+ All Categories
Home > Documents > ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif...

ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif...

Date post: 20-Aug-2019
Category:
Upload: vunguyet
View: 219 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
24
ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI HUBUNGAN DIPLOMATIK DENGAN TURKI (2016) Sayugo Harun 1113113000103 Abstrak Pada 27 Juni 2016, Israel dan Republik Turki secara resmi membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan menandatangani perjanjian yang berjudul“Procedural Agreement on Compensation Between the Republic of Turkey and The State of Israel”. Dalam perjanjian tersebut Israel diharuskan membayar biaya kompensasi terhadap korban insiden Gaza Flotilla Raid sebesar 20 juta US$. Dapat disimpulkan bahwa normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan Turki telah mencapai constrait karena adanya imagination dari Amerika Serikat dalam tingkatan sistemik dan unit-level yang terbentuk akibat adanya interaksi sosial, sehingga membentuk identitas kolektif dalam bentuk wacana peluang kerja sama gas alam dan kerja sama untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan. Akibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan diplomatiknya. Kata kunci: Israel, Turki, Amerika Serikat, Normalisasi Hubungan Diplomatik, Konstruktivisme, Shared Idea Abstract Israel and the Republic of Turkey officially reopened diplomatic relations by signing an agreement on On June 27 2016 entitled "Procedural Agreement on Compensation between the Republic of Turkey and the State of Israel". In the agreement Israel is required to pay compensation costs for victims of the Flotilla Raid Gaza incident amounting to US $ 20 million. It can be concluded that the normalization of diplomatic relations between Israel and Turkey has reached constrait because of the imagination of the United States in the systemic level and the units formed due to social interaction, thus forming a collective identity in the form of natural gas cooperation opportunities and cooperation to maintain regional security stability. As a result of forming a collective identity, Israel decided to obey Turkey's request and normalize its diplomatic relations. Keywords: Israel, Turkey, United States, Normalization of Diplomatic Relations, Constructivism, Shared Idea
Transcript
Page 1: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI HUBUNGAN

DIPLOMATIK DENGAN TURKI (2016)

Sayugo Harun

1113113000103

Abstrak

Pada 27 Juni 2016, Israel dan Republik Turki secara resmi membuka kembali hubungan

diplomatiknya dengan menandatangani perjanjian yang berjudul“Procedural Agreement on

Compensation Between the Republic of Turkey and The State of Israel”. Dalam perjanjian tersebut

Israel diharuskan membayar biaya kompensasi terhadap korban insiden Gaza Flotilla Raid sebesar

20 juta US$. Dapat disimpulkan bahwa normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan

Turki telah mencapai constrait karena adanya imagination dari Amerika Serikat dalam tingkatan

sistemik dan unit-level yang terbentuk akibat adanya interaksi sosial, sehingga membentuk

identitas kolektif dalam bentuk wacana peluang kerja sama gas alam dan kerja sama untuk menjaga

stabilitas keamanan kawasan. Akibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel

memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan diplomatiknya.

Kata kunci: Israel, Turki, Amerika Serikat, Normalisasi Hubungan Diplomatik, Konstruktivisme,

Shared Idea

Abstract

Israel and the Republic of Turkey officially reopened diplomatic relations by signing an

agreement on On June 27 2016 entitled "Procedural Agreement on Compensation between the

Republic of Turkey and the State of Israel". In the agreement Israel is required to pay compensation

costs for victims of the Flotilla Raid Gaza incident amounting to US $ 20 million. It can be

concluded that the normalization of diplomatic relations between Israel and Turkey has reached

constrait because of the imagination of the United States in the systemic level and the units formed

due to social interaction, thus forming a collective identity in the form of natural gas cooperation

opportunities and cooperation to maintain regional security stability. As a result of forming a

collective identity, Israel decided to obey Turkey's request and normalize its diplomatic relations.

Keywords: Israel, Turkey, United States, Normalization of Diplomatic Relations, Constructivism,

Shared Idea

Page 2: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Pendahuluan

Pada 27 Juni 2016, Israel dan Republik Turki secara resmi membuka kembali hubungan

diplomatiknya yang terputus selama 6 tahun. Kedua negara memberikan pernyataan resmi tekait

hal tersebut melalui dokumen perjanjian normalisasi hubungan diplomatik yang berjudul

“Procedural Agreement on Compensation Between the Republic of Turkey and The State of

Israel”, yang ditandatangani pada 28 Juni 2016. Perjanjian itu ditantangani oleh Feridun Hadi

Sinirlioğlu sebagai perwakilan Turki dan Dore Gold sebagai perwakilan Israel.1

Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri baru menyetujui kesepakatan untuk

melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel pada 31 Agustus 2016. Keterlambatan

tersebut disebabkan oleh kudeta yang berlangsung pada tanggal 15-16 juli 2016.2 Setelah

menandatangani perjanjian, kedua negara langsung memulai proses normalisasi hubungan mereka

dengan menunjuk Eitan Na'eh sebagai duta besar Israel untuk Ankara3 dan Mekin Mustafa Kemal

Ökem sebagai duta besar Turki untuk Tel Aviv.4 Dalam perjanjian normalisasi hubungan

diplomatik tersebut, terdapat 6 poin utama yang disepakati oleh Israel maupun Turki untuk

dipenuhi dalam “Procedural Agreement on Compensation Between the Republic of Turkey and

The State of Israel”.5

Selain ke 6 persetujuan tersebut, Turki juga melakukan berbagai nogosiasi lainnya seperti

pemembangunan proyek-proyek industri di kawasan Tepi Barat Palestina yang berfungsi sebagai

penggerakkan laju perekonomian.6 Dengan adanya pembangunan sektor industri di wilayah Tepi

Barat, Turki berharap Rakyat Palestina di wilayah Tepi Barat dapat melakukan perputaran

ekonomi dan menaikkan angka penyerapan tenaga kerja.

Selain itu Turki juga diperbolehkan untuk mengirim semua bantuan ke Jalur Gaza melalui

Israel atau dari Israel ke Gaza melalui jalur darat. Israel juga akan mengizinkan Turki untuk

1 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni

2016 2 “President Erdoğan Approves Israel Deal”, 31 Agustus 2016, http://www.hurriyetdailynews.com/president-

erdogan-approves-israel-deal-103422 3 Raphael Ahrem, “After five frosty years, Israeli ambassador returns to Turkey”

https://www.timesofisrael.com/after-five-frosty-years-israeli-ambassador-returns-to-turkey/ 4 “President announces Kemal Ökem as Turkey’s new ambassador to Israel”, 16 Nov 2016

http://www.hurriyetdailynews.com/president-announces-kemal-okem-as-turkeys-new-ambassador-to-

israel.aspx?pageID=238&nID=106179&NewsCatID=510 5 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni

2016 6 Ali Abunimah, “Turkey-Israel deal leaves Gaza siege intact”, Electronic Intifada, 27 Juni 2016,

https://electronicintifada.net/blogs/ali-abunimah/turkey-israel-deal-leaves-gaza-siege-intact

Page 3: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

memajukan proyek kemanusiaan di Jalur Gaza, seperti membangun rumah sakit, pembangkit

listrik dan sebuah stasiun penyulingan air bersih, namun semua tindakan tersebut harus tunduk

pada pertimbangan keamanan Israel.7

Keputusan untuk kembali melakukan normalisasi hubungan diplomatik merupakan momen

penting dalam sejarah hubungan Israel-Turki. Terlebih, mengingat selama ini hubungan keduanya

selalu diwarnai dengan ketegangan pasca insiden Gaza Flotilla Raid, dimana Israel melakukan

operasi milter dan penyerangan terhadap iring-iringan 6 kapal sipil yang berada di wilayah laut

internasional. Iring-iringan kapal tersebut dipimpin oleh Kapal Mavi Maramara sebagai kapal

utama berbendera Turki, lalu terdapat dua kapal lainnya yang juga berbendera Turki, dua kapal

berbendera Yunani, dan satu kapal berbendera Amerika Serikat.8

Kapal Mavi Marmara yang menjadi kapal utama dari iring-iringan tersebut, mengangkut

setidaknya 563 relawan yang berasal dari 31 Negara. Insiden penyerangan tersebut terjadi pada

tanggal 31 Mei 2010 pukul 4 dini hari dan mengakibatkan 10 korban tewas dari kalangan sipil.9

Insiden tersebut telah merusak hubungan antara Israel dan Turki yang membuat Turki menyatakan

sikap untuk memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Hasilnya, Turki mengambil sikap kritis

terhadap Israel yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan sikapnya pada tahun 90-an,

dimana pada masa itu terjalin hubungan yang baik antara keduanya.

Pada tahun 2013, Israel sempat mempertimbangkan untuk menormalisasi hubungan

diplomatik dengan Turki. Upaya normalisasi intensif tersebut menghasilkan tiga persyaratan Turki

terhadap Israel; permintaan maaf secara resmi atas serangan terhadap Mavi Marmara, kompensasi

finansial untuk para korban, dan mengakhiri pengepungan Israel di Jalur Gaza. 10 Kemudian pada

tanggal 23 Maret 2013, atas saran pribadi Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri Benyamin

Netanyahu meminta maaf kepada Turki atas kematian armada tersebut dan berjanji untuk

memberikan kompensasi kepada keluarga korban yang terbunuh.11

7 Barak Ravid, “Israel and Turkey Officially Announce Rapprochement Deal, Ending Diplomatic Crisis”,

Heertz, 27 Juni 2016, https://www.haaretz.com/israel-news/1.727369 8 UN Report on The Israeli Attack on The Humanitarian Aid Convoy to Gaza, (Ankara: Turkish National Inquary,

2011), 18 9 UN Report on The Israeli Attack on The Humanitarian Aid Convoy to Gaza, (Ankara: Turkish National

Inquary, 2011), 18 10 Mohammed Alsaftawi, “Who Needs Whom? Turkey and Israel Agree on Normalization Deal”, The Istituto

Affari Internazionali Working Papers, Vol.16, (2016), 8 11 Ayla Gürela, & Laura Le Cornub, “Can Gas Catalyse Peace in the Eastern Mediterranean?”, The

International Spectator: Italian Journal of International Affairs, Vol. 49, (2014), 21

Page 4: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Sebagian besar rincian kesepakatan dalam draft normalisasi seperti permintaan maaf dapat

diselesaikan, kecuali dalam kasus nominal kompensasi. Turki menuntut kompensasi terhadap

korban yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nominal yang Israel siap bayar. Kedua negara

tidak dapat bersepakat dalam nominal besaran kompensasi yang akan diberikan kepada para

korban. Israel siap membayar 100.000 US$ untuk setiap keluarga korban, namun Turki menuntut

1 juta US $ untuk setiap keluarga korban sebagai biaya kompensasi.12

Namun tiga tahun berselang, secara mengejutkan pada 27 Juni 2016 Netanyahu

menyatakan bahwa Israel siap membayar kompensasi korban dengan total sebesar 20 juta US$.

Nominal ini jauh lebih besar jika di bandingkan dengan permintaan Turki pada maret 2013 lalu,

namun Israel tetap meyanggupi dan menyepakati perjanjian tersebut, kemudian melakukan

pembayaran melalui rekening yang telah di buka oleh pemerintahan Turki.13 Selain itu Netanyahu

juga bahkan memberikan izin kepada tim negosiator untuk menambah nominal kompensasi

sebanyak 3 juta US $ jika diperlukan untuk mendapatkan kesepakatan normalisasi antara kedua

negara.14

Berdasarkan deskripsi di atas, maka terdapat berbagai kejanggalan dalam keputusan Israel

terkait proses nogosiasi untuk menormaliasi hubungan diplomatik dengan Turki. Pada Maret 2013,

Israel menolak tawaran Turki yang meminta 1 juta US$ / korban sebagai biaya kompensasi

sedangkan sebagai gantinya Israel menawarkan kompensasi sejumlah 100.000 US $ / korban.

Namun pada Juni 2016, Israel bersedia membayar total biaya kompensasi sebesar 20 juta US$

kepada Turki. Bahkan Israel bersedia menyiapkan uang tambahan jika diperlukan sebesar 3 juta

US$ hanya untuk mencapai kesepakatan normalisasi diplomatik anatara kedua belah pihak. Maka,

tulisan ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan Israel mengambil

kebijakan untuk menormalisasi hubungan dengan Turki pada tahun 2016.

12 Barak Ravid, “Israel-Turkey Reconciliation Talks Hit Impasse Over Scope of Compensation”, Heertz, 27

Mei 2013, https://www.haaretz.com/israel-news/israel-turkey-reconciliation-talks-hit-impasse-over-scope-of-

compensation.premium-1.526279?=&ts=_1509266563116 13 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni

2016 14 Barak Ravid, “Israel Offers Turkey $20m in Compensation Over Gaza Flotilla Raid”, Heertz, 3 February

2014, https://www.haaretz.com/israel-news/1.572069

Page 5: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Hasil dan Pembahasan

Untuk memahami proses perubahan kebijakan Israel terkait niormalisasi hubungan

diplomatik dengan Turki maka dibutuhkan adanya sebuah kerangka analisis dalam berpikir.

Kerngka tersebut terjadi melalui tiga mekanisme: imagination, communication, dan constraint.

Analisis Kebijakan Israel Terkait Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Turki

Berkenaan dengan imagination, konstruktivis berpendapat bahwa struktur non-material

mempengaruhi apa yang aktor lihat sebagai ranah kemungkinan seperti: bagaimana mereka

berpikir cara mereka bertindak, apa yang dianggap sebagai batasan dalam tindakan mereka dan

strategi apa yang dapat mereka bayangkan.15 Imagination atau pembentukan persepsi ini bertujuan

agar keduanya mencapai shared idea atas suatu pembentukan ide di antara mereka yang dapat

dilihat dari kebijakan atau tindakan yang diambil oleh aktor negara. Dalam isu ini, ide yang

berusaha dibentuk oleh Israel adalah ide normalisasi hubungan diplomatik dengan Turki yang awal

mulanya disampaikan oleh Amerika Serikat. Ide ini berusaha disampaikan dan diinteraksikan

antara Amerika Serikat dan kedua aktor negara melalui proses komunikasi.

Proses imagination ini berawal dari berbagai tekanan Amerika Serikat pada tahun 2013

lewat kunjungan Barrack Obama ke Israel. Kedatangan Obama selama dua hari tersebut bertujuan

untuk menekan kedua belah pihak yaitu Israel-Turki untuk segera melakukan normalisasi

hubungan diplomatik. Barrack Obama menyampaikan pendapatnya terhadap hubunga Israel-

Turki, "Amerika Serikat sangat menghargai kemitraan erat kami dengan Turki dan Israel, dan kami

sangat mementingkan pemulihan hubungan positif antara mereka dalam rangka memajukan

perdamaian dan keamanan regional," setelah penyampaian ide tersebut, Amerika Serikat secara

langsung telah mengawali proses imagination dalam normalisasi hubungan diplomatik antara

Israel dan Turki.16 Peran Amerika Serikat dalam proses imagination juga terus berlanjut dalam

berbagai hal, hingga pada tahapan communication dan constrain.

Normalisasi antara Israel dengan Turki tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa

mempertimbangkan ide yang berhubungan dengan energi dan keamanan. Politik energi tidak

independen dari isu-isu regional dan strategis, dan ide mengenai kerja sama energi kemungkinan

akan menjadi agenda kedua negara karena berbagai alasan. Sederhananya, Israel ingin mengekspor

15 Scott Burchill, et. al., Theories of International Relations, 3rd ed., (Palgrave: UK, 2005), 198 16 Jeffrey Heller, Obama brokers Israel-Turkey rapprochement 22 Maret 2013,

https://www.reuters.com/article/us-israel-turkey-obama/obama-brokers-israel-turkey-rapprochement-

idUSBRE92L0RK20130322 di akses 9 Agustus 2018

Page 6: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

gasnya dan mengambil manfaat dari kekayaan gas, sementara Turki mencari alternatif untuk

memenuhi permintaan gasnya.17 Kesamaan ide tersebut didapat karena adanya shared idea antara

keduanya yang dikomunikasikan dan dibentuk oleh berbagai faktor.

Israel adalah satu-satunya negara yang terus mengalami peningkatan populasi hingga

330% disaat kondisi konflik terus berlangsung secara berkala.18 Namun pertambahan jumlah

penduduk tersebut didukung dengan hadirnya golongan professional terdidik. Hal tersebut

dibuktikan dengan Indeks Pembangunan Manusia Israel yang mencapai angka 0.899 pada tahun

2015.19 Israel juga berhasil menduduki peringkat ke 19 dalam United Nation Development Index

Tahun 2016 dan berada pada katagori Very Highly Developd.20

Kemajuan berbagai sektor ekonomi industri, dan meningkatnya angka populasi masyarakat

Israel, menyebabkan negara tersebut membutuhkan suplai kebutuhan sumber daya energi yang

lebih besar. Israel hampir bergantung sepenuhnya pada keberadaan bahan bakar fosil untuk

pasokan energinya. Pada tahun 2008, penggunaan energi gas alam oleh Israel hanya mencapain

25% untuk memenuhi pasokan listrik negaranya. Sedangkan penggunaan batubara dalam

memasok kebutuhan listrik di Israel hampir mencapai dua-pertiga dari kapasitas pembangkit yang

Israel miliki.21 Penggunaan batu bara diperhitungkan telah mengakibatkan tingginya emisi karbon

di negara tersebut.

Namun pada tahun 2009 Israel telah menemukan solusi berupa gas alam di kawasan laut

mediterania timur. Ladang gas tersebut ditemukan oleh Tim peneliti USGS (United States

Geological Survey) di bawah naungan Noble Energy Inc. perusahaan gas independen asal Texas

Amerika Serikat, bersama dengan Delek Group, Avner Oil and Gas Ltd. selaku partner eksplorasi.

22 Mereka mengumumkan bahwa ladang gas Tamar di kawasan lepas pantai Israel tersebut

17 Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel", Menara

Future Notes, No. 3, November 2016, hal 3 18 Ed. Ahmed Bounfour and Leif Edvinsson, Intellectual Capital for Communities: Nations, Regions, and

Cities, (New York: Butterworth-Heinemann, 2011), hal. 139 19 Human Developmen Report 2016 http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/ISR di akses pada tanggal 17

Oktober 2017 20 Human Development Report 2016: Human Development for Everyone, (New York: UNDP, 2016), hal. 198 21 Gideon Irus, The Use of Coal Ash in Concrete According to The Israeli Standard and Practice, (Tel Aviv:

International Workshop on Environmental Aspects of Coal Ash Utilization), 2012 hal. 3 22 Buck Tobias, Field of dreams: Israel's natural gas, 1 September 2012,

https://www.ft.com/content/1dbda574-f16d-11e1-a553-00144feabdc0

Page 7: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

mencapai jumlah sekitar 280 billion cubic meters (bcm).23 Tetapi pengelolaan dan eksploarasi

terhadap ladang gas tersebut baru dapat terlaksana pada tahun 2013.24

Kemudian pada bulan Maret 2010, Tim USGS kembali merilis sebuah penelitian mengenai

potensi sumber daya minyak dan gas di provinsi Leviathan di Mediterania Timur. Daerah ini

mencakup wilayah lepas pantai, Jalur Gaza, Israel, Lebanon, Suriah dan Siprus. Menurut

penelitian, perkiraan rata-rata sumber daya minyak dan cairan gas alam yang berada di Leviathan

secara keseluruhan berjumlah sekitar 491 bcm.25 Namun sumber yang berbeda mengatakan bahwa,

jumlah gas alam di dalam ladang gas leviathan mencapai angka sekitar 620 bcm.26

Penemuan ladang gas alam Leviathan dan Tamar di laut mediterania dapat dikatakan

sebagai penemuan terbesar sumber gas alam lepas pantai terhitung semenjak 1 dekade terakhir.

Israel menganggap penemuan ini dapat dijadikan sebagai penopang kebutuhan interal negara

mereka, dan Israel juga mengharapkan terjadinya peningkatan konversi penggunaan gas alam

hingga mencapai 60% di tahun 2030.27 Dengan adanya penemuan gas alam ini kemungkinan besar

sektor pembangkit listrik Israel akan mengalami perubahan paling signifikan.

Pada tahun 2010, Israel Electric Corporation (IEC) menghasilkan sekitar 61% listrik dari

batubara, 36,6% dari gas alam, 1,5% dari minyak solar, dan 0,6% dari bahan bakar minyak. Pada

tahun itu penggunaan patu baru menurun sekitar 10% sedangkan penggunaan gas alam meningkat

menjadi 11%, namun IEC tetap menghabiskan lebih dari 50% dari total anggaran untuk pembelian

bahan bakar.28 Hanya sekitar 5% dari total energi primer Israel diperoleh dari sumber energi

terbarukan. Jika konversi besar-besaran energi terjadi, emisi karbon dioksida dari sektor

pembangkit listrik akan menurun sebesar antara 50% sampai 52%. Maka jelas sekali dalam

perspektif lingkungan Israel akan mengalami perbaikan yang sangat signifikan. Namun ide

23 Simone Tagliapietra, Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern Mediterranean,

(Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal. 17 24 Simone Tagliapietra, Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern Mediterranean?,

(Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal. 21 25 Ibrahim Arinc dan Levent Ozgul, “Exportation of EastMed Gas Resources: Is it Possible without Turkey?”,

Insight Turkey, Vol. 17, No. 2, 2015, hal. 120 26 Simone Tagliapietra, “Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern Mediterranean?”

(Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal. 17 27 “The Natural Gas Sector in Israel”,

http://energy.gov.il/English/Subjects/Natural%20Gas/Pages/GxmsMniNGEconomy.aspx 28 Rebecca A. Yasner, Maximizing Renewable Electricity in Israel: Energy Security, Environmental Impact,

and Economic Development, (Pittsburgh: Carnegie Mellon University, 2012), hal. 13

Page 8: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

tersebut adalah sebuah pencapaian jangka panjang yang membutuhkan investasi besar dan

membutuhkan kerja bertahun-tahun untuk mewujudkannya.

Dengan berlimpahnya gas alam terbaru, kabinet legislatif Israel telah memutuskan untuk

mengizinkan ekspor hingga 40% dari cadangan gas negara itu.29 Jumlah gas alam tersebut akan

menciptakan kemungkinan Israel sebagai negara eksportir gas menuju negara-negara tetangga dan

negara-negara di Uni Eropa. Ketersediaan sumber daya dan berbagai ide mengenai kerja sama gas

alam tersebut membuat Israel akhirnya mengkomunikasikan keinginannya dengan Turki untuk

bekerja sama di bidang gas alam. Hal tersebut dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencapai

shared idea antara keduanya.

Disaat Israel mengalami peningkatan sumber daya gas alam, Turki sendiri sedang

mengalami laju perlambatan ekonomi dari sekitar 9% pada tahun 2010 dan 2011 menjadi kurang

dari 3% pada tahun 2014, hal tersebut membuat kebutuhan energi Turki terus meningkat. Dengan

sedikitnya cadangan energi yang Turki miliki, ia harus terus melakukan impor energi hidrokarbon

guna menutupi kebutuhannya. Pada tahun 2014 Turki memproduksi kurang dari 0,50 bcm gas dan

mengimpor lebih dari 49 bcm gas alam ke negeranya. Turki sendiri menggunakan 48% energy gas

alam untuk membangkitkan listrik negaranya, maka gas alam menjadi sumber energi yang

penting.30

Pada tahun 2014 Gazprom Rusia telah mengekspor sekitar 27 bcm guna menutupi

kebutuhan pasar Turki. Diverifikasi sumber daya gas alampun dilakukan guna mencari sumber

alternaitf dengan harga yang lebih murah. Akhirnya Turki juga membeli volume gas yang lebih

kecil dari Azerbaijan dan Iran dan mendapatkan LNG dari Aljazair dan Nigeria. Kemudian Turki

menyetujui untuk mengimpor tambahan 6 bcm / tahun dari Azerbaijan mulai tahun 2019 setelah

selesainya pembangunan proyek TANAP (The Trans-Anatolian Natural Gas Pipeline), namun

tidak ada jaminan bahwa pada akhir tahun 2021 Azerbaijan akan memperbarui kontraknya dengan

Turki.31

29 Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel", Menara

Future Notes, No. 3, November 2016, 6 30 Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics

in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 1 Juli 2016, hal. 8

31 Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics

in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 01 Jul 2016, hal. 8

Page 9: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Pada bulan Januari 2014, perusahaan mitra dari ladang gas Leviathan mengundang

berbagai perusahaan energi untuk mengajukan penawaran kontrak untuk membeli gas dan

memasang saluran pipanya menuju Turki. Dua bulan kemudian hasil tender awal mengungkapkan

bahwa ada lebih dari 10 tawaran yang berminat untuk membeli 7–10 bcm gas alam setiap

tahunnya. Tawaran ini termasuk Zorlu Group dan juga Turcas Energy Holding dari Turki yang

bekerja sama dengan perusaan energi Jerman RWE (Rheinisch-Westfälisches Elektrizitätswerk).

Pada bulan April 2014 dilaporkan bahwa Turcas Energy Holding telah memulai negosiasi dengan

Enerjisa, sebuah usaha bersama dari Grup Sabancı Turki dan perusahaan Jerman RWE untuk

bergabung guna menjual gas dari ladang Leviathan menuju pasar Turki. Saluran pipa yang

menghubungkan bidang Leviathan ke Turki, yang dapat dihubungkan ke SGC (Southern Gas

Corridor) menuju belgia. Proyek tersebut dinilai akan sejalan dengan ide dan kepentingan

keamanan energi di Ankara.

Dalam kasus gas alam, perusahaan energi yang berperan dalam skala unit-level biasanya

hanya akan melakukan eksploarasi jika volume gas dapat diekstraksi dengan biaya yang masuk

akal. Jika gas akan diekspor, rute transportasi jalur pipa gas alam yang direncanakan juga harus

layak secara finansial.32 Apabila unsur tersebut sudah terpenuhi, persuhaan energi akan melakukan

kajian yang juga berfungsi sebagai usaha untuk membentuk shared idea untuk negara yang akan

bekerja sama. Namun, karena politik domestik dan regional, pemerintah mungkin akan

menciptakan hambatan untuk proyek yang dianggap layak secara komersial. Sangat sulit untuk

mengecualikan peran politik dalam masalah energi. Isu-isu politik dapat memberi dukungan yang

sangat signifikan untuk proyek pipa gas alam tertentu atau dapat menyebabkan proyek tersebut

terhenti.33

Pada bulan Maret 2012, Menteri Energi Turki Taner Yildiz telah menyatakan bahwa studi

kelayakan energi Turki telah menemukan cara yang paling tepat untuk melakukan kerja sama

ekspor gas Israel dan Siprus. Dua perusahaan Turki, Zorlu Group dan Turcas Energy Holding,

telah melobi untuk menjadi suplaier gas dari ladang Leviathan menuju Turki. Pada Februari 2013,

diungkapkan bahwa Zorlu Group telah bekerja selama berbulan-bulan untuk mendapatkan

persetujuan pemerintah Israel untuk membangun pipa gas alam sepanjang 130 kilometer, yang

32 Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel", Menara

Future Notes, No. 3, November 2016, hal 4 33 Gareth M. Winrow, The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics

in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 1 Juli 2016, hal. 6

Page 10: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

mengankut sekitar 8–10 bcm / tahun.34 Selanjutnya pada November 2013, CEO dari Zorlu Group,

Ibrahim Ak, mengungkapkan bahwa ia berusaha untuk mendapatkan kontrak 15 tahun untuk

membeli 3 bcm / tahun dari ladang Leviathan sebagai bagian dari proyek senilai $ 2,5 miliar.

Disisi lain Matthew Bryza, mantan duta besar Amerika Serikat untuk Azarbeijan yang

menjadi anggota dewan direksi Turcas Energy Holding, menjabarkan dalam rencana detailnya

untuk membangun saluran pipa gas alam bawah laut senilai $ 2,5 miliar. Pipa tersebut diperkirakan

akan mengirim sebanyak 16 bcm / tahun, yang terdiri dari dua jalur pipa yang akan

menghubungkan Leviathan dengan pelabuhan Turki di Mersin dan Cehyan. 35 Perusahaan gas alam

baik dari Israel maupun Turki memiliki peran penting dalam memberikan persepsi kerja sama

energi gas alam ini, karena dalam konstruktivisme mereka dapat memberikan shared idea dalam

skala unit-level.

Normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan Turki tidak hanya dipengaruhi oleh

ide peluang kerja sama gas alam, namun ide mengenai stabilitas kawasan jauh lebih penting guna

menunjang berbagai aktivitas domestik dan regional antara keduanya. Dalam proses imagination,

kedua negara juga mempertibangkan pentingnya stabilitas keamaanan apabila ingin membangun

pipa gas alam bawah laut. Stabilitas keamanan kawasan telah menjadi agenda penting bagi kedua

negara karena tingginya ekskalasi konflik dan aktivitas terorisme di kawasan mediterania. Oleh

karena itu, terorisme merupakan masalah yang perlu diselesaikan dengan berbagai kerja sama

regional dan internasional.

Normalisasi yang dilakukan oleh Israel dan Turki terjadi pada saat kawasan Mediterania

dalam keadaan yang terus memburuk pasca kebangkitan Arab Spring. Salah satu hal buruk yang

terjadi pasca Arab Spring di kawasan tersebut adalah meningkatnya eskalasi perang di Suriah

secara global. Tingkat penderitaan kemanusiaan di Suriah adalah perkembangan paling buruk di

wilayah tersebut yang tidak dapat dilepaskan dari perhatian kedua negara karena berdampak

langsung pada negara-negara di kawasan meditterania termasuk Israel dan Turki.

Pada 21 Agustus 2013, 1.729 warga Suriah tewas dalam serangan kimia Ghouta, serangan

tersebut meluncurkan debat global tentang intervensi militer internasional terhadap pasukan Asad

dan perdebatan mengenai perubahan redzone yang telah ditetapkan sebelumnya. Bukti video

34 Gareth M. Winrow, The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics

in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, (1 Juli 2016), 7 35 Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics

in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, (1 Juli 2016), 7

Page 11: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

dengan cepat menyebar melalui media sosial, membawa perhatian dunia pada penggunaan senjata

kimia. Israel menyatakan bahwa mereka memiliki bukti bahwa senjata-senjata kimia telah

digunakan selama waktu penyerangan tersebut, serta beberapa hari sebelumnya. 36

Para penyelidik PBB memeriksa lokasi-lokasi serangan yang dituduhkan dan

menyimpulkan bahwa gas sarin telah digunakan dalam serangan tersebut. Pelaku serangan itu

diperdebatkan, antara pemerintah Suriah dan pihak pemberontak saling menyalahkan. Uni eropa

dan Liga Arab menyalahkan pihak Asad dalam serangan tersebut, sementara pemerintah Rusia

mengklaim para pemberontak melakukan kampanye penipuan yang bertujuan untuk

menyelaraskan negara-negara asing dengan pihak oposisi.37

Pada bulan Agustus 2017, International Organization for Migration (IOM) mengumumkan

bahwa lebih dari 600.000 pengungsi terlantar akibat adanya konflik yang bergejolak di Suriah, dan

sekitar 10 % dari total jumlah pengungsi memilih untuk kembali ke rumah mereka di Suriah.

Kebanyakan dari mereka memilih kembali ke kota Aleppo, yang beberapa bulan sebelumnya

mengalami pertempuran hebat antara pihak pemberontak yang melemah akibat kekalahannya

melawan pasukan rezim Basyar al-Assad.38

Dari perspektif Israel, perkembangan konflik pasca Arab Spring di tingkat regional dan

global membuat Israel semakin terisolasi di kawasan internasional. Sebelum adanya konflik

tersebut, Israel dapat mengandalkan dukungan secara diam-diam dari negara-negara Arab lainnya

seperti Mesir, Yordania, dan Arab Saudi. Dalam lingkungan pasca Arab Spring, dimana terjadi

gejolak baru di seluruh wilayah mediterania, Israel menghadapi tantangan stabilitas keamanan

baru.39 Belum lagi berubahnya sistem kepemimpinan nagara-negara Arab yang membuat

hubungan Israel dengan negara-negara tetangganya semakin terisolasi dibandingkan hubungannya

di masa lalu.

Selain di tingkat kawasan regional, Israel juga mendapati dirinya semakin terisolasi di

tingkat internasional. Pendapat tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa tidak kurang dari 188

negara-negara anggota PBB, 138 diantaranya mendukung upaya Palestina untuk diakui sebagai

36 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working

Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8 37 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working

Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8 38 Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of Foreign

Affairs, (6 Februari 2018), 1 39 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working

Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8

Page 12: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

negara pengamat PBB. Isolasi Israel semacam itu tidak hanya terjadi pada tataran negara dunia

ketiga namun juga terjadi di tataran elemen-elemen negara Barat.40 Israel terbukti semakin

kehilangan pendukungnya di Eropa, bahkan jika dikaji lebih mendalam Israel juga jika kehilangan

beberapa pendukungnya di Amerika Serikat. Dalam hal ini, rekonsiliasi dengan Turki memiliki

keuntungan ganda untuk memperbaiki isolasi global yang dihadapi Israel dan untuk mendapatkan

kembali dukungan penuh Amerika dibawah pemerintahan administratif presiden Barack Obama.41

Kebijakan luar negeri Israel sendiri didasarkan pada gagasan Israel sebagai "passive

onlooker" dan sebagai "good neighbor" yang tercermin dalam asas non-intervensi, kemudian

kebijakan tersebut dibuktikan dengan posisi Israel dalam perang yang terjadi di Suriah.42 Namun

dengan peningkatan eskalasi konflik di Suriah, pihak oposisi dan Jihadis Suriah semakin

menguasai wilayah yang berdekatan dengan perbatasan antara Israel dan Suriah. Beberapa dari

kelompok ini berbasis di Dataran Tinggi Golan. Konfli di Suriah telah secara langsung atau tidak

langsung, meluas ke wilayah Israel, dan memaksa IDF untuk menjaga wilayah perbatasan

meskipun tanpa mengundang banyak atensi publik.43

Israel sendiri beberapa kali melakukan serangan terhadap target tertentu di wilayah Suriah

dan seringkali dibiarkan tanpa adanya konfirmasi dari pejabat Israel terkait. Sebagai contoh adalah

serangan rudal Israel terhadap produsen senjata kimia Suriah di provinsi Homs. Kementerian

Pertahanan Rusia mengatakan bahwa dua pesawat Israel telah menembakkan delapan rudal ke

pangkalan udara T4 di Provinsi Homs. Militer Suriah sendiri menembak jatuh lima rudal miliki

Israel sedangkan tiga lainnya mendarat di bagian barat pangkalan tersebut. Badan pengawas Hak

Asasi Manusia Suriah yang berbasis di Inggris memantau di lapangan, bahwa 14 orang tewas

dalam serangan tersebut termasuk militer Iran dan juga tiga perwira Suriah.44 Serangan yang

dilakuka oleh Israel dalam bentuk seperti ini sangat sering terjadi. Dalam sebuah wawancara

40 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working

Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 9 41 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working

Paper, No. 13, (15 April 2013), 9 42 Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of Foreign

Affairs, (6 Februari 2018), 1 43 Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of Foreign

Affairs, (6 Februari 2018), 2 44 Ken Dilanian dan Courtney Kube, U.S. officials confirm Israel hit Syria after suspected Ghouta chemical

attack, NBC News, 9 April 2018, https://www.nbcnews.com/news/world/israel-blamed-airstrike-syria-after-

suspected-ghouta-chemical-weapon-attack-n863821

Page 13: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

mantan kepala angkatan udara Israel Amir Eshel menyatakan bahwa Israel telah memukul konvoi

senjata militer Suriah dan sekutu Hizbullah hampir 100 kali dalam lima tahun terakhir.45

Selain itu, selama konflik berlangsung, Israel justru telah memberikan perawatan medis

kepada para pejuang Jabhat al-Nusra yang terluka. Jabhat al-Nusra sendiri adalah salah satu teroris

perpanjangan dari al-Qaeda di wilayah Suriah. Pertolongan medis Israel tersebut diberikan karena

para pejuang Jabhat al-Nusra telah secara aktif memerangi poros Assad, dan Hezbollah yang

didukung oleh Iran. Meskipun al-Nusra jelas bukan sekutu Israel, Amos Yadin, mantan kepala

intelijen militer mengatakan bahwa Hizbullah dan Iran adalah ancaman utama bagi Israel, jauh

lebih berbahaya daripada para radikal Sunni.46 Oleh karena itu, setelah melihat peningkatan

pengaruh Teheran dan proksinya, Hizbullah, di wilayah Suriah, Israel telah sampai pada ide bahwa

ancaman Iran mungkin lebih berbahaya bagi Israel daripada ancaman kelompok terrorisme dan

ISIS saat ini.

Terbukti, dukungan Israel tidak hanya untuk memberikan bantuan kemanusiaan semata,

tetapi Israel secara tidak resmi juga mendukung kelompok pemberontak dan oposisi Suriah.

Sumber-sumber non-Israel juga menunjukkan adanya persediaan dana yang digunakan untuk

membayar gaji para pejuang, pengadaan amunisi, makanan, bahan bakar, dan kebutuhan medis

untuk pemberontak Suriah yang berada di dekat perbatasan Israel. Wall Street Journal melaporkan

bahwa Israel telah membentuk unit tentara khusus untuk mengawasi operasi bantuan tersebut. Ini

menunjukkan bahwa tidak seperti posisi resminya, Israel ternyata sangat terlibat dalam perang di

Suriah.47

Keterlibatan Israel dalam perang di Suriah, kemampuan militer, dan kedekatan

hubungannya dengan Amerika Serikat membuat Israel memiliki ide mengenai keamanan di

Suriah. Disintegrasi Suriah ke dalam wilayah-wilayah yang dikendalikan oleh kelompok-

kelompok yang berbeda seperti ISIS, milisi Iran, ekstremis Sunni, Alawit, dan mungkin Amerika

Serikat, Rusia dan Turki sebagai bagian dari zona “de-eskalasi” yang baru dibentuk, membuat

Israel harus menentukan sikap yang tepat. Peningkatan ekskalasi konflik tersebut bukanlah

45 Sarah Dadouch dan Jeffrey Heller, "Israel hits Syrian site said to be linked to chemical weapons", Reuters,

7 September 2017, https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-israel/israel-hits-syrian-site-said-to-be-

linked-to-chemical-weapons-idUSKCN1BI0MH 46 "Report: Israel treating al-Qaida fighters wounded in Syria civil war", Jewish Post, 13 Maret 2015,

https://www.jpost.com/Middle-East/Report-Israel-treating-al-Qaida-fighters-wounded-in-Syria-civil-war-393862 47 Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence Academy, 2017),

3

Page 14: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

skenario terbaik untuk stabilitas keamanan Israel. Dalam kasus seperti itu, Israel harus berpotensi

melawan banyak front, karena tidak ada pemain lokal yang ramah. 48

Untuk melindungi stabilitas keamanannya dan meningkatkan kekuatan militernya, maka

Israel memliki ide untuk mempertimbangkan normalisasi hubungan diplomatik dengan Turki.

Kedua negara dapat bekerja sama di bidang militer dan intelejen, karena keduanya berbatasan

langsung dengan Suriah. Selain itu keduanya memiliki shared idea berupa keberadaan musuh

bersama yaitu para pemberontak ISIS dan dominasi Syiah di Suriah. Keduanya dapat mencari

solusi berupa kerja sama berkelanjutan dengan komunitas internasional mengenai ancaman ISIS.49

Turki adalah mantan sekutu regional terkuat yang Israel miliki, lebih tepatnya satu-satunya negara

Islam non-Arab yang dapat berbagi shared idea mengenai ancaman keamanan yang Israel alami

di kawasan Mediterania. Dilihat dari sudut pandang Israel, normalisasi hubungan diplomatik

dengan Turki dapat mengurangi potensi bahaya keamanan akibat tingginya ekskalasi konflik dan

aktivitas terrorisme.

Setalah imagination sebagai suatu proses pembentukan persepsi guna membentuk shared

idea, Proses selanjutnya yang dilakukan adalah communication. Komunikasi antara Israel dengan

Turki dilakukan melalui berbagai negosiasi yang diharapkan dapat mencapai kesepakatan

penjualan gas alam dari Israel ke Turki serta kerja sama strategis dibidang keamanan kawasan.

Proses komunikasi mengenai normalisasi hubungan diplomatik ini sendiri juga dilakukan oleh

Amerika Serikat selaku pihak ke 3 yang dilibatkan dalam negosiasi. Konsep Normalisasi Barston

menyebutkan bahwa dalam tahapan ke lima normalisasi, suatu negara akan membuka kembali

jalur negosiasi, secara langsung atau rahasia dengan mediasi pihak ketiga.50 Sedangkan

konstruktivisme mengatakan bahwa pembentukan ide atas suatu hal dapat dibentuk oleh individu

yang kemudian disosialisasikan secara luas.

Mengenai kerja sama gas alam antara Israel dengan Turki yang akan membawa gasnya

menuju eropa, Wakil Presiden AS Joe Biden juga telah melakukan komunikasi tersebut dalam

level eksekutif dengan Presiden Turki Recep Thayyib Erdogan. Pada 2 Oktober 2014, Joe Biden

memandang normalisasi hubungan diplomatik Israel dengan Turki juga akan menguntungkan

48 Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence Academy, 2017),

3 49 Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence Academy, 2017),

4 50 R.P. Barston, Modern Diplomacy, (New York: Routledge, 2014), 280

Page 15: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

kepentingan AS di Mediterania timur dan bisa memiliki konsekuensi yang menguntungkan bagi

Uni Eropa. Joe juga menyatakan bahwa pembangunan pipa gas yang menghubungkan Israel,

Republik Siprus, dan Turki, dengan perluasan ke Eropa, akan 'membebaskan' Turki dan Yunani

dari ketergantungan energi mereka pada Rusia.

Joe biden menyatakan bahwa "I recently met with him (Erdogan) and he has committed to

seeing me in Ankara to see if we can do two things, one, reach a solution which he says he will

agree to a ‘bi-zonal, bi-communal’ island and and (two), he is beginning to realize, in my view,

and I will not speak for him, that there is an overwhelming self-interest for Turkey in taking

advantage of the significant resources, particularly gas, that are in the eastern Mediterranean that

could play a significant role in liberating not only Turkey, but, Greece... a pipeline... from (…)

Russia’s use of energy as a weapon".51

Pada bulan Januari 2016, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan pernyataan

yang membuka kembali peluang untuk normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Erdogan

menyatakan bahwa “Israel membutuhkan negara seperti kami di wilayah ini. Namun, kita harus

mengakui bahwa kita juga membutuhkan Israel. ”52 Negosiasi normalisasi hubungan diplomatik

yang menggunakan gas alam sebagain instrumentnya, dan peran Amerika Serikat sebagai pihak

ke tiga membuat Turki dibawah kepemimpinan Presiden Erdogan akhirnya mengakui pentingnya

ide mengenai normalisasi bagi hubungan diplomatik kedua negara. Bagi perusahaan energi di unit-

level Israel dan para pejabat eksekutif kementrian energi Israel, Turki memang menawarkan

ekonomi yang relatif stabil dengan permintaan energi yang sangat besar. Maka normalisasi

hubungan dengan Turki sangatlah penting bagi pasar gas Israel.

Selain itu, berbagai shared idea dibidang keamaan kawasan juga harus di konunikasikan

lebah lanjut, karena tanpa adanya komunikasi intense antara keduanya maka tidak akan tercapai

constraint dalam bentuk resmi. Setelah bertekad untuk menyeimbangkan pengaruh Iran yang

menyebar secara eksponensial di seluruh wilayah Suriah, Israel kemudian membuka komunikasi

dengan Turki, yang juga prihatin dengan meluasnya pengaruh Iran di Suriah.53 Sejak tahun 2012,

Intelejen Israel dan Turki semakin sering bertemu dan berkomunikasi guna mengamati kondisi

51 Mark Langfa, "Biden: Possible 'Win-Win' Mediterranean Gas Pipeline to EU", Israel National News, 10 Juni

2014 http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/185863 52 Guzel Nurieva, “Natural Gas Factor in Israel-Turkey Russia Energy Triangle”, Turkish Journal of Middle

Eastern Studies, Vol: 4, No: 1, (2017), 120

53 Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their Relationship?",

Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.2

Page 16: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

perkembangan konflik Suriah. Kedua negara saling bertukar informasi intelijen militer, khususnya

mengenai pergerakan senjata kimia di negara tersebut. Maka sejak Februari 2013, Israel resmi

mencabut pembekuan kesepakatan peralatan canggih dengan Turki dan mulai memasok sistem

persenjataan elektronik untuk pesawat AWAC (Airborne Warning and Control System) Turki,

kemudian Israel juga memperbarui sistem peringatan dini yang Turki miliki.54

Kerja sama Turki-Israel dalam berbagi bidang intelijen dan peringatan dini akan sangat

penting untuk mengontrol pergerakan senjata pemusnah massal terutama dalam kasus konflik

berkepanjangan di Suriah. Selanjutnya, baik Turki dan Israel takut akan terjadinya kekacauan

global akibat dari negara-negara yang berkonflik di kawasan Mediterania dan meningkatnya

penetrasi pasukan jihadist sebagai oposisi pemerintahan Suriah. Oleh karena itu, demi kepentingan

kedua negara, Israel dan Turki menginginkan jatuhnya rezim pemerintahan Basyar al-Assad dan

munculnya pemerintahan moderat baru yang mau bekerja sama dengan Israel maupun Turki.55

Disisi lain, konflik sipil di Suriah dan dukungan yang dinyatakan oleh Iran untuk rezim

Basyar al Asad adalah dilemma yang dihadapi bukan hanya oleh Israel namun juga Menteri Luar

Negeri Turki Davutoğlu yang menganut filosofi "Zero Problem". Berbagai dilemma tersebut jelas

menimbulkan ancaman baru bagi keamanan Turki. Sejak awal, Turki telah menerima lebih dari

satu juta pengungsi Suriah, sementara Erdogan telah mendesak masyarakat internasioanl untu

menekan rezim Asad dan mendukung oposisi Suriah. Turki menganjurkan adanya zona penyangga

untuk melindungi pengungsi di dalam Suriah, tetapi Amerika Serikat menolak permintaan Turki

tersebut.

Pada akhir 2012 Turki mengerahkan rudal patriot NATO yang ditempatkan di sepanjang

perbatasan Turki-Suriah. Hal tersebut membuat marah Iran, yang terpaksa mengalihkan

pengiriman senjata dan personil ke Suriah melalui Irak ketimbang melewati ruang udara Turki.

Akibat dari tindakan Turki yang memperdalam keterlibatannya di Suriah, isu intelijen menjadi

semakin krusial. Erdogan menyadari bahwa menjaga Israel dalam jarak yang sangat dekat dapat

membantu kepentingan Turki. Dimulainya kembali dialog antara Ankara dan Tel Aviv dapat

54 Anshel Pfeffer, “Israel supplies Turkey with military equipment for first time since Gaza flotilla”, Haaretz,

18 February 2013, https://www.haaretz.com/israel-sells-warfare-systems-to-turkey-1.5230378

55 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working

Paper, No. 13, 15 April 2013, hal. 8

Page 17: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

memungkinkan Turki untuk mengambil manfaat dari intelijen Israel, dan sekali lagi memainkan

peran yang lebih konstruktif dalam konteks Israel-Palestina.

Jika aliansi antara Israel dan Turki dapat terwujud melalui normalisasi hubungan

diplomatik, maka hal tersebut akan memiliki dampak substansial pada keseimbangan kekuasaan

yang ada di antara kelompok-kelompok koalisi yang dipimpin AS. Negara peserta aliansi yang

dipimpin Rusia seperti, Iran, Suriah, pemerintah Irak dan poros Hizbullah di wilayah tersebut akan

menghadapi kekuatan yang cukup sengit. Persaingan antara dua aliansi yang berlawanan dari

Timur Tengah di masa depan pasti akan menentukan apakah hubungan yang stabil di antara

negara-negara di kawasan ini akan terus berlanjut atau tidak, terutama dalam kaitannya dengan

krisis Irak dan Suriah yang sedang berlangsung.56

Berbagai komunikasi tersebut dan respon positif yang diberikan Turki, membuat Israel

akhirnya menerima dan memenuhi berbagai permintaan Turki terkait normalisasi hubungan

diplomatik yang tertulis dalam draft “Procedural Agreement on Compensation Between the

Republic of Turkey and The State of Israel” pada 27 Juni 2016. Israel dan Republik Turki secara

resmi membuka kembali hubungan diplomatiknya yang terputus selama 6 tahun. Perjanjian itu

ditantangani oleh Feridun Hadi Sinirlioğlu sebagai perwakilan Turki dan Dore Gold sebagai

perwakilan Israel.57 Tak lama berselang penandatanganan normalisasi Perdana Meteri Israel

Benyamin Netanyahu menyatakan keinginannya untuk melanjutkan berbagai kerja sama dengan

Turki yang sebelumnya sudah dikomunikasikan terlebih dahulu dalam proses negosiasi.

Salah satu kerjasama yang ingin dibangun adalah ide mengenai pembangunan pipa gas

alam bawah laut. Pernyataan ini sendiri dilontarkan oleh Netanyahu dalam pernyataan resminya

di Roma pasca penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan diplomatik. Netanyahu

menyatakan bahwa kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik ini membuka jalan untuk kerja

sama dalam masalah ekonomi dan energi, termasuk masalah gas didalmnya. Gas sangat penting

dan mengandung kemungkinan memperkuat ekonomi dan kas negara Israel. Netanyahu

menegaskan bahwa 60% dari pendapatan negara Israel di hasilkan dari kekayaan laut, dan ladang

56 Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their Relationship?",

Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.1 57 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni

2016

Page 18: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

gas Leviathan dapat memasok pasar Mesir dan juga pasar Turki serta pasokan gas melalui Turki

menuju ke Eropa, dan ini adalah isu strategis bagi negara Israel.58

Terkait isu keamanan, Netanyahu dalam hal ini berpendapat bahwa terdapat keuntung

militer yang dihasilkan dalam perjanjian tersebut. Kedua negara memiliki komitmen untuk

mencegah semua aktivitas teroris atau militer yang melawan Israel dari wilayah Turki, termasuk

aktivitas pengumpulan dana yang bertujuan untuk menyerang Israel. Ini adalah komitmen penting,

bahkan utama yang kedua pihak dapatkan pasca perjanjian normalisasi hubungan diplomatik.59

Pada tahapan constraint ini, hubungan Israel dan Turki kembali dinormalisasi dan tindakan

keduanya juga telah dibatasi dalam kesepakatan di masa lalu yang telah dilembagakan.60

Keputusan dimasa lalu yang dimaksud adalah penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan

diplomatik antara Israel dan Turki.

Kedua pihak, baik Israel maupun Turki jelas memiliki shared idea yang kuat mengenai isu

keamanan kawasan akibat ancaman serangan terrorisme dan pengaruh kekuataun Syiah di Suriah.

Normalisas tersebut terjadi akibat adanya shared idea dalam tataran sistemik yang dibuktikan

melalui peningkatan ekskalasi konflik di Suriah dan unit-level yaitu lembaga-lembaga militer dan

intelejen terkait yang sudah mengkomunikasikan peran keduanya untuk menjaga stabilitas

kawasan.

Kelanjutan dari tahapan constrain tersebut dibuktikan pada Oktober 2016, dimana di sela-

sela Kongres Energi Dunia, Menteri energi Turki Berat Albayrak dan mitra Israelnya Yuval

Steineitz setuju untuk memulai pembicaraan mengenai kerja sama energi gas alam. Berat Albayrak

memaparkan kemungkinan dan ketertarikannya untuk mengimpor gas dari Leviathan ke Turki

melalui pipa bawah laut. Selanjutnya Pada tanggal 26 April 2017, delegasi dari Israel yang diketuai

oleh Yaffa Be-Ari, kepala Divisi Ekonomi Kementerian Luar Negeri mengunjungi Ankara untuk

kerja sama ekonomi yang lebih besar antara Israel dan Turki.61

Eitan Na'eh, duta besar Israel yang baru untuk Ankara menjelaskan bahwa Israel dan Turki

mulai menormalkan kembali hubungan mereka dan mengidentifikasi kembali kepentingan

58 PM Netanyahu's Statement at His Press Conference in Rome, Israel Ministry of Foreign Affairs, 27 Juni

2016 59 PM Netanyahu's Statement at His Press Conference in Rome, Israel Ministry of Foreign Affairs, 27 Juni

2016 60 Steans, et., al., Introduction to International Relations, Perspectives & Themes, (Pearson & Longman: UK,

2005), 190 61 Ilksoy Aslim, "Energy Sources in the Eastern Mediterranean: Contributor to Solve the Problems in Cyprus,

Turkey, and Israel Triangle?", Athens Journal of Mediterranean Studies, Volume 4, Issue 1, January 2018 hal. 40

Page 19: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

bersama mereka. Dia mengatakan bahwa Israel dahulu adalah teman baik Turki, dan mereka harus

bekerja sama untuk kepentingan kedua bangsa. Eitan berpendapat bahwa "energi adalah satu

masalah yang tidak akan dapat dipecahkan hanya dengan kata-kata". Ia berharap proyek energi

"akan membuka seluruh komunitas bisnis secara bersama dan itu tidak akan terbatas pada energi."

Baginya, energi akan menjadi "lokomotif dan katalisator untuk hubungan baru ".62

Pada Konferensi Tingkat Tinggi Atlantic Council İstanbul Summit ke-8 yang

diselenggarakan pada 26 Juni 2017, Shaul Meridor, direktur jenderal di Kementerian Infrastruktur

Nasional, Energi, dan Sumber Daya Air Israel, mengumumkan bahwa mereka dapat membawa

gas Israel ke Turki dalam tiga atau empat tahun.63 Menurut Meridor, pasokan gas alam tersebut

bisa mencapai seperlima dari kebutuhan alami yang Turki butuhkan. Selain itu, Yuval Steinitz,

Menteri Energi Israel menyatakan tekad Turki dan Israel untuk menandatangani kesepakatan

membangun saluran pipa ke Uni Eropa pada 2018. Israel telah mengkomunikasikan bahwa ia akan

membuat dua proyek yang berbeda, satu melalui Turki menuju ke Eropa, yang lainnya dari Siprus

menuju ke Yunani dan Italia. Israel telah membuktikan bahwa dirinya memiliki ide untuk

berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk menjadi eksportir gas alam di kawasan

Mediterania Timur.

Duta besar Israel Eitan Na’eh menambahkan bahwa "semua pihak akan menyadari adanya

situasi win-win solution." Baginya, ketika Israel dan Turki telah menyelesaikan urusan politik,

banyak kalangan yang melihat keuntungan dari situasi win-win solution yang ada di Mediterania

Timur".64 Namun untuk mewujudkan ide mengenai kerja sama gas alam antara Israel dan Turki,

pihak yang terlibat harus menjauh dari mentalitas permainan zero-sum-game. Beberapa diplomasi

kreatif akan diperlukan untuk mencapai ide kompromi yang layak dalam kerja sama gas alam

tersebut, semisal peran Eropa untuk membantu membagikan shared idea-nya mengingat kerja

sama ini juga menguntungkan bagi negara-negara di Eropa.

62 Ilksoy Aslim, "Energy Sources in the Eastern Mediterranean: Contributor to Solve the Problems in Cyprus,

Turkey, and Israel Triangle?", Athens Journal of Mediterranean Studies, Volume 4, Issue 1, January 2018 hal. 40 63 Selin Nasi, "Turkish - Israeli pipeline deal on the way?", Hurriyet Daily, 27 April 2017

http://www.hurriyetdailynews.com/opinion/selin-nasi/turkish-israeli-pipeline-deal-on-the-way-112537 64 Karel Valansi, "Eitan Na’eh: Breaking up relations is easy, rebuilding is much difficult, Solomon, 22 Maret

2017, http://www.salom.com.tr/salomturkey/haber-102531-

eitan_naeh_breaking_up_relations_is_easy_rebuilding_is_much_difficult.html

Page 20: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Kesimpulan

Berbagai penolakan Israel terhadap tuntutan normalisasi hubungan diplomatik yang

terdahulu terjadi akibat menurnnya shared idea yang Israel miliki dengan Turki. Dunia

internasional mapun unit-level Israel, tidak memberikan ide, tekanan, atau alasan yang kuat

terhadap Israel untuk menormalisasi hubungannya dengan Turki. Hingga pada tahun 2013 Israel

mulai mendapatkan tekanan dari sekutunya Amerika Serikat melalui kunjungan Presiden Barrack

Obama ke Tel Aviv. Obama meminta Israel untuk meminta maaf atas insiden Gaza Flotilla Raid

dan segera menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Turki.

Pasca permintaan maaf Israel, muncul masalah baru pada tahun 2014 dimana Israel hanya

mau membayar biaya ganti rugi sebesar 100.000 US$ / Korban dari tuntutan Turki sebesar 1 juta

US$/ Korban. Mediasi antar keduanya terus dilakukan, Erdogan menyatakan bahwa Israel dan

Turki telah mencapai sebuah kesepakatan mengenai kompensasi yang kira-kira berkisar sebesar

20 juta US$. Hingga pada tahun 2015 terjadi mediasi lanjutan antara keduanya di Swiss yang

menyatakan kesediaan Israel untuk membayar biaya kompensasi sebesar 20 juta US$.

Israel sendiri memiliki identitas kolektif baru akibat ditemukannya gas alam di kawasan

laut Mediterania Timur. Identitas ini terbentuk akibat adanya imagination dan proses mediasi

berbagai perusahaan energi Amerika Serikat, Israel maupun, Turki yang ingin melakukan

eksplorasi dan pembelian gas alam dari Israel. Akibat berbagai mediasi dan komunikasi tersebut

Israel akhirnya mengizinkan untuk memasok 40% kekayaan sumber daya energi gas alam dalam

negerinya ke pasar internasional termasuk Turki.

Penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Turki pada

27 Juni 2016 merupakan salah satu bentuk upaya dari Pemerintah kedua negara untuk

mengembalikan hubungan diplomatik yang sempat terputus selama 6 tahun sejak insiden Gaza

Flotilla Raid. Normalisasi hubungan diplomatik tersebut telah merepresentasikan keinginan

Amerika Serikat dibawah pemerintahan administratif Barack Obama dan dapat meningkatkan

kerja sama di berbagai bidang kususnya di sektor energi dan sumber daya alam, serta di sektor

kemanan kawasan Mediterania.

Page 21: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Daftar Pustaka

Buku

Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertiann Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika

Global, (Bandung : P.T. Alumni, 2005), hal 533.

Scott Burchill, et. al., Theories of International Relations, 3rd ed., (Palgrave: UK, 2005), 198

R.P. Barston, Modern Diplomacy, (New York: Routledge, 2014), 282

Steans, et., al., Introduction to International Relations, Perspectives & Themes, (Pearson &

Longman: UK, 2005), 190

Jurnal

Mohammed Alsaftawi, “Who Needs Whom? Turkey and Israel Agree on Normalization Deal”,

The Istituto Affari Internazionali Working Papers, Vol.16, (2016), 8

Ayla Gürela, & Laura Le Cornub, “Can Gas Catalyse Peace in the Eastern Mediterranean?”, The

International Spectator: Italian Journal of International Affairs, Vol. 49, (2014), 21

Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel",

Menara Future Notes, No. 3, November 2016, hal 3

Ed. Ahmed Bounfour and Leif Edvinsson, Intellectual Capital for Communities: Nations, Regions,

and Cities, (New York: Butterworth-Heinemann, 2011), hal. 139

Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and

Gas Politics in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 1

Juli 2016, hal. 8

Gideon Irus, The Use of Coal Ash in Concrete According to The Israeli Standard and Practice,

(Tel Aviv: International Workshop on Environmental Aspects of Coal Ash Utilization), 2012

hal. 3

Simone Tagliapietra, Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern

Mediterranean, (Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal.

17

Ibrahim Arinc dan Levent Ozgul, “Exportation of EastMed Gas Resources: Is it Possible without

Turkey?”, Insight Turkey, Vol. 17, No. 2, 2015, hal. 120

Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI

Working Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8

Page 22: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of

Foreign Affairs, (6 Februari 2018), 1

Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence

Academy, 2017), 3

Guzel Nurieva, “Natural Gas Factor in Israel-Turkey Russia Energy Triangle”, Turkish Journal of

Middle Eastern Studies, Vol: 4, No: 1, (2017), 120

Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their

Relationship?", Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.2

Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their

Relationship?", Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.1

Rebecca A. Yasner, Maximizing Renewable Electricity in Israel: Energy Security, Environmental

Impact, and Economic Development, (Pittsburgh: Carnegie Mellon University, 2012), hal.

13

Ilksoy Aslim, "Energy Sources in the Eastern Mediterranean: Contributor to Solve the Problems

in Cyprus, Turkey, and Israel Triangle?", Athens Journal of Mediterranean Studies, Volume

4, Issue 1, January 2018 hal. 40

Dokumen

“Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of

Israel”, 28 Juni 2016

UN Report on The Israeli Attack on The Humanitarian Aid Convoy to Gaza, (Ankara:

Turkish National Inquary, 2011), 18

Pasal 9, Paragraf 2, Konvensi Wina Tahun 1961, Tentang Hubungan Diplomatik

Human Development Report 2016: Human Development for Everyone, (New York: UNDP, 2016),

hal. 198

PM Netanyahu's Statement at His Press Conference in Rome, Israel Ministry of Foreign Affairs,

27 Juni 2016

Dokumen dan Berita Daring

“President Erdoğan Approves Israel Deal”, 31 Agustus 2016,

http://www.hurriyetdailynews.com/president-erdogan-approves-israel-deal-103422

Page 23: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Raphael Ahrem, “After five frosty years, Israeli ambassador returns to Turkey”

https://www.timesofisrael.com/after-five-frosty-years-israeli-ambassador-returns-to-

turkey/

“President announces Kemal Ökem as Turkey’s new ambassador to Israel”, 16 Nov 2016

http://www.hurriyetdailynews.com/president-announces-kemal-okem-as-turkeys-new-

ambassador-to-israel.aspx?pageID=238&nID=106179&NewsCatID=510

Ali Abunimah, “Turkey-Israel deal leaves Gaza siege intact”, Electronic Intifada, 27 Juni 2016,

https://electronicintifada.net/blogs/ali-abunimah/turkey-israel-deal-leaves-gaza-siege-intact

Barak Ravid, “Israel and Turkey Officially Announce Rapprochement Deal, Ending Diplomatic

Crisis”, Heertz, 27 Juni 2016, https://www.haaretz.com/israel-news/1.727369

Barak Ravid, “Israel-Turkey Reconciliation Talks Hit Impasse Over Scope of Compensation”,

Heertz, 27 Mei 2013, https://www.haaretz.com/israel-news/israel-turkey-reconciliation-

talks-hit-impasse-over-scope-of-compensation.premium-1.526279?=&ts=_1509266563116

“Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of

Israel”, 28 Juni 2016

Barak Ravid, “Israel Offers Turkey $20m in Compensation Over Gaza Flotilla Raid”, Heertz, 3

February 2014, https://www.haaretz.com/israel-news/1.572069

Jeffrey Heller, Obama brokers Israel-Turkey rapprochement 22 Maret 2013,

https://www.reuters.com/article/us-israel-turkey-obama/obama-brokers-israel-turkey-

rapprochement-idUSBRE92L0RK20130322 di akses 9 Agustus 2018

Human Developmen Report 2016 http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/ISR di akses pada

tanggal 17 Oktober 2017

Buck Tobias, Field of dreams: Israel's natural gas, 1 September 2012,

https://www.ft.com/content/1dbda574-f16d-11e1-a553-00144feabdc0

“The Natural Gas Sector in Israel”,

http://energy.gov.il/English/Subjects/Natural%20Gas/Pages/GxmsMniNGEconomy.aspx

Amit Mor, http://www.jiis.org/.upload/mor.pdf , di akses pada tanggal 21 Oktober 2016

Turkey-Russia jet downing: Moscow announces sanctions, 28 November 2015,

https://www.bbc.com/news/world-europe-34954575

Page 24: ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan

Georgi Gotev, Erdogan fumes at Russia’s ‘restrictive measures’ after jet downing, 27 November

2015 https://www.euractiv.com/section/global-europe/news/erdogan-fumes-at-russia-s-

restrictive-measures-after-jet-downing/

Turkey has shelved Turkish Stream gas pipeline project, says President Erdoğa, 5 December 2015,

http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-has-shelved-turkish-stream-gas-pipeline-

project-says-president-erdogan-92115

Ken Dilanian dan Courtney Kube, U.S. officials confirm Israel hit Syria after suspected Ghouta

chemical attack, NBC News, 9 April 2018, https://www.nbcnews.com/news/world/israel-

blamed-airstrike-syria-after-suspected-ghouta-chemical-weapon-attack-n863821

Sarah Dadouch dan Jeffrey Heller, "Israel hits Syrian site said to be linked to chemical weapons",

Reuters, 7 September 2017, https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-

israel/israel-hits-syrian-site-said-to-be-linked-to-chemical-weapons-idUSKCN1BI0MH

"Report: Israel treating al-Qaida fighters wounded in Syria civil war", Jewish Post, 13 Maret 2015,

https://www.jpost.com/Middle-East/Report-Israel-treating-al-Qaida-fighters-wounded-in-

Syria-civil-war-393862

Mark Langfa, "Biden: Possible 'Win-Win' Mediterranean Gas Pipeline to EU", Israel National

News, 10 Juni 2014 http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/185863

Anshel Pfeffer, “Israel supplies Turkey with military equipment for first time since Gaza flotilla”,

Haaretz, 18 February 2013, https://www.haaretz.com/israel-sells-warfare-systems-to-

turkey-1.5230378

Selin Nasi, "Turkish - Israeli pipeline deal on the way?", Hurriyet Daily, 27 April 2017

http://www.hurriyetdailynews.com/opinion/selin-nasi/turkish-israeli-pipeline-deal-on-the-

way-112537

Karel Valansi, "Eitan Na’eh: Breaking up relations is easy, rebuilding is much difficult, Solomon,

22 Maret 2017, http://www.salom.com.tr/salomturkey/haber-102531-

eitan_naeh_breaking_up_relations_is_easy_rebuilding_is_much_difficult.html


Recommended