+ All Categories
Home > Documents > 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

Date post: 05-Jul-2018
Category:
Upload: anita-sholihah
View: 228 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 88

Transcript
  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    1/88

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

    TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA(Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Bogor)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

    Oleh :

    Rizka Azizah102017024006

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H / 2010 M

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    2/88

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

    Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya TerhadapHasil Belajar Matematika” (Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur

    Bogor)”, disusun oleh RIZKA AZIZAH Nomer Induk Mahasiswa : 102017024006, Telah

    diujikan pada tanggal 28 Desember 2009 dan telah diterima dan disahkan oleh dewan penguji

    skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Strata Satu (S-1) pada jurusan Pendidikan Matematika.

    Jakarta, 28 Desember 2009

    Sidang Munaqosah Tanggal Tanda Tangan

    Ketua

    Maifalinda Fatra,M.Pd. …………………. ………………….NIP.19700528 199603 2 002

    Sekretaris

    Otong Suhyanto, M.Si …………………. ………………….NIP.19681104 199903 1 001

    Anggota

    Penguji I,

    Maifalinda Fatra,M.Pd. …………………. ………………….NIP.19700528 199603 2 002

    Penguji II,

    Dra. Afidah Mas’ud …………………. ………………….NIP.150228775

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.NIP.19571005 1987031 003

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    3/88

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya

    Terhadap Hasil Belajar Matematika” (Penelitian di MTs Al- Inaayah

    Rawakalong Gunung Sindur Bogor) , yang disusun oleh Rizka Azizah Nomor

    Induk Mahasiswa: 102017024006, Jurusan Pendidikan Matematika telah melalui

    bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

    pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

    Jakarta, Desember 2009

    Yang Mengesahkan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Ali Hamzah. M. Pd Drs. Bambang Aryan. M.Pd

    NIP 194803231982031001 NIP 131 974 684

    i

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    4/88

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

    TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

    Oleh :

    RIZKA AZIZAH

    102017024006

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1430 H / 2010 M

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    5/88

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

    TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelas Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    OLEH :RIZKA AZIZAH

    102017024006

    Dibawah Bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Ali Hamzah. M. Pd Drs. Bambang Aryan. M.Pd NIP 194803231982031001 NIP 131 974 684

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1430 H / 2009 M

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    6/88

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Rizka Azizah

    NIM : 102017024006

    Jurusan / Semester : Pendidikan Matematika

    Angkatan Tahun : 2002

    Alamat : Jl. Tegal Parang Utara VI RT.006/04 No.14 Mampang

    Prapatan Jakarta Selatan 12790

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya

    terhadap Hasil Belajar Matematika ” (Penelitian di MTs Al-Inaayah

    Rawakalong Gunung Sindur Bogor) Adalah benar hasil karya sendiri di bawah

    bimbingan dosen:

    Nama : 1. Drs. Ali Hamzah. M. Pd

    NIP 194803231982031001

    2. Drs. Bambang Aryan. M. Pd

    NIP 131 974 684

    Jurusan : Pendidikan Matematika

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

    menerima segala konsekwensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya

    sendiri.

    Jakarta, Desember 2009

    Yang Menyatakan,

    Rizka Azizah

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    7/88

    ABSTRAK

    RIZKA AZIZAH (102017024006) “Pengaruh Model PembelajaranTutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika ” (Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor) . Skripsi. Jakarta: Jurusan PendidikanMatematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

    Proses pembelajaran harus memiliki karakteristik melayani keinginan dankebutuhan siswa, bukan transformasi pengetahuan menurut selera sekolah maupun

    pendidik. Model Pembelajaran Tutor Sebaya adalah penggubahan belajar yangmeriah, dengan segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan

    perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil

    belajar Matematika siswa yang menggunakan pembelajaran Tutor Sebaya dengan pembelajaran Konvensional. Penelitian ini menggunakan metode quasieksperimen. Sampelnya adalah kelas VII-B dengan jumlah siswa 30 dan VII-Cdengan jumlah siswa 29. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan rata-ratahasil belajar matematika kelas eksperimen sebesar 69,55 dan dikelas kontrolsebesar 63, pengujian hipotesisnya menggunakan uji “t” dengan hasil t hitung 6,32 >ttabel 1,67 yang sebelumnya diuji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas.Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Model pembelajaran Tutor

    Sebaya lebih baik dari pada model pembelajaran Konvensional, artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya dibanding model pembelajaran Konvensional.

    Kata Kunci : Model, Tutor Sebaya, Pembelajaran Matematika

    ii

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    8/88

    iii

    KATA PENGANTAR

    م س لاب ل ا يا ح Puja, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

    Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir akademis di UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar sarjana pendidikan

    matematika. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai atas bantuan

    banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

    pihak yang telah membantu memberikan dorongan, baik moril maupun materil.

    Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

    1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan

    Bpk. Otong Suhyanto, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

    Matematika yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan arahan.

    3. Ibu Tita Khalis Maryati, M.Kom, Dosen Penasehat Akademik, yang sudah

    memberikan bimbingan, nasehat, serta memotivasi penulis dari awal

    semester sampai akhir semester.

    4. Bapak Drs. Ali Hamzah. M. Pd, Dosen Pembimbing I, dan Bapak

    Bambang Aryan, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang sudah memberikan

    bimbingan, arahan, nasihat, dan semangat yang takkan terlupakan dan

    akan membekas dihati

    5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri

    Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

    penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang bapak dan ibu

    berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. Amin.

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    9/88

    iv

    6. Bapak Sukron SH. S.Ag, kepala MTs Al-Inaayah, Guru Bidang Studi

    Matematika Bapak Suyatno, M.Pd., dan Bapak Suherman, S.Si, dan

    seluruh karyawan dan guru yang telah memperkenankan penulis untuk

    penelitian dan memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan dalam

    penelitian ini.

    7. Pimpinan dan staf Perpustakaan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan

    Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan fasilitas kepada

    penulis untuk menelaah serta memberi pinjaman sumber literatur yang di

    perlukan.

    8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda tersayang Ma’mun dan

    Ibunda tercinta Nadjibah, yang tak henti-hentinya mendoakanku,

    mendidik, memotivasi, selalu sabar dan selalu memberikan limpahan kasih

    sayang kepadaku, terimakasih atas segalanya, hanya Allah SWT, yang

    dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk

    kalian.

    9. Untuk Kakandaku Ahmad Subhan yang telah memberikan pinjaman

    komputer dan WARNET-nya (laatansa Computer) dalam pencarian bahan

    skripsi yang diperlukan, kakanda dan adikku Nurhasri Ainun, Nurul

    Inaayah dan yang lainnya yang selalu cerewet memberikan motivasinya

    agar cepat dalam penyelesaian skripsi ini.

    10. Sahabat-sahabatku yang baik hati tempat curhat dikala duka maupun suka

    Ningrum (terima kasih atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini),

    Ayu, Wiyah, Ikam, dan Teman-teman Angkatan 2002 A dan B, Yang

    tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaan dalam

    melewati hari-hari kuliah yang penuh suka dan duka, karena kalianlah

    hari-hari kuliah menjadi sangat menyenangkan dan berwarna.

    Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, arahan, dan do’a

    yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima oleh allah SWT. Serta

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    10/88

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    11/88

    DAFTAR ISI

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH............................................... i

    ABSTRAKSI................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

    DAFTAR ISI.................................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

    BAB I : PENDAHULUAN .................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .......................................................... 8

    C. Pembatasan Masalah ......................................................... 8

    D.

    Perumusan Masalah .......................................................... 8E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 9

    BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS .................................................. 10

    A. Landasan Teori .................................................................. 10

    1. Pembelajaran Matematika............................................ 10

    2. Model Pembelajaran .................................................... 14

    3. Pembelajaran Tutor Sebaya......................................... 16

    4. Pembelajaran Konvensional......................................... 21

    5. Belajar dan Hasil Belajar Matematika ......................... 23

    a. Definisi Belajar ...................................................... 23

    b. Tujuan Belajar ........................................................ 26

    c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 27

    vi

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    12/88

    d. Hasil Belajar........................................................... 27

    6. Pecahan ........................................................................ 31

    a. Pecahan dan Lambangnya...................................... 31

    b. Perbandingan, Bentuk Desimal dan Persen ........... 34

    c. Operasi Pada Pecahan ............................................ 37

    B. Kerangka Berpikir.............................................................. 40

    C. Pengajuan Hipotesis ........................................................... 41

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 42

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 42

    B. Metode Penelitian .............................................................. 42

    C. Popupasi dan Sampel ........................................................ 43

    D. Tehnik Pengumpulan Data................................................. 44

    E. Instrumen Penelitian .......................................................... 45

    1. Uji Validitas ................................................................. 45

    2. Uji Reabilitas................................................................ 46

    3. Pengujian Taraf Kesukaran .......................................... 46

    F. Tehnik Analisis Data.......................................................... 48

    1. Uji Normalitas.............................................................. 48

    2. Uji Homogenitas .......................................................... 48

    3. Uji Hipotesis Penelitian ............................................... 49

    BAB IV : HASIL PENELITIAN.......................................................... 51

    A. Deskripsi Data.................................................................... 51

    1. Hasil Belajar Matematika............................................. 51

    2. Data Hasil Pengamatan ................................................ 55

    B. Pengujian Prasyarat ............................................................ 56

    1. Uji Normalitas.............................................................. 57

    2. Uji Homogenitas .......................................................... 57

    vii

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    13/88

    C. Pengujian Hipotesis............................................................ 58

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 61

    A. Kesimpulan ........................................................................ 61

    B. Saran................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63

    LAMPIRAN – LAMPIRAN

    viii

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    14/88

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Hirarkis pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik dan Model

    Pembelajaran ................................................................................. 16

    Tabel 2 Desain Penelitian............................................................................ 43

    Table 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian....................................................... 44

    Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen................... 52

    Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen................................ 53

    Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Kontrol.......................... 54

    Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Kontrol ...................................... 55

    Tabel 8 Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelas Eks..................... 56

    Tabel 9 Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol .............. 57

    Tabel 10 Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa............................................ 99

    Tabel 11 Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa (yang valid) ....................... 100

    Tabel 12 Uji Reabilitas Tes Kemampuan Siswa........................................... 101

    Tabel 13 Taraf Kesukaran Soal..................................................................... 102

    Tabel 14 Daya Beda Soal ............................................................................. 103

    Tabel 15 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen.......................................... 106

    Tabel 16 Uji Normalitas Kelompok Kontrol................................................. 106

    Tabel 17 Uji Homogenitas ............................................................................ 107

    Tabel 18 Nilai- nilai r Product Moment........................................................ 108

    Tabel 19 Nilai Kritis untuk Uji Liliefors....................................................... 109

    Tabel 20 Luas dibawah Lengkungan Kurva Normal .................................... 110

    Tabel 21 Nilai Persentil untuk Distribusi F................................................... 111

    Tabel 22 Nilai Persentil untuk Distribusi t.................................................... 112

    Tabel 23 Nilai t untuk berbagai df ............................................................... 113

    ix

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    15/88

    x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .......... 66

    Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol................. 80

    Lampiran 3 Pembagian Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ................... 94

    Lampiran 4 Instrumen Penelitian ................................................................ 95

    Lampiran 5 Kunci Jawaban ......................................................................... 98

    Lampiran 6 Perhitungan Uji Validitas Tes Kemampuan Siswa .................. 99

    Lampiran 7 Rekap Hasil Uji Validitas yang Valid...................................... 100

    Lampiran 8 Perhitungan Uji Reabilitas ....................................................... 101

    Lampiran 9 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal........................................... 102

    Lampiran 10 Daya Beda Soal ........................................................................ 103

    Lampiran 11 Perhitungan Daftar Frekuensi Kelompok Eksperimen ............ 104

    Lampiran 12 Perhitungan Daftar Frekuensi Kelompok Kontrol ................... 105

    Lampiran 13 Uji Normalitas kelompok Eksperimen dan kontrol ................. 106

    Lampiran 14 Uji Homogenitas ...................................................................... 107

    Lampiran 15 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................... 114

    Lampiran 16 Surat Izin Penelitian ................................................................. 115

    Lampiran 17 Surat Bukti Penelitian dari Sekolah ......................................... 116

    Lampiran 18 Uji Referensi ............................................................................ 117

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    16/88

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

    manusia terlebih pada masa kini, pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Dunia

    pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya

    meningkatkan kemajuan bangsa. Selain itu pendidikan juga dituntut untuk

    membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan bertanggung

    jawab, yang semuanya itu berdasarkan atas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

    Esa

    Muhibbin Syah mengatakan “Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah

    proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

    pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. 1 Bisa

    dikatakan bahwa setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan

    demi cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Hal yang bersangkutan dengan

    pendidikan itu tertuang dalam undang-undang system pendidikan nasional bab II

    pasal 3 yang berbunyi :

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 2

    “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

    potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

    1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung:PT. Rosda Karya, 2003), edisi revisi, h.102 Departemen Agama RI Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, Memahami

    Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UNDANG-UNDANG SISDIKNAS , (Jakarta :Agustus 2003), hal. 37

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    17/88

    2

    kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

    dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” 3 Menurut Ahmad D. Marimba

    “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

    terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

    kepribadian yang utama”. 4

    Sedangkan dalam Islam pendidikan hal yang sangat urgent karena itu

    seseorang yang memiliki pengetahuan atau ilmu mempunyai kedudukan atau

    derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini

    sesuai dengan firman Allah SWT :

    ☺☺ج( م )11:لل

    Artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah

    Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS:Al-Mujadilah :11)

    Begitu pula dalam Hadist Rosulullah SAW bersabda:

    ب ل عط دمل ه م هلل ل

    Artinya :“ Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang kubur

    Sudah menjadi kenyataan bahwa dunia pendidikan adalah dunia yang

    penuh kritik. Diakui oleh Mastuhu bahwa debat akademik mengenai masalah

    pendidikan tidak pernah selesai. Menurutnya, hal ini disebabkan karena salah satu

    keunikan dalam kehidupan manusia tidak pernah sepi dari nilai-nilai luhur yang

    3 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan4

    Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan , (Jakarta :PT. Raja Grafindo persada, 2001), cet.Kedua, Hal. 3

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    18/88

    3

    dicita-citakan. Sejalan dengan itu, Malik Fajar berpendapat bahwa “pendidikan

    dapat dipahami sebagi pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup

    seseorang”. 5 Oleh karenanya pendidikan merupakan bagian yang tidak

    terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.

    Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal

    yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara

    terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-

    buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Matematika

    merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam

    pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak

    dibanding pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan

    diberikan kepada semua jenjang

    Matematika dari tahun ke tahun berkembang semakin meningkat sesuai

    dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih kreatif

    dalam mengembangkan atau menerapkan matematika sebagai ilmu dasar. Salah

    satu hambatan dalam pelajaran matematika adalah bahwa siswa kurang tertarik

    pada matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila mengahadapi

    soal-soal matematika. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar matematika

    sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain.Keadaan ini sangat

    ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan

    pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan.

    Matematika saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Alih-alih

    difavoritkan, mata pelajaran ini kerap dianggap momok bagi sebagian besar

    peserta didik.

    Tugas pendidik matematika menjadi ganda. Pertama , bagaimana materi

    ajar sampai kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum. Kedua ,

    bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan pelibatan peserta didik

    secara penuh, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan

    dengan menyenangkan. Sebuah tantangan bagi pendidik matematika untuk

    senantiasa berpikir dan bertindak kreatif di tengah kegetiran nasib guru. Namun,

    5 Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta , 2002, hal.1

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    19/88

    4

    penulis yakin masih banyak pendidik yang menanggapi kegetiran hidup dengan

    sikap optimistik dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban sebagai

    pendidik.

    Pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Matematika masih

    terbilang buruk. Menurut Zulkardi dalam makalahnya beliau mengatakan :

    “Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar

    murid di sekolah. Dalam konteks pendidikan matematika hasil belajar tidak hanya

    pada aspek kemampuan mengerti matematika sebagai pengetahuan atau kognitif

    tetapi juga aspek sikap ( attitude ) terhadap matematika”. 6

    Kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak

    para pengajar pelajaran matematika yang menggunakan satu jenis model

    pengajaran yang dianggap konvensional, sehingga pola pengajaran matematika

    tidak mengalami perubahan apalagi perkembangan. Jika dalam pengajaran

    matematika tidak menggunakan metode, strategi, tehnik, dan model pembelajaran

    yang tepat, maka materi matematika yang cukup rumit akan bertambah rumit.

    Dengan demikian penggunaan metode, strategi, tehnik dan model pembelajaran

    dalam pelajaran matematika dipandang cukup penting.

    Nilai ujian nasional (UN) oleh mayoritas diasumsikan sebagai tanda

    sukses tidaknya seseorang dalam menyelesaikan studinya di sekolah, dan

    beberapa yang dinyatakan tidak lulus dikarenakan nilai matematikanya tidak

    memenuhi standar kelulusan yang telah ditetapkan. Standar kelulusan UN setiap

    tahun akan dinaikkan. Tahun lalu standar kelulusan untuk setiap mata pelajaran

    yang diujikan adalah 5,25. Tetapi untuk tahun 2010, Badan Standar Nasional

    Pendidikan (BSNP) menaikkan standar kelulusan menjadi 5,5. 7

    Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya nilai UN yang dicapai oleh

    siswa SMP. Pertama , kurangnya motivasi siswa didik untuk meraih nilai

    akademis yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan

    dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Kedua, merebaknya sikap

    6 Zulkardi, Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika melalui mutu Pembelajaran, diambildari sebuah artikel dalam situs www.pmri.or.id , tahun 2003

    7

    http://demosainscreative.wordpress.com/2009/07/31/standar-kelulusan-ujian-nasional-2010-naik-lagi/

    http://www.pmri.or.id/http://www.pmri.or.id/

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    20/88

    5

    instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh kuatnya

    sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali

    sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial. Masyarakat yang

    seharusnya menjadi kekuatan kontrol untuk ikut menanggulangi berbagai

    persoalan sosial yang kurang sehat cederung bersikap permisif dan masa bodoh.

    Sikap instan yang ingin meraih sukses tanpa kerja keras pun dinilai sebagai hal

    yang yang wajar terjadi. Ketiga , guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan

    inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, metode pembelajaran,

    maupun media pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung pasif dan bosan

    dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas. Suasana kelas bagaikan

    “kerangkeng penjara” yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan”

    bagi peserta didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan

    menyenangkan. Yang lebih mencemaskan, siswa didik diperlakukan bagaikan

    “tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu,

    tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi dan dialog.

    Rendahnya minat belajar matematika disebabkan karena matematika terasa

    sulit dan banyak guru matematika mengajarkan materi-materi dengan

    menggunakan metode yang tidak menarik, dimana guru menerangkan materi

    (Teacher telling ) sementara murid mencatat pelajaran. 8 Metode yang tidak

    menarik tersebut menyebabkan murid menjadi malas dalam belajar dan tidak

    memiliki keinginan untuk memperdalam pelajaran tersebut.

    Berdasarkan pengalaman empiris, kurang kreatifnya guru dalam

    melakukan inovasi pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup signifikan

    terhadap kemampuan siswa dalam dalam menguasai kompetensi yang seharusnya

    dicapai. Metode drill yang dilakukan menjelang pelaksanaan UN, dinilai terlalu

    banyak memberikan intervensi dan tekanan psikologis kepada siswa. Akibatnya,

    siswa cenderung hanya mampu menjadi penghafal kelas wahid daripada menjadi

    seorang pembelajar yang haus ilmu pengetahuan. Mereka diperlakukan secara

    8 Sawali, Diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya ,

    http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/ , 29 December

    2007

    http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    21/88

    6

    mekanis bagaikan robot sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

    refleksi dan pendalaman materi ajar.

    Matematika diakui penting, tetapi sulit dipelajari. Maka tidak jarang siswa

    yang awalnya menyenangi pelajaran matematika, beberapa bulan kemudian

    menjadi tidak acuh sikapnya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah cara

    mengajar guru tidak cocok baginya. Guru hanya mengajar dengan satu metode

    yang kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti oleh siswa.

    Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model

    pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan

    dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah

    pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau

    maksimal. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih

    menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam

    pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke

    siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton

    sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa.

    Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru

    hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai

    dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu

    diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan

    tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat

    perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola

    pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

    Salah satu model pembelajaran di antaranya adalah model pembelajaran

    kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok,

    dengan kekhasan dari model tersebut adalah setiap siswa dalam kelompok-kelompok

    yang mempunyai tingkat kemampuan, budaya, etnis, sosial yang berbeda-beda,

    mengutamakan kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan serta menerapkan

    pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    22/88

    7

    Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

    tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. 9 Menurut Depdiknas tujuan pertama

    pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan

    meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih

    mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki

    orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran

    kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

    mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain

    perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting

    ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan

    sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif

    bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya,

    mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

    Pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu model pembelajaran

    kooperatif. Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap

    pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru

    atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering

    tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik

    mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar.

    Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi

    semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka

    karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan

    memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi

    kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya. Pada Skripsi ini akan dijelaskan suatu model pembelajaran kooperatif yang

    berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya pembelajaran

    kooperatif model tutor sebaya. Dengan diadakannya penelitian tentang pembelajaran

    model tutor sebaya diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar

    memperoleh hasil belajar yang baik khususnya dalam mata pelajaran matematika.

    9http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperatif.doc.html

    http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperatif.doc.htmlhttp://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperatif.doc.html

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    23/88

    8

    Berdasarkan permasalahan di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti

    dan mengajukannya dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor

    Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika”.

    B. Identifikasi MasalahDari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan

    sebagai berikut :

    1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

    2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan seorang guru

    matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu akan

    mempengaruhi hasil belajar siswa

    3. Pada saat proses balajar matematika, banyak guru yang kurang

    memperhatikan apakah siswanya dapat menerima prosedur pembelajaran

    yang dilakukan.

    C. Pembatasan MasalahAgar penelitian ini terarah, mendalam dan tidak terlalu luas jangkauannya,

    maka penelitian ini difokuskan pada :

    1. Subjek penelitian adalah siswa MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung

    Sindur Bogor Kelas VII semester 1

    2. Model pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model tutor sebaya

    dalam kelompok. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderung

    pada ceramah (guru menanamkan pengetahuan kepada siswa)

    3. Hasil belajar mata pelajaran Matematika dibatasi pada ranah kognitif pada

    pokok bahasan materi pecahan.

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    24/88

    9

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : “Apakah Terdapat perbedaan

    Hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran tutor sebaya

    dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional?”

    E. Tujuan dan Kegunaan PenelitianBerdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan

    untuk:1) Mengetahui pengaruh dari pada tutor sebaya terhadap hasil belajar

    matematika siswa

    Adapun kegunaan dari penelitian ini memiliki dua kegunaan. Yaitu :

    1) Kegunaan Praktis

    Hasil penelitian yang mengungkap pembelajaran matematika dengan

    menggunakan metode tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika

    siswa ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para guru

    ataupun para pemegang kebijakan sekolah untuk diterapkan pada

    pembelajaran matematika ataupun pada pelajaran yang lainnya.

    2) Kegunaan Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi

    khasanah dalam dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran

    matematika disekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Inaayah

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    25/88

    10

    BAB II

    LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

    DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Pembelajaran Matematika

    Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa inggris

    “ Intruction ” yang berarti proses membuat orang belajar 1 . Tujuannya ialah

    membantu orang belajar atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga

    memberi kemudahan bagi orang yang belajar.“Pembelajaran adalah suatu proses

    interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

    belajar.” 2 Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat

    terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan

    tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

    lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

    dengan baik.

    Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

    pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan

    dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

    tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek

    lain yang ada pada individu yang belajar. 3 Hakikat belajar sebenarnya adalah

    proses pembelajaran, yaitu proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai

    pengalaman yang dilaluinya. Proses belajar atau proses berubahnya tingkah laku

    tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh faktor-

    faktor yang selalu mempengaruhi belajar siswa.

    Proses belajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa

    dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian

    1 Jhon Echols dan Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia , (Jakarta:Gramedia,1995)

    2 http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran , diakses tanggal 9 Oktober 2009.3

    Nana Sudjana, Cara Belajar siswa aktif dalam Proses Belajar Mengajar , ( Jakarta:SinarBaru,1996 ), cet ke-3, hal.5

    http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaranhttp://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    26/88

    11

    interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi

    belajar mengajar ditandai sejumlah unsur yaitu : tujuan yang hendak dicapai,

    siswa, guru, dan sumber belajar lainnya, bahan atau materi pelajaran, metode yang

    digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar.

    Matematika adalah ilmu yang sangat dibutuhkan manusia dan kental

    dengan kehidupannya sejak awal kehidupan dunia ini. Sebagai ilustrasi beberapa

    pertanyaan ini dapat menjadi perbandingan dan bahan renungan, seperti:

    Dapatkah kita membayangkan bagaimana dunia ini sekarang seandainya

    matematika tidak ada? Dapatkah kita mendengarkan radio, melihat televisi, naik

    kereta api, mobil atau pesawat terbang, berkomunikasi lewat telepon atau

    Handphone (HP), dan lain sebagainya? Dapatkah kita membayangkan kacaunya

    dunia ini seandainya orang tidak bisa berhitung secara sederhana, tidak bisa

    memahami ruang di mana dia tinggal, tidak bisa memahami harga suatu barang di

    suatu supermarket? Apa yang terjadi seandainya orang Malang mengatakan 7 + 5

    = 12, sedangkan orang Surabaya berpendapat 7 + 5 = 75, atau kejadian-kejadian

    yang lain.

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

    teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

    memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

    informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

    bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

    Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

    matematika yang kuat sejak dini.

    Pelaksanaan pembelajaran matematika juga dimulai dari yang sederhana

    ke kompleks. Menurut Karso matematika mempelajari tentang pola keteraturan,

    tentang struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep matematika tersusun

    secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling

    sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. 4 Matematika merupakan

    ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika harus

    4

    Syarifuddin, Pembelajaran Matematika Sekolah , http://syarifartikel.blogspot.com/ ,Jumat 10 Juli 2009

    http://syarifartikel.blogspot.com/http://syarifartikel.blogspot.com/

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    27/88

    12

    dipahami lebih dulu sebelum memanipulasi simbol-simbol tersebut. Mempelajari

    konsep B yang mendasarkan pada konsep A. Seseorang perlu memahami konsep

    A terlebih dahulu. Tanpa memahami konsep A tidak mungkin orang tersebut

    dapat memahami konsep B. ini berarti bahwa mempelajari matematika haruslah

    bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.

    Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada

    apa yang diketahuinya. Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika

    yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari orang tersebut itu akan

    mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika.

    Matematika sebagai disiplin ilmu memiliki beberapa predikat dalam

    jajaran ilmu-ilmu yang lain. Dikalangan pelajar matematika mendapat predikat

    tambahan yaitu sebagai suatu mata pelajaran yang tidak disukai, seperti yang

    dikatakan oleh Russefendi bahwa matematika bagi anak-anak merupakan

    pelajaran yang tidak disenangi. 5 Namun menurut Ery Soekresno dan Irwan

    Rinaldi, Setiap orang dapat menikmati matematika. Sebab, matematika adalah

    ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Kalaupun menemui kesulitan banyak

    faktor yang menjadi penyebabnya. Seperti, faktor psikologis yang ada dalam

    benak bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. 6

    Karena itu, dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya

    memilih dan mengunakan strategi, pendekatan, metode, tehnik dan model yang

    banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun

    sosial. Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah,

    bahwa penerapan strategi yang dipilih dalam pembelajaran matematika haruslah

    bertumpu pada dua hal, yaitu: Optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran

    dan optimalisasi keterlibatan seluruh indra siswa 7.

    Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa dari

    Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

    5 E.T. Russefendi, Pengajaran Matematika Modern , (Bandung : Tarsito, 1988), h.1346 Ery Soekresno dan Irawan Rinaldi, 8 Kiat Anak Mencintai Matematika , (Bandung: Asy

    Syaamil, 2001), h.27

    Erman Suherman, DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , JurusanPendidikan Matematika, UPI, Hal. 63

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    28/88

    13

    sistematis, kritis, dan kreatif, serta berkemampuan bekerja sama. Kompetensi

    tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,

    mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

    selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Namun demikian, walaupun

    matematika memiliki peran yang sangat besar, matematika masih menjadi

    ”momok ” bagi kebanyakan siswa. Nilai Ujian Akhir Sekolah tahun 2007 di

    Kecamatan Wonosobo baru mencapai 7,00. Jika dibandingkan dengan standar

    ideal Kurikulum 2006 yang mengidealkan ketercapaian materi 75%, maka nilai ini

    masih jauh dari yang diharapkan. 8

    Agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai maksimal, maka

    harus diupayakan agar semua siswa lebih mengerti dan memahami materi yang

    diajarkan daripada harus mengejar target kurikulum tanpa dibarengi pemahaman

    materi. Dalam prakteknya, pembelajaran berorientasi pada siswa ini dapat

    dilaksanakan dengan cara pendampingan siswa satu persatu atau per kelompok.

    Penjelasan materi dan contoh pengerjaan soal diberikan secara klasikal di depan

    kelas. Kemudian ketika siswa mengerjakan latihan soal guru (beserta asistennya)

    keliling untuk memperhatikan siswa secara personal. Tugas guru adalah

    membantu siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sampai benar. Siswa yang

    pandai akan mendapat perhatian yang kurang sementara siswa yang lemah akan

    mendapat perhatian yang lebih intensif. 9

    Penyampain bahan ajar perlu beragam, bahkan mungkin tidak harus terus

    menerus dilaksanakan dalam kelas. Disini, kreatifitas guru sangat penting untuk

    mengembangkan model-model pembelajaran yang secara khusus cocok dengan

    kelas yang dibinanya termasuk segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran,

    baik sarana maupun prasarana, dalam arti seorang guru jangan memaksa

    kehendaknya kepada siswanya.

    Ada dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran

    matematika yaitu: pembentukan sifat berfikir kritis dan kreatif. Untuk pembinaan

    8 Andriana Sutinah, Makalah Pembelajaran Interaktif berbasis multimedia di Sekolah Dasar , http://media.diknas.go.id/media/document/4271.pdf , 2006

    9

    Abdul Halim Fathani, Membuat Matematika Lebih Bergairah , 26 April 2008,http://p4tkmatematika.com/web - p4tkmatematika.com

    http://media.diknas.go.id/media/document/4271.pdfhttp://media.diknas.go.id/media/document/4271.pdf

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    29/88

    14

    hal tersebut, seorang guru perlu memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu

    siswa. Dengan demikian, siswa mendapat kesempatan bertanya dan berpendapat,

    sehingga diharapkan proses pembelajaran matematika lebih bermakna.

    Tujuan Pembelajaran matematika disekolah mengacu kepada fungsi

    matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam

    Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) diungkapkan dalam Garis-garis Besar

    Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikan

    matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu :

    Pertama, Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

    didalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak

    atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

    Kedua, mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

    pokir matematika dalam kehidupan sehari-haridan dalam mempelajari berbagai

    ilmu pengetahuan. 10

    2. Model Pembelajaran

    Model dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “pola,

    contoh, acuan dan ragam”. 11 Dalam kamus lain dijelaskan bahwa “Model adalah

    pola dari sesuatu yang akan dibuat, contoh dari sesuatu yang akan dibuat.” 12

    Model dalam kamus bahasa inggris adalah “Design or kind of Product.” 13

    Sedangkan menurut Salamah “Model pembelajaran merupakan suatu rencana

    mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu.” 14 Dari pengertian

    tersebut disimpulkan bahwa model adalah contoh yang akan dilakukan sehingga

    menghasilkan sesuatu. Model-model pembelajaran berkembang sesuai dengan

    perkembangan kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional dituntut mampu

    pengembangkan model perbelajaran, baik teoritik maupun praktek, yang meliputi

    10 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,……Hal.5811 http://pusatbahasa.diknas.go.id/diakses tanggal 8 Nov 200912Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Jakarta: Palanta, 2007), hal. 41013 Oxford Leaner’s Pocket Dictionary. 1995, New York, Oxford University Press, Walton

    Street, hal. 26714 http://downloads.ziddu.com

    http://pusatbahasa.diknas.go.id/diakseshttp://pusatbahasa.diknas.go.id/diakses

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    30/88

    15

    aspek-aspek, konsep, prinsip, dan teknik. Memilih model yang tepat merupakan

    persyaratan untuk membantu siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

    Dikutip dari Shuel oleh Kevin Barry dan Len king, “Learning is enduring

    change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results

    from practice or other form of experience”. Dari pembelajaran dapat mengubah

    tingkah laku atau dalam kapasitas pembentukan karakteryang didapat dari latihan

    dan pengalaman.” 15 Definisi lain “pembelajaran adalah proses yang disengaja

    yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk

    melakakukan kegiatan pada situasi tertentu.” 16

    Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-

    step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980)

    mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan

    sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model

    pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

    sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

    belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit

    dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a method for

    delivering instruction that is intended to help students achieve alearning objective

    (Burden & Byrd, 1999:85). 17

    Menurut Ahmad Sudrajat “Model pembelajaran pada dasarnya merupakan

    bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

    khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

    bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.” 18

    seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan

    15 Kevin Barry dan Len king, Beginning Teaching and Beyond , Third edition, (Australia:Thomson, 2006), hal. 8

    16 Siti Djuwariyah, Penerapan Metode Belajar Aktif sebagai upaya MeningkatkanPrestasi Belajar pada Siswa kelas 6 , (Probolinggo: Diknas Probolinggo, 2007), hal.4

    17 www.freewebs.com/.../MODEL_MODEL_PEMBELAJARAN.pdf 18 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan

    Model Pembelajaran. 12 September 2008, http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian- pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    31/88

    16

    strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing

    istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

    Tabel 1

    Hirarkis pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik dan Model Pembelajaran

    Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,

    metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri

    khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :

    1) Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.

    2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

    3) Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran

    dapat dilaksanakan secara optimal.

    4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat

    dicapai. 19

    3. Pembelajaran Tutor Sebaya

    Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya

    untuk menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi yang ada

    19 nsant.student.fkip.uns.ac.id/files/.../makalah-model-pembelajaran1.doc

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    32/88

    17

    disekolah, yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari

    proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak disebabkan

    oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai

    sumber-sumber daya yang saling mendukung menjadi suatu sistim yang integral.

    Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar

    dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi,

    teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal

    dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor

    sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan

    tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi.

    Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta

    didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan

    pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang

    mampu. Caranya, Setiap hari alokasikan waktu khusus agar peserta didik dapat

    saling membantu dalam belajar misalnya: matematika atau bahasa, baik satu-satu

    maupun dalam kelompok kecil.

    Tutor Sebaya merupakan salah satu model pembelajaran untuk membantu

    memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan

    kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik

    melalui kerja sama. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang

    mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan

    masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. 20

    Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model

    pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan

    heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada

    model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu

    dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25). Eggen dan Kauchak (1993: 319)

    mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar

    yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. 21

    20

    zainurie.files.wordpress.com/2007/11/model-model-pembelajaran.ppt21 nsant.student.fkip.uns.ac.id/files/.../makalah-model-pembelajaran1.doc

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    33/88

    18

    Tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari

    pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan

    diperoleh atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka

    belajar dengan “tutor sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan

    yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang

    dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya

    lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Dikarenakan, peserta didik

    melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan

    mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

    Dede Supriyadi mengemukakan bahwa “Tutor sebaya adalah seorang atau

    beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang

    mengalami kesulitan belajar, tutor tersebut diambil dari kelompok yang

    prestasinya lebih tinggi.” Ischak dan Warji mengemukakan bahwa, “Tutor sebaya

    adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan

    bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan

    pelajaran yang dipelajarinya”. Sedangkan menurut Conny Semiawan, dkk

    mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah “ Siswa yang pandai dapat

    memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat

    dilakukan kepada teman-teman sekelasnya diluar sekolah”. 22

    Mengingat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam pengajaran maka

    siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang

    pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan.

    Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan didalam

    pemilihan sumber pengajaran.

    Tutor sebaya dalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang

    lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di

    sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan.

    Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa

    enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya maupun minta bantuan.

    22 Erman Suherman, DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer …. hal. 276

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    34/88

    19

    Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan

    kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah

    bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya

    adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata

    anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam

    memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan

    setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang

    dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk

    mempelajari materi ajar dengan baik.

    Model pembelajaran Tutor Sebaya akan menghidupkan suasana yang

    kompetitif, sehingga setiap kelompok akan terus terpacu untuk menjadi kelompok

    yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua

    kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok

    dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara

    demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa,

    berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6

    siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor.

    Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1) memiliki kemampuan akademis di

    atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama

    siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4)

    memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi

    tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap

    rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7) suka membantu

    sesamanya yang mengalami kesulitan.

    Tutor memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan

    tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2)

    mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3)

    menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar

    yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok,

    baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan

    insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (5) melaporkan

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    35/88

    20

    perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap

    materi yang dipelajari. 23

    Muntasir dalam bukunya “Pengajaran Terprogram” mengemukakan bahwa

    Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah

    disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor

    sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak malu lagi untuk

    bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan

    oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-

    muridya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan

    khayalannya. 24

    Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor

    sebaya hanyalah sebagai fasilitator, mediator dan pembimbing terbatas. Artinya,

    guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.

    Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan manusia. Untuk

    keperluan itu guru harus trampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana

    orang berinteraksi dan berkomunikasi. 25

    Tutor sebaya merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.

    Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif

    memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan

    materi belajar,

    kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

    sedang dan rendah,

    jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

    kelamin yang berbeda-beda,

    23 Sawali, Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya ,http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/ , 29 Desember2007

    24 Smkswadayatmg weblog, Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Upaya Mengoptimalkan Pembelajaran Mata Pelajaran KKPI ,http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/ , 27 September 2007

    25

    Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , Edisi kedua, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2007), hal.11

    http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    36/88

    21

    penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

    Melalui model pembelajaran kooperatif ini diharapkan tidak cuma

    kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang lain.

    Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain 26 :

    1 Keterampilan-keterampilan Sosial

    2 Keterampilan Berbagi

    3 Keterampilan Berperan Serta

    4 Keterampilan-keterampilan Komunikasi

    5 Pembangunan Tim

    6 Keterampilan-keterampilan Kelompok

    4. Pembelajaran Konvensional

    Pembelajaran konvensional bisa disebut dengan pembelajaran tradisional.

    Pengajaran tradisional adalah pengajaran yang umumnya dilakukan oleh guru-

    guru di sekolah-sekolah.

    Pendekatan pembelajaran konvensional atau konservatif saat ini adalah

    pendekatan pembelajaran yang paling banyak dikritik. Namun pendekatan

    pembelajaran ini pula yang paling disukai oleh para guru. Terbukti dari observasi

    yang lakukan di sekolah-sekolah di Jawa Tengah, hampir 80% guru masih

    menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Sebagaimana dikatakan oleh

    Philip R. Wallace tentang Pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang

    bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan

    materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan

    siswa lebih banyak sebagai penerima.27

    Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran secara

    klasikal dimana pada prosesnya lebih berpusat pada guru atau instruktur. 28 Pada

    proses pembelajaran ini keaktifan siswa tidak optimal. Dalam pelaksanaannya

    juga, pembelajaran ini menitikberatkan pada metode ceramah dan Tanya jawab.

    26 nsant.student.fkip.uns.ac.id/files/.../makalah- model - pembelajaran 1.doc27Sunartombs, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-

    dikritik-namun-paling-disukai/ 28 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, ….. hal. 255

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    37/88

    22

    Metode ceramah seperti yang kita ketahui cara pembelajarannya lebih besar

    kepada dominasi guru, sementara kedudukan siswa hanya penerima pelajaran

    secara pasif. Dalam hal ini guru seolah-olah bertugas memindahkan atau

    mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa.

    Menurut Nasution metode ini banyak digunakan oleh guru dengan

    menyamaratakan semua murid dalam kemampuan, latar belakang kecepatan, dan

    cara belajar, dan juga mengharapkan hasil belajar yang sama dari semua anak. 29

    Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran

    konvensional adalah metode ekspositori. Guru biasanya mengajar dengan

    berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah

    dan kadang-kadang tanya jawab. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih

    oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang

    sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat. Banyak kita temukan di

    lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru

    melalui metode ceramah dan ekspositorinya.

    Andrias Harefa menyebutkan pembelajaran konvensional sebagai

    pendidikan ‘gaya bank’ dimana guru mengajar, murid belajar, guru tahu

    segalanya, murid tidak tahu apa-apa, guru berpikir, murid dipikirkan, guru

    mengatur, murid diatur, guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid

    menuruti, guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai

    dengan tindakan gurunya, guru memilih apa yang akan diajarkan, murid

    menyesuaikan diri, guru adalah sumber belajar, murid adalah obyeknya. 30 Dengan

    detidak pernah ada dialog, yang ada hanya monolog, tidak ada kreativitas yang

    ada hanya hafalan, tidak ada orisinilitas yang ada hanyalah peniruan dan

    pembajakan.

    Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru menyampaikan

    informasi mengenai bahan pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan

    secara lisan, yang dikenal dengan metode ceramah. Pembelajaran ini cenderung

    membuat siswa pasif dalam belajar, karena komunikasi yang digunakan oleh guru

    29

    Nasution, Teknologi Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), H. 4530 Andrian Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000) h. 11-12

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    38/88

    23

    dalam interaksinya dengan siswa adalah satu arah. Siswa hanya mendengar,

    mencatat dan sekali-kali bertanya mengenai hal-hal apa yang disampaikan oleh

    guru.

    Beberapa karakteristik pola pembelajaran konvensional antara lain

    menyadarkan kepada hapalan, pimilihan informasi ditentukan oleh guru,

    cenderung terfokus pada satu bidang tertentu, memberikan sekumpulan informasi

    kepada siswa tanpa menindaklanjuti apakah siswa tersebut paham ataupun tidak.

    Seperti yang disampaikan Erman, kelemahan metode ini adalah :

    1. Pelajaran berjalan membosankan, siswa-siswi menjadi pasif, karena

    tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

    Siswa aktif membuat catatan saja.

    2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa

    tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

    3. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ceramah lebih cepat

    terlupakan

    4. Ceramah memyebabkan belajar siswa menjadi belajar menghapal

    (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. 31

    Ciri pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berorentasi kepada

    siswa dan disajikan melalui sumber belajar yang menantang, merangsang daya

    cipta untuk menemukan dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang. 32

    5. Belajar dan Hasil Belajar Matematika

    1) Definisi belajar

    Kehidupan sehari-hari, dalam prosesnya kita banyak sekali melakukan

    berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut merupakan gejala atau

    hasil dari belajar bahkan merupakan proses dalam belajar. Misalnya kita

    berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, makan dan minum dengan

    menggunakan alat-alat makan, menulis dan lain sebagainya.

    31 Erman Suherman, Strategi Pembelajaan Matematika Kontemporer , …….h. 20232

    Sudjarwo S. MSc., Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar , (Jakarta,: PT. Mediyatama,1989), cet. Pertama, hal.160

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    39/88

    24

    Kata belajar telah lama dan banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari

    sejak manusia melakukan aktivitas belajar, karena belajar merupakan salah satu

    dari kebutuhan manusia, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia adalah

    makhluk belajar. 33

    Jakob Sumardjo pernah mengingatkan bahwa manusia “hidup untuk

    belajar” dan bukan “belajar untuk hidup”. 34 Bila seseorang belajar untuk hidup,

    untuk mendapatkan pekerjaan, memperoleh jabatan dana sebagainya, maka ia

    akan menjadi pemburu gelar dan atribut-atribut simbolis, mereka akan merasa

    puas bila sudah diwisuda dan sudah merasa tamat belajar. Ini membuat mereka

    berhenti membaca dan menulis usai lulus. Sebaliknya, bila orang menyadari

    bahwa hidup untuk belajar, maka ia tidak mementingkan gelar atau simbol-simbol

    gelar, yang terpenting adalah mengeluarkan potensi dirinya dan membuat dirinya

    menjadi nyata bagi sesamanya.

    Ada dua jenis belajar yang perlu dibedakan, yakni belajar konsep dan

    belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemehaman

    fakta dan prinsip, banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru, yakni bahan

    atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau

    keterampilan proses lebih menekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran

    itu diajarkan dan dipelajari. 35

    Banyak sekali pengertian tentang belajar. Untuk lebih memahami apa itu

    belajar, ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar

    a) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning

    mengemukakan “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

    seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

    pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana

    perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

    33 Ali Imron, belajar dan pembelajaran , (Jakarta:pustaka jaya, 1996), hal.234 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar , Penerbit Harian Kompas, (Jakarta:

    2000), hal. 5335

    Abu Ahmadi. Drs. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk FakultasTarbiyah komponen MKDK , (Bandung : Pustaka Setia, 2005), cet ke-2, hal. 35-35

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    40/88

    25

    kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan

    sesaat seseorang. 36

    b) Menurut Croncbach yang diterjemahkan oleh Sumadi bahwa “belajar

    yang sebaikya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu

    sipelajar menggunakan panca indranya.” 37

    Pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu proses

    usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

    yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dalam

    arti perubahan-perubahan tersebut, yang disebabkan pertumbuhan dan

    kematangan berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis dalam interaksi

    dengan lingkungan dan masyarakat. Belajar dikatakan bermakna jika siswa

    mampu menghubungkan informasi baru dengan konsep yang relevan yang

    terdapat dalam struktur kognitifnya.

    Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology ia membatasi belajar

    dengan dua rumusan yaitu: 1) “…Acquisition of any relatively permanent change

    in behavior as a result of practice and experience”.( belajar adalah perolehan

    perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai sebab latihan dan

    pengalaman). 2) “Process of acquiring responses as result of special partice”

    (belajar iyalah proses memperoleh respon-pespon sebagai akibat adanya latihan

    khusus). 38

    Selanjutnya Slameto mengatakan bahwa proses belajar yang bermakna

    untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang baik, materi-materi

    belajar slalu dan hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep,

    prinsip-prinsip serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari

    sebelumnya. Substansi serta sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini

    mempengaruhi ketepatan serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang

    36 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan , (Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 1991),hal 85

    37 Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan , (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    2004), hal. 23138 Muhibbib Syah, Psikologi Belajar , (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), H. 60-61

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    41/88

    26

    ditimbulkan kemampuan memperoleh kembali pengertian-pengertian baru yang

    terorganisasi struktur kognitif siswa. 39

    Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

    suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

    sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    2) Tujuan Belajar

    Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang

    benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang

    belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau

    pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat

    dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di

    sekolah.

    Menurut Winarno, tujuan belajar disekolah itu ditunjukan untuk mencapai:

    Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan,

    dan pembentukan sikap dan perbuatan. Tujuan belajar tersebut dalam sunia

    pendidikan sekarang lenih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi

    Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yaitu

    kognitif, afektif dan psikomotorik. 40

    Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan,

    pemahaman, aplikasi dan kemampuan analisis dan evaluasi. Tujuan belajar efektif

    untuk memperoleh sikap, apresisi, karakterisasi dan tujuan psikomotorik untuk

    memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak

    maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.

    39 Slameto, Belajar dan fakto-faktornya yang mempengaruhi , (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal.123

    40

    M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1996), Cetke-2, hal. 58-59

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    42/88

    27

    3) Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

    disekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagaian yaitu faktor

    internal dan faktor eksternal siswa. Faktor-faktor yang berasal dari luar siswa

    (eksternal) tersiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Sedangkan

    faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah faktor berupa

    faktor fisiologis dan faktor psikologis.

    a) Faktor Lingkungan

    Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian: factor

    lingkungan alam atau non social dan factor social. Yang termasuk factor

    lingkungan non social seperti: suhu, kelembaban udara, waktu (pagi,

    siang, malam), letak dan gedung sekolah. Factor lingkungan social baik

    berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya.

    b) Faktor Instrumental

    Factor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat

    pengajaran, media pengajaran, metode pengajaran, kurikulum, serta

    strategi belajar mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.

    c) Faktor Kondisi Internal Siswa

    Faktor internal siswa ini terbagi atas dua yaitu kondisi fisiologis dan

    psikologis siswa. Kondisi fisiologis terdiri atas kondisi kesehatan dan

    kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan

    pendengaran. Adapun kondisi psikologisnya seperti: minat, bakat,

    intelegensi, motivasi dan lain-lain.

    4) Hasil Belajar

    Setiap anak yang melakukan kegiatan belajar akan mengharapkan

    memperoleh hasil belajar yaitu berupa kemampuan tertentu. Belajar merupakan

    suatu proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang

    diharapkan dikuasai individu disebut hasil belajar. Belajar adalah proses

    mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,

    pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    43/88

    28

    Hasil belajar yang diugkapkan Sudjana bahwa pada hakekatnya “ hasil

    belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencangkup aspek kognitif,

    afektif dan psikomotor. 41 Aspek kognitif berkenaan dengan masalah pengetahuan

    dan kecakapan intelektual. Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai serta

    apresiasi. Dan aspek psikomotor berkenaan dengan ketrampilan-ketrampilan

    terutama kelincahan tubuh dan koordinasinya. Proses pengajaran disekolah

    diarahkan untuk mencapai tiga aspek tersebut. Namun lebih ditekankan pada

    aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi

    pelajaran.

    Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

    dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

    Perinciannya adalah sebagai berikut:

    1. Ranah Kognitif

    Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

    pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

    2. Ranah Afektif

    Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

    kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

    dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

    3. Ranah Psikomotor

    Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

    neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

    Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

    karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

    menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

    Hasil belajar merupakan proses kedewasaan manusia yang hidup dan

    berkembang sehingga mengakibatkan manusia selalu berubah. Dengan belajar

    manusia mengalami perubahan –perubahan dan perkembangan dalam proses

    kedewasaan yang mungkin terjadi. Winarno menjelaskan bahwa hasil belajar

    41

    Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar , (Bandung: RemajaRosdakarya, 1990), hal.3

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    44/88

    29

    merupakan proses kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang sehingga

    mengakibatkan manusia selalu berubah. 42 Dengan belajar manusia mengalami

    perubahan-perubahan dan perkembangan dalam proses kedewasaan yang mungkin

    terjadi.

    Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku, dalam

    pengertian luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. 43 Hasil

    belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

    pengalaman belajarnya.

    Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: keterampilan

    dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Hasil belajar

    dalam kecakapan kognitif mempunyai hirarki, yaitu: informasi non verbal,

    informasi fakta dan pengetahuan verbal, konsep dan prinsip, pemecahan masalah

    dan kreatifitas. Informasi non verbal dipelajari dengan cara pengindraan terhadap

    obyek-obyek dan peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan

    verbal dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dengan cara membaca.

    Semua itu penting untuk memperoleh konsep-konsep dan konsep-konsep itu

    penting untuk membentuk prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting didalam

    pemecahan masalah dan kreaktivitas. 44

    Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia yang berhubungan

    dengan ide, proses dan penalaran. 45 Kalimat tersebut sesuai dengan apa yang

    dinyatakan Suherman, bahwa matematika mengandung arti ilmu pengetahuan

    yang diperoleh dengan nalar. 46 Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak

    melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktifitas

    dalam dunia rasio (penalaran) sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil

    observasi / eksperimen disamping penalaran.

    42 Joula Ekaningsih Paormin, Agar anak pintar matematika , ( Jakarta: Pusps Swara,1998), hal.31

    43 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya), H.3

    44 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam system Kredit semester, ( Jakarta: BumiAksara, 1991), H. 131

    45 E.T.Ruseffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer, ( Bandung : Tarsito,1980), H.148

    46

    Erman Suherman dan Udin S.W., Strategi Belajar Mengajar Matematika , (Jakarta : UT,Depdikbud), H. 119

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    45/88

    30

    Oleh karena itu bahwa tercapainya hasil belajar matematika akan

    dipengaruhi oleh adanya transfer belajar. Transfer belajar dapat diamati melalui

    struktur kognitif yang telah dimiliki siswa tentang konsep dan teorema yang telah

    dipelajari dan di ingat oleh siswa sebelumnya. 47

    Jadi siswa dapat dikatakan telah belajar matematika, bila ia telah mampu

    memahami suatu konsep matematika dan kemudian ditransformasikan dalam

    bentuk yang lebih luas, sehingga ia dapat mengembangkan cara berfikir untuk

    memecahkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang ada.

    Menurut Romiszowski hasil belajar dikelompokkan menjadi dua macam

    yaitu: pengetahuan dan ketrampilan. 48 Pengetahuan terdiri dari empat katagori

    yaitu fakta, prosedur, konsep dan prinsip. Ketrampilan terdiri dari empat katagori

    juga yaitu: berfikir atau kognitif, bertindak atau motorik, bereaksi atau bersikap

    dan interaksi. Penilaian hasil belajar diperoleh melalui tes dan non tes.

    Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

    tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok

    anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak

    tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain

    atau dengan nilai standar yang ditetapkan. 49

    Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi syarat-

    syarat tertentu yaitu: validitas, reabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan

    ekonomis. 50 selain itu tes juga dibedakan atas dua bentuk tes yaitu tes subjektif

    yang pada umumnya berbentuk esai atau uraian dan tes objektif seperti tes benar

    salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test), menjodohkan (matching

    test), dan tes isian (completion test). 51

    47 Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), H.11248 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar , (Jakarta:

    Debdikbud dan Rineka Cipta, 1998), hal.18349 Wayan Nurkancana, Drs. P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Usaha Nasional ,

    (Surabaya: 1986), cet. IV, hal.2550Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Bumi

    Aksara, 2007), cet.7, h.57-5851 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Ed. Revisi, H. 162-175

  • 8/15/2019 93952-RIZKA AZIZAH-FITK_NoRestriction.pdf

    46/88

    31

    6. Pecahan

    1. Pecahan dan Lambangnya

    a. Arti Pecahan

    Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menerapkan konsep pecahan.

    Sebagai contoh pizza yang kita pesan direstoran telah dipotong menjadi beberapa

    bagian, sebuah semangka dipotong menjadi dua bagian sama besar (2

    1), kemudian

    masing-masing semangka ini dibagi lagi menjadi empat bagian sama besar

    sehingga besar setiap bagian adalah seperdelapan (8

    1). Bilangan

    2

    1,

    8

    1 tersebut

    merupakan bilangan pecahan. Maka dapat juga dikatakan pecahan adalah satu

    bagian utuh yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama besar.

    Pecahan adalah bilan


Recommended