+ All Categories
Home > Documents > ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB...

ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB...

Date post: 06-Feb-2018
Category:
Upload: dinhthien
View: 242 times
Download: 5 times
Share this document with a friend
101
ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KOTA METRO (TESIS) Oleh : PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 IRWAN NATAKESUMA
Transcript
Page 1: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIALUSAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KOTA METRO

(TESIS)

Oleh :

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2016

IRWAN NATAKESUMA

Page 2: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

ANALYSIS OF PRODUCTION AND FINANCIALCATFISH BUSINESS IN METRO

ABSTRACT

By

Irwan Natakesuma 1, Ali Ibrahim Hasyim 2, and M.Irfan Affandi 2

The research was aimed to: (1) analyze the estimates production function of the catfishbusiness cultivation in Metro, (2) analyze the efficiency technical of the catfish businesscultivation in Metro, and (3) analyze the financial of the catfish business cultivation inMetro.

The selection of location was purposively selected, consedering that the Metro belong tofive of the production of catfish highest in the Province Lampung. This was supportedby the group of fish farming (Pokdakan) and also belong to the three main MetroCity flagship products of the agricultural sector as well as on decree of the Mayorof Metro in 2012 number 185/KPTS/LTD-2/02/201. Data used in this reaearch wasconsist of primary and secondary data. Primary data were collected by questionnaire anddirect interviews to catfish farmers. Secondary data were obtained from variousliteratures, printed media and some institutiont, and other reference sources. Theresearch was conducted in April 2015 to Desember 2015. Aids in the processing of thedata used in this study were program Microsoft Excel, Eviews, SPSS, and Lindo.

The study shows that based on the factors - factors that affect the production of catfish isthe area of land, seed and feed. The level of technical efficiency mostly catfishfarmers have not qualified must in the production process and have not been ableto exploit the potential production capability possessed optimally to produce highproduction output. The catfish business cultivation in Metro is financially profitable andfeasible to be developed at the prevailing interest rate, namely 12%.

Keywords: catfish, production, technical efficiency, financial

1 Scholar of Master of Agribusiness, Faculty of Agriculture, the University of Lampung2 Lecturers of Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, the University of Lampung

Page 3: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIALUSAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KOTA METRO

ABSTRAK

Oleh

Irwan Natakesuma1, Ali Ibrahim Hasyim2, dan M.Irfan Affandi 2

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis fungsi produksi usaha budidaya ikan leledi Kota Metro, (2) menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha budidaya ikan lele di KotaMetro, dan (3) menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya ikan lele di Kota Metro.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KotaMetro termasuk kedalam lima besar produksi ikan lele tertinggi di Provinsi Lampung.Hal ini didukung dengan adanya kelompok budidaya ikan (Pokdakan) dan termasuk kedalam tiga besar produk unggulan utama Kota Metro dari sektor pertanian seperti yangterdapat pada surat keputusan Walikota Metro tahun 2012 nomor 185/KPTS/LTD-2/02/2012. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primerdiperoleh melalui wawancara langsung dengan pembudidaya ikan lele menggunakankuisioner dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk melengkapi data yangdiperlukan. Data sekunder yang merupakan pelengkap data primer diperoleh dari instansi-instansi terkait, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungandengan penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai Desember2015. Alat bantu dalam mengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalahprogram Microsoft Excell, Eviews, SPSS, dan Lindo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi produksi ikanlele adalah luas lahan, benih dan pakan. Tingkat efisiensi teknis sebagian besar peternaklele belum memenuhi syarat keharusan dalam proses produksi dan belum mampumemanfaatkan potensi kemampuan produksi yang dimiliki secara optimal untukmenghasilkan output produksi yang tinggi. Usaha budidaya ikan lele di Kota Metrosecara finansial menguntungkan dan layak dikembangkan pada tingkat suku bunga yangberlaku, yaitu 12%.

Kata kunci : ikan lele, produksi, efisiensi teknis, finansial

Keterangan :1(Sarjana Magister Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Lampung)2(Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Lampung)

Page 4: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIALUSAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KOTA METRO

Oleh

IRWAN NATAKESUMA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Magister AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro
Page 6: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro
Page 7: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro
Page 8: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi tanggal 28 April 1980. Penulis adalah anak

pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mansur dan Ibu Yunani.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SDN 2 Kotabumi Tengah ,

tingkat SMP di SMPN 5 Kotabumi, tingkat SMA di SMAN 5 Bandar Lampung.

Kemudian penulis diterima di Universitas Islam Indonesia, Fakultas Ekonomi,

Jurusan Manajemen. Penulis melanjutkan pendidikan S2 di Universitas

Lampung, Fakultas Pertanian, Program Studi Magister Ekonomi Pertanian/

Agribisnis pada tahun 2011.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan

kampus diantaranya: Himpunan Mahasiswa Islam, BEM FE UII. Penulis juga

pernah bekerja di beberapa perusahaan seperti Bank Permata Cabang Gatot

Subroto sebagai Business Officer (2004), Adira Dinamika Multifinance sebagai

Head Marketing Wilayah Lampung (2005), Bank Utomo cabang Unit 2 Lampung

sebagai Deputi Branch Manager (2007), dan tahun 2008 penulis bergabung

sebagai Dosen tetap di Universitas Megou Pak Tulang Bawang menjabat sebagai

Sekretaris Fakultas. Pada tahun 2012 penulis memulai usaha sebagai kontraktor

yang bergerak pada pembuatan jalan dan bangunan, serta penulis juga aktif

menjadi pengurus organisasi politik sampai dengan sekarang.

Page 9: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah

memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda

Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap

kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian tesis yang berjudul “Analisis Produksi dan Finansial

Usaha Budidaya Ikan Lele di Kota Metro”, banyak pihak yang telah

memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun,

karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga nilainya kepada :

1. Prof. Dr. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., sebagai Pembimbing Pertama sekaligus

Ketua Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Unila, atas

bimbingan, masukan, arahan,dan nasihat yang telah diberikan dalam proses

penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan,

masukan, arahan,dan nasihat yang telah diberikan dalam proses penyelesaian

tesis ini.

Page 10: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

3. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Dosen Penguji Tesis, atas

bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan dalam proses

penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing Akademik, atas

bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama ini.

5. Karyawan-karyawan di Program Pascasarjana Magister Agribisnis, Mbak

Maria Sari, Mbak Iin Kuntari, Mas Buchori, dan Mas Ibrahim atas motivasi,

dukungan dan bantuannya.

6. Istriku tercinta Sisilia Novitasarie, S.Sos., M.PPm., atas semua dukungan dan

pengertian yang telah diberikan, dan anak-anakku tercinta Faras Irtifa

Kusuma dan M. Gibran Faeyza Kusuma yang selalu menjadi penyemangat

dan motivasi serta inspirasi untuk selalu berkembang menjadi lebih baik.

7. Orang tuaku Tercinta, Ayahanda Mansur dan Mama tersayang Yunani atas

doa yang telah di berikan selama ini..

8. Teman-teman MEPA angkatan 2011 (Anggri, Saleh, Shinta, Wieke, Yansen

Atik,Suardi, Haryono, Rino, Agusta, Bertilia, Nurma, Hasan, Amir, Adi,

Euis, Maria, Huri, Upi, dan Aang) yang senantiasa memberikan dukungan,

saran, masukan, nasehat, dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini serta

kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama.

9. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro, khususnya Bidang

Perikanan yang telah memberikan data-data dan informasi yang mendukung

penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya tesis ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Page 11: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga

karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat

bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada

kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Maret 2016Penulis,

Irwan Natakesuma

Page 12: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

i

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............…..…………..………………...…. 1B. Perumusan Masalah………………………………………………… 8C. Tujuan Penelitian.....……………………...…………........................ 10D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DANHIPOTESIS............................................................................................ 12

A. Tinjauan Pustaka.................…....……….........…………………...... 121. Klasifikasi dan Marfologi Ikan Lele (Clarias batrachus)…….... 122. Budidaya Ikan Lele...................................................................... 14

a. Penyiapan Sarana dan Peralatan............................................... 14b. Pemupukan............................................................................... 15c. Pemberian Pakan...................................................................... 16d. Pemberian Vaksinasi................................................................ 17e. Pemeliharaan Kolam/Tambak................................................... 17

3. Teori Produksi.............................................................................. 184. Efisiensi Produksi......................................................................... 25

a. Efisiensi Teknis......................................................................... 275. Analisis Finansial.................…..................................................... 32

B. Hasil Penelitian Terdahulu................................................................. 38C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 43D. Hipotesis............................................................................................. 45

III. METODE PENELITIAN..................................................................... 47

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional........................................... 47B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian......................................... 52C. Data dan Metode Pengumpulan Data................................................ 54

Page 13: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

ii

D. Metode Analisis Data........................................................................ 551. Analisis Produksi......................................................................... 552. Efisiensi Produksi........................................................................ 603. Analisis Finansial......................................................................... 65

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN………….............. 69

A. Keadaan Umum Kota Metro............................…....……….............. 69B. Kondisi Fisik Kota Metro................................................................... 71C. Kependudukan................................................................................... 71D. Perekonomian Kota Metro................................................................. 72E. Keadaan Umum Fasilitas Pelayanan.................................................. 73

1. Fasilitas Pelayanan Pendidikan................................................... 732. Fasilitas Pelayanan Kesehatan..................................................... 74

F. Gambaran Umum Budidaya Ikan Lele di Kota Metro....................... 74

V. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….............. 80

A. Karakteristik Responden Budidaya Ikan Lele.................................... 801. Umur Responden.......................................................................... 802. Tingkat Pendidikan Responden.................................................... 813. Jumlah Tanggungan Keluarga...................................................... 824. Pengalaman Usaha........................................................................ 835. Luas Lahan Kolam........................................................................ 846. Penggunaan Sarana Produksi........................................................ 85

B. Analisis Produksi................................................................................ 89C. Analisis Efisiensi Produksi................................................................. 98

1. Analisis Efisiensi Teknis................................................................. 98D. Analisis Finansial Usaha Budidaya Ikan Lele di Kota Metro............ 101

1. Analisis Net B/C Ratio.................................................................. 1022. Analisis Gross B/C Ratio.............................................................. 1023. Analisis Payback Period.............................................................. 1034. Analisis Net Present Value (NPV)............................................... 1035. Analisis Internal Rate of Return (IRR)........................................ 104

VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….............. 107

A. Kesimpulan………………………...................…....……….............. 107B. Saran………………………………………....................................... 108

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 109

LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi nilai gizi ikan lele (Clarias batrachus) tiap 100 g................. 2

2. Laporan statistik produksi perikanan di Provinsi Lampung…......……... 4

3. Laporan statistik produksi ikan lele menurut kabupaten/kota di ProvinsiLampung ………………….....................................................…………. 5

4. Kelompok budidaya ikan (Pokdakan) Kota Metro…...……................… 6

5. Produk Unggulan Utama Kota Metro....................................................... 8

6. Rekapitulasi kelompok pembudidaya di Kota Metro............................... 53

7. Jumlah pembudidaya responden berdasarkan lokasi kecamatan di KotaMetro........................................................................................................ 54

8. Pembagian wilayah administrasi Kota Metro........................................... 70

9. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurutKecamatan di Kota Metro, 2013.............................................................. 72

10. Laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar hargakonstan 2000, 2011-2013 (persen)........................................................... 73

11. Sebaran Pembudidaya Ikan Lele Menurut Golongan Umur.................... 80

12. Sebaran tingkat pendidikan formal pembudidaya ikan lele responden.... 81

13. Sebaran Pembudidaya Ikan Lele Responden Berdasarkan JumlahAnggota Keluarga..................................................................................... 82

14. Sebaran Pembudidaya Ikan Lele Responden Berdasakan PengalamanUsaha........................................................................................................ 83

15. Sebaran Pembudidaya Ikan Lele Responden Berdasakan Luas Lahan.... 84

Page 15: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

iv

16. Sebaran Peternak Lele Berdasarkan Penggunaan Benih Lele.................. 85

17. Sebaran Peternak Lele Berdasarkan Penggunaan Pupuk......................... 86

18. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Ikan Lele................................................ 90

19. Hasil Uji Multikolinieritas........................................................................ 91

20. Hasil Uji Gejala Heteroskedastis.............................................................. 91

21. Tingkat Efisiensi Peternak Lele................................................................ 99

22. Nilai Finansial Usaha Budidaya Ikan Lele per Satuan Usaha di KotaMetro pada tingkat suku bunga 12% (cf = 12%)..................................... 102

Page 16: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Konsep inti pemasaran...........................……………………....……... 38

2. Kurva Produksi..................................................................................... 25

3. Paradigma kerangka pemikiran analisis produksi dan finansial usahabudidaya ikan lele di Kota Metro....................................………..…... 46

4. Pengujian Heterokedastisitas dengan program SPSS........................... 92

Page 17: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sasaran utama pembangunan nasional adalah untuk mencapai struktur

perekonomian yang seimbang, yaitu struktur yang memiliki sektor industri

yang kuat didorong oleh sektor pertanian yang maju dan tangguh. Sektor

pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang cukup

strategis dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia bahan

pangan, pembuka lapangan kerja, pemasok bahan baku industri, dan sebagai

sumber devisa negara. Selain itu pemerataan pembangunan dalam rangka

mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih mantap dan dinamis tidak

terlepas dari peran sub sektor non pangan utama seperti perikanan. Perikanan

merupakan salah satu sub sektor pertanian setelah tanaman bahan makanan,

tanaman perkebunan, peternakan dan kehutanan yang menjadi salah satu

pilihan mata pencaharian penduduk Indonesia. Salah satu jenis komoditi

perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah ikan lele.

Ikan lele memiliki beberapa manfaat yaitu : (1) sebagai bahan makanan, (2)

ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama

padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan

Page 18: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

2

lele, (3) ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk

mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung

berdarah, kencing darah dan lain-lain, dan (4) keunggulan ikan lele

dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan

Lisin. Dilihat dari komposisi gizinya ikan lele juga kaya fosfor. Nilai fosfor

pada ikan lele lebih tinggi dari pada nilai fosfor pada telur yang hanya 100 mg.

Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, ikan lele memiliki

komposisi kimia seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi nilai gizi ikan lele (Clarias batrachus) tiap 100g

No Komponen Satuan Jumlah

1 Protein g 18,2

2 Lemak g 2,2

3 Karbohidrat g -

4 Mineral g 1,5

5 Kalsium mg 34

6 Fosfor mg 116

7 Besi mg 0,2

8 Vitamin A mg 85

9 Vitamin B mg 0,1

10 Air g 78,1

11 Energi kkal 93

Sumber : Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011

Keunggulan lain dari ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya

adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam

amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan

menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan

pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin merupakan salah satu dari 9

asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan

Page 19: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

3

jaringan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan

sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Asam amino ini sangat

berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak, membantu

penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan

memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga

dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormon, enzim, dan pembentukan

kolagen, disamping perbaikan jaringan. Tidak kalah pentingnya, lisin bisa

melindungi anak dari virus herpes (Pusat Penyuluhan Kelautan dan

Perikanan, 2011).

Ikan lele merupakan salah satu alternatif komoditas unggulan air tawar yang

penting dalam rangka pemenuhan peningkatan gizi masyarakat. Agribisnis

Lele adalah suatu kegiatan usaha/bisnis yang berkaitan dengan ikan lele

sebagai komoditas utamanya. Bisnis lele sekarang ini tengah marak dan

bekembang pesat. Pasar utama ikan lele adalah warung lesehan dan pecel lele,

disamping itu lele segar ataupun aneka olahan ikan lele mulai banyak dijumpai

di restoran, supermarket dan industri olahan. Selain permintaan ikan lele

segar untuk konsumsi, usaha pembenihan dan pembesaran lele, usaha lele di

bidang pemancingan juga masih sangat berprospek. Satu hal yang sedang

menjamur adalah produk olahan dengan bahan baku ikan lele, seperti abon

lele. Minat masyarakat atas konsumsi ikan lele inipun cukup baik terutama di

Provinsi Lampung. Jika dilihat dari statistik produksi perikanan, ikan lele

menempati posisi pertama di Provinsi Lampung seperti yang dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 20: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

4

Tabel 2. Produksi Perikanan di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2014

No Jenis Ikan2012 2013 2014

(Ton) (Ton) (Ton)

1 Lele 20484,09 19290,63 14922,82

2 Patin 15009,71 16117,77 9338,14

3 Ikan Mas 9530,93 11007,45 6245,69

4 Nila 8163,43 8318,08 6092,25

5 Gurame 7019,71 7488,54 5224,39

6 Bandeng 5795,34 6735,88 4313,08

7 Bawal Tawar 336,08 355,38 273,84

8 Kerapu Bebek 1467,44 391,78 240,00

9 Mujair 281,00 328,00 174,19

10 Tawes 303,23 296,45 155,32

11 Kerapu Macan 308,12 200,96 152,96

12 Tambakan 106,42 102,13 71,72

13 Ikan lainnya 110,82 98,47 50,53

14 Baung 39,42 53,26 32,68

15 Nilem 11,27 35,69 29,22

16 Betutu 20,30 23,30 16,80

17 Kakap 41,14 22,79 9,95

18 Belut 3,14 19,76 8,11

19 Sepat siam - - 3,40

20 Sidat - - 2,34

21 Toman - - 1,50

22 Gabus - 0,61 0,31

23 Beloso - - -

24 Betok - - -

25 Jelawat - - -

26 Belida - - -

27 Belanak - - -

28 Baronang - - -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2015

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir ikan lele

menempati posisi tertinggi dari semua jenis ikan dilihat dari statistik produksi

perikanan di Provinsi Lampung. Walaupun produksi ikan lele mengalami

penurunan produksi dari tahun 2012 dengan produksi 20.484,09 ton, tahun

Page 21: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

5

2013 dengan produksi 19.290,63 ton, dan tahun 2014 dengan total produksi

sebesar 14.922,82 ton tetapi ikan lele masih menempati peringkat pertama dari

segi produksi perikanan di Provinsi Lampung. Produksi ikan lele juga dapat

dilihat berdasarkan produksi menurut kabupaten/ kota di Provinsi Lampung

yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi ikan lele menurut kabupaten/kota di Provinsi LampungTahun 2012 – 2014

No Kabupaten/Kota2012 2013 2014

(Ton) (Ton) (Ton)

1 Lampung Tengah 8945,00 8221,00 4620,00

2 Mesuji 125,08 852,037 4359,64

3 Pringsewu 2894,33 3215,58 1917,00

4 Lampung Timur 3995,22 1791,51 856,03

5 Metro 1084,85 1016,71 795,00

6 Bandar Lampung 437,44 612,92 629,04

7 Pesawaran 839,36 840,59 510,43

8 Lampung Selatan 629,58 904,51 368,57

9 Lampung Utara 516,93 474,39 281,63

10 Tanggamus 762,00 803,00 240,50

11 Way Kanan 56,01 252,31 141,29

12 Lampung Barat 100,41 112,85 99,03

13 Tulang Bawang Barat 78,60 175,83 85,72

14 Tulang Bawang 19,28 17,40 14,95

Provinsi Lampung 20484,09 19290,63 14922,82

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2015

Berdasarkan Tabel 3 lima besar produksi ikan lele terbesar pada tahun 2014

secara berturut-turut terdapat di Kabupaten Lampung Tengah dengan produksi

4.620 ton, Kabupaten Mesuji dengan produksi 4.359,64 ton, Kabupaten

Pringsewu dengan produksi 1.917 ton, Kabupaten Lampung Timur dengan

produksi 856,03 ton, dan Kota Metro dengan produksi 795 ton.

Page 22: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

6

Produksi ikan lele di Kota Metro termasuk kedalam lima besar produksi ikan

lele tertinggi di Provinsi Lampung. Hal ini didukung dengan adanya

kelompok budidaya ikan (Pokdakan) Kota Metro seperti yang dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Kota Metro

No Kecamatan/Kelurahan Nama PokdakanJumlahAnggota(Orang)

1 Metro Pusata. Hadimulyo Barat Giat 10b. Hadimulyo Timur Maju Jaya 10

Kencono Mulyo 16Diponegoro 12Slamet Mulyo 10Mina Tirto Plus 26Lele Makmur 12

c. Yosomulyo Tuwuh Saliro 15Yoso Makarti 16

d. Metro - -e. Imopuro - -

2 Metro Barata. Ganjar Asri Mina Jaya Asri (RW 05) 12

Mina Mandiri 12b. Mulyosari Mulya Makmur 10

Mina Lestari (RW 01) 8c. Mulyojati Minayasa (RW 03) 10

Mina Mulya 9Tani Muda (RW 01) 11Lele Gupat 12

d. Ganjar Agung Sidomaju (RW 01) 8Mina Taruna Bumi (RW 03) 10Paled (RW 03) 10

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro, 2014

Page 23: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

7

Tabel 4. Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Kota Metro (Lanjutan)

No Kecamatan/Kelurahan Nama PokdakanJumlahAnggota(Orang)

3 Metro Utaraa. Purwosari Karya 31 10

Maju Jaya 10Bintang Abadi Sejahtera 10Bina Mina 10Mina Sari 10 10Mandiri 15

b. Purwosari Tunas Maju 15Mina Abadi 12

c. Banjarsari Karya Mandiri 10Subur II 10

d. Karang Rejo Makmur 104 Metro Timur

a. Tejosari Ulam Sari 10Mina Sari 10

b. Yosodadi Rowo Rejo 8Mina Tani Mkmur 10

c. Iring Mulyo Mino Mulyo 10Bintang Timur 5

d. Yosorejo Nila Kencana 8e. Tejo Agung Mina Agung 8

5 Metro Selatana. Sumbersari Makmur 10

Mina Sekawan 10b. Margorejo Sata Mina 15

Mina Mandiri 10Mina Jaya 10Mina Cempaka I 8Mina Cempaka II 5

c. Margodadi Dadi Makmur 8Mina Tirta 5Mina Sejahtera 5Mina Gurame 8 8

d. Rejomulyo Mina Makmur 8Mina Arwana 10

Jumlah 563

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro, 2014

Page 24: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

8

Selain kelompok budidaya ikan (Pokdakan), budidaya ikan lele sendiri

termasuk ke dalam tiga besar produk unggulan utama Kota Metro dari sektor

pertanian seperti yang terdapat pada surat keputusan Walikota Metro tahun

2012 nomor 185/KPTS/LTD-2/02/2012 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produk unggulan utama Kota Metro

NoProduk Unggulan Utama

Sektor Pertanian Sektor Industri Sektor Jasa1 Budidaya ikan lele Keripik pisang Bengkel motor2 Ternak itik Tapis3 Sapi perah Kelanting

Sumber : Surat Keputusan Walikota Metro nomor 185/KPTS/LTD-2/02/2012,2012

Kota Metro sendiri memiliki sentra industri rumah tangga olahan berbasis ikan

khususnya ikan lele. Dengan mengolah ikan lele menjadi berbagai hasil

olahan makanan yang enak dan unik sehingga mapu meningkatkan nilai jual

ikan lele di pasaran. Disamping itu diversifikasi olahan berbahan dasar ikan

lele ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya ikan bagi

masyarakat Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Ikan lele merupakan salah satu hasil peternakan yang kaya akan gizi. Ikan

lele (Clarias spp.) merupakan ikan air tawar yang dapat hidup di tempat-

tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan

yang keruh, dan tempat berlumpur yang kekurangan oksigen. Dilihat dari

Page 25: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

9

komposisi gizinya ikan lele juga kaya fosfor. Nilai fosfor pada ikan lele lebih

tinggi dari pada nilai fosfor pada telur yang hanya 100 mg.

Keunggulan lain dari ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya

adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam

amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan

menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan

pembentukan protein otot. Lisin merupakan salah satu dari 9 asam amino

esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Lisin

termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak. Asam amino ini sangat berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak, membantu penyerapan

kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara

masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga dibutuhkan untuk

menghasilkan antibody, hormon, enzim, dan pembentukan kolagen,

disamping perbaikan jaringan. Tidak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi

anak dari virus herpes (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung,

2015).

Propinsi Lampung khususnya Kota Metro dinilai prospektif untuk

pengembangan usaha budidaya ikan lele seperti yang terlihat pada Tabel 3,

karena Kota Metro termasuk kedalam lima besar produksi ikan lele tertinggi

di Provinsi Lampung. Selain itu, ikan lele yang selama ini dikenal sebagai

ikan budidaya ternyata bisa dikembangkan menjadi produk olahan seperti

abon lele, keripik tulang lele, kerupuk lele, nugget lele dan masih banyak lagi

Page 26: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

10

produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk lain bertujuan untuk

meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele tersebut, karena tidak

semua lapisan masyarakan ingin mengkonsumsi ikan lele dalam keadaan utuh

(misalnya pecel lele atau lele goreng).

Dengan pertimbangan tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele

maka sangat besar peluang untuk mengembangkan budidaya dari ikan lele.

Disamping itu diversifikasi dari olahan berbahan dasar ikan lele ini dapat

meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya ikan bagi masyarakat

Indonesia. Oleh karena itu penelitian dalam analisis ini sangatlah penting

untuk menganalisis produksi dan finansial dari usaha budidaya ikan lele.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah :

1. Bagaimana pendugaan fungsi produksi usaha budidaya ikan lele di Kota

Metro ?

2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis usaha budidaya ikan lele di Kota

Metro ?

3. Apakah usaha budidaya ikan lele di Kota Metro secara finansial layak

dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan

dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis fungsi produksi usaha budidaya ikan lele di Kota Metro.

Page 27: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

11

2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha budidaya ikan lele di Kota

Metro.

3. Menganalisis finansial usaha budidaya ikan lele di Kota Metro.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Pengusaha sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam melakukan

investasi dalam usaha budidaya ikan lele.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam

pengembangan dan pembinaan usaha budidaya ikan lele.

3. Sebagai tambahan informasi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

Page 28: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batrachus)

Ikan Lele (Clarias) adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan

ini mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih

memanjang serta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar

bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies).

Sedikitnya terdapat 55 spesies (jenis) ikan lele di seluruh dunia. Jenis ikan

yang digunakan adalah lele lokal yang merupakan lele asli di perairan umum

Indonesia. Lele lokal sudah dibudidayakan sejak tahun 1975 di Blitar, Jawa

Timur. Daging lele lokal sangat gurih dan renyah karena tidak mengandung

banyak lemak.

Morfologi ikan lele adalah bagian kepalanya pipih ke bawah (depressed),

bagian tengahnya membulat dan bagian belakang pipih ke samping

(compressed) serta dilindungi oleh lempengan keras berupa tulang kepala.

Tubuh ikan lele memanjang silindris serta tidak mempunyai sisik, namun tetap

licin jika dipegang karena adanya lapisan lendir (mucus). Siripnya terdiri atas

lima jenis yaitu sirip dada (dorsal), sirip punggung (pectoral), sirip perut

Page 29: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

13

(ventral), sirip dubur (anal) dan sirip ekor (caudal). Kepala bagian atas dan

bawah tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga

diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung

dengan busur insang kedua dan keempat. Sirip dadanya dilengkapi dengan

sepasang duri yang bisa disebut patil. Selain digunakan sebagai alat

pergerakan di dalam air, patil juga dipakai untuk merayap ditempat yang tidak

berair dan digunakan sebagai senjata untuk melindungi diri bila ada gangguan

(Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).

Menurut Najiyati (1992), ikan lele mempunyai insang yang kecil sehingga

kurang efektif digunakan untuk bernapas dan memenuhi kebutuhan oksigennya

di dalam perairan. Untuk itu, lele dilengkapi dengan alat pernapasan tambahan

pada lembar insang kedua dan keempat berupa modifikasi insang berbentuk

bunga yang disebut arborescent organ yang memungkinkan lele untuk

mengambil oksigen langsung dari udara. Karena itulah, lele dapat hidup pada

lingkungan perairan dengan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi.

Karena sifatnya itu pula, lele dapat hidup pada perairan tenang yang keruh

seperti waduk, danau, rawa dan genangan air lainnya.

Menurut Najiyati (1992) pula, ikan lele bersifat nokturnal atau mencari makan

pada malam hari. Pada siang hari, ikan ini memilih berdiam diri dan

berlindung di tempat yang gelap. Ikan lele temasuk ikan omnivora cenderung

carnivora. Di alam bebas, makanan alami ikan lele terdiri dari jasad-jasad

renik seperti zooplankton dan fitoplankton, anak ikan dan sisa bahan organik

yang masih segar.

Page 30: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

14

Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011), klasifikasi ikan lele

adalah sebagai berikut :

Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Ostariophysoidei

Sub Ordo : Siluroidea

Family : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus

2. Budidaya Ikan Lele

Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam pembudidayaan ikan lele adalah:

a. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya

tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan

pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi,

tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan

dinding kolam dibuat permanen.

Pada minggu ke 1 – 6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari

pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7 – 9 minggu kejernihan

airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas

Page 31: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

15

tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan

padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur

kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele

(minggu) sesuai angka secchi :

1) Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50

2) Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40

3) Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

b. Pemupukan

1) Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud

untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi

makanan alami bagi benih lele.

2) Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam)

dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15

gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2.

Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.

3) Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan

dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah

menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-

jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.

4) Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.

Page 32: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

16

c. Pemberian Pakan

1) Makanan Alami Ikan Lele

a) Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing,

dan serangga air.

b) Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol.

Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol.

Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).

c) Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.

d) Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

2) Makanan Tambahan

a) Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan

berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang

ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.

b) Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul,

jagung, dan bekicot (2:1:1).

3) Makanan Buatan (Pellet)

a) Komposisi bahan (% berat) : tepung ikan = 27,00; bungkil kacang

kedele = 20,00; tepung terigu = 10,50; bungkil kacang tanah =18,00;

tepung kacang hijau = 9,00; tepung darah = 5,00; dedak = 9,00;

vitamin = 1,00; mineral = 0,500.

b) Proses pembuatan yaitu, dengan cara menghaluskan bahan-bahan,

dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai

kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan

dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum

Page 33: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

17

diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat

pellet tenggelam.

c) Cara pemberian pakan : (1) pellet mulai dikenalkan pada ikan lele

saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit

sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung. (2) Pada

minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang

berbentuk pellet. (3) Hindarkan pemberian pakan pada saat terik

matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

d. Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan :

1) Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele

yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin

dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele

tersebut akan kebal selama 6 bulan.

2) Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan

dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.

3) Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan

merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm

selama 30 menit.

e. Pemeliharaan Kolam/Tambak

1) Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk

memberantas hama dan bibit penyakit.

Page 34: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

18

2) Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara

mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah

diendapkan 2 malam.

3) Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan

dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.

Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian

dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

3. Teori Produksi

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada budidaya lele

agar lele dapat tumbuh dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan

istilah input, production factor dan korbanan produksi. Faktor produksi

memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Untuk

menghasilkan suatu produksi, diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor

produksi (input) dan produksi (output). Hubungan antara input dan output ini

disebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 2001).

Menurut Rahim dan Retno (2007) produksi dinyatakan sebagai seperangkat

prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa

kegiatan usahatani maupun usaha lainnya (penangkapan dan beternak).

Sebelum dilakukan proses produksi di lahan, terlebih dahulu dilakukan proses

pengadaan sarana produksi pertanian berupa industri agro-kimia (pupuk dan

pestisida), industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian), dan industri

pembenihan dan pembibitan. Untuk proses produksi di lahan, dapat digunakan

Page 35: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

19

faktor – faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida,

teknologi, serta manajemen.

Menurut Soekartawi (1995), fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang

menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-

faktor produksi (input). Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal,

iklim, dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi produksi

yang diperoleh. Karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang

dipakai, maka ia dapat menduga berapa faktor produksi yang dihasilkan.

Dengan mengetahui bentuk fungsi produksi, kita dapat memanfaatkan

informasi harga dan biaya yang diluangkan untuk:

- menentukan kombinasi masukan yang terbaik

- sampai seberapa besar masukan produksi tersebut berpengaruh terhadap

produksi yang diperoleh.

Melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan

jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah

produksi, dan sekaligus menunjukkan produktivitas dari hasil itu sendiri

(Hernanto, 1898). Menurut Rahim dan Retno (2007) beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi pertanian dijelaskan sebagai berikut :

a. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi

komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang

digarap, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan

Page 36: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

20

tersebut. Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan hektar (ha) atau

are.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu

diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Penggunaan

tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan

tenaga kerja adalah besarya tenaga kerja efektif yang dipakai. Usahatani

berskala kecil biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Sedangkan

usahatani berskala besar, selain menggunakan tenaga kerja keluarga, juga

memiliki tenaga kerja ahli. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam

hari orang kerja (HOK).

c. Modal

Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal

tidak tetap (variable cost). Skala usahatani sangat menentukan besar

kecilnya modal yang dipakai. Makin besar skala usahatani makin besar

pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas

tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan

besar kecilnya modal yang dipakai.

d. Pupuk

Pupuk dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan

yang optimal. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan

anorganik. Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perubahan atau

penguraian bagian – bagian atau sisa – sisa tanaman dan binatang.

Page 37: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

21

Sementara itu, pupuk anorganik merupakan hasil industri atau hasil

pabrik–pabrik pembuat pupuk.

e. Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi

hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang

mengandung zat – zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada

tanaman.

f. Bibit

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul

biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi

dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing di

pasar.

g. Teknologi

Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap

tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.

h. Manajemen

Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting

dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan

hingga evaluasi.

Teori produksi terdiri dari tiga macam perhitungan hasil produksi, yaitu produk

total (PT), produk rata – rata (PR), dan produk marjinal (PM). Menurut

Rahardja dan Manurung (1999), produksi total (PT) adalah banyaknya

produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi. Produksi

rata–rata (PR) adalah rata– rata keluaran yang dihasilkan per unit faktor

Page 38: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

22

produksi. Produksi Marjinal (PM) adalah tambahan produksi karena

penambahan penggunaan satu unit faktor produksi.

Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena

faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara

faktor produksi (input) dan komoditas (output).

Fungsi produksi menunjukkan perkaitan antara faktor – faktor produksi dengan

tingkat produksi maksimal yang dihasilkan atau dapat juga dikatakan sebagai

hubungan fisik antara faktor faktor produksi dikenal sebagai input, sedangkan

jumlah produksi selalu dikatakan sebagai output. Fungsi produksi dinyatakan

dalam persamaan sebagi berikut

Y = f (X1, X2, X3, . . , Xn) ............................................................................(2.1)

Persamaan tersebut merupakan gambaran yang sederhana dan bersifat umum

mengenai keterkaitan faktor produksi dengan jumlah produksi. Persamaan

tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya memiliki

arti bahwa tingkat produksi suatu barang (Y) sangat tergantung pada jumlah

faktor produksi (X).

Terdapat bermacam – macam fungsi produksi, diantaranya adalah :

a. Fungsi Linear : Y = A + BX

b. Fungsi Kuadratik : Y = A + BX + CX2

c. Fungsi Cobb Douglas

Page 39: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

23

Menurut Soekartawi (1990) fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana

variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan yang

lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaiaan

hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi

dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Secara matematik, fungsi Cobb-

Douglass dapat dituliskan persamaan berikut :

Y = aX1b1 X2

b . . . Xibi . . . Xn

bn eu ...........................................................(2.2)

Bila fungsi Cobb-Douglass tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:

Y = f(X1, X2, . . ., Xi, Xn) .........................................................................(2.3)

Dimana :Y = Variabel yang dijelaskanX = Variabel yang menjelaskana,b = besaran yang akan didugau = kesalahan (disturbance term)e = logaritma natural, e : 2,718

Cara untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut diatas, maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan tersebut

adalah :

Log Y = Log a + b1 Log X1 + b2 Log X2 + u ...........................................(2.4)

Penyelesaiaan fungsi Cobb – Douglass selalu dilogaritmakan dan diubah

bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, sehingga ada beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut antara lain :

Page 40: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

24

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol

adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi

pada setiap pengamatan. Ini artinya, kalau fungsi Cobb – Douglass yang

dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan; dan bila diperlukan analisis

yang memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut

terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model

tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup

pada faktor kesalahan.

Penggunaan fungsi Cobb Douglas berlaku dalam keadaan hukum kenaikan

hasil yang semakin berkurang atau law of diminishing returns untuk setiap

setiap input i, sehingga informasi yang diperoleh dapat dipakai untuk

melakukan upaya agar setiap penambahan masukan produksi dapat

menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar (Soekartawi, 2002).

Mubyarto (1989) menggambarkan tahapan dari suatu proses produksi sebagai

berikut:

Page 41: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

25

Gambar 2. Kurva produksi

4. Efisiensi Produksi

Menurut Rahim dan Retno (2007) efisiensi produksi dapat diartikan sebagai

upaya penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil – kecilnya untuk

mendapatkan hasil produksi yang sebesar – besarnya. Menurut Haryono, dkk

(2007) efisiensi produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) efisiensi

teknis dan (2) efisiensi ekonomi. Efisiensi tercapai pada saat produk rata – rata

(PR) mencapai maksimum atau pada saat elastisitas produksi besarnya adalah

satu. Efisiensi ekonomis ditentukan oleh efisiensi teknis dan tingkat harga dari

Page 42: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

26

input dan output. Efisiensi ekonomis tercapai pada saat produksi optimum,

sedangkan produksi optimum tercapai pada saat keuntungan maksimum.

Sebelum melakukan analisis efisiensi perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

a. Tingkat transformasi antara input dan output dalam fungsi produksi, dan

b. Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output sebagai upaya

untuk mencapai indikator efisiensi.

Menurut Sumodiningrat, dkk (1993), efisiensi ekonomi diartikan sebagai

kombinasi input yang dapat memaksimumkan tujuan seorang individu atau

tujuan sosial masyarakat. Efisiensi ekonomi harus memenuhi dua kondisi,

yaitu kondisi syarat atau kondisi perlu (necessary condition) dan kondisi

pelengkap atau kondisi cukup (sufficient condition).

Kondisi syarat (necessary condition) akan dipenuhi dalam suatu proses

produksi, apabila :

a. Tidak ada kemungkinan lagi untuk memproduksi sejumlah produk yang

sama dengan jumlah input yang kecil.

b. Tidak ada lagi kemungkinan untuk menghasilkan produk yang lebih banyak

dengan jumlah input yang sama.

Dalam analisis fungsi produksi, kondisi syarat ini dipenuhi oleh tahap II, yaitu

pada saat elastisitas produksi sama dengan atau lebih besar dari nol, dan sama

dengan atau lebih kecil daripada satu, atau 0≤Ep≥1.

Kondisi syarat hanya dikaitkan dengan hubungan fisik. Kondisi tersebut

berlaku umum karena dapat diterapkan dalam setiap sistem perekonomian.

Page 43: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

27

Akan tetapi, dalam suatu hubungan input – input tertentu, banyak sekali

dijumpai kombinasi input-output yang dapat memenuhi kondisi syarat tersebut.

Sehingga masih belum jelas kombinasi mana yang harus dipilih. Oleh karena

itu, dibutuhkan kondisi tambahan agar bisa dipilih salah satu alternatif

kombinasi yang memenuhi kondisi syarat tersebut. Kondisi tambahan tersebut

adalah kondisi perlu atau kondisi pelengkap (sufficient condition) karena

sifatnya sebagai pelengkap bagi kondisi syarat.

Tidak seperti kodisi syarat yang bersifat objektif, kondisi pelengkap meliputi

nilai – nilai dan tujuan individu ataupun sosial masyarakat, yang bersifat

subjektif. Oleh karena itu, kondisi pelengkap mungkin saja bervariasi di

antara tujuan dan sikap suka atau tidak suka dari para individu pelaku ekonomi.

Dalam teori abstraksi, kondisi pelengkap acapkali disebut sebagai indikator

pilihan.

a. Efisiensi Teknis

Setelah analisis Cobb-Douglass dilakukan, maka selanjutnya dilakukan

analisis efisensi teknis penggunaan faktor produksi. Efisiensi teknis adalah

perbandingan antara produksi aktual dengan tingkat produksi yang potensial

dapat dicapai (Soekartawi, 2001). Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis

(Technical Eficiency Rate) dapat dilakukan pendekatan dengan ratio varians

(Betese dan Corra dalam Zen et,al., 2003), yaitu:

......................................................................................(2.5)

Page 44: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

28

Dimana :dan 0< Y < 1

Apabila γ mendekati 1, dan 2σ mendekati nol dan tingkat vi adalah tingkat

kesalahan maka dikatakan in-efisiensi. Perbedaan antara output aktual dan

output potensial menunjukkan in-efisiensi dalam produksi. Sedangkan

efisiensi taknik menurut Soekartawi (2001) dapat dihitung dengan rumus :

ET = Yi/Yii ............................................................................................(2.6)

Keterangan:ET = Tingkat efisiensi teknisYi = Besarnya produksi (output) ke-iYii = Besarnya produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang

diperoleh melalui fungsi produksi frontier Cobb-Douglas.

Pengukuran efisiensi yang diukur dengan menggunakan analisis Data

Envelopment Analysis (DEA) memiliki karakter yang berbeda dengan

konsep efisiensi pada umumnya. Pertama, efisiensi yang diukur bersifat

teknis, bukan alokatif atau ekonomis. Artinya, analisis DEA hanya

memperhitungkan nilai absolute dari suatu variabel. Oleh karenanya

dimungkinkan suatu pola perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan

satuan yang berbeda-beda. Kedua, nilai efisiensi yang dihasilkan bersifat

relatif atau hanya berlaku dalam lingkup petani lele yang menjadi Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diperbandingkan tersebut.

Formulasi dengan menggunakan DEA, misalnya dilakukan perbandingan

efisiensi dari sejumlah UKE. Setiap UKE menghasilkan m jenis input untuk

menghasilkan s jenis output. Misalnya Xij > 0 merupakan jumlah input yang

Page 45: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

29

digunakan oleh UKE j, dan misalnya Yij > 0 merupakan jumlah output yang

dihasilkan oleh UKE j.

Variabel keputusan (decision variable) dari kasus tersebut adalah bobot

yang harus diberikan pada setiap unit input dan output oleh UKE k. Vik

adalah bobot yang diberikan pada unit I oleh kegiatan k dan Urk merupakan

variabel keputusan, yakni variabel yang nilainya akan ditentukan melalui

program linear fraksional, satu formulasi program linear untuk setiap UKE

dalam sampel. Fungsi tujuan (objective function) dari setiap linear program

fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang total (total weighted

output) dari UKE k dibagi dengan input tertimbang totalnya (Dendawijaya,

2001). Formulasi fungsi tujuan tersebut adalah :

Maksimumkan :

.........................................................................(2.7)

Dimana :

Zk = efisiensi teknis budidaya lele

Setiap unit kegiatan ekonomi, dimana dalam penelitian ini merupakan

usahatani lele, menggunakan 7 jenis input produksi, yakni luas lahan kolam,

benih lele, pakan, obat-obatan, tenaga kerja, serta menghasilkan 1 jenis

output yakni ikan lele.

Kriteria universalitas mensyaratkan unit kegiatan ekonomi k untuk memiliki

bobot dengan batasan atau kendala bahwa tidak ada satu unit kegiatan

ekonomi lain yang akan memiliki efisiensi lebih besar 1 atau 100%, jika unit

Page 46: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

30

kegiatan ekonomi lain tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh unit

kegiatan ekonomi k sehingga formulasi selanjutnya adalah :

Urk ≥ 0 ; r = 1,…………….sVik ≥ 0 ; r = 1,…………….m ....................................................(2.8)

Dimana n, menunjukkan jumlah sampel. Objek dalam penelitian ini

berjumlah 52 sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya

efisiensi rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara persamaan

kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan

1. Objek penelitian dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio

mendekati 100%, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi objek

yang semakin rendak. Beberapa bagian program linier ditransformasikan ke

dalam program ordinary linier sebagai berikut :

Urk ≥ 0 ; r = 1,…………….sVik ≥ 0 ; r = 1,…………….m ....................................................(2.9)

Program linier fraksional kemudian ditransformasikan ke dalam linier biasa

(ordinary linier program) dan metode simpleks untuk menyelesaikannya.

Tranformasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Constant Return to Scale (CRS)

Misalnya mengukur efisiensi teknis pada budidaya lele yang menjadi

sampel. Maksimumkan yang menjadi sampel.

Maksimumkan

Page 47: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

31

Fungsi batasan atau kendala :

-

Urk ≥ 0 ; r = 1,……………,sVik ≥ 0 ; i = 1,…………….,s ..................................................(2.10)

Keterangan:Yrk = jumlah output lele yang dihasilkan oleh UKEXik = jumlah input produksi yang diperlukan oleh UKEs = jumlah sektor atau UKE yang dianalisism = jumlah input yang digunakanVik = bobot tertimbang dari output lele yang dihasilkan oleh tiap

petaniZk = nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari

budidaya lele yang menjadi sampel

2) Variable Returns to Scale (VRS)

Maksimumkan :

Dengan batasan :

-

Urk ≥ 0 ; = 1,……………,nVik ≥ 0 ; = 1,…………….,n ..................................................(2.11)

U adalah penggal yang dapat bernilai positif ataupun negative. Skala

efisiensi tiap UKE dapat diperoleh dari perhitungan CRS dan VRS.

Misalnya pada UKE, perhitungan skala efisiensinya dihitung dari nilai

efisiensi teknis model CRS dibagi dengan nilai efisiensi teknis model

VRS. Jika terdapat perbedaan nilai efisiensi teknis model CRS dan VRS

dari sebuah UKE, maka hal ini mengindikasikan adanya skala yang

tidak efisien. Sebuah UKE yang efisien berada dalam model VRS

mengindikasikan mencapai efisiensi teknis secara murni. Apabila UKE

Page 48: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

32

berada dalam model CRS, maka telah mencapai efisiensi teknis dan

lebih efisien dalam skala operasinya, rumusnya adalah sebagai berikut :

SE = CRS/VRS ..........................................................................(2.12)

Keterangan:SE = skala efisiensiCRS = nilai efisiensi teknis model CRSVRS = nilai efisiensi teknis model VRS

Dimana 0 ≤ SE ≤ 1, CRS ≤ VRS, nilai SE adalah satu dan

mengindikasikan UKE beroperasi pada CRS. Nilai SE < 1

mengindikasikan adanya skala operasi yang tidak efisien. Jika nilai NI

(Non Increasing) labih kecil dari VRS (NI < VRS) maka UKE

beroperasi pada IRS (Increasing Returns to Scale), dan jika nilai NI

sama dengan VRS (NI = VRS) maka UKE beroperasi pada DRS

(Decreasing Returns to Scale). Nilai NI merupakan perluasan dari

rumus DEA dimana nilai Urk, Vik menjadi ≤ 1.

5. Analisis Finansial

Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk mendapatkan

benefit atau manfaat dalam jangka waktu tertentu. Untuk mencapai tujuan

tersebut diperlukan pengorbanan dari resources yang dimiliki, karenanya

dalam pemilihan suatu proyek yang akan dikerjakan harus diadakan penilaian,

baik dari segi teknis maupun ekonomis agar penanaman modal/investasi jatuh

pada pilihan proyek paling tepat. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk

mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting

point) dan suatu titik akhir (ending point), baik biaya maupun hasilnya.

(Ibrahim, 2004).

Page 49: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

33

Menurut Kadariah (2001), tujuan analisis proyek adalah untuk memperbaiki

pemilihan investasi. Oleh karena sumber-sumber yang tersedia bagi

pembangunan terbatas, maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam

proyek. Kesalahan dalam pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan

sumber-sumber yang langka. Oleh karenanya maka sebelum proyek

dilaksanakan, perlu diadakan perhitungan percobaan untuk menentukan hasil

dan memilih di antara berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan

manfaat (benefit) yang dapat diharapkan dari masing-masing proyek.

(Kadariah, 2001).

Manfaat proyek, dilihat dari evaluasi proyek, adalah penerimaan (revenue)

yang dihasilkan suatu proyek sebelum dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan. Manfaat proyek dapat digolongkan menjadi manfaat langsung

(direct benefits), manfaat tidak langsung (indirect benefits), dan manfaat tidak

kentara (intangible benefits). Manfaat langsung dari suatu proyek adalah

manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek, seperti naiknya nilai hasil

produksi barang atau jasa, perubahan bentuk, turunnya biaya. Manfaat tidak

langsung adalah manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier

effects dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya.

Manfaat tidak kentara sebuah proyek adalah manfaat dari pembangunan proyek

yang sulit diukur dalam bentuk uang, seperti perubahan pola pikir masyarakat,

perbaikan lingkungan, berkurangnya pengangguran, dan lain sebagainya.

(Ibrahim, 2004).

Page 50: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

34

Menurut Nitisemito (2004), studi kelayakan pada hakikatnya adalah untuk

menetapkan layak atau tidaknya suatu gagasan usaha. Dengan kata lain, studi

kelayakan harus dapat memutuskan apakah suatu gagasan usaha perlu

diteruskan atau tidak

Menurut Ibrahim (2004), ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan suatu proyek. Tahapan-tahapan tersebut antara lain tahapan

pengujuian dan tahapan evaluasi. Tahapan pengujian digolongkan dalam

beberapa aspek antara lain sebagai berikut :

a. Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran melingkupi peluang pasar, perkembangan

pasar, penetapan pangsa pasar, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan

dalam mengambil kebijakan yang diperlukan.

b. Aspek Teknis

Aspek teknis mencakup lokasi proyek yang diusahakan, sumber bahan

baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, dan jumlah

investasi yang diperlukan serta membuat rencana untuk produksi selama

umur ekonomis proyek.

c. Aspek Organisasi dan Manajemen

Aspek organisasi dan manajemen mencakup bentuk organisasi dan jumlah

tenaga kerja, serta keahlian yang diperlukan.

d. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan mencakup pengelolaan yang dapat diterima

oleh masyarakat sekitar tentang limbah yang dihasilkan, dan pengaruh

yang ditimbulkan oleh usahatani tersebut.

Page 51: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

35

e. Aspek Finansial

Aspek finansial mencakup perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan,

kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan,

perhitungan kriteria investasi (Net B/C, Gross B/C, Payback period, NPV,

IRR, dan analisis sensitifitas, serta analisis titik impas (BEP)).

Biaya dalam evaluasi proyek dapat dikelompokkan menjadi biaya langsung

dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan

langsung dengan kepentingan proyekseperti biaya investasi, biaya operasi dan

biaya pemeliharaan proyek. Biaya tidak langsung adalah biaya yang perlu

diperhitungkan dalam menganalisis proyek, seperti polusi udara, bising,

perubahan nilai-nilai (norma) dalam masyarakat.

Tahap evaluasi dilakukan dengan perhitungan kelayakan proyek sebagai

berikut :

a Net Benefit Cost Ratio B/C

n

tt

n

tt

i

btcti

ctbt

CNetB

1

1

1

1/ ..........................................................................(2.14)

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit

yang telah didiscount positif net benefit yang telah didiscount negatif.

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

1) net B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

2) net B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible)

3) net B/C = 1, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

Page 52: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

36

b Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

n

tt

t

n

itt

t

i

C

i

b

CGrossB

1 1

1/ ..............................................................(2.15)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara

penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah

dikeluarkan.

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

1) Gross B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

2) Gross B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible)

3) Gross B/C = 1, maka investasi berada pada posisi Break Event Point.

c Payback Period

PP = x 1 tahun ..............................................................(2.16)

Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang

didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari

proyek.

Kriteria kelayakan:

1) Bila masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis

proyek, maka proyek menguntungkan dan layak untuk dijalankan.

2) Bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek,

maka proyek tidak layak untuk dikembangkan/dijalankan.

Ab

K0

Page 53: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

37

d Net Present Value (NPV)

..........................................................................(2.17)

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang

menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau

pengeluaran. Perhitungan itu diukur dengan nilai uang sekarang dengan

kriteria penilaian sebagai berikut :

1) NPV > 0, maka investasi dikatakan layak (feasible)

2) NPV < 0, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible)

3) NPV = 0, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

e Internal Rate of Return (IRR)

1221

11 ii

NPVNPV

NPViIRR

..................................................(2.18)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang

menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh

investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan

NPV sama dengan nol.

Kriteria penilaiannya sebagai berikut :

1) IRR > i, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

2) IRR < i, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible)

3) IRR = i, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

n

tt

tt

i

CBNPV

1 1

Page 54: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

38

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Jatnika (2014), tentang pengembangan usaha budidaya ikan

lele (Clarias sp.) di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis

kelayakan ikan lele memiliki prospek yang menjanjikan dan layak untuk

dikembangkan. Untuk memaksimalkan pendapatan petani lele, kombinasi strategi

SO, strategi WO dan strategi ST merupakan strategi yang tepat untuk dipilih

petani. Untuk memaksimalkan pendapatan pembudidaya ikan lele, dilakukan

penambahan jumlah dan luas kolam, serta mengembangkan usaha budidaya,

menerapkan cara-cara pemeliharaan dan budidaya yang baik, serta memperluas

jangkauan pasar mulai dari konsumen perorangan, pasar tradisional rumah makan

dan restoran hingga ke pasar modern untuk meningkatkan efisiensi modal dan

meningkatkan keuntungan bagi petani lele pada lahan kering di Kabupaten

Gunung Kidul.

Hasil penelitian Sulistyo (2014), mengenai analisis kelayakan usaha

pengembangan budidaya ikan lele untuk perusahaan x di Kabupaten Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan Pay Back Period (PBP), Net

Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) dilakukan untuk

mengetahui kelayakan dari tingkat nilai investasi dengan periode yang ditetapkan

untuk proyeksi keuangan adalah 5 tahun. Dengan investasi sebesar

Rp658.495.000,- diperoleh nilai NPV = Rp 561.228.242,-, IRR = 32,38 % dan

PBP = 3,277 tahun. Rencana pengembangan usaha pembudidayaan ikan Lele di

Page 55: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

39

Kabupaten Bandung ini dinyatakan layak karena nilai IRR yang diperoleh lebih

besar dari nilai MARR dan NPV bernilai positif.

Menurut penelitian Jaja (2013), tentang usaha pembesaran dan pemasaran ikan

lele serta strategi pengembangannya di UD Sumber Rezeki Parung Jawa Barat,

hasil penelitian menujukkan bahwa usaha budidaya ikan lele di UD Sumber

Rezeki Parung, Jawa Barat layak dilaksanakan dengan Benefit/Cost (B/C)

ratio>1,26. Break Event Point (BEP) Produksi ikan Lele Rp9.631,76 per kg,

NPV pada nilai Rp38.140.956, IRR 17% dan PBP 3 tahun 9 bulan. Efisiensi

usaha pembesaran ikan Lele di UD Sumber Rezeki ditentukan oleh penggunaan

air secara gravitasi, penggunaan probiotik untuk menghemat waktu, penggunaan

pakan tenggelam dan pakan apung. Berdasarkan nilai IFE (2,83) dan EFE (2,81),

maka posisi UD Sumber Rezeki berada di fase pertumbuhan dan stabilitas serta

berada di kuadran 5. Berdasarkan analisis matriks SWOT dan matriks IE,

strategi pengembangan untuk UD Sumber Rezeki, Parung, Jawa Barat adalah (1)

penetrasi dan pengembangan pasar dengan menjual langsung ke konsumen akhir,

(2) melakukan diversifikasi produk olahan ikan Lele, dan (3) meningkatkan

kemampuan SDM.

Menurut penelitian Triyanti (2012), mengenai kajian pemasaran ikan lele

(Clarias sp) dalam mendukung industri perikanan budidaya (studi kasus di

Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah), hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

empat pola rantai pemasaran ikan lele dengan rantai yang panjang di saluran I dan

II dan rantai terpendek di rantai III. Biaya dan keuntungan terbesar untuk

penjualan lele hidup terdapat di saluran pemasaran I, sedangkan margin

Page 56: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

40

pemasaran terkecil untuk penjualan lele hidup terdapat di saluran pemasaran II.

Ketiga saluran pemasaran lele hidup sudah efisien dengan nilai farmer’s share

terbesar pada saluran II yaitu 87,34 %; sedangkan saluran IV memiliki nilai

farmer’s share terkecil sebesar 8,95%. Hasil penelitian efisiensi saluran

pemasaran lele diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan

peningkatan nilai tambah dan daya saing produk perikanan budidaya sehingga

dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya dan industri pengolahan.

Hasil penelitian Yulinda (2012), mengenai analisis finansial usaha pembenihan

ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan

Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada usaha pembenihan ikan Lele Dumbo di Kelurahan Lembah Sari

diketahui bahwa rata-rata berat induk jantan yaitu 1,38 kilogram dan rata-rata

berat induk betina 1,53 kilogram. Melalui seleksi induk, metode pemijahan dan

teknik pemijahan yang dilakukan oleh petani diperoleh rata-rata produksi benih

55.000 ekor per panen. Dalam proses produksinya petani pembenih

menggunakan beberapa faktor-faktor produksi yang mendukungnya.

Selama lebih kurang tiga tahun petani pembenih mengalami kesulitan dalam

memperoleh pakan alami Cacing Sutera saat benih berumur 7-21 hari karena

Cacing Sutera masih diperoleh dengan cara menangkap dari alam dan membeli

dari penjual Cacing Sutera. Rata-rata total penerimaan (TR) yang diperoleh

petani yaitu sebesar Rp5.150.000,- per panen dengan rata-rata pendapatan (Pd)

sebesar Rp1.745.194,- per panen dan nilai rata-rata RCR pada usaha pembenihan

ini sebesar 1,55. Jika dilihat dari nilai RCR tersebut (RCR > 1) maka rata-rata

usaha pembenihan ikan Lele Dumbo di kelurahan Lembah Sari layak untuk

Page 57: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

41

dilanjutkan. Nilai rata-rata ROI pada usaha pembenihan ikan Lele Dumbo di

kelurahan Lembah Sari yaitu 55,81% per panen, artinya bahwa setiap Rp100,-

modal yang ditanam oleh tiap-tiap petani akan menghasilkan keuntungan sebesar

Rp55,81 Hasil analisis PPC diperoleh bahwa nilai rata-rata PPC usaha

pembenihan ikan Lele Dumbo di Kelurahan Lembah Sari adalah 6,21 yang

memiliki arti bahwa waktu pengembalian modal bagi tiap-tiap usaha pembenihan

petani yaitu rata-rata setelah 6 kali panen 5 hari.

Penelitian Hendrich (2013), mengenai analisis perhitungan harga pokok produksi

pada usaha peternakan lele Pak Jay di Sukabangun II Palembang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peternakan lele sebagai usaha yang bertujuan untuk

memproduksi lele juga berorentasi pada laba dan tidak terlepas dari masalah

pencapaian laba, dan pengembalian modal sehingga dalam perhitungan harga

pokok produksi dan pengumpulan biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli

bibit lele sebagai produk utamanya, biaya yang telah dikeluarkan ini seharusnya

dipakai sebagai elemen perhitungan pembentukan harga pokok produk untuk

pengembalian modal usaha peternak lele dengan kapasitas produksi yang

dihasilkan. Adapun tujuan penulisan laporan akhir ini bertujuan untuk

mengetahui perhitungan harga pokok produksi ternak lele Pak Jay, karena harga

pokok produksi sebagai salah satu alat perhitungan dalam pengambilan keputusan.

usaha lele Pak Jay dalam membuat laporan harga pokok produksi belum dapat

menunjukkan harga pokok produksi yang sesuai dengan pengumpulan biaya

produksinya. Di sisi lain, penulis beranggapan bahwa perhitungan harga pokok

produksi usaha lele yang tepat dapat diketahui harga pokok penjualan yang

memadai dan analisis yang berdampak pada laba yang diinginkan perusahaan.

Page 58: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

42

Penelitian Rosalina (2014), mengenai analisis kelayakan usaha budidaya ikan lele

di kolam terpal di Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa investasi sebesar Rp8.680.000 (belum termasuk biaya

operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel) maka nilai rasio

penerimaan dengan biaya atau (R/C) dalam usaha budidaya lele diperoleh sebesar

1,78. Waktu pengembalian investasi atau Payback Period (PP) selama 0,53 tahun,

BEP produksi ikan lele pada tahun pertama 844 kg, Penjualan ikan lele pada tahun

kedua sampai dengan tahun kelima akan mencapai BEP sebesar 1.012 kg/tahun.

Nilai NPV sebesar Rp33.482.143 dan nilai IRR sebesar 62 %.

Penelitian Daulay (2010), mengenai pemanfaatan larva diptera sebagai pakan

tambahan pada budidaya ikan lele dumbo dalam upaya efisiensi biaya produksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pelaksanaan ikan lele dumbo lebih

kurang 70% (tujuh puluh persen) biaya produksi berada pada biaya pembelian

pakan, dengan adanya pemanfaatan larva diptera yang diambil dari sludge

decanter limbah kelapa sawit secara gratis sebagai pakan tambahan pada budidaya

ikan lele dumbo maka akan terdapat efisiensi biaya produksi sekitar 30% (tiga

puluh persen). Keadaan ini sudah tentu menimbulkan keuntungan tersendiri bagi

para pembudidaya ikan lele dumbo. Selain efisiensi biaya produksi, pembudidaya

ikan lele dubo juga akan mendapatkan pakan tambahan dan kalori tinggi, sehingga

diperoleh ikan lele dumbo yang berkembang secara sehat, cepat dan baik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini meneliti

tentang produksi, efisiensi teknis dan ekonomis, serta analisis finansial usaha

budidaya ikan lele di Kota Metro.

Page 59: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

43

C. Kerangka Pemikiran

Pemerataan pembangunan dalam rangka mewujudkan kondisi perekonomian yang

lebih mantap dan dinamis tidak terlepas dari peran sub sektor non pangan utama

seperti perikanan. Perikanan merupakan salah satu sub sektor pertanian setelah

tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan kehutanan yang

menjadi salah satu pilihan mata pencaharian penduduk Indonesia. Salah satu jenis

komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta dikelola oleh

masyarakat adalah ikan lele.

Ikan lele merupakan salah satu hasil peternakan yang kaya akan gizi. Keunggulan

lain dari ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan

Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang

sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan

nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot.

Sedangkan Lisin merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan.

Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya ikan lele sebagai bahan

makanan yang lezat dan bergizi, maka permintaan konsumen dan pasar ikan lele

di berbagai daerah terus meningkat. Propinsi Lampung khususnya Kota Metro

dinilai prospektif untuk pengembangan usaha budidaya ikan lele seperti yang

terlihat pada Tabel 3, karena lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya

ternyata bisa dikembangkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti abon

lele, keripik tulang lele, kerupuk lele, nugget lele dan masih banyak lagi produk

Page 60: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

44

yang lain. Hal ini dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele

tersebut yang secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya permintaan

terhadap ikan lele segar. Selain itu, Kota Metro juga menjadikan ikan lele

menjadi tiga besar produk unggulan utama Kota Metro dari sektor pertanian

seperti yang terdapat pada surat keputusan Walikota Metro tahun 2012 nomor

185/KPTS/LTD-2/02/2012 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Dalam menjalankan proses produksi, setiap usaha membutuhkan faktor-faktor

produksi (input). Namun dalam penelitian ini faktor-faktor produksi yang

dianalisis dibatasi hanya sebatas lima faktor produksi saja yaitu kolam produksi,

bibit lele, pakan lele, obat-obatan, dan tenaga kerja untuk menghasilkan ikan lele

yang berkualitas.. Hal tersebut didasarkan pada beberapa referensi dan hasil

penelitian terdahulu, serta dengan pertimbangan adanya keterbatasan penelitian

seperti waktu, tenaga, biaya, dan hal-hal lainnya. Input-input tersebut, baik input

tetap maupun input variabel akan menimbulkan biaya produksi yang berpengaruh

terhadap besar kecilnya keuntungan.

Tujuan dari setiap usaha, termasuk usaha budidaya ikan lele adalah untuk

mendapatkan keuntungan sehingga perlu diperhitungkan besarnya biaya yang

telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah

usaha budidaya ikan lele ini menguntungkan atau tidak, maka dilakukan suatu

analisis. Dalam analisis ini dilakukan perhitungan yang diukur dari besarnya

penerimaan dan biaya bagi usaha budidaya ikan lele.

Page 61: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

45

Kelayakan usaha serta prospek pengembangan dari usaha budidaya ikan lele akan

dilihat dari analisis finansial jangka panjang antara lain Net B/C dan Gross B/C

yang mempunyai nilai lebih besar daripada satu, payback period dimana masa

pengembalian lebih pendek daripada umur ekonomis proyek, NPV yang

mempunyai nilai lebih besar daripada nol, dan IRR yang memiliki nilai lebih

daripada tingkat suku bunga. Kelayakan usaha dapat tercapai dan memiliki

prospek pengembangan usaha yang baik bila kriteria-kriteria analisis-analisis

tersebut dapat terpenuhi.

Berdasarkan uraian di atas, maka paradigma kerangka pemikiran analisis produksi

dan finansial ikan lele di Kota Metro dapat dapat diringkas seperti Gambar 3.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Diduga faktor – faktor yang mempengaruhi produksi budidaya ikan lele di

Kota Metro adalah luas lahan kolam, benih lele, pakan lele, obat-obatan, dan

tenaga kerja.

2. Usaha budidaya lele di Kota Metro layak untuk dikembangkan.

Page 62: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

46

Gambar 3. Paradigma Kerangka Pemikiran Analisis Produksi dan FinansialUsaha Budidaya Ikan Lele di Kota Metro

Budidaya Ikan Lele

Harga KeluaranHarga Masukan

Biaya Penerimaan

Proses Produksi KeluaranProduksi

(Ikan Lele)

Masukan Produksi

Luas lahan kolam (m3)Benih lele (ekor)Pakan lele (kg)Obat-obatan (kg)Tenaga kerja (HOK)

Analisis Finansial

Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C),Gross Benefit - Cost Ratio (Gross B/C),Payback Period (PP),Net Present Value (NPV),Internal Rate of Return (IRR)

Analisis Efisiensi Teknis

Tidak layak Layak

Penataan Ulang Lanjutkan

Keuntungan

Page 63: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

47

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan

untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Produksi ikan lele adalah proses perubahan input atau faktor-faktor produksi dan

menggunakan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan output atau keluaran.

Proses produksi merupakan suatu proses berinteraksinya berbagai faktor produksi

untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu.

Faktor konversi adalah banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan

bahan baku.

Hasil produksi merupakan jumlah ikan lele yang dihasilkan oleh usaha tersebut,

yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Harga produk (output) adalah harga ikan lele yang diterima oleh pembudidaya dan

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Page 64: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

48

Biaya adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk usaha

budidaya ikan lele satu tahun dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah seluruh biaya meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang

dikeluarkan karena dipakainya faktor-faktor produksi dalam proses produksi.

Biaya tetap adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam budidaya ikan lele yang

tetap jumlahnya dan tidak bergantung pada skala produksi, diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam budidaya ikan lele

yang besar kecilnya tergantung dari skala produksi, diukur dalam satuan rupiah

(Rp).

Biaya yang diperhitungkan adalah biaya (nilai korbanan) yang tidak dibayar tunai,

tetapi masuk dalam perhitungan biaya, meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga

dan penyusutan peralatan yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp).

Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan ikan lele, dihitung

dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi ikan lele dengan harga jual per

kg, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh oleh pembudidaya dari penjualan

ikan lele setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan selama proses

produksi.

Page 65: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

49

Efisiensi teknis adalah perbandingan antara produksi aktual dengan tingkat

produksi potensial yang dapat dicapai.

Efisiensi ekonomis adalah perbandingan antara nilai produk marjinal dengan

harga faktor produksi

Harga pasar adalah tingkat harga yang diterima pembudidaya dalam penjualan

hasil produksi ikan lele atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor

produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Harga sarana produksi adalah harga semua input yang dibutuhkan untuk

melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output berupa ikan lele.

Kesempatan kerja merupakan banyaknya tenaga kerja yang bekerja dalam proses

produksi, yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar

keluarga, yang digunakan dalam proses pembudidayaan ikan lele yang diukur

dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Upah rata – rata tenaga kerja adalah biaya upah yang dikeluarkan perusahaan

untuk tenaga kerja per satu hari orang kerja (HOK), yang diukur dalam satuan

Rp/HOK.

Proyek adalah investasi yang dengan menggunakan modal atau sumber-sumber

alam / faktor produksi, diharapkan mendapat manfaat setelah jangka waktu

tertentu.

Page 66: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

50

Analisis proyek adalah suatu metode untuk melakukan penilaian investasi dan

menunjukkan gejolak ekonomi apakah suatu proyek layak dikembangkan atau

tidak.

Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan pada perbandingan atau rasio

manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama ekonomis

investasi alat, atau diperhitungkan untuk melihat layak tidaknya usaha tersebut

dilaksanakan .

Analisis finansial menilai proyek dari sudut badan-badan atau orang-orang yang

menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dengan

proyek. Analisis finansial memperhatikan hasil untuk modal saham yang ditanam

dalam proyek. Harga yang digunakan dalam analisis finansial adalah harga pasar.

Kriteria analisis discounted adalah suatu kriteria yang digunakan untuk

mengetahui berapakah manfaat (benefit) serta biaya (cost) selama umur ekonomis

proyek yang nilainya saat ini diukur dengan nilai uang sekarang. Kriteria analisis

discounted terdiri dari perhitungan nilai tunai bersih atau Net Present Value

(NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi budidaya

ikan lele, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak

tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam

satuan tahun.

Page 67: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

51

Umur ekonomis bangunan adalah jumlah tahun bangunan selama digunakan,

terhitung sejak tahun selesai dibangun dan siap pakai sampai bangunan tidak

dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.

Tingkat suku bunga adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat

digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa lalu agar didapatkan nilainya

pada saat ini

Compounding factor digunakan untuk memperhitungkan semua pengeluaran

dalam proses produksi dibawa ke nanti pada saat akhir proses produksi atau pada

saat ini.

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang

telah didiscount positif net benefit yang telah didiscount negatif.

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara

penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.

Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada

pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek.

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang

menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau

pengeluaran.

Page 68: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

52

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan

nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau

dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Metro, waktu penelitian dilakukan pada bulan

April 2015 – Februari 2016. Lokasi penelitian dipilih dengan sengaja

(Purposive), dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu

daerah yang memiliki kelompok budidaya ikan lele yang didukung juga dengan

SK Walikota Metro Nomor 185/KPTS/LTD-2/02/2012 tentang penetapan

budidaya ikan lele sebagai salah satu produk unggulan daerah Kota Metro dari

sektor pertanian.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel pembudidaya ikan lele di Kota

Metro. Metode pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan metode

acak sederhana (Simple Random Sampling). Penentuan jumlah sampel mengacu

pada Sugiarto, dkk (2003) dengan rumus sebagai berikut :

222

22

SZNd

SNZn

..............................................................................(3.1)

Keterangan :

n = Jumlah sampelN = Jumlah populasiS2 = Varian sampel (5%)Z = tingkat kepercayaan (95% =1,96)d = derajat penyimpangan (5%)

Page 69: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

53

Jumlah pembudidaya di Kota Metro sebanyak 163 orang. Sebaran kelompok

pembudidaya ikan lele di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi kelompok budidaya ikan lele di Kota Metro

No Kecamatan Nama PokdakanJumlah Anggota

(Orang)1 Metro Pusat Giat 10

Kencono Mulyo 16Mina Tirto Plus 26Tuwuh Saliro 15

2 Metro Barat Mina Jaya Asri 12Mina Mulya 9

3 Metro Utara Karya 31 10Maju Jaya 10Bintang Abadi Sejahtera 10Mina Abadi 12

4 Metro Timur Mina Sari 10Mina Mulyo 10Nila Kencana 8

5 Metro Selatan Mina Tirta 5Jumlah 163

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro, 2014

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh jumlah sampel keseluruhan adalah :

respondenn 522,52)05,0()96,1()05,0(163

)05,0()96,1(16322

2

Lokasi pembudidaya ikan lele tersebar di 5 (lima) kecamatan di Kota Metro.

Sehingga jumlah responden dibagi menjadi lima strata responden berdasarkan

lokasi pembudidaya. Jumlah pembudidaya ikan lele pada masing – masing strata

dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 70: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

54

Tabel 7. Jumlah pembudidaya responden berdasarkan lokasi kecamatan di KotaMetro

No LokasiJumlah

PembudidayaJumlah

Responden1 Metro Pusat 67 202 Metro Barat 21 73 Metro Utara 42 134 Metro Timur 28 105 Metro Selatan 5 2

Jumlah 163 52

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro, 2014

Jumlah responden pembudidaya di Kecamatan Metro Pusat :

n1 = 2037,2052163

67x

Jumlah responden petani di Kecamatan Metro Barat :

n2 = 769,652163

21x

Jumlah responden petani di Kecamatan Metro Utara :

n3 = 1339,1352163

42x

Jumlah responden petani di Kecamatan Metro Timur :

n4 = 1093,952163

28x

Jumlah responden petani di Kecamatan Metro Selatan :

n5 = 259,152163

5x

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan

Page 71: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

55

pembudidaya ikan lele menggunakan kuisioner dengan mengajukan beberapa

pertanyaan untuk melengkapi data yang diperlukan, dengan tujuan agar

pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Data sekunder yang

merupakan pelengkap data primer diperoleh dari instansi-instansi terkait, laporan-

laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk

mengetahui profil usaha berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

dan pengisian kuisioner. Metode kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang

didapatkan dari hasil kuisioner. Alat bantu dalam mengolah data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah program Microsoft Excell, Eviews dan SPSS.

Metode pengolahan data dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui tabulasi dan

komputasi. Adapun analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Analisis Produksi

Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut

variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel

independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaiaan hubungan antara Y dan X

Page 72: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

56

adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi

oleh variasi dari X. Secara matematis model fungsi Cobb-Douglass yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = aX1b1 X2

b . . . Xibi . . . Xn

bn eu..............................................................(3.2)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan

tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

mentransformasikan dalam bentuk logaritma natural (ln), persamaan tersebut

yaitu:

LnY = Ln + β1LnX

1+ β

2LnX

2+ β

3LnX

3+β

4LnX

4+ u............................(3.3)

Keterangan :Y = jumlah produksi ikan lele (kg)X1 = luas kolam yang digunakan (m3)X2 = jumlah bibit lele yang digunakan (kg)X3 = jumlah pakan lele yang digunakan (kg)X4 = jumlah obat-obatan yang digunakan (kg)

= intersep atau konstantaβ i = koefisien regresi yang merupakan elastisitas produksi

(I = 1,2,3,4)

a. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji hasil perhitungan agar tidak

menghasilkan persamaan yang bias. Uji asumsi klasik tersebut meliputi

uji multikolinieritas dan heterokedastis. Kaidah pengujiannya adalah

sebagai berikut.

1) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi atau hubungan antar variabel bebas. Jika variabel-variabel

Page 73: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

57

bebas saling berkorelasi (di atas 0,9) dan nilai R2 sebagai ukuran

goodness of fit yang dihasilkan oleh estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, dan nilai toleransi < 0,10 atau sama dengan nilai VIF

(Variance Inflation Factor) > 10 maka mengindikasikan adanya

multikolinieritas (Ghozali, 2006). Multikolinieritas dapat diperbaiki

dengan cara membuang variabel yang berkorelasi tinggi. Dalam

penelitian ini uji multikolinieritas dilakukan dengan bantuan program

SPSS 16.00.

2) Uji Heteroskedastis

Heteroskedastisitas terjadi apabila kesalahan atau residual dari model

yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi

ke obsevasi lain, artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang

berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak

terangkum dalam spesifikasi model (Hanke dan Reitsch, 1998 dalam

Kuncoro, 2001). Gejala heteroskedastis dapat diketahui dengan

melakukan Uji White dengan alat bantu Program Eviews. Jika nilai P

value chi square < 5%, maka terdapat gejala heteroskedastis atau

dapat diketahui dengan kaidah jika Prob Obs* R square < 0,05, maka

ada heteroskedastis, sedangkan jika Prob Obs* R square > 0,05, maka

tidak ada heteroskedastis (Gujarati, 2006).

Page 74: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

58

b. Uji Goodness of Fit

Pengujian terhadap faktor – faktor produksi dilakukan dengan dua cara

yaitu, uji F dan uji t. Pengambilan keputusan dengan uji F dan uji t

menggunakan taraf kepercayaan 95 % atau dengan menggunakan taraf

nyata α 0,05.

1) Analisis Koefisien Determinasi (R²)

Analisis koefisien determinan (R²) bertujuan untuk mengetahui tingkat

ketepatan paling baik dalam analisis regresi. Hal yang ditunjukkan

oleh besarnya koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu).

Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat

dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap varibel terikat.

Koefisien determinasi (R²) nol variabel bebas sama sekali tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat. Selain itu, koefisien

determinasi juga dipergunakan untuk mengetahui presentase

perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas

(X).

2) Uji F (over all test)

Untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat digunakan uji F. Hipotesis yang akan

diuji adalah sebagai berikut.

Ho : bi = b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Hi : paling sedikit terdapat satu koefisien regresi ≠ 0

Page 75: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

59

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Jika F hitung > F tabel, maka tolak Ho.

2. Jika F hitung < F tabel, maka terima Ho.

Jika F hitung yang dihasilkan lebih besar daripada F tabel maka

hipotesis ditolak atau variabel bebas atau faktor – faktor produksi

berpengaruh terhadap hasil produksi (Y) dan sebaliknya.

3) Uji terhadap penduga parameter (t-test)

Pengujian variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan untuk

mengetahui apakah tiap-taip variabel bebas berpengaruh terhadap

variabel terikat yang dikenal dengan Uji-t. Untuk menguji

parameter regresi secara tunggal dilakukan dengan cara uji t

dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Ho : bi = 0

2. H1 : bi ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Jika t hitung > t tabel, tolak Ho, pada taraf kepercayaan α =

0,05.

2. Jika t hitung < t tabel, terima Ho, pada taraf kepercayaan α =

0,05.

Page 76: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

60

2. Efisiensi Produksi

a. Efisiensi Teknis

Setelah analisis Cobb-Douglass dilakukan, maka selanjutnya dilakukan

analisis efisensi teknis penggunaan faktor produksi. Efisiensi teknis adalah

perbandingan antara produksi aktual dengan tingkat produksi yang potensial

dapat dicapai (Soekartawi, 2001). Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis

(Technical Eficiency Rate) dapat dilakukan pendekatan dengan ratio varians

(Betese dan Corra dalam Zen et,al., 2003), yaitu:

......................................................................................(3.4)

Dimana :dan 0< Y < 1

Apabila γ mendekati 1, dan 2σ mendekati nol dan tingkat vi adalah tingkat

kesalahan maka dikatakan in-efisiensi. Perbedaan antara output aktual dan

output potensial menunjukkan in-efisiensi dalam produksi. Sedangkan

efisiensi taknik menurut Soekartawi (2001) dapat dihitung dengan rumus :

ET = Yi/Yii ........................................................................................(3.5)

Keterangan:

ET = Tingkat efisiensi teknisYi = Besarnya produksi (output) ke-iYii = Besarnya produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang

diperoleh melalui fungsi produksi frontier Cobb-Douglas.

Pengukuran efisiensi yang diukur dengan menggunakan analisis Data

Envelopment Analysis (DEA) memiliki karakter yang berbeda dengan

konsep efisiensi pada umumnya. Pertama, efisiensi yang diukur bersifat

teknis, bukan alokatif atau ekonomis. Artinya, analisis DEA hanya

Page 77: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

61

memperhitungkan nilai absolute dari suatu variabel. Oleh karenanya

dimungkinkan suatu pola perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan

satuan yang berbeda-beda. Kedua, nilai efisiensi yang dihasilkan bersifat

relatif atau hanya berlaku dalam lingkup petani lele yang menjadi Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diperbandingkan tersebut.

Formulasi dengan menggunakan DEA, misalnya dilakukan perbandingan

efisiensi dari sejumlah UKE. Setiap UKE menghasilkan m jenis input untuk

menghasilkan sejenis output. Misalnya Xij > 0 merupakan jumlah input

yang digunakan oleh UKE j, dan misalnya Yij > 0 merupakan jumlah output

yang dihasilkan oleh UKE j.

Variabel keputusan (decision variable) dari kasus tersebut adalah bobot

yang harus diberikan pada setiap unit input dan output oleh UKE k. Vik

adalah bobot yang diberikan pada unit I oleh kegiatan k dan Urk merupakan

variabel keputusan, yakni variabel yang nilainya akan ditentukan melalui

program linear fraksional, satu formulasi program linear untuk setiap UKE

dalam sampel. Fungsi tujuan (objective function) dari setiap linear program

fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang total (total weighted

output) dari UKE k dibagi dengan input tertimbang totalnya (Dendawijaya,

2001). Formulasi fungsi tujuan tersebut adalah :

Maksimumkan :

.........................................................................(3.6)

Dimana :Zk : adalah efisiensi teknis budidaya lele

Page 78: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

62

Setiap unit kegiatan ekonomi, dimana dalam penelitian ini merupakan

usahatani lele, menggunakan 6 jenis input produksi, yakni luas lahan kolam,

benih lele, pakan, dan obat-obatan, serta menghasilkan 1 jenis output yakni

ikan lele.

Kriteria universalitas mensyaratkan unit kegiatan ekonomi k untuk memiliki

bobot dengan batasan atau kendala bahwa tidak ada satu unit kegiatan

ekonomi lain yang akan memiliki efisiensi lebih besar 1 atau 100%, jika unit

kegiatan ekonomi lain tersebut menggunakan bobot yang dipilih oleh unit

kegiatan ekonomi k sehingga formulasi selanjutnya adalah :

Urk ≥ 0 ; r = 1,…………….sVik ≥ 0 ; r = 1,…………….m ....................................................(3.7)

Dimana n, menunjukkan jumlah sampel. Obyek dalam penelitian ini

berjumlah 52 sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya

efisiensi rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara persamaan

kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan

1. Obyek penelitian dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio

mendekati 100%, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi objek

yang semakin rendak. Beberapa bagian program linier ditransformasikan ke

dalam program ordinary linier sebagai berikut :

Page 79: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

63

Urk ≥ 0 ; r = 1,…………….sVik ≥ 0 ; r = 1,…………….m ....................................................(3.8)

Program linier fraksional kemudian ditransformasikan ke dalam linier biasa

(ordinary linier program) dan metode simpleks untuk menyelesaikannya.

Tranformasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Constant Return to Scale (CRS)

Misalnya mengukur efisiensi teknis pada budidaya lele yang menjadi

sampel. Maksimumkan yang menjadi sampel.

Maksimumkan

Fungsi batasan atau kendala :

-

Urk ≥ 0 ; r = 1,……………,sVik ≥ 0 ; i = 1,…………….,s ....................................................(3.9)

Keterangan:Yrk = jumlah output lele yang dihasilkan oleh UKEXik = jumlah input produksi yang diperlukan oleh UKEs = jumlah sektor atau UKE yang dianalisism = jumlah input yang digunakanVik = bobot tertimbang dari output lele yang dihasilkan oleh tiap

petaniZk = nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari

budidaya lele yang menjadi sampel

2) Variable Returns to Scale (VRS)

Maksimumkan :

Dengan batasan :

Page 80: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

64

-

Urk ≥ 0 ; = 1,……………,nVik ≥ 0 ; = 1,…………….,n ..................................................(3.10)

U adalah penggal yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Skala

efisiensi tiap UKE dapat diperoleh dari perhitungan CRS dan VRS.

Misalnya pada UKE, perhitungan skala efisiensinya dihitung dari nilai

efisiensi teknis model CRS dibagi dengan nilai efisiensi teknis model

VRS. Jika terdapat perbedaan nilai efisiensi teknis model CRS dan VRS

dari sebuah UKE, maka hal ini mengindikasikan adanya skala yang

tidak efisien. Sebuah UKE yang efisien berada dalam model VRS

mengindikasikan mencapai efisiensi teknis secara murni. Apabila UKE

berada dalam model CRS, maka telah mencapai efisiensi teknis dan

lebih efisien dalam skala operasinya, rumusnya adalah sebagai berikut :

SE = CRS/VRS ..........................................................................(3.11)

Keterangan:SE = skala efisiensiCRS = nilai efisiensi teknis model CRSVRS = nilai efisiensi teknis model VRS

Dimana 0 ≤ SE ≤ 1, CRS ≤ VRS, nilai SE adalah satu dan

mengindikasikan UKE beroperasi pada CRS. Nilai SE < 1

mengindikasikan adanya skala operasi yang tidak efisien. Jika nilai NI

(Non Increasing) labih kecil dari VRS (NI < VRS) maka UKE

beroperasi pada IRS (Increasing Returns to Scale), dan jika nilai NI

sama dengan VRS (NI = VRS) maka UKE beroperasi pada DRS

Page 81: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

65

(Decreasing Returns to Scale). Nilai NI merupakan perluasan dari

rumus DEA dimana nilai Urk, Vik menjadi ≤ 1.

3. Analisis Finansial

Untuk menjawab tujuan penelitian maka digunakan alat analisis finansial yaitu:

a. Net Benefit Cost Ratio B/C

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit

yang telah didiscount positif net benefit yang telah didiscount negatif.

Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut :

n

tt

n

tt

i

btcti

ctbt

CNetB

1

1

1

1/ ..........................................................................(3.14)

Keterangan:Net B/C = Net benefit cost ratiobt = Benefit/ penerimaan bersih tahun tct = Cost/biaya pada tahun ti = Tingkat bungat = tahun (waktu ekonomis)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

1) Net B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

2) Net B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible)

3) Net B/C = 1, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

Page 82: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

66

b. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara

penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah

dikeluarkan. Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut :

n

tt

t

n

itt

t

i

C

i

b

CGrossB

1 1

1/ ..............................................................(3.15)

Keterangan :Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratiobt = Benefit/ penerimaan bersih tahun tct = Cost/biaya pada tahun ti = Tingkat bungat = tahun (waktu ekonomis)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

(1) Gross B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) Gross B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible)

(3) Gross B/C = 1, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

c. Payback Period

Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang

didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari

proyek.

Payback Period dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

PP = x 1 tahun ..............................................................(3.16)Ab

K0

Page 83: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

67

KeteranganKo = Investasi awalAb = Manfaat bersih yang diperoleh dari setiap periode

Kriteria kelayakan:

(1) Bila masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis

proyek, maka proyek menguntungkan dan layak untuk dijalankan.

(2) Bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek,

maka proyek tidak layak untuk dikembangkan/dijalankan.

d. Net Present Value (NPV)

Perhitungan Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon

dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount

factor. Rumus dari Net Present Value adalah :

..........................................................................(3.17)

Keterangan :NPV = Net Present Valuet = waktuBt = benefit (manfaat)Ct = cost (biaya)i = tingkat bunga bank yang berlaku

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

(1) NPV > 0, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) NPV < 0, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible)

(3) NPV = 0, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

n

tt

tt

i

CBNPV

1 1

Page 84: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

68

e. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang

menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh

investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan

NPV sama dengan nol. IRR dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

1221

11 ii

NPVNPV

NPViIRR

..................................................(3.18)

Keterangan :NPV = Net Present Valuei1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

(1) IRR > i, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

(2) IRR < i, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible)

(3) IRR = i, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

Page 85: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

69

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kota Metro

Kota Metro lahir pada tanggal 27 April 1999, Kota Metro diresmikan sebagai

daerah otonom berdasarkan UU No.12 Tahun 1999. Pada saat diresmikan, Kota

Metro terdiri dari 2 (dua) Kecamatan yang Meliputi 6 (enam) Kelurahan dan 6

(enam) desa. Kemudian berdasarkan Perda Kota Metro No.25 Tahun 2000

tentang pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah

administrasi pemerintah Kota Metro mekar menjadi 5 Kecamatan yang meliputi

22 Kelurahan.

Secara geografis, Kota Metro terletak pada posisi antara 105o 17' - 105o 19' Bujur

Timur dan 5o 6' - 5o 8' Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kota Metro,

yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung

Timur, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur,

dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah. Kota Metro

dihuni oleh 153.517 jiwa (tahun 2013) dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,18

yang berarti jumlah penduduk laki-laki 0,18% lebih banyak dibanding jumlah

penduduk perempuan. Secara administratif, saat ini Kota Metro terdiri dari lima

Page 86: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

70

Kecamatan dan 22 (dua puluh dua) Kelurahan dengan Metro sebagai ibukota,

dengan rincian yang dapt dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pembagian wilayah administrasi Kota Metro

No Kecamatan Ibukota Kecamatan Kelurahan1 Metro Selatan Rejomulyo Sumbersari

RejomulyoMargodadiMargorejo

2 Metro Barat Mulyojati MulyojatiMulyosariGanjaragungGanjarasri

3 Metro Timur Iringmulyo TejosariTejoagungIringmulyoYosorejoYosodadi

4 Metro Pusat Metro MetroImopuroHadimulyo BaratHadimulyo TimurYosomulyo

5 Metro Utara Banjarsari PurwosariPurwosariBanjarsariKarangrejo

Sumber : BPS Kota Metro, 2014

Luas wilayah Kota Metro tercatat 6.874 Ha. Kecamatan Metro Utara merupakan

kecamatan terluas dengan luas wilayah 1.964 Ha, kemudian diikuti oleh Metro

Selatan 1.433 Ha, Metro Timur 1.178 Ha, Metro Pusat 1.171 Ha, sedangkan

kecamatan terkecil adalah Metro Barat dengan luas wilayah hanya 1.128 Ha.

Page 87: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

71

B. Kondisi Fisik Kota Metro

Topografi Kota Metro berupa daerah dataran aluvial. Ketinggian daerah ini

berkisar antara 25 meter sampai 75 meter dari permukaan laut, dan dengan

kemiringan 0 % – 3 %. Pada dataran di daerah sungai terdapat endapan

permukaan alluvium (campuran liat galuhdan pasir) dengan tanah latosol dan

podsolik.

C. Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Metro setelah pemekaran wilayah tahun 1999 adalah

sebesar 115.789 jiwa, terdiri dari 58.458 jiwa laki-laki dan 57.331 jiwa

perempuan, dengan sex ratio sebesar 101,97. Sedangkan menurut hasil Sensus

Penduduk 2000, tercatat jumlah penduduk Kota Metro sebesar 118.448 jiwa yang

terdiri dari 59.678 laki-laki dan 58.770 perempuan dengan sex ratio sebesar

101,55. Penduduk Kota Metro pada tahun 2010 berdasarkan hasil sensus

penduduk tahun 2010 adalah sebesar 145.471 jiwa yang terdiri dari 73.027 laki-

laki dan 72.444 perempuan dengan sex ratio sebesar 101,80. Jumlah penduduk

Kota Metro tahun 2013 adalah 153.517 jiwa (berdasarkan proyeksi hasil Sensus

Penduduk 2010) dimana sex ratio sebesar 100,18. Dengan luas wilayah 68,74

km2, kepadatan penduduk Kota Metro adalah 2.233 jiwa/km2, dimana kecamatan

paling padat adalah Metro Pusat, yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 88: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

72

Tabel 9. Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurutKecamatan di Kota Metro, 2013

No KecamatanLuas

WilayahJumlah

PendudukKepadatanPenduduk

(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)1 Metro Selatan 14,33 14.669 1.0242 Metro Barat 11,28 26.668 2.3643 Metro Timur 11,78 37.247 3.1624 Metro Pusat 11,71 48.629 4.1535 Metro Utara 19,64 26.304 1.339

Sumber : BPS Kota Metro, 2014

D. Perekonomian Kota Metro

Indikator perekonomian yang dikenal secara luas untuk mengukur hasil-hasil

pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari data PDRB

tersebut selain dapat diketahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga dapat

dilihat kontribusi masing-masing sektor dalam kegiatan pembangunan. PDRB

merupakan cerminan dari ukuran produktifitas seluruh nilai barang dan jasa yang

dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Sedangkan PDRB perkapita

mencerminkan tingkat produktifitas tiap penduduk dalam satu tahun.

PDRB perkapita masyarakat Kota Metro mengalami peningkatan dari 10,07 juta

rupiah pada tahun 2012 menjadi 11,15 juta pada tahun 2012. Jika dilihat dari

distribusi PDRB Kota Metro, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

mendominasi perekonomian Kota Metro yaitu 27,77%. Laju pertumbuhan PDRB

menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan di Kota Metro, 2011-2013 dapat

dilihat pada Tabel 10.

Page 89: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

73

Tabel 10. Laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar hargakonstan 2000, 2011 – 2013 (persen)

No Lapangan Usaha 2011 2012*) 2013**)1 Pertanian 4,19 -0,90 0,522 Pertambangan & Penggalian 0,00 0,00 0,003 Industri Pengolahan 4,70 4,49 4,824 Listrik, Gas & Air Bersih 6,79 3,78 8,995 Bangunan 2,66 7,81 7,766 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,47 7,45 7,357 Pengangkutan & Komunikasi 5,63 6,37 5,848 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 10,86 9,50 9,449 Jasa-jasa 5,22 5,06 4,89

PDRB 6,40 6,05 6,23

Keterangan : * = Angka diperbaiki** = Angka sementara

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014

E. Keadaan Umum Fasilitas Pelayanan

1. Fasilitas Pelayanan Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang berguna untuk

mencerdaskan bangsa yang pada akhirnya akan berdampak pada

kesejahteraan. Pembangunan yang hanya berfokus pada pengelolaan sumber

daya alam tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang memadai maka

akan berjalan lambat. Pada tahun 2013 di Kota Metro sendiri pada tingkat

SD, dari 66 sekolah terdapat 50 sekolah negeri dan 16 sekolah swasta dengan

jumlah murid SD mencapai 16.248 murid. Di tingkat SLTP yang berjumlah

29 sekolah, terdiri dari 10 sekolah negeri dan 19 sekolah swasta memiliki

siswa SLTP mencapai 8.464 siswa. Untuk tingkat SMU terdapat 11 sekolah

Page 90: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

74

negeri 37 sekolah swasta dengan jumlah siswa SMU tercatat 6.383 siswa.

Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin banyak sekolah yang didirikan

oleh pihak swasta. Adapun jumlah perguruan tinggi di Kota Metro sendiri

terdapat 9 perguruan tinggi, dengan jumlah mahasiswa mencapai 16.306

orang.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat

mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Dengan adanya

fasilitas tersebut diharapkan taraf kesehatan masyarakat akan meningkat

sehingga produktifitasnya pun meningkat. Untuk bidang kesehatan, jumlah

fasilitas kesehatan di Kota Metro pada tahun 2013 masing-masing tercatat

sebagai berikut : Rumah sakit sebanyak 7 unit, rumah bersalin 3 unit,

puskesmas sebanyak 11 unit, posyandu sebanyak 157 unit, dan klinik / balai

pengobatan sebanyak 9 unit.

F. Gambaran Umum Budidaya Ikan Lele di Kota Metro

Ikan lele merupakan salah satu alternatif komoditas unggulan air tawar yang

penting dalam rangka pemenuhan peningkatan gizi masyarakat. Agribisnis lele

adalah suatu kegiatan usaha/bisnis yang berkaitan dengan ikan lele sebagai

komoditas utamanya. Bisnis lele sekarang ini tengah marak dan bekembang

pesat. Pasar utama ikan lele adalah warung lesehan dan pecel lele, disamping itu

lele segar ataupun aneka olahan ikan lele mulai banyak dijumpai di restoran,

Page 91: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

75

supermarket dan industri olahan. Selain permintaan ikan lele segar untuk

konsumsi, usaha pembenihan dan pembesaran lele, usaha lele di bidang

pemancingan juga masih sangat berprospek.

Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan Kota Metro berjalan efektif, efisien

dan tepat sasaran maka perlu identifikasi produk unggulan Kota Metro sebagai

informasi awal bagi pelaku usaha dan investor untuk menanamkan investasinya.

Budidaya ikan lele sendiri di Kota Metro termasuk ke dalam produk unggulan

utama Kota Metro seperti yang tertuang ke dalam Surat Keputusan Walikota

Metro tahun 2012 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Adapun budidaya ikan lele yang dilakukan oleh peternak ikan lele di Kota Metro

adalah sebagai berikut :

1. Pemupukan

a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bertujuan untuk

menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami

bagi benih lele.

b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan

dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20

gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama

3 hari.

c. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan

dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi

Page 92: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

76

coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik

yang tumbuh sebagai makanan alami lele.

d. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.

2. Pemberian Pakan

a. Makanan Alami Ikan Lele

1) Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan

serangga air.

2) Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),

Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),

ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).

3) Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.

4) Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

b. Makanan Tambahan

1) Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa

sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang

dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.

2) Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung,

dan bekicot (2:1:1).

c. Makanan Buatan (Pellet)

1) Komposisi bahan (% berat) : tepung ikan = 27,00; bungkil kacang

kedele = 20,00; tepung terigu = 10,50; bungkil kacang tanah =18,00;

tepung kacang hijau = 9,00; tepung darah = 5,00; dedak = 9,00;

vitamin = 1,00; mineral = 0,500.

Page 93: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

77

2) Proses pembuatan yaitu, dengan cara menghaluskan bahan-bahan,

dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar

airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam

bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada

lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.

3) Cara pemberian pakan : (a) pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat

umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum

pemberian makanan yang berbentuk tepung. (b) Pada minggu 7 dan

seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.

(c) Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu

tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

3. Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan :

a. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang

berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan

dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan

kebal selama 6 bulan.

b. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan

menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.

c. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam

lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.

Page 94: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

78

4. Pemeliharaan Kolam/Tambak

a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk

memberantas hama dan bibit penyakit.

b. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti

semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.

c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan

dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.

Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian

dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

5. Pemanenan

Biasanya panen dilakukan setelah lele dipelihara 2 -3 bulan dan telah mencapai

ukuran konsumsi (7 – 10 ekor/kg). Pemanenan harus dilakukan dengan hati-

hati. Pada saat ikan lele dipanen dipilah-pilah terlebih dahulu untuk

memisahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran ini berdampak

pada harga. Ikan lele yang sudah dipisahkan berdasarkan ukuran akan

meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Cara pemanenan yang dilakukan oleh peternak ikan lele sebagai berikut :

a. Susutkan air kolam sampai ketinggian 5 – 7 cm. Tambahkan beberapa

tetes minyak goreng untuk mengurangi risiko lele terluka akibat gesekan.

b. Serok lele secara hati-hati yang dilakukan searah, lalu masukkan kewadah

penampungan.sementara.

c. Seleksi/sortasi ikan dengan baskom sortir sesuai ukuran.

Page 95: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

79

d. Bila wadah penampungan sudah agak padat, segera pindahkan ikan ke

wadah penampungan lain atau bagi yang tidak masuk ukuran bisa

dibesarkan lebih lanjut.

e. Ikan yang telah diseleksi segera ditimbang, dikemas, lalu dikirim ke

tempat tujuan.

Page 96: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat

diambil kesimpulan:

1. Faktor - faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan lele adalah

luas lahan, benih dan pakan, sedangkan obat-obatan dan tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi ikan lele.

2. Tingkat efisiensi teknis sebagian besar peternak lele belum memenuhi syarat

keharusan dalam proses produksi dan belum mampu memanfaatkan potensi

kemampuan produksi yang dimiliki secara optimal untuk menghasilkan

output produksi yang tinggi.

3. Usaha budidaya ikan lele di Kota Metro secara finansial menguntungkan dan

layak dikembangkan pada tingkat suku bunga KUR mikro yang berlaku, yaitu

12%, dengan jangka waktu pengembalian investasi 2,15 tahun.

Page 97: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

108

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan adalah:

1. Untuk pengusaha, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha budidaya

ikan lele ini layak dan menguntungkan, dan memiliki prospek yang cerah

untuk dikembangkan dilihat dari hasil analisis finansial yang telah dilakukan.

2. Untuk instansi terkait, agar mendorong pengembangan usaha budidaya ikan

lele dengan diintensifkannya penyuluhan tentang budidaya ikan lele yang

baik dan benar, selain itu diharapkan pemberian bantuan kepada

pembudidaya ikan lele sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan

kualitas produksi ikan lele segar yang dihasilkan.

3. Untuk peneliti, ikan lele merupakan salah satu produk unggulan utama Kota

Metro berdasarkan surat keputusan Walikota Metro tahun 2012

nomor:185/KPTS/LTD-2/02/2012. Disarankan pada penelitian selanjutnya

untuk menganalisis produk unggulan utama Kota Metro yang lain seperti

ternak itik dan sapi perah.

Page 98: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

109

DAFTAR PUSTAKA

_________. Prospek Usaha Beternak Ikan Lele. April 2015. Diakses 13 April2015. www.pustakadunia.com.

_________. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Arsyad, L dan H. Prayitno. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta:Penerbit Fakultas Ekonomi UGM.

Asmanah, D; Budiono; W. Hermawan. 2012. Faktor-Faktor yang MempengaruhiProduksi Perikanan Budidaya di Jawa Tengah. Penelitian FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. Halaman 1-6.

Az-zarnuji, A.T. 2011. Analisis Efisiensi Budidaya Ikan Lele di KabupatenBoyolali (Studi Kasus di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali). SkripsiFakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang: UniversitasDiponegoro.

Badan Pusat Statistik Kota Metro. 2014. Metro dalam Angka 2014. BPS. KotaMetro.

Basahudin, M.S. 2009. Panen Lele 2,5 Bulan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2015. Laporan StatistikProduksi Perikanan Budidaya Pembesaran dan Nilainya menurut JenisIkan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Daulay, A.H. 2010. Pemanfaatan Larva Diptera sebagai Pakan Tambahan PadaBudidaya Ikan Lele Dumbo dalam Upaya Efisiensi Biaya Produksi. JurnalPengabdian Kepada Masyarakat, Maret 2010, Volume 16, Nomor 59.

Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. GaliaIndonesia

Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi (LIPI). Budidaya Ikan Lele. Februari 2015.Diakses 10 Februari 2015. www.ristek.go.id.

Page 99: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

110

Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro. 2014. Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan dalam Angka Edisi 2013 Tahun Anggaran2014. BPS. Kota Metro.

Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro. 2013. Keragaman PotensiPerikanan. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro. Metro.

Downey, W.D dan S.P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta.

Ghozali, I. 2006. Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS. Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Gunawan, S. 2008. Kiat Sukses Budidaya Lele di Lahan Sempit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Haryono, D; F.E. Prasmatiwi; D.A.H. Lestari; dan W.A. Zakaria. 2007. TeoriEkonomi Mikro Bahan Ajar. Jurusan Sosial Ekonomi PertanianUniversitas Lampung. Bandar Lampung.

Hendrich, M. 2013. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi pada UsahaPeternakan Lele Pak Jay di Sukabangun II Palembang. ILMIAH, Volume5, Nomor 3 : 40 – 49.

Ibrahim, H.M. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Rineka Cipta.

Jaja. 2013. Usaha Pembesaran dan Pemasaran Ikan Lele serta StrategiPengembanganya di UD Sumber Rezeki Parung, Jawa Barat. JournalIPB, Februari 2013, Volume 8 Nomor 1 : 45 – 56.

Jatnika, D. 2014. Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) diLahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Journal IPB, Februari 2014, Volume 9, Nomor 1 : 96 – 105.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Lembaga Penerbit FakultasEkonomi UI. Jakarta.

Kasmir. 2003 Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta.

Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis danEkonomi. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Mahsaiba, I.D; K. Tarigan; dan Salmiah. 2013. Analisis Finansial Usahatani IkanLele Dumbo. Journal on Social Economic of Agriculture AndAgribusiness. Volume 2, Nomor 2 : 1-13.

Page 100: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

111

Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Margiyanto, I; S; Budiningsih; dan Pujiharto. 2009. Analisa Pengaruh FaktorProduksi Terhadap Usaha Tani Ikan Lele di Desa Pliken KecamatanKembaran Kabupaten Banyumas. Jurnal Agritech. Volume 11, Nomor 2 :107-115.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2015. Peraturan Menteri KoordinatorBidang Perekonomian tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha RakyatMikro Nomor : 4 Tahun 2015. Indonesia.

Merauke, J. 2012. Pengaruh Teknologi Pakan terhadap Produksi dan KeuntunganBudidaya Ikan Lele Dumbo pada Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul.Tesis Agribisnis Fakultas Pertanian UPN “VETERAN” Yogyakarta.Yogyakarta: UPN Veteran.

Mubyarto. 1990. Pengantar Ekonomi Pertanian, edisi ketiga. Jakarta: LP3ES.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya, Penentuan harga Pokok Penjualan danPengendalian Biaya. BPFE UGM. Yogyakarta.

Najiyati. 1992. Morfologi Ikan Lele Lokal. Teknologi Budidaya. Bogor.

Nitisemito, A.S, dan M.U. Burhan. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan EvaluasiProyek. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Pujawan dan Nyoman. 1995. Ekonomi Teknik. Penerbit Guna Widya. Jakarta.

Pusat Penyuluhan dan Perikanan. 2011. Kementerian Kelautan dan Perikanan.Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan.Jakarta.

Rahardja, P dan M. Manurung. 1999. Teori Ekonomi Mikro Suatu PengantarEdisi Kedua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta.

Rahim, A dan D.R.D. Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, danKasus). Penebar Swadaya. Depok.

Rosalina, D. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di KolamTerpal di Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah. Maspari Journal,Volume 6, Nomor 1 : 20 – 24.

Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Page 101: ANALISIS PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/22162/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · analisis produksi dan finansial usaha budidaya ikan lele di kota metro

112

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan AnalisisFungsi Cobb-Douglass. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sulistyo, A.T. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Budidaya IkanLele Untuk Perusahaan X di Kabupaten Bandung. Journal TelkomUniversity.

Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumodiningrat, G dan I.G.L.A Iswara. 1993. Materi Pokok Ekonomi Produksi.Penerbit Karunika Universitas Terbuka. Jakarta.

Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Pelet TerhadapPertumbuhan Lele Sangkuriang. Jurnal Universitas Negeri Semarang.Volume 8, Nomor 1 : 18-25.

Triyanti, R. 2012. Kajian Pemasaran Ikan Lele (Clarias sp) dalam MendukungIndustri Perikanan Budidaya (Studi Kasus di Kabupaten Boyolali, JawaTengah). Jurnal Sosek KP, Desember 2012, Volume 7, Nomor 2 : 177 –191.

Walikota Metro. 2012. Surat Keputusan Walikota Metro tentang ProdukUnggulan Utama Kota Metro Nomor : 185/KPTS/LTD-2/02/2012. KotaMetro.

Yulinda, E. 2012. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo(Clarias gariepinus) di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai PesisirKota Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, April2012, Volume 17 Nomor 1 : 38 – 55.

Zen et.al., 2003. “Technical Efficiency of The Driftnet and Payang Seine(Lampara) Fisheries in west Sumatra, Indonesia”. Journal of Asianfisheries Scince. vol.15 2003. p. 97-106.


Recommended