+ All Categories
Home > Documents > A - TA CHAPTER 14

A - TA CHAPTER 14

Date post: 17-Feb-2016
Category:
Upload: wahyu-anggit-prasetya
View: 50 times
Download: 7 times
Share this document with a friend
Description:
Teori Akuntansi
Popular Tags:
62
ACCOUNTING FOR CHANGING PRICE AND INFLATION Wahyu Anggit Prasetya 387374
Transcript
Page 1: A - TA CHAPTER 14

ACCOUNTING FOR CHANGING PRICE AND INFLATION

Wahyu Anggit Prasetya387374

Page 2: A - TA CHAPTER 14

Learning Objectives

Memahami mengapa SFAS No. 33 gagal

Memahami SFAS No 157 dan 159, dan subsequent Accounting Standards Updates

Page 3: A - TA CHAPTER 14

Introduction

Inflasi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai

kenaikan tingkat harga rata-rata barang dan jasa dalam

sebuah ekonomi.

Selama bertahun-tahun, inflasi telah menjadi salah

satu masalah terbesar yang kita hadapi di Teori

Akuntansi.

Pada akhirnya harus diperhatikan pula bahwa tanpa adanya inflasi

pun, harga (individual price) akan selalu berubah karena adanya pergeseran supply & demand

untuk barang dan jasa (individual).

Page 4: A - TA CHAPTER 14

Introduction

Di bawan system akuntansi yang mendasarkan pada historical cost , terdapat dua masalah

berkaitan dengan inflasi.

Pertama, terdapat banyak dari angka2

historical yang terdapat pada laporan keuangan yang secaara ekonomi

tidak relevan lagi karena harga yang

telah berubah sejak terjadinya transaksi

yang berkaitan.

Hal ini mempersulit penggunaan

laporan keuangan untuk memprediksi

arus kas masa depan dan menilai

performa managerial.

Hal ini tentu saja merupakan masalah

faithful representation yang sebelumnya

didiskusikan di dalam SFAC No. 8, Qualitative

Characteristic of Useful Accounting

Information.

Page 5: A - TA CHAPTER 14

IntroductionNampaknya predictive value menurun sebagai dampak dari menggunakan dan mengkombinasikan “dolar” dari purchasing power yang berbeda2.

Page 6: A - TA CHAPTER 14

Introduction

Kekurangan lain dari kelemahan dasar dari historical cost terletak pada area capital maintenance.

Menggunakan historical cost, pendapatan biasanya overstated relatif terhadap jumlah yang dapat didistribusikan ke

stockholder tanpa mengurangi beginning balance dari net aset perusahaan dalam

kondisi sebenarnya

Page 7: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Akuntan di US telah menyadari selama lebih dari 75 tahun

potensi dampak pada laporan akuntansi oleh efek perubahan

harga, baik secara spesifik maupun umum.

Faktanya, beberapa perusahaan melakukan restatement terhadap laporan keuangan utama mereka

untuk efek perubahan pada harga spesifik selama tahun

1920an.

Selama kurang lebih setengah abad, organisasi akuntansi, seperti American

Accounting Association (AAA) dan American Istitute of Certified Public

Accountant (AICPA), telah mendiskusikan akuntansi untuk efek perubahan harga

dalam publikasi mereka.

Kedua organisasi tersebut sangat mendukung model

historical cost pada pertengahan 1930an

Page 8: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Mulai awal tahun 1950an, AAA dan AICPA

mulai memposisikan kembali diri mereka.

Pada tahun 1951, AAA menerbitkan Supplementary Statement No.2, Price Level

Changes and Financial Statements.

Statement tersebut merekomendasi bahwa laporan keuangan harus

dinyatakan dalam unit yang mewakili daya beli secara umum, sebagai pelengkap bagi pernyataan yang

utama yaitu dalam historical cost.

Pada tahun 1950, AICPA mensponsori penelitian mengenai perubahan konsep pendapatan.

Page 9: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Trueblood Committee menyetujui perlunya mengakui perubahan harga pada laporan keuangan, walaupun komite ini tidak menyatakan komitmen apakah menggunakan tingkat harga umum ataukah menggunakan konsep current value.

Page 10: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Segera setelah

kelahirannya, FASB menerbit

kan exposure

draft berjudul

“Financial Reporting in Units

of General

Purchasing Power”.

Draft tersebut meminta penyajian

dalam balance

sheet dan income

statement dinyatakan

ulang dalam unit daya beli

umum (general

purchasing power), sebagai

informasi tambahan

FASB menunda tindakan

atas exposure

draft tersebut

karena SEC menerbitkan

ASR 190, yang

membalikkan posisi SEC yang tadinya

menolak penyajian informasi

selain menggunakan historical

cost.

ASR 190 meminta pendaftar tertentu

(kira2 1000

perusahan terbesar nasional)

untuk mengungk

apkan sebagai

informasi tambahan

dalam formulir

10-K mereka

Page 11: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Sebagai contoh, jika penggantian dari current equipment akan berdampak pada labor cost yang lebih rendah, maka antisipasi atas labor cost yang lebih rendah tersebut harus digambarkan dalam pengungkapan tambahan (supplementary disclosure).

Page 12: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Sekilas, terlihat bahwa kebutuhan mempertimbangkan dampak dari perubahan harga dalam laporan

keuangan telah mengikuti perkembangan yang cukup

evolusioner;

Selama hampir 40 tahun, kebanyakan literatur membahas mengenai

kemungkinan menyatakan ulang laporan keuangan historical cost untuk

perubahan pada general price level, bukan mengenai adopsi sistem

pengukuran yang baru.

Price-level-restated Financial Statement masih menggunakan historical cost sebagai sistem pengukuran namun merubah bagaimana historical cost

tersebut dilaporkan, yaitu, dengan unit of constant dollars daripada dengan unit

of nominal dollars.

Namun, pendekatan current cost, merubah sistem pengukuran dasar menjadi salah satu dari

current value (fair value) ketimbang historical cost

Page 13: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Akuntan pada umumnya dan organisasi akuntansi, seperti AAA,

AICPA, dan FASB, cenderung menyukai price-level-restated

historical cost sampai ketika SEC menerbitkan ASR 190.

Alasan mengapa profesi akuntansi cenderung menyukai price-level-restated historical cost daripada current cost hanyalah perkiraan saja, namun terdapat beberapa

kemungkinan alasan.

Metodologi menyatakan ulang historical cost untuk perubahan unit of currency secara umum

lebih mudah daripada mengukur current cost.

Karena mengukur current cost harus menggunakan price level index, seperti

customer Price Index (CPI) yang diperoleh secara eksternal, dan mengkalikan

historical cost dengan current index level dibagi dengan past index level pada

tanggal sebelumnya dari pengukuran.

Page 14: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Tindakan SEC mengubah evolusi dari

akuntansi untuk perubahan harga

di US.

ASR 190 mengakibatkan FASB segera

mempertimbangkan kembali posisinya dan

mengarahkan pada pengadopsian dual

approach dalam SFAS No.33

Penerbitan ASR 190 ini memberikan

kemajuan signifikan pada

perkembangan akuntansi untuk

perubahan harga.

Hal tersebut bukanlah termasuk

langkah yang evolusioner, namun lebih kepada refleksi pemikiran dari chief accountant of SEC, John C. Burton

Page 15: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Latar belakang Burton adalah akademisi, dan dia percaya bahwa jikalau ada perubahan apapun dalam laporan keuangan karena

perubahan harga, perubahan itu haruslah dibuat untuk sistem pengukuran itu sendiri supaya sistem dapat melaporkan informasi yang lebih berguna bagi pengguna laporan

keuangan.

Keinginannya adalah digunakannya current economic cost dalam sistem pengukuran.

Berdasarkan pendekatan tersebut, expense didasarkan

pada current cost of replacement dari aset tertentu

yang dijual atau digunakan.

Dengan ini, proses matching menunjukkan gambaran rata2

arus kas jangka panjang didasarkan pada current cost

pada saat terjadinya transaksi.

Page 16: A - TA CHAPTER 14

Institutional Aspects of Inflation Accounting Prior to SFAS No.33

Walaupun kemudahan penerapan dari general price-level adjustment tidak dapat terelakkan, namun ketiadaan pengukuran ekonomik yang baru,

Burton meragukan apakah terdapat benefit signifikan yang dapat dicapai

dari sistem semacam itu

Tentu saja, pengaruh posisi Burton terhadap akuntansi

perubahan harga tidak dapat terlalu ditekankan.

Ada kemungkinan bahwa FASB tidak akan mempertimbangkan

current cost jika Burton tidak menjabat sebagai Chief

Accountant dari SEC.

Page 17: A - TA CHAPTER 14

An Overview of Inflation Accounting

Ketika mendiskusikan renspon mengenai inflasi, satu pembedaan

harus segera ditekankan: yaitu antara penyesuaian daya beli

umum (general purchasing power adjustment) dan current valuation.

General price-level adjustment memperhatikan perubahan daya

beli dari monetary unit dari waktu ke waktu relatif terhadap barang dan jasa yang diproduksi

dan dijual.

Untuk mengukur perubahan tingkat harga yang timbul sepanjang periode waktu

tertentu, harus dibuat indeks harga.

Page 18: A - TA CHAPTER 14

An Overview of Inflation Accounting

Indeks harga (price index) adalah weighted average dari current price barang dan jasa; rata2 tersebut

berhubungan dengan harga dalam periode dasar, dan tujuannya

adalah untuk menentukan berapa banyak perubahan

yang telah terjadi.

Penyesuaian didapatkan dengan mengambil

historical cost dari suatu item dan mengkalikannya dengan suatu angka hasil pembagian current period

general price index dengan general price

index pada saat akuisisi.

Page 19: A - TA CHAPTER 14

An Overview of Inflation Accounting

Berdasarkan contoh pada halaman 569 paragraf terakhir, kita mengasumsikan bahwa tanah di-adjust dengan indeks

harga umum (general price index): merupakan percobaan untuk mengukur

perubahan harga seluruh barang dan jasa tersedia.

SFAS No. 33 menggunakan customer price index (CPI) untuk tujuan tingkat harga

umum.

Indeks tingkat harga yang lebih sempit yang disebut specific

price-level indexes, dapat juga digunakan untuk

mensimulasikan harga dari berbagai aset.

Sebagai contoh, indeks harga tertentu untuk capital equipment di industri baja dapat digunakan untuk mengestimasi biaya modal

peralatan di industri tersebut.

Page 20: A - TA CHAPTER 14

An Overview of Inflation AccountingCurrent Valuation, disebut juga current

cost dan fair value, menggambarkan percobaan untuk memperoleh nilai

spesifik untuk point atau period of time tertentu dari assets, liabilities,

expenses, dan revenues.

FASB, dalam SFAS No. 107, mendefinisikan fair value sebagai

jumlah yang mana sebuah aset dapat ditukarkan pada transaksi

sekarang antara pihak2 yang bersedia.

Sebagaiman yang kita tahu, terdapat perbedaan

konsepsi current dan fair value antara penjual dan

pembeli

Page 21: A - TA CHAPTER 14

An Overview of Inflation Accounting

Dua tipe current valuation, adalah

entry dan exit value.

Entry value merupakan biaya pengganti dalam pasar

dimana asset, liability, atau expense yang lumrahnya

didapatkan oleh perusahaan.

Exit value merupakan net realizable value atau disposal

value dari aset dan hutang perusahaan dimana diistilehkan

dengan “orderly liquidation”

Kedua pengukuran tersebut merupakan opportunity cost, dan

keduanya pasti relevan dalam beberapa situasi keputusan,

seperti capital budgeting.

Page 22: A - TA CHAPTER 14

An Overview of Inflation AccountingKita juga mempelajari pendekatan current value, yang kompleks namun berguna, yang disebut deprival value.

Page 23: A - TA CHAPTER 14

Purchasing Power Gains and Losses

Purchasing power gains and losses ditentukan dengan mengukur purchasing power dari item moneter yang tersedia untuk perusahaan dan membandingkannya dengan jumlah sebenarnya dari net monetary accounts.

Page 24: A - TA CHAPTER 14

T-accountNet Monetary Assets

Beginning balance 10.000

1st quarter net inflows 8.000 2nd quarter net inflows 12.000

3rd quarter net inflows 13.000

4th quarter net inflows 6.000

37.000 12.000

Ending balance 25.000

General Price Index

Beginning index

180

1st quarter 192

2nd quarter 197

3rd quarter 205

4th quarter 210

Contoh…

Page 25: A - TA CHAPTER 14

Net Monetary Assets (in terms of 4th-quarter purchasing power)

10.000 x 210/180 11.6678000 x 210/192 8.750 12.000 x 210/197 12.79213.000 x x 210/205 13.3176.000 x 210/210 6.000

39.73426.942

Untuk mengukur purchasing power gain or loss dari purchasing power saat kuarter ke-4, balance awal dan perubahan item moneter bersih berikutnya disajikan kembali dalam bentuk purchasing power yang

diukur berdasarkan kuarter ke-4.

Ending balance melebihi jumlah aktual dari aset moneter bersih, sehingga perusahaan kehilangan $ 1.942 (26.942-25.000) dari purchasing power dengan memegang aset moneter bersih saat periode dimana general price level

berubah

Page 26: A - TA CHAPTER 14

Purchasing power gains and losses tidak di bahas dalam SFAS No. 157, juga bukan merupakan bagian dari standar income measurement system. Namun, merupakan bagian dari sumplementary data yang terdapat di SFAS No. 33.

Page 27: A - TA CHAPTER 14

Holding Gains and Losses

Aset non moneter(yang disebut aset riil) dikenai gain or loss akibat perubahan nilai mereka

Holding gain and losses pada aset riil dapat dibagi menjadi dua bagian

Holding gains and losses juga dapat diklasifikasikan sebagai akuntansi konvensional yang telah direalisasikan atau belum direalisasi.

Monetary holding gains and losses, yang semata-mata karena perubahan tingkat harga umum selama periode tersebut

Real holding gains and losses, perbedaan antara jumlah price-level-adjusted umum

dan nilai-nilai saat ini.

Page 28: A - TA CHAPTER 14

Deprival Value

Nilai deprival adalah pengukuran nilai saat ini atau nilai wajar.

Diperoleh dengan cara berikut : biarkan A lebih tinggi dari net realizable value atau present value dari arus kas masa depan, dan biarkan B menjadi replacement cost. Nilai deprival adalah lebih rendah dari A atau B

Page 29: A - TA CHAPTER 14

Lanjut…

Dengan mengambil nilai terendah dari kedua hal tersebut, nilai deprival

mengukur biaya kesempatan dari perusahaan yang

“dirampas” dari asetPenggunaan nilai deprival

dapat menimbulkan masalah verifiability.

Selain itu, nilai deprival dapat menjadi subjek overstatement atau

understatement yang disengaja, jika manajer

memutuskan untuk memanipulasi holding gains atau losses pada

asset dispositions

Page 30: A - TA CHAPTER 14

Perbelakuan SFAS No. 33 dan Penolakan SFAS No. 82 dan 89

• SFAS No.33 – SFASNo. 33 menjelaskan bahwa efek dari

perubahan harga harus di tampilkan sebagai informasi tambahan dalam laporan keuangan.

– FASB menyimpulkan perusahaan seharusnya melaporkan informasi tambahan selain informasi utama dengan pendekatan pengukuran yang berbeda. SFAS 33 tidak dapat diaplikasikan pada semua perusahaan.

Page 31: A - TA CHAPTER 14

• SFAS 33 dapat diterapkan pada :

Perusahaan publik yang menyiapkan laporan keuangan dalam dolar AS dan berdasarkan pada US GAAP, dan yang pada awal tahun fiskal laporan

keuangannya memiliki :

Persediaan dan property, plant, dan equipment(kecuali

goodwill atau aset yang tak berwujud lainnya) (sebelum di dikurangi

depresiasi, deplesi dan amortisasi) berjumlah

sebesar lebih dari $125 juta

ATAU

Total aset sebesar lebih dari $1 milyar (setelah

dikurangi akumulasi depresiasi)

Page 32: A - TA CHAPTER 14

• SFAS 33 mendefinisikan perusahaan publik sebagai perusahaan yang :

Pemilik kewajiban atau sekuritas ekuitasnya diperdagangkan dalam sebuah public market di bursa saham domestik atau dalam market di luar domestik (termasuk surat-surat berharga yang hanya diberikan dalam skala lokal atau regional); atau

Diwajibkan untuk mengajukan laporan keuangan oleh SEC (Securities and Exchange Commission)

Page 33: A - TA CHAPTER 14

• SFAS 33 mewajibkan pengungkapan:

Informasi pendapatan dari operasi berkelanjutan untuk

tahun fiskal yang sedang berjalan di dalam sebuah

historical cost atau constant dollar.

Keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih

pada tahun fiskal

Page 34: A - TA CHAPTER 14

• Purchasing power gains and losses tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan income from continuing operatios. Berdasarkan current cost, berikut adalah yang harus diungkapkan :I

nformasi income yang berasal dari operasi yang berkelanjutan untuk tahun fiskal saat ini dalam current cost.

Jumlah current cost dari inventory, property, plant, dan equipment pada akhir tahun fiskal.

Peningkatan atau penurunan untuk jumlah current cost dari inventory, property, plant, dan equipment untuk tahun fiskal sekarang pada saat inflasi.

Page 35: A - TA CHAPTER 14

SFAS No. 33 gagal dalam

beberapa alasan

Pertama, ada penolakan dramatis

terhadap inflasi selama awal 1980an

Ditambah lagi masalah pengukuran yang digunakan, muncul pertanyaan tentang

understandability (pengertian) dan kegunaan untuk tujuan

predictive value.

Page 36: A - TA CHAPTER 14

Provision of SFAS No. 33 and Rejection in SFAS No. 82 and 89

• SFAS No. 82Akibatnya, Dewan jelas merasa bahwa biaya pengungkapan pendapatan dolar konstan melebihi manfaat informasi

Page 37: A - TA CHAPTER 14

Provision of SFAS No. 33 and Rejection in SFAS No. 82 and 89

• SFAS No 89

Aspek paling menarik dari SFAS No. 89 adalah terkait four-to-three

vote (Mosso, Lauver, dan Swieringa berbeda pendapat). Komentar-

komentar dari penentang ini sangat memberikan pencerahan.

David Mosso menyatakan keyakinannya bahwa isu

perubahan harga umum dan khusus adalah masalah yang

paling penting yang akan dihadapi oleh FASB selama abad ini

Meskipun kekurangan SFAS No. 33 ini, Mosso

melihatnya sebagai dasar untuk membangun di masa

mendatang.

Raymond Lauver setuju dengan hal ini. Robert Swieringa setuju baik dengan Mosso dan Lauver dan juga melihat

hilangnya sistem dan kontinuitas Data: dasarnya biaya tetap installing dan

capturing data biaya saat ini.

Page 38: A - TA CHAPTER 14

SFAS NO. 157• Elemen Utama dari SFAS No. 157SFAS No. 157 Pengukuran Nilai Wajar, mempengaruhi Akun yang "memerlukan atau mengizinkan pengukuran nilai wajar" pada neraca meskipun standar sedikit mengatakan tentang pertimbangan laporan laba rugi terkait. Termasuk dalam cakupan standar ini adalah sebagai berikut:

1. Sewa SFAS No. 13

2. Gangguan aset berdasarkan SFAS No. 144, yang masih lower of cost

atau market type of valuation

3. Pertukaran aset nonmoneter berdasarkan APB Opinion No. 29

dan SFAS No. 153, dengan pengecualian diizinkan jika nilai

wajarnya tidak "cukup ditentukan“

4. Derivatif SFAS No. 133 dengan keuntungan yang belum direalisasi atau kerugian diakui dalam laporan

laba rugi, tetapi lebih pada pengungkapan harus disediakan

Page 39: A - TA CHAPTER 14

SFAS NO. 157• Terkait dengan berbagai aneka ragam aset dan kewajiban, tetapi

SFAS No. 157 menyediakan tempat berpijak untuk penggunaan yang lebih luas dari pengukuran nilai wajar.

Ayat 2 dan 3: standar akuntansi yang memungkinkan

pengukuran berdasarkan pada bukti-vendor tertentu pada

nilai wajar

Ayat 5: nilai wajar sebagai harga yang akan diterima untuk menjual

aset atau dibayar untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi antara pelaku pasar

pada tanggal pengukuran “

Ayat 10: pelaku pasar diasumsikan independen dari

perusahaan pelapor, berpengetahuan, dan mampu

dan mau masuk ke dalam transaksi

Ayat 8: harga aset seharusnya diturunkan

untuk aset pasar di mana aset penggunaan tertinggi

dan terbaik“

Page 40: A - TA CHAPTER 14

Measurement ConsiderationsNilai wajar umumnya berlaku untuk aset dan kewajiban tertentu, tetapi dapat berlaku untuk agregasi yang lebih besar dari aset tersebut sebagai bisnis yang dimiliki oleh entitas pelaporan.

Page 41: A - TA CHAPTER 14

Valuation Techniques• Ada tiga teknik penilaian atau pendekatan baik dalam pertukaran

dan penggunaan kategori untuk aset dan juga untuk kewajiban:3. Pendekatan Biaya: melibatkan menentukan biaya saat ini untuk menggantikan kapasitas pelayanan aset.

Page 42: A - TA CHAPTER 14

The Fair Value Pricing Hierarchy• Hirarki nilai harga yang wajar berkaitan dengan proses atau

mekanisme pengamanan harga. Ada tiga tingkat untuk mengamankan harga:

Level 1: harga dikutip dari harga di pasar aktif untuk identitas aset atau kewajiban

Level 3: masukan yang berasal dalam situasi di mana ada sedikit aktivitas pasar.

Page 43: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 - The Fair Value Pricing Hierarchy

Category SFAS 157 Classification Comments

How assets are used In-use versus in-exchange Aplicable only to assets. Joint cost may impede in-use category

Valuation techniques Market, income, cost approaches

this category provides an overview of valuations

Fair value hierarchy Level 1, level 2, level 3 This category provides the specifics of pricing going from higher to lower verifiabilitY

Page 44: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 - Disclosures• Terdapat banyak interim dan year end disclosure dibuat

berdasar SFAS 157, terutama untuk pengukuran yang menggunakan unobservable inputs atau input yang tidak dapat diamati (level 3).

Unobservable Inputs MeasurementUntuk pengukuran level 3 harus ditunjukkan• Pengukuran menggunakan fair value pada tanggal

pelaporan plus detail rincian mengenai penggunaan ketiga level (par 32)

• Saldo awal dan akhir beserta komposisi perubahan • Gain dan losses, termasuk asal muasalnya.

Page 45: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 - Evaluation • SFAS 157 merupakan standard yang berpengaruh luas.

24 standard FASB dan tiga APB opinions dipengaruhi pleh SFAS 157.

• Terdapat dua aspek kritik mengenai SFAS 157– Omissions (pengecualian)– Theoritical issues (isu-isu teoritis)

Page 46: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 - Evaluation Omissions (Pengecualian): The Income Statement

Dalam SFAS 157 sama sekali tidak disinggung

mengenai income statement.

Untuk aktiva tetap, besar kemungkinan nilai penyusutan akan sama dengan penurunan

nilai aset antara dua titik dalam suatu waktu.

Terdapat juga kemungkinan aset tetap dapat mengalami

apresiasi jika nilai pasar meningkat lebih dari penurunan nilai aset.

Lampiran E pada SFAS 157 menunjukkan beberapa

perubahan dari SFAS 144 mengenai impairment nilai

aset jangka panjang.

Page 47: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 - Evaluation Holdings Gains and Losses

SFAS 157 hanya menyinggung mengenai penyajian holding gains & losses dalam disclosure (par 32c dan d)

Page 48: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesThe Exit Value Choice

Net realisable value atau exit value biasanya melibatkan cost dari transaksi.

Tanpa memperhitungkan transaction cost, pengukuran jadi kurang mantab dan tampak overstated.

Page 49: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesMarket-Based Versus Entity-Specific Prices

Dalam pasar monopoli dan pasar dengan persaingan tidak sempurna, harga lebih banyak mendapat pengaruh dari sellers.

Page 50: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesDalam SFAS 157, situasi pasar

persaingan tidak sempurna tersebut tampak dalam kasus dimana

perusahaan memiliki porsi kepemilikan saham yang besar -> menjual ini berarti

harganya bakal jadi rendah.

Dalam situasi tersebut, SFAS 157 menggunakan harga

pasar tanpa memperhitungkan efeknya

terhadap harga saham.

Harga asset tidak dipengaruhi oleh resiko aset. Sedangkan harga liability dipengaruhi oleh non performance

risk (kemungkinan gagal bayar), yang mana besar kecilnya kemungkinan

tersebut memengaruhi harga.

Page 51: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesPricing Approaches and TechniquesDalam par 18 SFAS 157 terdapat tiga valuation techniques:1. Market Approach -> Exit value2. Income Approach -> Exit value3. Cost Approach -> Entry valueKetiga teknik penilaian diatas bermanfaat dalam penentuan fair value, namun terdapat beberapa isu problematik.

Page 52: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesBeberapa Isu problematik valuation techniques:1. Tidak seperti pendekatan exit value yang jelas dan precise ala

Chambers dan Sterling, SFAS 157 mungkin tidak sejelas itu. 2. Terdapat banyak variasi pendekatan dan teknik pengukuran

yang reliable dan verifiable namun kurang comparable. Trade off keduanya perlu dipertimbangkan.

3. Dewan FASB memilih exit value karena lebih menekankan ekspektasi saat ini terhadap future inflow dari aset. Namun dikesampingkannya transaction cost dalam penilaian aset membuat alasan ini menjadi tidak berhubungan.

4. Valuasi dalam SFAS 157 ini cenderung bikin user bingung dalam hal menganalisis profitability, leverage dan rasio efisiensi

Page 53: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesCapital Manitenance

Capital maintenance merepresentasikan jumlah yang dapat didistribusikan kepada

shareholders sebagai dividend tanpa harus menjual capital. Nilai dividend

tergantung dari seberapa banyak income dihasilkan pada suatu periode.

Capital maintenance dalam SFAS 157 mengundang pertanyaan.

Misalnya tentang digunakannya historical cost untuk inventory

(alih-alih menggunakan fair value).

Masalah berikutnya adalah mengenai tidak dikurangkannya

transaction cost dalam perhitungan fair value untuk

penentuan nilai aset.

Masalah lainnya adalah mengenai reliability

penentuan nilai fair value menggunakan perhitungan

kategori level 3.

Page 54: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesComparability and Reliability

Jika pengukuran tidak reliable (atau verifiable), tingkat comparability-nya layak diragukan.

Masalah lain dapat muncul pada kasus ketika perusahaan menggunakan market yang fair value nya lebih tinggi daripada fair value pada principal market.

Page 55: A - TA CHAPTER 14

SFAS 157 – Theoretical IssuesOther PointsParagraf 17 SFAS 157

menyatakan bahwa initial cost atau transaction price seringkali setara dengan exit value pada

saat intial recognition.

Pernyataan tersebut hanya tepat untuk instrument

finansial namun tidak untuk aset tetap dan aset operasional lain.

Paragraf 8 menyatakan bahwa pengukuran fair value (digunakan atau)

supposed to occur ‘’in the principal market for the asset or liability, or in

the absence of a principal market, the most advantageous market for the

asset or liability’’.

Pernyataan tersebut jelas dan tidak ambigu, namun dalam

paragraf 10 penekanan pengukuran fair value tampak bergeser ke ‘’highest and best

use’’

Paragraf 10 menyatakan: ‘’A fair value measurement assumes the highest and

best use of the asset by market participants, considering the use of the asset that is physically possible, legally

permissible, and financially at the measurement.’’

Page 56: A - TA CHAPTER 14

SFAS 159Dikemukakan beberapa ‘option’ baru untuk pengukuran fair value.

Option pada standard ini cenderung untuk financial asset dan financial liability events, kecuali beberapa hal.

Page 57: A - TA CHAPTER 14

SFAS 159Beberapa hal yang dikecualikan tersebut adalah:

Anak perusahaan yang harus dikonsolidasi (par 8a)

Variabel interest entitas

Bermacam jenis simpanan di bank (bank deposits) dan liability (par 8c).

Page 58: A - TA CHAPTER 14

SFAS 159

Penggunaan fair value option dapat diterapkan

tergantung instrumen yang hendak diukur (par

5) - instrument by instrument approach.

Salah seorang anggota FASB memiliki

pandangan bahwa instrument by

instrument approach ini dapat mengurangi

comparability.

Standard ini harusnya memperkenalkan

valuation measurement yang sama untuk

beragam instrument finansial agar income

volatility dapat dikurangi.

Page 59: A - TA CHAPTER 14

SFAS 159

SFAS 159 juga diharapkan

menggunakan valuation

measurement yang sama agar

dapat mengurangi

aktivitas hedging dan income

smooting yang berlebihan.

Pernyataan SFAS 159 juga telah

memperbaiki SFAS 115 mengenai

marketable securities (par 28 dan 29) dengan

menyatakan bahwa aset

available for sale dan held to

maturity securities diukur

menggunakan fair value.

Jika diukur menggunakan

fair value, unrealised gains

dan losses dimasukkan

dalam perhitungan

Income.

Page 60: A - TA CHAPTER 14

SFAS 159

Salah satu efek samping dari SFAS 159 dapat ditemui pada kasus dimana buyout firm (perusahaan yang

aktivitasnya membeli minimal 51% kepemilikan perusahaan lain dengan

tujuan untuk dijual kembali dengan harga

lebih tinggi) dapat mengakui management fees ‘upfront’ (dimuka).

SFAS 159 tidak punya pernyataan mengenai

upfront income recognition untuk

management fee (dan atau sejenisnya) pada

buyout firm.

Page 61: A - TA CHAPTER 14

Accounting Standard UpdatesFASB menerbitkan ASU 2009-12 mengenai masalah-masalah pengukuran pada entitas

tertentu terkait dengan investasi yang belum mempunyai ukuran yang tersedia untuk dinilai.

FASB menerbitkan ASU 2010-06 mengenai improving disclosures about fair value

measurement. ASU ini mensyaratkan disclosure untuk asset dan liabilities.

ASU ini mensyaratkan disclosure diterapkan untuk pengukuran fair value dengan kategori level 2 dan

3, baik itu untuk yang recurring maupun untuk yang non-recurring

Page 62: A - TA CHAPTER 14

Accounting Standard Updates

ASU 2011-04 mengenai Amendments to Achieve Common Fair Value Measurement and Disclosure

Requirement in US GAAP dan IFRS.

ASU yang satu ini mantab betul, isinya sampai 331 halaman! Pembuat standard tampaknya kurang

sreg dengan ide simplicity.

Singkat cerita, standard ini intinya bercerita tentang bagaimana mengukur fair value dan bagaimana

usaha untuk meminimumkan perbedaan wording (kosakata) antara US GAAP dan IFRS.


Recommended