i
ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP
GULA AREN SEMUT DIKAWASAN HUTAN
KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT
KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
RIFAL WAYSADI. AK
105950063815
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
ii
ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP
GULA AREN SEMUT DIKAWASAN HUTAN
KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT DESA
BUKIT HARAPAN KECAMATAN GANTARANG
KABUPATEN BULUKUMBA
RIFAL WAYSADI. AK
105950063815
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Proposal Mahasiswa yang dilaksanakan oleh:
Nama : Rifal Waysadi.AK
Nim : 105950063815
Judul : Analisis Pendapatan Masyarakat Terhadap Gula Aren Semut
Dikawasan H utan Kemasyarakatan (HKM) Bangkeng Bukit
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
Makassar,……………..2021
Telah diperiksa dan disetujui;
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Andi Azis Abdullah, S.hut., M.P. Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM
NIDN : 0930106701 NIDN : 0907028202
Diketahui Oleh,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si.,IPM.
IDN : 0912066901 NIDN : 0011077101
iv
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis an Analisis Pendapatan Masyarakat Terhadap Gula Aren
Semut Dikawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM)
Bangkeng Bukit Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba.
Nama : Rifal Waysadi Ak
Stambuk : 105950063815
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Andi Azis Abdullah, S.hut., M.P.
Pembimbing I
(………………………………)
Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM (..................................)
Pembimbing II
(………………………………)
Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM.
Penguji I
(………………………………)
Muthmainnah, S.Hut., M. Hut.
Penguji II
(………………………………)
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP GULA AREN
SEMUT DIKAWASAN HUTAN KEMASAYARAKATAN (HKM)
BANGKENG BUKIT KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN
BULUKUMBA.
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustka
di bagian akhir skripsi.
Makassar, Januari 2021
Rifal Waysadi. Ak
105 9500 638 15
vi
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2019
@ Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apa pun tanpa izin Universitas
Muhammadiyah Makassar
viii
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
hasil penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan Masyarakat Terhadap Gula
Aren Semut Dikawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Bangkeng Bukit
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”.
Tak lupa pula kita haturkan salam dan shalawat kepada junjungan kita baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau yang menjadi surih tauladan bagi
kita semua. Penulis menyadari bahwasanya mungkin dalam penulisan hasil ini
masih banyak perbaikan dan kekeliruan yang disebabkan keterbatasan penulis,
sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Pada kesempatan kali ini
pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua orang tua ayah dan ibu tercinta, tak henti – hentinya memanjatkan doa
untuk keberhasilan penulis, kemudian dukungan moral serta materi.
2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku Ketua Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Andi Azis Abdullah, S.hut., M.P selaku pembimbing I dan
Ayahanda Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM selaku pembimbing II,
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala motivasi dan
masukannya demi tersusunnya Skripsi ini dengan baik dan benar.
ix
5. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku penguji I dan Ibunda
Muthmainnah, S.Hut., M.Hut selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan arahan sehingga penulis berhasil menyusun skripsi ini dengan
benar.
6. Ayahanda Dr.Ir.Hasanuddin Molo,S.Hut.,M.P.IPM selaku penasehat
akademik yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan selama
penulis menempuh perkuliahan hingga menyelesaikan masa studinya.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu selama
mengikuti kegiatan perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Teman – teman dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan dorongan dan motivasi yang besar.
9. Nhiny Afridayani yang telah memberikan dorongan dan motivasi sangat
besar.
Semoga doa dan motivasi yang diberikan oleh semua pihak dibalas oleh Allah
subhanahu wata’ala. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Januari 2021
Rifal Waysadi.AK
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitan ............................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hutan Kemasyarakatan ................................................................... 3
2.2. Hasil Hutan Bukan Kayu .................................................................. 5
2.3. Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu .............................................. 13
2.4. Kerangka Pikir .................................................................................. 15
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 16
3.2. Populasi dan Sampel .......................................................................... 16
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 16
3.4. Analisis Data ..................................................................................... 18
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Fisik Lokasi ......................................................................... 19
BAB V . HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden ........................................................................... 23
xi
5.2. Penerimaan Responden dari Gula Aren Semut .................................. 25
5.3. Total Biaya Pengeluaran .................................................................... 27
5.4. Pendapatan ......................................................................................... 28
BAB VI . PENUTUP
6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 30
6.2. Saran ................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kondisi Topografi pada areal kerja HKm bangkeng bukit .................... 20
2. Kondisi Tutupan Lahan pada Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Bangkeng Bukit ..................................................................................... 21
3. Jumlah Penduduk berdasarkan kelas umur ............................................ 22
4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ......................... 23
5. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................... 24
6. Jumlah Tanggungan Keluarga Tiap Responden pada areal Desa Bukit
Harapan dan Bukit Tinggi ...................................................................... 25
7. Penerimaan Responden dari Hasil Hutan Bukan Kayu (Gula Aren Semut)
Satu Tahun ............................................................................................ 26
8. Biaya Pengeluaran Responden per Tahun ............................................. 27
9. Jumlah Pendapatan Responden .............................................................. 28
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pikir ................................................................................... 15
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pelayanan
Ranger, hutan adalah suatu kesatuan sistem hayati berupa hamparan tanah yang
memiliki aset tetap hidup di dalamnya yang ditumbuhi pepohonan di habitatnya
yang sama, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. juga memisahkan hutan
menjadi hutan negara dan hutan pribadi. Hutan negara adalah hutan yang terletak
di darat yang tidak dibebani hak atas tanah, sedangkan hutan rakyat adalah hutan
yang terletak di darat yang terhalang hak atas tanah. Hutan rakyat yang
selanjutnya disebut hutan daerah adalah hutan-hutan dusun yang berada di atas
tanah milik yang dibuktikan dengan hak atau pengesahan.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.88/Menhut-II/2014 tentang Hutan
Kemasyarakatan. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan Negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat Keberadaan
HKm mampu menyelesaikan konflik-konflik kehutanan dengan memberi akses
dan hak mengelola terkait klaim masyarakat dalam penguasaan kawasan hutan,
dalam konteks tersebut HKm diharapkan dapat menjamin keberlanjutan serta
transformasi ekonomi dan budaya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah salah satu sumber daya hutan
yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan
masyarakat sekitar hutan.Sehingga, tidak salah lagi bahwa masyarakat di dalam
2
maupun di sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan hasil hutan bukan kayu (Sihombing, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Seberapa besarkah tingkat pendapatan masyarakat terhadap gula aren
semut di kawasan hutan (HKm) Bangkeng Bukit desa bukit harapan,
Kec.gantarang kab. Bulukumba.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan yakni untuk mengetahui seberapa besarkah
tingkat pendapatan masyarakat terhadap gula aren semut di kawasan hutan
(HKm) Bangkeng Bukit Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi terhadap pendapatan masyarakat terhadap gula
aren semut di kawasan Hutan (HKm) Bangkeng Bukit Desa Bukit
Harapan Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
2. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat, instansi, terkait pendapatan
masyarakat terhadap gula aren semut di kawasan hutan (HKm)
Bangkeng Bukit Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Kemasyarakatan (HKM)
2.1.1 Pengertian Hutan Kemasyarakatan
Menurut Permenhut No 88/Menhut-II/2014 HKm merupakan hutan
negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan
masyarakat setempat. Pasal 6 dan pasal 7 menerangkan bahwa kawasan hutan
yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja HKm adalah kawasan hutan lindung
dan kawasan hutan produksi. Ketentuan kawasan tersebut dapat ditetapkan
sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan yaitu belum dibebani hak atau izin
dalam pemanfaatan hasil hutan dan menjadi sumber mata pencaharian
masyarakat setempat.
2.1.2 Pelaksanaan Hutan Kemasyarakatan
Sebagaimana ditunjukkan oleh Budiono (2011) sosialisasi dan
pendampingan merupakan komitmen dari otoritas publik, dengan demikian
peternak tepi dusun memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan
administrasi dari otoritas publik. Bantuan bagi peternak HKm bisa melalui
pengarahan, persiapan atau bimbingan.
Berdasarkan Permenhut nomor 37 tahun 2007 Bagian Kedua Pasal 12
ayat 1 dijelaskan bahwa Fasilitasi bertujuan untuk:
a. Mengembangkan lebih lanjut batas wilayah setempat dalam mengawasi
asosiasi tandan.
b. Mengarahkan daerah setempat untuk mengajukan izin sesuai pedoman
terkait.
4
c. Pengerjaan batas jaringan kelurahan dalam perencanaan rencana kerja
pemanfaatan dusun daerah.
d. Bekerja pada kapasitas jaringan lingkungan untuk membawa
pengembangan hutan melalui peningkatan inovasi pemasangan yang
lebih baik dan memperluas nilai tambahan barang-barang dusun.
e. Menggarap fitrah SDM warga kelurahan melalui peningkatan
informasi, kapasitas dan kemampuan.
f. Memberikan data pasar dan permodalan dalam memperluas intensitas
dan akses jaringan lingkungan ke sektor usaha dan permodalan.
g. Bekerja pada batas jaringan terdekat dalam menciptakan dusun dan
organisasi penggunaan barang hutan.
Menurut Watala (2009), perangkat hukum tentang HKm itu kemudian
revisi dengan lahirnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 677/Kpts-II/1998.
Dalam Keputusan tersebut terdapat beberapa prinsip pengelolaan HKm sebagai
berikut:
a. masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengambilan manfaat.
b. Masyarakat sebagai pengambilan keputusan dan menentukan sistem
pengusahaan.
c. Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan.
d. Adanya kepastian hak dan kewajiban semua pihak.
e. Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat.
f. Pendekatan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan budaya.
5
2.1.3 Masyarakat dan Hutan
Masyarakat desa hutan merupakan sekumpulan orang yang tinggal
dalam maupun sekitar hutan. Kebanyakan dari masyarakat desa hutan
menggantungkan kehidupan pada sumber daya hutan yang ada di sekitar
mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Bagaimanapun, beberapa jaringan kota dusun di Indonesia masih
belum layak untuk mengelola hutan di sekitarnya secara tepat, diketahui
bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 610.375.92 ha yang
merupakan urutan ketiga negara dengan kerusakan hutan paling parah. Di
dunia, posisi ini bukanlah sesuatu yang patut disyukuri, selain itu, jaringan
kota hutan juga biasanya memiliki masalah sosial dan keuangan dalam
mengelola hutan. (jurnal administrasi publik).
2.2 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Hasil Hutan Bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK, adalah barang-
barang dari hutan organik, baik nabati maupun hewani hanya sebagai barang
pelengkap dan pengembangan, selain kayu (Dinas Satgas, 2007). Dengan tujuan
akhir untuk mengubah arah kawasan hutan para timber extraction menjadi
sustainable forest management, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) atau Non
Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai penting. keuntungan relatif dan
kontak langsung dengan jaringan dusun. Selanjutnya, tidak ada campur aduk
bahwa jaringan di dalam dan di sekitar kawasan hutan secara langsung atau
6
berimplikasi diidentifikasikan dengan barang-barang dusun non-kayu (Sihombing,
2011).
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah tindakan pemanfaatan dan
pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu tanpa merusak iklim dan tidak
mengurangi kapasitas pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (IUPHHK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 (13) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 yang merupakan pemutakhiran dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin untuk
beroperasi yang diizinkan untuk menggunakan barang-barang hutan bukan kayu
di hutan-hutan biasa yang sedang berlangsung melalui pengumpulan atau
penebangan, pengembangan, pemeliharaan, dan latihan periklanan (Kemenhut,
2007)
Sumberdaya hutan juga multi-guna dan mengandung kepentingan yang
berbeda dan pemanfaatannya ditujukan untuk memahami individu yang paling
berkembang. Keunggulan tersebut tidak hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu
yang hanya menyumbang 20%, namun juga keunggulan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) dan administrasi ekologis yang memberikan komitmen terbesar sebesar
80%, namun hingga saat ini kemampuan HHBK telah belum digunakan secara
ideal. . Pandangan dunia ini telah membuat kami lebih sadar bahwa HHBK
mungkin merupakan aset hutan yang menikmati manfaat dekat dan paling erat
diidentifikasi dengan jaringan dusun. HHBK telah terbukti secara tegas
mempengaruhi perluasan upah jaringan dusun dan membuat komitmen penting
untuk memperluas perdagangan asing di negara itu (Kemenhut, 2009).
7
Penggunaan kayu selama ini pada umumnya masih akan diarahkan pada
hutan para eksekutif sebagai pembuat kayu dalam pengaturan keuangan. Kondisi
ini mendorong peningkatan penyalahgunaan kayu untuk memenuhi pasar dunia
dan industri dalam negeri tanpa mempertimbangkan nilai keuntungan yang
berbeda yang dapat diperoleh dari hutan dan menjaga sistem biologis hutan.
Akibatnya, pandangan dunia ini telah mendorong pengurangan di dekatnya,
manfaat dan sifat lingkungan hutan. Sementara, sekali lagi, aset hutan (SDH)
memiliki kemungkinan multifungsi yang dapat memberikan keuntungan finansial,
alam dan sosial yang lebih baik untuk bantuan pemerintah manusia. Keuntungan
tersebut tidak hanya berasal dari HHK seperti yang terjadi saat ini, tetapi juga
keuntungan dari HHBK dan administrasi ekologis (Kemenhut, 2009).
Pandangan dunia baru dari area layanan ranger melihat hutan sebagai
kerangka aset yang multi-utilitarian, multi-alasan dan mengandung kepentingan
yang berbeda dan pemanfaatannya ditujukan untuk memahami individu
berkembang terbaik. Pandangan dunia ini telah membuat kami lebih sadar bahwa
HHBK mungkin merupakan aset hutan yang menikmati manfaat serupa dan
paling erat diidentifikasi dengan jaringan dusun. HHBK terbukti mempengaruhi
perluasan pembayaran jaringan hutan dan membuat komitmen penting untuk
memperluas perdagangan asing negara tersebut. Nantinya, diyakini peningkatan
pelayanan ranger saat ini tidak hanya bertumpu pada barang-barang kayu dusun
saja, namun harus mengkaji kemampuan HHBK. Hasil investigasi menunjukkan
bahwa hanya 10% item backwood kayu berasal dari lingkungan hutan, sedangkan
sebagian besar (90%) item yang berbeda adalah item non-kayu hutan (HHBK)
8
yang belum diawasi dan digunakan secara ideal untuk lebih lanjut.
mengembangkan bantuan pemerintah daerah (Kemenhut, 2009).
Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan
kayu,karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Menurut UU
Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, disebutkan bahwa HHBK merupakan hasil
hutan hayati maupun non hayati atau menurut FAO adalah barang (goods) yang
dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenisnya.
Adapun HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat, menurut Sumadiwangsa (2000) dikutip oleh
Sudarmalik dkk (2006).
dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Getah-getahan : getah jelutung, getah merah, getah balam, getah karet alam
dan lain-lain.
2. Tanin : pinang, gambir, Rhizophora, Bruguiera, dan lain-lain,
3. Resin : gaharu, kemedangan, jernang, damar mata kucing, damar batu,
damar rasak, kemenyan dan lain-lain,
4. Minyak atsiri : minyak gaharu, minyak kayu putih, minyak keruing, minyak
lawang, minyak kayu manis
5. Madu : Apis dorsata, Apis mellifera,
6. Rotan dan bambu : segala jenis rotan, bambu dan nibung,
7. Penghasil karbohidrat : sagu, aren, nipah, sukun dan lain-lain,
8. Hasil hewan : sutra alam, lilin lebah, aneka hewan yang tidak dilindungi,
9
9. Tumbuhan obat dan tanaman hias : aneka tumbuhan obat dari hutan,
anggrek hutan, palma, pakis dan lain-lain.
2.2.1 Peranan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Menurut Sudarmalik dkk (2006) Tanaman penghasil HHBK memiliki
peran dalam segi alam dan keuangan, namun juga dalam segi sosial-
sosial.Secara umum peranan HHBK dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Peranan HHBK terhadap aspek ekologis dalam ekosistem hutan, HHBK
merupakan bagian dari ekosistem hutan. Beberapa hasil HHBK diperoleh
dari hasil pohon, misalnya getah-getahan,tanin resin dan minyak atsiri.
Sedangkan selebihnya dari palm, hasil satwa ataupun anggrek. Untuk
pohon seperti gaharu (Aquilaria Malaccensis), dalam ekosistem memiliki
peranan sebagai pohon dominan dengan ketinggian mencapai 30 – 40 m.
Palm berupa sagu, nipah, dll. Merupakan bagian dari ekosistem yang
berfungsi menjaga abrasi oleh sungai atau laut.
2. Peranan HHBK terhadap ekonomi Rumah tangga Seperti yang
disebutkan diatas bahwa HHBK dapat menjaga adanya kestabilan
pendapatan dan resiliensi (kekenyalan) terhadap perubahan yang terjadi
di luar sistem hutan rakyat. Resiliensi adalah suatu tingkat kelenturan
dari sumber pendapatan terhadap adanya perubahan pasar. Contohnya
adanya perubahan nilai tukar mata uang. Pada saat terjadi krisis moneter,
HHBK memiliki peran yang besar terhadap pendapatan rumah tangga
dan devisa negara, karena HHBK tidak menggunakan komponen import
10
dalam memproduksi hasil. Dengan efisiensi penggunaan lahan yang
tinggi dan diversifikasi produksi maka kontribusi terhadap pendapatan
juga semakin besar.
3. Peranan HHBK terhadap kemajuan provinsi Di pedesaan, komitmen
terbesar dalam mendorong perbaikan adalah dari bidang hortikultura dan
layanan ranger. Dari beberapa hutan lokal yang ada desain papan, hasil
dari hutan lokal membuat komitmen yang signifikan untuk membayar
kota dan pergantian acara lokal. Dengan mengarahkan HHBK mulai dari
pembuatan, penyiapan dan peragaan, semua harus dimungkinkan oleh
daerah setempat, dengan tujuan agar hasil dari latihan ini dikenang bagi
daerah pembuatnya.
2.2.2 Pemanfaatan HHBK
Menurut Departemen Kehutanan (2007) Peran masyarakat di dalam dan
disekitar kawasan konservasi (daerah penyangga) sebagai user/pemohon,
dalam pemanfaatan HHBK dari kawasan konservasi sebagai berikut :
1. Membentuk lembaga/kelompok Masyarakat lokal di dalam dan di
sekitar kawasan konservasi (Daerah penyangga).
2. Mengajukan permohonan izin pemanfaatan HHBK dari kawasan
konservasi kepada UPT Ditjen PHKA terkait.
3. Membuat rencana (target, volume) pengambilan jenis, untuk periode
tertentu.
11
4. Mengembangkan HHBK secara lestari di daerah penyangga dengan
memperhatikan aspek konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
5. Melaporkan kegiatan pemanfaatan HHBK dari kawasan konservasi
secara periodik kepada UPT Ditjen PHKA terkait.
Menurut Departemen Kehutanan (2007) Penggunaan spesies tumbuhan
liar sebagai HHBK diusulkan sehingga spesies tumbuhan liar dapat digunakan
secara wajar untuk keberhasilan individu yang terbaik. Tujuan pemanfaatan
HHBK dalam mengaktifkan jaringan di daerah pendukung kawasan
konservasi adalah:
a. Mengerjakan status keuangan daerah bantal daerah setempat.
b. Restorasi tanah di zona bantalan.
c. Mencegah disintegrasi dan bekerja pada kualitas ekologis dan
menyirami papan.
d. Mencegah/menghentikan laju pelanggaran hutan belantara dan illegal
logging.
e. Amankan kawasan pelestarian sesuai kapasitasnya.
Pilihan lain untuk memajukan wilayah pelayanan jagawana adalah
peningkatan jenis-jenis barang hutan bukan kayu, karena itu jelas bukan
potensi yang cukup tinggi. Kemungkinan pemanfaatan HHBK yang berbeda
sangat tinggi dalam mendukung peningkatan upah individu. Salah satu
kekurangan daerah adalah inovasi ramu dan pasca panen belum mendominasi,
sehingga membuat satu ton HHBK tidak terpakai.
12
Oleh karena itu, di kemudian hari, sangat penting untuk memperkuat
organisasi dan meningkatkan batas wilayah dalam administrasi, pengumpulan,
dan perawatan pasca-pengumpulan, sehingga wilayah setempat mendapatkan
jumlah dan kualitas yang sesuai. (Njurumana dan Butarbutar, 2008).
Perbaikan model agroforestri yang bergantung pada HHBK merupakan
lompatan maju elektif dalam pemanfaatan unit lahan yang terkonsentrasi
untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas penciptaan guna membangun
jaringan provinsi di Timor Barat untuk peningkatan gaji. Pertimbangan untuk
memilih jenis tanaman dapat diselesaikan tergantung pada penyusunan produk
dengan mempertimbangkan pencapaian sosial, masuk akal moneter, dan
keterjangkauan lahan.
Pemajuan HHBK melalui agroforestry harus ditegakkan dengan
melibatkan dan memperluas batas wilayah lokal dalam agroforestry para
pelaksana, termasuk komponen prosedur pengembangan, strategi
pengumpulan yang tidak berbahaya bagi ekosistem, metode penyiapan barang
yang sesuai dengan kebutuhan pasar, penimbunan barang dan kerangka
pameran yang adil. sebagai penguatan pertemuan atau pendirian sehingga
mereka dapat mengawasi unit. satuan tanah secara ahli. Di dalam sistem
pengembangan agroforestri, HHBK harus memiliki pilihan untuk digabungkan
dengan berbagai jenis tanaman pangan sebagai dorongan untuk lebih
mengembangkan ketahanan pangan daerah. Pengembangan jenis pangan
pilihan merupakan salah satu upaya mendorong individu untuk memperluas
13
ketahanan pangan melalui peningkatan jenis tanaman dalam peningkatan
agroforestri.(Nj Rumanadan Butarbutar, 2008).
Pengumpulan HHBK lokal merupakan gerakan ekonomi adat yang
dianggap bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan pengumpulan
HHBK dipengaruhi oleh kecenderungan genetik, aksesibilitas HHBK hanya
sebagai motivator keuangan, di mana semakin tinggi dorongan keuangan
dalam iklim umum, semakin penting peluang untuk pemilahan HHBK sebagai
pilihan untuk kepuasan finansial. kebebasan moneter yang ada juga
mempengaruhi keragaman HHBK, karena semakin tinggi minat HHBK maka
semakin tinggi pula penyalahgunaan HHBK itu sendiri. (Nugroho dkk, 2015).
2.2.3 Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Dari perspektif moneter, pembayaran identik dengan uang tunai, tenaga
kerja, dan produk yang diperoleh atau diperoleh selama jangka waktu tertentu,
seperti bulan atau waktu yang lama. (Sultika, 2010).
Bayaran yang didapat dari siklus pembuatan bergantung pada jumlah barang
dagangan yang dikirim oleh setiap jenis dan kualitas dan biaya setiap unit dari
setiap jenis dan kualitas. Ukuran pembayaran setara dengan jumlah barang
dagangan yang dibuat dikalikan dengan biaya per unit. Gaji keluarga sebagian
besar tidak berasal dari satu sumber, namun dapat muncul dari setidaknya dua
jenis pendapatan. Bermacam-macam sumber pembayaran diyakini dipengaruhi
oleh tingkat gaji itu sendiri. Tingkat upah yang rendah mengharuskan individu
keluarga untuk bekerja/berusaha lebih keras untuk mengatasi masalah mereka.
Bagi keluarga tertentu, upaya tersebut tidak hanya menambah melimpahnya jam
14
kerja dari latihan yang ada, tetapi juga melakukan latihan yang berbeda. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa hasil pemeriksaan bahwa sebagian besar keluarga
memiliki lebih dari satu jenis pendapatan (Sultika, 2010).
Pendapatan adalah penghargaan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan
yang dilakukannya, pembayaran sebagai kompensasi dan partisipasi variabel
penciptaan tanah, pekerjaan, modal dan pelaksana. (Filly, 2018).
Rodjak dalam Filly (2018) pendapatan petani adalah pembayaran penuh
peternak dari budidaya dan di luar wisma. Tingkat gaji peternak juga dipengaruhi
oleh berbagai sumber, khususnya gaji peternak sebagai administrator, gaji kerja
peternak, gaji keluarga peternak dan gaji keluarga peternak.
Gustiyana dalam Filly (2018) menyatakan bahwa gaji dipisahkan menjadi
dua, yaitu gaji rumah khusus dan gaji keluarga. Gaji budidaya adalah gaji yang
diperoleh dari selisih antara gaji bersih (hasil) dan biaya produksi (masukan) yang
ditentukan setiap bulan, tahun atau per musim berkembang. Sementara itu, gaji
keluarga adalah gaji yang diperoleh dari hasil latihan budidaya dan di luar
peternakan. Gaji non budidaya adalah bayaran yang didapat dari latihan seperti
berdagang, buruh, dan lain sebagainya
15
2.2.4. Kerangka Pikir
Di Kabupaten Bulukumba terdapat kawasan hutan kemasyarakatan (HKm)
bangkeng Bukit di Desa Bukit Harapan Masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan hutan Memanfaatkan hutan sebagai sumber pendapatan, karena
masyarakat sekitar kawasan banyak yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu
yaitu aren.
Gambar 1: Kerangka Pikir
Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) bangkeng
Bukit Desa Bukit Harapan dan Desa bukit tinggi
Sumber Mata Pencaharian Masyarakat Di Kawasan
Hutan Kemasyarakatan (HKM) Bangkeng Bukit
ma
HHBK (Nira Aren)
n
Pemanfaatan Masyarakat
Pendapatan Masyarakat Pada HHBK
16
III. METODE PENELITIAN
3.2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Harapan dan Desa Bukit Tinggi
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba selama Dua Bulan yaitu pada bulan
September sampai dengan Bulan November 2020.
3.1 Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Desa
Bukit harapan dan Desa Bukit Tinggi yang memanfaatkan hasil hutan
bukan kayu yakni nira aren.
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus yakni
20 orang
3.2 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah data
primer dan Data Sekunder.
1. Data Primer
Data Primer diperoleh dari lapangan melalui persepsi lapangan,
studi dan pertemuan yang diselenggarakan dengan memanfaatkan jajak
pendapat sejumlah responden sebagai unit investigasi. Dalam penelitian
ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara :
17
a. Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap yang diteliti
terhadap kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan bukan
kayu pohon aren. di Desa tersebut.
b. Wawancara dan pengisian kuesioner dengan melakukan tanya jawab
secara langsung terhadap masyarakat di Desa Bukit Harapan dan Desa
Bukit Harapan terkait jumlah penerimaan dan jumlah biaya produksi gula
aren semut.
c. Dokumentasi adalah mengambil gambar yang dibutuhkan pada saat
melakukan pengamatan maupun wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari kantor yang
berlaku, laporan penelitian, tulisan, karya logis, dokumentasi dan data lain
yang diidentifikasi dengan pemeriksaan ini. Pemilahan informasi
tambahan dilakukan dengan studi tulis, dimana metode ini digunakan
dengan mengumpulkan berbagai informasi pendukung yang diperoleh dari
tulisan dan dari organisasi terkait, misalnya administrasi dinas jaga, bahan
pustaka, artikel, buku harian, web office dan akibat dari penelitian masa
lalu.
18
3.4 Analisis data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan perhitungan pendapatan
masyarakat dengan menggunakan rumus:
a. Penerimaan
TR = P x Q
Keterangan :
TR : Total Revenue {penerimaan total (Rp)}
P : Price (harga)
Q : Quantity {jumlah barang (botol)}
b. Biaya Total Produksi (Pengeluaran)
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC : Total Cost (biaya total)
TFC : Total Fixed Cost (biaya tetap total)
TVC : Total Variabel cost (biaya variabel total)
c. Pendapatan
I = TR – TC
Keterangan:
I : Income (pendapatan)
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya
19
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Keadaan fisik lokasi
4.1.2. Luas dan Letak
Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) terletak di Desa Bukit
Harapan dan bukit tinggi Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba,
Sulawesi Selatan. Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan desa) yaitu jarak
dari pusat desa ± 2 Km, jarak dari pusat kecamatan yaitu ± 20 Km, jarak
dari pusat kabupaten ± 18 km serta jarak dari pusat provinsi kota Makassar
yaitu ± 170 Km. Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang terdapat di
Desa Bukit Harapan sesuai SK Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yaitu seluas 78 Ha, dengan batas
Batas Desa Bukit Harapan sebagai berikut. (KTH Buhung Lali, 2008) :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontonyeleng
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sopa
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dampang (Bontoulu)
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bontonyeleng
a. Topografi
Keadaan topografi areal kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Bangkeng Bukit dapat dilihat pada tabel berikut (KTH Buhung Lali,2008)
:
20
Tabel 1. Kondisi Topografi pada areal kerja HKm bangkeng bukit
NO Keterangan Luas (ha) %
1. Sangat Curam (>45%) - -
2. Curam (24-45%) 13 16,6
3. Agak curam(15-25%) 25 32,0
4. Landai (8-15 %) 30 38,4
5. Datar (0-8 %) 10 12,8
Jumlah 78 112,6
Tabel 1, menunjukan bahwa areal rata-rata topografi yang curam
(24-25%) seluas 13 ha, agak curam (15-25%) seluas 25 ha, yang cukup
dominan adalah landau (38,4%) seluas 30 ha, datar (0-8%) seluas 10 ha
dan sama sekali tidak ada daerah yang sangat curam. Keadaan topografi di
Desa Bukit Harapan pada umumnya berbukit, yang berada pada ketinggian
<500 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi khususnya keadaan
lereng pada lokasi Hutan Kemasyarakatan dengan luas 78 ha umumnya
bergelombang sampai berbukit.
b. Tutupan Lahan
keadaan tutupan lahan areal kerja HKm bangkeg bukit dapat dilihat
pada tabel berikut (KTH Buhung Lali, 2008) :
Tebel 2. Kondisi Tutupan Lahan pada Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan
(HKm) Bangkeng Bukit.
No. Jenis Penutupan
Lahan Luas
(ha) % Keterangan
1 Hutan Alam 34 43,5 Aren, Jati Lokal, Mahoni, Sengon, Angsana, Lento-lento, Jati Putih
2 Hutan Campuran 44 56,4
Kakao, Petai, Jambu Mente, Lengkeng, Nangka, Langsat, Rambutan, Kemiri, Mangga,
Kelapa, Asam, Merica, Kapuk, Bambu.
21
Tabel 2, menunjukkan bahwa vegetasi lokasi jenis tanaman kayu-
kayuan seperti aren, jati lokal, mahoni, sengon, angsana, lento-lento dan jati
putih.Sedangkan jenis tanaman non kayu adalah coklat, petai, jambu mente,
lengkeng,nangka, langsat, rambutan, kemiri, mangga, kelapa, asam, merica,
kapuk, dan bambu. Lokasi yang disurvei dan diukur menjadi areal HKm saat
ini baru dibebani rencana kelompok yang sebelumnya adalah penanaman
masyarakat setempat secara swadaya.
4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
a. Jumlah Penduduk
Kondisi sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk.
Jumlah penduduk di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang,
Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini (Badan
Pusat Statistik Kab.Bulukumba 2016):
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan kelas umur
No Kecamata
n Desa
Jumlah Penduduk (orang)
Laki-laki Perempua
n
Jumlah
1. Gantarang Bukit
Harapan
1,321 1,465 2,786
Jumlah 1,321 1.465 2,786
Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Bukit
Harapan sebesar 2,786 jiwa dengan perincian 1,465 jiwa perempuan dan
1,321 jiwa laki laki. Hal ini menunjukkan jumlah kaum perempuan lebih
banyak daripada kaum laki-laki.
22
b. Keadaan Ekonomi
Secara umum mata pencaharian masyarakat di Desa Bukit
Harapanadalah PNS, Pengusaha, Pedagang, Petani, Tukang Kayu, Tukang
Batu, Perbengkelan,Tukang Ojek, Sopir, Buruh Tani, serta beberapa warga
yang merantau keluar daerah untuk mencari nafkah.Khusus untuk
pengelolaan sumber daya alam ada beberapa hal yang sangat mendukung
pendapatan masyarakat yaitu:
Pendapatan masyarakat dari Tanaman Aren (Arenga pinnata)Dari
luas wilayah Desa Bukit Harapan, 20% diantaranya adalah tanaman aren
sehingga hasil produksi aren menjadi salah satu sumber pendapatan utama
bagi masyarakat Desa Bukit Harapan. Tanaman aren telah dibudidayakan
sekitar tahun1950 an dan petani aren memanen secara berkelanjutan.
23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas responden
Identitas dari responden merupakan suatu kondisi yang menggambarkan
keadaan responden atau wilayah setempat secara keseluruhan yang memanfaatkan
barang-barang hutan bukan kayu. Identitas dari responden yang akan dikaji dalam
penelitian ini yaitu : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan anggota
keluarga.
a. Umur responden
Klasifikasi berdasarkan umur responden, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Klasifikasi responden berdasarkan kelompok umur
No Umur Rata-rata (tahun) Jumlah
1 ≤48 12
2 >48 8
Jumlah 20
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021
Pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata responden dibawah atau
berumur 48 berjumlah 12 orang dengan persentase 60 % rata-rata umur responden
di atas 48 tahun dengan persentase 40 %. Dilihat dari susunan responden
berdasarkan usia di atas, terlihat bahwa usia 48 tahun lebih banyak dari pada
periode >48 tahun. Usia sangat mempengaruhi tingkat angkatan kerja dan tingkat
upah, hal ini dikarenakan semakin berpengalaman usia maka semakin rendah
tingkat kemampuan bekerja.
24
b. Tingkat pendidikan responden
Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan responden, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat pendidikan Responden
1 SD 13
2 SMP 5
3 SMA 2
Jumlah 20
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021
Berdasarkan Tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa dari 20 orang
responden sebanyak 13 orang responden tingkat SD dengan persentase (65 %)
,tingkat SMP sebanyak 5 orang responden dengan persentase (25 %) dan
SMA sebanyak 2 orang responden dengan persentase (10 %).
Tingkat pendidikan sangat penting untuk dimiliki seseorang. Semakin
tinggi derajat latihan akan semakin memudahkan seseorang untuk melakukan
latihan, khususnya dalam mencari suatu jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhi dalam menangani bisnisnya, khususnya
metode yang tepat untuk mengelola bisnisnya untuk membangun ukuran
gajinya.
c. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah semua individu yang tinggal di dalam atau
di luar rumah yang dibiayai atau dijunjung. Jumlah lingkungan keluarga juga
sangat mempengaruhi peternak untuk terus bekerja mencari uang untuk
bertahan hidup, serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jika
25
jumlah kelurahan yang dibangun, biaya yang dibutuhkan jauh lebih besar.
Adapun jumlah tanggungan responden pada dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Jumlah Tanggungan Keluarga Tiap Responden pada areal Desa Bukit
Harapan dan Bukit Tinggi
No Jumlah Tanggungan
Keluarga Jumlah Responden (orang)
1 ≥4 8
2 <4 12
Jumlah 20
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021
Berdasarkan Tabel 6 Sangat terlihat bahwa jumlah kelurahan absolut
responden adalah keluarga yang paling bergantung pada mereka yang berusia
kurang dari 4 tahun berjumlah 12 orang, dan lingkungan keluarga tidak sehat
lebih dari 4 tahun berjumlah 8 orang. .
26
5.2. Penerimaan Responden dari Gula Aren Semut
Berdasarkan hasil penelitian, penerimaan responden dari pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu Gula Aren Semut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penerimaan Responden dari Hasil Hutan Bukan Kayu (Gula Aren
Semut) Satu Tahun
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021
Berdasarkan Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa total keseluruhan
penerimaan responden dari Hasil produksi gula aren semut sebesar Rp Rp
523.584.000/tahun dengan rata-rata penerimaan responden sebesar Rp
26.179.200/tahun Penerimaan responden paling tinggi dari hasil produksi gula
aren semut sebesar Rp 62.208.000 responden/tahun hal ini dikarenakan jumlah
NoCode
Responden
Nira Aren
( L/Hr )
P. Gula Aren
Semut/HrSatuan
Harga Gula Aren
Semut /kg
Penerimaan
Gula Aren/Th
1 A 1 30 5,40 kg 16.000Rp 31.104.000Rp
2 A 2 50 9,00 kg 16.000Rp 51.840.000Rp
3 A 3 20 3,60 kg 16.000Rp 20.736.000Rp
4 A 4 60 10,80 kg 16.000Rp 62.208.000Rp
5 A 5 40 7,20 kg 16.000Rp 41.472.000Rp
6 A 6 15 2,70 kg 16.000Rp 15.552.000Rp
7 A 7 24 4,32 kg 16.000Rp 24.883.200Rp
8 A 8 25 4,50 kg 16.000Rp 25.920.000Rp
9 A 9 15 2,70 kg 16.000Rp 15.552.000Rp
10 A 10 20 3,60 kg 16.000Rp 20.736.000Rp
11 A 11 17 3,06 kg 16.000Rp 17.625.600Rp
12 A 12 21 3,78 kg 16.000Rp 21.772.800Rp
13 A 13 25 4,50 kg 16.000Rp 25.920.000Rp
14 A 14 14 2,52 kg 16.000Rp 14.515.200Rp
15 A 15 20 3,60 kg 16.000Rp 20.736.000Rp
16 A 16 30 5,40 kg 16.000Rp 31.104.000Rp
17 A 17 19 3,42 kg 16.000Rp 19.699.200Rp
18 A 18 21 3,78 kg 16.000Rp 21.772.800Rp
19 A 19 10 1,80 kg 16.000Rp 12.441.600Rp
20 A 20 27 4,86 kg 16.000Rp 27.993.600Rp
523.584.000Rp
26.179.200Rp
Jumlah
Rata-rata
27
Nira Aren yang yang di panen yaitu sebanyak 60 liter/hari sehingga produksi gula
aren semut dapat menghasilkan 10,8 kg gula semut aren/hr. Penerimaan paling
rendah dari hasil produksi gula aren semut terdapat 1 responden yaitu
Rp12.441.600/Tahun. Hal ini karena jumlah nira aren yang dipanen oleh
responden hanya 10 liter/hari sehingga produksi gula aren semut hanya
menghasilkan menghasilkan 1,80 kg /hari.
5.3.Total Biaya Pengeluaran
Total biaya pengeluaran dari responden pada lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8.Biaya Pengeluaran Responden per Tahun
No Code Responden Biaya Pengeluaran/Tahun
1 A 1 Rp 2.032.000
2 A 2 Rp 2.057.000
3 A 3 Rp 497.000
4 A 4 Rp 5.912.000
5 A 5 Rp 5.427.000
6 A 6 Rp 2.787.000
7 A 7 Rp 3.557.000
8 A 8 Rp 3.037.000
9 A 9 Rp 2.792.000
10 A 10 Rp 3.347.000
11 A 11 Rp 2.687.000
12 A 12 Rp 505.000
13 A 13 Rp 1.726.000
14 A 14 Rp 2.810.000
15 A 15 Rp 1.762.000
16 A 16 Rp 3.185.000
17 A 17 Rp 2.797.000
18 A 18 Rp 3.353.000
19 A 19 Rp 2.559.000
20 A 20 Rp 3.033.000 JUMLAH Rp 55.862.000
RATA- RATA Rp 2.793.100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021
28
Tabel 8 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dari produksi gula
aren semut secara keseluruhan yaitu Rp 55.862.000/Tahun dengan rata
pengeluaran sebesar Rp 2.793.100/responden. Pengeluaran paling tinggi
responden sebesar Rp 5.912.000 dan pengeluaran paling rendah sebesar
Rp497.000 Biaya Pengeluaran ini didapat dari jumlah rata-rata biaya yang
dikeluarkan oleh responden dari setiap alat yang digunakan. Tinggi rendahnya
biaya pengeluaran dari responden dipengaruhi oleh banyaknya peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan dalam produksi gula aren semut.
5.4. Pendapatan
Pendapatan bersih atau keuntungan usaha adalah hasil yang diperoleh dari
selisih antara total penerimaan dengan total biaya pengeluaran. Pendapatan
responden dari hasil produksi gula aren semut dapat dilihat pada Tabel 9 berikut
ini.
Tabel 9. Jumlah Pendapatan Responden Budidaya madu
No Code
Responden
Penerimaan/Tahu
n
Pengeluaran/Tahu
n Pendapatan/tahun
1 A 1 Rp 31.104.000 Rp 2.032.000 Rp 29.072.000
2 A 2 Rp 51.840.000 Rp 2.057.000 Rp 49.783.000
3 A 3 Rp 20.736.000 Rp 497.000 Rp 20.239.000
4 A 4 Rp 62.208.000 Rp 5.912.000 Rp 56.296.000
5 A 5 Rp 41.472.000 Rp 5.427.000 Rp 36.045.000
6 A 6 Rp 15.552.000 Rp 2.787.000 Rp 12.765.000
7 A 7 Rp 24.883.200 Rp 3.557.000 Rp 21.326.200
8 A 8 Rp 25.920.000 Rp 3.037.000 Rp 22.883.000
9 A 9 Rp 15.552.000 Rp 2.792.000 Rp 12.760.000
10 A 10 Rp 20.736.000 Rp 3.347.000 Rp 17.389.000
11 A 11 Rp 17.625.600 Rp 2.687.000 Rp 14.938.600
12 A 12 Rp 21.772.800 Rp 505.000 Rp 21.267.800
13 A 13 Rp 25.920.000 Rp 1.726.000 Rp 24.194.000
14 A 14 Rp 14.515.200 Rp 2.810.000 Rp 11.705.200
29
No Code
Responden
Penerimaan/Tahu
n
Pengeluaran/Tahu
n Pendapatan/tahun
15 A 15 Rp 20.736.000 Rp 1.762.000 Rp 18.974.000
16 A 16 Rp 31.104.000 Rp 3.185.000 Rp 27.919.000
17 A 17 Rp 19.699.200 Rp 2.797.000 Rp 16.902.200
18 A 18 Rp 21.772.800 Rp 3.353.000 Rp 18.419.800
19 A 19 Rp 12.441.600 Rp 2.559.000 Rp 11.784.600
20 A 20 Rp 27.993.600 Rp 3.033.000 Rp 24.960.600
JUMLAH Rp 523.584.000 Rp 55.862.000 Rp 469.624.000
RATA-RATA Rp 26.179.200 Rp 2.793.100 Rp 23.481.200
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021
Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa total pendapatan
responden dari hasil produksi gula aren semut pada lokasi penelitian ini sebesar
Rp 469.624.000 /tahun dengan rata-rata pendapatan responden setiap tahunnya Rp
23.481.200 /tahun.Pendapatan terbesar didapatkan oleh responden atas nama Aco
dengan total pendapatan sebesar Rp 56.296.000 /tahun, pendapatan ini didapatkan
dari hasil panen nira aren sebanyak 60 liter nira aren yang di produksi per harinya
dan menghasilkan gula aren semut sebanyak 10,8 kg/hari dan pendapatan
terendah atas nama Taming dengan total pendapatan sebesar Rp11.705.200/tahun,
pendapatan ini dihasilkan dari hasil panen nira aren sebanyak 10 liter sehingga
dapat menghasilkan gula aren semut sebanyak 1,80 kg/hari. Tinggi rendahnya
pendapatan responden didapatkan berdasarkan jumlah hasil panen nira aren yang
di produksi menjadi gula aren semut . semakin banyak nira aren yang di produksi
menjadi gula aren semut maka pendapatan akan semakin tinggi. Sehingga
pendapatan mereka dalam setiap panennya dalam 1 kali sehari yang di dapat
dikatakan tergolong tinggi hal ini dikarenakan pendapatan gula aren semut ini
dijadikan sebagai pekerjaan utama bagi masyarakat.
30
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
dari masyarakat produksi gula aren semut di Desa Bukit Harapan dan Desa Bukit
Tinggi Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba dari 20 Orang Responden
yang ada, memiliki nilai pendapatan yaitu sebesar Rp 469.624.000 per tahunnya,
dengan rata-rata pendapatan tiap responden produksi gula aren Rp23.481.200 per
tahun.
6.2. Saran
Sehubungan dengan saran saya, sebagai siswa ujian utama, otoritas publik
dan mitra terkait juga dapat memperluas minat mereka dalam mengerjakan sifat
dari setiap tindakan daerah yang dapat membangun nilai finansial mereka, seperti
memberikan persiapan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta
(ID): Departemen Kehutanan RI.
Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.21/Menhut-Ii/2009 Tentang Kriteria dan Indikator Penetapan
Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan . Kementerian Kehutanan.
Jakarta.
Njurumana, G. N. D. dan T. Butarbutar. 2008. Prospek pengembangan hasil
hutan bukan kayu berbasis agroforestri untuk peningkatan dan
diversifikasi pendapatan masyarakat di Timor Barat. Jurnal Info Hutan.
V(1):53 62.
Nugroho dkk, A. C., T. M. Frans, R. P. Kainde, dan H. D.Walangitan.
2015.Kontribusi hasil hutan bukan kayu bagi masyarakat di sekitar
kawasan hutan. Jurnal Cocos. 6(5):1-12.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu. Jakarta.
Sihombing. 2011. Hasil Hutan Bukan Kayu . Bumi Aksara. Bandung.
Sudarmalik dkk Y, Rochmayanto, Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. [Prosiding]
Kontribusi Hutan Rakyat dalam Kesinambungan Industri Kehutanan.
Bogor
Sultika. 2010. Analisis Pendapatan Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan
Rakyat. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.
Bogor.
Undang-Undang tentang Kehutanan No. 41 tahun 1999.
Watala. 2009. Hutan Kemasyarakatan Melestarikan Hutan untuk Kesejahteraan
Masyarakat (Catatan 10 Tahun Program HKm di Provinsi Lampung ).
Buku. Watala. Lampung. 122p.
Filly, Novita Niarsari. 2018. Kontribusi Usaha Budidaya Lebah Madu Terhadap
Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Lebah Madu Desa Buana Sakti
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. (Skripsi). Universitas
Lampung : Bandar Lampung
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP
HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DI KAWASAN
HUTAN KEMASYARAKATAN (HKM) BANGKENG BUKIT
DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN GANTARANG
KABUPATEN BULUKUMBA
I. Data Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur Responden :
4. Jenis Kelamin P/L :
5. Status Dalam Keluarga :
6. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
34
II. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama bapak memproduksi gula aren semut?
2. Berapa kali bapak memanen Nira aren 1 hari/minggu/bulan/tahun?
3. Berapa banyak Gula yang bapak/ ibu dapatkan dalam 1 kali
produksi?
(kg, liter, atau botol)
4. Berapa harga gula yang bapak jualkan?
5. Kemana biasanya gula bapak di jual?
6. Apakah memproduksi gula Aren merupakan profesi tetap bapak?
7. Jumlah tanggungan keluarga Bapak ?
8. Berapa biaya bapak yg dikeluarkan dalam memproduksi gula aren
semut?
9. Berapa biaya yang bapak/ibu keluarkan untuk menjual gula?
10. Pekerjaan tetap Bapak apa?
11. Jenis gula apa yang bapak jual?
12. Berapa lama setiap pemanenan ?
13. Alat apa saja yang bapak gunakan dalam mengambil nira aren?
35
No Alat Satuan Jumlah Harga/unit (Rp)
1
2
3
4
5
36
Lampiran 2. Data Responden
No Nama
Responden
Umur
(Tahun
)
Jenis
Kelamin Pendidikan
Jumlah
Anggota
Keluarg
a
Pekerjaa
n
1 Asri 68 Laki-
Laki SMP 4 orang Petani
2 Baso 50 Laki-
Laki SD 4 orang Petani
3 Kamaruddin
g 30
Laki-
Laki SD 3 orang Petani
4 Aco 30 Laki-
Laki SD 4 orang Petani
5 Sapar 45 Laki-
Laki SD 2 orang Petani
6 Baha 51 Laki-
Laki SMP 3 orang Petani
7 Ahmad 60 Laki-
Laki SMA 2 orang Petani
8 Tamrin 42 Laki-
Laki SMP 1 orang Petani
9 Taco 50 Laki-
Laki SD 3 orang Petani
10 Nambu 30 Laki-
Laki SD 2 orang Petani
11 Uttang
41 Laki-
Laki SD 3 orang Petani
12 Mappi
39 Laki-
Laki SMP 1 orang Petani
13 Soba
52 Laki-
Laki SD 5 orang Petani
14 Coring
43 Laki-
Laki SD 2 orang Petani
15 Indra
40 Laki-
Laki SD 4 orang Petani
16 Ahdiar
42 Laki-
Laki SMP 5 orang Petani
17 Asbar
31 Laki-
Laki SMA 3 orang Petani
18 Ansar
50 Laki-
Laki SD 4 orang Petani
19 Taming
50 Laki-
Laki SD 2 orang Petani
20 Arjun
40 Laki-
Laki SD 4 orang Petani
37
Lampiran 3. Pengeluaran Responden
No Nama Variabe
l Biaya Nama Barang
Jumlah
Barang Harga
Pemakaia
n (
pertahun )
Satua
n Harga / Tahun
1 Asri
Biaya
Tetap
Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000
wadah 3 Rp 120.000 - buah Rp 360.000
tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000
bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 565.000
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per Harga / Tahun
Biaya
Tidak
Tetap
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 5 Rp 5.000 per 15 buah Rp 375.000
Bensin 1 Rp 9.000 per 120 liter Rp 1.080.000
Jumlah Rp 1.467.000
Total Jumlah Rp 2.032.000
2 Baso
Biaya
Tetap
Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000
wadah 4 Rp 160.000 - buah Rp 640.000
tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000
bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 845.000
37
38
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
Biaya
Tidak
Tetap
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 12 buah Rp 120.000
Bensin 1 Rp 9.000 per 120 liter Rp 1.080.000
Jumlah Rp 1.212.000
Total Jumlah Rp 2.057.000
3
Kamaruddin
g
Biaya
Tetap
Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 80.000 - buah Rp 160.000
tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000
bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 365.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 12 buah Rp 120.000
Jumlah Rp 132.000
Total Jumlah Rp 497.000
4 Aco Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 5 Rp 200.000 per - buah Rp 1.000.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
38
39
Jumlah Rp 1.205.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 5 Rp 5.000 per 15 buah Rp 375.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 240 liter Rp 4.320.000
Jumlah Rp 4.707.000
Total Jumlah Rp 5.912.000
5 Sapar
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 4 Rp 200.000 per - buah Rp 800.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 1.005.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 3 Rp 5.000 per 6 buah Rp 90.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 240 liter Rp 4.320.000
Jumlah Rp 4.422.000
Total Jumlah Rp 5.427.000
6 Baha Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15. 000
39
40
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 605.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 1 Rp 5.000 per 2 buah Rp 10.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000
Jumlah Rp 2.182.000
Total Jumlah Rp 2.787.000
7 Ahmad
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 805.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 4 buah Rp 40.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 150 liter Rp 2.700.000
Jumlah Rp 2.752.000
Total Jumlah Rp 3.557.000
40
41
8 Tamrin
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 805.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 6 buah Rp 60.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000
Jumlah Rp 2.232.000
Total Jumlah Rp 3.037.000
9 taco
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 605.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
41
42
kelapa tua 1 Rp 5.000 per 3 buah Rp 15.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000
Jumlah Rp 2.187.000
Total Jumlah Rp 2.792.000
10 Nambu
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 805.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 1 buah Rp 10.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 140 liter Rp 2.520.000
Jumlah Rp 2.542.000
Total Jumlah Rp 3.347.000
42
43
11 Uttang
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 605.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 3 Rp 5.000 per 6 buah Rp 90.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 110 liter Rp 1.980.000
Jumlah Rp 2.082.000
Total Jumlah Rp 2.687.000
12 mappi
Biaya
Tetap
Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 80.000 - buah Rp 160.000
tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000
bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 365.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 5 buah Rp 10.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 13 buah Rp 130.000
Jumlah Rp 140.000
43
44
Total Jumlah Rp 505.000
13 soba
Biaya
Tetap
Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 160.000 - buah Rp 320.000
tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000
bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 525.000
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
Biaya
Tidak
Tetap
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 10 buah Rp 100.000
Bensin 1 Rp 9.000 per 121 liter Rp 1.089.000
Jumlah Rp 1.201.000
Total Jumlah Rp 1.726.000
14 coring
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 605.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 5 Rp 5.000 per 15 buah Rp 375.000
44
45
Bensin 2 Rp 9.000 per 101 liter Rp 1.818.000
Jumlah Rp 2.205.000
Total Jumlah Rp 2.810.000
15 indra
Biaya
Tetap
Wajan 1 Rp 150.000 - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 120.000 - buah Rp 240.000
tapis 1 Rp 15.000 - buah Rp 15.000
bakom 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 445.000
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per Harga / Tahun
Biaya
Tidak
Tetap
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 3 Rp 5.000 per 15 buah Rp 225.000
Bensin 1 Rp 9.000 per 120 liter Rp 1.080.000
Jumlah Rp 1.317.000
Total Jumlah Rp 1.762.000
16 ahdiar
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 4 Rp 200.000 per - buah Rp 800.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 1.005.000
Biaya
Tidak Nama Barang
Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
45
46
Tetap korek api 1 Rp 2.000 per 5 buah Rp 10.000
kelapa tua 1 Rp 5.000 per 2 buah Rp 10.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000
Jumlah Rp 2.180.000
Total Jumlah Rp 3.185.000
17 asbar
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 605.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 1 Rp 5.000 per 4 buah Rp 20.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000
Jumlah Rp 2.192.000
Total Jumlah Rp 2.797.000
18 ansar
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 805.000
46
47
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 4 buah Rp 8.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 2 buah Rp 20.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 140 liter Rp 2.520.000
Jumlah Rp 2.548.000
Total Jumlah Rp 3.353.000
19 taming
Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 2 Rp 200.000 per - buah Rp 400.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 605.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 6 buah Rp 12.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 4 buah Rp 40.000
Jumlah Rp 52.000
Total Jumlah Rp 657.000
20 arjun Biaya
Tetap
wajan 1 Rp 150.000 per - buah Rp 150.000
wadah 3 Rp 200.000 per - buah Rp 600.000
tapis 1 Rp 15.000 per - buah Rp 15.000
baskom 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
47
48
sangko 1 Rp 20.000 per - buah Rp 20.000
Jumlah Rp 805.000
Biaya
Tidak
Tetap
Nama Barang Jumlah
Barang Harga per
Satua
n Harga / Tahun
korek api 1 Rp 2.000 per 4 buah Rp 8.000
kelapa tua 2 Rp 5.000 per 6 buah Rp 60.000
Bensin 2 Rp 9.000 per 120 liter Rp 2.160.000
Jumlah Rp 2.228.000
Total Jumlah Rp 3.033.000
48
49
Lampiran 4. Penerimaan Responden
49
50
Lampiran 5. Pendapatan Responden 50
51
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Pohon Aren (arenga pinnata)
52
Alat dan Bahan yang digunakan dalam produksi gula Aren Semut
53
Proses produksi gula aren
54
Proses wawancara responden
55
RIWAWAT HIDUP
Rifal Waysadi Ak dilahirkan di Desa Tamatto pada
Tanggal 20 Februari 1998. Penulis merupakan anak
kedua dari pasangan bapak Abu Ak dan Mardiana,
adik dari Angsi Nurfatiha Ak dan Kakak Dari Wais Al-
qarni Ak, Akram Al-fatih Ak dan Zufar Al-qhosy Ak.
Penulis memulai Pendidikan dari SD Negeri 225 Allu pada Tahun
2006 dan tamat paa tahun 2009 pada tahun tahun yang sama penulis
meneruskan Pendidikan Sekolah menengah pertama di SMP Negeri
10 Bulukumba selesai pada Tahun 2012, kemudian penulis
meneruskan pendidikan sekolah menengah atas di Pondok Pesantren
Al-ikhlas Ujung Bone selesai pada tahun 2015, Pada tahun yang sama
penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi kehutanan,
Fakultastas pertanian di Universitas Muhammadiyah Makassar
Program strata 1 (S1).
56
57