ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk.
TAHUN 2004-2013
Oleh :
Julia Sahetapy
NIM : 232010128
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.
Amsal 1:7
Letakkan Tuhan ditengahnya, maka semuanya akan menjadi
indah!
ORA et LABORA
Orang yang menabur sambil mencucurkan air mata, akan
menuai dengan bersorak sorai.
vii
ABSTRACT
The bank conditions in Indonesia after the financial crisis pushed the
parties involved to conduct an assessment of the performance of the bank.
Finantial ratio anylisis can help business, goverments, and other users of
financial statements in assessing the financial condition and the bank
performance. Goal from this research is to analyst Bank Rakyat Indonesia’s
financial performance based on ROA, CAR, NPL, LDR ratio. Data research
include secondary data which is get by financial report publication of Bank
Indonesia and annual report of Bank Rakyat Indonesia. Data is analyzed using
ratio analysis technique by analyze Bank Rakyat Indonesia’s financial report
post. Conclusion of Bank Rakyat Indonesia financial performance 2004-2013
based on ROA, NPL, CAR, and LDR fluctuated every year. Factor of Bank Rakyat
Indonesia’s financial performance fluctuated are impact of economic condition in
a global and policy from bank management. This condition which make bank must
do an evaluation for every operational activity dan financing.
Keywords : ROA, CAR, NPL, LDR
viii
SARIPATI
Kondisi perbankan di Indonesia pasca krisis moneter mendorong
berbagai pihak yang terlibat didalamnya untuk melakukan penilaian atas kinerja
bank. Analisa rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak
pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi
keuangan dan kinerja bank. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa
kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia berdasarkan rasio ROA, NPL, CAR,
LDR. Data penelitian meliputi data sekunder yang diperoleh melalui laporan
keuangan publikasi Bank Indonesia dan laporan tahunan Bank Rakyat Indonesia.
Data dianalisis menggunakan teknik analisis rasio. Kesimpulan kinerja keuangan
Bank Rakyat Indonesia tahun 2004-2013 dilihat dari ROA, NPL, CAR, dan LDR
berfluktuasi setiap tahun. Faktor penyebab kinerja keuangan Bank Rakyat
Indonesia berfluktuasi yaitu dampak dari kondisi perekonomian secara global dan
kebijakan dari manajemen bank. Keadaan inilah yang mengharuskan bank untuk
selalu melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan operasional dan
pendanaannya.
Kata kunci : ROA, CAR, NPL, LDR
ix
KATA PENGANTAR
Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan menghasilkan profit, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas yang tinggi merupakan
tujuan utama setiap perusahaan. Jika profitabilitas bank meningkat, maka kinerja
bank juga meningkat. Untuk dapat meningkatkan kinerjanya, bank harus memiliki
modal yang cukup untuk kesinambungan operasionalnya, memperhatikan setiap
dana (kredit) yang diberikan kepada masyarakat, dan memenuhi semua kewajiban
finansialnya dengan memperhatikan segala risiko yang ada.
Dalam penulisan skripsi ini dilakukan penelitian mengenai Analisis
Kinerja Keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Tahun 2004-2013.
Skripsi ini merupakan karya penulis, sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Kristen Satya Wacana.
Penulis mengharapkan saran, kritik, dan koreksi yang membangun
terhadap kekurangan skripsi guna perbaikan penelitian serupa di kemudian hari.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Salatiga, 1 Agustus 2015
Penulis
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas anugerahNya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk. Tahun 2004-2013” ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terkait
penulisan dan penyajian skripsi ini untuk kemajuan bersama.
Dalam mewujudkan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dan
dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku dosen pembimbing,
terima kasih banyak atas segala bimbingan, kesabaran, serta petunjuk
Beliau dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE., ME., PhD selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana.
4. Ibu Yeterina Widi Nugrahanti, selaku wali studi, terima kasih atas
segala bimbingan selama masa studi di UKSW.
5. Seluruh dosen UKSW yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan serta seluruh civitas akademika UKSW.
6. Seluruh keluarga besar penulis, papa, mama, dan kakak, yang telah
senantiasa memberikan dukungan baik moril dan materiil.
7. Irvan Christy, selaku pasangan yang selalu memberi motivasi dan
dukungan.
8. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Semoga segala
budi baik dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan
skripsi ini mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Salatiga, 1 Agustus 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................. v
SARIPATI .............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
PENDAHULUAN...................................................................................... ............. 1
KAJIAN PUSTAKA... ............................................................................................. 6
Profitabilitas .................................................................................................... 6
Return On Assets (ROA) ................................................................................ 7
Non Performing Loan (NPL) .......................................................................... 7
Capital Adequacy Ratio (CAR) ..................................................................... 9
Loan to Deposit Ratio (LDR) ...................................................................... 10
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 12
Jenis dan Sumber Data.................................................................................. 12
Teknik Analisis Data dan Langkah-Langkah Analisis ................................. 12
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 13
Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 13
Hasil Analisis Data dan Pembahasan ........................................................... 13
PENUTUP .............................................................................................................. 23
Kesimpulan .................................................................................................. 23
Keterbatasan ................................................................................................. 23
Saran ............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 25
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 27
LAMPIRAN ........................................................................................................... 28
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia ............................................... 14
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perkembangan ROA Bank Rakyat Indonesia. ....................................... 15
Grafik 2 Perkembangan NPL Bank Rakyat Indonesia ......................................... 18
Grafik 3 Perkembangan CAR Bank Rakyat Indonesia ........................................ 20
Grafik 4 Perkembangan LDR Bank Rakyat Indonesia ........................................ 22
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Kinerja Keuangan Bank Rakyat Indonesia............................. 29
Lampiran 2 Tabel Kualitas Aktiva Produktif Bank Rakyat Indonesia ............... 30
Lampiran 3 Tabel Perkembangan Return On Assets (ROA) .............................. 31
Lampiran 4 Tabel Perkembangan Non Perfoarming Loans (NPL) ..................... 32
Lampiran 5 Tabel Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) .................... 33
Lampiran 6 Tabel Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) ....................... 34
1
PENDAHULUAN
Berbagai krisis perekonomian global telah terjadi sejak beberapa tahun
lampau. Mutasi krisis dari waktu ke waktu tersebut memberi dampak yang
berbeda pada wajah perekonomian global. Krisis ekonomi global yang terjadi
tentunya tidak terlepas dari over spending pelaku ekonomi di Amerika Serikat
yang membutuhkan sumber pembiayaan tinggi, khususnya sejak akhir tahun
1990-an. Perilaku over spending yang terjadi menyebabkan aliran dana mengalir
deras masuk untuk mendanainya karena defisit neraca berjalan, fiskal dan saving
investment membutuhkan financing.
Di awal tahun 2000-an kondisi ekonomi global relatif stabil dan terjadi
tren penurunan suku bunga di banyak negara. Rendahnya suku bunga dalam
periode yang cukup panjang membangkitkan kegiatan ekonomi yang didanai oleh
kredit, sehingga munculnya banyak produk finansial yang semakin rumit. Selain
itu, rendahnya suku bunga mendorong para investor mencari aset yang memiliki
imbal hasil lebih tinggi untuk menempatkan modalnya. Penurunan suku bunga
juga menyebabkan tersedianya dana murah sehingga mendorong tumbuhnya
kredit secara berlebihan. Kinerja perbankan pada semester I-2008 cukup
mengesankan, ditandai dengan permodalan yang cukup tinggi, ekspansi kredit
yang menggembirakan disertai dengan terjaganya kualitas kredit, sehingga
likuiditas dan rentabilitas perbankan terjaga (Informasi Data Keuangan BRI).
Pada semester II-2008, kepercayaan terhadap sistem perbankan global
sempat goyah sejalan dengan meningkatnya krisis ekonomi global yang terjadi.
Kondisi likuiditas global yang ketat berimbas pada segmentasi dan relatif ketatnya
likuiditas pada beberapa bank domestik, meskipun secara sistem likuiditas tetap
mencukupi. Untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat, pemerintah menaikkan
penjaminan simpanan pihak ketiga dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 2 miliar.
Kualitas kredit Bank BRI tetap terjaga baik, sebagaimana tercermin pada NPL
tahun 2008 yang berada cukup jauh dibawah standar maksimum yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 2,8%. Namun, ekspansi kredit lebih tinggi dari
peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) ditengah ketatnya likuiditas global
sehingga mempengaruhi likuiditas antarbank. Disisi lain, permodalan bank
2
tercatat masih berada jauh diatas benchmark internasional dan standar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, meski relatif menurun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, sejalan dengan ekspansi kredit untuk pembiayaan ekonomi
domestik.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 cukup memberi
dampak yang signifikan terhadap perekonomian domestik. Akan tetapi, kinerja
Bank BRI relatif stabil yang tercermin dari terjaganya kualitas kredit, permodalan
bank yang berada jauh diatas standar, dan likuiditas serta rentabilitas bank yang
juga terjaga dengan baik. Selain itu, kestabilan kinerja perbankan disebabkan oleh
manajemen bank yang baik sehingga profitabilitasnya tetap meningkat. Usaha
sektor perbankan untuk meningkatkan kinerjanya tidak terlepas dari tujuan umum
sebuah perusahaan didirikan yaitu untuk menghasilkan laba atau keuntungan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Wijaya dan Hadianto, 2008).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam
kegiatan operasionalnya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
(Bangun dan Wati, 2007: 109). Karena profit merupakan tujuan utama, maka
setiap perusahaan termasuk bank harus tetap mempertahankan dan meningkatkan
kinerjanya. Jika profitabilitas meningkat, maka kinerja bank pun akan meningkat
dan efisien. Kinerja suatu perusahaan perbankan dapat diukur dengan
menggunakan rasio ROA (Return on Asset), karena rasio ini menunjukkan
hubungan antara earning dan assets, dimana ketika bank mampu mengelola aset
yang dimilikinya sebaik mungkin dengan tetap mempertahankan aktiva produktif
yang berkualitas serta meningkatkan manajemen bank yang solid, tentunya tingkat
return atas pengelolaan aset tersebut akan lebih tinggi sehingga bank akan
memperoleh earning yang besar (Astohar, 2009). Semakin besar ROA suatu bank,
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh bank
tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset
(Dendawijaya, 2009:118).
Sebagai penyalur dana kepada masyarakat, bank tentunya memliki harapan
bahwa ketika kredit itu diberikan atau disalurkan akan ada pengembalian dana
dari nasabah beserta dengan bunganya. Tetapi pada kenyataannya tidak selalu
3
demikian yang terjadi, sehingga menyebabkan timbulnya kredit bermasalah (Non
Performing Loans). Padahal, tingkat keberlangsungan usaha perbankan berkaitan
erat dengan aktiva produktif yang dimiliki, sehingga setiap penanaman atau
penyaluran dana bank perlu dinilai kualitasnya. Kualitas kredit menurut Peraturan
Bank Indoensia terbagi atas kredit lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan, dan macet (PER 14/15/PBI/2012). Penggolongan kualitas kredit
tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum PPAP yang
wajib dibentuk oleh bank untuk menutupi risiko kredit atau penyaluran dana. NPL
mencerminkan risiko kredit, sehingga untuk mengatasi risiko kredit, bank perlu
melakukan upaya peninjauan, penilaian, dan peningkatan terhadap agunan untuk
memperkecil risiko pembiayaan (Ali, 2004). Semakin kecil NPL maka semakin
kecil pula risiko kredit yang akan ditanggung oleh pihak bank. Sebaliknya, jika
NPL meningkat maka semakin besar risiko kredit dan kemungkinan kerugian
yang harus ditanggung oleh bank. Bank perlu memiliki modal yang cukup untuk
kelangsungan kegiatan operasionalnya dan untuk setiap risiko kredit termasuk
kemungkinan kerugian yang akan dialaminya. Kecukupan modal ini diukur
dengan menggunakan rasio keuangan CAR.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan memampukan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengambil risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank (Sukarno dan Syaichu, 2006: 48). Semakin tinggi
CAR, maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko
dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi berarti
bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Selain itu, bank wajib
memiliki alat-alat likuid untuk memenuhi kewajibannya. Rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya
yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR).
4
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera
dipenuhi (Nur Artwienda MS, 2009). Tingkat LDR menunjukkan adanya risiko
likuiditas, dimana risiko likuiditas merupakan risiko yang dihadapi bank dalam
menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya
dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi permintaan kredit yang diajukan
tanpa terjadinya penangguhan (Hasibuan, 2005: 37). Semakin tinggi LDR, maka
laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil).
Pada penelitian ini, yang dijadikan objek penelitian adalah Bank BRI
dikarenakan Bank BRI merupakan bank pemerintah yang memiliki pengaruh
terhadap perekonomian, bank yang masuk dalam peringkat lima besar (Majalah
Info Bank). Selain itu kinerja keuangan dilihat dari laba yang meningkat,
tercermin dari laba Bank BRI selalu meningkat. Informasi mengenai kinerja Bank
Rakyat Indonesia hanya dilihat dari sisi keuangannya atau kinerja keuangannya
melalui laporan keuangan. Kinerja keuangan menunjukkan kemampuan sebuah
entitas untuk dapat bertahan atau berkembang, serta penting untuk penilaian
prestasi dan kondisi ekonominya. Kesehatan kinerja keuangan ini akan diukur
dengan menghitung rasio keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode tahun
2004-2013. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return
On Asset, Non Performing Loans, Capital Adequacy Ratio, dan Loan to Deposit
Ratio. Untuk lebih mengetahui perkembangan kinerja keuangan Bank Rakyat
Indonesia dan perubahan angka-angka rasio keuangan selama 10 tahun, maka
digunakan analisis rasio dalam penelitian ini. Analisis rasio ini bermanfaat untuk
menilai dan mengevaluasi kinerja bank selama periode tahun 2004-2013.
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan persoalan penelitian, yaitu: Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., selama periode tahun 2004-2013 berdasarkan
rasio ROA, NPL, CAR, dan LDR?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja
keuangan Bank BRI selama sepuluh tahun terakhir. Penelitian ini diharapkan
5
memberikan manfaat bagi akademik, dan bagi para pemakai laporan keuangan.
Bagi akademik, penelitian diharapkan dapat sebagai dasar acuan bagi
pengembangan penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Sedangkan, bagi para pemakai laporan keuangan (para investor, kreditur,
pemerintah), penelitian diharapkan memberikan manfaat dalam rangka menilai
kinerja perusahaan yang tercemin dalam profitabilitas bank, dan dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
6
KAJIAN PUSTAKA
Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumber dayanya. Oleh karena itu, penilaian atas kinerja bank
penting untuk dilakukan, karena bertujuan untuk melihat peningkatan atau
penurunan kinerja, tinggi atau rendahnya kinerja jika dibandingkan dengan
standar, dan mengukur serta menilai kinerja bank jika dibandingkan dengan rata-
rata industri. Penilaian atas kinerja dan tingkat kesehatan bank dapat
menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning,
Liquidity). Dalam metode ini, Capital diproksikan dengan CAR, Assets Quality
diproksikan dengan NPL, Earning diproksikan dengan ROA, dan Liquidity
diproksikan dengan LDR. Management tidak digunakan dalam penelitian ini
karena pengukuran kinerja Bank BRI hanya untuk melihat dari sisi keuangan saja
yang berasal dari laporan keuangan dan rasio keuangan.
Profitabilitas
Cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya dapat
dilihat dari laba yang dihasilkan. Sangatlah penting bagi suatu perusahaan untuk
mengukur besarnya laba yang diperoleh agar dapat mengetahui apakah
perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Bangun dan Wati, 2007: 109).
Profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan utama setiap perusahaan. Jika
profitabilitas meningkat, maka kinerja bank pun meningkat dan
efisien.Profitability ratio umumnya terdiri dari Return on Assets (ROA), Return
on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM). Pada penelitian ini, penilaian
profitabilitas yang digunakan adalah rasio Return on Asset (ROA). Return on
Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan
karena ROA digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya.
7
Return On Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator dalam mengukur
kinerja bank, karena menunjukkan hubungan antara earning dan asset. ROA
digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aset yang dimiliki. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return)
semakin besar. Selain itu, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijawa, 2009:118).
Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang
saham (Husnan, 1998).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan :
ROA =Laba Bersih
Total Aset× 100%
Profitabilitas suatu bank dapat dinilai dengan menggunakan rasio Return
On Asset (ROA). Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin baik dan efisien
perbankan tersebut, karena untuk memperoleh profitabilitas yang besar diperlukan
adanya aktiva produktif yang berkualitas dan manajemen yang solid (Astohar,
2009). Ketika bank menyalurkan kredit kepada masyarakat, bank berharap akan
memperoleh pengembalian terhadap kredit yang diberikan beserta dengan
bunganya. Namun pada kenyataannya, kredit yang disalurkan belum tentu dapat
dikembalikan sesuai dengan kesepakatan dan harapan bank sehingga
menimbulkan adanya Non Performing Loans.
Non Performing Loans (NPL)
Tingkat kelangsungan usaha (going concern) bank berkaitan erat dengan
aktiva produktif yang dimilikinya.Bank dalam memberikan kredit harus
8
melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk melunasi kewajibannya.
Setalah kredit diberikan, bank wajib melakukan peninjauan (monitoring),
penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit
(Masyhud Ali, 2004). Non Performing Loans (NPL) merupakan rasio keuangan
yang menunjukkan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan
investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Kartika dan Muhamad, 2006:
49). NPL mencerminkan risiko kredit, karena semakin kecil NPL maka semakin
kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Besarnya nilai NPL
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 5% (PER 14/15/PBI/2012).
Apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5%, maka potensi keuntungan
yang diperoleh akan semakin besar karena bank akan menghemat uang yang
diperlukan untuk membentuk cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP). Jika PPAP yang dibentuk oleh bank rendah, maka profitabilitas akan
semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan menjadi baik.
Risiko kredit yang diproksikan dengan NPL berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan ROA. Hal ini
disebabkan karena ketika NPL meningkat, maka ROA akan mengalami
penurunan. Ketika jumlah kredit semakin besar, maka bank harus menanggung
kemungkinan kerugian dalam kegiatan operasionalnya, sehingga berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
Secara sistematis, NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPL =Kredit Bermasalah
Total Kredit× 100%
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ketika NPL naik, maka cadangan PPAP pun
ikut naik, sehingga menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan oleh bank untuk
menutupi cadangan PPAP naik. Jika biaya yang dikeluarkan besar, maka laba
yang diterima semakin kecil. Hal inilah yang menimbulkan kemungkinan
kerugian bagi pihak bank. Oleh karena itu, kecukupan modal sangat dibutuhkan
9
oleh bank untuk menutupi kemungkinan kerugian yang dialaminya. Kecukupan
modal ini diukur dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang
kesinambungan operasional suatu perusahaan, khususnya perbankan. Untuk dapat
menyalurkan dana atau kredit kepada masyarakat, bank harus memiliki modal
yang cukup. Besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada kemampuan bank
untuk menjalankan kegiatannya secara efisien, serta dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat (khususnya debitur) terhadap kinerja bank.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan memampukan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengambil risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank (Sukarno dan Syaichu, 2006: 48). Analisis
pemodalan atau analisis solvabilitas (Capital Adequacy Analysis) bertujuan untuk
mengetahui apakah pemodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung
kegiatan bank secara efisien, apakah pemodalan bank dapat menyerap kerugian
yang tidak terhindarkan, dan apakah kekayaan bank semakin besar atau mengecil
(Teguh Pudjo 1999, p:134).
Selain mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat, besarnya modal
suatu bank juga akan mempengaruhi jumlah aktiva produktif. Pada prinsipnya,
perhitungan CAR adalah bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus
disediakan jumlah modal sebagai presentase tertentu terhadap jumlah
penanamannya. Sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional
berdasarkan standar Bank of International Settlements (BIS), seluruh bank yang
ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8%.
Semakin tinggi CAR, maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai
CAR tinggi berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan
10
keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003).
Secara sistematis, CAR dapat dirumuskan sebagai berikut :
CAR =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜× 100%
Selain wajib memiliki modal yang cukup, bank juga wajib memiliki alat-
alat likuid untuk memenuhi kewajibannya.Rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya yaitu rasio likuiditas
atau yang lebih sering dikenal dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama dari perbankan. Jika
penyaluran dana yang berupa kredit ini lebih besar dibandingkan dengan deposit
atau simpanan nasabah, maka risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank akan
semakin besar. Sebaliknya, jika bank tidak mampu memenuhi kewaibannya
kepada nasabah, dalam hal ini menyangkut simpanan nasabah di bank maka bank
akan kehilangan kepercayaan masyarakat. Suatu bank dapat dikatakan likuid jika
bank tersebut dapat memenuhi kewajibannya, dapat membayar kembali semua
deposannya, serta memenuhi semua permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Likuiditas bank merupakan kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh nasabah, ataupun memenuhi
kebutuhan masyarakat berupa kredit. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial
yang harus segera dipenuhi (Nur Artwienda MS, 2009).
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank membayar kembali
penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin
rendah pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio yang tinggi
menunujukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau
11
relatif tidak likuid. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid
dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Hal ini karena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar
(Dendawijaya, 2009:116). Semakin tinggi LDR, maka laba perusahaan semakin
meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan
efektif sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil). Sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia, bank dianggap sehat apabila besarnya LDR antara 78% sampai
dengan 92% (Peraturan Bank Indonesia No.15/15/PBI/2013).
Secara matematis LDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
LDR =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
Total dana pihak ketiga× 100%
12
METODA PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan
data sekunder berupa laporan dan rasio keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk yaitu Return On Assets (ROA), Non Performing Loans (NPL),
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loans to Deposit Ratio (LDR). Data ini
diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi yang diterbitkan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., pada website resmi Bank Indonesia dan website
resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., itu sendiri selama 10 tahun,
yaitu dari tahun 2004 hingga tahun 2013. Laporan keuangan Bank BRI yang
diperoleh terdiri dari Laporan Posisi Keuangan/Neraca, Laporan Laba Rugi
Komprehensif, Laporan Kualitas Aktiva produktif, dan Laporan Perhitungan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
Teknik Analisis Data dan Langkah-Langkah Analisis
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis
rasio, dengan mengidentifikasi pos-pos laporan keuangan, antara pos yang satu
dengan pos yang lain yang terdapat dalam laporan keuangan neraca maupun
perhitungan hasil usaha Bank BRI selama peroide tahun 2004-2013. Sedangkan
langkah-langkah analisis yang digunakan yaitu :
1. Mengumpulkan data sekunder, berupa data laporan keuangan selama
periode tahun 2004-2013 dari Bank BRI yang menjadi sampel dalam
penelitian.
2. Menghitung ROA, NPL, CAR, dan LDR Bank BRI.
3. Mengidentifikasi pos-pos yang dominan dalam laporan keuangan Bank BRI yang
dapat menghambat atau meningkatkan kinerja bank.
13
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank Rakyat Indonesia berdiri tanggal 16 Desember 1895 di Purwokerto,
Jawa Tengah. Didirikan oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertsche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan
dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”. Dibangun sebagai lembaga
keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, BRI ditetapkan sebagai Bank Pemerintah
pertama di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946. Pada
tahhun 1948 dalam masa mempertahankan kemerdekaan, kegiatan BRI sempat
terhenti untuk sementara waktu dan mulai aktif kembali setelah perjanjian
Renville pada tahun 1949 dengan mengubah nama menjadi Bank rakyat Indonesia
Serikat. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang perbankan No. 7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah
menjadi Perseroan Terbatas (PT). Saat itu kepemilikan BRI masih 100% berada di
tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indoensia
memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini sehingga menjadi perushaan
publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih
digunakan sampai saat ini.
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., yang merupakan salah satu bank milik
Pemerintah dengan aset terbesar kedua hingga saat ini. Data yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari Laporan Tahunan Bank Rakyat Indonesia dan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Bank Indonesia pada periode 2004-2013
yang telah diaudit.
Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI berfluktuasi setiap tahunnya,
tercermin dari rasio ROA, NPL, CAR, dan LDR. Bank Indonesia telah
menetapkan standar untuk setiap rasio, yaitu ROA minimun 1,5%, NPL
maksimum 5%, CAR minimum 8%, dan LDR diantara 78-92%. Meskipun terjadi
14
krisis ekonomi global, Bank BRI tetap dapat mempertahankan kinerjanya. Hal
tersebut terlihat dari besarnya nilai rasio keuangan yang berada cukup jauh dari
standar yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan Bank BRI sepuluh tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1
Rasio Keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-
2013 pada website BI dan website BRI.
Return On Assets (ROA)
Perkembangan profitabilitas Bank BRI selama tahun 2004-2009 terus
menurun. Hal tersebut dilihat dari penurunan Return On Assets (ROA) sebesar
0,24% menjadi 3,42% (2005) dengan total aset tercatat sebesar Rp. 122,775,579
triliun dan laba bersih sebesar Rp. 3,808,587 triliun, 0,27% (2006) dengan total
aset sebesar Rp. 154,725,486 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 4,257,572 triliun,
0,28% (2007) dengan total aset sebesar Rp. 203,603,934 triliun dan laba bersih
sebesar Rp. 4,838,001 triliun, 0,05% (2008) dengan total aset sebesar Rp.
246,026,225 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 5,958,368 triliun, dan 0,06%
(2009) dengan total aset sebesar Rp. 314,745,744 triliun dan laba bersih sebesar
Rp. 7,308,292 triliun. Jika dilihat, ROA Bank BRI menurun tetapi total aset dan
laba bersihnya naik. Hal ini dimungkinkan terjadi dengan catatan bahwa
kenaikkan keuntungan lebih kecil dari kenaikkan aset. Selain itu, kinerja Bank
BRI masih profitable, karena kenaikkan laba tidak melebihi kenaikkan aset.
Kenaikkan aset yang terjadi didominasi oleh besarnya penempatan pada Bank
Indonesia, khususnya dalam bentuk Giro dan Sertifikat Bank Indonesia. Kinerja
Rasio
(%)
Standar
(%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
ROA 1,5 3.66 3.42 3.15 2.87 2.82 2.76 3.57 3.97 4.04 3.85
NPL 5 4.19 4.68 4.81 3.44 2.80 3.52 2.78 2.30 1.78 1.55
CAR 8 16.19 15.29 18.82 15.86 13.18 13.20 13.76 14.96 16.95 16.99
LDR 78-92 75.69 77.83 72.53 68.80 79.93 80.88 75.17 76.20 79.85 88.54
15
Keuangan Bank BRI mulai membaik dan meningkat pada tahun 2010 hingga
2012, tetapi mengalami sedikit penurunan diakhir tahun 2013.
ROA Bank BRI pada tahun 2010 naik sebesar 0,81% menjadi 3,57%,
dimana aset Bank BRI naik dari Rp. 314,745,744 triliun menjadi Rp. 398,393,138
triliun. Sedangkan pada tahun 2011 ROA naik sebesar 0,04% menjadi 3,97%,
dimana kenaikan total aset sebesar Rp. 456,531,093 triliun dan kenaikan laba
bersih sebesar Rp. 15, 291,444 triliun. ROA tahun 2012 ada sebesar 4,04%
dimana pada tahun ini ROA BRI memiliki nilai yang tertinggi diantara tahun-
tahun penelitian yang lain. Total aset pada tahun ini adalah sebesar Rp.
535,209,156 triliun dan laba bersih adalah sebesar Rp. 18,482,639 triliun. Namun
pada akhir tahun 2013 nilai ROA Bank BRI menurun 0,19% dari tahun
sebelumnya menjadi 3,85%, dengan total aset tercatat sebesar Rp. 606,370,242
triliun dan laba bersih sebersar Rp. 21,160,150 triliun. Laba yang digunakan untuk
menhitung ROA adalah laba bersih setelah pajak, dengan tujuan untuk melihat
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan setelah memenuhi semua
kewajibannya (pajak).
Grafik 1
Perkembangan ROA Bank Rakyat Indonesia
Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-
2013 pada website BI dan website BRI.
16
Non Performing Loans (NPL)
Kualitas kredit (NPL) Bank Rakyat Indonesia selama tahun 2004-2006
cukup tinggi dan mendekati standar maksimum yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia (5%). Pada tahun 2005 nilai NPL meningkat 0,49% dibandingkan
dengan tahun 2004, didominasi oleh besarnya kualitas kredit kurang lancar
sebesar Rp. 998.587 miliar, kredit diragukan sebesar Rp. 1.372.983 triliun, dan
kredit macet sebesar Rp. 1.271.873 triliun. Jika dibandingkan dengan dua tahun
sebelumnya, nilai NPL ditahun 2006 cukup tinggi mendekati batas maksimum
(4,81%) yang didominasi oleh besarnya kualitas kredit macet sebesar Rp.
142.264.450 miliar. Kualitas kredit macet tahun 2006 naik 0,13% dari tahun 2005,
yaitu sebesar Rp. 28.359.815 miliar. Peningkatan NPL disebabkan oleh faktor
mikro dan makro ekonomi yang belum kondusif. Dalam memperbaiki kualitas
kredit bermasalah yang terjadi selama tahun 2004-2006, Bank Rakyat Indonesia
terus melakukan upaya restrukturisasi kredit agar kualitas kredit bermasalah tidak
terus meningkat. Pada tahun 2007 nilai NPL dapat ditekan menjadi 3,44%,
dimana kualitas kredit diragukan turun sebesar Rp. 360.470 miliar menjadi Rp.
580.928 miliar, dan kualitas kredit macet turun sebesar Rp. 96.387 miliar menjadi
Rp. 2.502.282 triliun. Nilai NPL pun mengalami penurunan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,64% (2008). Meskipun
nilai NPL turun, kualitas kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet
meningkat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kenaikkan dalam kredit yang
dikualifikasi (kredit bermasalah) lebih kecil dibandingkan dengan total kredit.
Kualitas kredit kurang lancar tahun 2008 naik sebesar Rp. 293.807 miliar menjadi
Rp. 1.139.613 triliun, kredit diragukan naik sebesar Rp. 254.393 miliar menjadi
Rp. 835.321 miliar, dan kredit macet naik sebesar Rp.705.421 miliar menjadi Rp.
3.207.703 triliun. Tingginya kualitas kredit didominasi oleh rendahnya suku
bunga yang diberikan dan kemudahan dalam pengajuan kredit, sehingga
menyebabkan risiko gagal bayar tinggi. Akan tetapi, BRI terus melakukan upaya
penyeimbangan di segmen UMKM dari 1,19% menjadi 1,02%, segmen konsumer
dari 1,67% menjadi 1,08%, dan segmen kredit korporasi dari 4,62% menjadi
4,53%. Kualitas kredit dan nilai NPL tahun 2009 meningkat sebesar 0,72%
17
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kredit kurang lancar naik sebesar Rp.
511,815 miliar menjadi Rp. 1,651,428 triliun, kredit diragukan naik sebesar Rp.
832,122 miliar menjadi Rp. 1,667,443 triliun, dan kredit macet naik sebesar Rp.
731,739 miliar menjadi Rp.3,939,442 triliun. Bank Rakyat Indonesia
memfokuskan pada pelayanan dan pengembangan segmen UMKM dan bisnis
perusahaan menengah, dan berkomitmen untuk memberikan 80% dari total kredit
untuk segmen ini. Meningkatnya NPL Bank BRI disebabkan oleh krisis ekonomi
yang terjadi pada tahun 2008.
Perkembangan NPL tahun 2010-2013 berangsur-angsur mulai membaik
seterlah krisis ekonomi sepanjang tahun 2008. Hal ini terlihat pada nilai NPL
Bank Rakyat Indonesia yang turun sebesar 0,74% (2010), 0,48% (2011), 0,52%
(2012), dan 0,23% (2012). Tercatat besarnya kualitas kredit kurang lancar adalah
sebesar Rp. 1,501,999 triliun, kredit diragukan sebesar Rp. 1,545,250 triliun,
kredit macet sebesar Rp. 4,644,027 triliun (2010). Pada tahun 2011, besarnya
kualitas kredit kurang lancar tercatat sebesar Rp. 872,078 miliar, kredit diragukan
sebesar Rp. 950,245 miliar, dan kredit macet sebesar Rp. 4,337,877 triliun. Tahun
2012 nilai NPL turun menjadi 1,78% dengan kualitas kredit kurang lancar sebesar
Rp. 882,522 miliar, kredit diragukan sebesar Rp. 937,509 miliar, dan kredit macet
sebesar Rp. 4,422,874 triliun. Pada akhir tahun 2013 nilai NPL Bank BRI adalah
sebesar 1,55% dengan kualitas kredit kurang lancar sebesar Rp. 976,354 miliar,
kredit diragukan sebesar Rp. 1,093,912 triliun, dan kredit macet sebesar Rp.
4,631,662 triliun. Perkembangan NPL Bank BRI dapat ditunjukkan oleh grafik
dibawah ini :
18
Grafik 2
Perkembangan NPL Bank Rakyat Indonesia
Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-
2013 pada website BI dan website BRI.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Perkembangan permodalan (CAR) Bank Rakyat Indonesia selama periode
tahun 2004-2013 mengalami fluktuasi, tetapi masih berada diatas besarnya nilai
CAR yang ditetapkan oleh BI. Pertumbuhan permodalan (CAR) tahun 2005
sebesar 15,29%, turun 0,9% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 tercatat
jumlah modal Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp. 12,685,864 triliun dan ATMR
sebesar Rp. 83,494,366 triliun. Penurunan ini terjadi karena cadangan umum
PPAP yang dibentuk naik dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 142,550
miliar. CAR Bank Rakyat Indonesia pada akhir tahun 2006 tercatat sebesar
18,82%, naik sebesar 3,35% dari tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan karena
Bank Rakyat Indonesia fokus terhadap segmen UMKM. Peraturan Bank
Indonesia No.8/3/DPNP/2006 tanggal 30 Januari 2006 yang mengubah
perhitungan ATMR memberikan bobot risiko yang kecil terhadap pinjaman
kepada usaha kecil, pegawai negeri dan pensiunan, dimana kredit ini memiliki
kedudukan terbesar dalam portofolio kredit Bank Rakyat Indonesia. Pada tahun
2007 dan 2008 CAR mengalami penurunan sebesar 2,96% (2007) dan 2,68%
(2008) dengan total modal sebesar Rp. 17,058,707 triliun (2007) dan Rp.
19
19,187,674 triliun (2008). Penurunan yang terjadi ditahun 2007 disebabkan karena
laju pertumbuhan ATMR (kredit dan aktiva produktif lainnya) lebih cepat
daripada pertumbuhan modal untuk memperkuat modal, sedangkan penurunan
CAR tahun 2008 disebabkan karena laju pertumbuhan bisnis Bank BRI lebih
cepat daripada akumulasi modal.
Perkembangan CAR Bank BRI pada tahun 2009 sedikit mengalami
kenaikan meskipun telah terjadi krisis ekonomi pada tahun 2008 dengan total
modal sebesar Rp. 22.839.021 triliun dan ATMR sebesar Rp. 173,068,002 triliun.
Peningkatan ditahun ini terjadi karena rasio pembayaran dividen lebih rendah dan
strategi manajemen untuk memperluas kredit terhadap kredit berisiko rendah.
Perkembangan CAR Bank Rakyat Indonesia mulai semakin membaik, terlihat dari
meningkatnya nilai CAR selama tahun 2010-2012. CAR Bank Rakyat Indonesia
tahun 2010 adalah sebesar 15,60%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009
yaitu 13,20%. Melalui Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24
September 2008, setiap bank diwajibkan untuk menghitung CAR dengan
memasukkan risiko redit, risiko pasar, dan risiko operasional ke dalam akun. CAR
Bank Rakyat Indonesia untuk risiko pasar dan risiko kredit sebesar 15,60%
(2010), meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,20%. Peningkatan ini
terjadi karena kebijakan manajemen Bank Rakyat Indonesia dalam memperluas
kredit dengan bobot risiko yang lebih rendah. Sedangkan CAR dengan risiko
kredit, risiko pasar dan risiko operasional pada Desember 2010 mencapai 13,76%.
CAR Bank Rakyat Indonesia menunjukkan tren yang berkembang
mencapai 14,96% pada akhir tahun 2011, dengan modal tercatat sebesar Rp.
41,815,988 triliun dan ATMR sebesar Rp. 279,602,642 triliun. Rendahnya rasio
pembayaran dividen dari 35% (2009) menjadi 30% (2010) dan menjadi 20%
(2011) berkontribusi signifikan terhadap peningkatan CAR. Realisasi CAR Bank
Rakyat Indonesia tahun 2012 sebesar 16,95%, diatas CAR minimum yang
ditetapkan oleh BI. Hal ini menunjukkan komposisi permodalan Perseroan sangat
sehat karena didominasi oleh modal inti yang sebagian besar berasal dari laba.
Pada tahun ini tercatat modal sebesar Rp. 55,133,677 triliun dan ATMR sebesar
Rp. 325,352,028 triliun. Peningkatan yang terjadi menunjukkan bahwa
20
kemampuan Bank Rakyat Indonesia menghasilkan laba yang tinggi sehingga
modal inti meningkat sebesar 35%, yang pada akhirnya meningkatkan rasio CAR
pada Desember 2012. Bank Rakyat Indonesia mencatat kenaikan CAR dari
16,95% (2012) menjadi 16,99% (2013), dengan modal inti sebesar Rp. 69,472,036
triliun atau 26% dan ATMR setelah risiko kredit, risiko pasar dan risiko
operasional sebesar Rp. 408,858,393 triliun diaas angka tahun sebelumnya.
Kenaikkan ini didominasi oleh tambahan modal yang berasal dari perolehan laba
yang cukup tinggi. Pada akhir tahun 2013, 87,33% dari aset Bank Rakyat
Indonesia didanai oleh liabilitas sedangkan sisanya sebesar 12,67% didanai oleh
ekuitas. Total aset Bank rakyat Indonesia tumbuh 13,58%, total liabilitas tumbuh
sedikit lebih rendah yaitu sebesar 12,42%. Namun, kurangnya pertumbuhan disisi
liabilitas tersebut dikompensasi oleh pertumbuhan total ekuitas yang naik 22,26%,
yang didorong oleh peningkatan saldo laba sebesar 28,66%.
Grafik 3
Perkembangan CAR Bank Rakyat Indonesia
Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-
2013 pada website BI dan website BRI.
21
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR Bank BRI berfluktuasi setiap tahun, dalam kurun waktu sepuluh
tahun penelitian. Pada tahun 2005, LDR naik sebesar 2,14% menjadi sebesar
77,83% daripada tahun sebelumnya. Tercatat bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK)
adalah sebesar Rp. 95,05 triliun. DPK yang berhasil dihimpun pada tahun 2006
adalah sebesar Rp.124,47 triliun, naik 28,26% dibandingkan dengan tahun 2005.
Giro menunjukkan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006. Perkembangan LDR
Bank Rakyat Indonesia ditahun 2007 pun menurun, dan pada tahun inilah LDR
memiliki nilai terendah. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 LDR BRI kembali
meningkat, dan menurun kembali pada tahun 2010 sebesar 5,71%.
LDR Bank BRI mengalami sedikit peningkatan dari 75,17% (2010)
menjadi 76,20% (2011), disebabkan karena pertumbuhan kredit yang melampaui
pertumbuhan DPK. Pada tahun 2012, Bank BRI berhasil meningkatkan
outstanding kredit. Peningkatan tersebut termasuk pembiayaan syariah yang naik
sebesar 23,49% menjadi senilai Rp. 11,25 triliun. Sedangkan untuk DPK, Bank
BRI berhasil meningkatkan saldo sebesar Rp. 17,15 triliun mencapai Rp. 450,17
triliun. Selain itu, Bank BRI juga berhasil mempertahankan komposisi dana
murah (Giro dan Tabungan) dan dana mahal pada kisaran 60% dan 40%. Per
Desember 2012 pos tabungan mencapai sebesar Rp. 184,36 triliun atau naik
19,61% dari tahun 2011. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan sejumlah
program promosi tabungan dan semakin beragam serta berkembangnya fitur-fitur
produk tabungan yang menarik masyarakat untuk menabung di Bank BRI. Di
akhir tahun 2013, LDR Bank BRI naik menjadi 88,54% dimana Bank BRI
berhasil meningkatkan simpanan sebesar 12,02% mencapai Rp. 504,28 triliun.
Selain itu, BRI juga berhasil mempertahankan komposisi dana murah (Giro dan
Tabungan) dan dana mahal pada kisaran 58% dan 42%. Per Desember 2013 pos
tabungan mencapai Rp. 213 triliun atau naik 15,31% dari tahun 2012 yang tercatat
sebesar Rp. 184,72 triliun. Komposisi tabungan terhadap DPK berada di kisaran
42,24%. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan sejumlah program promosi
tabungan dan semakin bearagam serta berkembangnya fitur-fitur produk tabungan
yang menarik minat masyarakat untuk menabung di Bank BRI.
22
Grafik 4
Perkembangan LDR Bank Rakyat Indonesia
Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-
2013 pada website BI dan website BRI.
23
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI selama periode tahun 2004-
2013 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Perkembangan ROA pada tahun
2005-2009 mengalami penurunan, dimana turunnya ROA mencerminkan
menurunnya kinerja Bank BRI. Namun, pada empat tahun terakhir (2010-2013)
Bank BRI mulai memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya yang tercermin
melalui peningkatan ROA. Peningkatan ROA berarti kenaikkan dalam
keuntungan secara kualitatif jika dibandingkan dengan total asetnya. Karena
keuntungan merupakan tujuan utama dari suatu bisnis perbankan maka
peningkatan ROA menceminkan kinerja Bank BRI yang baik. Perkembangan
NPL selama tahun 2004-2013 menunjukkan tren yang menurun, dimana angka
tahun terakhir adalah sebesar 1,55%. Selama kurun waktu penelitian, nilai NPL
Bank BRI berada dibawah standar maksimum yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu sebesar 5%. Penurunan NPL mencerminkan bahwa semakin
baiknya kualitas kredit bank BRI, sehubungan dengan risiko kredit bank akibat
pemberian kredit. Dari sisi kecukupan modal, Bank BRI selalu baik karena nilai
CAR Bank BRI berada jauh diatas ketentuan Bank Indonesia. CAR yang baik
mencerminkan kecukupan modal yang baik, yang dapat memberikan kepercayaan
masyarakat terhadap Bank BRI. Dari data penelitian yang ada jika dibandingkan
dengan batasan Bank Indonesia, LDR Bank BRI masih dalam kondisi yang baik.
Hal ini berarti bahwa loan yang diberikan mendekati DPK yang dikumpulkan
bank. Selain itu, dari besarnya LDR, Bank BRI masih memiliki cadangan
likuiditas untuk kewajiban jangka pendek, tetapi secara keseluruhan earning asset
digunakan untuk kredit yang bisa menghasilkan keuntungan.
Keterbatasan Penelitian
1. Faktor-faktor penyebab turunnya kinerja keuangan Bank BRI sulit untuk
diidentifikasi karena terbatas pada informasi makro ekonomi yang
dipengaruhi oleh dampak krisis perekonomian global.
24
2. Rasio-rasio keuangan bank yang digunakan sebagai indikator untuk
mengukur kinerja keuangan Bank BRI hanya terbatas pada ROA, NPL,
CAR, dan LDR.
3. Dalam penelitian ini, hanya menganalisa dan mengukur tiap rasio saja,
tetapi tidak menganalisa rasio mana yang paling berpengaruh terhadap
kinerja Bank BRI.
Saran
1. Bank BRI perlu memperhatikan dan meningkatkan penilaian serta
peninjauan terhadap besarnya dana yang disalurkan dalam bentuk kredit
kepada masyarakat, sehingga meminimalkan terjadinya risiko kredit
bermasalah.
2. Manajemen bank harus lebih teliti dalam pengelolaan modal. Meskipun
CAR BRI baik, tetapi jika dibandingkan dengan industri bisnis lain
(misalnya Bank Mandiri, Bank BCA) masih rendah, sehingga modal perlu
ditingkatkan.
3. Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan penambahan variabel untuk
mengukur kinerja keuangan Bank BRI agar lebih mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi tingkat kesehatan dan kinerja bank.
4. Analisis rasio mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja Bank BRI
juga diperlukan untuk penelitian selanjutnya, sebagai evaluasi untuk
perkembangan kinerja bank itu sendiri.
5. Bank BRI harus memperhatikan besarnya LDR. Karena semakin
rendahnya LDR dari sisi likuiditas baik, tetapi dana yang menganggur
lebih besar. Jika dana yang menganggur lebih besar, maka profitnya akan
turun. Sebaliknya, jika LDR terlalu tinggi juga akan berisiko karena dana
yang diberikan untuk kredit terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan
adanya kredit bermasalah.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2004. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Bangun, N., dan Wati, S. 2007. Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan Investasi yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi, Vol. 11, No. 02 Mei:
107-120.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Ghalila Indonesia, Jakarta.
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Ghalila Indonesia, Jakarta.
Hasibuan, SP. Malayu. 2005. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan
Produktivitas. Bumi Aksara, Jakarta.
Husnan. 1998. Manajemen Keuangan-Teori dan Penerapan, Buku 2. BPFE,
Yogyakarta.
Fahmi. Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Kasmir. 2008. Bank dan lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Masyhud, Ali. 2004. Asset Liability Management: Teknik Analisis Kinerja
Keuangan Bank. Penerbit Universitas Muhamadiyah, Malang.
Sukarno, K. W., dan Syaichu, M. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi
Manajemen dan Organisasi, Vol. 3, No. 2 Juli: 46-49.
Teguh, Pudjo. 1999. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Edisi Revisi
1999. Jakarta.
Wijaya, M. S. V., dan Hadianto, B. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran,
Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel
di Bursa Efek Indonesia: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 7, No. 1 Mei: 71-84.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum.
Peraturan Bank Indonesia No: 10/15/PBI/2008, Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum.
26
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012, Tentang Penilaian Kualitas
Aset Bank Umum.
Perartutan Bank Indonesia Nomor: 15/15/PBI/2013, Tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank
Umum Konvensional.
http://www.bi.go.id
http://www.bankbri.co.id
27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Julia Sahetapy
Alamat : Jl. Cempaka 3 No. 442, Salatiga, Jawa Tengah
Tempat, tanggal lahir : Ambon, 17 Juli 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Telp : 085286868650/087780080054
Email : [email protected]
Latar Belakang Pendidikan
2010 Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Jurusan Akuntansi
2006 SMA Kristen Kalam Kudus, Ambon
2003 SMP Kristen Kalam Kudus, Ambon
1997 SD Negeri Teladan, Ambon
Pengalaman Organisasi
2014 Panitia Mini Workshop
2013 Panitia Salatiga Film Festival (SAFFEST)
Panitia FEB Show
2012 Panitia Paskah UKSW
Pengalaman Lainnya
2014 Peserta Workshop „Peluang karir Melalui Sertifikasi Profesi Pasar
Modal”
2013 Peserta Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN)
Peserta Seminar FEB Meets The Challenge
2012 Peserta Seminar “Inspire, Instruct, Improve : Other Side of
Business”
Peserta Seminar “Kesiapan Indonesia dalam Era ACFTA”
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1
Tabel Kinerja Keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
Ikhtisar Kinerja Keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Total Aktiva Kredit yang
Diberikan Total DPK
Laba
Tahun
Berjalan
Total Modal ATMR
2004 107,040,172 62,043,535 82,236,980 3,633,228 12,265,399 67,610,604
2005 122,775,579 75,533,234 97,045,469 3,808,587 12,685,864 83,494,366
2006 154,725,486 90,282,752 124,466,447 4,257,572 14,984,871 79,261,166
2007 203,603,934 113,853,335 165,475,256 4,838,001 17,058,707 107,710,979
2008 246,026,225 161,061,059 201,495,222 5,958,368 19,187,674 145,580,709
2009 314,745,744 205,522,394 254,117,950 7,308,292 22,839,021 173,068,002
2010 398,393,138 246,968,128 328,555,801 11,472,385 31,710,589 230,447,032
2011 456,531,093 283,586,497 372,148,122 15,082,939 41,815,988 279,602,642
2012 535,209,156 348,231,964 436,096,085 18,520,950 55,133,677 325,253,028
2013 606,370,242 430,621,874 486,366,371 21,160,150 69,472,036 408,858,393
30
Lampiran 2
Tabel Kualitas Aktiva Produktif PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
Kualitas Kredit
Jumlah Lancar
Dalam Perhatian
Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
2004 91,418,631 5,215,173 1,093,583 679,413 965,418 99,372,218
2005 104,734,711 5,526,481 998,587 1,372,983 1,271,873 113,904,635
2006 132,004,889 5,906,564 812,930 941,398 2,598,669 142,264,450
2007 167,383,790 4,993,071 845,806 580,928 2,502,282 176,305,877
2008 224,136,883 8,137,220 1,139,613 835,321 3,207,703 237,456,740
2009 288,882,567 11,093,192 1,651,428 1,667,443 3,939,442 307,234,072
2010 332.517,121 13,414,608 1,501,999 1,545,250 4,644,027 352,234,958
2011 397,734,552 20,530,286 872,078 950,245 4,337,877 424,425,038
2012 486,130,806 21,022,176 882,522 937,509 4,422,874 513,395,887
2013 600,838,514 24,282,024 976,354 1,093,912 4,631,662 631,822,466
31
Lampiran 3
Tabel Perkembangan Return On Assets (ROA)
(%)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Laba
Bersih
(Jutaan
Rupiah)
3,633,228 3,808,587 4,257,572 4,838,001 5,958,368 7,308,292 11,472,385 15,082,939 18,520,950 21,160,150
Total
Aset
(Jutaan
Rupiah)
107,040,172 122,775,579 154,725,486 203,603,934 246,026,225 314,745,744 398,393,138 456,531,093 535,209,156 606,370,242
ROA 3,66 3,42 3,15 2,87 2,82 2,76 3,57 3,97 4,04 3,85
32
Lampiran 4
Tabel Perkembangan Non Perfoarming Loans (NPL)
(%)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Dalam
Perhatian
Khusus
(Jutaan
Rupiah)
5,215,173 5,526,481 5,906,564 4,993,071 8,137,220 11,093,192 13,414,608 20,530,286 21,022,176 24,282,024
Kurang
Lancar
(Jutaan
Rupiah)
1,093,583 998,587 812,930 845,806 1,139,613 1,651,428 1,501,999 872,078 882,522 976,354
Diragukan
(Jutaan
Rupiah)
679,413 1,372,983 941,398 580,928 835,321 1,667,443 1,545,250 950,245 937,509 1,093,912
Macet
(Jutaan
Rupiah)
965,418 1,271,873 2,598,669 2,502,282 3,207,703 3,939,442 4,644,027 4,337,877 4,422,874 4,631,662
Total
Kredit
(Jutaan
Rupiah)
99,372,218 113,904,635 142,264,450 176,305,877 237,456,740 307,234,072 352,234,958 424,425,038 513,395,887 631,822,466
NPL 4,19 4,68 4,81 3,44 2,80 3,52 2,87 2,30 1,87 1,55
33
Lampiran 5
Tabel Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)
(%)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Total
Modal
(Jutaan
Rupiah)
12,265,399 12,685,864 14,984,871 17,058,707 19,187,674 22,839,021 31,710,589 41,815,988 55,133,677 69,472,036
ATMR
(Jutaan
Rupiah)
67,610,604 83,494,366 79,261,166 107,710,979 145,580,709 173,068,002 230,447,032 279,602,642 325,253,028 408,858,393
CAR 16,19 15,29 18,82 15,86 13,18 13,20 13,76 14,96 16,95 16,99
34
Lampiran 6
Tabel Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
(%)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kredit
yang
Diberikan
(Jutaan
Rupiah)
62,043,535 75,533,234 90,282,752 113,853,335 161,061,059 205,522,394 246,968,128 283,586,497 348,231,964 430,621,874
DPK
(Jutaan
Rupiah)
82,236,980 97,045,469 124,466,447 165,475,256 201,495,222 254,117,950 328,555,801 372,148,122 436,096,085 486,366,371
LDR 75,69 77,83 72,53 68,80 79,93 80,88 75,17 76,20 79,85 88,54