ANALISA PENYEBAB ENGINE LACKS OUT-PUT
PADA UNIT GRADER KOMATSU GD825A-2
DI PT. JHONLIN BARATAMA SITE SUNGAI DUA
TUGAS AKHIR
OKTAVIAN MADA
NIM : 150309264591
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK MESIN ALAT BERAT
BALIKPAPAN
2018
i
ANALISA PENYEBAB ENGINE LACKS OUT-PUT
PADA UNIT GRADER KOMATSU GD825A-2
DI PT. JHONLIN BARATAMA SITE SUNGAI DUA
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU
SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
OKTAVIAN MADA
NIM : 150309264591
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK MESIN ALAT BERAT
BALIKPAPAN
2018
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Oktavian Mada
Tempat/Tgl Lahir : Toraja, 09 Oktober 1995
NIM : 150309264591
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul ”ANALISA PENYEBAB
ENGINE LACKS OUT-PUT PADA UNIT GRADER KOMATSU GD825A-2 DI
PT. JHONLIN BARATAMA SITE SUNGAI DUA“ adalah bukan merupakan
hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Karya Ilmiah ini penulis persembahkan kepada:
Ibunda dan Ayahanda tercinta Martha Mada dan Balelle, untuk kasih saying, doa
dan segalanya yang telah mereka berikan hingga selesainya tugas akhir ini
Teman-teman seperjuangan TMAB angkatan 2015 yang berbaik hati
Dosen pembimbing Drs.Syaeful Akbar, M.T yang senantiasa memberikan
bimbingan tanpa mengenal waktu
Almamater Politeknik Negeri Balikpapan
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Oktavian Mada
NIM : 150309264591
Program Studi : Teknik Mesin Alat Berat
Judul TA : Analisa Penyebab Engine Lacks Out-put pada unit Grader
KOMATSU GD825A-2 di PT. Jhonlin Baratama site
Sungai Dua
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
hak kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih
media atau format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
vi
ABSTRACT
When the researcher did on the job training (OJT) at PT. United Tractors site
Batu Licin, the researcher found a problem that occurred in komatsu grader
GD825A-2 unit that was engine lacks out-put at PT. Jhonlin Baratama site Sungai
Dua that caused the unit could not operate and it could harm the company. This
made the researcher interested to find the cause of the problem. The data analysis
ware are done by observation method which was to observe directly the problems
that occurred in GD825A-2 unit, by performing dust indicator air cleaner, and
measurement blow by engine, engine RPM, and oil machine sampling. The
researcher also took the data by documentation of collecting PAP data of engine
oil, Emergency Trouble Report (EIR), daily breakdown, and hystorical unit.
Besides to photos when conducted checks or measurements. The researcher also
interviewed directly with the operator to find out what trouble was happened.
When identifying the problem, it was known that the unit experienced engine lacks
out-put and frequent oil additions. Based on the examination data, the
measurement and results of PAP data indicate that high engine oil consumption
was caused by oil wasted through the breather hose because the blow by pressure
was too high so that the engine oil in the cyilinder block is pushed out through the
hose air breather. The height of the blow by engine was caused by compression
leakage caused by extreme wear of the piston ring and liner due to the entry of
dust into the engine which then damaged the engine components. It was caused it
did not carry out maintenance according to the standard that the air cleaner was
not replaced for more than one year. In addition, when examined the condition of
the dirty air cleaner both the outer and inner elements, the seal washer was stiff
and worn and the inner element nut loose so there was a gap where dust could
enter the system without being filtered at all which could cause extreme wear on
the inner engine parts. Based on the above discussion, it could be concluded that
engine lacks out-put was caused by dust into the system because it did not change
the air cleaner for less than one year, thus damaging the inner parts of the engine
components caused high blow by and increasing the compression pressure so that
engine rpm could not reach the standard. In order for the problems would not
happen anymore, the modification was done by adding a sponge to the filter water
so that dust filtering was expected to be better. Then, there needs to be special
attention when performing periodic maintenance at 250 hour intervals to check,
clean and change according to OMM GD825A-2.
Key word : Engine lacks out-put, Grader Komatsu GD825A-2, Maintenance
vii
ABSTRAK
Saat penulis melakukan on the job training (OJT) di PT. United Tractors site Batu
Licin, penulis menemukan masalah yang terjadi pada unit Komatsu Grader
GD825A-2 yaitu engine lacks out-put di PT. Jhonlin Baratama site Sungai Dua
yang menyebabkan unit tidak beroperasi sehinggga dapat merugikan perusahaan.
Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mencari dan menemukan penyebab
masalah tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi yaitu
melakukan pengamatan langsung permasalahan yang terjadi pada unit GD825A-2,
dengan melakukan pemeriksaan dust indicator, air cleaner, dan pengukuran blow
by engine, RPM engine, serta pengambilan sampel oli mesin. Penulis juga
mengambil data dengan dokumentasi yaitu mengumpulkan data PAP oli mesin,
Emergency Trouble Report (ETR), daily breakdown, hystorical unit. Selain itu
mengambil foto. Pada saat melakukan pemeriksaan maupun pengukuran. Penulis
juga melakukan wawancara langsung ke pada operator untuk mengetahui trouble
yang sedang terjadi. Pada saat mengidentifikasi masalah, diketahui bahwa unit
mengalami engine lacks out-put dan sering terjadi penambahan oli. Berdasarkan
data hasil pemeriksaan, pengukuran dan hasil data PAP menunjukan bahwa
konsumsi oli mesin tinggi di sebabkan oli terbuang melewati hose breather karena
tekanan blow by yang terlalu tinggi sehingga oli mesin pada cyilinder block
terdorong ke luar melalui hose air breather. Tingginya blow by engine di
sebabkan adanya kebocoran kompresi yang disebabkan keausan ekstrim dari ring
piston dan liner karena masuknya debu kedalam engine yang kemudian merusak
komponen dalam engine. Hal ini dikarenakan tidak melakukan perawatan sesuai
dengan standar yakni air clenaer tidak diganti kurang/lebih selama satu tahun.
Selain itu pada saat pemeriksaan kondisi air cleaner kotor baik outer maupun
inner element, seal washer kaku dan aus dan nut inner element kendor sehingga
ada celah dimana debu bisa masuk ke sistem tanpa tersaring sama sekali yang
dapat menyebabkan keausan ekstrim pada inner part engine. Berdasarkan hasil
pembahasan disimpulkan bahwa engine lacks out-put disebabkan oleh debu yang
masuk kedalam sistem karena tidak melakukan pergantian air cleaner selama
kurang/lebih satu tahun sehingga merusak komponen inner part engine yang
menyebabkan blow by tinggi dan naiknya tekanan kompresi sehingga rpm engine
tidak mencapai standar. Agar permasalahan yang sama tidak terulang kembali
maka dilakukan modifikasi dengan menambah sponge pada air filter sehingga
diharapkan penyaringan debu akan lebih baik. Kemudian perlu adanya perhatian
khusus saat melakukan perawatan berkala interval 250 jam untuk melakukan
pengecekan, pembersihan dan pergantian sesuai dengan OMM GD825A-2.
Kata kunci: Engine lacks out-put, Grader Komatsu GD825A-2, Maintenance
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat serta Kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Analisa Penyebab Engine Lacks Out-put Pada Unit Grader
KOMATSU GD825A-2 Di PT. Jhonlin Baratama Site Sungai Dua”.
Dalam penyusunan dan penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu dan ayah tercinta, segenap keluarga yang selalu mendukung selama
berada di Politeknik Negeri Balikpapan hingga selasainya tugas akhir ini.
2. Drs.Syaeful Akbar, M.T sebagai pembimbing 1, yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir ini.
3. Mohamad Amin, S,Pd.T., M.Pfis sebagai pembimbing 2, yang telah
memberikan waktunya untuk mengarahkan selama penyusunan tugas akhir
4. Zulkifli, S.T., M.T sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin
5. Seluruh teman angkatan 2015 Teknik Mesin yang telah banyak membantu
selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
6. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah karya yang sempurna,
dan masih banyak ditemui kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan
masukan yang membangun sangat diharapkan.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................... v
PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penulisan Karya Ilmiah...................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Grader .............................................................................................................. 4
2.2 Engine .............................................................................................................. 5
2.2.1 Komponen Utama Engine.............................................................................. 6
2.2.3 Sistem Pemasukan Udara dan Pembuangan Gas ......................................... 12
2.3 Perawatan (Maintenance) ............................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Perawatan................................................................................... 17
2.3.2 Tujuan Perawatan ........................................................................................ 18
2.3.3 Jenis – Jenis Perawatan ................................................................................ 19
2.3.6 Metode Perawatan ....................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 30
x
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 30
3.4 Studi Literatur ................................................................................................ 30
3.5 Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 31
3.5.1 Identifikasi Masalah..................................................................................... 31
3.5.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................................................ 32
3.5.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 32
3.5.4 Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 33
4.2 Pengumpulan Data ......................................................................................... 34
4.2.1 Pengumpulan Data Unit ............................................................................... 34
4.2.2 Pemeriksaan dan Pengukuran ...................................................................... 35
4.2.3 Data Analisa Pelumas .................................................................................. 38
4.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 38
4.4 Upaya Perbaikan ............................................................................................ 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 42
5.2 Saran .............................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 KOMATSU GD825A-2 ...................................................................... 4
Gambar 2.2 Arti kode KOMATSU GD825A-2 ...................................................... 5
Gambar 2.3 Engine alat berat ................................................................................. 5
Gambar 2.4 Cylinder head ...................................................................................... 6
Gambar 2.5 Cylinder block ..................................................................................... 7
Gambar 2.6 Penampang cylinder liner ................................................................... 8
Gambar 2.7 Struktur piston ..................................................................................... 8
Gambar 2.8 Compression ring ................................................................................ 9
Gambar 2.9 Connecting rod .................................................................................. 10
Gambar 2.10 Crankshaft ....................................................................................... 10
Gambar 2.11 Struktur flywheel ............................................................................. 11
Gambar 2.12 Balancer shaft ................................................................................. 12
Gambar 2.13 Camshaft ......................................................................................... 12
Gambar 2.14 Flowchart Intake dan exhaust system.............................................. 13
Gambar 2.15 Air cleaner ....................................................................................... 14
Gambar 2.16 Filter paper element ........................................................................ 14
Gambar 2.17 Operation of viscous type element .................................................. 15
Gambar 2.18 Oil bath type air cleaner ................................................................. 16
Gambar 2.19 Combination type air cleaner .......................................................... 17
Gambar 2.20 Diagram perawatan ......................................................................... 19
Gambar 2.21 Program analisa pelumas (PAP) ...................................................... 24
Gambar 2.22 Program Pemeriksaan Mesin (PPM) ............................................... 25
Gambar 2.23 Blow by tester .................................................................................. 26
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...................................................................... 31
Gambar 4.1 Komatsu GD825A-2 ......................................................................... 34
Gambar 4.2 Hours meter unit ............................................................................... 35
Gambar 4.3 Pengukuran blow by engine............................................................... 36
Gambar 4.4 Outer air cleaner ............................................................................... 36
Gambar 4.5 Inner element ..................................................................................... 37
Gambar 4.6 Housing air cleaner ........................................................................... 37
xii
Gambar 4.7 Seal washer air cleaner ..................................................................... 37
Gambar 4.8 Nut inner air cleaner ......................................................................... 38
Gambar 4.9 Turbocharger .................................................................................... 38
Gambar 4.10 Hasil analisa pelumas ...................................................................... 38
Gambar 4.11 Sponge air filter ............................................................................... 40
Gambar 4.12 Contoh pemasangan sponge pada air filter..................................... 41
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Periodic service ............................................................................................ 21
Tabel 4.1 Data unit ......................................................................................................... 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I ....................................................................................................................... 44
Lampiran II ..................................................................................................................... 47
Lampiran III .................................................................................................................... 51
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Grader merupakan alat yang dibuat khusus untuk pekerjaan
membentuk kemiringan dan meratakan permukaan tanah secara mekanis.
Grader digunakan untuk mengupas, memotong, meratakan suatu
pekerjaan tanah, terutama pada tahap finishing agar di peroleh hasil
pekerjaan dengan kerataan dan ketelitian yang optimal, di samping itu
dapat pula digunakan untuk membuat kemiringan tanah atau badan jalan
atau slope dan bisa juga digunakan untuk membuat parit-parit kecil.
Dengan fungsi grader yang begitu penting, komponen utama yang
menggerakkan grader tersebut adalah komponen engine.
Engine merupakan komponen yang berperan vital pada grader.
Engine menggerakkan grader dengan memanfaatkan energi panas menjadi
energi gerak untuk beroperasi. Dengan peran engine yang begitu besar
maka performance suatu engine harus diperhatikan dengan melakukan
perawatan dengan benar dan sesuai dengan Standard operational
procedure (SOP).
Maintenance atau perawatan adalah usaha-usaha atau tindakan-
tindakan reparasi yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi dan
performance dari sebuah mesin selalu seperti kondisi dan performance
dari mesin tersebut waktu masih baru, namun dengan biaya perawatan
yang serendah-rendahnya
Saat penulis melakukan on the job training (OJT) di PT. United
Tractors site Batu Licin, penulis menemukan masalah yang terjadi pada
unit komatsu Grader GD825A-2 yaitu engine lacks out-put di PT. Jhonlin
Baratama site Sungai Dua yang menyebabkan unit tidak beroperasi unit
tidak beroperasi sehinggga merugikan perusahaan. Hal ini yang membuat
penulis tertarik untuk menemukan penyebab masalah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tugas akhir ini yaitu:
2
1. Apa yang menyebabkan engine lacks out-put?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
permasalahan yang sama?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah agar tidak meluasnya pembahasan tugas akhir ini
adalah tidak melakukan pengetesan tekanan injector Karena keterbatasan
alat.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja penyebab engine lacks out-put pada unit
GD825A-2?
2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang harus dilakukan agar penyebab
engine lacks out-put tidak terjadi lagi.
1.5 Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan sebagai bahan perbandingan
untuk penelitian dan pengerjaan selanjutnya agar terhindar dari
permasalahan serupa.
2. Dapat dijadikan saran atau masukan untuk melakukan perawatan yang
sesuai dengan standar pada unit GD85A-2.
1.6 Sistematika Penulisan
Agar mempermudah pembaca dan lebih terarah dalam membaca laporan
tugas akhir ini, maka penulis menyusuntugas akhir ini dalam 5 (lima) bab,
sistematika penulisan dari laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika.
BAB II : LANDASAN TEORI
Merupakan uraian-uraian pendukung yang berhubungan dengan proses
pengolahan data dan dalam usaha pemecahan masalah tugas akhir ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3
Di dalam bab ini disajikan secara sederhana menguraikan variabel
penelitian dan defenisi secara operasional, penentuan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis yang
digunakan dalam penelitian.
BAB VI : HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini disajikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa yang
merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada dan saran yang
dapat digunakan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar-daftar referensi yang digunakan penulis dalam menyusun
tugas akhir.
LAMPIRAN
Berisi lampiran-lampiran data.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Grader
Grader dari kata asal grade = kemiringan (permukaan), adalah alat yang
dibuat khusus untuk pekerjaan membentuk kemiringan permukaan tanah secara
mekanis. Grader digunakan untuk mengupas, memotong, meratakan suatu
pekerjaan tanah, terutama pada tahap finishing agar di peroleh hasil pekerjaan
dengan kerataan dan ketelitian yang optimal, di samping itu dapat pula digunakan
untuk membuat kemiringan tanah atau badan jalan atau slope dan bisa juga
digunkan untuk membuat parit-parit kecil. pada gambar 2.1 merupakan unit
Grader yang diambil penulis pada saat melakukan penelitian lapangan.
Gambar 2.1 KOMATSU GD825A-2
Blade dari motor grader ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga
fungsinya bisa dirubah menjadi angle dozer, bulldozer, atau tilting dozer, ini jelas
lebih flexible dari pada jenis dozer. Variasi posisi blade ini tidak berati bahwa
motor grader adalah variasi bentuk dari jenis dozer, karena dalam pekerjaan
penggusuran tanah, bulldozer jauh lebih efektif dari pada grader, hal ini
disebabkan tenaga yang tesedia dan juga letak centroid (titik berat) pada blade
bulldozer.
Arti kode pada model KOMATSU GD825A-2:
Arti kode pada KOMATSU GD825A-2 dapat di lihat pada gambar 2.2.
5
Gambar 2.2 Arti kode KOMATSU GD825A-2
Sumber: https://www.scribd.com/doc/124636316/Product-Knowledge
2.2 Engine
Engine adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk merubah energi
panas yang dimiliki oleh bahan bakar menjadi energi gerak. Berdasarkan
fungsinya engine pada biasa digunakan sebagai sumber tenaga atau penggerak
utama (prime power) pada machine, genset, kapal (marine vessel) ataupun
berbagai macam peralatan industri. Engine pada bab ini lebih
mengkhususkan pada internal combustion engine jenis diesel, karena lebih
banyak digunakan pada alat berat dibanding jenis motor bensin. Pada gambar 2.3
menjelaskan tentang engine.
Gambar 2.3 Engine alat berat
Sumber: https://www.ebay.com/itm/KOMATSU-6D140-1-Series
6
2.2.1 Komponen Utama Engine
1. Cylinder Head
Cylinder head dipasang pada bagian atas dari engine yang berfungsi untuk
menahan tekanan pembakaran, mengendalikan panas, tempat duduknya
mekanisme valve dan mekanisme injeksi bahan bakar. Cylinder head harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Dapat menahan tekanan pembakaran dan konsentrasi panas.
b. Mempunyai efek pendinginan yang tinggi.
c. Dapat mencegah kebocoran tekanan pembakaran secara keseluruhan.
d. Dapat mengalirkan udara intake dan exhaust dengan lancar.
e. Dapat mencampur udara dengan bahan bakar secara sempurna.
Selain itu juga, cylinder head akan membentuk ruang bakar bersama-sama
dengan cylinder dan piston. Komponen ini terbuat dari besi cor (cast iron).
Terdapat juga cylinder head yang terbuat dari bahan alloy cast iron dengan
paduan nickel, chrome, molybdenum dan lain-lain untuk digunakan pada
supercharged engine yang tahan pada temperatur tinggi. Pada gambar 2.4
menjelaskan tentang cylinder head.
Gambar 2.4 Cylinder head
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
7
2. Cylinder Block
Cylinder block terbuat dari besi cor (cast iron) dan pembuatannya di
lakukan dengan proses casting (pengecoran). Cylinder block merupakan rangka
utama dari engine. Semua komponen engine diletakan pada cylinder block. Pada
komponen ini terdapat lubang untuk pemasangan cylinder liner dan tempat
dudukan crankshaft.
Cylinder block harus cukup kuat menahan gaya yang ditimbulkan dari
hasil pembakaran engine di dalam ruang bakar. Selain itu, cylinder head juga
harus mampu menahan gaya inersia yang dihasilkan oleh putaran crankshaft.
Untuk alasan tersebut, maka antara cylinder block dan crankcase biasanya
memiliki struktur satu kesatuan (monoblock structure). Komponen cylinder block
dapat dilihat pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Cylinder block
Sumber: Engine diesel 1, UT school : 2009
3. Cylinder Liner
Cylinder liner merupakan komponen combustion chamber yang
berhubungan dengan tekanan tinggi, dan beban gesek yang besar sebagai akibat
gerak naik turun piston. Cylinder liner harus tahan terhadap temperatur
tinggi,tidak mudah aus dan mampu menerima gaya yang besar dari piston. Ukuran
cylinder liner harus sesuai dengan ukuran piston dan piston ring. Cylinder liner
harus mempunyai kemampuan menyerap panas dan mentransfer seluruh panas
dari permukaan dalam liner ke permukaaan luar liner. Liner harus tahan karat
karena pada permukaan bagian luar berhubungan langsung dengan air pendingin.
Untuk menjamin efisiensi pendingin yang tinggi, ketebalan liner lebih kurang 5 -
10mm. Pada gambar 2.6 menjelaskan tentang cylinder liner.
8
Gambar 2.6 Penampang cylinder liner
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
4. Piston
Piston adalah komponen yang langsung berhubungan dengan gas
pembakar dan menerima beban berat yang disebabkan tekanan pembakaran.
Piston berfungsi untuk menyalurkan tekanan yang dibangkitkan dari proses
pembakaran ke crankshaft melalui connecting rod. Selain tiu juga, piston
bersama-sama dengan komponen lainnya bekerja untuk menghasilkan lang hisap,
ekspansi, dan langkah buang.
Piston haruslah mempunyai ekspansi termal yang rendah meskipun saat
menerima temperatur pembakaran yang cukup tinggi (sekitar 1000°C), hal ini
penting karena jangan sampai piston tidak dapat bergerak (macet) pada saat
menerima panas yang cukup tinggi. Selain itu piston juga harus cukup kuat untuk
menahan tekanan pembakaran sebesar kurang lebih 80 kg/cm2) agar dapat
menyalurkan tekanan ke crankshaft dengan tepat. Untuk lebih detail dapat di lihat
pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Struktur piston
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
9
5. Ring Piston
Piston ring berfungsi untuk menahan tekanan gas kompresi di dalam
cylinder, menjaga ketebalan oil film pada dinding cylinder dan mentransfer panas
dari piston ke cylinder liner. Ring bagian atas disebut ring kompresi untuk
mencegah kebocoran gas kompresi, dan ring bagian bawah disebut oil ring yang
bekerja menjaga ketebalan oil film. Tekanan gas kompresi akan mempercepat
keausan piston ring dan mengurangi tenaga engine. Kebocoran pada piston ring
akan meningkatkan konsumsi oli. Komponen ring piston dapat di lihat pada
gambar 2.8.
Gambar 2.8 Compression ring
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
6. Connecting Rod
Connecting rod menghubungkan piston dengan crankshaft yang berfungsi
untuk merubah gerak bolak-balik (reciprocating) dari piston menjadi gerakan
putar pada crankshaft. Connecting rod harus kuat menahan tekanan kompresi,
tekanan pembakaran, tegangan beban yang berulang-ulang dan beban bengkok
yang disebabkan inertia dari piston dan connecting rod pada putaran tinggi. untuk
memenuhi kebutuhan diatas, connecting rod dibuat dari special baja tempa dan
mempunyai kekuatan special dalam batas kelelahan material. Saat memasang
connecting rod hati–hati jangan sampai terdapat guratan (cacat) khusus pada
daerah melintang atau daerah lekukan connecting rod, karena connecting rod
selalu bekerja berat, beban yang berulang-ulang dan konsentrasi stress
menyebabkan connecting rod mudah rusak. Untuk lebih datail dapat di lihat pada
gamabar 2.9.
10
Gambar 2.9 Connecting rod
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
7. Crankshaft
Crankshaft merupakan komponen yang menerima tenaga gerak dari
piston. Crankshaft bersama dengan connecting rod berfungsi untuk merubah
gerakan naik/turun piston menjadi gerak putar. Hal ini berarti juga merubah
tekanan yang diterima oleh piston menjadi gaya putar engine (engine torque).
Gambar 2.10 menjelaskan tentang komponen crankshaft.
Gambar 2.10 Crankshaft
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
8. Flywheel
Flywheel merupakan sebuah plat bulat yang terbuat dari baja cor kelas
tinggi dan diikatkan pada bagian belakang dari crankshaft. Hal ini akan membuat
putaran engine yang dihasilkan dari tekanan piston ke bawah yang diterima oleh
crankshaft menjadi lebih halus.
11
Sebuah engine menghasilkan tenaga hanya pada saat melakukan langkah
ekspansi (power) saja. Engine akan mengalami kecenderungan untuk berhenti
berputar pada saat melakukanlangkah hisap, langkah kompresi, dan langkah
buang. Maka dari itu dibutuhkan gaya untuk memutar crankshaft selama langka-
langkah tersebut. Flywheel digunakan untuk memfungsikan hal tersebut. Struktur
flywheel dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Struktur flywheel
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
9. Balancer Shaft
Balancer shaft salah satu komponen yang digunakan sebagai peredam
getaran engine. Balancer shaft berupa dua buah yang ditempatkan sejajar di kanan
dan kiri crankshaft dan putaranya dua kali putaran crankshaft. Balancer shaft
digunakan, untuk menghaluskan suara engine. Konstruksi Balancer shaft terdiri
dari dua shaft yang dipasang di bagian sisi bawah dari cylinder block yang
didukung beberapa bushing. Tenaga penggerak dari balancer shaft diambil dari
crankshaft gear dan diteruskan oleh idler gear dan diteruskan ke balancer gear.
Balancer shaft bearing selalu mendapatkan beban gesek yang eksentrik dari shaft
dan berputar dua kali lebih besar dari crankshaft. Pemasangan shaft kanan atau
shaft kiri harus menyesuaikan tanda pada gear shaft jika terjadi kesalahan akan
memperbesar getaran pada engine. Untuk lebih jelas komponen balancer shaft
dapat dilihat pada gambar 2.12.
12
Gambar 2.12 Balancer shaft
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
10. Camshaft
Camshaft merupakan sebuah komponen yang diputar oleh crankshaft
melaui hubungan roda gigi. Camshaft berfungsi untuk menyalurkan tenaga ke
valve system (mekanisme membuka dan menutupnya intake dan exhaust valve).
Pada cummin engine camshaft-nya dilengkapi dengan injector cam yang berfungsi
sebagai mekanisme penggerak dari injektor bahan bakar. Gambar 2.13
menjelaskan tentang komponen camshaft.
Gambar 2.13 Camshaft
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
2.2.3 Sistem Pemasukan Udara dan Pembuangan Gas
Sistem saluran pemasukan udara dan pembuangan gas (intake and exhaust
system) merupakan salah satu sistem pada diesel engine yang bekerja untuk
menyalurkan udara segar/bersih ke dalam ruang bakar engine dan mengeluarkan
gas hasil pembakaran ke udara bebas. Sistem ini memiliki beberapa komponen
utama, seperti: pre cleaner, air cleaner, intake and exhaust manifold, mufller.
Selain itu juga terdapat komponen-komponen penunjang, seperti: turbo charge,
after cooler, dust indicator, dan lain-lain. Gambar 2.14 menunjukkan gambaran
umum dari sebuah sistem pemasukan udara dan pembuangan gas:
13
No
yes
Gambar 2.14 Flowchart Intake dan exhaust system
Pada saat piston bergerak ke bawah guna melakukan langkah hisap (intake
stroke), udara masuk kedalam ruang bakar dengan terlebih dahulu disaring oleh
pre cleaner dan air cleaner. Untuk menambah jumlah udara yang masuk ke ruang
bakar, maka pada sistem pemasukan udara dan pembuangan gas dilengkapi
dengan turbocharger dan aftercooler. Turbocharger berfungsi untuk memompa
udara, sedangkan aftercooler berfungsi untuk mendinginkan udara agar
kerapatannya bertambah.
Setelah terjadi pembakaran di dalam ruang bakar, maka akan timbul gas
hasil pembakaran. Gas hasil pembakaran tersebut dikeluarkan ke udara bebas
melalui saluran pembuangan gas (intake manifold) dan muffler.
.
Aftercooler
Clean/replace
Turbocherger
Pre cleaner
Air cleaner
Intek manifold
Ruang bakar
Exhaust manifold
Muffler
14
1. Air cleaner
Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga debu, pasir
dan kotoran yang berukuran sangat kecil dapat dipisahkan terlebih dahulu
sebelum masuk ke ruang bakar. Kotoran, debu dan pasir yang ada di atmosfir
merupakan substansi keras yang akan menyebabkan kerusakan pada silinder dan
piston pada engine dimana debu keras tersebut terhisap bersama-sama dengan
udara. Beberapa variasi tipe dari air cleaner tersedia yang disesuaikan dengan
kondisi dan fungsinya masing-masing. Terdapat berbagai macam tipe air cleaner,
diantaranya sebagai berikut:Dry type, Viscous type, Oil bath type, Cyclone type,
dan Combination type. Komponen air cleaner dapat dilihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.15 Air cleaner
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
a. Air cleaner tipe kering (Dry type air cleaner)
Untuk memperoleh area penyaringan yang besar, lembaran kertas (filter
paper element) atau kain (Unwooven cloth element) digunakan sebagai elemen
pada air cleaner tipe ini. Elemen harus dilakukan pembersiahan dan penggantian
pada interval waktu yang telah ditentukan. Air cleaner tipe kering dapat dilihat
pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 Filter paper element
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
15
2. Viscous type air cleaner
Kertas filter yang mengandung oli (oli melekat pada permukaan kertas)
digunakan sebagai elemen penyaring pada air cleaner tipe ini. Viscous type air
cleaner pada dasarnya sama dengan air cleaner tipe kering. Kotoran-kotoran dari
luar akan menempel pada dinding-dinding kertas filter yang mengandung oli.
Jumlah kotoran yang dapat tersaring oleh filter tipe ini lebih banyak dibandingkan
dengan filter tipe kering. air cleaner tipe ini menggunakan elemen yang bebas
peawatan (free maintenance element), tidak perlu dilakukan pembersihan seperti
pada air cleaner tipe kering. Tetapi pada jangka waktu tertentu harus dilakukan
penggantian, untuk lebih detail dapat dilihat pada gambar 2.17.
Gambar 2.17 Operation of viscous type element
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
3. Oil bath type air cleaner
Air cleaner tipe ini memilki sebuah penampung oli di dalamnya. Udara
yang terhisap masuk ke dalam air cleaner memukul permukaan oli, dan oli
“menagkap” kurang lebih 90% kotoran yang terdapat pada udara. Pada waktu
yang bersamaan oli ikut tersembur ke elemen penyaring, hal ini menyebabkan
kotoran-kotoran yang ikut di dalam udara menempel pada elemen tersebut. Air
cleaner ini dapat digunakan secara terus-menerus karena elemennya tidak pernah
rusak. Cocok digunakan pada daerah yang berdebu. Oil bath type air cleaner dapat
dilihat pada gambar 2.18.
16
Gambar 2.18 Oil bath type air cleaner
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
4. Cyclone type air cleaner
Air cleaner type Cyclone, bekerja memisahkan anatara kotoran dan udara
bersih dengan cara memanfaatkan gaya sentrifugal dari udara yang dihasilkan
oleh bentuk yang spesial (cyclone) dari air cleaner. Air cleaner type cyclone ini
digunakan sebagai pre cleaner. Pre cleaner merupakan saringan udara awal dari
lingkungan sekitar yang akan disalurkan ke air cleaner dan selanjutnya menuju
ruang bakar. Dikarenakan pre cleaner tersebut merupakan saringan awal, maka
partikel-partikel yang dapat disaringpun berukuran relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan partikel-partikel yang nanti tersaring pada air cleaner.
Partikel-partikel yang dapat merusak komponen-komponen engine, seperti debu,
pasir, dan partikel-partikel abrasif lainnya akan dibuang ke luar oleh pre cleaner
ini.
Pre cleaner tipe ini memilki berbagai macam variasei/tipe, dimana salah
satunya adalah tipe multi-cyclone pre cleaner with dust discharge. Pre cleaner
tipe ini di dalamnya terdiri dari beberapa komponen pemutar udara (cyclone). Saat
udara akan masuk ke dalam ruang bakar akan diputar oleh komponen tersebut.
Udara yang diputar tersebut akan mengakibatkan kotoran-kotoran yang ada akan
terlempar ke luar dan tertampung di bagian bawah daripada pre cleaner. Pre
cleaner dihubungkan dengan muffler melalui sebuah pipa penghisap, jadi pada
saat engine mengeluarkan gas buang melalui muffler, debu-debu tersebut akan
ikut keluar bersama gas buang.
5. Combination type air cleaner
Air cleaner tipe kombinasi ini merupakan gabungan anatara pre cleaner
yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. dan main cleaner (dry type, viscous
17
type atau oil bath type). Efisiensi untuk air cleaner tipe ini sangat tinggi, hingga
mencapai 99,9%. Dengan adanya pre cleaner, maka kerja dari elemen pada main
cleaner cukup ringan, sehingga akan memperpanjang umur dari elemen. Pada air
cleaner tipe kombinasi ini dilengkapi dengan evacuator valve yang berfungsi
untuk membuang kotoran. Kotoran akan tertampun pada evacuator selama engine
hidup dan akan dibuang ke luar pada saat engine berhenti. Combination type air
cleaner dapat dilihat pada gambar 2.19.
Gambar 2.19 Combination type air cleaner
Sumber : Engine diesel 1, UT school : 2009
2.3 Perawatan (Maintenance)
2.3.1 Pengertian Perawatan
Pengertian perawatan (maintenance) adalah suatu kombinasi
dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang
atau memperbaikinya, sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima.
Pengertian lain dari perawatan adalah kegiatan menjaga fasilitas – fasilitas dan
peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau pemyesuaian yang
diperlukan agar tercapai suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
dan sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan manajemen perawatan
(maintenance management) adalah pengorganisasian perawatan untuk
memberikan pandangan umum mengenai perawatan fasilitas produksi.
Industri tidak hanya harus memproduksi barang yang dapat dijual
namun juga harus dapat menandingi persaingan pasar dengan membuat
produk yang berkualitas dengan harga yang pantas dan diserahkan kepada
konsumen dalam waktu yang tepat. Untuk mewujudkan hal tersebut antara lain
18
menerapkan proses – proses baru, mengadakan inovasi produk baru dan
menemukan metode baru. Hal ini merupakan tantangan untuk bagian
perawatan agar dapat terus berkembang dan mendukung kesiapan serta
keandalan pabrik.
Maintenance adalah semua kegiatan yang berhubungan untuk
mempertahankan suatu unit agar tetap dalam kondisi siap untuk beroperasi,
dan jika terjadi kerusakan maka diusahakan agar mesin/unit tersebut
dapat dikembalikan pada kondisi yang baik. Peranan Perawatan baru akan sangat
terasa apabila sistem mulai mengalami gangguan atau tidak dapat
dioperasikan lagi. (Kostas N. D, 1981) Perawatan juga merupakan salah satu
fungsi utama usaha, diamana fungsi - fungsi lainnnya seperti pemasaran,
produksi, keuangan dan sumber daya manusia. Fungsi perawatan perlu
dijalankan secara baik, karena dengan dijalankannya fungsi tersebut fasilitas
- fasilitas produksi akan terjaga kondisinya dan memberikan pengaruh yang
besar bagi kesinambungan operasi suatu industri, dapatlah dijelaskan bahwa
pengertian dari manajemen perawatan adalah pengelolaan pekerjaan
perawatan dengan melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasian
serta pengendalian operasi perawatan untuk memberikan performasi
mengenai unit. Secara objektif tujuan maintenance adalah mendapatkan tingkat
kesiapan alat yang tinggi, memiliki daya guna yang maksimal, biaya
perbaikan yang hemat dan ketepatan kesiapan.
2.3.2 Tujuan Perawatan
Kegiatan perawatan peralatan dan fasilitas mesin tentu memiliki
tujuan. Tujuan – tujuan tersebut adalah : (Corder, 1992)
Berdasarkan pengertiannya, tujuan maintenance dibagi atas:
a. Tujuan perawatan dalam arti sempit.
Tujuannya adalah suatu kegiatan untuk menunjang dan menjaga
peralatan/mesin dalam kondisi dapat beroperasi dengan kestabilan
produksi dan bebas dari penurunan mutu baik peralatan/mesin maupun
produk yang dihasilkan.
19
b. Tujuan perawatan dalam arti luas
Tujuannya adalah semua kegiatan yang dibutuhkan untuk menunjang
kelancaran produksi dan menyempurnakan peralatan/mesin.
1. Menyempurnakan mutu produk.
2. Penyerahan dan penyelesaian tepat waktu.
3. Meningkatkan efisiensi dan biaya perawatan yang ekonomis.
4. Mengurangi kecelakaan dan meningkatkan moral kerja.
Perawatan bila dilihat dari segi teknik :
a. Memelihara keberadaan peralatan dan mesin agar siap pakai dalam kurun
waktu tertentu (availability)
b. Menjaga kemampuan peralatan dan mesin demi melaksanakan fungsinya
dalam keadaan dan waktu tertentu.
c. Mengontrol biaya perbaikan dan perawatan yang lebih baik dan terencana
dengan melaksanakan kegiatan perawatan secara efektif dan efisien.
2.3.3 Jenis – Jenis Perawatan
Jenis – jenis perawatan dapat dilihat pada gambar 2.20.
Gambar 2.20 Diagram perawatan
Sumber : assauri, 2014
1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Preventive maintenance adalah perawatan yang dilakukan dengan tujuan
untuk mencegah kemungkinan timbulnya gangguan atau kerusakan pada alat.
Perawatan ini dilakukan tanpa perlu menunggu tanda-tanda atau terjadinya
kerusakan. Preventive maintenance terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Periodic Maintenance
Periodic maintenance adalah pelaksanaan service yang dilakukan setelah
alat bekerja untuk jumlah jam operasi tertentu. Jumlah jam operasi ini adalah
20
sesuai dengan jumlah yang ditunjukan oleh pencatat jam operasi (service meter)
yang ada pada alat tersebut.
Periodic maintenance terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Periodic Inspection
Periodic inspection adalah inspeksi atau pemeriksaan harian (daily – 10
hours) dan mingguan (weekly – 50 hours) sebelum unit dioperasikan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah alat dalam kondisi aman untuk dioperasikan.
Pada pelaksanaan pemeriksaan harian (daily) dapat menggunakan beberapa alat
bantu, diantaranya :
• Check sheet, yaitu suatu form (daftar) yang digunakan untuk mencatat
hasil operasi dari tiap-tiap alat dalam satu hari operasi.
• Daily check, yaitu suatu form (daftar) seperti halnya check sheet namun
berbeda pada ukurannya (pocket size), sehinggga operator atau mekanik
akan dengan mudah mencatatnya.
2. Periodic service
Periodic service adalah suatu usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan
pada suatu alat yang dilakukan secara berkala/continue dengan interval
pelaksanaan yang telah ditentukan berdasarkan service meter/hour meter (HM).
Perawatan alat atau machine secara teratur (berkala) adalah sangat penting demi
menjamin pengoperasian alat yang bebas dari kerusakan. Selain itu, dengan
melaksanakan perawatan alat secara teratur, umur alat dapat mencapai atau sesuai
umur yang direkomendasikan oleh factory.
Waktu (time) dan uang (cost) yang dikeluarkan untuk melaksanakan
periodic service (perawatan berkala) akan dikompensasi dengan umur alat yang
panjang dan berkurangnya ongkos perbaikan alat. Pada kondisi operasi yang
berat, jadwal waktu perawatan perlu dipersingkat dari ketentuan yang terdapat
pada shop manual. Tabel 2.1 menunjukkan periodic service yang harus
dilaksanakan berdasarkan jumlah jam kerja (operating hours) yang tertera pada
service meter/hour meter (HM).
21
Tabel 2.1 Periodic service
Sumber : Besic course 1, UT school 2008
Hours Meter (HM) Periodic Servis (PS)
250 250 + (additional)
500 250 + 500
1000 250 + 500 + 1000
2000 250 + 500 + 1000 + 2000
4000 250 + 500 + 1000 + 2000 + 4000
Every 250 hours meter:
• Lubricating
• Change Oil in Engine Pan, Replace Engine Oil Filter Catridge
• Check Oil Level in Transmission Case, add Oil
• Check Oil Level in Final Drive Case, Add Oil
• Check Oil Level in Tandem Drive Case, Add Oil
• Check Oil Level Oil in Circle Reverse Gear Case, Add Oil
• Check Oil Level in Hydraulic Tank, Add Oil
• Check Level of Battery Elektrolit
• Check Ball Joint Clereance, Adjust
• Check and Tighten Wheel Hub Nut and Hub Ball
• Check Fan Belt Tension, Adjust
• Check Alternator Belt Tension, Adjust
• Check Air Conditioner Belt Tension, Adjust
• Check, Adjust Foot Brake
Every 500 hours meter:
• Replace Fuel Filter Catridge
• Clean, Check Radiator Fins
• Check Circle guide clearance, adjust
• Check Parking brake level stroke, adjust
• Check, adjust slip load for dry-type clutch for blade rotation gear
Every 1000 hours meter:
• Grase drive shaft
22
• Grase fan pulley and tension pulley
• Replace transmission oil filter element
• Change oil in transmission case, clean strainer
• Change oil in final drive case, clean strainer
• Replace return filter element and clean suction strainer in
hydraulic tank
• Change oil in hydraulic tank
• Check loosseness in drawbar front ball joint and ball stud
• Check toe-in, adjust
• Check front wheel bearing play, adjust
• Replace corrosion resistor cartridge
• Check for loose rops mount bolts
• Replacing air dryer desiccant
Every 2000 hours meter:
• Check oil in front wheel bearing
• Check oil in circle reverse gear case
• Change oil in tandem drive case
• Clean engine breather element
• Clean breather
• Clean and inspect inching potentiometer sensor
• Check alternator, starting motor
• Check engine valve clearance, adjust
• Check all tightening parts of turbocharger
• Check play of turbocharger rotor
• Clean, check turbocharger
Every 4000 hours meter:
• Check Water Pump
• Check Vibrator Dunp
• Check Fan Pulley and Tension Pulley
b. Schedule overhaul
Schedule overhaul adalah jenis perawatan yang dilakukan dengan interval
tertentu sesuai dengan standard overhaul masing-masing komponen yang ada.
23
Schedule overhaul dilaksanakan untuk merekondisi machine atau komponen agar
kembali ke kondisi standard sesuai dengan standard factory. Interval waktu yang
telah ditentukan dipengaruhi oleh kondisi yang beraneka ragam seperti kondisi
medan operasi, pelaksanaan periodic service, keterampilan operator dan lain
sebagainya.
Overhaul dilaksanakan secara terjadwal tanpa menunggu machine atau
komponen tersebut rusak. Pada pelaksanaannya, kadang kala terjadi sesuatu
yang merubah jadwal/schedule overhaul.
Macam-macam overhaul diantaranya adalah : Engine top overhaul, Engine
overhaul, Torque conventer overhaul, Transmission overhaul, Steering overhaul,
Final drive overhaul, General overhaul, Others.
c. Condition Based Maintenance
Condition based maintenance adalah jenis perawatan yang dilakukan
berdasarkan kondisi unit yang diketahui melalui Program Analisa Pelumas (PAP),
Program Pemeriksaan Mesin (PPM), Program Pemeliharaan Undercarriage (P2U)
atau Program Pemeriksaan Harian (P2H). Condition based maintenance juga
dapat dilakukan berdasarkan Part and Service News (PSN) atau modification
program yang dikeluarkan oleh factory.
Program Analisa Pelumas (PAP)
Program Analisa Pelumas (PAP) merupakan suatu sistem perawatan yang
dilaksanakan secara ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sedini
mungkin keausan dan gejala kerusakan pada komponen yang disebabkan oleh
keausan yang tidak wajar tanpa harus membongkar komponen tersebut.
Program ini dilaksanakan dengan mengambil contoh minyak pelumas
(sample) pada alat yang dilakukan secara berkala. Setiap contoh minyak
pelumas yang diambil akan dianalisa di laboratorium untuk mengetahui jenis
serta kadar logam yang terdapat di dalam minyak pelumas tersebut, sehingga
dapat diketahui kemungkinan kerusakan yang akan terjadi. Sebagai contoh,
24
dapat diketahui keausan yang tidak wajar pada bearing, sleeve, piston,
crankshaft, hydraulic pump atau valve.
Melalui Program Analisa Pelumas (PAP), dapat diketahui juga gejala
penurunan kemampuan engine, masalah-masalah pembakaran, kebocoran air
pendinginan atau bahan anti freeze dan kotoran-kotoran yang bercampur
dengan oil. Dengan demikian kerusakan yang berakibat fatal dapat diketahui
secepatnya. Selain itu, dengan melaksanakan Program Analisa Pelumas
(PAP), juga akan membantu perencanaan perawatan yang lebih ekonomis,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada gambar 2.21
Gambar 2.21 Program analisa pelumas (PAP)
Sumber: Besic course 1, UT school 2008
Program Pemeriksaan Mesin (PPM)
Program Pemeriksaan Mesin (PPM) merupakan bagian dari program total
service PT. United Tractors, tbk. Tujuan dari pemeriksaan mesin secara
teratur dan terencana adalah untuk mendapatkan data yang akurat mengenai
kondisi unit, melalui metode pengukuran dan instrument diagnostic.
Berdasarkan data tersebut, rekomendasi yang diperlukan dapat diberikan
untuk memperbaiki keadaan mesin menuju kondisi operasi yang optimum.
Data yang telah terkumpul kemudian dimasukkan dalam sistem manajemen
mesin untuk dicatat umur pemakaian mesin, biaya perbaikan, dibuat jadwal
25
overhaul, juga sebagai historical dari mesin. Untuk lebih detail PPM dapat
dilihat pada gambar 2.22.
Gambar 2.22 Program Pemeriksaan Mesin (PPM)
Sumber: Besic course 1, UT school 2008
Blow by pressure
Gas yang mengalir melalui celah diantara piston (piston ring) dan cylinder
dan menyembur ke dalam crank case dinamakan blow-by gas. Gas ini
mengadung bahan beracun berupa hydrocarbons (HC), meskipun demikian
hydrocarbon yang terkandung di dalam blow-by gas pada diesel engine
sangat rendah dibandingkan dengan yang terdapat pada gasoline engine.
a. Faktor – faktor penyebab blow by:
1. Kebocoran ring piston engine / liner.
2. Kebocoran seal pada sisi turbin didalam turbo charge.
3. Engine breather buntu.
b. Cara mengukur blow by pressure
Alat yang digunakan untuk mengukur blow by pressure yaitu blow by
tester yang di pasang melalui hose air breather. Alat tersebut dapat
dilihat Pada gambar 2.23.
26
Gambar 2.23 Blow by tester
1. Pasang peralatan E1, E4 ke blow-by hose [1] dan hubungkan peralatan E3
dan E2.
2. Hidupkan engine sampai mencapai temperatur kerja.
3. Posisikan kecepatan transmisi pada kecepatan tertinggi.
4. Release parking brake lever.
5. Injak pedal brake dengan kuat.
6. Naikkan kecepatan putar engine sampai torque converternya mengalami
stall.
7. Ukur tekanan blow-by pada saat kondisi torque converter stall.
2. Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance)
Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance) yaitu kegiatan perawatan
hanya melaksanakan perawatan perbaikan saja. yang dilakukan setelah sistem
mengalami kerusakan atau tidak dapat berfungsi lagi dengan baik. Kegiatan
perawatan ini sering juga disebut sebagai kegiatan reparasi atau perbaikan
(Repair Maintenance), yang biasanya terjadi karena kegiatan perawatan
pencegahan tidak dilakukan sama sekali. Secara sepintas, biaya perawatan
perbaikan akan lebih kecil daripada mengadakan perawatan pencegahan. Hal
ini benar selama kerusakan tidak terjadi pada saat fasilitas atau peralatan
produksi sedang dioperasikan, karena apabila kerusakan terjadi saat operasi
berlangsung maka selain biaya perbaikan kerusakan, perlu juga
diperhitungkan biaya penundaan produksi. Kerusakan tersebut juga akan
memberikan andil terhadap umur peralatan dalam jangka waktu yang panjang.
Oleh karena itu, perawatan pencegahan dianggap lebih menguntungkan daripada
27
hanya melaksanakan perawatan perbaikan saja.
Corrective maintenance tidak hanya berarti memperbaiki, akan tetapi juga
mempelajari sebab-sebab terjadinya kerusakan serta mempelajari cara-cara
mengatasinya dengan cepat, tepat, dan benar, sehingga bisa tercegah terulangnya
kembali kerusakan yang serupa. Untuk mencegah terulangnya kerusakan yang
serupa ini perlu dipikirkan sesuatunya dengan mantap dan seksama.
Pencatatan riwayat unit produksi yang dirawat perlu dilakukan untuk
memantau perkembangan dan kondisi unit produksi dari waktu ke waktu. Adapun
tujuan pencatatan riwayat unit produksi secara umum adalah :
a. Dengan hystorical record yang baik akan menghasilkan kerja yang lebih
efektif karena kondisi unit produksi dapat termonitor.
b. Bila menggunakan metode inspeksi dengan program-program yang ketat
akan mengasilkan hasil yang baik dengan biaya relative cukup
murahdibandingkan dengan nilai perbaikan dari sebuah kerusakan yang
terjadi.
c. Siklus overhaul unit produksi dapat diprakirakan dengan baik bila
data hystorical record diperoleh dengan lengkap.
d. Usaha untuk memperpanjang siklus overhaul akan berhasil bila data
dari hystorical record lebih ketat.
Makin akurat penentuan diagnosis kerusakan pada unit produksi
maka biaya preventive maintenance semakin ekonomik.
3. Prediksi Perawatan (Predictive Maintenance)
Disamping dilakukan Perawatan dengan perencanaan dan
penjadwalan yang matang, didalam preventive maintenance dikenal pula
kegiatan yang sering disebut dengan perawatan prediktif (predictive
maintenance) yang dapat diartikan sebagai strategi perawatan dimana
pelaksanaannya didasarkan pada kondisi unit produksi itu sendiri. Jadi
predictive maintenance adalah merupakan bentuk baru dari planned
maintenance dimana penggantian komponen atau suku cadang dilakukan
lebih awal dari waktu terjadinya kerusakan. Untuk membantu
melaksanakan predictive maintenance terdapat suatu diagram analisa
predictive yang sering digunakan yang mengacu pada kondisi unit. Dalam
28
predictive maintenance terdapat beberapa metode dalam memantau atau
monitoring kondisi dari suatu unit produksi, antara lain :
a. Monitoring minyak pelumas dengan cara mengambil sample oli dari
unit produksi untuk mengecek kekentalannya atau melihat kuantitas oli
yang masih tersimpan di tangki oli sesuai dengan anjuran dari manual
book mesin merupakan cara-cara untuk monitoring minyak pelumas.
b. Monitoring visual, metode ini menggunakan panca indera yang
meliputi lihat, rasa, dengar guna mengetahui kondisi mesin. Untuk
lebih akurat bisanya digunakan alat bantu.
c. Monitoring kinerja, merupakan teknik monitoring kondisi unit
produksi dengan cara memeriksa dan mengukur parameter kinerja dan
kemudian dibandingkan dengan standarnya.
d. Monitoring geometris, diharapkan penyimpangan geometris yang
terjadi
e. Pada unit produksi dapat diketahui dan kemudian dilakukan
kegiatan meliputi pengukuran leveling dan pengukuran posisi (alignment).
f. Monitoring getaran, monitoring ini memeriksa dan mengukur letak
getaran secara rutin dan terus menerus sehingga getaran yang akan
mengakibatkan kerusakan unit produksi lebih lanjut dapat dicegah.
2.3.6 Metode Perawatan
Dalam menentukan perawatan sebuah unit memberlakukan dua buah
konsep perbaikan untuk komponen yaitu, Repaire After Failure (RAF) dan
Repaire After Failure (RAF). Kedua buah konsep ini memiliki perbedaan yang
sangat signifikan dalam banyaknya biaya yang akan dikeluarakan.
a. Repaire After Failure (RAF) yaitu sebuah perbaikan yang dilakukan pada
unit setelah unit tersebut mengalami kerusakan hingga unit itu
memiliki frekuensi breakdown yang akan sangat lama akibat parahnya
kerusakan yang dialami, dan biaya spareparts yang mahal akibat
banyaknya yang harus diganti, serta pertimbangan banyaknya
man-power dalam pengerjaanya.
b. Repaire After Failure (RAF) yaitu perbaikann yang dilakukan sebelum
unit itu mengalami kerusakan berdasarkan hystorical record unit
29
tersebut.
Jadi dengan menggunakan konsep ini unit tersebut akan di
perkirakan kapan harus dilakukannya perbaikan terhadap komponen-
komponen sehingga unit tersebut akan memilik frekuensi breakdown yang
relatif lebih pendek, serta biaya spare parts yang masih relatif terjangkau.
Konsep RBF termasuk dalam Predict maintenance yang
merupakan bentuk baru dari planned maintenance, dimana penggantian
komponen atau suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu terjadinya
kerusakan
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian
yang dilakukan melalui pengumpulan data primer atau informasi yang baru dan
terkait dengan kondisi nyata yang ada di lapangan dengan metode observasi
deskripsi melalui observasi (George Allen & Unwin, 1984). Observasi lapangan
yang di lakukan adalah dengan melakukan penelitian mencari faktor penyebab
engine lacks out-put pada unit GD825A-2 pada saat penulis melakukan OJT.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Jhonlin Baratama site Sungai Dua,
Kalimantan Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Juli sampai
dengan 31 November 2017.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Berikut beberapa metode yang dilakukan penulis yaitu sebagai berikut:
1. Observasi: Penulis melakukan pengamatan langsung pada unit
GD825A-2, untuk melakukan pemeriksaan dust indicator, air cleaner,
dan pengukuran rpm engine, dan engine blowby.
2. Dokumentasi: Penulis mengumpulkan data PAP oli mesin, Emergency
Trouble Report (ETR) dan hystorical unit. Selain itu mengambil foto
pada saat melakukan pemeriksaan maupun pengukuran guna mencari
penyebab engine lacks out-put.
3. Wawancara: Penulis melakukan wawancara langsung ke operator
untuk mendapatkan informasi awal mengenai trouble yang terjadi.
3.4 Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai upaya penulis untuk mendapatkan
informasi dari shop manual dan Operation Maintenance Manual (OMM)
GD825A-2.
31
3.5 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir atau flowchart untuk lebih memudahkan penulis dalam
menyelesaikan masalah yang diangkat dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
3.5.1 Identifikasi Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah, Penulis melakukan wawancara langsung
kepada operator untuk mendapatkan informasi awal mengenai trouble yang
Mulai
Identifikasi
masalah
Studi
lapangan
Studi
literatur
dokumentasi observasi
Buku literatur
internet
Hasil penelitian dan
pembahasan
Kesimpulan dan saran
selesai
pengumpulan data
32
terjadi. Selanjutnya melakukan observasi lapangan untuk melakukan pemeriksaan
air induction system, pengukuran RPM engine dan blow by engine.
3.5.2 Tahap Pengumpulan Data
Setelah mengidentifikasi masalah, penulis melakukan pengumpulan
sumber data yaitu studi lapangan dan studi literatur. Untuk studi lapangan,
penulis melakukan pengamatan langsung pada unit, untuk melakukan
pemeriksaan air induction system, melakukan pengukuran rpm engine dan blow
by engine serta pengambilan data hasil PAP oli mesin. Sedangkan studi literatur,
penulis melakukan mengumpulkan data berupa dokumen ETR, dan referensi dari
shop manual dan OMM GD825A-2.
3.5.3 Hasil dan Pembahasan
Pada tahap ini penulis melakukan proses analisa dan pembahasan dari data
yang telah diambil, selanjutnya membandingkan data tersebut dengan standar
yang ada pada shop manual apakah hasil pengukuran sesuai standar atau tidak.
Jika pengukuran tersebut tidak sesuai dengan standar, maka perlu dilakukan
penelitan lebih lanjut untuk mencari akar dari permasalah dengan menggunakan 8
langkah troubleshooting.
3.5.4 Kesimpulan dan Saran
Tahap ini, penulis menyimpulkan hasil dari analisa dan pembahasan yang
telah dilakukan, kemudian memberi saran perbaikan agar permasalahan yang
sama tidak terulang lagi.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Diketahui masalah dari salah satu customer PT. United tractors site batu
licin, yaitu PT. Jhonlin Baratama yang melaporkan salah unit komatsu GD825A-2
mengalami trouble yaitu unit mengalami engine lacks out-put dan sering terjadi
penambahan oli. Oleh karena itu, pihak PT. United Tractors site Batu licin selaku
company service customer produk Komatsu mengirim tim mekanik untuk
melakukan penanganan pada unit tersebut. Pada saat mekanik melakukan
pemeriksaan secara visual, ketahui oli keluar melalui hose air breather. Dengan
demikian maka unit harus breakdown. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab dari masalah tersebut.
Kegiatan yang dilakukan pertama kali adalah mengumpulkan data-data
keterangan pada unit tersebut dengan menggunakan metode wawancara.
Wawancara dilakukan kepada operator untuk mengetahui kondisi unit sebelum
terjadi trouble. Dari hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Pada saat beroperasi engine mengalami lacks out-put
2. Sering terjadi penambahan oli (terakhir penambahan oli 18 liter setelah
beroperasi selama 18 jam).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada operator, maka penulis
menggunakan troubleshooting chart (lampiran III) untuk memecahkan masalah
tersebut. Berikut kemungkinan penyebab yang terjadi berdasarkan
troubleshooting chart yaitu:
1. Air cleaner buntu
2. Fuel filter buntu
3. Oli engine bocor
4. Perawatan tidak sesuai standar
34
Flow chart engine lacks out-put
4.2 Pengumpulan Data
4.2.1 Pengumpulan Data Unit
Data terkait informasi unit alat berat grader yang telah di peroleh adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.1 Komatsu GD825A-2
Piston ring dan
cylinder aus
Air cleaner
buntu
Piston ring dan
cylinder aus
Penyebab engine
lacks output
Blow by tinggi
Oli mesin lebih
sering di tambah
Oli mesin
bocor
Tekanan kompresi
menurun
Tekanan
Injector lemah
Air cleaner
buntu
Fuel filter
buntu
Perawatan tidak sesuai standar
Spring Injector
lemah
Fatigue/life
time Oil Pan
/Seal bocor
35
Pada gambar 4.1 adalah gambar yang penulis dapatkan pada saat melakukan
penelitian lapangan.
Tabel 4.1 Data unit
No Uraian Keterangan
1 Customer PT. Jhonlin Baratama
2 Mhacine Model GD825A-2
3 Mhacine Serial No. 121697
4 Engine Model S6D140E-2
5 Engine Number DA40202
6 Hours Meter 16574
Data terkait dengan unit dapat dilihat pada tabel 4.1, sedangkan data terkait HM
unit dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hours meter unit
4.2.2 Pemeriksaan dan Pengukuran
Setelah unit breakdown, maka dilakukan program pemeriksaan mesin
(PPM), pemeriksaan air induction dan fuel system. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui data aktual yang akan di bandingkan dengan standar yang ada pada
shop manual. kegiatan pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Pengukuran RPM engine
Hasil pengukuran RPM engine:
a. Low idle : 580 RPM (standar 750 – 800 RPM)
b. High idle : 2194 RPM (standar 2600 – 2700 RPM)
2. Pengukuran blow by engine.
Data yang di dapat pada saat melakukan pengukuran blow by engine yaitu
terdapat pada gambar 4.3.
36
Gambar 4.3 Pengukuran blow by engine
Hasil pengukuran blow by engine :
a. low idle : 500mmHg
b. High idle : <600mmHg
c. Standar : max 100mmHg pada rated speed
3. Air cleaner
a. Outer elemen
Pada gambar 4.4 Menunjukkan kondisi air cleaner outer element
mengalami kebuntuan akibat partikel yang menempel pada permukaan
air cleaner sehingga air cleaner tidak berfungsi sebagai penyaring
partikel yang berukuran kasar.
Gambar 4.4 Outer air cleaner
b. Inner element
Pada gambar 4.5 Menunjukkan kondisi air cleaner inner element
terdapat partikel-pertikel yang menempel pada permukaan filter
dikarenakan penyaringan di outer element tidak berfungsi.
37
Gambar 4.5 Inner element
c. Housing air cleaner
Housing air cleaner terdapat tumpukan debu, kondisi
menunjukkan banyaknya debu yang menempel pada permukaan air
cleaner seperti pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Housing air cleaner
d. Seal washer air cleaner
Seal washer air cleaner aus dan karet mengeras, kemungkinan
tidak di ganti pada saat pergantian air cleaner sehingga partikel kasar
masuk ke ruang bakar. Komponen dapat dilihat pada gambar 4.7
Gambar 4.7 Seal washer air cleaner
e. Nut inner air cleaner
Nut inner air cleaner kendor sehingga debu masuk melalui celah
tersebut langsung ke engine tanpa penyaringan seperti pada gambar 4.8
38
Gambar 4.8 Nut inner air cleaner
4. Turbocharger
Pemeriksaan yang dilakukan secara visual pada turbocharger yaitu
komponen tidak mengalami kebocoran atau kondisi turbocharger normal
seperti pada gambar 4.9
Gambar 4.9 Turbocharger
4.2.3 Data Analisa Pelumas
Gambar 4.10 Hasil analisa pelumas
Dari hasil analisa pelumas menunjukkan nilai indeks Si, Al, Cr, Fe, Pb,
Cu, Sn, Ni, K, Ca meningkat secara signifikan seperti yang ada pada gambar 4.10,
yang menunjukkan keausan terjadi di dalam engine yang menyebabkan
kontaminasi ekstrim pada oli.
4.3 Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data yang didapat pada saat malakukan pemeriksaan dan
pengukuran, bahwa hasil pengukuran RPM engine menunjukan pada saat low idle
39
yaitu 580 RPM sedangkan standar pada shop manual adalah 750 -800 RPM dan
hasil pengukuran RPM pada high idle adalah 2.194 RPM sedangkan standar pada
shop manual yaitu 2.600 – 2.700 RPM, hal ini menunjukkan bahwa engine
mengalami lacks out-put.
Langkah selanjutnya, penulis melakukan pengukuran engine blow by dan
hasilnya pada saat low idle dan high idle yaitu >500mm.Hg. sedangkan standar
yang ditentukan adalah max 100mm.Hg Pada ratet speed, ini menunjukkan
adanya kebocoran kompresi akibat dari piston ring dan silinder mengalami
keausan. Dan ketika dilakukan pemeriksaan air induction pada komponen air
cleaner ditemukan adanya pertikel yang menumpuk pada permukaan outer
maupun inner element, kondisi dari seal washer aus dan kaku dan nut inner
element kendor sehingga udara yang masuk ke ruang bakar tidak tersaring pada
komponen air cleaner. Berdasarkan hystorical unit (lampiran II) komponen air
cleaner tidak pernah di ganti selama kurang/lebih satu tahun terakhir, hal ini yang
membuat komponen tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Dari hasil analisa pelumas menunjukkan nilai indeks silika/Si yang
mencapai 1.643 meningkat secara signifikan yang menyebabkan keausan terjadi
di dalam engine yang menyebabkan kontaminasi ekstrim pada oli.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan, pengukuran dan laboratorium sampel
oli diatas menunjukan bahwa konsumsi oli mesin tinggi di sebabkan oli terbuang
melewati hose breather karena tekanan blow by yang terlalu tinggi sehingga oli
mesin pada cylinder blok terdorong ke luar melalui hosa air breather. Tingginya
blow by engine di sebabkan adanya kebocoran kompresi yang disebabkan keausan
ekstrim dari ring piston dan liner. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisa
pelumas dimana terdapat kontaminasi besar pada oli mesin yang berasal dari
material inner part engine, seperti piston ring dan cylinder liner.
Penyebab keausan ekstrim pada inner part engine adalah masuknya debu
kedalam engine (nilai Si/silika yang mencapai 1.643) yang kemudian merusak
komponen dalam engine. Penyebab masuknya debu kedalam engine karena tidak
melakukan perawatan yang sesuai dengan standar (tidak ada pergantian air
40
cleaner selama kurang/lebih salama satu tahun) seperti yang ditemukan pada saat
pemeriksaan yaitu kondisi air cleaner kotor baik outer maupun inner element,
seal washer kaku dan aus dan nut inner element kendor sehingga ada celah
dimana debu bisa masuk ke sistem tanpa tersaring sama sekali yang dapat
menyebabkan keausan ekstrim pada inner part engine.
Jadi yang menyebabkan engine lacks out-put adalah perawatan yang tidak
sesuai dengan SOP, seperti yang telampir (hystorical unit) bahwa komponen air
cleaner tidak di ganti selama kurang/lebih satu tahun sehingga pada saat
melakukan pemeriksaan ditemukan kondisi air cleaner kotor baik outer maupun
inner element, seal washer kaku dan aus dan nut inner element kendor sehingga
udara yang masuk kedalam sistem tidak tersaring sama sekali yang dapat merusak
komponen inner part yang kemudian mengacu pada kebocoran kompresi yang
menyebabkan blow by engine tinggi sehingga RPM engine tidak tercapai atau
engine lacks out-put.
4.4 Upaya Perbaikan
Berdasarkan analisa diatas bahwa akar masalah terjadinya engine lacks
out-put disebabkan oleh debu yang masuk ke sistem tidak tersaring dengan
sempurna, sehingga debu tersebut merusak komponen inner part pada engine.
Untuk itu perlu adanya upaya perbaikan dengan menambah komponen pre
cleaner berupa sponge pada air filter sehingga diharapkan proses penyaringan
debu pada air filter akan lebih baik. Komponen sponge air filter dapat dilihat pada
gambar 4.11.
Gambar 4.11 Sponge air filter
41
Gambar 4.12 Contoh pemasangan sponge pada air filter
Dengan adanya sponge yang berfungsi sebagai pre cleaner maka debu
yang masuk kedalam sistem (partikel kasar maupun partikel halus), dapat di
saring dengan maksimal. Contoh pemasangan sponge air filter dapat dilihat pada
gambar 4.12.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dalam bab IV bahwa yang menyebabkan engine
lacks out-put adalah tidak malakukan perawatan yang sesuai dengan prosedur,
terutama pada komponen air cleaner yang tidak di ganti kurang/lebih selama satu
tahun sehingga saat melakukan pemeriksaan ditemukan adanya pertikel yang
menumpuk pada permukaan outer maupun inner element, dan kondisi dari seal
washer aus dan kaku serta nut inner element kendor, sehingga ada celah dimana
debu bisa masuk ke sistem tanpa tersaring sama sekali. Hal ini menyebabkan
keausan ekstrim pada komponen inner part pada engine yang kemudian
menyebabkan kebocoran kompresi, dan naiknya tekanan blow by sehingga rpm
engine tidak tercapai atau engine lacks out-put.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya perhatian khusus untuk memastikan dilaksakanannya
perawatan berkala interval 250 jam dan melakukan pergantian komponen
air cleaner setelah enam kali pembersihan sesuai yang ada pada OMM
GD825A-2.
2. Agar permasalahan yang sama tidak terulang kembali, maka perlu adanya
modifikasi pada air filter seperti penambahan komponen berupa sponge
pada air filter agar dapat menyering debu dengan maksimal.
.
43
DAFTAR PUSTAKA
Budi (2013) : Product Knowledge
Corder, A (1992) : Teknik Pemeliharaan. Erlangga. Jakarta
KOMATSU : Operation Maintenance Manual GD 825A-2
Nurhadi, Kulo Edi (2017) : Analisa Produktivitas Alat Berat Untuk Pekerjaan
Pembangunan Jalan. Universitas Sam Ratualangi. Manado
UT SCHOOL (2008) : Basic Course 1
UT School (2009) : Engine Diesel 1
44
LAMPIRAN
Lampiran I
PT UNITED TRACTORS Tbk
REPORT NO. MACHINE MODEL GD 825A-2
REPORT DATE 20 Feb 17 MACHINE SERIAL NO. 121697
BRANCH / SITE BATULICIN ENGINE MODEL S6D140E-2
CUSTOMER BUSINESS MINING ENGINE NUMBER DA40202
CUSTOMER NAME PT JHONLIN BARATAMA SMR./HRS. 16.574
MACHINE LOCATION SUNGAI DUA DELIVERY DATE
TSR NO TROUBLE DATE
STATUS WARRANTY LIFETIME COMPONENT
CORRECTED DATE
COMP PRODUCT KRA / UTR / KLTD /
UT OTHERS ACCIDENT PREMATURE FAILURE
Comment : Nilai Indeks PQ,CR,PB,FE,Si,Cu,dan Al meningkat secara signifikan,kotoran masuk ke dalam engine. Keausan terjadi pada PUMP,Liners
Piston,Rings,Cranckshaft,Cam shaft,atau bearing.Segera hentikan unit untuk menemukan sumber masalah,temukan sumber masuknya
kotoran,Periksa kerusakan seal,gasket,dan inspeksi system pemasukan udara.Bersihkan / ganti air filter,Lakukan perbaikan,segera ganti
oli dan filter,buka potongan filter,dan ispeksi adanya pertikel besar.Ambil sampel kembali setelah 50 Jam.Bilas kompartment untuk meng-
Dari Hasil pengukuran dan laboraturium oil sampel diatas menunjukan bahwa konsumsi oli engine tinggi di sebabkan oli terbuang melewati hose breather
karena tekanan blow by yang terlalu tinggi sehingga oli engine di oil pan terdorong ke luar melalui breather
Tingginya blow by engine di sebabkan adanya kebocoran kompressi yang di sebabkan keausan extrim dari ring piston dan liner,Hal ini di tunjukkan dengan
hasil analisa pelumas dimana terdapat kontaminasi besar pada engine oil yang berasal dari material inner part engine,seperti piston,ring,liner crancshaft
bushing,bearing dll.
Low Idle : 580 Rpm
High Idle: 2194 Rpm
Hydraulic relief : 2142 Rpm
Analysis:
Standard: Max 100 mmH2O Pada rated speed
7. Hasil pengukuran Engine oil pressure :
Low Idle: 2,6 Kg/cm² ( STD: Min 1 Kg/cm² )
High Idle: 5,1 Kg/cm² ( STD: 3,0 - 5,1 Kg/cm² )
8. Hasil Pengukuran Engine RPM :
hilangkan kontaminasi.
6. Hasil pengukuran Blow by Engine :
Low idle: 500 mmH2O
High Idle : > 600 mmH2O
5. Hasil analisa pelumas tanggal terakir menunjukan kontaminasi extrem pada oli engine sbb:
DATA:
1. HM Unit 16574
2. Engine ex KRA,di pasang pada tanggal 19 Januari 2015 HM: 13096
3. Umur engine 3478 Hrs
4. Terjadi trouble penambahan oli yang extrim mencapai 1 liter/jam, (terakir penambahan oli 18 liter setelah operasi 18 Jam)
FAILURE ( Crack, Dent, Worn, Scratch, Short Circuit, Burn, Bend, Loose, Rusty, Pitting, Broken, etc )
PISTON GROUP & LINER WORN OUT
MAIN PART CAUSING THE PROBLEM (PART NO.)
ENGINE
COUSED ANALISYS (Describe detail of failure, analysis the cause, operating condition & ATTACHED PHOTOGRAPHS or Drawing)
EMERGENCY TROUBLE REPORT
NOT WARRANTY
INFORMATIAN : REDO TROUBLE SHOOTING
SYMPTOM
ENGINE OIL CONSUMPTION TO HIGH
45
* kondisi air cleaner kotor,seal washer air cleaner outer yang sudah aus ( tidak di ganti saat penggantian air cleaner )
* Inner air cleaner kotor yang mengindikasikan debu masuk ke inner tanpa di saring oleh outer air cleaner ( seharusnya inner air cleaner tidak bisa kotor
atau buntu karena debu kasar akan tersaring di outer dan tidak bisa mencapai inner)
* Nut & seal washer inner air cleaner kendor sehingga ada celah dimana debu bisa masuk ke engine tanpa tersaring sama sekali.
Berikut fot dari hasil pemeriksaan:
komponen dalam engine.
Setelah di lakukan pemeriksaan lebih lanjut di dapati penyebab masuknya debu ke engine karena MISMAINTENANCE, yakni ditemukan:
COUSED ANALISYS (Describe detail of failure, analysis the cause, operating condition & ATTACHED PHOTOGRAPHS or Drawing)
Penyebab keausan extrim di inner part engine adalah masuknya debu ke dalam engine ( Nilai Si/Silica yang mencapai 1643) yang kemudian merusak
Foto Unit : MGK 01 OIl filter dan fuel filter UT PARTS Unit serial number : 121697
Engine serial number : DA-40202 SMR HM : 16574 Kondisi turbo charger normal
Blow by engine mencapai 500 mmH₂O,saat low idle
Pengukuran engine oil pressure saat low idle (2,6 Kg/cm²)
Pengukuran engine oil pressure saat High idle (5,1 Kg/cm²)
Bekas kebocoran oli engine melalui hose breather
Kondisi air compressor normal (setelah compressor di unload,blow by engine tetap tinggi indikasi tidak ada kerusakan compressor
Oli engine keluar melalui breather saat pengukuran blow by
46
REPORTED BY CHECKED / APROVAL BY
( Mochamad Arif ) ( )
COUSED ANALISYS (Describe detail of failure, analysis the cause, operating condition & ATTACHED PHOTOGRAPHS or Drawing)
Seal washer air cleaner aus & karet keras,kemungkinan tidak di ganti saat penggantian air cleaner
Kondisi air cleaner outer buntu Kondisi air cleaner inner buntu (seharusnya tidak mungkin karena debu kasar tersaring di outer)
Nut inner air cleaner kendor sehingga debu kasar masuk melalui celah tersebut langsung ke engine tanpa panyaringan
Housing air cleaner kotor,banyak tumpukan debu
Dust indikator tidak mendeteksi buntu walaupun aktualnya air cleaner buntu karena ada kebocoran di saluran hisap/air cleaner.
47
Lampiran II
48
49
50
51
Lampiran III