ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KASPADA PT.KARUNIA TIRTA MAS ABADI BANTAENG
SKRIPSI
HASBIAH
105720397212
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
i
SKRIPSI
ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM MEMREDIKSI LABA DAN ARUSKAS PADA PT. KARUNIA TIRTA MAS ABADI BANTAENG
HASBIAH
105720397212
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana EkonomiPada Jurusan Manajemen
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses,
Sukses itu dapat terjadi karena persiapan,
Kerja keras & mau belajar dari kegagalan
Ketika kekalahan menghampirimu
Jangan biarkan dia menghentikanmu
PERCAYALAH…………..
Selalu ada solusi disetiap rintangan
Kita akan lebih bangak
Mengenai sebuah jalan dengan menempuhnya,
Dari pada mempelajari semua peta yang ada didunia.
Berusahalah untuk tidak menjadi yang berhasil,
Tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna .
( Spesial to rekan-rekan S1 Ekonomi Dan Bisnis 12 ) ”
“ Karya ini Kuperuntuhkan Sebagai
Tanda Bakti dan Cinta Kasihku Kepada
Ibunda Tersayang dan Ayahanda Tercinta
Serta Keluarga Besar yang telah
Memberikan Dao dan Motivasi
Demi Kesuksesan Penulis ”
v
ABSTRAK
Hasbiah, 105720397212, Analisis Break Even Point Dalam
Memprediksi Laba Dan Arus Kas Pada PT. Karunia Tirta Mas Abadi
Bantaeng, dibimbing oleh Bapak Abdul Muttalib dan ibu Muchriana Muchram.
Laporan arus kas merupakan pengikhtisaran sumber dan penggunaan kas
dan setara kas yang terdiri dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Tujuan
utama dari laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan mengenai
penerimaan kas dan pengeluaran kas, dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
analisis Break Even Point Dalam Memprediksi Laba Dan Arus Kas Pada PT.
Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng. Penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode Deskriptif.
Data berupa laporan arus kas dan laba diperoleh melalui penelitian yaitu
pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi atau laporan
tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti di perusahaan PT. Karunia
Tirtamas Abadi Bantaeng. Selanjutnya data-data Kualitatif dan Kuantitatif laporan
arus kas dan laba yang diperoleh dalam bentuk analisis perbandingan laporan untuk
dua tahun periode.
Kata Kunci : Break Even Point, Laba, Arus Kas
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Analisis Break Even Point Dalam Memprediksi Laba Dan
Arus Pada PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng ”. Tak lupa pula, penulis
hanturkan salam dan shalawat kepada Nabi junjungan kita, pemberi rahmat bagi
alam semesta yaitu Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa
kita keluar dari alam gelap gulita menuju ke alam yang terang benderang seperti
saat ini. Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dan dalam penulisan skripsi ini penulis sadari bahwa tak sedikit hambatan yang di
alami, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, hambatan
tersebut dapat di atasi, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang setulusnya kepada:
vii
1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektorat Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Abdul Muttalib, SE. MM selaku pembimbing I yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi. Karena
beliaulah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Muchriana Muchram, SE, M. Si, AK. selaku pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
Karena beliaulah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Moh. Aris Pasigai SE, MM selaku ketua jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Bapak Suparman Pimpinan Perusahaan PT. Karunia Tirtamas Abadi
Bantaeng
7. Para dosen pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Para staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen Angkatan 2012,
terima kasih atas kebersamaan selama penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar. Banyak kenangan
yang tidak terlupakan bersama kalian dan semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kesempatan untuk bertemu lagi dan sukses bersama kalian.
viii
10. Lebih Khususnya lagi penghargaan yang tak terhingga kepada orang tua,
Ayahnda Halim serta ibunda Indah
Tidak ada kesempatan di muka bumi ini, begitu pula dengan penulis
yang hadir dengan penuh keterbatasan sehingga penulis menyadari bahwa karya
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat
penulis butuhkan.
Akhirnya penulis berharap semoga bantuan dan perhatian yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan berkah dan balasan yang lebih besar dan
berlipat ganda dari Allah SWT. Amin. Wassalam…
Makassar, Juni 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR LABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Break Even point............................................................ 4
x
B. Kegunaan Break Even point ............................................................... 7
C. Kelemahan Analisa Break Even Point ............................................... 9
D. Pengertian Laba................................................................................ 10
E. Pengertian Arus Kas.......................................................................... 14
F. Tujuan Laporan Keuangan Arus Kas............................................... 14
G. Kerangka Pikir ................................................................................. 18
H. Hipotesis ....................................................................................... 18
I. PenelitianTerdahulu ........................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 21
B. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 21
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 22
D. Populasi dan Sample ......................................................................... 22
E. Metode Analisis Data ....................................................................... 23
F. Definisi Operasional.......................................................................... 24
G. Jadwal Penelitian............................................................................... 25
BAB 1V GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAN
A. Sejarah singkat Perusahan ...................................................................... 26
B. Struktur Organisasi ................................................................................. 27
C. Visi dan Misi .......................................................................................... 34
xi
BAB V PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
A. Laporan Keuangan ................................................................................... 35
B. Laporan Laba Rugi dan Arus Kas............................................................ 36
C. Perhitungan Analisis Break Even Point ................................................... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 46
B. Saran........................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka pikir........................................................................... 18
Gambar 1.2 Bagan Aliran Struktur Organisasi ............................................ 28
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jadwal penelitian.............................................................................. 25
Tabel 2.2 Laporan laba rugi 2011 .................................................................... 37
Tabel 2.3 Laporan laba rugi 2012 ...................................................................... 38
Tabel 2.4 Laporan arus kas 2011 ....................................................................... 39
Tabel 2.5 Laporan arus kas 2012 ........................................................................ 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi
manajemen untuk membantu menggerakan dan mengembangkan kegiatan
perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung
pada sistem informasi manajemen. Dengan menggunakan informasi manajemen
(Mulyadi 2009), maka akan membantu dalam pengambilan keputusan secara
efektif, mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih
alternative. Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bila dilakukan
pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi manajemen menekankan
hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.
Break Even Point( BEP ), yang di indonesia kita kenal dengan titik impas
adalah suatu bentuk dari sekian banyak informasi manajemen yang di pakai
menganalisa hubungan antara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. Analisa
break even point sangat penting mengatahui pada tingkat produksi berapa jumlah
biaya yang akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan
mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,
produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan
untuk mengambil kebijaksanaan.
1
2
Laba (earnings) dalam laporan keuangan masih merupakan salah satu
parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor.
Investor juga menggunakan informasi arus kas sebagai ukuran kinerja perusahaan.
Ketika di hadapkan pada dua ukuran kinerja perusahaan, yaitu laba dan total arus
kas, investor harus merasa yakin bahwa ukuran kinerja yang menjadi fokus
perhatian mereka mampu menggambarkan kondisi ekonomi serta menyediakan
dasar bagi peramalan aliran kas masa depan suatu saham.
Laporan arus kas merupakan salah satu variabel keuangan yang dapat
digunakan untuk memprediksi tingkat keuntungan. Namun, terdapat beberapa
hasil penelitian yang mendukung nilai relevansi laba dalam memprediksi arus kas
masa depan perusahaan. Barth et al. (2001) dan Kim dan Kross (2008)
menyatakan bahwa laba memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas
operasi mendatang perusahaan. dan memiliki kemampuan yang lebih dibanding
arus kas jika laba dipecah ke dalam beberapa komponen aktual.Bahkan Kim dan
Kross (2002) menegaskan kemampuan laba dalam memprediksi arus kas
meningkat sepanjang waktu.
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang dilakukan oleh
Yolanda Dahler Rahmat Febrianto (2006) tentang Analisis break even point
dalam memprediksi laba dan arus kas. Replika ini dimaksudkan untuk menguji
kembali pengaruh laba dan arus kas terhadap arus kas masa depan dengan
menggunakan model deskriptif yang digunakan pada penelitaan sebelumnya.
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan laporan keuangan sebagai objek
penelitian dengan periode pengamatan tahun 2011 dengan tahun 2012.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut. maka penulis tertarik untuk memilih
judul “ Analisis Break Even Point dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas
pada PT.Karunia Tirta Mas Abadi Bantaeng ’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka masalah pokok
dalam penelitian ini adalah :
“ Apakah break even point dapat memprediksi atau proyeksi laba dan
arus kas pada PT. Karunia Tirta Mas Abadi Bantaeng.?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untukmempengaruhi memprediksi proyeksi
laba dan arus kas pada break even point pada PT. Karunia Tirta Mas
Abadi Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi pihak perusahaan dalam
mengambil keputusan secara efektif.
2. Sebagai bahan acuan dan bahan pustaka bagi pihak yang ingin
melakukan penelitian dengan objek penelitian yang sama .
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Break even Point
Break even point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total
biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu
merencanakan seberapa laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka
tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas
dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan
tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan
harga yang bersaing pula tanpa melakukan laba yang diinginkan. Hal tersebut di
karenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula
sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering
digunakan dalam hal yang misalnya dalam analisis laporan keuangan.
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini
sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk
organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 alasan mengapa para pelaku bisnis
menerima alasan ini :
4
5
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan – perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat
dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan
keputusan.
Break Even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba
dan tidak ada rugi. Hal ini biasa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya
menggunakan biaya tetap dan variabel, dan volume penjualannya hanya cukup
menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup
menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila
penjualan melebihi biaya varibel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok
dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total
biaya).
2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume
Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer
perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
6
2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan biasa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
a. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada
pernyataan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual
untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk tersebut.
b. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan
dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi
artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat
ditutupi oleh penghasilan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel)
sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
c. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat
penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional,
dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan
nol (0). Langkah pertama untuk menentukan berak even adalah membagi
harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan
biaya variabel.Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi
dari jumlah penjualan dan biayanya ditetapkan berdasarkan kontrak,
misalnnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung
dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut
barang.
7
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan
muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even
point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya
variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas
akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan
besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap
disisi lain maka suatu perubahan dengan volume produksi tertentu menderita
kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian
dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya
tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya
totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak
menderita kerugian di sebut Break Even Point.
B. Kegunaan Break Even Point
Di atas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting
bagi pempinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah
biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan
mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,
produksi, harga jual, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk
mengambil kebijaksanaan.
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak Menejemen
8
perubahan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perusahaan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.
Break Even Point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah,
namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
a. Menganalisa program otomatis dimana suatu perubahan akan beroperasi
secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan
biaya tetap.
b. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
c. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika
perusahan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang
diusulkan.
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan
9
batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4. Untuk mengetahui hubungan anatara cost, volume, harga dan laba.
Analisa break even point memberikan penetapan yang luas untuk menguji
tindakan – tindakan yang diusulkan dalam pertimbangkan alternative – alternative
atau tujuan pemgambilan keputusan yang lain. Analisis break even point tidak
hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja,
akan tetapi analisa break even point mampu memberikan informasi kepada
pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
C. Kelemahan Analisis Break Even Point
Sekalipun analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi
tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain asumsi tentang
linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas jangka waktu yang pendek.
Asumsi tentang linearity.
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit,
tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain,
tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan
jalan menerunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis
renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume
penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini biasa saja disebabkan karena
10
menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
a. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini
tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah
melewati titik tersebut.
b. Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisi break even point adalah jangka waktu
penerapannya yang terbatas, biasanya hanya digunakan dalam pembuatan
proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya
untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari
pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang
akan dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya
jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisis break even point agar
dapat menutup semua biaya-biaya yang bertambah besar juga.
D. Pengertian Laba
Tujuan utama dari perusahaan yaitu untuk memperoleh laba, baik untuk
mempertahankan eksistensinya maupun untuk mengembangkan perusahaannya.
Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting definisi
laba adalah : Kenaikan modal ( aktiva bersih ) yang berasal dari transaksi yang
jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. (1997:31)
11
Perubahan laba kotor yang disebabkan kenaikan volume yang dijual
menunjukkan bahwa bagian produksi telah bekerja semakin efisien dalam
operasinya)”.
Analisis laporan keuangan meliputi kegiatan laporan laba rugi dan data-
data lainnya. Untuk dapat melakukan analisis laporan keuangan perusahaan,
diperlukan pengetahuan yang memadai tentang data keuangan perusahaan-
perusahaan sejenis atau data tentang produksi yang berhubungan dengan
perusahaan juga sangat bermanfaat untuk.
digunakan sebagai bahan analisis, khususnya apabila kita ingin melakukan
perbandingan.
Manfaat Arus Kas Menurut Para Peneliti
Menurut Syarif (2006) dengan mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu,
maka perubahan laba tersebut bersifat acak dan ada korelasi yang serial, ini
menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai predicator.
Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan oleh Rusdi akbar (2006) yang
meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas,
menyatakan bahwa laba sebagai predictor arus kas dengan nilai t-hitung 3.913
yang signifikan pada alfa 0,05 untuk predictor laba dan 3.715 untuk predictor arus
kas yang juga signifikan pada alfa 0,05. Sementara itu ketika ia menguji
kemampuan laba dibandingkan arus kas sebagai predictor arus kas, hasilnya
menunjukkan bahwa predictor laba tidak memiliki hubungan yang erat dengan
arus kas dibandingkan hubungan predictor arus kas dengan arus kas masa depan
yang signifikan pada alfa 0,05. Dan hasil penelitian syafriadi (2006) .
12
Sedangkan Kusuma (2003) dalam penelitiannya menguji nilai tambah
kandungan informasi laba dan arus kas, khususnya arus kas pada saat laba bersifat
permanen. Hasil penelitiannya menunjukka bahwa laba tidak mempunyai nilai
tambah kandungan informasi di luar informasi yang di berikan oleh arus kas
operasi. Arus kas operasi mempunyai nilai tambah kandungan informasi di luar
informasi yang di berikan oleh laba, serta memiliki nilai tambah kandungan
informasi pada saat laba mengandung komponen transitori.
Supriyadi (2006) dalam penelitiannya mengenai kemampuan laba versus arus
kas dalam memprediksi arus kas masa depan menggunakan tiga model cash flow
model, earnings model,dan earnings – cash flow model. Berdasarkan
pengujiannya hipotesisnya, menyatakan bahwa data arus kas memberikan
informasi yang lebih baik untuk meramalkan arus kas masa depan di bandingkan
laba. Ia juga menegaskan bahwa laba menambah sedikit terhadap kemampuan
arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Kim dan Kross (2002) malah
menyatakan bahwa kemampuan laba untukmemprediksi arus kas operasi masa
depan meningkat dan peningkatan kemampuan prediksi ini sepanjang waktu
bertahan untuk beberapa horizon peramalan. Mereka menggunakan tiga model
untuk memprediksi arus kas operasi masa depan, yaitu earnings model, lalu
earnings tersebut didisagregasi ke dalam arus kas dan komponen aktual yang
disebut dengan full model. Untuk menilai kekuatan penjelas arus operasi dan
komponen aktual, full model tersebut dipecahnya menjadi CFO model dan
accrual model.
13
Akhirnya, hasilnya menunjukkan bahwa hubungan anatara laba tahun berjalan
dan arus kas masa depan menguat sepanjang waktu. Di samping itu, uji Theil’s U
untuk full model mengindikasikan bahwa kemampuan CFO untuk memprediksi
CFO satu tahun ke depan meningkat sepanjang periode sampelnya dan laba
agregat memiliki peningkatan dalam kemampuannya untuk memprediksi arus kas
operasi masa depan.
Kim dan Kross (2002) dalam penelitiannya juga melakukan analisis
sensitivitas, yaitu dengan mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan yang
melaporkan laba positif dan yang melaporkan laba negative. Mereka ingin melihat
apakah laba perusahaan yang menderita kerugian memiliki asosiasi yang arus kas
masa depan dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan laba positif. Hal
itu penting Hasil penelitian Watson dan Wells (2005) juga menyatakan bahwa
pada perusahaan yang berlaba ukuran kinerja yang berbasis laba memiliki
keterkaitan yang tinggi dengan return saham dibandingkan dengan arus kas.
Sebaliknya, pada saat perusahaan merugi, kekuatan penjelas dari model yang
digunakannya berkurang dan terdapat koefisien negative yang signifikan pada
ukuran-ukuran kinerja sehingga disimpulkan bahwa baik ukuran berbasis laba
maupun arus kas tidak ada yang dapat menangkap kinerja dengan baik.
Namun, hasil penelitian Kim dan Kross (2002) mengindikasikan bahwa
adanya hubungan yang menguat antara laba dan arus kas masa depan meskipun
diperoleh hasil yang lebih lemah untuk perusahaan yang melaporkan laba. Dengan
demikian, adanya perusahaan yang berlaba ataupun merugi tidak mengubah
simpulan hasilnya bahwa hubungan antara laba dan arus kas masa depan
14
meningkat sepanjang waktu. Sebaliknya, hubungan antara arus kas tahun berjalan
dengan arus kas masa depan meningkat secara signifikan untuk perusahaan yang
melaporkan rugi. Akan tetapi, signifikansi tersebut hilang untuk perusahaan yang
berlaba yang artinya hubungan anatara arus kas tahun berjalan dengan arus kas
masa depan tidak meningkat maupun menurun.
E. Pengertian Arus Kas
Arus kas mencerminkan penerimaan kas dan pengeluaran kas perusahaan.
Ukuran kas mengakui arus kas masuk saat kas diterima walaupun belum
dihasilkan dan mengakui arus kas keluar saat kas dibayarkan walaupun beban
belum terjadi.
Menurut Harnanto (2002 : 228), Arus kas (cash flow) terdiri dari : arus kas masuk
(cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow), aliran ini memperhatikan dari
mana sumber kas di peroleh dan untuk apa kas itu digunakan oleh perusahaan.
Jadi berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa arus kas
(cash flow) adalah merupakan arus kas masuk dan arus kas mengalir terus
menerus keluar yang dapat memperlihatkan sumber kas diperoleh dan untuk apa
pengunaannya yang memungkinkan perusahaan dapat melangsungkan hidupnya.
Arus Kas adalah arus kas masuk dan arus keluar atau setara kas dalam
periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki
perusahaan.
F.Tujuan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini
( Hongren dkk 1989:845):
15
a. Untuk memperkirakan arus kas masa datang. Dalam banyak kasus, sumber
dan penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun
ke tahun. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima
sebagai alat yang baik untuk memikirkan penerimaan dan pengeluaran kas
dimasa datang.
b. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas
akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan
informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi
keputusan manajer.
c. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada
pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pijaman kepada krediator.
d. Laporan investor krediator untuk mengetahui apakah perusahaan bisa
melakukan pembayaran-pembayaran ini.
e. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas
perusahaan.
f. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba
bersih yang cukup tetapi kas yang rendah menyebabkan diperlukakannya
informasi arus kas.
Manfaat dan Kegunaan Laporan Arus Kas
Kegunaan Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah melaporkan
penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan bersih pada kas yang dihasilkan
dari aktivitas operasi, pendanaan selama satu periode.
16
Manfaat laporan arus kas bagi para investor, kreditor, dan lainnya adalah
untuk menilai :
1. Kemampuan entitas dalam memperoleh arus kas dimasa depan
Dengan memeriksa hubungan antar pos pada laporan arus kas, para investor
dan pihak lainnya dapat membuat prediksi mengenai jumlah, waktu dan
ketidakpastian mengenai arus kas di masa depan dengan lebih baik
dibandingkan jika mereka menggunakan data akrual.
2. Kemampuan entitas untuk membayar deviden dan memenuhi kewajiban.
Jika sebuah perusahaan tidak memilki cukup kas, mereka tidak dapat
membayar karyawan, melunasi utang atau membayar deviden. Para karyawan,
krediator dan pemegang saham umumnya tertarik pada laporan ini, karena
laporan ini sendiri menunjukkan arus kas dalam kegiatan bisnis.
3. Alasan atas perbedaan antara angka laba bersih dan kas bersih yang dihasilkan
oleh aktivitas operasi. Laba bersih menyediakan informasi mengenai
keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan bisnis. Dengan demikian
beberapa pihak mengkritik laba bersih berbasis akrual, karena membutuhkan
banyak perkiraan. Hasilnya keadaan dari angka tersebut sering dipertanyakan.
Hal tersebut tidak terjadi pada kas.
4. Transaksi investasi dan pendanaan kas selama periode tersebut.
Dengan memeriksa transaksi investasi dan pendanaan sebuah perusahaan,
pembaca laporan keuangan dapat mengerti dengan lebih baik mengapa aset
dan kewajiban berubah selama periode tersebut.
17
Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari :
1. Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang akan
di terimah, jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan
dihasilkan berupa penjualan tunai, penjualan kredit yang akan menjadi piutang,
hasil penjualan aktiva tetap dan penerimaan lainnya. Perincian kas ini terdiri
dari dua sifat, yaitu kontinyu dan intermitan.
2. Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasian semua
kas yang sudah diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku,
pembayaran hutan, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya. Cash out flow
juga punya dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan intermitan.
3. Financing (pembiyaan), pada bagian ini menunjukkan besarnya net cash flow
dan besarnya kebutuhan dana jika terjadi deficit.
18
G.Kerangka Pikir
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir ini akan diuraikan dalam bentuk
sebagai berikut :
Gambar 1.1
H.Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis merumuskan
hipotesis alternatif sebagai berikut :
“ Diduga bahwa analisis break even point dapat digunakan memproyeksi laba
dan arus kas pada PT.Karunia Tirta Mas Abadi Bantaeng.
I. Penelitian Terdahulu
Sulistyowati (2001) dengan penelitian berjudul “Analisa Break Even Point
Sebagai Alat Perencanaan Laba Perusahaan“. Tujuan penelitian untuk
PT.Karunia Tirtasmas AbadiBantaeng
L aporan ArusKas
Laporan laba/Rugi
Break even
Proyeksi laba dan ArusKas
19
menentukan tingkat penjualan untuk memperoleh laba yang ditargetkan
perusahaan. Dengan analisis matematis untuk menghitung tingkat Break Even
Point (BEP) dan menentukan target penjualan guna mencapai laba yang
diinginkan perusahaan. Sampel yang digunakan adalah laporan laba rugi
perusahaan pembuat keramik di Yogyakarta tahun 2000. Hasil penelitian
menunjukkan perusahaan memperoleh BEP pada saat omzet penjualan dalam
setahun sebesar Rp 200.000.000,-. Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
yaitu; biaya tetap Rp 120.000.000,- dan biaya variabel Rp 80.000.000,-. untuk
memperoleh laba sebesar Rp 30.000.000,- dalam satu tahun, maka perusahaan
harus melakukan penjualan produk sebesar Rp 250.000.000,-. Kesimpulannya,
jika faktor yang memengaruhi laba nilainya berubah seperti perubahan biaya tetap
dan biaya variabel, maka untuk memperoleh laba yang ditargetkan volume
penjualan juga harus berubah.
Arif Ari Yuda (2009 ) dengan penelitian berjudul “Analisis Titik Impas
(BEP) Untuk Menciptakan Efisiensi Produksi Usaha Tani Apel Di Desa
Kayubebek, Pasuruan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar efisiensi produksi usaha tani apel dan untuk mengetahui berapakah
titik impas yang harus di penuhi untuk menciptakan usaha tani apel. Adapun
analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu R/C Rasio dan Analisa BEP.
Hasil dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa usaha tani apel di Desa
Kayu bebek efisien dengan R/C ratio sebesar 1,35. Artinya, dengan biaya sebesar
1 rupiah kaan diperoleh penerimaan sebesar 1,35 rupiah. Perusahaan akan
mengalami kerugian jika volume produksinya kurang dari 12.756 kg (BEP dalam
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kantor PT.Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng yang
dijadikan sebagai objek penelitian. Kampung Bonto lonrong, Tlp. (62411
830333) Kabupaten Bantaeng kurang lebih 2 (dua) bulan yaitu bulan April dan
Mei.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui penelitian,sebagai berikut :
1. Penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan jalan mengadakan telah secara langsung terhadap beberapa
buku sebagai bahan pustaka, serta karangan ilmiah yang erat kaitanya
dengan masalah yang diatas .
2. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan jalan mengadakan kunjungan secara langsung kepada objek
penelitian yang telah ditetapkan .
Untuk mengumpulkan data lapangan yang diperlukan, disertai
tehnik,sebagai berikut:
- Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
obyek penelitian.
21
22
- Wawancara, yaitu Tanya jawab yang dilakukan dengan pimpinan
perusahaan dan beberapa staf yang langsung menangani bidang
keuangan perusahaan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan baik
dalam bentuk informasi secara lisan maupun secara tertulis.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang
diteliti dalam bentuk angka-angka dan dapat digunakan untuk
pembahasan lebih lanjut.
2. Sumber data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan
pengamatan serta wawancara secara langsung dengan pimpinan PT
Karunia Trirtamas Abadi dan sejumlah personil sehubungan
dengan data yang dibutuhkan sehubungan penelitian ini.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan
mengumpulkan dokumen-dokumen serta sumber lainya berupa
informasi terutama mengenai anggaran dan biaya PT Karuna
Tirtamas Abadi Bantaeng .
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah data sekunder, berupa data-data keuangan pada obyek
penelitian yang diperoleh dari perusahaan PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng
dari tahun 2011 sampai 2012 (dua tahun). Apabila seseorang meneliti semua
23
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan
penelitian populasi atau studi populasi atau studi sensus ( sabar, 2007 ).
E. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis model diatas, penulis menggunakan 2 rumus untuk
menghitung break event point yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menghitung beberapa unit yang harus dijual agar terjadi BEP:
Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
2. Rumus BEP untuk menghitung beberapa uang penjualan yang perlu
diterima agar terjadi BEP :
Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
24
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume
F. Definisi Operasional
1. Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain
total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada
rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan didalam operasinya menggunakan
biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualanya hanya cukup menutupi
biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan .
2. “ Laba adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan total dan jumlah
seluruh biaya”.
Arus Kas adalah arus kas masuk dan arus keluar atau setara kas dalam periode
tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki
perusahaan.
25
G. Jadwal Penelitian
Tabel 2.1
Penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, dan jadwal
kegiatan penelitian merupakan tahapan-tahapan rencana peneliti untuk
menyelesaikan penelitian dalam suatu periode tertentu, dan disusun dalam bentuk
tabel atau format. Isi rencana kegiatan direkomendasikan detil atau spesifik,
sesuai alur kerja peneliti. Disarankan jadwal dan isi rencana kegiatan penelitian
tersebut disepakati dengan dosen pembimbing.
KegiatanBULAN I BULAN II
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
Survey
Wawancara
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan HasilPenelitian
Konsultasi
Ujian Hasil
Koreksi Hasil LaporanPenelitian
Ujian Tutup
26
BAB IV
GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan minuman ringan PT. Karunia Abadi dari sumber mata air
Eremerasa Bantaeng. Adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
produksi pengelolaan Air Minum Dalam Kemasan ( AMDK ) yang dibangun di
Desa Bonto Lonrong Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng pada 11 Mei
1994 dan dimulai beroperasi pada tanggal 25 Maret 1997 Dengan luas pabrik
1.445 m2. Alasan berdirinya perusahaan tersebut adalah permintaan kebutuhan
akan jenis minuman mineral atau air minum dalam kemasan makin meningkat
dari tahun ke tahun.
Sejak tahun 1997 PT. Karunia Tirtamas Abadi hanya melakukan kegiatan
produksi untuk produksi lokal saja. Namun pada tahun ke tahun perusahaan ini
mulai meningkat produksinya, dan dapat memproduksi air minum dalam kemasan
dengan 2 ( dua ) jenis yaitu Air Qita dan Aqua daeng. Perusahaan tersebut juga
menerima pesanan baik untuk lokal mau pun untuk ekspor. yang kami produksi
dari mata air pegunungan “ Eremerasa ” berjarak sekitar 5 km dari perusahaan.
Jenis air minum dalam kemasan ini dikembangkan dan diproduksikan
hingga saat ini, dengan penerapan teknologi dan kebijakan telah memberikan
dampakpengaruh terhadap perusahaan PT. Karunia Tirtamas abadi. Dengan
kebijakan-Kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan yang ada seperti
kebijaksanaan mengenai harga, Kualitas/mutu.26
27
Demikian pula dalam halnya dengan pengendalian persediaan bahan baku
yang tepat, belum didapatkan suatu pola untuk dijadikan pedoman. Oleh
karenanya, perusahaan PT. Karunia Tirtamas Abadi berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan suatu sistem pengendalian persediaan bahan baku
yang efektif.
B. Struktur organisasi
Sebagaimana diketahui bersama setiap perusahaan mempunyai suatu
struktur organisasi, dimana struktur ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran mengenai tugas dan kewajiban bagi para pekerja dan manajer dalam
perusahaan.
Perusahaan pengolahan Air Minum Dalam Kemasan berdasarkan dengan
Struktur organisasi ini terdiri komponen-komponen :
1. Pimpinan/ Wakil Pimpinan
2. Kepala bahagian Umum
3. Bagian Produksi
4. Bagian Pemasaran
5. Bagian Keuangan
6. Bagian Pembukuan
7. Bagian Ekspor/Bagian Unsur Luar
28
Gambar 1.2 Bagan Aliran Struktur Organisasi
PIMPINAN DAN WAKIL PEMIMPIN
KEPALA BAGIAN UMUM
BAGIAN KEUANGAN
BAGIAN PRODUKSI
PEMBAGIAN EKSPOR
BAGIAN PEMBUKUAN
29
1. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Untuk Mengetahui secara jelas tentang tugas dan tanggung jawab
seorang pimpinan dan wakil pimpinan beserta stafnya dari masing-masing bagian,
berikut ini akan diuraikan sebagai berikut :
a. Pimpinan dan Wakil Pimpinan
Bertanggung jawab penuh atas perkembangan perusahaan, oleh karena itu
merupakan pengambilan keputusan ( Decision Making ) bagi setiap kebijaksanaan
yang ditempuh dalam perusahaan itu.
Pimpinan dan Wakilnya tidak langsung terjun ke dalam pengelolaan, dan
proses produksi, dan produksi tersebut, Karena semua tugas sudah dibagi-bagikan
kepada masing-masing bagian.
Pimpinan dan Wakil ini mempunyai fungsi utama, antara lain :
- Bertanggung jawab terhadap kegiatan sehari-hari
- Mempunyai wewenang dalam penentuan terhadap buruh harian untuk
diberhentikan.
- Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.
b. Kepala Bagian Umum
Merupakan Pimpinan yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas baik
keluar maupun dalam perusahaan itu sendiri.
Adapun Tugasnya, sebagai berikut :
30
1. Pimpinan dan Wakil Pimpinan
Bertanggung jawab penuh atas perkembangan perusahaan, oleh karena itu
merupakan pengambilan keputusan ( Decision Making ) bagi setiap
kebijaksanaan yang ditempuh dalam perusahaan itu.
Pimpinan dan wakilnya tidak langsung terjun ke dalam pengelolaan, dan
proses produksi, dan produksi tersebut, karena semua tugas sudah dibagi-bagikan
kepada masing-masing bagian.
Pimpinan dan Wakil ini mempunyai fungsi utama, antara lain :
- Bertanggung jawab terhadap kegiatan sehari-hari
- Mempunyai wewenang dalam penentuan terhadap buruh harian untuk
diberhentikan.
- Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.
2. Kepala Bagian Produksi
Merupakan pimpinan yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas baik
keluar maupun dalam perusahaan itu sendiri.
Adapun Tugasnya, sebagai berikut :
Koordinasi dalam arti mengatur dan menerima kerjasama seluruh
administrasi dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran rutin perusahaan.
- Pelayanan dalam arti memberikan pelayanan teknis dan administrasi
bagi satuan organisasi dalam lingkungan perusahaan itu sendiri.
- Perencanaan dalam arti mempersiapkan rencana, dan menyusun program
dan menilai pelaksanaan rencana.
31
- Membina administrasi dalam arti membina urusan tata urusan dalam
mengelola dan membina kepegawaian.
3. Bagian Produksi
Bagian ini berfungsi untuk mengadakan sortir atau pemilihan/pemisahaan
terhadap bahan baku yang memenuhi syarat diproses ataukah seharusnya
dibuang. Bagian ini dapat pula berfungsi untuk pengadaan barang-barang yang
siap untuk diproses atau dipasarkan.:
Bagian ini mempunyai tugas yaitu :
- Mensortir/memisahkan barang-barang yang baru diterima
- Membersihkan bahan baku yang akan diproses
- Mengklasifikasi bahan baku yang baru datang.
Bertanggung jawab dalam proses produksi serta melakukan pengawasan
terhadap jalananya proses serta produksi serta hasil akhir.
4. Bagian Pembelian
Pada bagian pembelian ini bertanggung jawab terhadap kelancaran
transaksi pembelian dari timbulnya surat perintah pembelian sampai dengan
barang-barang yang dibeli.
Adapun tugas-tugasnya antara lain :
- Memesang barang-barang yang sesuai dengan jadwal kebutuhanya tetapi
berpedoman kepada biaya-biaya yang minimum
- Membuat dan Mengirim beberapa surat permintaan dan penawaran
harga kepada suplier untuk pembelian bahan baku.
32
- Mengikuti perkembangan permintaan barang-barang dihubungkan
dengan jumlah yang sebenarnya dibutuhkan, memperhatikan kapan
kebutuhan itu dipenuhi.
- Terus berusaha mencari sumber barang baru dan meneliti secara
ekonomis suplier yang ada sekarang.
5. Bagian Pemasaran
Bagian ini berfungsi menjalanka kegiatan pemasaran sari buah, mengantar
produksi pada agen-agen serta berusaha dalam meningkatkan volume pemasaran
dan market share bagi markis, Bagian pemasaran bertanggun jawab terhadap
kelancaran transaksi penjualan dari timbulnya suatu order sampai penyerahan
uang hasil pemasaran kepada kasir perusahaan termasuk dalam hal ini, sebagai
berikut :
- Menyelenggarakan administrasi keuangan yang baik
- Mengawasi kelancaran distributor barang-barang yang diperlukan
langganan.
- Menyiapkan administrasi dan fisik dari stock barang-barang yang akan
dipasarkan
- Menyiapkan planning penjualan secara harian maupun jangka panjang.
6. Bagian Keuangan
Bagian ini mengurus atau bertanggun jawab atas segala hal yang
mempunyai kaitan dengan keuangan perusahaan, baik pengeluaran maupun
pendapatan yang diperoleh perusahaan.Bagian keuangan ini bertanggung jawab
secara langsung kepada direktur. Dan mempunyai fungsi, sebagai berikut :
33
- Mengadakan pengusuran dalam bidang keuangan, dan administrasi,
personalia untuk kelancaran jalanya perusahaan.
- Menyusun laporan berkala mengenai bidangnya untuk disaranka kepada
direktur mengenai hal-hal yang tidak dapat diputuskanya sendiri untuk
mendapatkan keputusan
- Mengkoordinir tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan dalam distributor
keuangan
- Menyusun anggaran direktorat keuangan dan anggaran rutin
- Bertanggung jawab dan melaporkan kepada direktur
7. Bagian Pembukuan
Mengatur dan melaksanakan segala pembukuan perusahaan baik
menyangkut transaksi yang terjadi diluar perusahaan maupun yang ada dalam
perusahaan.
Dalam hal ini bagian pembukuan mempunyai tugas sebagai berikut :
- Melakukan koordinasi tentang tugas-tugas pembukuan dan budget
analisa
- Mengadakan evaluasi atas rencana /realisasi untuk investasi
- Memeriksa kebenaran bukti-bukti penerimaan/realisasi pengeluaran,
bukti memorial, bukti penerimaan /pengeluaran stock laporan mutasi.
- Menerima kode perkiraan pada bukti-bukti penerimaan serta
pengeluaran dan bukti memorial.
- Membuat neraca percobaan dan neraca perhitungan laba rugi secara
periode serta memberikan ketetapan penyajian laporan.
34
- Membuat rekomendasi laporan bank, daftar piutang, daftar stock setiap
bulan.
- Menyusun rencana cash flow harian dan bulanan.
8. Bagian Ekspor/Bagian Urutan Luar
Bagian ini mempunyai peranan untuk mengurus penerimaan produksi bila
ada pesanan yang diterima dari luar daerah, dengan demikian bagian ini hanya
berfungsi secara temporer, artinya bahagian ini menjalankan fungsi bila ada
pesanan yang diterima.
Bagian Perdagangan umum bertanggung jawab terhadap kelancaran
transaksi penjualan dari timbulnya suatu order sampai penyerahan uang hasil
penjualan kepada kasir, hal ini termasuk antara lain :
- Penyelenggarang administrasi keuangan yang baik.
- Mengawasi administrasi kelancaran distribusi dan fisik dari stock
barang-barang yang akan dipasarkan.
- Menyiapkan Planning penjualan secara harian maupun jangka panjang.
C. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi pada PT. Karunia Tirtamas Abadi Bantaeng Yaitu :
a. Visi
Menyediakan Produk dengan Mengutamakan Mutu
b. Misi
Menyajikan air dalam mengacu pada persyaratan sni 01-3553-2006, dalam
pengendalian sistem manajemen yang mutu
35
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Keuangan
Perusahaan PT. Karunia Tirtamas Abadi merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang produksi yang terus mengalami perkembangan dalam kegiatan
usahanya dari tahun ke tahun. Dengan alasan ini, maka perusahaan perlu
menyususn laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting bagi pihak
intern maupun ekstern untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu
perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan.
Pemahaman mengenai lingkungan pelaporan keuangan perlu disertai
pemahaman tujuan dan konsep yang mendasari informasi akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut maka
perusahaan
dapat menetapkan kebijaksanaan, Perencanaan, dan bergerak dalam bidang
produksi menyusun laporan keuanganya dalam periode tahunan yang meliputi :
Apabila laporan keuangan dianalisa dengan mengadakan perbandingan dari
laporan-laporan selama beberapa poriode maka analisa yang demikian dinamakan
35
36
analisa horizontal atau analisa dinamis. Sedangkan apabila laporan keuangan
yang dianalisa hanya meliputi satu periode saja ( hanya memperbandingkan antara
pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam satu laporan keuangan ), analisis
yang demikian tersebut adalah analisa vertikel atau analisa statis.
B. Laporan Laba Rugi
Arus kas adalah arus kas yang masuk dan arus kas keluar atau setara kas
dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang
dimiliki perusahaan .
Untuk memberikan gambaran dalam menyusun laporan arus kas maka
informasi Laporan laba/rugi dan laporan harga pokok produksi PT. Karunia
Tirtamas Abadi untuk tahun 2011 dan 2012 sebagai berikut :
37
Tabel 2.2 PT. KARUNIA TIRTAMAS ABADI
LAPORAN LABA RUGI TAHUN
Periode 31 Desember 2012
Penjualan Rp 332.258.064
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal produk barang jadi Rp 50.000.000
Harga pokok produksi Rp 180.000.000
Barang tersedia dijual Rp 230.000.00
Persediaan akhir produk barang jadi Rp 24.000.000
Harga pokok penjualan Rp 206.000.000
Biaya tetap
Biaya overhead pabrik tetap Rp 8.000.000
Biaya Adm dan umum tetap Rp 2.900.000
Biaya pemasaran tetap Rp 12.960.000
Jumlah Biaya tetap (Rp 23.800.000)
Laba usaha Rp 102.458.064
Pendapatan diluar usaha Rp 4.000.000
Biaya dalam usaha (Rp 1.400.000)
Rp 2.600.000
Laba bersih sebelum pajak Rp 99.858.064
Pajak (Rp 24.964.516)
Laba Bersih Setelah pajak Rp 74.893.548
Tabel 2.3 PT. KARUNIA TIRTAMAS ABADI
Sumber : PT. Karunia Tirtamas Abadi
38
LAPORAN LABA RUGI
Periode 31 Desember 2011
Penjualan Rp 259.280.200
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal produk barang jadi Rp 35.000.000
Harga pokok produksi Rp 165.500.000
Barang tersedia dijual Rp 200.500.000
Persediaan akhir produk barang jadi (Rp 50.000.000)
Harga pokok penjualan Rp 156.000.000
Biaya tetap
Biaya overhead pabrik tetap Rp 9.000.000
Biaya Adm umum tetap Rp 10.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 8.900.000
Jumlah Biaya tetap (Rp 27.900.000)
Laba usaha Rp128.100.000
Pendapatan diluar usaha Rp 3.000.000
Biaya dalam usaha (Rp 900.000)
Rp 2. 100.000
Laba bersih sebelum pajak Rp129.000.000
Pajak (Rp 32.250.000)
Laba Bersih Setelah pajak Rp 96.750.000
Sumber : PT. Karunia Tirtamas Abadi
39
Tabel 2.4
PT KARUNIA TIRTAMAS ABADI
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Periode 31 Desember 2012
Barang dalam proses awal Rp 60.000.000
Persediaan bahan baku Rp 30.000.000
Pembelian bahan baku Rp 108.000.000
Ongkos pembelian Rp 1.000.000
Pembelian bersih Rp 107.000.000
Bahan baku yang tersedia untuk dipake Rp 137.000.000
Persediaan akhir bahan baku Rp. 36.000.000
Pemakaian bahan baku Rp 101.000.000
Upah/tenaga kerja langsung Rp 30.000.000
Biaya overhead pabrik
Tenaga Kerja tidak langsung Rp. 19.000.000
Biaya listrik pabrik Rp. 4.000.000
Biaya pemeliharaan pabrik Rp. 15.000.000
Biaya Perlengkapan pabrik Rp. 500.000
Biaya penyusutan mesin Rp. 11.000.000
Biaya alat-alat pabrik Rp. 1.500.000
Biaya overhead pabrik Rp. 51.000.000
Biaya produksi RP. 242.000.000
Persediaan akhir dalam proses (Rp 62.000.000)
Harga Pokok Produksi Rp 180.000.000
Sumber : PT. Karunia Tirtamas Abadi
40
Tabel 2.
PT KARUNIA TIRTAMAS ABADI
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Periode 31 Desember 2011
Persediaan Barang dalam proses awal Rp 45.000.000
Persediaan bahan baku awal Rp 10.000.000
Pembelian bahan baku Rp 80.000.000
Ongkos pembelian Rp 700.000
Pembelian bersih Rp 73.300.000
Bahan baku yang tersedia untuk dipake Rp 89.000.000
Persediaan akhir bahan baku Rp.29.000.000
Pemakaian bahan baku Rp118.000.000
Upah/tenaga kerja langsun Rp 21.000.000
Biaya overhead pabrik
Tenaga Kerja tidak langsung Rp 9.000.000
Biaya listrik pabrik Rp 2.200.000
Biaya pemeliharaan pabrik Rp 17.000.000
Biaya Perlengkapan pabrik Rp. 200.000
Biaya penyusutan mesin Rp 12.000.000
Biaya alat-alat pabrik Rp. 1.000.000
Biaya overhead pabrik Rp 41.500.000
Biaya produksi RP 252.000.000
Persediaan akhir barang dalam proses (Rp 60.000.000)
Harga Pokok Produksi Rp 165.500.000
Sumber : PT. Karunia Tirtamas Abadi
41
C. PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT
Yogyakarta Break Even Point ( BEP ) dapat diartikan sebagai suatu titik
atau keadaan dimana perusahaan didalam operasinya tidak memperoleh
keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu
keuntungan atau kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau
kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam
operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan
menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan, bila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan. Analisis Break
Even Point mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget,
walaupun analisis break even dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan
sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan pada data taksiran periode yang
akan datang.
Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya,
dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.
Analisis break even dapat membantu pempinan dalam mengambil keputusan
mengenai hal-hal sebagai berikut :
Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan perusahaan tidak
mengalami kerugian. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu. Seberapa jauhka berkuranya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
42
Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Salah satu kelemahan dari
BEP adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual.
Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualanya ( sales
mix ) akan tetap konstan. Jika dilihat dari jaman sekarang ini bahwa perusahaan
untuk meningkatkan daya saingnya, mereka menciptakan bangak produk jadi hal
ini sangat sulit. Ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan
berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan
harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Variabel Cost ( biaya variabel )
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berunah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahanya tercermin dalam biaya variabel
total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan
dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap )
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh
oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu ( function of time )
sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya
sewa, depresiasi bunga.Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap
dikeluarkan.
43
=
=
Rp. 338 / unit
Rp 3.641,- / unit
3. Harga Penjualan
Berdasarkan metode penelitian, maka persamaan yang digunakan untuk
menghitung break even point ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar
terjadi break even point.
A. Tahun 2012
Biaya Tetap = Rp.23.800.00066.451 unit
Biaya Variabel ( BB,TK,B.OV ) = Rp 242.000.000
66.451 (Unit )
BEP Dalam Unit = FC
Harga jual- Biaya Variabel
= 23.800.000
Rp. 5.000- Rp 3.641
= 23.800.000
Rp. 1.359
= 17.512 unit
Artinya perusahaan perlu menjual 17,512 Unit minuman agar terjadi
break even point. Pada penjualan diatas 17,512 maka perusahaan PT. Karunia
Tirta Mas Abadi mulai memperoleh laba.
44
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu
diterima agar terjadi BEP :
BEP Dalam rupiah = Rp 23.800.000
Rp. 242.000.000
Rp. 332.258.064
= 23.800.000
1 - 0,271815
= 23.800.000
0,271815
= 87.560.000
Jadi jika penjualan melakukan penjualan 17.512 unit dengan harga jual Rp
500 maka akan menghasilkan Rp 87.560.000 dalam hal ini perusahaan akan
mengalami titik impas dimana perusahaan tidak mengalami untung dan rugi .
Berdasarkan metode penelitian, maka persamaan yang digunakan untuk
menghitung break even point ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi
break even point.
B. Tahun 2011
1 -
45
=
=
═Biaya Tetap = Rp.27.900.00058.400 unit
Biaya Variabel ( BB,TK,B.OV ) = Rp 180.500.000
58.400 (Unit )
BEP Dalam Unit = FC / unit
Harga jual- Biaya Variabel
= 27.900.000
Rp. 5.000- Rp 3.090
= 27.900.000
Rp. 1.910
= 14.607 unit
Artinya perusahaan perlu menjual 17,512 Unit minuman agar terjadi
break even point. Pada penjualan diatas 17,512 maka perusahaan PT. Karunia
Tirta Mas Abadi mulai memperoleh laba.
BEP Dalam rupiah = Rp 27.900.000
Rp. 180.500.000
Rp. 292.075.300
= 27.900.000
1 - 0,6179913194
= Rp. 27.900.0000,382008
= 73.035.000
Jadi jika perusahaan telah melakukan penjualan 14.607 unit dengan harga
jual Rp 5.000 dan Rp 73.035.000 dalam hal ini perusahaan akan mengalami titik
impas dimana perusahaan tidak mengalami untung dan tidak rugi.
1 -
Rp 3.090,- / unit
Rp. 477,- / unit
46
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Pada tahun 2011 penjualan minuman ringan perusahaan PT. Karunia
Tirtamas Abadi sebesar Rp.259.280.000 dan mengalami kenaikan
penjualan pada tahun 2012 sebesar Rp. 332.258.064
2. Pada tahun 2011 total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan PT.
Karunia Tirtamas Abadi sebesar Rp 252.000.000 dan pada tahun 2012
biaya produksi Rp. 242.000.000
3. Pada tahun 2011 jumlah keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan
sebesar Rp. 73.035. 000 , sedangkan tahun 2012 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 87.560.000
4. Berdasarkan metode analisis yang digunakan BEP memprediksikan
perusahaan perlu menjual 17.512 minuman ringan agar terjadi break
even point. Pada penjualan diatas 17.512 perusahaan PT. Karunia
Tirtamas Abadi akan mulai memperoleh laba/keuntungan. Sedangkan
jumlah uang penjualan yang harus diterima agar terjadi break even
point adalah sebesar Rp 87.560.000
46
47
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan maka diberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk penelitian berikutnya agar perusahaan memberikan data yang lebih
lengkap lagi seperti memecah laba menjadi beberapa komponen akrual
kemudian diujikan kembali model yang atau model yang lain untuk
mengetahui apakah arus kas operasi tahun berjalan tetap memiliki
kemampuan yang lebih baik dibanding laba dalam memprediksi arus kas
operasi masa depan.
2. Bahwa arus kas operasi tahun berjalan memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam memprediksi laba dan arus kas masa depan baik untuk
kelompok perusahaan berlaba positif maupun berlaba negatif. Penelitian
ini juga menunjukkanbahwa arus kas tahun berjalan yang lebih baik
dibanding laba dalam memprediksi arus kas operasi masa depan tetap
dipertahankan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Faizal, 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Malang:Universitas Muhammadiyah.
Akbar Rusdi,2006.kemampuan Earnings dan Arus kas dalam MemprediksiEarnings dan arus kas masa depan. Studi di Bursa Efek Jakarta: JurnalBisnis dan Akuntansi
Barth, M.E. Donald P.C dan Karen K.N. 2001. Accruals And The Prediction OfFuture Cash Flows. The Accounting Review.
Dahler,Yolanda dan rahmat febrianto.2006.Kemampuan earnings dan arus kasdalam memprediksi arus kas, symposium nasional akuntansi, padang.
Garrison Ray H. Moreen dan Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial Buku 1. Edisi11. Terjemahan oleh Nuri Hinduan. Jakarta: Selemba Empat
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis kritis atas laporan keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Harnanto.2002. Akuntansi Keuangan Manajemen. Yogjakarta: BPFE
Kim, M.S dan W. Kross.2002. The Ability Of Earnings To Predict FutureOperating Cash Flows Has Been Increasing- Not Decreasing.
Kusuma, P.D.I 2003. Nilai tambah kandungan informasi laba dan arus kas.
Mulyadi. 2009. Akuntansi biaya. Edisi, S. cetatakan ke 9. Yogyakarta:UUPS.STIM YKPN
Purba, Radiksi.2002.Pengantar Akuntansi. Edisi Baru. Yogjakarta : Aditiya Media
S. Munawir. 2002. Analisis laporan keuangan. Yogyakarta: Leberty.
Supriyadi.2006.The Predictive Ability of Earnings Versus Cash Flow Data toPredict Future cash Flows:Gadjah Mada.International Journal of Business
Zaki Baridwan. 2003. Intermediate Accounting: BPFE.
48