+ All Categories
Home > Sports > Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Date post: 28-Nov-2014
Category:
Upload: gustians
View: 12,910 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Description:
journal unair
17
1 TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWA DENGAN OLAH RAGA TAEKWONDO DI UNIVERSITAS AIRLANGGA ABSTRACT FITNESS LEVEL IN STUDENTS WITH TAEKWONDO SPORT at AIRLANGGA UNIVERSITY by: AGUSTIAN SAQURIN Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga 2013 Students with their activities and bustle are required to have a good physical fitness in order to not disrupt their daily activities. Some sources say that sport, is one ways to improve fitness. One of popular sports lately and good for fitness is Taekwondo. This study is expected to be able to describe the fitness level of students with Taekwondo sport at Airlangga University briefly and clearly. This is a descriptive research with evaluation study design. Samples were taken from students of Airlangga University who are members of the UKM Taekwondo UNAIR using purposive sampling method. From that, it is obtained 20 respondents. Fitness can be measured by looking at the Harvard Step Test, 15 minutes run test, and measurement of the vital signs for each respondent. As a result, there is relationship between fitness level in students with Taekwondo sport at Airlangga University. Majority of the respondents showed a good fitness level indicated by VO2 max, fitness index, also vital signs involve heart rate, respiratory rate, and blood pressure. From the result of the research, it can be concluded that the physical fitness of students with Taekwondo sport at Airlangga University are in a good level. This research found that Taekwondo training provides fitness benefit to its members. Further research is expected to be able to explain the short-term effects of practicing Taekwondo for its members with different and larger respondents Keywords: level of fitness, sport, Taekwondo PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Knoers, F.J, & Haditono, 2001). Fase tersebut merupakan masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Indarjo, 2009). Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang berperan untuk mengembangkan diri, sebab mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa di masa mendatang. Untuk itu seorang mahasiswa harus memilki cara pandang yang baik, jiwa kepribadian serta mental yang sehat dan kuat dalam menghadapi masalah apapun. Kebugaran adalah kapasitas tubuh secara umum dalam menghadapi kerja fisik baik dalam posisi bergerak maupun duduk dengan aman dan efektif dan masih dapat memnuhi fungsinya dalam keluarga maupun masyarakat serta menikmati kegiatan pilihannya tanpa mengalami kelelahan (Siregar, 2010). Dengan demikian setiap orang mutlak memerlukan kebugaran agar bisa menjalankan kehidupannya dengan nyaman tanpa keluhan.Namun karena kesibukan aktifitas dan tugas kuliah, dimungkinkan seorang mahasiswa menjadikan olah raga bukan sebagai prioritas yang harus dilaksanakan, yang pada akhirnya mempengaruhi kebugaran tubuhnya. Penelitian Taylor mengatakan bahwa ujian, praktikum, tugas memicu timbulnya gangguan yang berhubungan dengan peristiwa akademik, yang dalam tingkat keparahan tinggi dapat menekan ketahanan tubuh (Ariana, 2006). Sebagai mahasiswa, kebugaran mutlak diperlukan agar dapat menjalankan setiap kewajiban di kampus dengan baik dan agar dapat berkembang secara akademis.Lain halnya dengan makan dan
Transcript
Page 1: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

1

TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWA DENGAN OLAH RAGA TAEKWONDO

DI UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

FITNESS LEVEL IN STUDENTS WITH TAEKWONDO SPORT

at AIRLANGGA UNIVERSITY

by:

AGUSTIAN SAQURIN

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga 2013

Students with their activities and bustle are required to have a good physical fitness in

order to not disrupt their daily activities. Some sources say that sport, is one ways to improve

fitness. One of popular sports lately and good for fitness is Taekwondo. This study is expected to

be able to describe the fitness level of students with Taekwondo sport at Airlangga University

briefly and clearly.

This is a descriptive research with evaluation study design. Samples were taken from

students of Airlangga University who are members of the UKM Taekwondo UNAIR using

purposive sampling method. From that, it is obtained 20 respondents. Fitness can be measured by

looking at the Harvard Step Test, 15 minutes run test, and measurement of the vital signs for each

respondent.

As a result, there is relationship between fitness level in students with Taekwondo sport at

Airlangga University. Majority of the respondents showed a good fitness level indicated by VO2

max, fitness index, also vital signs involve heart rate, respiratory rate, and blood pressure.

From the result of the research, it can be concluded that the physical fitness of students

with Taekwondo sport at Airlangga University are in a good level. This research found that

Taekwondo training provides fitness benefit to its members. Further research is expected to be

able to explain the short-term effects of practicing Taekwondo for its members with different and

larger respondents

Keywords: level of fitness, sport, Taekwondo

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mahasiswa adalah murid pada

perguruan tinggi yang memulai jenjang

kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa

dalam tahap perkembangannya digolongkan

sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu

usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Knoers,

F.J, & Haditono, 2001). Fase tersebut

merupakan masa yang penuh dengan

masalah dan ketegangan emosional, periode

isolasi sosial, periode komitmen dan masa

ketergantungan perubahan nilai-nilai,

kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola

hidup yang baru (Indarjo, 2009). Mahasiswa

merupakan bagian dari civitas akademika

yang berperan untuk mengembangkan diri,

sebab mahasiswa adalah calon pemimpin

bangsa di masa mendatang. Untuk itu

seorang mahasiswa harus memilki cara

pandang yang baik, jiwa kepribadian serta

mental yang sehat dan kuat dalam

menghadapi masalah apapun.

Kebugaran adalah kapasitas tubuh

secara umum dalam menghadapi kerja fisik

baik dalam posisi bergerak maupun duduk

dengan aman dan efektif dan masih dapat

memnuhi fungsinya dalam keluarga maupun

masyarakat serta menikmati kegiatan

pilihannya tanpa mengalami kelelahan

(Siregar, 2010). Dengan demikian setiap

orang mutlak memerlukan kebugaran agar

bisa menjalankan kehidupannya dengan

nyaman tanpa keluhan.Namun karena

kesibukan aktifitas dan tugas kuliah,

dimungkinkan seorang mahasiswa

menjadikan olah raga bukan sebagai

prioritas yang harus dilaksanakan, yang pada

akhirnya mempengaruhi kebugaran

tubuhnya. Penelitian Taylor mengatakan

bahwa ujian, praktikum, tugas memicu

timbulnya gangguan yang berhubungan

dengan peristiwa akademik, yang dalam

tingkat keparahan tinggi dapat menekan

ketahanan tubuh (Ariana, 2006).

Sebagai mahasiswa, kebugaran

mutlak diperlukan agar dapat menjalankan

setiap kewajiban di kampus dengan baik dan

agar dapat berkembang secara

akademis.Lain halnya dengan makan dan

Page 2: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

2

istirahat, tidak semua orang menjadikan

olahraga sebagai bagian dari rutinitas

kegiatannya. Dari studi pendahuluan di

Universitas Airlangga diketahui bahwa rata-

rata hanya 3 dari 10 mahasiswa yang masih

rutin melakukan olahraga (Yulianti, 2008).

Di Indonesia, sebuah penelitian yang dimuat

pada Majalah Ilmu Faal Indonesia

menyatakan bahwa dari 30 orang responden

remaja usia 18 hingga 23 tahun yang diteliti

kebugaran jasmaninya, 22 orang berada pada

level buruk, 8 orang pada level sedang dan

tidak ada yang berada pada level baik

(Indrawagita, 2009). Peneliti lain

mengatakan, level kebugaran nasional

pelajar di Indonesia hanya 45,9% yang

ditunjukan dengan level rendah dan sangat

rendah (Anggrawati, 2009).

Dalam hal kebugaran,

perkembangan dunia keperawatan sekarang

ini tidak hanya sebatas di rumah sakit saja

tetapi lebih dari itu perawat dapat terlibat

dalam aktivitas olah raga pada lingkup

persiapan dan evaluasi aktivitas, pencegahan

& penanganan cedera, serta rehabilitasi

(Wong, 2002). Pemberian konseling untuk

partisipasi dalam olah raga akan

memberikan kesenangan dan keuntungan

fisik dari usia anak-anak sampai dewasa

(Wong, 2002). Dalam buku Konsep dasar

keperawtan anak, Supartini (2002)

menyebutkan bahwa olah raga/latihan fisik

berdampak pada fisik dan perkembangan

psikososial yang secara fisik dapat

meningkatkan sirkulasi darah dan suplai

oksigen. Berdasarkan Buku Pedoman Kerja

Puskesmas, terdapat 20 kegiatan pokok

kesehatan yang salah satunya adalah

kegiatan promotif dengan olah raga

(Effendy, 1998).

Olah raga adalah aktifitas fisik

yang terencana, terstruktur, berulang dan

bertujuan memperbaiki atau menjaga

kesegaran jasmani (Adiwinanto,

2008).Wahjuni (2012) mengatakan, ada

beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kebugaran diantaranya adalah

dengan berolahraga. Seseorang yang

melakukan olahraga maka dalam otaknya

akan terjadi perubahan biokimiawi yang

menyebabkan seseorang menjadi gembira

atau baik suasana hatinya. Terdapat

penelitian yang menunjukan bahwa olah

raga beladiri memberikan manfaat pada

kebugaran aerobik, otot, kelentukan fisik,

serta ketangkasan dengan sangat baik (Irfan,

2011). Olah raga sudah merupakan suatu

kebutuhan hidup sehari-hari, seperti

halnya makan. Olahraga yang dilakukan

secara teratur dan terukur dapat

menurunkan berat badan, mencegah

penyakit, dan mengurangi stres (Suryanto,

2011). Berbicara mengenai jenisnya, salah

satu olah raga yang mengalami kemajuan

secara signifikan tahun terakhir ini dengan

jumlah praktisi mencapai ratusan juta, dan

dipraktikan hampir di 200 negara di dunia

adalah Taekwondo (Suryadi, 2008). Sebagai

pertimbangan di Universitas Airlangga saja

meskipun terdapat 7 jenis beladiri yang

dikembangkan, namun 6 tahun terakhir,

Taekwondo merupakan dengan jumlah

peminat tertinggi dengan pendaftar

mencapai diatas 200, melebihi olah raga

beladiri lain.

Taekwondo merupakan cabang

olah raga beladiri yang menggunakan tangan,

kaki dengan disiplin diri, sehingga

taekwondo bermanfaat besar dalam

kehidupan bermasyarakat (Tirtawirya, 2005).

Taekwondo berasal dari Korea, yang

sekarang mempunyai anggota lebih dari 165

negara dan berkembang di Indonesia sejak

tahun 1970.Taekwondo mengembangkan

komponen-komponen biomotor yang sangat

berguna bagi anggota yang latihan

rutin.Komponen biomotor tersebut antara

lain koordinasi, keterampilan, kecepatan,

fleksibilitas, kekuatan otot, keseimbangan,

postur, power, dan daya tahan (Tirtawirya,

2005).Sebuah hasil studi menunjukkan

bahwa praktek Taekwondo memiliki potensi

untuk menaikkan detak jantung yang cukup

untuk meningkatkan kebugaran

kardiorespirasi (Melhim, 2001). Menurut

Skelton (1991) Taekwondo dapat

meningkatkan kekuatan fisik, mengurangi

lemak tubuh, meningkatkan pengkondisian

kardiovaskular dan daya tahan,

meningkatkan keseimbangan dan koordinasi,

mengurangi stres, meningkatkan konsentrasi

dan fokus, meningkatkan kinerja dalam

pekerjaan seseorang, sekolah, atau

olahraga, menyediakan program terstruktur

dengan kemajuan dicapai tujuan, dan

meningkatkan disiplin diri dan percaya diri

(Bell & Chang, 2002).

Pieter & Toskovic mengatakan

bahwa dengan berlatih Taekwondo dengan

frekuensi, durasi, dan intensitas tertentu

akan memberikan manfaat bagi kebugaran

kardiorespiratory (Kordi et.al, 2009). Hong

menyatakan atlet Taekwondo tidak hanya

berlatih tentang kekuatan, tetapi juga melatih

komponen aerobic dan anaerobic pada

latihan rutinnya. Beberapa penelitian pada

Page 3: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

3

taekwondoin pria dan wanita usia 20 tahun

memiliki rata-rata VO2 max antara 54-61

ml/kg (Kordi et.al, 2009).

Populer nya Taekwondo sebagai

olah raga beladiri yang dipraktikan di pusat

kebugaran baik dalam lingkup nasional

maupun internasional, belum banyak

ditemui penelitian yang menjelaskan

hubungan antara Taekwondo dengan

kebugaran. Oleh karenanya seiring dengan

kemajuan ilmu di bidang keperawatan dan

kedokteran yang semakin pesat dimana

kebutuhan akan terpenuhinya tuntutan fisik,

fisiologi, biomekanik, nutrisi, latihan, dan

sebagainya yang secara umum bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup, maka

dipandang perlu untuk dilakukan penelitian

tentang hubungan olah raga Taekwondo

dengan kebugaran pada mahasiswa. Dengan

harapan bisa menjadi alternatif solusi

meningkatkan kebugaran yang

menyenangkan bagi mahasiswa.

Identifikasi masalah

Melhim (2001)

Taekwondo

memiliki potensi

untuk menaikkan

detak jantung yang

cukup untuk

meningkatkan

kebugaran

kardiorespirasi

Tirtawirya (2005)

Taekwondo

mengembangkan

komponen biomotor

antara lain koordinasi,

keterampilan, kecepatan,

fleksibilitas, kekuatan

otot, keseimbangan,

postur, power, dan daya

tahan

mahasiswa

Olah raga

Taekwondo

Peningkatan aktifitas fisik

Emosi tersalurkan

Kebugaran tubuh

Page 4: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat

kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga

Taekwondo di Universitas Airlangga?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Menjelaskan hubungan tingkat kebugaran

pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

di Universitas Airlangga.

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi kebugaran fisik pada

mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

dengan indikator VO2 max dan fitness

index.

2. Mengidentifikasi TTV pada mahasiswa

dengan olah raga Taekwondo.

3. Mengidentifikasi faktor yang

mempengaruhi kebugaran fisik mahasiswa

dengan olah raga Taekwondo.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini akan membantu

mengembangkan penelitian tentang peningkatan

kebugaran melalui olahraga Taekwondo dengan

proses latihan dan pembinaan mental. Sehingga

dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian

selanjutnya.

Manfaat praktis

1. Memberikan alternatif pilihan olah

raga yang menarik untuk

meningkatkan kebugaran tubuh.

2. Sebagai alternatif aktifitas dalam

bentuk kegiatan olahraga untuk

mengelola kebugaran mahasiswa

sehingga dapat meningkatkan kualitas

belajar.

3. Bagi club/institusi Taekwondo akan

memberikan nilai positif untuk

dikembangkan sebagai program

latihan peningkatan kebugaran bagi

mahasiswa

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep kebugaran

Pengertian kebugaran

Sumosardjuno mendefinisikan

kebugaran/kesegaran jasmani sebagai kemampuan

seseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasnya

sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa kelelahan

yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau

cadangan tenaga untuk menikmati waktu

senggangnya dan untuk keperluan - keperluan yang

mendadak (Suharjana & Purwanto, 2008).

Komponen kebugaran

Komponen-komponen kesegaran jasmani

menurut Roji (2002) meliputi beberapa hal

meliputi daya tahan jantung/peredaran darah dan

paru-paru,kemampuan adaptasi biokimia seperti

enzim-enzim dalam darah dan konsentrasi asam

laktat dalam plasma darah, bentuk tubuh,kekuatan

otot,tenaga ledak otot,daya tahan

otot,kecepatan,kelincahan,kelentukan,kecepatan

reaksi,koordinasi (Maselah, 2012)

Menurut Morehouse dan Miller dalam

Nurhasan, (2006) kesegaran/kebugaran jasmani

merupakan bagian dari total fitnes. Dalam total

fitnes terdapat beberapa komponen yaitu :

1. Anatomi fitness

Adalah hal yang sukar dapat

dikembangkan oleh karena untuk

pengembangannya harus dimulai sejak

masa pertumbuhan anak-anak, sehingga

akan memerlukan waktu yang sangat

banyak dan hasilnya sangat minim sekali,

karena kita akan terbentur pada faktor

heriditer yang tidak banyak dapat

dipengaruhi.

2. Physiological fitness (kesegaran jasmani)

Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan

fungsi fisiologisnya terhadap keadaan

lingkungan dan atau terhadap tugas fisik

yang memerlukan kerja otot secara :

efisien, tak mengalami kelelahan yang

berlebihan, telah memperoleh yang

sempurna sebelum datangnya tugas-tugas

pada hari berikutnya. Psychological

fitness adalah suatu kemampuan untuk

melakukan tugas tertentu yang

memerlukan usaha otot. Sistem otot dan

persyarafan merupakan hal yang lebih

primer, karena untuk kerja dapat

ditampilkan melalui perkembangannya

kerja kelompok otot-otot besar yang

didukung oleh syaraf. Sedang sistem

jantung, paru-paru dan peredaran darah

merupakan kelompok sistem yang

mendukung dari kerja sistem primer otot-

otot dan persyarafan (Maselah, 2012).

Sedangkan komponen-komponen kesegaran

jasmani menurutSajoto (1995) terdiri dari :

1. Kekuatan (Strenght)

Komponen kondisi fisik seseorang

tentang kemampuannya dalam

Page 5: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

mempergunakan otot untuk menerima

beban sewaktu bekerja.

2. Daya tahan (Endurance)

Dalam hal ini dikenal dengan dua daya

tahan, yakni :

1) Daya tahan umum (general

endurance) kemampuan seseorang

dalam mempergunakan sistem

jantung paru-paru dan peredaran

darahnya secara efektif dan efisien

untuk menjalankan kerja terus

menerus yang melibatkan kontraksi

otot-otot dengan intensitas tinggi

dalam waktu yang cukup lama.

2) Daya tahan otot (local endurance)

adalah kemampuan seseorang dalam

menggunakan ototnya untuk

berkontraksi terus menerus dalam

waktu relatif lama dengan beban

tertentu.

3. Daya otot (Muscular power)

Kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kekuatan maksimum

yang dikerahkan dalam waktu yang

sependek-pendeknya. Dapat dinyatakan

bahwa daya ledak otot = kekuatan(force)

x kecepatan (felocity). Seperti dalam

lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain

yang bersifat eksplusif.

4. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan seseorang

untuk mengerjakan gerakan keseimbangan

dalam bentuk yang sama dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya seperti dalam

lari cepat, pukulan dalam tinju, balap

sepeda, panahan dan lain-lain.Dalam hal

ini ada kecepatan gerak dan kecepatan

eksplusif.

5. Daya lentur (Fleksibility).

Kelenturan adalah aktifitas seseorang

dalam menyesuaikan diri untuk segala

aktifitas dengan penguluran tubuh yang

luas. Hal ini akan mudah ditandai

dengan tingkat fleksibilitas pada seluruh

tubuh.

6. Kelincahan (agility)

Kelincahan adalah kemampuan

seseorang mengubah posisi diarea

tertentu. Seseorang yang mampu

mengubah satu posisi yang berbeda

dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi

yang baik, berarti kelincahannya cukup

baik.

7. Koordinasi (coordination)

Adalah kemampuan seseorang

mengintegrasikan bermacam-macam

gerakan yang berbeda kedalam pola

gerakan tunggal secara efektif.

8. Keseimbangan ( balance )

Kemampuan seseorang untuk

mengendalikan organ-organ syaraf otot,

seperti dalam hand-stand atau dalam

mencapai keseimbangan sewaktu

seseorang sedang berjalan kemudian

terganggu(misalnya tergelincir dan lain-

lain).

9. Ketepatan ( accuracy )

Ketepatan adalah kemampuan seseorang

mengendalikan gerak-gerak bebas

terhadap suatu sasaran-sasaran, ini dapat

merupakan suatu jarak atau mungkin

suatu objek yang langsung yang harus

dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

10. Reaksi (reaction)

Reaksi adalah kemampuan seseorang

untuk segera bertindak secepatnya dalam

menghadapi rangsangan yang

ditimbulkan lewat indera, syaraf atau

feeling lainnya. Seperti dalam

mengantisipasi datangnya bola yang harus

ditangkap dan lain-lain. (Maselah, 2012)

Dari beberapa pendapat para ahli tentang

komponen-komponen kebugaran jasmani dapat

disimpulkan bahwa komponen-komponen

kebugaran jasmani terdiri dari: kekuatan otot, daya

tahan otot, kecepatan, kelincahan, koordinasi.

Pengukuran tingkat kebugaran

1. Nadi sewaktu istirahat

Potter & Perry (2005) menuliskan, nadi adalah

aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di

berbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan

indicator status sirkulasi.Sirkulasi merupakan

alat sel menerima dan membuang sampah yang

dihasilkan dari sisa metabolisme. Supaya sel

berfungsi normal, harus ada aliran darah yang

kontinyu dan dengan volume sesuai yang

didistribusikan darah menuju sel yang

membutuhkan nutrien (Marniyah, 2007).

Cara mengetahui tingkat kebugaran dan

mengukur kemajuan latihan adalah dengan

mengawasi kecepatan denyut jantung waktu

istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu

istirahat. Prinsipnya adalah semakin rendah

kecepatan nadi sewaktu istirahat, maka

semakin baik bentuk jantung (Marniyah, 2007)

.

Page 6: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Tabel 2.1 Hubungan antara umur, jenis kelamin, nadi istirahat bedasarkan tingkat latihan menurut Carol &

Smith (1992)

Nadi istirahat permenit

Umur (tahun) 20-29 30-39 40-49 50-59

Laki –laki

Sangat baik <60 <64 <66 <68

Baik 60-69 64-71 66-73 68-75

Sedang 70-85 72-81 74-79 76-91

Kurang >85 >87 >89 >91

Perempuan

Sangat baik <70 <72 <74 <76

Baik 70-77 72-79 74-81 76-83

Sedang 78-94 80-96 82-89 84-100

Kurang >94 >96 >98 >100

2. Tekanan darah

Potter & Perry (2005) menuliskan tekanan

darah sebagai kekuatan dinding arteri tubuh

oleh darah yang didorong dengan tekanan dari

jantung.Tekanan arteri darah adalah indikator

yang baik tentang kesehatan jantung

(Marniyah, 2007).

Potter & Perry (2005) juga menuliskan faktor

yang turut mempengaruhi tekanan darah

adalah genetic, usia, stres, dan gaya hidup.

Ansietas, nyeri, takut, dan stres emosi

menimbulkan stimulasi simpatik yang

meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah

jantung, dan ketahanan vaskuler perifer

sehingga meningkatkan tekanan darah

(Marniyah, 2007)

Tabel 2.2 Tekanan darah menurut WHO

Kategori Tekanan Darah

Sistol (mmHg)

Tekanan Darah

Diatol (mmHg)

Optimal

Normal

Normal-Tinggi

< 120

< 130

130-139

< 80

< 85

85-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)

Sub-group: perbatasan

140-159

140-149

90-99

90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi

(Isolated systolic hypertension)

Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

3. Frekuensi napas

Kelangsungan hidup manusia bergantung pada

kemampuan oksigen untuk mencapai sel tubuh,

dan sel mengeluarkan CO2.frekuensi, kedalaman,

dan irama napas menandakan kualitas dan

efisiensi ventilasi (Marniyah, 2007). Ventilasi

diatur oleh kadar O2 , CO2 dan konsentrasi ion H+

(pH) dalam darah (Potter & Perry, 2005).

Guyton & Hall (1997) mengatakan latihan fisik

yang berulang akan merangsang otak secara

progresif menjadi lebih mampu untuk

menghasilkan sinyal otak yang sesuai dan

dibutuhkan untuk mempertahankan faktor kimia

dalam darah pada nilai normalnya (Marniyah,

2007).

Pernapasan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah dengan olah raga

yang dapat meningkatkan frekuensi dan

kedalaman napas untuk memenuhi kebutuhan

tubuh dalam memenuhi O2.Frekuensi pernapasan

dihitung dengan mengobservasi inspirasi dan

ekspirasi penuh.Frekuensi normal pada orang

Page 7: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

dewasa adalah 12-20 kali/menit (potter & Perry,

2005).

Kebugaran juga dapat dinilai dengan melakukan

beberapa metode tes antara lain Harvard step test dan

tes lari 15 menit.

1. Harvard Step Test

Merupakan pengukuran kebugaran seseorang

berdasarkan kemampuan kardiovaskuler yang

dibuat melalui penelitian di Harvard USA.Tujuan

dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan

tubuh seseorang untuk menyesuaikan terhaddap

beban kerja dan nadi pulih asal dari kerja tersebut

(Sibson & Taylor, 2004).

Prosedur pelaksanaan Harvard Step Test

1. Subjek penelitian diminta berdiri

menghadap bangku/tangga setinggi 40 cm

untuk laki-laki dan 30 cm untuk perempuan.

2. Meminta responden untuk naik turun

bangku dengan posisi badan tegak sebanyak

30 kali naik dan turun selama 1 menit.

3. Siklus tersebut dilakukan terus menerus

sampai responden tidak kuat lagi, tetapi

tidak boleh lebih dari 5 menit pelaksaaan.

4. Segera setelah melakukan tes ini responden

diminta duduk, dan dihitung denyut nadinya

selama 30 detik setelah istirahat menit

pertama.

Interpretasi hasil

Denyut nadi dihitung setelah menit pertama

istirahat selama 30 detik, kemudian dimasukan dalam

rumus berikut (Gilang, 2007)

𝐹𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥

=lama naik turun bangku dalam detik x 100

5,5 x denyut nadi selama 30 detik

Standart nilai menurut Liebenson (2007):

>90 = baik sekali

80 – 89 = baik

65 – 79 = diatas rata-rata

55 – 64 = rata - rata

<55 = jelek

2. Tes lari 15 menit

Tes lari selama 15 menit merupakan salah

satu tes untuk mengetahui tingkat kebugaran

jasmani terutama daya tahan (endurance)

(Irwansyah, 2007).

Cara melakukan tes tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Sebelum tes, responden harus

melakukan pemanasan dan peregangan

yang cukup.

2. Setelah siap dan diberi aba-aba untuk

lari selama waktu 15 menit dan dicatat

waktunya.

3. Standar patokan untuk subjek yang

mampu melakukan lari sejauh 2500 m

dalam 15 menit adalah memiliki VO2

max = 39,00 ml/kg BB/menit.

4. Standar hitungan untuk lebih atau

kurang dari jarak 2500 adalah 1,22

ml/kg BB/menit untk tiap 100 meter.

5. Dapat juga menggunakan rumus :

VO2 max = kecepatan lari selama 15 menit – 133 x 0.172 + 33,3

Tabel 2.3 Tingkat kebugaran berdasarkan VO2 max seseorang dikutip dari buku Principles and Labs for Fitness

and Wellness 3th edition, 2010.

Jenis kelamin

Usia

Klasifikasi tingkat kebugaran

(berdasarkan VO2 max dalam ml/kg/mnt)

Jelek Cukup Rata-rata Baik Sangat baik

Laki – laki

< 29 < 24,9 25-33,9 34-43,9 44-52,9 > 53

30 – 39 < 22,9 23-30,9 31-41,9 42-49,9 >50

40 – 49 < 19,9 20-26,9 27-38,9 39-44,9 >45

50 – 59 < 17,9 18-24,9 25-37,9 38-42,9 >43

60 – 69 < 15,9 16-22,9 23-35,9 36-40,9 >41

>70 < 12,9 13-20,9 22-32,9 33-37,9 > 38

Perempuan

< 29 < 23,9 24-30,9 31-38,9 39-48,9 > 49

30 – 39 < 19,9 20-27,9 28-36,9 37-44,9 > 45

40 – 49 < 16,9 17-24,9 25-34,9 35-41,9 > 42

50 – 59 < 14,9 15-21,9 22-33,9 34-39,9 > 40

60 – 69 < 12,9 13-20,9 21-32,9 33-36,9 > 37

>70 < 11,9 12-19,9 20-30,9 31-34,9 > 35

Konsep Olahraga

Pengertian Olahraga

Olahraga adalah aktivitas fisik yang

terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan

memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani

(Adiwinanto, 2008). Sedangkan dalam deklarasi

international council of sport and physical Education

tentang olahraga dinyatakan bahwa olahraga adalah

setiap kegiatan fisik yang bersifat permainan dan yang

beruoa oerjuangan terhadap diri sendiri atau orang

lain atau terhadap kekuatan-kekuatan alam tertentu

(Darmayanti, 2007).

Page 8: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Adapun konsep olahraga kesehatan adalah

padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10 - 30 menit

tanpa henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah

dan fisiologis (bermanfaat dan aman). Massal adalah

ajang silaturahmi, ajang pencerahan stres, ajang

komunikasi sosial. Jadi olahraga kesehatan membuat

manusia menjadi sehat jasmani, rohani dan sosial,

yaitu sehat seutuhnya sesuai konsep sehat WHO.

Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10

– 30 menit) dan cukup intensitasnya (Suryanto, 2011).

Ruang lingkup Olahraga

Menurut UU RI No.3 Tahun 2005 BabVI,

Pasal 17 tentang sistem keolahragaan nasional

dijelaskan bahwa “Ruang lingkup olahraga meliputi

kegiatan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan

olahraga prestasi, olahraga.”

Penjelasan lebih lanjut terkait ruang lingkup

olahraga secara jelas termaklumat pada UU RI No.3

Tahun 2005 Bab I, Pasal 1, ayat 11, 12, 13, 14, 15 dan

16 tentang sistem keolahragaan nasional, yaitu :

1. Olahraga pendidikan adalah pendidikan

jasmani dan olahraga yang dilaksanakan

sebagai bagian proses pendidikan yang

teratur dan berkelanjutan untuk

memperoleh pengetahuan, kepribadian,

keterampilan, kesehatan, dan kebugaran

jasmani.

2. Olahraga rekreasi adalah olahraga

yang dilakukan oleh masyarakat

dengan kegemaran dan kemampuan

yang tumbuh dan berkembang sesuai

dengan kondisi dan nilai budaya

masyarakat setempat untuk kesehatan,

kebugaran, dan kegembiraan.

3. Olahraga prestasi adalah olahraga yang

membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana,

berjenjang, dan berkelanjutan melalui

kompetisi untuk mencapai prestasi

dengan dukungan ilmu pengetahuan dan

teknologi keolahragaan

4. Olahraga amatir adalah olahraga yang

dilakukan atas dasar kecintaan atau

kegemaran berolahraga.

5. Olahraga profesional adalah olahraga

yang dilakukan untuk memperoleh

pendapatan dalam bentuk uang atau

bentuk lain yang didasarkan atas

kemahiran berolahraga.

6. Olahraga penyandang cacat adalah

olahraga yang khusus dilakukan sesuai

dengan kondisi kelainan fisik dan/atau

mental seseorang.

Manfaat Olahraga

Moelok menjelaskan manfaat olahraga dapat

diukur dengan “double product”, yaitu frekuensi

denyut jantung dan tekanan sistolik.Latihan dapat

menurunkan frekuensi denyut jantung, nadi dan

tekanan darah, sehingga merupakan peningkatan

efisiensi jantung dalam melakukan olahraga. Manfaat

lainnya adalah memperbaiki fungsi paru, penurunan

kolesterol, trigliserida dan kadar gula darah pada

penderita diabetes mellitus, menurunkan berat badan,

dan menambah kesegaran jasmani dan rohani

(Darmayanti, 2007).

Supandi menjelaskan beberapa manfaat

olahraga antara lain:

1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung,

pembuluh darah dan paru yang ditandai

dengan

1) Denyut nadi istirahat menurun.

2) Isi sekuncup bertambah.

3) Penumpukan asam laktat berkurang.

4) Meningkatkan pembuluh darah

kolateral.

2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan

tulang.

3. Meningkatkan kelenturan tubuh sehingga

tidak mudah cedera.

4. Meningkatkan metabolisme tubuh.

5. Mengurangi resiko terjadinya penyakit

seperti

1) Tekanan darah tinggi.

2) Jantung koroner dengan menambah

HDL dan mengurangi lemak.

6. Meningkatkan aktifitas sistem kekebalan

tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan

pengaturan kekebalan tubuh (Tarmin, 2011).

Syarat Olahraga Yang Baik

Olahraga yang baik dapat mempengaruhi

hal-hal sebagai berikut :

1. Memperlambat degenerasi karena perubahan

usia.

2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan

jasmani dalam kehidupan (adaptasi).

3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga

cadangan dalam fungsinya terhadap

bertambahnya tuntutan, misalnya sakit

(Darmayanti, 2007).

Macam Latihan Fisik

1. Latihan Aerobik

Latihan aerobik membuat otot – otot tubuh yang

besar bekerja, terutama otot -otot dari tungkai

atau latihan dapat dilakukan terus – menerus,

diulang dengan intensitas yang cukup tinggi

dengan menggunakan oksigen dan

energi.Contoh dari latihan aerobik adalah

berjalan, jogging, berenang, loncat tali, menari

dan permainan dengan bola dan raket.

2. Latihan Kalestenik

Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan

kekuatan, ketahanan, dan kelenturan sendi dan

otot. Contoh dari latihan ini adalah melambaikan

tangan, menyentuh jari-jari kaki, memutar

pinggang, taekwondo, Tai Chi, push-up, dan sit-

up

3. Latihan Relaksasi

Merupakan gerakan terkendali dan latihan

pernafasan.Bila dilakukan dengan benar, latihan

Page 9: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

ini dapat meningkatkan tonus dan kelenturan otot

dan meningkatkan kebugaran kardio-respirator.

4. Latihan Anaerobik

Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan

kekuatan otot, ketahanan otot, tenaga otot dan

kapasitas anaerobik.Contoh dari latihan ini adalah

lari cepat jarak pendek, angkat beban dan latihan

– latihan isometrik (Darmayanti, 2007).

Konsep Taekwondo

Pengertian Taekwondo

Yoyok Suryadi mendefinisikan Taekwondo

adalah seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni

beladiri yang menggunakan teknik kaki dan

tangan kosong. Taekwondo adalah olahraga

beladiri Korea yang populer dan juga merupakan

olahraga Nasional Korea (Rasyono, Rahayu, &

Soegiyanto, 2012).

Taekwondo merupakan cabang olahraga

beladiri yang menggunakan tangan, kaki dengan

disiplin diri, sehingga taekwondo bermanfaat besar

dalam kehidupan bermasyarakat (Tirtawirya, 2005).

Taekwondo berasal dari Korea dan bermarkas besar

di Kukkiwon seoul Korea, sekarang mempunyai

anggota lebih dari 165 negara dan berkembang di

Indonesia sekitar tahun 1970. Taekwondo

mengembangkan komponen-komponen biomotor

yang sangat berguna bagi para anggota taekwondo

yang latihan rutin. Komponen-komponen biomotor

yang dikembangkan cabang olahraga Taekwodo

antara lain koordinasi, keterampilan, kecepatan,

fleksibilitas,kekuatan otot, keseimbangan, postur,

power, daya tahan. Taekwondo yang cenderung

sebagai olah raga fisik secara psikologis sangat

berperan dalam proses pelatihan maupun dalam

kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan

psikologis ada dua hal yang diberikan saat belajar

taekwondo, yaitu moral dan mental (Tirtawirya,

2005).

Sejarah Taekwondo di Indonesia

Taekwondo mulai berkembang di Indonesia

pada tahun 1970-an, dimulai oleh aliran Taekwondo

yang berafiliasi ke ITF (International Taekwondo

Federation) yang pada waktu itu bermarkas di

Toronto Kanada dan dipelopori oleh

GenChoHonHi. Kemudian berkembang juga aliran

Taekwondo yang berafiliasi ke WTF yang berpusat

di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dengan presider

Dr. Un Yong Kim. Pada 28 Maret 19 musyawarah

nasional Taekwondo berhasil menyatukan kedua

pihak dan berubah menjadi Taekwondo Indonesia

yang berkiblat WTF dan dipimpin oleh Leo

Lopolisa, dan kini Taekwondo Indonesia telah

berkembang di seluruh propinsi Indonesia (Bassa,

2009).

Tirtawirya (2005) menjelaskan Taekwondo

adalah suatu ungkapan fisik dari kehendak manusia

untuk survival dan suatu aktivitas untuk memenuhi

keinginan rohani dari seorang laki-laki.Pada

dasarnya semua tindakan dalam taekwondo

dikembangkan dari naluri manusia untuk pertahanan

diri diperkuat dengan unsur yang positif, dan pada

akhimya menjangkau status yang absolut untuk

mengalahkan ego dan tiba pada suatu

kesempurnaan.Taekwondo mempunyai sejarah yang

sangat panjang seiring dengan perjaranan sejarah

bangsa Korea.Sebutan Taekwondo sendiri baru

dikenal sejak tahun 1954, yang merupakan

modifikasi dan penyempumaan dari berbagai

beladiri tradisional Korea. Seiring dengan

kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep

baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit.

Banyak para ahli seni beladiri mendirikan

sekolah/perguruan beladiri. Dengan meningkatnya

populasi dan hubungan kerjasama yang baik antar

perguruan beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan

berbagai nama seni beladiri Korea dengan sebutan

Taekwondo pada tahun 1954. Pada tanggal 16

September 1961 sempat berubah menjadi Taesodo

namun kembali menjadi Taekwondo dengan

organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo

Associacion (KTA) pada tanggal 5 Agustus 1965,

dan menjadi anggota Korean Sport Council, dan

pada era tahun 1965 sampai 1970-an, KTA banyak

menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan

demonstrasi untuk berbagai kalangan pada skala

nasional.

Taekwondo berkembang dan menyebar

diberbagai kalangan, hingga diakui sebagai

disiplin/program resmi oleh pertahanan nasional

Korea, menjadi olahraga wajib bagi tentara dan

polisi.Tentara Korea yang berpartisipasi dalam

perang Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, saat

itulah Taekwondo mendapatkan perhatian besar

dunia.Nilai lebih ini menjadikan Taekwondo

dinyatakan sebagai olahraga nasional di Korea.Pada

tahun 1972, Kukkiwon didirikan, sebagai markas

besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi

pengembangan Taekwondo ke seluruh

dunia.Kejuaran dunia yang petama diadakan pada

tahun 1973 di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dan

hingga sampai saat ini kejuaraan dunia rutin

dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Untuk

meningkatkan kualitas Instruktur Taekwondo di

seluruh dunia, Kukkiwon membuka Taekwondo

Academy, mulai tahun 1998 telah membuka

Program pelatihannya bagi instruktur Taekwondo

dari seluruh dunia. Kukkiwon, sebagai markas besar

Taekwondo dunia, pusat penelitian dan

pengembangan Taekwondo, pelatihan para

instruktur, dan sekretariat promosi ujian tingkat

intemasional.

Pada tanggal, 28 Mei 1973 didirikan The

World Taekwondo Federation (WTF), dan sekarang

mempunyai 156 negara anggota, Taekwondo telah

dipraktekkan oleh lebih dari 50 juta orang di seluruh

penjuru dunia, dan angka ini masih terus bertambah

Page 10: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

seiring perkembangan Taekwondo yang makin maju

dan populer, hingga sampai ke Indonesia dan

berkembang tahun 1970. Taekwondo telah

dipertandingkan diberbagai pertandingan baik

nasional maupun intemasional di seluruh dunia, dan

telah dipertandingkan sebagai ekshibisi pada

Olympic Games 1988 Seoul dan telah

dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di

Olympic Games 2000 Sydney (Tirtawirya, 2005).

Prinsip dasar Taekwondo

Secara umum Prof. Kyong Myong Lee

menjelaskan Taekwondo dibagi menjadi dua tipe

(latihan dan pertandingan) Taekwondo kontak yang

disebut sparring(untuk pertarungan) dan non kontak

atau poomse untuk latihan rutin (Suryadi,

2008).Poomse adalah kata Korea untuk

mendefinisikan bentuk/gerakan.Semua siswa

Taekwondo diwajibkan belajar memahami bentuk

tertentu. Sebagai siswa Taekwondo semua akan

belajar Poomse Taegeuk sebagai wujud paradigma

seni beladiri yang mengandung gerakan dari fisik

dan juga filosofi seni Taekwondo.

Secara harfiah “Tae” adalah besar dan

“Geuk” berarti keabadian yang menunjukan

Taegeuk adalah sebagai keabadian besar.Terdapat 8

bentuk Taegeuk yang bermakna prinsip dasar

orientasi. Delapan bentuk tersebut berasal dari

kekuatan alam semesta “ Yin dan Yang”. Yin adalah

kekuatan kreatif utama dan “Yang” adalah penerima

kekuasaan utama. Setiap kombinasi taegeuk

diwakili oleh simbol yang disebut trigram, disebut

demikian karena mengandung tiga baris. Delapan

trigram tersebut diatur dalam lingkaran Yin dan

Yang dan membentuk kutub yang mewakili alam

semesta.

Keuntungan belajar Taekwondo

Manfaat belajar taekwondo tidak sekedar

untuk menjadi atlet kyorugi tetapi akan

memberikan rasa aman pada orang yang

menguasai ilmu bela diri. Menguasai ilmu bela

diri taekwondo berarti mempunyaipertahanan

diri menggunakan tangan kosong yang sewaktu-

waktu dapat digunakan dalam keadaan darurat

untuk mengamankan diri.Mempunyai keahlian

bela diri seperti membawa senjata yang bisa

dibawa ke mana-mana.Selain sebagai ilmu bela

diri, latihan taekwondo juga membuat badan

menjadi sehat. (Tirtawirya, 2005). Selain itu

ketika seseorang melakukan poomse, maka

dalam setiap gerakan akan dituntut untuk selalu

tenang dengan menyatukan pikiran (Suryadi,

2008).

Menurut Skelton (1991) Taekwondo dapat

meningkatkan kekuatan dan otot, mengurangi

lemak tubuh, meningkatkan pengkondisian

kardiovaskular dan daya tahan, meningkatkan

keseimbangan dan koordinasi, mengurangi stres,

meningkatkan konsentrasi dan fokus,

meningkatkan kinerja dalam pekerjaan

seseorang, sekolah, atau olahraga, menyediakan

program terstruktur dengan kemajuan

dicapai tujuan, dan meningkatkan disiplin diri

dan percaya diri (Bell & Chang, 2002).

Pieter & Toskovic mengatakan bahwa

dengan berlatih Taekwondo dengan frekuensi,

durasi, dan intensitas tertentu akan memberikan

manfaat bagi kebugaran kardiorespiratory(Kordi

et.al, 2009).

Hong menyatakan atlet Taekwondo tidak

hanya berlatih tentang kekuatan, tetapi juga

melatih komponen aerobic dan anaerobic pada

latihan rutinnya. Beberapa penelitian pada

taekwondoin pria dan wanita usia 20 tahun

memiliki rata-rata VO2 max antara 54-61 ml/kg

(Kordi et.al, 2009).

Peranan Taekwondo Bagi Manusia

Tirtawirya (2005) menjelaskan beberapa

manfaat dari belajar Taekwondo antara lain :

1. Pembinaan Fisik

Fisik manusia adalah tubuh, seandainya tubuh

tidak pernah dirawat dan dikembangkan maka tubuh

tidak akan menjadi baik. Supaya tubuh menjadi baik

dan sehat maka tubuh harus dirawat, untuk bisa

berkembang dengan baik maka perlu adanya

perlakuan atau aktifitas yang baik. Perawatan tubuh

yang baik banyak macamnya, antara lain dengan

olahraga taekwondo. Taekwondo merupakan olahraga

beladiri yang mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan beberapa komponen biomotorik

yang baik dalam tubuh manusia yaitu

1) Kekuatan otot

2) Kecepatan

3) Power

4) Keseimbangan

5) Feksibilitas

6) Daya tahan

7) Ketrampilan gerak .

Kekuatan otot merupakan keadaan tubuh mampu

mengatasi beban dalam jumlah tertentu.Kondisi tubuh

harus cukup kuat jika sedang melakukan pertarungan,

sebab cedera patah tulang, terkilir atau yang lainnya

bisa terjadi jika otot tidak cukup kuat.oleh karena itu

dalam latihan taekwondo selalu diberikan latihan fisik

berupa kekuatan. Latihan kekuatan dalam taekwondo

misalnya push-up, sit-up, back-up, leg press, dan lain-

lain.Latihan kekuatan ini tidak harus dengan alat

tetapi bisa berpasangan dengan teman.

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan

tendangan dalam waktu yang sesingkat mungkin,

kecepatan merupakan komponen yang sangat penting

dalam pertarungan taekwondo.

Power adalah hasil kali antara kekuatan dan

kecepatan, sehingga jika tungkai mempunyai power

yang bagus, tentu saja jika melakukan tendangan

Page 11: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

hasilnya akan relatif kuat dan cepat. Latihan power

dalam olahraga taekwondo banyak menggunakan

plyometric, misalnya lompat-lompat, naik turun

tangga, drill nare chagi dan lain-lain.

Daya tahan adalah kemampuan tubuh untuk

melakukan aktifitas baik aerobik maupun anaerobik

dalam waktu yang cukup lama.Fleksibilitas adalah

kondisi otot dan sendi yang mampu melakukan

gerakan seluas-luasnya.Fleksibilitas ini penting karena

angka terbanyak didapatkan jika seorang atlet dapat

melakukan tendangan dan mengenai kepala

lawanya.Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk

melakukan beberapa aktifitas dalam waktu yang

relatif bersama-sama. Latihan koordinasi dalam

olahraga taekwondo misalnya tendang dolyo cagi

dengan dua kaki bergantian ditambah langkah,

mengangkat satu lutut setinggi rata-rata air sambil

gerak ke depan, dan lain-lain. Latihan ini dilakukan

saat latihan teknik, cara ini dilakukan supaya

taekwondoin mempunyai koordinasi yang bagus.

Dengan koordinasi bagus maka keterampilan gerak,

kelincahan dan keseimbangan bisa terbentuk.

Olahraga taekwondo sebagai olahraga bela diri

yang mengandalkan fisik saat bertanding tidak akan

bisa berprestasi dengan baik jika kondisi fisik tidak

dilatih secara benar dan kontinyu.

2. Pembinaan Psikis

Taekwondo mengurangi ketegangan, Secara

sosial bisa diterima fisik, pengendalian dari agresi

untuk permusuhan. Suatu kepercayaan bahwa

kegiatan fisik secara teratur akan mencegah penyakit

dan degenerasi, memperbaiki kesehatan dan

memperpanjang hidup sampai tua sebagai layaknya

manusia itu sendiri. Kenyataan itu diyakini oleh

masyarakat dan sudah menjadi hal yang sangat lazim,

bahwa berolahraga itu sehat.Olahraga yang sehat

tentunya perlu adanya keteraturan dan penyesuaian

dosis dari latihan itu. Olahraga yang positif

hendaknya dilakukan dengan senang atas keinginan

sendiri, karena secara psikologis jika orang

berolahraga dengan terpaksa maka hasilnya tidak akan

baik.

Sabuk yang dipakai dalam olahraga taekwondo

dari dasar sampai tingkatan “DAN” berbeda-beda dan

itu menunjukkan tingkat kemampuan

Taekwondoin.Warna sabuknya adalah putih, kuning,

hijau, biru, merah dan hitam.Setiap tingkatan sabuk

mempunyai materi latihan yang berbeda-beda dan itu

merupakan materi latihan yang

berkesinambungan.Dedikasi mencapai suatu tujuan

dan prestasi menyangkut tujuan untuk meningkatkan

gambaran diri seseorang dan pengertian seseorang

dari harga diri.

3. Nilai Moral

Taekwondo mempromosikan karakter baik dan

suatu sikap yang tidak kejam dengan pengajaran

kehormatan, kerendahan hati, integritas, rasa tormat

untuk orang lain, kepercayaan diri dan keberanian.

4. Nilai Mental

Taekwondo belajar detasemen dan konsentrasi

yang dipusatkan dari pengacauan.Ada keindahan dan

saling menghormati dalam menguasai dan

mengendalikan badan serta pikiran seseorang saat

aktifitas.Keseluruhan sikap menjadi satu-satunya

pertimbangan yang paling utama ketika mulai belajar

taekwondo.

Berikut ini beberapa hal yang akan didapatkan

saat belajar Taekwondo sebagai upaya pematangan

mental :

1) Mengenal Diri

Keberanian untuk bertarung dalam olahraga

taekwondo tidak dimiliki oleh semua

taekwondoin, baik yang sabuk rendah

maupun tingkat DAN.Untuk mempunyai

keberanian Taekwondoin harus mempunyai

modal yang cukup, artinya bahwa seorang

yang berani bertanding bisa karena

mempunyai mental bawaan yang pemberani,

atau siap dari segi fisik, teknik, taktik dan

kematangan bertanding.Untuk menjadi

berani seseorang harus dapat mengenali siapa

diri sendiri. Taekwondo akan mengajarkan

bagaimana mengenal diri sendiri.

2) Menghadapi stres

Stres adalah keadaan yang tidak nyaman

yang harus diatasi. Kenyataanya itu

merupakan hal yang sangat manusiawi yang

sering dihadapi oleh seseorang. Dalam

berlatih Taekwondo seseorang akan belajar

untuk mengelola stresnya sendiri melalui

kontrol diri saat bertarung.

Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah

mahasiswa anggota UKM Taekwondo Universitas

Airlangga. Anggota terdaftar per 1 januari 2013

adalah sejumlah 200 mahasiswa, namun peneliti akan

mengambil populasi terjangkau yaitu anggota yang

sudah mencapai tingkatan sabuk hijau atau lebih

tinggi. Hal ini dimaksudkan karena anggota yang

berada dibawah tingkatan tersebut masih memiliki

porsi latihan yang ringan. Selain itu terdapat juga

anggota yang tidak aktif dalam latihan rutinnya,

sehingga dimungkinkan kurangnya akurasi data yang

diambil. Adapun populasi terjangkau dalam penelitian

ini adalah sejumlah 25 responden.

Sampel

Sampel yang diambil oleh peneliti adalah

mahasiswa yang memenuhi kriteria tertentu, antara

lain

Kriteria Inklusi :

1. Anggota UKM Taekwondo yang sudah mencapai

tingkatan sabuk hijau atau lebih tinggi dan

memulai latihan Taekwondo di Universitas

Airlangga.

Page 12: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

21 tahun

420%

20 tahun

735%

22 tahun

420%

19 tahun

420%

24 tahun

15%

laki-laki60%

perempuan

40%

3 tahun30%

2 tahun60%

5 tahun5%

1 tahun5%

2. Mahasiswa yang sudah berlatih Taekwondo

minimal satu tahun terakhir. Dalam hal ini,

subjek yang diambil melakukan latihan

taekwondo berupa gerakan poomsae sekurangnya

sekali dalam seminggu selama 3 bulan berturut-

turut, dengan durasi 90 menit di setiap latihannya.

3. Mahasiswa dengan usia 18 – 25 tahun.

4. Anggota bukan sebagai pelatih.

Kriteria Eksklusi :

1. Anggota yang melakukan aktifitas olah raga

selain Taekwondo secara rutin dalam hal ini

melakukan olah raga diluar Taekwondo lebih dari

satu kali dalam seminggu.

2. Mahasiswa yang mempunyai kelainan jantung

bawaan dan penyakit pernapasan (asma, ISPA)

baik akut maupun kronis.

3. Anggota yang merupakan atlet profesional.

Adapun besar sampel pada penelitian ini yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah

sejumlah 20 responden

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Student Center

Kampus C Universitas Airlangga pada tanggal 7-15

Mei 2013.

Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan

instrumen berupa observasi dan tes fisik untuk

mengetahui variabel dependen yaitu kebugaran pada

mahasiswa.Instrumen yang dirancang oleh peneliti

adalah menggunakan 2 tes yaitu HST (Harvard Step

Test) dan Tes lari 15 menit. Dari tes tersebut peneliti

akan mendapatkan nilai indeks kebugaran seseorang

dan juga nilai VO2 max responden sebagai tolok ukur

kebugaran.

Hasil penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian

UKM Taekwondo Universitas Airlangga

merupakan salah satu dari 7 UKM beladiri yang

dikembangkan di UNAIR. UKM ini didirikan sejak

31 tahun yang lalu oleh beberapa sabeumnim sabuk

hitam, yang merupakan pelopor dari pengenalan

Taekwondo di Universitas Airlangga. UKM ini

awalnya bermarkas di student center kampus B

Universitas Airlangga yang pada tahun 2010

dipindahkan ke kampus C menempati gedung baru

sekretariat kampus C Universitas Airlangga

Jl.Mulyorejo, Surabaya. Setiap tahunnya UKM ini

melakukan rekrutmen anggota yang dalam 5 tahun

terakhir merupakan UKM dengan peminat tertinggi

daripada UKM lainnya dengan jumlah pendaftar lebih

dari 200 peserta.

Data umum

1. Hasil observasi responden berdasarkan usia

Gambar 5. 1 Karakteristik responden penelitian di

student center universitas airlangga berdasarkan usia

Dari diagram dapat dilihat dari 20 responden jumlah

subjek terbanyak adalah usia 20 tahun 35%.

2. Hasil observasi responden berdasarkan

jenis kelamin

Gambar 5. 2 Karakteristik responden penelitian di

student center Universitas Airlangga berdasarkan

jenis kelamin

Diagram 5.2 menunjukan jumlah responden

terbanyak adalah laki-laki 60%.

3. Hasil observasi responden berdasarkan

lamanya berlatih Taekwondo

Gambar 5. 3 Karakteristik responden penelitian di

student center Universitas Airlangga berdasarkan

lamanya telah berlatih

Diagram 5.3 menunjukan mayoritas responden

dalam penelitian ini sudah berlatih Taekwondo selama

2 tahun yaitu sebanyak 60%.

Page 13: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Data khusus

Tabel 5. 1 Hasil observasi VO2 max responden

tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga

Taekwondo di Universitas Airlangga

Interpretasi

nilai VO2 max

Jenis kelamin

% L P

Sangat baik 0 0 0 0%

Baik 9 3 12 60%

Diatas rata-rata 3 5 8 40%

N 12 8 20 100%

p = 0,006

Dari tabel menunjukan VO2 max responden

penelitian mayoritas berada pada level baik, sebagian

kecil pada level diatas rata-rata. Level terendah paling

banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan.

Tabel 5. 2 Hasil observasi VO2 max responden

tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga

Taekwondo di Universitas Airlangga

Interpretasi

nilai VO2 max

Lama latihan

(tahun)

%

1 2 3 5

Sangat baik 0 0 0 0 0 10%

Baik 0 6 5 1 12 85%

Diatas rata-rata 1 6 1 0 8 5%

N 20 100%

p = 0,569

Dari tabel menunjukan indeks kebugaran

responden penelitian mayoritas berada pada level baik,

sebagian kecil pada level sangat baik dan diatas rata-

rata.

Tabel 5. 3 Hasil observasi indeks kebugaran

responden tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan

olah raga Taekwondo di Universitas Airlangga

Interpretasi

nilai indeks

kebugaran

Jenis kelamin

% L P

Sangat baik 2 0 2 10%

Baik 10 7 17 85%

Diatas rata-rata 0 1 1 5%

N 12 8 20 100%

p = 0,387

Dari tabel menunjukan VO2 max responden

penelitian mayoritas berada pada level baik, sebagian

kecil pada level diatas rata-rata.

Tabel 5. 4 Hasil observasi indeks kebugaran

responden tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan

olah raga Taekwondo di Universitas Airlangga

Interpretasi

nilai indeks

kebugaran

Lama latihan

(tahun)

%

1 2 3 5

Sangat baik 0 0 1 1 2 0%

Baik 0 12 5 0 17 60%

Diatas rata-rata 1 0 0 0 1 40%

N 20 100%

p = 0,036

Dari tabel menunjukan indeks kebugaran responden

penelitian mayoritas berada pada level baik, sebagian

kecil pada level sangat baik dan diatas rata-rata.

Tabel 5. 5 Hasil observasi tanda-tanda vital responden

tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga

Taekwondo di Universitas Airlangga

TTV (diukur saat responden tidak

latihan fisik)

∑ %

HR/

menit

<60 0 0%

60 – 80 20 100%

> 80 0 0%

RR/

menit

12 – 20 20 100%

>20 0 0%

TD

Sistole

<130 19 95%

130-139 1 5%

Distole

<85 20 100%

85-89 0 0%

Gambaran secara umum dari data diatas

adalah bahwa mayoritas pada responden penelitian

menunjukan nilai kebugaran pada level baik. Nilai

yang diteliti ditemukan pada level terendah adalah

pada responden perempuan yaitu pada level diatas

rata-rata. Tanda-tanda vital pada responden

menunjukan semuanya dalama batas normal

.

Page 14: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Pembahasan

Kebugaran fisik pada mahasiswa

dengan olahraga Taekwondo

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan

mayoritas kebugaran responden berada

pada level baik. Peneliti menggunakan

indikator VO2 max dan indeks

kebugaran untuk pengukuran dalam

penelitian ini.

Indikator pertama adalah VO2

max, merupakan pengukuran

kebugaran jasmani terutama daya

tahan. Nilai VO2 max menunjukan

efisiensi jantung dan sistem

pernapasan dalam mensuplai O2 dalam

tubuh seseorang (Irwansyah, 2007).

Hasilnya VO2 max terbanyak

ditemukan pada level baik. Level

terendah ditemukan pada perempuan

yaitu diatas rata-rata.

Dalam teorinya Kordi (2009) yang

menuliskan taekwondoin tidak hanya

berlatih tentang kekuatan, tetapi juga

melatih komponen aerobic dan

anaerobic pada latihan rutinnya, serta

baik pada pria dan wanita usia 20

tahun memiliki VO2 max yang berada

pada level sangat baik.

Namun menurut peneliti kondisi

ini masih belum tercapai sepenuhnya

dengan ditemukannya 40% responden

memiliki level diatas rata-rata. Faktor

yang bisa menyebabkan perbedaan

tersebut antara lain jenis kelamin,

dimana menurut Amstrong (2006)

bahwa VO2 max juga dipengaruhi jenis

kelamin, dan terbukti berada dalam

level terendah yaitu diatas rata-rata

adalah perempuan.

Indikator kedua adalah indeks

kebugaran responden, merupakan

pengukuran kebugaran seseorang

berdasarkan kemampuan

kardiovaskuler, yaitu dengan

mengukur kemampuan menyesuaikan

terhadap beban kerja dan nadi pulih

asal dari kerja tersebut (Sibson &

Taylor, 2004).

Hasilnya mayoritas responden

juga memiliki kebugaran baik,

sebagian kecil ditemukan pada level

sangat baik dan diatas rata-rata.

Darmayanti (2007) menjelaskan

manfaat dari olah raga adalah dapat

menurunkan tekanan darah, sehingga

meningkatkan efisiensi jantung.

Selain itu terdapat juga teori yang

menyatakan bahwa latihan

Taekwondo memiliki potensi yang

cukup untuk menaikan detak jantung

yang bermanfaat bagi kebugaran

kardiorespirasi (Melhim, 2001).

Terbukti dalam penelitian ini

bawa responden dilihat dari indeks

kebugaran memiliki level yang baik.

Level baik ditemukan terbanyak pada

responden yang sudah berlatih selama

2 tahun. Nilai ini berbeda bagi

responden lain yang lama latihan nya

kurang dari 2 tahun atau lebih.

Dari hasil penelitian yang

telah dilakukan menunjukan bahwa

secara umum semua responden

memiliki fisik yang bugar, meskipun

tingkatanya bervariasi tetapi tidak

ditemukan level kebugaran jelek pada

responden. Hal ini menunjukan bahwa

penelitian ini memperkuat teori yang

telah ada bahwa latihan Taekwondo

memberikan manfaat bagi kebugaran

seseorang.

Tanda-tanda vital pada mahasiswa

dengan olah raga Taekwondo

Hasil observasi yang diukur pada saat

responden tidak melakukan latihan fisik

dengan melihat pada denyut jantung,

frekuensi nafas serta tekanan darah

berdasarkan standard WHO, ditemukan

bahwa semua tanda-tanda vital pada

mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

dalam batas normal.

Nilai pertama yang diukur adalah

nadi responden. Cara mengetahui

tingkat kebugaran dan kemajuan

latihan adalah dengan mengawasi

denyut jantung, prinsipnya semakin

rendah kecepatan nadi (dalam

standard) maka semakin baik bentuk

jantung (Marniyah, 2007). Nadi

permenit yang ditemukan adalah

semuanya berada pada nilai 60-80

yang menunjukan nilai normal.

Nilai kedua adalah frekuensi

napas permenit. Pernapasan dapat

dipengaruhi beberapa faktor salah

satunya dengan olah raga fisik

(Marniyah, 2007). Frekuensi

pernapasan dihitung dengan

mengobservasi inspirasi dan ekspirasi

penuh. Dari penelitian menunjukan

semuanya memiliki frekuensi napas

pada 12-20 x/menit, dimana menurut

Potter & Perry (2005) nilai tersebut

menunjukan dalam batas normal.

Selanjutnya peneliti mengukur

tekanan darah responden, dimana

tekanan darah merupakan indikator

yang baik tentang kesehatan jantung

(Marniyah,2007). Dari observasi

ditemukan tekanan darah sistole

Page 15: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

<140mmHg, distole <90 mmHg. Hal

ini menunjukan kondisi fisik

responden yang baik. Dengan TTV

berada pada nilai normal tubuh

responden akan mampu bekerja

dengan baik tanpa mengalami keluhan

fisik dalam aktifitasnya.

Dari penelitian ini menunjukan

pada responden mahasiswa usia 18-25

tahun, terbukti bahwa latihan

Taekwondo dapat memberikan

manfaat yang baik bagi fisik

anggotanya.

Faktor yang berpengaruh terhadap

kebugaran fisik pada mahasiswa

dengan olah raga Taekwondo

Dari penelitian ini, menunjukan

bahwa mayoritas responden yang

diteliti kebugaran fisiknya berada pada

level baik, sebagian kecil juga

diemukan level sangat baik dan diatas

rata-rata. Meskipun terdapat variasi

tersebut namun tidak ada responden

dengan nilai jelek. Dengan indikator

VO2 max dan indeks kebugaran yang

mengukur dari komponen berbeda,

menurut peneliti terdapat faktor yang

mempengaruhi perbedaan nilai

masing-masing responden.

Faktor pertama adalah jenis

kelamin, dimana menurut Amstrong

(2006) VO2 max bisa juga dipengaruhi

jenis kelamin. Dalam penelitian ini

terdapat 40% responden memiliki level

kebugaran VO2 max diatas rata-rata.

Dari hasil tersebut menunjukan

responden terbanyak adalah dengan

jenis kelamin perempuan. Pada hasil

crosstab ditemukan nilai p = 0,006

dengan α=0,05. Nilai p=0,006 tersebut

memperkuat dugaan bahwa jenis

kelamin seseorang berpengaruh

terhadap nilai VO2 max yang berarti

mempengaruhi perbedaan kebugaran.

Faktor kedua menurut peneliti

adalah lamanya responden telah

berlatih. Hal ini berdasarkan nilai

indeks kebugaran responden yang

menunjukan mayoritas responden yang

berlatih 2 tahun memiliki kebugaran

yang baik. Nilai lain pada responden

dengan lama latihan berbeda

menunjukan nilai indeks kebugaran

yang berbeda pula. Mukholid (2007)

menyebutkan bahwa program latihan

fisik dalam olah raga perlu juga

memperhatian lamanya latihan. Pieter

& Toskovic (2004) mengatakan bahwa

dengan berlatih Taekwondo pada

durasi dan intensitas tertentu akan

bermanfaat bagi kebugaran

kardiorespiratory (Kordi, 2009). Pada

hasil crosstab lama latihan dengan nilai

indeks kebugaran didapatkan p=0,036

dengan α=0,05. Nilai p=0,036 tersebut

memperkuat dugaan bahwa lamanya

latihan responden berpengaruh

terhadap nilai indeks kebugaran yang

berarti mempengaruhi perbedaan

kebugaran seseorang.

Dari hasil analisa menunjukan bahwa level

kebugaran pada responden penelitian tingkat

kebugaran pada mahsiswa dengan olah raga

Taekwondo di Universitas Airlangga, bisa

dipengaruhi oleh factor jenis kelamin dan lamanya

responden tersebut sudah berlatih Taekwondo.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kebugaran fisik pada mahasiswa dengan

olahraga Taekwondo di Universitas Airlangga

menunjukan level baik. Tanda-tanda vital pada

mahasiswa yang melakukan olah raga

Taekwondo menunjukan semuanya dalam batas

normal. Penelitian ini menunjukan bahwa

dengan latihan Taekwondo pada durasi dan

intensitas tertentu akan mampu memberikan

manfaat bagi kebugaran anggotanya.

6.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Agar mengembangkan penelitian ini di

Indonesia umumnya dengan sasaran

responden yang lebih besar dan pada

jenjang usia yang berbeda.

Peneliti mampu menjelaskan manfaat

jangka pendek berlatih Taekwondo dengan

harapan bisa menarik minat seseorang

dalam melakukan olahraga dengan waktu

singkat.

2. Bagi institusi pendidikan (PSIK FKp

Unair)

Mengenalkan kegiatan olah raga ini

melalui organisasi mahasiswa guna

memberikan wawasan tentang alternatif

kegiatan untuk menjaga kebugaran tubuh.

Berkembangnya dunia kesehatan

khususnya keperawatan, perawat mampu

mengembangkan kemampuannya di bidang

kesehatan dengan memberikan alternatif

kegiatan dalam bentuk olah raga untuk

kesehatan.

Page 16: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

3. Bagi klub terkait

Karena telah terbukti menunjukan hasil

yang baik bagi kebugaran anggotanya pada

usia 18-25, melihat banyaknya anggota

yang masuk setiap tahunnya, UKM

diharapkan memberikan informasi pada

anggota baru tentang manfaat olah raga ini

dengan harapan lebih banyak anggota yang

aktif berlatih.

Daftar Pustaka

Adiwinanto, W. (2008). Pengaruh Olahraga di

Sekolah terhadap Indeks Masa tubh dan

Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi

Pada Remaja Obesitas. Semarang:

Tesis Universitas Diponegoro.

Amstrong, N. (2006). Aerobic fitness of childreen

and adolescent. Jornal de Pediatria ,

82.

Anggrawati, H. (2009). The corelation between

physical fitness and study performance

in high school students after 1200 M

run. media majalah ilmu faal Indonesia

vol.9 no.1 , 1.

Ariana, A. (2006). Efektifitas terapi humor terhadap

penurunan tingkat stres pada

mahasiswa baru. Surabaya: Fakultas

Psikologi Universitas Airlangga.

Bassa, A. M. (2009). Hubungan Motivasi

Berprestasi Dengan Pengambilan

Keputusan pada Anggota UKM

Taekwondo UIN Malik Ibrahim

Malang. Skripsi , 48.

Bell, R. C., & Chang, C. M. (2002). The exploration

of Taekwondo training on personality

traits. the sport journal vol.5 no.3 , 1.

Daldiyono. (2009). How to be a succesful student

(buku panduan untuk menjadi sarjana

yang sadar dan berpikir). jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Darmayanti, S. (2007). Pengaruh Latihan Tai Chi

Chuan Terhadap Peningkatan

Kebugaran Pada Manula. Skripsi , 20.

Effendy, N. (1998). Keperawatan kesehatan

masyarakat. Jakarta: EGC.

Gilang, M. (2007). Pendidikan jasmani, olahraga

dan kesehatan. Bandung: Ganeca exact.

Hoeger, W. W., & Hoeger, S. A. (2010). Principles

and labs for fitness and wellness 3th

edition. United States of America:

Yolanda Cossio.

Indarjo, S. (2009). Kesehatan jiwa remaja.

Journal.Unnes , 49 - 54.

Indrawagita, L. (2009). Hubungan status gizi,

aktifitas fisik, dan asupan gizi dengan

kebuigaran pada mahasiswi FKMUI

2009. Skripsi , 1-2.

Irfan, M. (2011). Pedoman olahraga yang

menyehatkan. Unimed Journal vol.17

no.65 .

Irwansyah. (2007). Pendidikan jasmani, olahraga

dan kesehatan. Bandung: PT. Grafindo

Media Pratama.

Kim, J. W. (2010). Taekwondo Student manual.

South Yosemite Street:

www.jwkimtkd.com.

Knoers, F.J, M., & Haditono, S. (2001). Psikologi

Perkembangan : Pengantar dalam

berbagai Bagiannya. In F. M. Monk,

Psikologi Perkembangan : Pengantar

dalam Berbagai Bagiannya (pp. 260-

262). yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Kordi, R. e. (2009). Combat sport medicine. New

Jersey: Springer.

Marniyah. (2007). Pengaruh senam yoga terhadap

peningkatan kebugaran pada lansia.

Skripsi , 23-25.

Maselah, M. (2012). Pengaruh permainan

tradisional terhadap siswa putra kelas 5

SD negeri sidoagung magelang. Tesis ,

9-13.

Page 17: Artikel jurnal tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan olah raga Taekwondo

Melhim, A. F. (2001). Aerobic and anaerobic power

responses to the practice of Taekwondo.

Brj. sport Med. volume.35 , 231-234.

Mukholid, A. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga

dan kesehatan. Jakarta: Yudhistira.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian

kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rasyono, Rahayu, T., & Soegiyanto. (2012). Model

Extracurricular Taekwondo For A Basic

Of Talent Scouting Athletes. Journal of

Physical Education and Sports , 2.

Saqurin, A. (2013). Tingkat kebugaran pada

mahasiswa dengan olah raga

Taekwondo di Universitas Airlangga.

Surabaya: Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga.

Sibson, A., & Taylor, J. (2004). Sport examined.

London: United Kingdom.

Siregar, Y. I. (2010). Peranan kebugaran jasmani

dalam meningkatkan kinerja. Unimed

Journal Vol.16 No.60 Thn.XVI , 77 - 83.

Suharjana, F., & Purwanto, h. (2008). Kebugaran

jasmani D2 PGSD penjas FIK UNY.

JPJI vol.5, no.2 , 65.

Supartini, Y. (2002). Konsep dasar keperawatan

anak. Jakarta: EGC.

Suryadi, V. Y. (2008). Gambar gerakan taekwondo.

In Poomsae Taekwondo Untuk

Kompetisi (edisi bahasa Indonesia) (pp.

27-42). Jakarta: PT.Gramedia.

Suryanto. (2011). Peranan Olahraga Dalam

Mengurangi Stres. WUNY Majalah

Ilmiah Populer , 1-6.

Tarmin. (2011). Pengelolaan pelatihan olahraga

pencak silat unggul di PPLP Pencak

Silat Jawa Tengah. Tesis , 1.

Tirtawirya, D. (2005). Perkembangan dan peranan

Taekwondo dalam pembinaan manusia

di Indonesia. In Jorpres (pp. 195-211).

Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Keolahragaan UNY.

Wong, D. L. (2002). Buku ajar keperawatan

pediatrik vol.1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Yulianti, R. (2008). Hubungan persepsi tentang

tubuh bugar dengan tindakan

mahasiswa dalam menjaga kebugaran.

Skripsi , 1.


Recommended