ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN KUDUS 2011
No. Publikasi /Publication Number : 3319.0612
Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.3319
Ukuran Buku/Book Size : 14.8 x 21 cm
Jumlah Halaman/Number of Pages : 90
Naskah/Manuscript :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus
BPS-Statistics of Kudus Regency
Penyunting/Editor :
Tim Penyusun (BPS Kabupaten Kudus)
Team Work (BPS-Statistics of Kudus Regency)
Gambar/Figures :
Tim Penyusun (BPS Kabupaten Kudus)
Team Work (BPS-Statistics of Kudus Regency)
Diterbitkan Oleh /Published by :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus
BPS-Statistics of Kudus Regency
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 i
SAMBUTAN
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
dengan perkenan dan ridho-Nya, Buku Analisis Situasi
Pembangunan Manusia Kabupaten Kudus Tahun 2011 ini dapat
diterbitkan.
Buku ini merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
ketersediaan data yang akurat dan memadai yang akan
memudahkan para perencana kebijakan dalam menyusun
program-program pembangunan yang bermanfaat pada
masyarakat. Perencanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan yang
disertai sajian data yang baik akan menghasilkan program
pembangunan yang tepat sasaran dan mampu menyelesaikan
masalah-masalah pembangunan.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini.
Kudus, November 2012
KEPALA BAPPEDA KABUPATEN KUDUS
MAS’UT, SH, M.Hum
NIP. 19640520 198903 1 018
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 ii
KATA PENGANTAR
Satu kebijakan strategis dalam pembangunan masyarakat
di Kabupaten Kudus agar masyarakat hidup sejahtera dan menjadi
manusia berkualitas. Hal ini sesuai dengan strategi pembangunan
nasional yaitu menetapkan penekanan pada pertumbuhan ekonomi
seiring dengan peningkatan sumber daya manusia.
Buku Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten
Kudus Tahun 2011 dibuat oleh kerja sama BAPPEDA dan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kudus, buku ini memberikan gambaran
tentang pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di
Kabupaten Kudus dan perbandingan dengan daerah lain di Wilayah
Bakorwil Pati.
Semoga buku ini dapat digunakan dan bermanfaat, serta
turut memberikan sumbangsih dalam pembangunan manusia di
Kabupaten Kudus. Untuk penyempurnaan publikasi yang akan
datang, kritik dan saran tetap kami harapkan.
Kudus, November 2012
KEPALA BPS KABUPATEN KUDUS
Ir. Endang Tri Wahyuningsih, M.M
NIP. 19650923199003 2 002
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 iii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Tujuan dan Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Ruang Lingkup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.4 Sistematika Penyusunan Analisis . . . . . . . . . . . . 4
BAB II. METODOLOGI
2.1 Komponen IPM dan Konsep. . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.2 Rumus Umum IPM. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.3 Angka Harapan Hidup (e0) . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.4 Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata-rata Lama
Sekolah (MYS). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
2.5 Purchasing Power Parity (PPP) . . . . . . . . . . . . .
2.6 Reduksi Shortfall. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.7 Definisi Operasional. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
19
20
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 iv
BAB III. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS . . . 26
3.1 Kondisi Geografis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
3.2 Potensi Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
BAB IV. HASIL ANALISIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
4.1 Indeks Pembangunan Manusia . . . . . . . . . . . 36
4.2 Komponen Indeks Pembangunan Manusia . . 39
4.3 Kecepatan Perubahan IPM . . . . . . . . . . . . . . 45
4.4 Analisis Situasi Pembangunan Manusia . . . . 46
BAB V. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
5.2 Saran dan Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . 70
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Ekstrim Komponen IPM Tahun 2005 9
Tabel 2.2 Indikator Penghitungan Rata-rata Lama Sekolah
(MYS)
13
Tabel 2.3 Daftar Paket Komoditi yang Digunakan dalam
Penghitungan PPP
18
Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan
Menurut Kecamatan
27
Tabel 3.2 Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 2010–
2011
29
Tabel 3.3 Pertumbuhan PDRB dan Kontribusinya Tahun 2010 -
2011
30
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2011 32
Tabel 3.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis
Kegiatan Hasil Sakernas Tahun 2011
33
Tabel 3.6 Penduduk 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Kudus Hasil
SakernasTahun 2011
35
Tabel 4.1 Nilai IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota
Sekitarnya Tahun 2010-2011
36
Tabel 4.2 Komponen IPM Kabupaten Kudus dan
Kabupaten/Kota Sekitarnya Tahun 2011
37
Tabel 4.3 Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan
Kabupaten/Kota Sekitarnya Tahun 2011
38
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 vi
Tabel 4.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Kudus dan
sekitarnya Tahun 2010-2011
40
Tabel 4.5 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten Kudus, Tahun 2010-2011
42
Tabel 4.6 Angka Purchasing Power Parity (PPP) Kabupaten
Kudus dan sekitarnya Tahun 2010-2011
44
Tabel 4.7 Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan
Kabupaten/Kota Sekitarnya Tahun 2011
45
Tabel 4.8 Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas Dan BalaiPengobatan) menurut
Kecamatan Tahun 2011
47
Tabel 4.9 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan
Kesehatan dalam Satu BulanTerakhir Menurut
JenisKelamin di Kabupaten Kudus Tahun 2010–2011
48
Tabel 4.10 Persentase Angka Kesakitan dalam Satu Bulan
Terakhir Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
KudusTahun 2010 – 2011
49
Tabel 4.11 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran
Pertama di Kabupaten Kudus Tahun 2010 - 2011
50
Tabel 4.12 Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Kudus Tahun
2010 - 2011
51
Tabel 4.13 Persentase Rumah Tangga menurut Status
Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal Kabupaten
Kudus Tahun 2010- 2011
53
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 vii
Tabel 4.14 Persentase Rumah Tangga menurut Luas lantai
Bangunan Tempat Tinggal Kabupaten Kudus
Tahun 2010 - 2011
54
Tabel 4.15 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai
Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten
Kudus Tahun 2010-2011
55
Tabel 4 .16 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Dinding
Terluas Bangunan Tempat Tinggal Di Kabupaten
Kudus 2010-2011
56
Tabel 4.17 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap
Terluas Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten
Kudus Tahun 2010-2011
57
Tabel 4.18 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber
Penerangan bangunan di Kabupaten Kudus Tahun
2010-2011
58
Tabel 4.19 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air
Minum di Kabupaten Kudus Tahun 2010-2011
59
Tabel 4.20 Persentase Rumah Tangga menurut Jarak Sumber
Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran/Tinja
Terdekat di Kabupaten Kudus Tahun 2010 - 2011
61
Tabel 4.21 Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas
Tempat Buang Air Besar Bangunan Tempat Tinggal
di Kabupaten Kudus tahun 2010 – 2011
62
AnalisisSituasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011 viii
Tabel 4.22 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan
Fasilitas Tempat Buang Air Besar Menurut Jenis
Kloset di Kabupaten Kudus Tahun 2010 - 2011
63
Tabel 4.23 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat
Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Kudus
Tahun 2010 - 2011
64
Tabel 4.24 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Tingkat PendidikanTertinggi yang
Ditamatkan di Kabupaten Kudus Tahun 2010 - 2011
66
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
1
BAB I BAB I BAB I BAB I
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
1111.1 .1 .1 .1 Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang
Strategi pembangunan berorientasi pada peningkatan
kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil
pembangunan secara lebih berkeadilan. Hal ini berbeda dengan
konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada
pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia memperkenalkan
konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup
semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan
masyarakat pada semua tahapan pembangunan. Pembangunan
manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari
suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling
manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.
Dimasukkannya konsep pembangunan manusia ke dalam
kebijakan-kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti
mening-galkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, yang
antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kemiskinan absolut dan mencegah perusakan
lingkungan.
Amartya Sen, pemenang Nobel 1998 menjelaskan bahwa
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
2
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial
tidaklah bergerak selaras, harus ditunjang oleh kebijakan sosial
(social policy) pemerintah yang pro pembangunan manusia agar
berjalan positif dan berkelanjutan hubungan itu. Laporan tahunan
pembangunan manusia (Human Development Report) oleh The
United Nation Development Program (UNDP), yang kini menjadi
acuan pembangunan di berbagai negara di dunia juga dengan jelas
membuktikan bahwa pembangunan manusia mendorong
pembangunan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang tidak
memperhatikan pembangunan .
Konsep pembangunan yang dikembangkan oleh badan
dunia tersebut tentunya jauh lebih luas, karena mengandung empat
unsur yaitu produktifitas (productivity), pemerataan (equity),
kesinambungan (sustainability), dan pemberdayaan (enpowerment)
dibandingkan dengan konsep pembangunan manusia yang hanya
menekankan pada pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar,
kesejahteraan masyarakat atau pengembangan sumber daya
manusia.
1111.2.2.2.2 Tujuan dan SasaranTujuan dan SasaranTujuan dan SasaranTujuan dan Sasaran
Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan
informasi tentang kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
3
dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten
Kudus. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam
perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
pemberdayaan sumber daya manusia di Kabupaten Kudus,
termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan
manusia.
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi:
a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam
pembangunan manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan,
pendidikan dan ekonomi di Kabupaten Kudus.
b. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang
pembangunan manusia di Kabupaten Kudus.
1111.3 .3 .3 .3 Ruang LingkupRuang LingkupRuang LingkupRuang Lingkup
Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :
a. Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran
besaran IPM yang meliputi ; lamanya hidup (longevity),
pengetahuan (knowledge) dan standar hidup (decent
living).
b. Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor
kunci yang terkait dengan IPM, meliputi indikator
kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
4
c. Pengukuran besaran angka IPM Kabupaten Kudus.
d. Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten
Kudus.
e. Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia
berdasarkan besaran angka IPM yang diperoleh dan hasil
analisis situasi pembangunan manusia di Kabupaten
Kudus.
1111.4 .4 .4 .4 Sistematika Penyusunan Sistematika Penyusunan Sistematika Penyusunan Sistematika Penyusunan AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis
Sistematika penulisan analisis terdiri dari lima (5) bab,
yaitu :
BAB I PendahuluanBAB I PendahuluanBAB I PendahuluanBAB I Pendahuluan : terdiri dari latar belakang, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup, dan sistematika
penyusunan analisis.
BAB II MetodologiBAB II MetodologiBAB II MetodologiBAB II Metodologi : berisi konsep pembangunan manusia,
rumus penghitungan IPM, kecepatan
perubahan IPM (Shortfall), dan indikator-
indikatornya.
BAB IBAB IBAB IBAB III II II II Gambaran UmumGambaran UmumGambaran UmumGambaran Umum KKKKabupaten Kudusabupaten Kudusabupaten Kudusabupaten Kudus
: berisi seputar kondisi geografis,
perekonomian, dan kependudukan.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
5
BAB BAB BAB BAB IIIIV Hasil V Hasil V Hasil V Hasil AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis : berisi ulasan-ulasan beserta data
empiris Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Komponen Indeks Pembangunan
Manusia, Kecepatan Perubahan IPM
(Shortfall), dan Analisis Situasi
Pembangunan Manusia.
BAB VBAB VBAB VBAB V PenutupPenutupPenutupPenutup : berisi kesimpulan dan saran hasil
analisis.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
6
BAB IIBAB IIBAB IIBAB II
METODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGI
2.1 Komponen IPM dan Konsep2.1 Komponen IPM dan Konsep2.1 Komponen IPM dan Konsep2.1 Komponen IPM dan Konsep
Angka Harapan Hidup (e0) adalah perkiraan lama hidup
rata-rata penduduk pada waktu lahir, dengan asumsi bahwa tidak
ada perubahan pada mortalitas menurut umur. Angka Melek Huruf
penduduk dewasa (Lit) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun
ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf
lainnya. Rata-rata lama sekolah (MYS) adalah rata-rata jumlah
tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas
untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah
dijalani. Indeks pendidikan didasarkan pada kombinasi antara
angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata
lama sekolah.
Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP);
memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar
provinsi dan antar kabupaten/kota, mengingat nilai tukar yang biasa
digunakan dapat menurunkan atau menaikan daya beli yang
terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam
konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki
daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
7
berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan
indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang
dihitung dengan formula Atkinson.
Reduksi Shortfall digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan yang dipandang dari jarak antara yang dicapai
terhadap kondisi ideal (IPM = 100). Nilai reduksi shortfall yang lebih
besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran
ini didasarkan asumsi bahwa laju perubahan tidak bersifat linier,
tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang
lebih tinggi.
2.2 Rumus Umum IPM2.2 Rumus Umum IPM2.2 Rumus Umum IPM2.2 Rumus Umum IPM
Seperti dikemukakan sebelumnya komponen IPM adalah
angka harapan hidup (e0), angka melek huruf (Lit), rata-rata lama
sekolah (MYS), dan Purchasing Power Parity (PPP). Masing-
masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya
sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan
terbaik). Lebih lanjut komponen angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah digabung menjadi satu indikator pendidikan dengan
perbandingan 2:1. Dalam penyajiannya indeks tersebut dikalikan
100 untuk mempermudah penafsiran.
Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
8
mengikuti rumus sebagai berikut:
[ ][ ]
ii
ii
i min.Xmax.X
min.XXI
−
−=
∑=i
iI3
1IPM i = 1, 2, 3
dimana: Ii = Indeks komponen IPM ke i
Max Xi = Nilai komponen IPM ke i yang tertinggi
Min Xi = Nilai komponen IPM ke i yang terendah
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh
berbagai cara untuk menetapkan nilai maksimum dan minimum Xi.
Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya sekedar membandingkan
kinerja daerah dalam satu tahun tertentu, maka nilai tertinggi dan
terendah Xi pada tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai
maksimum dan minimum (nilai ekstrim). Metode pemilihan ini tidak
memungkinkan perbandingan antar waktu, karena batas
maksimum dan minimum dapat berubah menurut waktu.
Dalam analisis ini, nilai ekstrim yang digunakan untuk e0,
Lit, MYS dan PPP adalah nilai standar yang telah ditetapkan UNDP
(1994), sehingga nilai indeks untuk masing-masing komponen
tersebut dapat dibandingkan secara internasional. Nilai ekstrim
untuk komponen PPP ditentukan sebagai berikut:
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
9
a. nilai minimum adalah PPP penyesuaian garis kemiskinan
1999
b. nilai maksimum adalah perkiraan maksimum pada akhir
PJP II tahun 2018
Nilai ekstrim yang digunakan dalam analisis ini disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Tabel 2.1 Tabel 2.1 Tabel 2.1 Nilai Ekstrim KomponenNilai Ekstrim KomponenNilai Ekstrim KomponenNilai Ekstrim Komponen----Komponen IPMKomponen IPMKomponen IPMKomponen IPM
Komponen IPMKomponen IPMKomponen IPMKomponen IPM Nilai Nilai Nilai Nilai
MinimumMinimumMinimumMinimum Nilai Nilai Nilai Nilai
MaksimumMaksimumMaksimumMaksimum KeteranganKeteranganKeteranganKeterangan
(1) (2) (3) (4)
Angka harapan hidup (e0) 25 85 Standar UNDP Angka melek huruf (Lit) 0 100 Standar UNDP Rata-rata lama sekolah (MYS)
0 15 UNDP menggunakan combined gross enrollment ratio
Purchasing Power Parity (PPP)
360.000 732.720 UNDP menggunakan PDB riil per kapita yang telah disesuaikan
Catatan: Nilai minimum dan maksimum diambil dari UNDP (1994),
untuk Purchasing Power Parity (PPP) menggunakan nilai minimum
tahun 1999 dan maksimum target yang ingin dicapai sampai akhir
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
10
PJP II tahun 2018.
Selain itu, penatapan nilai ekstrim yang digunakan dalam
analisis ini memberikan keuntungan antara lain bahwa angka IPM
yang dihasilkan:
• dapat dibandingkan antar waktu (karena angka 惇ideal敦 tidak
akan tercapai oleh IPM suatu provinsi dalam waktu dekat),
dan;
• dapat diletakkan dalam skala internasional (karena 3 dari 4
komponen yang digunakan berlaku secara internasional).
2.3 Angka Harapan Hidup (e2.3 Angka Harapan Hidup (e2.3 Angka Harapan Hidup (e2.3 Angka Harapan Hidup (e0000))))
Keberhasilan program kesehatan dan program
pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari
peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas,
meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik
sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang
memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan
hidupnya.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
11
Variabel e0 diharapkan mencerminkan 惇lama hidup敦
sekaligus 惇hidup sehat惇 suatu masyarakat. Hal itu sebenarnya
berlebihan, mengingat angka morbiditas akan lebih valid dalam
mengukur hidup sehat. Walaupun demikian, karena hanya sedikit
negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya maka
variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan perbandingan.
Sebenarnya dalam Susenas telah dikumpulkan data
variabel morbiditas sehingga dapat digunakan untuk tujuan
perbandingan antarprovinsi. Namun meski sejauh ini belum
diketahui tingkat kecermatannya, selama belum ditemukan sumber
data yang lebih akurat maka tetap digunakan dalam analisis ini.
Untuk tahun 2011 estimasi angka e0 yang digunakan
diperoleh dari Susenas 2011. Estimasi angka harapan hidup
dihitung menggunakan Tabel Kematian Model West dengan
mengolah informasi jumlah anak yang dilahirkan hidup (ALH) dan
jumlah anak masih hidup (AMH) menurut kelompok umur ibu.
Faktor-faktor pengali yang dikembangkan oleh Brass (1975)
digunakan untuk menaksir proporsi kematian anak menurut
kelompok umur ibu, sehingga keterbatasan data yang tersedia
tetap bisa memenuhi standar estimasi.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
12
2.4 Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata2.4 Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata2.4 Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata2.4 Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata----rata Lama Sekolah (MYS)rata Lama Sekolah (MYS)rata Lama Sekolah (MYS)rata Lama Sekolah (MYS)
Kedua indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan
tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk. Pentingnya
angka melek huruf (Lit) sebagai komponen IPM tidak banyak
diperdebatkan.
Permasalahannya adalah Lit yang digunakan UNDP
bervariasi antar negara dalam hal konsep operasional dan kualitas
data. Sebagai ilustrasi, konsep Lit yang didefinisikan sebagai
惇mampu membaca dan menulis敦 diperkirakan akan menghasilkan
angka yang berbeda jika misalnya, didefinisikan sebagai 惇mampu
membaca pesan tertulis yang sederhana敦. Datanya diperkirakan
juga berbeda jika pengumpulan datanya menggunakan atau tidak
menggunakan alat peraga (penguji).
Dalam analisis ini masalah tersebut dapat dihindari karena
konsep 惇mampu membaca dan menulis敦 dan cara menanyakannya
(tanpa alat peraga) di Indonesia diberlakukan secara seragam
(tidak ada perbedaan antar provinsi).
Catatan lain mengenai Lit adalah bahwa indikator tersebut
angkanya tidak terlalu peka menggambarkan variasi antar provinsi.
Dampak kelemahan tersebut berkurang dengan memasukkan MYS
dalam penghitungan rata-rata indeks pendidikan (IP) yang menurut
UNDP dihitung dengan cara sebagai berikut:
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
13
Index(MYS)3
1Index(Lit)3
2IP +=
Tabel 2.2Tabel 2.2Tabel 2.2Tabel 2.2 Indikator Penghitungan RataIndikator Penghitungan RataIndikator Penghitungan RataIndikator Penghitungan Rata----rata Lama Sekolah (MYS)rata Lama Sekolah (MYS)rata Lama Sekolah (MYS)rata Lama Sekolah (MYS)
Jenjang PendidikanJenjang PendidikanJenjang PendidikanJenjang Pendidikan SkorSkorSkorSkor
(1) (2)
Tidak/belum pernah sekolah 0 Belum tamat SD 3 Tamat SD/sederajat 6 Tamat SLTP/sederajat 9 Tamat SLTA/sederajat 12 Tamat D1/D2 14 Tamat D3 15 Tamat D4/Sarjana 16,5 Tamat S2/S3 19
Dalam analisis ini, populasi yang digunakan adalah
penduduk berumur 15 tahun ke atas dan penghitungan MYS
dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung. Langkah
pertama adalah memberikan bobot variabel 惇pendidikan yang
ditamatkan敦 atau jenjang pendidikan (data Susenas 2010)
sebagaimana disajikan pada tabel 2.2.
Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari
variabel tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
14
penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑
∑ ×
=
ii
iii
f
Sf
MYS
dimana: MYS = rata-rata lama sekolah
fi = penduduk umur 15 tahun ke atas
untuk jenjang pendidikan i
Si = skor tiap jenjang pendidikan i, dan
i = jenjang pendidikan (i = 1,2,那,7)
2.5 2.5 2.5 2.5 Purchasing Power ParityPurchasing Power ParityPurchasing Power ParityPurchasing Power Parity (PPP)(PPP)(PPP)(PPP)
Dengan dimasukkannya variabel PPP yang dapat
digunakan untuk menghitung 惇paritas daya beli敦 maka IPM jelas
lebih 惇lengkap敦 dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia
daripada IMH atau PQLI. IMH yang tinggi merefleksikan kondisi
suatu masyarakat yang memiliki peluang hidup panjang (dan sehat)
serta tingkat pendidikan (dan keterampilan) yang memadai.
UNDP melihat kondisi seperti itu belum memberikan
gambaran yang ideal. Menurut UNDP, masyarakat ideal selain
harus memenuhi kondisi tersebut juga harus mempunyai peluang
kerja/berusaha yang memadai sehingga memperoleh sejumlah
惇uang敦 yang memiliki daya beli (purchasing power). Pemenuhan
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
15
kebutuhan seperti itulah yang dicoba diukur dengan PPP.
Dasar penghitungan PPP yang digunakan oleh UNDP
adalah Gross National Product (GNP), tetapi karena GNP tidak
dapat dibandingkan secara langsung, maka dibentuklah proyek
yang berskala internasional (International Comparison Project/ICP).
Tujuan utama ICP adalah 惇menyesuaikan敦 angka GNP dengan
menggunakan sejumlah komoditi sebagai paket untuk dasar
perbandingan secara internasional. Angka tersebut 惇disesuaikan敦
lagi untuk mencerminkan daya manfaat yang standar.
Penyesuaian ini dianggap perlu karena kenaikan $ US 500
bagi negara yang sudah memiliki GNP $ US 5000 misalnya,
memiliki manfaat yang berbeda dengan kenaikan yang sama bagi
negara yang baru mempunyai prinsip 惇diminishing return敦. Artinya,
satu rupiah di suatu daerah harus memiliki daya beli yang sama
dengan satu rupiah di daerah yang lain sehingga keterbandingan
antar daerah dan antar waktu dapat terjamin.
Langkah-langkah menghitung PPP adalah sebagai berikut:
1. Y = Pengeluaran per Kapita
Menghitung pengeluaran per kapita dari data Susenas
Modul Konsumsi
2. Y1 = Y + (Y x 20%)
Menaikkan nilai Y sebesar 20 persen karena hasil
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
16
penelitian data Susenas Modul Konsumsi lebih rendah
sekitar 20 persen
3. Y2 = Y1 / IHK
Menghitung nilai riil pengeluaran per kapita 2010 dengan
mendeflasi nilai Y1 terhadap nilai IHK
4. ∑
∑=
ij)(i,j)(9,
ij)(i,
QP
E
PPP
E(i,j) = Pengeluaran untuk komoditi j di daerah i
P(9,j) = Harga komoditi j di Jakarta Selatan
Q(i,j) = Volume komoditi j yang dikonsumsi di daerah i
Menghitung nilai daya beli (PPP) untuk tiap daerah sebagai
suatu relatif harga terhadap standar harga daerah tertentu,
dalam hal ini Jakarta Selatan
5. Y3 = Y2 / PPP
Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh nilai rupiah
yang sudah di setarakan antar daerah
6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula
Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli ( = Y4 ).
Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan
manfaat marginal dari pendapatan.
Y4 = C(I) = C(i) jika C(i) < Z
= Z + 2 (C(i) 椴 Z)(1/2) jika Z < C(i) < 2 Z
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
17
= Z + 2 (Z)(1/2) + 3 (C(i) 椴 2 Z)(1/3) jika 2Z < C(i) < 3 Z
= Z + 2 (Z)(1/2) + 3 (Z)(1/3) + 4 (C(i) 椴 3 Z)(1/4) jika 3Z < C(i) < 4 Z
C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita
Z =batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara
arbiter sebesar Rp. 549.500,- per kapita per tahun
atau Rp. 1.500,- per kapita per hari
Sebenarnya tersedia berbagai indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur 惇daya beli敦 penduduk. Indikator tersebut
antara lain: PDRB; 惇share敦 konsumsi dari PDRB; rata-rata
konsumsi ditimbang dengan Indeks Harga Konsumen (IHK); dan
rata-rata konsumsi yang disesuaikan dengan indeks PPP. Hasil
evaluasi secara cermat menunjukkan bahwa indikator terakhir
dianggap paling baik sebagai ukuran daya beli antar provinsi.
IHK tidak dipilih sebagai indeks paritas daya beli karena
hanya mencerminkan perbedaan daya beli daerah perkotaan di
setiap provinsi. Disamping itu paket komoditi yang dipergunakan
dalam penghitungan IHK kurang mencerminkan kondisi pada saat
tertentu karena hanya ditentukan dalam 5 atau 10 tahun sekali (out
of date) dan lebih lanjut, indeks yang dihasilkan hanya benar untuk
perbandingan antara dua provinsi (tepatnya antara Jakarta yang
dijadikan tolok ukur dengan provinsi lain) atau binary comparison.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
18
Tabel 2.3 Tabel 2.3 Tabel 2.3 Tabel 2.3 Daftar Paket Komoditi yang Digunakan dalam Penghitungan PPPDaftar Paket Komoditi yang Digunakan dalam Penghitungan PPPDaftar Paket Komoditi yang Digunakan dalam Penghitungan PPPDaftar Paket Komoditi yang Digunakan dalam Penghitungan PPP
No.No.No.No. Nama KomoditiNama KomoditiNama KomoditiNama Komoditi UnitUnitUnitUnit Proporsi dari Total Proporsi dari Total Proporsi dari Total Proporsi dari Total
KonsumsiKonsumsiKonsumsiKonsumsi (%)(%)(%)(%)
(1) (2) (3) (4)
1 Beras Lokal Kg 7,25 2 Tepung Terigu Kg 0,10 3 Singkong Kg 0,22 4 Tuna/Cakalang Kg 0,50 5 Teri Ons 0,32 6 Daging Sapi Kg 0,78 7 Ayam Kg 0,65 8 Telur Butir 1,48 9 Susu Kental Manis 397 gram 0,48 10 Bayam Kg 0,30 11 Kacang Panjang Kg 0,32 12 Kacang Tanah Kg 0,22 13 Tempe Kg 0,79 14 Jeruk Kg 0,39 15 Pepaya Kg 0,18 16 Kelapa Butir 0,56 17 Gula Ons 1,61 18 Kopi Ons 0,60 19 Garam Ons 0,15 20 Merica Ons 0,13 21 Mie Instan 80 gram 0,79
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
19
22 Rokok Kretek 10 batang 2,86 23 Listrik Kwh 2,06 24 Air Minum m3 0,46 25 Bensin Liter 1,02 26 Minyak Tanah Liter 1,74 27 Sewa Rumah Unit 11,56
TotalTotalTotalTotal 37,5237,5237,5237,52
Dalam Analisis ini PPP dihitung menggunakan 27 komoditi
standar. Berdasarkan data kuantum dan harga masing-masing
komoditi tersebut selanjutnya dihitung paritas daya beli
menggunakan faktor pengali dengan menggunakan 惇metode敦 yang
sama dengan yang digunakan ICP. PPP diperoleh dengan
mengalikan paritas daya beli dengan nilai konsumsi total.
2.6 Reduksi2.6 Reduksi2.6 Reduksi2.6 Reduksi ShortfallShortfallShortfallShortfall
Perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu
tertentu dapat diukur dengan rata-rata reduksi shortfall per tahun.
Nilai shortfall mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak
antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai, yaitu
jarak dengan nilai maksimum. Kondisi ideal yang dapat dicapai IPM
sama dengan 100. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar
menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
20
Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju
perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung
melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Formula
penghitungan reduksi shortfall adalah:
n
(t)(ideal)
(t)n)(1100
IPMIPM
IPMIPMr ×
−
−=
+
Dimana IPM(t) = IPM pada tahun ke-t
IPM(ideal) = 100
N = tahun
nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing
komponen IPM.
2.7 Definisi Operasional2.7 Definisi Operasional2.7 Definisi Operasional2.7 Definisi Operasional
Untuk bisa melihat dengan jelas dan terarah beragam
permasalahan pembangunan manusia selama ini dan bagaimana
mengimpelmentasikan program-program pembangunan secara
baik dan terukur diperlukan ukuran atau indikator yang handal.
Beberapa indikator yang sering digunakan diantaranya adalah :
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
21
• Rasio jenis kelaminRasio jenis kelaminRasio jenis kelaminRasio jenis kelamin Perbandingan antara penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan,
dikalikan 100.
• Angka ketergantunganAngka ketergantunganAngka ketergantunganAngka ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk
usia < 15 tahun ditambah usia > 65
tahun terhadap penduduk usia 15 - 64
tahun, dikalikan 100.
• RataRataRataRata----rata Lama Sekolahrata Lama Sekolahrata Lama Sekolahrata Lama Sekolah Lama sekolah (tahun) penduduk usia 15
tahun ke atas.
• Angka Melek HurufAngka Melek HurufAngka Melek HurufAngka Melek Huruf Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas
yang bisa membaca dan menulis (baik
huruf latin maupun huruf lainnya)
• Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni
SDSDSDSD
Proporsi penduduk usia 7-12 tahun yang
sedang bersekolah di SD
• Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni
SLTPSLTPSLTPSLTP
Proporsi penduduk usia 13 - 15 tahun
yang sedang bersekolah di SLTP
• Angka partisipasi Murni Angka partisipasi Murni Angka partisipasi Murni Angka partisipasi Murni
SLTASLTASLTASLTA
Proporsi pendudk usia 16 - 18 tahun
yang sedang bersekolah di SLTA
• Persentase penduduk Persentase penduduk Persentase penduduk Persentase penduduk
dengan pendidikan SLTP dengan pendidikan SLTP dengan pendidikan SLTP dengan pendidikan SLTP
ke ataske ataske ataske atas
Proporsi penduduk yang menamatkan
pendidikan SLTP atau jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
• Jumlah penduduk usia Jumlah penduduk usia Jumlah penduduk usia Jumlah penduduk usia
sekolahsekolahsekolahsekolah
Banyaknya penduduk yang berusia
antara 7 sampai 24 tahun
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
22
• BekerjaBekerjaBekerjaBekerja Melakukan kegiatan/ pekerjaan paling
sedikit 1 (satu) jam berturut-turut selama
seminggu dengan maksud untuk
memperoleh pendapatan atau
keuntungan. Pekerja keluarga yang tidak
dibayar termasuk kelompok penduduk
yang bekerja.
• Angkatan KerjaAngkatan KerjaAngkatan KerjaAngkatan Kerja Penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja atau mencari pekerjaan.
• TingTingTingTingkat Partisipasi kat Partisipasi kat Partisipasi kat Partisipasi
Angkatan KerjaAngkatan KerjaAngkatan KerjaAngkatan Kerja
Perbandingan angkatan kerja terhadap
penduduk usia 15 tahun
• Angka Pengangguran Angka Pengangguran Angka Pengangguran Angka Pengangguran
TerbukaTerbukaTerbukaTerbuka
Perbandingan penduduk yang mencari
kerja terhadap angkatan kerja
• Persentase pekerja yang Persentase pekerja yang Persentase pekerja yang Persentase pekerja yang
setengah menganggursetengah menganggursetengah menganggursetengah menganggur
Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas
yang bekerja kurang dari 35 jam dalam
seminggu
• Persentase pekerja Persentase pekerja Persentase pekerja Persentase pekerja
dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha
sendirisendirisendirisendiri
Proporsi penduduk usia 15 tahun keatas
dengan status berusaha sendiri
• Persentase pekerja Persentase pekerja Persentase pekerja Persentase pekerja
dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha
sendiri dibantu pekerja sendiri dibantu pekerja sendiri dibantu pekerja sendiri dibantu pekerja
tidak tidak tidak tidak tetaptetaptetaptetap
Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas
dengan status berusaha sendiri dibantu
pekerja tak dibayar
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
23
• Persentase pekerja Persentase pekerja Persentase pekerja Persentase pekerja
dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha
dengan buruh tetapdengan buruh tetapdengan buruh tetapdengan buruh tetap
Proporsi penduduk usia 15 tahun keatas
yang berusaha dengan buruh tetap
• Persentase pekPersentase pekPersentase pekPersentase pekerja erja erja erja
dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha dengan status berusaha
pekerja tak dibayarpekerja tak dibayarpekerja tak dibayarpekerja tak dibayar
Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas
dengan status pekerja keluarga
• Persentase persalinan Persentase persalinan Persentase persalinan Persentase persalinan
yang ditolong oleh tenaga yang ditolong oleh tenaga yang ditolong oleh tenaga yang ditolong oleh tenaga
medismedismedismedis
Proporsi balita yang kelahirannya
ditolong oleh tenaga medis ( dokter,
bidan, dan tenaga medis lainnya )
• Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup
waktu lahirwaktu lahirwaktu lahirwaktu lahir
Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak
lahir yang akan dicapai oleh sekelompok
penduduk
• Angka Kematian BayiAngka Kematian BayiAngka Kematian BayiAngka Kematian Bayi Besarnya kemungkinan bayi meninggal
sebelum mencapai usia satu tahun,
dinyatakan dengan per seribu kelahiran
hidup.
• Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga
berlantai tanahberlantai tanahberlantai tanahberlantai tanah
Proporsi rumah tangga yang tinggal
dalam rumah dengan lantai tanah
• Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga
beratap layakberatap layakberatap layakberatap layak
Proporsi rumah tangga yang menempati
rumah dengan atap layak (atap selain
dari dedaunan ).
• Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga
berpeneranganListrikberpeneranganListrikberpeneranganListrikberpeneranganListrik
Proporsi rumah tangga yang
menggunakan sumber penerangan listrik
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
24
• Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga
bersumber air minum bersumber air minum bersumber air minum bersumber air minum
ledingledingledingleding
Proporsi rumah tangga dengan sumber
air minum leding
• Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga
bersumber air minum bersumber air minum bersumber air minum bersumber air minum
bersihbersihbersihbersih
Proporsi rumah tangga dengan sumber
air minum pompa / sumur / mata air yang
jaraknya lebih besar dari 10 meter
dengan tempat penampungan limbah /
kotoran terdekat
• Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga
berjamban dengan tangki berjamban dengan tangki berjamban dengan tangki berjamban dengan tangki
septikseptikseptikseptik
Proporsi rumah tangga yang mempunyai
jamban dengan tangki septik
• PengeluaranPengeluaranPengeluaranPengeluaran Pengeluaran per kapita untuk makanan
dan bukan makanan. Makanan
mencakup seluruh jenis makanan
termasuk makanan jadi, minuman,
tembakau, dan sirih. Bukan makanan
mencakup perumahan, sandang, biaya
kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
• Penduduk MiskinPenduduk MiskinPenduduk MiskinPenduduk Miskin Penduduk yang secara ekonomi tidak
mampu memenuhi kebutuhan makanan
setara 2100 kalori dan kebutuhan non
makanan yang mendasar.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
25
• Gini RasioGini RasioGini RasioGini Rasio Ukuran kemerataan pendapatan yang
dihitung berdasarkan kelas pendapatan.
Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang
mencerminkan kemerataan sempurna
dan 1 yang menggambarkan ketidak
merataan sempurna.
• Garis KemiskinanGaris KemiskinanGaris KemiskinanGaris Kemiskinan Suatu batas dimana penduduk dengan
pengeluaran kurang dari batas tersebut
dikategorikan sebagai miskin. Garis
kemiskinan terdiri dari dua komponen
yaitu komponen batas kecukupan
pangan (GKM), dan komponen batas
kecukupan non makanan (GKNM)
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
26
BAB BAB BAB BAB IIIIIIIIIIII
GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUSGAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUSGAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUSGAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS
3.1 3.1 3.1 3.1 Kondisi GeografisKondisi GeografisKondisi GeografisKondisi Geografis
Letak geografis Kabupaten Kudus berada pada posisi
antara 110o36瀞 dan 110o50瀞 Bujur Timur dan antara 6o51瀞 dan 7o16瀞
Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 16 km dan
dari utara ke selatan 22 km. Topografinya terbagi atas dua bagian,
yaitu dataran rendah di wilayah bagian selatan dan dataran tinggi di
wilayah bagian utara.
Kabupaten Kudus bercurah hujan relatif rendah, rata-rata di
bawah 2000 mm/tahun dan banyaknya hari hujan128 hari dengan
ketinggian Kabupaten Kudus rata-rata ± 55 m di atas permukaan
laut, beriklim tropis dan bertemperatur sedang dengan suhu udara
berkisar rata-rata antara 21oC sampai dengan 28oC, dengan
kelembaban udara rata-rata berkisar 78 persen pada tahun 2011.
Kabupaten Kudus terletak di antara empat kabupaten di
Jawa Tengah, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati, serta sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Kabupaten Jepara.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
27
Tabel Tabel Tabel Tabel 3333....1111 Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan
Menurut KecamatanMenurut KecamatanMenurut KecamatanMenurut Kecamatan
KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan LuasLuasLuasLuas JumlahJumlahJumlahJumlah
Desa/KelurahanDesa/KelurahanDesa/KelurahanDesa/Kelurahan HaHaHaHa %%%%
(1) (2) (3) (4)
010 Kaliwungu 3.271 7,69 15
020 Kota 1.047 2,46 25
030 Jati 2.630 6,19 14
040 Undaan 7.177 16,88 16
050 Mejobo 3.677 8,65 11
060 Jekulo 8.292 19,50 12
070 Bae 2.332 5,49 10
080 Gebog 5.506 12,95 11
090 Dawe 8.584 20,19 18
Kabupaten KudusKabupaten KudusKabupaten KudusKabupaten Kudus 42.51642.51642.51642.516 100,00100,00100,00100,00 132132132132
Sumber : BPS Kabupaten Kudus
Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9
kecamatan, dengan 123 desa serta 9 kelurahan yang pada tahun
2011 terbagi menjadi 713 RW dan 3752 RT. Kabupaten Kudus
merupakan daerah kabupaten paling kecil di wilayah Jawa Tengah,
yaitu dengan luas wilayah hanya 42,516 km2. Kecamatan Dawe
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
28
merupakan kecamatan paling luas yaitu 8,584 km2 atau mencapai
20,19 persen wilayah Kabupaten Kudus, sedangkan Kecamatan
Kota merupakan daerah paling kecil wilayahnya, hanya 1,047 km2
atau 2,46 persen dari wilayah Kabupaten Kudus.
Walaupun demikian Kecamatan Kota merupakan
kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak, yaitu 25
desa/kelurahan, sedangkan Kecamatan Bae hanya terdiri dari 10
desa dan merupakan kecamatan paling sedikit jumlah desanya.
3.23.23.23.2 Potensi DaerahPotensi DaerahPotensi DaerahPotensi Daerah
3.2.13.2.13.2.13.2.1 Potensi EkonomiPotensi EkonomiPotensi EkonomiPotensi Ekonomi
Sektor Industri merupakan tiang penyangga utama
perekonomian Kabupaten Kudus dengan kontribusi sebesar 62,41
persen terhadap PDRB Kabupaten Kudus
Menurut data yang ada, jumlah industri besar/sedang dan
kecil/menengah di Kabupaten Kudus sebanyak kurang lebih 11 ribu
unit perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih
240 ribu orang tenaga kerja.
Besarnya kontribusi sektor industri menunjukkan bahwa
sektor ini memegang peranan penting dalam menopang
perekonomian Kabupaten Kudus, memberi kontribusi sebesar
62,41 persen terhadap total PDRB Kabupaten Kudus.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
29
Tabel 3Tabel 3Tabel 3Tabel 3....2222 Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 20Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 20Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 20Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tahun 2010101010椴椴椴椴 2020202011111111
KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan
2020202010101010 2020202011111111
UsahaUsahaUsahaUsaha Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga
KerjaKerjaKerjaKerja UsahaUsahaUsahaUsaha
Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga
KerjaKerjaKerjaKerja
(1) (2) (3) (4) (5)
010 Kaliwungu 1.528 12.629 1.560 12.860
020 Kota 1.772 122.991 1.847 134.045
030 Jati 1.278 22.798 1.346 26.887
040 Undaan 450 1.921 461 1.985
050 Mejobo 1.656 4.311 1.684 4.493
060 Jekulo 954 5.258 975 5.373
070 Bae 1.078 25.971 1.097 29.557
080 Gebog 1.023 15.605 1.055 19.534
090 Dawe 1.175 5.959 1.192 6.120
Kabupaten KudusKabupaten KudusKabupaten KudusKabupaten Kudus 10.10.10.10.914914914914 217.443217.443217.443217.443 11111.2171.2171.2171.217 222240.85440.85440.85440.854
Sumber : Dinas Perindagkop Kab. Kudus
Sektor perdagangan di Kabupaten Kudus memberikan
kontribusi sebesar 26,35 persen terhadap total pendapatan
domestik regional bruto Kabupaten Kudus. Potensi ekonomi suatu
daerah khususnya sektor perdagangan dapat diketahui dari
banyaknya pasar yang ada. Jumlah pasar di Kabupaten Kudus
sebanyak 23 pasar, yang terdiri dari 22 pasar umum dan 1 pasar
hewan yang berada di kecamatan Jati.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
30
Tabel Tabel Tabel Tabel 3.3 3.3 3.3 3.3 Pertumbuhan PDRB dan Kontribusinya Tahun Pertumbuhan PDRB dan Kontribusinya Tahun Pertumbuhan PDRB dan Kontribusinya Tahun Pertumbuhan PDRB dan Kontribusinya Tahun 2010 2010 2010 2010 ---- 2012012012011111
Lapangan UsahaLapangan UsahaLapangan UsahaLapangan Usaha
2020202010101010 2020202011111111
PertumPertumPertumPertum----
buhan %buhan %buhan %buhan %
Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi
%%%%
PertumPertumPertumPertum----
buhan %buhan %buhan %buhan %
Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi
%%%%
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian 4,62 2,81 0,52 2,74
Pertambangan -2,54 0,03 6,56 0,03
Industri Pengolahan 3,10 62,75 3,75 62,41
Listrik, Gas, dan Air 11,02 0,42 5,55 0,44
Bangunan 7,36 1,46 13,41 1,55
Perdagangan 5,86 26,29 4,16 26,35
Angkutan 5,05 1,34 11,17 1,37
Keuangan 4,76 2,25 6,75 2,37
Jasa 7,63 2,65 7,34 2,73
PDRBPDRBPDRBPDRB 4,174,174,174,17 100,00100,00100,00100,00 4,214,214,214,21 100,00100,00100,00100,00
Sumber : Publikasi PDRB Kabupaten Kudus Tahun 2011
Sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan yang
menurun, dimana pada tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan
sebesar 4,62 persen, tapi pada tahun 2011 menjadi 0,52 persen.
Artinya nilai produksi tahun 2010 lebih banyak dari nilai produksi
tahun 2011. Namun demikian sektor pertanian masih dapat
menyumbang PDRB Kabupaten Kudus sebesar 2,74 persen yang
menurun dibanding tahun 2010 sebesar 2,81 persen.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
31
3333.2.2.2.2.2.2.2.2 Sumber Daya ManusiaSumber Daya ManusiaSumber Daya ManusiaSumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun 2011 sebanyak
769.904 jiwa, terdiri dari 382.021 laki-laki dan 387.883 wanita,
dengan sex rasio sebesar 98,49. Angka tersebut mempunyai arti
jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan. Dari 100
perempuan hanya ada 98 laki-laki. Data menunjukkan laki-laki lebih
sedikit dari perempuan merata di semua kecamatan di Kabupaten
Kudus.
Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk
pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan
gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan
pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Informasi
tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi,
terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam
parlemen.
Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang
paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan
Jekulo yakni sebesar 12,84 persen dari jumlah penduduk yang ada
di Kabupaten Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan Jati 12,77
persen, dan Kecamatan Gebog dengan nilai 12,27 persen.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
32
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 20Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 20Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 20Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2011111111
KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan PendudukPendudukPendudukPenduduk SexSexSexSex KepadatanKepadatanKepadatanKepadatan
LakiLakiLakiLaki----lakilakilakilaki PerempuanPerempuanPerempuanPerempuan JumlahJumlahJumlahJumlah RasioRasioRasioRasio PendudukPendudukPendudukPenduduk
01 Kaliwungu 45.200 45.679 90.879 98,95 2.778
02 Kota 44.112 47.167 91.279 93,52 8.718
03 Jati 48.180 50.136 98.316 96,10 3.738
04 Undaan 34.699 34.726 69.425 99,92 967
05 Mejobo 34.792 35.024 69.816 99,34 1.899
06 Jekulo 49.359 49.481 98.840 99,75 1.192
07 Bae 31.097 31.396 62.493 99,05 2.680
08 Gebog 47.333 47.099 94.432 100,50 1.715
09 Dawe 47.249 47.175 94.424 100,16 1.100
Kab. KudusKab. KudusKab. KudusKab. Kudus 382.021382.021382.021382.021 387.883387.883387.883387.883 769.904769.904769.904769.904 99998,498,498,498,49 1.1.1.1.811811811811
Sumber : BPS Kabupaten Kudus
Kepadatan penduduk dari waktu ke waktu cenderung
mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk.
Tahun 2011 tercatat sebesar 1.811 jiwa setiap km2. Kecamatan
Kota merupakan kecamatan yang terpadat penduduknya yaitu
8.718 jiwa per km2, dan Kecamatan Undaan paling rendah
kepadatan penduduknya yaitu 967 jiwa per km2.
Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh
terhadap jumlah angkatan kerja. Penghitungan Tingkat Partisipasi
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
33
Angkatan Kerja dapat dilakukan dengan membandingkan antara
jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dengan
jumlah penduduk yang termasuk dalam usia kerja.
Tabel 3Tabel 3Tabel 3Tabel 3....5 5 5 5 Penduduk Usia 1Penduduk Usia 1Penduduk Usia 1Penduduk Usia 15555 TahunTahunTahunTahun kkkkeeee AAAAtas Menurut Jenis Kegiatan tas Menurut Jenis Kegiatan tas Menurut Jenis Kegiatan tas Menurut Jenis Kegiatan HHHHasil Sasil Sasil Sasil Sakernasakernasakernasakernas
Tahun 20Tahun 20Tahun 20Tahun 2011111111
Kegiatan UtamaKegiatan UtamaKegiatan UtamaKegiatan Utama Jenis KelaminJenis KelaminJenis KelaminJenis Kelamin
JumlahJumlahJumlahJumlah LakiLakiLakiLaki----lakilakilakilaki PerempuanPerempuanPerempuanPerempuan
Angkatan KerjaAngkatan KerjaAngkatan KerjaAngkatan Kerja 222234.28134.28134.28134.281 171717174.5094.5094.5094.509 408.790408.790408.790408.790
Bekerja 219.147 164.252 383.399
Mencari Pekerjaan 15.134 10.257 25.391
Bukan Angkatan KerjaBukan Angkatan KerjaBukan Angkatan KerjaBukan Angkatan Kerja 51.71151.71151.71151.711 111124.88324.88324.88324.883 176.594176.594176.594176.594
Sekolah 24.228 19.898 44.126
Mengurus Rumah Tangga 9.859 93.382 103.241
Lainnya 17.624 11.603 29.227
JumlahJumlahJumlahJumlah 285.992285.992285.992285.992 299.392299.392299.392299.392 585.384585.384585.384585.384
Sumber : BPS, Sakernas 2011
Tabel 3.5 merupakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
tahun 2011, dari tabel tersebut dapat dihitung Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Kabupaten Kudus yaitu sebesar 69,83 persen.
Semakin tinggi nilai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
menunjukkan semakin besar bagian dari penduduk usia kerja yang
sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
34
kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam
kurun waktu tertentu
Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan
kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi
mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang
sudah pernah bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha,
mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah
memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka hasil Sakernas Tahun
2011 di Kabupaten Kudus sebesar 6,21 persen. Besarnya angka
pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial yang luas
karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan.
Sebaliknya semakin rendah angka pengangguran terbuka maka
semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat.
Kontribusi sektor penunjang pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kudus sejalan dengan penyerapan tenaga kerjanya.
Sektor Sekunder yang meliputi lapangan usaha Listrik, Gas dan Air,
Industri dan Konstruksi menjadi gantungan hidup sebagian besar
tenaga kerja di Kabupaten Kudus, sekitar 49,00 persen.
Sektor berikutnya adalah Sektor Tersier yang meliputi
Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Keuangan dan Jasa
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
35
sebesar 36,62 persen, kemudian yang terakhir adalah Sektor
Primer yang meliputi Pertanian, Pertambangan dan Penggalian
sebesar 14,38 persen.
Tabel 3Tabel 3Tabel 3Tabel 3....6666 Penduduk 1Penduduk 1Penduduk 1Penduduk 15555 TahunTahunTahunTahun keataskeataskeataskeatas yang Bekerja Menurutyang Bekerja Menurutyang Bekerja Menurutyang Bekerja Menurut LaLaLaLapangan Usaha di pangan Usaha di pangan Usaha di pangan Usaha di
Kabupaten Kudus Hasil Kabupaten Kudus Hasil Kabupaten Kudus Hasil Kabupaten Kudus Hasil SakernasSakernasSakernasSakernas Tahun 20Tahun 20Tahun 20Tahun 2011111111
Lapangan UsahaLapangan UsahaLapangan UsahaLapangan Usaha Tenaga KerjaTenaga KerjaTenaga KerjaTenaga Kerja PersentasePersentasePersentasePersentase
(1) (2) (3)
Sektor Primer 55.143 14,38
Sektor Sekunder 187.852 49,00
Sektor Tersier 140.404 36,62
JumlahJumlahJumlahJumlah 333383.39983.39983.39983.399 100,00100,00100,00100,00
Sumber : BPS, Sakernas 2011
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
36
BBBBABABABAB IIIIVVVV
HASIL ANALISISHASIL ANALISISHASIL ANALISISHASIL ANALISIS
4444.1 Indek.1 Indek.1 Indek.1 Indekssss Pembangunan ManusiaPembangunan ManusiaPembangunan ManusiaPembangunan Manusia
Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Kudus
diharapkan memberi dampak positif bagi masyarakat Kabupaten
Kudus dan sekitarnya, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan dan kualitas penduduk. Oleh karenanya
perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi, salah satunya
menggunakan set indikator pembangunan manusia, baik komposit
maupun tunggal. Secara komposit adalah dengan melihat angka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.1.1.1.1 Nilai IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Nilai IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Nilai IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Nilai IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya
Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010----2011201120112011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota IPM 2010IPM 2010IPM 2010IPM 2010 PeringkatPeringkatPeringkatPeringkat IPM 2011IPM 2011IPM 2011IPM 2011 PeringkatPeringkatPeringkatPeringkat (1) (2) (3) (4) (5)
1. Blora 70,61 28 (6) 71,25 27 (6)
2. Rembang 72,07 20 (5) 72,45 20 (5)
3. Pati 72,96 12 (1) 73,49 12 (1)
4. Kudus 72,95 13 (2) 73,24 13 (2)
5. Jepara 72,64 14 (3) 73,12 14 (3)
6. Demak 72,58 16 (4) 73,09 15 (4)
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 72,4972,4972,4972,49 72,9472,9472,9472,94 Sumber : Badan Pusat Statistik
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
37
Berdasarkan hasil penghitungan, nilai IPM Kabupaten
Kudus tahun 2011 adalah sebesar 73,24 dan berada pada
peringkat 13 di Jawa Tengah. Nilai ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan pada tahun 2010 yaitu dengan nilai IPM 72,95. Pada
tingkat Bakorwil I Provinsi Jawa Tengah angka IPM Kabupaten
Kudus berada di peringkat 2 setelah Kabupaten Pati. (lihat tabel
5.1). Secara lengkap komponen yang membentuk IPM yaitu Angka
Harapan Hidup (AHH)/ e0, Angka Melek Huruf (Lit), Rata-rata Lama
Sekolah (MYS) dan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan
(PPP) seperti yang ada pada tabel 4.2.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.2.2.2.2 Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya
Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota (AHH)/ e(AHH)/ e(AHH)/ e(AHH)/ e0000 Melek Melek Melek Melek HurufHurufHurufHuruf
RataRataRataRata----rata rata rata rata Lama Lama Lama Lama
SekolahSekolahSekolahSekolah
PPP PPP PPP PPP (Rp.000)(Rp.000)(Rp.000)(Rp.000)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Blora 71,41 85,06 6,45 642,83
2. Rembang 70,23 91,36 6,89 644,43
3. Pati 72,89 87,59 6,98 648,77
4. Kudus 69,68 93,73 8,12 639,98
5. Jepara 70,99 93,15 7,52 636,45
6. Demak 71,59 92,53 7,60 632,87
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 71,5571,5571,5571,55 90,3490,3490,3490,34 7,297,297,297,29 640,41640,41640,41640,41 Sumber : Badan Pusat Statistik
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
38
Untuk dapat menghitung nilai IPM, maka besaran komponen
tersebut di buat angka indeksnya. Angka Indeks inilah yang
nantinya akan dijumlahkan untuk membentuk angka IPM. Angka
melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga)
dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga); dan tingkat
kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang
telah disesuaikan (PPP Rupiah).
Dengan menggunakan penghitungan rumus indeks
komponen yang telah dijelaskan sebelumnya didapat angka indeks
komponen IPM seperti tercantum pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444....3333 Indeks Indeks Indeks Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya
Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota (AHH)/ e(AHH)/ e(AHH)/ e(AHH)/ e0000 Melek Melek Melek Melek HurufHurufHurufHuruf
RataRataRataRata----rata rata rata rata Lama Lama Lama Lama
SekolahSekolahSekolahSekolah
PPP PPP PPP PPP (Rp.000)(Rp.000)(Rp.000)(Rp.000)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Blora 0.77 0.85 0.43 5.71
2. Rembang 0.75 0.91 0.46 5.74
3. Pati 0.80 0.88 0.47 5.81
4. Kudus 0.74 0.94 0.54 5.67
5. Jepara 0.77 0.93 0.50 5.61
6. Demak 0.78 0.93 0.51 5.55
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 0.780.780.780.78 0.900.900.900.90 0.490.490.490.49 5.675.675.675.67 Sumber : Badan Pusat Statistik
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
39
4444....2222 Komponen Indeks Pembangunan ManusiaKomponen Indeks Pembangunan ManusiaKomponen Indeks Pembangunan ManusiaKomponen Indeks Pembangunan Manusia
Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakatnya untuk
menikmati umur panjang, sehat, dan bisa menjalankan kehidupan
yang produktif. Jadi tidak mengherankan jika tolok ukur tingkat
keberhasilan pembangunan salah satunya bisa dilihat dari sejauh
mana nilaikualitas manusianya telah tercapai. Beberapa dimensi
pengukuran kualitas hidup manusia antara lain dapat dilihat dari
harapan hidup, tingkat kecerdasan dan tingkat
kesejahteraan/kemakmuran. Berikut ulasan hasil analisis terhadap
komponen IPM di Kabupaten Kudus tahun 2011:
a.a.a.a. Angka Harapan Hidup (AHH/eAngka Harapan Hidup (AHH/eAngka Harapan Hidup (AHH/eAngka Harapan Hidup (AHH/e0000))))
Angka harapan hidup secara konsep adalah perkiraan
lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada
perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup
idealnya dihitung dari data kematian menurut kelompok umur dan
dengan bantuan life table. Karena data kematian menurut
kelompok umur belum tersedia, maka dalam analisis ini dihitung
dengan program mortpack dan sebagai inputnya adalah rata-rata
jumlah anak lahir hidup (ALH) dan jumlah anak masih hidup (AMH)
dari hasil Susenas 2010.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
40
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.4 .4 .4 .4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Kudus dan sekitarnya Angka Harapan Hidup Kabupaten Kudus dan sekitarnya Angka Harapan Hidup Kabupaten Kudus dan sekitarnya Angka Harapan Hidup Kabupaten Kudus dan sekitarnya
Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010----2011201120112011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota 2010201020102010 2011201120112011 (1) (2) (3)
1. Blora 71,34 71,41
2. Rembang 70,13 70,23
3. Pati 72,83 72,89
4. Kudus 69,62 69,68
5. Jepara 70,85 70,99
6. Demak 71,24 71,59
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 71,4071,4071,4071,40 71,5571,5571,5571,55 Sumber : Badan Pusat Statistik
Angka harapan hidup kabupaten Kudus pada tahun 2011
adalah sebesar 69,68 lebih tinggi dibandingkan dengan angka
tahun sebelumnya sebesar 69,62 di tahun 2010.
b.b.b.b. Tingkat PendidikanTingkat PendidikanTingkat PendidikanTingkat Pendidikan
Komponen tingkat pendidikan dihitung dengan dua
indikator, yaitu angka melek huruf yang merupakan angka
persentase dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa
membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya.
Sedangkan indikator lainnya adalah rata-rata lama sekolah (MYS),
indikator ini memberikan gambaran tentang rata-rata waktu yang
ditempuh penduduk dalam kegiatan pembelajaran secara formal.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
41
1. Melek Huruf (LIT)
Indikator ini merupakan salah satu indikator output bidang
pendidikan yang memberikan gambaran mutu sumber daya
manusia. Angka MelekHuruf (LIT) dihitung berdasarkan
penduduk yang berusia 15 tahun keatas. Angka melek
huruf Kabupaten Kudus sebesar 93,73 pada tahun 2010
memberikan arti bahwa persentase penduduk usia 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis sebesar
93,73 persen atau dengan kata lain masih ada sekitar 6,27
persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten
Kudus yang belum bisa membaca dan menulis. Dibanding
keadaan tahun 2010, angka melek huruf ini mengalami
sedikit kenaikan, 93,71 pada tahun 2010 menjadi 93,73
pada tahun 2011. Sedangkan posisi dengan daerah sekitar,
menduduki posisi pertama di ex Karesidenan Pati dan jauh
diatas angka Jawa Tengah (90,34).
2. Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Populasi yang digunakan UNDP dalam menghitung MYS
dibatasi pada penduduk berusia 25 tahun ke atas. Batasan
itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi
sebenarnya. Mengingat penduduk yang berusia kurang dari
25 tahun masih dalam proses sekolah, sehingga belum
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
42
pantas dinyatakan MYS nya. Namun dalam analisis ini
populasi yang digunakan adalah penduduk berusia 15
tahun ke atas berkaitan dengan program wajib pendidikan
dasar 9 tahun. Penghitungan MYS nya memakai metode
tidak langsung dengan memberikan bobot kepada tiap
jenjang pendidikan yang ditamatkan sebagaimana
dikemukakan pada Bab II.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.5.5.5.5 Angka Melek Huruf dan RataAngka Melek Huruf dan RataAngka Melek Huruf dan RataAngka Melek Huruf dan Rata----rata Lama Sekolah Kabupaten rata Lama Sekolah Kabupaten rata Lama Sekolah Kabupaten rata Lama Sekolah Kabupaten
Kudus, Tahun 2010Kudus, Tahun 2010Kudus, Tahun 2010Kudus, Tahun 2010----2011201120112011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota 2010201020102010 2011201120112011
LITLITLITLIT MYSMYSMYSMYS LITLITLITLIT MYSMYSMYSMYS (1) (2) (3) (4) (5)
1. Blora 83,19 6,25 85,06 6,45
2. Rembang 91,17 6,85 91,36 6,89
3. Pati 86,42 6,95 87,59 6,98
4. Kudus 93,71 8,11 93,73 8,12
5. Jepara 93,09 7,40 93,15 7,52
6. Demak 91,36 7,59 92,53 7,60
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 89,9589,9589,9589,95 7,247,247,247,24 90,3490,3490,3490,34 7,297,297,297,29 Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari hasil analisis didapatkan angka rata-rata lama sekolah
penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2011 sebesar
8,12 tahun. Bila angka ini dikonversikan ke jenjang
pendidikan, maka dapat dikatakan secara rata rata
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
43
penduduk Kabupaten Kudus belum tamat SLTP. Dari enam
kabupaten pembanding, Kabupaten Kudus berada pada
posisi pertama dan sudah berada diatas rata-rata Jawa
Tengah. Rata-rata Jawa Tengah sebesar 7,29 tahun.
Angka ini sejalan dengan hasil Susenas Jawa Tengah yang
mengindikasikan masih banyak penduduk usia sekolah
yang tidak/belum pernah sekolah.
c.c.c.c. Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (PPP)Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (PPP)Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (PPP)Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (PPP)
Pendekatan paritas daya beli merupakan
pendekatan untuk penhitungan standar hidup layak, yang
memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat
dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas.
Semakin meningkat pendapatan seseorang diharapkan
paritas daya belinya makin meningkat pula.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan, apabila ada
dua orang yang pendapatannya sama belum tentu
mempunyai paritas daya beli yang sama bila tempat tinggal
dua orang itu berbeda. Misalnya sama-sama
berpendapatan 1 juta rupiah sebulan, yang satu tinggal di
Kabupaten Kudus yang satu lagi tinggal di Jakarta, maka
kemungkinan paritas daya belinya berbeda. Itulah
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
44
sebabnya dalam penghitungan PPP dilakukan beberapa
tahapan seperti dijelaskan pada Bab II.
TabTabTabTabel el el el 4444....6666 Angka Angka Angka Angka Purchasing Power ParityPurchasing Power ParityPurchasing Power ParityPurchasing Power Parity (PPP) Kabupaten Kudus dan (PPP) Kabupaten Kudus dan (PPP) Kabupaten Kudus dan (PPP) Kabupaten Kudus dan SSSSekitarnya ekitarnya ekitarnya ekitarnya
Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010----2011201120112011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3)
1. Blora 642,36 642,83
2. Rembang 641,28 644,43
3. Pati 646,15 648,77
4. Kudus 636,90 639,98
5. Jepara 632,48 636,45
6. Demak 632,22 632,87
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 637,27637,27637,27637,27 640,41640,41640,41640,41
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari hasil penghitungan, diperoleh besarnya paritas daya
beli penduduk Kabupaten Kudus tahun 2011 sebesar Rp 639.980,-
angka ini masih berada pada range maksimum minimum (360.000
椴 732.720). Namun bila dibanding dengan kabupaten-kota sekitar,
PPP Kabupaten Kudus masih berada di tengah-tengah. Sedangkan
angka rata-rata Jawa Tengah sebesar Rp. 640.410,-. Angka PPP
Kabupaten Kudus menggambarkan bahwa pada umumnya
kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Kudus dalam
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
45
memperoleh barang dan jasa sedikit di bawah rata-rata masyarakat
di JawaTengah.
4444....3333 Kecepatan Perubahan IPM (Kecepatan Perubahan IPM (Kecepatan Perubahan IPM (Kecepatan Perubahan IPM (Reduksi ShortfallReduksi ShortfallReduksi ShortfallReduksi Shortfall))))
Ukuran ini secara sederhana menunjukkan ukuran
keberhasilan dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan
apa yang harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai maksimum pada
kondisi ideal (IPM=100). Dalam publikasi ini akan memperlihatkan
laju perubahan IPM antara tahun 2010 dengan 2011.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444....7777 Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya Indeks Komponen IPM Kabupaten Kudus dan Kabupaten/Kota Sekitarnya
Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011
Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota IPM 2010IPM 2010IPM 2010IPM 2010 IPM 2011IPM 2011IPM 2011IPM 2011 Reduksi ShorfallReduksi ShorfallReduksi ShorfallReduksi Shorfall (1) (2) (3) (4)
1. Blora 70,61 71,25 2,17
2. Rembang 72,07 72,45 1,35
3. Pati 72,96 73,49 1,94
4. Kudus 72,95 73,24 1,04
5. Jepara 72,64 73,12 1,75
6. Demak 72,58 73,09 1,88
Jawa TengahJawa TengahJawa TengahJawa Tengah 72,4972,4972,4972,49 72,9472,9472,9472,94 1,641,641,641,64 Sumber : Badan Pusat Statistik
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
46
4444....4444 Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM)Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM)Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM)Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM)
Permasalahan di berbagai aspek tidak dapat digambarkan
secara keseluruhan oleh indikator komposit, sehingga untuk
memperoleh gambaran yang lebih spesifik dan terfokus perlu
dilengkapi dengan indikator tunggal. Berikut ini disajikan indikator
tunggal dari beberapa sektor yang mencakup indikator input,
proses, dan output sebagai indikator pembangunan manusia.
Indikator-indikator ini diharapkan dapat memberikan penjelasan
lebih jauh tentang pencapaian pembangunan manusia di
Kabupaten Kudus.
1.1.1.1. KesehatanKesehatanKesehatanKesehatan
Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik
penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk.
Indikator utama yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan
penduduk salah satunya adalah Angka Harapan Hidup (Life
Expectancy at Birth). Aspek penting lainnya yang ikut
mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan
yang antara lain diukur melalui Angka Kesakitan dan Rata-rata
Lamanya Sakit. Untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya
peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan, dan
jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu usaha untuk
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
47
meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan
peningkatan jumlah sarana dan prasarana dalam bidang medis
termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat
perlu mendapat perhatian utama.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.8.8.8.8 Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas(Puskesmas(Puskesmas(Puskesmas Dan BalaDan BalaDan BalaDan Balai Pengobatan) menurut Kecamatani Pengobatan) menurut Kecamatani Pengobatan) menurut Kecamatani Pengobatan) menurut Kecamatan Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011Tahun 2011
Sumber : BPS, Kudus dalam Angka 2011
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat jumlah fasilitas pusat
kesehatan masyarakat yang ada di Kabupaten Kudus seperti
NoNoNoNo
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan PuskePuskePuskePuskessss
mas mas mas mas
PuskePuskePuskePuskessssmasmasmasmas
PembaPembaPembaPembantu ntu ntu ntu
PuskesPuskesPuskesPuskesmas mas mas mas
PerawaPerawaPerawaPerawatan tan tan tan
PuskesPuskesPuskesPuskesmas mas mas mas
Keliling Keliling Keliling Keliling
Balai Balai Balai Balai PengobPengobPengobPengob
atan atan atan atan
Rumah Rumah Rumah Rumah Bersalin Bersalin Bersalin Bersalin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kaliwungu 2 2 0 2 1 1
2 K o t a 3 4 0 3 8 7
3 J a t i 2 5 0 2 5 1
4 Undaan 2 5 1 2 1 2
5 Mejobo 2 5 1 2 2 0
6 Jekulo 2 8 1 2 1 1
7 B a e 2 3 0 2 1 0
8 Gebog 2 6 1 2 1 0
9 D a w e 2 6 2 2 1 0
JumlahJumlahJumlahJumlah 19191919 44444444 6666 19191919 21212121 12121212
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
48
Puskesmas sebesar 19, Pukesmas pembantu sebesar 44,
Puskesmas perawatan sebesar 6, Puskesmas keliling sebesar 19,
Balai pengobatan sebesar 21 dan Rumah bersalin sebesar 12 yang
masing-masing tersebar di semua Kecamatan.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4.94.94.94.9 Persentase Penduduk yang Mengalami KeluhanPersentase Penduduk yang Mengalami KeluhanPersentase Penduduk yang Mengalami KeluhanPersentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan
dalam Satu Buldalam Satu Buldalam Satu Buldalam Satu Bulan Terakhir Menurutan Terakhir Menurutan Terakhir Menurutan Terakhir Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jenis Kelamin di Kabupaten Kudus di Kabupaten Kudus di Kabupaten Kudus di Kabupaten Kudus Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010Tahun 2010椴椴椴椴2011201120112011
Sumber : BPS, Susenas 2011
Untuk persentase penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan dalam satu bulan terakhir menurut jenis kelamin di
Kabupaten Kudus pada tahun 2011 sebesar 36,66 persen untuk
laki椴laki dan 40,90 persen untuk perempuan total sebesar 38,82
persen, sedang di banding pada tahun 2010 terdapat 19,84 persen
untuk laki椴laki dan 24,44 persen untuk perempuan dengan total
sebesar 22,15 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2010.
NoNoNoNo TahunTahunTahunTahun
Persentase Persentase Persentase Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Penduduk yang Mengalami Keluhan Penduduk yang Mengalami Keluhan Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan dalam Satu Bulan Terakhirdalam Satu Bulan Terakhirdalam Satu Bulan Terakhirdalam Satu Bulan Terakhir
LakiLakiLakiLaki----LakiLakiLakiLaki PerempuanPerempuanPerempuanPerempuan TotalTotalTotalTotal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 2010 19,84 24,44 22,15
2 2011 36,66 40,90 38,82
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
49
Tabel 4.10Tabel 4.10Tabel 4.10Tabel 4.10
PePePePerrrrsentase Angka Kesakitan dalam Satu Bsentase Angka Kesakitan dalam Satu Bsentase Angka Kesakitan dalam Satu Bsentase Angka Kesakitan dalam Satu Bulanulanulanulan TTTTerakhirerakhirerakhirerakhir Menurut Jenis Menurut Jenis Menurut Jenis Menurut Jenis
Kelamin di Kabupaten Kudus Tahun 2010 Kelamin di Kabupaten Kudus Tahun 2010 Kelamin di Kabupaten Kudus Tahun 2010 Kelamin di Kabupaten Kudus Tahun 2010 椴椴椴椴 2011201120112011
Sumber : BPS, Susenas 2011
Dari tabel 4.10 tersebut diatas terdapat angka kesakitan
dalam satu bulan terakhir menurut jenis kelamin di Kabupaten
Kudus, yang dari tabel tersebut dapat dilihat pada tahun 2010
terdapat angka kesakitan untuk laki椴laki sebesar 19,84 persen
sedangkan perempuan sebesar 24,44 persen dengan total angka
kesakitan sebesar 22,15 persen, sedangkan pada tahun 2011
terdapat angka kesakitan untuk laki 椴 laki sebesar 48,44 persen
dan untuk perempuan sebesar 48,41 persen dengan total angka
kesakitan pada tahun 2011 sebesar 48,43 persen.
Untuk persentase balita menurut penolong kelahiran
pertama di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 terbanyak adalah
bidan yaitu sebesar 77,41 persen, kemudian terbanyak kedua
sebesar 16,07 persen adalah dokter disusul dukun sebesar 5,61
NoNoNoNo TahunTahunTahunTahun Angka Kesakitan dalam Satu Bulan TerakhirAngka Kesakitan dalam Satu Bulan TerakhirAngka Kesakitan dalam Satu Bulan TerakhirAngka Kesakitan dalam Satu Bulan Terakhir
LakiLakiLakiLaki----LakiLakiLakiLaki PerempuanPerempuanPerempuanPerempuan TotalTotalTotalTotal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 2010 19,84 24,44 22,15
2 2011 48,44 48,41 48,43
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
50
persen, tenaga medis 0,58 persen dan family sebesar 0,33 persen,
sedangkan pada tahun 2011 terbanyak masih bidan sebesar 73,65
persen, kemudian dokter, dukun, family yang masing 椴 masing
sebesar 17,85 persen, 6,98 persen, 1,52 persen.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4.114.114.114.11 Persentase Persentase Persentase Persentase Balita Menurut Penolong KelahiranBalita Menurut Penolong KelahiranBalita Menurut Penolong KelahiranBalita Menurut Penolong Kelahiran Pertama di Kabupaten Pertama di Kabupaten Pertama di Kabupaten Pertama di Kabupaten
Kudus Tahun Kudus Tahun Kudus Tahun Kudus Tahun 2010 2010 2010 2010 ---- 2011201120112011
NoNoNoNo Penolong Kelahiran PertamaPenolong Kelahiran PertamaPenolong Kelahiran PertamaPenolong Kelahiran Pertama 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Dokter 16,07 17,85
2 Bidan 77,41 73,65
3 Tenaga Medis 0,58 0,00
4 Dukun 5,61 6,98
5 Family 0,33 1,52
6 Lainnya 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
2.2.2.2. PerumahanPerumahanPerumahanPerumahan
Pembangunan yang berkenaan dengan tempat tinggal
adalahproses yang tanpa akhir walaupun berbagai keberhasilan
telah dicapai. Pada dasarnya pembangunan tempat tinggal dan
lingkungan adalah kewajiban masyarakat sendiri, sedangkan
pemerintah dalam hal ini berkewajiban memberikan bantuan dan
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
51
kemudahan serta menciptakan kondisi atau iklim yang serasi untuk
mendorong ke arah tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat
yang mandiri secara gotong royong. Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4.1.1.1.12222
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah RuRuRuRumah Tmah Tmah Tmah Tangga Kabangga Kabangga Kabangga Kabupatenupatenupatenupaten Kudus Kudus Kudus Kudus Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 ---- 2011201120112011
NoNoNoNo KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Kaliwungu 21.804 21.763
2 K o t a 22.651 22.604
3 J a t i 23.403 23.360
4 Undaan 17.682 17.654
5 Mejobo 16.818 16.823
6 Jekulo 23.508 23.544
7 B a e 15.076 15.095
8 Gebog 22.408 22.471
9 D a w e 23.485 23.504
Jumlah 186.835 186.818 Sumber : BPS, Registrasi Penduduk 2010-2011
Hasil Registrasi 2011 menunjukkan bahwa banyaknya
rumah tangga di Kabupaten Kudus pada tahun 2011 tercatat
sebesar 186.818 rumahtangga. Bila dibandingkan dengan
Registrasi Penduduk Tahun sebelumnya terjadi penurunan jumlah
rumah tangga yang pada tahun 2010 sebesar 186.835 rumah
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
52
tangga, sehingga bisa dilihat adanya persentase penurunan
sebesar 0,01 persen.
Tempat tinggal merupakan salah satu dari tiga kebutuhan
pokok manusia di samping sandang dan pangan. Tempat tinggal
yang layak tentunya dalam kondisi yang baik,cukup luas, terbuat
dari bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan memenuhi
syarat kesehatan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal
lebih menonjol. Bahkan rumah sudah menjadi bagian dari gaya
hidup dan status simbol serta juga menunjukkan identitas
pemiliknya. Di Kabupaten Kudus kondisi bangunan tempat tinggal
cukup beragam. Kondisi bangunan dapat dilihat dari luas lantai,
jenis lantai, jenis dinding dan jenis atap.
Pada Tabel 4.13, tercatat sekitar 88,80 persen rumah
tangga di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 tinggal di rumah milik
sendiri dan kalau dibandingkan tahun 2011 mengalami penurunan
yaitu sebesar 84,00 persen Sedangkan yang mengontrak
mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 2,51 persen
menjadi 1,85 persen pada tahun 2011. Sebagian penduduk masih
menempati rumah milik orangtua/saudara sebesar 12,84 persen
dan sewa sebesar 0,41 persen. Sedangkan rumahtangga dengan
status penguasaan bangunan tempat tinggal bebas sewa milik
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
53
orang lain sebesar 0,57 persen,dinas dan lainnya masing-masing
besarnya 0,26 persen dan 0,08 persen terhadap total rumah tangga
di Kabupaten Kudus pada tahun 2011.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.1.1.1.13333 PersentasePersentasePersentasePersentase Rumah Rumah Rumah Rumah Tangga menurut STangga menurut STangga menurut STangga menurut Statustatustatustatus Penguasaan Bangunan Penguasaan Bangunan Penguasaan Bangunan Penguasaan Bangunan
Tempat TTempat TTempat TTempat Tinggalinggalinggalinggal KabupatenKabupatenKabupatenKabupaten KuKuKuKudus Tdus Tdus Tdus Tahun 2010ahun 2010ahun 2010ahun 2010---- 2011201120112011
Sumber : BPS, Susenas 2011
Luas lantai yang dimaksud dalam Susenas adalah luas
lantaiyang biasanya ditempati dan digunakan untuk keperluan
sehari-hari. Pada tahun 2011 di Kabupaten Kudus sekitar 75,90.
persen rumah tangga tinggal dalam bangunan dengan luas lantai
yang berukuran 54 meter persegi ke atas. Hal ini menunjukkan
NoNoNoNo Status Penguasaan Bangunan Status Penguasaan Bangunan Status Penguasaan Bangunan Status Penguasaan Bangunan
Tempat tinggalTempat tinggalTempat tinggalTempat tinggal 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Milik sendiri 88,80 84,00
2 Kontrak 2,51 1,85
3 Sewa 0,36 0,41
4 Bebas sewa milik orang lain 0,00 0,57
5 Bebas sewa milik orang tua/sanak/saudara
8,05 12,84
6 Dinas 0,10 0,26
7 Lainnya 0,18 0,08
Jumlah 100,00 100,00
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
54
bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kudus sudah
menempati bangunan tempat tinggal yang memenuhi salah satu
syarat rumah layak.
Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4.1.1.1.14444
Persentase RPersentase RPersentase RPersentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai umah Tangga menurut Luas Lantai umah Tangga menurut Luas Lantai umah Tangga menurut Luas Lantai Bangunan Tempat Bangunan Tempat Bangunan Tempat Bangunan Tempat
Tinggal Kabupaten Kudus Tahun 2010 Tinggal Kabupaten Kudus Tahun 2010 Tinggal Kabupaten Kudus Tahun 2010 Tinggal Kabupaten Kudus Tahun 2010 ---- 2011201120112011
NoNoNoNo Luas Lantai BangunanLuas Lantai BangunanLuas Lantai BangunanLuas Lantai Bangunan 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 <21 1,17 1,85
2 21-35 4,37 6,10
3 36-44 9,08 5,89
4 45-53 11,43 10,27
5 54+ 73,95 75,90
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Dibandingkan tahun sebelumnya yakni pada tahun 2010
keadaan ini cenderung meningkat. Hal ini dimungkinkan karena
Kabupaten Kudus merupakan daerah industri sehingga banyak
rumah tangga atau sekelompok orang maupun perorangan yang
memerlukan tempat tinggal dengan cara tinggal bersama dengan
orang lain dalam satu bangunan, baik dengan cara sewa/kontrak
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
55
rumah atau kamar maupun bebas sewa tanpa memerlukan lantai
hunian yang luas.
Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4.1.1.1.15555 Persentase Rumah Persentase Rumah Persentase Rumah Persentase Rumah TTTTangga menurut Jenisangga menurut Jenisangga menurut Jenisangga menurut Jenis LantaiLantaiLantaiLantai Terluas BTerluas BTerluas BTerluas Bangunanangunanangunanangunan
Tempat TTempat TTempat TTempat Tinggalinggalinggalinggal di Kabupatendi Kabupatendi Kabupatendi Kabupaten KudusKudusKudusKudus TTTTahun 2010ahun 2010ahun 2010ahun 2010----2011201120112011
NoNoNoNo Jenis Lantai TerluasJenis Lantai TerluasJenis Lantai TerluasJenis Lantai Terluas 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Bukan Tanah 91,86 91,06
2 Tanah 8,14 8,94
Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS, Susenas 2011
Semakin tinggi kualitas jenis lantai bangunan tempat
tinggal dimungkinkan semakin baik dan sehat kondisi tempat
tinggalnya yang sekaligus memberikan indikasi semakin baiknya
kesejahteraan rumah tangga. Itu merupakan salah satu syarat
untuk memenuhi kategori rumah sehat adalah apabila jenis lantai
terluas bukan tanah. Jenis lantai yang digunakan mempunyai ciri
khas tertentu yang mungkin disebabkan oleh faktor kondisi tanah di
samping faktor budaya dan lingkungan masing-masing daerah.
Pada tabel diatas terlihat bahwa 91,06 persen, rumah tangga di
Kabupaten Kudus pada tahun 2011 memiliki jenis lantai bangunan
terluas bukan tanah yang meliputi jenis lantai marmer/keramik,
ubin/tegel, semen/bata,kayu, bambu dan lainnya, secara
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
56
persentase mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2010 yaitu sebesar 91,86 persen. Sedangkan rumah tangga yang
menempati bangunan dengan lantai tanah pada tahun 2011
sebesar 8,94 persen sedang pada tahun 2010 sebesar 8,14
persen.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.1.1.1.16666 Persentase Rumah Tangga menurut JenisPersentase Rumah Tangga menurut JenisPersentase Rumah Tangga menurut JenisPersentase Rumah Tangga menurut Jenis Dinding Terluas Bangunan Dinding Terluas Bangunan Dinding Terluas Bangunan Dinding Terluas Bangunan
Tempat TTempat TTempat TTempat Tinggalinggalinggalinggal ddddi Kabupateni Kabupateni Kabupateni Kabupaten Kudus 2010Kudus 2010Kudus 2010Kudus 2010----2011201120112011
NoNoNoNo Jenis dinding terluasJenis dinding terluasJenis dinding terluasJenis dinding terluas 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Tembok 95,39 93,50
2 Kayu 3,38 2,79
3 Bambu 1,23 3,71
4 Lainnya 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS, Susenas 2011
Selain lantai tidak kalah pentingnya adalah dinding
bangunan tempat tinggal, dinding yang terbuat dari tembok akan
memberi rasa aman bagi penghuninya, bila dibandingkan
bangunan yang terbuat dari kayu atau bambu. Walaupun demikian
masih ada rumah tangga yang menggunakan dinding bukan
tembok. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi masyarakat
Kabupaten Kudus yang menggunakan kayu sebagai bahan baku
tempat tinggal. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
57
besar masyarakat Kabupaten Kudus 93,50 persen rumah tangga
menempati bangunan berdinding tembok, berdinding kayu 2,79
persen dan yang berdinding bambu sebesar 3,71 persen pada
tahun 2011. Apabila dibandingkan pada tahun 2010 yang
berdinding tembok sebesar 95,39 persen, yang berdinding kayu
3,38 persen, kemudian yang berdinding bambu sebesar 1,23
persen dari total rumah tangga.
Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4....17171717 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap Terluas Bangunan Tempat Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap Terluas Bangunan Tempat Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap Terluas Bangunan Tempat Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap Terluas Bangunan Tempat
Tinggal di Kabupaten Kudus Tahun 2010Tinggal di Kabupaten Kudus Tahun 2010Tinggal di Kabupaten Kudus Tahun 2010Tinggal di Kabupaten Kudus Tahun 2010----2011201120112011
No Jenis Atap Terluas 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1 Beton 1,64 1,07
2 Genteng 98,36 97,99
3 Sirap 0,00 0,14
4 Seng 0,00 0,54
5 Asbes 0,00 0,27
6 Lainnya 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Selain luas lantai, jenis lantai dan jenis dinding, jenis
atapbangunan juga menggambarkan kondisi bangunan tempat
tinggal. Pada tahun 2011 di Kabupaten Kudus sebagian besar
bangunan tempat tinggal beratapkan genteng yaitu sebesar 97,99
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
58
persen, Penggunaan atap bangunan yang banyak digunakan selain
genteng adalah atap beton 1,07 persen dari jumlah rumah tangga
di Kabupaten Kudus kemudian atap yang terbuat dari seng sekitar
0,54 persen disusul asbes dan sirap sebesar 0,27 persen dan 0,14
persen.
Pada tahun 2011, di Kabupaten Kudus persentase rumah
tanggayang menggunakan sumber penerangan listrik yang dikelola
oleh PLNtercatat sebesar sekitar 99,45 persen dari total rumah
tangga.Sedangkan rumah tangga yang menggunakansumber
penerangan Listrik Non PLN sebesar 0,42 persen dan yang
menggunakan pelita/sentir/obor sebesar 0,13 persen.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444....18181818 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan BBBBangunan di angunan di angunan di angunan di
Kabupaten Kudus Tahun 2010Kabupaten Kudus Tahun 2010Kabupaten Kudus Tahun 2010Kabupaten Kudus Tahun 2010----2011201120112011
NoNoNoNo Sumber Penerangan BangunanSumber Penerangan BangunanSumber Penerangan BangunanSumber Penerangan Bangunan 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Listrik PLN 99,90 99,45
2 Listrik non PLN 0,00 0,42
3 Pelita/sentir/obor 0,10 0,13
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Selain ketersediaan sumber penerangan listrik,
penggunaan fasilitas air minum juga sangat penting, tersedianya
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
59
sumber air minum juga merupakan indikator kesejahteraan rumah
tangga yang dianggap paling vital karena kebutuhan akan air bersih
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di Kabupaten kudus, pada tahun 2011 persentase rumah
tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng/sumur
bor/pompa atau sumur terlindung sendiri sebesar 63,96 persen,
kemudian yang menggunakan secara bersama sebesar 20,06
persen dan yang secara umum sebesar 1,28 persen sedangkan
yang tidak ada fasilitas air minum sebesar 14,69 persen.
Tabel Tabel Tabel Tabel 4.194.194.194.19 Persentase Rumah Tangga MPersentase Rumah Tangga MPersentase Rumah Tangga MPersentase Rumah Tangga Menurut Sumberenurut Sumberenurut Sumberenurut Sumber AirAirAirAir Minum di Minum di Minum di Minum di Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten
KudusKudusKudusKudus Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 ---- 2011201120112011
No Sumber Air Minum 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
1 Air dalam kemasan 7,68 12,76
2 Leding 14,16 14,61
3 Sumur bor/pompa 16,97 25,53
4 Sumur terlindung 54,99 41,96
5 Sumur tak terlindung 0,48 1,77
6 Mata air terlindung 5,12 3,26
7 Mata air tak terlindung 0,60 0,11
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Pada tabel 4.19 persentase ini menunjukkan belum
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
60
meluasnya jaringan air minum yang dikelola Perusahaan Air Minum
Daerah atau PDAM. Namun demikian pada tahun 2011 ada
kenaikan dari tahun 2010 yakni sebesar 14,61 persen dari 14,16
persen. Pada tahun 2011 di Kabupaten Kudus sebesar 41,96
persen rumahtangga menggunakan sumber air minum sumur
terlindung mengalami penurunan dibanding tahun 2010 yang
besarnya 54,99 persen, sedangkan untuk rumah tangga yang
mengggunakan air minum dalam kemasan sebagai sumber air
minum meningkat sangat besar dari 7,68 persen pada tahun 2010
menjadi 12,76 persen pada tahun 2011 dan yang menggunakan
sumber air minum dari mata air terlindung dan mata air tak
terlindung sebesar 3,26 persen dan 0,11 persen mengalami
penurunan dari tahun 2010 sebesar 5,12 persen dan 0,60 persen
dari total rumah tangga di Kabupaten Kudus.
Pada tabel 4.20 menunjukkan sekitar 41,96 persen rumah
tangga di Kabupaten Kudus pada tahun 2011 menggunakan air
sumur dan air pompa dengan jarak ke tempat penampungan
kotoran/tinjanya lebih dari atau sama dengan 10 meter dengan
banyaknya rumah tangga sebesar 47,35 persen. Angka tersebut
turun cukup besar apabila dibandingkan dengan tahun 2010
sebesar 52,16 persen.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
61
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.2.2.2.20000 Persentase Rumah Tangga menurut JarakPersentase Rumah Tangga menurut JarakPersentase Rumah Tangga menurut JarakPersentase Rumah Tangga menurut Jarak SumberSumberSumberSumber Air Minum Air Minum Air Minum Air Minum
ke ke ke ke TTTTempat Penampunganempat Penampunganempat Penampunganempat Penampungan Kotoran/tinjaKotoran/tinjaKotoran/tinjaKotoran/tinja TTTTerdekat di Kabupatenerdekat di Kabupatenerdekat di Kabupatenerdekat di Kabupaten Kudus Kudus Kudus Kudus Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 ---- 2011201120112011
NoNoNoNo Jarak Sumber Air Minum ke Jarak Sumber Air Minum ke Jarak Sumber Air Minum ke Jarak Sumber Air Minum ke tempat tempat tempat tempat
penampungan kotoran/tinjapenampungan kotoran/tinjapenampungan kotoran/tinjapenampungan kotoran/tinja 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 < 10 m 16,49 16,11
2 => 10 m 52,16 47,35
3 Tidak tahu 9,50 9,18
4 Tidak dihitung jarak 21,85 27,37
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Akan tetapi dengan melihat kondisi tersebut masih bisa
mencerminkan bahwa pengetahuan dan kesadaran masyarakat
akan pentingnya memperhatikan jarak sumber air minum ke
penampungan kotoran/tinja terdekat yang memenuhi persyaratan
kesehatan masih kurang baik. Kondisi sebaliknya, masih ada
sebagian masyarakat atau sekitar 52,65 persen dari total rumah
tangga mengabaikan syarat tersebut karena dilihat dari tabel
tersebut kurang dari 10 meter 16,11 persen, tidak tahu sebesar
9,18 persendan tidak dihitung jarak sebesar 27,37 persen.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
62
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.2.2.2.21111 PPPPersentase Rumah Tangga menurut Fersentase Rumah Tangga menurut Fersentase Rumah Tangga menurut Fersentase Rumah Tangga menurut Fasilitasasilitasasilitasasilitas Tempat Buang Air Besar Tempat Buang Air Besar Tempat Buang Air Besar Tempat Buang Air Besar
Bangunan TempatBangunan TempatBangunan TempatBangunan Tempat Tinggal Tinggal Tinggal Tinggal di Kabupaten di Kabupaten di Kabupaten di Kabupaten Kudus tahun 2010 Kudus tahun 2010 Kudus tahun 2010 Kudus tahun 2010 椴椴椴椴 2011201120112011
NoNoNoNo Fasilitas Tempat Buang Air Besar Fasilitas Tempat Buang Air Besar Fasilitas Tempat Buang Air Besar Fasilitas Tempat Buang Air Besar
BBBBangunanangunanangunanangunan Tempat TinggalTempat TinggalTempat TinggalTempat Tinggal 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Sendiri 81,98 79,23
2 Bersama 10,98 12,63
3 Umum 0,18 0,38
4 Tidak ada 6,86 7,76
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Di Kabupaten Kudus,ada sekitar 79,23 persen rumah
tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar secara
sendiri dan sekitar 12,63 persen memakai fasilitas tempat buang air
besar secara bersama. Selain itu, persentase rumah tangga yang
tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar sebesar 7,76
persen naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,86 persen,
kemudian yang menggunakan fasilitas umum sebesar 0,38 persen
pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penduduk
sudah mengetahui dan menyadari akan arti kebersihan lingkungan.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
63
TTTTabel abel abel abel 4444.2.2.2.22222 Persentase Rumah TPersentase Rumah TPersentase Rumah TPersentase Rumah Tangga yang Menggunakan Fangga yang Menggunakan Fangga yang Menggunakan Fangga yang Menggunakan Fasilitas asilitas asilitas asilitas
Tempat Buang Air BesarTempat Buang Air BesarTempat Buang Air BesarTempat Buang Air Besar Menurut Jenis Kloset di KMenurut Jenis Kloset di KMenurut Jenis Kloset di KMenurut Jenis Kloset di Kabupaten Kudus abupaten Kudus abupaten Kudus abupaten Kudus TTTTahun 2010ahun 2010ahun 2010ahun 2010---- 2011201120112011
NoNoNoNo Jenis KlosetJenis KlosetJenis KlosetJenis Kloset 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Leher angsa 89,73 89,81
2 Plengsengan 1,01 0,88
3 Cemplung/Cubluk 2,21 1,15
4 Tidak pakai 7,05 8,17
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Pada tahun 2011, di Kabupaten Kudus persentase rumah
tangga yang menggunakan fasilitas buangair besar (kloset)
berbentuk leher angsa sebesar 89,81 persen naik dari tahun 2010
yakni sebesar 89,73 persen, akan tetapi yang tidak menggunakan
fasilitas Buang air Besar sebesar 8,17 persen pada tahun 2011
naik dari tahun 2010 sebesar 7,05 persen, kemudian disusul
cemplung/cubluk sebesar 1,15 persen yang menurun dari tahun
2010 yakni 2,21 persen, plengsengan dari 1,01 persen pada tahun
2010 turun 0,88 persen pada tahun 2011 dari total rumah tangga
Kabupaten Kudus.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
64
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.2.2.2.23333 Persentase Rumah TPersentase Rumah TPersentase Rumah TPersentase Rumah Tangga menurut Tempat angga menurut Tempat angga menurut Tempat angga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Pembuangan Akhir Tinja di Pembuangan Akhir Tinja di Pembuangan Akhir Tinja di
KabupatenKabupatenKabupatenKabupaten KudusTahun 2010 KudusTahun 2010 KudusTahun 2010 KudusTahun 2010 ---- 2011201120112011
NoNoNoNo Tempat Tempat Tempat Tempat PPPPembuangan Akhir Tinjaembuangan Akhir Tinjaembuangan Akhir Tinjaembuangan Akhir Tinja BangunanBangunanBangunanBangunan 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Tangki/Spal 88,32 88,83
2 Kolam/sawah 0,48 0,29
3 Sungai/Laut 6,15 9,06
4 Lobang Tanah 3,88 1,59
5 Panta/Tanah lapang/kebun 1,17 0,11
6 Lainnya 0,00 0,11
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Pada tahun 2011 persentase rumah tangga di Kabupaten
Kudus yang menggunakan fasilitas tempat pembuangan akhir tinja
berupa tangki septik, yaitu sekitar 88,83 persen,cenderung
meningkat dari tahun 2010 sebesar 88,32 persen. Berikutnya
rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan akhir tinja
ke sungai/laut sekitar 9,06 persen pada tahun 2011 dibanding pada
tahun 2010 sebesar 6,15 persen, kemudian yang menggunakan
lobang tanah sebesar 1,59 persen lebih kecil dari tahun 2010
sebesar 3,88 persen, kemudian yang menggunakan tempat
pembuangan akhir di sawah atau kolam sebesar 0,29 persen turun
dari tahun 2010 sebesar 0,48 persen, kemudian yang
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
65
menggunakan pantai, tanah lapang, kebun dan lainnya masing椴
masing sebesar 0,11 persen.
3.3.3.3. PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik
sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan
yang lebih baik. Pembangunan di bidang pendidikan meliputi
pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal.
Pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka untuk
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan memerlukan
peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah tetapi juga dari
masyarakat.
Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu
pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Untuk mencapai
sasaran tersebut berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
misalnya dengan meningkatkan saran dan prasarana pendidikan,
perbaikan kurikulum, dan program wajib belajar 9 tahun. Dengan
semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat
pendidikan akan semakin membaik dan akan berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan penduduk.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
66
Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.2.2.2.24444 Persentase Penduduk Persentase Penduduk Persentase Penduduk Persentase Penduduk BBBBerumur 10 erumur 10 erumur 10 erumur 10 TTTTahun ke atasahun ke atasahun ke atasahun ke atas
Menurut Menurut Menurut Menurut TTTTinininingkat gkat gkat gkat PPPPendidikan endidikan endidikan endidikan TTTTertinggi yang ertinggi yang ertinggi yang ertinggi yang Ditamatkan Ditamatkan Ditamatkan Ditamatkan di Kabupatendi Kabupatendi Kabupatendi Kabupaten Kudus TKudus TKudus TKudus Tahun 2010 ahun 2010 ahun 2010 ahun 2010 ---- 2012012012011111
NoNoNoNo Tingkat/Jenjang Pendidikan TertinggiTingkat/Jenjang Pendidikan TertinggiTingkat/Jenjang Pendidikan TertinggiTingkat/Jenjang Pendidikan Tertinggi 2010201020102010 2011201120112011
(1) (2) (3) (4)
1 Tdk punya ijazah SD 21.08 17,02
2 SD 27,74 31,52
3 SMP 21,08 23,42
4 SM 23,44 21,93
5 Perguruan Tinggi 6,66 6,11
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat sebagian besar tingkat atau
jenjang pendidikan tertinggi rumah tangga yang ditamatkan adalah
SD yaitu sebesar 31,52 persen pada tahun 2011 naik dari tahun
2010 sebesar 27,74 persen, kemudian SMP sebesar 23,42 persen
naik sekitar 2,34 persen dari tahun 2010, selanjutnya urutan ke tiga
tamatan SMA maupun SMK 21,93 persen pada tahun 2011
mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 23,44 persen,
Perguruan Tinggi yang meliputi D1,D2,D3,D4,S1,S2 maupun S3
sebesar 6,11 persen pada tahun 2011 dan pada tahun 2010
sebesar 6,66 persen dan selanjutnya sebesar 17,02 persen tidak
punya ijazah SD pada tahun 2011 dan pada tahun 2010 sebesar
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
67
21,08 persen hal ini bisa dilihat adanya penurunan dari rumah
tangga yang tidak punya ijazah SD karena kesadaran masyarakat
akan pendidikan 9 tahun semakin baik dan semakin pentingnya
pendidikan untuk kesejahteraan rumah tangga yang berpengaruh
juga pada kesejahteraan penduduk Kabupaten Kudus.
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
68
BAB VBAB VBAB VBAB V
PENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP
Indeks Pembangunan Manusia adalah sebuah ukuran dari
hasil akhir upaya pembangunan manusia, dan manusia adalah
kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu tujuan dari
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan
bagi rakyatnya untuk menjalankan kehidupan yang produktif. Dalam
perspektif pembangunan manusia adalah melihat secara
bersamaan semua isu dalam masyarakat, tidak hanya sektor
ekonomi dan sosial saja akan tetapi merupakan pendekatan yang
komprehensif dari semua sektor.
5555.1 Kesimpulan.1 Kesimpulan.1 Kesimpulan.1 Kesimpulan
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia. Dalam kerangka demikian, pembangunan nasional
sesungguhnya menempatkan manusia sebagai obyek (tujuan)
sekaligus subyek (pelaku) pembangunan atau menempatkan
manusia sebagai titik sentral.
Selama ini seperti ada anggapan bahwa dengan adanya
pembangunan ekonomi akan terjadi juga pembangunan
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
69
manusianya. Kenyataannya tidak demikian, banyak daerah yang
perekonomiannya maju pesat, ternyata tidak dibarengi dengan
pesatnya pembangunan manusia, walaupun memang ada korelasi
positif bahwa pembangunan perekonomian sangat membantu
pembangunan manusianya.
IPM Kabupaten Kudus mengalami peningkatan sejak
empat tahun terakhir, pada tahun 2008 IPM Kabupaten Kudus
sebesar 72,02 dan di tahun 2009 IPM Kabupaten Kudus meningkat
menjadi sebesar 72,65. Di tahun berikutnya 2010 IPM Kudus
menjadi 72,95, dan meningkat kembali di tahun 2011 menjadi
73,24. Di tahun terakhir ini terjadi nilai peningkatan IPM (reduksi
shortfall) sebesar 1,04.
Keberadaan IPM memerlukan analisis situasi
pembangunan manusia guna melihat indikator tunggal dari
komponen-komponen pendukung IPM, yang mencakup beberapa
aspek diantaranya adalah : kesehatan, pendidikan, perekonomian,
ketenagakerjaan, dan perumahan. Dari komponen kesehatan
diperoleh angka yang mengindikasikan peningkatan angka harapan
hidup. Angka harapan hidup kabupaten Kudus pada tahun 2011
adalah sebesar 69,68 lebih tinggi dibandingkan dengan angka
tahun sebelumnya sebesar 69,62 di tahun 2010. Angka melek huruf
Kabupaten Kudus sebesar 93,73 pada tahun 2011 memberikan arti
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
70
bahwa persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis sebesar 93,73 persen.
Untuk angka rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten
Kudus pada tahun 2011 sebesar 8,12 tahun. Bila angka ini
dikonversikan ke jenjang pendidikan, maka dapat dikatakan secara
rata rata penduduk Kabupaten Kudus belum tamat SLTP (dimana
rata-rata sekolah normal sekitar 9 tahun). Besaran paritas daya beli
penduduk Kabupaten Kudus tahun 2011 sebesar Rp 639.980,-
angka ini masih berada pada range maksimum minimum (360.000
椴 732.720), sedikit lebih rendah dari rata-rata paritas daya beli
Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 640.410,-.
Tempat tinggal yang ideal tentunya dalam kondisi yang
baik, cukup luas, terbuat dari bahan-bahan bangunan yang
bermutu baik dan memenuhi syarat kesehatan. Kondisi tempat
tinggal dan fasilitas pokok perumahan secara umum di Kabupaten
Kudus menunjukkan perbaikan kualitas, tetapi kondisi yang telah
dicapai masih perlu peningkatan, karena masih tertinggal dengan
beberapa daerah perkotaan lainnya di Jawa Tengah.
5555.2 Sar.2 Sar.2 Sar.2 Saran an an an dan dan dan dan RekomendasiRekomendasiRekomendasiRekomendasi
Untuk meningkatkan IPM memerlukan upaya peningkatan
komponen komponen pendukung IPM (kesehatan, pendidikan dan
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
71
perekonomian). Peningkatan Anggaran pendidikan dan kesehatan
di APBD baik untuk pembangunan infrastruktur maupun untuk
peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan dan
program wajib belajar 9 tahun.
Di bidang kesehatan dengan meningkatkan pemerataan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan, baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun oleh swasta. Meningkatkan
jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terutama
bagi penduduk miskin dan keluarga dengan bayi, balita, anak usia
sekolah, ibu hamil, dan usia lanjut.
Peningkatan bidang pendidikan memerlukan penanganan
tersendiri. Karena masih dijumpai penduduk berusia sekolah yang
belum/tidak sekolah dan juga yang sudah tidak bersekolah lagi
(hanya lulus SD atau drop out).
Peningkatan efisiensi dan efektifitas program-program
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan manusia dengan
membentuk lembaga yang berfungsi melakukan koordinasi
terhadap program-program penanggulangan kemiskinan dan
pembangunan manusia lintas sektor. Perlu ditumbuh kembangkan
kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang dapat meningkatkan
pendapatan penduduk, terutama penduduk miskin, yang
disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kemauannya oleh
Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Kudus 2011
72
dinas/instansi yang membina pengusaha mikro, kecil menengah
dan koperasi.