+ All Categories
Home > Documents > ANALISIS DAN PERANCANGAN ULANG LEAF TROLYS YANG …

ANALISIS DAN PERANCANGAN ULANG LEAF TROLYS YANG …

Date post: 08-Jan-2022
Category:
Upload: others
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
20
ANALISIS DAN PERANCANGAN ULANG LEAF TROLYS YANG MEMENUHI KAIDAH-KAIDAH ERGONOMI (Studi Kasus di PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau Kembar) Emelia Sari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti ABSTRACT Leaf trolys have been utilized in PTPN VI to transfer tea-leaves between workstations. 75% of operators suffer from manual handling injuries after using leaf trolys mostly on their back and waist. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) method is utilized to analize whether those injuries caused by working posture. The analysis states all working postures not ideal and need to be changed immediately (level 4). Ideal working postures achieved by redesigning of leaf trolys i.e. new handle, hidraulics, changing the wheel size and positition. Compliance of ergonomy principles is evaluated by RULA. The analysis reports all working postures have degraded from level 4 to level 1 or 2. Time evaluation reports mostly working postures have reduced the standard time, especially in tea-leaves transfer activity from leaf trolys to DIBN 1 machine inlet by 62,39%. Keywords: Manual Material Handling, Redesign, Ergonomic, Rapid Upper Limb Assessment 1. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari- harinya akan banyak menggunakan berbagai macam produk atau peralatan untuk menunjang aktivitas yang dilakukan. Agar produk yang dipergunakan tersebut dapat mendukung kegiatan manusia secara optimal, maka produk tersebut harus compatible dengan manusia yang akan menggunakannya. Fokus perhatian dari kajian ergonomi mengarah kepada upaya pencapaian suatu rancangan produk yang memenuhi persyaratan fitting the task to the man. Hal ini berarti setiap rancangan produk yang akan dibuat haruslah selalu dipikirkan untuk kepentingan manusia (dalam arti keselamatan, keamanan maupun kenyamanan), tidak semata-mata mengarah pada aspek teknis-fungsional dari produk, mesin ataupun fasilitas kerja yang dirancang. Adapun contoh penerapan perancangan produk pada sebuah sistem produksi adalah perancangan peralatan Korespondensi : Emelia Sari material handling, perancangan bangku kerja, perancangan mesin, perancangan meja kerja dan lain sebagainya. Material handling atau penanganan material merupakan bagian yang paling banyak menimbulkan biaya pada sebuah sistem produksi. Oleh karena itu penanganan material ini harus dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga bisa mereduksi ongkos yang harus dikeluarkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mereduksi biaya penanganan material ini adalah dengan cara menggunakan peralatan penanganan material yang tepat dan compatible dengan operator yang akan menggunakannya. Setiap perusahaan pada dasarnya akan menggunakan material handling pada sistem produksinya, begitu pula dengan PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau Kembar. PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau Kembar, merupakan salah satu pabrik teh yang ada di Indonesia, dimana pabrik ini E-mail : [email protected]
Transcript

ANALISIS DAN PERANCANGAN ULANG LEAF TROLYS

YANG MEMENUHI KAIDAH-KAIDAH ERGONOMI

(Studi Kasus di PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau Kembar)

Emelia Sari

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti

ABSTRACT

Leaf trolys have been utilized in PTPN VI to transfer tea-leaves between workstations. 75%

of operators suffer from manual handling injuries after using leaf trolys mostly on their back and

waist. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) method is utilized to analize whether those injuries

caused by working posture. The analysis states all working postures not ideal and need to be

changed immediately (level 4). Ideal working postures achieved by redesigning of leaf trolys i.e.

new handle, hidraulics, changing the wheel size and positition. Compliance of ergonomy

principles is evaluated by RULA. The analysis reports all working postures have degraded from

level 4 to level 1 or 2. Time evaluation reports mostly working postures have reduced the standard

time, especially in tea-leaves transfer activity from leaf trolys to DIBN 1 machine inlet by 62,39%.

Keywords: Manual Material Handling, Redesign, Ergonomic, Rapid Upper Limb Assessment

1. PENDAHULUAN1

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sehari-

harinya akan banyak menggunakan berbagai

macam produk atau peralatan untuk

menunjang aktivitas yang dilakukan. Agar

produk yang dipergunakan tersebut dapat

mendukung kegiatan manusia secara

optimal, maka produk tersebut harus

compatible dengan manusia yang akan

menggunakannya. Fokus perhatian dari

kajian ergonomi mengarah kepada upaya

pencapaian suatu rancangan produk yang

memenuhi persyaratan fitting the task to the

man. Hal ini berarti setiap rancangan produk

yang akan dibuat haruslah selalu dipikirkan

untuk kepentingan manusia (dalam arti

keselamatan, keamanan maupun

kenyamanan), tidak semata-mata mengarah

pada aspek teknis-fungsional dari produk,

mesin ataupun fasilitas kerja yang

dirancang. Adapun contoh penerapan

perancangan produk pada sebuah sistem

produksi adalah perancangan peralatan

Korespondensi :

Emelia Sari

material handling, perancangan bangku

kerja, perancangan mesin, perancangan meja

kerja dan lain sebagainya.

Material handling atau penanganan

material merupakan bagian yang paling

banyak menimbulkan biaya pada sebuah

sistem produksi. Oleh karena itu penanganan

material ini harus dilakukan secara efektif

dan efisien, sehingga bisa mereduksi

ongkos yang harus dikeluarkan. Salah satu

cara yang dapat dilakukan untuk mereduksi

biaya penanganan material ini adalah

dengan cara menggunakan peralatan

penanganan material yang tepat dan

compatible dengan operator yang akan

menggunakannya.

Setiap perusahaan pada dasarnya akan

menggunakan material handling pada

sistem produksinya, begitu pula dengan

PTP. Nusantara VI Pabrik Teh Danau

Kembar. PTP. Nusantara VI Pabrik Teh

Danau Kembar, merupakan salah satu pabrik

teh yang ada di Indonesia, dimana pabrik ini

E-mail : [email protected]

83

terletak di daerah Kayu Jao kabupaten

Solok. Teh yang diproduksi oleh Pabrik Teh

Danau Kembar ini dipasarkan tidak hanya

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

tetapi juga untuk permintaan luar negeri.

Saat ini, bentuk sistem produksi Pabrik Teh

Danau Kembar masih tradisional, hal ini

dapat dilihat dari pengerjaan proses

produksinya yang sebagian besar masih

ditangani secara manual, dalam artian masih

banyak menggunakan tenaga manusia.

Stasiun kerja penggulungan

merupakan salah satu stasiun kerja yang ada

di Pabrik teh Danau Kembar, dimana pada

stasiun kerja ini terdapat proses penanganan

material yang dilakukan secara manual

dengan menggunakan peralatan yang

dikenal dengan nama “leaf trolys”. Dalam

melakukan proses pemindahan material ini,

operator merasakan kesulitan dan keluhan-

keluhan serta rasa nyeri pada bagian tubuh.

Dari 12 operator, 75% nya merasakan

keluhan ini setiap hari. Kesulitan yang

dialami oleh operator adalah pada saat

mendorong, menarik, membelokkan dan

memposisikan leaf trolys. Keluhan dan rasa

nyeri yang dirasakan oleh operator

umumnya pada semua bagian tubuh,

terutama pada bagian punggung dan

pinggang yang dirasakan oleh 75% operator,

bahu kanan dan bahu kiri 67% serta lengan

atas kanan dan kiri, pergelangan tangan

kanan dan tangan kanan 50%. Hal ini bisa

disebabkan oleh berbagai faktor, seperti

beratnya beban yang dipindahkan, tingginya

frekwensi pemindahan, fasilitas yang

digunakan tidak memenuhi prinsip-prinsip

ergonomis, dan lain sabagainya.

Pada dasarnya operator leaf trolys

telah menggunakan peralatan dalam

melakukan pekerjaanya, namun peralatan

kerja tersebut belum memenuhi prinsip-

prinsip ergonomi, dimana peralatan yang

ada tidak sesuai dengan antropometri

operator walaupun compatible dengan mesin

yang digunakan, sehingga operator tidak

dapat bekerja pada kondisi yang seharusnya,

apalagi operator bekerja selama 8 jam per

hari. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan

dapat memberikan dampak negatif, baik

bagi perusahaan maupun bagi operator

tersebut, misalkan berkurangnya

produktivitas kerja, timbulnya rasa sakit

pada operator baik yang bersifat sementara

maupun permanen, meningkatnya

kemungkinan terjadi kecelakaan dan

kesalahan kerja dan lain sebagainya (Pulat,

1992, hal. 2).

Berdasarkan uraian permasalahan di

atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian

yang dapat menghasilkan suatu rancangan

leaf trolys sebagai peralatan penanganan

material secara manual yang sesuai dengan

prinsip-prinsip ergonomi dan antropometri

operator yang akan mengoperasikan

peralatan tersebut, sehingga akan terciptalah

suatu sistem kerja yang efektif, nyaman,

aman, sehat dan efisien.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab

ketidaknyamanan penggunaan leaf

trolys.

2. Mengetahui dan menganalisis posisi

tubuh operator leaf trolys saat

melakukan aktivitas

3. Menentukan posisi tubuh ideal operator

leaf trolys saat melakukan aktivitas

4. Merancang ulang leaf trolys yang sesuai

dengan kaidah-kaidah ergonomi

5. Melakukan evaluasi terhadap leaf trolys

hasil rancangan dari segi posisi kerja,

waktu baku dan ekonomi

1.3 Rencana Pemecahan Masalah

Dalam rangka menyelesaikan

permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dilakukan tahapan

pemecahan masalah dengan menggunakan

metode atau pendekatan tertentu. Adapun

rencana pemecahan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Proses identifikasi kesulitan dan

keluhan operator leaf trolys dilakukan

84

dengan proses wawancara serta

memberikan lembaran checklist.

Selanjutnya hasil wawancara dan

checklist dianalisis untuk menentukan

fokus perbaikan yang akan dilakukan.

2. Untuk melihat apakah posisi kerja

operator leaf trolys sudah baik atau

belum, maka dilakukan proses analisis

dengan menggunakan metode RULA.

Dari hasil analisis RULA akan keluar

rekomendasi tindakan aksi yang harus

dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan.

3. Selanjutnya adalah menentukan posisi

kerja ideal operator leaf trolys sehingga

kesulitan dan keluhan yang dirasakan

pada saat proses manual material

handling dapat diminimasi.

4. Untuk mendapatkan posisi ideal

operator leaf trolys maka harus

dilakukan perancangan ulang terhadap

leaf trolys dengan menggunakan

prinsip-prinsip ergonomi dan

antropometri tubuh operator.

5. Setelah hasil rancangan diperoleh, maka

perlu dilakukan proses evaluasi untuk

melihat apakah leaf trolys hasil

rancangan dapat menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi oleh

operator leaf trolys. Evaluasi dilakukan

dengan menganalisis posisi kerja

operator menggunakan leaf trolys hasil

rancangan dengan menggunakan

metode RULA. Evaluasi juga dilakukan

dengan menghitung kembali waktu baku

aktivitas operator dengan menggunakan

leaf trolys hasil rancangan. Tujuan

penelitian akan tercapai ketika level aksi

RULA mengalami penurunan dan waktu

baku yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan pekerjaan semakin

singkat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Ergonomi

Ergonomi menurut Internasional

Ergonomic Association didefinisikan

sebagai studi tentang aspek-aspek manusia

dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau

secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain.

Ergonomi disebut juga sebagai “Human

Factor”, dimana human factor ini adalah

suatu proses desain untuk kepentingan

manusia (Tillman, 1991, hal. 3). Penerapan

ergonomi pada umumnya merupakan

aktivitas rancang bangun (design) ataupun

rancang ulang (redesign) (Nurmianto, 1996,

hal. 1). Hal ini dapat meliputi perangkat

keras seperti perkakas kerja, bangku kerja,

kursi, pegangan alat kerja, sistem

pengendali, alat peraga, jalan/ lorong, pintu,

jendela dan lain-lain.

Ergonomi sangat penting diterapkan

dalam melakukan proses desain. Sehingga,

jika dalam melakukan proses perancangan

para desainer tidak menerapkan prinsip-

prinsip ergonomi, maka dimungkinkan akan

terjadi hal-hal sebagai berikut (Pulat, 1992,

hal. 2):

1. Menurunnya output produksi.

2. Meningkatnya loss time.

3. Tingginya biaya medis yang harus

disediakan.

4. Tingginya biaya material.

5. Meningkatnya ketidakhadiran

karyawan.

6. Rendahnya kualitas kerja.

7. Timbulnya rasa nyeri dan ketegangan

pada karyawan.

8. Meningkatnya kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan kesalahan kerja.

9. Meningkatnya pergantian karyawan.

10. Menurunnya cadangan kapasitas untuk

transaksi-transaksi yang darurat atau

tidak terduga.

1.2 Antropometri

Antropometri secara definitif dapat

dinyatakan sebagai suatu studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh

manusia (Bridger, 2002, hal. 71). Data

antropometri akan menentukan bentuk,

ukuran dan dimensi yang tepat yang

berkaitan dengan produk yang akan

dirancang dan manusia sebagai pengguna

produk tersebut. Dalam kaitan ini, maka

perancang produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari

populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangannya tersebut.

85

Manusia pada umumnya akan

berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi

ukuran tubuhnya. Maka menurut Stevenson

(1989) dan Nurmianto (1991) ada beberapa

faktor yang akan mempengaruhi ukuran

tubuh manusia, sehingga sudah semestinya

seorang perancang produk harus

memperhatikan faktor-faktor tersebut, yang

antara lain adalah (Nurmianto, 1996,

hal.48):

1. Keacakan/ random

2. Jenis kelamin

3. Suku bangsa

4. Usia

5. Jenis pekerjaan

6. Pakaian

7. Faktor kehamilan pada wanita

8. Cacat tubuh secara fisik

Data antropometri yang menyajikan

data ukuran dari berbagai macam anggota

tubuh manusia dalam persentil tertentu akan

sangat besar manfaatnya pada saat suatu

rancangan produk ataupun fasilitas kerja

akan di buat. Agar rancangan suatu produk

nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh

manusia yang akan mengoperasikannya,

maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil

di dalam aplikasi data antropometri tersebut

harus ditetapkan terlebih dahulu. Pada

dasarnya ada tiga prinsip umum dalam

menggunakan data antropometri untuk

proses perancangan, yaitu:

1. Perancangan untuk Individu Ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila

diharapkan fasilitas yang dirancang

tersebut dapat dipakai dengan ENASE

oleh sebagian besar orang-orang yang

memakainya (biasanya minimal oleh 95

% pemakai), atau produk ini dirancang

agar bisa memenuhi dua sasaran produk

yaitu:

- Bisa sesuai untuk ukuran tubuh

manusia yang mengikuti klasifikasi

ekstrim, dalam artian terlalu besar

atau terlalu kecil bila dibandingkan

dengan rata-ratanya.

- Tetap bisa digunakan untuk

memenuhi ukuran tubuh yang lain

(mayoritas dari populasi yang ada).

Perancangan untuk individu ekstrim ini

terdiri atas dua, yaitu :

- Ekstrim atas

Perancangan dilakukan berdasarkan

nilai persentil yang terbesar, seperti

persentil 90%, persentil 95% atau

persentil 99%.

Contoh penggunaannya adalah pada

penetapan ukuran minimal dari

lebar dan tinggi pintu darurat.

- Ekstrim bawah

Perancangan dilakukan berdasarkan

nilai persentil yang terkecil, seperti

persentil 1%, persentil 5% atau

persentil 10%.

Contoh penggunaannya adalah pada

penetapan jarak jangkauan dari

suatu mekanisme kontrol yang harus

dioperasikan oleh seorang pekerja.

Secara umum aplikasi data antropometri

untuk perancangan produk ataupun

fasilitas kerja, menggunakan persentil

5% untuk dimensi maksimum dan

persentil 95% untuk dimensi

minimumnya.

2. Perancangan Fasilitas yang Dapat

Disesuaikan

Prinsip ini digunakan untuk merancang

suatu fasilitas agar fasilitas tersebut

dapat digunakan dengan ENASE oleh

semua orang yang memerlukan. Di sini

rancangan bisa berubah-ubah

ukurannya, sehingga cukup fleksibel

dioperasikan oleh setiap orang yang

memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

Tetapi biaya yang dibutuhkan untuk

perancangan dengan menggunakan

prinsip ini relatif lebih besar.

Contoh yang paling umum dijumpai

adalah perancangan kursi mobil, yang

mana dalam hal ini letaknya bisa digeser

maju atau mundur dan sudut

sandarannyapun bisa berubah-ubah

sesuai dengan yang diinginkan.

Pada perancangan yang menggunakan

prinsip ini, persentil yang umum

diaplikasikan berada dalam rentang

86

nilai persentil 5% sampai dengan

persentil 95%.

3. Perancangan Berdasarkan Nilai Rata-

rata

Prinsip ini digunakan apabila

perancangan berdasarkan prinsip

individu ekstrim tidak mungkin

dilakukan, karena hanya sebagian orang

saja yang akan merasakan ENASE

ketika menggunakan hasil rancangan

tersebut, dan perancangan yang bisa

disesuaikanpun tidak layak untuk

dilaksanakan karena mahalnya biaya

yang dibutuhkan dalam perancangan

produk tersebut.

Agar aplikasi data antropometri yang

diperlukan dalam proses perancangan

produk ataupun fasilitas kerja, dapat

dipergunakan secara baik dan tepat, maka

langkah-langkah yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto,

2003, hal. 69):

1. Menetapkan anggota tubuh yang akan

difungsikan untuk mengoperasikan hasil

rancangan tersebut.

2. Menentukan dimensi tubuh yang

diperlukan di dalam proses

perancangan. Dalam hal ini juga perlu

diperhatikan apakah data yang

diperlukan adalah data antropometri

dinamis atau data antropometri statis.

3. Langkah selanjutnya adalah,

menentukan populasi terbesar yang

menjadi target utama untuk memakai

hasil rancangan yang akan dibuat, yang

mana hal ini dikenal dengan market

segmentation. Misalkan, produk mainan

untuk anak-anak, peralatan rumah

tangga untuk wanita dan lain

sebagainya.

4. Menetapkan prinsip perancangan yang

akan digunakan, misalkan

menggunakan prinsip perancangan

unutuk individu ekstrim atau yang

lainnya.

5. Menetapkan nilai persentil yang akan

digunakan, misalkan menggunakan

persentil 5%, 95%, atau persentil

lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan

dalam proses perancangan.

6. Langkah selanjutnya, untuk setiap

dimensi tubuh yang telah

diidentifikasikan, selanjutnya tetapkan

nilai ukurannya dari tabel data

antropometri yang sesuai. Aplikasikan

data tersebut dan tambahkan faktor

kelonggaran (allowance) bila

diperlukan.

1.3 Desain Produk

Proses desain adalah rangkuman

suatu kegiatan yang dimulai dari observasi

lapangan dan studi pasar, kegiatan penelitian

dan pengembangan, studi banding produk,

dan tahapan-tahapan desain. Dari pengertian

proses desain tersebut, dapat dilihat bahwa

pada dasarnya setiap kegiatan desain akan

berusaha untuk menciptakan sistem (barang

atau produk, proses, dan lain sebagainya)

yang lebih baik dari yang telah ada, dengan

memanfaatkan semua informasi yang telah

diperoleh. Sehingga apabila lebih dicermati,

maka hal ini merupakan aplikasi dari

ergonomi, karena dalam setiap proses desain

yang dilakukan terdapat usaha-usaha untuk

memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi oleh manusia.

Dalam proses desain terdapat

beberapa pertimbangan yang dapat

dilakukan diantaranya adalah

(Prasetyowibowo, 1999, hal. 11):

1. Pertimbangan fungsional

2. Pertimbangan teknis

3. Pertimbangan ergonomi

4. Pertimbangan ekonomi

5. Pertimbangan lingkungan

6. Pertimbangan sosial budaya

7. Pertimbangan visual (estetika)

Pengembangan produk dapat

dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu

(Ulrich dan Eppinger, 2003, hal. 35):

1. New product platforms yaitu

pengembangan golongan baru dari

suatu produk dengan berdasarkan pada

platform produk lama.

2. Derivatives of existing product

platforms yaitu pengembangan produk

berdasarkan pada turunan dari produk

yang sudah ada.

3. Incremental improvements to existing

products yaitu pengembangan ini bisa

saja hanya merupakan penambahan

87

maupun modifikasi dari produk yang

sudah ada dengan tujuan untuk menjaga

lini maupun manajemen perusahaan.

4. Fundamentally new products yaitu

pengembangan produk pada produk

yang benar-benar baru.

1.4 Evaluasi Posisi Kerja Operator

dengan Metode RULA

Metode RULA (Rapid Upper Limb

Assessment) merupakan sebuah metode

yang digunakan untuk mengetahui postur

manusia, beban dan aktivitas otot yang

mengakibatkan penyakit pada anggota tubuh

bagian atas atau yang lebih dikenal dengan

Upper Limb Disorders (ULD). Metode

RULA ini dikembangkan oleh Mc Atamney

dan Corlett pada tahun 1993.

Metode RULA ini akan mengamati

bagian-bagian tubuh bagian atas, leher,

batang tubuh dan kaki. Setiap posisi dari

masing-masing bagian ini akan mempunyai

nilai tertentu, yang mana hal ini dapat dilihat

pada Gambar 1.

Untuk mendapatkan nilai akhir dari

penggunaan metode ini, maka akan

digunakan tiga Tabel, yaitu Tabel A, Tabel

B dan Tabel C, dimana Tabel A dapat dilihat

pada Tabel 1, sedangkan Tabel B dapat

dilihat pada Tabel 2. Adapun tahap-tahap

dalam menggunakan metode ini adalah

sebagai berikut (Corlett, 1999, hal. 665):

1. Tentukan nilai dari masing-masing

bagian tubuh operator dengan melihat

Gambar 1.

2. Masukkan nilai yang telah diperoleh

tersebut ke dalam Tabel A dan Tabel B.

Tabel A digunakan untuk bagian kanan

dan kiri anggota tubuh bagian atas,

sehingga akan diperoleh nilai A.

Sedangkan Tabel B digunakan untuk

bagian leher, batang tubuh dan kaki,

sehingga akan diperoleh nilai B.

3. Setelah didapatkan nilai dari masing-

masing Tabel tersebut, maka nilainya

ditambahkan dengan nilai penggunaan

otot dan nilai penggunaan beban, yang

mana nilainya dapat dilihat pada Tabel 3

dan Tabel 4. Maka nilai A akan menjadi

nilai C, sedangkan nilai B akan menjadi

nilai D.

4. Setelah didapatkan nilai C dan nilai D,

maka selanjutnya nilai-nilai tersebut

dimasukkan ke dalam Tabel C, dan

Tabel ini dapat dilihat pada Tabel 5.

5. Setelah didapatkan nilai akhir untuk

anggota tubuh bagian atas dan leher,

batang tubuh serta kaki, maka dari nilai

yang diperoleh tersebut dapat diketahui

level tindakan korektif yang harus

dilakukan.

Untuk memudahkan dalam

pemakaian metode RULA ini digunakan

score sheet, yang mana bentuk score sheet

ini dapat dilihat pada Gambar 2. Level

tindakan yang harus dilakukan setelah

mendapatkan hasil dari Tabel C adalah

sebagai berikut:

- Level Tindakan 1

Jika pada Tabel C diperoleh nilai satu

atau dua, maka posisi kerja operator

masih diperbolehkan atau dapat diterima

jika hal tersebut tidak dipertahankan

atau diulang untuk periode yang lama.

- Level Tindakan 2

Jika pada Tabel C diperoleh nilai tiga

atau empat, maka perlu dilakukan

penyelidikan atau penelitian terhadap

posisi kerja operator dan perubahan atau

perbaikan perlu dilakukan.

- Level Tindakan 3

Jika pada Tabel C diperoleh nilai lima

atau enam, maka penyelidikan atau

penelitian dan perubahan atau perbaikan

terhadap posisi kerja operator harus

segera dilakukan.

- Level Tindakan 4

Jika pada Tabel C diperoleh nilai tujuh

atau lebih, maka penyelidikan atau

penelitian dan perubahan atau perbaikan

terhadap posisi kerja operator harus

dilakukan sekarang juga

88

Gambar 1. Bagian-Bagian Tubuh yang Diukur (Corlett, 1999, hal. 669)

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab Metodologi Penelitian ini,

akan diuraikan langkah-langkah atau tahap-

tahap penelitian dari awal sampai akhir,

sehingga didapatkan hasil perancangan yang

memenuhi kaidah-kaidah ergonomi. Secara

garis besarnya, penelitian ini terdiri dari

delapan tahap, yaitu tahap persiapan

penelitian, pengumpulan dan pengolahan

data, perancangan ulang, analisis biaya, hasil

rancangan dan evalusi, cara pengoperasian

dan perawatan, analisis hasil rancangan dan

yang terakhir adalah tahap pengambilan

kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan dan saran untuk penelitian yang

akan datang.

3.1 Tahap Persiapan Penelitian

Hal-hal yang dilakukan pada tahap

persiapan ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan

Pada tahap persiapan penelitian yang

pertama dilakukan adalah penelitian

pendahuluan. Hal ini dilakukan agar dapat

diperoleh gambaran yang jelas mengenai

objek yang akan diteliti.

Adapun hal-hal yang dilakukan pada

tahap ini adalah sebagai berikut:

a. User analysis

b. Function analysis

c. Preliminary task analysis

d. Environment analysis

e. Identify user preferences and

requirements

89

f. Providing Input for System

Specifications

Tabel 1. Evaluasi Postur untuk Memperoleh Nilai A (Corlett, 1999, hal. 671)

2. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan dengan

cara membaca referensi dan literatur-

literatur yang berhubungan dengan

perancangan ulang peralatan material

handling yang akan dilakukan yaitu leaf

trolys, sehingga bisa mendukung dalam

proses pemecahan masalah. Dari tinjauan

pustaka juga akan dapat disusun teori-teori

yang relevan dengan penelitian.

Tabel 2. Evaluasi Postur untuk Memperoleh Nilai B (Corlett, 1999, hal. 671)

Tabel 3. Nilai Penggunaan Otot untuk Memperoleh Nilai C dan Nilai D (Corlett, 1999, hal. 672)

Muscle Use Score

Give a score of 1

if the posture is:

* mainly static, e.g. held

for longer than 1 minute

* repeated more than

4 times/minute

Tabel 4. Nilai Beban untuk Memperoleh Nilai C dan Nilai D (Corlett, 1999, hal. 672)

Nilai Forces or Load Score

90

0

No resistance or less than

2 kg intermittent load or force

1 2 - 10 kg intermittent load or force

2 2 -10 kg static load

2 -10 kg repeated load or force

3 10 kg or more static load

10 kg or more repeated loads or forces

Shock or force with a rapid buildup

Tabel 5. Panduan untuk Mendapatkan Nilai Akhir (Menentukan Level Tindakan) (Corlett, 1999,

hal. 673)

SCORE D (NECK, TRUNK, LEGS)

SCORE C

(UPPER

LIMB)

1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8 5 5 6 7 7 7 7

Gambar 2. Score Sheet Penggunaan Metode RULA (Corlett, 1999, hal. 670)

3. Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian pendahuluan

dan tinjauan pustaka yang dilakukan,

91

diperoleh informasi bahwa operator leaf

trolys merasakan sakit atau

ketidaknyamanan pada saat

menggunakan leaf trolys tersebut dalam

melaksanakan aktivitas, sehingga

apabila hal ini dibiarkan akan dapat

menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang

dirasakan berkelanjutan pada beberapa

bagian tubuh operator dan juga akan

menimbulkan kerugian kepada

perusahaan. Maka untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut

perlu dilakukan suatu penelitian yang

akan menghasilkan suatu solusi, yang

nantinya akan menghasilkan suatu

rancangan leaf trolys yang sesuai

dengan kaidah-kaidah ergonomi.

3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan

Data

Setelah tahap persiapan penelitian

dilakukan, langkah selanjutnya adalah tahap

pengumpulan dan pengolahan data. Pada

tahap ini akan diuraikan mengenai cara

mendapatkan data yang dibutuhkan, sumber

data serta data apa saja yang akan

dikumpulkan berkaitan dengan kepentingan

penelitian yang akan dilakukan.

1. Pengumpulan Data

Adapun data-data yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Data umum tentang operator

b. Fungsi utama produk

c. Task analysis awal

d. Data tentang lingkungan kerja

e. Data pilihan dan keinginan operator

f. Tujuan dan bentuk sistem yang

diinginkan

g. Data fasilitas yang ada

Karena pada penelitian ini akan

dilakukan perancangan ulang

terhadap leaf trolys yang ada, maka

dikumpulkan data-data mengenai

leaf trolys tersebut, baik dari segi

ukuran, kegunaan, biaya

pembuatan, dan data lainnya yang

dibutuhkan untuk proses

perancangan ini.

h. Data keluhan-keluhan operator leaf

trolys

Informasi mengenai keluhan-

keluhan yang dirasakan oleh

operator leaf trolys selama ini

diperoleh melalui penyebaran

checklist dan wawancara. Selain itu,

wawancara juga dilakukan terhadap

mandor stasiun kerja pengulungan.

Dari hasil checklist dan wawancara

diharapkan diketahui bagian leaf

trolys yang sering mengalami

kerusakan, kesulitan dan keluhan

yang sering dialami oleh operator

leaf trolys pada saat bekerja. Data

ini berguna dalam proses

perancangan leaf trolys yang akan

dilakukan, sehingga dapat

dihasilkan sebuah leaf trolys yang

efektif, aman, nyaman, sehat dan

efisien.

i. Data antropometri

Untuk keperluan perancangan leaf

trolys yang berhubungan dengan

dimensi tubuh, maka diperlukan

data antropometri. Adapun data

antropometri yang akan digunakan

adalah data antropometri operator

leaf trolys dan mahasiswa dari

Laboratorium Perancangan Sistem

Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik

Industri Fakultas Teknik

Universitas Andalas tahun 2003.

Hal ini dimaksudkan agar leaf trolys

tidak saja dapat dioperasikan secara

baik oleh operator yang bekerja di

PTPN VI Pabrik Teh Danau

Kembar saat ini, tetapi juga oleh

operator yang ada pada pabrik teh

lainnya yang bekerja pada saat

sekarang, dan juga yang bekerja

pada masa yang akan datang.

j. Pengambilan gambar

Untuk mengetahui secara persis

posisi tubuh operator leaf trolys

pada saat melakukan pekerjaan,

92

maka dilakukan proses pengambilan

gambar menggunakan kamera foto.

k. Layout stasiun kerja penggulungan

l. Waktu Proses

m. Pengukuran denyut jantung

Pengukuran denyut jantung ini

berguna untuk mengukur jumlah

energi yang dikeluarkan oleh

seorang operator ketika melakukan

pekerjaan. Denyut jantung yang

diperoleh dikonversikan keenergi

kemudian dibandingkan dengan

standar Granjean. Dari hasil yang

diperoleh dapat diketahui level

beban kerja operator.

n. Task analysis

Task analysis digunakan untuk

merepresentasikan informasi yang

digunakan dalam perancangan suatu

sistem manusia mesin baru ataupun

di dalam mengevaluasi rancangan

sistem yang ada sekarang ini. Hal ini

dicapai melalui analisis yang

sistematis dari pekerjaan yang

diperlukan oleh operator.

2. Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan

selanjutnya akan diolah sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

a. Pengujian Keseragaman Data

Uji statistik ini akan digunakan pada

saat penghitungan dimensi leaf

trolys dengan menggunakan data

antropometri dan pada saat

penghitungan waktu baku aktivitas

operator leaf trolys. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah

data-data yang ada berada di dalam

atau di luar batas kontrol yang telah

ditetapkan.

b. Pengujian Kecukupan Data

Uji statistik ini akan digunakan pada

saat penghitungan dimensi leaf

trolys dengan menggunakan data

antropometri dan pada saat

penghitungan waktu baku aktivitas

operator leaf trolys Pengujian

kecukupan data dilakukan untuk

mengetahui apakah data yang telah

dikumpulkan telah mencukupi atau

belum untuk melakukan proses

perancangan leaf trolys.

c. Pengujian Hipotesis Dua Sampel

Uji statistik ini digunakan untuk

melihat apakah populasi operator

leaf trolys dengan populasi

mahasiswa TI Unand secara statistik

sama. Uji ini akan menduga

parameter dua populasi, dimana

parameter yang akan diduga adalah

nilai tengah dan ragam. Dari hasil

uji ini, dapat diketahui apakah data

antropometri mahasiswa TI Unand

dapat digabungkan dengan data

operator leaf trolys yang akan

digunakan dalam penentuan

dimensi leaf trolys.

3.3 Tahap Perancangan Ulang

Proses perancangan ini secara garis

besarnya terdiri dari beberapa langkah yaitu:

1. Konseptualisasi Desain

Tahap konseptualisasi desain

merupakan tahap yang penting dalam

proses perancangan, karena pada tahap

ini akan dikumpulkan informasi teknis

yang tepat tentang produk yang akan

dirancang. Adapun langkah-langkah

dalam konseptualisasi desain ini adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan bentuk sistem, apakah

manual, semi otomatis, atau

otomatis.

b. Menganalisis posisi tubuh operator

leaf trolys saat bekerja dengan

menggunakan metode RULA.

c. Identifikasi Fungsi

Pada tahap ini informasi teknis yang

berhubungan dengan produk yang

akan dirancang dikumpulkan,

kemudian dilakukan identifikasi

fungsi berdasarkan data-data yang

diperoleh dari task analysis.

d. Menentukan posisi tubuh ideal

operator leaf trolys ketika

93

melaksanakan aktivitas atau ketika

bekerja.

2. Alternatif Rancangan

Pada tahap ini, akan dirumuskan

berbagai alternatif rancangan yang

mungkin diterapkan. Setelah alternatif

rancangan dibuat, maka selanjutnya

dilakukan analisis terhadap alternatif-

alternatif rancangan tersebut sehingga

dipilih satu alternatif rancangan yang

sesuai dengan tujuan penelitian yang

dilakukan.

3. Pemodelan Produk

Pada tahap pemodelan produk ini akan

disajikan informasi tentang produk

yang akan dirancang secara jelas dan

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Tahap pemodelan ini sangat perlu

dilakukan, karena sebelum suatu sistem

nyata dibuat, maka untuk mendapatkan

hasil rancangan yang baik perlu

dilakukan proses pemodelan. Hal ini

bertujuan untuk dapat meminimasi

kesalahan dan pemborosan pada saat

pembuatan prototipe. Setelah ditentukan

bagian-bagian dari peralatan (leaf

trolys) yang akan dirancang, maka

langkah selanjutnya adalah sebagai

berikut:

- Menentukan jenis segmen badan

yang berkaitan dengan bagian leaf

trolys yang akan dirancang.

- Menentukan persentil data

antropometri yang dipakai.

- Membuat gambar detail leaf trolys.

- Menentukan dimensi masing

masing bagian leaf trolys.

4. Penentuan Material

Pada tahap ini akan dilakukan proses

penentuan material yang akan

membentuk leaf trolys, sehingga

material yang akan digunakan dalam

proses pembuatan leaf trolys adalah

material yang terseleksi dan berdaya

guna. Dalam penentuan material ini,

selain memperhatikan fungsi dari

masing-masing bagian dari leaf trolys,

faktor lingkungan juga perlu menjadi

bahan pertimbangan dan tentunya yang

sangat penting adalah faktor

kenyamanan dan keselamatan operator.

5. Proses Produksi

Pada tahap ini akan ditentukan proses

pembuatan leaf trolys hasil rancangan

yang efektif dan efisien, sehingga dapat

dihasilkan leaf trolys yang ergonomis

dan berkualitas.

3.4 Perhitungan Biaya

Perhitungan biaya bertujuan untuk

melihat berapa biaya yang dibutuhkan untuk

membuat satu unit leaf trolys. Sehingga

dapat diketahui kelayakan leaf trolys yang

dirancang secara ekonomi. Sehingga ketika

perusahaan akan mengimplementasikan

hasil rancangan terlebih dahulu dapat

dihitung benefit cost rationya.

3.5 Hasil Rancangan dan Evaluasi

Rancangan yang dihasilkan adalah

rancangan yang sesuai dengan kaidah-

kaidah ergonomi, dimana dimensi dari

masing-masing bagian leaf trolys sesuai

dengan dimensi segmen tubuh operator.

Dengan dihasilkannya leaf trolys yang

sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomi,

maka diharapkan tidak lagi menimbulkan

rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh

operator saat bekerja, kelelahan,

ketidaknyamanan dalam melaksanakan

kerja, serta keluhan-keluhan lainnya.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan evaluasi terhadap leaf trolys

hasil rancangan, dengan cara mengevaluasi

posisi tubuh operator ketika melakukan

aktivitas menggunakan produk hasil

rancangan.

3.6 Cara Pengoperasian dan Perawatan

Pada bagian ini akan dijelaskan cara

pengoperasian rancangan yang telah

dihasilkan, sehingga operator yang akan

menggunakan hasil rancangan ini dapat

bekerja dengan efektif dan efisien. Pada

tahap ini, juga akan dijelaskan bagaimana

sistem perawatan yang harus diberikan

94

terhadap produk hasil rancangan, sehingga

produk dapat tahan lama dan terhindar dari

kerusakan-kerusakan yang tidak diinginkan.

3.7 Analisis Hasil Rancangan

Pada tahap ini, akan dilakukan

analisis terhadap hasil rancangan peralatan

leaf trolys yang telah dilakukan.

3.8 Kesimpulan dan Saran

Bagian ini berisi tentang kesimpulan

dari penelitian yang telah dilakukan,

sehingga dapat diketahui apakah tujuan

penelitian dapat tercapai. Bab ini juga berisi

tentang saran-saran yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk penelitian lebih lanjut pada masa yang

akan datang.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pendahuluan

Data pendahuluan dikumpulkan

untuk memperoleh informasi tentang

gambaran umum sistem yang akan

dirancang, sehingga diharapkan peralatan

yang akan dirancang dapat dioperasikan

secara optimal dengan sistem kerja dan

lingkungan fisik kerja yang ENASE. Data

yang dikumpulkan antara lain: data umum

operator, fungsi produk dan task analysis

awal.

Operator leaf trolys berjumlah 12

orang laki-laki. Usia operator antara 23

tahun sampai dengan 46 tahun. Tingkat

pendidikan operator juga beragam dari

tamatan SD sampai SLTA. Keadaan fisik

dari semua operator adalah normal.

Analisis fungsi dilakukan untuk

mengetahui kegunaan dari produk yang akan

dirancang. Fungsi dari leaf trolys yang akan

dirancang adalah sebagai peralatan material

handling yang akan memindahkan daun teh

serta bubuk teh dari satu mesin ke mesin

lainnya pada stasiun kerja penggulungan.

Task analysis awal bertujuan untuk

menggambarkan pekerjaan-pekerjaan yang

dilakukan oleh operator leaf trolys.

Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh

operator leaf trolys adalah sebagai berikut:

Memindahkan daun teh dari mesin

Open Top Roller (OTR) ke mesin

Double Indian Breaker Netshort 1

(DIBN 1).

Memindahkan daun teh sisa operasi

pada mesin DIBN 1 ke mesin Press

Cup Roller (PCR).

Memindahkan daun teh dari mesin

PCR ke mesin DIBN 2.

4.2 Analisis Posisi Tubuh Operator Leaf

Trolys Saat Bekerja

Untuk mengetahui posisi tubuh

operator leaf trolys saat bekerja, maka

dilakukan pengambilan gambar operator leaf

trolys dengan menggunakan kamera foto.

Dari hasil pengambilan gambar yang

dilakukan dapat diketahui berbagai macam

posisi operator leaf trolys saat bekerja atau

melakukan aktivitas. Posisi kerja operator

leaf trolys tersebut, kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode RULA.

Setelah dilakukan analisis terhadap posisi

kerja operator leaf troyls, maka perlu atau

tidaknya diambil tindakan perbaikan

tergantung kepada hasil yang diperoleh.

Posisi kerja operator terdiri dari 25

posisi. Beberapa contoh gambar posisi kerja

operator dapat dilihat pada Gambar 3, 4, dan

5.

95

Gambar 3. Posisi Kerja Meletakkan Leaf

Trolys Kosong ke Mesin OTR

Gambar 4. Membawa Leaf Trolys yang

Telah Terisi Daun Teh ke Mesin DIBN 1

Gambar 5. Memasukkan Daun Teh ke Mesin PCR

Berdasarkan Gambar 3 di atas, dapat

diperoleh informasi tentang posisi kerja

operator leaf trolys. Dari gambar posisi kerja

operator leaf trolys yang ada, bisa diketahui

posisi dan penggunaan masing-masing item

yang akan dianalisis dengan menggunakan

metode RULA.

Nilai-nilai yang telah diberikan dan

didapatkan dimasukkan kedalam score

sheet, sehingga dapat diketahui level

tindakan dari posisi kerja operator nomor

tersebut. Score shett posisi kerja operator

dapat dilihat pada Gambar 6.

Untuk posisi kerja operator leaf trolys

di atas, maka hasil akhir yang diperoleh

untuk anggota tubuh bagian kanan adalah 7,

dan untuk anggota tubuh bagian kiri juga 7.

Dari hasil tersebut, maka level tindakan

yang harus dilakukan adalah level tindakan

4, dimana penyelidikan atau penelitian dan

perubahan atau perbaikan terhadap posisi

kerja operator harus dilakukan sekarang

juga.

Dengan cara yang sama, maka dapat

dilakukan analisis untuk setiap posisi kerja

yang lainnya. Dimana hasil untuk ke semua

posisi (25 posisi) adalah sama, yaitu level 4.

96

Gambar 6. Score Sheet Posisi Kerja Meletakkan Leaf Trolys Kosong ke Mesin OTR

4.3 Leaf Trolys Hasil Rancangan

Cara paling efektif untuk mengurangi

nyeri atau keluhan pada saat bekerja adalah

dengan mengurangi resiko manual handling

[McKeown, 2008, hal. 153]. Hal ini dapat

dicapai jika peralatan yang digunakan untuk

manual handling memenuhi prinsip-prinsip

ergonomi dan sesuai dengan antropometri

tubuh operator. Maka untuk operator leaf

trolys perlu dirancang sebuah leaf trolys

yang ergonomis.

Untuk merancang leaf trolys perlu

diketahui posisi kerja ideal untuk pekerjaan

yang dilakukan sambil berdiri. Maka hal-hal

yang harus diperhatikan berkaitan dengan

posisi kerjanya adalah sebagai berikut:

- Batang tubuh tidak boleh berputar atau

membungkuk, tetapi diusahakan untuk

tegak dan normal [Kroemer, 2001, hal.

348].

- Posisi leher dan kaki berada dalam

keadaan lurus [Wignjosoebroto, 2003,

hal. 76].

- Tangan dan lengan berada dalam posisi

yang normal (Wignjosoebroto, 2003,

hal. 76).

Berdasarkan ketentuan-ketentuan di

atas, maka posisi kerja ideal operator leaf

trolys pada saat bekerja untuk masing-

masing posisi kerja harus ditentukan.

Untuk menghasilkan rancangan leaf

trolys yang ergonomis atau rancangan yang

sesuai dengan antropometri tubuh operator,

maka diperlukan jenis segmen badan yang

berkaitaan dengan bagian leaf trolys yang

akan dirancang. Jenis-jenis segmen badan

yang berkaitan dengan bagian leaf trolys

adalah sebagai berikut:

1. Pegangan leaf trolys

- Tinggi siku berdiri

- Lebar bahu

2. Bak penampung leaf trolys

97

- Tinggi siku berdiri

Berdasarkan posisi kerja ideal dan

data antropometri, maka leaf trolys hasil

rancangan dapat dilihat pada Gambar 7.

Setelah dilakukan proses perancangan

ulang terhadap leaf trolys, maka terdapat

perubahan dimensi pada bagian-bagian leaf

trolys yang disesuaikan dengan dimensi

tubuh operator dan kondisi ideal pekerjaan

tersebut, yang mana dapat dilihat pada Tabel

6.

(a)

(b)

Gambar 7. Leaf Trolys Hasil Rancangan dan Bagian-bagiannya pada (a) dan (b)

98

Tabel 6. Dimensi Leaf Trolys

4.4 Perhitungan Biaya

Biaya yang akan diperhitungkan

adalah biaya material atau bagian yang

diperlukan untuk membuat satu unit leaf

trolys. Pada dasarnya biaya yang

dibutuhkan untuk membuat satu unit produk

akan lebih besar dari pada biaya rata-rata

satu unit yang diperlukan jika dilakukan

produksi massal. Biaya yang dibutuhkan

untuk membuat satu unit leaf trolys adalah

Rp. 7.659.000. Besarnya biaya ini

disebabkan oleh harga hidrolik yang mahal

yaitu Rp. 6 juta per unitnya.

4.5 Evaluasi Leaf Trolys Hasil

Rancangan

Untuk mengetahui apakah hasil

rancangan leaf trolys lebih baik dari leaf

trolys yang ada sekarang dari sisi ergonomi,

maka dilakukan kembali analisis terhadap

masing-masing posisi kerja menggunakan

RULA. Selain dari sisi ergonomis, evaluasi

juga dilakukan dari segi penghematan waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu

proses.

1. Evaluasi Berdasarkan Posisi Kerja

Proses evaluasi dari sisi posisi kerja

dilakukan dengan menganalisis semua posisi

kerja yang menggunakan leaf trolys hasil

rancangan dengan menggunakan metode

99

RULA. Dari 31 posisi kerja, semuanya

mengalami penurunan level aksi dari 4 ke 1

atau 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa

hasil rancangan lebih baik dari yang ada

sekarang.

Beberapa contoh posisi kerja operator

menggunakan leaf trolys hasil rancangan

dapat dilihat pada Gambar 8, 9, 10 dan 11.

Gambar 8. Posisi Kerja Meletakkan Leaf Trolys

Kosong ke Mesin OTR

Gambar 9. Posisi Kerja Membawa Leaf Trolys

yang Telah Terisi Daun Teh ke Mesin DIBN 1

Gambar 10. Posisi Kerja Membuka Dinding Bagian

Depan Bak Penampung Leaf Trolys

Gambar 11. Posisi Kerja Menarik Leaf

Trolys Kosong dari Mesin PCR

100

2. Evaluasi Berdasarkan Waktu Proses

Dengan melakukan perancangan ulang

terhadap peralatan yang digunakan oleh

operator saat melakukan aktivitas, maka hal ini

akan memberikan kenyamanan bagi operator

dan juga akan dapat mempersingkat waktu

baku yang diperlukan untuk melaksanakan

aktivitas tersebut.

Waktu baku sebagian besar posisi kerja

mengalami penurunan, yang terbesar adalah

pada saat aktivitas pemindahan daun teh dari

leaf trolys ke corong masuk mesin DIBN 1

yaitu sebesar 62,39%.

5. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah

dilakukan pada bagian-bagian sebelumnya,

maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Faktor penyebab operator merasakan

ketidaknyamanan dalam menggunakan leaf

trolys adalah karena leaf trolys yang ada

tidak sesuai dengan antropometri tubuh

operator dan leaf trolys sulit dioperasikan,

2. Berdasarkan analisis yang dilakukan

terhadap posisi kerja operator dengan

menggunakan metode RULA, maka level

aksi yang diperoleh untuk semua posisi

kerja (25 posisi) adalah level aksi 4,

sehingga semua posisi kerja operator

dengan menggunakan leaf trolys yang ada

sekarang memerlukan perbaikan yang

harus dilakukan sekarang juga.

3. Posisi kerja ideal operator leaf trolys adalah

sebagai berikut:

- Tubuh bagian atas berada dalam

keadaan yang relax.

- Posisi leher lurus.

- Posisi batang tubuh lurus.

- Posisi kaki lurus dengan postur tubuh

yang seimbang.

4. Perbedaan antara leaf trolys yang ada

sekarang dengan leaf trolys hasil rancangan

adalah sebagai berikut:

- Leaf trolys hasil rancangan diberi

tangan dengan dimensi yang

disesuaikan dengan antropometri tubuh

operator.

- Leaf trolys hasil rancangan

menggunakan sistem hidrolik yang

ketinggiannya disesuaikan dengan

antropometri tubuh operator.

- Posisi roda dan ukuran roda leaf trolys.

- Adanya pembuangan bagian-bagian

leaf trolys yang ada sekarang, yaitu

penyangga lengan pendorong,

penopang roda besar, dudukan roda

kecil, penopang roda kecil dan lengan

pendorong.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Material dan hidrolik yang digunakan

untuk pembuatan leaf trolys dapat

dianalisis lebih lanjut pada penelitian

berikutnya, sehingga diperoleh leaf trolys

yang lebih efektif dan efisien.

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan

pembuatan prototipe hasil rancangan serta

pengujiannya secara langsung kepada

operator leaf trolys, sehingga dapat

diperoleh hasil rancangan yang semakin

baik (ergonomis) dari waktu ke waktu.

3. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan

dengan melakukan analisis terhadap

manfaat yang dapat diperoleh oleh

perusahaan dengan adanya leaf trolys hasil

rancangan dari segi ekonomi.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Bridger, R. S., 2002, Introduction to

Ergonomics. McGraw-Hill, Singapore.

[2] Corlett, E. Nigel. 1999. The Evaluation

of Posture and Its Effects; di dalam buku

Evaluation of Human Work Practical

Ergonomics Methodology. Taylor &

Francis Ltd.

[3] Kroemer, K. H. E., Kroemer, H. B.,

Elbert, K. E. Kroemer. 2001.

Ergonomics: How to Design for Ease

and Efficiency. Second Edition. Prentice

Hall.

101

[4] McKeown, Celine. 2008, Office

Ergonomics: Practical Applications.

Taylor & Francis Group, LLC, USA.

[5] Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi:

Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi

Pertama. PT. Guna Wydia, Jakarta.

[6] Prasetyowibowo, Bagas. 1999. Desain

Produk Industri. Edisi Kedua. Yayasan

Delapan-Sepuluh, Bandung.

[7] Pulat, Mustafa. 1992. Fundamental

Ergonomics. First Edition. New York:

Mc Graw-Hill.

[8] Tillman, Peggy, Barry. 1991. An

Ergonomics Guide for Designers,

Engineers, Scientists, and Managers. Mc

Graw-Hill, New York.

[9] Ulrich Karl T. dan Eppinger Steven D.,

2004. Product Design and Development.

McGraw-Hill, Singapore.

[10] Wignjosoebroto, S., 2003. Ergonomi,

Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.

PT. Guna Widya, Surabaya.


Recommended