of 13
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
1/13
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Morbus Hansen atau di masyarakat lebih sering dikenal dengan sebutan lepra
atau kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronik dan penyebabnya adalah Mycobacterium
Leprae (M. Leprae) yang bersifat intraselular obligat.
Penyakit kusta juga disebut dengan penyakit Hansen, yaitu suatu penyakit infeksi
kronik yang bermanifestasi terhadap kulit dan kelainan nervus perifer. Manifestasi dari penyakit
kusta ini berbeda dari seseorang atau dengan yang lain tergantung imun system di penderita.
Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada beberapa parameter klinik, yaitu pemeriksaan lesi di
kulit dan pemeriksaan saraf perifer. Dan ditemukannya bakteri berbentuk basil yang tahan asam
yang didapatkan dari kerokan jaringan kulit melalui pemeriksaan Ziehl-Neelsen’s yang
merupakan pemeriksaan penunjang penyakit kusta.
Kusta dahulu dikenal dengan penyakit yang tidak dapat sembuh dan diobati, namun
sejak tahun 19!, dimana program Multi Drug Treamtment "MD#$ mulai diperkenalkan, kusta
dapat didiagnosis dan diterapi se%ara adekuat, tetapi sayangnya meskipun telah dilakukan terapi
MD# se%ara adekuat, risiko untuk terjadi kerusakan sensorik dan motorik yaitu disabilitas dan
deformitas masih dapat terjadi sehingga gejala tangan lunglai, mutilasi jari. Keadaan tersebut
yang membuat timbulnya stigma terhadap penyakit kusta. Meskipun &' tahun terakhir banyak
yang telah dikembangkan mengenai kusta, pengetahuan mengenai patogenesis, penyebab,
pengobatan, dan pen%egahan lepra masih terus diteliti.
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
2/13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi My%oba%terium
leprae "M. leprae$ yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis
ke%uali susunan saraf pusat. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi dapat asimtomatik, namun
sebagian ke%il memperlihatkan gejala dan mempunyai ke%enderungan untuk menjadi %a%at,
khususnya pada tangan dan kaki.
2.2 ETIOLOGI
Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae. Kuman ini bersifat obligat intrasel,
aerob, tidak dapat dibiakkan se%ara in vitro , berbentuk basil (ram positif dengan ukuran ) *
+m !,' +m, bersifat tahan asam dan alkohol. Mycobacterium leprae dapat bereproduksi
maksimal pada suhu &-/ * )!/, menginfeksi kulit dan sistem saraf kutan. #umbuh dengan
baik pada jaringan yang lebih dingin "kulit, sistem saraf perifer,hidung, %uping telinga, anterior
chamber of eye, saluran napas atas, kaki, dan testis$, dan jarang mengenai area yang hangat
"aksila, inguinal, kepala, garis tengah punggung$.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi kusta di dunia dilaporkan hanya 01 per 1!.!!! populasi "sesuai dengan target
resolusi H2 mengenai eliminasi kusta$. Paling banyak terjadi pada daerah tropis dan
subtropis. 34 dilaporkan terjadi di 11 negara, 5angladesh, 5ra6il, /hina, /ongo, 7tiopia,
8ndia, 8ndonesia, epal, ogeria, :ilipina, #an6ania. amun prevalensi lepra berkurang sejak
dimulai adanya MD# pada tahun 19&. Pada pertengahan tahun &!!!, jumlah penderita kusta
terdaftar di 8ndonesia sebanyak &!.-!;& orang, banyak ditemukan di elaran, dan 8rian
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
3/13
2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi kusta didasarkan berbagai %riteria yaitu manifestasi klinis, bakteriologis,
imunologis dan histopatologis. Manifestasi berupa lesi kulit dan gejala neurologi% adalah yang
terpenting.
#abel &.1 5agan Diagnosis Klinis Menurut H2
Sifat Kusta Pausibasi!" #PB$ Kusta Mutibasia" #MB$
L!si Kuit
Ma%ua &ata"' (a(u
)a*+ ,!*i*++i' *-&us
1?' lesi
HipopigmentasiAeritema
Distribusi tidak simetris
Hilangnya sensasi yang jelas
B3 lesi
Distribusi lebih simetris
Hilangnya sensasi kurang
jelas
K!"usa%a* sa"af
M!*)!bab%a*
ia*+*)a
s!ssasi/%!!,aa*
-t-t )a*+ &i(!"sa"afi
-! sa"af )a*+
t!"%!*a
Hanya satu %abang saraf 5anyak %abang saraf
>edangkan klasifikasi kusta menurut Cidley?edikit >edikit A beberapa,
asimetris
5anyak 5anyak dan
simetris
>kin smear ! 1E &E )E ;E
epromin
#es
)E &E E F !
Histologi >el epitel menurun
kerusakan nsaraf, sarcoid li!e
granuloma
Meningkatnya histiocytes" foam
cells" granuloma"
#anthoma-li!e
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
4/13
#ipe Multibasiler #ipe Pausibasiler
2.0 PATOFISIOLOGI
5asil masuk kedalam tubuh biasanya melalui sistem pernafasan, memiliki patogenisitasrendah dan hanya sebagian ke%il orang yang terinfeksi menimbulkan tanda?tanda penyakit.
Masa inkubasi M. leprae biasanya )?' tahun. >etelah memasuki tubuh basil bermigrasi kearah
jaringan saraf dan masuk kedalam sel >%h=ann. 5akteri juga dapat ditemukan dalam makrofag,
sel?sel otot dan sel?sel endotelpembuluh darah.
>etelah memasuki sel >%h=ann atau makrofag, keadaan bakteri tergantung pada
perla=anan dari individu yang terinfeksi. 5asil mulai berkembangbiak perlahan "sekitar 1&?1;
hari untuk satu bakteri membagi menjadi dua$ dalam sel, dapat dibebaskan dari sel?sel han%ur
dan memasuki sel terpengaruh lainnya.5asil berkembang biakpeningkatan beban bakteri dalam
tubuh dan infeksi diakui oleh sistem imunologi serta limfosit dan histiosit "makrofag$
menyerang jaringan terinfeksi. Pada tahap ini manifestasi klinis mungkin mun%ul sebagai
keterlibatan saraf disertai dengan penurunan sensasi dan atau skin pat%h. Gpabila tidak
didiagnosis dan diobati pada tahap a=al, keadaan lebih lanjut akan ditentukan oleh kekuatan
respon imun pasien.
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
5/13
#abel &.) 5agan patofisiologi timbulnya epra
2.0 GEJALA KLINIS
#anda dan gejala penyakit lepra tergantung pada beberapa hal yaitu multiplikasi dan
diseminasi kuman M. leprae, respon imun penderita terhadap kuman M. leprae serta komplikasi
yang diakibatkan oleh kerusakan saraf perifer.
Karakteristik klinis kerusakan saraf tepi@
1$ Pada tipe tuber%uloid yaitu a=itan dini berkembang dengan %epat, saraf yang terlibat
terbatas "sesuai jumlah lesi$, dan terjadi penebalan saraf yang menyebabkan gangguan
motorik, sensorik dan otonom.
&$ Pada tipe lepromatosa yaitu terjadi kerusakan saraf tersebar, perlahan tetapi progresif,
beberapa tahun kemudian terjadi hipoestesi "bagian?bagian dingin pada tubuh$, simetris
pada tangan dan kaki yang disebutglove dan sto%king anaesthesia terjadi penebalan saraf
menyebabkan gangguan motorik, sensorik dan otonom dan ada keadaan akut apabila terjadi
reaksi tipe &.
)$ #ipe borderline merupakan %ampuran dari kedua tipe "tipe tuber%uloid dan tipe
lepromatosa$
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
6/13
#abel &.; (ambaran klinis, 5aakteriologik, 8munologik Kusta Multibasile "M5$
>8:G# 5 55
L!si
5entuk
imetris
Halus 5erkilat
#idak
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
7/13
BTA
esi kulit
>ekret hidung
egatif
5anyak "ada globus$
egatifApositif 1
5iasanya egatif
5iasanya negatif
egatif
T!s L!("-,i* Positif kuat ")E$ Positif lemah Positi lemah sampainegatif
2. PENEGAKAN DIAGNOSA
1. Pemeriksaan 5akterioskopik
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan pengamatan pengobatan. >ediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan
kerokan mukosa hidung yang di=arnai dengan pe=arnaan 87H * 77>7.
5akterioskopik negatif pada seorang penderita bukan berarti orang tersebut tidak
mengandung basil M.epra.
Intuk riset dapat diperiksa 1! tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal ;?3
tempat, yaitu kedua %uping telinga bagian ba=ah dan &?; lesi lain yang paling aktif,
berarti yang paling eritematosa dan paling infiltratif. Pemilihan kedua %uping telinga
tersebut tanpa menghiraukan ada tidaknya lesi di tempat tersebut, oleh karena atas dasar
pengalaman tempat tersebut diharapkan mengandung basil paling banyak.
Kepadatan 5#G dinyatakan dengan 8ndeks 5akteri "85$A 5a%terial inde "58$
dengan nilai ! sampai 3E menurut Cidley. ilai ! bila tidak ada 5#G dalam 1!! lapang
pandang, nilai 1E bila terdapat 1 * 1! 5#G pada 1!! lapang pandang, &E bila terdapat 1?
1! 5#G pada 1! lapang pandang, )E bila terdapat 1?1! 5#G pada 1 lapang pandang, ;E
bila terdapat 11?1!! 5#G pada 1 lapang pandang, 'E bila terdapat 1!1 * 1!!! 5#G
pada 1 lapang pandang, dan 3E bila terdapat B1!!! 5#G pada 1 lapang pandang.
&. Pemeriksaan Histopatologik
Pada pemeriksaan Histologik dapat ditemukan adanya sel Jir%ho= atau sel
lepra atau sel busa yaitu merupakan histiosit "monosit$ yang didalamnya ditemukan M.
epra dimana biasa itemukan pada penderita dengan >8> rendah atau lumpuh.
(ambaran histopatologik tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf
yang lebih nyata, tidak ada basil atau hnaya sedikit dan nonsolid. Pada tipe lepromatosa
terdapat kelim sunyi subepidermal "subepidermal %lear 6one$, yaitu suatu daerah
langsung di ba=ah epidermis yang jaringannya tidak patologik. Didapati sel Jir%ho=
dengan banyak basil. Pada tipe borderline terdapat %ampuran unsur?unsur tersebut.
). Pemeriksaan >erologik
Pemeriksaan serologik kusta didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh
seseorang yang terinfeksi oleh M.eprae. Gntibodi yang terbentuk dapat bersifat
spesifik terhadap M. eprae, yaitu antibodi anti phenoli% gly%olipid?1 "P(?1$ dan
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
8/13
antibodi antiprotein 13 kD serta )' kD. Pemeriksaan serologi dapat menggunakan
78>G, Iji MPG, dan M dipsti%k.
2. DIAGNOSA BANDING
Ti(! I "makula hipopigmentasi$ @ tinea versikolor, vitiligo, pitiriasis rosea, dermatitis
seboroika atau dengan liken simpleks kronik.
Ti(! TT "makula eritematosa dengan pinggir meninggi$@ tinea korporis, psoriasis, lupus
eritematosus tipe dis%oid, atau pitiriasis rosea.
Ti(! BT'BB' &a* BL "infiltrate merah tak berbatas tegas$ @ selulitis, erysipelas, atau
psoriasis.
Ti(! LL "bentuk nodula$ @ lupus eritematous sistemik, dermatomiositis, atau obat.
2. PENGOBATAN
Pengobatan MD# "Multi Drug #reatment$ pada pasien yang masuk kedalam kategori
M5, ia harus memakan pengobatan rifampisin 3!! mg setiap bulan, DD> "diaminodifenil
sulfon$ 1!! mg, dan klofa6imin '! mg setiap hari selama &?) tahun. >elama pengobatan ini
harus dilakukan pemeriksaan klinis setiap bulan dan pemeriksaan bakteriologi setiap ) bulan.
>etelah &?) tahun pemeriksaan bakterioskopik harus "E$, bila masih "E$ pengobatan dilanjutkan
sampai hasil bakterioskopik "?$. >etelah &?) tahun pasien dinyatakan C:# "Celease :rom
#reatment$, kemudian penderita harus melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
bakterioskopik setiap tahun selama ' tahun. 5ila bakterioskopik tetap negatif dan klinis tidak
ada keaktifan baru maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut C:/ "Celease :rom
/ontrol$.
Pengobatan MD# pada penderita yang masuk kedalam kategori P5, ia harus memakan
pengobatan rifampisin 3!! mg setiap bulan dan DD> "diaminodifenil sulfon$ 1!! mg setiap
hari selama 3?9 bulan. >elama pengobatan ini harus dilakukan pemeriksaan klinis setiap bulan
dan pemeriksaan bakterioskopik setelah 3 bulan pada akhir pengobatan. >etelah 3?9 bulan
pemeriksaan bakterioskopik harus tetap negatif. >etelah 3?9 bulan pasien dinyatakan C:#"Celease :rom #reatment$. Kemudian pemeriksaan dilakukan minimal setiap tahun selama &
tahun se%ara klinis dan bakterioskopik. 5ila tidak ada keaktivan baru se%ara klinis dan
bakterioskopis tetap negatif, maka dinyatakan C:/ "Celease :rom /ontrol$.
2. KOMPLIKASI
Di dunia, lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. #rauma dan infeksi
kronik sekunder dapat menyebabkan hilangnya jari jemari ataupun ekstremitas bagian distal.
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
9/13
lepromatosus difus, infiltratif dan non noduler. Kasus klinik yang berat lainnya adalah vaskulitis
nekrotikus dan menyebabkan meningkatnya mortalitas. Gmiloidos sekunder merupakan penyulit
pada penyakit leprosa berat.
2.15 P6OGNOSIS
5ergantung pada seberapa luas lesi dan tingkat stadium penyakit. Kesembuhan
bergantung pula pada kepatuhan pasien terhadap pengobatan. #erkadang pasien dapat
mengalami kelumpuhan bahkan kematian, serta kualitas hidup pasien menurun. ang paling
sulit adalah manajemen dari gejala neurologis, kontraktur dan perubahan pada tangan dan kaki.
8ni membutuhkan tenaga ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah, prodratis, oftalmologis,
physical medicine, dan rehabilitasi.
BAB III
STATUS PASIEN
8. 8D7#8#G> PG>87
ama @ #umpak >iagian
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
10/13
kerak?kerak dan lama?kelamaan menjadi tidak berasa. Hal ini
dialami os sejak & tahun yang lalu. 2s sudah berobat ke klinik
dan diberi obat makan dan salep, tetapi keluhan tidak
berkurang. Kemudian os pergi ke piloklinik kulit dan kelamin
C>ID Djasamen >aragih.
CP2 @ salep anti jamur
CP# @ ?
CPK @ ?
CPG @ ?
888. >#G#I> D7CMG#22(8>
Cuam @ makula hipopigmentasi, skuama, erosi
okasi @ tungkai ba=ah kanan dan kiri, punggung
DD @
1. Morbus Hansen&. #inea verskolor
). Dermatitis seboroik
D> @ Morbus Hansen #ipe P5
#erapi @
? >oft u derm
? >ol a/l !,94
? 5urna6in %r
? Cifampisin 3!! mg
? DD> "diaminodifenil sulfon$ 1!! mg
8J. (GM5GC 2KG8>G#G
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
11/13
BAB I7
PEMBAHASAN
o Kasus teori
1. 5er%ak?ber%ak yang gatal di kedua
kaki dan punggung dan rasa kebas?
kebas di kedua kaki
Hal ini dengan sesuai teori yaitu bah=a
okasi yang terkena seringkali didaerah
jaringan yang lebih dingin "kulit, sistemsaraf perifer,hidung, %uping telinga,
anterior chamber of eye, saluran napas
atas, kaki, dan testis$, dan jarang
mengenai area yang hangat "aksila,
inguinal, kepala, garis tengah punggung$.&. Pasien mengeluhkan ber%ak?ber%ak
yang terasa gatal, yang mulai mati rasa
dan rasa kebas?kebas pada kedua kaki
Hal ini dengan sesuai teori yaitu Makula
datar hipopigmentasi, papul yang
meninggi, nodus, hilangnyasessasiAkelemahan otot yang dipersarafi
oleh saraf yang terkena
). Cuam yang di temukan makula
hipopigmentasi, skuama, dan erosi
Hal ini dengan sesuai teori yaitu Dapat
ditemukan Makula datar hipopigmentasi,
papul yang meninggi, nodus.
;. Pada pasien ini diberikan petalaksaan
yaitu rifampisin 3!!mg dan DD>
"diaminodifenil sulfon$ 1!!mg
Hal ini dengan sesuai teori yaitu
Pengobatan MD# pada penderita yang
masuk kedalam kategori P5, ia harus
memakan pengobatan rifampisin 3!! mg
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
12/13
setiap bulan dan DD> "diaminodifenil
sulfon$ 1!! mg setiap hari selama 3?9
bulan
BAB 7
KESIMPULAN
1. Kusta adalah penyakit infeksi granulomatous kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae.
&. Pasien laki?laki berusia '& tahun didiagnosa dengan Morbus Hansen
5erdasarkan hasil anamnesis yaitu @ ber%ak?ber%ak yang gatal di kedua kaki dan
punggung dan rasa kebas?kebas di kedua kai, dialami sejak & tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan dermatologi di temukan @ makula hipopigmentasi, skuama, erosi.
). Penatalaksanaan yang di berikan adalah soft u derm, sol a/l !,94, burna6in %r,
rifampisin 3!!mg, DD> 1!!mg
8/16/2019 Bab i Morbus Hansen
13/13
DAFTA6 PUSTAKA
1. olff Klaus, Doldsmith, >tevern, 5arbara. $it%patric!’s Dermatology in &eneral Medicine
'th ed. I>G @ M%(ra= Hill &!!.
&. Ggusni 8, Menaldi >. eberapa rosedur Diagnosis aru ada enya!it *usta. Dalam@
>yamsoe Daili 7>, Menaldi >, 8smiarto >P, ilasari H, editor. Kusta. iti Gisah. +lmu enya!it *ulit dan *elamin. ,disi !e-.
iregar, C>. tlas er/arna 0aripati enya!it *ulit . 7disi ke?&.