+ All Categories
Home > Documents > Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan...

Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan...

Date post: 07-Mar-2019
Category:
Upload: trankiet
View: 221 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
19
Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008 Disusun oleh : Dwi Suryanto Universitas Diponegoro ABSTRACT Subosukawonosraten regionalization area is one of the regionalization area which has higher economic growth compared to other regionalization areas in Central Java. During 2004 untill 2008; the economic growth of Subosukawonosraten’s (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) towns was fluctuative. This fluctuative growth might be influenced by labour, education level, and government expenditure. The aims of this study is to analyze how labour, education level, and government expenditure influence economic growth in Subosukawonosraten. The data that used in this study is panel data (5 years time series data from 2004 until 2008 and 7 cross section data that represent Subosukawonosraten area, which resulted in 35 observations). The method used in this research is Least Square Dummy Variabel (LSDV).The estimation result shows that labour, education level, and government expenditure has positive and significant effect towards economic growth in Subosukawonosraten area. Keywords: economic growth, labour, government expenditure, Least Square Dummy Variabel (LSDV). 1. Pendahuluan Kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan melalui pergeseran struktur kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier (Tri Widodo,2006). Penerapan otonomi daerah mulai tahun 2004 sampai sekarang pada dasarnya bertujuan untuk mengefisienkan segala kebijakan yang berkaitan tentang urusan daerah, dengan harapan agar kebijakan yang diambil dapat lebih tepat sasaran dan mampu menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masing-masing daerah, sehingga mampu mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Diharapkan dengan penerapan otonomi daerah pertumbuhan ekonomi lebih baik dari masa sebelumnya. Pada era otonomi daerah kondisi dan potensi ekonomi daerah merupakan modal dasar dan faktor dominan yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah, yang dapat didayagunakan untuk mencapai sasaran pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu
Transcript
Page 1: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008

Disusun oleh : Dwi Suryanto

Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Subosukawonosraten regionalization area is one of the regionalization area which has

higher economic growth compared to other regionalization areas in Central Java. During 2004

untill 2008; the economic growth of Subosukawonosraten’s (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,

Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) towns was fluctuative. This fluctuative growth might be

influenced by labour, education level, and government expenditure. The aims of this study is to

analyze how labour, education level, and government expenditure influence economic growth in

Subosukawonosraten. The data that used in this study is panel data (5 years time series data

from 2004 until 2008 and 7 cross section data that represent Subosukawonosraten area, which

resulted in 35 observations). The method used in this research is Least Square Dummy Variabel

(LSDV).The estimation result shows that labour, education level, and government expenditure

has positive and significant effect towards economic growth in Subosukawonosraten area.

Keywords: economic growth, labour, government expenditure, Least Square Dummy Variabel

(LSDV).

1. Pendahuluan

Kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas

lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi

regional, dan melalui pergeseran struktur kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder

dan tersier (Tri Widodo,2006). Penerapan otonomi daerah mulai tahun 2004 sampai sekarang

pada dasarnya bertujuan untuk mengefisienkan segala kebijakan yang berkaitan tentang urusan

daerah, dengan harapan agar kebijakan yang diambil dapat lebih tepat sasaran dan mampu

menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masing-masing daerah, sehingga mampu

mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Diharapkan dengan penerapan

otonomi daerah pertumbuhan ekonomi lebih baik dari masa sebelumnya.

Pada era otonomi daerah kondisi dan potensi ekonomi daerah merupakan modal dasar

dan faktor dominan yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah, yang dapat didayagunakan untuk

mencapai sasaran pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu

Page 2: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

langkah strategi dalam pelaksanaan pembagunan dari pemerintah, terutama dalam mengambil

kebijakan yang mengarah pada perkembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Melalui Perda Propinsi Jawa Tengah No. 8 tahun 1992 dengan pembaruan Perda Provinsi Jawa

Tengah No. 21 Tahun 2003 tentang “Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah”,

pemerintah provinsi membentuk kawasan kerjasama antar daerah yang dipandang dari potensi

dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi upaya pemerataan pembangunan

dalam suatu kawasan. Berdasarkan Perda itu, Propivinsi Jawa Tengah menetapkan kawasan

kerjasama antara lain sebagai berikut Barlinmascakep (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,

Cilacap dan Kebumen), Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,

Karanganyar,Wonogiri, Sragen, Klaten), Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang,

Purwodadi), dan Sampan (Sapta Mitra Pantura).

Kawasan kerjasama ini dilakukan sebagai salah satu strategi dasar didalam melakukan

pembangunan daerah yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayah. Diharapkan dengan

adanya pembagian ini, masing-masing daerah dalam suatu kawasan kerjasama akan saling

berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan sekaligus meningkatkan pemerataan pembangunan.

Tanpa pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi tidak akan berhasil dan pertumbuhan

ekonomi yang terjadi harus disertai dengan pemerataan pembangunan. Dengan kerjasama antar

daerah, kekuatan masing-masing daerah yang bekerja sama dapat diselaraskan untuk mengatasi

hambatan lingkungan atau mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Salah satu hasil dari

kebijakan tersebut adalah dikelompokkannya kabupaten se-Karesidenan Surakarta yang terdiri

dari Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri,

Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten atau dikenal sebagai Subosukawonosraten dengan Kota

Surakarta sebagai pusatnya.

Kenaikan dan penurunan pertumbuhan di Subosukawonosraten selama 5 tahun dari tahun

2004-2008 dipengaruhi oleh banyak faktor. Kenaikan dan penurunan tersebut secara teori dapat

dipengaruhi oleh tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengeluaran pemerintah. Jumlah angkatan

kerja pencari kerja di Subosukawonosraten terus mengalami kenaikan sedangkan penyerapannya

kecil. Begitu pula terjadi pada penduduk tamatan SLTA dan jenjang pendidikan yang lebih

tinggi pertumbuhannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan tapi tingkat penyerapannya

tenaga kerja lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk tamatan SLTA dan jenjang

Page 3: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

pendidikan yang lebih tinggi. Pengeluaran pemerintah di Subosukawonosraten lebih bersifat

konsumtif (Deddy Rustiono, 2008).

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini didasari oleh teori yang dikembangkan oleh Solow-Swan yang

memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan

teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Model neo klasik

Solow-Swan secara umum berbentuk fungsi produksi, yang bisa menampung berbagai

kemungkinan substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja (L). maka fungsi produksi agregrat

standar yang dipakai :

Y = Aeμt . Kα . L1-α ...............................................................(2.8)

Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia

L = tenaga kerja

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar

Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi Subosukawonosraten sebagai (Y);

pertumbuhan stok modal dilihat melalui : (1) tingkat pendidikan (TP), (2) pengeluaran

pemerintah daerah (G); Tenaga kerja dilihat dengan jumlah orang yang bekerja (TK).

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Subosukawonosraten diperlukan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah antara lain faktor tenaga

kerja. Pertumbuhan tenaga kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu

pertumbuhan ekonomi, jadi meningkatnya tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan

produktivitas dan akan memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor pendidikan memainkan peran

utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi

modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan

yang berkelanjutan. Di samping itu peranan pemerintah baik langsung maupun tidak langsung

akan menaikan total output, menurut Lin (1994) mengatakan ada sesuatu yang penting yang

sejalan dengan peran pemerintah dimana pemerintah dapat menaikan pertumbuhan.

Page 4: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Penelitian ilmiah sebelumnya telah banyak yang membahas pengaruh tenaga kerja, tingkat

pendidikan, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor yang

diteliti pada jurnal-jurnal tersebut sangat bergantung pada kondisi studi kasus daerah atau negara

yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Deddy Rustiono (2008) yang didalam tesisnya

membahas pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kota Semarang. Hasil yang didapat adalah faktor tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah

berpengaruh positf terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan penelitian lainnya yang

dilakukan oleh Neni Pancawati menjelaskan mengenai pengaruh rasio kapital tenaga kerja,

tingkat pendidikan, stok capital dan pertumbuhan penduduk terhadap GDP Indonesia. Hasil yang

didapatkan adalah bahwa rasio tenaga kerja, tingkat pendidikan, stok kapital, dan pertumbuhan

penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output.

Pada era otonomi daerah yang dimulai dari 2004 sampai dengan 2008 pertumbuhan

ekonomi di kabupaten/kota di Subosukawonosraten mengalami fluktuasi dan terjadi

kesenjangan pembangunan daerah. Kenaikan dan penurunan pertumbuhan ekonomi secara teori

dapat dipengaruhi oleh tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengeluaran pemerintah. Perbedaan

pertumbuhan kabupaten/kota di Subosukawonosraten diduga bisa melemahkan kerjasama yang

terjadi selama ini.

Jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah di

Subosukawonosraten selama periode pengamatan 2004-2005 dijadikan variabel bebas yang

secara parsial atau bersama-sama diduga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Subosukawonosraten. Dalam penelitian ini perbedaan pertumbuhan ekonomi antara pusat

pertumbuhan dengan daerah pendukunya di gambarkan oleh besarnya dummy.

2.1 Hipotesis Penelitian.

1. Diduga tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Diduga tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Diduga pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.2 Kerangka Pemikiran

Page 5: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

3 Metode Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

(Suharsimi Arikunto, 2002), untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, maka

digunakan definisi operasional sebagai berikut :

a. Variabel Berkait/dependen

Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen yang mencerminkan indikator

pertumbuhan ekonomi regional yaitu:

Pertumbuhan Ekonomi Regional

Dinyatakan dalam PDRB atas harga konstan di kawasan Subosukawonosraten (dalam

jutaan rupiah).

b. Variabel Bebas/Independen

Variabel independen atau veriabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tenaga Kerja

Tenaga kerja dihitung dari jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas yang bekerja

selama seminggu yang lalu untuk laki-laki dan perempuan di kawasan

Subosukawonosraten (dalam satuan orang).

Tingkat Pendidikan

Pendidikan sebagai salah satu bentuk modal manusia (human capital) menunjukkan

kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Sebagai indikator tingkat pendidikan

Pertumbuhan Ekonomi*

Tenaga Kerja

Tingkat Pendidikan

Pengeluaran Pemerintah

Page 6: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

digunakan penduduk yang berpendidikan minimal tamatan SLTA dan Perguruan

Tinggi di Subosukawonosraten (dalam satuan orang).

Pengeluaran Pemerintah

Variabel pengeluaran pemerintah di kawasan Subosukawonosraten diperoleh dari

total nilai realisasi anggaran belanja dalam APBD masing-masing kabupaten/kota di

Subosukawonosraten pada tahun yang bersangkutan (dalam jutaan rupiah).

Dummy Wilayah

Model regresi variabel tak bebas Y dan variabel penjelas X bersifat bilangan

kuantitatif. Namun hal ini tak selalu berlaku, dan ada kalanya variabel-variabel

penjelas bisa bersifat kualitatif. Variabel kualitatif ini sering dikenal dengan variabel

buatan atau variabel dummy atau variabel boneka (Gujarati,2006). Variabel dummy

ini ditunjukan dengan angka 0 dan 1. Penggunaan dummy wilayah dalam penelitian

ini untuk melihat perbedaan pertumbuhan antara pusat pertumbuhan dengan daerah

pendukungnya.

5. Model Regresi

Analisis pengaruh variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah

terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Subosukawonosraten. Menggunakan data time series

selama 5 tahun dari 2004-2008 dan data cross-section sebanyak 7 data mewakili kawasan

Subosukawonosraten yang menghasilkan 35 observasi. Model pertumbuhan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Y = f (TK*, TP** , G***) ………………………………….(3.2)

Sumber :* 1. Suahasil Nazara (1994)

*** 1. Neni Pancawati (2000)

2. Didi Nuryadin, Jamzani Sodik, Dedi Iskandar (2007)

**** 1. Jamzani Sodik (2007)

2. Marganda Simamora dan Sirajuzilam (2008)

Dari persamaan (3.1) dan (3.2) maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Page 7: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑇𝐾𝑖𝑡 + 𝛼2𝑇𝑃𝑖𝑡 + 𝛼3𝐺𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡 ...................(3.3)

Gujarati (2003) menjelaskan bahwa estimasi model regresi panel data dengan pendekatan

fixed effect tergantung pada estimasi yang digunakan pada intersep, koefesien slope, dan error

term, dimana ada beberapa asumsi yaitu :

a. Asumsi bahwa intersep dan koefisien slope (kemiringan) adalah konstan antar waktu

(time) dan ruang (space) dan error term mencakup perbedaan sepanjang waktu dan

individu (ruang).

b. Koefisien slope konstan tapi intersep bervariasi antar individu (wilayah)

c. Koefisien slope konstan tapi intersep bervariasi antar waktu

d. Koefisien slope konstan tetapi intersep bervariasi antar waktu dan individu (wilayah)

e. Seluruh koefisien (intersep dan koefisien slope) bervariasi antar individu (wilayah)

f. Intersep konstan sebagaimana koefisien slope bervariasi antar waktu

Penelitian ini menggunakan asumsi FEM yang kedua, yaitu koefisien slope konstan tetapi

intersepnya bervariasi antar individu, sehingga bentuk modelnya fixed effect. Model fixed effect

harus memasukan variabel dummy, hal ini untuk menyatakan perbedaaan intersep. Adanya

variable dummy maka kita telah menambahkan sebanyak (N-1) variabel boneka (D) ke dalam

model dan menghilangkan satu sisanya untuk menghindari kolinearitas sempurna antar variabel

penjelas. Dengan menggunakan pendekatan ini akan terjadi degree of freedom NT - N – K.

Keputusan memasukkan variabel boneka ini harus didasarkan pada pertimbangan

statistik. Tidak dapat dipungkiri, dengan melakukan penambahan variabel boneka ini akan dapat

mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada akhirnya akan mempengaruhi koefisienan

dari parameter yang diestimasi. Pertimbangan pemilihan pendekatan yang digunakan ini didekati

dengan menggunakan statistik F yang berusaha memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat

Page 8: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

dari error dari proses pendugaan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan efek tetap

yang telah memasukkan variabel boneka. Rumusan itu adalah sebagai berikut:

FN+T-2,NT-N-T = 𝑅𝑈𝑅

2 − 𝑅𝑅2 /(𝑀)

1− 𝑅𝑈𝑅2 / (𝑁𝑇−𝑁−𝐾)

.........................................(3.4)

Dimana R2

R (restricted) adalah R2

dari regresi persamaan (3.3) dan R2

UR (unrestricted)

dari regresi persamaan FEM dengan variable dummy (3.5). Jika nilai F nya signifikan maka

regresi persamaan OLS (3.3) adalah invalid.

Ketika variabel dummy digunakan untuk mengestimasi fixed effect, maka persamaan itu

disebut dengan Least Square Dummy Variabel (LSDV). Penggunaan dummy pada penelitian ini

yaitu menggunakan dummy wilayah. Penggunakan dummy wilayah dalam penelitian ini adalah

untuk melihat perbedaan pertumbuhan ekonomi antara pusat pertumbuhan dengan daerah

pendukungnya. Diduga antara daerah pusat dan daerah pendukungnya memiliki perbedaan

karakteristik dan sumber daya alam yang berbeda. Alasan penggunaan Kota Surakarta sebagai

bencmark adalah karena Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan di kawasan

Subosukawonosraten dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi. Setelah memasukkan

variable dummy wilayah ke dalam persamaan (3.3), maka model persamaan adalah sebagai

berikut.

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼0+𝛼1𝑇𝐾𝑖𝑡 + 𝛼2 𝑇𝑃𝑖𝑡 + 𝛼3𝐺𝑖𝑡 + 𝛽1𝐷1 + 𝛽2𝐷2+𝛽3𝐷3 + 𝛽4𝐷4 + 𝛽5𝐷5 + 𝛽6𝐷6 +

𝑢𝑖𝑡 ....................................................................(3.5)

Dimana :

Y = pertumbuhan ekonomi wilayah

𝛼0 = intersep

Page 9: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

𝛼1 − 𝛼4 = koefesien regresi

𝛽1 − 𝛽6 = koefesien dummy

TK = tenaga kerja

TP = tingkat pendidikan

G = pengeluaran pemerintah

D = variabel dummy

U = nilai residual (factor pengganggu) yang berada di luar model

i =kabupaten/kota (data cross section 7 kabupaten/kota di Subosukawonosraten

t = waktu (data time series tahun 2004-2008)

6. Analisis Hasil Estimasi Dan Pembahasan

Keseluruhan model dalam studi ini diestimasi dengan menggunakan paket program

Eviews 6.0. dengan menggunakan model panel data yaitu fixed effect model dengan spesifikasi

model sebagai berikut:

6.1 Analisis Model

Hasil perhitungan uji Restricted F test adalah sebagai berikut :

F = (0.983873 – 0,557262)/4

(1- 0.983873)/25

= 0,016127 / 0,000645

= 165,3326

Page 10: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Hasil dari perhitungan diatas menyatakan bahwa nilai F hitung signifikan (Gujarati,

2003), berarti bahwa regresi (3.3) adalah invalid. Sehingga persamaan panel data yang

digunakan adalah Least Square Dummy Variabel (LSDV) dengan spesifiksi model sebagai

berikut :

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼0+𝛼1𝑇𝐾𝑖𝑡 + 𝛼2 𝑇𝑃𝑖𝑡 + 𝛼3𝐺𝑖𝑡 + 𝛽1𝐷1 + 𝛽2𝐷2+𝛽3𝐷3 + 𝛽4𝐷4 + 𝛽5𝐷5 + 𝛽6𝐷6 +

𝑢𝑖𝑡....................................................................(4.2)

Tabel 1

Hasil Regresi Utama

Independen

Variabel Coeficient Std Error t-Statistik Prob. Ket.

C 2081913. 364879.6 5,705752 0,0000 ***

TK 2,100045 1.051.774 1,996.670 0,0569 *

TP 4,625757 1.347.006 3,434102 0,0021 **

G 1,143.261 0.150000 7,621735 0,0000 ***

D1 -870486.4 305708.5 -2,847440 0,0087 **

D2 -1099674. 379811.8 -2,895312 0,0078 **

D3 -399160.1 194402.0 -2,053.271 0,0506 *

D4 -1714942. 318288.0 -5,388.021 0,0000 ***

D5 200326.5 217905.5 0,919328 0,3667 tak sign

D6 -1784663. 255395.2 -6,987848 0,0000 *

R-squared 0,983873

F-statistic 169,4665

Prob(F-statistic) 0.000000

Durbin-Watson 1,894303

N 35

Sumber : Output Eviews

Interpretasi hasil regresi pengaruh dari tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran

pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Subosukawonosraten tahun 2004-2008

adalah sebagai berikut :

1. Tenaga Kerja.

* = Signifikansi pada alpha 10%

** = Signifikansi pada alpha 5%

*** = Signifikansi pada alpha 1%

*** = Signifikansi pada alpha 1%

(

α

=

1

Page 11: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Dari hasil regresi, diperoleh hasil bahwa tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Subosukawonosraten. Ini ditunjukan dengan nilai

probabilitas sebesar 0,0569 lebih kecil dari alpha 10%. Kenaikan 1 tenaga kerja akan

meningkatkan output total (PDRB) sebesar 2.100.045 rupiah. Hasil regresi sesuai dengan

hipotesis pada penelitian ini yang menduga terdapat hubungan positif antara tenaga kerja dengan

pertumbuhan ekonomi. Pengaruh yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan

oleh Imam Nugroho Heru Santosa (2006) dan Suahasil Nazara (1994)

Dalam penelitihan ini, pengaruh variabel tenaga kerja terhadap jumlah output daerah

cukup besar, dimungkinkan karena tenaga kerja di Subosukawonosraten lebih banyak bekerja

pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), perdagangan dan sektor pertanian yang

dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Tenaga kerja tidak saja penting dari sudut kuantitas, tetapi yang tidak kalah penting lagi

dari kualitasnya. Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui pendidikan formal

maupun pendidikan non formal, dan dapat saja diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta.

2. Tingkat Pendidikan

Variabel tingkat pendidikan (TP) yang diukur dari besarnya lulusan SLTA dan perguruan

tinggi, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukan

dengan nilai probabilitas sebesar 0,0021 lebih kecil dari alpha 5%. Tingkat pendidikan memiliki

nilai koefesien sebesar 4,625757 artinya bahwa kenaikan 1 orang lulusan SLTA dan Perguruan

Tinggi akan meningkatkan output total (PDRB) kabupaten/kota di Subosukawonosraten sebesar

4.625.757 rupiah.

Sektor pendidikan memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara

berkembang untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar

tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro,2006). Menurut Deni

Friawan (2008) implikasi dari pembangunan dalam pendidikan adalah kehidupan manusia akan

semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional) semakin

tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa

tersebut. Semakin tinggi kualitas hidup / investasi sumber daya manusia kualitas tinggi akan

berimplikasi juga terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

Page 12: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi diasumsikan mempunyai keterampilan dan

pengetahuan tinggi, sehingga dapat mampu menyerap teknologi modern dan meningkatkan

kapasitas produksi. Pada gambar 2 terlihat bahwa perkembangan penduduk tamatan SLTA dan

Perguruan Tinggi memperlihatkan tren yang cenderung menaik.

Sumber : BPS, diolah

Meningkatnya penduduk tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi di Subosukawonosraten

mengindikasikan bahwa penduduk yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang tinggi

semakin meningkat. Sehingga dapat mendorong dan meningkatkan produktivitas, dimana

pertumbuhan produktivitas tersebut pada gilirannya merupakan motor penggerak pertumbuhan

ekonomi.

3. Pengeluaran Pemerintah

Variabel pengeluaran pemerintah (G) yang diukur dari total realisasi belanja pemerintah,

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukan dengan

nilai probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari alpha 1%. Pengeluran Pemerintah memiliki nilai

koefisien sebesar 1,143261, artinya bahwa kenaikan sebesar 1 juta terhadap pengeluaran

pemerintah akan meningkatkan output total (PDRB) kabupaten/kota di Subosukawonosraten

sebesar 1.143.261 rupiah. Pengaruh yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan

Deddy Rustiono (2008).

1096323 11384091211789

1139554

1344644

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 2 Perkembangan Penduduk Tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi

di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008

Page 13: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Belanja daerah dapat diartikan sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Investasi yang dihasilkan berupa sarana dan prasarana publik yang tidak dapat disediakan oleh

pihak swasta, antara lain jalan raya, pasar, rumah sakit, dan infrastruktur lainnya. Menurut

Guritno Mangkoesoebroto (2003) dalam konsep makro pengeluaran pemerintah akan

meningkatkan perekonomian nasional. Pengeluaran pemerintah yang mendorong perekonomian

ini tentunya dengan asumsi bahwa pengeluaran pemerintah digunakan sepenuhnya untuk

kegiatan-kegiatan ekonomi atau yang memberikan dorongan bagi perkembangan bagi kegiatan

ekonomi. Jadi apabila pengeluaran pemerintah meningkat maka akan terjadi pertumbuhan

ekonomi.

Pada gambar 4.7 terlihat bahwa rasio belanja modal terhadap belanja daerah

memperlihatkan tren yang cenderung menaik. Sedangkan rasio belanja aparatur pemerintahan

memperlihatkan tren yang cenderung menurun.

Gambar 3

Rasio Belanja Aparatur Daerah dan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah

Di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008

Meningkatnya belanja modal pemerintah daerah mengindikasikan besarnya

pembangunan maupun perbaikan infrastuktur. Dengan semakin baiknya infrastuktur akan

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

20052006

20072008

0.14 0.2 0.270.24

0.810.7

0.670.65

Belanja Modal Belanja Aparatur Daerah

Sumber : BPS, diolah

Page 14: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

mendorong dan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi. Pada akhirnya akan memacu

pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

4. Dummy

Dalam menginterpretasikan hasil regresi data panel dengan menggunakan FEM yang

menggunakan variabel dummy, signifikannya variabel dummy yang digunakan menunjukan

bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut berbeda dengan pertumbuhan ekonomi wilayah yang

dijadikan basis yaitu Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan. Angka positif atau angka

negatif pada koefesien dummy mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah yang

dijadikan dummy adalah lebih tinggi (untuk angka positif) atau lebih kecil (untuk angka negatif)

dari wilayah yang dijadikan basis yaitu Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan. Sedangkan

kalau tidak signifikan variabel dummy yang digunakan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut

sama dengan pertumbuhan ekonomi wilayah yang dijadikan basis yaitu Kota Surakarta sebagai

pusat pertumbuhan.

Dalam penelitian ini, D1 (Kabupaten Boyolali), D2 (Kabupaten Klaten), D3 (Kabupaten

Sukoharjo), D4 (Kabupaten Wonogiri), D6 (Kabupaten Sragen) memiliki nilai negatif dan

signifikan. Hal ini ditunjukan dengan nilai probabilitasnya lebih kecil dari alpha 10%. Hal ini

mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten,

Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Sragen lebih kecil dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta. Sedangkan D5 (Kabupaten Karanganyar) tidak

signifkan. Hal ini ditunjukan dengan nilai probabilitasnya lebih besar dari alpha 10%, yang

mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar tidak berbeda (sama)

dengan pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan.

7. Kesimpulan

Dari hasil istimasi regresi, variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran

pemerintah berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini sesuai dengan hipotasis awal yang

menyebutkan bahwa tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh

positif dan signifikan. Varibel dummy menjelaskan perbedaan pertumbuhan antara pusat

pertumbuhan dengan daerah pendukungnya. Dalam penelitian ini, bahwa pertumbuhan ekonomi

Page 15: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan

Kabupaten Sragen lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta.

Sedangkan Kabupaten Karanganyar tidak berbeda (sama) dengan pertumbuhan ekonomi Kota

Surakarta sebagai pusat pertumbuhan

8. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka

dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Meskipun secara kuantitas tenaga kerja memberi kontribusi yang tinggi bagi

pertumbuhan ekonomi di Subosukawonosraten, tetapi jumlah penganguran dari tahun ke

tahun mengalami kenaikan. Perlu kebijakan pemerintah yang dapat menimbulkan

lapangan kerja yang luas sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

2. Tingkat pendidikan lulusan SLTA dan Perguruan Tinggi mampu memberikan kontribusi

yang tinggi dalam pertumbuhan ekonomi di Subosukawonosraten. Tetapi masih banyak

penduduk yang tamatan SD dan SLTP di Subosukawonosraten yang tidak dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pemerintah

daerah di Subosukawonosraten menyediakan sekolah terbuka untuk SMP dan SMA atau

pendidikan murah yang lainnya.

3. Pemerintah kabupaten/kota di Subosukawonosraten diharapkan mengalokasikan belanja

daerah secara proposional antara belanja aparatur daerah (yang memberi dampak tidak

langsung terhadap pembangunan) dengan belanja modal (yang memberi dampak secara

langsung terhadap pembangunan).

4. Masih belum meratanya pembangunan yang ada di Subosukawonosraten. Hal ini dilihat

dari Tabel 5.1 di bawah ini.

Page 16: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Tabel 5.1

Kondisi Kabupaten/Kota di Subosukawonosraten berdasarkan

Kriteria Tipologi Klasen tahun 2004-2008

Daerah Berkembang Cepat

Klaten, Sragen

Daerah Cepat Maju dan Cepat

Tumbuh

Karanganyar, Surakarta

Daerah Relatif Tertinggal

Boyolali, Wonogiri

Daerah Maju Tertekan

Sukoharjo

Dari pembagian berdasarkan kriteria tipologi Klassen tersebut untuk kawasan di

Subosukawonosraten, kabupaten yang masih berada pada klasifikasi relatif tertinggal yaitu

Boyolali, Wonogiri, daerah yang berada di daerah berkembang cepat adalah Klaten dan

Sragen. Sedangkan kabupaten/kota yang terdapat daerah cepat maju dan cepat tumbuh

adalah Karanganyar dan Surakarta, sedangkan Kabupaten Sukoharjo terdapat didaerah

maju tertekan. Berdasarkan Tabel 5.1 pembangunan di Kabupaten Boyolali, Kabupaten

Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kota

Surakarta belum merata. Diharapkan pemerintah daerah di kabupaten/kota di

Subosukawonosraten harus meningkatkan kerjasamanya lagi yang sesuai dengan Perda 21

Tahun 2003 yang mengatur kerja sama antar daerah, sehingga dapat terciptanya

pemerataan pembangunan di kawasan Subosukawonosraten.

4.349.747,52

4,75

Page 17: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

9. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitihan: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revesi

V. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.

Badan Pusat Statistik. Berbagai Tahun Terbitan. Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka. BPS

Provinsi Jawa Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka. BPS Propinsi

Jawa Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Kabupaten Sragen Dalam Angka. BPS Propinsi

Jawa Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka. BPS

Propinsi Jawa Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Kabupaten Klaten Dalam Angka. BPS Propinsi

Jawa Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Kabupaten Boyolali Dalam Angka. BPS Propinsi

Jawa Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Kota Surakarta Dalam Angka. BPS Propinsi Jawa

Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Jawa Tengah Dalam Angka. BPS Propinsi Jawa

Tengah.

Berbagai Tahun Terbitan. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah.

BPS Propinsi Jawa Tengah.

Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

1995. Makro Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

Dajan, Anto. 1995. Pengantar Metode Statistik. Jakarta : LP3ES.

Didi Nuryadin, Jamzani Sodik, dan Dedi Iskandar. 2007. Aglomerasi dan Pertumbuhan

Ekonomi, Peran Karakteristik Regional di Indonesia. Yogyakarta :

Fakultas Ekonomi UPN Veteran YK.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Firmansyah. 2008. Modul Praktek Ekonomika Dasar: Estimasi, Asumsi Klasik dan

Vasriabel Dummy Aplikasi Eviews 4.0. Tidak dipublikasikan.

Page 18: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Friawan, Deni. 2008. Kondisi Pembangunan Infrastuktur di Indonesia CSIS. Vol 37. No. 2

juni. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Gama, Ayu Savitri. 2007. Disparitas dan Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) per Kapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Jurnal

Ekonomi dan Sosial Vol 2, hal 1.

Gujarati, Domadar. 2003. Basic Econometric. The McGrow Hill Companies Inc.

Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate lanjutan dengan Program SPSS. Semarang :

Undip.

Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran

Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah.

http://eprints.undip.ac.id/16937/1/Deddy_Rustiono.pdf. Undip Semarang.

Santosa, Imam Nugraha Heru. 2005. Analisis Pertumbuhan Kota Semarang dan Kabupaten

Blora Provinsi Jawa Tengah. Tesis Tidak Dipublikasikan. MIESP : Undip.

Sodik, Jamzani. 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional :

Studi Kasus Data Panel di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan

Indonesia (JEKI) Vol. 12 No. 1, April 2007 Hal : 27-36

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Lin, Steven, A Y. 1994. Goverment Spending and Economic Growth. Applied Economic. 26.

Hal 83-94.

Mangkoesobroto, Guritno. 1999. Ekonomi Publik. Yogyakarta : BPFE.

Mankiw, N Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Marzuki.2005. Metodologi Rizet : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta

: Ekonomisia

Michael P, Todaro. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga.

2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Nazara, Suahasil. 1999. Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia. Suatu Aplikasi Fungsi

Produksi Agregrat Indonesia 1985-1991. Prisma, Vol. 8, No.2, hal19-36.

Pancawati, Neni. 2000. Pengaruh Rasio Kapital-tenaga Kerja, Tingkat Pemdidikan, Stok Kapital

dan Petumbuhan Penduduk terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15 Hal 2

Paul A, Samuelson and Nordhaous. 1997. Ekonomi 1. Jakarta : Erlangga.

Simamora, Marganda dan Sirozilam. 2009. Diterminan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Sumatera Utara (studi kasus : Wilayah Pantai

Page 19: Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan ...eprints.undip.ac.id/26785/1/Dwi_Suryanto_(C2b006027)_jurnal.pdf · dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi

Timur).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17967/1/wah-

des2008-4%20(6).pdf.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

2000. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang : Baduoso Media.

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : LPFE

UI.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional. Jakarta : Bumi Aksara.

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan, Aplikasi Komputer, Era Desantralisasi

Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.


Recommended