ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) BERDASARKAN
PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM
LAPORAN KEBERLANJUTAN
(Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Agnes Bertha Arintya Devi
NIM: 162114105
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) BERDASARKAN
PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM
LAPORAN KEBERLANJUTAN
(Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Agnes Bertha Arintya Devi
NIM: 162114105
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Whatever you ask for in prayer, believe that you have received it, and it will be yours”
Mark 11:24
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan
Allah dari awal sampai akhir.”
Pengkhotbah 3:11
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus
Bunda Maria
Bapak Gabriel Sapto Setyo Nugroho dan Ibu Fransiska Hariningsih
Kakakku Ludovicus Bram Alvian Nugroho
Mbah Yasto dan Mbah Satariyah
Mbah Koto dan Mbah Win
Sahabat-sahabat dan teman-teman yang selalu mendoakan, membantu dan mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………............ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………............ ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS …. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ………………….….……… vii
HALAMAN DAFTAR ISI ……….……………………………… ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ….……………………………… xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR………………………………. xii
ABSTRAK …….…………………..……………………………… xiii
ABSTRACT ……………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………………....................... 1
B. Batasan Penelitian……………………………..………..… 7
C. Rumusan Masalah......................................................... 7
D. Tujuan Penelitian........................................................... 8
E. Manfaat Penelitian......................................................... 8
F. Sistematika Penulisan..................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………… 10
A. Stakeholder Theory….……………………………………. 10
B. Legitimacy Theory……………..…..……………………… 11
C. Corporate Social Responsibility (CSR).…………….. .... 11
D. Kinerja……………………………………………….. 12
E. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)……… 13
F. GRI (Global Reporting Initiative) …………………… 13
G. Topik Material………………………………………… 19
H. Proses Pemilihan Topik Material berdasarkan Standar 20
BAB III METODE PENELITIAN……………………………… 29
A. Jenis Penelitian ………………………………….…… 29
B. Subjek dan Objek Penelitian…………………….…… 29
C. Jenis Data dan Sumber Data……………………..…… 30
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………. 30
E. Pengukuran Data……………………………………… 30
F. Teknik Analisis Data……………………………..…… 32
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……………… 37
A. Sejarah Singkat Perusahaan…………………………… 37
B. Perkembangan PT.Unilever Indonesia……………..… 37
C. Visi dan Misi PT. Unilever Indonesia………………… 39
D. Brand Unilever Indonesia……………………………. 40
E. Kehidupan Berkelanjutan…………………………….. 40
F. Laporan Keberlanjutan Perusahaan…………………… 43
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…………… 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
A. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan……………… 45
BAB VI PENUTUP…………………………………………… 111
A. Kesimpulan……………………………………… 118
B. Keterbatasan……………………………………… 119
C. Saran……………………………………………… 119
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 121-122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Matriks Keberadaan Topik Material…………………………. 31
Tabel 2 Matriks identifikasi Keberadaan Topik Material……………. 44-45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Presentasi visual Aspek yang diprioritaskan...................... 22
Gambar 2 Reprensentasi visual dari penentuan prioritas topik.......... 28
Gambar 3 Kriteria Bidang yang Relevan ………………………….. 48
Gambar 4 Matriks Materialitas tahun 2013/2014…………………… 48
Gambar 5 Topik dalam Kriteria Bidang yang Relevan……………. 49
Gambar 6 Matriks Materialitas 2017/2018……………………….. 52
Gambar 7 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik
“Improving Health and Well-Being”…….......................
53
Gambar 8 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik
“Reducing Environmental Impact”……………………
53
Gambar 9 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik "Enchaing
Livelihoods"………………………………….
54
Gambar 10 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik
"Responsible Bisiness Practices"………………………
54
Gambar 11 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik "Wider
Sustainability Topics"……………………………………
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
BERDASARKAN PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM
LAPORAN KEBERLANJUTAN
(Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk. Tahun 2013-2018)
Agnes Bertha Arintya Devi
NIM: 162114105
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penentuan topik material
dan kinerja CSR PT. Unilever Indonesia Tbk. berdasarkan pengungkapan topik
material dalam Laporan Keberlanjutan yang berpedoman pada Standar G4 dan
Standar GRI 2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang
digunakan untuk penelitian yaitu data proses penentuan topik material dan data
pengungkapan Topik Material dalam empat Laporan Keberlanjutan PT. Unilever
Indonesia Tbk. Penelitian ini menggunakan matriks Topik Material untuk
mengidentifikasi keberadaan Topik Material dan melakukan Content Analysis
dalam melakukan analisis data untuk menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penentuan topik material
tidak sesuai dengan Standar G4/GRI 2016. Di sisi lain, kinerja CSR berdasarkan
pengungkapan Topik Material menunjukkan sembilan di antaranya mengalami
peningkatan kinerja CSR, dua di antaranya menunjukkan penurunan, sepuluh di
antaranya menunjukkan kinerja CSR yang tetap, dan satu topik material
menunjukkan kinerja CSR yang mengalami peningkatan dan penurunan.
Kata kunci: Kinerja CSR, CSR, Topik Material, Laporan Keberlanjutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
ANALYSIS OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PERFORMANCE BASED ON DISCLOSURE OF MATERIAL TOPIC IN
SUSTAINABILITY REPORT
(Case Study at PT Unilever Indonesia Tbk. 2013-2018)
Agnes Bertha Arintya Devi
NIM: 162114105
This study aims to determine the process of determining the material topic
and CSR performance of PT. Unilever Indonesia Tbk. based on material topic
disclosures in the Sustainability Report which is guided by the G4 Standards and
the 2016 GRI Standards.
Type of this research is a qualitative descriptive study. The data used for
the research were data on the process of determining material topics and data on
the disclosure of material topics in the four Sustainability Reports of PT. Unilever
Indonesia Tbk. This study uses a material topic matrix to identify the existence of
material topics and conducts content analysis in analyzing data to draw
conclusions.
The result showed that the process of determining material topics was not
in accordance with the 2016 G4 / GRI Standards. On the other hand, the CSR
performance based on disclosure of material topics showed that nine of them was
increased, two of them showed a decrease, ten of them showed a steady CSR
performance, and one material topic showed an increase and decrease in CSR
performance.
Keywords: CSR performance, CSR, material topics, sustainability report
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa yang tidak mengenal PT. Unilever Indonesia? PT. Unilever
Indonesia adalah salah satu perusahaan besar di Indonesia yang merupakan
anak perusahaan dari Unilever. PT. Unilever Indonesia memproduksi
makanan, minuman, pembersih, olesan makanan dan juga keperluan untuk
perawatan tubuh. Nama PT. Unilever Indonesia sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat di Indonesia dikarenakan banyak sekali produk-produk dari
perusahaan ini yang digunakan masyarakat sehari-hari. Produk-produk dari
perusahaan ini sebagian besar dikemas menggunakan plastik, mulai dari
produk yang dikemas menggunakan botol plastik hingga kemasan isi ulang
dan produk sachet. Semua produk dari PT. Unilever Indonesia
didistribusikan ke seluruh Indonesia dengan distributor lebih dari seribu.
Dapat dibayangkan berapa banyak sampah plastik yang dapat merusak
lingkungan. Hal ini juga dilihat dari fungsi produk yang hampir setiap hari
digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain itu, beberapa produk
mengandung bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Dalam
Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012, pemerintah menegaskan
peraturan bahwa Perseroan Terbatas (PT) diwajibkan untuk
bertanggungjawab terhadap lingkungan dan sosial. Supaya produk-produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang dihasilkan oleh perusahaan seperti PT. Unilever ini tetap dapat
diterima oleh masyarakat dan operasi perusahaan tetap dapat berlanjut,
maka suatu perusahaan harus menunjukkan kinerja
pertanggungjawabannya terhadap sosial dan lingkungan. Menurut Astuti
(2013), Kinerja (Performance) merupakan suatu pencapaian persyaratan
pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat dilihat dari hasil yang
keluar. Salah satu cara menunjukkan kinerja pertanggungjawaban terhadap
sosial dan lingkungan adalah dengan membuat Corporate Social
Responsibility (CSR). Untung (2014:1) mengatakan CSR merupakan
bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi
kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan. Dapat disimpulkan
bahwa kinerja CSR adalah suatu pencapaian perusahaan atas
pertanggungjawabannya terhadap sosial dan lingkungan yang dapat dilihat
dari hasil yang dikeluarkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan untuk menunjukkan kinerja CSR-nya yaitu dengan membuat
dan mempublikasikan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report).
Perusahaan-perusahaan yang biasanya membuat laporan
keberlanjutan adalah perusahaan tambang dan manufaktur, yang dalam
kegiatan produksinya menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan.
Selain itu, perusahaan sejenis manufaktur dan tambang biasanya
menggunakan bahan baku yang berasal dari alam. Apabila penggunaannya
tidak dibatasi dan tidak diawasi serta tidak adanya laporan atas kegiatan
tersebut, maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada alam. Laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
keberlanjutan juga berguna bagi citra perusahaan untuk menunjukkan
transparansi kepada pemangku kepentingan perusahaan dan kepercayaan
kepada masyarakat terutama konsumen. Kepercayaan para pemangku
kepentingan dan calon investor menjadi hal yang sangat penting bagi
perusahaan. Oleh sebab itu suatu perusahaan harus dapat melaporkan
pertanggungjawabannya terhadap keberlanjutan lingkungan sosial dan
lingkungan alam yang dapat memengaruhi keberlanjutan perusahaan.
Salah satu standar yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam
membuat pelaporan pertanggungjawabannya terhadap sosial dan
lingkungan yaitu Standar GRI (Global Reporting Initiative). Standar GRI
dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSBB). Dalam
Laporan Keberlanjutan yang berpedoman pada Standar GRI, terdapat
topik-topik yang mencerminkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan
dari organisasi atau perusahaan yang disebut sebagai topik material.
Penting bagi perusahaan untuk menentukan topik materialnya karena topik
material tersebut menunjukkan dampak yang signifikan dari organisasi.
Perusahaan yang ingin membuat laporan keberlanjutan, dapat melihat
Standar GRI untuk mengetahui langkah dalam menentukan topik
materialnya.
PT. Unilever Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang
membuat laporan keberlanjutan menggunakan Standar GRI. Hingga tahun
2018, PT. Unilever Indonesia sudah membuat tujuh laporan keberlanjutan
berdasarkan Panduan Standar GRI. Menurut hasil pencarian pada website
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
PT. Unilever Indonesia, hanya terdapat empat Laporan Keberlanjutan yaitu
Laporan Keberlanjutan periode 2013/2014, 2015/2016, 2017, dan Laporan
Keberlanjutan periode 2018. Dilansir dari website resminya, PT. Unilever
Indonesia mendapat beberapa penghargaan atas program CSR-nya di tahun
2016 yaitu tiga penghargaan dalam ajang CECT (Center for
Entrepreneurship, Change and Third Sector) CSR Awards antara lain
Special Achievement - Creating Sustainable Partnership: Community
Enterprise; CSR Performance in Each Fundamental Aspect: Community
Development; dan CSR Performance Based on Overall Fundamental
Aspects. CECT (Center for Entrepreneurship, Change and Third Sector)
merupakan pusat studi dibawah Universitas Trisakti. Selain itu, CECT
berfungsi sebagai konsultan CSR di Jakarta. CECT CSR Awards memiliki
tujuan utama yaitu mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang memiliki
kinerja CSR yang baik berdasarkan ISO 26000, yaitu standar panduan
CSR. Namun penghargaan atas penerapan laporan keberlanjutan
berdasarkan GRI belum didapatkan oleh PT. Unilever.
Pada kenyataannya, kondisi alam tidak sesuai dengan banyaknya
penghargaan yang didapat. Bulan Oktober 2018, Greenpeace muncul
dengan berita yang menghebohkan masyarakat terutama bagi perusahaan
besar di Indonesia yang terseret namanya. Greenpeace Indonesia
mengeluarkan hasil survei mereka yang dilakukan pada 3 pantai di
Indonesia yaitu Pantai Pandansari di Yogyakarta, Pantai Mertasari di Bali,
dan Pantai Cituis di Tangerang. Dalam hasil surveinya, Greenpeace
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menyatakan bahwa mereka menemukan lebih dari 700 merek sampah
plastik, yang mana nama Unilever termasuk dalam nama perusahaan
dengan sampah plastik terbanyak. Hal tersebut menjadi pukulan besar bagi
PT. Unilever Indonesia, pasalnya pemberitaan tersebut membuat nama
perusahaan menjadi buruk di mata masyarakat. Menariknya, setelah
kejadian tersebut, PT. Unilever Indonesia langsung mengambil tindakan
cepat dan mengeluarkan komitmen melalui website resmi mereka untuk
memangkas penggunaan virgin plastic dalam kemasan produk mereka
hingga separuhnya. Selain itu perusahaan juga berkomitmen akan
mengumpulkan dan memproses lebih banyak kemasan plastik produk
mereka dari pada yang mereka jual paling lambat tahun 2025. Selanjutnya,
mereka menyatakan komitmen menguatkan inovasi mereka dengan
membuat kemasan isi ulang. Tindakan dan keputusan dari pihak
perusahaan atas pemberitaan yang negatif sangat penting dilakukan untuk
tetap menjaga nama baik perusahaan dan tetap mendapat kepercayaan dari
konsumen.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik dengan tindakan yang
dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia dalam menunjukkan
pertanggungjawaban mereka. Dan menurut Standar G4/GRI 2016,
stakeholder memerlukan suatu keterbandingan untuk mengevaluasi kinerja
dengan membandingkan informasi kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial
organisasi saat ini terhadap organisasi masa lalu. Oleh sebab itu, penulis
ingin mengetahui seperti apa kinerja CSR PT. Unilever Indonesia dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dari Laporan Keberlanjutan dari PT. Unilever Indonesia tahun 2013 hingga
2018 berdasarkan Standar G4 dan Standar GRI. Penulis tertarik melakukan
penelitian ini karena menurut penulis perusahaan tersebut merupakan
perusahaan yang besar dan selalu berinovasi untuk mengembangkan
produknya, namun kegiatan operasi maupun produk perusahaan ini juga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Penulis ingin mengetahui
seperti apa pertanggungjawaban dari PT. Unilever Indonesia terhadap
sosial dan lingkungan dilihat dari pengungkapan topik material sosial dan
lingkungan yang ada di dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever
Indonesia. Setelah mengetahui kinerja pertanggungjawaban sosial dan
lingkungan (CSR) yang dilakukan PT. Unilever Indonesia berdasarkan
pengungkapan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan, penulis dan
pembaca maupun stakeholder dapat mengetahui kinerja CSR PT. Unilever
dari tahun 2013 hingga tahun 2018 yang didalamnya memuat dampak
yang ditimbulkan perusahaan dan penanganan yang dilakukan perusahaan
dari tahun ke tahun. Selanjutnya apabila pembaca merasa kinerja CSR
perusahaan tidak menunjukkan peningkatan atau cenderung merugikan,
maka pembaca dapat mengajukan tuntutan pertanggungjawaban yang lebih
kepada perusahaan atau dapat melaporkan hal tersebut kepada pemerintah.
Dengan mengetahui kinerja CSR PT. Unilever, Pemangku kepentingan
dapat menjadikannya sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk
mendukung atau menolak perusahaan untuk beroperasi. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) Berdasarkan
Pengungkapan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan (Studi Kasus
pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018)”
B. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini yaitu melihat dan melakukan analisis terhadap
pengungkapan Topik Material dengan lingkup topik sosial dan lingkungan
yang berada di Laporan Keberlanjutan yang diterbitkan oleh PT. Unilever
Indonesia tahun 2013 hingga 2018 dalam laporan yang berpedoman pada
Standar G4 dan Standar GRI 2016. Topik dengan lingkup ekonomi tidak
dibahas karena disesuaikan dengan CSR yang menunjukkan hanya
pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan sosial. Laporan
Keberlanjutan yang menggunakan Standar G4 digunakan perusahaan
untuk membuat dua Laporan Keberlanjutan, yaitu laporan periode tahun
2013-2014 dan 2015-2016, sedangkan Laporan Keberlanjutan yang
menggunakan Standar GRI 2016 yaitu laporan periode tahun 2017 dan
2018.
C. Rumusan Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana proses penentuan topik material yang dilaporkan dalam
Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia tahun 2013-2018?
2. Bagaimana kinerja CSR PT. Unilever Indonesia berdasarkan
pengungkapan topik material dalam laporan keberlanjutan perusahaan
dari tahun 2013-2018?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses penentuan topik material yang dilaporkan
dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia tahun 2013-2018
2. Untuk mengetahui kinerja CSR PT. Unilever Indonesia berdasarkan
pengungkapan topik material dalam Laporan Keberlanjutan
perusahaan dari tahun 2013-2018
E. Manfaat Penelitian
1. Akademisi
Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya
yang terkait dengan laporan keberlanjutan
2. Perusahaan
Sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja CSR untuk tahun
selanjutnya yang berdasarkan pada Standar GRI.
3. Masyarakat
Sebagai tambahan pengetahuan masyarakat, bahwa sekarang ini
kegiatan perusahaan diawasi oleh banyak pihak termasuk masyarakat
yang dapat ikut andil didalamnya.
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang, batasan penelitian,
rumusan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai teori-teori yang digunakan untuk
mendukung penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian, subjek
dan objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, pengukuran data, dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Isi pada bab ini mengenai gambaran umum dari subjek yang
digunakan dalam penelitian.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai pembahasan analisis data sesuai
dengan temuan pada Laporan Keberlanjutan
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang
menjawab pertanyaan penelitian, keterbatasan penelitian, serta
saran untuk perusahaan yang membuat Laporan Keberlanjutan,
pemerintah dan penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stakeholder Theory
Pemangku kepentingan (Stakeholder) adalah setiap kelompok atau
individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan
perusahaan (Freeman et al., 1984). Gagasan pemangku kepentingan dapat
digunakan baik sebagai konsep untuk analisis organisasi dan sebagai prinsip
manajemen untuk organisasi (Maria Bonnafous-Boucher, 2005). Stakeholder
termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, bank, pencinta
lingkungan, pemerintah dan kelompok lain yang dapat membantu atau
merugikan korporasi (Freeman et al., 1984)
Teori ini mendukung implementasi CSR dalam perusahaan, yang mana
perusahaan tidak hanya mementingkan laba tetapi juga hubungan serta
tanggung jawab dengan pemegang kepentingan, terutama masyarakat yang
berhubungan langsung dengan perusahaan atau yang terkena dampak dari
aktivitas perusahaan. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa
CSR suatu perusahaan harus bertanggungjawab kepada sosial dan lingkungan
terutama yang berhubungan langsung dengan perusahaan atau yang terkena
dampak kegiatan perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
B. Legitimacy Theory
Teori legitimasi lebih berfokus kepada hubungan antara perusahaan dan
masyarakat. Octaviana (2014) menyatakan “perusahaan dalam menjalankan
kontrak sosial lingkungan perusahaan juga harus memperhatikan norma-
norma yang ada di lingkungan masyarakat agar selaras dengan nilai-nilai
sosial yang ada”.
Menurut teori ini, perusahaan dalam melakukan segala kegiatan
operasinya harus sesuai dengan nilai sosial masyarakat. Legitimasi digunakan
perusahaan untuk menunjukkan pertanggungjawabannya terhadap sosial dan
lingkungan sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat. Maka, CSR
digunakan perusahaan untuk mendapat legitimasi dari masyarakat dengan
program-program kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
C. Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR seperti yang didefinisikan oleh Komisi Eropa (2001) dalam
Mardikanto (2014) adalah sebuah konsep dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan
dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan secara sukarela, yang
kemudian semakin menyadarkan bahwa perilaku bertanggungjawab
mengarah pada keberhasilan yang berkelanjutan. Corporate Social
Responsibility menurut Untung (2014:3) merupakan suatu komitmen
berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun
masyarakat luas. Dewasa ini, definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
masih belum ada satu pun yang diakui secara global, karena definisi CSR dan
komponen CSR dapat berbeda-beda di negara-negara atau daerah yang lain,
namun umumnya CSR berbicara hubungan antara perusahaan dan stakeholder
yang di dalamnya terdapat nilai-nilai pemenuhan ketentuan hukum, maupun
penghargaan terhadap masyarakat dan lingkungan, serta komitmen
perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan
(Mardikanto, 2014).
Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan usaha perusahaan dalam
menunjukkan tindakan etisnya atas kepedulian perusahaan terhadap
masyarakat dan lingkungan serta menunjukkan partisipasi perusahaan dalam
pembangunan yang berkelanjutan.
D. Kinerja
Kinerja adalah hasil yang didapatkan oleh suatu organisasi tersebut
bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu
periode waktu (Fahmi,2010). Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau
kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan (Mahsun,2006)
Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja merupakan hasil yang diperoleh atas pencapaian keberhasilan selama
satu periode tertentu berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mempunyai kesinambungan dengan CSR yang kinerjanya tentukan
berdasarkan topik material dalam laporan keberlanjutan sebagai kriterianya.
E. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)
Seperti yang dijelaskan pada website GRI, Sustainability Report atau
Laporan Keberlanjutan adalah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan atau
organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan
oleh kegiatan sehari-harinya. Laporan Keberlanjutan dibuat oleh perusahaan
yang ingin melaporkan pertanggungjawabannya terhadap lingkungan dan
sosial. Biasanya, perusahaan yang menerbitkan Laporan Keberlanjutan adalah
perusahaan tambang dan manufaktur yang kegiatan utamanya mengolah
bahan baku dari alam. Dalam membuat Laporan Keberlanjutan, perusahaan
dapat meminta bantuan ahli ataupun membuat tim sendiri.
F. GRI (Global Reporting Initiative)
Berdasarkan website GRI, Global Reporting Initiative (GRI)
merupakan organisasi independen internasional yang membantu bisnis dan
organisasi lain bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan, dengan
menyediakan Bahasa umum global untuk melaporkan dampak tersebut.
Standar GRI dikeluarkan oleh Global Sustainability Standard Board (GSBB).
Pelaporan keberlanjutan menurut Standar GRI 2016 adalah praktik pelaporan
organisasi secara transparan mengenai dampak ekonomi, lingkungan,
dan/atau sosialnya, dan karena itu juga termasuk kontribusinya (positif atau
negatif) terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Menurut National
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Center for Sustainability Reporting (NCSR), laporan keberlanjutan
berdasarkan Standar GRI dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi
sehubungan dengan undang-undang, norma, kode, standar kinerja dan
inisiatif sukarela; menunjukkan komitmen organisasi terhadap pembangunan
berkelanjutan dan membandingkan kinerja organisasi dari waktu ke waktu.
Berdasarkan sejarah yang dimuat dalam website GRI, versi pertama dari
Standar GRI yang diterbitkan yaitu Pedoman GRI (G1) pada tahun 2002,
kemudian terjadi pembaharuan menjadi Pedoman (G2). Dikarenakan
permintaan untuk pelaporan GRI terus tumbuh, pedoman diperluas dan
ditingkatkan mengarah ke G3 (2006) dan kemudian ke G4 hingga pada tahun
2016 mengeluarkan standar dengan nama Standar GRI atau GRI 2016.
Berikut pengungkapan Standar G4 dan GRI 2016:
1. Pengungkapan Standar G4
a. Pengungkapan Standar Umum
1) Strategis dan Analisis
2) Profil Organisasi
3) Aspek Material dan Boundary Teridentifikasi
4) Keterlibatan Pemangku Kepentingan
5) Profil Laporan
6) Tata Kelola
7) Etika dan Integritas
b. Pengungkapan Standar Khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dalam standar khusus ini perusahaan harus mengungkapkan
pendekatan manajemen dan indikator-indikator aspek material.
Pengungkapan pendekatan manajemen berisi penjelasan organisasi
terhadap pengelolaan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial
yang berkaitan dengan Aspek Material, sedangkan indikator
memberikan informasi tentang kinerja atau dampak di bidang
ekonomi, lingkungan dan sosial dari suatu organisasi terkait
dengan Aspek Material. Berikut indikator-indikator dalam
pengungkapan Standar Khusus:
1) Kategori: Ekonomi
a) Kinerja Ekonomi
b) Keberadaan di Pasar
c) Dampak Ekonomi Tidak Langsung
d) Praktik Pengadaan
2) Kategori: Lingkungan
a) Bahan
b) Energi
c) Air
d) Keanekaragaman hayati
e) Emisi
f) Efluen dan Limbah
g) Produk dan Jasa
h) Kepatuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
i) Transportasi
j) Lain-lain
k) Asesmen Pemasok atas Lingkungan
l) Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
3) Kategori: Sosial
a) Sub-Kategori: Praktik Tenaga Kerja dan Pekerjaan yang
Layak
Terdapat beberapa topik dalam Sub-Kategori ini, yaitu
Kepegawaian, Hubungan Industrial, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Pelatihan dan Pendidikan, Keberagamaan
dan Kesetaraan Peluang, Kesetaraan Remunerasi Perempuan
dan Laki-laki, Asesmen Pemasok atas Praktik
Ketenagakerjaan, Mekanisme Pengaduan Masalah
Ketenagakerjaan
b) Sub-Kategori: Hak Asasi Manusia
Sub-Kategori ini memuat topik, antara lain; Investasi,
Non-diskriminasi, Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB), Pekerja Anak, Pekerja Paksa atau Wajib
Kerja, Praktik Pengamanan, Hak Adat, Asesmen, Asesmen
Pemasok atas Hak Asasi Manusia, Mekanisme Pengaduan
Masalah Hak Asasi Manusia
c) Sub-Kategori: Masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sub-Kategori ini memuat topik, antara lain; Masyarakat
Lokal, Anti-korupsi, Kebijakan Publik, Anti-persaingan,
Kepatuhan, Asesmen Pemasok atas Dampak terhadap
Masyarakat, Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap
Masyarakat
d) Sub-kategori: Tanggung Jawab Produk
Sub-Kategori ini memuat topik, antara lain; Kesehatan
dan Keselamatan Pelanggan, Pelabelan Produk dan Jasa,
Komunikasi Pemasaran, Privasi Pelanggan, Kepatuhan
2. Pengungkapan Standar GRI
Terdapat 2 pengungkapan dalam Standar GRI, yaitu Standar
Universal dan Standar Topik Spesifik. Berikut isi untuk setiap
pengungkapan:
a. Standar Universal
1) GRI 101: Landasan
2) GRI 102: Pengungkapan Umum
3) GRI 103: Pendekatan Manajemen
b. Standar topik spesifik
1) GRI 200: Ekonomi
a) 200: Ekonomi
b) 201: Kinerja Ekonomi
c) 202: Keberadaan Pasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d) 203: Dampak Ekonomi Tidak Langsung
e) 204: Praktik Pengadaan
f) 205: Anti-korupsi
g) 206: Perilaku Anti-persaingan
2) GRI 300: Lingkungan
a) 301: Material
b) 302: Energi
c) 303: Air
d) 304: Keanekaragaman Hayati
e) 305: Emisi
f) 306: Air Limbah (efluen) dan Limbah
g) 307: Kepatuhan Lingkungan
h) 308: Penilaian Lingkungan Pemasok
3) GRI 400: Sosial
a) 401: Kepegawaian
b) 402: Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen
c) 403: Kesehatan dan Keselamatan Kerja
d) 404: Pelatihan dan Pendidikan
e) 405: Keanekaragaman dan Kesempatan Setara
f) 406: Non-diskriminasi
g) 407: Kebebasan Berserikat dan Perundingan Kolektif
h) 408: Pekerja Anak
i) 409: Kerja Paksa atau Wajib Kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
j) 410: Praktik Keamanan
k) 411: Hak-Hak Masyarakat Adat
l) 412: Penilaian Hak Asasi Manusia
m) 413: Masyarakat Lokal
n) 414: Penilaian Sosial Pemasok
o) 415: Kebijakan Publik
p) 416: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
q) 417: Pemasaran dan Pelabelan
r) 418: Privasi Pelanggan
s) 419: Kepatuhan Sosial Ekonomi
G. Topik Material
Menurut Standar GRI 2016, topik material adalah topik yang
menunjukkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari
organisasi. sedangkan di dalam GRI G4 topik material disebut sebagai aspek
materi, yang artinya adalah aspek-aspek yang mencerminkan dampak
ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi; atau dapat
memengaruhi secara substantif asesmen dan keputusan pemangku
kepentingan. Meskipun berbeda dalam pendefinisiannya, namun topik
material dan aspek material mempunyai arti yang sama.
Membahas topik material dalam Laporan Keberlanjutan berturut-turut
tiap tahun sangat baik dilakukan untuk melihat konsistensi suatu perusahaan
dalam melaporkan dampak positif maupun negatif dari kegiatan operasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
perusahaannya. Dengan melihat topik material berturut-turut setiap tahunnya,
para pemangku kepentingan dapat menilai kinerja perusahaan dan bisa
menjadikan hal tersebut sebagai salah satu dasar keputusan yang akan diambil
oleh pemangku kepentingan untuk mendukung atau tidak mendukung
perusahaan dalam melanjutkan kegiatan operasinya. Selain itu, topik material
yang diungkapkan berturut-turut dapat menunjukkan keseriusan perusahaan
dalam kepeduliannya terhadap keadaan sosial, lingkungan, dan ekonomi.
H. Proses Pemilihan Topik Material berdasarkan Standar G4 dan Standar
GRI 2016
Dalam menentukan topik material yang akan digunakan perusahaan
dalam laporan keberlanjutannya, perusahaan harus menentukan topik material
sesuai dengan standar. Berikut proses pemilihan topik material berdasarkan
Standar G4 dan Standar GRI 2016:
1) Proses Pemilihan Topik Material Berdasar Standar G4
Menurut Panduan Penerapan Standar G4, terdapat empat langkah untuk
menentukan topik material berdasarkan Standar G4 yang dapat dilakukan
oleh perusahaan yang ingin membuat laporan keberlanjutan. Berikut
empat langkah tersebut:
a) Langkah 1: Identifikasi
Dalam langkah ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
mengidentifikasi topik yang relevan, dan menentukan Boundary
(lokasi terjadinya topik material) untuk topik yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Bagian pertama yaitu mengidentifikasi topik yang relevan.
Menurut Standar G4, topik yang relevan adalah topik yang
sewajarnya dianggap penting yang mencerminkan dampak ekonomi,
lingkungan, dan sosial organisasi; atau memengaruhi asesmen dan
keputusan pemangku kepentingan. pelaksanaan identifikasi topik
uang relevan dilakukan dengan mempertimbangkan dampak yang
terkait dengan semua kegiatan, produk, layangan, dan hubungan
organisasi, terlepas dari terjadinya dampak tersebut diluar atau
didalam organisasi.
Bagian kedua yaitu menentukan Boundary (lokasi terjadinya
topik material) untuk topik yang relevan. Boundary merujuk pada
penjelasan mengenai di mana suatu dampak terjadi pada setiap Apek
Material. Dalam menentukan Boundary, organisasi harus
mempertimbangkan dampak di dalam dan di luar organisasi.
b) Langkah 2: Prioritasi
Langkah selanjutnya dalam menentukan konten laporan
adalah Prioritasi Aspek dan topik relevan lainnya, dimulai dari
mengidentifikasi hal-hal yang material dan akan dilaporkan. Prioritas
harus berdasarkan pada Prinsip Materialitas dan Pelibatan Pemangku
Kepentingan. Perusahaan harus mempertimbangkan tingkat
signifikansi aspek dan topik relevan terhadap dampak ekonomi,
lingkungan dan sosial atau pengaruh substantifnya terhadap asesmen
dan keputusan para pemangku kepentingan. Dalam definisi Prinsip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Materialitas, laporan harus mencangkup aspek yang mencerminkan
dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang signifikan dari
organisasi, atau secara substansial memengaruhi asesmen dan
keputusan pemangku kepentingan. kemudian, perusahaan harus
menganalisis mengenai „pengaruh pada asesmen dan keputusan
pemangku kepentingan‟ dan „signifikansi dampak ekonomi,
lingkungan, dan sosial organisasi‟. Sifat dari dampak dan aspek
Boundary organisasi dipertimbangkan saat menentukan fokus
geografis suatu keterlibatan. Setelah melakukan analisis tersebut,
perusahaan bisa mengidentifikasi aspek berdasarkan kedua sudut
pandang tersebut. Perusahaan selanjutnya menetapkan nilai ambang
(kriteria) yang membuat suatu aspek material menjadi penting.
Penetapan tersebut dilakukan dengan diskusi, analisis kualitatif, dan
asesmen kuantitatif untuk memahami seberapa signifikansi sebuah
aspek. Dalam menentukan nilai ambang, perusahaan harus
menetapkan bagaimana menjelaskan aspek yang lebih penting
daripada aspek lain pada sebuah sudut pandang. Berikut gambaran
visual proses identifikasi ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar I: Presentasi visual aspek yang diprioritaskan
Sumber: Standar G4
Area diantara dua sumbu menyertakan aspek yang
diidentifikasi selama langkah identifikasi. Dalam grafik tersebut,
aspek ditempatkan sehubungan dengan „Pengaruh pada asisten dan
keputusan pemangku kepentingan‟ dan „Signifikansi dampak
ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi‟. Semua aspek dalam
grafik tersebut harus dipertimbangkan dalam langkah prioritas.
Perusahaan juga harus mempertimbangkan tingkat cakupan.
Tingkat cakupan ini merujuk pada seberapa bagus, seberapa
banyak jumlah data, dan penjelasan naratif yang diungkapkan oleh
organisasi pada aspek material. Pada akhir langkah prioritas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
perusahaan memiliki daftar semua aspek material yang akan
disertakan dalam laporan, bersama dengan Boundary dan tingkat
cakupannya.
c) Langkah 3: Validasi-Ikhtisar
Pada langkah ini dilakukan asesmen pada semua Aspek
Material yang teridentifikasi terhadap Prinsip Kelengkapan
sebelum mengumpulkan informasi yang akan dilaporkan. Langkah
Validasi ini meliputi asesmen Aspek Material terhadap; Cakupan,
apek Boundary, dan waktu. Validasi dilakukan dengan tujuan untuk
memastikan laporan memberikan representatif yang wajar dan
seimbang mengenai kinerja keberlanjutan organisasi, termasuk
dampak positif dan negatifnya. Prinsip Kelengkapan dan Pelibatan
Pemangku Kepentingan diterapkan pada langkah ini untuk
memfinalisasi proses identifikasi konten laporan. Penting untuk
daftar Aspek Material teridentifikasi disetujui terlebih dahulu oleh
pembuat keputusan senior internal yang relevan di organisasi.
Setelah daftar Aspek Material yang teridentifikasi disetujui, Aspek
Material yang teridentifikasi harus diterjemahkan menjadi
Pengungkapan Standar untuk dilaporkan. Setelah langkah Validasi,
perusahaan mengumpulkan semua informasi yang akan dilaporkan
atas setiap Apek Material, dan menyusun laporan akhir.
d) Langkah 4: Reviu-Ikhtisar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Terakhir, setelah laporan diterbitkan, organisasi harus
melakukan reviu terhadap laporannya. Reviu ini dilakukan saat
organisasi sedang menyiapkan siklus pelaporan berikutnya. Reviu
berfokus tidak hanya pada Aspek Material dalam periode pelaporan
sebelumnya tetapi juga mempertimbangkan kembali Prinsip
Pelibatan Pemangku Kepentingan dan Konteks Keberlanjutan.
Temuan-temuan dari kegiatan ini akan memberikan informasi dan
masukan bagi Langkah Identifikasi pada siklus pelaporan
berikutnya.
2) Proses Pemilihan Topik Material Berdasarkan Standar GRI
2016
Berdasarkan pada Standar GRI 2016 bagian
„Mengidentifikasi topik material dan Batasannya‟, organisasi atau
perusahaan yang ingin melaporkan Laporan Keberlanjutan harus
mengidentifikasi topik materialnya menggunakan Prinsip-prinsip
pelaporan untuk menentukan isi laporan, yaitu Prinsip Inklusifitas
Pemangku Kepentingan, Konteks Keberlanjutan, Materialitas, dan
Prinsip Kelengkapan. Topik material adalah topik yang telah
diprioritaskan organisasi. Penetapan prioritas menurut standar ini
dilakukan menggunakan prinsip-prinsip Inklusifitas Pemangku
Kepentingan dan Materialitas. Prinsip Materialitas menentukan
topik material berdasarkan dua dimensi yaitu pentingnya dampak
ekonomi, lingkungan sosial organisasi dan pengaruh substansial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dampak-dampak itu terhadap penilaian dan keputusan para
pemangku kepentingan. Menurut standar ini, langkah pertama
dalam menentukan topik material yaitu perusahaan pelapor
disarankan untuk berkonsultasi dengan Pengungkapan Sektor yang
relevan, jika tersedia, untuk membantu dalam mengidentifikasi
topik materialnya dengan tidak menggantikan pengaplikasian
Prinsip-prinsip Pelaporan untuk menentukan isi laporan. Langkah
selanjutnya yaitu menghubungkan topik material yang
diidentifikasi dengan Standar GRI mengacu pada subjek ekonomi,
lingkungan dan sosial yang lebih luas seperti Dampak Ekonomi
Tak Langsung, Air, atau Pekerjaan. Apabila identifikasi topik
material suatu perusahaan tidak sesuai dengan Standar topik
spesifik yang ada, dan jika topik materialnya mirip dengan salah
satu Standar topik yang ada atau dapat dianggap berkaitan, maka
organisasi diharapkan untuk menggunakan standar itu untuk
melaporkan topik tersebut. Langkah terakhir yaitu melaporkan
Batasan (Boundary) untuk setiap topik material. Batasan topik
dideskripsikan sebagai lokasi terjadinya dampak untuk topik
material, dan keterlibatan organisasi dengan dampak-dampak
tersebut. Suatu organisasi atau perusahaan yang ingin
mempersiapkan Laporan Keberlanjutan menggunakan Standar GRI
ini diharapkan tidak hanya melaporkan dampak yang disebabkan
saja, tetapi juga dampak yang muncul karena kontribusi organisasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
serta dampak yang terhubung langsung dengan aktivitas, produk,
atau jasa/layanannya melalui hubungan bisnis. Dalam konteks
Standar GRI ini, hubungan bisnis suatu organisasi atau perusahaan
dapat mencangkup hubungan dengan mitra bisnis, entitas dalam
rantai nilainya, dan semua badan Negara atau bukan Negara yang
terhubung langsung dengan operasi bisnis, produk atau
jasa/layanannya.
Menurut Standar GRI 2016 pada bagian pengujian
Materialitas, organisasi pelapor harus memperhitungkan beberapa
faktor dalam menentukan topik material. Berikut faktor-faktor yang
diperhitungkan dalam menentukan topik material; dampak
ekonomi, lingkungan, dan/atau sosial yang penting (seperti
perubahan iklim, HIV-AIDS, atau kemiskinan) yang sudah
diidentifikasi melalui penyelidikan yang kukuh oleh orang-orang
dengan keahlian yang diakui, atau oleh badan-badan ahli mandat
yang diakui; kepentingan dan harapan para pemangku kepentingan
yang secara khusus diinvestasikan dalam organisasi, seperti
karyawan dan pemegang saham; kepentingan ekonomi, sosial,
dan/atau lingkungan yang lebih luas, serta topik-topik yang
dikemukakan oleh para pemangku kepentingan seperti pekerja
yang bukan karyawan, pemasok, masyarakat setempat, kelompok
rentan, dan masyarakat sipil; topik utama dan tantangan masa
depan untuk sektor, seperti yang diidentifikasi oleh rekan-rekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dan pesaing; hukum, peraturan, perjanjian internasional, atau
perjanjian sukarela tentang signifikansi strategis untuk organisasi
dan pemangku kepentingan; nilai, kebijakan, strategi, sistem
manajemen operasional, tujuan , dan sasaran organisasi yang
utama; kompetensi inti dari organisasi dan cara mereka dapat
berkontribusi untuk pembangunan berkelanjutan; konsekuensi bagi
organisasi yang terkait dengan dampaknya terhadap ekonomi,
lingkungan, dan/atau masyarakat (misalnya, risiko untuk model
bisnis atau reputasinya); topik material secara tepat diprioritaskan
dalam laporan
Gambar II: Representasi visual dari penentuan prioritas topik
Sumber: Standar GRI 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data Topik
Material mengenai proses penentuan dan pengungkapannya yang terdapat
dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever. Data tersebut digunakan untuk
mengetahui proses penentuan Topik Material dan pengungkapan Topik
Material untuk mengetahui bagaimana kinerja CSR PT. Unilever
berdasarkan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk.
Objek penelitian yang diteliti yaitu Topik Material yang berada dalam
Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) dengan lingkup aspek
lingkungan dan sosial yang diterbitkan oleh PT Unilever tahun 2013-2018.
Yang mana dalam lingkup tahun tersebut, perusahaan mempunyai 4
(empat) laporan keberlanjutan berdasarkan standar GRI G4 dan GRI
Standards. Laporan pertama yaitu Laporan Keberlanjutan periode tahun
2013/2014 dengan berpedoman pada Standar GRI G4, Laporan
Keberlanjutan kedua yaitu laporan periode tahun 2015/2016 yang
berpedoman pada Standar GRI G4, Laporan Keberlanjutan ketiga yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
laporan periode tahun 2017 dengan berpedoman pada Standar GRI 2016,
dan yang terakhir yaitu Laporan Keberlanjutan periode tahun 2018 yang
berpedoman pada Standar GRI 2016.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif
(data berupa kalimat). Sumber data dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu dari Laporan Keberlanjutan PT Unilever yang disajikan
pada website perusahaan yaitu https://www.unilever.co.id/ .
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sekunder yang akan digunakan peneliti dan diambil
dari website resmi perusahaan. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data mengenai proses penentuan topik material dan
pengungkapan topik material yang terdapat dalam Laporan Keberlanjutan
PT. Unilever. Data tersebut digunakan untuk mengetahui proses penentuan
Topik Material dan pengungkapan Topik Material untuk mengetahui
bagaimana kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material dalam
Laporan Keberlanjutan.
E. Pengukuran Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengidentifikasi pengungkapan
topik material. Untuk mengukur pengungkapan topik material dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
laporan keberlanjutan perusahaan dari tahun 2013-2018, peneliti melihat
dari setiap topik material yang diungkapkan oleh perusahaan setiap
tahunnya mengalami perubahan atau tidak. Apabila suatu topik tidak
dilanjutkan ke tahun berikutnya, peneliti akan mendalami alasannya dan
melihat topik material lainnya apakah mengalami kemajuan pencapaian.
Agar mudah dalam melihat perbedaan topik material setiap tahunnya,
peneliti menggunakan bantuan matriks. Berikut (Tabel 1) matriks untuk
membantu dalam pengukuran:
Tabel 1. Matriks Keberadaan Topik Material
No Topik Material
Periode Tahun
Laporan
Keberlanjutan
2013-2
014
2015-2
016
2017
2018
A Topik Sosial
1
2
3 dst.
B Topik Lingkungan
1
2
3 dst.
Sumber: Diolah sendiri
Dalam Matriks tersebut penulis akan mengidentifikasi keberadaan topik
material perusahaan untuk empat tahun periode laporan yang diteliti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
memasukkan topik material dari keempat Laporan Keberlanjutan ke dalam
kolom Topik Material sesuai klasifikasi Topik Lingkungan atau Topik Sosial.
Dalam kolom Periode Laporan Keberlanjutan dengan Empat periode laporan
tersebut akan berisi centang berdasarkan analisis data yang mengindikasikan
keberadaan Topik Material disesuaikan pada tahun berapa suatu topik diterapkan.
Empat tahun periode laporan yang dimaksud yaitu periode tahun 2013-2014 dan
2015-2016 untuk laporan yang menggunakan Standar G4, kemudian tahun 2017
dan tahun 2018 untuk laporan yang menggunakan Standar GRI. Dengan begitu
penulis akan lebih mudah melihat pada tahun berapa saja topik material
diungkapkan, dan dapat mudah melihat topik yang konsisten diterapkan ataupun
tidak. Sehingga dapat memudahkan penulis dalam analisis lebih lanjut.
F. Teknik Analisis Data
1. Untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian yang pertama:
a) Melakukan analisis isi (Content Analysis) untuk mengetahui
mengenai proses penentuan/identifikasi Topik Material dalam
Laporan Keberlanjutan perusahaan sesuai atau tidak sesuai
dengan proses penentuan/identifikasi Topik material dalam
Standar G4/GRI 2016. Analisis ini dilakukan dengan cara
melihat satu per satu proses penentuan/identifikasi Topik
Material yang ada dalam Laporan Keberlanjutan perusahaan
apakah sama dengan setiap proses penentuan Topik Material
yang ada dalam Standar G4/GRI 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b) Menarik kesimpulan atas analisis yang sudah dilakukan.
Kesimpulan berisi mengenai pernyataan sesuai atau tidak sesuai
proses penentuan/identifikasi Topik Material yang dilakukan
perusahaan dalam Laporan Keberlanjutannya dengan
proses/identifikasi Topik Material berdasarkan standar G4/GRI
2106. Apabila proses/identifikasi Topik Material yang
diungkapkan perusahaan tidak sesuai dengan Standar G4/GRI
2016, maka peneliti akan mencari penjelasan dari perusahaan
mengapa proses yang dilakukan berbeda dengan Standar G4/GRI
dan jika perusahaan tidak memberikan penjelasan atas
ketidaksesuaian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam menentukan Topik Material Laporan Keberlanjutan
perusahaan tidak sesuai dengan standar.
2. Untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian yang kedua:
a) Mengidentifikasi keberadaan Topik Material yang diungkapkan
PT. Unilever dalam Laporan Keberlanjutan. Analisis ini
dilakukan dengan cara melihat terlebih dahulu Laporan
Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk periode tahun
2013/2014 sebagai tahun dasar identifikasi, kemudian melihat
daftar topik material yang diterapkan perusahaan pada periode
tersebut dan memasukkan Topik Material yang diterapkan ke
dalam Matriks Topik Material pada kolom Topik Material dan
memberi tanda centang pada kolom tahun 2013/2014. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
identifikasi topik material periode selanjutnya, peneliti melihat
daftar topik material yang diterapkan perusahaan dan apabila
daftar topik material yang diterapkan perusahaan masih sama
dengan daftar topik material pada periode 2013/2014, peneliti
tidak menuliskan kembali topik material pada Matriks Topik
Material tetapi hanya memberi tanda centang pada kolom tahun.
Jika pada tahun 2017 dan 2018 ditemukan Topik Material yang
belum ada pada periode 2013/2014, maka peneliti akan melihat
terlebih dahulu apakah indeks topik tersebut sama dengan indeks
topik material periode 2013/2014, apabila berbeda maka dapat
disimpulkan bahwa topik tersebut adalah topik baru yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam Matriks Topik Material dan
memberikan centang sesuai pada tahun berapa topik diterapkan.
Kemudian melakukan checklist dalam matriks keberadaan Topik
Material untuk mengetahui pada tahun berapa keberadaan setiap
Topik Material diungkapkan.
b) Melakukan analisis isi (Content Analysis) satu per satu
pengungkapan Topik Material dari Laporan periode 2013/2014
sebagai tahun dasar hingga periode 2018 untuk mengetahui
peningkatan ataupun penurunan kinerja CSR perusahaan
berdasarkan pada setiap Topik Material yang diungkapkan
perusahaan. Analisis ini dilakukan hingga mengetahui makna dari
setiap topik untuk melihat kinerja CSR perusahaan dari tahun ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tahun. Untuk mengetahui kinerja CSR perusahaan mengalami
peningkatan, penurunan ataupun tetap dilihat dari hasil dari setiap
program CSR yang dilakukan dan dari Standar G4/GRI 2016.
Hasil analisis ini dikelompokkan dalam sub-sub bab berdasarkan
pada tahun keberadaan.
c) Menarik kesimpulan atas analisis yang sudah dilakukan pada
setiap Topik Material yang diungkapkan dalam empat periode
laporan yang diteliti. Kesimpulan berisi mengenai apakah kinerja
CSR perusahaan berdasarkan isi pengungkapan Topik Material
terkait mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap, selama
empat periode laporan yang diteliti. Kinerja CSR perusahaan
dikatakan meningkat apabila dari tahun ke tahun program dalam
Topik Material yang diungkapkan semakin banyak, dan
membuahkan hasil yang positif (contoh: Topik Material Anti
Korupsi mengalami peningkatan karena dari tahun ke tahun
program anti korupsi semakin banyak dan dikembangkan dan
membuahkan hasil kasus korupsi dan laporan atas korupsi
berkurang). Kinerja CSR perusahaan dikatakan menurun apabila
dari tahun ke tahun hasil dari Topik Material mengalami
penurunan dan membuahkan hasil negatif (contoh: Topik
Material Efluen dan Limbah mengalami penurunan karena dari
tahun ke tahun program yang dijalannya tidak mengalami
perkembangan bahkan cenderung sama setiap tahunnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sedangkan dari tahun ke tahun limbah semakin banyak dan
mencemari lingkungan sekitar operasi perusahaan. Kinerja CSR
perusahaan dikatakan tetap/stabil apabila Topik Material yang
terkait berisi mengenai data dan/atau bukan program (contoh:
Topik Material yang berisi mengenai jumlah tenaga kerja
berdasarkan gender), selain itu juga dikatakan tetap/stabil apabila
Topik Material program dan hasilnya dari tahun ke tahun tidak
mengalami peningkatan maupun penurunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Unilever Indonesia didirikan di daerah Angke, Jakarta Utara
berdasarkan akta No. 23 dari Mr. A.H. Van Ophuijsen sebagai notaris di
Batavia pada 5 Desember 1933 dengan nama “Lever‟s Zeepfabrieken
N.V.”. Nama perusahaan resmi berganti menjadi PT. Unilever Indonesia
pada 22 Juli 1980 dengan akta no. 171 dari Notaris Ny. Kartini Muljadi
SH. Pada 30 Juni 1997 perusahaan resmi berganti nama PT. Unilever
Indonesia Tbk dengan notaris publik Bp. Mudofir Hadi SH. dengan akta
no. 92 yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan
No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan
dalam Berita Negara NO. 2620 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan N0.39.
B. Perkembangan PT. Unilever Indonesia
Pada tanggal 22 November tahun 2000 Unilever Indonesia
mengadakan perjanjian dengan PT. Anugrah Indah Pelangi, dengan tujuan
mendirikan perusahaan baru dengan nama PT. Anugrah Lever (PT AL)
yang bergerak di bidang manufaktur, perkembangan, pemasaran dan
penjualan produk kecap, saus cabai dan saus lainnya di bawah Bango dan
merek lainnya di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dua tahun kemudian, tanggal 3 Juli 2002, Unilever Indonesia
mengadakan perjanjian dengan TExchem Resources Berhada untuk
mendirikan perusahaan baru dengan nama PT Technopia Lever yang
bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan
merek dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003,
Texchem Resouces Berhada setuju menandatangani perjanjian untuk
menjual semua sahamnya kepada PT Technopia Singapore Pte.Ltd.
Pada tanggal 21 Januari 2004 Unilever Indonesia resmi
mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas
Holdings Limited (pihak Terkait). Tanggal 30 Juli 2004, Unilever
bergabung dengan PT KI. Merger dicatat dengan menggunakan metode
yang mirip dengan metode penyatuan kepemilikan. Penggabungan ini
sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
dalam surat No/ 740 / III / PMA / 2003 tanggal 9 Juli 2004. Tahun 2007
perusahaan menandatangani perjanjian bersyarat untuk membeli merek
“Buavita” dan “Gogo” minuman Vitality berbasis buah dari Ultra.
Transaksi selesai pada Januari 2008. Pada tahun 2008 Unilever Indonesia
juga membangun pabrik perawatan kulit (skin care) terbesar se-Asia di
Cikarang. Pada tahun 2014 Unilever Indonesia meluncurkan program
“Bitobe untuk Indonesia” sebagai wujud komitmen jangka panjang
Lifeboy untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat. Tahun 2015
Unilever kembali membuka pabrik ke-9 seluas enam hektar di Cikarang,
yang memiliki kapasitas produksi sebanyak tujuh juta unit bumbu masak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dan kecap setiap tahunnya. Tahun 2016 Unilever memindahkan kantor
pusat ke gedung baru seluas tiga hektar di BSD City Tangerang. Kantor
baru ini ditempati oleh 1.200 karyawan dan diresmikan tahun 2017. Pada
tahun 2018 Unilever meluncurkan kategori baru yaitu saus sambal dengan
mengeluarkan produk saus sambal Jawara dan meluncurkan brand
perawatan tubuh baru Korea Glow.
C. Visi dan Misi PT. Unilever Indonesia
1. Visi
Untuk meraih rasa cina dan penghargaan dari Indonesia dengan
menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.
2. Misi
a) Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik
setiap hari.
b) Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik
dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik
bagi mereka dan orang lain.
c) Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil
setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan
perubahan besar bagi dunia.
d) Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis
yang memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mengurangi dampak terhadap lingkungan, dan meningkatkan
dampak sosial.
D. Brand Unilever Indonesia
1. Foods & Refreshment
Produk-produk dalam kategori ini yaitu Bango, Buavita, Cornetto,
Feast, Jawara, Lipton, Magnum, Paddlepop, Populaire, Royco, Seru,
Sariwangi, Wall‟s Taste Joy, Helmans.
2. Home Care
Produk-produk dalam kategori ini meliputi Cif, Domestos, Rinso,
Sunlight, Super Pell, Vixal, Wipol.
3. Personal Care
Produk-Produk dalam kategori ini meliputi Axe, Citra, Clear, Closeup,
Dove, Fair and lovely, Hijab Fresh, Koreaglow, Lakmé, Lifeboy, Lux,
Nameera, Pepsodent, Pond‟s, Rexona. Sunsilk, Tresemmé, Vaseline,
Zwitsal, Love Beauty and Planet.
E. Kehidupan Berkelanjutan
1. Prinsip Bisnis Berkelanjutan
Pada tahun 2010, Unilever meluncurkan program dengan nama
„Unilever Sustainable Living Plan’. Program ini menciptakan
pertumbuhan berkelanjutan melalui beberapa hal: brand yang
memiliki tujuan mulia, memangkas biaya bisnis, mengurai risiko, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
membantu membangun kepercayaan. Unilever Sustainable Living
Plan ditetapkan untuk meningkatkan pertumbuhan, mengurangi jejak
lingkungan, serta meningkatkan manfaat sosial yang positif bagi
masyarakat. Program ini memiliki tiga sasaran besar untuk dicapai,
didasari oleh sembilan komitmen, dan target yang mencangkup
kinerja sosial, lingkungan dan ekonomi di seluruh rantai nilai. Tiga
sasaran besar tersebut meliputi:
1. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk lebih dari 1
miliar orang
2. Mengurangi dampak terhadap lingkungan hingga separuhnya
3. Meningkatkan penghidupan untuk jutaan orang
2. Prakarsa Keberlanjutan
Dalam upaya Unilever menerapkan strategi Unilever Sustainable
Living Plan, maka Unilever menjalankan berbagai macam prakarsa
keberlanjutan yang dituangkan ke dalam program-program. Prakarsa
dan program-program tersebut meliputi;
a. Prakarsa di Bidang Kesehatan
Unilever menciptakan dampak yang besar untuk kesehatan dan
kebersihan dengan cara mempromosikan mencuci tangan, sanitasi
yang baik, merawat gigi, dan kepercayaan diri. Selain itu juga
program untuk mengurangi dampak bencana dan keadaan darurat.
Beberapa programnya dalam prakarsa ini yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1) Program Sekolah Sehat
2) Dove Self-Esteem Project
3) Hari Cuci Tangan Sedunia
4) Program Institusi Profesional
a) Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN)
b) Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia
c) Pepsodent Dental Expert Center (PDEC)
5) Program Komunitas
a) Program Kesehatan Ibu dan Anak (Mothers Programe)
b) Gerakan Bersih-Bersih Masjid
c) Vaseline Healing Project
6) Meningkatkan Nutrisi
a) Pentingnya makanan bagi kehidupan
b) Mendorong pola makan sehat melalui resep masakan
c) Mengurangi gula pada portofolio produk makanan
d) Menggunakan asam lemak tak jenuh ganda
(polyunsaturated fat) dari minyak nabati
e) Kandungan garam (natrium) yang disesuaikan
f) Memberikan informasi mengenai gizi dalam produk
g) Membantu jutaan masyarakat untuk mendapatkan
bahan-bahan nabati
b. Prakarsa di bidang Lingkungan
1) Limbah dan Kemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2) Penggunaan Air
3) Emisi Gas Rumah Kaca
4) Perolehan Bahan Baku yang Berkelanjutan
c. Prakarsa di Bidang Peningkatan Penghidupan
1) Bisnis Inklusif
2) Keadilan di tempat kerja
3) Peluang bagi perempuan
F. Laporan Keberlanjutan Perusahaan
Dalam website perusahaan, disajikan empat Laporan Keberlanjutan
dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Laporan
Keberlanjutan yang disajikan yaitu periode 2013-2014, 2015-2016, 2017,
dan 2018. Menurut laporan keberlanjutan perusahaan periode 2013-2014,
laporan periode 2013-2014 merupakan laporan keempat yang dibuat oleh
perusahaan dengan Panduan GRI-opsi inti. Namun, tiga laporan sebelum
periode ini tidak disajikan pada web perusahaan. PT. Unilever Indonesia
mempunyai tim yang merancang Laporan Keberlanjutan yang diberi nama
Tim Pelaporan Keberlanjutan Unilever Indonesia, yang terdiri dari para
perwakilan berbagai departemen dan fungsi dalam perusahaan. Laporan
Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia periode tahun 2013-2014, 2015-
2016, dan 2018 sudah di Assure oleh M&R Assurance (Moores Rowland).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian ini diperoleh dari data sekunder berupa Topik Material
yang terdapat dalam Laporan Keberlanjutan yang didapat dari website PT.
Unilever Indonesia. Laporan Keberlanjutan yang diteliti yaitu 4 periode laporan,
berikut judul Laporan Keberlanjutan setiap tahunnya;
1. Laporan Keberlanjutan Tahun 2013-2014 “Bersama Untuk Masa Depan
Yang Lebih Cerah”
2. Laporan Keberlanjutan Tahun 2015-2016 “MAKING SUSTAINABLE
LIVING COMMONPLACE (MEMASYARAKATKAN KEHIDUPAN
YANG BERKELANJUTAN)”
3. Laporan Keberlanjutan Tahun 2017 “Building a Sustainable Future Every
Day (Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan Setiap Hari”
4. Laporan Keberlanjutan Tahun 2018 “Transformasi Untuk Masa Depan
Berkelanjutan”
Data yang diperoleh dari website PT. Unilever Indonesia tersebut
menggunakan dua dasar pedoman standar yang berbeda. Laporan periode tahun
2013/2014 dan 2015/2016 menggunakan Standar G4, sedangkan laporan periode
tahun 2017 dan 2018 menggunakan pedoman Standar GRI, namun dalam laporan
periode 2018 khusus pada indeks GRI 403 mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja dan GRI 303 mengenai Air dan Efluen menggunakan standar terbaru yaitu
Standar GRI 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
A. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian berupa deskripsi/narasi yang bersumber dari
pengungkapan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever
yang berpedoman pada Standar G4 dan Standar GRI 2016.Berikut adalah
hasil penelitian yang peneliti dapatkan dan pembahasannya:
1. Menjawab rumusan masalah pertama yaitu “Bagaimana proses penentuan
topik material yang dilaporkan dalam Laporan Keberlanjutan PT.
Unilever Indonesia tahun 2013-2018?”
a. Proses penentuan Topik Material yang dilaporkan dalam Laporan
Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia tahun 2013-2018 ditinjau
berdasarkan proses penentuan Topik Material dalam Standar G4
dan Standar GRI 2016. Standar G4 digunakan untuk Laporan
Keberlanjutan periode tahun 2013/2014 dan tahun 2015/2016,
sedangkan Standar GRI 2016 digunakan untuk Laporan
Keberlanjutan periode tahun 2017 dan 2018. Berikut data proses
identifikasi Topik Material dan analisisnya:
1) Proses Identifikasi Topik Material Laporan Keberlanjutan
PT. Unilever periode tahun 2013-2014
Dalam menentukan Topik Material pada Laporan
Keberlanjutan periode tahun 2013/2014, Proses yang pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang diterapkan sesuai dengan Standar G4 yaitu mengidentifikasi
aspek-aspek keberlanjutan yang relevan dan batasan dari setiap
aspek. Dalam tahapan ini PT. Unilever Indonesia menerapkan
kerangka kerja Unilever Sustainable Living Plan (USLP) global
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan ekspektasi pemangku
kepentingan di Indonesia. Perusahaan juga melibatkan pemangku
kepentingan dalam merancang program. Dengan wawasan yang
didapat dari pemangku kepentingan tersebut, perusahaan dapat
menjawab tantangan lingkungan dan sosial yang utama. Teori
Stakeholders dalam penelitian ini melandasi bahwa keterlibatan
pemangku kepentingan memengaruhi Topik Material yang
diterapkan perusahaan. Laporan pada periode tahun ini berfokus
pada kegiatan perusahaan, termasuk di kantor pusat, kantor
perwakilan, pabrik-pabrik, dan pusat distribusi di seluruh
Indonesia. Batasan dalam laporan ini yaitu tidak mencangkup
kegiatan-kegiatan yang dialihdayakan maupun kegiatan para
pemasok, namun aspek material yang dapat dikendalikan seperti
HAM, praktik tenaga kerja, kepatuhan terhadap hukum dan
undang-undang, serta kinerja lingkungan dari pemasok dan mitra
usaha di dalam rantai pasokan tetap disertakan dalam laporan ini.
Tahapan kedua yang diterapkan dan sesuai dengan
Standar G4 yaitu dilakukan PT.Unilever untuk menentukan topik
material sudah sesuai dengan proses yang ada dalam Standar G4,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yaitu memprioritaskan aspek-aspek dan isu-isu keberlanjutan
dalam menentukan setiap aspek. Dalam tahapan ini, perusahaan
melibatkan pemangku kepentingan untuk menganalisis mengenai
“pengaruh pada asesmen dan keputusan pemangku kepentingan‟
dengan melakukan survei dalam rangka membantu perusahaan
mendefinisikan isu-isu yang penting bagi pemangku kepentingan
sekaligus bagi pendekatan keberlanjutan perusahaan. Survei ini
juga digunakan untuk mengidentifikasi topik-topik dalam
Laporan Keberlanjutan periode 2013/2014 ini. Dalam tahap ini
perusahaan menggunakan matriks materialitas untuk melakukan
pemetakan terhadap isu-isu yang sudah diidentifikasi dengan
fokus di setiap bidang yang telah ditetapkan berdasarkan tiga
kriteria. Berikut matriks materialitas dan kriteria bidang yang
relevan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar III: Matriks Materialitas tahun 2013/2014
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
Gambar IV: Matriks Materialitas tahun 2013/2014
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dalam matriks tersebut, perusahaan menyatakan bahwa
para pemangku kepentingan mendapat perhatian lebih tinggi
dalam bagaimana perusahaan menjamin kualitas produk-
produknya. Aspek material lain yang lebih diperhatikan oleh
pemangku kepentingan yaitu kinerja lingkungan, sumber daya
manusia, dan kontribusi sosial.
Berikut gambar yang menunjukkan topik yang masuk
dalam tiga kriteria bidang yang relevan yang sudah dibuat oleh
PT. Unilever Indonesia:
Gambar V: Matriks Materialitas tahun 2013/2014
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
Tidak ditemukan adanya penerapan langkah ketiga dan
keempat dalam menentukan/mengidentifikasi Topik Material
dalam Laporan Keberlanjutan pada periode 2013/2014, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan Topik Material
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Laporan Keberlanjutan pada periode tahun 2013/2014 belum
sesuai dengan proses/identifikasi Topik Material dalam Standar
G4.
2) Proses Identifikasi Topik Material Laporan Keberlanjutan
PT. Unilever periode tahun 2015/2016
Dalam Laporan Keberlanjutan periode ini, perusahaan tidak
menjelaskan proses yang dilakukan dalam mengidentifikasi topik
material. Perusahaan hanya memberikan pernyataan bahwa
topik-topik yang disajikan dalam laporan ini mencangkup aspek-
aspek dalam Unilever Sustainable Living Plan (USLP) dan
prinsip-prinsip dalam United Nations Global Compact (UNCG)
serta analisis materialitas yang dilakukan sebelumnya. dalam
laporan periode ini tidak ditemukan hal mengenai analisis
materialitas. Ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan
„analisis materialitas yang dilakukan sebelumnya‟ adalah analisis
materialitas yang dilakukan pada periode tahun 2013/2014.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada Laporan
Keberlanjutan periode 2015/2016 ini, PT. Unilever tidak
melakukan identifikasi topik material sesuai dengan Standar G4.
3) Proses Identifikasi Topik Material Laporan Keberlanjutan
PT. Unilever periode tahun 2017 dan 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada Laporan Keberlanjutan periode 2017 dan 2018 tidak
ditemukan pengungkapan yang menjelaskan mengenai proses
penentuan topik material. Pada tahun 2017, perusahaan hanya
memberikan pernyataan bahwa mencangkup topik-topik dalam
Unilever Sustainable Living Plan (USLP) dan prinsip-prinsip
dalam United Nations Global Compact (UNCG) serta analisis
materialitas yang dilakukan sebelumnya. pernyataan ini sama
dengan pernyataan yang terdapat pada laporan periode
2015/2016. Selanjutnya perusahaan memberikan pernyataan
bahwa Laporan Keberlanjutan tahun 2017 memuat topik baru
tentang Hak Asasi Manusia untuk melengkapi topik-topik yang
telah dilaporkan dalam Laporan Keberlanjutan tahun 2015-2016.
Pada Laporan Keberlanjutan periode 2018, perusahaan hanya
memberikan pernyataan bahwa isi laporan pada periode ini tetap
sama dengan Laporan Keberlanjutan tahun 2017.
Dalam Laporan Keberlanjutan periode 2017 dan 2018,
proses identifikasi topik material yang dilakukan perusahaan
pada periode tahun 2017 dan 2018 tidak sesuai dengan proses
identifikasi topik material dalam Standar GRI 2016 karena dalam
kedua Laporan Keberlanjutan ini proses identifikasi topik
material yang dilakukan berbeda dengan Standar GRI dan tidak
mengikuti langkah demi langkah sesuai dengan Standar GRI
2016, tetapi hanya memberikan arahan untuk mengunjungi link
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
https://www.unilever.com/sustainable-living/our-approach-to-
reporting/defining-our-material-issues/ yang tertera pada kedua
laporan untuk melihat proses identifikasi topik-topik yang
material. Berikut proses identifikasi topik material yang
diterapkan PT. Unilever untuk Laporan Keberlanjutan periode
2017 dan 2018 berdasarkan link yang tertera dalam laporan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar VI: Matriks Materialitas tahun 2017/2018
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar VII: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Improving Health and Well-Being”
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar VIII: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Reducing Enviromental Impact”
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar IX: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Enhancing Liverlihoods”
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar X: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Responsible Business Practices”
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar XI: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Wider Sustainability Topics”
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dalam link yang disediakan oleh perusahaan mengenai
proses penentuan topik material tahun 2017 dan 2018 tersebut,
perusahaan memberikan penjelasan mengenai matriks materialitas
bahwa penilaian materialitas digunakan untuk membantu
mengidentifikasi masalah keberlanjutan prioritas dan memastikan
strategi fokus di bidang yang tepat, menilai keadaan keberlanjutan
yang berubah, serta untuk memahami dan memprioritaskan
masalah yang penting bagi bisnis dan pemangku kepentingan.
Menurut penjelasan mengenai matriks materialitas tersebut,
terdapat 177 topik yang diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi
24 masalah yang disajikan ke dalam tabel dengan
mengklasifikasikan topik-topik menjadi lima fokus area. Dengan
tiga tujuan besar Unilever Sustainable Living Plan (USLP) yaitu
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mengurangi dampak
lingkungan dan meningkatkan mata pencaharian.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa
proses identifikasi topik material yang dilakukan PT. Unilever
pada Laporan Keberlanjutan periode 2017 dan 2018 secara
keseluruhan tidak sesuai dengan Standar GRI 2016. Meskipun PT.
Unilever Indonesia sudah menyatakan proses penentuan
menggunakan matriks materialitas, namun hal tersebut tetap tidak
memenuhi ketentuan proses penentuan topik material berdasarkan
Standar GRI 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Menjawab rumusan masalah kedua yaitu “Bagaimana kinerja CSR PT.
Unilever Indonesia berdasarkan pengungkapan topik material dalam
Laporan Keberlanjutan tahun 2013-2018?”
Tabel 2. Matriks Identifikasi Keberadaan Topik Material
No Topik Material
Periode Tahun
Laporan
Keberlanjutan
2013-2
014
2015-2
016
2017
2018
A Topik Sosial
1 Anti korupsi ✓ ✓ ✓ ✓
2 Pelabelan Produk dan Jasa/Layanan Pelanggan ✓ ✓ ✓ ✓
3 Ketenagakerjaan ✓ ✓ ✓ ✓
4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja/Keadilan di
Tempat Kerja ✓ ✓ ✓ ✓
5 Pelatihan dan Pendidikan ✓ ✓ ✓ ✓
6 Masyarakat Lokal/Bisnis Inklusif/peluang untuk
perempuan/Kesehatan dan Kebersihan ✓ ✓ ✓ ✓
7 Keberagaman dan Kesempatan yang Setara/Peluang
untuk Perempuan/Keadilan ditempat Kerja ✓ ✓ ✓ ✓
8 Anti Diskriminasi/keadilan ditempat kerja ✓ ✓ ✓ ✓
9 Penilaian Kinerja HAM Pemasok/Bahan Baku
Berkelanjutan ✓ ✓ ✓
10 Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan/Tanggung
Jawab Produk ✓ ✓ ✓
11 Penilaian Kinerja Pemasok Terkait Praktik ✓ ✓ ✓
12 Keadilan Ditempat Kerja (Asesmen Hak Asasi
Manusia) ✓
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
No Topik Material
Periode Tahun
Laporan
Keberlanjutan
2013-2
014
2015-2
016
2017
2018
13 Privasi Pelanggan ✓
B Topik Lingkungan
1 Air ✓ ✓ ✓ ✓
2 Emisi/Gas Rumah Kaca ✓ ✓ ✓ ✓
3 Efluen dan Limbah ✓ ✓ ✓ ✓
4 Penilaian Kinerja Pemasok Terkait Lingkungan ✓ ✓ ✓
5 Praktik Pengadaan/Bahan Baku Berkelanjutan ✓ ✓ ✓
6 Energi ✓ ✓
7 Produk dan Jasa ✓
8 Kepatuhan ✓
9 Transportasi ✓
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, kolom tahun yang diberi
tanda centang berarti bahwa topik material diterapkan pada tahun tersebut. Untuk
kolom tahun yang tidak diberi tanda centang (kosong) berarti pada tahun tersebut
topik material terkit tidak diterapkan. Berikut analisis dari setiapo pengungkapan
topik material sesuai dengan identifikasi yang telah dilakukan:
Tabel 2. Matriks Identifikasi Keberadaan Topik Material (Lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
a. Topik Material yang diungkapkan Selama Empat Tahun Berturut-
turut
Dalam kelompok Topik Material yang diterapkan oleh perusahaan
selama empat periode berturut-urut terdapat 10 Topik Material. Dari 10
topik tersebut terdapat topik yang mengalami peningkatan kinerja CSR,
penurunan kinerja CSR, dan terdapat topik yang tiap tahun kinerja CSR-nya
sama. Berikut topik-topik yang diterapkan PT. Unilever selama empat tahun
pelaporan berturut-urut:
1) Anti Korupsi (G4-SO3, SO4, SO5)/Etika dan Integritas (GRI 205)
Dalam empat periode pelaporan yang diteliti, topik material
Anti-Korupsi konsisten diterapkan oleh perusahaan. Dalam empat
periode laporan tersebut, mengungkapkan bahwa perusahaan
menerapkan kode etik Unilever Indonesia dengan sebutan Kode Etika
Bisnis Perusahaan atau Code of Business Principles (CoBP) yang
berisi standar perilaku yang dianut oleh perusahaan. Pada laporan
periode 2013/2014 dinyatakan bahwa audit internal PT. Unilever yaitu
Satuan Audit Internal Unilever Indonesia (IAU) memberikan
kepastian objektif dan independen terhadap integritas perusahaan serta
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko yang signifikan. Dalam
laporan periode ini perusahaan juga membuat sebuah mekanisme
untuk melaporkan adanya pelanggaran atau dugaan pelanggaran
terhadap CoBP yang disebut dengan Mekanisme Pelaporan
Pelanggaran Payung Biru (Blue Umbrella). Pelaporan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pelanggaran dapat disampaikan kepada unit independen atau melalui
hotline etika Unilever Global dan selanjutnya akan ditindaklanjuti
penyelidikan oleh tim Blue Umbrella. Pada tahun 2013 perusahaan
juga mengadakan pelatihan anti-korupsi untuk semua karyawan serta
pelatihan dan kampanye kesadaran berperilaku etis untuk seluruh
karyawan.
Pada laporan periode 2015/2016, dilaksanakan beberapa
prakarsa yang digunakan untuk memperkuat nilai perusahaan dan
kepatuhan terhadap pedoman. Salah satunya yaitu kampanye yang
dilaksanakan oleh Divisi Integritas Bisnis dengan mengundang
Komisi Pemberantas Korupsi sebagai pembicara dalam Talkshow
mengenai budaya integritas dan anti-korupsi serta masih banyak
prakarsa lainnya yang berhubungan dengan integritas perusahaan,
sedangkan untuk pelaporan pelanggaran, pada laporan periode tahun
2015/2016 ini masih sama yaitu melalui Komite Blue Umbrella.
Berbeda dengan laporan tahun sebelumnya, pada laporan periode
tahun ini mengungkapkan bahwa terdapat beberapa laporan mengenai
potensi pelanggaran Prinsip Bisnis dan pelanggaran Kode Etik dari
karyawan dan pihak ketiga. Pada laporan periode ini juga terdapat
beberapa perubahan prinsip dari periode sebelumnya, dan dalam
kinerja tata kelola perusahaan mengungkapkan bahwa perusahaan
telah mengadopsi rekomendasi dari Pedoman Umum Good Corporate
Governance yang baik dan ASEAN Corporate Governance Scorecard
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(ACGS). Dalam laporan periode tahun ini, ditahun 2015 terdapat 15
laporan mengenai potensi pelanggaran Prinsip Bisnis yang berasal dari
karyawan dan 1 laporan berasal dari pihak ke-3, sedangkan ditahun
2016 tercatat 31 laporan ataupun pertanyaan mengenai potensi
pelanggaran Kode Etik. Setelah diselidiki, 17 diantaranya
ditindaklanjuti dan telah selesai.
Laporan periode tahun 2017 masih menggunakan prinsip
bisnis Unilever dan yang sama dengan laporan sebelumnya dan tidak
ada perubahan ditahun 2017. Pada tahun 2017 Divisi Business
Integrity Unilever mengadakan kegiatan yang melibatkan tim
Procerment yang salah satu kegiatannya yaitu workshop Anti-Bribery
and Anti-Corruption. Dalam hal melaporkan adanya pelanggaran kode
etik perusahaan, pada laporan periode 2017 ini masih sama dengan
laporan tahun sebelumnya yaitu bisa melalui Global Phone Hotline,
Global Website Hotline atau langsung lapor kepada Blue Umbrella,
Line Manager dan Business Integrity Officer. Mulai ditahun 2017
perusahaan menyatakan dalam laporan mengenai tiga pilar pendekatan
integritas bisnis yaitu pencegahan, deteksi dan respons. Pada tahun
2017 dilaporkan bahwa terdapat 23 laporan wistlebower, dan 20 kasus
yang diselidiki dan 23 kasus terselesaikan. Integritas bisnis Unilever
tahun 2017 telah diaudit dan mendapat nilai memuaskan. Pada laporan
2018, perusahaan tidak menjelaskan lagi mengenai CoBP, tetapi pada
laporan periode tahun 2018 terdapat penjelasan bahwa pada tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
27 Agustus 2018, ASEAN Responsible Business Forum (ARBF)
mencatat PT Unilever Indonesia Tbk sebagai 10 perusahaan teratas
dengan tingkat pengungkapan tertinggi di 5 negara ASEAN. Laporan
periode 2018 juga mengungkapkan adanya beberapa kegiatan
Business Integrity, yaitu 4 kali Integrity Moment dalam Townhall
meeting oleh Pimpinan Senior, 12 pertemuan Business Integrity
Committee Meeting, 3 Workshop Business Integrity yaitu workshop
untuk pihak ketiga yang memiliki risiko tinggi terhadap korupsi, serta
sembilan kampanye dan pelatihan. Media yang digunakan dalam
menyampaikan adanya pelanggaran kode etik pada laporan periode ini
masih sama dengan laporan tahun sebelumnya. Laporan periode 2018
ini mengungkapkan bahwa terdapat 14 laporan Whistleblower, 14
kasus yang diinvestigasi dan 18 kasus yang selesai termasuk kasus
ditahun sebelumnya. Dari keempat laporan tersebut terlihat jelas
bahwa perusahaan menggunakan prinsip bisnis dan kode etik khusus
untuk perusahaan dan juga terdapat program dan kampanye integritas
untuk menekan terjadinya pelanggaran termasuk korupsi. Program dan
kampanye yang dilakukan perusahaan setiap periodenya semakin
banyak dari tahun ke tahun.
Dapat dilihat bahwa pada laporan periode 2013-2014 tidak ada
catatan pelaporan kasus, namun periode tahun 2015-2016 hingga
periode tahun 2018 tercatat terjadi pengurangan laporan kasus
pelanggaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja CSR dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
topik material Anti-Korupsi mengalami peningkatan dengan bukti
semakin berkurangnya kasus pelaporan pelanggaran.
2) Pelabelan Produk dan Jasa (G4-PR3)/Layanan Pelanggan (GRI-417)
Topik material ini konsisten dicantumkan oleh perusahaan ke
dalam laporan keberlanjutan selama empat periode pelaporan yang
diteliti. Pada laporan periode tahun 2013/2014, perusahaan
menyatakan bahwa selalu menerapkan kebijakan ketat mengenai
seluruh proses produksi di pabrik, pengujian produk, dan cermat
memerhatikan label produk yang mana proses ini dilakukan sebelum
produk dikirim dan di distribusi. Dalam pelabelan produk, perusahaan
melalui banyak persyaratan untuk memastikan keamanan dan kualitas
produk termasuk persetujuan dari BPOM. Dalam melakukan
komunikasi dan pemasaran produk, perusahaan menerapkan beberapa
peraturan dan etika yaitu peraturan BPOM dan Kementerian
Kesehatan, Prinsip Pemasaran dan Periklanan Unilever, dan posisi
Unilever tentang Pelabelan Nutrisi yang akan dikembangkan sebagai
pendekatan internasional nutrisi. Perusahaan menyediakan informasi
produk untuk memastikan keamanan produk pada tingkat kualitas
tertinggi konsumen. Perusahaan memenuhi persyaratan global yang
menjadi dasar dalam pendekatan internasional di bidang pelabelan
informasi nutrisi. Kemudian memastikan semua produk sudah diberi
label yang diwajibkan melalui sistem persetujuan BLUE UMBRELLA
sebelum dikirim ke konsumen. Sebelum label dicetak, label harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
ditinjau oleh semua fungsi departemen penelitian dan pengembangan,
pemasaran, urusan regulasi dan hukum serta manajemen rantai
pasokan. Melalui sistem ini, perusahaan memastikan syarat desain
kemasan sudah sesuai dengan peraturan BPOM sebelum di produksi.
Dalam membangun hubungan dengan konsumen, perusahaan
membuat layanan dengan nama “Suara konsumen” yang mana
layanan ini memberikan tanggapan cepat terhadap keluhan dan
pertanyaan seputar produk dan meningkatkan kepuasan konsumen
terhadap produk. selain melalui Suara Konsumen, konsumen dapat
memberikan tanggapannya melalui email, surat maupun media sosial.
Keluhan yang diterima selama periode laporan ini yaitu mengenai
akses masuk pemasaran digital Unilever yang mana ada batasan
server. Kemudian keluhan lainnya yaitu mengenai produk.
Laporan periode tahun 2015/2016 isi dari topik ini masih sama
dengan tahun 2013/2014 hanya saja pada laporan tahun ini ada banyak
penambahan mengenai tanggung jawab produk dan label serta
menyajikan jaminan produk halal dan beberapa sertifikat yang
diperoleh serta menyajikan tingkat keluhan dan tanggapan konsumen.
Beberapa sertifikat yang diperoleh yaitu Sistem Manajemen Mutu ISO
9001 yang diperoleh semua pabrik home & personal care, sertifikat
Food Safety System Certification (FSSC 22000) yang diterima semua
pabrik Food & Refreshment, serta semua produk Personal care sudah
memenuhi cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB). Perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
juga menerapkan jaminan halal untuk 9 pabrik Unilever. Layanan
konsumen melalui layanan Suara Konsumen di tahun ini juga sudah
dilaksanakan dengan baik, dimana semua keluhan di selesaikan secara
memuaskan dengan total keluhan sebanyak 2.441 di tahun 2015 dan
1.296 di tahun 2016. Perusahaan juga membuat persentase kepuasan
konsumen yang mana pada tahun 2015 kepuasan konsumen sebesar
92,4% dan di tahun 2016 sebesar 95%. Untuk melindungi konsumen
dari produk palsu, perusahaan berupaya melakukan beberapa
pendekatan. Selain itu, rahasia pelanggan juga dijamin aman oleh
perusahaan.
Laporan periode tahun 2017 isi topik material ini masih sama
dengan tahun sebelumnya. Pada bagian layanan suara konsumen,
perusahaan menyatakan bahwa akan berupaya untuk menangani
semua respon yang masuk melalui protokol yang ketat oleh Agen
Pelayanan Keluhan Konsumen (Customer Advisory Service-CAS) dan
keluhan yang masuk akan dikategorikan ke dalam kategori normal,
tinggi, atau darurat. Jika agen CAS tidak bisa memberikan jawaban,
maka isu tersebut akan dibawa ke departemen atau divisi yang
ditunjuk. Dan apabila solusi yang diberikan kepada konsumen tidak
dapat diterima konsumen, maka kasus akan dibawa ke YLKI
(Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) atau melalui jalur hukum.
Di tahun ini tingkat kepuasan konsumen mencapai 90% lebih rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dari tahun sebelumnya. dan keluhan yang diterima serta diselesaikan
sebanyak 1.886.
Pada tahun 2018 ini, perusahaan menyajikan tanggung jawab
produk mulai dari nutrisi yang terkandung dalam semua produk
terutama produk makanan yang mana menjadi tantangan bagi
perusahaan untuk membuat nutrisi produk perusahaan sesuai standar
namun dengan rasa yang enak dan dapat diterima oleh konsumen.
Dalam laporan ini, perusahaan menyatakan mengenai dampak
lingkungan yang dihasilkan dari sampah produk dari produk yang
digunakan oleh konsumen. Namun, dalam hal ini perusahaan baru
memberikan kiat-kiat dan inovasi untuk mengubah kemasan mereka
menjadi plastik yang dapat didaur ulang dan terurai di tahun 2025
mendatang. Terdapat beberapa inisiatif yang dijalani di tahun 2018
yaitu mengenai kemasan produk di pabrik Foods and Refreshment.
Untuk keseluruhan tanggung jawab produk hingga layanan konsumen
pada laporan tahun ini masih sama dengan laporan tahun sebelumnya.
dengan keluhan yang diterima dan selesai sebanyak 1.379 dan tingkat
kepuasan konsumen sebesar 87,03% lebih rendah dari tahun
sebelumnya. Berbeda dengan tahun sebelumnya, di laporan tahun ini
menyajikan pencapaian perusahaan mengenai pengurangan kemasan
yang dapat merusak lingkungan.
Dari laporan empat periode tersebut, upaya-upaya yang
dilakukan perusahaan sebagian besar sama setiap tahunnya. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sejak periode tahun 2015/2016 hingga tahun 2018, sesuai dengan yang
dilaporkan oleh perusahaan, tingkat kepuasan konsumen menurun.
Dan tidak terdapat pernyataan yang menyebabkan kepuasan
konsumen menurun. Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk topik
material ini, kinerja CSR PT. Unilever Indonesia menurun, hal
tersebut sesuai dengan hasil tingkat kepuasan konsumen yang semakin
menurun.
3) Ketenagakerjaan (G4-LA1, LA2)/(GRI-401)
Topik material ini secara konsisten diterapkan oleh perusahaan
dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2013/2014, perusahaan menyatakan
banyaknya karyawan berdasarkan usia, lokasi, gender serta staf
manajerial dalam sebuah diagram persentase. Untuk presentasi
karyawan berdasarkan usia ditahun 2014, usia dibawah 20 tahun
sebesar 4%, usia diatas 21 sebesar 29%, usia diatas 26 sebesar 28%,
usia diatas 31 tahun sebesar 14%, usia diatas 36 tahun sebesar 10%,
usia diatas 41 tahun sebesar 8%, usia diatas 51 tahun sebesar 5%.
Presentasi jumlah karyawan berdasarkan lokasi di tahun 2014, untuk
lokasi Area sebesar 10%, untuk lokasi di Pabrik sebesar 74%, untuk
lokasi di kantor pusat dan kantor lainnya sebesar 16%. Persentase
karyawan berdasarkan gender ditahun 2014 untuk staf perempuan
sebanyak 36.63% sebagai manajer, 35.59% sebagai manajer senior,
dan 28.57% sebagai direksi. Perusahaan juga memberikan paket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
manfaat untuk memenuhi karyawan dan keluarga meliputi, manfaat
kesehatan, cuti hamil dan punya anak, dana pensiun, tunjangan hari
raya dan manfaat untuk karyawan dan keluarga intinya. Namun
ditahun ini perusahaan tidak menjelaskan karyawan turnover.
Dalam laporan periode tahun 2015/2016, perusahaan
menyajikan total karyawan baru sebanyak 631 karyawan. Sedangkan
total karyawan menurut gender disajikan dengan gambar diagram
presentasi yang mana karyawan perempuan sebesar 20,3% (1.050
orang) dan karyawan laki-laki sebesar 79,7% (5.135 orang). Berbeda
dengan tahun sebelumnya, dalam laporan periode ini perusahaan tidak
menjelaskan tunjangan yang diberikan kepada karyawan dan jumlah
karyawan turnover. Laporan periode 2017 menyajikan topik material
ini kedalam beberapa tabel meliputi, jumlah karyawan berdasarkan
usia, jumlah karyawan berdasarkan status ketenagakerjaan, jumlah
tenaga kerja baru berdasarkan usia, turnover jumlah berdasarkan usia,
dan juga persentase pegawai berdasarkan gender. Untuk total
karyawan perempuan sebanyak 1.019 orang, sedangkan total
karyawan laki-laki sebanyak 4.988 orang. Untuk tenaga kerja baru
perempuan sebanyak 75 orang dan tenaga kerja baru laki-laki
sebanyak 340 orang. Jumlah turnover yaitu sebesar 3%. Pada tahun ini
perusahaan tidak menjelaskan tunjangan yang diberikan kepada
karyawan. Dalam laporan periode tahun 2018 masih sama dengan
laporan 2017 yang mana menyajikan topik material ini dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
beberapa tabel meliputi, jumlah karyawan baru berdasarkan usia,
tingkat turnover berdasarkan usia, jumlah karyawan berdasarkan usia,
jumlah karyawan berdasarkan status dan persentase karyawan
berdasarkan gender. Untuk total karyawan baru sebanyak 462 dengan
karyawan perempuan sebanyak 128 dan karyawan laki-laki sebanyak
334. Sedangkan tingkat turnover pada tahun ini untuk karyawan
perempuan sebesar 9% dan karyawan laki-laki sebesar 8%. Dalam
laporan ini perusahaan memberikan cuti untuk karyawan hamil selama
empat bulan dan memberikan cuti ayah selama tiga minggu.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja CSR PT. Unilever Indonesia berdasarkan Topik Material
Ketenagakerjaan menghasilkan hasil yang sama setiap tahunnya.
Dikatakan setiap tahun menghasilkan hasil yang sama karena pada
topik material ini hanya mengungkapkan mengenai identitas karyawan
berkaitan dengan gender.
4) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (G4-LA6)/Keadilan di Tempat Kerja
(GRI 403)
Dalam laporan periode 2013/2014, perusahaan menggunakan
Total Recordable Frequency Rate (TRFR) untuk memantau kinerja
keselamatan dan untuk menghitung seluruh cedera yang terjadi
ditempat kerja, perusahaan menggunakan Lost Time Injury (LTI),
namun untuk cedera ringan hanya perlu penanganan sederhana yaitu
P3. Menurut laporan tahun periode ini tidak terjadi kecelakaan kerja di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
perusahaan. Dalam laporan ini terdapat pernyataan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja karyawan Unilever dalam semua kegiatan
operasional didasarkan pada Sistem Standar Kerangka Kerja yang
digunakan secara global dan dikembangkan berdasarkan ISO 14001
dan OHSAS 18001. Unilever memiliki Komite Keselamatan
Kesehatan dan Lingkungan Terpusat yang dipimpin oleh Direktur
Utama dan terdiri dari 7 sub-komite yang mana setiap unit dipimpin
seorang direktur. Hal ini bertujuan untuk memelihara keselamatan
kerja melalui kepemimpinan yang nyata dan teladan. Menurut laporan,
ancaman terbesar dalam kesehatan bukan akibat dari kegiatan
operasional perusahaan melainkan dari perilaku dan gaya hidup
karyawan sendiri. Untuk itu, perusahaan mendukung keluarga
karyawan untuk menjalankan pola hidup dan perilaku positif dengan
memberikan pendidikan, pelatihan, program pengendalian risiko dan
program pengobatan. Selain itu perusahaan juga melakukan vaksinasi
dan menyediakan tempat penitipan anak dan fasilitas menyusui bagi
karyawan. Perusahaan juga melakukan beberapa kampanye
keselamatan.
Laporan periode tahun 2015/2016 Komite Keselamatan masih
berjalan ditambah dengan adanya pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja dan lingkungan atau Safety, Health and
Environment (SHE) yang semakin intensif dilakukan. Pada periode
tahun ini, perusahaan membuat kunci utama untuk mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
karyawan dalam mengambil keputusan saat bekerja yang diberi nama
Unilever Indonesia’s Six Cardinal Rules of Safety. Isi dari aturan ini
yaitu mencangkup prosedur dan perilaku mengemudikan kendaraan,
melaksanakan kegiatan bisnis, bekerja di ketinggian, bekerja di
ruangan tertutup, menggunakan peralatan listrik dan saat mengangkat
beban/barang. Pada periode tahun ini perusahaan juga melakukan
beberapa kampanye keselamatan guna meningkatkan kinerja
keselamatan. Mulai tahun 2015 perusahaan menjalankan program
perilaku yang sehat dan aman yang bernama BeSafE (Behavior-Based
Safety: Keselamatan Berbasis Perilaku) yang berlingkup korporasi
yang melibatkan seluruh lini organisasi karyawan pabrik hingga
Direksi. Program ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman
mengenai risiko yang berkaitan dengan pekerjaan dan mendorong
peserta untuk menerapkan perilaku selamat baik bagi diri sendiri
maupun sekitarnya. Sistem manajemen K3 Unilever Indonesia
mengimplementasikan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
disebut Medical Occupational Health di semua pabrik. Sistem ini
mewajibkan karyawan untuk bertanggung jawab dalam menjaga
tempat kerja, meminimalisir cedera dan kecelakaan serta bahaya
kesehatan terkait pekerjaan bagi seluruh mitra usaha dan kontraktor.
Pada periode ini dilaksanakan audit keselamatan untuk mengevaluasi
tingkat kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur dan proses
keselamatan. Audit keselamatan meliputi audit regional (SHE) PAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Audits, audit SHE eksternal, audit re-sertifikasi OHSAS, audit
pergudangan, audit pemakaian aerosol, audit manufacturing pihak
ketiga, dan audit pabrik. Perusahaan juga menerapkan langkah-
langkah keselamatan kepada kontraktor dan mitra, termasuk pelatihan
dasar safety bagi kontraktor secara berskala kesempatan pelatihan
petugas K3 kontraktor dan audit K3 kontraktor. Selain itu perusahaan
juga membuat kampanye keselamatan diluar tempat kerja dengan
meningkatkan kesadaran risiko kesehatan dan keselamatan di rumah,
di jalan dan di luar tempat kerja lainnya serta menyelenggarakan
kampanye, brosur, dan petunjuk keselamatan jika terjadi bencana atau
peristiwa yang tidak diinginkan.
Pada laporan periode tahun 2017 masih sama dengan tahun
periode sebelumnya hanya saja terdapat penambahan 2 inisiatif besar
K3 yang diluncurkan ditahun 2017 karena berdasarkan pembelajaran
insiden ditahun sebelumnya, dua inisiatif besar tersebut yaitu Safe
Travel khusus pengemudi dan 3 for Zero Fatalities bagi pekerja di
pabrik yang masih mempunyai program didalamnya. Perusahaan juga
memerhatikan kesehatan karyawan dengan melakukan pemeriksaan
bagi kesehatan seluruh karyawan dengan intensitas lebih sering
dilakukan pemeriksaan kepada karyawan yang bekerja dengan risiko
yang lebih tinggi. Upaya lain yang dilakukan perusahaan agar
karyawan sehat, divisi communication relations dan human resources
mengadakan kampanye „Biggest Loser‟ kampanye ini berisi tantangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
bagi karyawan agar mengadopsi hidup yang lebih sehat dengan
mengikuti outdoor run, seminar kesehatan dan nutrisi, gym, yoga, dan
kegiatan lainnya. Perusahaan juga membuat program „Employee
Assistant Programme‟ yang mana karyawan dapat berkonsultasi
kepada tenaga konselor profesional mengenai berbagai masalah yang
dihadapi. Program ini lebih menuju kepada kesehatan mental
karyawan. Evaluasi K3 masih berjalan di tahun 2017. Untuk angka
Total Recordable Frequency Rate pada tahun 2017 meningkat
menjadi 0,58 yang mana ditahun sebelumnya hanya 0,34. Di tahun
2017 ini perusahaan berhasil mencapai prestasi “Tanpa Insiden Fatal”,
namun tingkat kecelakaan yang tinggi terjadi pada bagian kontraktor
dan pabrik pemasok pihak ketiga. Secara keseluruhan, perusahaan
mencatat adanya peningkatan kinerja K3 yang menunjukkan
pencapaian target-target program.
Di tahun 2018, komite Central of Safety, Health &
Environment Committee CSHEC terdiri dari 5 sub-komite yang
masing-masing dipimpin oleh dua anggota BOD. Berbeda dengan
komite pada periode tahun 2013/2014 yang mana terdiri dari tujuh
komite dan dipimpin oleh direksi. Unit Komite Keselamatan
Kesehatan dan Lingkungan (USHEC) juga dibentuk dengan direktur
Site sebagai pemimpinnya. Dalam laporan periode ini terdapat
pernyataan bahwa pada tahun 2018 program-program yang dijalankan
merupakan lanjutan dari program-program tahun sebelumnya. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
itu terdapat juga program-program baru yang dikembangkan di tahun
ini dari program tahun sebelumnya pada tahun 2018 perusahaan
melaksanakan audit Fire & Explosion Risk Analysis (FERA) ke pabrik
pihak ketiga. Audit ini mengenai Audit Keselamatan Kebakaran
khusus yang diluncurkan pada operasi manufaktur pemasok
perusahaan dalam melaksanakan analisis kesenjangan kepatuhan
Keselamatan Kebakaran terhadap NFPA (National Fire Protection
Assosiaciation). Program ini berjalan sejak bulan Februari 2018 dan
telah menilai 27 pemasok. Tindakan perbaiki akan dilaksanakan
perusahaan sebagai tindaklanjut penemuan audit. Di tahun 2018,
perusahaan meningkatkan program kesehatan kerja di 4 bidang aspek
kesehatan yaitu nutrisi, fisik, mental, dan purpose. Dalam hal ini
perusahaan menyediakan fasilitas untuk 4 aspek tersebut untuk
seluruh karyawan dan menyediakan tim pemantauan untuk
memfasilitasi karyawan serta memberikan saran tindak lanjut. Pada
tahun ini juga perusahaan mendapat sertifikasi karena operasi kantor
pusat telah menerapkan sistem manajemen K3 yang efektif dan sesuai
dengan persyaratan hutan dan standar kesehatan dan keselamatan yang
berlaku. Evaluasi tahun 2018 secara umum perusahaan sudah
mencapai kinerja keselamatan yang baik dengan TRFR 0,39 untuk
karyawan dan 0,13 untuk Kontraktor. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Deverity Index juga menurun menjadi nol. perusahaan
juga telah mencapai insiden keselamatan proses nol di semua pabrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Namun, perusahaan masih membutuhkan peningkatan keselamatan di
pihak ketiga dan mitra bisnis karena pada tahun ini perusahaan
menerima laporan kecelakaan dari pihak ketiga dan mitra bisnis.
Perusahaan sudah menyelenggarakan banyak upaya untuk mengurangi
kecelakaan pada pihak ketiga di tahun 2018.
Dari pernyataan yang terdapat di laporan tersebut, perusahaan
mulai memperbanyak program keselamatan kerja untuk menekan
terjadinya kecelakaan di tahun 2015/2016 dan program-program
tersebut semakin berkembang dan bertambah pada tahun 2017 dan
paling banyak ditahun 2018. Meskipun pada tahun 2017 mengalami
kenaikan Total Recordable Frequency Rate TRFR namun perusahaan
berhasil menurunkan TRFR di tahun 2018. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja CSR pada topik material ini mengalami peningkatan.
5) Pelatihan dan Pendidikan (G4-LA9, LA11)/Mengelola Sumber Daya
Manusia (GRI 404)
Topik material ini secara konsisten diterapkan perusahaan
pada keempat laporan. Untuk tahun periode tahun 2013/2014,
perusahaan menyatakan bahwa belajar sembari bekerja adalah hal
penting dan karyawan perusahaan sudah melalui beragam pelatihan
dan bimbingan yang dipimpin para manajer. Perusahaan telah
mengembangkan pusat pengembangan untuk meningkatkan keahlian
pekerja dengan modul pelatihan yang mencangkup keahlian di bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
manajemen, kepemimpinan, keselamatan dan profesional. Perusahaan
juga menyediakan Learning Management System (LMS) yang tersedia
secara online untuk semua karyawan dan juga mengikutsertakan
karyawan dalam kursus-kursus kelas dunia. Dalam laporan ini juga
perusahaan menyajikan tabel yang berisi mengenai pendidikan dan
pelatihan yang sudah diberikan oleh karyawan. Perusahaan
mempunyai gedung pusat pelatihan dan pengembangan karyawan
yang terletak di Mega Mendung, Jawa Barat. Selama periode ini,
perusahaan telah menyelenggarakan 112 kegiatan pelatihan dan
pengembangan karyawan meliputi pelatihan, rapat dan lokakarya
dengan total peserta sebanyak 4.099.
Dalam laporan tahun periode 2015/2016, perusahaan
menyelenggarakan berbagai macam pelatihan, baik pelatihan profesi,
umum, maupun kepemimpinan yang dilakukan agar karyawan
memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri untuk
mendukung pertumbuhan bisnis. Tiga jenis pelatihan utama yang
sediakan mencangkup pelatihan profesional, fungsional atau teknis,
kompetensi soft skill, dan pelatihan kualifikasi profesional/sertifikat.
Karyawan juga dapat mengakses berbagai sumber pembelajaran
termasuk buku online, TEDx Talks dan kelas belajar melalui Learning
Hub Online. Selama tahun 2015, total jam belajar yaitu 2.656 jam
dengan 205 modul pelatihan dan tahun 2016 sebanyak 2.428 jam
dengan 228 modul pelatihan. Perusahaan membuat suatu metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
kepemimpinan yang disebut Unilever Future Leaders Program
(UFLP) melalui program management trainee selama tiga tahun dari
hasil rekrutmen. Kandidat yang sukses bergabung dengan UFLP akan
mengikuti pelatihan yang terstruktur, pembelajaran terus menerus,
mentoring dengan standar kelas dunia dan pengalaman di berbagai
disiplin ilmu baik di Indonesia maupun luar negeri. Perusahaan juga
berinvestasi untuk meluncurkan pelatihan kepada lebih dari delapan
ratus mitra bisnis eksternal dan distributor.
Laporan tahun 2017 ini, perusahaan menyatakan bahwa
perusahaan terus menyelenggarakan beragam program untuk
mengembangkan kompetensi. Program yang dijalankan pada tahun ini
masih sama dalam tiga jenis pelatihan utama, namun pada tahun ini
program yang dijalankan didalamnya lebih banyak dengan 50.987 jam
belajar dan ikuti oleh 7.666 peserta. Fasilitas lain yang sudah
diterapkan ditahun sebelumnya juga masih berjalan di tahun ini.
Perusahaan juga meluncurkan program baru yang dinamai Degreed.
Program ini merupakan program pembelajaran masa depan yang mana
didalamnya proses pembelajaran dan berbagi pengetahuan dilakukan
sebagai sebuah pengalaman sosial, sehingga seseorang dapat
mengetahui apa yang sedang dipelajari orang lain dan dapat
memberikan masukan. Karyawan juga bisa mendapatkan rekomendasi
yang dapat dipelajari dari kolega dan mendapat manfaat dari berbagai
sumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Pada laporan 2018, perusahaan memberikan pelatihan soft
competency untuk karyawan agar memiliki perilaku kepemimpinan
agar dapat bekerja dengan efektif dan memberikan hasil jangka
pendek dan strategis jangka panjang. Selain itu, perusahaan juga
memberikan pelatihan kompetensi teknis, pelatihan sertifikasi dan
pelatihan keterampilan profesional. Perusahaan juga membantu
karyawan agar dapat memberikan hasil sesuai dengan harapan dari
peran karyawan serta mengembangkan penguasaan profesional di
bidang masing-masing. Selain platform digital Degreed yang
diluncurkan di tahun 2017, tahun 2018 perusahaan meluncurkan
aplikasi ID untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai
perusahaan bagi karyawan yang bergabung sejak hari pertama.
Menurut catatan, pengguna Degreed sudah mencapai 2.265 dengan
total jam sebanyak 33.485 jam. Untuk pelatihan sertifikasi pada tahun
ini diikuti oleh 5 partisipan. Pelatihan soft competencies diikuti oleh
2.002 partisipan. Pelatihan technical competencies diikuti oleh 15.506
partisipan dan pelatihan profesional skill diikuti oleh 1.306 partisipan.
Topik material ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan
setiap tahunnya dengan pertambahan program-program pelatihan dari
perusahaan. Selain itu juga perusahaan menambahkan aplikasi yang
dapat membantu karyawan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Karyawan yang mengikuti pelatihan dan pengembangan dari
perusahaan setiap tahunnya juga mengalami pertambahan. Dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan
kinerja CSR perusahaan terhadap kepedulian sosial karyawannya
untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan semakin
berkembang.
6) Masyarakat Lokal (G4-SO1)/ Bisnis Inklusif / Peluang untuk
Perempuan / Kesehatan dan Kebersihan (GRI413)
Berbeda dengan analisis topik material sebelumnya, pada
analisis ini terdapat gabungan beberapa topik material dengan isi
Standar yang sama, yang mana pada tahun periode 2013-2014 dan
2015-2016 menggunakan Standar G4 dengan satu topik material.
Akan tetapi, pada tahun 2017 dan 2018 yang menggunakan Standar
GRI, perusahaan membuat tiga topik material, sehingga untuk analisis
dijadikan satu. Dalam Topik Material ini, terdapat implementasi Teori
Legitimasi yang menunjukkan adanya hubungan perusahaan dengan
masyarakat.
Pada tahun 2013-2014, perusahaan meningkatkan mata
pencaharian masyarakat seperti petani dan pedagang eceran skala
kecil melalui pembinaan dari perusahaan. Dalam bidang pertanian,
perusahaan membuat program pengembangan bagi para petani yang
pernah mengikut sekolah petani untuk memastikan kelanjutan
program mengenai aktivitas cocok tanam, manajemen dan riset.
Perusahaan juga mengenalkan pedoman pertanian keberlanjutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kepada petani dengan pelatihan Pedoman Pertanian Keberlanjutan
Unilever (USAC). Program lainnya yaitu Pemberdayaan Petani
Perempuan (TUTUR). Dalam program ini, perusahaan melakukan
pelatihan keahlian komunikasi dan audio visual yang ditujukan pada
petani kadang kedelai dan teh hitam. Perusahaan mendorong petani
perempuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan.
Dan program ini berhasil meningkatkan harga jual bahan baku
pasokan. Kemitraan antara bank-bank lokal dengan perusahaan juga
mendukung pertumbuhan petani. Sepanjang tahun pelaporan ini
perusahaan menyelenggarakan seminar dan lokakarya mengenai cara
mempertahankan kualitas produk. Selanjutnya, perusahaan membuat
program fertilisasi untuk mendorong peningkatan hasil produksi dan
berhasil meningkatkan produksi dari 0.3 kg menjadi 0,4 kg gula per
pohon per hari. Perusahaan juga memperkenalkan prinsip dan
implementasi Rainforest Alliance kepada petani lokal. Hal tersebut
membawa hasil positif yang mana persentase teh bersertifikat
Rainforest Alliance mengalami peningkatan. Program lainnya yaitu
“Program Toko yang lebih Banyak, Toko yang Lebih Baik” yang
bertujuan membantu meningkatkan kinerja toko pelanggan dengan
pelatihan dan pendidikan yang terkait kegiatan mendasar, pengelolaan
rantai pasokan, pengelolaan kategori, penjualan, keuangan, pelayanan
pelanggan dan penyusunan tata ruang toko. Program ini berhasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
melipatgandakan penghasilan rata-rata toko sebesar 1,5 hingga 2 kali
dari sebelumnya.
Pada laporan periode tahun 2015-2016, perusahaan
menyelenggarakan program Untuk Indonesia Sehat yang
mengintegrasikan inisiatif di Bidang kesehatan, sanitasi dan nutrisi
yang dilakukan melalui 4 inisiatif utama yaitu:
a) Program Sekolah Sehat
Program ini didesain dengan kegiatan promosi
kesehatan sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan. Untuk
anak SD, kegiatan difokuskan pada 6 kebiasaan hidup sehat
sedangkan untuk usia 13-18 lebih difokuskan pada
peningkatan kepercayaan diri dan kesehatan reproduksi.
b) Remaja Berani Hidup Sehat
Program ini merupakan bentuk edukasi di sekolah yang
bertujuan memberikan pemahaman hidup sehat kepada remaja
untuk menjadikan remaja menjadi nyaman dengan penampilan
dan kebersihan pribadi mereka.
c) Program Komunitas Sehat
Program ini melibatkan masyarakat yang tergabung
dalam kegiatan Posyandu dan pedagang pasar tradisional
dengan mengintegrasikan promosi kebiasaan hidup sehat,
program sanitasi komunitas dan perbaikan nutrisi. Perusahaan
juga mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(GERMAS). Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Perusahaan
mendukung peluncuran ini dengan menyediakan Instalasi
Lengkap dan peralatan untuk kegiatan Cuci Tangan Pakai
Sabun dan Sikat Gigi di Bantul, Yogyakarta.
d) Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN)
Program ini mengangkat pentingnya peran orang tua
untuk mengenal dan mengetahu cara mencegah kebiasaan yang
berakibat buruk bagi gigi, sehingga dapat melakukan
pencegahan kerusakan gigi sedini mungkin.
Program lainnya yaitu meningkatkan sanitasi
lingkungan. Pada tahun 2015 perusahaan menjangkau
Indonesia Timur dengan kegiatan meningkatkan akses fasilitas
air bersih dan sanitasi, edukasi dan melatih guru,
mendistribusikan materi edukasi kesehatan dan kebersihan.
Tahun 2015 perusahaan juga memberikan edukasi kepada
masyarakat Jakarta untuk mewujudkan rumah yang bersih dan
sehat, terhindar dari kuman dan penyakit menular. Program
lain yang yang melibatkan pemasok masih sama dengan tahun
sebelumnya.
Program yang dijalani ditahun 2017 masih sama
dengan program yang ada di laporan tahun 2013-2014 dan
2015-2016. Ditambah dengan program bersih-bersih masjid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
yang dilakukan pada 1.011 masjid di 33 kota dalam 11
provinsi. Selanjutnya untuk laporan periode tahun 2018 juga
masih melanjutkan program-program sebelumnya ditambah
beberapa program meliputi, edukasi kesehatan gigi dan
pemeriksaan gigi gratis, Program Pasar Sehat Berdaya dan
Selling With Purpose. Melalui Program Pasar Sehat Berdaya,
perusahaan memberikan edukasi pentingnya kesehatan dan
kebersihan dan mendorong pedagang untuk rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan. Selain itu perusahaan juga
memberikan pemeriksaan kesehatan gratis bagi para pedagang
pasar. Dalam Program Selling With Purpose, perusahaan
memperkenalkan solusi berbasis teknologi kepada para peritel
tradisional agar mampu bersaing di pasar.
Berdasarkan analisis dari keempat laporan tersebut,
dapat dilihat bahwa kinerja CSR berdasarkan topik material ini
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan semakin
bertambahnya program-program yang melibatkan masyarakat
di setiap tahun pelaporan. Program-program tersebut
dilaksanakan dengan tujuan pengembangan hidup dan
kehidupan yang lebih sehat bagi masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
7) Keberagaman dan Kesempatan yang Setara (G4-12)/ Keadilan di
Tempat Kerja / Peluang untuk Perempuan (GRI 405)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, keempat Laporan
Keberlanjutan menerapkan topik material ini. Dalam laporan tahun
2013-2014, perusahaan memberikan pernyataan bahwa pada tahun
periode laporan ini rasio gaji dasar dan remunerasi antara laki-laki dan
perempuan adalah 1:1, dengan Direksi Perusahaan terdiri dari 6 orang
laki-laki dan 3 orang perempuan. Persentase jumlah karyawan berusia
<20 tahun sebesar 5%, >51 tahun sebesar 2%, 21-25 tahun sebesar
29%, 26-30 tahun sebesar 28%, 31-35 tahun sebesar 14%, 36-40 tahun
sebesar 10%, 41-45 tahun sebesar 8%, 46-50 tahun sebesar 4%.
Persentase karyawan staf perempuan yaitu 36.63% sebagai Manajer,
35.59% sebagai Manajer Senior, dan 28.57% sebagai Direksi.
Pada tahun 2015, total tenaga kerja dengan usia <30 tahun
sebanyak 502 orang perempuan dan 2.868 orang laki-laki, 30-50 tahun
sebanyak 504 orang perempuan dan 2.346 orang laki-laki, >50 tahun
sebanyak 37 orang perempuan dan 94 orang laki-laki. Sedangkan di
tahun 2016, total tenaga kerja dengan usia <30 tahun sebanyak 478
orang perempuan dan 2.496 orang laki-laki, 30-50 tahun sebanyak 534
orang perempuan dan 2.538 orang laki-laki, >50 tahun sebanyak 38
orang perempuan dan 101 orang laki-laki. Pada tahun 2015 dan 2016
posisi Presiden Direktur diduduki oleh satu orang laki-laki. Untuk
posisi Direktur, pada tahun 2015 terdapat 3 orang perempuan dan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
orang laki-laki, Sedangkan pada tahun 2016 diduduki oleh 2 orang
perempuan dan 3 orang laki-laki. Untuk kedudukan Kepala Divisi,
pada tahun 2015 terdapat 19 orang perempuan dan 36 orang laki-laki,
sedangkan ditahun 2016 terdapat 17 orang perempuan dan 31 orang
laki-laki. Diposisi Manajer, pada tahun 2015 terdapat 109 orang
perempuan dan 178 orang laki-laki. Di tahun 2016 terdapat 113
perempuan dan 173 laki-laki.
Pada laporan periode tahun 2017, jumlah karyawan yang
berusia <30 tahun sebanyak 431 perempuan dan 2.123 laki-laki. Usia
30-50 tahun berjumlah 551 perempuan dan 2.753 laki-laki. Usia >50
tahun sebanyak 37 perempuan dan 113 laki-laki. Persentase pegawai
berdasarkan gender pada posisi sebagai Direksi dan Dewan Komisaris
yaitu perempuan sebanyak 35% dan laki-laki sebanyak 65%. Untuk
posisi Manajer, perempuan sebanyak 39% dan laki-laki sebanyak
61%.
Pada laporan periode tahun 2018, jumlah karyawan yang
berusia <30 tahun sebanyak 375 perempuan dan 1.714 laki-laki. Usia
30-50 tahun berjumlah 569 perempuan dan 2.922 laki-laki. Usia >50
tahun sebanyak 28 perempuan dan 121 laki-laki. Persentase pegawai
berdasarkan gender pada posisi sebagai Direktur yaitu perempuan
sebanyak 40% dan laki-laki sebanyak 60%. Untuk posisi Manajer,
perempuan sebanyak 40% dan laki-laki sebanyak 60%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Berdasarkan analisis dari keempat Laporan Keberlanjutan
yang memuat topik material ini, dapat dilihat bahwa dari setiap
tahunnya, tenaga kerja laki-laki lebih banyak dari pada perempuan,
namun pada setiap jajaran pekerjaan perempuan ikut andil
didalamnya. Apa yang tercantum pada laporan mengenai topik
material ini sesuai dengan standar. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja CSR PT. Unilever Indonesia dalam topik material ini
membuahkan hasil yang sama setiap tahunnya.
8) Anti Diskriminasi (G4-HR3)/ Keadilan di Tempat Kerja (GRI-406)
Berdasarkan analisis sebelumnya, topik material ini diterapkan
pada keempat Laporan Keberlanjutan dalam penelitian ini. Dari
keempat laporan, tidak ditemukan adanya laporan terjadinya insiden
diskriminasi, dengan kata lain kinerja CSR terhadap kasus
diskriminasi menghasilkan dampak yang positif.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan topik material ini mempunyai
dampak positif yang sama.
9) Air (G4-EN8)/(GRI-303)
Topik Material Air konsisten diterapkan oleh PT Unilever
dalam empat periode laporan berturut-turut. Dalam setiap tahunnya
perusahaan melaporkan bahwa terjadi peningkatan cara dalam
pengurangan air dan laporan menunjukkan adanya pengurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
penggunaan air. Pada periode laporan tahun 2013/2014, jumlah
konsumsi air sebesar 1.495.150,23 m3 lebih rendah dari nilai di tahun
2008. Pengurangan ini berhasil karena adanya penggunaan kembali
limbah hasil proses produksi untuk lini produksi lain. Selain itu juga
karena adanya alat penampung hujan yang dipasang di semua pabrik
Unilever Indonesia. Dalam laporan tahun ini perusahaan menyatakan
bahwa mendapatkan air dari perusahaan pemasok air di kawasan
industri pabrik berada, dengan investasi sistem perawatan air, sistem
penanganan limbah yang cair, dan pengendalian emisi udara. Seluruh
air limbah dari perusahaan dibuang ke fasilitas pengolahan air limbah
di kawasan industri pabrik berada. Secara rutin, ada Tim Utilitas yang
mengawasi dalam penggunaan air di setiap pabrik Unilever untuk di
data dan selanjutnya data akan dianalisis guna menyempurnakan
sistem dimasa yang akan datang.
Laporan periode 2015-2016 menyajikan inovasi yang
dilakukan perusahaan dalam mengurangi jejak air. Salah satu
contohnya yaitu melalui brand pelembut pakaian „Molto‟ dengan
pesan „satu kali bilas‟ hal tersebut menjadi inovasi yang dapat
menghemat air hingga dua pertiga saat mencuci pakaian. Menurut data
yang ada, kontribusi Molto sekali bilas dapat menghemat air hingga
32.185 juta m3 di tahun 2015 dan naik menjadi 54.677 juta m3 di
tahun 2016. Cara memperoleh air yang dilakukan perusahaan dalam
operasi yang dilaksanakan di pabrik masih sama dengan tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sebelumnya, namun sejak tahun 2015 pabrik perusahaan yang berada
di Cikarang mulai menggunakan teknologi yang bernama Ultra
Filtration dan Reverse Osmosis dan pemasangan hot water boiler
yang mana teknologi tersebut secara signifikan mengurangi
penggunaan air baku serta memaksimalkan daur pakai air. Upaya
lainnya yang dilakukan perusahaan periode tahun 2015-2016 yaitu
membangun sistem penampungan air hujan dengan kapasitas 600m3
di pabrik Skin & Deo Cikarang dan mampu mengurangi konsumsi air
di menara pendingin kompresor sebanyak 60% di tahun 2016,
kemudian dipabrik NSD dilakukan daur ulang limbah serta
menggunakan kembali 100% air dalam pembuatan produk sabun cuci
piring cair dan hal tersebut mampu mengurangi konsumsi air hingga
23%, perusahaan juga melakukan upaya mengurangi pemakaian air
dengan memasang sistem osmosis balik dan Belt Press pada instalasi
ice cream dan teh dengan hasil mengurangi air sebanyak 12,5% di
pabrik es krim serta mengurangi klaim dari kawasan industri karena
COD berada di bawah persyaratan sebanyak 800 ppm. Pada tahun
2016 juga terdapat upaya lain dalam mengurangi pemakaian air di
pabrik dengan daur ulang dan daur pakai air sisa proses keperluan
lain, selain itu perusahaan memperbaiki proses pendinginan air yang
dapat mengurangi pemakaian make-up water di pabrik Skin Care dan
Household Care. Perusahaan juga melakukan upaya pengurangan
penggunaan air yang diterapkan pada pertanian dan perkebunan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
memasok bahan baku ke pabrik dengan cara pendekatan pencegahan
deforestasi dan penerapan pola pertanian yang baik supaya air dapat
dilestarikan, efisiensi pemakaian air dan panen yang produktif. Pada
tahun 2015 intensitas penggunaan air sebesar 1,23 M3/ton produk,
sedangkan ditahun 2016 sebesar 1,19 M3/ton produk.
Laporan periode tahun 2017 dalam mendapatkan air masih
sama dengan periode sebelum-sebelumnya yaitu dari pemasok air dan
pemanfaatan air hujan. Inisiatif untuk mengurangi pemakaian air juga
masih sama dengan laporan tahun 2015/2016 tidak ada perubahan atau
tambahan begitu pula pada pertanian dan perkebunan pemasok.
Meskipun upaya dalam pengurangan pemakaian air sama dengan
tahun sebelumnya, tetapi dari data yang disajikan, terlihat adanya
kenaikan pemakaian air dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 1,205
M3/ton produk dan tidak ada penjelasan alasan terjadinya kenaikan
pemakaian air.
Laporan periode tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat
upaya baru dalam mengurangi penggunaan air dengan program utama
yaitu pengurangan glycerine carry over di pabrik produksi Rungkut.
Upaya lain yang dilakukan yaitu penggunaan kembali air dari proses
clean-in-place (CIP), peningkatan PW pada instalasi pengolahan air
limbah, peningkatan gliserin mentah dan penurunan carry over,
perubahan rencana pemrosesan, pengendalian blowdown secara
otomatis dan Total Dissolved Solids (TDS) untuk boiler, dan Ozone
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
treatment. Pada tahun 2018 ini, ada banyak upaya pula yang dilakukan
untuk mengurangi penggunaan air, namun menurut data penggunaan
air di tahun 2018 menunjukkan kenaikan menjadi sebesar 1,31
m3/ton. Berbeda dengan laporan tahun 2017, laporan tahun 2018 ini
memberikan alasan adanya kenaikan penggunaan air, perusahaan
menyatakan bahwa sudah mengurangi penggunaan secara signifikan
dan kenaikan konsumsi air terjadi karena perubahan prosedur dalam
menjaga kualitas produk yang mana frekuensi pembersihan dilakukan
dua kali dari yang sebelumnya.
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan tersebut, upaya
perusahaan untuk mengurangi penggunaan air semakin banyak setiap
tahunnya. Pada tahun 2013-2014 ke tahun 2015-2016, penggunaan air
semakin berkurang. Akan tetapi pada tahun 2017 dan 2018,
penggunaan air semakin meningkat. Dalam kenaikan penggunaan air
ini, pada laporan tahun 2017 perusahaan tidak memberikan penjelasan
mengenai peningkatan, namun laporan pada laporan tahun 2018,
perusahaan memberikan penjelasan mengenai peningkatan
penggunaan air ini sebabkan karena adanya prosedur tambahan dalam
membersihkan produk untuk menjaga kualitas produk. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever pada topik
material ini mengalami kinerja meningkat pada periode tahun
2013/2014 ke tahun 2015/2016 dan mengalami kinerja yang menurun
pada periode tahun 2017 ke tahun 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
10) Emisi (G4-EN15)/Gas Rumah Kaca (GRI-305)
Topik material emisi/gas rumah kaca konsisten diterapkan oleh
perusahaan ke dalam empat periode laporan keberlanjutan. Menurut
laporan tahun 2013/2014, sumber terbesar emisi gas rumah kaca
adalah dari penggunaan energi yaitu berupa bahan bakar. Bahan bakar
yang digunakan yaitu berupa Light Fuel Oil dan Gas Alam sebagai
energi langsung serta listrik sebagai energi tidak langsung. Berhubung
penggunaan Light Fuel Oil menghasilkan CO2 yang tinggi, maka
perusahaan telah berhasil mengurangi penggunaan bahan bakar
tersebut dengan diganti menggunakan Gas Alam. Hasilnya, ditahun
2013 dam 2014 emisi Sox yaitu 0,0006 dan 0,0002 per ton hasil emisi
Sox ini menjadi paling rendah dari pabrik Unilever di Negara lain.
Langkah lain dalam mengurangi GRK yaitu mengurangi penggunaan
AC dan lift serta mengganti lampu menjadi LED. Selain itu ada
beberapa langkah inisiatif yang dilakukan guna mengurangi GRK
meliputi penggantian ketel konvensional (boiler) dengan ketel air
panas, mengganti penggunaan truk sebagai transportasi logistik
dengan kereta dan menjadi lebih efisien, serta mengganti lemari es
krim yang tadinya menggunakan bahan yang merusak lapisan ozon
dengan lemari es krim yang menggunakan hidrokarbon yang lebih
ramah lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Laporan tahun 2015/2016, dinyatakan bahwa upaya dalam
mengurangi GRK dibarengi dengan upaya efisiensi energi kegiatan
operasi. Pada laporan periode tahun ini, ada banyak upaya yang
dilakukan oleh perusahaan sehingga menghasilkan penurunan hingga
3,9% dari keseluruhan emisi CO2 di lokasi kerja non-manufaktur.
Upaya lain dalam efisien energi untuk mengurangi GRK dalam proses
distribusi dan transportasi dilakukan dengan meningkatkan beban
pengangkutan hingga 90%, mengurangi armada dari gudang ke pabrik
Cikarang hingga 22% dan menekan penggunaan listrik di gudang
sampai 50%. Keberhasilan lain pada periode ini yaitu emisi oksida
sulfur ke udara (Sox) yang mengalami penurunan 6 kali lipat dari
tahun sebelumnya.
Dalam laporan periode 2017, upaya yang dilakukan
perusahaan masih sama dengan periode laporan tahun 2015/2016 dan
hanya ada sedikit perbedaan yaitu dalam modifikasi proses
penggunaan alat yang lebih hemat menggunakan gas water heater,
electrical blower, economizer dan expert fridge. Pada tahun 2017
CO2e yang dihasilkan sebesar 103.048 kg/ton produk lebih kecil
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 105.400 kg/ton produk.
Dalam laporan 2018 perusahaan menyatakan bahwa masih
melanjutkan upaya-upaya yang dilakukan pada tahun 2017 dalam
mengurangi GRK serta upaya lain yaitu pemasangan motor efisiensi
tinggi di jalur pengemasan, pemasangan pemanas beban otomatis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pengurangan kebocoran udara terkompresi dan peningkatan kinerja
kompresor udara, peningkatan kinerja HVAC, pemasangan blowdown
otomatis dan kontrol TDS untuk boiler, pemasangan inverter untuk
pompa transfer, dan pemasangan Ozone treatment, penggantian steam
trap. Upaya tersebut dapat membuahkan hasil sehingga CO2 yang
dihasilkan menjadi 101,69 kg/ton produk dari 103.048 kg/ton produk.
Dari empat laporan yang konsisten menyajikan topik material
Emisi/Gas Rumah Kaca, dari periode tahun 2013/2014 hingga 2018
mengalami penurunan emisi gas rumah kaca yang berarti terdapat
perbaikan dan upaya yang semakin baik dari kinerja CSR perusahaan.
11) Efluen dan Limbah (G4-EN22)/Limbah (GRI306)
Topik material efluen dan limbah konsisten diterapkan
perusahaan dalam empat periode laporan yang ada. Untuk laporan
periode tahun 2013/2014, perusahaan memberi pernyataan bahwa
perusahaan menerapkan prinsip penggunaan kembali, pengurangan,
daur ulang dan eliminasi yang mencangkup limbah pada tahapan
produk dan kemasan. Untuk mengurangi dampak lingkungan,
perusahaan meningkatkan volume bahan mentah yang dapat didaur
ulang. Untuk sampah plastik dan kertas akan didaur ulang oleh
perusahaan, dan sampah akan dijadikan sebagai kompos, kain minyak
sekali pakai diganti kertas minyak yang dapat digunakan berulang
kali. Limbah yang tidak berbahaya didaur ulang dengan cara
dikirimkan ke perusahaan pengolahan yang berlisensi. Air limbah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dikelola dengan mengukur Chemical Oxygen Demand (COD) dan
memastikan kualitas COD sesuai dengan standar yang berlaku
sebelum dibuang ke fasilitas umum. Pada tahun 2013 dan 2014
Unilever berkolaborasi dengan Holcim-Geocycle untuk mendaur ulang
limbah berbahaya yang dihasilkan perusahaan. Dari kolaborasi ini,
perusahaan berhasil mengurangi 50% limbah lumpur dengan didaur
ulang dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Secara umum,
perusahaan mampu mengurangi limbah pabrik sebanyak 79,8% di
tahun 2013 dan 100% di tahun 2014. Pada tahun 2013 limbah
berbahaya yang dihasilkan 0,094 kg/ton produk dan limbah tidak
berbahaya sebesar 2.125 kg/ton produk, sedangkan pada tahun 2014
perusahaan nihil limbah. Perusahaan juga tidak pernah membayar
denda atas pelanggaran lingkungan dan tidak pernah terjadi tumpahan
limbah.
Di tahun 2015/2016, perusahaan melakukan pengelolaan
limbah dengan pendekatan Reduce-Reuse-Recycle (R3) pada semua
limbah yang dihasilkan jenis limbah non-Bahan Beracun Berbahaya
(B3) maupun limbah (B3). Semua limbah padat non B3 digunakan
kembali, didaur ulang, dijadikan kompos atau dibuang dengan cara
ramah lingkungan. Perusahaan juga meminta pemasok agar mengubah
kemasan yang bisa digunakan kembali oleh pemasok. Untuk
pengolahan limbah B3 masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu
bekerja sama dengan Holcim Geocycle. Perusahaan juga mengganti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
lampu merkuri dengan lampu LED. Pada tahun 2016 intensitas limbah
perusahaan naik dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya
perubahan produk yang cenderung memproduksi produk dengan
kemasan yang lebih kecil. Untuk limbah dari pabrik Cikarang
dijadikan sebagai pupuk organik dan digunakan oleh petani di wilayah
Cikampek dan Subang.
Pada tahun 2017, cara perusahaan dalam mengurangi limbah
masih sama dengan tahun 2015/2016. Berdasarkan grafik yang
disajikan perusahaan, tahun 2017 intensitas COD yang dihasilkan
sebanyak 0,16 M3/ton produk, lebih rendah dari tahun 2016 sebesar
0,20 M3/ ton produk. untuk intensitas limbah yang dihasilkan tahun
2017 sebesar 26.230 Kg/ton produk lebih rendah dari tahun 2016 yang
sebesar 26.420. kualitas limbah cair diperbaiki oleh perusahaan
dengan cara mengganti bahan kimia yang digunakan sehingga
cemaran COD dalam air limbah berkurang.
Dalam laporan 2018 ini, perusahaan menyatakan bahwa dalam
mengelola limbah berbahaya dan tidak berbahaya menggunakan
pendekatan full life cycle berbeda dengan tahun 2016 yang
menggunakan pendekatan 3C. pendekatan ini yaitu mengurangi,
menggunakan kembali, mendaur ulang, dan menghilangkan. Di tahun
2018 ini ada banyak upaya yang dilakukan untuk menurunkan limbah
B3 dan non-B3. Upaya untuk menurunkan limbah B3 meliputi
pergantian bahan kimia pengolahan air limbah, mendaur ulang limbah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
laboratorium, mengoptimalkan beltpress untuk mengurangi kadar air
lumpur, CT sludge natural drying, mengurangi glycerine carry over,
menggunakan minyak pelumas sesuai umurnya, mengoptimalkan
sudut scrapper untuk mengurangi limbah, mengolah kembali pasta
gigi, debu sabun halus dan sabun. Upaya yang dilakukan untuk
menurunkan limbah non-B3 yaitu dengan cara mengembalikan
kemasan ke pemasok, memisahkan limbah dengan konsisten untuk
mengoptimalkan pemanfaatannya, meningkatkan kerja sama dengan
pemasok dalam menurunkan limbah, mendaur ulang sampah kebun
dan pekarangan menjadi kompos, membuat perjanjian dengan
penyedia kantin agar mengimplementasikan program zero to landfill.
Total limbah di tahun 2018 sebesar 26.050 kg/ton produk lebih kecil
dibanding tahun 2017 yang sebesar 16.420.
Dari pernyataan yang telah laporkan oleh perusahaan dari
empat periode laporan tersebut, upaya yang dilakukan untuk
menurunkan limbah dari tahun ke tahun semakin banyak dan berhasil
menurunkan limbah dari tahun Ketahun. Hal ini mengindikasikan
adanya peningkatan kinerja CSR berdasarkan topik material ini.
b. Topik Material yang diungkapkan hanya pada periode tahun
2013/2014
1) Privasi Pelanggan (G4-PR8)
Topik material ini hanya diterapkan perusahaan pada laporan
periode 2013/2014 dengan pernyataan bahwa perusahaan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
menerima laporan mengenai pelanggaran data atau privasi pelanggan.
Topik material ini tidak dilanjutkan lagi ke tahun-tahun setelahnya
karena mengenai privasi pelanggan sudah masuk dalam topik
Pelabelan Produk dan Jasa/Layanan Pelanggan. Maka pada tahun-
tahun selanjutnya tidak diberi tanda centang karena pada tahun
selanjutnya topik ini tidak menjadi topik material melainkan masuk
dalam topik material lain. Dan dari data yang diambil dari topik
Pelabelan Produk dan Jasa/Layanan Pelanggan tidak ditemukan
adanya laporan pelanggaran privasi pelanggan/konsumen. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan topik
material ini menghasilkan dampak positif.
2) Produk dan Jasa (G4-EN27)
Topik material ini hanya diterapkan perusahaan untuk laporan
periode 2013/2014 dan tidak dilanjutkan untuk laporan tahun-tahun
selanjutnya. Pada topik ini, perusahaan menyatakan dalam upaya
mengurangi jumlah bahan kemasan dengan cara salah satunya adalah
menggunakan karton daur ulang dan bekerja sama dengan pemasok
untuk mengembangkan solusi yang berfokus mengurangi kemasan.
Semua bahan yang digunakan sudah dievaluasi oleh Pusat Jaminan
Keselamatan Lingkungan dan beberapa proyek sudah dilakukan.
Perusahaan mengupayakan adanya daur ulang kemasan setelah
digunakan. Salah satu cara yang diambil yaitu mendirikan koalisi
nirlaba dengan lima perusahaan multinasional dan nasional dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
nama Koalisi untuk Kemasan Keberlanjutan (Coalition for
Sustainable Packaging-CSP) untuk mengatasi masalah limbah
kemasan pasca penggunaan. Selain itu, perusahaan juga melakukan
program pengumpulan sampah berbasis masyarakat dimana
didalamnya perusahaan mengembangkan program terkait
pengumpulan sampah seperti komunitas bank sampah, pengumpulan
melalui beberapa toko dan rumah penduduk, dan kerja sama dengan
pemulung. Di tahun 2013 perusahaan menerbitkan buku sistem bank
sampah sebagai pengetahuan agar menginspirasi masyarakat untuk
berperan dan peduli terhadap sampah. Di tahun 2014, sebanyak 976
bank sampah berbasis masyarakat Unilever di sepuluh kota besar
berhasil didirikan dan dikembangkan dengan 35.756 anggota dan
2.135 ton sampah anorganik terkumpul dengan nilai penjualan
mencapai Rp 2,84 miliar. Untuk laporan 2015/2016, 2017 dan 2018
tidak menerapkan topik material ini. Menurut Standar GRI topik
material ini tidak dilanjutkan pada Standar GRI 2016 untuk
menghindari duplikasi pelaporan. Topik ini tidak dijadikan topik
material lagi di tahun-tahun selanjutnya karena disesuaikan dengan
standar, maka pada matriks tidak diberikan tanda centang.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja CSR PT. Unilever pada tahun 2013 dan 2014 berdasarkan
topik material ini menghasilkan dampak positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3) Kepatuhan (G4-EN29)
Topik material ini hanya diterapkan perusahaan untuk laporan
periode 2013/2014 dan tidak dilanjutkan untuk laporan tahun-tahun
selanjutnya. Dalam laporan ini perusahaan menyatakan bahwa selama
masa operasional sepanjang tahun 2013 dan 2014, perusahaan tidak
pernah menerima penalti atas pelanggaran hukum dan peraturan yang
terkait dengan lingkungan. Perusahaan juga tidak pernah mendapatkan
laporan terjadinya tumpahan limbah. Untuk laporan 2015/2016, 2017
dan 2018 tidak menerapkan topik material ini dan tidak ada penjelasan
dihentikannya topik material ini.
Berdasarkan analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material Kepatuhan
pada periode 2013/2014 menghasilkan dampak yang positif. Tetapi
untuk laporan periode tahun 2015/2016, 2017 dan 2018 perusahaan
tidak menerapkan topik ini.
4) Transportasi (G4- EN30)
Topik material ini hanya diterapkan perusahaan untuk laporan
periode 2013/2014 dan tidak dilanjutkan untuk laporan tahun-tahun
selanjutnya. Pada topik material ini, perusahaan memberi pernyataan
sebagian besar distribusi melalui kemitraan dan penyedia jasa logistik
pihak ketiga, maka perusahaan bekerja sama dengan mitra logistik
pihak ketiga untuk membantu melacak kinerja lingkungan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
mengurangi jarak tempuh, meminimalkan emisi GRK dan mengurangi
kemacetan di jam-jam sibuk. Perusahaan berupaya untuk
mengoptimalkan jaringan distribusi dan perencanaan rute di seluruh
operasi serta faktor beban angkut di seluruh armada, menggali peluang
dan pilihan untuk memperbaiki transportasi, memperluas cakupan
pengemudi dari perspektif keselamatan hingga efisiensi lingkungan,
meningkatkan efisiensi dan kinerja pergudangan, berinvestasi dalam
inovasi dan teknologi baru. Hingga akhir tahun 2014 perusahaan
berhasil membawa lebih dari 90% daya beban yang berarti ada lebih
banyak produk yang diantarkan dalam sekali jalan dan menghemat
banyak pengeluaran, 60% seluruh unit kontainer BIG MAMA yang
digunakan sehingga semakin banyak produk yang dibawa sekali
angkut dan mengurangi intensitas emisi karbon yang dihasilkan, 22%
pengurangan armada yang mengantarkan bahan baku dari gudang
pusat ke pabrik Cikarang. Untuk laporan 2015/2016, 2017 dan 2018
tidak menerapkan topik material ini. Menurut Standar GRI topik
material ini tidak dilanjutkan pada Standar GRI 2016 untuk
menghindari duplikasi pelaporan. Topik ini tidak dijadikan topik
material lagi di tahun-tahun selanjutnya karena disesuaikan dengan
standar, maka pada matriks tidak diberikan tanda centang.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material
Transportasi menghasilkan hasil yang baik/ dampak positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
c. Topik Material yang diungkapkan pada periode tahun 2013/2014
dan tahun 2015/2016
1) Energi (G4-EN5, EN6)
Topik material ini hanya diterapkan oleh perusahaan dalam
laporan periode tahun 2013/2014 dan 2015/2016. Untuk laporan
periode tahun 2013/2014 perusahaan menyajikan intensitas energi
yang digunakan pada tahun 2013 sebesar 1.077 kg/ton dan 1.016
kg/ton untuk tahun 2014. Untuk laporan periode tahun 2015/2016
perusahaan menyajikan intensitas energi yang digunakan pada tahun
2015 yaitu sebesar 0,95 GJ/Ton produk, sedangkan pada tahun 2016
sebesar 0,89 GJ/Ton Produk. Untuk tahun 2017 dan 2018 tidak
menerapkan topik material ini karena sudah jadi satu dengan topik
material Emisi GRK, maka pada matriks tidak diberikan tanda
centang. Berdasarkan hasil yang dilihat pada tahun 2013 ke tahun
2015, intensitas penggunaan energi semakin menurun tiap tahunnya,
yang berarti bahwa upaya perusahaan dalam mengurangi
penggunaan energi semakin baik.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material Energi
mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2015 dengan
semakin menurunnya penggunaan energi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
d. Topik Material yang diungkapkan pada periode 2013/2014, 2017,
dan 2018
1) Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan (G4-PR1)/Tanggung Jawab
Produk (GRI-416)
Dari keempat Laporan Keberlanjutan, laporan tahun 2015-
2016 tidak menyampaikan topik ini dan tidak ditemukan keterangan
mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun 2015/2016.
Hanya saja laporan yang menggunakan Standar G4 memberi nama
topik ini dengan nama Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
sedangkan untuk laporan yang menggunakan Standar GRI menamai
topik ini dengan nama Tanggung Jawab Produk.
Pada laporan tahun 2013-2014, perusahaan memberikan
pernyataan bahwa perusahaan berhati-hati dalam memilih bahan
baku untuk produk yang dibuat. Perusahaan menerapkan kebijakan
ketat pada seluruh proses produksi di pabrik dan dalam melakukan
pengujian produk serta cermat dalam memperhatikan label produk.
Prosedur ini dilaksanakan sebelum produk dikirim dan
didistribusikan kepada konsumen. Semua produk yang dihasilkan
harus memenuhi dua kriteria yaitu memberikan kualitas produk yang
telah disepakati kepada konsumen dan memastikan bahwa produk
aman, bebas dari bahaya fisik, mikrobiologi, toksikologi dan alergen.
Perusahaan hanya menggunakan pengawet apabila produk berisiko
terkontaminasi dan apabila memang dibutuhkan pengawet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Penggunaan pengawet juga diawasi dengan ketat. Sebelum pengawet
digunakan, dilakukan prosedur ilmiah terlebih dahulu yang
dilakukan oleh Pusat Jaminan Keselamatan dan Lingkungan Hidup
Unilever dan bekerja sama dengan BPOM dalam memastikan
takaran berdasarkan hukum dan peraturan yang terkait. Pada tahun
2014, semua produk perawatan tubuh sudah memenuhi peraturan
penggunaan pengawet BPOM mengenai Persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika. ASEAN Cosmetic Directive, dan European Cosmetic
Regulation. Semua produk makanan juga sudah memenuhi Peraturan
BPOM mengenai Penerapan Batas Maksimum Pengawet Makanan.
Untuk memastikan kualitas dan keamanan produk, perusahaan
menerapkan Praktik Manufaktur yang Baik (Good Manufacturing
Practices-GMP) dan telah diakui secara internasional. Perusahaan
menggunakan sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(Hazard Analysis and Critical Control Point-HACCP). Sistem ini
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengawasi apabila terdapat
bahaya keamanan pangan dan risiko kontaminasi yang meliputi
seluruh proses produksi. Dalam pemilihan materi dan bahan baku,
setiap produk harus menggunakan bahan yang disetujui oleh Pusat
Jaminan Keselamatan dan Lingkungan Hidup Unilever.
Penyimpanan baik bahan baku maupun barang jadi disimpan di
gudang perusahaan dengan menerapkan standar keselamatan
konsumen dan praktik pergudangan yang ketat dan baik. Perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
juga bekerja sama dengan pihak ketiga dengan perusahaan logistik
dan mitra distribusi yang sudah memenuhi persyaratan Sistem
Kualifikasi Pemasok Unilever dan Standar International BRC untuk
menyimpan dan mendistribusikan. Untuk melindungi konsumen dari
produk palsu, perusahaan memantau secara rutin di pasar melalui
tenaga penjualannya. Apabila ditemukan adanya produk palsu yang
berlabelkan nama Unilever, perusahaan akan mengirimkan surat
peringatan kepada pemilik toko untuk menarik produk tersebut dan
berhenti menjualnya. Apabila yang bersangkutan tetap menjual
produk palsu tersebut, maka perusahaan bersama dengan pihak
berwenang akan melakukan razia dan penyitaan barang-barang palsu
tersebut. Perusahaan juga akan mencari produsen yang membuat
produk palsu dan menghentikan pemalsuan langsung dari
sumbernya. Selain itu, untuk membuat konsumen lebih percaya
terhadap keselamatan mereka, perusahaan menjadi anggota aktif
Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP).
Tahun 2017, perusahaan menyatakan bahwa produk yang
berkualitas dan aman adalah salah satu strategi yang diprioritaskan.
Dalam proses pembuatan produk yang aman dan berkualitas terdapat
langkah-langkahnya. Dimulai dari seleksi atas bahan baku dari
pemasok yang harus sesuai dengan visi keberlanjutan perusahaan.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 diterapkan di semua pabrik home
& personal care, Sistem Manajemen Keamanan Pangan FSSC22000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
diterapkan di semua pabrik food & refreshment, dan Good
Manufacturing Practice di pabrik-pabrik serta Good Warehousing
Practice di rantai distribusi yang mana menjadi bentuk jaminan
tanggung jawab atas kualitas dan keamanan produk Unilever
Indonesia. Tahun ini pula seluruh pabrik Unilever Indonesia sudah
mendapat Sertifikat Jaminan Halal. Dalam melindungi konsumen
dari produk palsu, perusahaan melakukan beberapa pendekatan,
meliputi;
a) Memberdayakan armada penjual (sales) perusahaan yang
merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan
konsumen dan retailer untuk mengidentifikasi produk-produk
palsu di pasar.
b) Bersama pihak yang berwenang untuk secara rutin memantau
keadaan pasar.
c) Bersama dengan Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan
(MIAP) aktif memerangi pemalsuan dengan memberikan
edukasi kepada masyarakat tentang dampak buruk produk
palsu.
d) Bekerja sama dengan pihak berwenang dalam edukasi
pengenalan produk palsu.
e) Menindaklanjuti kasus-kasus terjadinya pemalsuan produk
sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
f) Menerapkan aplikasi GUARD Tool. GUARD adalah sebuah
sistem elektronik untuk melawan produk palsu. Perangkat ini
meningkatkan pengetahuan dan pendidikan internal dalam
bentuk modul-modul pembelajaran elektronik.
g) Unilever Indonesia telah menerbitkan booklet sebagai panduan
untuk tim operasional ketika menemukan adanya indikasi
produk palsu di pasar.
h) Melindungi merek terdaftar agar tidak dipergunakan oleh
pihak lain.
Perusahaan juga menghormati privasi konsumen yang sudah
berinteraksi dengan perusahaan dengan menyimpan semua data
konsumen secara aman dalam sistem penjualan global Unilever.
Untuk isi topik material ini di laporan tahun 2018 masih sama
dengan tahun 2017.
Dari analisis tersebut dapat terlihat bahwa setiap tahun,
upaya perusahaan dalam melindungi konsumen dan menunjukkan
pertanggungjawabannya terhadap produk semakin banyak. Namun
topik material ini berhubungan dengan keluhan konsumen yang
diterima perusahaan. Menurut catatan, keluhan konsumen yang
masuk, setiap tahunnya bertambah.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
material ini menghasilkan hasil kinerja yang menurun sesuai dengan
keluhan konsumen yang semakin bertambah setiap tahunnya.
2) Penilaian Kinerja HAM Pemasok (G4-HR10)/ Bahan Baku
Berkelanjutan (GRI 414)
Berdasarkan identifikasi yang sudah dilakukan sebelumnya,
topik material ini hanya diterapkan pada laporan periode tahun
2013/2014, 2017 dan 2018 dan tidak ditemukan keterangan
mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun 2015/2016.
Pada laporan ketiga periode tersebut, perusahaan hanya menyatakan
bahwa perusahaan mempublikasikan standar hak asasi manusia
kepada seluruh karyawan, konsumen, pemasok dan mitra bisnis
sebagai bagian dari kriteria pemilihan pemasok pihak ketiga.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja CSR pada topik ini sama setiap tahunnya karena
hanya mengenai standar Hak Asasi Manusia.
3) Praktik Pengadaan (G4-EC9)/ Bahan Baku Berkelanjutan (GRI-
204)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat terlihat
bahwa dari keempat Laporan Keberlanjutan, laporan periode
2015/2016 tidak mengungkapkan topik material Praktik
Pengadaan / Bahan Baku Berkelanjutan dan tidak ditemukan
keterangan mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada
tahun 2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Pada periode 2013-2014, dalam laporan menyatakan
bahwa perusahaan bekerja sama dengan 500 pemasok lokal.
Pemasok lokal yang dimaksud adalah produsen sawit, produk
kimia dasar dan pemasok dengan keahlian khusus. Dalam laporan
ini perusahaan menyajikan tabel yang menunjukkan pengadaan 4
produk terbesar perusahaan yang berasal dari petani kecil. Untuk
mendapatkan pasokan kacang kedelai hitam, perusahaan
mempunyai 9 petani sebagai pemasok yang berasal dari Indonesia
dengan nilai pengadaan pada tahun 2013 sebesar 0.5 juta Euro dan
0.7 juta Euro di tahun 2014. Untuk mendapatkan pasokan gula
kelapa, perusahaan mempunyai 11 petani dari Indonesia dan
Myanmar dengan nilai pengadaan sebesar 45 juta Euro di tahun
2013 dan 48.4 juta Euro di tahun 2014. Dalam pengadaan minyak
sawit, pemasok perusahaan sebanyak 6 petani dari Indonesia
dengan nilai pengadaan 82 juta Euro di tahun 2013 dan 100 juta
Euro di tahun 2014. Untuk pasokan teh, perusahaan mempunyai
12 petani pemasok dari Indonesia, Afrika, India Utara, Sri Lanka,
dan Vietnam dengan nilai pengadaan di tahun 2013 sebesar 9 juta
Euro dan 11.5 juta Euro ditahun 2014.
Dalam laporan periode 2017 dan 2018, tidak ditemukan
adanya pengungkapan mengenai topik material ini. Sehingga ada
kemungkinan bahwa perusahaan tidak mengungkapkan topik
material ini. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
dapat di tarik kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever
Indonesia berdasarkan topik material ini hanya terlihat pada
periode 2013/2014 yang menunjukkan kinerja CSR yang tetap.
4) Penilaian Kinerja Pemasok terkait Lingkungan (G4-EN33)/ Bahan
Baku Berkelanjutan (GRI-308)
Topik material ini diterapkan perusahaan pada laporan
periode tahun 2013/2014, 2017 dan 2018 dan tidak ditemukan
keterangan mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun
2015/2016. Dalam laporan tahun 2013/2014 perusahaan
mengungkapkan bahwa untuk menjadi pemasok, calon pemasok
harus menjalani proses audit untuk penilaian kinerja yang
didasarkan atas ketahanan uji, manajemen mutu, manajemen
lingkungan, hak asasi manusia dan isu sosial lainnya yang sudah
tercantum kedalam standar-standar perusahaan. Pemasok juga
disyaratkan untuk memenuhi standar kesehatan, keamanan dan
perlindungan lingkungan dari perusahaan. Pada laporan periode
tahun 2017, kriteria calon pemasok masih sama dengan tahun
2015/2016. Namun pada tahun 2017 perusahaan membuat kembali
Responsible Sourching Policy (RSP) sebagai rangkaian persyaratan
yang wajib dipenuhi oleh pemasok. Masih sama dengan laporan
2017, laporan tahun 2018 juga mewajibkan pemasok memenuhi
persyaratan RSP. Selain itu pada tahun 2018 ini, secara global
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
perusahaan bertujuan untuk menyertifikasi 40 pemasok awal
terhadap Unilever Sustainable Agriculture Code (USAC) 2017.
Dilihat dari tiga periode laporan yang disajikan perusahaan,
topik material ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun
perusahaan mengupayakan pengembangan kriteria pemasok yang
berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja CSR PT.
Unilever dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja yang semakin
meningkat.
5) Penilaian Kinerja Pemasok terkait Praktik (G4-LA14)
Berdasarkan identifikasi yang sudah dilakukan
sebelumnya, pada laporan tahun 2013/2014 perusahaan
mempublikasikan Kode Etika Bisnis Perusahaan, standar praktik
ketenagakerjaan, standar hak asasi manusia, dan standar
operasional Unilever Indonesia kepada semua karyawan,
konsumen, pemasok, mitra bisnis yang signifikan, berbagai
badan, event organizer dan kontraktor sebagai bagian dari
kriteria pemilihan pemasok dari pihak ketiga. Para pemasok
produk teh perusahaan telah diaudit dan mendapat sertifikat dari
Rainforest Alliance. Tantangan yang dihadapi perusahaan adalah
memperkenalkan prinsip dan implementasi dari Rainforest
Alliance. Dengan program sekolah petani, perusahaan berhasil
meningkatkan persentase teh bersertifikat Rainforest Alliance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
yang berasal dari petani lokal. Laporan Periode 2015/2016 tidak
menerapkan topik ini dan tidak ditemukan keterangan mengenai
tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun 2015/2016.
Laporan periode tahun 2017, syarat agar menjadi
pemasok yang diakui oleh perusahaan, calon pemasok harus
menjalani proses audit untuk penilaian kinerja berdasarkan
ketahanan uji, manajemen mutu, manajemen lingkungan, hak-
hak asasi manusia dan isu sosial yang tercantum dalam standar
perusahaan. Semua pemasok juga wajib untuk memenuhi standar
kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan dari
perusahaan. Pada tahun 2017 perusahaan meluncurkan
Responsible Sourching Policy (RSP) sebagai persyaratan wajib
apabila pemasok ingin bekerja sama dengan Unilever. RSP berisi
prinsip fundamental sebagai berikut:
a) Bisnis dilakukan secara sah dan berintegritas.
b) Pekerjaan dilakukan atas dasar kesepakatan bersama dan
terdokumentasi dalam persyaratan ketenagakerjaan.
c) Semua pekerja diperlakukan sama dan penuh hormat dan
serta bermartabat.
d) Pekerjaan dilakukan atas kemauan sendiri.
e) Semua pekerja berusia layak untuk bekerja.
f) Semua pekerja dibayar dengan upah yang wajar.
g) Jam kerja untuk semua pekerja harus wajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
h) Semua pekerja bebas menggunakan atau tidak
menggunakan haknya untuk membentuk dan/atau
bergabung dengan serikat pekerja; dan untuk melakukan
tawar-menawar secara kolektif.
i) Kesehatan dan keselamatan pekerja dilindungi di tempat
kerja.
j) Pekerja memiliki akses ke prosedur dan pemulihan yang
wajar.
k) Hak tanah masyarakat, termasuk masyarakat adat, akan
dilindungi dan dijunjung tinggi.
l) Bisnis dilakukan dengan cara-cara yang mengedepankan
keberlanjutan dan mengurangi dampak negatif
lingkungan.
Ditahun 2018 masih sama dengan tahun 2017 yaitu
pemasok harus mematuhi Responsible Sourching Policy (RSP).
Perusahaan akan memverifikasi penyelarasan dan penerapan
persyaratan wajib RSP melalui deklarasi mandiri pemasok,
penilaian online, serta penilaian risiko tinggi termasuk audit
pihak ketiga. Dasar-dasar dari RSP masih sama dengan tahun
2017.
Dari tiga laporan mengenai topik material ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kinerja CSR dari
laporan periode tahun 2013 ke tahun 2017, yang dapat dilihat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
tahun 2017 perusahaan meluncurkan RSP yang menjadi seleksi
sosial pemasok. Adanya RSP yang dibuat perusahaan, dapat
membantu perusahaan dalam menilai calon pemasok. Upaya
yang dilakukan perusahaan dengan membuat RSP menunjukkan
bahwa dari tahun ke tahun perusahaan memedulikan
keberlanjutan lingkungan dan peduli terhadap kehidupan para
pemasok yang menjadi pemangku kepentingan perusahaan.
e. Topik Material yang diungkapkan perusahaan pada periode
2018
1) Keadilan di Tempat Kerja (G4-HR1)/Asesmen Hak Asasi
Manusia (GRI-412)
Berdasarkan identifikasi keberadaan topik material ini
pada keempat Laporan Keberlanjutan, topik ini hanya
diterapkan pada laporan periode 2018. Untuk laporan periode
2013 hingga 2016 tidak ditemukan adanya pengungkapan topik
ini dan tidak ditemukan keterangan mengenai alasan tidak
diterapkannya topik ini. Pada laporan tahun 2017 perusahaan
memberi pernyataan mengenai isi topik ini namun diluar dari
Laporan Keberlanjutan. Yang berarti hanya laporan tahun 2018
saja yang melaporkan mengenai topik material ini. Pada tahun
2018, perusahaan menyatakan bahwa dalam menanamkan
pentingnya hak asasi manusia di perusahaan dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
berbagai upaya seperti pemberantasan kerja paksa di rantai
pasokan, meningkatkan kesadaran dan kegiatan pelatihan,
kompensasi yang adil.
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, kinerja
CSR berdasarkan topik material ini menyatakan hasil yang
positif dengan dilakukannya berbagai upaya yang
mencerminkan keadilan serta mewujudkan HAM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menentukan Topik Material Laporan Keberlanjutan, PT.
Unilever Indonesia Tbk belum sesuai dengan Standar G4 dan GRI 2016
karena tidak mengikuti langkah demi langkah sesuai dengan standar.
Kemudian untuk kinerja CSR PT. Unilever Indonesia tidak selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa topik yang
mengalami peningkatan yaitu Topik Material Anti Korupsi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Pelatihan dan Pendidikan, Masyarakat Lokal/ Bisnis
Inklusif / Peluang untuk Perempuan / Kesehatan dan Kebersihan, Emisi,
Efluen dan Limbah, Energi, Penilaian Kinerja Pemasok Terkait Praktik,
dan Topik Material Penilaian Kinerja Pemasok terkait Lingkungan. Untuk
topik material yang mengalami penurunan yaitu Topik Material Pelabelan
Produk dan Jasa, dan Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan. Ada pula
topik material yang mengalami kenaikan di tahun 2013-2014 ke tahun
2015-2016 dan berlanjut mengalami penurunan pada tahun 2017 dan 2018
yaitu Topik Material Air. Yang terakhir, topik material dengan
pengungkapan sama tiap tahunnya, baik yang terjadi karena beberapa
faktor seperti, hanya dilaksanakan dalam satu periode laporan atau
memang hasil dari tahun ke tahun selalu sama. Topik material yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dimaksud yaitu Topik Material Privasi Pelanggan, Produk dan Jasa,
kepatuhan, Transportasi, Penilaian Kinerja HAM Pemasok,
Ketenagakerjaan, Keberagaman dan Kesempatan yang Setara, Anti
Diskriminasi, Praktik Pengadaan/Bahan Baku Berkelanjutan, dan Topik
Material Keadilan di Tempat Kerja/Asesmen Hak Asasi Manusia
B. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan dokumen yang
memebuat peneliti tidak menemukan dokumen yang berisi
pernyataan/keterangan dalam Laporan Keberlanjutan perusahaan
mengenai topik material yang tidak dilanjutkan ataupun topik material
yang sudah tidak menjadi signifikan bagi perusahaan.
C. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Perusahaan membuat Laporan Keberlanjutan yang isinya sesuai
dengan topik material dan topik material juga terlampir dalam
indeks beserta letak isi topik material yang dimaksud di dalam
laporan. Akan lebih baik apabila Laporan Keberlanjutan
selanjutnya dibuat seperti laporan tahun 2013-2014 dan 2015-
2016 yang mana setiap paragraf pernyataan, dibawahnya diberi
tanda Indeks Standar GRI yang dimaksud. Serta lebih lengkap
menyertakan pernyataan apabila perusahaan menimbulkan suatu
dampak baik negatif maupun positif di semua Topik Material.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
2. Akan lebih baik apabila pemerintah membuat kebijakan bagi
semua pelaku usaha untuk membuat Laporan Keberlanjutan untuk
mendorong pelaku usaha dalam bertanggung jawab kepada sosial
dan lingkungan dan memberikan sanksi bagi pelaku usaha yang
tidak bertanggung jawab.
3. Bagi penelitian selanjutnya untuk menambah variabel penelitian
yang sesuai isi Standar GRI agar hasil penelitian dapat mendorong
perusahaan untuk semakin menyesuaikan laporan dengan Standar
GRI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Y. (2013). Hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja karyawan PT. PLN
(Persero) Area Malang. 14.
Bonnafous, M., Boucher, & Pesqueux, Y. (2005). Stakeholder Theory A European
Perspective. New York: PALGRAVE MACMILLAN.
Fahmi, I. (2010). Manajemen Kinerja. Bandung: Alfabeta.
Freeman, R. E. (1984). Strategic Management : A Stakeholder Approach . boston: Pitman
Publishing Inc.
GSSB. (t.thn.). GRI STANDARDS. Diambil kembali dari GRI :
https://www.globalreporting.org/standards
Indonesia, G. (2018, October 4). Diambil kembali dari GREENPEACE:
https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/1052/greenpeace-
menemukan-lebih-dari-700-merek-sampah-plastik-dari-tiga-lokasi/
Indonesia, P. U. (t.thn.). Berita dan Media. Diambil kembali dari www.unilever.co.id:
https://www.unilever.co.id/news/press-releases/2016/Unilever-Indonesia-Raih-
Beragam-Penghargaan-2016.html
Initiative, G. R. (t.thn.). GRI Standards Download Homepage. Diambil kembali dari
www.globalreporting.org: https://www.globalreporting.org/standards
Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
mardikanto, t. (2014). Corporate Social Responsibility (tanggung Jawab Sosial
Perusahaan). bandung: Alfabeta.
Natta, D. (t.thn.). GRI G4 Versi Indonesia. Diambil kembali dari Academia:
https://www.academia.edu/17948172/GRI_G4_Versi_Indonesia
NCSR. (t.thn.). Diambil kembali dari National Center For Sustainability Reporting:
https://www.ncsr-id.org/id/
Peraturan Pemerintah No.47 . (2012).
PT. Unilever Indonesia Tbk. (2020, Agustus). Information. Diambil kembali dari Unilever
Indonesia: https://www.globalreporting.org/information/sustainability-
reporting/Pages/default.aspx
PT. Unilever Indonesia. (t.thn.). Unilever Indonesia. Diambil kembali dari Unilever:
https://www.unilever.co.id/
Reporting, A. S. (t.thn.). Daftar Peringkat. Diambil kembali dari www.ncsr-id.org:
https://www.ncsr-id.org/id/asia-sr-rating/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
122
Unilever . (t.thn.). Tentang kami. Dipetik April 17, 2019, dari Unilever Indonesia:
https://www.unilever.co.id/about/
Unilever Indonesia. (2019). Diambil kembali dari Unilever : https://www.unilever.co.id/
Unilever Indonesia. (t.thn.). Brand kami. Dipetik April 17, 2019, dari Unilever Indonesia:
https://www.unilever.co.id/brands/
Unilever Indonesia. (t.thn.). Kehidupan Berkelanjutan. Dipetik April 17, 2019, dari
Unilever Indonesia: https://www.unilever.co.id/sustainable-living/
Unilever. (t.thn.). Tentang kami. Dipetik April 17, 2020, dari unilever Indonesia:
https://www.unilever.co.id/about/
Untung, B. (2014). CSR dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI