantas kamilah yang mematangkan dan mendetil-kannya termasuk piranti yang digu-nakannya. Kami harus menerjemah-kan mulai dari konstruksinya hingga jenis dan ukuran material yang akan digunakan. Mereka mengandalkan kami untuk bisa merealisasikannya. Ini termasuk pembuatan purwarupa dan pengujian untuk memenuhi per-syaratan kekuatan dan keamanannya.

“DiSAn DAri CUSTOMER, KAmi yAng

mereALiSASiKAnnyA”

“Waktu di Cilebut, tidak ada satu-pun karyawan kami yang berpengala-man kerja kayu. Jadi saya harus men-gajari mereka satu persatu, mulai dari awal hingga bisa melakukan kerjanya dengan benar. Di sini juga begitu. Itu bukan masalah karena saya merasa puas. Ada plus minusnyalah. Kami start lebih lambat tapi mereka yang dididik dengan cara yang benar maka tahu bagaimana melakukannya den-gan benar.

“menDiDiK SDm DAri AwAL”

28

Page 17: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

sulitan itu pada klien lamanya. Ia katakan jika sang klien punya dana menganggur USD100.000 bisa dipinjamkan untuk pem-buatan instalasi Kiln and Dry. “Pembayaran-nya dilakukan dengan barang orderannya, 30% dari nilainya untuk membayar ang-surannya. Tanpa basa-basi uangnya pun ditransfer,” lanjutnya.

“Selama ini, tidak ada satupun klien yang datang mengorder ke sini pergi dengan kecewa. Padahal mereka tidak pernah bertemu dan hanya berkomuni-kasi via email atau telpon, tapi hingga kini ordernya selalu datang.

“Dulu saat di Cilebut, ketika ekspor awal ke Amerika ada problem karena cat-nya lengket sehingga tidak bisa dibuka. Kami cek dengan produk serupa di gu-dang, klaim itu betul adanya. Lantas kami putuskan untuk mengganti seluruh keru-giannya yang berjumlah satu kontainer. Barang yang di sana, saya serahkan pe- nanganannya ke dia. Mau dimusnahkan silakan. Mau direpair, saya beritahukan caranya dan itu jadi miliknya kalau bisa direpair.

Sejak itu, klien tersebut benar-benar percaya dengan pihaknya. “Dia tidak was-was untuk berbisnis dengan kami. Itu yang saya jaga ke semua klien saya. Trust!” “Kalau ada komplain yang muncul, rata-rata memang ada factory fault. Kalau itu diklaim dan ditemukan benar adanya maka selayaknya factory bertanggung jawab,” sambungnya. Kalau tidak, sama

“Ekspor hingga saat masih 50 persen ke Amerika dan sisanya ke Eropa. Negara di Eropa meliputi Belgia, Ing-gris, Jerman, Italia, Perancis, Belanda, Slovenia, dan Turki. Pasar China baru tahun lalu dijajaki dari custom-er di Belanda. Saat itu dicoba dulu 1 kontainer, dan hari ini ada repeat order 1 kontainer. Jadi ada market di sana, dan bisa dilanjutkan. Kami sudah mulai antisipasi dengan me-rencanakan ikut pameran di China, mungkin di Shanghai. Kami pernah ikut pameran di Spoga tahun 2003 dan 2004, namun customer merasa ti-dak nyaman dengan kehadiran kami sekalipun produknya beda dengan produk mereka. Kualitas kami bisa berkompetisi dan berpotensi menjadi pesaing bagi produk-produk mereka. Itu yang membuat mereka tidak nya-man.

“AKAn menjAjAKi PASAr CHinA”

Sampai saat ini, kami masih meng-gunakan kayu jati sekalipun jum-lahnya sudah menurun hingga setengahnya. Tahun 2003-2004, konsumsinya mencapai kisaran 15000M3 jati pertahunnya. Semua- nya disuplai dari Perum Perhutani. Sekarang, hanya sekitar 2000M3 pertahun. Material ini sudah dige-ser dengan dominasi stainless steel. Namun saya perkirakan dengan naiknya demand pasar Amerika paling tidak masih dibutuhkan 3000 hingga 4000M3 kayu jati pertahun-nya.

saja orang yang sudah memberikan uang tidak mendapatkan barang yang bisa di-gunakan.

Menjaga kepercayaan itu berawal dari ajaran orang tuanya yang menyebutkan jika ”Kalau kamu berbisnis jangan sampai membuat orang lain menderita, karena hokimu tidak akan datang lagi,” kisahnya. Namun, menurutnya, orang tuanya tidak pernah menjelaskan secara rinci soal kon-sekuensinya.

Untuk menjaga itu maka pihaknya selalu patuh dalam menjaga kualitas. Jika speks sudah ditentukan maka itu harus dijaga benar. Itu sebabnya kepala bagian quality control di pabriknya me-miliki kedudukan kokoh karena tidak bisa diinterupsi siapapun, termasuk dirinya yang notabene atasannya. “Kalau ada pe-maksaan karena ancaman delay dengan memaksa petugas quality control untuk meloloskan barangnya, maka saya bisa marah besar” lanjutnya.

Untuk menjaga trust dibutuhkan komitmen penuh. “Kalau sudah komitmen soal harga dan waktu pengiriman maka tidak akan ada perubahan. Apapun dan berapapun perubahan harga materialnya

tak akan bisa berpengaruh pada perubah-an komitmen yang sudah dibuat,” ujarnya.

Ia menunjuk pada sebuah perusahaan suplier yang sering melakukan koreksi harga di tengah-tengah kontrak yang su-dah ditanda tangani. Menurutnya, “Lan-tas buat apa punya kontrak, dan masih harus membayarkan uang muka lagi. Itu kan menimbulkan ketidak pastian dalam berbisnis,” katanya. Jika perusahaannya berlaku sama seperti itu maka sudah pasti tidak akan ada trust lagi.

Jika terjadi perubahan ditengah kontrak maka itu risiko. ”Kami harus me- nyelesaikan sekalipun tidak memperoleh marjin. Nanti akan terkoreksi dikontrak berikutnya,” jelasnya. Pihaknya tidak bisa melakukan koreksi ditengah jalan. Dima- tanya, jika itu dilakukan maka berarti sama dengan menutup pintu pabrik terhadap customer. Itu merupakan kerugian besar karena customer tidak akan pernah kem-bali. “Pabrik itu hidup dari pembeli itu. Apakah volume pembeliannya besar atau kecil, itu nomor dua. Dari segi hongshui, kalau sudah punya sikap seperti itu, sudah jelek,” tandasnya.

“MAsih MeggunAkAn kAyu JAti”

30 31

Page 18: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Erik Ismargono, pendiri sekaligus pe-milik CV Erik Furniture Manufactur-ing di Jepara tidak pernah merasa gusar ketika tahu karyanya dijiplak

habis-habisan oleh kolega, tetangga atau kenalannya. Ia juga tidak perlu merasa ha-rus dipusingkan dengan kebiasaan meniru alias copycat yang tumbuh subur di kota ini, karena baginya “Mereka tidak akan bisa mengikuti keseluruhan tahapan produksi yang kami terapkan disini,” jelasnya.

Agar produk tiruan bisa lebih murah, para peniru harus mengambil jalan pintas misalnya dengan memperpendek lama waktu kiln and dry. “Harusnya empat puluh hari dipotong jadi setengahnya,” jelasnya. Celakanya kayu trembesi (meh) memang membutuhkan waktu treatment sepan-

jang itu, jika kurang maka sudah bisa di-pastikan kandungan airnya tetap tinggi dan berjamur saat sampai di pelabuhan ekspor tujuan. Tak hanya itu, para peniru juga kerap memperkecil ukuran kaki kursi atau meja yang dibuatnya. Akibatnya, pelanggan pun mengomel habis-habisan. Biasanya omelan itu juga sampai pada dirinya. Setelah itu order produk serupa pun terbit. Kondisi yang sangat mengun-tungkan tentunya.

Baginya, tak sulit untuk bisa membuat produk serupa karena memang pabrikan-nya merupakan pembuat orisinalnya. Na-mun ia tetap mengatakan bila pihaknya tetap harus taat terhadap prosedur dan tahapan yang distandarkan. Jika tidak maka bencana serupa tak akan terhindark-

an. Ia mengungkapkan jika pihaknya per-nah mendapatkan pelajaran berharga dari order seorang pelanggan yang membayar penuh dimuka hanya untuk bisa dipri-oritaskan. “Ordernya kecil tapi dia berani melunasinya dimuka,” kata Erik. Ternyata ini justru mengganggu ritme kerja yang sudah ada.

Belajar dari situ, perusahaan ini tidak lagi tertarik terhadap godaan sesaat itu. Untuk bisa memproduksi mebel asal kayu meh itu diakuinya memang membutuh-kan kesabaran, terutama melihat godaan uang yang dibawa pelanggan. “Kami ha- rus tetap menerapkan first come first serve,” jelasnya.

Semuanya berjalan sangat mekanis, mulai dari sawmil ke KD lalu ke produk-si. “Dengan irama yang ada, kami tahu berikutnya order dari siapa, materialnya seperti apa, apa yang harus dikerjakan,” katanya. “Akibat sundulan itu, justru kami dikomplain dari pelanggan lainnya. Agar tidak terjadi lagi maka kami harus tertib, bisa tidak bisa kami harus tertib terhadap diri sendiri. Kami punya time schedule su-dah jelas,” lanjutnya.

Saat ini pihaknya baru saja menam-bahkan satu jalur produksi baru untuk mengolah limbah kayu meh. Limbah yang ada digunakan untuk membuat produk baru seperti lampu dan meja kopi. Ba-rangnya harus kecil dimensinya, dan dijual dengan harga lebih murah. Diakuinya jika pihaknya bisa menjual produksnya dalam jumlah lumayan. Limbah pun berubah menjadi stok, dan berfungsi sebagai pen-gisi (filler) jika kontainer pelanggan masih kosong.

Selain, itu tersedia pula jalur produksi baru untuk mebel berbahan dasar ply-wood. line ini baru diadakan sekitar satu setengah tahun lalu. Produk akhirnya ada yang berupa meja makan dengan corak atau style boatwood. Insipirasinya datang dari kapal nelayan yang kayu lambung dicat berulang-ulang oleh pemakainya selama bertahun-tahun agar awet. Penge-catannya tidak menghasilkan yang sem-purna karena pasti sebagian akan menge-lupas atau dikerik sebelum ditimpa cat yang lebih muda warnanya. “Kami pikir kalau menggunakan kayu sampan asli pasti cari penyakit, lantas saya tantang

Kalau Tidak Ada Pasarnya,

Ciptakan

“Untuk sertifikasi atau SVLK kami menekankan faktor legalitas dari para suplier. Kami tidak menerima kayu tanpa surat-surat lengkap. Bedanya harganya hanya sekitar IDR200.000 per truknya. Kami sangat menekankan itu jika me-mang mau berbisnis dengan kami. Kayu meh atau trembesi bukanlah kayu hutan. Itu tidak menjadikannya sangat rumit seperti jenis kayu hutan lainnya.

“MenyoAL sertifikAsi”

“Kalau sudah menangani komplain tidak akan ada habisnya. Disini ba- nyak copycat. Pernah ada customer yang sudah tahunan menjadi cus-tomer mengomel soal mutu satu ba-rang. Dia bilang itu buatan kami, lalu dia kasih foto-fotonya yang seng- aja dibuat bagian-bagian secara makro. Akhirnya gambar itu bisa kami kenali melalui kaki kursinya. Ukurannya ternyata lebih kecil dari yang biasa kami buat. Lantas kami verifikasi dan cek soal invoicenya. Ternyata itu produk copycat bukan produk dari kami. Lantas dia minta maaf, dia bilang salah komplain. Malahan ketahuan belangnya kan. Sudah marah-marah ternyata salah. Dia mau cari keuntungan dengan mencari pemasok yang lebih mu-rah dari kami. Kami tidak bisa me-larang orang beli satu set, sekalipun konsekuensinya dia bisa menyuruh orang lain memproduksi lebih mu-rah untuknya dengan contoh itu. Kalau produksi copypaste itu ba- nyak di sini. Kepuasan kami adalah si customer mendapatkan barang yang eksklusif ukurannya untuk dirinya. Kami tidak menghitung jika nantinya dia memproduksi dia lain tempat untuk dapatkan harga mu-rah.

“Customer tAhunAn pun MAsih

BisA nyeLeneh”Custom order yang utama, sekitar 40% dari total shipping. Wholesales itu sekitar 30%, baru project base. Kalau kami terlalu fokus ke wholesale takut-nya kami akan kehilangan sentuhan akan hasil terbaik. yang memproduksi dengan waktu cepat. Wholesales itu membuat kami tidak peduli dengan tautan dalam seleksi material dan produksi . apalagi kalau ukurannya ke-cil seperti 1m x 50cm, maka terpenuhi. Coba saja begitu dicustom order pasti belum sampai seminggu sudah dikom-

plain habis. Custom order harganya sangat me-

narik. Itu tekanannya. Kami memper-siapkan semuanya sejak penggergajian dengan log. Setiap log dan kayu hasil gergajiannya memiliki nomor induk dan selalu berurutan, dan harus selalu bookmatch satu dengan lainnya. Mau ditumpuk setinggi apapun digudang tidak jadi soal. Kita tinggal lihat mana nomornya dan membongkar untuk menemukan barangnya.

“Custom order yAng utAMA”

“Kami masih memproduksi mebel dari kayu tamarind atau asam jawa. Itu sangat jarang karena kayu ini ti-dak bisa diam. Tak ada yang bisa memperhitungkan kapan kayu yang sudah dua tahun lebih bergerak lagi. Itu sudah kami jelaskan sejak awal ke pelanggan agar mereka tidak kaget nantinya. Ada pelanggan yang pernah komplain karena mebel dari kayu ini setelah dipakai dua tahun masih bergerak dan melemparkan bautnya. Ada teman yang bilang bisa buat mebel serupa dari kayu yang sama dengan harga lebih murah. Saya bilang silahkan buat. Tahunya di kon-tainer saja barangnya sudah mem-busuk. Itu belum sampai pelabuhan tujuan terdekat.

“siLAhkAn BuAt”

“tAnpA kLAiM kitA tidAk pernAh

BeLAJAr”“Klaim itu tidak selamanya buruk. Tanpa klaim kita tidak pernah belajar. Mengerjakan order tama-rin atau kayu asam yang pertama kali mendapatkan klaim karena busuk kedua kontainer. Ini karena tidak paham karakternya. Kayu ini tida bisa ditempelkan dengan kayu yang sama. Finishingnya ti-dak bisa dengan NC. Lebih bagus dengan melamine. Treatmentnya juga khusus sekali. Salah treatment bisa-bisa busuk jadinya.

“hArus terencAnA seJAk AwAL”

“Raw material itu harus sudah fix dan itu harus dihitung penyusutannya. Sudah direncanakan untuk jadi produk apa deng- an ukuran berapa serta siapa yang akan membeli. Jika tidak masuk, lantas harus direncanakan bisa untuk siapa lagi. Jadi ha-rus sudah terencana sejak awal. Mulai dari pembahanan. Itu sebabnya saya suka sekali nongkrong di sawmill. Saya punya teman di sawmill, seorang ibu yang berkain ke-baya yang sedang mengajari anaknya untuk itu. Kepuasan itu ada dari awal. Tidak bisa muncul tiba-tiba, karena anda tahu setiap perubahan yang terjadi. Dengan melaku-kan itu, anda tidak akan menyalahkan orang lain jika ada kesalahan yang terjadi.

Erik Ismargono,Owner CV Erik Furniture Manufacturing:

Profile

32 33

Page 19: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

karyawan finishing untuk menggunakan kayu tripleks,” katanya. Hasilnya serupa sekalipun prosesnya agak lama. Lantas muncul gagasan untuk menipiskan cat yang digunakan. Butuh waktu sebulan untuk bisa menemukan formula triknya. “Panelnya dicat berulangkali lalu dirusak atau dirustic. Ngirit karena ga perlu ke pelabuhan cari kapal rusak,” lanjutnya.

Sample itu lantas diberikan ke pelanggan dan disetujui. “Ordernya tidak besar karena untuk satu kontainer ukuran 40kaki, volumnya sekitar 2M3 merupa- kan produk berfinishing boatwood pada-hal itu triplek” katanya. Awalnya, triplek bermutu terbaik yang digunakan,tapi ke-nyataannya material sama bermutu jelek pun bisa menghasilkan produk serupa. Dengan cara demikian marjin keuntung- an bertambah dan “Untungnya buyernya ga nawar juga”.

Awalnya, perusahaan ini mem-produksi mebel yang kebanyakan meng-gunakan kayu jati. Selain itu ia juga menggunakan kayu mahoni bahkan asam jawa (tamarind). “Kami beralih dari kayu jati ke meh karena dulu pasar kami sepenuhnya pasar Amerika, tapi ketika perekonomiannya jatuh barulah terjadi itu,” jelasnya. Sebelumnya, diakui jika pabrikannya tidak pernah terpikir untuk memasarkan produknya ke pasar do-mestik. “Begitu Amerika collapse barulah terpikir untuk membeli sawah dan mena-nam padi. Itu jalan keluar terburuk jika situasi tidak kunjung membaik,” jelasnya

sambil tertawa ngakak. Dulu, pihaknya tidak pernah berpikir

untuk membuka showroom. Begitu krisis terjadi dibuatlah itu dengan tujuan un-tuk mempenetrasi pasar domestik. “Dulu kami buat produk bergaya victorian an-tique dari kayu mahoni yang dicat agak tebal dan kemudian dirustic,” katanya. Kini ia tidak hanya memiliki showroom tapi juga brand Habitat.

Menurutnya, dengan style tersebut sudah dipastikan jika gambar bendera Inggris alias Union Jack merupakan gam-bar terlaku. “Saya tidak mau itu,” katanya. Ia justru menghendaki banner kuno sebagai gambar dibagian muka mebel buatannya. “Kegemaran orang Amerika itu tidak jauh dari otomotif dan minum. Saya mau bergambar banner kuno dari sebuah bir tapi lantas dirustic. Logonya logo lawas tapi penerimaanya disana jus-tru bagus,” sambungnya. Ide yang cukup brilian dan berdampak langsung pada peningkatan penjualannya.

Menurutnya, eksperimen dalam pengembangan desain merupakan se-buah keharusan. Namun hingga saat ini, ia masih melihat dirinya belum se-berani kolega pengusaha yang mampu merealisir ide yang sangat sulit. “Ada seorang kolega yang sangat ahli dalam menempelkan timah ke kayu bolong dan tidak terbakar. Hasil akhirnya luar biasa karena harganya juga amat tinggi,” katanya. Menurutnya, produk itu jelas eksklusif dan hanya untuk orang super

kaya. Konsumen akhir hanya beli satu item dan baru melakukan repeat order setelah 2-3 tahun. Itu sebabnya ia mengatakan “Butuh berimajinasi dalam mendisain dan memproduksi seperti misalnya kursi cantik yang tadi anda lihat,” tambahnya.

“Saya tidak bisa begitu,” jelasnya. Menurutnya, pihaknya memang mem-buat produk spesial namun dengan harga yang tidak terlalu tinggi. “Jadi masih bisa dibilang sebagai mass product,” sambung-nya. Dengan cara itu pihaknya tidak perlu mencari-cari kayu hingga ke Jawa Timur, lalu dibawa ke gudang dan diamplas. “Ka-lau itu yang terjadi, siapa yang mau beli?”

Ketika diwawancarai, perusahaan ini sedang mengerjakan proyek untuk sebuah hotel di Dubai, Uni Emirat Arab. Sekalipun diakui pihaknya sudah terbiasa dengan proyek serupa, tapi kali ini komu-nikasinya “benar-benar kenceng”, ujarnya. Sebelum proyek ini, pihaknya pernah mengerjakan order pembuatan gazebo berdiameter 6 meter tanpa tiang diten-gah. Hanya ada ikatan diatas. Pembuatan ini untuk even grandprix F1 Dubai yang akan berlangsung saat itu. Semua tahapan dijalankan dan begitu barang sampai ke Dubai, ternyata eventnya sudah lewat. “Bu-kan karena mutunya jelek atau ada cacat-nya tapi eventnya sudah lewat. Saya tidak tahu apakah gazebo itu akan dipasang di event grandprix F1 berikutnya.

“Saya berfikir kok ada ya orang se- perti itu, mau membuang uang begitu saja tanpa barangnya terpasang pada saatnya.

Dari situ saya berkaca melihat ternyata pasar seperti ini,” katanya. Dimatanya, ada orang dengan modal terbatas namun bisa menjual item dengan keuntungan kecil. Namun ada juga yang berjualan hanya sekala-sekali tapi dengan untung besar. “Lantas terpikir kenapa kami tidak buka banyak line produksi. Kami masih mem-produksi barang jati sekalipun tidak sam-pai 20% dari total,” jelasnya. Jadilah kini perusahaan ini mampu memproduksi ber-bagai macam orderan, bahkan termasuk order pembuatan kaki meja dari stainless stel.

Ide untuk membuka line produksi ini sebenarnya berawal dari keluhan pelang-gan ini soal harga produksi di Amerika sana yang berlipat-lipat ketimbang di Jepara, mendorong pihaknya untuk segera mere-alisasikannya. Ketika hendak membeli me-sin potong stainless stel alias plasma cutter, penjualnya justru bertanya apakah jika pihaknya mau membuat tangki minyak tanah. “Tetangga juga heran kok pabrikan mebel malahan ramainya sama dengan bengkel las,” katanya sambil tertawa. Me-miliki bengkel ini ternyata membuahkan kemudahan dalam berproduksi. Apalagi ketika mengerjakan bangku ular naga yang dipesan sebuah hotel di Dubai sana. Tanpa kehadirannya, waktu pengerjaan bisa jadi molor dari yang ditargetkan. Ia ti-dak perlu repot-repot dalam mensupervisi sekaligus bersilang pendapat dalam me- nerjemahkan ide hingga detil.

“Pegawai itu kan keluar masuk dari sebuah perusahaan, termasuk disini. Ada teman yang bilang itu bisa meng-hilangkan kerahasiaan pembuat- an mebel ala perusahaan ini. Saya bilang kalau memang tahu ya sudah buat saja. Ini bukan masalah, tahu cara kerjanya semestinya harus tahu pula pasarnya. Kalau ada yang bilang saya bisa bikin dengan harga jauh lebih murah, lantas saya tanya mau dijual kemana? Ke Sumatera atau Ka-limantan? Tidak bakalan laku dengan model seperti itu. Untuk pasar lokal model-model seperti produksi kami bakalan tidak laku. Untuk mebel, calon pembeli pasti lihat harga ter-lebih dulu. Produksi kami harganya selalu dikomplain lebih mahal. Pada-hal katanya kepuasannya sama saja. Kan tidak mungkin itu. Biasanya sih pembeli cenderung membandingkan, dan umumnya tidak ada yang sama karena ada personal touch-nya yang beda untuk tiap barang.

“tAhu cArA produksi, BeLuM

tentu tAhu pAsArnyA”

“eropA BukAn hoki kAMi”

“Kami tidak hoki dengan pasar Eropa. Kami punya 4 buyer asal sana dengan order 2 kontainer 40ft perbulannya ternyata lepas setelah krisis. Ini karena pajak. Harga kami masuk tapi pajaknya menghabiskan sebagian besar keun-tungannya. Mereka komplain kalau itu triple cost hanya karena terlalu tinggi. Tapi mereka bisa ke bali karena bia- yanya cukup murah.

“kALAu tidAk ikut pAsAr, yA ciptAkAn

pAsAr sendiri”“Lima tahun kedepan, perekonomian masih belum menggembirakan. Kayu meh berdiameter sebesar ini akan sulit ditemukan, karena butuh waktu sepu-luh tahunan untuk bisa tumbuh men-capai diameter sebesar ini. Tidak hanya ditanam tapi juga butuh perawatan. Mungkin recycle wood dengan style re-produksi atau menggunakan kayu min-di yang murah. Kalau kayu Kalimantan masih sulit pemasarannya. Kalau tidak mengikut pasar, ya saya menciptakan pasar sendiri.

34 35

Page 20: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

“made with Love

in indonesia”

“Dulu Indonesia diposisikan se- bagai basis industri, kami hanya memproduksi barang disini namun pengembangan dan penjualannya

dilakukan di negara lain,” jelas Vincent. Di matanya, saat ini , tren dan nilai pasar serta branding telah banyak berubah. “Sudah banyak berbeda dari yang dulu,” ungkapnya.

Diakuinya, pada saat ini brand Indo-nesia terus meningkat bahkan diban- ding dengan brand Belgia yang meru-pakan negara asal PT Mamagreen Pacific. Indonesia kini diartikan sebagai sesuatu yang mahal. Sebelumnya, ketika dise-butkan Made in Indonesia maka persepsi yang muncul dalam benak konsumen-nya adalah liability atau lainnya berko-notasi negatif. “Ini seperti produk yang low end, murahan, dan kualitas rendah. Saat ini, Made in Indonesia lebih berarti kreativitas, eksotisme, high quality, high service dan high end. Bahkan berapa di antara juga berarti barang mewah. Jadi brand Indonesia dan dulu dan kini sudah jauh berbeda”.

Perubahan besar inilah yang mendo-rong perusahaan berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) asal Belgia ini me-nambahkan kata-kata “Made with love in Indonesia” di dalam logonya. Peluncuran resmi logo baru ini telah dilakukan ber-samaan dengan berlangsungnya pa-meran IFFINA yang berlangsung pada pertengahan Maret lalu.

Menurut Vincent, penjualan produk perusahaannya telah mengalami pe- ningkatan signifikan dalam dua tahun terakhir. Ia juga memperkirakan penjua-lan untuk setahun ke depan juga akan lebih baik dari sebelumnya. “Prospeknya sangat bagus,” jelasnya. Hal ini ditunjang dengan telah masuknya order dari para buyer yang diperkirakan akan mema-datkan jadwal kerja dalam setahun ini. Hal ini merupakan kontribusi positif dari pencapaian perusahaan, sekaligus kons-tribusi positif dari perubahan logo itu.

Saat ini, ada tren yang memperlihat-kan pembeli lebih suka berbelanja se-cara langsung ke pabrikan seperti PT Ma-magreen Pacific. Hal ini telah merubah Indonesia dari sekedar berperan sebagai basis manufaktur menjadi basis whole-sale sekaligus retail. Banyak aktivitas ritel yang dilakukan perusahaan pada saat ini. “Saat ini, kami juga berperan sebagai wholesaler yang dulu hanya ada di Eropa. Riteler Eropa harus memotong ongkos-nya agar tetap ekonomis karena pereko-nomian yang sedang sulit”, jelasnya.

Vincent Cantaert, Director PT Mamagreen Pacific Indonesia yang berlokasi di Semarang Jawa

Tengah menyebutkan bila Indonesia tidak lagi dikenal sebagai basis produksi tapi kini telah

menjadi creativity center yang kondang di pentas global. Perubahan inilah yang menaikan nilai jual

Indonesia dalam berapa tahun belakangan.

Biz Profile

Creative team

Vincent Cantaert, Director PT Mamagreen Pacific Indonesia:

36 37

Page 21: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Indonesia Lebih Berprospek

Menurutnya, produk dari Indonesia kualitasnya sama baiknya dengan produk serupa misalnya dari Filipina. Namun karena Indonesia masih baru dalam level ini, sehingga memiliki prospek lebih besar dan lebih baik di masa depan. “Saya pikir ini pertanda yang positif,” ungkapnya.

Saat ini, seperti yang dikatakannya ada tiga negara di Asia yang menjadi basis produksi yaitu China, Vietnam dan Indo-nesia. Menurutnya, ketiganya berada pada level yang sama. Vietnam lebih pada low-end product dan lebih murah dalam upah tenaga kerja. China lebih baik kualitasnya dan mass production. China lebih baik di produk yang menggunakan alumunium dan metal. Sedang Indonesia bagus di kayu dan lebih baik untuk development center guna diproduksi secara massal di kedua negara itu.

Perusahaan yang berpusat di Belgia ini ternyata memiliki basis produksi di China, Vietnam dan Indonesia. Namun menurut-nya “Kami tidak mendevelop produk di Chi-na dan Vietnam”. pengembangan produk hanya dilakukan di sini, namun produksi massalnya di lakukan di kedua negara itu. Ini lebih merupakan hasil dari pertimbang- an bahwa di sini proteksi desain lebih ba-gus dibandingkan di kedua negara itu. “Not good enough but better than China and Vietnam,” jelasnya.

“menjembATAni KreATif DAn ProDuKSi”

“Yang paling sulit adalah menuang-kan ide keatas kertas. Dari gambar itu anda harus bisa membuat sebuah mebel. Mebel haruslah good dalam quality dan economic sound to produce. Tanpa ke- duanya akan useless nantinya. Jika harg-anya tidak masuk di pasaran maka sulit untuk diproduksi. Out of the market.

“Faktor ergonomic menjadi lebih pen- ting saat ini. orang tidak mau duduk di kursi kayu yang keras, orang tidak mau beli barang yang dipakai setahun sekali atau tidak pernah dipakai sama sekali. Orang mau beli untuk rileks sehingga semuanya harus ergonomis, berkualitas bagus, tahan terhadap cuaca.

CoPy rigHT buKAn rigHT To CoPy

“Approval proses HaKI di sini masih lebih lama dibanding seperti di Swiss. Bu-tuh waktu enam bulan mulai dari pendaf- taran hingga keluarnya sertifikat. Ter-kadang lebih cepat atau lebih lama. Jika lebih pendek waktunya maka akan mendo-rong kreativitas lebih lagi. Registrasi proses untuk paten terlalu lama. Sertifikasi yang dikeluarkan harus international scope. Itu akan lebih baik.

“Saat ini kami double registration, di Jakarta dan Swiss. Lebih bagus bila hanya di Jakarta tapi skalanya internasional. Un-tuk skala internasional masih lebih mudah didaftarkan di Swiss karena cepat dan mu-dah. HaKI merupakan sesuatu yang baru di indonesia. Nyaris tidak ada orang yang paham persoalan ini di sini. Juga lawyer spesialis bidang ini di sini.

“Perubahan dari industrial base men-jadi creative center membutuhkan per-lindungan atas desain-desainnya dalam berbagai industri. Itu merupakan hal pen- ting karena bisa mendorong peningkatan kerja kreatif di masa depan.

“Bahan baku di sini, Sumber Daya Manusianya di sini. Juga pekerja inte- leknya di sini. Televisi dan internet juga penggunaannya meluas. Jakarta fashion week menjadi penting seperti juga industri musik di sini. Semua bagian dari industri kreatif di sini menjadi lebih penting lagi. Potensinya sangat besar tapi perlindungan disain masih menjadi kelemahan.

Yang menjadi perhatian serius adalah kurangnya sosialisasi pemerintah terha-dap Undang- Undang terkait Hak Keka- yaan Intelektual (Khususnya Cipta, Merk dan Desain Industri ) terutama terhadap pemahaman Sanksi yang terkait dengan pelanggaran HKI. Bahwa Sanksi bagi pi-hak yang melanggar HKI (khususnya Desain Industri ) dapat dituntut melalui Pidana dan atau Perdata, Sehingga jelas bahwa pelanggar bisa masuk penjara dan atau membayar ganti kerugian yang ditim-bulkan akibat pelanggaran yang dilakukan-nya.

“Filosofi kami adalah kami mendisain sesuatu yang tidak ada di pasaran. Ini ide dasarnya. Kalau itu sudah ada di pasaran maka kami percaya anda harus berkom-petisi dalam harga. Itu karena barang itu sudah ada di sana. Kami berusaha mendesain sesuatu yang baru. Tentu saja kadang bisa sukses, tapi juga bisa gagal.

“Tren berubah dengan cepat sehingga kami harus buat sekitar 2 koleksi per-tahun. Dulu hanya satu. Ini sekitar 100 item pertahunnya. Ini banyak presure, tapi siklus hidup sebuah produk kian pendek maksimum hanya 5 tahun untuk item yang disebut the winner. Kebanyakan item hanya berusia 2 tahun saja. Peak of the product biasanya hanya satu tahun. Banyak orang mencoba saat pertama, lalu order pada season berikutnya dan melu-

pakannya setelahnya. “Disain market makin kehilangan

pasar banyak kalangan mid-end yang hi-lang akibat tergerus krisis perekonomian. Orang berupaya membeli disain karena ingin barang baru. Ada sejumlah produk klasik untuk memenuhi kebutuhan ini. Kebanyakan berupa meja, dan siklusnya bisa mencapai 7 tahun. Jika mereka ingin kursi maka disini perubahannya begitu pesat. Sekitar 1-2 tahun dan warna-warni juga berubah cepat. Warna juga menjadi faktor penting saat ini. Konstruksinya bisa thicker atau menggunakan metal. Juga bisa menggunakan upholstery de- ngan warna dan tekstur berbeda. Juga dengan kombinasi dari semua material. Ritmenya juga kian cepat, dan menjadi fashionable pada saat ini.

“DeSAin SemAKin CePAT berubAH”

“Kami punya sepuluh orang di desain de-partemen, enam di antaranya di bagian kreatif sedang sisanya di bagian teknik. Director Eric Kuhn lah bertanggung jawab di atas persoalan teknis di sini. Ia menjembatani antara disain yang abstrak dengan bagian produksi. Orang kreatif cenderung hanya menuangkan idenya

tanpa pernah berfikir bagaimana bisa memproduksinya. Jadi Ia lah yang meng-hubungkan antara artisitik dan produksi. Jangan sampai artistik tetap menjadi ab-strak tanpa ada kemungkinan untuk di-produksi. Jadi design department di sini terbagi antara pure creative dan technical.

Stripe sofa

OKO casual bench & OKO coffee table 150x85

ZUDU dining chair (industrial look)

STRIPE dining chair horisontal (green), MAZZAMIZ table 100x100

cm (alu, wood)

BAIA round table dia 150 cm (taupe) & BAIA dining chair (taupe)

38 39

Page 22: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Event / HDMI

Jakarta, 7 Februari 2013Jepara sedang resah. Para pengrajin mengeluh, pendapatan mereka menu-run. Para pengrajin pula, khawatir, keah- lian menatah atau mengukir kayu mereka punah. “Bisa dilihat sekarang, kebanyakan pengukir adalah orang tua. Jarang anak muda zaman sekarang yang mau bekerja sebagai pengukir,” ungkap Bambang Kar-tono, Ketua HDMI yang berdomisili di Je-para. Padahal Jepara adalah kekayaan In-donesia yang tidak ternilai. Bukan sekadar memiliki nilai ekonomi, produk-produk Je-para juga memiliki nilai estetis yang tiada duanya di dunia, juga nilai sejarah yang panjang.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jepara men-catat, pada tahun 2012 nilai ekspor ke sejumlah negara mengalami penurunan yang signifikan. Tahun 2012 nilai ekspor produk berbahan kayu dari Jepara sebe-sar USD 102,7 juta atau setara dengan Rp 964 miliar. Padahal di tahun sebelumnya,

jumlah nilai ekspor produk kerajinan dan mebel Jepara mencapai USD 111,6 juta atau setara dengan Rp 980,2 miliar. Pada-hal selama empat tahun terakhir, setelah dihantam krisis ekonomi Eropa dan Ameri-ka yang sangat parah pada 2008, nilai ekspor produk dan mebel Jepara sudah mulai naik kembali walau dengan angka yang terbilang tipis.

Dari segi estetis, ukiran Jepara bisa dibilang tak ada duanya. Kehalusannya, craftsmanship-nya dan citarasa seninya yang tinggi sudah diakui secara internasi-onal. Salah satunya oleh seorang konsul-tan kayu keras Amerika dan Eropa, Michael Buckley.“Nilai craftsmanship produk-produk ukirankayu di Jepara sangat tinggi dan tidak ada tandingannya.”

Semua kriya ini mempunyai makna mendalam dan sejarah yang panjang. Di-duga masyarakat Jepara telah mulai meng- ukir sejak tahun 1559, sesuai dengan ditemukannya motif ukiran pada dinding Mesjid di Mantingan. Jika benar, maka ke-

giatan mengukir sudah berlangsung sejak 454 tahun yang lalu. Motif ukir pada din- ding Mesjid Mantingan inilah yang diang-gap motif khas Jepara oleh para pengrajin ukir dan masyarakat setempat.

Bahkan ada dugaan lainnya yang me-nyatakan kegiatan mengukir di Jepara sudah berlangsung sejak abad ke-5 atau 6 masehi, tepatnya di daerah Candi Angin. Ukiran Jepara dalam perkembangannya terus dipengaruhi berbagai kebudayaan termasuk Hindu Jawa (Majapahit), Jawa Islam, Cina, dan yang terakhir Eropa.

Jepara juga bukan sekadar sebuah sentra ukir kayu. Kota ini adalah sentra ke- rajinan kayu hampir dalam bentuk apa pun. Tiap desa memiliki kekhasannya sendiri. Ada desa yang menjadi sentra ke- rajinan ukir relief, sentra kerajinan patung, mebel, divan atau tempat tidur, grandfa-ther clock, dan sebagainya.

Di masa kritis ini, sebagai salah satu pelaku industri mebel, Himpunan Desain Mebel Indonesia bermaksud mengam-

Workshop Desain Berbasis Kriya Ukir Kayu Jepara

“Hands Of

Japara”21 – 25 Januari 2013

40 41

Page 23: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

bil perannya dalam merevitalisasi ukiran Jepara, sekaligus meningkatkan kualitas produk Jepara agar lebih kompetitif di antara pasar produk dunia. Dengan latar belakang itulah Workshop desain “Hands of Japara” pada tanggal 21 – 25 Januari 2013 lalu di Jepara diadakan.

Workshop ini mengumpulkan 16 de-sainer dan pengrajin muda yang berasal dari Jepara, Jakarta, dan Bandung untuk berkolaborasi bersama dan mendiskusi-kan kembali ukiran Jepara: motif ukir yang manakah yang asli Jepara, bagaimana memaknainya di era kontemporer ini, apa kemungkinan bentuk yang bisa diolah dari ukiran Jepara, dan bagaimana mem-buka pasar-pasar yang belum tersentuh. Ini mengapa dalam workshop ini, para de-sainer dan pengrajin dikelompokkan ke dalam tiga kelompok: ukir tradisional, ukir modern, dan ukir fungsional.

Diharapkan, workshop ini bisa men-jadi wadah pertukaran pengetahuan yang menghasilkan pendekatan dan pemikiran baru, yang nantinya akan mendorong ke-berlanjutan keterampilan ukir Jepara, dan meningkatkan nilai produk Jepara. Desain yang dihasilkan selama workshop akan di-produksi oleh pengrajin-pengrajin Jepara.

Selain itu, workshop yang lebih banyak diikuti desainer dan pengrajin dari Jepara ini bertujuan memunculkan bakat-bakat muda dari Jepara, sehingga mereka dapat menjadi generator bagi perkembangan desain dan industri mebel di Jepara.

Untuk mendukung tujuan tersebut, dirancanglah berbagai kegiatan selama workshop berlangsung. Pada hari pertama diadakan serial seminar yang bertujuan memberi insight, sekaligus membuka wa-cana desain. Mulai dari presentasi Bam-bang Kartono Kurniawan, Ketua HDMI, tentang sejarah dan perkembangan ukiran Jepara, presentasi Adhi Nugraha, praktisi desain dan dosen ITB, yang ber-judul Transforming Tradition, Joshua Si-manjuntak, desainer produk berdomisili di Jakarta, yang memberi contoh bagaimana implementasi desain ke dalam kriya ukir Jepara, dan Jarrod Lim, desainer produk asal Singapura, yang berbicara tentang bagaimana membangun sebuah brand internasional.

Selain itu peserta workshop juga dibekali pengetahuan tentang kayu-kayu Amerika oleh Michael Buckley, konsultan kayu keras Amerika dan Eropa yang di-tunjuk oleh American Hardwood Export Council (AHEC), dan cara finishing mu-takhir yang lebih ramah lingkungan dan bervariasi dari Dow chemical dan Propan.

Pada hari selanjutnya, desainer-de-sainer melakukan kunjungan ke desa-desa sentra kerajinan seperti desa sentra kera-jinan ukir relief dan desa sentra kerajinan patung. Di sela-sela workshop yang ber-

tempat di workshop BC Kobo milik Sunaryo, para peserta juga berkesempatan berbagi pengetahuan dengan Suyanti Djatmiko, pengrajin yang berhasil mengembangkan motif Jepara ke dalam batik.

Di hari terakhir, para peserta mempre-sentasikan hasil pemikiran kelompoknya. Yang menarik, semua kelompok terlihat ingin merevitalisasi ukiran agar diterima pasar yang lebih muda dan modern. Hal tersebut terlihat dari desain-desain me- reka yang menunjukkan adanya penye-derhanaan motif, penggabungan mate-rial kayu dengan material lain, pencarian motif baru yang masih berbau tradisi tapi lebih modern, system konstruksi yang in-dustrial, mebel-mebel dengan fungsi baru, juga munculnya ikonisasi yang bercorak urban.

Tindak lanjut dari workshop ini adalah proses produksi mock up dan prototype oleh pengrajin Jepara, yang merupakan kolaborasi desainer dan pengrajin yang sesungguhnya. Prototype desain-desain yang dihasilkan pada workshop ini pada akhirnya akan dipamerkan pada area d-INsight, sebuah design space yang meru-pakan bagian dari IFFINA (International Furniture and Craft Fair Indonesia) 2013 pada tanggal 11 – 14 Maret di JIExpo Ke-mayoran, Jakarta dan dikelola oleh HDMI.

CASCOW merupakan bahan kimia untuk perawatan kayu yang tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan, aman digunakan pada furniture maupun peralatan rumah tangga lainnya.

CASCOW merupakan pewarna kayu terbaik karena tidak me- ngubah serat dan tekstur kayu. Warna meresap 3-4 mm, sehingga tidak hilang bila diamplas atau tergores.

CASCOW dapat digunakan pada segala jenis kayu, untuk menyamarkan doreng, alur minyak dan burik hitam pada kayu jati, bisa juga untuk blue satin / discolor pada kayu mahoni. Pinus, sengon dan kayu berwarna pu-tih lainnya.

CASCOW WHITE AGENT, dapat mengubah kayu dari yang sebelumnya berwarna gelap menjadi lebih terang dan tidak terlalu kontras.

CASCOW CONDITIONING WOOD & RECOVERY SYSTEM, untuk mengubah kayu yang berwarna terang (putih) menjadi lebih gelap seperti kayu tua.

CASCOW

TM

“Cascow White Agent sangat membantu dalam menyamakan warna dan memudahkan proses

finishing..” (Karipin, Manager Produksi CV Property)

Sejahtera ChemicalWood Treatment Chemical Specialist

Herman Hosana (Owner)(031) 7119 8008081 651 8908

Email: [email protected]: Jl. Bronggalan 2h No. 7a, Surabaya.Telp: 031 - 3811025Fax: 031 - 3811056

For furniture export, the uniformity wood color is the main quality factor for outdoor or indoor furniture made from teak. The environmental issue deal with global warming is also the important requirement of furniture exports to US and Europe.

Making excellent uniformity color furniture, high quality wood with uniform color is necessary. That’s why we must have wood in big volume, because we have to select the uni-form color and reject many different color wood that result-ing high cost on production.

The increasing price of teak and other Ja-vanese hardwood, but the price of export furniture is very competitive making us as industrialists need to do some tricks to push production cost without sacrificing qual-ity for export. One of the tricks is selecting economical material be equal with wood bleaching process.

Cascow White Agent is wood bleaching product that is accepted by environment according to the laboratory Surabaya, in which the result show chemical substances contained in Cascow White Agent appropri-ate with the standart for exporting furniture of one of US export furniture industry in Sura-baya. The result of the test is enclosed.

w w w.cascowonline.com

Before After

New Formula Treatment Perwarna Kayu Tanpa Jemur!

42

Page 24: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Hall 6, 7 & 8

Biz News

Indonesia has become the latest Asian country to join PEFC after China and Malaysia, demonstrating that PEFC is the forest certification system of choice

for the region. The Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) decision to join the world’s largest forest certifica-tion system was founded in PEFC’s unique bottom-up approach, which respects the uniqueness of sovereignty, ecosystem di-versity, and the culture of every country.

“Indonesia is home of some of the most biologically diverse forests in the world. We are looking forward to working with IFCC to promote sustainable forest

management through forest certification and welcome them as a PEFC member,” said Ben Gunneberg, PEFC Secretary Gen-eral.

“PEFC has refined its Sustainability Benchmarks over the past years to remove barriers to tropical forest certification, and we are excited to see the development of a national forest certification standard by Indonesians for Indonesians,” added Mr. Gunneberg. “The promise of Indonesian’s forests being managed sustainably, in a manner that provides people with jobs that comply with the fundamental ILO conventions, safeguards forest biodiver-

sity, and protects them from conversions, should be viewed by all who care about saving the world’s forests as an important first step in the right direction. The fact that the challenges of the past will be ad-dressed for a sustainable future is positive.”

Indonesia’s forest land comprises 60 % of the country’s land area, which makes it the third largest area of tropical rainforest in the world. Indonesia’s forest is therefore important not only for the national econ-omy and local livelihoods, but also for the global environment. The Indonesian rain-forests are also among the world’s richest in terms of biodiversity, yet for each year between 2003 and 2006, the Indonesian government estimates that around 1.17 million ha of forest was cleared or degrad-ed.

The economy in Indonesia is largely dependent on natural resources, with the forest sector employing around 4% of the total working population and contributing more than 9% of Indonesia’s non-mineral export revenue. The Forest Peoples Pro-gramme estimates that up to 95 million people in Indonesia (or 40% of the popula-tion) depend of forest resources for subsis-tence and trade, emphasizing the need for a balanced, responsible approach to forest management.

“We believe that for Indonesia to be-come a PEFC member is an important de-velopment,” emphasized Mr. Gunneberg. “There’s still a long way to go, and we ap-preciate the opportunity to advance the agenda through IFCC.”

By becoming a PEFC member, IFCC has fulfilled an important prerequisite for applying for PEFC endorsement. IFCC is currently facilitating a multi-stakeholder process at national level to develop an Indonesian forest management standard, and the organization is committed to seek international recognition for its forthcom-ing national standard.

“Joining PEFC is a natural step for any national forest certification system seek-ing international acceptance,” stressed Mrs. Saniah Widuri, General Secretary of IFCC. “We’ve been feeling welcomed and respected, and we are looking forward to working with fellow PEFC members to ad-vance sustainable forest management and forest certification in Indonesia.”

PEFC Continues Expansion in the Tropics

Certification Assessment Audit Team

44

Page 25: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

relating to their products and suppliers, and the application of their due diligence procedures for five years. Records must be available for review at any time by authori-ties designated in each EU country.

Information provided or collected about each consignment must include the following details.

• Full description of the products and tree species used in its manu-facture, including the trade name and common name of the spe-cies, as well as its full scientific name, where ambiguity in the use of the common name exists

• Country of harvest of all wood in-cluded, as well as the sub-nation-al region and concession in cases where the risk of illegal harvest-ing between sub-national regions or concessions varies

• Quantity of supply, in volume, weight or number of units

• Name and address of supplier• Name and address of trader to

whom the products have been supplied

• Documentation or other informa-tion indicating compliance with applicable national laws

What procedural information is required to demonstrate due

diligence?There are a number of certification and third-party verified schemes which aim to demonstrate the legality and sustain-ability of the wood and timber they cover. Buyers and sellers can include this certifi-cation or verification as assurance to mini-mise the risk of trading in illegal products, as long as the schemes meet technical re-quirements. Compliance with the EU Tim-ber Regulation does not, however, require that wood or products be certified or veri-fied in this way.

FLEGT-licensed wood, exported from any country that has a Voluntary Part-nership Agreement with an operational FLEGT licensing scheme, is risk-free and companies purchasing it are considered to be in compliance with the EU Timber Reg-ulation as the necessary due diligence has been carried out in the country of origin.

What are monitoring organisations and how are they

regulated?A monitoring organisation is a service

provider in Europe that has been accred-ited to offer an appropriate due diligence system to companies complying with the

Timber Regulation. Competent authorities oversee the monitoring organisations reg-istered in their country.

The easiest way to find an accredited monitoring organisation is to contact your national competent authority or trade as-sociation.

Extract from Jade Saunders

In March 2013 new legislation comes into effect across all 27 European Union coun-tries which changes the way companies trading in timber and wood products do business, set out in the European Union’s Timber Regulation (EUTR). It prohibits the “first placement” of any illegal wood product on the EU market. This applies to all timber, whether harvested in the EU or imported. It requires companies selling or distributing timber on the market for the first time - defined as Operators in the regulation - to be able to demonstrate that they have identified and taken steps to remove any illegal products from their supply chains – known as “exercising due diligence”.

In Indonesia, one of the largest planta-tion teak suppliers in the world also indi-cated that they are confident that the EU Timber Regulation will be good for honest traders. Having worked with their Euro-pean buyers to prepare for the EU Timber Regulation and having an SVLK export li-cense in place, the company said they are ready for the EU Timber Regulation.

The Implementing Regulation

In July 2012, details of the EU Timber Regulation requirements were explained further in an implementing regulation.

What is “first placement on the EU market”?

If a company sells or distributes timber or wood products that are physically pres-

ent in the EU, either because they were harvested in the EU or because they have been imported into the EU, then the leg-islation applies. The European Commis-sion has prepared detailed guidance on first placement and other important terms which is available on their website. You can also check if you are required to com-ply with these requirements by contact-ing your national competent authority or trade association.

What is a due diligence system?

A due diligence system is a series of pro-cedures that helps operators collect the necessary information about the products they purchase to assess the risk of sourc-ing illegal timber, and to actively minimise the risk of trading in illegal products. Sup-pliers will be asked to provide credible demonstration of legal sourcing and chain of custody in order for their customers to comply with the new requirements.

What product information is necessary to demonstrate due

diligence?The EU Timber Regulation requires all op-erators to maintain measures and proce-dures so that they can make information available on each consignment that is placed on the market.

EU importers need to keep all records

ABout the fLegt Action pLAn

The EU Timber Regulation is the most recent initiative introduced as part of the European Union’s Action Plan for FLEGT (Forest Law Enforcement, Gov-ernance and Trade). The FLEGT Action Plan, introduced in 2003, encourages legal and sustainable management of for-ests. This legislation is part of an increas-ingly powerful global trend of restricting trading in illegal timber.

The FLEGT Action Plan also in-cludes the negotiation of Voluntary Partnership Agreements. Countries with such agreements are developing verifi-cation and licensing systems to export timber and timber products to Europe. The EU Timber Regulation and these individual agreements are mutually rein-forcing, ensuring market access for com-panies in timber producing countries where the Government has taken steps to make sure that the forest sector oper-ates legally.

Biz News

the eu timber regulation – putting it into practice

Legal logging in USA

PHO

TO B

Y NELA

Malaysian sawn lumber endorsed by PEFC

three southeast Asian countries prepare for new

european timber import rules

Indonesia, Malaysia and Vietnam supply timber and timber products to processing countries such as China and consumer markets such as the Euro-pean Union. These three countries are implement-ing or negotiating a Voluntary Partnership Agree-

ment with the EU. At the same time, exporters are looking to supply due diligence information to

help their trade partners in Europe comply with the EU Timber Regulation.

By Michael Buckley

Once agreed and implemented, VPAs include com-mitments and action from both parties to halt trade in illegal timber, notably with a licensing scheme to verify the legality of timber and timber

products exported to the EU. This timber will then be called FLEGT licensed timber. The agreements also promote bet-ter enforcement of forest law and promote an inclusive ap-proach involving civil society and the private sector.

The EU and Indonesia have negotiated a VPA, which is ex-pected to be concluded in April 2013 and ratified later this year. The VPA will mean that FLEGT licensed timber products from Indonesia will be considered negligible risk under the EU Timber Regulation, and the EU buyer has fulfilled its EUTR requirements when buying this timber.

Indonesia’s licensing system to verify the legality of its timber, called the Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) is up and running. Export shipments verified as legal under

Tropical logs marked for tracking in Indonesia

46 47

Page 26: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

the SVLK scheme are issued with V-Legal documents. Such licences, while valid in Indonesia, are not FLEGT licences, and EU importers will still need to undertake due diligence until Indonesia’s VPA is ratified by both parties and fully implemented.

Indonesia and five EU countries have been testing export and import proce-dures using shipments of timber products with V-Legal Documents. The first tests embarked from Indonesia in October 2012 and arrived in European ports through De-cember 2012. Results from the test were reviewed in January 2013 and recom-mended changes discussed with authori-ties. There will be an assessment later in the year of the “operationality” of SVLK and all other operational elements under the VPA. A positive assessment would allow EU to accept FLEGT licenses from Indonesia once the VPA has been ratified and enters into force.

Representatives from Indonesia’s Min-istry of Forestry and the European Union held a joint press conference on the 22nd of January to emphasise their commit-ment to continuing trade in timber and wood products, worth approximately US$1.2 billion annually, as well as to fight-ing illegal timber trade. During the press conference Secretary General Hadi Dary-anto and the EU Ambassador to ASEAN Julian Wilson heralded the involvement of forestry stakeholders in the development of SVLK, because it encourages buyers to have confidence in the new scheme. They also underlined that Indonesia and the EU are in a critical phase as they move toward full implementation of new timber trade procedures defined in the VPA.

Andy Roby, FLEGT VPA Facilitator resi-dent in Jakarta recently said, “Indonesia is remarkable for where it has got to on developing a comprehensive and credible timber legality scheme. ... The government has a clear vision of where they want the industry to go, and that is to restore the

reputation of Indonesian forest products in international markets.” Indonesia has “adopted new timber trade legality rules in a move expected to boost bilateral timber trade” and has given details on progress. This regulation requires that from 1 Janu-ary 2013 all export shipments (not only to EU) need to have a V-legal document.

On the ground, perceptions of the coming changes vary from region to re-gion. Jepara in Central Java has long been a centre for traditional Indonesian furni-ture making and is a major world centre for wood carving. Local sources suggest there are more than 30,000 carvers in as many as 1,200 small companies. ASMIN-DO, the national furniture association, has only 315 members registered in Jepara, which shows the challenges of commu-nicating through the wood supply chain about new requirements. Master carver Sutrisno is ASMINDO’s specialist on the SVLK and EUTR. He is worried that “too many companies are unaware of the new regulations and unable to comply with li-censing procedures”. Few of them export directly, but more than half make products destined for export to Europe and else-where through traders and agents. Local log dealers appear to know their sources and claim that they are legal, but tracking the wood through the highly fragmented industry is still quite a challenge.

The reality for Southeast Asia is that FLEGT licensed timber will not be shipped before the 3 March deadline this year. A number of initiatives are ramping up to help the timber industry meet the EU Tim-

ber Regulation requirements. The Europe-an Timber Trade Federation has developed a due diligence system in collaboration with the Danish environmental consult-ing firm NEPCon. The aim is to provide a system that works for entire timber federa-tions or individual companies, based on a pan-European Due Diligence approach to compliance that other organisations, in-cluding national timber trade associations and consultancy firms, have developed for their members and clients. Third party cer-tification systems, such as FSC and PEFC, are updating their procedures to meet the new requirements. The European Timber Trade Federation has announced it will soon issue a due diligence guide, helpful for any company shipping wood products to the EU.

Compared with other countries that export much timber and remain at high risk for illegal logging, Indonesia, Malay-sia and Vietnam are reducing their risk and maintaining a thriving trade with the EU market. As timber importing countries continue to tighten their laws to favour le-gal and sustainable timber products, com-panies and governments with foresight are seeing the writing on the wall and re-sponding. 2013 will be an interesting year as the EU Timber Regulation increases the pressure to provide well documented le-gally sourced products for export. FLEGT licensed timber may not be ready in 2013, but these regulatory tools are also part of the long term solution for supporting legal trade in timber.

All imported logs will be subject to EUTRPEFC certification will assist with EUTR

Due Diligence compiance

Indonesian plantation forestCertified veneer will require Due

Diligence to meet EUTR

Dubai: With the 8th edition of the Dubai WoodShow fast approaching, exhibitors from Bolivia, Belgium, China, Taiwan, Ko-rea, Denmark, Germany, France, Malaysia, North America, Turkey, Saudi Arabia, and other countries are preparing to bring the best quality of wood products and ma-chinery to the United Arab Emirates. The three-day fair is an ideal venue for timber industry professionals to interact and de-velop ideas for increasing the range and quality of their business.

With imports and re-exports of all types of timber into the Middle East re-gion at an all-time high, wood flooring exports to the Middle East have increased substantially. Apart from flooring, Ameri-can hardwood exports —including logs, lumber and veneer—to the region also increased by 54 per cent, from $49 million to $76 million. “We have witnessed strong growth in export activity across the Mid-dle East and North Africa (MENA) region, which highlights the demand for qual-ity American hardwood products for the ongoing world-class constructions,” says Roderick Wiles, the American Hardwood Export Council director for Middle East & North African regions.

To meet this rising need, this com-ing April the most important event for all those involved in the wood and wood-working industry, will make sure that the finest quality of flooring and wood materi-als is available under one roof.

Host to major companies

In line with its international nature, the show will organise country pavilions from China, USA, Canada, Germany, France, Italy and Malaysia. There will be three halls,

each divided into two main areas – one for wood products and related sectors, and the other for wood machinery, its tools and more. Among others, PVS Inter-national, Fayek Abrasives, Danzer Group, Schattdecor AG, Quebec Wood Export Bureau, Interpro Forest Products, French Timber and Malaysian Timber Council are confirmed exhibitors for wood products and related sectors at the fair.

Farlin Timbers is also one of the ex-hibitors who will showcase their wood products. A subsidiary of the globally-renowned Farlin Group of Companies based in Singapore, Farlin-Dubai is one of the fastest growing material trading com-panies in the Middle East. Over 24 years in the industry, they have built a reputation through the uncompromising quality of their products and reliability among their partners. Farlin is not only known for a wide variety of products, including tim-ber logs, sawn timber, plywood, MDF and panel products, but also for its cutting-edge technology and innovation and has remained a market leader by developing superior products and creating timely de-livery systems.

There will also be some new names among exhibitors of wood products and related sectors this year, including Shang-hai Rocky Adhesives Co. Ltd, El Tawheed For Modern Wood Paint, Pollmeier Mas-sivholz GmbH & Co. KG, GİZİR Ahsap In-saat Turizm San Tic AS, Starwood Veneers

Private Ltd, Tridel International Building Materials Trading LLC, Pfeifer Holz GmbH & Co. KG and Nova Wood Orman Ürünleri Dış Tic AŞ.

WoodworkingMachinery

The exhibition of wood machinery and related sectors also boasts big names in the industry, including Leif & Lorentz, Qin-gdao GODN Machinery Co. Ltd, Serra Mas-chinenbau, Qingdao Suba CNC Equipment Co. Ltd, Wemhoener Surface technologies GmbH & Co. KG and Imas Aeromeccanica Srl. Fein (Metalic Building Materials), Ac-cutec Wood Tooling System Pvt Ltd, Ac-cumech Trading Machinery & Equipment, Joway Machinery, Exott, PO CHIAO INDUS-TRY CO. LTD, and Boarke Machine Co. Ltd are among the new exhibitors for wood machinery and related sectors.

The three days are designed to host specialised trade visitors and serious business buyers, offering visitors and ex-hibitors alike a chance to interact with top decision-makers in the industry and to in-crease their visibility.

The Dubai WoodShow 2013, organized by Strategic Marketing & Exhibitions, is tar-geting 16,000 square meters of exhibition space to showcase more than 500 brands and exhibitors from over 40 countries.

For more details, registration or book-ing space, please visit www.dubaiwood-show.com

For high-quality wood floor-ing, wood products and

woodworking machinery, head to the 8th edition of the

Dubai WoodShow 2013 at the Dubai International Conven-

tion and Exhibition Centre

Leaders of the global wood industry to gather in Dubai

April 9th to 11th

Biz News

48 49

Page 27: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Ambar Tjahjono kini tak bisa ber-diam diri. Pasalnya chairman Asmindo kini menjabat sebagai Chairman Association of South

East Asia Nation (ASEAN) Furniture Indus-tries Council (AFIC) untuk periode 2012-2014. Serah terima jabatan ini dilakukan seusai sidang AFIC ke duapuluh lima di Hotel Borobudur, Jakarta, pada medio De-sember lalu.

Sekalipun mengusung nama ASEAN ternyata organisasi ini tidak terdiri dari se-luruh negara anggota ASEAN. AFIC hanya terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam dan Myanmar. “Laos sedang dalam proses registrasi ke-anggotan penuh,” jelasnya. Bahkan ASEAN sendiri tidak pernah menggubris kehadi-ran organisasi ini, sekalipun justru bisa memperkuat langkah-langkah ASEAN dalam bidang industri dan perdagangan. AFIC kian strategis perannya bersamaan dengan diberlakukannya intern ASEAN market pada tahun ini.

Menurut Ambar, sidang yang berlang-sung dalam situasi perekonomian dunia yang belum juga pulih bertujuan untuk melakukanpenguatan terhadap industri

mebel di negara-negara anggota ASEAN. Fokus penguatannya adalah kualitas dan penetrasi pasar-pasar baru. Menurut Chairman AFIC Vongkot Tangsubkul peri-ode 2010-2012 organisasi ini membidik pembukaan pasar di china, india dan ko-rea. Tiga negara yang justru mengalami penguatan perekonomian ditengah mem-buruknya situasi perekonomian dunia saat ini.

Tak hanya ketiga negara itu, AFIC juga

membidik pasar domestik ASEAN dalam kerangka intern ASEAN market yang ber-laku mulai tahun ini. Pasar yang paling diminati adalah pasar domestik Indone-sia. Negeri dengan populasi terbesar di ASEAN ini dilihat sangat potensial, apalagi pasar propertinya selalu bertumbuh pada akhir-akhir ini. Apalagi industri mebel do-mestik Indonesia justru lebih sibuk meng-garap pasar impor dibanding dengan penguatan posisinya di pasar sendiri.

AFIC Meetings

the 2013 NHLa annual Convention & exhibit Showcase is announced for 2-4 October 2013 at the Omni Hotel in Fort Worth, texas. Online registration will open early in 2013 which details of the programme will be announced. the Convention hotel room block is now open so room reservations can be made at: http://www.nhla.com/hotel-travelinfo

This year’s Convention hopes to match that of last year’s 115th NHLA Conven-tion annual ‘global gathering of the hard-wood community’ which was held in Chicago in September and was a success among for hardwood industry. While the phrase ‘tough market times’ was frequent a theme, most attendees agreed that the worst may now be over and, with improv-ing exports, the future for the hardwood industry is brighter. Recent data from the US indicates that global exports of hard-

wood in 2012 from USA were up 4%, but total exports of hardwood to Southeast Asia were up 25%.

At the opening session in Chicago outgoing NHLA President Dave Redmond welcomed delegates from all over the USA and Canada where there are 1,200 mem-bers of NHLA, as well as hardwood traders from 12 countries reflecting the growing emphasis that the association is now plac-ing on overseas markets and membership. Reporting to the Opening Session Execu-tive Director Mark Barford noted that that last year 37 Chinese companies had joined NHLA.

The Exhibit Showcase & Traders Alley was open on all three days for delegates to meet with traders and companies offering a wide range of services to the hardwood industry and this is to happen again at this year’s convention. Such an event provides an opportunity for Asian buyers to meet a huge number of US delegates under one roof in three days. NHLA are currently sell-ing exhibitor booths which are open for sale for anyone in the hardwood industry. Please contact John Hester for booth infor-mation; [email protected].

NHLA Convention 2013

Emporium Hardwoods, part of the Rossi Group, is located in North-western Pennsylvania on the edge of the Allegheny Plateau which

is home to the very best Black Cherry (Prunus serotina) in the Northeastern Unit-ed States. The mill is also supplied locally with an abundant resource of the finest Hard Maple, Red Leaf Soft Maple, Red Oak and White Ash from the sustainable hard-wood forests of the USA. Pennsylvania has traditionally been the largest hardwood lumber producing state in the USA.

The Emporium mill is a fully integrat-ed saw mill with a kiln capacity currently now reaching 12 million BFM per year. A sustainable and selective forestry policy is at the heart of Emporium’s commitment to provide a legal and environmentally responsible, consistent, fully controlled quality in one of the most exclusive Ameri-can hardwood species - Cherry. In pro-duction for well over 40 years, the mill has developed a very loyal customer base in the United States, where it is regarded as a reference or so-called ‘gold standard’ for Cherry lumber. Around the world the mill’s

production is distributed on all continents, for it has long been a serious player in ex-port markets and is known and recognized as a producer with an emphasis on high quality and yield-oriented production, in the form of selective grading and colour sorting. Emporium has also participated in FSC certification over the past ten years. The company is owned and operated by Ted Rossi, CEO of Rossi Group and former Chairman of the American Hardwood Export Council (AHEC). He was founder and Past President of the Hardwood Fed-eration in Washington DC and was former President and is a sitting Director of the National Hardwood Lumber Association (NHLA). The mill is guided by all of these association memberships.

Jay Ward, General Manager at Em-porium, is currently undertaking exten-sive renovations and additions, mainly in new kilns made by S.I.I. and storage fa-cilities on the site, making it a reference producer. The mill operates three 6’ Mc-Donough band-mills with a capacity of 13 million BFM per year. New kilns with 800,000 board feet of load capacity have

just been installed that bring the annual kiln capacity to over 12 million board feet and two new Air-drying storage buildings will enable a further 1.2 million feet to be air-dried on sticks. Cherry accounts for 30-35% of total production, with Ash and Soft Maple as the other two main species. The mill cuts thicknesses mainly in 4/4, 6/4 and 8/4 with a limited production of 5/4.

Randy Flament and Jesse LaSon form a far reaching team on the U.S. domestic market selling to distributors and the most demanding furniture, cabinet and floor-ing manufacturers across the USA and all the way to the West Coast. The Rossi management and marketing team, based in Cromwell, Connecticut is in charge of the promotion and sales of Emporium’s export production worldwide. Ted Rossi CEO, Matt Gauvrit VP Sales and John Read Export Sales Manager form an eclectic, multi-lingual team which branches out to a vast and experienced network of agents and distributors from Europe to China and Southeast Asia; from the Middle East and North Africa to Australia; and from Russia to South America. More at rossigroup.net

Emporium Hardwoods – Rossi Group

Biz News

50 51

Page 28: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...
Page 29: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

IFFINA is a promotional event for In-donesian wood products, which is progressively becoming an important event, since it’s been attracting more

and more foreign buyers as well as furni-ture producers to display their products. IFFINA 2013, is even more important for the industry, especially with the imple-

mentation of European Union Timber Regulation (EUTR), requiring readiness in implementing SVLK, primarily to boost the trade in Indonesian wood products to in-ternational markets.

EUTR was implemented in the twenty seven (27) European Union countries on 3rd March 2013. This new regulation will

govern the trade in legal timber that can enter the EU countries, with legal sanc-tions for those importers who violate the regulation. EU has a Voluntary Partner-ship Agreement (FLEGT VPA) in process with Indonesia, which at this stage already recognizes the SVLK as a credible system to ensure that wood products come from

The International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) Trade Show will be held from 11 – 14 March 2013, to be

opened by Zulkifli Hasan, the Minister of Forestry. More than 400 exhibitors are participating in this year’s IFFINA, and more

than 3,000 buyers from various countries are expected to at-tend. They will be the target for the promotion of the national

Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) or Timber Legality Verification System .

FREE SVLK CLINIC INVIGORATES IFFINA 2013

EVENT

legal sources.Even though the FLEGT VPA agree-

ment between Indonesia and EU is planned to be signed in April 2013, in fact Indonesia has already been implement-ing SVLK since 2009 and put in place ex-port regulations for legal timber products endorsed by V-Legal document, as of 1st January 2013. This progress by Indonesia is made possible by the support of United Kingdom’s Department for International Development (DFID) through the Multi-stakeholder Forestry Program (MFP II).

Implementation of the legal timber products export is supported by the Indo-nesian Ministry of Trade Regulation Num-ber 64/2012. Since its implementation, at the end of February 2013, more than 11,000 V-legal documents were issued for 124 ports worldwide, of which 24 were for European Union destinations.

At IFFINA 2012, MFP took part in SVLK promotion in displaying 5 community for-est management units which earned tim-ber legality certification. For IFFINA 2013, MFP returns to show wood products such as furniture, handicraft and wood panel produced by small to medium scale enter-prise (SME), namely CV Tita International, Jepara, CV KWAS Jogjakarta, APIK Bule-leng, Bali, and PT Kayu Lapis Indonesia, Kendal, which recently received their tim-ber legality certificates.

MFP, in collaboration with WWF and ASMINDO, is organizing a seminar on the readiness of Indonesia for SVLK to enter the global markets. MFP will also provide 3 consultants in supporting an “SVLK Clin-ic” to assist the wood industry in getting ready for timber legality certification. The SVLK clinic will be conducted during the show, providing free consultation to pre-pare for an audit or timber legality verifica-tion for those in the industry which need

timber legality certification soon.Diah Raharjo, Program Director of MFP

from Yayasan KEHATI, explains “Free SVLK consultation for the participants of IFFINA is aimed at encouraging industry players to adopt SVLK and receive information and sufficient technical support for those

operations interested. This is also a form of MFP support and the concern of the government for the sector and especially for the small to medium scale enterprises (SME) to prepare themselves for SVLK im-plementation”, she continues.

Untuk pertama kalinya, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan In-donesia (AMKRI) bertemu deng- an FENA (European Federation

for Furniture Retailers). Pertemuan yang bisa dikatakan sebagai pertemuan ber-sejarah terjadi pada Pameran Interior In-ternational IMM Cologne pada 17 januari 2013 lalu.

Untuk pertama kalinya kedua asosasi dari Indonesia dan Eropa bertemu mem-bahas berbagai rangkaian kerjasama bis-

nis terutama di sektor mebel dan kerajinan khususnya dari material rotan.

Dalam pertemuan ini hadir Direk-tur Industri Hasil Hutan dan Perkebu-nan Kementrian Perindustrian Aryan Wargadalam, Ketua Umum AMKRI Sunoto, Ketua Dewan Pakar AMKRI M. Hatta Sina-tra, dan Desainer Senior Yos Theosabrata.

Nilai pasar Eropa sebelum krisis dapat mencapai sekitar 70 miliar Euro, dan mem-buatnya sebagai salah satu pasar penting selain Amerika Serikat.

AMKRI meet FENA

Biz News

54 55

Page 30: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1992, mulanya berlokasi di KM99 Bangsri di Jepara. Ber-samaan dengan perkembangan

perusahaan, lahan sewaan itu menjadi kian sempit disesaki oleh aktivitas pe-rusahaan. Saat itu, perusahaan pertama asal Jepara yang kemudian berhasil memperoleh sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) pada tahun 2012 lalu sempat menoleh ke Semarang se- bagai salah satu dari dua opsi pilihan re-lokasinya.

Opsi lainnya adalah pindah ke Bang-sri, kawasan yang nyaris berada di ujung perbatasan Kabupaten Jepara dengan Kabupaten Kudus. Salah satu pertim-bangannya adalah luas lahan yang akan ditempati saat itu sudah mencapai 3,5 hektar, dan masih tersedia lahan di seki-tarnya yang bisa digunakan jika diperlu-kan di masa depan. Kini, perkembangan

aktivitas perusahaan telah membuat lahan perusahaan menjadi 5,5 hektar. Bertam-bah dua hektar hanya dalam sepuluh ta-hun.

Sejak awal perpindahannya, pihak manajemen telah merencanakan untuk mendirikan industri mebel terpadu. Mu-lai dari penggergajian kayu, treatment, pengeringan, produksi hingga ke leather-ing workshop dan pengukiran, finishing, pengepakan dan pemuatan ke petikemas. Semua fasilitas itu tertata secara sistematis sesuai alur produksinya. Bahkan sekalipun fasilitas produksi itu diawaki oleh pekerja borongan. Ini menjadikan kesemua taha-pan produksi menjadi mudah dikontrol se-hingga kualitas mulai dari proses terawal hingga hasil akhirnya pun tetap terjaga. Ini yang menjadi salah satu kekuatan chia jiann dalam berkompetisi. Ini diakui oleh Direktur Utama Wong Chin Biao, “Tanpa kualitas tak akan ada kepercayaan pelang-gan” jelasnya. Hal ini juga yang menjadi kunci keberhasilannya dalam meraih serti-fikasi SVLK yang pertama se-Jepara.

Menurut Wong, keterpaduan mem-buat semua proses produksi tak hanya

bisa dikontrol secara penuh, tapi juga di-pertanggung jawabkan mulai dari kualitas hingga asal-usul komponen kayu yang di-gunakan. Jika ada pelacakan balak maka seluruh produk mebel termasuk kompo-nen yang digunakan memiliki record. Itu memberikan jaminan akan legalitas kom-ponen kayu yang digunakan, sekaligus menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi pelanggan dalam membeli produk-produk mebel asal perusahaan ini. Ba- yangkan jika salah satu tahapan produksi seperti pengukiran disubkontrakan di luar perusahaan, maka proses lacak balik akan sulit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Keterpaduan dan kemudahan akses pengontrolan kualitas membuat Chia Ji-ann Furnture Indonesia mampu untuk menerapkan dengan lancar prosedur standar operasi dari berbagai sistem yang ada. Mengadopsi berbagai sistem dan prosedur operasi berhasil meningkatkan kualitas produk akhir mebel buatan peru-sahaan ini.

Tengok saja bagaimana kebersihan dan kerapihan di dalam dan diluar bangun-

Chia jiann indonesia furniture:

Dengan Fasilitas Terintegrasidan Brand

Merebut Pasar Dunia

an pabrik yang ada. Di bagian pengam-plasan yang umumnya cederung kotor dan berdebu sisa proses pengamplasan, ternyata di sini sangat bersih. Tersedia pula, gudang kering untuk menyimpan material yang akan diproses. Gudang ini dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menjaga rendahnya tingkat kelembab- an dalam kayu, sekalipun dalam cuaca musim hujan yang amat ekstrim di In-donesia. Saat itu, tingkat kelembaban dalam ruang bisa mencapai 99%.

Perusahaan juga menerapkan sistem kebersihan yang sangat ketat, baik di area pergudangan, produksi hingga ak-ses jalan di dalam komplek manufaktur. Sedemikian bersihnya sehingga sulit menemukan awan debu entah itu di penggergajian kayu, moulding, produksi maupun pengamplasan. Empat lokasi produksi yang memang kerap ditemu-kan awan debu dengan mudah. Akses jalan di sekitar kompleks pabrik amat rapih dan terkesan seperti berada di luar negeri, karena bebas dari debu, tumbu-han liar dan sampah.

Jika kebersihan di lingkungan pabrik bisa menjadi salah satu standar yang ter-aplikasikan secara nyata, maka banyak yang megira bila perusahaan ini meng- adopsi beragam sistem dan prosedur operasional yang berlaku secara inter-nasional. Nyatanya tidak. Perusahaan ini membangun sendiri sistem dan prose-dur standarnya dengan mengacu pada beragam regulasi yang berlaku secara internasional. Dengan demikian, perusa-haan mampu membangun kultur prose-dur standar dan sistem secara internal. Ini yang mendorong lebih mudahnya terin-ternalisasi aturan dan regulasi yang lahir setelah itu. Hal ini pula yang membuat perusahaan ini mampu dengan mudah mengadopsi sertifikasi SVLK, bahkan PT Chia Jiann Furniture Indonesia tercatat sebagai perusahaan asal Jepara pertama yang berhasil memperolehnya.

Sebelumnya, perusahaan ini juga mulai melakukan lompatan besar deng- an memperkenalkan brand Mahogany bagi semua mebel produknya. Mem-bangun brand tampaknya telah menjadi keharusan bagi perusahaan yang telah berkiprah sejak tahun 1992 ini. Apalagi produk perusahaan ini sudah mampu diterima diberbagai negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Ini akan me-mantapkan kiprah perusahaan ini di pasar internasional, apalagi dengan du-kungan ketersediaan outlet yang jumlah akan mencapai 30 di seluruh Taiwan dan China dalam tahun ini. Dengan mengi-barkan brand sendiri, diharapkan bahwa eskistensi perusahan kian kokoh di masa depan.

Biz Profile

56 57

Page 31: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

visit our new website:

www.woodmag.co.id

see our full english version & download e-woodmag for free

Ekamant Solution

Edisi sebelumnya kita sudah mem-bahas pengenalan backing amplas kertas dan sebagai kelanjutan dari artikel tersebut, maka pada kes-

empatan ini kami akan memperkenalkan backing amplas kain beserta karakternya. Perlu kita ketahui bahwa tidak semua me-sin dan tidak semua aplikasi dapat meng-

gunakan amplas kertas, oleh karena itu peran amplas kain juga sangat penting untuk membantu kita mendapatkan hasil pengamplasan yang maksimal.

Untuk memenuhi kebutuhan am- plas kain tersebut, maka dibuatlah amplas kain dengan jenis material yang berbeda-beda seperti: polyester, polycotton, katun

murni, kain fleksibel dan ekstra fleksibel. Berikut tabel dibawah ini adalah contoh backing amplas kain.

Untuk amplas kain backing Y, XY dan X ketiga type backing ini termasuk kain kaku yang kuat dan tidak mudah melipat atau robek. Contoh aplikasi yang mengguna- kan backing ini adalah: Wide Belt Sander (WBS), edge sander, dowell sander, power tool belt dll.

Beberapa faktor yang menjadi alasan digunakannya amplas kain kaku untuk mesin WBS adalah sbb:

• Proses pengamplasan kalibrasi yang berat (heavy duty sanding). Meratakan permukaan panel dari gelombang dan sambungan kayu serta mempreisisikan ukuran pa- nel. Untuk aplikasi ini benar-benar dibutuhkan amplas kain yang sangat kuat karena stock removal (daya kikis) dan tekanan pengam-plasan yang cukup tinggi.

• Pemakaian amplas kain yang di-cuci ulang, amplas kertas tidak bisa dicuci ulang. Para pemakai amplas melakukan cara ini untuk mengefisiensikan pemakaian am-plas yang sebenarnya tidak kami rekomendasikan karena kwali-

Backing Deskripsi Applikasi Y -Cloth Murni polyester, sangat

kuat dan kaku. Pengamplasan kalibrasi

dengan menggunakan mesin WBS.

XY-Cloth Polycotton, Campuran kain katun dengan polyes-

ter, kuat dan kaku.

Pengamplasan menengah/intermediate dengan meng-

gunakan mesin WBS. X-Cloth Kain katun murni, kekua-

tan sedang dan kaku. Pengamplasan menengah/

intermediate dengan meng-gunakan mesin WBS.

J-Cloth Kain katun murni yang fleksibel.

Pengamplasan dengan mesin dan tangan untuk permukaan

yang ada profile. JF-Cloth Kain katun murni yang

sangat fleksibel. Pengamplasan dengan mesin dan tangan untuk profile yang

rumit dan ukiran.

Amplas kain terbagi menjadi lima (5) jenis dengan karakter yang berbeda:

tas dan ketajaman amplas akan berkurang.

• Kondisi mesin yang kurang me-madai dikarenakan kurangnya perawatan mesin seperti: brake system tidak berfungsi maksimal, tekanan amplas (belt tension) yang terlalu tinggi, tracking me-sin yang tidak teratur dan lain-lain. Untuk mesin dengan kondisi demikian sangat dibutuhkan am-

plas kain yang kuat.

Untuk amplas dengan backing J dan JF keduanya termasuk amplas fleksibel sehingga sangat cocok digunakan untuk aplikasi pengamplasan permukaan pro-file dan ukir-ukiran. Contoh aplikasi yang menggunakan backing jenis ini adalah: stroke sander, drum sander, sponge sander, profile sander, brush sander, hand sanding (manual) dll.

Untuk pengamplasan secara manual (hand sanding) pada permukaan kayu yang terdapat ukiran sangat dibutuhkan amplas fleksibel dengan kwalitas yang ba-gus karena biasanya amplas tersebut akan dilipat atau digulung sekecil mungkin sehingga dapat menjangkau celah-celah ukiran yang sangat rumit tanda menim-bulkan patahan atau kerusakan pada am-plas.

Pengenalan Backing Amplas Kain

Wide Belt Sander (WBS) Edge Sander

Drum SanderManual (Hand Sanding)

58

Page 32: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Pelatihan pengamplasan di lingkungan PT. Integra Indocabinet yang berlokasi di Sido-

arjo, Jawa Timur, digelar dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada tanggal 19 November 2013, dan diikuti 22 peserta. Gelombang kedua, pada tanggal tanggal 14 januari 2013 dengan jumlah peserta 23 orang. Pelatihan di perusahaan yang memproduksi furnitur menyugguhkan ma-teri pelatihan tentang dasar pengamplasan dan tata penanganan amplas, mulai dari penyimpan- an hingga pengamplasan dengan mengunakan mesin.

Pelatihan ini cukup serius ditanggapi kare-na membahas proses pengamplasan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Be-berapa hal yang dibahas seperti kombinasi grit, persentasi pengikisan setiap grit, pengamplasan pada panel profil dan mengatasi cacat pengam-plasan pada mesin wide belt sander dan orbital sander. Tujuannya untuk mendapatkan hasil yg lebih baik & efisien.

CV Shaba merupakan industri furnitur dan lantai kayu ber bahan baku kayu jati. Pe-

rusahaan yang berdomisili di Rembang, Jawa Tengah, menggelar pelatihan pengamplasan pertama kalinya pada 8 Januari 2013. Adapun materi pelatihannya menyangkut dasar-dasar dan aplikasi pengamplasan.

Dengan Jumlah mencapai 13 orang, pela-tihan berlangsung cukup interaktif. Muncul banyak pertanyaan dari para peserta, yang berlanjut menjadi diskusi hangat.

Beberapa topik yang dibahas seperti cara menentukan kombinasi grit yang ideal dan stock removal, mulai pembahanan hingga finishing sesuai jenis kayunya. Dibahas juga aplikasi pengamplasan dengan mengunakan mesin wide belt sander dan solusi atas cacat pengamplasan. Penyimpanan amplas juga dibahas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan efisien.

Ekamant News

CV. Shaba

PT Integra Indocabinet

Pelatihan di lingkungan PT Romi Violeta dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur. Pelatihan

ini diikuti 15 orang peserta. Meskipun jumlah peserta tidak banyak tapi para peserta cukup antusias guna memperoleh penyegaran ulang mengenai dasar-dasar pengamplasan. Berapa persoalan yang dibahas terkait seputar pemakaian mesin wide belt sander, mulai dari kombinasi grit, penyimpa-nan amplas hingga cacat pengamplasan.

Pelatihan di lingkungan PT Interkraft yang berlokasi di Gedangan, Sidoarjo, jawa Timur, digelar pada

tanggal 16 Januari 2013. Jumlah pesertanya menca-pai 41 orang. Banyaknya jumlah peserta membuat pelatihan berlangsung cukup interaktif. Beberapa per-tanyaan mengenai dasar-dasar teknik pengamplasan yang benar dan aplikasi pengamplasan profile muncul disela-sela pelatihan. Permasalahan yang juga dibahas dalam pelatihan kali ini adalah chatter marks hasil peng- amplasan. Di akhir pelatihan, disarankan bagaimana penyimpanan amplas yang baik dan benar agar bisa memperbaiki kualitas hasil akhir dan efisiensi kerja.

PT Katwara yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, kembali menggelar pelatihan pengamplasan. Pelatihan kali ini di-

lakukan pada tanggal 15 Januari 2013, dan dihadir 15 orang karyawan. Materinya lebih difokuskan pengamplasan panel hand scraped. Selain itu, dibahas pula persoalan tentang kom-binasi grit yang benar untuk pengamplasan kalibrasi dengan menggunakan mesin Wide Belt Sander (WBS) dan chatter marks.

PT. Interkraft

PT. KatwaraPT. Romi Violeta

60 61

Page 33: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

MODekS 2013, Furniture, Decoration and Accessories’ Fair was organized by Tuyap Bursa Fairs Organization Inc. in coopera-tion with MEDIA ANEMONE and with the support of TG Expo, Bursa Metropolitan Municipality and Bursa Chamber of Com-merce and between February 20 – 24, 2013 at Bursa International Fair and Con-gress Center.

Organized in 5 halls and in an area of 30.000 sqm, the fair was visited by 31.827 visitors from 42 countries. The participa-tion of 196 company and company repre-sentatives, this fair made a quick introduc-tion to the sector.

“The Best Products” Competition was held

The Best Porudcts Competition held by Faruk Sarac Vocational School of Design in the best products under 11 categories; Stand, Bed Room, Dining Room, Teen Room, Modern Sitting Group, Classic Sit-ting Group, Accessoire, Chair, Bed& Bed Base, Office Furniture, Wall Unit.

As a result of evaluation of jury mem-bers of Faruk Sarac Vocational School of Design, winning companies were as fol-lows:

At “The Best Bed Room” Category; First;

Nell Furniture, Second; Adem Şanlı Furni-

ture, Third; Newland.At “The Best Dining Room” Category;

First; Razgat Furniture, Second; Adem Şanlı Furniture & Nell Furniture, Third; Descanso.

At “The Best Modern Sitting Group” Category; First; Seyran Sitting, Second; Homesse, Third; Cannepe.

At “The Best Classic Sitting Group” Cat-egory; First; One & Only, Second; Razgat Furniture, Third; Descanso.

At “The Best Teen Room” Category; First; Teknik Genc Odası, Second; HGO Hilal Genc Odası, Third; Gencecix.

At “The Best Wall Unit” Category; First; Nell Furniture, Second; Ozo Dizayn, Third; Paşa Unit

At “The Best Accessoire” Category; First; Mego Accessoire, Second; Togo Style, Third; Parlak Ev.

At “The Best Chair” Category; First; Kazanclar Chair, Second; Cansan Chair, Third; Limon Chair

At “The Best Chair” Category; First; Cannepe & Nell Furniture, Second; Razgat Furniture , Third; Homesse.

At “The Best Bed& Bed Base” Category; First; İndivani Bed, Second; Nilüfer Bed & Base, Third; Cennet Bed ( Pofuduk )

At “The Best Office Furniture” Cat-egory; First; Büroart, Second; Bürokuran, Third;Vardi Ofis.

Useful Product Special Jury Award

Mobsa Furniture, Classic Furniture Special Jury Award; Osmanlı Classic Furnitue.

Faruk Celik visited to Fair!The Welfare Minister, Mr. Faruk CELİK, of-fered plates to the authorities of the com-panies which had won an award at The Best Products Competition by visiting the fair. In addition, on February 23, 2013,

Modeks 2013, held between February 20-24, 2013 at Bursa International Fair and Congress Centre, brought together leading furtinure business in 5 halls and total area of 30.000 m2.

Held for the First Time Modeks 2013 Fair, made a quick introduction to

the sector and was visited by 31 827 People!

Bursa Deputies of The Justice and Development Party, Huseyin Sahin and Bedrettin Yildirim, visited our fair and discussed with the participating companies.

Ersozlu: “Modeks 2013, has brought a new life to a sector, even though it’s its first

organization”General Manager of Tüyap Bursa Fairs Organization Inc. İlhan Ersozlü: “Modeks 2013 was prepared as the biggest furniture fair of Anatolia and made a quick introduction to the sector. The fair created a huge synergy between participants and visitors by meeting them under the same roof. Especially: home furniture, office furniture, accessories and decoration companies; thi fair was a big and useful platform where has been presented new, modern and functional products and solutions all together.

Ersozlu: “Turkish furniture was promoted to whole world with Modeks 2013”

With the aim of promoting Turkish Furniture to whole world, ac-tive international promotions have been done by TG EXPO and Tuyap Overseas Offices. Businessmen from Afghanistan, Albania, Azerbaijan, Belgium, Bosnia Herzegovina, Bulgaria, China, Croa-tia, Egypt, England, France, Georgia, Germany, Greece, India, Iran, Iraq, Israel, Italy, Jordan, Kenya, Kosovo, Kuwait, Lebanon, Libya Macedonia, Mexico, Montenegro, Nigeria, Oman, Pales-tine, Poland, Qatar, Romania, Russia, Serbia, Saudi Arabia, South Korea, Tunis, Turkmenistan, U.A.E., and Ukraine visited our fair and contacted our participant companies. Moreover in from the domestic market we have received professional visitors from 56 cities.

Event | Modeks 2013

62 63

Page 34: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

aPriL

1-3 : HDD Expo Build 2013. Buildings, ceramics & design showsShanghai, China

2-5 : Buildex 2013. International construction and interior exhibition Moscow, Russian Federation

5-7 : Ideal Home 2013. Exhibition od Furniture and Lifestyle. Spring EditionDublin, Ireland

7-10 : Modev 2013. International Modev Furniture & Decoration FairAnkara, Turkey

9-14 : Salone Internazionale del Mobile 2013. Milan International Furniture ShowRho Milan, Itally

9 -11 : WoodShow Dubai 2013. International Wood and Wood Machinery ShowDubai, United Arab Emirates

10-13 : VIETNAM EXPO 2013. Vietnam International Trade FairHanoi, Vietnam

16-19 : DREMA Furnica 2013. International Trade Fair of Machines and Tools for the Wood and Furniture IndustriesPoznan, Poland

19-22 : NCIFF 2013. The North China International Furniture and Woodworking Machinery FairQingdao, China

30April-12May : Foire de Paris - Maison & Environnement 2013. Interior Design Exhibition, Furnish-ing Exhibition, Home Decoration ShowParis, France

Mei

6-10 : LIGNA 2013. World Trade Fair for the Forestry and Wood industriesHannover, germany

21-25 : MIFS / Rooms Moscow 2013. The Moscow International Furniture Show / The Russian Interior ShowMoscow, Russian Federation

23-25 : iFMac 2013. International Furniture Manufacturing ComponentsJakarta, Indonesia

30 Mei-1 Juni : Habitat Expo 2013. Furniture and Interior FairMexico City, Mexico

JuNi

6-10 : LIGNA 2013. World Trade Fair for the Forestry and Wood industriesHannover, germany

20-22 : Furnitech Woodtech 2013. International Furniture Produc-tion and Woodworking Machinery, Equipment and Technology Trade ExhibitionBangkok, Thailand

28-30 : Homedec 2013. Home Decoration ExhibitionJohor Baru, Malaysia

Calendar of Events

Adapun kegiatan pameran yang Ekonid promosikan adalah:

1. SPOGa + GaFa di Cologne, Jerman 8 - 10 September 2013 www.spogagafa.com

2. interzum/CiFM di Guangzhou, China 27 - 30 Maret 2013 www.interzum-guangzhou.com

3. iMM di Cologne, Jerman 13 - 19 Januari 2014 www.imm-cologne.com

4. FurniPrO asia di Singapore 5 - 8 November 2014

64

total abrasives Solution

www.ekamantindonesia.com

Page 35: 37 April 2013 - woodmag.co.id · acuan dalam industri dan bisnis mebel ... yang advance dan satu-satunya di dunia hingga saat ini. ... tions of extreme humidity ...

Reliability by proven design

BM 8Brush / structuring machine

Karl Heesemann Maschinenfabrik GmbH & Co. KG, P. O. Box 10 05 52, 32505 Bad Oeynhausen, Germany www.heesemann.com

• For sharp edge chamfering as well as for re-moval of overlapping lacquer and filler ma-terial and for processing workpiece edges after lacquering.

• For sanding composite workpieces having a surface which cannot be reached by com-mon surface and profile sanding machines.

• For burr removal after lamination and ve-neering.

• For structuring wooden and other surfaces with feed speeds of up to 30 m/min.

• For smoothening filler and lacquered sur-faces.

For versatile applications the use of a brush machine is indispensable. Here are some examples:


Recommended