+ All Categories
Home > Documents > AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

Date post: 08-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 8 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
8
AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA DAN KABUPATEN BANTUL SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN OBESITAS Emy HurlyatP, Hamam HadP, Madarlna Julla2 ABSTRACT Background: The prevalence of obesity is markedly increasing,both in developed and developing countries. Whetherphysical activity contributes to the obesity in Indonesianadolescents is still unknown. Objective. To assess whether physical activity is associatedwith obesity in junior high school adolescents in Yogyakarta. Methods. A case control study was conducted in Yogyakarta Province in 2003. Subjects were 140 obese and 140 non-obese junior high school adolescents in Yogyakarta and Bantul, randomly chosen from an obesity survey performed previously. Pattern and duration of activity were assessed using IPAQ modified questionnaire. The activities were than sorted into light (sedentary), moderate and vigorous activities. Results. There was significant difference in the distribution sedentary activity between adolescents of Yogyakarta and Bantul (p<O.000 1). The mean duration of sedentary activity in Yogyakarta was 12.4 hours/day while in Bantul was 11.0 hours/day. Obese adolescents spent longer time in sedentary activity than non obese adolescents (p=0.002). The odds of being obese in adolescent whose sedentary activity was longer than 13 hours/day were almost doubled. Conclusion. Urban adolescents spent more time for sedentary activities than rural adolescents, so were obese adolescents. The association of sedentary activities to obesity is independent from other factors such as calorie intake and parental obesity status. Keyword: adolescent obesity. sedentary, physical activity PENDAHULUAN Pad a saat ini bukti-bukti yang muncul meng- gambarkan bahwa prevalensi overweight dan obesitas meningkat di seluruh dunia pada angka yangmengkhawatirkan(1). Obesitas akan menetap sampaidewasa apabila onsetnya terjadi pada akhir masaanak-anakatau remaja. Obesitas pada remaja menunjukkan hubungan yang bermakna dengan morbiditas dan mortalitas jangka panjang (1,2). Pada tahun 1987, prevalensi obesitas anak dan remaja di Amerika Serikat adalah 27% dan 21%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi 54% pada anak dan 39% pada remaja dibandingkan dua dekade sebelumnya. Oiper- kirakan 70% remaja obes akan menjadi orang dewasa obes (3). Obesitas terjadi karena adanya ketidak- seimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Banyaknya asupan energi dari konsumsi makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas fisik sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan lemak (4). Oengan peningkatan kemakmuran, kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi serta per- ubahan gaya hidup, kerja fisik yang menggunakan tenaga otot akan banyak dikurangi akibat keter- sediaan fasilitas dari kemajuan teknologi.Kebiasaan menonton televisi meningkatkan risiko terjadinya overweight. Remaja yang menonton TV lebih dari 5 jam per hari mempunyai risiko 8,3 kali lebih besar untuk mengalami obesitas, dibandingkan daripada yang menonton TV kurang dari 2 jam per hari (5). Pada tahun 1974 prevalensi overweight usia 6-18 tahun daerah rural dan urban di Brazil adalah 3,1% dan 4,9%, meningkat menjadi 8,4% dan 18,4% pad a tahun 1997. Oi Cina pad a tahun 1991 dilaporkan prevalensi overweight daerah rural dan urban masing-masing 5,9% dan 7,7% dan meningkat enam tahun kemudian menjadi 6,4% dan 12,4% pada tahun 1997. Sementara di Rusia dan Amerika Serikat, prevalensi overweight di daerah rural lebih tinggi daripada di daerah urban. Pada tahun 1992 prevalensi overweight daerah rural di Rusia 17,7% sementara urban 14,7%. Oi Amerika Serikat pada tahun 1971-1974 prevalensi over- Program Studi IImu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM
Transcript
Page 1: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

AKTIVITASFISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTADAN KABUPATENBANTUL SERTA HUBUNGANNYA

DENGAN KEJADIAN OBESITAS

Emy HurlyatP, Hamam HadP, Madarlna Julla2

ABSTRACT

Background: The prevalence of obesity is markedlyincreasing,both in developed and developing countries.Whetherphysical activity contributes to the obesity inIndonesianadolescents is still unknown.Objective. To assess whether physical activity isassociatedwith obesity in junior high school adolescentsin Yogyakarta.

Methods. A case control study was conducted in

Yogyakarta Province in 2003. Subjects were 140 obeseand 140 non-obese junior high school adolescents inYogyakarta and Bantul, randomly chosen from an obesitysurvey performed previously. Pattern and duration ofactivity were assessed using IPAQ modified questionnaire.The activities were than sorted into light (sedentary),moderate and vigorous activities.Results. There was significant difference in the distributionsedentary activity between adolescents of Yogyakarta andBantul (p<O.000 1). The mean duration of sedentary activityin Yogyakarta was 12.4 hours/day while in Bantul was 11.0hours/day. Obese adolescents spent longer time insedentary activity than non obese adolescents (p=0.002).The odds of being obese in adolescent whose sedentaryactivity was longer than 13 hours/day were almost doubled.Conclusion. Urban adolescents spent more time forsedentary activities than rural adolescents, so were obeseadolescents. The association of sedentary activities toobesity is independent from other factors such as calorieintake and parental obesity status.

Keyword: adolescent obesity. sedentary, physical activity

PENDAHULUAN

Pad a saat ini bukti-bukti yang muncul meng-gambarkan bahwa prevalensi overweight danobesitas meningkat di seluruh dunia pada angkayangmengkhawatirkan(1). Obesitas akan menetapsampaidewasa apabila onsetnya terjadi pada akhirmasaanak-anakatau remaja.Obesitas pada remajamenunjukkan hubungan yang bermakna dengan

morbiditas dan mortalitas jangka panjang (1,2).Pada tahun 1987, prevalensi obesitas anak danremaja di Amerika Serikat adalah 27% dan 21%.Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatanprevalensi 54% pada anak dan 39% pada remajadibandingkan dua dekade sebelumnya. Oiper-kirakan 70% remaja obes akan menjadi orangdewasa obes (3).

Obesitas terjadi karena adanya ketidak-seimbangan antara energi yang masuk denganenergi yang keluar. Banyaknya asupan energi darikonsumsi makanan yang dicerna melebihi energiyang digunakan untuk metabolisme dan aktivitasfisik sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpandalam bentuk lemak pada jaringan lemak (4).

Oengan peningkatan kemakmuran, kemajuanteknologi komunikasi dan transportasi serta per-ubahan gaya hidup, kerja fisik yang menggunakantenaga otot akan banyak dikurangi akibat keter-sediaanfasilitas dari kemajuan teknologi.Kebiasaanmenonton televisi meningkatkan risiko terjadinyaoverweight. Remaja yang menonton TV lebih dari 5jam per hari mempunyai risiko 8,3 kali lebih besaruntuk mengalami obesitas, dibandingkan daripadayang menonton TV kurang dari 2 jam per hari (5).

Pada tahun 1974 prevalensi overweight usia6-18 tahun daerah rural dan urban di Brazil adalah

3,1% dan 4,9%, meningkatmenjadi 8,4%dan 18,4%pad a tahun 1997. Oi Cina pad a tahun 1991dilaporkan prevalensi overweight daerah rural danurban masing-masing 5,9% dan 7,7% danmeningkatenamtahun kemudian menjadi 6,4% dan12,4% pada tahun 1997. Sementara di Rusia danAmerika Serikat, prevalensi overweight di daerahrural lebih tinggi daripada di daerah urban. Padatahun 1992 prevalensi overweight daerah rural diRusia 17,7% sementara urban 14,7%. Oi AmerikaSerikat pada tahun 1971-1974 prevalensi over-

Program Studi IImu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM

Page 2: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

60 JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

weight pada daerah rural 16,6% dan urban 14,7%sedangkan antara tahun 1988-1994 meningkatmenjadi 26,6% dan 24,4% (6).

Berdasarkan Susenas, prevalensi obesitas(>120% median baku World Health Organization(WHO)/National for Center Health Statistics(NCHS)) pada balita mengalami peningkatan baikdi daerah urban maupun rural. Di urban pada tahun1989didapatkan4,6% anak laki-Iaki dan 5,9% anakperempuanobesyang meningkat menjadi 6,3% laki-laki dan 8% perempuanpada tahun 1992. Di daerahrural pada tahun 1989 di dapatkan 2,3% anak laki-laki dan 3,8% anak perempuan, yang meningkatmenjadi 3,9% laki-laki dan 4,7% perempuan padatahun 1992 (7). Peningkatan prevalensi obesitas didaerah rural tidak sebesar peningkatan di urban,hal ini disebabkan kedua daerah tersebut kemung-kinan mempunyai karakteristik lingkungan yangberbeda sehingga akan menimbulkan gaya hidupdan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda pula. Polamakan dan aktivitas fisik merupakan kebiasaanyang bisa diubah yang diduga sebagai penyebabpeningkatan prevalensi obesitas tersebut.

Penelitian pola aktivitas fisik pada remaja diDaerah Istimewa Yogyakarta belum banyak diteliti,oleh karena itu penulis merasa perlu adanyapenelltian tentang pola-pola aktivitas fisik remajadi Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul sertaseberapa jauh peran aktivltas fisik tersebut dalammenyumbang terhadap kejadian obesitas.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian obser-vasional dengan menggunakan raneangan kasuskontrol. Kasus adalah anak SLTP(SekolahLanjutanTingkat Pertama) yang mempunyai skor Z IndeksMassaTubuh (IMT) di atas persentil95 standarbakuNCHS-CDC (8). Kontrol adalah anak SLTP yangmempunyai skor Z IMT persentil 95 standar bakuNCHS-CDC (8). Kontrol disetarakan dengan kasusdalam hal jenis kelamin dan kelas sekolah.

Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta danKabupaten Bantul. Pemilihan lokasi didasarkanpada pertimbangan bahwa anak SLTP di wilayahtersebut mempunyai karakteristik lingkungan yangbervariasi, dan belum pernah ada penelitian sejenisdi daerah tersebut. Waktu penelitian dilaksanakanpad a bulan September 2003 sampai denganAgustus2004. Populasi penelitian ini adalahseluruhanak SLTP di Kota Yogyakarta dan KabupatenBantul.

Untuk menentukan kasus dan kontrol, telahdilakukan survei obesitas pada anak SLTP di KotaYogyakarta dan Kabupaten Bantul. Survei dilak-sanakan pada 6 SLTP kota Yogyakartadan 12SLTPKabupatenBantul yang dipilih seearasamplingaeaksederhana dari seluruh SLTP yang ada di KotaYogyakarta dan Kabupaten Bantu!. Seearakeseluruhan jumlah subjek dalam penelitian inimeliputi 4746 remaja dari SLTP Kota Yogyakartadan 4630 remaja SLTP Kabupaten Bantul.

Tabel1.Jenls.Jenls Aktlvltas

Aktlvltas rlns.an

dud uk, naik motor, naik

angkutan, antar jemput,

les di sekolah, les di luar

sekolah, les bahasa

inggris, mengasuh adik,

mencuci piring, aklivitas

nonton tv, aktivitas main

play station, main

computer, belajar di

rumah

Aktlvltas Sedans.

bermain di sekolah, barjalan,

bersepeda, mengikuti kegiatan

pramuka, bermain musik,

karawitan, paduan suara,

band, palang merah bola voley

remaja, tenis meja, mencuci

pakaian, mencuci mobil,

memasak, menyapu.

menyiram tanaman, bersih

tempattidut, setrika

Aktlvitas Berat

manari, drumband, bela

diri. aaromodeling,

peleton inti, sepak bola,

basket, renang,

badminton, tenis

lapangan, tekwondo,

aerobik, lari. skipping, sit

up, kasti. mengepel,

menimba air

Page 3: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

Untuk menentukan status obesitas diadakan

pengukuran tinggi badan dan berat badan, sertaperhitunganumur.Tinggi badan diukur mengguna-kan microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 em,sedangkan berat badan diukur dengan meng-gunakan timbangan injak digital merk Sohnledengantingkat ketelitian 0,1 kg. Perhitungan umurdidasarkanpada selisih peneatatan tanggal peng-ukuran antropometri dengan tanggal lahirrespondendalambulan.Data berat badan dan tinggibadandikonversikanmenjadi IMT untuk dibedakanmenjadikelompokobesatautidak obesberdasarkanstandarbaku NCHS-CDC.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukuraktivitasfisik adalah kuesioner yang disusun ber-dasarkan hasil studi pendahuluan tentang polakebiasaan-kebiasaan aktivitas yang seringdilakukanoleh remaja SLTP Kota Yogyakarta danKabupaten Bantu!. Informasi mengenai pol aaktivitasremaja pada umumnya diperoleh melaluidiskusikelompokterfokus yang dilaksanakan padakelompok-kelompok remaja (seluruhnya pada 30remaja) yang tidak menjadi subjek penelitiansebelumpenyusunankuesioner.

Data aktivitas fisik yang dikumpulkan dihitungfrekuensidan durasinyaberdasarkan jenis aktivitasyangdilakukansehari-hari. Berbagai jenis aktivitastersebutlaludikelompokkan menjadi aktivitas tidur,aktivitasringan,aktivitassedang, dan aktivitasberatsesuaidengan pedoman CDC (8). (Department ofHealth and Human Services CDC/NCHS, 2002).Adapunpembagiannyadapat dilihat pada Tabel 1.

Entri data dan analisis statistik dilakukan

denganProgramSPSS for Windows 10.0.Variabel

Aktivitas Fisikpada Remaja SLTP 61

kontinu, misalnya perbedaan rata-rata durasiaktivitas fisik antara kasus dan kontrol atau antararemaja kota dan desa diuji dengan uji t atau Mann-Whitney-U test, tergantung pada distribusi datayang didapatkan. Variabel kategorikal dibandingkandengan uji kai kwadrat. Analisis regresi logistikganda digunakan untuk menilai faktor-faktor yangmempengaruhi terjadinyaobesitas seearabersama-sama.

HASIL DAN BAHASAN

Karakteristlk Subjek Penelitian

KotaYogyakartadengan luas 32,50km2,jumlahpenduduk 507.427 orang terdiri dari laki-Iaki261.723dan perempuan245.704, mempunyaiSLTPNegeri 16 sekolah dengan jumlah murid 10.816orang dan SLTP Swasta 43 sekolah dengan jumlahmurid 11.041orang. Kabupaten Bantul dengan luas506,85 km2,jumlah penduduk 786.617 orang terdiridari laki-Iaki 385.156 dan perempuan 401.804,mempunyai SLTP Negeri48 sekolah denganjumlahmurid 24.812 orang dan SLTP Swasta 46 sekolahdengan jumlah murid 4.862 orang (9).

Subjek penelitian diambil dari populasi remajaSLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantu!.Pengambilan sampel dimulai dengan screeningdisekolah-sekolah yang berada di kedua daerahtersebut seeara random sampling. Sekolah yangterpilih dari kedua daerah tersebut ada 16 sekolahyang terdiri dari 6 sekolah dari Kota Yogyakartadan10 sekolah dari Kabupaten Bantu!. Seluruh remajadi 16sekolah tersebut diukur berat badan dan tinggibadannya.

Tabel 2. Pola Aktlvitas Fisik Menurut KelompokKota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul

Kab

n= 130OR IK95% p

2,9-8.1 <0.001'

2 -5.8 <0,001'

2,4 0.7 0.4-1.1 0.1292 (70.8%)

38 (29.2%)

Kelerangan: ' = signifikan (p<0.05)

KotaVariabel

n=150

Aktlvitas Ringan

13 jam/hari 90 (60%)

<13 jam/hari 60 (40%)

Aktivltas Sedang

<1 jam/hari 28 (18.7%)

1 jam/hari 122 (81.3%)

Aktivltas Serat

::;0,5 jam /hari 93 (62%)

>0.5 jam Ihari 57 (38%)

31 (23.8%) 20,9 4.7

99 (76.2%)

73 (56.2%) 20.9 2,4

57 (43.8%)

Page 4: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

62 JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2 November 2004

Tabel 3. Distrlbusl Rata-Rata Durasi Pelaksanaan AktlvltasFislk pada Kelompok Obes dan TldakObes

Aktivitas Fisik

Mean(IK95%) aktivitas tisik ringanOam perhari)-Kota Yogyakarta-Kab BantulTotal

Median(Q1 ;Q3) aktivitas fisik sedang(men it perhari)-Kota Yogyakarta-Kab BantulTotal

Medlan(Q1;Q3) aktivitas fislk berat(menit perhari)- Kota Yogyakarta- Kab BantulTotal

Mean(IK95%)aktivitastidur Oamperhari)-Kota Yogyakarta-Kab BantulTotalMedian(Q1;Q3)RatioAktivitasRingandan Berat- Kota Yogyakarta

- Kab Bantul

Total

Keterangan: .= signifikan (p<0,05)

Hasil survey obesitas mendapatkan prevalensiobesitas sebesar 5,1% atau 459 remaja dari 9376remaja yang diukur berat badan dan tinggi badan-nya. Di kota Yogyakarta prevalensinya 7,8 %, atau368 remaja mengalami obesitas dari 4746 remajayang diukur. Prevalensi obesitas di KabupatenBantul hanya 2%, atau 92 dari 4630 remaja SLTPyang ditimbang.

Subjek penelitian ini adalah 140 pasang remajaSLTP obes dan tidak obes dari Kota YogyakartadanKabupaten Bantul, yang terdiri dari 75 pasangremaja dari Kota Yogyakartadan 65 pasang remajadari Kabupaten Bantu!.

Subjek penelitian disetarakan terhadap umur,jenis kelamin,dan asal sekolah. Kriteriapenyetaraanumur adalah dengan ketentuan antara kasus dankontrol tidak mempunyai selisih umur lebih dari 6bulan, bisa lebih tua maupun lebih muda. Setelahdisetarakan,subjek penelitian terdiri dari 79 pasangkasus kontroldengan jenis kelamin laki-Iakiserta 61pasangkasus kontrol perempuan. Hasil pengukuranantropometri kelompok obes didapatkan rata-rata(SD) IMT (Indeks Massa Tubuh) 29,4 (3,15),sedangkan kelompok tidak obes 18,2 (3,22).

Pemilihan subjek penelitian didasarkan padaproporsi prevalensi obesitas pada masing-masing

Obes Tldak Obes p

sekolah. Ada 93 kasus dan 93 kontrol berasal dari

SLTP negeri serta 47 kasus dan 47 kontrol berasaldari SLTP swasta. Tidak ada perbedaan yang ber-makna antara kasus dan kontrol pada karakteristiksubjek penelitian yang meliputi agama, suku, danpendapatan orang tua per bulan. Namun adaperbedaanyang bermakna antara kasus dan kontrolpada tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, jenispekerjaan ayah dan pekerjaan ibu serta statusobesitas ayah dan ibu.

Faktor genetik dari orang tua merupakan salahsatu faktor yang berperan terjadinya obesitas. Padakasus kontrol ternyata ada perbedaan statusobesitas kedua orang tuanya baik pada ibu maupunpada bapak. Hal ini menunjukkan bahwa faktorgenetik kedua orang tua berperan terhadapterjadinya obesitas pada remaja.

Kecenderungan data epidemiologik terakhirmenunjukkan bahwa penyebab utama masalahobesitas di dunia adalah lingkungan dan perubahantingkah laku. Peningkatan cepat angka obesitasterjadi dalam waktu terlalu singkat untuk perubahankemaknaan genetik dalam populasi (1). Faktorgenetik menyumbang terhadap terjadinya obesitastetapi faktor utama dan dapat diubah adalah faktormakanan dan pola aktivitas fisiko

12,9 (12,5-13.3) 12,0 (11,6-12,3) 0,0002.11,4 (10,9-11,9) 10,7 (10,2-11,1) 0,01 .12,2 (11,9-12,5 ) 11,4 (11,0-11,7) 0,0002 .

56,0 (42,0;77,0) 62,0 (38.0;91,0) 0,41

73,0 (52,0;84,0) 97,0 (78,0;122,0) 0,0005.63,5 (47,8;87,2) 77,8 (55.3;106,2) 0.03.

16,0 (7,0;32,0) 28,0 (13,0;53,0) 0,002 .12,0 (4.0;24,0) 16,0 (2,0;42,0) 0,07

16,0 (5,3;29,0) 24,0 (0,0;64,0) 0,002.

8,5 (8,2-8,7) 9,3 (7,9-10,8) 0,13

8,8 (8,6-9,1) 8,8 (8,5-9,1) 0,45

8,6 (8,5-8,8 ) 9,1 (8,3-9,9 ) 0,26

93 (39;147) 38 (24;51) 0,02.

76 (44;107) 44 (27;62) 0,04.

85 (53;117) 41 (30;52) 0,005 .

Page 5: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

Aktivitas Fisik pada Remaja SL TP 63

Tabel 4. Distribusl Pola Aktivltas Fislk Menurut Kelompok Obes dan Tldak Obes

Variabel

AKTIVITAS RINGAN

Kota Yogyakarta~ 13 jam/hari

<13 jam/hari

Kabupaten Bantul~ 13 jam/hari

<13 jam/hari

~ 13 jam/hari

<13 jam/hari

AKTIVITAS SEDANG

Kota Yogyakarta

< 1,0 jam/hari

~ 1,0 jam/hari

Kabupaten Bantul<1,0 jamlhari

~1,Ojam/hari

<1,0 jamlhari

~1,Ojam/hariAKTIVITAS BERAT

Kota Yogyakarta<0,5 jamlhari

~ 0,5 jam/hari

Kabupaten Bantul< 0,5 jam/hari

~ 0,5 jam/hari

<0,5 jamlhari

~ 0,5 jam/hari

RATIO AKTIVITAS

RINGAN BERAT

Kota Yogyakarta~33< 33

Kabupaten Bantul~ 33< 33~33< 33

Obesn=140

34 (54%)41 (55%)

12 (18%)53 (72%)

46 (33%)94 (67%)

42 (56%)33 (44%)

21 (32%)44 (68%)

63(45%)77 (55%)

55 (73%)20 (27%)

51 (78%)14 (22%)106(57%)34 (36%)

42 (56%)33 (44%)

38 (58%)27 (42%)

96 (61%)62 (39%)

Keterangan: .= signifikan (p<O,05)

Tldak obesn=140

20 (27%)55 (73%)

4(6%)61 (94%)

24 (17%)116 (83%)

40 (53%)

35 (47%)

4 (6%)61 (94%)

39 (28%)101(%)

38 (51%)37 (49%)

41 (63%)

24 (27%)

79 (43%)61(64%)

21 (28%)54 (72%)

21 (32%)44 (68%)

44 (36%)78 (64%)

Prevalensi obesitas pada anak dan remajameningkat dengan peningkatan prevalensi 8MIorang tuanya. Orang tua, terutama ibu yangmengalami obesitas meningkatkan risiko anaknyamenjadi obes (6). Penelitian Dietzjuga menyatakanada hubungan antara obesitas orang tua denganobesitas pada anak. Hal ini juga sesuai denganpenelitian kami bahwa antara kasus dan kontrolmempunyai perbedaan pada status obesitas orangtuanya dengan nilai kemaknaan pada bapakp=O,011sedang pada ibu p =0,005. Selain faktor

OR IK95"10 p

0,02.

0,03

0,002.

0,74

0,0001

0,003.

0,004.

0,05

0,002.

0,0005.

0,003.

<0.0001.

genetik, orang tua terutama ibu juga akan sangatberpengaruh terhadap faktor kebiasaan makankeluarga, dan faktor gaya hidup keluarga jugaberpengaruh terhadap terjadinya obesitas padaanak tetapi kami tidak meneliti lebih jauh (6).

2,31,0

1,1-4,8referensi

Perbedaan Pola Aktivitas Fisik Remaja SLTPKota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasecaraumum, remaja kotamelakukan lebihbanyakaktivitas

3,51,0

2,41,0

0,9-13,6referensi

1,3-4,3referensi

1,11.0

0,6-2,2referensi

7,31,0

2,121,0

2,2-27,1referensi

1,3 - 3,6referensi

2,71,0

1,3-5,6referensi

2,11,02,41,0

0,9-5,0referensi

1,4 - 4,2referensi

3.31,0

1,6-6,9referensi

3.01,0

2,71,0

1,4-6,5referensi

1,6-4,6referensi

Page 6: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

64 JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

fisik ringan dan lebih sedikit aktivitas fisik berat.Remaja kota menghabiskan rata-rata (IK 95%) 12,4(12,2-12,6) jam sehari untuk melakukan aktivitasfisik ringan dibandingkan remaja kabupaten yanghanya rata-rata(IK 95%) 11,0 (10,7-11,3)jam sehari(p=O,0002). Remajakota melaksanakan lebih sedikitaktivitassedang,median (01 ;03) 0,97 (0,7;1,3) jamsehari dibandingkan 1,42(1,1 ;1,8) pada remajakabupaten (p<0,0001). Aktivitas berat remaja kotajuga lebih sedikit daripada remaja kabupaten, me-dian (01 ;03) melakukanaktivitas berat pada remajakota adalah 22 (9,1 ;40,2) dan pada remajakabupaten adalah 143,2; 32), namun perbedaan inisecara statistik tidak bermakna.

Pada Tabel 2 dapat dilihat perbedaan pola

aktivitas fisik remaja kota dan kabupaten setelahdikelompokkan dalam aktivitas ringan, lebih ataukurang dari 13 jam sehari, aktivitas sedang lebihatau kurang dari 1 jam sehari dan aktivitas beratlebih atau kurang dari 0,5 jam sehari.

Perbedaan Pola Aktlvltas Remaja Obes danTldak Obes

Kelompok obes ternyata mempunyai rata-rataaktivitas ringan yang lebih tinggi dari pada remajatidak obes, rata-rata (IK95%)aktivitas ringan remajaobes 12,2 (11,9-12,5) jam per hari lebih tinggidibandingkan remaja tidak obes yang hanya 11,4(11,0-11,7) jam per hari (p=O,0002).

Ada beberapa faktor penting yang menyum-bang kejadian obesitas pada remaja. Dari segiaktivitas fisik, yang paling penting adalah faktorpenurunan aktivitas fisik dan peningkatanketidakaktifan fisik (6). Menurut Kong (9), hasil sur-vey nasional Singapura tahun 1997 menunjukkanbahwa 34% populasi mempunyai aktivitas olah ragasatu kali (dengan 14%frekuensinya 3 kali atau lebihper minggu),sedangkan59% tldak aktif. SedangkanpenelitlanSintahun2003 di Subang Jaya pada anakSO, (mendapatkan bahwa waktu yang dibutuhkanuntuk aktivitas ringan seseorang adalah 83-85%,

diikuti oleh aktivitas sedang 11-13% dan aktivitasberat 3-5%. Penelitiantersebut menunjukkanbahwawaktu yang digunakan untuk aktivitas yang tidakaktif atau aktivitas ringan masih tinggiprosentasenya dibandingkan aktivitas sedangmaupun aktivitas berat (10). Hal tersebut didugamenjadi penyebab meningkatnya prevalensiobesitas. Pada penelitian kami, rata-rata aktivitasringan pad a kelompok obes lebih tinggidibandingkan kelompok tidak obes. Aktivitas ringan13 jam per hari atau lebih mempunyai odds ratio1,9 kali untuk obesitas.

Data cross-sectional sering menemukanhubungan terbalik antara indeks massa tubuhdengan aktivitas fisik, artinya, orang yang obes lebihkurang aktif daripada yang tidak obes. Namundemikian, korelasisaja tidak dapat menggambarkanpenyebab dan pengaruh hubungan, sehinggasangat sulit memastikan apakah obesitasmenyebabkan berkurangnya aktivitas atau tingkataktivitas yang kurang yang mengakibatkan orangmenjadi obes (1).

Hasil penelitian lain menyatakan bahwarendahnya aktivitas fisik dan penurunan tingkataktivitas fisiklah yang bertanggungjawab akanterjadinya obesitas (1). Contohnya, atlet yang tidakmengalami obesitas pada waktu masih aktif tetapimenjadi obes setelah frekuensi olah raganyaberkurang.Peningkatan prevalensi obesitas tampakseiring dengan penurunan frekuensi aktivitas fisikdan munculnya tingkah laku diam (sedentary) (1).

Durasi aktivitas sedang dan berat pada remajaobes lebih sedikit daripada remaja tidak obes.Remaja obes mempunyai peluang 3,4 dan 2,4 kaliuntuk melakukan aktivitas sedang yang kurang dari1 jam sehari dan berat yang kurang dari 0,5 jamsehari dibandingkan remaja yang tidak obes. Hasiluji linear berganda menunjukkan bahwa semakintinggi IMT akan semakin sedikit jumlah waktu yangdigunakan untuk melakukan aktivitas sedang danberat.

Tabel 5. Hasll Anallsls Regresl Loglstlk Ganda antara Aktlvltas Flslk Rlngan dan Raslo Aktlvltas Flslk Rlngandengan Aktlvltas Berat dengan Kejadlan Obesltas

VarlabelModell!

OR(IK 95%)

Aktivitas ringan >=13 jam per hariRasia aktivitas ringan: berat >=33

Status gizi bapak: IMT <27,5

Status gizi ibu: IMT <27,5Asupan energi >=2000 kkal per hari

Modell

OR(IK 95%)

1,92(1,04- 3.53)

0,39(0.17 - 0,89)0,29(0.99 - 0,86)3,06(1.76- 5,33)

3,82 (2,18-6,68)0,37(0,16 - 0,85)0.35(0,11 - 2,00)4.47(2.45- 8,11)

Page 7: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

PenelitianWan (11)tahun 2003 menunjukkanbahwaorangyangaktif mempunyai status gizi yanglebih baik daripada orang yang tidak aktif. Polaaktivitasper hari menunjukkan rata-rata waktu yangdihabiskanuntukaktivitasberatsepertiolahragaber-beda-beda,124menituntuk kelompokatlet,67 menituntuk kelompokaktif dan 3 menit untuk kelompokdiam(11).Halinijuga sesuai dengan penelitiankamidimanakelompokremajaobes mempunyairata-rataaktivitasberat 23 menit lebih rendah dibandingkandenganyangtidak obes, yaitu 37 menit per hari.

Durasiaktivitasberatpada kelompokobes lebihsingkatdibandingkanaktivitasberat anak tidak obes.Hal ini sesuaidengan penelitian Sin, individu tidakobes lebih banyak menggunakan waktunya untukaktivitasdi luar ruangan seperti berlari dan bermain(10). Pada penelitian ini ada hubungan terbalikantaraaktivitasberat dengan IMT. Semakin sedikitaktivitasberat semakin tinggi IMT.

Aktivitas nonton TV merupakan aktivitas yangbanyakdilakukan remaja sekarang, baik yang obesmaupun yang tidak obes. Pada penelitian ini,aktivitasnontonTV remaja obes ternyata lebih lamadibandingkandenganyang tidak obes dengan mean(IK95%)3,9 (3,7-4,1)jam per hari pada remaja obesdan 3,4 (3,2-3,6) jam per hari pada remaja tidakobes. Secara statistik ada perbedaan yang ber-maknajumlah waktu yang digunakan untuk nontonTV antara remaja obes dan tidak obes denganp=0.0021.Pada penelitian ini, aktivitas nonton TVlebihatau sama dengan 5 jam per hari mempunyairisiko2,2 kali menjadi obes. Hasil ini lebih rendahdibandingkan penelitian Dietz yang menunjukkanbahwaaktivitas nonton TV lebih dari 5 jam per harimempunyairisiko 8,3 kali menjadi obes dibanding-kandengan nonton TV yang kurang dari 2 jam (2).

Ada perkembangan pemikiran bahwa me-nonton televisi merupakan salah satu faktor penye-babobesitasyangdapatdiubah. Anak Amerika lebihbanyak menghabiskan waktu untuk menontontelevisi,video tape, dan main video game daripadauntukmengerjakan pekerjaan lain kecuali tidur.Adadua mekanisme utama pada kegiatan menontontelevisiyang menyumbang terjadinya obesitas yaitupenurunan energy expenditure dari perubahanaktivitasfisik dan peningkatanasupanenergi selamamenontontelevisi atau pengaruh dari iklan makanandi televisi(11).Penelitianeksperimental juga menun-jukkan bahwa penurunan penggunaan televisi,video tape, dan video game masih merupakanpendekatan pencegahan obesitas anak berbasismasyarakat yang menjanjikan (11).

Aktivitas Fisikpada Remaja SL TP 65

Pada analisis regresi logistik bergandaternyataaktivitas ringan sama atau lebih dari 13jam per harimempunyai faktor risiko 1,92 kati untuk terjadinyaobes daripada remaja yang mempunyai aktivitasringan kurang dari 13 jam per hari seperti terlihatpada Tabel 5.

Rasioaktivitas ringandan beratyang tinggi lebihbanyak pada kelompok obes. Rasio aktivitas ringandan berat yang sama atau lebih dari 33 (nilai me-dian sebagai cut off) mempunyai peluang 3,8 kaliuntuk menjadi obes (Tabel 5).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa,remaja kota menghabiskan lebih banyak waktunyauntuk aktivitas ringan dibandingkan dengan remajakabupaten. Demikian pula bahwa, remaja obes,menghabiskan lebih banyak waktunya untukaktivitas ringan dibandingkan remaja tidak obes.Rasioaktivitasringanterhadapaktivitasberat remajaobes juga lebih tinggi daripada remaja tidak obes.Pengaruh,baik durasi aktivitas ringan maupun rasioaktivitas ringan terhadap aktivitas berat tidak di-pengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan denganobesitas yang diidentifikasi pada penelitian ini,seperti faktor keturunan dan asupan kalori.

Remaja SLTP Kota Yogyakarta,terutama yangobes, perlu mengurangi aktivitas fisik ringan,misalnyadenganmengurangi aktivitasmenontonTVdan meningkatkan melakukan aktivitas fisik berat.Hal ini terutama penting bila remaja tersebut jugamempunyaiorang tua obes dan mempunyaiasupanzat gizi tinggi.

RUJUKAN

1. WHO. Obesity:preventing and managing theglobal epidemic report of who consultation.Geneva, 2000.

2. Dietz, W.H., Use of the body mass index (BMI)as a measure of overweight in children andadolescents. J Pediatr, 1998, 132: 191 - 193.

3. McCarty, B.RD, Mellin,LM.A.RD,.Obesity.inRickert, \1.1.adolescent nutrition assesment and

management. Chapman and Hall, NewYork,1996.

4. Rosenbaum, M., Leibel, RL.. The physiologyof body weight regulation: Relevance to theEtiologyof Obesity in Children, Pediatric, 1998,(101): 525-539.

Page 8: AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA SLTP KOTA YOGYAKARTA …

66 JURNAL GIZI KLlNIK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

5. Gothmaker,S.L., Must,A., Sobol,A.M., et al.Television viewing as caused of increasingobesity among children in The United States,1986-1990. Arc Pediatr Adolesc Med, 1996(48): 995-1015.

6. Wang,Y.,Monteiro, C., and Popkin, B.M. Trendof obesity and underweight in older children andadolescents in the United States, Brazil, China,and Rusia. Am J Clin Nutr, 2002(75): 971-7.

7. Satoto, Karjati,S., Darmojo,B., et al. Gemuk,obesitasdan penyakit degeneratif:epidemiologidan strategi penanggulangan. WidyakaryaNasional pangan dan Gizi VI. 1998: Serpong17-20 Februari, 787-808.

8. Department of Health and Human ServicesCDC/NCHS, CDC. Growth chart for the UnitedStates: methods and development, Series 11number 246, May, 2002 - 2000.

9. Kong TC. Promoting physical activity at anational level - The Singapore experience,

combating the obesity epidemic: A sharedresponsibility, Second Asia OceaniaConference on obesity, Malaysia September 7-9, 2003.

10. Sin YW A. Study on physical activity pattemamong normal and overweight primary schoolchildren in Subang Jaya, Second Asia OceaniaConference on Obesity, Malaysia September7-9, 2003.

11. Wan NWD, Obesity and dietary habit of chineseschool children in Kota Sharu, Kelantan,Malaysia, Second Asia Oceania ConferenceonObesity, Malaysia September 7-9,2003.

12. Robinson, T.N. (1999). Reducing children'stelevision viewing prevent obesity: Arandomized controlled trial. JAMA, Oct 27,1999,282 (16):1561.


Recommended