+ All Categories
Home > Documents > ANALISIS PENERAPAN GLS (GERAKAN LITERASI SEKOLAH) DI SMP ...

ANALISIS PENERAPAN GLS (GERAKAN LITERASI SEKOLAH) DI SMP ...

Date post: 23-Feb-2022
Category:
Upload: others
View: 9 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 180 available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ ANALISIS PENERAPAN GLS (GERAKAN LITERASI SEKOLAH) DI SMP NEGERI 1 BATU An Analysis of the Implementation of School Literacy Movement (GLS) at State Junior High School 1 Batu Wahidah Al-Mutmainnah 1 , Yuni Pantiwati 2 , Elly Purwanti 3 123 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang e-mail korespondensi: [email protected] ABSTRAK Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan GLS pada tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran, menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) dalam penerapan GLS pada tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran, memaparkan strategi yang tepat pada penerapan GLS di 3 tahap dan memberikan Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan GLS di tiga tahap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, SMPN 1 Batu sudah melaksanakan kegiatan GLS pada 3 tahap. Tahap pembiasaan sudah dilaksanakan mulai tahun 2004 yaitu kegiatan membaca 15 menit. Tahap pengembangan yang sudah dilaksanakan adalah menulis jurnal yang berisikan komentar tentang buku yang telah dibaca sedangkan untuk menulis jurnal tanggapan buku bacaan dan membuat graphic organizer setelah membaca masih belum dilaksanakan. Tahap pembelajaran dalam kegiatan GLS sudah dilaksanakan di dalam kegiatan belajar mengajar dalam beberapa mata pembelajaran dan sudah disosialisaikan oleh kepala sekolah. Strategi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan GLS di SMPN 1 Batu adalah menggunakan strategi Deversifikasi (perbedaan) yaitu memanfaatkan fasilitas dan lingkungan sekolah agar siswa lebih antusias dalam melaksanakan kegiatan GLS, pelibatan publik, dan partisipasi penuh tenaga pendidik. Kata Kunci: Analisis GLS, tahap pembiasaan, pengembangan, pembelajaran, Strategi. ABSTRACT School Literacy in the context of GLS is the ability to access, understand, and use things intelligently through various activities, including reading, viewing, listening, writing, and / or speaking. This research aims to describe the implementation of GLS on adaptation, development, and learning phase, analyse the strength, weakness, opportunity, and threat (SWOT) on the implementation of GLS on adaptation, development, and learning phase, expose the accurate strategy on the implementation of GLS in three phases and give a right solution in order to cope the problem in the implementation of GLS in three phases. The result of this research presents that SMPN 1 Batu has implemented the GLS in three phases. The adaptation phase has been done start from 2004 that is reading for 15 minutes. The development phase that has been done is to write a journal containing comments about the book that has been read while to write journal textbook responses and make a graphic organizer after reading has not been done yet. The learning phase in GLS activity has been done in teaching and learning process in some subjects and has been socialised by the headmaster. The accurate strategy to do the GLS activity in SMPN 1 Batu is using diversification strategy that takes advantage of the facilities and the school environment in order to make students more enthusiast in doing GLS activity, public involvement, and full participation from teachers. Keywords: GLS analysis, adaptation, development, and learning phase, strategy. Pada abad ke-21 ini, kemampuan literasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca dan kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum mampu mewujudkan hal tersebut. Pemahaman membaca peserta didik Indonesia telah diuji dalam (PISA) Programme for International Student Assessment pada tahun 2009 di tingkat sekolah menengah (usia ±15 tahun) yang diikuti oleh 65 negara. Hasil dari program tersebut menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata 496). Berdasarkan kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca dan kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang berlandaskan atas Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti anak dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain itu,
Transcript

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 180

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

ANALISIS PENERAPAN GLS (GERAKAN LITERASI SEKOLAH)

DI SMP NEGERI 1 BATU An Analysis of the Implementation of School Literacy Movement (GLS) at State Junior High School 1 Batu

Wahidah Al-Mutmainnah1, Yuni Pantiwati

2, Elly Purwanti

3

123 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang

Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang

e-mail korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara

cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan GLS pada tahap pembiasaan, pengembangan dan

pembelajaran, menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) dalam penerapan GLS pada tahap

pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran, memaparkan strategi yang tepat pada penerapan GLS di 3 tahap dan

memberikan Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan GLS di tiga tahap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, SMPN 1 Batu sudah melaksanakan kegiatan GLS pada 3 tahap. Tahap pembiasaan sudah

dilaksanakan mulai tahun 2004 yaitu kegiatan membaca 15 menit. Tahap pengembangan yang sudah dilaksanakan

adalah menulis jurnal yang berisikan komentar tentang buku yang telah dibaca sedangkan untuk menulis jurnal

tanggapan buku bacaan dan membuat graphic organizer setelah membaca masih belum dilaksanakan. Tahap pembelajaran dalam kegiatan GLS sudah dilaksanakan di dalam kegiatan belajar mengajar dalam beberapa mata

pembelajaran dan sudah disosialisaikan oleh kepala sekolah. Strategi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan GLS di

SMPN 1 Batu adalah menggunakan strategi Deversifikasi (perbedaan) yaitu memanfaatkan fasilitas dan lingkungan

sekolah agar siswa lebih antusias dalam melaksanakan kegiatan GLS, pelibatan publik, dan partisipasi penuh tenaga pendidik.

Kata Kunci: Analisis GLS, tahap pembiasaan, pengembangan, pembelajaran, Strategi.

ABSTRACT School Literacy in the context of GLS is the ability to access, understand, and use things intelligently through various

activities, including reading, viewing, listening, writing, and / or speaking. This research aims to describe the implementation of GLS on adaptation, development, and learning phase, analyse the strength, weakness, opportunity,

and threat (SWOT) on the implementation of GLS on adaptation, development, and learning phase, expose the

accurate strategy on the implementation of GLS in three phases and give a right solution in order to cope the

problem in the implementation of GLS in three phases. The result of this research presents that SMPN 1 Batu has implemented the GLS in three phases. The adaptation phase has been done start from 2004 that is reading for 15

minutes. The development phase that has been done is to write a journal containing comments about the book that

has been read while to write journal textbook responses and make a graphic organizer after reading has not been

done yet. The learning phase in GLS activity has been done in teaching and learning process in some subjects and has been socialised by the headmaster. The accurate strategy to do the GLS activity in SMPN 1 Batu is using

diversification strategy that takes advantage of the facilities and the school environment in order to make students

more enthusiast in doing GLS activity, public involvement, and full participation from teachers.

Keywords: GLS analysis, adaptation, development, and learning phase, strategy.

Pada abad ke-21 ini, kemampuan literasi peserta

didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan

membaca dan kemampuan memahami informasi secara

analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di

sekolah saat ini belum mampu mewujudkan hal tersebut.

Pemahaman membaca peserta didik Indonesia telah diuji

dalam (PISA) Programme for International Student

Assessment pada tahun 2009 di tingkat sekolah menengah

(usia ±15 tahun) yang diikuti oleh 65 negara. Hasil dari

program tersebut menunjukkan bahwa peserta didik

Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396

(skor rata-rata 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan

peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64

dengan skor 396 (skor rata-rata 496). Berdasarkan kedua

hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang

dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi

sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya

menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca

dan kemampuan memahami informasi secara analitis,

kritis, dan reflektif untuk mendukung mereka sebagai

pembelajar sepanjang hayat.

Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan mengembangkan gerakan literasi

sekolah (GLS) yang berlandaskan atas Permendikbud No

23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti anak

dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di

bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain itu,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 181

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

pelibatan unsur eksternal dan unsur publik, yakni orang

tua peserta didik, alumni, masyarakat, dunia usaha dan

industri juga menjadi komponen penting dalam GLS.

Pelaksanakan kegiatan GLS memerlukan bantuan dan

peran serta warga sekolah (guru, kepala sekolah, peserta

didik, orang tua, tenaga pendidikan, pengawas sekolah,

dan Komite Sekolah) yang dapat berpartisipasi selama

pelaksanaan GLS tersebut.

GLS saat ini sudah banyak di laksanakan di

sekolah akan tetapi masih ada permasalahan yang

ditemukan di dalamnya seperti kurangnya minat siswa

dan belum tersedianya fasilitas yang memadai dalam

pelaksanakan GLS. Dilansir oleh metrotvnews.com

(2016) bahwa masih banyak sekolah-sekolah yang tidak

menyediakan fasilitas berupa buku bacaan yang menarik

khususnya di sekolah daerah terpencil serta kurangnya

perhatian pihak sekolah mengenai kondisi perpustakaan

sekolah sehingga menyebabkan siswa tidak antusias

dalam melaksanakan program GLS.

Sejalan dengan program GLS tingkat Nasional,

SMPN 1 Batu merupakan salah satu sekolah yang baru

menerapkan program ini sehingga perlu adanya

bimbingan mengenai pelaksanaan dan untuk mengetahui

apakah sekolah ini sudah melaksanakan GLS sesuai

dengan ketentuan yang terdapat dalam buku panduan

GLS untuk SMP yang telah diterbitkan oleh

kemendikbud. Pelaksanaan GLS ini memerlukan bantuan

dan peran serta warga sekolah misalnya kepala sekolah,

guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk dapat

berpartisipasi selama pelaksanaan GLS tersebut. Warga

sekolah tersebut tentunya harus memiliki pengetahuan

yang baik tentang pelaksanaan GLS sehingga ketika

diterapkan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan

tujuan GLS tersebut. Tingkat keberhasilan dalam

penerapan GLS dapat diukur dari beberapa kriteria yang

sudah dicantumkan dalam buku panduan GLS untuk

sekolah menengah pertama (SMP).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

mengadakan penelitian dengan Judul “Analisis Penerapan

GLS (Gerakan Literasi Sekolah) di SMP Negeri 01 Batu”.

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan strategi yang diperoleh berdasarkan

matrik SWOT, matriks SPACE, dan matrik Grand

Strategic.

2. Memberikan rekomendasi strategi yang tepat

berdasarkan tahap keputusan dengan matriks QSPM.

METODE

Beberapa langkah yang dilakukan didalam

menyelesaikan penelitian ini adalah

Tahap Pendahuluan yang meliputi tahap

identifikasi masalah dan penetapan tujuan penelitian.

Ditahap ini diputuskan obyek penelitian yaitu peneran

GLS di SMPN 1 Batu sedangkan konsep pustaka yang

akan digunakan adalah analisa metode manajemen

strategic.

Tahap Pengumpulan Data, yaitu tahap

perancangan alat pengumpulan data yang berupa

kuisioner, dimana sebelumnya dilakukan uji validitas dan

reliabilitas sebelum dilakukan penyebaran kuisioner resmi

Tahap Pengolahan dan Analisa Hasil,

merupakan tahap pengolahan data berdasarkan tahapan

analisa manajemen. strategik sehingga ditentukan strategi

yang tepat berdasarkan tahap keputusan melalui matriks

QSPM.

Tahap Kesimpulan dan Saran, merupakan tahap

akhir sebagai tahap kesimpulan dari apa yang telah

dianalisa pada tahapsebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dari sekolah SMPN 1 Batu yang telah

dikumpulkan dan dilakukan analisis mengenai bagaimana

penerapan GLS pada faktor internal dan eksternal

kemudian digunakan untuk menentukan faktor strategis

penerapan kegiatan GLS untuk analisis SWOT. Faktor

internal dan eksternal penerapan GLS di SMPN 1 Batu

adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang inovatif

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung berjalannya

kegiatan GLS

3. Lingkungan sekolah mendukung berjalannya

kegiatan GLS

4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya

Komitmen dalam menerapkan kegiatan GLS

5. Terdapat jurnal membaca harian yang diisi oleh

siswa setelah kegiatan GLS

6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area

membaca untuk kegiatan GLS

7. Terdapat Tim GLS yang menunjang

keterlaksanaan kegiatan ini

8. Ketersedianya buku untuk pelaksanaan GLS

yang ada di sekolah

b. Kelemahan

1. Kurangnya tenaga pendidik yang berkompoten

dalam melaksanakan kegiatan GLS

2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan

GLS

3. Belum ada kegiatan yang melibatkan publik

dikalangan orang tua, alumni dan masyarakat

sekitar dalam melaksanakan kegiatan GLS

4. Kurangnya waktu yang disediakan dari sekolah

untuk kegiatan GLS

5. Belum ada strategi yang digunakan untuk

meningkatkan mutu kegiatan GLS

6. Kegiatan GLS belum diikuti oleh berbagai

tagihan tugas, informasi dan keterkaitan dengan

pelajaran.

c. Peluang

1. Buku yang dibaca oleh siswa sesuai dengan

minat siswa

2. Suasana kegiatan GLS sangat santai dan

menyenangkan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 182

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

3. Sekolah ini sudah menerapkan 3 tahap dalam

GLS yaitu pembiasaana, pengembangan dan

pembelajaran

4. Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah

mengenai kegiatan

5. Kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah

seperti perpustakaan kota, dinas pendidikan dll

6. Kesempatan untuk mengajak siswa gemar

membaca dan berliterasi

d. Ancaman

1. Kurangnya respon dari siswa mengenai kegiatan

GLS

2. Partisipasi dari orang tua, alumni dan masyarakat

masih belum maksimal

3. Tenaga pendidik masih belum menggunakan

buku panduan sebagai acuan dalam pelaksanaan

GLS

4. Kurangnya bantuan dari pemerintah untuk

menunjang program

5. Kurangnya pengetahuan warga sekolah tentang

kegiatan GLS.

Matriks IFAS dan EFAS

Berdasarkan atas penyebaran kuisioner kepada

responden, dan dari hasil analisa Internal dan Eksternal

pada penerapan GLS di SMPN 1 Batu maka di dapatkan

matriks IFAS (matriks evaluasi faktor internal) dan EFAS

(matriks evaluasi faktor internal) seperti Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Matriks IFAS

No Faktor-faktor Stategi Internal (IFAS)

Faktor Kekuatan

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang inovatif

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung berjalannya kegiatan

3. Lingkungan sekolah mendukung berjalannya kegiatan GLS

4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya Komitmen dalam menerapkan kegiatan GLS

5. Terdapat jurnal membaca harian yang diisi oleh siswa setelah kegiatan GLS

6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area membaca untuk kegiatan GLS

7. Terdapat TIM GLS yang menunjang keterlaksanaan kegiatan ini

8. Ketersedianya buku untuk pelaksanaan GLS yang ada di sekolah?

Faktor Kelemahan

9. Kurangnya tenaga pendidik yang berkompoten dalam melaksanakan kegiatan GLS

10. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan GLS

11. Belum ada kegiatan yang melibatkan publik dikalangan orang tua, alumni dan masyarakat sekitar dalam melaksanakan

kegiatan GLS

12. Kurangnya waktu yang disediakan dari sekolah untuk kegiatan GLS

13. Belum ada strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan GLS

14. Kegiatan GLS belum diikuti oleh berbagai tagihan tugas, informasi dan keterkaitan dengan pelajaran. (Sumber: Data diolah)

Tabel 2. Matriks EFAS

Faktor-faktor Stategi Eksternal (EFAS)

Faktor Peluang

15. Buku yang dibaca oleh siswa sesuai dengan minat siswa

16. Suasana kegiatan GLS sangat santai dan menyenangkan?

17. Sekolah ini sudah menerapkan 3 tahap dalam GLS yaitu pembiasaana, pengembangan dan pembelajaran

18. Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah mengenai kegiatan GLS 19. kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah seperti perpustakaan kota, dinas pendidikan dll

20. Kesempatan untuk mengajak siswa gemar membaca dan berliterasi?

Faktor Ancaman

21. Kurangnya respon dari siswa mengenai kegiatan GLS 22. Partisipasi dari orang tua, alumni dan masyarakat masih belum maksimal

23. Tenaga pendidik masih belum menggunakan buku panduan sebagai acuan dalam pelaksanaan GLS

24. Kurangnya bantuan dari pemerintah untuk menunjang program

25. Kurangnya pengetahuan warga sekolah tentang kegiatan GLS

(Sumber: Data diolah)

Pemberian Bobot dan Rating

a. Pemberian bobot

Pemberian bobot pada faktor internal dan eksternal

didasarkan pada penyebaran angket yang telah

dilakukan pada guru SMPN 1 Batu. Rata-rata dari

faktor internal dan eksternal yang diperoleh atas

pendapat guru-guru dengan rumus sebagai berikut

Bobot = x 100

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 183

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

1). Kekuatan

Tabel 3. Indikator bobot kekuatan

No Indikator Jum

lah

Bobot

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang inovatif

190 4,49

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung

berjalannya kegiatan GLS

169 3,99

3. Lingkungan sekolah mendukung berjalannya kegiatan GLS

165 3,90

4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik

lainnya Komitmen dalam

menerapkan kegiatan GLS

162 3,83

5. Terdapat jurnal membaca harian

yang diisi oleh siswa setelah kegiatan

GLS

136 3,21

6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area membaca untuk kegiatan

GLS

160 3,78

7. Terdapat TIM GLS yang menunjang

keterlaksanaan kegiatan ini

167 3,95

8. Ketersedianya buku untuk

pelaksanaan GLS yang ada di

sekolah

170 4,02

Rata-rata Bobot 3,90

(Sumber: Data diolah)

Data tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan skor

setiap indikator kekuatan pada seluruh responden

kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan responden

yang berjumlah 50 responden. Nilai bobot rata-rata 3,90

yang memiliki arti setiap responden memberikan nilai

pada Faktor kekuatan baik hingga sangat baik.

2). Kelemahan

Tabel 4. Indikator bobot kelemahan

No Indikator Jumlah Bobot

1. Kurangnya tenaga pendidik yang

berkompoten dalam

melaksanakan kegiatan GLS

168 3,97

2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan GLS

156 3,69

3. Belum ada kegiatan yang

melibatkan publik dikalangan

orang tua, alumni dan masyarakat sekitar dalam melaksanakan

kegiatan GLS

169 3,99

4. Kurangnya waktu yang

disediakan dari sekolah untuk kegiatan GLS

135 3,19

5. Belum ada strategi yang

digunakan untuk meningkatkan

mutu kegiatan GLS

157 3,71

6. Kegiatan GLS belum diikuti oleh

berbagai tagihan tugas, informasi

dan keterkaitan dengan pelajaran.

170 4,02

Rata-rata Bobot 3,76

(Sumber: Data diolah)

Data tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan

skor setiap indikator kelemahan pada seluruh responden

kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan responden

yang berjumlah 50 responden. Nilai bobot rata-rata 3,76

yang memiliki arti setiap responden memberikan nilai

pada Faktor kelemahan tinggi hingga sangat tinggi.

3). Peluang

Tabel 5. Indikator bobot peluang

No Indikator Jumlah Bobot

1. Buku yang dibaca oleh siswa

sesuai dengan minat siswa

160 3,78

2. Suasana kegiatan GLS sangat

santai dan menyenangkan

162 3,82

3. Sekolah ini sudah menerapkan

3 tahap dalam GLS yaitu pembiasaana, pengembangan

dan pembelajaran

167 3,95

4. Dukungan dari pemerintah

pusat dan daerah mengenai kegiatan

165 3,90

5. kerjasama dengan pihak lain

di luar sekolah seperti

perpustakaan kota, dinas pendidikan dll

159 3,76

6. Kesempatan untuk mengajak

siswa gemar membaca dan berliterasi

166 3,92

Rata-rata Bobot 3,85

(Sumber: Data diolah)

Data tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan

skor setiap indikator peluang pada seluruh responden

kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan responden

yang berjumlah 50 responden. Nilai bobot rata-rata 3,85

yang memiliki arti setiap responden memberikan nilai

pada Faktor kekuatan baik hingga sangat baik.

4). Ancaman

Tabel 6. Indikator bobot ancaman

No Indikator Jumlah Bobot

1. Kurangnya respon dari siswa

mengenai kegiatan GLS

169 3,99

2. Partisipasi dari orang tua,

alumni dan masyarakat masih

belum maksimal

174 4,11

3. Tenaga pendidik masih belum menggunakan buku

panduan sebagai acuan dalam

pelaksanaan GLS

166 3,92

4. Kurangnya bantuan dari pemerintah untuk menunjang

program

137 3,24

5. Kurangnya pengetahuan

warga sekolah tentang kegiatan GLS

165 3,90

Rata-rata Bobot 3,83

(Sumber: Data diolah)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 184

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Data tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan

skor setiap indikator peluang pada seluruh responden

kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan responden

yang berjumlah 50 responden. Nilai bobot rata-rata 3,83

yang memiliki arti setiap responden memberikan nilai

pada Faktor ancaman tinggi hingga sangat tinggi.

Nilai bobot dari masing-masing indikator pada

faktor kekuatan dan faktor kelemahan dibagi jumlah

keseluruhan bobot faktor kekuatan dan faktor kelemahan

(faktor internal) yang berjumlah 58,2. Sedangkan nilai

bobot dari masing-masing indikator pada faktor peluang

dan faktor ancaman dibagi jumlah keseluruhan bobot

faktor peluang dan faktor ancaman (faktor eksternal) yang

berjumlah 41,7.

Jumlah total bobot yang dimasukkan dalam

tabulasi tidak boleh melebihi satu (1), sehingga unntuk

menghasilkan nilai yang sesuai dengan teori maka nilai

bobot tersebut dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1) Kekuatan

Tabel 7. Indikator bobot item kekuatan

N

o

Indikator Bobot Bobot

Item

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan

yang inovatif

4,49 0,077

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung

berjalannya kegiatan GLS

3,99 0,068

3. Lingkungan sekolah mendukung

berjalannya kegiatan GLS

3,90 0,066

4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik

lainnya Komitmen dalam

menerapkan kegiatan GLS

3,83 0,065

5. Terdapat jurnal membaca harian

yang diisi oleh siswa setelah

kegiatan GLS

3,21 0,055

6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area membaca untuk kegiatan

GLS

3,78 0,064

7. Terdapat TIM GLS yang menunjang

keterlaksanaan kegiatan ini

3,95 0,067

8. Ketersedianya buku untuk

pelaksanaan GLS yang ada di

sekolah

4,02 0,068

Hasil pada kolom bobot item indikator kekuatan

diperoleh dari nilai bobot pada setiap indikator kekuatan

dibagi total bobot faktor internal yaitu penjumlahan bobot

kekuatan dan kelemahan dengan jumlah 58,2. Secara

singkat, bobot item= (bobot : 58,2).

2) Kelemahan

Tabel 7. Indikator bobot item kelemahan

N

o

Indikator Bob

ot

Bobot

Item

1. Kurangnya tenaga pendidik yang berkompoten dalam melaksanakan

kegiatan GLS

3,97 0,095

2. Siswa kurang antusias dalam

mengikuti kegiatan GLS

3,69 0,088

3. Belum ada kegiatan yang

melibatkan publik dikalangan

orang tua, alumni dan masyarakat

sekitar dalam melaksanakan kegiatan GLS

3,99 0,095

4. Kurangnya waktu yang disediakan

dari sekolah untuk kegiatan GLS

3,19 0.076

5. Belum ada strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan

GLS

3,71 0,088

6. Kegiatan GLS belum diikuti oleh

berbagai tagihan tugas, informasi

dan keterkaitan dengan pelajaran.

4,02 0.096

Hasil pada kolom bobot item indikator kelemahan

diperoleh dari nilai bobot pada setiap indikator kelemahan

dibagi total bobot faktor internal yaitu penjumlahan bobot

kekuatan dan kelemahan dengan jumlah 58,2. Secara

singkat, bobot item= (bobot : 58,2).

3) Peluang

Tabel 8. Indikator bobot item peluang

No Indikator Bobot Bobot

Item

1. Buku yang dibaca oleh siswa sesuai

dengan minat siswa

3,78 0,064

2. Suasana kegiatan GLS sangat santai

dan menyenangkan

3,82 0,065

3. Sekolah ini sudah menerapkan 3 tahap

dalam GLS yaitu pembiasaana, pengembangan dan pembelajaran

3,95 0,067

4. Dukungan dari pemerintah pusat dan

daerah mengenai kegiatan

3,90 0,066

5. kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah seperti perpustakaan kota,

dinas pendidikan dll

3,76 0,064

6. Kesempatan untuk mengajak siswa

gemar membaca dan berliterasi

3,92 0,067

(Sumber: Data diolah)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 185

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Hasil pada kolom bobot item indikator peluang

diperoleh dari nilai bobot pada setiap indikator peluang

dibagi total bobot faktor eksternal yaitu penjumlahan

bobot peluang dan ancaman dengan jumlah 41,7. Secara

singkat, bobot item= (bobot : 41,7).

4) Ancaman Tabel 9. Indikator bobot item ancaman

No Indikator Bobot Bobot

Item

1. Kurangnya respon dari siswa

mengenai kegiatan GLS

3,99 0,095

2. Partisipasi dari orang tua,

alumni dan masyarakat masih belum maksimal

4,11 0,098

3. Tenaga pendidik masih belum

menggunakan buku panduan sebagai acuan dalam

pelaksanaan GLS

3,92 0,093

4. Kurangnya bantuan dari 3,24 0,077

pemerintah untuk menunjang

program 5. Kurangnya pengetahuan warga

sekolah tentang kegiatan GLS 3,90 0,093

(Sumber: Data diolah)

Hasil pada kolom bobot item indikator ancaman

diperoleh dari nilai bobot pada setiap indikator ancaman

dibagi total bobot faktor eksternal yaitu penjumlahan

bobot peluang dan ancaman dengan jumlah 41,7. Secara

singkat, bobot item= (bobot : 41,7).

b. Pemberian Rating

Nilai rating diberikan dengan meminta bantuan

kepala sekolah SMPN 1 Batu sebagai patokan. Kepala

sekolah dianggap sebagai sumber yang paling mengerti

kondisi sekolah baik internal maupun eksternal. Hasil

pemberian rating sebagai berikut:

Tabel 10. Rating patokan dalam perhitungan

No Indikator Rating

Faktor Kekuatan

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang inovatif 3

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung berjalannya kegiatan 4

3. Lingkungan sekolah mendukung berjalannya kegiatan GLS 3 4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya Komitmen dalam menerapkan kegiatan GLS 3

5. Terdapat jurnal membaca harian yang diisi oleh siswa setelah kegiatan GLS 4

6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area membaca untuk kegiatan GLS 4

7. Terdapat TIM GLS yang menunjang keterlaksanaan kegiatan ini 4 8. Ketersedianya buku untuk pelaksanaan GLS yang ada di sekolah? 4

Faktor Kelemahan Rating

9. Kurangnya tenaga pendidik yang berkompoten dalam melaksanakan kegiatan GLS 2

10. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan GLS 3 11. Belum ada kegiatan yang melibatkan publik dikalangan orang tua, alumni dan masyarakat sekitar dalam

melaksanakan kegiatan GLS 3

12. Kurangnya waktu yang disediakan dari sekolah untuk kegiatan GLS 1

13. Belum ada strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan GLS 3 14. Kegiatan GLS belum diikuti oleh berbagai tagihan tugas, informasi dan keterkaitan dengan pelajaran. 4

Faktor Peluang Rating

15. Buku yang dibaca oleh siswa sesuai dengan minat siswa 3

16. Suasana kegiatan GLS sangat santai dan menyenangkan? 3

17. Sekolah ini sudah menerapkan 3 tahap dalam GLS yaitu pembiasaana, pengembangan dan pembelajaran 3 18. Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah mengenai kegiatan GLS 4

19. kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah seperti perpustakaan kota, dinas pendidikan dll 3

20. Kesempatan untuk mengajak siswa gemar membaca dan berliterasi? 3

Faktor Ancaman Rating

21. Kurangnya respon dari siswa mengenai kegiatan GLS 3

22. Partisipasi dari orang tua, alumni dan masyarakat masih belum maksimal 3

23. Tenaga pendidik masih belum menggunakan buku panduan sebagai acuan dalam pelaksanaan GLS 3

24. Kurangnya bantuan dari pemerintah untuk menunjang program 4 25. Kurangnya pengetahuan warga sekolah tentang kegiatan GLS 3

(Sumber: Kepala Sekolah SMPN 1 Batu)

Pelaksanaan Strategi Penerapan GLS

Identifikasi pada faktor internal dan eksternal pada

penerapan GLS di sekolah SMPN 1 Batu setelah

dianalisis, kemudian diberikan bobot dan rating.

Susunan tabel berikut merupakan hasil analisis berupa

matrik IFAS dan EFAS yang telah dilakukan pada

penerapan GLS di SMPN 1 Batu serta dapat digunakan

dalam pelaksanaan strategi dalam penerapan GLS.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 186

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Tabel 11. Faktor Strategi Internal Penerapan GLS di SMPN 1 Batu

No Faktor-faktor Stategi Internal Bobot

Item

Rating Skor

Bobot

Faktor Kekuatan

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang inovatif 0,077 3 0,231

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung berjalannya kegiatan 0,068 4 0,272

3. Lingkungan sekolah mendukung berjalannya kegiatan GLS 0,066 3 0,198

4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya Komitmen dalam menerapkan kegiatan GLS 0,065 3 0,195

5. Terdapat jurnal membaca harian yang diisi oleh siswa setelah kegiatan GLS 0,055 4 0,22 6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area membaca untuk kegiatan GLS 0,064 4 0,256

7. Terdapat TIM GLS yang menunjang keterlaksanaan kegiatan ini 0,067 4 0,268

8. Ketersedianya buku untuk pelaksanaan GLS yang ada di sekolah? 0,068 4 0,272

Total 2,113

Faktor Kelemahan

9. Kurangnya tenaga pendidik yang berkompoten dalam melaksanakan kegiatan GLS 0,095 2 0,19 10. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan GLS 0,088 3 0,264

11. Belum ada kegiatan yang melibatkan publik dikalangan orang tua, alumni dan masyarakat

sekitar dalam melaksanakan kegiatan GLS 0,095 3 0,285

12. Kurangnya waktu yang disediakan dari sekolah untuk kegiatan GLS 0.076 1 0,076 13. Belum ada strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan GLS 0,088 3 0,264

14. Kegiatan GLS belum diikuti oleh berbagai tagihan tugas, informasi dan keterkaitan dengan

pelajaran. 0.096 4 0,384

Total 1,463

Total IFAS 3,576

Total bobot item x rating pada tabel 13 yang

bernilai 3.576 diperoleh dari penjumlahan bobot item x

rating faktor kekuatan dan kelemahan, yang digunakan

sebagai acuan titik kondisi internal pada penerapan

kegiatan GLS di SMPN 1 Batu. Hasil ini digunakan untuk

melihat posisi GLS saat ini.

Tabel 12. Faktor Strategi Eksternal Penerapan GLS di SMPN 1 Batu

Faktor-faktor Stategi Eksternal Bobot

Item

Rating Skor

Bobot

Faktor Peluang

15. Buku yang dibaca oleh siswa sesuai dengan minat siswa 0,064 4 0,256

16. Suasana kegiatan GLS sangat santai dan menyenangkan? 0,065 3 0,195 17. Sekolah ini sudah menerapkan 3 tahap dalam GLS yaitu pembiasaana, pengembangan

dan pembelajaran 0,067 4 0,268

18. Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah mengenai kegiatan GLS 0,066 4 0,264

19. kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah seperti perpustakaan kota, dinas pendidikan dll

0,064 3 0,192

20. Kesempatan untuk mengajak siswa gemar membaca dan berliterasi? 0,067 4 0,268

Total 1,443

Faktor Ancaman

21. Kurangnya respon dari siswa mengenai kegiatan GLS 0,095 3 0,285

22. Partisipasi dari orang tua, alumni dan masyarakat masih belum maksimal 0,098 2 0,196 23. Tenaga pendidik masih belum menggunakan buku panduan sebagai acuan dalam

pelaksanaan GLS 0,093 3 0,279

24. Kurangnya bantuan dari pemerintah untuk menunjang program 0,077 3 0,231

25. Kurangnya pengetahuan warga sekolah tentang kegiatan GLS 0,093 2 0,186

Total 1,177

Total EFAS 2,62

(Sumber: Data diolah)

Total bobot item x rating pada tabel 14 yang

bernilai 2,62 diperoleh dari penjumlahan bobot item x

rating faktor peluang dan kancamann, yang digunakan

sebagai acuan titik kondisi internal pada penerapan

kegiatan GLS di SMPN 1 Batu. Hasil ini digunakan untuk

melihat posisi GLS saat ini.

Penilaian terhadap faktor eksternal dan internal

yang dimiliki pada penerapan GLS di SMPN 1 Batu dapat

diperoleh total skor yang merupakan jumlah hasil

perkalian bobot dengan rating. Penerapan GLS di SMPN

1 Batu memperoleh total skor 3,576 untuk faktor strategis

internal, sedangkan pada faktor strategis eksternal

menghasilkan total skor 2,62. Tahap selanjutnya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 187

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

berdasarkan total skor yang diperoleh dalam tabel faktor

strategis internal dan eksternal tersebut dapat dilihat

posisi penerapan GLS untuk menerapkan strategi yang

sesuai kondisi sekolah saat ini dengan melakukan

analisisa SWOT. Dari total nilai skor bobot keempat

faktor dilakukan perhitungan matriks sebagai berikut:

Total Skor Bobot Kekuatan – Total Skor Bobot

Kelemahan

= 2,113 - 1,463

= 0,65

Total Skor Bobot Peluang – Total Skor Bobot Ancaman

= 1,443 - 1,177

= 0,266

Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas maka dapat

dibuat diagram analisa strategi SWOT sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Analisa Strategi SWOT

Berdasarkan diagram SWOT di atas, maka

diketahui bahwa strategi yang cocok dengan kondisi

internal maupun eksternal adalah mendukung strategi

Deversifikasi (perbedaan) yaitu menjalankan strategi ST

(strategi menggukanakan kekuatan (S) untuk mengatasi

berbagai ancaman (T).

Tabel 13. Strategi Matriks SWOT

Kekuatan-Kelemahan

Kekuatan (S)

1) Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang

inovatif

2) Kegiatan GLS mudah diterapkan disemua kalangan siswa baik SD, SMP, SMA

maupun SLB

3) Fasilitas sekolah sudah mendukung

berjalannya kegiatan GLS 4) Lingkungan sekolah mendukung

berjalannya kegiatan GLS

5) Kepala sekolah dan tenaga pendidik

lainnya Komitmen dalam menerapkan kegiatan GLS

6) Terdapat jurnal membaca harian yang

diisi oleh siswa setelah kegiatan GLS

7) Sekolah menyediakan sudut baca atau area membaca untuk kegiatan GLS

8) Terdapat TIM GLS yang menunjang

keterlaksanaan kegiatan ini

9) Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah mengenai kegiatan

Kelemahan (W)

1) Tenaga pendidik kurang berkompoten

dalam melaksanakan kegiatan GLS

2) Siswa kurang antusias siswa dalam mengikuti kegiatan GLS

3) Kegiatan belum melibatkan publik

dikalangan orang tua, alumni dan

masyarakat sekitar dalam melaksanakan kegiatan GLS

4) Kurangnya waktu yang disediakan

dari sekolah untuk kegiatan GLS

5) Belum ada Strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan

GLS

6) Kegiatan GLS belum diikuti oleh

berbagai tagihan tugas, informasi dan keterkaitan dengan pelajaran

BERBAGAI

PELUANG

KEKUATAN

INTERNAL

KELEMAHAN

EKSTERNAL

BERBAGAI

ANCAMAN

0,65

0,26

1. Mendukung Strategi

Agresif

2. Mendukung Strategi

Diversifikasi

3. Mendukung Strategi Turn

Around

4. Mendukung Strategi

Defensive

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 188

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Peluang-Ancaman

Peluang (O)

1) Buku yang dibaca oleh siswa

sesuai dengan minat siswa

2) Suasana kegiatan GLS

sangat santai dan

menyenangkan

3) Sekolah ini sudah

menerapkan 3 tahap dalam GLS yaitu pembiasaana,

pengembangan dan

pembelajaran

4) Ketersedianya buku untuk pelaksanaan GLS yang ada

di sekolah

5) kerjasama dengan pihak lain

di luar sekolah seperti perpustakaan kota, dinas

pendidikan dll

6) Kesempatan untuk mengajak

siswa gemar membaca dan berliterasi

Strategi SO

1) memanfaatkan fasilitas yang ada untuk

memaksimalkan kinerja tim literasi

2) mendekorasi ruang kelas dan sudut baca

agar terciptanya suasanya yang

menyenangkan sehingga siswa lebih

tertarik untuk membaca

3) menjaga komitmen kepala sekolah dan guru untuk tetap melaksanakan kegiatan

GLS di 3 tahap

4) memanfaatkan kerjasama dari pihal luar

sekolah untuk menambah wawasan dan mengajak siswa berliterasi

Strategi WO

1) mengadakan kerjasama dengan

publik seperti orang tua, alumni, dan

masyarakat sekaligus mengundang

agar siswa lebih antusias dalam

kegiatan GLS

2) mengadakan pelatihan khusus untuk

tenaga pendidik dalam melaksanakan GLS

3) mencoba berbagai strategi untuk

meningkatkan mutu membaca

sehingga siswa tidak mudah bosan 4) memcoba memberikan siswa tagihan

tugas, informasi dan keterkaitan

dengan pelajaran setelah selesai

membaca 15 menit.

Ancaman (T) 1) kurangnya respon dan sikap

dari siswa mengenai GLS

2) kurangnya partisipas dari

orang tua, alumni dan masyarakat

3) Tenaga pendidik belum

menggunakan buku panduan

sebagai acuan dalam pelaksanaan GLS

4) Belum adanya bantuan dari

pemerintah untuk menunjang

program 5) Pengetahuan warga sekolah

tentang kegiatan GLS masih

kurang

Strategi ST 1) memanfaatkan fasilitas dan lingkungan

sekolah agar siswa lebih antusias dalam

melaksanakan kegiatan GLS

2) mengundang alumni, orang tua dan masyarakat agar berpasrtisipasi dalam

kegiatan GLS

3) Tenaga pendidik berkewajiban untuk

memahami GLS dengan beracuan pada buku panduan GLS

Strategi WT 1) Memaksimalkan partisipasi dari pihak

luar sekolah

2) Meningkatkan pengetahuan warga

sekolah mengenai GLS dan di sosialisasikan secara terbuka

(Sumber: Data diolah)

Berdasarkan keterangan pada tabel internal faktor

strategi/tabel eksternal faktor strategi (IFS/EFS) tersebut

maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Strategi SO (strength dan opportunities)

Strategi ini dilakukan untuk memanfaatkan kekuatan

dari penerapan GLS serta untuk menangkap peluang

yang dimiliki sekolah. Memanfaatkan fasilitas yang

ada untuk memaksimalkan kinerja tim literasi,

mendekorasi ruang kelas dan sudut baca agar

terciptanya suasanya yang menyenangkan sehingga

siswa lebih tertarik untuk membaca, menjaga

komitmen kepala sekolah dan guru untuk tetap

melaksanakan kegiatan GLS di 3 tahap, serta

memanfaatkan kerjasama dari pihal luar sekolah untuk

menambah wawasan dan mengajak siswa berliterasi.

b. Strategi ST (strength dan treats)

Strategi ini diterapkan dimana kekuatan yang dimiliki

dari penerapan GLS untuk mengatasi ancaman yang

mungkin dapat dihadapi Strategi. Memanfaatkan

fasilitas dan lingkungan sekolah agar siswa lebih

antusias dalam melaksanakan kegiatan GLS,

mengundang alumni, orang tua dan masyarakat agar

berpasrtisipasi dalam kegiatan GLS serta tenaga

pendidik berkewajiban untuk memahami GLS dengan

beracuan pada buku panduan GLS.

c. WO (weakness dan opportunities)

Strategi ini diterapkan pada saat adanya peluang yang

dimiliki dari penerapan GLS guna mengatasi ancaman

dalam pelaksanaan. Mengadakan kerjasama dengan

publik seperti orang tua, alumni, dan masyarakat

sekaligus mengundang agar siswa lebih antusias

dalam kegiatan GLS, mengadakan pelatihan khusus

untuk tenaga pendidik dalam melaksanakan GLS,

mencoba berbagai strategi untuk meningkatkan mutu

membaca sehingga siswa tidak mudah bosan

memcoba memberikan siswa tagihan tugas, informasi

dan keterkaitan dengan pelajaran setelah selesai

membaca 15 menit.

d. Strategi WT (weakness dan treats)

Strategi ini diterapkan saat sekolah harus mampu

mengatasi kelemahan yang dimiliki agar terhindar dari

ancaman penerapan GLS yang akan dihadapi.

Memaksimalkan partisipasi dari pihak luar sekolah,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 189

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

dan meningkatkan pengetahuan warga sekolah

mengenai GLS dan di sosialisasikan secara terbuka.

Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan

(SPACE)

Analisis matriks SPACE menggunakan beberapa

atribut utama yang diambil dari matriks IFAS dan EFAS.

Matriks SPACE (Strategic Position and Action

Evaluation), digunakan untuk evaluasi posisi strategi.

Analisa ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk

menentukan posisi strategi penerapan GLS di SMPN 1

Batu, berdasarkan atribut yang ada maka dapat dibuat

matriks SPACE seperti pada tabel berikut:

Tabel 14. Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE)

Posisi Strategis Internal Rating Posisi Strategis Eksternal Rating

Financial Strength (FS) 1) Buku untuk kegiatan GLS

2) Dukungan dari pemerintah

3) Bantuan dana dari pemerintah

5

5

2

Environmental Stability (ES) 1) Tuntutan pelajar abad 21 wajib

berliterasi

2) Mengajak siswa berliterasi

3) Respon dan sikap siswa

-2

-3

-4

Total 12 Total -9

Rata-rata 4 Rata-rata -3

Competitif Advantage (CA)

1) Tagihan jurnal setelah kegiatan GLS

2) Sudut baca disetiap kelas

3) Pelibatan publik

-1

-1

-5

Industry Strength (IS)

1) Sarana dan prasarana

2) TIM GLS

3) Pengetahuan warga sekolah

5

4

3

Total -7 Total 12

Rata-rata -2,33 Rata-rata 4

(Sumber: Data diolah)

Dari total rating yang ada, maka dilakukan

perhitungan untuk mendapatkan posisi kuadran seperti

pada gambar dibawah, sehingga diperoleh strategi

berdasarkan analisa matriks SPACE.

Garis Vertikal = FS + ES = 4 + (-3) = +1

Garis Horizontal= CA + IS = (-2,33) + 4 = +1,67

Gambar 2. Diagram SPACE analisis

Berdasarkan gambar terlihat jelas garis vektor

bersifat positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa

sekolah mendapatkan dukungan yang relatif kuat baik

dari pemerintah maupun warga sekolah itu sendiri dapat

mengoptimalkan keuntungan kompetitif dengan cara

melaksanakan tindakan internal yang lebih agresif

misalnya mengadakan pelatihan untuk tenaga pendidik

mengenai pelaksanaan GLS, menciptakan strategi yang

tepat untuk meningkatkan respon dan minat siswa

dalam melaksanakan GLS, serta memaksimalkan waktu

15 menit dalam kegiatan GLS dengan partisipasi yang

penuh dari guru sebagai pendamping kegiatan GLS

tersebut.

Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix)

Matriks strategi besar merupakan teknik yang

digunakan untuk merumuskan setrategi alternatif,

berikut perhitungan matriks strategi besar yang di

jabarkan dalam tabel:

Financial Strength

(FS)

Industry Strength

(IS)

Competitif

Advantage (CA)

Environmental

Stability (ES)

1,67

1

Agresif

Competitive

Contervative

Defensive

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 190

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Tabel 15. Competitive Matriks Strategi Besar

Atribut Bobot Rating Skor

Bobot

Tagihan jurnal setelah kegiatan

GLS 0,26 4 1,03

Sudut baca disetiap kelas 0,22 4 0,87

Pelibatan publik 0,26 2 0,51 Komitmen kepala sekolah dan

tenaga pendidik 0,26 3 0,81

Total 1 3,22

Tabel 16. Market Growth Strategi Besar

Atribut Bobot Rating Skor

Bobot

Dukungan dari pemerintah 0,25 4 1,01

Pendidik yang berkompoten 0,25 2 0,50

TIM GLS 0,25 3 0,75

Pelaksanaan 3 tahap kegiatan yaitu pembiasaan,

pengembangan dan

pembelajaran

0,25 3 0,74

Total 1 3,00

Dari gambar diagram Grand Strategy Matrix

bahwa posis sekolah berada pada kuadran I yaitu posisi

strategi sempurna, yaitu dengan tingginya kompetitif

yang ada, maka strategi integrasi adalah strategi yang

efektif. Sekolah hendaknya terus meningkatkan

kemampuan dari seluruh sumber daya internal untuk

penerapan GLS sehingga dapat mencapai peluang dan

kesempatan yang tersedia dari pihak luar seperti orang

tua, alumni dan masyarakat.

Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif

(Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

(Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)

merupakan matrik analisa keputusan didalam

mengevaluasi berbagai strategi alternatif yang ada

secara objektif. Beberapa Rekomendasi keputusan

strategi yang telah diperoleh seperti Matriks SWOT

(Strategi ST), Matriks SPACE (strategi Agresif

pengembangan mutu dan diversifikasi) serta Matriks

Grand Strategik (Strategi Integrasi Horisontal), akan

dianalisis lebih lanjut untuk menentukan strategi terbaik

melalui analisa keputusan berdasarkan Matriks QSPM.

Gambar 3. Diagram Grand Strategy Matrix

Tabel 16. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Faktor-faktor Utama Bobot

Item Strategi ST Strategi agresif Strategi Integrasi

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Peluang

1. Buku yang dibaca oleh siswa sesuai dengan minat siswa 0,064 3 0,192 2 0,128 3 0,192

2. Suasana kegiatan GLS sangat santai dan menyenangkan

0,065 3 0,195 1 0,065 2 0,13

3. Sekolah ini sudah menerapkan 3 tahap dalam GLS

yaitu pembiasaana, pengembangan dan

pembelajaran

0,067 3 0,201 3 0,201 3 0,201

4. Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah

mengenai kegiatan GLS 0,066 4 0,264 2 0,132 1 0,066

5. kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah seperti

perpustakaan kota, dinas pendidikan dll 0,064 3 0,192 2 0,128 1 0,064

6. Kesempatan untuk mengajak siswa gemar 0,067 3 0,201 4 0,268 3 0,201

1,6

Pertumbuha

n Pasar

Cepat

Posisi

Kompetitif

Kuat

Pertumbuha

n Pasar

Lambat

1 Posisi

Kompetitif

Lemah

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran

II

Kuadran

III

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 191

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

membaca dan berliterasi

Faktor Ancaman

1. Kurangnya respon dari siswa mengenai kegiatan

GLS 0,095 3 0,285 4 0,38 3 0,285

2. Partisipasi dari orang tua, alumni dan masyarakat

masih belum maksimal 0,098 3 0,294 2 0,196 1 0,098

3. Tenaga pendidik masih belum menggunakan buku

panduan sebagai acuan dalam pelaksanaan GLS 0,093 3 0,279 2 0,186 2 0,186

4. Kurangnya bantuan dari pemerintah untuk

menunjang program 0,077 4 0,308 1 0,077 1 0,077

5. Kurangnya pengetahuan warga sekolah tentang

kegiatan GLS 0,093 3 0,279 3 0,279 4 0,372

Total 1,00

Faktor Kekuatan

1. Kegiatan GLS merupakan kegiatan yang inovatif 0,077 3 0,231 1 0,077 1 0,077

2. Fasilitas sekolah sudah mendukung berjalannya

kegiatan 0,068 4 0,272 4 0,272 4 0,272

3. Lingkungan sekolah mendukung berjalannya

kegiatan GLS 0,066 3 0,198 3 0,198 2 0,132

4. Kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya

Komitmen dalam menerapkan kegiatan GLS 0,065 3 0,195 4 0,26 4 0,26

5. Terdapat jurnal membaca harian yang diisi oleh

siswa setelah kegiatan GLS 0,055 4 0,22 2 0,11 2 0,11

6. Sekolah menyediakan sudut baca atau area

membaca untuk kegiatan GLS 0,064 4 0,256 2 0,128 4 0,256

7. Terdapat TIM GLS yang menunjang

keterlaksanaan kegiatan ini 0,067 4 0,268 4 0,268 4 0,268

8. Ketersedianya buku untuk pelaksanaan GLS yang

ada di sekolah? 0,068 4 0,272 2 0,136 4 0,272

Faktor Kelemahan

1. Kurangnya tenaga pendidik yang berkompoten

dalam melaksanakan kegiatan GLS 0,095 2 0,19 3 0,352 4 0,264

2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan GLS

0,088 3 0,264 4 0,19 3 0,095

3. Belum ada kegiatan yang melibatkan publik

dikalangan orang tua, alumni dan masyarakat

sekitar dalam melaksanakan kegiatan GLS

0,095 3 0,285 2 0,304 1 0,152

4. Kurangnya waktu yang disediakan dari sekolah

untuk kegiatan GLS 0,076 1 0,076 4 0,264 2 0,352

5. Belum ada strategi yang digunakan untuk

meningkatkan mutu kegiatan GLS 0,088 3 0,264 3 0,192 4 0,192

6. Kegiatan GLS belum diikuti oleh berbagai tagihan

tugas, informasi dan keterkaitan dengan pelajaran. 0,096 4 0,384 2 0,128 2 0,192

Total 1,00 6,266 5,143 5,088

(Sumber: Data diolah) Catatan: AS adalah “Skor Daya Tarik” yaitu 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tarik sedang, 4 =

daya tariknya tinggi. Sedangkan TAS adalah “Total Skor Daya Tarik” merupakan hasil perkalian antara bobot dengan AS.

Dari strategi altenatif matriks QSPM, dihasilkan

nilai TAS tertinggi yaitu sebesar 6,266 adalah pada

Strategi ST (strategi menggukanakan kekuatan (S) untuk

mengatasi berbagai ancaman (T), sehingga strategi

optimal yang sesuai digunakan adalah strategi yang cocok

dengan kondisi internal maupun eksternal dan mendukung

strategi Deversifikasi (perbedaan) yaitu memanfaatkan

fasilitas dan lingkungan sekolah agar siswa lebih antusias

dalam melaksanakan kegiatan GLS, mengundang alumni,

orang tua dan masyarakat agar berpasrtisipasi dalam

kegiatan GLS, dan tenaga pendidik berkewajiban untuk

memahami GLS dengan beracuan pada buku panduan

GLS.

PENUTUP

Strategi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan GLS

di SMPN 1 Batu adalah menggunakan strategi yang

cocok dengan kondisi internal maupun eksternal dan

mendukung strategi Deversifikasi (perbedaan) yaitu

memanfaatkan fasilitas dan lingkungan sekolah agar

siswa lebih antusias dalam melaksanakan kegiatan GLS,

mengundang alumni, orang tua dan masyarakat agar

berpasrtisipasi dalam kegiatan GLS, dan tenaga pendidik

berkewajiban untuk memahami GLS dengan beracuan

pada buku panduan GLS sehingga diperlukan beberapa

solusi dalam penerapan GLS diantaranya adalah pihak

sekolah sebaiknya menentukan waktu tambahan untuk

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Al-Mutmainnah et al., Analisis Penerapan GLS 192

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

kegiatan GLS dan memaksimalkan kerja tim literasi serta

memberikan penghargaan kepada peserta didik dalam

melaksanakan GLS, tenaga pendidik harus berpartispasi

penuh dalam kegiatan GLS dan memasukkan dalam

kegiatan pembelajaran serta mencari strategi untuk

meningkatkan pemahaman memahami teks peserta didik,

dan perlu adanya pelibatan-pelibatan publik dengan

sekolah untuk membantu pelaksanaan GLS.

DAFTAR RUJUKAN

Beers, C. S., Beers, J. W., & Smith, J. O. 2009. A

Principal’s Guide to Literacy Instruction . New

York: Guilford Press.

David, Fred R, 2006, Manajemen Strategis , Edisi

Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta

Dirjen Pendidikan dasar dan menengah. 2016. Panduan

Gerakan Literasi Sekolah untuk SMP. Jakarta :

Kemendikbud.

Dirjen Pendidikan dasar dan menengah. 2016. Buku Saku

Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta : Kemendikbud.

Donald, M. 1991. Origins of the modern mind: three

stages in the evolution of culture and cognition.

Cambridge MA: Harvard University Press.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Hadi, S. 2009. Ringkasan Laporan Penelitian Model

Trend Prestasi Siswa Berdasarkan Data PISA

Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat

Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan

Nasional.

Husamah, dan Yuni P. 2015. Analisis Kemampuan

Literasi Sains pada Siswa SMP di Kota Malang.

Prosiding Himpunan Evaluasi Pendidikan

Indonesia. Malang.

Hariastuti, N.L.P. 2012. Perencanaan Manajemen

Strategis dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

di Sekolah Menengah Atas Negeri. Prosiding

Seminar Nasional Manajemen Teknologi. 43 (1).

1-10.

Islami, A. 2013. Berfikir Kreatif dalam Pemecahan dan

Analisis Masalah. Jakarta: Pusdiklat PPSDM.

Janjic;Watrich, Vera. 2009. “The cambridge handbook of

literacy” by Olson, D.R. & Torrance, R. (Eds).

Books Review. Journal of Educational Research,

Winter, 55,4. Diunduh pada 2 Februari 2017.

http://www.proquest/umi/pqd. Web.

Kintsch, W. & Kintsch, E. 2005. Comprehension. Dalam

S.G. Paris & S.A. Stahl (Eds). Children’s Reading

Comprehension and Assessment. Mahwah, NJ:

Erlbaum.

Metrotvnews. (2016). Gerakan Literasi Sekolah. (online)

diakses tanggal 20 Februari 2017.

Musfiroh, Tadkiroatun dan Beniati Listyorini. 2016.

Jurnal Literat. Konstruk Kompetensi Literasi untuk

Siswa Sekolah Dasar. Vol 15(1).

Moleong. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muhana Gipayana. 2004. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Pengajaran Literasi dan Penilaian Portofolio

dalam Konteks Pembelajaran Menulis di SD. Vol

11(1).

Park, Y. 2008. Patterns and predictors of elemnetary

students’ reading performance: evidence from the

data of the Progress in International Reading

Literacy Study (PIRLS). ProQuest Dessertasion

and Theses. Diunduh pada 2 Februari 2017.

http://www.proquest/ umi/pqd.web

Pearce II, John dan Richard B. (2016). Manajemen

Strategis Formulasi, Implementasi, dan

Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

PISA. 2010. Assesment Framework Key Competencies In

Reading. Mathemathics, and Science. OECD.

Poerwanti, Endang. 2013. Metodelogi Penelitian Modul

Minggu Pertama.

Poerwanti, Endang. 2013. Populasi dan Sampel, Modul

Minggu Ketiga Pertemuan Kedua.

Stack, M. 2006. Testing, testing, real all about it:

Canadian press coverage of the PISA result.

Canadian Journal of Eduation 29,1 49-69.

Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

UNESCO. 2007. Education for all by 2015: Will we make

it? EFA global monitoring report 2008. UK:

Oxford University Press.


Recommended