ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM
PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN
ANALISIS INPUT OUTPUT
(Skripsi)
Oleh
SURYANTO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
Analysis of the role of the manufacturing industry in the economy ofLampung Province with an input output analysis approach
by
Suryanto
This study aims to analyze the role of manufacturing industry sector to Lampungeconomy. Then analyze the linkage of manufacturing industry sector with othereconomic sectors in Lampung Province. In addition, this research also analyzesthe dispersion coefficient and the sensitivity of the spread of processing industrysector in Lampung Province. The tool used to process the data is using MicrosoftExcel 2007 tools. Based on the analysis of future relevance of Chemical,Pharmaceutical and Traditional Medicines Sub-sector has the highest value that is2,3422. While based on the analysis of the backwardness of TransportationEquipment Sub-sector has the highest value that is 2.2622
Keywords: Coefficient Input (Technology), Input Output.
ABSTRAK
Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian ProvinsiLampung Dengan Pendekatan Analisis Input Output
Oleh
Suryanto
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sektor industri pengolahanterhadap perekonomian Lampung. Kemudian menganalisis keterkaitan sektorindustri pengolahan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya di ProvinsiLampung. Selain itu penelitian ini juga menganalisis koefisien penyebaran dankepekaan penyebaran sektor industri pengolahan di Provinsi Lampung. Alat yangdigunakan untuk mengolah data adalah menggunakan perangkat Microsoft Excel2007. Berdasarkan analisis keterkaitan kedepan Subsektor Industri Kimia,Farmasi dan Obat Tradisional memiliki nilai tertinggi yaitu 2,3422. Sedangkanberdasarkan analisisis keterkaitan kebelakang Subsektor Alat Angkutan memilikinilai tertinggi yaitu 2,2622
Kata Kunci : Input Output, Koefisien Input (Teknologi).
ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM
PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN
ANALISIS INPUT OUTPUT
Oleh
Suryanto
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI
pada
Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung, pada tanggal 14 Juli 1994, sebagai anak ke lima
dari enam bersaudara, dari Bapak Samidi dan Ibu Khazanah. Pendidikan Sekolah
Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 3 Lampung Timur, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP IT Baitul Muslim Lampung Timur, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur. Setelah
lulus SMA penulis melanjutkan pendidikan di UNILA sebagai mahasiswa
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Direktorat Jendral
Anggaran, Otoritas Jasa keuangan dan Kementrian Keuangan dan Penulis juga
telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2016 selama 60 hari di
Desa Tri Karya Mulya, Mesuji.
MOTTO
“Kesuksesan itu bukan ditunggu, tetapi diwujudkan lewat usaha dan kegigihan.
“Kau tak akan pernah mampu menyebrangi lautan sampai kau berani berpisahdengan daratan.
Christoper Colombus
“Janganlah engkau mengucapkan perkataan yang engkau sendiri tak sukamendengarnya jika orang lain mengucapkannya kepadamu.
Ali bin Abi Thalib
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, pertama-tama saya mengucapkan puji syukur saya
terhadap Allah Subhanawata’ala. Tiada kata yang mampu ku ucap untuk
mensyukuri nikmat yang Engkau beri pada hamba-Mu ini. Kedua orang tuaku
tercinta yang luar biasa besar jasanya bagi hidupku, tanpa kasih sayang, do’a dan
perjuangan beliau Bapak dan ibu saya mungkin tidak dapat menjadi seperti saat
ini. Terima kasih Bapak dan ibu yang selalu mendidik dan memperjuangkanku, di
setiap waktu dalam sujudmu kau selalu menyebut namaku. Bapak dan ibu terkasih
dan tersayang terima kasih banyak atas segala pemberianmu yang tanpa pamrih
ini. Untuk kakak & adikku tersayang terima kasih atas segala dukungan, baik
inspirasi, motivasi, untuk kehidupanku. Sahabat-sahabatku yang selalu
memotivasi dan memberi kenangan terindah dalam hidupku terima kasih banyak
saya ucapkan.
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
dengan judul “Analisis Peran Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian
Provinsi Lampung (Pendekatan Analisis Input-Output)” adalah salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi Strata Satu Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.
Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna
mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat
terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh
penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E.,M.Si. sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E.M.E selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan pelajaran, motivasi dan bimbingan yang sangat berharga
bagi Penulis.
5. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis.
6. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku dosen penguji dan dosen PA yang telah
memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis.
7. Para semua dosen di Jurusan Ekonomi Pembangunan yang tak bisa saya
sebutkan satu per satu terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada
penulis.yang telah mengajarkanku banyak ilmu yang bermanfaat
8. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
9. Seluruh Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2012 saya
mengucapakan terima kasih karena telah banyak membantu.
10. Serta kepada semua teman-teman bermain yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Semoga Allah senantiasa memberikan kasih sayang dan perlindungannya
kepada kita semua. Akhir kata, penulis memohon maaf jika terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Semoga bermanfaat.
Bandar Lampung, 20 Agustus 2018Penulis,
Suryanto
DAFTAR ISI
Halaman HAAACOVER iDAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ivDAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Ekonomi .................................................................... 8B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................... 12C. Pembangunan Ekonomi Daerah ................................................................ 13D. Peran Sektor Industri .................................................................................. 16E. Teori Pembangunan Seimbang Dan Tidak Seimbang .............................. 17F. Model Input Output ................................................................................... 19G. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 24H. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 26
III. METODE PENELITIANA. Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 27B. Metode Pengolahan Data ............................................................................ 27C. Istilah yang Digunakan dalam Penelitian ................................................... 27D. Metode Analisis Data ................................................................................. 30E. Analisis Struktur Permintaan....................................................................... 31F. Analisis Struktur output............................................................................... 32G. Analisis Struktur input................................................................................. 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 34
Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 12 ................................................ 35Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 13 ................................................ 36Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 15 ................................................ 37Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 17 ................................................ 38
Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 18 ................................................ 39Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 19 ............................................... 40
B. Implikasi Ekonomi....................................................................................... 41
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................... 43B. Saran ..................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
HAAATabel Halaman Halaman
1. Distribusi PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan Atas DasarHarga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah) .............................. 5
2. Kerangka Dasar Tabel Input Output ............................................................... 203. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 244. Koefisien Input Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Lampung Tahun
2010 (Juta Rupiah) ......................................................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 262. Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 12 .................................................... 353. Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 13 .................................................... 364. Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 15 .................................................... 375. Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 17 .................................................... 386. Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 18 .................................................... 397. Komposisi Nilai Input Antara Subsektor 19 .................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Input Output Provinsi Lampung 2010 (Juta Rupiah) ............................ L12. Koefisien Input (Matriks A) ............................................................................. L2
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu
mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan asumsi bahwa sektor industri
dapat memimpin sektor-sektor perekonomian lainnya menuju pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi
penggerak dan memimpin (the leading sector) terhadap perkembangan sektor
perekonomian lainnya, selain akan mendorong perkembangan industri yang
terkait dengannya (Dumairy, 1996:230).
Krisis ekonomi dunia bisa terjadi kapan saja, bukan hanya sekarang namun juga
dapat terjadi lagi di masa yang akan datang. Untuk itu Indonesia harus siap untuk
menghadapi dan mengantisipasi datangnya kembali krisis ekonomi dengan
penguatan industri dalam negeri. Langkah yang dapat dilakukan untuk
menguatkan industri dalam negeri diantaranya adalah dengan melakukan
pembatasan impor barang konsumsi dan penguatan industri unggulan dalam
negeri yang memiliki pasar ekspor. (Arsyad, 2010:442).
Di bidang ekonomi, krisis berdampak pada menurunnya kinerja bisnis pada
berbagai sektor usaha dan sangat dirasakan terutama di sektor industri. Hal ini
2
karena umumnya industri-industri besar yang tidak berorientasi pada pemanfaatan
bahan baku dan bahan setengah jadi dalam negeri. Semakin terpuruknya sektor
swasta juga berdampak pada meningkatnya Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Perekonomian Indonesia serta kondisi riil paska krisis
ekonomi akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor industri. Setelah
terjadinya krisis ekonomi pertumbuhan sektor industri masih sedikit lebih rendah
bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada saat sebelum krisis. Upaya
mempercepat pembangunan, membangun kemandirian ekonomi, pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah dengan cara memberikan
kesempatan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola seluruh potensi sumber
daya yang dimiliki, telah dilakukan dengan terbitnya UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun
2004 dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi oleh
pemerintah dan DPR menjadi UU No. 33 Tahun 2004.
Di sisi lain, isu-isu globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia terkait dengan
sektor industri telah bergerak begitu cepat, secara kasat mata Negara-negara maju
lebih siap sehingga cenderung lebih mampu memanfaatkan kesempatan
dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang. Dalam upaya
mempercepat proses industrialisasi untuk mendukung pembangunan ekonomi
nasional sekaligus mengantisipasi dampak negatif globalisasi dan liberalisasi
ekonomi dunia dan perkembangan di masa yang akan datang, diperlukan
3
suatu arahan dan kebijakan yang jelas dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang baik oleh Pemerintah Pusat maupun prakarsa daerah.
Hal terpenting adalah arah dan kebijakan industri nasional yang disepakati
bersama, sangat dibutuhkan agar industri tidak tumbuh secara alami tanpa
kejelasan akan bentuk bangun industri yang akan terjadi, yang akan menimbulkan
dampak pemborosan sumber daya pembangunan (inefisiensi) dan tidak
terwujudnya tujuan pembangunan industri yang diinginkan.
Perindustrian-perindustrian di Indonesia memerlukan strategi untuk melindungi
industri dalam negeri dari gelombang krisis. Konsep tentang industrialisasi baru
harus mulai dibahas secara serius dengan menjadikan krisis global ini sebagai
dorongan untuk mengembangkan industri bangsa, pengembangan industrialisasi
baru dapat dilakukan sambil berjalan sebagai solusi jangka panjang. Perencanaan
pembangunan ekonomi merupakan proses transformasi yang dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Hal ini menjadi salah
satu bagian terpenting dari pembangunan nasional. Dengan demikian diperlukan
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang salah satunya dapat dilakukan melalui
proses industrialisasi. (Arsyad, 2010:453).
Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah
sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Proses
4
tersebut meliputi interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi,
dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan
mendorong perubahan struktur ekonomi.
Usaha percepatan pembangunan ekonomi industrialisasi merupakan salah satu
strategi yang dilakukan oleh Pemerintah. Proses industrialisasi yang dilakukan di
Indonesia sejak Pelita I telah menimbulkan terjadinya transformasi struktural.
Perkembangan dan pertumbuhan secara sektoral mengalami pergeseran. Awalnya
sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai kontribusi besar. Seiring
dengan berkembang pesatnya industrialisasi serta didukung kebijakan dari
pemerintah dalam mempermudah masuknya modal asing ke Indonesia, maka
sektor manufaktur ini mengalami peningkatan sehingga mulai menggeser sektor
pertanian (Kuncoro, 2007:96).
Sejak tahun 1991 sektor industri telah menjadi tulang punggung perekonomian
nasional disamping untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, industri
pengolahan bukan migas juga memiliki pangsa pasar internasional yang baik.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu positif. Pada
tahun 2007 pertumbuhan sektor industri pengolahan sekitar 4,7 persen, meningkat
dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 4,6 persen. Meningkatnya permintaan
akan produk barang jadi atau setengah jadi baik domestik maupun internasional,
telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi peringkat pertama
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1991.
Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah.
5
Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, akan memberikan gambaran
bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan wilayah tersebut yang terus
dapat dikembangkan dan dapat menjadi pendorong roda perekonomian agar
semakin berkembang. (Kuncoro,2007:97).
Tabel 1.1 Distribusi PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan AtasDasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 295.933,7 304.777,1 315.036,8 328.279,7 339.890,22 Pertambangan
180.159,0 187.152,5 190.143,2 193.115,7 195.708,5dan Galian
3 Industri569.784,9 597.134,9 633.781,9 670.190,6 707.457,8
Pengolahan4 Listrik, Gas
17.137,3 18.050,2 18.899,7 20.080,7 21.201,0dan Air Bersih
5 Bangunan 140.273 150.022,4 159.122,9 170.884,8 182.117,96 Perdagangan,
Hotel dan 368.563,7 400.474,9 437.472,9 473.110,6 501.158,4Restoran
7 Pengangkutan191.616,2 217.980,4 241.303,0 265.383,7 292.421,5Komunikasi
8 Keuangan,Persewaan dan 208.839,7 221.024,2 236.146,6 253.022,7 272.151,9Perusahaan
9 Jasa-Jasa 205.434,2 217.842,2 232.659,1 244.869,9 258.237,9
Jumlah 2.177.741,70 2.314.458,8 2.464.566,1 2.618.938,4 2.770.345,1
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2014
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa industri pengolahan merupakan sektor
yang memiliki PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) paling besar
kontribusinya dalam perekonomian di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013.
Pada tahun 2009 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Lampung sebesar
569.784,9 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 597.134,9 dan
pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 633.781,9 dan pada tahun 2012
mengalami peningkatan sebesar 670.190,6 dan untuk tahun 2013 meningkat
sebesar 707.457,8.n Jika dilihat secara keseluruhan maka distribusi PDRB
6
(Produk Domestik Regional Bruto) sektor industri pengolahan Provinsi Lampung
dari tahun 2009 sampai tahun 2013 selalu mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di Provinsi Lampung merupakan
sektor yang sangat penting sebagai sektor penunjang pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung.
B. Perumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang akan penulis teliti, di antaranya adalah
bagaimana peranan setiap subsektor dalam penggunaan input untuk menghasilkan
suatu output?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
Menganalisis peranan setiap subsektor dalam penggunaan input untuk
menghasilkan suatu output
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi di
Universitas Lampung
2. Meningkatkan pengetahuan bagi penulis dan berbagai pihak untuk mengetahui
peranan subsektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah Provinsi
Lampung.
7
3. Dapat digunakan bagi pemerintah daerah sebagai bahan masukan dalam
menentukan langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang menyangkut perekonomian daerah.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Ekonomi
Pengertian atau makna dari pembangunan ekonomi memiliki arti yang sangat luas.
Secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi
yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perspektif mengenai
tujuan dan makna pembangunan kemudian berkembang menjadi lebih luas lagi.
Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu ma-
syarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan
keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial
yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba
lebih baik secara material maupun spiritual. Oleh karena itu, indikator
pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan PDRB maupun
PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya seperti: ketenagakerjaan, pendi-
dikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai dengan
paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan pengentasan
kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta penurunan ting-
kat pengangguran (Todaro dan Smith, 2006:28-29). Laju pertumbuhan ekonomi
merupakan indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah yang dapat dilihat
melalui PDRB serta pendapatan perkapita. Pertumbuhan ekonomi adalah proses
9
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, sehingga persentase pertam-
bahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah
penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu
akan berlanjut. Dengan bahasa lain, Boediono (1999:8) menyebutkan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.
Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan
jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud ‘menggurui’, pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat
itu. Boediono (1999:1-2) menyebutkan secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan
ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini
teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori
mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut
dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek
yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu
apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita
menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Menurut Deddy T. Tikson (2005: 132) bahwa pembangunan nasional dapat pula
diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui
kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur
ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi
yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap
pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan
menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan
industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui
10
pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap
sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air
bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan
politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan
bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan
nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada
penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan
rasional.
Sedangkan Menurut Sadono Sukirno (1996: 33),pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses
kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya
makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang
lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha
meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan
berorganisasi dan manajemen. Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam
beberapa pengertian dengan menggunakan bahasa berbeda oleh para ahli, namun
maksudnya tetap sama. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses
multidimensional yang mencangkup segala aspek dan kebijaksanan yang
komprehensif baik ekonomi maupun non-ekonomi. Akan tetapi adalah yang lebih
11
penting dalam menentukan sasaran pembangunan, karena kebijaksanaan ekonomi
yang telah berhasil akan banyak mempengaruhi kebijaksanaan non-ekonomi dan
dapat dikatakan baik fisik realita maupun keadaan fikiran yang dimiliki oleh
masyarakat mencangkup usaha-usaha untuk memperoleh kehidupan yang lebih
baik. Kehidupan yang lebih baik menurut Goulet pada dasarnya meliputi (1)
kebutuhan hidup (2) kebutuhan harga diri (3) kebutuhan kebebasan. Oleh sebab
itu sasaran pembangunan yang minimal dan pasti harus ada menurut Todaro
(2006:28-29) adalah :
1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian /pemerataan bahan
pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan dan
lingkungan.
2. Mengangkat taraf hidup termaksut menambah dan mempertinggi pendapat dan
penyedian lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang
lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi untuk meningkatka kesadaran
akan harga diri baik individu maupun nasional.
3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan
nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan
ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain,
tetapi juga dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.
Dalam memahami ekonomi pembangunan, perlu juga kita membedakan
pembanguan ekonomi (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi
(economic growth ) . dalam pembanguan ekonomi terkandung arti adanya
usaha untukk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atau GDP
12
dimana kenaikannya diberangi oleh perombakan modernisasi, serta
memperhatikan aspek pemerataan pendapatan ( income equity) . sedangkan
pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP ( Gross Domestic
Product) tanpa memandang apakah terdapat perubahan dalam struktur
ekonomi atau tidak. Pada umumnya pembangunan selalu dibarengi dengan
pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan.
Pada tingkat permulaan mungkin saja pembangunan ekonomi selalu dibarengi
pertumbuhan atau sebaliknya.
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian atau makna dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah suatu proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern
perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri),
bukan berasal dari luar dan bersifat sementara proses pertumbuhan itu sendiri
menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan
tersebut dalam periode-periode selanjutnya (Budiono, 1994:1).
Terdapat tiga komponen pokok dalam definisi pertumbuhan ekonomi tersebut
tersebut, yaitu :
1. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi dari
pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis
barang merupakan tanda kematangan ekonomi pada negara bersangkutan.
13
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkesinambungan
dimana pemerintah berperan dalam investasi bidang pendidikan.
3. Mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung dalam kemajuan
teknologi dilakukan penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi. Sehingga
secara sosial dan ekonomi terjadi pertumbuhan yang seiring.
Menurut pandangan ekonom klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert
Malthus dan John Stuart Mill), maupun para ekonom neoklasik Robert Sollow dan
Trevor Swan. (Irawan dan Suparmoko, 1996:15). Pada dasarnya ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu :
jumlah penduduk,
jumlah stok barang modal,
luas tanah dan kekayaan alam, dan
tingkat teknologi yang digunakan.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila
tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa
sebelumnya.
C. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja antara Pemerintah
Daerah dengan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ke-
giatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Kuncoro,
14
2004:127). Oleh karena itu adanya kerjasama ini diharapkan sumber daya yang
terdapat di daerah dapat dikelola secara maksimal dan dapat menciptakan
lapangan usaha baru, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan
mengembangkan kegiatan perekonomian di suatu daerah.
Perkembangan Potensi Ekonomi Daerah
Potensi ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari kapasitas kemampuan
pertumbuhan output/produksi jika dibandingkan dengan kapasitas perekonomian
sekitarnya, misalnya saja perekonomian nasional. Jika suatu daerah mengalami
pertumbuhan ekonomi di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, berarti kapasitas
pertumbuhan ekonomi belum tercapai secara optimal. Pembangunan regional
sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan dan karakteristik dari setiap daerah.
Berbagai hasil dari perkembangan dan pertumbuhan sektor ekonomi di suatu
daerah, maka daerah akan memiliki berbagai keuntungan yang dapat diserap
dalam rangka proses pelaksanaan (Kamaluddin, 1989 : 89).
Menurut (Lincolin Arsyad, 1999:127) Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu
proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan dengan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan,
dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses
15
pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan-
pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikam
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan
perusahaan-perusahan baru. (Adisasmita, 2008:13)
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam
upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus
secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu,
pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan
dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus menafsir potensi sumberdaya
yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
(Lincolin Arsyad, 1999:58).
Proses pembangunan yang dilakukan setiap wilayah tidak dapat dilepaskan dari
permasalahan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan. Pembangunan
merupakan upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
termasuk didalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional
tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006:4).
16
D. Peran Sektor Industri
Pengertian Industrialisasi menurut undang-undang nomor 5 tahun 1984 tentang
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. (Pasal 1 ayat 2). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pengertian
industrialisasi adalah suatu proses untuk mengolah bahan-bahan baku konsumsi
dan barang-barang yang diolah lebih lanjut dengan memperhatikan aspek produksi
dan aspek permintaan
Industrialisasi di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun
1998. Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk
melakukan investasi pada industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan
barang hasil produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam neegri adalah
kunci penting bagi industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi kerena saat ini pasar
Indonesia dikuasai oleh produk-produk asing.
Industri mempunyai peranan sebagai (leading sector) sektor pemimpin
maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan
mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya. Serta industri tersebut
memungkinkan juga berkembangnya sektor jasa, misalnya berdirinya lembaga-
lembaga keuangan, lembaga pemasaran atau periklanan, yang ke semuanya itu
akan mendukung lajunya pertumbuhan industri.
Menurut Hirschman, pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri
mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor industri
17
yang tumbuh lebih dulu. Dalam sektor produksi mekanisme pendorong
pembangunan (inducement mechanisme) yang tercipta sebagai akibat dari adanya
hubungan antara berbagai industri dalam menyediakan barang-barang yang
digunakan sebagai bahan mentah bagi industri lainnya.
(Arsyad, 2010:145).
Menurut Teori Ekonomi Pembangunan, semakin tinggi kontribusi sektor Industri
terhadap Pembangunan Ekonomi negaranya maka negara tersebut semakin maju.
Jika suatu negara kontribusi sektor industrinya telah diatas 30% maka dapat
dikatakan negara tersebut tergolong negara maju
E. Teori Pembangunan Seimbang (Balance Growth) Dan Pembangunan
Tidak Seimbang (Unbalanced Growth)
1. Teori pembangunan seimbang (balanced growth)
Teori ini mengharuskan ada nya pembangunan yang serentak dan harmonis
diberbagai sektor, baik itu sektor industri, sektor pertanian, sektor luar negeri
maupun sektor domestik. Maka dari itu dalam pembangunan seimbang sangat
diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi
permintaan memberikan tekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor
yang saling berkaitan dan berfungsi menekankan penawaram barang sedangkan di
sisi penawaran akan berhubungan dengan penyediaan kesempatan kerja yang
lebih besar dan penambahan pendapatan agar barang dan jasa dapat tumbuh.
(Arsyad, 2010:137)
Nurkse merupakan orang pertama yang membuat istilah pembangunan seimbang
tetapi teori ini pertama kali dikemukan oleh Rosenstein-
18
Rodan (1953), yang menulis gagasan untuk menciptakan program pembangunan
dieropa selatan dan tenggara dengan melakukan industrialisasi secara besar-
besaran. Kedua orang ini beranggapan bahwa melakukan industrialisasi ke
daerah-daerah yang masih berkembang merupakan cara yang tepat untuk
menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata di dunia dan untuk
meningkatkan pendapatan didaerah berkembang agar lebih cepat daripada di
daerah yang kaya.
Tetapi lain hal nya dengan pendapat nurkse mengenai teori pembangunan
seimbang ini, dalam teori ini nurkse lebih menekankan pembangunan ekonomi itu
bukan saja mengalami kesukaran di dalam memperoleh modal yang akan
dibutuhkan tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industri yang
akan dikembangkan. Menurut nurkse investasi sangat rendah disebabkan oleh
rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan daya beli masyarakat rendah itu
disebabkan oleh rendahnya pendapatan rill masyarakat. Rendahnya pendapatan
rill dikarenakan oleh rendahnya produktivitas. Sementara yang kita tahu daya beli
masyarakat merupakan pasar bagi barang-barang yang telah di produksi apabila
rendahnya daya beli masyarakat ini akan menyebabkan produk-produk yang
dihasilkan sektor produksi akan sangat terbatas, dan keadaan ini tidak akan
membuat para investor tertarik untuk menginvestasikan uang nya. (Arsyad,
2010:138).
2. Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Growth)
Konsep pembangunan tidak seimbang ini dikenalkan oleh Albert O. Hirschman
dalam bukunya yang berjudul The Strategi of Economic Development (1958).
dikutip oleh Arsyad (2010:140). Menurut Hirschman, investasi pada satu industri
19
ataupun sektor-sektor yang strategis dinilai akan mampu membuka kesempatan
investasi baru dan membuka jalan bagi proses pembangunan selanjutnya.
Hirschman juga mengamati bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua
periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi
mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa
pembangunan berjalan dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin
(leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lain nya. Begitu pula
perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-
industri lain yang erat kaitan nya dengan industri yang mengalami perkembangan
tersebut.
Sementara yang kita tahu pembangunan tidak seimbang akan menciptakan
gangguan-gangguan dan ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan
tersebut akan menjadi perangsang untuk melakukan investasi yang lebih banyak
pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembangunan tidak seimbang
akan mempercepat pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. (Arsyad
,2010:140).
F. Model Input-Output
Tabel input-output adalah uraian dalam bentuk matriks baris dan kolom yang
menggambarkan transaksi barang-barang dan jasa serta keterkaitan antara sektor,
dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Demikian tabel I-O dapat
menjelaskan bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan
20
kesektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang
diperlukan dari sektor-sektor lainya (BPS Provinsi Lampung, 2012).
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data
yang menggunakan dua dimensi baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel
input-output menunjukkan pengalokasian atau pendistribusian dari output
sektor(i) yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara
oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom
menunjukkan struktur input sektor (j) yang digunakan oleh masing-masing sektor
dalam kegiatan produksinya (BPS, 2008) Pada dasarya tabel input-output
merupakan tabel yang didalamnya terdiri dari beberapa tabel yang dituangkan
dalam sistem kuadran. Pembagian kuadran dimaksudkan untuk melihat
keterkaitan antar sektor. Berikut kerangka tabel input-output dengan pembagian
kuadranya:
Tabel 2.1 Kerangka Dasar Tabel Input Output
Alokasi Output
Alokasi Input
Permintaan AntaraSektor Produksi
PermintaanAkhir
JumlahOutput
1 2 … N
inputantara
Sektorproduksi
1
Kuadran I Kuadran II2….N
Input Primer Kuadran III Kuadran IVTotal Input
Sumber: BPS, 2012
Dalam setiap kuadran memiliki penjelasan masing-masing, menurut Tarigan,
2005 yaitu:
21
1. Kuadran I terdiri dari transaksi antar sektor yang merupakan arus barang/jasa
yang dihasilkan suatu sektor (output) yang digunakan oleh sektor lain,
termasuk sektor itu sendiri, sebagai input. Matrik yang ada pada kuadran I
merupakan sistem produksi dari setiap sektor dalam perekonomain.
2. Kuadran II merupakan permintaan akhir yang terdiri dari pengeluaran rumah
tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok
(inventori) dan ekspor. Isian sepanjang baris pada kuadran ini menunjukan
komposisi permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi. Sedangkan isian
sepanjang kolom menunjukan distribusi masing-masing komponen permintaan
akhir dan penyediaan menurut sektor.
3. Kuadran III berisikan input primer yang merupakan semua daya dan dana yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi di luar input antara. Pada
kuadran ini berisikan biaya yang ditimbulkan akibat dari pemakaian faktor
produksi dalam suatu kegiatan ekonomi.
4. Kuadran IV menunjukan transaksi langsung antara input primer yang
didistribusikan secara langsung ke dalam permintaan akhir. Kuadran ini sering
diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam analisis input-output. Untuk
menggambarkan tabel input-output lebih nyata dalam suatu perekonomian.
Berikut ilustrasi tabel input-output dalam suatu perekonomian yang terdiri dari
n sektor produksi, sehingga dapat dilihat seperti Gambar di bawah ini
Alokasi Output Permintaan AntaraSektor Produksi
JumlahInput
Antara
PermintaanAkhir
JumlahOutput
Alokasi Input 1 2 ... N
InputAntara
SektorProduksi
1 ...
2 ...
22
⋮ ⋮ ⋮ ... ⋮ ⋮ ⋮ ⋮N ...
Jumlah Input Antara ...
Input Primer ...
Impor ...
Total Input ...
Sumber: BPS, 2010
Gambar 2. Ilustrasi Tabel Input-Output dalam Suatu Perekonomian dengan nsektor
Isian sepanjang baris pada Gambar di atas memperlihatkan bagaimana output
suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan
sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangakn isian sepanjang
kolom menunjukan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor.
(BPS, 2009).
Gambaran susunan angka-angka pada tabel merupakan dalam bentuk matriks
yang memperlihatkan suatu hubungan yang saling terkait dari berbagai kegiatan
antar sektor. Sebagai ilustrasi, output sektor 1 sebesar X1 didistribusikan
sepanjang baris sebesar X1,X2 ,....,Xn masing-masing untuk memenuhi permintaan
antara sektor 1, 2, ... dan n, sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk
memenuhi permintaan akhir.
Begitu juga yang terjadi pada output sektor 2 dan sampai sektor n. Pada saat yang
sama untuk menghasilkan output sebesar X1 pada sektor 1 membutuhkan input
dari sektor 1 sendiri sebesar X11 , dari sektor 2 sebesar X21 dan dari sektor n
23
sebesar Xn1 (BPS, 2009). Alokasi sektor pada masing-masing output, jika disusun
dalam persamaan aljabar dapat dituliskan sebagai berikut:
X11 + X12 +…. + X1n + F1 = X1
X21 + X22 +…. + X2n + F2 = X2
Xn1 + Xn2 +…. + Xnn + Fn = Xn
Atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai berikut:
∑ = 1 Xi j + Fi = Xi untuk i = 1,2,…,n
Dimana : Xi j = Output sektor i yang digunakan sebagai inputsektor j
Fi = Permintaan akhir terhadap sektor i
Xi = Total output sektor i
Jika angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi antara, maka angka
pada kolom (sektor) tertentu menunjukan berbagai input yang diperlukan dalam
proses produksi pada sektor tersebut. Sehingga bentuk aljabarnya sebagai berikut:
X11 + X21 +…. + Xn1 + V1 = X1
X11 + X22 +…. + Xn2 + V2 = X2
X1n + X2n +…. + Xnn + Vn = Xn
Atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai berikut :∑ =1 Xi j + Vj = Xj untuk j = 1,2,…,n
Dimana: Vj adalah input primer dari sektor j dan Xj adalah total input sektor j
Persamaan diatas merupakan persamaan dasar yang digunakan dalam analisis
dengan model input-output. (Tarigan, 2010:105-106).
24
G. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis,Tahun, Judul
Variabel Hasil Penelitian
1 Stanny,Dewinta.(2009).AnalisisPeranan SektorIndustriPengolahanTerhadapPerekonomianProvinsi JawaBarat (AnalisisInput Output)
AnalisisInput
OutputIndustri
Pengolahan
Dilihat dari nilai keterkaitan langsung kedepan maupun ke belakang,menunjukkan bahwa pada sektor industripengolahan , lebih banyak sektor yangmemiliki keterkaitan langsung kebelakang yang lebih besar dibandingkandengan keterkaitan langsung ke depan.
2 Anas, MuhammadAzwar. 2015.Peranan SektorIndustriPengolahan dalamPerekonomianProvinsi JawaTengah denganPendekatanAnalisis InputOutput.
AnalisisInput
OutputIndustri
Pengolahan
Berdasarkan hasil analisis keterkaitansektor industri pengolahan memiliki nilaiketerkaitan total ke depan (4,177) yanglebih besar dibandingkan dengan nilaiketerkaitan total ke belakang (2,021),berarti hal ini menunjukkan bahwasektor industri pengolahan memilikiperanan yang penting dalam memberikanketersediaan output yang digunakansebagai input oleh sektor lain di ProvinsiJawa Tengah.
3 Purnomo, Didit.(2008). Analisisperanan sektorindustri terhadapPerekonomianJawa Tengahtahun 2000 dan
Analisisinputoutputsektor
industri
Sektor kunci perekonomian Jawa Tengahpada tahun 2000 yaitu sektor indutrimakanan, minuman dan tembakau,sektor industri lainnya, sektor industripengilangan minyak dan sektorpengangkutan dan komunikasi. Sektor-sektor inilah yang memegang peranan
NoPenulis,
Tahun, Judul Variabel Hasil Penelitian
tahun 2004(Analisis InputOutput
penting dalam menggerakkan rodaperekonomian Jawa Tengah pada tahun2000.
4 Juhari, Imam.(2008). DampakPerubahan UpahTerhadap Outputdan KesempatanKerja IndustriManufaktur di
AnalisisInputoutput
kesempatankerja
IndustriManufaktur
Dilihat dari angka keterkaitan langsungke depan maupun ke belakang,menunjukkan bahwa pada sektor industrimanufaktur (sektor 3-37), lebih banyaksektor yang memiliki keterkaitanlangsung ke belakang yang lebih besardibandingkan dengan keterkaitan
25
Jawa Tengah langsung ke depan.
5 Suryani, Timtim.(2013). AnalisisPeran SektorEkonomiTerhadapPertumbuhanEkonomiKabupatenPemalang
Analisisinputoutputsektor-sektor
ekonomi
Berdasarkan hasil analisis input outputyang telah dilakukan sektor yangmemiliki keterkaitan ke depan danketerkaitan ke belakang sekaligusmenjadi sektor unggulan di KabupatenPemalang adalah sektor listrik, gas danair bersih dan sektor pengangkutan dankomunikasi.
26
H. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
suatu daerah yang dapat dilihat melalui nilai PDRB serta pendapatan perkapita.
Adanya pengaruh yang positif antarsektor satu dengan sektor yang lainnya akan
semakin memperbaiki perekonomian daerah. Sehingga kontribusi tiap sektor terhadap
nilai PDRB Provinsi Lampung akan lebih seimbang, hal tersebut menunjukkan bahwa
adanya keseimbangan yang baik dalam pengelolaan maupun output yang di hasilkan
pada tiap sektor nya, sehingga pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung akan
menjadi lebih baik.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual
PerekonomianProvinsi Lampung
Sektor IndustriPengolahan
Koefisien Input/Teknologi
Analisis InputOutput
PerekonomianDaerah
27
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan
oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna
data (Kuncoro, 2001). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
PDRB Provinsi Lampung dan Tabel Input-Output Provinsi Lampung tahun 2010.
B. Metode Pengolahan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dengan menggunakan data yang berkaitan dan diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) maupun melalui literatur-literatur lainnya yang sesuai
dengan penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa Tabel
Input-Output Provinsi Lampung tahun 2010.
C. Istilah yang Digunakan dalam Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman maksud dalam pembahasan penelitian ini,
maka dijelaskan definisi dari masing-masing batasan/istilah ekonomi yang akan
digunakan, yaitu:
28
1. Input Antara, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa
yang digunakan yang habis dalam melakukan proses produksi. Komponen
input antara terdiri dari barang tidak tahan lama (habis sekali pakai dan pada
umumnya kurang dari setahun) baik dari produk wilayah maupun impor dan
jasa (BPS Provinsi Lampung, Statistik Indonesia 2014, hal 87).
2. Input Primer, adalah biaya yang timbul karena menggunakan factor produksi
dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi tersebut terdiri atas tenaga
kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Bentuk input primer adalah
upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, dan pajak tidaklangsung
netto. Input primer disebut juga nilai tambah bruto yangdiperoleh dari hasil
pengurangan output dengan input antara. Input primerdalam tabel input-output
berkode 209 terdiri atas kode 201 (upah dan gaji), 202 (surplus usaha), 203
(penyusutan), 204 (pajak tak langsung), dan 205 (subsidi). Badan Pusat
Statistik, Provinsi Lampung Statistik Indonesia 2014;89
3. Permintaan Akhir dan Impor, permintaan akan barang dan jasa selain
permintaan untuk sektor-sektor produksi, untuk proses produksi sebagai
permintaan antara juga permintaan oleh konsumen akhir (permintaan akhir).
Permintaan akhir atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk
proses produksi. Permintaan akhir dalam penyusunan tabel input-output
terletak pada kuadran II terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan
lembaga nirlaba, perubahan stok dan ekspor. BPS, Statistik Indonesia 2014;92
4. Konsumsi Rumah Tangga, seluruh pengeluaran konsumsi rumah tanggadan
lembaga swasta yang tidak mencari untung (private non profitinstitute) selama
satu tahun yang meliputi konsumsi barang dan jasa, baikyang diperoleh dari
29
pihak lain maupun yang dihasilkan sendiri, dikuranginilai netto penjualan
barang bekas dan barang sisa. BPS, Statistik Indonesia 2014;92
5. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, meliputi pengeluaran pemerintahdaerah
baik provinsi maupun kabupaten dan pemerintahan desa sertapegawai pusat
yang ada di daerah dan daerah untuk konsumsi kecuali yangsifatnya
pembentukan modal, termasuk juga semua pengeluaran untukkepentingan
angkatan bersenjata. Total pengeluaran pemerintah meliputiseluruh
pengeluaran untuk belanja pegawai, barang, perjalanan dinas, biaya
pemeliharaan dan perbaikan serta belanja rutin lainnya. BPS, Statistik
Indonesia 2014;93
6. Pembentukan Modal Tetap, meliputi pengadaan dan pembelian barang barang
modal baru, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri/luar provinsi dan
barang modal bekas dari luar negeri/luar provinsi oleh sektorsektor ekonomi.
Pembentukan modal dalam tabel input-output hanya menggambarkan
komposisi barang-barang modal yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi
dan tidak menunjukkan pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-
sektor produksi dan tidak menunjukkann pembentukan modal yang dilakukan
oleh sektor-sektor produksi. BPS, Statistik Indonesia 2014;93
7. Ekspor dan Impor, transaksi ekonomi antara penduduk Provinsi Lampung
dengan bukan penduduk Provinsi Lampung. Ada dua aspek terpenting di sini
yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi
barang merchandise, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa asurnasi, jasa
komunikasi dan transaksi komoditi lainnya. Penduduk Provinsi Lampung
mencakup Badan Pemerintah Daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga-
30
lembaga yang lainnya. Termasuk pula dalam transaksi ekspor ialah pembelian
langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sebaliknya pembelian
langsung di pasar luar negeri/daerah oleh penduduk Provinsi Lampung
dikategorikan sebagai transaksi impor. Margin perdagangan dan biaya
transport adalah selisih antara nilai transaksi pada tingkat konsumen atau
pembeli dengan tingkat harga produsen. BPS, Statistik Indonesia 2014;96
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis Input-Output yang akan digunakan
untuk menjawab masing-masing dari rumusan masalah penelitian yang ada.
Analisis Input-Output merupakan bentuk analisis antarsektor, sistem Input-Output
ini disusun berdasarkan asumsi perilaku ekonomi yang merupakan
penyederhanaan kerangka untuk mengukur aliran masukan (input) dan keluaran
(output) berbagai faktor kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah.
1. Tabel Input-Output
Tabel input-output adalah uraian dalam bentuk matriks baris dan kolom yang
menggambarkan transaksi barang-barang dan jasa serta keterkaitan antara
sektor, dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Demikian tabel
I-O dapat menjelaskan bagaimana output dari suatu sektor ekonomi
didistribusikan ke sektor-sektor lainya dan bagaimana pula suatu sektor
memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainya (BPS Provinsi
Lampung, 2012).
31
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris
tabel input-output menunjukkan pengalokasian atau pendistribusian dari
output sektor (i) yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi
permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian
sepanjang kolom menunjukkan struktur input sektor (j) yang digunakan oleh
masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya (BPS, 2008).
2. Koefisien Input
Pada Tabel I-O, koefisien input atau koefisien teknologi merupakan
perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j
(Xij) dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan
sebagai jumlah input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu
unit output sektor j. Secara sistematik dapat dituliskan (Gadang, 2010):
=Dimana = koefisien input sektor ke i oleh sektor j
Xij = penggunaan input sektor i oleh sektor j
Xj = output sektor j
E. Analisis Struktur Permintaan
Struktur permintaan barang dan jasa pada analisis input-output dibedakan atas
permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan akhir merupakan permintaan
yang langsung habis digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen, sedangkan
32
permintaan antara dimana permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan
sebagai bahan baku berproduksi. Permintaan antara pada tabel input-output
ditunjukan oleh isian sepanjang garis pada transaksi antara yang memperlihatkan
alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor lain untuk
keperluan produksi. Dalam penelitian ini permintaan akhir yang dipakai terdiri
dari komponen: (a) pengeluaran konsumsi rumah tangga (301); (b) pengeluaran
konsumsi pemerintah (302); (c) pembentukan modal tetap bruto (303); (d)
perubahan investasi (304); (e) ekspor antar negara (305); dan (f) dan ekspor antar
provinsi (306), (BPS Provinsi Lampung, 2013;31).
F. Analisis Struktur Output
Struktur Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-
sektor Produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia disuatu
wilayah ( Negara, Provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu ( biasanya
satu tahun) tanpa memerhatikan asal usul pelaku produksi maupun bentuk
usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya di lakukan diwilayah yang
bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah
tersebut. Oleh karena itu output tersebut sering dikatakan sebagai produk
domestik. BPS Provinsi Lampung, 2013;33
G. Analisis Struktur Input
Tabel Input-Output input terbagi atas dua yaitu input antara dan input primer.
Input antara adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor ekonomi
33
yang kemudian dimanfaatkan oleh sektor lain maupun oleh sektor itu sendiri
dalam proses kegiatan produksi. Barang atau jasa pada input antara ini biasanya
habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan
sepanjang kolom yang menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam
proses produksi suatu sektor. Input primer adalah balas jasa atas pemakaian
faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Input primer disebut
juga sebagai nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output dengan
input antara.
Input primer terdiri dari: a) upah dan gaji (201) yang mencakup semua balas jasa
dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam
kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar; b) surplus usaha
(202) merupakan balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan
modal; c) penyusutan (203) adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang
digunakan dalam proses produksi. Hal ini merupakan nilai selisih keuntungan
perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang habis digunakan dalam
proses produksi ; d) pajak tak langsung (204) merupakan pajak yang dikenakan
pemerintah untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan
seperti pajak pertambahan nilai (PPn); e) subsidi (205) yang merupakan subsidi
harga dari pemerintah (BPS Provinsi Lampung, 2013;33).
43
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun
2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Subsektor (12) Industri Batu Bara dan Pengilangan minyak menggunakan
input/ bahan baku sebesar Rp 198.500 untuk menghasilkan outputnya
2. Subsektor (13) Industri Makanan dan Minuman menggunakan input/ bahan
baku sebesar Rp 143.500 untuk menghasilkan outputnya
3. Subsektor (15) Industri Tekstil dan Pakaian Jadi mengunakan input/ bahan
baku sebesar Rp 279.100 untuk menghasilkan outputnya
4. Subsektor (17) Industri Kayu, Barang dari Kayu, Rotan dan Sejenisnya
menggunakan input/ bahan baku sebesar Rp 476.500 untuk menghasilkan
outputnya
5. Subsektor (18) Industri Kertas dan Barang dari Kertas mengunakan input/
bahan baku sebesar Rp 212.800 untuk menghasilkan outputnya
6. Subsektor (19) Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional mengunakan
input/ bahan baku sebesar Rp 187.900 untuk menghasilkan outputnya.
44
B. Saran
1. Subsektor Industri Kayu, Barang dari Kayu, Rotan dan Sejenisnya dapat
menghasilkan output terbesar dalam Sektor Industri Pengolahan Provinsi
Lampung, sehingga sebaiknya lebih di prioritaskan untuk dikembangkan
dalam rangka meningkatkan perekonomian di Provinsi Lampung.
2. Pemerintah diharapkan dapat mengoptimalkan subsektor Industri Pengolahan
di Lampung dengan cara mengembangkan subsektor tersebut tanpa
mengabaikan sektor lain yang ada kaitanya dengan Sektor Industri
Pengolahan sehingga pengembangan sektor ini dapat dilakukan secara
terpadu dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Muhammad Azwar. 2015. Peranan Sektor Industri Pengolahan dalamPerekonomian Provinsi Jawa Tengah dengan Pendekatan Analisis InputOutput Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UniversitasNegeri Semarang
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomidaerah. BPFE Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin.. 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi 5. Yogyakarta: UPPSTIM YKPN Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2013. Statistik Perekonomian Lampung Tahun 2013. BadanPusat Statistik Propinsi Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik, 2014. Statistik Indonesia Tahun 2014. Badan PusatStatistik.Jakarta.
Bartik, Timothy J. 2003. Local economic development policies. Upjohn InstituteStaff Working Paper No. 03-91. The W.E. Upjohn Institute for EmploymentResearch, Kalamazoo, Michigan.
Boediono, 1985. Ekonomi Makro. Yogyakarta : BPFE.
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE
Budiono, 1994,Teori Pertumbuhan Ekonomi, edisi 1, Jogjakarta, BPFE
Daryanto, Arief dan Hafizrianda, Yundy. 2010.Analisis Input Output danSocialAccounting Matrix Untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor:IPB Press.
Deddy T. Tikson. 2005.Indikator-indikator Pembangunan Ekonomi.http://ecozon.html. Diakses pada: Senin, 18 April 2011.
Dumairy.(1996).Perekonomian Indonesia .Jakarta:Erlangga.
Firmansyah. 2006. Operasi Matrix dan Analisi Input-Output (I-O) untuk EkonomiAplikasi Praktid dengan Microsoft Excel dan Matlab. Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.
Glasson,J.1974. Pengantar Perencanaan Regional Terjemahan PaulSitohang,Jakarta:LPFE- Universitas Indonesia.
Jhingan, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali
Press.
Juhari, Imam. 2008. Dampak Perubahan Upah Terhadap Output dan KesempatanKerja Industri Manufaktur di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan.Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi Unnes.Volume 2, Nomor2.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi,Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Michael P. Todaro, 1983, Ekonomi Pembangunan di Dunia ketiga, terjemahanMursid, Penerbit Balai Aksara, Jakarta.
Priyarsono, D.S., Sahara, dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. UniversitasTerbuka, Jakarta, hal.24-29
Purnomo, Didit. 2008. Analisis peranan sektor industri terhadapPerekonomianJawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004(analisis input output). FakultasEkonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Jurnal EkonomiPembangunanVol. 9, No. 2, hal. 137 – 155
Stanny, Dewinta. 2009. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan terhadapPerekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input-Output).Skripsi.Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. InstitutPertanian Bogor.
Sahara.2006, Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan TerhadapPerekonomian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta [Skripsi]. FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor, hal. 13
Sukirno,sadono.,1996.Pengantar Teori Makro Ekonomi.cetakan ke enam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Suryana, 2000, Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan, Jakarta:Salemba Empat.
Suryani, Timtim. 2013. Analisis peran sektor ekonomi terhadap pertumbuhanekonomi Kabupaten Pemalang (analisis tabel input output KabupatenPemalang tahun 2010).Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang. Economics Development Analysis Journal2(1).
Tarigan, Robinson. 2002. Perencanaan pembangunan wilayah : Pendekatanekonomi dan ruang. Medan : Proyek Peningkatan Penelitian PendidikanTinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen PendidikanNasional.
Tarigan, Robinson. 2010. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.Bumi Aksara.