+ All Categories
Home > Documents > ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri...

ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri...

Date post: 02-Sep-2018
Category:
Upload: buithu
View: 241 times
Download: 8 times
Share this document with a friend
114
i TUGAS AKHIR – MO.091336 ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT STRUCTURE SYSTEM GAS PROCESSING MODULE FPSO BELANAK TERHADAP BEBAN KELELAHAN ANDRI KURNIAWAN WICAKSONO NRP. 4306.100.025 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc. Ph.D Ir. Handayanu, M.Sc, Ph.D JURUSAN TEKNIK KELAUTAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
Transcript
Page 1: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

i

TUGAS AKHIR – MO.091336

ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT

STRUCTURE SYSTEM GAS PROCESSING MODULE

FPSO BELANAK TERHADAP BEBAN KELELAHAN

ANDRI KURNIAWAN WICAKSONO

NRP. 4306.100.025

Dosen Pembimbing

Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc. Ph.D

Ir. Handayanu, M.Sc, Ph.D

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN

Fakultas Teknologi Kelautan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

2010

Page 2: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

ii

FINAL PROJECT – MO.091336

RELIABILITY ANALYSIS OF SCANTLING SUPPORT

STRUCTURE SYSTEM GAS PROCESSING MODULE

BELANAK FPSO DUE TO FATIGUE

ANDRI KURNIAWAN WICAKSONO

NRP. 4306.100.025

Supervisors

Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc. Ph.D

Ir. Handayanu, M.Sc, Ph.D

DEPARTMENT OF OCEAN ENGINEERING

Faculty of Marine Technology

Institut Technology of Sepuluh Nopember

Surabaya

2010

Page 3: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

iii  

ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT STRUCTURE

SYSTEM GAS PROCESSING MODULE FPSO BELANAK

TERHADAP BEBAN KELELAHAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

Program Studi S-1 Jurusan Teknik Kelautan

Fakultas Teknologi Kelautan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh :

ANDRI KURNIAWAN WICAKSONO

NRP. 4306 100 025

SURABAYA, 2 AGUSTUS 2010

 

Page 4: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

iv

ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT STRUCTURE SYSTEM GAS

PROCESSING MODULE FPSO BELANAK TERHADAP BEBAN KELELAHAN  

Nama Mahasiswa : Andri Kurniawan Wicaksono

NRP : 4306 100 025

Jurusan : Teknik Kelautan FTK – ITS

Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.

Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D.  

ABSTRAK

FPSO (Floating Production Storage and Offloading) dalam operasinya mendapatkan pengaruh signifikan dari beban lingkungan dan operasionalnya. Hal demikian juga akan mempengaruhi komponen-komponen struktur yang ada di atasnya, termasuk struktur module dan supportnya yang berfungsi sebagai fasilitas pemrosesan minyak dan gas. Konstruksi support module beserta scantlingnya yang tersambung ke geladak FPSO haruslah kuat menahan beban-beban yang terjadi, yang pada dasarnya bersifat siklis. Sehubungan dengan ini perancang harus dapat menentukan kekuatannya menahan beban siklis yang akan menimbulkan kelelahan pada scantling support module. Dalam penelitian ini kelelahan scantling support module telah dikaji dengan metode deterministik-spektral dan metode probabilistik atau keandalan. Pada pengkajian dengan metode deterministik-spektral penyelesaian dilakukan dengan mengaplikasikan persamaan kelelahan terangkai, sedangkan pengkajian keandalan menggunakan simulasi Monte Carlo. Analisis dimulai dengan penentuan beban dinamis lingkungan menggunakan perangkat lunak MOSES, serta penentuan tegangan lokal pada semua tingkat beban siklis menggunakan perangkat lunak ANSYS. Penelitian dilakukan pada scantling support structure system gas processing module pada FPSO Belanak yang mempunyai massa 2361 ton. Beban siklis dari gelombang, angin dan operasional diakumulasi dari beban terendah sampai dengan tertinggi. Hasil analisis menunjukkan kontribusi beban terhadap umur kelelahan scantling support module FPSO Belanak berturut-turut dari yang terbesar adalah disebabkan oleh beban gelombang yakni sebesar 85.963% dengan beban maksimum 84.63MPa, beban operasional module sebesar 14.036% dengan beban maksimum 34.29MPa, dan beban angin sebesar 0.00047% dengan beban maksimum 0.5MPa. Umur kelelahan dari scantling support module FPSO Belanak adalah 116.3 tahun atau 3.88 kali umur operasinya. Keandalan terhadap beban kelelahan dari scantling support module FPSO Belanak berdasarkan perhitungan menggunakan simulasi Monte Carlo adalah 1.0, yakni baik terjadi pada struktur global maupun area kritis pada daerah sambungan antara support module dengan bracket. Nilai-nilai tersebut memperlihatkan bahwa scantling support module mempunyai keandalan yang tinggi dan akan aman dioperasikan sesuai dengan umur rancangannya.

Kata kunci: scantling support module, kelelahan, FPSO, keandalan

Page 5: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

v

RELIABILITY ANALYSIS OF SCANTLING SUPPORT STRUCTURE SYSTEM GAS PROCESSING MODULE BELANAK FPSO DUE TO FATIGUE

Name : Andri Kurniawan Wicaksono

NRP : 4306 100 025

Department : Teknik Kelautan FTK – ITS

Supervisors : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D.

Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D.

 

ABSTRACT

FPSO (Floating Production Storage and Offloading) in its operation is significantly affected by the environmental as well as operational loads. Similarly this would also affect the structural components onboard of the FPSO, including the module and its support structures which are preserved as the oil and gas processing. The module support structure together with the scantlings that extend to the FPSO deck should be sufficiently robust to endure the loads, which are fundamentally cyclic in nature. In this regards designers should be able to design the structure against cyclic loads which in turn would result in a fatigue failure on the scantling module support. In this investigation the fatigue performance of scantling module support has been evaluated through the implementation of spectral-deterministic and probablistic or reliability methods. In the spectral-deterministic method analysis is tackled by using the closed-form fatigue equation, whereas the reliability evaluation is accomplished by means of Monte Carlo simulation. Analysis was commenced by the determination of dynamic loads employing the MOSES software, followed by the determination of local stresses at any level of cyclic load utilizing software ANSYS. Investigation has been carried out on the scantling support structure system gas processing module attached to the Belanak FPSO with a total mass of 2361 tons.The cyclic loads due to wave, wind and operational are accumulated all together from the lowest up to the highest level. Result of the analysis shows the contribution of the loads on the fatigue life are, respectively, from the largest are due to wave in the range of 85.963% with maximum load of 84.63MPa, due to operational module of 14.036% with maximum load of 34.29MPa and due to wind is as low as 0.00047% with maximum load of 0.5MPa. The fatigue life of the scantling module support is finally found to be 116.3 years or 3.88 times of its designed lifetime. The Belanak FPSO scantling module support reliability against fatigue failure eventually is achieved as high as 1.0, both at the global as well as at the local critical structures. This fact indicates the scantling module support preserves a high reliability and would be immensely safe to be operated in accordance with its designed lifetime.

Keywords: scantling support module, fatigue, FPSO, reliability

Page 6: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik. Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Keandalan Scantling Support

Structure System Gas Processing Module FPSO Belanak Terhadap Beban

Kelelahan.”

Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Studi

Kesarjanaan (S-1) di Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK),

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Tugas Akhir ini membahas

analisis keandalan scantling support structure system gas processing module pada FPSO

Belanak terhadap beban kelelahan.

Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

saran dan kritik sangat penulis harapkan sebagai bahan penyempurnaan laporan

selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi perkembangan

teknologi di bidang energi terbarukan dan rekayasa kelautan, bagi pembaca umumnya

dan penulis pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, 2 Agustus 2010

Andri Kurniawan Wicaksono

Page 7: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan serta dorongan

moral maupun material dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua dan adik-adik penulis untuk segala doa, kasih sayang, perhatian,

dukungan, kepercayaan, kesabaran, dan cinta yang telah diberikan selama masa kuliah.

Matur nuwun pak buk mbak mas, adik-adik tersayangku.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Eko Budi

Djatmiko dan Bapak Handayanu selaku dosen pembimbing atas ilmu dan bimbingannya

dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Kepada Bapak Murdjito dan Bapak M. Musta’in

selaku Kajur dan Sekjur Teknik Kelautan serta kepada semua Bapak dan Ibu dosen dan

staf Jurusan Teknik Kelautan atas semua bimbingan, bantuan dan ilmunya.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari LORD crews, mas Slamet terima

kasih banyak sudah merepotkan, teman-teman D’Admiral, kakak-kakak senior dan adik-

adik junior Jurusan Teknik Kelautan, teman-teman seperjuangan TA (Fahmy, Susi, Adit

Cah, Mas Augene, Mas Dani) dan yang selalu setia menemani hari-hariku, serta teman-

teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Surabaya, 2 Agustus 2010

Andri Kurniawan Wicaksono

Page 8: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii

ABSTRAK ......................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ......................................................................... 1

1.2 PERUMUSAN MASALAH .................................................................................... 6

1.3 TUJUAN ................................................................................................................... 7

1.4 MANFAAT .............................................................................................................. 7

1.5 BATASAN MASALAH .......................................................................................... 7

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ......................................... 11

2.1 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 11

2.2 DASAR TEORI ...................................................................................................... 12

2.2.1 Floating Production Storage and Offloading (FPSO) .................................... 12

2.2.2 Scantling Support Structure System ................................................................ 14

2.2.3 Pembebanan .................................................................................................... 16

2.2.4 Beban Gelombang ........................................................................................... 17

2.2.5 Beban Angin ................................................................................................... 24

2.2.6 Beban Operasional Module ............................................................................. 28

2.2.7 Perhitungan Kelelahan .................................................................................... 31

2.2.8 Konsep Keandalan .......................................................................................... 38

2.2.9 Moda Kegagalan ............................................................................................. 39

2.2.10 Metode Simulasi Monte Carlo ........................................................................ 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 43

Page 9: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

ix

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................... 49

4.1. DATA ..................................................................................................................... 49

4.1.1. Data Struktur ................................................................................................... 49

4.1.2 Data Lingkungan ............................................................................................. 52

4.1.3 Data Gerakan FPSO ........................................................................................ 53

4.1.4 Data Material .................................................................................................. 53

4.2 PEMODELAN ....................................................................................................... 54

4.2.1 Pemodelan Dengan AutoCAD ........................................................................ 54

4.2.2 Pemodelan Dengan Maxsurf ........................................................................... 55

4.2.3 Pemodelan Dengan MOSES ........................................................................... 55

4.2.4 Pemodelan Dengan ANSYS ........................................................................... 56

4.3 PERHITUNGAN .................................................................................................... 59

4.3.1 Validasi Model FPSO ..................................................................................... 59

4.3.2 Perhitungan Motion FPSO .............................................................................. 59

4.3.3 Perhitungan Beban Gelombang ...................................................................... 64

4.3.4 Perhitungan Beban Angin ............................................................................... 70

4.3.5 Perhitungan Beban Operasional ...................................................................... 80

4.4 ANALISIS KELELAHAN ..................................................................................... 83

4.4.1 Analisis Kelelahan Akibat Beban Gelombang ............................................... 84

4.4.2 Analisis Kelelahan Akibat Beban Angin ........................................................ 85

4.4.3 Analisis Kelelahan Akibat Beban Operasional ............................................... 89

4.4.4 Analisis Akhir Umur Kelelahan ...................................................................... 91

4.4.5 Kontribusi Beban Terhadap Kelelahan ............................................................ 91

4.5 ANALISIS KEANDALAN .................................................................................... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 97

5.1 KESIMPULAN ...................................................................................................... 97

5.2 SARAN .................................................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 99

 

Page 10: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

x

DAFTAR TABEL  

Tabel 2. 1 Data Spesifikasi FPSO Belanak ....................................................................... 14 

Tabel 2. 2 Amplitudo dan Tinggi Gelombang .................................................................. 22 

Tabel 2. 3 Effective shape coefficient Ce ........................................................................... 25 

Tabel 2. 4 Tipe Sambungan .............................................................................................. 36 

Tabel 2. 5 Design Fatigue Factor ..................................................................................... 38 

Tabel 4. 1 Topside Module pada FPSO Belanak .............................................................. 50

Tabel 4. 2 Intensitas kejadian angin tahun 2006 dan 2007 ............................................... 52 

Tabel 4. 3 Data gelombang Metocean .............................................................................. 52 

Tabel 4. 4 Data percepatan gerakan FPSO pada kondisi badai ........................................ 53 

Tabel 4. 5 Data Material Properties .................................................................................. 53 

Tabel 4. 6 Mesh Sensivity.................................................................................................. 58 

Tabel 4. 7 Validasi Data Conoco Phillips dengan Hasil Pemodelan ................................ 59 

Tabel 4. 8 Output Maximum Single Amplitude Acceleration ........................................... 60 

Tabel 4. 9 Perbandingan percepatan dengan data Conoco Phillips .................................. 61 

Tabel 4. 10 Gaya inersia dan momen gaya FPSO Belanak .............................................. 66 

Tabel 4. 11 Beban Pada Sturktur Penyangga .................................................................... 68 

Tabel 4. 12 Data intensitas kejadian angin ....................................................................... 70 

Tabel 4. 13 Konversi kecepatan angin pada elevasi 10m ................................................. 71 

Tabel 4. 14 Kecepatan angin pada tiap elevasi peralatan ................................................. 72 

Tabel 4. 15 Peralatan tertinggi pada gas processing module ............................................ 73 

Tabel 4. 16 Reynold Number tiap-tiap peralatan .............................................................. 73 

Tabel 4. 17 Gaya angin pada tiap-tiap peralatan ............................................................... 75 

Tabel 4. 18 Momen angin ketiga peralatan pada gas processing module ........................ 77 

Tabel 4. 19 Coefficient effective berdasarkan solidity ratio (ø)) ....................................... 79 

Tabel 4. 20 Gaya angin dengan solidity effect pada module ............................................. 79 

Tabel 4. 21 Jenis-jenis daya mesin beserta jumlah rotasinya ........................................... 80 

Tabel 4. 22 Perhitungan kelelahan akibat beban gelombang ............................................ 85 

Tabel 4. 23 Perhitungan frekuensi vortex akibat angin .................................................... 86 

Tabel 4. 24 Probabilitas kejadian angin wilayah Natuna tahun 2006 dan 2007 ............... 87 

Page 11: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

xi

Tabel 4. 25 Perhitungan frekuensi vortex akibat angin selama umur operasi .................. 87 

Tabel 4. 26 Perhitungan rasio kumulatif kerusakan akibat beban angin .......................... 89 

Tabel 4. 27 Iterasi Perhitungan Parameter Bentuk ........................................................... 90 

Tabel 4. 28 Kontribusi ketiga beban terhadap kelelahan .................................................. 92 

Tabel 4. 29 Variabel Taktentu (beban gelombang) .......................................................... 93 

Tabel 4. 30 Variabel Taktentu (beban angin) ................................................................... 93 

Tabel 4. 31 Variabel Taktentu (beban operasional) .......................................................... 93 

Tabel 4. 32 Perhitungan keandalan system scantling (global) .......................................... 94 

Tabel 4. 33 Perhitungan keandalan sistem scantling (daerah kritis) ................................. 95 

Page 12: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Bagan Pertumbuhan Sistem Produksi Terapung ............................................ 1 

Gambar 1. 2 FPSO Belanak dan module yang berada di atas lambung ............................. 2 

Gambar 1. 3 Struktur Module Support ............................................................................... 3 

Gambar 1. 4 Kegagalan struktur akibat kelelahan .............................................................. 4 

Gambar 1. 5 Lokasi FPSO, West Natuna ............................................................................ 6 

Gambar 2. 1 Diagram lokasi module pada FPSO Belanak ............................................... 15

Gambar 2. 2 Support structure gas processing module FPSO Belanak ........................... 15 

Gambar 2. 3 Scatter diagram perairan Mediteranian ....................................................... 17 

Gambar 2. 4 Six Degree of Freedom Pada FPSO ............................................................. 18 

Gambar 2. 5 Velocity and coordinate system .................................................................... 20 

Gambar 2. 6 Ilustrasi gerakan sway FPSO di laut ............................................................ 20 

Gambar 2. 7 Vortex shedding frequency ........................................................................... 27 

Gambar 2. 8 Sistem isolasi untuk mengurangi efek gaya pada support akibat vibrasi

mesin ............................................................................................................ 29 

Gambar 2. 9 Grafik Kurva S-N ......................................................................................... 36 

Gambar 2. 10 Fungsi kerapatan peluang (fkp) dari kapasitas X dan tuntutan Y .............. 39 

Gambar 3. 1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir ........................................................ 44

Gambar 3. 2 Pemodelan Lines Plan pada AutoCAD ........................................................ 45

Gambar 3. 3 Pemodelan FPSO pada Maxsurf .................................................................. 46

Gambar 3. 4 Pemodelan FPSO pada MOSES .................................................................. 46

Gambar 3. 5 Pemodelan Support Structure pada ANSYS ................................................ 47

Gambar 4. 1 Diagram lokasi module FPSO Belanak dan gas processing module ........... 51

Gambar 4. 2 Support Structure pada Gas Processing Module .......................................... 51 

Gambar 4. 3 Pemodelan Lines Plan FPSO Belanak dengan AutoCAD ........................... 54 

Gambar 4. 4 Pemodelan FPSO Belanak dengan Maxsurf ................................................ 55 

Gambar 4. 5 Pemodelan FPSO Belanak dengan MOSES 7.0 .......................................... 56 

Gambar 4. 6 Model Scantling Support Structure System ................................................. 56 

Gambar 4. 7 Input Karakteristik Model Pada ANSYS 11 ................................................ 57 

Page 13: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

xiii

Gambar 4. 8 Constraint dan visualisasi real constant ...................................................... 57 

Gambar 4. 9 Module tampak atas ..................................................................................... 68 

Gambar 4. 10 Beban Pada Sturktur Penyangga ................................................................ 69 

Gambar 4. 11 Gas Processing Module Tampak Atas ....................................................... 78 

Gambar 4. 12 Letak tegangan terbesar ............................................................................. 84 

Gambar 4. 13 Diagram Kontribusi Beban Terhadap Kelelahan ....................................... 92 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Mesh Sensivity ................................................................................................ 58 

Grafik 4. 2 RAO motion surge FPSO Belanak ................................................................ 61 

Grafik 4. 3 RAO motion sway FPSO Belanak .................................................................. 62 

Grafik 4. 4 RAO motion heave FPSO Belanak................................................................. 62 

Grafik 4. 5 RAO motion roll FPSO Belanak .................................................................... 63 

Grafik 4. 6 RAO motion pitch FPSO Belanak .................................................................. 63 

Grafik 4. 7 RAO motion yaw FPSO Belanak ................................................................... 64 

Grafik 4. 8 Gaya Inersia pada gerakan translasional ........................................................ 67 

Grafik 4. 9 Momen Gaya pada Gerakan Rotasional ......................................................... 67 

Grafik 4. 10 Gaya Angin pada Peralatan .......................................................................... 76 

Grafik 4. 11 Momen yang diakibatkan gaya angin pada peralatan ................................... 77 

Grafik 4. 12 Frekuensi Vortex (cps) ................................................................................. 86 

Grafik 4. 13 Frekuensi Vortex (30tahun) .......................................................................... 88 

Grafik 4. 14 Keandalan Sistem Scantling ......................................................................... 94 

Grafik 4. 15 Keandalan scantling pada daerah kritis ........................................................ 95 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas semakin meningkat dengan seiring

meningkatnya kebutuhan minyak dan gas. Sehingga teknologi pengeboran pada laut

dangkal saat ini mulai bergeser pada pengeboran laut dalam, yakni dengan menggunakan

bangunan terapung (floating). FPSO (Floating Production Storage and Offloading)

merupakan salah satu bangunan terapung yang digunakan pada proses produksi minyak

dan gas, dimana fungsi dari FPSO itu sebagai tempat produksi, penyimpanan minyak dan

gas yang nanti ditransfer ke tanker untuk didistribusikan ke konsumen atau pasaran.

Kecenderungan penggunaan FPSO telah tumbuh dengan pesat semenjak awal tahun

1990an. Menurut ODS-Petrodata, hanya ada 10 FPSO yang beroperasi pada tahun 1990.

Seperti pada Gambar 1.1 di bawah, dari tahun 1999 hingga tahun 2009 saja peningkatan

jumlah FPSO sebesar 117% dan jumlah tersebut diperkirakan meningkat mencapai 200

pada tahun 2012. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan terhadap FPSO semakin

meningkat.

 

Gambar 1. 1 Bagan Pertumbuhan Sistem Produksi Terapung (Woodgroup Bulletin, 2009)

Page 16: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

2

FPSO (Floating Production Storage and Offloading) pada dasarnya adalah wahana apung

lambung tunggal berbentuk kapal atau tongkang yang difungsikan sebagai fasilitas untuk

mengakomodasi aktivitas produksi migas dan sekaligus menyimpannya di dalam tanki-

tanki di lambungnya sebelum produk tersebut ditransfer ke kapal-kapal tanki pengangkut

untuk didistribusikan ke pasaran. Banyak fasilitas produksi yang terdapat di atas geladak

FPSO. Fasilitas-fasilitas tersebut terdiri dari beberapa fasilitas pemrosesan dan

pendukung yang disusun dalam beberapa module, di antaranya adalah gas processing

module, utility module, compression module, living quarter module, dan power generator

module. Gambar 1.2 di bawah merupakan contoh fasilitas module di atas FPSO Belanak.

 

Gambar 1. 2 FPSO Belanak dan module yang berada di atas lambung (PT McDermott, 2004)

Fasilitas produksi pada module biasanya terletak pada production deck dan pada

umumnya diposisikan 2,5m di atas main deck (UKOOA, 2002). Hal ini bertujuan untuk

meminimalisir efek dari green water dan untuk meminimalisir apabila terjadi ledakan

atau api yang mengenai module agar tidak banyak mempengaruhi lambung. Dalam suatu

module bisa terdapat beberapa peralatan yang meletak pada module tersebut, sehingga

ketika FPSO beroperasi dan proses produksi minyak dan gas juga berlangsung, maka

beban yang diterima module sangatlah besar, khususnya struktur penyangga module

Page 17: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

3

(module support) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3. Terdapat beberapa

komponen pada struktur tersebut, di antaranya adalah plat, gading-gading, penegar,

bracket, dan lain-lain. Beberapa komponen tersebut disebut scantling, dimana fungsi dari

scantling adalah sebagai penguat dari suatu sistem module support tersebut dari gaya-

gaya yang bekerja pada module. Sehingga dengan adanya sistem tersebut, diharapkan

module support dapat kuat menahan beban-beban yang bekerja pada module FPSO.

Permasalahan yang selalu ada pada bangunan lepas pantai adalah kerusakan yang dapat

menyebabkan struktur tersebut gagal. Kerusakan bangunan laut terutama terjadi akibat

kelelahan (fatigue), baik pada komponen struktur utama maupun struktur sekunder dan

tersier (Djatmiko, 2003). Menurut Wirsching (1987), bangunan lepas pantai cenderung

mengalami kelelahan karena beban lingkungan yang bekerja didominasi oleh gelombang

yang bersifat siklis, sehingga kelelahan adalah penyebab utama kerusakan pada bangunan

lepas pantai, dimana struktur merespon secara dinamis gelombang acak serta beban

angin. Disamping itu faktor-faktor operasi lain pada tingkat tertentu juga dapat

menambah beban siklis ini, sehingga keadaan struktur bertambah kritis (Djatmiko, 2003).

Oleh sebab itu analisis kelelahan pada bangunan lepas pantai sangat perlu untuk

dilakukan.

Gambar 1. 3 Struktur Module Support

Page 18: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

4

Metode Palmgren-Miner merupakan metode konvensional yang digunakan pada analisis

kelelahan. Dimana perhitungan kelelahan pada sambungan struktur didasarkan pada

hukum kegagalan kumulatif Palmgren-Miner. Seperti contoh kasus pada support module

pada FPSO, beban yang bekerja pada support terdiri dari beban gelombang, beban angin,

dan beban operasional. Sehingga kegagalan kumulatif pada support terdiri dari kegagalan

kumulatif akibat ketiga beban tersebut. Sesuai hukum Palmgren-Miner, kegagalan

sambungan akan terjadi jika indeks kerusakan D mencapai harga 1,0.

Untuk sebaran beban kelelahan akibat eksitasi beban gelombang acak dihitung

berdasarkan besarnya beban pada struktur bangunan laut yang diperoleh dari analisis

deterministik dan gelombang regular untuk memperoleh RAO (Response Amplitude

Operator) beban yang selanjutnya ditransformasi menjadi RAO tegangan pada detail

struktur yang ditinjau. Prosedur perhitungan tersebut dilanjutkan dengan analisis spektral

lengkap (full spectral analysis). Gambar 1.4 di bawah merupakan contoh kegagalan

struktur akibat kelelahan.

 

Gambar 1. 4 Kegagalan struktur akibat kelelahan (www.beritaiptek.com)

Page 19: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

5

Dalam suatu sistem rekayasa, seperti perhitungan umur kelelahan ini sesungguhnya tidak

ada parameter perancangan dan kinerja operasi yang dapat diketahui dengan pasti. Hal ini

karena tidak seorang pun mampu memprediksi kepastian atau ketidakpastian suatu

kejadian tertentu seperti ketidakpastian akibat variabilitas fisik, ketidakpastian statistik

maupun ketidakpastian dalam pemodelan (Ang dan Tang, 1985). Oleh karena itu,

perancangan atau analisis suatu sistem rekayasa selalu mengandung ketidakpastian yang

pada gilirannya menyebabkan ketidakandalan dalam tingkat tertentu. Ketidakpastian-

ketidakpastian tersebut menyebabkan adanya peluang kegagalan (meskipun juga ada

peluang keberhasilan) sebuah sistem rekayasa.

Persoalan ketidakpastian telah diakomodasi melalui konsep angka keselamatan (safety

factor) yang secara prinsip biasanya hanya memperhatikan harga rata-rata besaran-

besaran desain. Pendekatan angka keamanan, walaupun sejauh ini cukup memadai, tidak

secara eksplisit memperhitungkan faktor ketidakpastian atau variabilitas pada besaran-

besaran desain. Pertimbangan peluang dalam rekayasa keandalan memberikan basis yang

lebih rasional untuk mengakomodasi ketidakpastian ini (Rosyid, D.M, 2007). Sehingga

berdasarkan analisis keandalan, perhitungan kelelahan struktur dapat dianalisis untuk

hasil penelitian yang lebih akurat.

Keandalan struktur scantling support structure system gas processing module secara

umum dapat dihitung dengan simulasi Monte Carlo. Keuntungan penggunaan simulasi

Monte Carlo ini antara lain :

1. Simulasi Monte Carlo dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang

mengandung perubah acak atau parameter random.

2. Simulasi dapat dilakukan tanpa harus melakukan penurunan parsial dan

menyelesaikan suatu sistem persamaan yang simultan seperti pada metode AFOSM

atau MFOSM

3. Simulasi untuk tiap-tiap variabel menggunakan distribusi peluangnya secara langsung

tidak seperti pada metode AFOSM atau MFOSM yang fungsi kerapatan peluangnya

tidak diperhitungkan secara langsung.

Page 20: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

6

 

Gambar 1. 5 Lokasi FPSO, West Natuna (www.ict-silat.com) 

 

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada tugas akhir ini akan dilakukan analisis

keandalan pada scantling support structure system gas processing module pada Floating

Production Storage and Offloading (FPSO) Belanak yang dioperasikan oleh Conoco

Phillips di Blok Natuna seperti terlihat pada Gambar 1.5 di atas.

1.2 PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah dari tugas akhir ini adalah :

1. Seberapa besar beban-beban yang mempengaruhi FPSO sehingga dapat menyebabkan

kelelahan pada scantling support structure system gas processing module?

2. Berapakah umur kelelahan (fatigue life) dari scantling support structure system gas

processing module pada FPSO Belanak?

3. Berapakah keandalan scantling support structure system gas processing module pada

FPSO Belanak terhadap pengaruh beban kelelahan?

Page 21: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

7

1.3 TUJUAN Tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar beban yang mempengaruhi FPSO sehingga

menyebabkan kelelahan pada scantling support structure system gas processing

module.

2. Untuk mengetahui umur kelelahan pada scantling support structure system gas

processing module pada FPSO Belanak.

3. Untuk mengetahui besar nilai keandalan scantling support structure system gas

processing module pada FPSO Belanak berdasarkan umur kelelahannya.

1.4 MANFAAT 1. Memberikan pemahaman tentang prosedur perhitungan beban-beban siklis dan

selanjutnya perhitungan umur kelelahan scantling support structure system pada

FPSO.

2. Memberikan pemahaman tentang pengkajian keandalan scantling support structure

system pada FPSO berdasarkan pengaruh beban kelelahannya.

3. Dari hasil analisis kelelahan akan diperoleh data-data dan info yang diperlukan untuk

strategi perencanaan pemeriksaan berkala.

1.5 BATASAN MASALAH Batasan masalah dari tugas akhir ini adalah:

1. Struktur yang dianalisis pada FPSO adalah pada scantling support structure system

gas processing module sebagai module paling berat serta geladak yang menyangga.

2. Pemodelan lokal dilakukan sebatas scantling support structure system gas processing

module serta geladak yang menyangga.

3. Pada pemodelan FEM (Finite Element Method) jenis atau cara pengelasan pada

sambungan scantling dengan support module diabaikan dan diasumsikan tanpa ada

cacat.

4. Beban-beban yang ditinjau adalah beban gelombang, beban angin, dan beban

operasional pada module itu sendiri.

5. Tidak dilakukan analisis terhadap beban kecelakaan (accidental load).

Page 22: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

8

6. Analisis global untuk memperoleh beban gelombang pada FPSO menggunakan

MOSES, sedangkan analisis lokal pada scantling module support structure system

gas processing module untuk mendapatkan respons struktur menggunakan ANSYS.

7. Pada analisis global dengan MOSES, berat topside module tidak dimasukkan sebagai

beban pada model FPSO.

8. Analisis keandalan struktur dilakukan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang akan dilakukan, perumusan

masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tugas akhir ini, manfaat yang

diperoleh, batasan masalah untuk membatasi analisis yang dilakukan dalam tugas akhir

ini serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini berisi tinjauan pustaka, yakni apa saja yang menjadi acuan dari penelitian tugas

akhir ini. Dasar teori, persamaan-persamaan, dan codes yang digunakan dalam

mengerjakan tugas akhir ini diuraikan dalam bab ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini menjelaskan bagaimana langkah-langkah pengerjaan dalam

penyelesaian tugas akhir ini, serta metode-metode yang digunakan.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas pemodelan FPSO dan scantling support structure system dengan menerapkan

software AutoCAD, Maxsurf, dan MOSES untuk pemodelan dan analisis gerakan FPSO,

sedangkan software ANSYS untuk pemodelan pada scantling support structure system .

Selain itu membahas hasil dari analisis-analisis yang telah dilakukan pada penelitian,

meliputi analisis hasil serta pembahasan hasil.

Page 23: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menjelaskan tentang kesimpulan penting yang diperoleh dari hasil analisis umur

kelelahan dan keandalan pada scantling support structure system gas processing module

pada FPSO Belanak untuk menjawab permasalahan yang diajukan atau dirumuskan.

Selain itu saran juga diperlukan dalam bab ini, dengan tujuan sebagai masukan-masukan

pada penelitian-penelitian berikutnya.

Page 24: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

10

(HALAMAN KOSONG)

Page 25: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA Beban lingkungan yang besarnya bervariasi sejalan dengan perubahan waktu seperti

gelombang dan angin, akan mengakibatkan fluktuasi tegangan pada komponen struktur

bangunan lepas pantai, salah satunya adalah FPSO. Proses fluktuasi tegangan tersebut

dikenal sebagai kerusakan kelelahan struktur (fatigue damage). Perkiraan umur kelelahan

didasarkan pada beban fluktuasi yang akan diterima struktur selama masa operasi.

Sehingga, untuk mengetahui umur kelelahan struktur dapat dilakukan setelah

memperoleh informasi kondisi beban yang diterima struktur selama operasi yakni dengan

menggunakan persamaan Palmgren-Miner (Boonstra, et al 2002).

Beban lingkungan yang bersifat siklis seperti beban gelombang dan beban angin yang

mengenai Floating Production Storage and Offloading (FPSO) sangatlah dominan,

sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan akibat kelelahan (fatigue) sangat besar juga.

Disamping itu, faktor-faktor operasi lain pada tingkatan tertentu juga dapat menambah

beban siklis ini, sehingga keadaan struktur menjadi bertambah kritis (Djatmiko, 2003).

Menurut penelitian Barltrop dan Okan (2000), bahwa pada bagian haluan FPSO rentan

terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang yang curam. Penelitian tersebut

merujuk dari FPSO Schiehallion yang mengalami kerusakan akibat adanya gelombang

yang curam. Melihat hal tersebut struktur FPSO sangat rentan dengan adanya beban-

beban terutama beban yang siklis, karena berpengaruh pula pada struktur lain yang

berada pada FPSO, seperti: crane, flare boom, module support, dan lain-lain. Wahyudi

(2009) telah melakukan penelitian tentang analisis kelelahan crane pedestal pada FPSO

Belanak dan menghasilkan kesimpulan bahwa beban yang berpengaruh pada analisis

fatigue crane pedestal adalah beban gelombang, beban angin, dan beban operasi crane

dengan beban gelombang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap umur kelelahan

struktur crane pedestal.

Page 26: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

12

Penelitian tentang analisis kelelahan pada peralatan FPSO sangatlah penting, karena

analisis tersebut diperlukan dalam strategi perencanaan pemeriksaan berkala (Djatmiko,

2003). Struktur pada FPSO Belanak yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah pada

scantling support structure system gas processing module. Dimana pada module FPSO

juga menerima beban yang dapat menyebabkan struktur tersebut mengalami kelelahan.

Sehingga diperlukan analisis keandalan scantling support structure system gas

processing module terhadap beban kelelahan.

2.2 DASAR TEORI Dalam dasar teori ini akan dijelaskan tinjauan pustaka yang akan menjadi acuan dari

tugas akhir ini. Semua teori, persamaan, dan codes yang digunakan dalam mengerjakan

tugas akhir ini diuraikan dalam bab ini. 

2.2.1 Floating Production Storage and Offloading (FPSO) FPSO (Floating Production Storage and Offloading) pada dasarnya adalah wahana apung

lambung tunggal berbentuk kapal atau tongkang yang difungsikan sebagai fasilitas untuk

mengakomodasi aktivitas produksi migas dan sekaligus menyimpannya di dalam tanki-

tanki di lambungnya sebelum produk tersebut ditransfer ke kapal-kapal tanki pengangkut

untuk didistribusikan ke pasaran. Konsep FPSO pada dasarnya diperkenalkan untuk

menggantikan sistem kombinasi anjungan produksi dengan fasilitas penyimpanan

terapung atau floating storage offloading (FSO). Jadi secara prinsip FPSO menggantikan

fungsi kombinasi anjungan produksi dengan FSO, baik dalam kasus perairan dalam

maupun perairan dangkal. Integrasi dua fungsi yang dapat diakomodasikan dalam satu

wahana tentunya dari beberapa aspek akan memberikan efisiensi segi teknis dan

ekonomisnya, baik pada tahap pembangunan maupun operasinya.

Page 27: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

13

Berikut adalah sejumlah persyaratan fungsional yang harus dipenuhi FPSO dalam

melakukan operasinya yaitu:

1. Sistem harus tetap mampu berproduksi dan beroperasi normal pada kondisi operasional

1 tahunan.

2. Mampu menahan efek beban maksimum akibat badai 100 tahunan.

3. Harus mempunyai fleksibilitas untuk operasi pemuatan dan pengeluaran produk

migas, inspeksi dan perawatan dari tanki-tanki tanpa mengganggu proses produksi.

4. Setiap saat harus mampu menjaga kondisi mengapung rata (even keel) baik untuk

mode trim ataupun oleng, dengan toleransi tidak lebih dari ± 0,25°.

5. Gerakan roll dan pitch maksimum tidak lebih dari 1,75° untuk selama 99% periode

operasi.

6. Sistem penambatan harus mampu menjaga FPSO tetap di posisinya pada saat badai

100 tahunan dengan satu tali penambat putus dan perubahan posisi maksimum tidak

melebihi 20% kedalaman perairan.

Dalam tugas akhir ini, obyek yang digunakan adalah FPSO (Floating Production Storage

and Offloading) Belanak yang dioperasikan Conoco Phillips di Blok Natuna. FPSO

Belanak dibangun di Dalian, Republik Rakyat China (RRC), sedangkan topside-nya

dibangun di galangan PT.McDermott Indonesia di Batam. Displasemen maksimum dari

FPSO tersebut yaitu 255.000 ton dengan panjang 285 m memiliki kapasitas penyimpanan

minyak sebesar 1,0 juta barrel. Badan FPSO Belanak dibangun dengan bentuk double

side, konfigurasi single bottom tanpa self propulsion. FPSO Belanak didesain 30 tahun

tanpa dry docking dan peralatan mekanik didesain berumur selama periode itu dengan

hanya dilakukan perawatan rutin. Berikut spesifikasi FPSO Belanak ditampilkan pada

Tabel 2.1 di bawah ini.

Page 28: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

14

Tabel 2. 1 Data Spesifikasi FPSO Belanak (Conoco, 2002)

1 LOA 285m

2 Depth 26m

3 Beam 58m

4 Vessel Draft Full 16.2m

5 Vessel Draft Medium 14.6m

6 Vessel Draft Light 13.9m

7 Displacement 255,000ton

8 Service Life 30years

2.2.2 Scantling Support Structure System Fasilitas produksi biasanya terletak pada production deck dan pada umumnya diposisikan

2,5m di atas main deck (UKOOA, 2002). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir efek dari

green water dan untuk meminimalisir apabila terjadi ledakan atau api yang mengenai

module agar tidak banyak memengaruhi lambung. Fasilitas produksi tersebut ditopang

dengan struktur pendukung yang berfungsi sebagai penyangga (module support) dari

module topside. Module support merupakan struktur yang berfungsi sebagai penahan

beban dari topside module dan tegangan yang diakibatkan oleh bending dari hull.

Terdapat beberapa komponen pada struktur tersebut, di antaranya adalah plat, gading-

gading, penegar, bracket, dan lain-lain. Beberapa komponen tersebut disebut scantling,

dimana fungsinya adalah sebagai penguat dari suatu sistem module support tersebut dari

gaya-gaya yang bekerja pada module. Sehingga dengan adanya sistem tersebut,

diharapkan module support dapat kuat menahan beban-beban yang bekerja pada module

FPSO.

Page 29: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

15

 

Gambar 2. 1 Diagram lokasi module pada FPSO Belanak (PT McDermott, 2002)

Pada FPSO Belanak terdapat beberapa module di atas deck FPSO, di antaranya adalah

export compressors module, gas processing module, gas cooling module, utility module,

oil separation module, dan lain-lain. Namun pada tugas akhir ini module yang diteliti

adalah module yang paling berat yaitu gas processing module, S4 (2361 mt). Module

tersebut terletak pada starboard FPSO Belanak tepatnya pada FR30 hingga FR33 seperti

pada Gambar 2.1 di atas, dan memiliki delapan support yang identik seperti ditunjukkan

pada Gambar 2.2 di bawah.

Gambar 2. 2 Support structure gas processing module FPSO Belanak (Conoco, 2002)

Page 30: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

16

2.2.3 Pembebanan Dalam proses perancangan struktur lepas pantai (offshore structure), penentuan

kemampuan kerja struktur dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada struktur tersebut.

Perancang harus menentukan akurasi beban yang akan dipakai dalam perancangan

offshore structure terlebih dahulu. Beban-beban yang harus dipertimbangkan oleh

perancang dalam perancangan offshore structure adalah sebagai berikut:

a. Beban mati (dead load).

Beban mati adalah beban dari semua komponen kering serta peralatan, perlengkapan dan

permesinan yang tidak berubah dari mode operasi pada suatu struktur, meliputi: berat

struktur, berat peralatan dan berat permesinan yang digunakan dalam proses pengeboran

ketika sedang tidak dioperasikan. Pada gas processing module ini yang termasuk beban

mati adalah beban struktur module itu sendiri dan beban peralatan yang terdapat pada

module tersebut.

b. Beban hidup (live load).

Beban hidup adalah beban yang terjadi pada struktur selama dipakai dan berubah dari

mode operasi satu ke mode operasi yang lain. Contoh beban yang termasuk kedalam

beban hidup ini adalah beban yang diakibatkan oleh pengoperasian mesin atau peralatan

lainnya pada suatu struktur yang berhubungan dengan operasi struktur tersebut. Beban

hidup pada gas processing module yaitu beban perpipaan yang berubah setiap mode

operasi.

c. Beban akibat kecelakaan (accidental load).

Beban kecelakaan merupakan beban yang tidak dapat diduga sebelumnya yang terjadi

pada struktur, misalnya tabrakan dengan kapal pemandu operasi, putusnya tali tambat

(mooring) dan kebakaran. Pada gas processing module beban kecelakaan yang mungkin

terjadi adalah akibat kebakaran pada module dan kecelakaan akibat tertimpa benda

(misalnya crane atau struktur lain yang menimpa module). Akan tetapi pada tugas akhir,

analisis akibat beban kecelakaan tidak diperhitungkan.

Page 31: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

17

d. Beban lingkungan (environmental load).

Beban lingkungan adalah beban yang terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan dimana

suatu struktur lepas pantai dioperasikan atau bekerja. Beban lingkungan yang digunakan

dalam perancangan adalah beban angin, arus, dan gelombang.

Pada tugas akhir ini, pembebanan difokuskan pada beban yang mengenai module. Beban-

beban yang mengenai module di antaranya adalah beban inersia yang disebabkan

gelombang, beban angin dan beban operasional. Beban-beban itulah yang nantinya

digunakan dalam tugas akhir ini.

2.2.4 Beban Gelombang Dalam perhitungan beban gelombang, data gelombang yang digunakan adalah

gelombang yang terjadi selama umur operasi. Data gelombang biasanya diperoleh dengan

mempertimbangkan arah propagasi gelombang. Data gelombang kurun waktu panjang

umumnya disajikan dalam tabel yang dikenal sebagai diagram sebaran gelombang (wave

scatter diagram), seperti dicontohkan dalam Gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2. 3 Scatter diagram perairan Mediteranian (Djatmiko, 2003)

Page 32: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

18

Data gelombang tersebut digunakan untuk menghasilkan gerakan FPSO yang diakibatkan

gaya gelombang, sehingga dari percepatan yang dihasilkan beban inersia akibat beban

gelombang dapat dihitung.

Akibat pengaruh gelombang, FPSO mengalami enam mode gerakan bebas yang terbagi

menjadi dua jenis, yaitu tiga mode gerakan translasional dan tiga mode gerakan

rotasional (Bhattacharyya, 1978). Berikut adalah keenam mode gerakan tersebut beserta

ilustrasi enam mode gerakan bebas pada Gambar 2.4:

1. Mode gerak translasional

- Surge, gerakan transversal arah sumbu x.

- Sway, gerakan transversal arah sumbu y.

- Heave, gerakan transversal arah sumbu z.

2. Mode gerak rotasional.

- Roll, gerakan rotasional arah sumbu x.

- Pitch, gerakan rotasional arah sumbu y.

- Yaw, gerakan rotasional arah sumbu z.

 

Gambar 2. 4 Six Degree of Freedom Pada FPSO (Wahyudi, 2009)

Heave

Sway

Yaw Pitch

Surge Roll

Page 33: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

19

Enam mode gerakan bebas pada FPSO sangat berpengaruh pada beban yang diterima

FPSO. Oleh Battacharyya (1978) ditunjukkan bahwa gerakan translasional ada empat

gaya yang penting, yaitu gaya inersia, gaya damping, gaya restoring, gaya exciting.

Seperti contoh, untuk gerakan heave, persamaannya yaitu:

a. Gaya inersia

Fa = -a ................................................................................................................. (2.1)

dengan: a adalah massa kapal dan added mass, dan adalah percepatan vertikal.

b. Gaya damping

Fb = b ................................................................................................................... (2.2)

dengan: b adalah konstanta damping dan adalah kecepatan

c. Gaya restoring

Fc = cz .................................................................................................................... (2.3)

dengan : c adalah konstanta spring dan z adalah displasemen center of gravity kapal

d. Gaya exciting

dengan : Fo adalah amplitude of the encountering force, ωe adalah circular amplitude

of the encountering force, dan t adalah waktu.

Menurut Battacharyya (1978), gerakan rotasional ada empat momen penting yaitu

momen inersia, momen damping, momen restoring, momen exciting. Persamaan untuk

momen inersia yaitu:

I = mr2 ..................................... ………………………………………………………..(2.4)

dengan:

m = massa kapal (kg)

r = jari-jari girasi (m)

sedangkan untuk momen gaya persamaannya yaitu:

Momen gaya = Iα ....................................... ..................................................................(2.5)

dengan:

α = percepatan putar (rad/s2)

I = momen inersia (kg.m2)

Page 34: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

20

Jari-jari girasi disini yaitu jarak antara titik berat kapal dengan titik berat module. Jadi

untuk gerakan roll, pitch, dan yaw yang membedakan hanya pada besarnya jari-jari

girasi.

Teori yang sama juga dihasilkan pada penelitian Martins (2007). Seperti pada Gambar

2.5 di bawah, ditunjukkan inertial coordinate system Oxoyozo sehingga mempermudah

untuk mengembangkan sistem persamaan pada perilaku floating unit.

 

Gambar 2. 5 Velocity and coordinate system (Martins, 2007)

Pada Gambar 2.5 di atas dapat diketahui velocities , , , , , dan acceleration

, , , , , telah mewakili kecepatan dan percepatan sistem pada tiap derajat

kebebasan dan hubungannya dengan sistem inersia.

 

Gambar 2. 6 Ilustrasi gerakan sway FPSO di laut

Page 35: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

21

Seperti Gambar 2.6 di atas, external force yang bekerja pada suatu struktur dapat dihitung

dengan menggunakan hukum Newton II, yaitu:

F = m.a ....................................................................................................................... (2.6)

Maka inertial loads yang terjadi pada suatu struktur adalah

(2.7)

2.2.4.1 Teori Spektrum Gelombang JONSWAP Analisis spektrum gelombang dapat menggunakan beberapa teori spektrum gelombang

yang telah ada, antara lain model spektrum JONSWAP, model spektrum Pierson-

Moskowitz, model spektrum ISSC, dan lain-lain. Penggunaan masing-masing teori

spektrum gelombang tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satu

pertimbangan tersebut adalah lokasi spektrum gelombang yang akan dianalisis.

Persamaan spektra JONSWAP dikemukakan oleh Hasselman, et al (1973) berdasarkan

percobaan yang dilakukan di daerah North Sea. Persamaan spektrum JONSWAP

mewakili angin dengan batasan fetch. Formula atau persamaan untuk spektrum

JONSWAP dapat ditulis dengan modifikasi dari persamaan Pierson-Moskowitz

(Chakrabarti, 1987) yaitu : ( )

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡ −−

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛−=

−−

222

2exp

452 25,1exp)(

o

o

ogS

ωτ

ωω

γωωωαω ......................................................... (2.8)

dengan :

γ = parameter puncak

τ = parameter bentuk

τa untuk ω ≤ ω0 = 0,07 dan τb untuk ω ≥ ω0 = 0,09

α = 0,0076 (X0)-0,22, untuk X0 tidak diketahui maka:

α = 0,0081

2 .

Page 36: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

22

Sedangkan nilai dari parameter puncak (γ) dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut (Barltrop, 1991):

3,4843 1 0,1975 0,036 0,0056 .................................... (2.9)

dengan:

Tp = periode puncak spektra (s)

Hs = tinggi gelombang signifikan (m)

Persamaan Spektra JONSWAP di atas menggunakan input fetch dan kecepatan angin.

Berikut ini merupakan persamaan spektrum JONSWAP yang menggunakan input tinggi

gelombang signifikan dan periode. Persamaannya sebagai berikut (Djatmiko dan

Sujantoko, 1994) :

155 ................................................................................ (2.10)

Tabel 2. 2 Amplitudo dan Tinggi Gelombang (Bhattacharyya, 1978)

Profil Gelombang Amplitudo Tinggi

Gelombang rata-rata 1,25 2,5

Gelombang signifikan 2,00 4,00

Rata-rata 1/10 gelombang tertinggi 2,55 5,09

Rata-rata 1/1000 gelombang tertinggi 3,34 6,67

Persamaan pada Tabel (2.2) di atas lebih memudahkan untuk menghitung nilai dari profil

gelombang. Dimana faktor atau angka di depan akar mo diperoleh berdasar histogram

tinggi gelombang dengan pendekatan matematis dari distribusi Rayleigh (Battacharyya,

1978).

2.2.4.2 Response Amplitude Operators (RAO) Metode spektra merupakan cara untuk mengetahui suatu respon struktur akibat beban

gelombang reguler dalam tiap-tiap frekuensi. Response Amplitude Operator (RAO) atau

sering disebut sebagai Transfer Function adalah fungsi respon yang terjadi akibat

Page 37: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

23

gelombang dalam rentang frekuensi yang mengenai struktur offshore. RAO dapat juga

didefinisikan sebagai hubungan antara amplitudo respon terhadap amplitude gelombang.

Dapat dinyatakan dengan bentuk matematis yaitu (ζrespon / ζgelombang). Amplitudo

respon bisa berupa gerakan, tegangan, maupun getaran. RAO juga disebut sebagai

Transfer Function karena RAO merupakan alat untuk mentransfer beban luar

(gelombang) dalam bentuk respon pada suatu struktur (Chakrabarty, 1987). Bentuk

umum dari persamaan RAO dalam fungsi frekuensi adalah sebagai berikut :

..................................................................................... (2.11)

dengan:

η = amplitude gelombang (m)

ω = frekuensi angular (rad/s)

2.2.4.3 Respon Spektrum Respon spektrum didefinisikan sebagai response energy density pada struktur akibat

gelombang, dalam hal ini berupa energy density spectrum. Pada sistem linier, fungsi dari

RAO merupakan fungsi kuadrat. Respon spektrum merupakan perkalian antara spektrum

gelombang dengan RAO kuadrat. Persamaan dari respon spektrum adalah (Chakrabarti,

1987) sebagai berikut :

........................................................................................... (2.12)

dengan :

SR = response spectrum (m2-sec)

S(ω) = spectra gelombang (m2-sec)

RAO = response amplitude operator

ω = frekuensi angular (rad/sec)

Response spectra dapat digunakan untuk mengetahui besar respon maksimum yang

mungkin terjadi dalam suatu rentang waktu tertentu. Respon extreme maksimum yang

terjadi dengan tingkat probabilitas dari suatu kejadian sebesar 62,3% dapat dicari dengan

persamaan (Chakrabarti, 1987) sebagai berikut :

Page 38: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

24

2 ..................................................................................... (2.13)

Sedangkan respon extreme maksimum yang mungkin terjadi pada saat proses

perancangan dapat dicari berdasarkan persamaan di atas dengan mempertimbangkan

faktor peluang terlampauinya suatu kejadian α sebagai berikut :

2 ............................................................................ …… (2.14)

dengan:

T = lama kejadian badai (sec)

α = kemungkinan kejadian tidak terjadi pada saat perancangan (1% - 5%)

m0 merupakan luasan di bawah kurva spektrum amplitudo kepadatan energi gelombang

dimana luasannya sama dengan varian dari time history gelombang sedangkan m2

merupakan momen spektra kecepatan.

2.2.5 Beban Angin Untuk menghitung kecepatan angin pada elevasi di atas 10 m dari permukaan air,

digunakan hukum one-seventh power (Dawson, 1983) yang dapat digunakan hingga

kecepatan angin pada elevasi 600 ft (182,88 m). Persamaan tersebut adalah:

71

10 10⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

yVV ......................................................................................................... (2.15)

dengan:

V = kecepatan angin pada elevasi y (m/s)

V10 = kecepatan angin pada elevasi 10 m (m/s)

y = elevasi yang akan dihitung kecepatan anginnya (m)

Untuk gaya angin yang mengenai struktur, dapat dicari dengan persamaan (DnV, 2007):

sin ............................................................................................................ (2.16)

dengan:

F = gaya angin (N)

C = koefisien bentuk

q = tekanan angin

S = luasan yang terkena gaya angin (m2)

Page 39: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

25

α = arah datang angin

Sedangkan tekanan angin (q) dapat dicari dengan persamaan di bawah ini:

, ............................................................................................................... (2.17)

dengan:

q = tekanan angin (N/m2)

ρ = massa jenis udara (kg/m3)

= 1,226 kg/m3

UT,z = kecepatan angin (m/s)

Jika beberapa member terletak pada plane normal dari arah datangnya angin, seperti

contoh pada plane truss maupun beberapa kolom yang terletak berdekatan, maka solidity

ratio (ø) harus dihitung. Gaya angin dengan pengaruh solidity dihitung dengan

persamaan di bawah:

sin ................................................................................................... (2.18)

dengan:

Fsol = gaya angin dengan solidity effect (N)

Ce = koefisien efektif (lihat Tabel 2.3)

q = tekanan angin (N/m2)

S = luasan yang terkena gaya angin (m2)

ø = perbandingan antara area solid yang terkena beban angin dengan luasan frame

α = arah datang angin

Tabel 2. 3 Effective shape coefficient Ce (DnV RP-C205, 2007) 

Solidity Effective shape coefficient Ce ratio Flat-side Circular sections ø  members Re < 4.2 x 105 Re > 4.2 x 105

0.10 1.90 1.20 0.70 0.20 1.80 1.20 0.80 0.30 1.70 1.20 0.80 0.40 1.70 1.10 0.80 0.50 1.60 1.10 0.80 0.75 1.60 1.50 1.40 1.00 2.00 2.00 2.00

Page 40: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

26

Spektra dari fluktuasi kecepatan angin yang tinggi kadang sangat diperlukan, karena

hembusan angin yang kencang dapat menyebabkan resonant oscillation pada struktur

bangunan laut, seperti contoh gerakan slow drift horizontal pada struktur yang ditambat

dapat disebabkan oleh hembusan angin yang kencang. Selain itu, angin juga dapat dengan

mudah menyebabkan vortex shedding bersamaan dengan terjadinya vibrasi (Faltinsen,

1990). Pada struktur bangunan laut seperti derrick dan flare booms dapat terjadi wind-

induced oscillation dengan amplitude dan tegangan yang besar. Ketika benda berbentuk

silinder menerima beban angin yang besar dengan disertai reynold number yang besar

juga, formasi vortex dapat menyebabkan gaya yang tegak lurus dengan arah angin secara

berulang-ulang dan periodik, sehingga dapat menghasilkan vibrasi pada struktur tersebut

(Hsu, 1984). Besarnya Reynold number dapat dicari dengan persamaan di bawah ini.

........................... …………………………………………………………(2.19)

dengan:

Rn = Reynold number

D = diameter struktur (m)

U = kecepatan angin yang mengenai struktur (m/s)

υ = kinematic viscosity, 1,45x10-5 m2/s pada 150C dan tekanan standar

Frekuensi dari vortex shedding (Persamaan 2.20) dengan frekuensi natural (Persamaan

2.21) struktur dihitung untuk mengetahui syarat keamanan struktur. Frekuensi dari vortex

shedding f dapat dicari dengan persamaan di bawah ini:

.......................... ……………………………………………………………(2.20)

dengan:

f = frekuensi vortex shedding (Hz)

V = kecepatan angin (m/s)

D = diameter struktur (m)

SN = Strouhal number

untuk struktur silinder SN = 0,2 jika Rn < 6x105 dan SN = 0,4 jika Rn > 6x105 (DnV,

2007)

Page 41: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

27

Sedangkan frekuensi natural dari struktur dapat digunakan Persamaan 2.21 di bawah ini

(Mouselli, 1981):

.................................................................................................................. (2.21)

dengan:

fn = frekuensi natural struktur (Hz)

C = konstanta (untuk tumpuan sederhana bernilai 1.57)

L = panjang struktur (m)

E = modulus elastisitas (Mpa)

I = momen inersia batang struktur (m4)

M = massa struktur (kg)

Suatu struktur akan mengalami kegagalan jika tidak memenuhi syarat keamanan. Syarat

keamanan dari suatu struktur berbentuk silinder adalah sebagai berikut (Mouselli, 1981):

0.7 .................................................................................................................... (2.22)

Pada tugas akhir ini perhitungan gaya angin akibat vortex shedding hanya sampai pada

perhitungan frekuensi vortex yang dijadikan sebagai siklis pada perhitungan kelelahan.

 

Gambar 2. 7 Vortex shedding frequency (Hsu, 1984)

Page 42: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

28

Selain itu frekuensi vortex shedding juga dapat dicari dengan menggunakan grafik seperti

pada Gambar 2.7 di atas. DnV (2007) menjelaskan bahwa untuk mengetahui jenis dari

vortex shedding digunakan suatu parameter yang dinamakan reduced velocity (Vr). Nilai

Vr dapat dicari dengan persamaan di bawah ini.

............................. ………………………………………………………(2.23)

dengan:

Vr = reduced velocity

u = kecepatan angin yang mengenai struktur (m/s)

f = frekuensi natural dari struktur (Hz)

D = diameter struktur (m)

Dari nilai Vr dapat diketahui jenis dari vortex shedding. Ada dua macam jenisnya, yakni:

a. In-line exitation ( 1,7 < Vr < 3,2)

b. Cross flow vibration (0,85 /SN < Vr < 1,6/ SN)

Sedangkan gaya angin termasuk akibat vortex shedding dapat dihitung dengan persamaan

berikut ini.

............................................................................................. (2.24)

dengan:

F = gaya angin (N)

ρ = massa jenis udara (1,226 kg/m3)

Cf = Fluctuating force coefficient

A = luas permukaan yang terkena gaya angin (m2)

V = kecepatan angin (m/s)

2.2.6 Beban Operasional Module Selain akibat beban gelombang, module support pada FPSO juga mendapat beban dari

beban operasional peralatan di atas module yakni getaran-getaran mesin peralatan yang

terjadi selama masa operasi, selain itu getaran mesin juga menimbulkan efek yang negatif

pada struktur module dimana peralatan atau mesin itu berada (James, et al., 1994).

Page 43: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

29

M

Supporting Foundation

c k

Machine F0 F0 Machine

Supporting Foundation

FT

Menurut Dimarogonas (1992), peralatan seperti mesin biasanya dapat menimbulkan gaya

statis maupun dinamis melalui pedestal yang dipasang pada pondasi. Oleh sebab itu salah

satu perlunya dilakukan analisis dan evaluasi getaran pada kapal adalah karena getaran

pada kapal dapat menyebabkan kerusakan akibat kelelahan pada struktur yang penting

(Veritec, 1985). Beban operasional tersebut terjadi ketika peralatan dalam module sedang

bekerja, dimana getaran-getaran dari mesin peralatan secara terus-menerus menyebabkan

beban siklis pada module support.

James, et al. (1994) juga menjelaskan proses transfer gaya akibat getaran mesin ke

struktur pondasi. Secara umum persamaan gerak akibat getaran pada sistem single degree

of freedom berdasarkan hukum Newton II yaitu

................................................................................................ (2.25)

Jika diasumsikan sistem pondasi tidak mengalami pergerakan atau bisa dikatakan sistem

tersebut adalah tetap (fixed), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8 di bawah, maka

besarnya transmissibility yang terjadi pada support adalah

............................................................................................................... (2.26)

Dengan x dan merupakan displasemen dan kecepatan dari mesin yang disebabkan oleh

gaya F0.

Gambar 2. 8 Sistem isolasi untuk mengurangi efek gaya pada support akibat vibrasi mesin (James, et. al., 1994)

Page 44: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

30

Untuk menghitung amplitude yang diakibatkan gaya (FT) digunakan Persamaan 2.27 di

bawah ini.

| | 1 | | ............................................................................................. (2.27)

Sedangkan nilai | | didapat dari perhitungan sebagai berikut,

| | /

/ ξ / .................................................................................. (2.28)

Setelah perhitungan amplitude akibat gaya yang bekerja pada support, maka untuk

mengetahui rasio perbandingan (TR) gaya yang bekerja pada support (FT) dengan gaya

yang bekerja pada mesin (F0) digunakan persamaan sebagai berikut,

ξ /

/ ξ / ...................................................................... (2.29)

dengan

...................................................................................................................... (2.30)

2 ξ ................................................................................................................... (2.31)

Untuk sistem yang tak teredam nilai TR sebagai berikut,

/

........................................................................................................... (2.32)

dengan:

ω = frekuensi eksitasi dari mesin (rad/s)

ωn = frekuensi natural dari support module (rad/s)

c = koefisien damping (Ns/m)

k = koefisien kekakuan (N/m)

ζ = faktor redaman

m = massa struktur (kg)

Nilai TR digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan transfer gaya pada support.

Pada sistem seperti ini, terdapat faktor yang sifatnya melawan kemampuan transfer gaya

pada struktur support yang dinamakan faktor reduksi. Hubungan antara faktor reduksi

dengan kemampuan transfer gaya pada struktur support adalah sebagai berikut.

1 .................................................................................................................. (2.33)

Page 45: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

31

Persamaan 2.33 di atas disubstitusikan ke dalam Persamaan 2.32 sehingga menghasilkan

persamaan baru seperti di bawah ini.

1/

....................................................................................................... (2.34)

Persamaan 2.34 di atas dapat digunakan untuk mencari kekakuan k pada sistem dengan

pondasi yang tetap (fixed) untuk memenuhi besarnya faktor R pada transfer exsitasi

dengan frekuensi yang terjadi pada struktur. Setelah besarnya faktor reduksi diketahui,

maka besar dari jumlah perputaran mesin yang menyebabkan beban siklis dapat dicari

dengan Persamaan 2.35 di bawah ini.

........................................................................................................... (2.35)

dengan:

k = kekakuan dari support (kN/mm)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

W = berat dari mesin atau struktur (kN)

R = faktor reduksi

N = jumlah perputaran mesin (cpm)

2.2.7 Perhitungan Kelelahan Komponen-komponen dasar dari analisis umur kelelahan (fatigue life) adalah:

a. Karakterisasi siklus beban yang terjadi baik untuk kurun waktu pendek maupun kurun

waktu panjang.

b. Perhitungan beban-beban siklis yang mengenai struktur.

c. Evaluasi siklus rentang tegangan pada suatu elemen yang ditinjau.

d. Perhitungan kerusakan pada elemen yang ditinjau akibat siklus rentang tegangan

yang terjadi.

e. Evaluasi kekuatan elemen yang ditinjau.

Page 46: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

32

Untuk menghitung kerusakan yang ditimbulkan oleh kelelahan (fatigue damage),

(Wirsching, 1983) mengklasifikasikan beberapa metode dasar, yaitu:

a. Metode Deterministik

Metode ini biasa digunakan oleh Lloyd’s Register. Pada metode ini fatigue damage

dihitung dengan menggunakan wave exceedance diagram.

b. Metode Distribusi Gelombang

Metode ini mengasumsikan bahwa tegangan yang terjadi proporsional terhadap tinggi

gelombang dan gelombang dideskripsikan dengan distribusi lognormal, Weibull, dan

lain-lain.

c. Metode Distribusi Rentang Tegangan

Metode ini secara teoritis memodelkan rentang tegangan sebagai distribusi Weibull yang

biasanya diperoleh dari metode spektral, metode distribusi gelombang, dan lain-lain.

d. Metode Spektral

Metode ini biasa disebut dengan metode probabilistik. Pada metode ini fatigue damage

diperhitungkan dari tiap seastate dalam scatter diagram dan tegangan dianggap sebagai

suatu proses acak yang seimbang (stationary random process).

e. Metode Equivalent Weibull

Metode ini biasa digunakan oleh DnV, yang menggunakan analisis spektral untuk

kemudian mendapatkan distribusi rentang tegangan kurun waktu panjang yang ekuivalen

dengan distribusi Weibull.

2.2.7.1 Persamaan Kelelahan Terangkai Pada tahap perancangan awal, analisis kelelahan dapat dilakukan dengan menerapkan

pendekatan yang disederhanakan (simplified approach). Dengan pendekatan ini

perancang tidak perlu menyelesaikan analisis kelelahan dengan prosedur panjang seperti

dengan analisis spektral penuh. Faulkner (1991) dalam tugas akhir Satrio (2005) telah

mengkaji ketelitian metode sederhana ini, dan menganggap penerapannya dalam

Page 47: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

33

perancangan awal cukup valid. Dalam pendekatan sederhana ini spektra lautan dan

seterusnya distribusi tegangan acak yang terjadi, serta akumulasi kerusakan telah

diformulasikan dalam suatu fungsi tunggal. (Almar-Naes, 1985)

Bila p(S) adalah merupakan fungsi kepadatan peluang tegangan yang dapat didefinisikan

sedemikian rupa, sehingga p(S1)dS adalah ekuivalen dengan jumlah osilasi komponen

tegangan dengan harga-harga puncak yang berada dalam interval dS dan mempunyai

harga rata-rata S1. Selanjutnya dengan mengambil f dan T masing-masing sebagai

frekuensi rata-rata dari tegangan yang bervariasi secara acak dan kurun waktu kerja,

maka pertambahan kerusakan yang dikibatkan oleh osilasi tegangan dengan amplitudo S1

yang terjadi dalam kurun waktu T adalah

.............................................................................................................. (2.36)

Dalam hal ini, N(S1) adalah merupakan jumlah siklus yang akan mengakibatkan

kerusakan (terbentuknya retak awal) pada level tegangan S1, yaitu yang dapat diperoleh

dari kurva S-N untuk bentuk komponen struktur serta material tertentu. Integrasi dari

Persamaan (2.36) tersebut akan memberikan besarnya kerusakan total yang diharapkan

(expected total damage) untuk terjadi dalam kurun waktu T oleh pengaruh keseluruhan

tegangan dalam proses sebesar:

.................................................................................................. (2.37)

atau dengan memasukkan jumlah siklus total sebenarnya, NL, yaitu perkalian dari

frekuensi dan waktu, serta menggantikan N(S) dengan A dan Sm maka persamaan (2.37)

akan menjadi:

............................................................................................ (2.38)

Dengan menggunakan suatu metode yang sederhana, hasil pengolahan data distribusi

gelombang dan respon struktur bangunan laut kurun waktu panjang diturunkan secara

bersamaan dalam jumlah besar. Kemudian dari data yang terkumpul tersebut diperoleh

∫∞

=0 )(

)()(SNdsSp

ANDE L

∫∞

=0

)()( dsSpSA

NDE mL

Page 48: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

34

bahwa secara umum distribusi beban ataupun respon struktur dapat dipresentasikan

dengan distribusi Weibull dua parameter sebagai berikut:

........................................................................ (2.39)

dimana λ dan ξ masing-masing adalah parameter skala dan parameter bentuk distribusi,

yang besarnya tergantung dari respon struktur terhadap beban lingkungan. Bila diambil

Se sebagai tegangan ekstrem yang diharapkan akan terjadi sekali dalam siklus respon

keseluruhan sejumlah NL maka hubungan kedua parameter tersebut adalah:

................................................................................................... (2.40)

harga kerusakan yang diharapkan untuk terjadi adalah:

......................................................... (2.41)

Dengan melakukan manipulasi matematis, ekspresi integral ini dapat digantikan dengan

fungsi gamma Γ(x), sehingga persamaan (2.41) dapat dituliskan dalam persamaan

tunggal yang lebih sederhana (Almar-Naess, 1985) dan biasa dikenal dengan persamaan

kelelahan terangkai (closed form fatigue equation) yaitu:

........................................................................... (2.42)

Perkiraan umur kelelahan didasarkan pada beban fluktuasi yang akan diterima struktur

selama masa operasi. Sehingga, untuk mengetahui sisa umur kelelahan struktur dapat

dilakukan setelah memperoleh informasi kondisi beban yang diterima struktur selama

operasi. Sisa umur kelelahan struktur dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

Palmgren-Miner (Boonstra, et al 2002), yaitu:

.............................................................................................................. (2.43)

dengan:

D = Rasio kerusakan kumulatif.

m = Total (Σ) dari interval-interval rentang tegangan.

∑=

=m

i i

i

Nn

D1

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

− ξξ

λλλξ SSSp L exp)(

1

)/1()(ln / ξξ m

NS

AN

D mL

meL +Γ=

( ) ξλ /1ln −= LNSe

∫∞ −

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

0

1

exp)( dsSSSA

NDE mLξξ

λλλξ

Page 49: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

35

ni = Jumlah cycle kolom interval rentang tegangan i dengan harga Si yang sebenarnya

terjadi, dari rentang distribusi tegangan jangka panjang akibat beban eksternal.

Ni = Jumlah cycle rentang tegangan dengan harga Si yang menyebabkan kegagalan.

Harga besaran ini dapat diperoleh dari kurva S-N.

Pada FPSO, beban yang bekerja adalah beban gelombang, beban angin, dan beban

operasional, maka total rasio kerusakan kumulatif merupakan penjumlahan dari rasio

kerusakan kumulatif ketiga beban tersebut.

∑D = Dwave/ + Dwind + Doperational ................................................................................. (2.44)

Untuk D akibat beban angin dan beban operasional, dilakukan terlebih dahulu

perhitungan gaya akibat kedua beban tersebut yang mengenai struktur dan peralatan pada

module tersebut. Tegangan akibat beban angin dan beban operasional dapat diperoleh

dengan memasukkan besarnya masing-masing gaya ke dalam software ANSYS. Maka

setelah didapat tegangan, nilai D akibat beban angin dan beban operasional dapat dicari.

Hubungan antara Ni dan Si dapat diambil dari fatigue curve (S-N Curve) seperti pada

Gambar 2.9 di bawah ini. Nilai dari Ni dapat diperoleh dari persamaan:

NSm = A atau

Log N = Log A – m Log S ....................................................................................... (2.45)

dengan:

A = intersepsi sumbu log

m = kemiringan kurva S-N

Page 50: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

36

Gambar 2. 9 Grafik Kurva S-N (DnV Recommended Practice C203, 2008)

Nilai A dan m dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. Nilai A dan m berbeda untuk

tiap-tiap jenis tipe sambungan.

Tabel 2. 4 Tipe Sambungan

(DnV Recommended Practice C203, 2008)

S-N Curve log a Thickness exponent k for all cycles m= 3.0

B1 12.436 0 B2 12.262 0 C 12.115 0.15

C1 11.972 0.15 C2 11.824 0.15 D 11.687 0.20 E 11.533 0.20 F 11.378 0.25

F1 11.222 0.25 F3 11.068 0.25 G 10.921 0.25

W1 10.784 0.25 W2 10.630 0.25 W3 10.493 0.25 T 11.687 0.25 for SCF ≤ 10.0 0.30 for SCF > 10.0

Page 51: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

37

Sedangkan formulasi umur kelelahan dari suatu struktur dapat dihitung dengan

persamaan:

Umur Kelelahan = 1/D ............................................................................................... (2.46)

Sesuai dengan hukum Palmgren-Miner, kegagalan sambungan akan terjadi jika indeks

kerusakan D mencapai harga 1,0.

Nilai Si yang digunakan dalam perhitungan adalah tegangan maksimum di posisi tertentu

pada sambungan (hotspot stress) yang diperoleh dari magnifikasi tegangan nominal,

Si(nom), dengan memperhitungkan faktor konsentrasi tegangan, SCF (stress concentration

factor). Sehingga tegangan maksimum dihitung dari persamaan berikut:

SCFnomlocal ×= σσ   ...........................................................................................................  (2.47)   

dengan: σ local = Tegangan maksimum (MPa) σ nominal = Tegangan nominal (MPa)

SCF = Stress Concentration Factor

Tegangan nominal diperoleh dengan terlebih dulu melakukan analisis beban gelombang

reguler (analisis deterministik) untuk menghasilkan gaya-gaya atau momen pada

komponen-komponen struktur yang ditinjau. Namun SCF tidak perlu diperhitungkan jika

perangkat Finite Element Method yang digunakan dapat langsung menghasilkan tegangan

pada detail struktur, misalnya NASTRAN, ANSYS, ABACUS, dan lain-lain.

Kemudian untuk mencari rasio kerusakan kumulatif digunakan persamaan closed form

fatigue equation seperti pada Persamaan 2.42. Sedangkan, untuk mencari tagangan ijin

maksimum selama service life dari struktur tersebut, dapat menggunakan persamaan

berikut:

...................................................................................... (2.48)

dengan:

NL = siklus rentang tegangan total yang terjadi.

Γ(1+m/ξ) = fungsi gamma Γ(x).

Se = tegangan terbesar (MPa)

)/1()(ln /

ξ

ξ

mN

NADS

mL

L

me +Γ

×=

Page 52: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

38

Untuk fungsi gamma dicari dengan persamaan:

26.10076.0)( )6.1( +≅Γ xex ..................................................................................... (2.49)

Untuk bangunan apung seperti FPSO memiliki safety factor pada analisis kelelahan. Pada

DnV RP-C206 (2006) telah dijelaskan design fatigue factor pada beberapa bagian kritis

bangunan apung dengan memperhatikan konsekuensi keselamatan dan ekonomi seperti

pada Tabel 2.5 di bawah ini:

Tabel 2. 5 Design Fatigue Factor (DnV RP-C206, 2006)

DFF Structural Element

2 Internal structure, accessible and not welded directly to the submerged part

2 External structure, accessible for regular inspection and repair in dry and clean condition.

3 Internal structure, accessible and welded directly to the submerged part

3 External structure, not accessible for regular inspection and repair in dry and clean condition.

10 Non-accessible areas, areas not planned tp be accessible for inspection and repair during operation.

Scantling Support Structure System Gas Processing Module pada tugas akhir ini

merupakan struktur dengan safety factor tiga, karena struktur tersebut tidak dapat di akses

untuk inspeksi pada saat FPSO sedang beroperasi.

2.2.8 Konsep Keandalan Analisis keandalan struktur bermanfaat untuk memberikan pijakan rasional dalam

pengambilan keputusan. Keandalan merupakan salah satu aspek yang harus

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan rekayasa seperti perencanaan produksi,

pemeliharaan fixed structure, perancangan anjungan lepas pantai, disamping aspek-aspek

yang lain (Rosyid, D.M, 2007).

Sistem dari keandalan pada dasarnya dapat ditunjukkan sebagai hubungan antara tuntutan

atau beban (demand) dan kapasitas atau kekuatan (capacity) yang secara tradisional

didasarkan pada angka keamanan yang diperkenankan. Angka keamananan dapat

Page 53: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

39

didefinisikan sebagai perbandingan antara asumsi nilai nominal kapasitas, X*, dan beban,

Y*, persamaannya dapat ditampilkan sebagai berikut (Rosyid, D.M, 2007):

..................................................................................................................... (2.50)

Mengingat nilai nominal dari kapasitas, X* dan beban, Y* tidak dapat ditentukan dengan

pasti, fungsi-fungsi kapasitas dan beban perlu dinyatakan sebagai peluang. Dengan

demikian, angka keamanan dinyatakan dengan perbandingan Z=X/Y dari dua variable

acak X dan Y. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui diagram inteferensi di

bawah ini. Sedangkan ketidakmampuan suatu sistem untuk memenuhi tuntutan dan

tugasnya, yang diukur dengan peluang kegagalan, dapat dihubungkan dengan bagian dari

distribusi angka keamanan yang nilainya kurang dari satu, yaitu Z=X/Y ≤1 (Rosyid, D.M,

2007). Fungsi kerapatan peluang (fkp) dari kapasitas X dan tuntutan Y dapat dilihat pada

Gambar 2.11 di bawah.

 

Gambar 2. 10 Fungsi kerapatan peluang (fkp) dari kapasitas X dan tuntutan Y (Rosyid, 2007)

2.2.9 Moda Kegagalan Penentuan moda kegagalan merupakan unsur penting dalam melakukan analisis

keandalan suatu struktur. Pada analisis keandalan pada support module, moda kegagalan

yang akan ditinjau disebabkan karena total cumulative damage. Jadi support module

dikatakan gagal apabila total cumulative damage yang berlaku melebihi besarnya damage

limit. Persamaan umum dari moda kegagalan seperti di bawah ini:

M = R – L ..................................................................................................................... (2.51)

dengan :

R = faktor ketahanan

L = faktor beban

Page 54: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

40

Dari persamaan umum di atas, disesuaikan dengan permasalahan yang digunakan dalam

moda kegagalan berbasis kelelahan. Persamaan yang digunakan yaitu:

∆ ........................................................................ (2.52)

........................................................... (2.53)

dengan :

Δ = damage limit, besarnya adalah 1

D = total cumulative damage

n = 1, untuk faktor gelombang

n = 2, untuk faktor angin

n = 3, untuk faktor operasional

2.2.10 Metode Simulasi Monte Carlo Simulasi Monte Carlo merupakan salah satu metode untuk analisis keandalan pada

bidang rekayasa maupun ekonomi. Metode ini menggunakan pemodelan baik secara fisik

atau numerik. Pemodelan secara fisik dengan membuat prototipe dari kenyataan

kemudian dilakukan serangkaian percobaan dan asumsi-asumsi untuk mengetahui

responnya. Sedangkan pemodelan numerik dilakukan dengan bantuan komputer sehingga

cara ini menjadi lebih populer karena murah dan efisien bila dibandingkan dengan

permodelan fisik.

Unsur pokok yang diperlukan dalam simulasi Monte Carlo adalah random number

generator. Prinsip dasar metode ini adalah sampling numerik dengan bantuan random

number generator (RNG), dimana simulasi dilakukan dengan mengambil beberapa

sampel dari perubah acak berdasarkan distribusi peluang perubah acak tersebut. Sampel

yang diambil tersebut dipakai sebagai input dalam persamaan fungsi kinerja FK(X), dan

harga FK(X) kemudian dihitung. Jika nilai FK(X) < 0 dan jumlah sampel tersebut adalah

N maka sistem yang ditinjau dianggap gagal sejumlah n kali. Sehingga peluang

kegagalan sistem adalah rasio antara jumlah kejadian gagal dengan jumlah sampel,

Pf=n/N .......................................................................................................................... (2.54)

( )( )⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+Γ−Δ= ∑

=

3

1/ /1

ln)(

nnm

Ln

mnLn m

NSe

AN

xfn

ξξ

Page 55: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

41

dengan:

n = jumlah kejadian yang gagal

N = jumlah sampel

Pf = peluang kegagalan

Maka keandalan dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

1 ............................................................................................................ (2.55)

dengan:

K = keandalan

Page 56: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

42

(HALAMAN KOSONG)

Page 57: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam tugas akhir ini dalam bentuk diagram alir (flowchart) adalah sebagai berikut:

Mulai

Studi literatur dan pengumpulan data

Pemodelan geometri dengan software AutoCAD

Pemodelan FPSO pada software Maxsurf

Pemodelan FPSO pada software MOSES

Input data lingkungan pada MOSES

Validasi

Ya

Tidak

A B

Page 58: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

44

Gambar 3. 1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir

Menghitung keandalan struktur

Selesai

Pemodelan scantling support structure system dengan software

ANSYS11

Analisis Kelelahan

Kesimpulan

Running MOSES untuk mendapatkan respon FPSO

akibat beban lingkungan

Validasi

Perhitungan gaya -gaya yang bekerja pada module support

A B

Tidak

Ya

Page 59: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

45

Adapun langkah-langkah penelitian dalam diagram alir pada Gambar 3.1 dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Studi literatur dan pengumpulan data meliputi mencari serta mempelajari buku,

jurnal, ataupun laporan tugas akhir terdahulu yang membahas pokok permasalahan

yang sama atau mirip dengan tugas akhir ini. Literatur tersebut digunakan sebagai

acuan ataupun referensi tugas akhir ini. Selain itu, juga dilakukan pencarian

mengenai data-data FPSO Belanak sebagai obyek tugas akhir.

Pemodelan FPSO dengan AutoCAD berupa lines plan.

 

Gambar 3. 2 Pemodelan Lines Plan pada AutoCAD

Pemodelan FPSO dengan AutoCAD untuk mempermudah dalam penentuan

koordinat dan pengukuran dimensi. Selain itu pemodelan dalam AutoCAD juga

mempermudah dalam memahami bentuk dari struktur secara visual.

Pemodelan FPSO pada Maxsurf secara lebih detail dan spesifik, karena dalam

pemodelan Maxsurf bagian section, buttock, dan waterline juga dimodelkan.

Dimensi-dimensi utama yang didapat dari lines plan di-generate ke dalam Maxsurf.

Page 60: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

46

 

Gambar 3. 3 Pemodelan FPSO pada Maxsurf

Koordinat-koordinat dari Maxsurf kemudian di-generate ke dalam MOSES (Multi

Operasional Structural Engineering Simulator). Untuk pemodelan dan perhitungan

hidrostatis dilakukan dengan MOSES 7.0, sedangkan untuk perhitungan

hidrodinamis untuk mendapatkan respon gerakan menggunakan MOSES 6.0.

Gambar 3. 4 Pemodelan FPSO pada MOSES

Page 61: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

47

Validasi parameter hidrostatis pada MOSES 7.0 dan Maxsurf dengan data hidrostatis

Conoco Phillips. Data yang dihasilkan dari output meliputi displasemen, VCB, LCB,

LCF, KMT dan KML.

Running hidrodinamis pada MOSES 6.0 untuk mendapatkan RAO dan beban inersia

pada FPSO Belanak.

Setelah didapat respon gerakan FPSO maka selanjutnya dilakukan validasi hasil

running hidrodinamis dengan data penelitian sebelum ini. Data yang divalidasi

adalah data percepatan maksimum pada kondisi tinggi gelombang signifikan 5,51m.

Perhitungan gaya-gaya yang bekerja scantling support structure system gas

processing module akibat beban lingkungan dan beban operasional.

Memodelkan secara lokal scantling support structure system gas processing module

dengan ANSYS untuk mendapatkan respon pada scantling support structure system

akibat beban dinamis dengan menginputkan gaya-gaya yang telah dihitung.

 

Gambar 3. 5 Pemodelan Support Structure pada ANSYS

Setelah mendapatkan respon pada FPSO terutama bagian sambungan scantling

support structure system dengan lokal deck, maka dilakukan perhitungan analisis

kelelahan (fatigue analysis) untuk mendapatkan umur kelelahan.

Setelah didapat umur kelelahan, maka dilanjutkan analisis keandalan scantling

support structure system gas processing module terhadap beban kelelahan dengan

menggunakan simulasi Monte Carlo.

1

XY

Z

MODULE_SUPPORT

JUL 5 201018:41:08

ELEMENTS

Page 62: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

48

(HALAMAN KOSONG)

Page 63: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

49

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA Data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah data struktur FPSO Belanak, data

lingkungan wilayah Natuna yang meliputi data kecepatan angin serta data gelombang

metocean. Data lain yang digunakan adalah data percepatan gerakan FPSO Belanak

untuk enam arah derajad kebebasan dan data material yang digunakan pada FPSO

Belanak.

4.1.1. Data Struktur Pada pengerjaan tugas akhir ini data struktur FPSO Belanak meliputi data spesifikasi

FPSO Belanak dan data spesifikasi struktur module pada FPSO Belanak.

4.1.1.1. Struktur FPSO Struktur yang digunakan adalah FPSO (Floating Production Storage and Offloading)

Belanak yang dioperasikan Conoco Phillips di Blok Natuna. FPSO tersebut memiliki

displasemen maksimum 255.000ton dan memiliki kapasitas penyimpanan minyak sebesar

satu juta barrel. Badan FPSO Belanak dibangun dengan bentuk double side. FPSO ini

didesain 30 tahun tanpa dry docking. Sedangkan spesifikasi FPSO Belanak dapat dilihat

di Bab II.

Page 64: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

50

4.1.1.2. Struktur Module Support Pada FPSO Belanak terdapat beberapa module yang terletak di atas deck FPSO. Pada

tugas akhir ini module yang akan dibahas adalah module yang paling berat, yaitu gas

processing module yang memiliki berat 2361 mt saat kondisi operasi. Tabel 4.1 di bawah

ini merupakan spesifikasi module pada FPSO Belanak.

Tabel 4. 1 Topside Module pada FPSO Belanak (PT McDermott, 2002)

   Topside Module Weight (mt) P1 Chemical Injection 773 S1 Gas Injection & Metering 942 P2 Export Compressors Train "B" 1515 S2 Export Compressors Train "A" 1448 P3 Gas Cooling & Treating 1913 S3 Gas Regeneration 1671 P4 Gas Processing Train 'B' 2285 S4 Gas Processing Train 'A' 2361 P5 Oil Separation 1690 S5 Oil Import/Export 1686 S6 Utility & Sea Water Lift 1403 P7 Main Power Gen. Train 'A' 1340 S7 Main Power Gen. Train 'B' 1964 C1 Piperack 832 C2 Piperack 892 C3 Piperack 697 C09 Power Control Building 951 CFR Flare Boom 268 R1 FWD Riser Porch 181 C08 Workshop 340 R2 Mid-ship Riser Porch 241 T6 Temporary 447 Mis-Misc Item on Hull 964

Page 65: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

51

 

Gambar 4. 1 Diagram lokasi module FPSO Belanak dan gas processing module (PT McDermott)

 

Gambar 4.1 di atas adalah gambar lokasi diagram module pada FPSO Belanak, dengan

module gas processing yang telah difabrikasi. Pada gas processing module terdapat

delapan buah support structure yang bentuknya identik seperti Gambar 4.2 di bawah.

 

Gambar 4. 2 Support Structure pada Gas Processing Module

1

X

Y

Z

MODULE_SUPPORT

JUL 4 201011:40:28

ELEMENTS

Page 66: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

52

4.1.2 Data Lingkungan FPSO Belanak ditempatkan di Blok Natuna dengan kedalaman perairan sedalam 90m.

Adapun data lingkungan berupa data intensitas kejadian angin pada daerah Natuna

selama kurun waktu dua tahun, yaitu 2006 dan 2007 dan data gelombang Metocean dapat

dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 di bawah.

Tabel 4. 2 Intensitas kejadian angin tahun 2006 dan 2007 (Wahyudi, 2009)

ARAH KECEPATAN ANGIN (knot) (nominal) JumlahCALM 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10 - 12 13 - 15 >16

406 0 0 0 0 0 0 406 N 0 0 8 30 37 20 5 100

NW 0 0 1 5 1 0 0 7 W 0 1 7 15 5 0 0 28

SW 0 3 2 13 7 2 0 27 S 0 0 7 26 19 3 1 56

SE 0 0 3 10 3 0 0 16 E 0 1 13 14 1 0 0 29

NE 0 0 20 31 6 4 0 61 730

Tabel 4. 3 Data gelombang Metocean (Wahyudi, 2009)

Wave Class H max Th max Surface

Current Mid-Depth

Current Near Bottom

Current Number of

Cycles (m) (s) (m/s) (m/s) (m/s) 1 0.50 5.25 0.5 0.3 0.3 93,350,538 2 1.00 6.25 0.5 0.3 0.3 71,519,354 3 1.50 7.37 0.5 0.3 0.3 31,774,805 4 2.00 8.64 0.5 0.3 0.3 13,717,908 5 2.50 9.57 0.6 0.4 0.4 6,707,238 6 3.00 10.18 0.6 0.4 0.4 3,461,658 7 4.00 10.79 0.6 0.4 0.4 2,802,540 8 5.00 11.31 0.6 0.4 0.4 772,997 9 6.00 11.69 0.7 0.5 0.5 197,245 10 7.00 11.97 0.7 0.5 0.5 45,165 11 8.00 12.23 0.7 0.5 0.5 9,160 12 9.00 12.47 0.7 0.5 0.5 1,643 13 10.25 12.67 0.8 0.6 0.6 281

Page 67: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

53

4.1.3 Data Gerakan FPSO Data gerakan FPSO yang diketahui adalah data percepatan FPSO pada kondisi badai,

seperti pada Tabel 4.4 di bawah. Pada kondisi badai, FPSO akan mendapatkan pengaruh

beban yang paling besar (maximum). Periode gelombangnya adalah 31 s.d. 4detik dengan

interval 0,5detik.

Tabel 4. 4 Data percepatan gerakan FPSO pada kondisi badai (Conoco, 2002)

Derajad Kebebasan Percepatan Max. Surge Acc 0.656 m/s2 Max. Sway Acc 2.180 m/s2 Max. Heave Acc 1.054 m/s2

Roll Acc 3.023 rad/s2 Pitch Acc 0.679 rad/s2 Yaw Acc 0.193 rad/s2

4.1.4 Data Material Data material yang digunakan pada FPSO Belanak disajikan pada Tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4. 5 Data Material Properties (Conoco, 2002)

Data di atas merupakan data yang digunakan pada pemodelan lokal menggunakan

ANSYS. Komponen utama yang dibutuhkan pada pemodelan lokal adalah modulus

young, poisson’s ratio, density dari baja dan minimum yield stress. Dari data tersebut

diketahui bahwa tegangan yang diijinkan pada struktur module ini sebesar 250 MPa.

Data Satuan SpesifikasiMaterial Type - 4Steel Grades - A36Thickness Range (mm) <51Minimum Yield Stress (N/mm2) 250Minimum UTS (N/mm2) 400Modulus Young (N/mm2) 210,000Shear Modulus (N/mm2) 80,000Poisson's Ratio - 0.3Density (kg/m3) 7,850Coef. Of Thermal Expansion (/C0) 12x10-6

Page 68: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

54

4.2 PEMODELAN Pemodelan yang dilakukan adalah pemodelan struktur global FPSO Belanak untuk

mendapatkan respon gerakan dan pemodelan lokal untuk mendapatkan respon support

structure system gas rocessing module. Untuk pemodelan global menggunakan software

AutoCAD, Maxsurf, dan MOSES. Sedangkan pemodelan lokal menggunakan software

ANSYS 11.

4.2.1 Pemodelan Dengan AutoCAD Untuk mempermudah pemodelan pada Maxsurf dan MOSES, struktur FPSO dimodelkan

terlebih dahulu dengan menggunakan AutoCAD.

Gambar 4. 3 Pemodelan Lines Plan FPSO Belanak dengan AutoCAD

Gambar 4.3 di atas adalah gambar lines plan dari FPSO Belanak. Pemodelan pada

AutoCAD dilakukan untuk mempermudah dalam penentuan koordinat. Selain itu juga

mempermudah untuk memahami bentuk dari struktur secara visual.

Page 69: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

55

4.2.2 Pemodelan Dengan Maxsurf Setelah melakukan pemodelan pada AutoCAD, struktur FPSO dimodelkan pada Maxsurf

dengan mengambil dimensi-dimensi dari AutoCAD. Hal ini dimaksud untuk

mempermudah penentuan koordinat pada Maxsurf. Pemodelan pada Maxsurf tidak hanya

dimodelkan hull dari FPSO saja, akan tetapi bagian yang lebih detail juga dimodelkan,

seperti section, buttock, serta waterline dari FPSO Belanak. Koordinat-koordinat pada

tiap section nantinya akan dikonversikan ke dalam MOSES. Gambar 4.4 di bawah ini

merupakan hasil pemodelan FPSO pada Maxsurf.

 

Gambar 4. 4 Pemodelan FPSO Belanak dengan Maxsurf

4.2.3 Pemodelan Dengan MOSES Pemodelan selanjutnya adalah pemodelan pada MOSES. Koordinat-koordinat pada

MOSES diambil dari koordinat pada Maxsurf. Untuk pemodelan FPSO dan perhitungan

hidrostatis dilakukan dengan menggunakan MOSES 7.0, sedangkan perhitungan

hidrodinamis untuk mendapatkan respon gerakan FPSO dilakukan dengan menggunakan

MOSES 6.0. Gambar 4.5 di bawah ini adalah hasil pemodelan menggunakan MOSES 7.0

Page 70: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

56

 

4.2.4 Pemodelan Dengan ANSYS Pemodelan dengan menggunakan ANSYS 11 difokuskan pada daerah module support

dengan struktur geladak yang menyangga module beserta penegar-penegar di bawah

geladak. Jenis analisis yang dilakukan adalah analisis struktural.

 

1

X

YZ

MODULE SUPPORT

JUL 4 201011:50:26

AREAS

TYPE NUM

Gambar 4. 6 Model Scantling Support Structure System

1

X

Y

Z

MODULE SUPPORT

JUN 27 201019:37:37

ELEMENTS

Gambar 4. 5 Pemodelan FPSO Belanak dengan MOSES 7.0 

Page 71: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

57

Struktur dimodelkan dalam bentuk area (2D) seperti pada Gambar 4.6 di atas, sehingga

elemen yang digunakan adalah element shell93. Element shell93 memiliki 8 node dengan

4 macam ketebalan jika bervariasi dan input tebal pada real constant. Karakteristik

struktur yang diinput disesuaikan dengan data material seperti pada Tabel 4.5. Gambar

4.7 di bawah merupakan contoh input karakteristik model pada ANSYS 11.0.

Meshing dilakukan dengan manual, jadi pembagian jumlah elemen disesuaikan dengan

model geometrinya. Langkah terakhir adalah dengan memasukkan constraint pada bagian

struktur yang dianggap tetap (fix) atau tidak mengalami deformasi.Constraint yang

digunakan adalah pada semua degree of freedom (6DOF) baik translasional maupun

rotasional. Gambar 4.8 di bawah ini merupakan visualisasi constraint dan tebal plat pada

module support.

Gambar 4. 8 Constraint dan visualisasi real constant

Gambar 4. 7 Input Karakteristik Model Pada ANSYS 11

1

X

Y

Z

MODULE_SUPPORT

JUL 9 201016:53:59

ELEMENTS

UROTF

1

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45

45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45

45 45

45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45

45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45

45

45 45 45 45 45 45

45 45 45

45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75

75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75

75 75 75

75 75 75

75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

75 75

75 75

75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75

75 75

75 75

75 75 75

75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75 75

75 75 75 75

75 75 75

75 75 75

75 75 75 75 75

75

75 75 75 75

75 75 75

75 75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

75

75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

45 45 45 45 45 45 45

45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45

45

45 45 45 45 45 45

45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35

35 35

35 35 35

35 35 35

35

35 35

35

35

35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

30 30 30

30 30 30

30 30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

30 30

30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30

30 30 30 30

30 30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30 30 30

30

30 30 30

30

30 30 30

30

30 30 30

30

30 30 30

30

30 30 30

30

30 30 30

30

30 30 30

30

35 35 35

35 35 35 35 35 35 35

35 35

35 35 35 35

35 35 35 35 35

35 35 35

35 35 35 35

35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35

35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35

35 35 35 35

35 35

35 35 35

35 35 35 35

35

35 35 35

35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35

35

35 35

35 35

35 35 35 35

35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35

35 35 35

35 35

35 35

35 35

35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35

35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35

35 35 35

35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35

35

35 35 35 35 35

35 35 35 35

35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35 35 35 35

35 35 35 35

35 35 35 35

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25

25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25 25

25 25

2525 25

25 25

25 25 25

25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25

25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25 25 25 25

25 25

25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

2525

25

25 25

25 25 25 25 25 25

25 25 225 25

25 25 25

25

2

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

225 25 25

25 2

25

25 25 25

25 25

25 25 25

25 25 25

25 25

25 25 25

25 25 25 25 25 25

25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 222525 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25

25

MODULE_SUPPORT

JUL 24 201008:02:03

ELEMENTS

REAL NUM

1

25

25 25 25 25

25

25 25

25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25

25 25 25

25

25 25

25 25 25

25

25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

2525

25 25 25 25

25

25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 2

2525 25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 2

25 25 25

25

25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25 25 25

25

25

25

25

25 25 25 25

25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25

25

25 25 25 25

22525

30

30 30

30 30

30 30 30 30 30 30 30

30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30 30 30 30 30

30

30 30

30

30

30 30

30

30 30

30

30

30

30 30

30 30

30

30

30 30

30 30

30

30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30

30

30 30 30 30

30 30 30

30 30

30

30 30 30 30 30

30 30 30

30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30

30 30

30 30 30

30 30

30

3303030

3030 30

30 30

30

30 30 30 30

30 30 30

30 30

30

30 30 30 30

30 30 30

30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30 30 30 30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30 30

30 30

30 30 30 30 30 30

30 30 30

30 30 30 30 30 30 30 30

30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30 30

30 30

30 30 3

330 30 30

30

30 30 30 30 30 30 30

30

30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30

30 30

30 30 30 30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30 30 30

30 30

30 30 30

30 30 30 30

30

30 30 30 30 30 30 30

30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30

30

30 30 30

30 30

30 30

30

30

30

30 30 30 30

30 30

30 30 30

30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30

30 30

30 30 30

30

30

30 30

30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30 30

30 30

30 30 30

30

30 30 30 30 30 30 30

30 30

30 30

30

30 30 30

30 30 30

30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30 30

30 30

30 30 30

30 30 30 30

30

30 30 30 30 30 30 30

30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30

30

30 30 30 30

30 30 30

30

30 30 30 30 30 30

30 30

30 30 30

30 30 30 30

30

30 30 30 30 30 30 30

30

30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30

30

30 30

330

30

30 30

30

30 30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30 30

30 30 30

30

30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30 30 30 30

30 30 30

30

30 30

30

30 30 30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30 30

30 30 30 30

30 30

30

30

30 30

30

30 30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30 30

30 30 30

30

30

30 30 30 30

30 30

30 30 30 30 30 30 30

30 30 30 30

30 30

30

30 30 30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30 30

30 30

30

30 30

30 30

30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30

30 30 30

30 30 30

30

30 30

30 30

30 30

30

30

25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25

25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25 25

25 25 25

25 25 25 25

25

25 25

25

25 25 25 25

25

25 25 25

25 25 25

25 25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25

25 25

25 25 25

25

25 25 25 25

25

25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25

25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25 25 25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25

25 25 25

25 25 25

25 25

25 25

25

25 25

25 25 25

25 25

25

25 25

25 25

25 25

25 25 25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25 25

25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25 25

25

25 25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25 25

25

25 25

25

25

25 25

25

25

25 25

25

25 25

25 25

25 25 25 25 25 25 25 25 25

25 25 25 25 25

25

25 25 25 25

25 25 25

25 25

25 25 25 25

25 25 25 25

X YZ

MODULE_SUPPORT

JUL 24 201008:08:27

ELEMENTS

REAL NUM

Page 72: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

58

Sebelum dilakukan runing, terlebih dahulu dilakukan mesh sensivity, yaitu iterasi untuk

memperoleh tegangan dengan variasi ukuran meshing. Ketika tegangan yang didapat

telah mendekati konstan, maka model bisa digunakan dalam analisis selanjutnya. Hasil

mesh sensvity dengan lima macam ukuran meshing dan dengan pembebanan sama arah

vertikal sebesar 25973 kN disajikan pada Tabel 4.6 dan Grafik 4.1 di bawah ini.

Tabel 4. 6 Mesh Sensivity

Dari Grafik 4.1 di atas dapat diketahui, semakin kecil ukuran meshing atau semakin

banyak jumlah elemen, maka tegangan yang dihasilkan semakin besar juga. Hal ini

menandakan dengan banyaknya jumlah elemen, maka tingkat keakuratan pada daerah

yang dianalisis juga semakin baik. Pada tugas akhir ini model yang digunakan adalah

dengan jumlah node 30155, karena pada model tersebut tegangan yang dihasilkan sudah

mendekati konstan yaitu 77,10MPa.

No Σ Node Stress (Mpa)1 8067 76.982 12568 77.033 30155 77.104 74972 77.105 186396 77.11

76.900

77.000

77.100

77.200

0 3 6 9 12 15 18 21

Stress (M

Pa)

Jumlah Node x 10000

Mesh Sensivity

Grafik 4. 1 Mesh Sensivity

Page 73: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

59

4.3 PERHITUNGAN Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan motion dari FPSO, perhitungan beban

inersia akibat beban gelombang, beban angin, serta beban operasional. Setelah

perhitungan beban selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan umur

kelelahan yang nanti dilanjutkan dengan perhitungan keandalan scantling support

structure system gas processing module.

4.3.1 Validasi Model FPSO Validasi model FPSO Belanak yang digunakan adalah validasi pada data-data hidrostatik

data Conoco Phillips dengan model FPSO Belanak pada Maxsurf dan MOSES. Tabel 4.7

di bawah ini adalah perbandingan data hidrostatik FPSO Belanak Conoco Phillips dengan

data hasil pemodelan.

Tabel 4. 7 Validasi Data Conoco Phillips dengan Hasil Pemodelan

Dari Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai koreksi antara hasil pemodelan dengan

data Conoco Phillips tidak sampai 5%, maka model FPSO dapat dikatakan valid.

4.3.2 Perhitungan Motion FPSO Perhitungan motion FPSO dilakukan untuk mendapatkan single amplitude accelerations

dan Response Amplitude Operator (RAO) dari FPSO untuk lima arah heading

gelombang, yaitu arah 0o, 45o, 90o, 135o dan 180o dalam gerak surge, heave, sway, roll,

pitch dan yaw. Perhitungan dilakukan pada kondisi Vessel Draft Full yaitu dengan draft

16,2m dengan software MOSES 6.0, karena FPSO diasumsikan sedang beroperasi

dengan muatan penuh. Periode gelombangnya adalah 4 s.d. 31detik dengan interval

Parameter Maxsurf MOSES Maxsurf-Data MOSES-DataT (m) 16.2 16.2 0.000% 0.000%

KG (m) 12.96 12.96 0.000% 0.000%Displ. (ton) 246970.641 246247.39 0.012% 0.305%VCB (m) 8.193 8.22 0.098% 0.428%LCB (m) 142.585 142.57 0.060% 0.050%LCF (m) 142.542 142.52 0.008% 0.007%KMT (m) 25.543 25.63 0.149% 0.192%KML (m) 385.211 387.89 0.306% 0.387%

Validasi KoreksiConoco

16.2

25.581386.395

12.962470008.185

142.499142.53

Page 74: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

60

0,5detik. Kondisi gelombang yang digunakan adalah kondisi gelombang selama masa

operasi yakni dengan Hs 0.27m hingga Hs 5.51m. Jika yang diketahui adalah Hmax maka

Hs dapat dicari dengan persamaan di bawah ini:

1.86 .......................................................................................................... (4.1)

Input data untuk perhitungan dengan MOSES 6.0. adalah:

- KG (keel to gravity)

- kedalaman perairan di lokasi FPSO beroperasi

- tipe spektrum gelombang yang digunakan, yaitu spektrum JONSWAP

- arah datang gelombang (heading)

- tinggi gelombang signifikan

- periode gelombang

- kecepatan arus

Hasil dari perhitungan maximum single amplitude accelerations dengan MOSES 6.0.

ditunjukkan pada Tabel 4.8 di bawah.

Tabel 4. 8 Output Maximum Single Amplitude Acceleration

Maximum Single Amplitude Acceleration

Hs surge sway heave roll pitch yaw m/s rad/s

0.27 0.005 0.029 0.022 0.025 0.006 0.006 0.54 0.013 0.062 0.050 0.054 0.021 0.012 0.81 0.024 0.124 0.058 0.075 0.028 0.016 1.08 0.036 0.206 0.117 0.176 0.060 0.027 1.34 0.050 0.286 0.197 0.321 0.110 0.044 1.61 0.065 0.363 0.277 0.473 0.167 0.062 2.15 0.093 0.504 0.413 0.754 0.270 0.094 2.69 0.118 0.638 0.547 1.060 0.376 0.126 3.23 0.139 0.757 0.674 1.349 0.473 0.155 3.76 0.159 0.863 0.795 1.610 0.560 0.183 4.30 0.177 0.961 0.918 1.861 0.645 0.211 4.84 0.194 1.049 1.041 2.093 0.726 0.238 5.51 0.351 1.698 1.191 2.365 0.822 0.271

Page 75: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

61

Hasil percepatan yang didapat pada Tabel 4.8 di atas nantinya digunakan dalam

perhitungan beban inersia akibat beban gelombang. Percepatan yang dihasilkan semakin

besar pada tiap-tiap kenaikan Hs. Hasil perhitungan maximum single amplitude

accelerations dengan MOSES 6.0 dibandingkan dengan data milik Conoco Phillips.

Tabel 4.9 di bawah ini merupakan perbandingan hasil perhitungan dengan data Conoco

Phillips.

Tabel 4. 9 Perbandingan percepatan dengan data Conoco Phillips

Derajad Kebebasan

Percepatan Conoco Phillips Perhitungan (Hs = 5.51)

Max. Surge Acc 0.656 m/s2 0.351 m/s2 Max. Sway Acc 2.180 m/s2 1.698 m/s2 Max. Heave Acc 1.054 m/s2 1.191 m/s2

Roll Acc 3.023 rad/s2 2.365 rad/s2 Pitch Acc 0.679 rad/s2 0.822 rad/s2 Yaw Acc 0.193 rad/s2 0.271 rad/s2

Berikut adalah contoh Response Amplitude Operator (RAO) dengan Hs = 5.51 hasil dari

MOSES 6.0 untuk gerakan surge, heave, sway, roll, pitch dan yaw dapat dilihat pada

Grafik 4.2 s/d Grafik 4.7 di bawah ini:

 

Grafik 4. 2  RAO motion surge FPSO Belanak

Gerakan surge cenderung besar untuk heading arah head seas (μ = 0°) dan following seas

(μ = 180°). Sedangkan untuk arah quartering seas (μ = 45° dan 135°) gerakan surge lebih

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

S/ζ ω

ω (rad/s)

RAO Motion Surge

0 degree45 degree90 degree135 degree180 degree

Page 76: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

62

kecil dari gerakan surge untuk heading arah head sea. Untuk gerakan beam seas (μ =

90°) hampir tidak terjadi sama sekali.

 

Grafik 4. 3 RAO motion sway FPSO Belanak

Gerakan sway sangat besar untuk heading arah beam seas. Sedangkan untuk arah

quartering seas gerakan sway juga terjadi namun tidak sebesar heading arah beam seas.

Untuk gerakan sway tidak terjadi untuk arah 0° dan 180°.

 

Grafik 4. 4 RAO motion heave FPSO Belanak

0.0

0.3

0.6

0.9

1.2

1.5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

S/ζ ω

ω (rad/s)

RAO Motion Sway

heading 0heading 45heading 90heading 135heading 180

0.0

0.4

0.8

1.2

1.6

2.0

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

S/ζ ω

ω (rad/s)

RAO Motion Heave

heading 0heading 45headng 90heading 135heading 180

Page 77: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

63

Untuk gerakan heave cenderung tinggi untuk semua arah heading. Gerakan paling besar

terjadi pada heading beam sea.

 

Grafik 4. 5 RAO motion roll FPSO Belanak

Gerakan roll cenderung besar untuk heading arah beam seas (μ = 90°). Sedangkan untuk

heading arah quartering seas (μ = 45° dan 135°) gerakan surge lebih kecil dari gerakan

surge untuk heading arah beam sea. Untuk gerakan following sea (μ = 180°) tidak terjadi

sama sekali.

 

Grafik 4. 6 RAO motion pitch FPSO Belanak

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

S/ζ ω

ω (rad/s)

RAO Motion Roll

heading 0heading 45heading 90heading 135heading 180

0.00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

S/ζ ω

ω (rad/s)

RAO Motion Pitch

heading 0heading 45heading 90heading 135heading 180

Page 78: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

64

Gerakan pitch cenderung besar untuk heading arah quartering seas (μ = 45° dan 135°).

Sedangkan untuk heading arah head sea dan following sea (μ = 0° dan 180°) gerakan

pitch lebih kecil dari gerakan pitch untuk heading arah qurtering seas. Untuk gerakan

beam sea (μ = 90°) tidak terjadi sama sekali.

 

Grafik 4. 7 RAO motion yaw FPSO Belanak 

Gerakan yaw cenderung besar untuk heading arah quartering seas (μ = 45° dan 135°).

Sedangkan untuk heading arah arah yang lain hampir tidak terjadi.

4.3.3 Perhitungan Beban Gelombang Untuk gerakan FPSO terdapat enam derajad kebebasan yakni surge, sway, yaw, heave,

roll dan pitch. Percepatan dari enam gerakan tersebut telah didapat dari perhitungan

motion. Untuk gerakan FPSO tersebut berpengaruh pada module dengan menjadi gaya

inersia. Gaya inersia didapat dengan mengalikan percepatan module dengan massa

module. Massa dari gas processing module diperoleh dari data sesuai pada Tabel 4.1

yakni 2361 mt.

0.0

0.1

0.2

0.3

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

S/ζ ω

ω (rad/s)

RAO Motion Yaw

heading 0heading 45heading 90heading 135heading 180

Page 79: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

C

ad

a.

b

d

x

y

zi

r

r

Contoh perhit

dalah sebaga

. Gerakan t

• Fi unt

• Fi unt

• Fi unt

Sehin

25973

. Gerakan r

Untuk ger

engan :

i = 22.5 m

i = 16 m

i = 18.04 m

= jari-jari g2i zyr +=

tungan gaya

ai berikut:

translasional

tuk gerakan s

=

=

tuk gerakan S

=

=

tuk gerakan H

=

=

gga total ga

3.36 kN

rotasional

rakan roll, p

(jarak hor

(jarak hor

(jarak ver

girasi 2iz

a inersia dari

l

surge = m x

2361 x 0.35

507.165 kN

Sway = m x

2361 x 1.69

2738.76 kN

Heave = m x

2361 x 1.19

2811.95 kN

aya inersia p

pitch, dan yaw

rizontal sum

rizontal sum

rtikal antara

i masing-ma

x a

51

N

x a

98

N

x a

91

N

pada support

w akan menj

mbu x antara

mbu y antara

CG dengan

sing gerakan

t module ak

jadi momen

CG dengan

CG dengan

titik berat m

n dengan kon

kibat gerakan

inersia.

titik berat m

titik berat m

module)

ndisi Hs = 5

n heaving ad

module)

module)

65

5.51m

dalah

Page 80: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

66

Contoh perhitungan untuk gerakan roll dengan Hs = 5.51m

Momen inersia untuk gerakan roll = m x r2

yi = 16 m

zi = 18.04 m

√16 18.04 = 24.113 m

Maka momen inersia adalah

I = 2361 x 24.1132 = 1372783.62 mt. m2

Sedangkan momen gaya = I x α

= 1372783.62 x 2.365

= 3246633.256 kN.m.rad 

Berikut adalah hasil seluruh perhitungan baik gerakan translasi dan rotasional pada tiap-

tiap Hs yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 di bawah ini.  

Tabel 4. 10 Gaya inersia dan momen gaya FPSO Belanak 

Gaya Inersia Momen Gaya

Hs surge sway heave roll pitch yaw kN kN kN kN.m.rad kN.m.rad kN.m.rad

0.27 11.805 68.469 23213.352 34319.590 11781.743 10798.034 0.54 30.693 146.382 23279.460 74130.315 41236.101 21596.067 0.81 56.664 292.764 23298.348 102958.771 54981.468 28794.756 1.08 84.996 486.366 23437.647 241609.917 117817.432 48591.151 1.34 118.050 675.246 23626.527 440663.541 215998.625 79185.579 1.61 153.465 857.043 23815.407 649326.651 327925.186 111579.6802.15 219.573 1189.944 24136.503 1035078.848 530178.444 169169.1922.69 278.598 1506.318 24452.877 1455150.635 738322.574 226758.7043.23 328.179 1787.277 24752.724 1851885.100 928794.089 278949.1993.76 375.399 2037.543 25038.405 2210181.624 1099629.366 329340.0224.30 417.897 2268.921 25328.808 2554750.312 1266537.395 379730.8454.84 458.034 2476.689 25619.211 2873236.112 1425590.928 428321.9965.51 507.615 2738.760 25973.361 3246633.256 1614098.819 487711.180

Page 81: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

67

 

Grafik 4. 8 Gaya Inersia pada gerakan translasional

 

 

Grafik 4. 9 Momen Gaya pada Gerakan Rotasional

 

Grafik 4.8 dan Grafik 4.9 di atas merupakan hubungan gaya-gaya yang bekerja pada

module dengan tiap-tiap Hs. Pada gerakan translasional, besarnya gaya yang bekerja

linier dengan bertambah tingginya Hs. Gerakan heave menimbulkan gaya yang paling

besar terhadap struktur module, hal ini disebabkan gaya yang terjadi berupa gaya berat

module itu sendiri dengan gaya akibat gerakan FPSO. Berbeda dengan gerakan

rotasional, momen gaya yang terjadi tidak linier dengan bertambahnya Hs. Pada gerakan

rotasional, gerakan roll memiliki pengaruh paling besar terhadap module.

0.0E+00

5.0E+03

1.0E+04

1.5E+04

2.0E+04

2.5E+04

3.0E+04

0 1 2 3 4 5 6

Gaya Inersia (kN)

Hs (m)

Translasional

surge sway heave

0.0E+00

5.0E+05

1.0E+06

1.5E+06

2.0E+06

2.5E+06

3.0E+06

3.5E+06

0 1 2 3 4 5 6

Mom

en Gaya (kN.m

.rad

)

Hs (m)

Rotasional

roll pitch yaw

Page 82: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

68

Gas processing module FPSO Belanak memiliki 8 buah struktur penyangga dengan

konfigurasi seperti pada Gambar 4.9 di bawah. Jarak stuktur penyangga paling dekat

dengan centre line FPSO adalah 5 m. Sedangkan ukuran dari gas processing module

sendiri adalah 22 x 30 m. Struktur penyangga terdapat pada frame 30 dan 33 dari FPSO.

 

Gambar 4. 9 Module tampak atas

Dengan jarak titik massa antara COG FPSO dengan titik massa tiap struktur penyangga

berbeda satu sama lain. Antara leg 1 sampai dengan leg 8 akan mempunyai reaksi yang

berbeda dalam menerima beban akibat gerakan FPSO itu sendiri. Oleh karena itu

dilakukan perhitungan respon beban pada tiap kaki untuk mengetahui sturktur penyangga

yang menerima beban paling kritis.

Tabel 4. 11 Beban Pada Sturktur Penyangga

Force Momen(kN) (kN.m)

Module 22526.37 37382.23Leg1 32318.16 54126.15Leg2 29590.22 48988.53Leg3 25442.53 41113.29Leg4 24300.18 38915.34Leg5 34394.70 57342.26Leg6 31758.76 52547.93Leg7 27805.70 45421.38Leg8 26736.63 43512.30

Struktur

Page 83: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

P

4

p

d

ad

P

ro

d

g

p

m

id

D

d

te

b

erhitungan n

.11. Perhitu

ercepatan ya

ilakukan dap

dalah pada l

ada Gambar

otational mo

ari pada res

erakan roll

ada leg yan

mempunyai p

dentik.

Dikarenakan

iantara struk

erkritis terse

eban yang b

Force / Mom

ent

x 10

000

nilai beban

ungan digun

ang terjadi p

pat diketahu

eg 5 seperti

G

r 4.10 diketa

otion dari FP

spon gerakan

dan yaw dik

ng lainnya.

percepatan

struktur pe

ktur penyang

ebut. Dengan

ekerja, maka

0

1

2

3

4

5

6

1

Force (kN)

yang bekerj

nakan denga

pada tiap str

ui bahwa stru

pada Gamba

Gambar 4. 10 B

ahui nilai beb

PSO. Respon

n rotasional

karenakan m

Pada respo

yang sama,

enyangga pa

gga yang la

n asumsi ap

a struktur pe

2 3

Momen (k

a pada tiap

an bantuan

ruktur penya

uktur penyan

ar 4.10 di ba

Beban Pada S

ban yang bek

n akibat gera

l lainnya. Le

memiliki jara

on gerakan

sehingga r

ada leg 5 m

in maka ana

pabila strukt

enyangga lai

4

3

Module

kN.m)

struktur pen

software M

angga. Dari

ngga yang m

awah.

Sturktur Peny

kerja pada ti

akan roll me

eg 5 memili

ak dari centr

translasi pa

respon beba

mempunyai

alisa dilakuk

tur penyangg

innya diangg

5 6

3.44

5.73

e Leg

nyangga terd

MOSES untu

hasil perhitu

menerima be

angga

iap struktur p

emiliki penga

iki respon p

re line FPSO

ada tiap stru

an juga mem

respon beb

kan pada str

ga terkritis

gap aman dar

7 8

Hs=5.5

dapat pada T

uk mendapa

ungan yang

eban paling

penyangga a

aruh paling

paling besar

O lebih jauh

uktur penya

miliki nilai

ban paling

ruktur penya

sudah aman

ri beban.

8

51m

69

Tabel

atkan

telah

besar

akibat

besar

pada

h dari

angga

yang

kritis

angga

n dari

Page 84: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

70

4.3.4 Perhitungan Beban Angin Gaya angin yang dihitung merupakan gaya angin yang diakibatkan beban dinamis yaitu

gaya angin akibat vortex. Pada perhitungan gaya angin ini, pengaruh vortex terjadi pada

peralatan tertinggi pada gas processing module, sehingga dari perhitungan gaya angin

akibat vortex jumlah siklis beban angin yang menyebabkan fatigue dapat diketahui.

Sebelum perhitungan gaya angin, terlebih dahulu dilakukan perhitungan kecepatan di

tiap-tiap elevasi karena tinggi masing-masing peralatan berbeda-beda, perhitungan

Reynold Number untuk menentukan nilai Cf, dan melakukan perhitungan luas area yang

terkena beban angin.

4.3.4.1 Kecepatan Angin Data kecepatan angin yang digunakan adalah data kecepatan angin awal (V0) pada elevasi

2m serta intensitas kecepatan angin selama dua tahun seperti pada Tabel 4.12 di bawah

ini:

Tabel 4. 12 Data intensitas kejadian angin

ARAH KECEPATAN ANGIN (m/s) (nominal) Jumlah

CALM 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10 - 12 13 - 15 >16 406 0 0 0 0 0 0 406

N 0 0 8 30 37 20 5 100 NW 0 0 1 5 1 0 0 7 W 0 1 7 15 5 0 0 28

SW 0 3 2 13 7 2 0 27 S 0 0 7 26 19 3 1 56

SE 0 0 3 10 3 0 0 16 E 0 1 13 14 1 0 0 29

NE 0 0 20 31 6 4 0 61 730

 

Page 85: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

71

71

10 10⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

yVV

Dengan Persamaan 2.15 dapat diketahui kecepatan angin pada elevasi y.

Persamaan 2.15 yaitu:

...................................................................................................... (2.15)

Karena data kecepatan angin awal (V0) yang diketahui adalah kecepatan angin pada

elevasi 2m, maka dicari terlebih dahulu kecepatan angin pada elevasi 10m dengan

memodifikasi persamaan 2.15 menjadi sebagai berikut:

71

2

210

10⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

=y

VV

Berikut hasil perhitungan kecepatan angin pada elevasi 10m seperti ditunjukkan pada

Tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4. 13 Konversi kecepatan angin pada elevasi 10m

Kecepatan angin (m/s) Elevasi 2m Elevasi 10m

0.00 0.00 1.54 1.94 3.08 3.88 4.63 5.82 6.17 7.76 7.71 9.70 9.25 11.64

Kecepatan angin yang akan dicari adalah kecepatan angin pada elevasi 28.8m, 34.8m,

36.3m. Ketiga elevasi tersebut merupakan elevasi titik tangkap gaya angin dari masing-

masing ketinggian peralatan yang berada pada gas processing module dari SWL pada

kondisi vessel draft full yaitu dengan draft 16.2 m. Sebelum menghitung terlebih dahulu

mengubah satuan kecepatan menjadi m/s, karena satuan yang digunakan pada data adalah

knot dan data yang digunakan adalah kecepatan angin yang maksimum dalam rentang

kecepatan angin.

Page 86: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

72

Contoh perhitungan kecepatan angin pada elevasi 36.3 m dan pada kecepatan 11.64 m/s

pada kondisi operasi.

V 11.64 36.32

17

V 11.64 x 18.1517 14.0 m/s

Hasil yang didapat dari perhitungan kecepatan angin pada elevasi y disajikan pada Tabel

4.14 di bawah ini:

Tabel 4. 14 Kecepatan angin pada tiap elevasi peralatan

Kecepatan(m/s)

Kecepatan pada elevasi y (m/s) Elevasi (m)

28.8 34.8 36.3 0.00 0.00 0.00 0.00 1.94 2.26 2.32 2.33 3.88 4.51 4.64 4.67 5.82 6.77 6.96 7.00 7.76 9.03 9.28 9.33 9.70 11.29 11.60 11.67 11.64 13.54 13.91 14.00

 

Pada Tabel 4.14 di atas, kecepatan angin pada tiap-tiap elevasi akan bertambah besar

dengan seiring bertambahnya ketinggian elevasi, begitu juga dengan bertambah besarnya

kecepatan referensi yang digunakan dalam konversi kecepatan angin. Dengan demikian

kecepatan angin akan linier dengan bertambah tingginya elevasi yang akan ditinjau.

4.3.4.2 Gaya Angin pada Peralatan Tertinggi Setelah didapat kecepatan angin untuk semua ketinggian yang ditentukan, kemudian

dilakukan perhitungan gaya angin. Gaya angin yang ditinjau adalah gaya yang mengenai

peralatan paling tinggi dan struktur dari module, berikut peralatan pada gas processing

module seperti pada Tabel 4.15 di bawah ini.

Page 87: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

73

Tabel 4. 15 Peralatan tertinggi pada gas processing module

Peralatan Tinggi (m) Diameter (m)

deethanizer column - train 1 38 7.5

depropanizer column - train 1 50 7.5

debutanizer column - train 1 53 7.5

Perhitungan gaya angin dilakukan dengan Persamaan 2.24 di bawah:

F = 1/2 ρ Cf A V2 ......................................................................................................... (2.24)

Nilai Cf didapat berdasarkan perhitungan Reynold Number. Berikut contoh perhitungan

Reynold Number pada peralatan debutanizer column - train 1 dengan kecepatan angin

14.0 m/s.

7.5 14.00.0000145 7.24 10

Hasil yang didapat dari perhitungan Reynold Number untuk ketiga peralatan disajikan

dalam Tabel 4.16 di bawah ini:

Tabel 4. 16 Reynold Number tiap-tiap peralatan

Kecepatan angin (m/s)

Reynold Number Peralatan dengan tinggi (m)

38 50 53 0.00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.94 1.17E+06 1.20E+06 1.21E+06 3.88 2.34E+06 2.40E+06 2.41E+06 5.82 3.50E+06 3.60E+06 3.62E+06 7.76 4.67E+06 4.80E+06 4.83E+06 9.70 5.84E+06 6.00E+06 6.03E+06 11.64 7.01E+06 7.20E+06 7.24E+06

 

Dari nilai Reynold Number yang diperoleh, dimana nilai yang dihasilkan ≥ 3 x 105 maka

nilai Cf yang digunakan adalah 0.2. Reynold number yang diperoleh semakin besar

dengan bertambah tingginya peralatan, hal ini disebabkan kecepatan angin pada elevasi

tertinggi sangat besar, jadi semakin tinggi struktur semakin besar pula reynold number

Page 88: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

74

yang diperoleh. Selain faktor kecepatan, reynold number juga dipengaruhi diameter

struktur, karena peralatan pada module ini memiliki diameter yang sama, maka yang

membedakan ketiga peralatan tersebut adalah ketinggian elevasi peralatan.

Perhitungan luas bidang silinder yang terkena gaya angin adalah:

• Luas bidang debutanizer column – train 1 yang terkena gaya angin

OD = 7.5m

L = 53m

A = OD x L

= 7.5 x 53

= 397.5m2

• Luas bidang depropaniizer column – train 1 yang terkena gaya angin

OD = 7.5m

L = 50m

A = OD x L

= 7.5 x 50

= 375m2

OD

L

OD

L

Page 89: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

75

• Luas bidang deethanizer column – train 1 yang terkena gaya angin

OD = 7.5m

L = 38m

A = OD x L

= 7.5 x 38

= 285m2

Setelah didapat luasan bidang silinder yang terkena gaya angin, dilakukan perhitungan

gaya angin. Contoh perhitungan gaya angin pada peralatan debutanizer column - train 1

dengan kecepatan 14.0 m/s.

F = ½ x ρ x Cf x A x V2

= ½ x 1.226 x 0.2 x 397.5 x 14.02

= 4841.4 N

Hasil yang didapat dari perhitungan gaya angin pada elevasi y disajikan pada Tabel 4.17

di bawah ini:

Tabel 4. 17 Gaya angin pada tiap-tiap peralatan

Kecepatan angin (m/s)

Gaya angin pada elevasi y (N) Peralatan dengan tinggi (m)

38 50 53 0.00 0.00 0.00 0.00 1.94 125.88 132.87 134.48 3.88 503.51 531.49 537.93 5.82 1132.90 1195.84 1210.35 7.76 2014.05 2125.94 2151.73 9.70 3146.95 3321.79 3362.08 11.64 4531.61 4783.37 4841.40

 

 

OD

L

Page 90: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

76

 

Grafik 4. 10 Gaya Angin pada Peralatan

Pada Grafik 4.10 di atas dapat diketahui, semakin besar kecepatan angin maka semakin

besar pula gaya angin yang ditimbulkan. Pada grafik di atas, gaya angin terbesar terjadi

pada peralatan III, karena peralatan ini memiliki elevasi paling tinggi, sehingga gaya

angin yang terjadi semakin besar juga.

4.3.4.3 Momen Angin Setelah gaya angin diketahui, maka momen yang terjadi pada struktur support dengan

geladak akibat gaya angin dapat dicari. Momen dicari dengan cara mengalikan gaya

angin dengan panjang lengan. Panjang lengan adalah jarak antara titik tangkap peralatan

yang terkena gaya angin dengan titik pada struktur support yang dekat dengan geladak.

Panjang lengan yang digunakan adalah setengah ketinggian dari ketiga peralatan tersebut,

yakni 19m, 25m, dan 26.5m. Perhitungan momen angin untuk peralatan debutanizer

column - train 1 dengan kecepatan angin 14.0 m/s adalah

M = F x l

= 4841.4 x 26.5

= 140400.49 N.m

0.0E+00

1.0E+03

2.0E+03

3.0E+03

4.0E+03

5.0E+03

6.0E+03

0 2 4 6 8 10 12 14

Kec. Angin (m/s)

Gaya Angin (N)

Peralatan I Peralatan II Peralatan III

Page 91: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

77

Maka hasil perhitungan momen angin dari ketiga peralatan tersebut ditampilkan pada

Tabel 4.18 berikut:

Tabel 4. 18 Momen angin ketiga peralatan pada gas processing module

Kecepatan angin (m/s)

Momen (N.m) Peralatan dengan tinggi y (m) 38 50 53

0.00 0.00 0.00 0.00 1.94 2391.68 3321.79 3900.01 3.88 9566.73 13287.15 15600.05 5.82 21525.14 29896.08 35100.12 7.76 38266.91 53148.59 62400.22 9.70 59792.04 83044.67 97500.34 11.64 86100.54 119584.32 140400.49

 

 

Grafik 4. 11 Momen yang diakibatkan gaya angin pada peralatan

 

Grafik 4.11 yang ditunjukkan di atas memiliki karakteristik yang sama dengan grafik

gaya angin pada Grafik 4.10. Momen terbesar terjadi pada peralatan III yang memiliki

elevasi paling tinggi di antara ketiga peralatan tersebut.

 

 

 

0.0E+00

2.0E+04

4.0E+04

6.0E+04

8.0E+04

1.0E+05

1.2E+05

1.4E+05

1.6E+05

0 2 4 6 8 10 12 14

Kec.Angin (m/s)

Momen Angin (Nm)

Peralatan I Peralatan II Peralatan III

Page 92: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

78

4.3.4.4 Gaya Angin pada Module

Module pada FPSO juga mendapat pengaruh gaya angin selain peralatan tertinggi pada

gas processing module. Gambar 4.11 di bawah ini merupakan sket gas processing

module pada FPSO Belanak.

 

Gambar 4. 11 Gas Processing Module Tampak Atas

Seperti pada Gambar 4.11 di atas, gas processing module memiliki lebar 22m, panjang

30m, dan tinggi module 10m dari geladak. Kecepatan angin yang digunakan sama dengan

kecepatan angin yang digunakan pada perhitungan gaya angin pada peralatan.

Pada gas processing module terdapat beberapa peralatan yang terletak di dalam module

tersebut, sehingga pengaruh kerapatan peralatan dalam module juga harus

diperhitungkan. Sedangkan permukaan module diasumsikan sebagai flat-side.

• Perhitungan gaya angin akibat pengaruh kerapatan (solidity effect)

Persamaan gaya angin akibat solidity effect adalah: 12 ,

Asumsi nilai dari solidity ratio (Ø) adalah 0.75, karena pada module terdapat banyak

peralatan, sehingga efek kerapatan pada perhitungan gaya angin juga

dipertimbangkan. Coefficient effective dicari berdasarkan bentuk struktur yang

dianalisis dan berdasarkan nilai solidity ratio (Ø). Dengan nilai solidity ratio (Ø) dan

Page 93: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

79

dengan bentuk flat-side, maka nilai Ce yang digunakan adalah 1.6. Nilai Ce dapat

dicari dengan Tabel 4.19 di bawah ini.

Tabel 4. 19 Coefficient effective berdasarkan solidity ratio (ø) (DnV, 2007) 

Solidity Effective shape coefficient Ce ratio Flat-side Circular sections ø  members Re < 4.2 x 105 Re > 4.2 x 105

0.10 1.90 1.20 0.70 0.20 1.80 1.20 0.80 0.30 1.70 1.20 0.80 0.40 1.70 1.10 0.80 0.50 1.60 1.10 0.80 0.75 1.60 1.50 1.40 1.00 2.00 2.00 2.00

Luas permukaan module yang terkena gaya angin adalah 220m2. Maka gaya angin

yang didapat pada tiap-tiap interval kecepatan angin adalah seperti pada Tabel 4.20

di bawah.

Tabel 4. 20 Gaya angin dengan solidity effect pada module

Kecepatan (m/s) Gaya angin (N) Momen (Nm) 0.00 0.000 0.000 1.54 460.112 3068.947 3.08 1840.448 12275.787 4.63 4141.008 27620.521 6.17 7361.791 49103.148 7.71 11502.799 76723.668 9.25 16564.030 110482.082

Pada Tabel 4.20 di atas, gaya angin semakin besar dengan bertambah besarnya kecepatan

angin, hal ini juga berlaku pada momen. Karena hubungan antara momen dengan gaya

angin bersifat linier. Hal ini disebabkan gaya angin yang dihasilkan dikalikan dengan

lengan momen, jadi besarnya momen juga tergantung dari lengan momen.

Page 94: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

80

4.3.5 Perhitungan Beban Operasional

Beban operasional yang dianalisis adalah beban operasional module itu sendiri, dimana

getaran mesin pada gas processing module juga berpengaruh pada support. Mesin yang

ditinjau adalah mesin dengan daya yang paling besar pada gas processing module yaitu

GT Power Turbin (17000 Hp/500rpm). Jumlah perputaran mesin dapat disesuaikan

dengan data pada Tabel 4.21 di bawah ini.

Tabel 4. 21 Jenis-jenis daya mesin beserta jumlah rotasinya (Marine Engine (IMO Tier II 2009))

Power Equipment rpm Power 500 kW Hp

12 V51/60DF 11700 15689.96 14 V51/60DF 13650 18304.95 16 V51/60DF 15600 20919.94

18 V51/60DF 17550 23534.94

4.3.5.1 Beban Akibat Module Besar beban yang diterima struktur support adalah beban akibat module itu sendiri

dengan mengalikan massa struktur module dengan percepatan gravitasi.

Massa gas processing module = 2361 mt

Maka besar beban yang diterima support adalah = 2361 x 9.81

= 23161.41 kN

Page 95: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

81

4.3.5.2 Perhitungan Frekuensi Eksitasi dan Frekuensi Natural Untuk mengitung jumlah putaran mesin, terlebih dahulu dilakukan perhitungan frekuensi

eksitasi dari mesin dan frekuensi natural dari struktur support untuk mendapatkan

frekuensi rasio (r).

• Frekuensi eksitasi dari mesin

Frekuensi eksitasi dari mesin tergantung dari jumlah rpm dari mesin tersebut. Dari

data diketahui bahwa daya total GT Power Turbin adalah sebesar 17000 Hp, jadi

jumlah rpm yang sesuai dengan Tabel 4.21 adalah 500 rpm.

Daya mesin = 17000 Hp

RPM = 500 rpm

Dengan putaran 500 rpm, didapat waktu selama satu putaran adalah 0.12 detik (T).

Jika telah diketahui waktu selama satu putaran, maka besarnya frekuensi putaran dari

mesin adalah:

f = 1/T

= 1/0.12 detik

= 8.3 Hz

Maka frekuensi eksitasi dari mesin adalah:

(ω) = 2 x π x 8.3 = 52.3 rad/s

Langkah selanjutnya adalah menghitung frekuensi natural dari support.

• Frekuensi natural dari support

Yang dibutuhkan dalam perhitungan frekuensi natural adalah kekakuan dari support

dan massa struktur tersebut.

Properties dari struktur support adalah sebagai berikut

T = 2.4m ρ = 7850 kg/m3

OD = 0.914m E = 2.1 x 1011 N/m2

ID = 0.824m wt = 0.045m

A = πr2

= π.((0.914/2)2-(0.824/2)2)

= 0.123 m2

Page 96: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

82

Kekakuan (k) dari support adalah

2.1 10 0.1232.4 1.07 10 /

Setelah kekakuan dan massa struktur diketahui langkah selanjutnya adalah

perhitungan freuensi natural struktur support. Maka frekuensi natural dari support

adalah

1.07 10295125 190.802 /

Jadi frekuensi natural dari support module adalah 190.802 rad/s.

• Jumlah perputaran mesin

Untuk mengetahui besarnya siklis yang disebabkan beban opersaional, dalam hal ini

siklis disebabkan oleh getaran mesin, maka dilakukan perhitungan lebih lanjut. Dari

perhitungan sebelumnya, dicari perbandingan frekuensi eksitasi dengan frekuensi

natural (r).

Besar frekuensi rasio (r) adalah:

0.274

Langkah awal adalah menghitung transmissibility ratio (TR), yakni besarnya rasio

transfer gaya dari mesin ke struktur support. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

ξ /

/ ξ /

. , . ,, . , . ,

0.977

Setelah didapat transmissibility ratio, maka dilanjutkan dengan mencari faktor

reduksi (R). Faktor reduksi ini yang nantinya dimasukkan dalam perhitungan siklis

akibat beban operasional.

1 0.977 0.023

Page 97: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

83

Setelah semua parameter diketahui, jumlah siklis akibat beban operasional dapat dihitung

dengan persamaan di bawah ini:

, . . , ., .

2534,21

Jumlah siklis yang didapat di atas merupakan jumlah siklis per menit. Karena siklis yang

dihitung selama umur operasi, maka jumlah siklis di atas dikalikan selama 30tahun. Jadi

jumlah perputaran mesin selama umur operasi (30tahun) adalah:

6,66 10 30

Dari perhitungan beban operasional di atas dapat disimpulkan bahwa mesin GT Power

Turbin dengan daya 17000Hp dapat menghasilkan jumlah siklis beban operasional

sebesar 2534,21cpm, sehingga jika analisis dilakukan selama umur operasi maka jumlah

siklisnya adalah 6,66x109.

4.4 ANALISIS KELELAHAN

Sebelum melakukan analisis kelelahan, terlebih dahulu mencari tegangan akibat beban-

beban yang bekerja pada module support dengan bantuan ANSYS 11. Tegangan yang

digunakan untuk analisis kelelahan merupakan tegangan tertinggi akibat masing-masing

beban yaitu beban inersia akibat beban gelombang, beban angin dan beban operasional

module.

Perhitungan kelelahan dilakukan dengan metode Palmgren-Miner yaitu dengan meninjau

rasio kerusakan komulatif (D) akibat beban yang diterima struktur. Jumlah siklus rentang

tegangan (Ni) dengan harga Si yang menyebabkan kegagalan sambungan dapat diperoleh

dengan menggunakan kurva S-N dengan jenis sambungan yang sesuai. Harga rentang

tegangan juga dapat dicari dengan Persamaan 2.46. Harga A dan m diperoleh dari kurva

S-N pada Tabel 2.4. Jenis sambungan antara kaki module dengan support module adalah

tipe sambungan B1, maka nilai log A adalah 12,436 dan nilai m adalah 3,0. Variabel A

merupakan intersepsi sumbu log sedangkan variabel m adalah kemiringan sumbu S-N.

Page 98: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

84

4.4.1 Analisis Kelelahan Akibat Beban Gelombang Nilai rasio kerusakan kumulatif (Dgel) dapat dicari dengan menggunakan hukum

Palmgren-Miner, yaitu dengan Persamaan 2.43 di bawah ini:

............................................................................................................ (2.43)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, nilai A dan m disesuikan dengan jenis sambungan

struktur yang ditinjau. Karena sambungan yang ditinjau adalah tipe B1, maka nilai

A=2.73E+12 dan nilai m = 3.0. Nilai ni diambil dari jumlah total kejadian gelombang

tiap-tiap Hs. Sedangkan nilai Se diambil dari tegangan terbesar yang terjadi pada module

support akibat beban gelombang tiap Hs.

Tegangan terbesar yang dihasilkan adalah 87.7MPa. Letak dari tegangan tertinggi akibat

beban gelombang dapat ditunjukkan pada Gambar 4.12 di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

Gambar 4. 12 Letak tegangan terbesar

∑=

=m

i i

i

NnD

1

Page 99: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

85

Perhitungan kelelahan akibat beban gelombang ditampilkan pada Tabel 4.22 di bawah

ini:

Tabel 4. 22 Perhitungan kelelahan akibat beban gelombang

Hs (m)  ni  Si (MPa)  Ni  ni/Ni 0.27  93,350,538 66.17  9.42E+08  9.91E‐02 0.54  71,519,354 67.63  8.82E+08  8.11E‐02 0.81  31,774,805 68.21  8.60E+08  3.70E‐02 1.08  13,717,908 70.25  7.87E+08  1.74E‐02 1.34  6,707,238 71.09  7.60E+08  8.83E‐03 1.61  3,461,658 72.92  7.04E+08  4.92E‐03 2.15  2,802,540 73.17  6.97E+08  4.02E‐03 2.69  772,997 74.86  6.51E+08  1.19E‐03 3.23  197,245 76.54  6.09E+08  3.24E‐04 3.76  45,165 78.67  5.60E+08  8.06E‐05 4.30  9,160 81.25  5.09E+08  1.80E‐05 

4.84  1,643 83.42  4.70E+08  3.50E‐06 5.51  281 84.63  4.50E+08  6.24E‐07 

D  2.22E-01

Dari Tabel 4.22 di atas dapat diketahui rasio kerusakan kumulatif akibat beban

gelombang adalah sebesar 0,222. Dengan besar ni merupakan jumlah kejadian gelombang

tiap-tiap Hs telah diketahui pada data gelombang Metocean.

4.4.2 Analisis Kelelahan Akibat Beban Angin Untuk beban angin, jumlah siklis yang disebabkan akibat vortex dapat dihitung dengan

Persamaan 2.20, yaitu:

........................................................................................................................ (2.20)

Contoh perhitungan frekuensi vortex pada debutanizer column - train 1 dengan kecepatan

14.0 m/s adalah:

SN = 0,4 karena Rn > 6x105 yaitu 7.47E+06

D = 7.5m

Maka frekuensi vortex: 0.4 14.0

7.5 0.747

Page 100: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

86

Berikut tabulasi perhitungn frekuensi vortex akibat angin pada ketiga peralatan pada gas

processing module seperti ditunjukkan pada Tabel 4.23 di bawah ini:

Tabel 4. 23 Perhitungan frekuensi vortex akibat angin

Kecepatan angin (m/s)

Frekuensi Vortex Shedding (cps) Peralatan dengan tinggi (m)

38 50 53 0.00 0.000 0.000 0.000 1.94 0.120 0.124 0.124 3.88 0.241 0.247 0.249 5.82 0.361 0.371 0.373 7.76 0.482 0.495 0.498 9.70 0.602 0.618 0.622 11.64 0.722 0.742 0.747

 

 

Grafik 4. 12 Frekuensi Vortex (cps)

Frekuensi yang didapat pada Tabel 4.23 di atas merupakan frekuensi vortex tiap detik,

jadi seperti yang terlihat pada Grafik 4.12, garfik berbentuk linier, semakin tinggi

kecepatan angin maka semakin besar pula frekuensi vortex yang dihasilkan.

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0 2 4 6 8 10 12 14

Frekue

nsi V

ortex (cps)

Kec. Angin (m/s)Peralatan I Peralatan II Peralatan III

Page 101: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

87

Tabel 4. 24 Probabilitas kejadian angin wilayah Natuna tahun 2006 dan 2007

ARAH Probabilitas kejadian angin

Jumlah CALM 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10 - 12 13 - 15 >16

0.556 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.556 N 0.000 0.000 0.011 0.041 0.051 0.027 0.007 0.137

NW 0.000 0.000 0.001 0.007 0.001 0.000 0.000 0.010 W 0.000 0.001 0.010 0.021 0.007 0.000 0.000 0.038

SW 0.000 0.004 0.003 0.018 0.010 0.003 0.000 0.037 S 0.000 0.000 0.010 0.036 0.026 0.004 0.001 0.077

SE 0.000 0.000 0.004 0.014 0.004 0.000 0.000 0.022 E 0.000 0.001 0.018 0.019 0.001 0.000 0.000 0.040

NE 0.000 0.000 0.027 0.042 0.008 0.005 0.000 0.084 Probability 0.556 0.00685 0.08356 0.19726 0.10822 0.03973 0.00822 1.000

Jumlah siklis yang digunakan adalah jumlah frekuensi vortex akibat beban angin dengan

mengalikan probabilitas kejadian angin seperti pada Tabel 4.24 di atas untuk mengetahui

frekuensi vortex pada tiap-tiap interval kecepatan angin yang terjadi selama umur

operasi. Sedangkan hasil perhitungan frekuensi vortex akibat beban angin selama umur

operasi disajikan pada Tabel 4.25 dibawah ini.

 

Tabel 4. 25 Perhitungan frekuensi vortex akibat angin selama umur operasi

Kecepatan angin (m/s)

Frekuensi Vortex Shedding (30th) Peralatan dengan tinggi (m)

38 50 53 0.00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.94 3.90E+05 4.01E+05 4.03E+05 3.88 9.52E+06 9.78E+06 9.84E+06 5.82 3.37E+07 3.46E+07 3.48E+07 7.76 2.47E+07 2.53E+07 2.55E+07 9.70 1.13E+07 1.16E+07 1.17E+07 11.64 2.81E+06 2.89E+06 2.90E+06

Page 102: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

88

 

Grafik 4. 13 Frekuensi Vortex (30tahun)

Pada Grafik 4.13 dapat dilihat karakteristik dari frekuensi vortex akibat beban angin.

Berbeda dengan Grafik 4.12, Grafik 4.13 di atas merupakan frekuensi vortex selama

umur operasi. Sehingga bentuk grafik berbeda dengan frekuensi vortex selama per detik,

karena pada Grafik 4.13 frekuensi vortex per detik dikalikan dengan probabilitas kejadian

angin seperti pada Tabel 4.25. Jadi dari Grafik 4.13 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi

vortex selama umur operasi paling besar terjadi pada interval kecepatan angin 6m/s.

Setelah frekuensi vortex akibat angin selama umur operasi telah diketahui, maka langkah

selanjutnya adalah perhitungan cumulative damage yang disebabkan oleh beban angin.

Perhitungan yang dilakukan dengan memperhitungkan damage pada tiap-tiap interval

kecepatan angin. Nilai ni merupakan jumlah siklis yang telah dihitung pada Tabel 4.26.

Cumulative damage yang diperoleh tiap-tiap interval kecepatan angin nantinya dijumlah

untuk mendapatkan total cumulative damage akibat beban angin.

Pada module tidak terjadi vortex, karena bentuk dari module relatif pejal. Maka gaya

angin yang terjadi pada module dimasukkan pada gaya angin pada peralatan saat input

beban angin pada ANSYS.

0.0E+00

5.0E+06

1.0E+07

1.5E+07

2.0E+07

2.5E+07

3.0E+07

3.5E+07

4.0E+07

0 2 4 6 8 10 12

Frekue

nsi V

ortex (30th)

Kec. Angin (m/s)Peralatan I Peralatan II Peralatan III

Page 103: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

89

Tabel 4.26 di bawah ini menunjukkan perhitungan rasio kerusakan kumulatif akibat

beban angin yaitu:

Tabel 4. 26 Perhitungan rasio kumulatif kerusakan akibat beban angin

Peralatan Kecepatan (m/s) Si (MPa) ni Ni ni / Ni

(I) 38m

0.00 0.00000 0.00E+00 - - 1.94 0.01366 4.01E+05 1.07E+18 3.75E-13 3.88 0.05464 9.79E+06 1.67E+16 5.85E-10 5.82 0.12294 3.47E+07 1.47E+15 2.36E-08 7.76 0.21855 2.54E+07 2.61E+14 9.70E-08 9.70 0.34149 1.16E+07 6.85E+13 1.70E-07 11.64 0.49174 2.89E+06 2.30E+13 1.26E-07

(II) 50m

0.00 0.00000 0.00E+00 - - 1.94 0.01324 4.13E+05 1.18E+18 3.52E-13 3.88 0.05297 1.01E+07 1.84E+16 5.49E-10 5.82 0.11918 3.57E+07 1.61E+15 2.21E-08 7.76 0.21188 2.61E+07 2.87E+14 9.10E-08 9.70 0.33106 1.20E+07 7.52E+13 1.59E-07 11.64 0.47672 2.97E+06 2.52E+13 1.18E-07

(III) 53m

0.00 0.00000 0.00E+00 - - 1.94 0.01389 4.16E+05 1.02E+18 4.08E-13 3.88 0.05556 1.01E+07 1.59E+16 6.38E-10 5.82 0.12501 3.59E+07 1.40E+15 2.57E-08 7.76 0.22224 2.63E+07 2.49E+14 1.06E-07 9.70 0.34724 1.21E+07 6.52E+13 1.85E-07 11.64 0.50003 2.99E+06 2.18E+13 1.37E-07

Dangin = 1.26221E-06

Dari Tabel 4.26 di atas dapat diketahui jumlah rasio kerusakan kumulatif akibat beban

angin (Dangin) sebesar 0.00000126221.

4.4.3 Analisis Kelelahan Akibat Beban Operasional Untuk beban operasional, terlebih dahulu dilakukan perhitungan siklis dari putaran mesin

yang ada pada gas processing module. Dari perhitungan sebelumnya didapat jumlah

siklis sebesar 2534,21 cpm. Karena perhitungan dilakukan selama umur operasi

(30tahun) maka jumlah siklis yang digunakan adalah selama 30 tahun, yaitu sebesar

6,66x109 kali. Karena sambungan yang ditinjau adalah tipe B1, maka nilai A=2.73E+12

Page 104: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

90

dan nilai m=3,0. Nilai NL diambil dari jumlah total siklis selama umur operasi. Tegangan

terbesar yang didapat akibat beban operasional sebesar 34,29 MPa.

Sedangkan nilai gamma dicari dengan menggunakan Persamaan 2.49, yaitu:

26.10076.0)( )6.1( +≅Γ xex .................................................................................... (2.49)

Nilai dari ξ diperoleh dengan cara iterasi, yakni dengan membandingkan hasil

perhitungan D dengan hukum Palmgren-Miner dengan cara Closed Form Fatigue

Equation, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.27 di bawah ini:

Tabel 4. 27 Iterasi Perhitungan Parameter Bentuk

Dengan mengambil nilai ξ sebesar 0.95, maka didapat nilai Г(1+m/ ξ) sebesar: 7.14864

Dengan demikian nilai rasio kerusakan kumulatif dapat dicari dengan menggunakan

closed form fatigue life equation, yaitu dengan Closed Form Fatigue Equation di bawah

ini:

Jadi rasio kerusakan akibat beban operasional adalah sebesar 0,0362.

ξ D pm Γ D cf Δ

0.9 3.62E-02 9.056900646 2.65E-02 9.67E-030.91 3.62E-02 8.613072426 2.83E-02 7.91E-030.92 3.62E-02 8.203349345 3.01E-02 6.07E-030.93 3.62E-02 7.824545607 3.21E-02 4.14E-030.94 3.62E-02 7.473820642 3.41E-02 2.12E-030.95 3.62E-02 7.148636915 3.62E-02 0.00E+000.96 3.62E-02 6.846723438 3.84E-02 -2.22E-030.97 3.62E-02 6.566044151 4.07E-02 -4.54E-030.98 3.62E-02 6.304770449 4.32E-02 -6.96E-030.99 3.62E-02 6.061257279 4.57E-02 -9.50E-03

1 3.62E-02 5.834022288 4.84E-02 -1.21E-02

)/1()(ln / ξξ m

NS

AND m

L

meL +Γ=

)/1()1066,6(ln

29,341073,21066,6

95.0/39

3

12

9

ξmxx

xD +Γ=

0362,0=D

14864,7)1066,6(ln

29,341073,21066,6

95.0/39

3

12

9

xxx

=

Page 105: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

91

4.4.4 Analisis Akhir Umur Kelelahan Setelah didapat tiga rasio kerusakan (D) akibat beban gelombang, beban angin dan beban

opersional, maka tiga nilai rasio kerusakan tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan nilai

rasio kerusakan kumulatif total seperti pada Persamaan 2.44.

Nilai dari Dtotal adalah:

∑ ..................................................................... (2.44)

∑ 0.222 0.00000126221 0.0362

∑ 0.258

Formulasi umur kelelahan dari suatu struktur dapat dihitung dengan membagi lama

rekaman data beban yang diterima FPSO Belanak, yaitu selama 30 tahun dengan nilai D.

Jadi umur kelelahan dari struktur tersebut adalah:

116,3

Service life dari FPSO Belanak adalah 30 tahun. Dengan umur kelelahan 116,3 tahun,

maka perhitungan nilai kelelahan (fatigue) ini memiliki nilai safety factor (SF) sebesar: 116,3

30 3,88

Jadi nilai safety factor (SF) dari struktur scantling support structure system gas

processing module FPSO Belanak adalah 3,88.

4.4.5 Kontribusi Beban Terhadap Kelelahan Dari hasil analisis, dapat diketahui besarnya pengaruh beban gelombang, beban angin dan

beban opersional terhadap umur kelelahan dari scantling support structure gas

processing module FPSO Belanak. Besarnya pengaruh beban-beban tersebut dapat dilihat

pada Tabel 4.28 berikut:

Page 106: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

D

um

y

se

um

4P

d

f

Dari Gambar

mur kelelah

akni sebesar

ebesar 0.000

mur kelelaha

4.5 ANAerhitungan k

engan moda

−Δ=)(xf

Tabel

Gambar 4

r 4.13 di ata

han pada sca

r 85.963%.

047% dan b

an pada scan

ALISIS KEkeandalan d

a kegagalan s

BeGelom

AnOpera

To

Wind Loa0.00047%

⎜⎜⎝

⎛− ∑

=

3

1n

L

AN

n

4. 28 Kontrib

4. 13 Diagram

as, beban ge

antling suppo

Sedangkan

beban opersi

ntling suppo

EANDALAdilakukan de

seperti pada

ebanmbang 0ngin 0asional 0otal 0

ad%

OperasioLoad

14.036

( )ln mnL

mn

NSe

busi ketiga be

 

m Kontribusi B

elombang m

ort structure

pengaruh pa

ional memil

ort structure

AN engan meng

Persamaan 2

D0.221761930.000001220.036209360.25797252

onal d6%

( +Γ/ 1m nξ

eban terhadap

Beban Terhad

memiliki pen

e gas proces

aling kecil d

liki pengaruh

gas process

ggunakan me

2.53.

..

%85

0.014

1

Wave Load85.963%

Kontribu

)⎟⎟⎠

⎞/ nm ξ

p kelelahan

 

dap Kelelahan

ngaruh palin

ssing modul

disebabkan o

h sebesar 14

ing module F

etode simul

....................

%.9630047.036

100

usi Beba

 

n

ng besar terh

le FPSO Bel

oleh beban a

4.036% terh

FPSO Belan

asi Monte C

.................. (

an

92

hadap

lanak

angin

hadap

nak.

Carlo

(2.53)

Page 107: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

93

Struktur akan gagal jika nilai MK ≤ 0, sebaliknya struktur dikatakan sukses apabila MK >

0. Nilai Δ merupakan damage limit yang besarnya adalah 1,0. Sedangkan nilai Dtotal

merupakan cumulative damage akibat ketiga beban yang mengenai struktur.

Tabel 4.29 s/d Tabel 4.31 di bawah ini adalah variabel-variabel tak tentu pada moda

kegagalan sistem di atas:

Tabel 4. 29 Variabel Taktentu (beban gelombang)

Tabel 4. 30 Variabel Taktentu (beban angin)

Tabel 4. 31 Variabel Taktentu (beban operasional)

Untuk memperoleh hasil yang akurat, maka simulasi dilakukan sebanyak 10000 kali.

Untuk menentukan akurasi dari jumlah simulasi, maka dilakukan pencatatan nilai Pf pada

setiap jumlah tertentu sehingga didapatkan keandalan yang cenderung konstan.

Keandalan yang dihitung merupakan keandalan dari scantling support structure system

Variabel Mean Cov Dist. TypeN L 2.24E+08 0.05 lognormalA 2.73E+12 0.31 lognormalm 3 0.03 normalSe 84.63 0.02 lognormalξ 0.92 0.04 lognormal

Variabel Mean Cov Dist. TypeN L 2.52E+08 0.08 lognormalA 2.73E+12 0.31 lognormalm 3 0.03 normalSe 0.4895 0.024 lognormalξ 0.95 0.034 lognormal

Variabel Mean Cov Dist. TypeN L 7.18E+09 0.05 lognormalA 2.73E+12 0.31 lognormalm 3 0.03 normalSe 31.1 0.3 lognormalξ 0.982 0.035 lognormal

Page 108: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

94

dan keandalan khusus pada daerah yang paling kritis. Hasil perhitungan dapat disajikan

pada Tabel 4.32 di bawah ini.

Tabel 4. 32 Perhitungan keandalan system scantling (global)

Σ iterasi Σ sukses Σ gagal Pf K 1000 1000 0 0 1 2000 2000 0 0 1 3000 3000 0 0 1 4000 4000 0 0 1 5000 5000 0 0 1 6000 6000 0 0 1 7000 7000 0 0 1 8000 8000 0 0 1 9000 9000 0 0 1 10000 10000 0 0 1

 

Grafik 4. 14 Keandalan Sistem Scantling

Pada Grafik 4.14 di atas, keandalan selalu bernilai konstan dari iterasi pertama hingga

iterasi terakhir. Hingga iterasi terakhir dengan jumlah iterasi sebanyak 10000 kali,

keandalan dari sistem scantling (struktur global) tersebut yaitu sebesar 1,0. Begitu juga

dengan keandalan pada daerah kritis seperti pada Tabel 4.33 di bawah.

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Kean

dalan

Jumlah Iterasi

Keandalan Sistem

Page 109: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

95

Tabel 4. 33 Perhitungan keandalan sistem scantling (daerah kritis)

Σ iterasi Σ sukses Σ gagal Pf K 1000 1000 0 0 1 2000 2000 0 0 1 3000 3000 0 0 1 4000 4000 0 0 1 5000 5000 0 0 1 6000 6000 0 0 1 7000 7000 0 0 1 8000 8000 0 0 1 9000 9000 0 0 1 10000 10000 0 0 1

 

Grafik 4. 15 Keandalan scantling pada daerah kritis

 

Pada Grafik 4.15 di atas, keandalan pada daerah paling kritis sistem scantling bernilai

konstan dari iterasi pertama hingga iterasi terakhir, yakni sebesar 1,0. Dengan keandalan

sebesar 1,0, maka struktur tersebut memiliki indeks keselamatan sebesar 4,5, sehingga

struktur tersebut bisa dikatakan aman dioperasikan selama umur perancangan.

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Kean

dalan

Jumlah Iterasi

Keandalan Pada Daerah Kritis

Page 110: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

96

(HALAMAN KOSONG)

Page 111: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian pada scantling support structure system gas processing module

FPSO Belanak dengan total massa 2361 ton maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Beban yang berpengaruh pada analisis umur kelelahan scantling support structure

gas processing module FPSO Belanak adalah beban gelombang, beban angin, dan

beban operasional. Kontribusi beban terhadap umur kelelahan scantling support

structure gas processing module FPSO Belanak berturut-turut dari yang terbesar

adalah disebabkan oleh beban gelombang yakni sebesar 85.963% dengan beban

maksimum 84.63MPa, beban operasional module sebesar 14.036% dengan beban

maksimum 34.29MPa, dan beban angin sebesar 0.00047% dengan beban maksimum

0.5MPa

2. Umur kelelahan dari scantling support structures system gas processing module

FPSO Belanak adalah 116.3 tahun atau 3.88 kali umur operasinya dan telah

memenuhi kriteria safety factor yang disyaratkan DnV, yakni sebesar 3,0.

3. Keandalan terhadap beban kelelahan dari scantling support structures system gas

processing module FPSO Belanak berdasarkan perhitungan menggunakan simulasi

Monte Carlo adalah 1.0, yakni baik terjadi pada struktur global maupun area kritis

pada daerah sambungan antara support module dengan bracket. Nilai-nilai tersebut

memperlihatkan bahwa scantling support structures system gas processing module

FPSO Belanak mempunyai keandalan yang tinggi dan akan aman dioperasikan sesuai

dengan umur rancangannya.

Page 112: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

98

5.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan pada hasil analisis tugas akhir ini adalah:

1. Daerah yang paling kritis adalah pada sambungan antara kaki module dengan

module support, sehingga pada daerah tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih

dan inspeksi lebih lanjut.

2. Melakukan analisis lebih detail dengan memodelkan struktur topside module secara

keseluruhan agar mendapatkan hasil yang yang lebih akurat.

Page 113: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

99

DAFTAR PUSTAKA

Ang, H. S. dan Tang, W. H. 1985. “Probability Concepts in Engineering Planning and

Design.” New York: John Willey.

Barltrop, N.D.P., 1991, “Dynamics Of Fixed Marine Structures”, 3rd Edition.

Butterworth Heinemann.London, UK.

Barltrop, N., dan Okan, B., 2000, “FPSO Bow Damage in steep waves”, Rogue waves

2000 workshop, Brest.

Bhattacharyya, R. 1978. “Dynamic of Marine Vehicles”. John Wiley and Sons Inc., New

York.

Boonstra, H., Gelder, P., dan Shabakhty, N., 2002, “Reliability Analysis of Jack-Up

Platforms Based On Fatigue Degradation”, Proceedings of OMAE’02, Norway.

Chakrabarti, S.K., 1987, “Hydrodynamics of Offshore Structures”, Computational

Mechanics Publications Southampton, Boston, USA.

Dawson, Thomas H., 1983, “Offshore Structural Engineering”, Prentice-Hall, Inc.,

Englewood Cliffs, New Jersey.

Dimarogonas, Andrew D., 1992, “Vibration for Engineers.” Prentice-Hall, Inc.,

Englewood Cliffs, New Jersey.

Djatmiko, E. B., 2003, “Analisis Kelelahan Struktur Bangunan Laut”, Kursus Singkat

Offshore Structure Design And Modelling, Surabaya.

Djatmiko, E.B., dan Sujantoko, 1994, “Investigasi Gelombang Laut Perairan Indonesia

Untuk Kepentingan Strategis Nasional”, Surabaya

DnV Recommended Practice C203, 2008, “Fatigue Design of Offshore Steel Structures”,

Norway.

DnV Recommended Practice C205, 2007, “Environmental Condition and Environmental

Loads”, Norway.

DnV Recommended Practice C206, 2006, “Fatigue Methodology of Offshore Ship”,

Norway

Faltinsen, O. M., 1990, "Sea Loads On Ship and Offshore Structure". Cambridge,

UK:Cambridge University Press.

Page 114: ANALISIS KEANDALAN SCANTLING SUPPORT …xa.yimg.com/kq/groups/21706671/1032334356/name/andri kurniawan... · ii final project – mo.091336 reliability analysis of scantling support

100

Hasselman, K. et al, 1973, “Measurement of Wind-Wave Growth and Swell Decay during

the Joint North Sea Wave Project (JONSWAP)”, Deutschen Hydrographischen

Zeitscbrift, Erganzunscheft, vol. 13.

Hsu, Teng H., 1984, “Applied Offshore Structural Engineering”, Houston.

James, M. L. et. al., 1993, “Vibration of Mechanical and Sructural System.” Harper

Collins College Publisher, New York.

Jati, Satrio, 2005, “Analisa Umur Kelelahan Struktur Jacket Monotower APN-A Dengan

Menggunakan Kurva S-N Berdasarkan Pendekatan Keandalan”, Tugas Akhir

Jurusan Teknik Kelautan, ITS, Surabaya.

Marine Engine, 2009,”IMO Tier II Programme 2009”. Germany.

Martins, Marcelo R., 2007, “Inertial and Hydrodynamic Inertia Loads on Floating Unit”,

Sao Paulo.

Mouselli, A.H, 1981, “Offshore Pipelines Design Analysis and Methods.” Oklahoma:

PenWell Books.

Naess, A., 1985, “Fatigue Handbook Offshore Steel Structure”, Trondheim.

PT. McDermott, 2010,”Presentasi Seminar OCEANO 2010”,Surabaya.

Rosyid, D.M., 2007, “Pengantar Rekayasa Keandalan”, Airlangga University Press,

Surabaya.

UKOOA, 2002, “FPSO Design Guidance Notes for UKCS Service”. Glasgow.

Veritec, 1985, "Vibration Control in Ship", Norway.

Wahyudi, Y., 2009, “Analisis Fatigue Pada Crane Pedestal Floating Production Storage

and Offloading (FPSO) Belanak”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan, ITS,

Surabaya.

Wirching, P. H., dan Chen, Y. N., 1988, “Considerations of Probability-Based Fatigue

Design for Marine Structures”, SNAME, One World Trade Center, Suite 1369,

New York.

Woodgroup Buletin, 2009, “Kaji Ulang yang Mendalam Terhadap Pengalaman Wood

Group dengan FPSO.” Woodnews.

www.ict-silat.com/indonesia_map1.JPG, 18 Januari 2010


Recommended