Date post: | 07-Mar-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | pt-visi-anugerah-indonesia |
View: | 288 times |
Download: | 22 times |
Copyright © 2011 by Gary Chapman and Paul WhiteOriginally Published in English under the title The 5 Languages of Appreciation in the Workplace: Empowering Organizations by Encouraging Peopleby Moody Publishers,820 N. LaSalle Boulevard, Chicago, IL 60610, U.S.AAll rights reserved
Pengalih bahasa : Slamat Parsaoran SinambelaPenyunting : James YanuarDesain cover & layout : Felly MeilindaProf reader : David Januar Lie
Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada :PT. VISI ANUGERAH INDONESIAJalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854Email : [email protected]
ISBN : 978-602-8073-76-9Cetakan pertama, September 2012Indonesian Edition © Visipress 2012
Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.
Member of CBA IndonesiaNo : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina
Member of IKAPINo : 185/JBA/2010
Ini bukan sekadar “buku bagus,” namun sarana yang hebat—yang di-pikirkan secara mendalam, diteliti dengan baik, dan aplikasi sumber
daya penuh arti untuk memberdayakan para pekerja Anda, meningkatkan rasa kesatuan dan produktivitas, dan mengurangi turnover karyawan. Se-usai membaca buku ini saya ingin melakukan retret staf dan memberikan buku ini ke tangan departemen SDM kami. Saya sangat merekomendasi-kannya.
Chip Ingram – Pengarang Holy Ambition,
Presiden dan Pendeta Pengajar di Living on the Edge
Jika wawasan dan kebijaksanaan yang ditawarkan Chapman dan White dipraktikkan di dalam dunia kerja, gereja, dan organisasi sukarela-
wan, akan terjadi revolusi yang gemilang dalam hubungan antarmanusia.Lyle W. Dorsett – Profesor Penginjilan Billy Graham,
Beeson Divinity School, Samford University
Harga diri dan penghargaan diri selalu menjadi ciri khas dari nilai-nilai yang dibutuhkan bagi hubungan yang langgeng dalam bisnis
dan kehidupan. Saya menyukai apa yang telah dikerjakan Gary dan Paul, dan, sama seperti semua yang luar biasa, buku ini benar-benar apa yang kita butuhkan pada masa kini atas dasar sejarah bangsa kita dan tekanan pada bisnis serta keluarga kita. Bisnis kita benar-benar organisme—bukan mekanisme—yang mem-butuhkan perhatian dan diberi “makan”. Buku ini akan “memberi makan” individu-individu yang sungguh-sungguh menghargai bagaimana mem-perlakukan orang dan mereka yang ingin membangkitkan komitmen me-reka untuk melakukan hal yang benar, bukan hanya bagi bisnis mereka tetapi juga bagi para pekerja dan komunitas yang mereka layani.
Peter Strople – CEO pada Zero 2 Holdings, Mantan Eksekutif Dell
Wawasan dalam buku ini sangat bernilai apakah Anda seorang pemberi kerja, pekerja, atau relawan, Prinsip-prinsip yang penulis
jelaskan memelihara sebuah lingkungan yang sehat, menyenangkan, dan memotivasi. Saya sudah siap memberi tahu teman-teman saya, “Dapatkan buku ini!”
Norm Wakefield – Profesor Emeritus Phoenix Seminary
Saya tidak mengerti! Ada lima bahasa apresiasi berbeda, dan kita tidak berbicara dengan bahasa yang sama? Setelah saya baca buku ini dan
memikirkannya, hal itu menjadi sangat jelas bagi saya. Keahlian manaje-men motivasi penting bagi kesuksesan tim dalam jangka panjang. Setelah membaca 5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja, saya kini lebih diper-lengkapi untuk membangkitkan kinerja maksimal dari staf saya dengan mengaplikasikan metodologi yang sangat bijaksana, sederhana dan bersi-fat pribadi dalam menunjukkan apresiasi saya yang sejati untuk kerja yang berkualitas.
Jane Corwin – Senior Associate Director Princeton University
– Office of Gift Planning
Untuk memberdayakan organisasi, Anda harus memberdayakan para pekerjanya. Untuk memberdayakan pekerja, para pemimpin harus
menunjukkan apresiasi dengan cara yang membawa pengaruh maksimal bagi setiap individu. Dalam 5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja, Dr. Chapman dan Dr. White mengajari kita konsep yang memiliki potensi un-tuk mengubah lingkungan kerja dan budaya organisasi di seluruh dunia. Sebuah buku yang wajib dibaca setiap manajer yang mementingkan relasi.
George W. Hester – Chairman/CEO Navitas. Ltd.
Saya benar-benar telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mengapresiasi rekan kerja yang tersebar di seantero Amerika. Na-
mun, proses dan sarana sederhana ini telah memberikan saya pencerahan untuk tahun-tahun mendatang. Buku ini akan banyak sekali membantu Anda dalam hubungan dan produktivitas Anda sebagai pemimpin.
Ken Humpreys – Chairman, American Health Partners
Hubungan yang saling memercayai adalah lem yang merekatkan perdagangan tetap utuh. Mereka lebih penting daripada keahlian
atau pengetahuan. Buku ini menunjukkan bagaimana membangun ke-percayaan pada tingkat personal di tempat kerja, dan prinsip-prinsipnya yang bisa dugunakan bagi banyak jenis organisasi.
Tom Nicholson – Executive Director, HR People & Strategy
Setiap bagian manajemen menyoroti nilai apresiasi, namun meng-apresiasi saya dengan cara yang tidak cocok dengan diri saya, rasanya
hampir sama dengan tidak diapresiasi. Persis seperti 5 Bahasa Kasih yang memampukan pasangan merasakan dicintai dengan cara yang mereka pahami, demikian pula 5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja memastikan bahwa staf tersebut memahami kalau mereka diapresiasi. Buku ini adalah sebuah kontribusi penting untuk membuat tempat kerja menjadi lingkungan yang lebih menyenangkan di mana para pekerja merasa diapresiasi—sebuah prasyarat untuk lebih produktif.
Ian Mann – Direktur Gateways Business Consultants
Terlalu banyak tempat kerja yang jauh lebih mengutamakan hasil daripada orang-orang yang bekerja di dalamnya. Gary Chapman dan
Paul White mencoba membuat perbedaan. Dalam buku yang mutlak wajib dibaca ini, mereka menggerakkan pendulum seni mengapresiasi. Dengan cara yang kreatif namun praktis, mereka menunjukkan bagaimana mengapresiasi setiap pribadi dalam pekerjaan, yang akan secara otomatis membangkitkan kepercayaan diri pekerja dan produktivitasnya. Buku ini memegang kunci untuk mengubah semua lingkungan kerja menjadi wilayah yang aman dan efektif, tempat dimana para pekerja merasa dihargai lagi.
Stephan Joubert – Konsultan kepemimpinan internasional dan
penulis lebih dari 40 judul buku
Saya senang Dr. Gary Chapman dan Dr. Paul White menulis buku yang tepat pada waktunya. Saya tidak mengenal angkatan kerja yang
lebih bermartabat dan efektif dalam bekerja, mereka yang bekerja atas dasar harga diri, integritas, dan keyakinan sehebat mereka yang unggul dalam menyampaikan penghargaan kepada sesamanya. Buku ini akan membantu Anda mengubah angkatan kerja dengan nilai yang unggul dan pendekatan sederhana “Manusia yang diutamakan Dahulu!”
Tan Sri Francis Yeoh – Managing Director, YTL Group of Companies
Primus Inter Pares (First Emong Equal), Honoree of the 2010 Oslo
Business for Peace Award
Buku ini bukan hanya membahas kebutuhan akan penghargaan yang membangkitkan kehidupan yang diperlukan oleh kita semua, namun
juga membawa kita melewati proses untuk menemukan hal itu bagi diri kita sendiri dan bagi rekan-rekan kerja kita. Setiap orang yang membaca buku ini pasti akan diperlengkapi dengan lebih baik untuk menciptakan sebuah atmosfer apresiasi dalam lingkungan pengaruh mereka di mana pun berada.
Lynn Smith – Director of Leadership Development,
NextLEVEL Leadership Canada
D a f t a r I s I
Kata Pengantar 11
Pendahuluan 15
BagIan 1: LanDasan
Bab 1—Memotivasi dengan Apresiasi: Konsep 21
Bab 2—Bagi Para Pemimpin Bisnis: Memahami Tingkat Pengembalian
Investasi (ROI) dari Apresiasi dan Dorongan Semangat 31
BagIan 2: LIma Bahasa apresIasI
Bab 3—Bahasa Apresiasi #1: Kata-Kata Penghargaan 47
Bab 4—Bahasa Apresiasi #2: Waktu Berkualitas 63
Bab 5—Bahasa Apresiasi #3: Tindak Pelayanan 79
Bab 6—Bahasa Apresiasi #4: Hadiah Nyata 93
Bab 7—Bahasa Apresiasi #5: Sentuhan Fisik 105
BagIan 3: menerapkan konsep DaLam kehIDupan seharI-harI
Bab 8—Temukan Bahasa Apresiasi Primer Anda: Inventaris
Memotivasi Dengan Apresiasi (MBA Inventory) 119
Bab 9—Bahasa Apresiasi Anda yang Paling Tidak Bermakna:
Blind Spot Potensial Anda 131
Bab 10—Perbedaan antara Penghargaan dan Apresiasi 143
Bab 11—Memotivasi dengan Apresiasi di Berbagai Macam
Sektor Industri 153
Bab 12—Karakteristik yang Unik dalam Tatanan Relawan 169
BagIan 4: mengatasI hamBatan-hamBatan umum
Bab 13—Apakah Bahasa Apresiasi Seseorang Berubah dari
Waktu ke Waktu? 183
Bab 14—Memotivasi dengan Apresiasi: Mengatasi Tantangan-
tantangan Anda 201
Bab 15—Apresiasi Otentik: Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anda
Tidak Mengapresiasi Para Anggota Tim Anda 219
Kesimpulan: Sekarang Saatnya Giliran Anda 235
Catatan 243
Sarana Apresiasi: Sumber-sumber Artikel untuk Digunakan dan
Dibagikan dengan Orang Lain 247
• Membaca Isyarat Samar dari Para Kolega Anda yang
Membutuhkan Perasaan untuk Diapresiasi 248
• Bagaimana Caranya Memberikan Hadiah kepada Para Relawan 251
• Seni Memberi Hadiah tanpa Membeli “Barang” 254
• Dapatkah Pujian Menjadi Sebuah Masalah? 256
• Mengapa Bahasa Apresiasi yang Paling tidak Berharga bagi Anda,
dapat Sangat Memengaruhi Karier Anda 259
• Mengakui dan Berhubungan dengan “Faktor Keanehan” 261
• Lelaki Sejati tidak Membutuhkan Dorongan Semangat (Salah) 263
• Bagaimana Caranya Menghargai Karyawan Anda tanpa
Menghabiskan Banyak Perubahan 266
• Sepuluh Cara yang Paling Mudah untuk Menyatakan
Apresiasi kepada Hampir Semua Orang 269
Inventaris Memotivasi Dengan Apresiasi 271
11
k a t a p e n g a n t a r
Ketika saya menulis buku The Five Love Languages: The Secret
to Love That Lasts (Lima Bahasa Kasih: Rahasia Mengasihi
yang Langgeng) saya tak membayangkan buku tersebut terjual
enam juta kopi untuk versi bahasa Inggrisnya. Bahkan kemudian
buku itu diterjemahkan pula ke empat puluh bahasa di seluruh dunia.
Namun saat itu saya sangat yakin, konsep lima bahasa kasih berpotensi
meningkatkan kualitas pernikahan secara menakjubkan. Pada masa
awal karir saya sebagai konselor, saya melihat bahwa apa yang membuat
seseorang merasa dikasihi, tidak secara otomatis membuat orang lain
juga merasa demikian. Banyak pasangan secara tulus mengungkapkan
rasa kasihnya, tapi secara emosional tak terhubung sama sekali.
Kenapa? Karena mereka gagal untuk saling berbicara dengan bahasa
kasih primer mereka.
Karena saya menjadi narasumber dalam banyak seminar per-
nikahan di seluruh negara bagian, setiap minggu banyak pasangan
suami-istri bercerita kepada saya, “Kami sudah merencanakan per-
ceraian. Untungya, seseorang memberikan kepada kami buku Anda,
karya tulis tersebut menyelamatkan bahtera pernikahan kami.”
Kebutuhan emosional akan kasih memang hal mendasar untuk
mencecap kebahagiaan dalam sebuah perkawinan. Ketika kebutuhan
itu tak terpenuhi maka hubungan pernikahan cenderung menjadi
dingin. Di sisi lain, tatkala kedua pasangan merasa dikasihi, hubungan
ini menjadi lebih positif dan berdampak pula pada aspek kehidupan
lainnya.
12
Dalam 15 tahun terakhir, banyak orang berbagi kisah dengan saya.
Yakni, bagaimana mereka menerapkan konsep Lima Bahasa Kasih
dalam lingkup pekerjaan tertentu. Seorang supervisor bercerita, “Kami
tak menyebutnya bahasa kasih. Kami menamainya bahasa apresiasi.
Tapi konsepnya sama dan ternyata memang sangat mujarab. Secara
menakjubkan dapat menunjang suasana kerja di kantor kami. Kar-
yawan kami jadi lebih bahagia dan semakin produktif.”
Kemudian, banyak orang meminta saya menulis sebuah buku ten-
tang bahasa apresiasi di tempat kerja, termasuk dampaknya terhadap
kepuasan kerja karyawan dan peningkatan produktifitas. Tapi, karena
pengalaman saya selama ini hanya dalam lingkup keluarga dan sepu-
tar pernikahan, saya ingin mencari rekan penulis yang memiliki kredi-
bilitas akademis dan pengalaman bisnis. Ketika saya bertemu Dr. Paul
White, saya tahu telah menemukan orang yang tepat. Selama beberapa
tahun terakhir, Dr. White mengkhususkan diri menangani bisnis yang
dimiliki keluarga secara efektif dan diwariskan secara turun-temurun
kepada generasi selanjutnya. Dalam usahanya tersebut, beliau berinter-
aksi dengan banyak pemimpin dengan beragam jenis organisasi.
Selama tiga tahun terakhir, kami juga bekerjasama dalam
Motivating by Appreciation Project (Proyek Memotivasi dengan
Apresiasi, selanjutnya akan disingkat MDA—penerj.). Kami meng-
awalinya dengan mendirikan MBA Inventory (Inventaris MDA).
Tujuannya, untuk memfasilitasi para karyawan menemukan bahasa
kasih primer mereka, bahasa sekunder, dan bahasa yang kurang
berguna bagi mereka. Dengan menggunakan inventaris tersebut,
Dr. White berhasil memajukan proyek awal untuk beraneka ragam
kegiatan bisnis. Umpan baliknya juga sangat mendorong semangat.
Kami jadi menyadari bahwa sebenarnya yang membuat seorang
karyawan merasa diapresiasi bukanlah apa yang membuat karyawan
lain merasa diapreasiasi. Namun ketika seorang supervisor atau sesama
karyawan belajar berbicara dengan bahasa kasih primer dari individu
lain, ternyata, hasilnya begitu signifikan. Oleh sebab itu, dengan penuh
suka cita kami mempersembahkan buku ini, The Five Languages of
5 Ba h a s a ap r e s i a s i d a l a m du n i a Ke r j a
13
Appreciation in the Working Place (5 Bahasa Apresiasi di Tempat
Kerja).
Kami berharap buku ini dan Inventaris MDA dapat berguna
dan membantu ribuan pemimpin bisnis. Sehingga mereka dapat
menciptakan suasana kerja yang lebih positif meningkatkan produk-
tifitas para karyawan mereka, dengan belajar berbicara menggunakan
bahasa apresiasi primer mereka.
Kami yakin buku yang Anda baca ini akan memudahkan Anda
untuk menciptakan lingkungan kerja dimana setiap individu di dalam-
nya merasa diapresiasi secara tulus–para individu juga akan merespons
apresiasi yang diterima dengan loyalitas tinggi dan komitmen baru
untuk menyukseskan perusahaan Anda.
Gary D. Chapman, Ph.D
Kata Pengantar
15
p e n D a h u L u a n
Apakah Anda merasa diapresiasi oleh rekan-rekan kerja Anda?
Jika demikian, maka Anda mungkin menikmati pekerjaan
Anda setiap hari. Namun, apabila Anda merasa tidak diapre-
siasi, maka pekerjaan Anda mungkin menjadi sarana mencari nafkah
belaka. Kita semua mengharapkan bayaran akan pekerjaan yang kita
lakukan kecuali kalau kita menjadi sukarelawan. Sebagian besar kar-
yawan upahan ingin menghasilkan lebih banyak uang. Namun faktor
utama dalam kepuasan kerja bukanlah jumlah bayarannya melainkan
apakah individu merasa diapresiasi dan dihargai atas pekerjaan yang
mereka lakukan atau tidak. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh De-
partemen Tenaga Kerja Amerika Se-
rikat, 64 persen orang Amerika yang
meninggalkan pekerjaan mereka
mengatakan, kalau mereka melaku-
kannya karena merasa tidak diapre-
siasi.1 Hal ini benar adanya bagi para
karyawan di dewan direksi, dari CEO
sampai karyawan urusan rumah tangga. Sesuatu yang ada dalam jiwa
manusia berteriak meminta apresiasi. Ketika kebutuhan tersebut tidak
dipenuhi, maka kepuasan kerja akan berkurang.
Berikut ini adalah beberapa komentar dari tiga orang karyawan
yang bekerja dalam tatanan yang sangat berbeda – namun memiliki
Faktor utama dalam
kepuasan kerja bukanlah
jumlah bayarannya melainkan
apakah individu merasa
diapresiasi dan dihargai
atas pekerjaan yang mereka
lakukan atau tidak.
16
5 Ba h a s a ap r e s i a s i d a l a m du n i a Ke r j a
hasrat yang sama untuk merasa dihargai.
“Saya tidak akan keluar dari tempat saya bekerja kalau saya tahu
bahwa mereka menghargai pekerjaan yang saya lakukan,” kata Dave.
Dave ialah seorang asisten kepala bagian keuangan berusia tiga puluh
tahun yang bekerja di sebuah perusahaan real estate komersial. Ia telah
bekerja bagi perusahaan tersebut selama lima belas bulan dan awalnya
ia tertarik dengan kesempatan untuk mengembangkan karier dan pro-
fesinya dalam jabatan yang dipegangnya. Namun dari waktu ke waktu,
Dave mengalami kekecewaan yang mendalam.
Dave bercerita kalau ia ingin mengundurkan diri dari posisinya
di bidang akuntansi saat ini dan pindah ke perusahaan yang berbeda.
“Ini bukanlah tentang uang. Ini hanya masalah sepele, tidak peduli apa
yang saya lakukan—seberapa lama saya bekerja atau apa yang saya
capai—saya tidak pernah mendengar satu hal pun yang positif. Kalau
saya melakukan kesalahan, saya segera mendengarnya, tapi kalau saya
melakukan pekerjaan saya dengan baik, saya tidak mendengar apa
pun.”
*****
Di dalam sebuah sesi yang kami adakan dengan staf perusahaan
yang sukses, Cindy terkekeh, “Itulah saatnya!”
“Apa?” tanya salah seorang staf lainnya kepada Cindy.
Kami baru saja membagikan kepada para staf hasil Inventaris
Memotivasi dengan Apresiasi (Inventaris MDA) (dalam buku
aslinya Motivating by Appreciation (MBA) Inventory), dan
mereka membaca seluruh laporan tersebut sebelum kami mendiskusi-
kan hasilnya dalam satu kelompok. Hasil MDA Cindy menunjukkan
bahwa bahasa apresiasi primernya adalah tindak pelayanan (acts of
service). Cindy ialah tipe pribadi yang terdorong ketika para rekan ker-
janya membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya, terutama ketika
beban kerja Cindy sedang berat.
17
Pendahuluan
Cindy kebetulan menjadi seorang executive assistant bagi kepala
keluarga dan CEO perusahaan milik keluarga. Ia telah bekerja pada
orang itu selama lebih dari dua puluh tahun, dan mengenalnya sama
seperti orang lain. Meskipun Mr. Stevens, yang sekarang berusia tujuh
puluhan tahun, hanya bekerja paruh waktu, Cindy memiliki banyak pe-
kerjaan yang harus dilakukan untuk Mr.Stevens—merencanakan per-
jalanan panjangnya, mengatur urusan pribadinya, dan terus memberi-
kan perkembangan terkini mengenai bisnisnya.
Dalam laporan MDA-nya Cindy menyatakan bahwa apabila para
koleganya (atau supervisornya) ingin memberikan apresiasi, mereka
dapat menyatakannya dengan membantunya menyelesaikan pekerjaan
yang ada apabila Cindy merasa kewalahan. Cindy berkata, “Kalau Mr.
Stevens sedikit membantu saya, saya akan kaget setengah mati.” Ia ber-
canda—tapi humor itu ada batasannya.
Kami tahu, sebagaimana halnya dengan para koleganya, ka-
lau Cindy telah memutuskan untuk “mengulur waktunya.” Ia memi-
liki bayaran yang lumayan (ia dilaporkan sebagai executive assistant
dengan bayaran tertinggi di komunitas tersebut) dan mendekati usia
pensiun. Dan meskipun ia merupakan salah satu dari karyawan yang
sangat tidak puas dan paling kesal, Cindy mungkin tidak ingin segera
pensiun—sungguh mengecewakan para koleganya.
*****
“Aku senang bekerja di sini!” seru Tammy. “Aku tidak dapat me-
mikirkan tempat lain untuk bekerja selain tempat Dr. Jones,” lanjut
Tammy, yang berbagi pemikirannya sembari tersenyum. “Sekarang,
jangan salah paham denganku. Dr. Jones seorang penuntut. Dia meng-
harapkan Anda untuk melakukan pekerjaan Anda dengan baik. Kami
bekerja keras, melihat banyak pasien, dan kami semuanya dianggap
dapat bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan kami dengan
tingkat perawatan berkualitas tertinggi bagi para pasien kami.”
Kami telah mendengar dari sumber-sumber lainnya bahwa Dr.
18
5 Ba h a s a ap r e s i a s i d a l a m du n i a Ke r j a
Jones, seorang ahli kacamata, bekerja keras,
secara efisien, dan memberikan perawatan
berkualitas bagi para pasiennya. Dan kami
telah mendengar bahwa para asisten medis
(medical assistant) mengantri untuk bekerja
padanya.
“Mengapa Anda sangat senang be-
kerja di sini?” tanya saya (Paul).
“Karena ia memperlakukan kami dengan sangat baik. Meskipun
pekerjaan di sini sangat padat dan cepat, ia selalu melakukan beberapa
hal guna memastikan kalau kami merasa diperhatikan.”
Saya merasa tertarik dengan pernyataan Tammy tentang merasa
diperhatikan. “Benarkah? Seperti apa misalnya? Bagaimana Dr. Jones
menyampaikan perhatiannya kepada Anda dan seluruh staf?”
“Pertama-tama, kami memiliki rapat staf mingguan di mana
kami membahas apa yang sedang terjadi di kantor—apa yang berjalan
dengan baik, dan area-area yang menciptakan tantangan bagi kita. Dan
kami membahas bagaimana caranya membuat segalanya menjadi lebih
baik.
Sekali dalam sebulan beliau memesan makan siang bagi para
karyawan (kami mengambil waktu tambahan selama setengah jam
untuk waktu makan siang ini). Kadang-kadang ia akan membagikan
riset yang baru atau teknik yang baru dengan kami dalam bidang ini
selama waktu makan siang. Dan pada waktu Perayaan Hari Natal
beliau memberikan kami gaji satu hari penuh dan kartu belanja sebesar
seratus dolar untuk digunakan di mal. Namun dari semuanya, beliau
itu sosok yang positif bagi kami dan selalu mendukung kami. Beliau
sering mengatakan kepada kami kalau kami melakukan pekerjaan yang
baik—baik secara individual maupun sebagai satu tim.
“Anda tidak dapat menyuruh saya pindah bekerja ke kantor lain-
nya, tidak peduli seberapa besar Anda membayar saya.”
*****
“Anda tidak dapat
menyuruh saya pindah
bekerja ke kantor
lainnya, tidak peduli
seberapa besar Anda
membayar saya.”
19
Pendahuluan
Lima Bahasa Kasih dalam Dunia Kerja
Berikut ini merupakan tiga contoh dalam kehidupan nyata tentang
dampak dari merasa dihargai atau tidak dihargai di tempat kerja. Sen-
timen ini terjadi berulang-ulang, ribuan kali, di berbagai macam du-
nia kerja. Kenyataannya adalah bahwa
apa yang membuat seseorang merasa
dihargai tidaklah membuat orang
lain merasa dihargai. Jadi, bahkan
dalam perusahaan di mana pengakuan
sangatlah penting, usaha dalam me-
nyatakan apresiasi sering kali tidak
efektif.
Sebagai hasil dari dampak signifikan yang dimiliki Lima Bahasa
Kasih pada jutaan hubungan pribadi dan pentingnya komunikasi
yang efektif dalam memberi apresiasi dan dorongan di dunia kerja,
kami telah mengejar penerapan konsep ini dalam hubungan berbasis
pekerjaan. Tujuan buku ini adalah:
• Untuk memberitahukan kepada Anda mengenai konsep bahasa
apresiasi, yang secara praktis menggambarkan apa konsep itu dan
seperti apakah konsep itu dalam kehidupan sehari-hari;
• Untuk membantu Anda mengidentifikasi bahasa apresiasi primer
dan sekunder Anda serta bahasa apresiasi Anda yang paling sedikit
berarti (dengan menggunakan Inventaris Memotivasi dengan
Apresiasi);
• Untuk membantu Anda di dalam melihat bagaimana bahasa
apresiasi dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan di
tempat kerja dalam berbagai macam konteks.
• Untuk memberi Anda saran dan sarana bagi penerapan prinsip-
prinsip ini dalam kehidupan Anda sehari-hari.
Mari kita mulai pembahasan ini pertama-tama dengan memahami
konsep apresiasi di tempat kerja dan pentingnya mengembangkan serta
mempertahankan hubungan berbasis pekerjaan yang positif.
Kenyataannya adalah
bahwa apa yang membuat
seseorang merasa dihargai
tidaklah membuat orang lain
merasa dihargai.
20
Bagian satu
Landasan
21
memotivasi dengan apresiasi:
Konsep
Saya (Gary) sedang makan malam dengan seorang teman yang
merupakan karyawan tetap sebuah organisasi nirlaba yang
besar. Saya bercerita dengannya bahwa Dr. White dan saya
sedang mengerjakan Proyek Memotivasi dengan Apresiasi (Motivating
by Appreciation Project). Ketika saya selesai menyampaikan ikhtisar
singkat saya, saya berkata kepadanya, “Bolehkah saya mengajukan
pertanyaan pribadi mengenai pekerjaan Anda?” “Tentu saja,” katanya.
Saya melanjutkan pertanyaan saya, “Pada skala 0-10, seberapa
jauhkah Anda merasa diapresiasi oleh supervisor yang langsung
membawahi Anda?” “Sekitar 5,” katanya. Saya dapat mendeteksi sedikit
kekecewaan dalam suaranya ketika ia mengatakan 5.
Kemudian, saya mengajukan pertanyaan yang kedua. “Pada skala
0-10, seberapa jauhkah Anda merasa diapresiasi oleh para rekan kerja
Anda?” “Sekitar 8,” katanya. “Seberapa banyak orang yang bekerja
dekat dengan Anda?” tanya saya. “Dua,” jawab Gary. Kemudian, saya
bertanya, “Apakah Anda merasa kedua teman Anda memberikan
apresiasi yang sama?” “Tidak,” jawabnya. “Yang satu kira-kira memiliki
skala 6 dan yang lain memiliki skala 9. Itulah alasannya mengapa saya
mengatakan sekitar 8.”
Riset mengindikasikan bahwa para karyawan menyukai penga-
kuan dari para manajer dan supervisor dengan margin 2-1, diban-
dingkan pengakuan dari para rekan kerja.1 Namun, sebagian besar dari
kita akan setuju bahwa apabila kita merasa diapresiasi oleh para rekan
#1
22
5 Ba h a s a ap r e s i a s i d a l a m du n i a Ke r j a
kerja kita, maka hidup ini menjadi jauh lebih menyenangkan. Apakah
Anda seorang pemilik bisnis, CEO, supervisor, atau rekan kerja, buku
ini ditulis untuk membantu Anda menyampaikan apresiasi dalam suatu
cara yang akan bermakna bagi para individu yang bekerja sama dengan
Anda.
Mengapa merasa dihargai itu sangat penting dalam dunia kerja?
Karena masing-masing dari kita ingin mengetahui bahwa apa yang
sedang kita lakukan itu diperhitungkan. Tanpa rasa dihargai oleh
para supervisor dan kolega, para pekerja mulai merasa seperti sebuah
mesin atau sebuah komoditas. Apabila tidak ada seorang pun yang
memperhatikan komitmen seseorang untuk
melakukan pekerjaannya dengan baik, maka
motivasi cenderung berkurang dari waktu ke
waktu. Steven Covey, penulis buku 7 Habits
of Highly Effective People, merasakan ke-
butuhan masyarakat yang sangat kuat akan
apresiasi sampai ia menulis pernyataan
sebagai berikut: “Setelah keberlangsungan fisik, kebutuhan terbesar
seorang manusia adalah keberlangsungan psikologis, untuk dipahami,
untuk diakui, untuk disahkan, untuk dihargai atau diapresiasi.”2
Ketika hubungan tidak dipupuk oleh rasa apresiasi, maka hasilnya
dapat diprediksi:
• Anggota tim akan mengalami kekurangan keterhubungan dengan
anggota lainnya dan dengan misi organisasi.
• Para pekerja akan cenderung kehilangan semangat, merasa “Selalu
saja ada yang harus dikerjakan dan tidak ada seorang pun yang
menghargai apa yang saya lakukan.”
• Sering kali para karyawan akan mulai mengeluhkan pekerjaan
mereka, para kolega mereka, dan supervisor mereka.
• Pada akhirnya, anggota tim mulai berpikir secara serius tentang
meninggalkan organisasi tersebut dan mereka mulai mencari lo-
wongan pekerjaan lainnya.
Masing-masing dari
kita ingin mengetahui
bahwa apa yang
sedang kita lakukan
itu diperhitungkan.