+ All Categories
Home > Documents > biosekuriti ayam lokal

biosekuriti ayam lokal

Date post: 11-Jun-2015
Category:
Upload: ossabrevia
View: 4,344 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
24
BAB VII BIOSEKURITI DAN MANAJEMEN PENANGANAN PENYAKIT AYAM LOKAL Desmayati Zainuddin* dan I Wayan T Wibawan** ` Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian Peternakan, Bogor ** Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor ABSTRACT BIOSECURITY AND HANDLING MANAGEMENT OF LOCAL CHICKEN DISEASE. I n general, the local chicken cultivation has not followed "good management practice" so that it is very susceptible toward the attack of various diseases. Therefore, the restructurization of animal husbandry management is very needed as one of the attemps to cut the main chain of dissemination of disease among birds and between bird to human. The main objectives of biosecurity are for 1) minimizing the disease existence, 2) minimizing the opportunity of disease agent related to adoptive mother, and 3) making the environment communication level by disease agent as minimal as possible. The biosecurity consists of three components i.e. conceptual biosecurity (based on the entire disease prevention program), structural biosecurity (location and spatial of animal husbandry/farm), and operational biosecurity (management procedure of prevention and dissemination of the disease infection). The disease handling on local chicken comprises of control and removal to prevent the appearing of disease and lessen the detriment due to disease attack. The removal of local chicken disease is conducted with test and slaughter, test and treatment and stamping out methods. The often occurring diseases on local chicken are New Castle Disease (ND), Bird Flu (Avian Influenza), Chronic Respiratory Disease (CRD), Gumboro (Infectius Bursal Disease), Fowl Pox, Pullorum, Snot (Infectious Coryza), and Coccidiosis. The disease prevention and medicinal treatment for local chicken beside with chemical medicine, can also be used some medicinal plants as animal medicinal herb containing active compound having the quality as antiviral, antibacterial and immunomodulator. PENDAHULUAN Ternak ayam lokal hampir semuanya dipelihara oleh peternak kecil di perkotaan maupun di pedesaan. Umumnya ayam dipelihara secara ekstensif (tidak dikandangkan) dan bila dikandangkan tempatnya sangat dekat bahkan berbaur dengan pemukiman. Pembudidayaan ayam lokal belum mengikuti good farming practice, sehingga sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Dengan kondisi tersebut, restrukturisasi manajemen peternakan unggas lokal sangat diperlukan sebagai salah satu upaya pemutusan mata rantai utama penyebaran penyakit antar unggas maupun antara unggas ke manusia. Berjangkitnya wabah penyakit flu burung (Avian influenza) telah menyebabkan kerugian cukup besar bagi industri perunggasan dan diperkirakan mencapai sekitar Rp 4 triliun. Banyak ternak unggas yang mati maupun dimusnahkan akibat penyakit ini. Konsumen ragu untuk mengkonsumsi produk Biosekyriti Qan Manajemen (Penanganan'Penyakit flyam Lo(g( 159
Transcript
Page 1: biosekuriti ayam lokal

BAB VIIBIOSEKURITI DAN MANAJEMEN PENANGANAN

PENYAKIT AYAM LOKAL

Desmayati Zainuddin* dan I Wayan T Wibawan**

` Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian Peternakan, Bogor** Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

BIOSECURITY AND HANDLING MANAGEMENT OF LOCAL CHICKEN DISEASE. I n general,the local chicken cultivation has not followed "good management practice" so that it isvery susceptible toward the attack of various diseases. Therefore, the restructurizationof animal husbandry management is very needed as one of the attemps to cut the mainchain of dissemination of disease among birds and between bird to human. The mainobjectives of biosecurity are for 1) minimizing the disease existence, 2) minimizing theopportunity of disease agent related to adoptive mother, and 3) making the environmentcommunication level by disease agent as minimal as possible. The biosecurity consists ofthree components i.e. conceptual biosecurity (based on the entire disease preventionprogram), structural biosecurity (location and spatial of animal husbandry/farm), andoperational biosecurity (management procedure of prevention and dissemination of thedisease infection). The disease handling on local chicken comprises of control and removalto prevent the appearing of disease and lessen the detriment due to disease attack. Theremoval of local chicken disease is conducted with test and slaughter, test and treatmentand stamping out methods. The often occurring diseases on local chicken are New CastleDisease (ND), Bird Flu (Avian Influenza), Chronic Respiratory Disease (CRD), Gumboro(Infectius Bursal Disease), Fowl Pox, Pullorum, Snot (Infectious Coryza), and Coccidiosis.The disease prevention and medicinal treatment for local chicken beside with chemicalmedicine, can also be used some medicinal plants as animal medicinal herb containingactive compound having the quality as antiviral, antibacterial and immunomodulator.

PENDAHULUAN

Ternak ayam lokal hampir semuanya dipelihara oleh peternak kecil diperkotaan maupun di pedesaan. Umumnya ayam dipelihara secara ekstensif(tidak dikandangkan) dan bila dikandangkan tempatnya sangat dekat bahkanberbaur dengan pemukiman. Pembudidayaan ayam lokal belum mengikuti goodfarming practice, sehingga sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit.Dengan kondisi tersebut, restrukturisasi manajemen peternakan unggas lokalsangat diperlukan sebagai salah satu upaya pemutusan mata rantai utamapenyebaran penyakit antar unggas maupun antara unggas ke manusia.

Berjangkitnya wabah penyakit flu burung (Avian influenza) telahmenyebabkan kerugian cukup besar bagi industri perunggasan dan diperkirakanmencapai sekitar Rp 4 triliun. Banyak ternak unggas yang mati maupundimusnahkan akibat penyakit ini. Konsumen ragu untuk mengkonsumsi produk

Biosekyriti Qan Manajemen (Penanganan'Penyakit flyam Lo(g( 159

Page 2: biosekuriti ayam lokal

unggas, secara tidak langsung berdampak pada sektor budidaya. Salah satupenyebab sutitnya penanggulangan penyakit Avian influenza adalah unggasdipelihara pada lokasi tersebar, sehingga sulit dikontrol. Disamping itu pengelolaanpasar tradisional, pengawasan TPA (Tempat Pemotongan Ayam), pengumput danpenjualan unggas hidup serta pengawasan lalutintas unggas masih belum sesuaidengan harapan pernerintah. Penerapan biosekuriti, manajemen perkandangan,tataruang, dan program vaksinasi beturn dilakukan secara komprehensif ataumasih bersifat parsial, karena berbagai keterbatasan yang dimitiki oteh usahapeternakan unggas skala kecit.

BIOSEKURITI PADA TERNAK UNGGAS

Biosekuriti mencakup tiga hat utama :yaitu 1) Meminimalkan keberadaanpenyebab penyakit, 2) Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungandengan induk semang dan 3) Membuat tingkat kontaminasi Lingkungan oleh agenpenyakit seminimal mungkin. Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarkiterdiri atas tiga komponen yaikni biosekuriti konseptual, biosekuriti strukturaldan biosekuriti operasionat (Sudarisman, 2000).

Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama danmenjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pernitihanlokasi kandang, pemisahan umur unggas, kontrot kepadatan dan kontak denganunggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempatmencampur pakan. Biosekuriti struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua,metiputi hat hat yang berhubungan dengan tataletak peternakan (farm),pernbuatan pagar yang -benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaanperalatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian danperalatan kandang. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkatketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian danpenyebaran infeksi dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkaladengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal status kekebalan unggas terhadappenyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga hat pokok, yakni a) pengaturantraffic control, b) pengaturan dalam farm dan, c) desinfeksi yang dipakai untuksemprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol (atkohol, lisol danlainnya); formatin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi.

Berdasarkan penerapan biosekuriti, sistem produksi unggasdikelompokkan menjadi 4 sektor. Pembagian sektorat ini awalnya muncul dalamupaya pemberantasan penyakit Avian influenza. ( Guiding principles for HPAIsurveillance and diagnostic networking in Asia, Bangkok July 2004). Keempatsektor tersebut, yaitu:

• Sektor 1: merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangatketat (high level biosecurity) sesuai dengan prosedur standar. Dalamsektor ini misalnya adalah golongan industrial integrated system sepertiperbibitan (breeding farm)

• Sektor 2: merupakan peternakan komersial dengan moderate to highlevel biosecurity. Yang termasuk dalam sektor ini adalah peternakandimana ayam ditempatkan datam ruangan tertutup/indoors, sehingga

160 ?(eanekaragaman Sum6er(Daya JfayatiAyan: GokafIndonesia: Manfaat clan Potensi

Page 3: biosekuriti ayam lokal

unggas dan burung lain tidak dapat kontak dengan ternak ayam.Penggunaan kandang close house atau semi close house

Sektor 3: Peternakan komersial yang melaksanakan biosekuritialakadarnya dan masih terdapat kontak dengan unggas lain atau orangyang masuk peternakan. Umumnya peternakan komersiat yang ada diI ndonesia masuk dalam sektor ini.Sektor 4: Unggas (ayam) yang dipelihara secara tradisional denganminimal biosekuriti, produknya ditujukan untuk dikonsumsi atau dijualuntuk kebutuhan daerah setempat. Masuk dalam sektor ini adalah ayamburas di kampung-kampung.

80 % kepemilikian skala kecil

Sistem Produksi Unggas

M*

I

Kendala dalam pengendalian penyakit

Gambar 7.1. Sistem produksi unggas di Indonesia (Sumber : Yusdja. dkk., 2004)

PENANGANAN PENYAKIT AYAM LOKAL

Usaha penanganan penyakit adalah pengendalian dan sekaliguspembasmian. Tujuan penanganan penyakit adalah untuk mengurangi kejadianpenyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang bersifat ekonomi dapatditekan seminimal mungkin. Dalam penanganan penyakit diperlukan programpengelolaan kesehatan (health management) kelompok, meliputi usaha untukmencegah timbulnya penyakit dan mengurangi kerugian akibat serangan penyakit.Unsur yang termasuk dalam program pengelolaan kesehatan kelompokmenyangkut pemberian pakan yang layak, penggunaan bibit yang baik dan sehat,pengelolaan serta pengamanan penyakit. Keempat unsur tersebut satingmempengaruhi, misalnya penyakit yang dapat mempengaruhi kemampuan bibit,juga dapat mempengaruhi efisiensi pakan. Demikian juga pemberian pakan yangtidak layak akan mempermudah timbulnya penyakit dan membahayakankesehatan ternak.

Biosekuriti Lan 9Kanajemen (Penangartan iPenya/ jt J4yam Loka[ 161

Sektor 1: Sektor 2 Sektor 3: Sektor 4:Industri Terintegrasi Produksi Komersial Produksi Komersial Peternakan(Biosekuriti tinggi) (Biosekuriti rendah) Tradisional Ayam

Lokal

Petemakan Besar Petemakan Kecil Petemakan Kecil Petemakan TradisionalKomersial Komersial Komersial Ayam Lokal

20.000 - 500.000 ekor 10.000 - 20.000 ekor 10.000 - 20.000 ekor 1 - 10 ekor

Page 4: biosekuriti ayam lokal

Penyakit yang menyerang ayam lokal banyak ragam, seringkali gejalaserangannya hampir sama. Oleh karena itu peternak ayam membutuhkanpengalaman tentang penyebab penyakit secara umum, dapat membedakanpenampilan ayam yang sakit dengan ayam sehat, serta mampu melakukanpencegahan penyakit. Penyebab penyakit pada ayam tokal adalah virus, bakteri,jamur, protozoa, cacing dan kutu. Sementara itu kekurangan mineral dan vitaminjuga dapat menjadi penyebab penyakit pada ayam lokal. Beberapa jenis penyakitseperti tetelo (Newcastle disease), Avian influenza, gumboro (Infectius bursaldisease) dan cacar (fowl pox) sampai sekarang belum bisa diobati tetapipenyebarannya dapat dicegah atau dihambat dengan program vaksinasi.

Tindakan biosekuriti yang perlu diperhatikan dalam memelihara ayamlokal dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya, yaitu kegiatan hobi atau usahabudidaya. Peternak hobi (ayam hias dan sejenisnya) perlu memperhatikan hat-hat sebagai berikut: 1) Tata letak kandang (kurungan) ayam jauh dari tempattinggal, misalnya di bagian samping rumah, 2) Diharapkan ternak ayam yangdipelihara mendapat sertifikasi dari Dinas Peternakan. Ternak yang sudahdisertifikasi memiliki data yang jelas tentang jadwal dan jenis vaksin yang telahdan akan dilakukan, 3) Kandang (kurungan) memiliki penampung feses yang mudahdibersihkan, dan sebaiknya minimal dua hari sekali dibersihkan. Akan lebih baikjika penampung ditengkapi dengan kantong untuk menyimpan feses yang bisadiikat supaya terjadi fermentasi agar dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Peternak yang memelihara ayam skala rumah tangga di pekarangan(backyard farming) harus memperhatikan hat-hat sebagai berikut: 1)Ayam hanyadipelihara oleh peternak yang memiliki lahan pekarangan yang cukup tuas danterdapat tanaman atau rerumputan yang cukup terpelihara, 2) Kandangditempatkan agak jauh dari rumah bersifat semi permanen agar mudah dipindahatau dibersihkan. Sinar matahari (pagi) dapat masuk kedalam kandang denganmudah dan kotoran mudah dibersihkan, 3) Vaksinasi: dilakukan dengan programyang sesuai dengan anjuran penggunaan vaksin (divaksin sekurang-kurangnyadua kati dengan cakupan vaksinasi minimal 80% dari poputasi) dan kedua pihak(peternak dan petugas) proaktif.

Tindakan biosekuriti pada peternakan ayam lokal komersial skala kecilantara lain: 1) Peternakan ini masih dalam skala rumah tangga, dan ayamdipelihara di lahan sekitar rumah, 2) Program vaksinasi di peternakan ini sudahdilakukan secara teratur dan komprehensif sesuai jadual, 3) Diharapkan peternakterhimpun dalam kelompok dan ayam ditempatkan di kandang kelompok. Polaini dapat mengakomodasi 100 ekor ayam per 2 - 4 ha.

Pada peternak ayam lokal komersial skala besar, vaksinasi dan sistemperkandangan tidak menjadi masalah. Namun karena didesak oleh pemukimanpenduduk atau kepentingan lain, peternakan seperti ini berpotensi digusur. Olehkarena itu lokasi perkandangan harus terletak jauh dari pemukiman penduduk.

Dalam kaitannya dengan pemberantasan penyakit flu burung maka untukpenanganan virus di lokasi terjadinya kasus, perlu memperhatikan hat-hat sebagaiberikut: 1) Penerapan biosekuriti dilakukan secara ketat dan konsisten, 2)Biosekuriti yang ketat juga dilakukan untuk keranjang dan kendaraan yang masukatau keluar peternakan, 3) Vaksinasi yang menyeluruh, balk, benar, cukup danlengkap, 4) Pemusnahan terbatas bilamana ada kasus penyakit berbahaya, 5)

162 R anekaragamanSum 6er'Daya IfayatiJ4yam Loka(Inionesia: Manfaat dan (Potensi

Page 5: biosekuriti ayam lokal

Penanganan kotoran ayam dilakukan dengan cermat dan ketat untuk membunuhberbagai agen penyakit dan mencegah penutaran/penyebaran penyakit, terutamabila akan digunakan untuk kompos.

Program Pengendalian PenyakitTujuan pengendatian penyakit menular adatah untuk mengurangi kejadian

penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang bersifat ekonomi dapatditekan. Unsur utama pengendatian penyakit metiputi:

1. Menjauhkan ternak ayam dari kemungkinan tertular penyakit yangberbahaya, antara lain dengan memperhatikan beberapa hat: (a) Tidakmenggunakan tempat atau lokasi peternakan yang pernah mengatamiserangan penyakit, (b) Lokasi peternakan dipilih berdasarkanpertimbangan teknik peternakan, dan tidak menempatkan pada lokasiyang sudah cukup padat peternakan, (c) Kawasan peternakan dipasangpagar agar tidak ada ternak atau hewan lain yang ketuar-masuk, (d)Kunjungan tamu ke tokasi peternakan harus ditakukan desinfeksi lebihdahulu, (e) Pemasukan bibit dimulai dari DOC agar lebih terjamin dariancaman penyakit, (f) Ayam yang mati karena penyakit, dikubur dandibakar, (g) Ayam yang sudah keluar kandang tidak boleh kembali masuk.Bila hat tersebut harus dilakukan maka ayam harus dikarantina sedikitnyasetama 5 hari, (h) Secara berkala harus dilakukan sanitasi kandang danperalatan yang sering keluar masuk kandang.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh ayam dengan vaksinasi, serta pengelotaandan pengawasan yang baik, dengan memperhatikan hat-hat: (a) Vaksinasidilakukan secara teratur dan berkala untuk pencegahan penyakit ND(tetelo), Avian influenza, Mareks, Khotera Ayam, dan Gumboro (InfectiousBursal Disease), (b) Memberi obat cacing setiap 2 bulan sekali, dancoccidiostat sampai usia 3 butan, (c) Menambahkan vitamin kedalammakanan dan air minum terutama pada masa pertumbuhan (periodestarter), (d) Tidak memberi pakan yang sudah berjamur atau tengik.

3. Mengurangi kerugian akibat penyakit dengan memperhatikan: (a)Pemeriksaan untuk diagnosis sedini mungkin secara tepat dan cepat.Untuk penguatan diagnosis dapat dikirim contoh ayam sakit ke.Laboratorium Kesehatan Hewan, (b) Setiap timbut kejadian penyakit, ~ a lt '

pertama kali yang harus dicurigai adatah penyakit menutar, sebetum bisa \ - ' 1 ',r

dibuktikan secara laboratoris, (c) Ayam yang tidak memberikan harapanhidup, sebaiknya dibunuh dengan cara tidak mengetuarkan darah, (d)I solasi ayam yang sakit pada kandang terpisah. Bita di peternakan terjadipenyakit, petugas yang menangani ayam sakit tidak diperkenankanmerawat ayam sehat, (e) Bila terjadi wabah penyakit menutar, kandangdan semua peralatan harus disucihamakan, (f) Bila terjadi wabah, petugasyang menangani tidak diperkenankan mengunjungi peternakan lain dalamwaktu 24 jam setelah mandi.

Program Pembasmian PenyakitTujuan utama pembasmian penyakit adatah untuk menghitangkan secara

tuntas penyebab penyakit. Ayam yang sehat tidak memerukan obat, tetapi

Biosekuriti fan Manajemen (Penanganan Tenyakit)7yam Lokaf 163

Page 6: biosekuriti ayam lokal

sebagai pencegahan perlu ditakukan vaksinasi, pemberian obat cacing secaraberkala dan pemberian vitamin. Bila terjadi penyakit tindakan pertama yangditakukan adalah diagnosis dan untuk menguatkan harus dikirim ke laboratoriumkesehatan hewan.

Metode pembasmian penyakit pada ayam lokal dapat dilakukan dengancara:

1 Test and Slaughter.Bila hasit diagnosis dengan uji serologik terhadap ayam-ayam -yangdicurigai positif menderita penyakit pullorum (berak putih), CRD danlainnya ayam reaktor tersebut harus dibunuh.

2. Test and Treatment.Bita diketahui ada ayam yang menderita penyakit protozoa, sepertikoksidiosis (berak darah) dan penyakit cacing, segera diobati.

3. Stamping Out.Bila terjadi kasus penyakit menular yang menyerang seluruh ayamdipeternakan, dan pengobatan tidak memberi harapan, maka seluruh isipeternakan balk berupa ayam, kandang dan peralatan harus dimusnahkan.Cara pembasmian seperti ini di Indonesia sulit dilakukan karena alasan-alasan yang bersifat ekonomi.

PENYAKIT UMUM DAN PENCEGAHAN PADA AYAM LOKAL

A. Penyakit yang disebabkan oleh Virus1. New Castle Disease (ND)

Penyakit ND populer disebut tetelo, merupakan penyakit menutar yangmenyerang ayam pada semua usia dengan tingkatan kematian tinggi (80- 100%),terutama diusia muda. Virus ND akan mati pada pengaruh sinar matahari, panastinggi, fumigasi (pengasapan), larutan formalin 1 - 2%, dan larutan kaliumpermanganat (PK). Virus ND yang berada didatam tumpukan sekam kering yangdigunakan sebagai alas kandang (litter), mampu bertahan hidup hingga dua bulan.

Penyebaran virus ND dapat metalui berbagai cara, diantaranya dari lendiryang ketuar metalui rongga mulut, lubang hidung dan feses (kotoran) ayam yangsakit. Virus juga ditularkan metalui kontak langsung dengan ayam yang sakit,metalui debu, peralatan kandang yang tercemar penyakit, sekam kering (litter)bekas ayam sakit. Disamping itu angin, serangga dan burung liar juga berperandalam kontak penyakit.

Gejala pertama umumnya diawali dengan gangguan pernafasan, paruhterbuka, batuk, bersin dan bunyi nafas yang mengorok. Akibatnya nafsu makanmenjadi hilang, tapi nafsu minum bertambah. Pada anak ayam, tampak lesu dancenderung berkumpul dibawah sumber panas (lampu). Kotoran encer denganwarna kehijauan atau kekuningan, bahkan kadang-kadang bercampur darah. Padaayam yang sudah bertelur, produksinya dapat berhenti. Untuk tahap selanjutnya,gejala-gejala syaraf umumnya muncut, otot tubuh gemetar, jalan mundur, kepalamemutar kebawah dan keatas, dan diikuti kelumpuhan.

Pencegahan terhadap penyakit ND dilakukan dengan metaksanakanprogram vaksinasi pada ayam yang sehat, sanitasi yang balk (mencuci kandang

164 Rjanekaragantan Sum 6er(Daya 9fayatiAyarn Lot (I ufonesia: anfaat dan'Potensi

Page 7: biosekuriti ayam lokal

dan peralatan dengan desinfektan, mengganti alas kandang dengan yang baru,mencegah masuknya hewan-hewan perantara yang dapat membawa virus kedalamkandang). Program vaksinasi ND dilakukan pada umur 4 hari (tetes mata), 21hari (tetes mata atau suntikan), 3 bulan (tetes mata atau suntikan), selanjutnyadiulang setiap 3 bulan (dosis pemberian vaksin disesuaikan dengan anjuran pabrikobat.

2. Avian InfluenzaPenyakit Avian Influenza (Al) merupakan penyakit akut menular yang

disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1). Virus influenza ini termasuk familiOrthomyxoviridae yang dapat . menginfeksi beragam spesies unggas, babi, kuda,hewan liar dan manusia (Easterday et al., 1997). Sesuai dengan kandungan proteinpermukaannya yaitu haemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA), virus inflenzatipe A pada unggas diklasifikasikan kedalam beberapa subtipe, dan hingga kiniterdapat sebanyak 16 subtipe HA (H1 - H16) dan 9 subtipe NA (N1 - N9) pada ternakunggas (Murphy dan Webster, 1996).

16 Serologically distinctHAs( H1-H16)

9 Serologically distinctNAs(N1-N9)

Gambar 7.2. I lustrasi virus influensa tipe A(Sumber: Murphy dan Webster, 1996)

Secara alami virus Al tidak dapat menular secara langsung dari unggaske manusia, karena reseptor virus Al pada unggas berbeda dengan reseptor virusinfluenza pada manusia. Tetapi virus Avian Influenza ganas (High PathogenicAvian Influenza) berpotensi untuk menular ke manusia (bersifat zoonosis), yaituterjadi pada saat reassortment yang menyebabkan gen hemaglutinin (HA) padastrain manusia digantikan gen allelic dari virus Avian Influenza A. Hat ini pernahterjadi tahun 1957 dan 1958 (Kawaoka et al., 1989). Penyakit Avian Influenzasangat berbahaya karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak danmenyebar secara cepat. Penyakit ini dapat menyerang semua jenis ternak unggastermasuk ayam lokal, dan yang tebih menakutkan lagi bahwa Avian Influenzadapat menular pada manusia dan menyebabkan kematian.

Berjangkitnya penyakit Avian Influenza pada ternak unggas di Indonesiapertama kali dilaporkan di peternakan ayam ras bulan Agustus 2003 dan mencapaipuncaknya pada bulan Januari 2004. Pada awal sampai tengah tahun 2005 wabahAvian Influenza lebih dominan terjadi pada unggas lokal seperti ayam kampungdan burung puyuh.

cdiosekuriti clan Manajemen Penanganan PenyakitAyam Lokal 165

Page 8: biosekuriti ayam lokal

Karakteristik virus Avian Influenza diantaranya dapat bertahan didalamkotoran unggas dan lingkungan (air dan tanah) dalam waktu beberapa minggudan dapat bertahan dalam jangka waktu panjang pada suhu dingin. Virus akanmati pada suhu diatas 70°C. Oleh sebab itu penyakit Avian Influenza lebih seringberjangkit di musim penghujan dibandingkan musim kemarau. Infeksi virus AvianI nfluenza pada unggas dapat terjadi karena kontak langsung dengan unggas yangterinfeksi, atau kontak tidak langsung melalui: 1). Kotoran unggas yang terkenavirus, 2) Sumber air (danau atau kolam) yang tercemar kotoran dan atau buludari unggas yang terinfeksi, 3). Jerami tempat sarang unggas yang terinfeksi, 4)Virus yang terbawa oleh orang-orang yang datang dari daerah yang terjangkitmelalui sepatu, baju, perkakas (cangkul, sekop, sangkar, peti telur) dan ataualat transportasi.

Gambar 7.3. Ekologi virus Al H5N1(Sumber: Webster et al., 2006)

Gejala Avian Influenza yang umum pada unggas antara lain: 1) Madmendadak dalam jumlah yang besar dengan atau tanpa gejala klinis, 2) Kehilangannafsu makan, 3) Lemas, 4) Jengger bengkak, berwarna biru atau berdarah, bulu-bulu rontok, 5) Kepata tertunduk menyatu dengan badan, sutit bernafas, 6)Bengkak pada bagian kepala dan ketopak mata, perdarahan dikutit pada areayang tidak ditumbuhi bulu terutama bagian kaki, 7) Penurunan jumlah telur, 8)Diare, menggigil dan mengeluarkan air mata, gelisah. Pada Gambar 7.4 dan 7.5memperlihatkan gejala dan histologi ayam yang terserang Avian Influenza. Padaternak itik dan angsa bisa terinfeksi oLeh virus H5N1 tanpa menunjukkan gejalasedikitpun. Virus H5N1 dapat dideteksi diberbagai organ tubuh, walaupun ternaktersebut tidak menunjukkan gejala klinik (manifestasi subklinik). ManifestasisubkLinik sangat merugikan karena bisa terjadi penyebaran penyakit melaluiunggas-unggas yang tampak sehat.

166 2(,eanekaragaman Sum6er'Daya 7fayatiAyam Loka(indonesia: Manfaat can cPotensi

Page 9: biosekuriti ayam lokal

AI di Ovarium

I munositokimia Ai di Otak

Gambar 7.4. Ayam yang terserang penyakit Avian Influenza

Al di Usus Halus

Al di Had

Al di Ginjal

Al di Usus Halus

Al di Paru

Al di Ginjal

Gambar 7.5. Histologi organ ayam yang terserang penyakit Avian Influenza(Sumber: Fakultas Kedokteran Hewan IPB, 2006)

Biosekuriti clan ffanajemen Penanganan PenyakitAyam Loka( 167

Page 10: biosekuriti ayam lokal

Pedoman tentang strategi pencegahan, pengendalian dan pemberantasanpenyakitAvian Influenza (Al) telah ditetapkan melalui SK Direktorat JenderalPeternakan No. 17/Kpts/PD.640/F/02/04. Inti program tersebut adalahpelaksanaan sembilan tindakan strategis yang meliputi 1) Peningkatan Biosekuriti;2) Vaksinasi; 3) Depopulasi (pemusnahan terbatas) didaerah tertular; 4)Pengendalaian lalu lintas unggas, produk unggas dan limbah peternakan unggas; 5)Surveilans dan penelusuran; 6) Pengisian kembali (restocking); 7) Pemusnahanmenyeluruh (Stamping out) di daerah tertular; 8) Peningkatan kesadaranmasyarakat (public awareness); dan 9) Monitoring dan evaluasi.

Gambar 7.6. Peta WHO yang memperlihatkan negara yang terserang Al(Sumber:. WHO, 2007)

Upaya untuk mencegah perpindahan virus Avian Influenza antar unggassebagai berikut: 1) Masing-masing jenis unggas dikandangkan dalam kandangyang berbeda, 2) Ayam yang baru dibeli dikarantina minimal 2 minggu dan jikaterlihat ayam sakit segera dipisahkan, 3) Cuci tangan dengan sabun atau antiseptikseteLah kontak dengan unggas, 4) Hanya menjual atau membeli dan mengangkutternak unggas yang sehat, 5) Membersihkan halaman sekitar kandang setiap haridan kotoran dibakar atau dikubur, 6) Cud dan bersihkan peralatan kandang yangdipakai di peternakan seminggu sekali, bersihkan dan sucihamakan kandangdengan desinfektan atau bahan kimia lain, 7) Petugas atau tamu ketuar-masukkandang menceLupkan sepatu kedalam bak air bersabun (diberi karbol) saatmereka memasuki pintu gerbang kandang, 8) Pemberian pakan berkuaLitas danbersih, 9) Vaksinasi ayam yang sehat terhadap Avian Influenza.

Pada daerah yang telah tertular, vaksinasi harus dilakukan terhadapseluruh unggas yang sehat. Pelaksanaan vaksinasi sebaiknya diikuti denganmonitoring yakni pemeriksaan serologis secara berkala pada tiga minggu sejakpelaksanaan vaksinasi untuk memastikan potensi vaksin, dengan metodehaemaglutination inhibitin (HI) test. Keuntungan penerapan program ini seLainmembentuk kekebaLan tubuh terhadap serangan virus Avian Influenzadilakukan, juga melindungi lingkungan karena ayam yang divaksin hanya sedikit

168 2(eanekaragaman Sum6ercDaya JfayatiAyam Loka(Indonesia: 9Kanfaat can rnotensi

Page 11: biosekuriti ayam lokal

mengeksresikan (shedding) virus Avian Influenza dibandingkan ayam yang tidakdivaksin. Di Indonesia program vaksinasi Avian Influenza dengan menggunakanvaksin inaktif (killed vaccine), yaitu vaksin yang berisi virus Avian Influenza yangsudah dimatikan tetapi mempunyai daya immunogenik (dapat merangsangpembentukan kekebalan). Pembentukan kekebalan tubuh dengan penggunaanvaksin inaktif relatif lebih lambat dibanding jika menggunakan vaksin aktif, namunapabila sudah terbentuk titer antibodi yang melindungi, antibodi bisa bertahandalam waktu relatif lebih lama.

Ciri-ciri vaksin Avian Influenza yang baik adalah sebagai berikut: 1) Virusvaksin (master seed) berasal dari low pathogenic Avian Influenza (LPAI) atauApathogenic Avian Influenza (APAI) dan menghasitkan kekebalan tinggi yangbertahan lama (dalam waktu 3 minggu setelah vaksinasi menghasitkan titerantibodi minimal 16) seperti yang direkomendasikan organisasi kesehatan hewandunia (OIE = Office Internationale des Epizootica), 2) Bebas pencemaran baikoleh agen penyakit yang lain (bahan biologis) maupun bahan non biologis, 3)Tidak menimbulkan efek samping pasca vaksinasi seperti produksi turun, puncakproduksi tidak tercapai, 4) Aman bagi unggas dan lingkungan sekitar, 5) Mudahpemakaiannya, emutsi stabit dan harga relatif tidak mahat, 6) Petunjuk pemakaianjelas, ada nomor register Deptan RI, kode produksi (batch number) dan tanggalkadaluarsa.

Program vaksinasi untuk ayam petelur (layer) ditakukan 2 - 3 kali dengandosis 0,5 ml melalui suntikan subkutan atau intra muskuter. Untuk anak ayamkampung divaksin umur 14 hari sebanyak 0,3 ml dengan suntikan dibawah kulitleher bagian belakang sebelah bawah. Atau dapat dilakukan vaksinasi AvianInfluenza pada anak ayam kampung umur lebih awal (4 hari) menggunakanvaksinasi kombinasi ND-Al inaktif (bilamana vaksinasi tersebut tersedia yaitudengan suntikan subkutan dibawah kulit leher).

Pada tahun 2007 KomNas FBPI (Komisi Nasional Pengendalian AvianI nfluenza dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza) menjelaskan langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil bila unggas mati mendadak dan dalamjumlah banyak, yaitu: 1) Melaporkan kepada aparat berwenang terutama keDinas Pertanian/Peternakan atau Dinas Kesehatan, 2) Membakar ataumenguburkan bangkai dengan kedalaman galian setinggi lutut orang dewasa.Gunakan alat pelindung (masker, sarung tangan, sepatu bot, baju tengan panjang,celana panjang dan topi), kemudian dibersihkan badan dan cuci semua pakaiandengan sabun, 3) Sarang, kandang dan alat transportasi dibersihkan dandisucihamakan dengan desinfektan seperti pemutih dan chlor, tepung kapur ataukarbol, 4) Bersihkan sepatu atau sandal, peralatan, roda atau ban mobiltransportasi sebelum memasuki dan setelah meninggatkan kandang unggas. Bagipedagang jangan parkir kendaraan dekat kandang, 5) Cuci tangan dengan sabunsetelah kontak dengan unggas, dan 6) Kandang harus dikosongkan setama duaminggu sehingga bebas virus Avian Influenza.

3. Chronic Respiratory Disease (CRD)Penyakit CRD atau gangguan alat pernafasan yang menahun, umumnya

menyerang saturan pernafasan atas dan bawah, serta kantong udara pada ayam.Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum (MG) atau Mycoplasma

Biosekuriti dan 1anajemen'Penanganan (Penyakit Ayam Loka! 169

Page 12: biosekuriti ayam lokal

synoviae (MS) tetapi MS lebih bertanggung jawab pada kejadian radang sendi.Penyakit ini Bering diikuti infeksi sekunder seperti oleh bakteri Escherichia coli(E. coil) dan virus pernafasan lainnya, sehingga mengakibatkan gejala penyakityang sering disebut dengan CRD-complex. Penyakit ini menyerang semua usia,tetapi lebih banyak menyerang ayam pada usia 4 - 9 minggu dan ayam dewasa.Tanda-tanda pertama penyakit ini, batuk-batuk diikuti nafas yang terdengarmengorok. Jika tidak terjadi infeksi sekunder, angka kematian kecil. Untukanak ayam yang terserang cenderung mengumpul dibawah pemanas, diikuti keluarcairan dari lubang hidung dan nafsu makan berkurang.

Penyebaran penyakit CRD melalui pernafasan ayam yang sakit ke ayamyang sehat, juga melalui telur tetas, makanan, air minum dan peralatan yangtercemar kuman. Penyebaran penyakit sangat lambat tetapi bila dalam kandangyang penuh sesak maka penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. Seranganpenyakit CRD kadang-kadang diikuti penyakit Infectious bronchitis. Ayam-ayamyang kena penyakit ini menjadi pembawa penyakit untuk jangka waktu yanglama, sehingga penyakit dapat menyebar keseluruh kandang dan bertahanbertahun-tahun lamanya. Pencegahan penyakit CRD, dilakukan dengan sanitasiyang baik dan jangan menetaskan tetur dari induk yang pernah terserang CRD.Untuk mendukung sanitasi, bersihkan kandang, tempat minum dan pakan sertaperalatan dengan desinfektan. Ayam yang terserang penyakit CRD dapat diobatidengan Vibravet (soluble powder) sebanyak 4 gram kedalam 1 liter air minumselama 3 - 5 hari atau sampai hilangnya gejala gangguan pernafasan, atau 2 gSuanovil kedalam 1 liter air minum selama 3 hari atau Respiratrek 1 ml kedalam1 liter air minum selama 4 - 5 hari berturut-turut.

4. Fowl Pox (cacar ayam)Penyakit Fowl Pox atau Avian Pox biasanya terjadi pada saat ayam

menjelang bertelur. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dengansubgroup Pox virus, dan menyerang semua usia ayam, terutama ayam usia muda.Tanda-tanda penyakit cacar antara lain adanya bintil-bintit kecil berisi nanahyang timbul pada jengger, kulit dan kaki, selaput kuning yang tebat dalam mulutdan tenggorokan. Ayam dengan daya tahan tubuh yang sedang menurun mudahdiserang penyakit cacar, misatnya stress atau kekurangan vitamin A. Untukpenyakit cacar yang menyerang bagian mulut, sering menimbulkan kematiankarena ayam tidak bisa makan dan minum. Virus penyakit cacar dapat masukketubuh ayam melalui luka-luka atau goresan pada kepata atau dalam mulut,gigitan nyamuk, lalat atau serangga penghisap lainnya.

Pencegahan penyakit cacar dilakukan dengan vaksinasi, sanitasi yangbaik, dan hindari kemungkinan yang menyebabkan ayam luka. Pengobatanpenyakit cacar tidak ada, tapi untuk mengobati luka yang memungkinkan bakterimasuk dapat diolesi dengan terramycin. Ayam yang kena cacar dibersihkanbenjolan-benjolan yang berisi nanah dengan air hangat, setanjutnya diolesiMetylen Blue 1% atau Gentian Violet.

5. Mareks DiseasePenyakit Mareks disebabkan oleh virus micro RNAs yang tergolong herpes

type B yang menyerang ayam usia 1-4 bulan, meliputi 4 macam bentuk antara lain

170 7(janekaragamanSumber®aya9fayatiAyamLoWInIonesia: Manfaat fan(Potensi

Page 13: biosekuriti ayam lokal

yaitu: (a) Viceral, menyerang hati, ginjat, testis, ovary dan Limpha (Joan Burnsideet al., 2006). Organ berwarna pucat dan hati menjadi 2-4 kali lebih besar dariukuran normal. Serangan pada alat reproduksi ditandai dengan tumbuh benjolanatau tumor, (b) Neural, menyerang otot sayap dan kaki, sehingga sayap terkulaidan kaki koordinasinya abnormal, (c) Ocular, menyerang mata, sehingga terjadikebutaan pada ayam, (d) Skin Form bentuk serangan dibawah kulit berupa tumor.

Cara penularan bisa melalui kontak langsung atau tidak langsung. Kontaklangsung terjadi melalui sisik kutit atau epithet yang telah mengandung virus,termakan ayam sehat. Kontak tidak langsung terjadi jika sisik kutit yangmengandung virus tercampur kedalam pakan, air minum atau kotoran ayam.Pencegahan dapat ditakukan dengan metaksanakan vaksinasi Mareks setelahpenetasan, saat anak ayam usia 1-4 hari, dan sanitasi kandang. Pengobatanpenyakit Mareks tidak ada, kecuali memusnahkan ayam.

6. Infectious Bursal Disease (IBD)Penyakit IBD Bering disebut gumboro, merupakan penyakit virus yang

tergolong berbahaya karena menyerang ketenjar sistim kekebatan tubuh ayamyaitu bursa Frabisii yang terletak dibagian atas daerah kloaka, sehingga ayamtidak memitiki kekebalan terhadap serangan penyakit. Ayam yang diserangumumnya dibawah usia 3 minggu. Gejala yang terlihat badan lemah, tidak nafsumakan (ayam kurus), timbul gerakan yang tidak terkendali, terjadi peradanganpada setaput dubur, diare dan feses warna putih, dan bulu tampak kusut.Penyebaran penyakit gumboro dapat secara Langsung melalui kotoran ayam yangmengandung virus, sedangkan penyebaran tidak langsung melalui pakan, airminum dan peratatan kandang yang sudah tercemar virus. Pencegahan ditakukandengan vaksinasi gumboro (life) - pada umur 10 hari melalui tetes mutut atau airminum, sanitasi kandang, Pengobatan untuk penyakit Gumboro belum ada.

B. Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri1. Pullorum Disease (salmonellosis)

Penyakit Pullorum Bering disebut dengan berak putih atau berak kapurkarena kotoran ayam yang menderita penyakit ini enter dan berwarna putihmirip kapur. Penyakit ini disebabkan oleh bakteria Salmonella pullorum, sangatmenular dan menyerang semua usia ayam. Kematian Bering terjadi pada anakayam umur satu hari sampai tiga minggu. Ayam dewasa yang terserang penyakitini tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit, tetapi pada anak ayam kebanyakankematian diawali dengan bergerombot dibawah pemanas, menunduk dengan matatertutup, sayap terkutai kebawah, tidak ada nafsu makan, kotoran berwarnaputih dan berbusa melekat pada bulu sekitar anus. Penyebaran penyakit pullorumberasat dari telur tetas dari induk yang menderita atau telah sembuh dari penyakitpullorum. Selain itu kontak langsung ayam yang sakit dengan ayam sehat sertamelalui mesin tetas yang tercemar penyakit pullorum.

Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik, menetaskan teturdari induk ayam yang tidak pernah terserang pullorum, membersihkan mesintetas setiap akan digunakan dengan desinfektan. Pengobatan penyakit pullorumdilakukan dengan pemberian beberapa jenis obat sulfoamida antara lain neo-terramycin sebanyak 2 gram untuk 1 liter air minum selama 3 - 5 hari.

Biosekuriti dan Manajemen cPenanganan cPenyakit Ayam Goka! 17 1

Page 14: biosekuriti ayam lokal

2. Infectious Coryza (Snot).Penyakit coryza dikenal dengan penyakit influenza ayam atau snot.

Penyakit ini cukup berbahaya, dan daya menularnya tergolong cepat. Penyakitini umumnya terjadi menjelang pergantian musim atau pada kondisi kandangyang dingin dan lembab. Penyebabnya adalah Bakteri Haemophilus gallinarum.Penyakit coryza menyerang semua usia terutama ayam usia dara dan ayamdewasa. Gejala awal infectious coryza dilihat dari ayam tampak lesu, bersin-bersin, bengkak-bengkak dari lubang hidung dan mata, cairan yang keluar darihidung mula-mula encer bening lama kelamaan mengentat sehingga lubang hidungtersumbat dan pernafasan ayam terganggu, tidak bergairah, nafsu makan turun,dan bobot badan menurun. Penyebaran penyakit terjadi melalui kontak langsungayam yang sakit dengan ayam sehat, melalui udara, peralatan kandang, pakandan air minum yang tercemar.

Pencegahan dilakukan dengan penyemprotan kandang dengandesinfektan, kandang setatu kering, lantai litter diganti secara berkala, ventilasikandang cukup memadai, dan jangan mencampur ayam yang usianya berbeda.Lakukan vaksinasi dengan vaksin coryza inaktif pada ayam umur (12-13) minggumelalui suntikan intramuscular (tembus daging dan otot paha/dada) atausubcutan (bawah kulit) diteher bagian belakang sebelah bawah. Dosis pemakaian0,3 - 0,5 ml per ekor ayam. Jika ada ayam yang sudah terserang penyakitcoryza, secepatnya ayam-ayam tersebut dikarantina atau dipisahkan dari ayamsehat.

Ayam yang sakit, diberi obat atau kapsul antisnot, Neo Tetramycin 25,Vibravet 4 gram kedatam 1 liter air minum selama 4 - 5 hari, bita belum sembuhdapat diulangi. Ayam yang terinfeksi dapat juga disuntik sub cutan bagian leherayam dengan Streptomycin dosis sesuai anjuran pabrik.

C. Penyakit yang disebabkan oleh parasit1. CoccidiosisCoccidiosis disebabkan oleh parasit yang terdapat dalam tubuh ayam

Penyakit coccidiosis atau berak darah, merupakan penyakit yang menyerang alatpencernaan ayam. Penyakit ini disebabkan oleh Protozoa eimeria spp yangmenyerang ayam semua usia, terutama anak ayam umur 1 hari sampai 10 minggu(ayam fase starter). Anak ayam yang terserang ditandai dengan mengantuk,kotoran cair dan berdarah, sayap terkulai kebawah, bulu kasar, mata tertutup,tidak nafsu makan, bobot badan turun drastis akhirnya diikuti kematian. Padaayam dewasa disertai piat pucat dan produksi telur terhenti. Penyebaran penyakitmelalui kotoran ayam yang terserang coccidiosis, melalui air minum, pakan danalas kandang yang tercemar penyakit ini

Pencegahan penyakit coccidiosis dilakukan dengan sanitasi yang baik,penggantian lantai litter dan penyemprotan kandang dengan desinfektan secaraberkala, pemberian coccidiostat yang dicampur ke pakan sebanyak 100 g per100 kg pakan. Pengobatan dengan noxal 3 sendok makan dalam 3,8 liter airminum , diberikan secara 3-2-3 yaitu beri 3 hari, hentikan 2 hari, berikan 3 harilagi. Apabila gejata penyakit masih timbul maka obat dapat diulangi sampaiayam sembuh , atau coksidex 1 gram tiap liter air minum diberikan secara 3-2-3, atau tetra chlorine, trisulfa.

172 I(eanekaragaman Sum6er'Daya 7fayati f yam Loka(In6onesia: 9Kanfaat fan Totensi

Page 15: biosekuriti ayam lokal

2. AscariasisPenyakit Ascariasis ini disebabkan oleh cacing Ascaris galli yang disebut

juga cacing perut atau cacing bulat besar. Ascariasis menyerang semua usia ayarn,dan sangat berbahaya untuk ayam usia muda khususnya anak ayam dibawah 3butan. Anak ayam yang terserang penyakit ini terlihat pucat, kurus dan sayapterkulai, sedangkan pada ayam dewasa produksi telur terhenti dan ayam menjadikurus. Penyebaran penyakit cacing Ascaris umumnya melalui kotoran yangmengandung telur cacing ascaris. Pencegahan dengan sanitasi kandang dan lantailitter jangan basah. Pengobatan dengan pemberian obat cacing secara berkalasetiap 2 bulan sekali seperti Worm-X 10 g kedalam 1 liter air minum untuk 100ekor, untuk ayam dewasa 20 g worm-x kedalam 1 liter. Satu jam sebelumpemberian obat cacing ayam dipuasakan terlebih dahulu.

3. Penyakit karena parasit luar (ektoparasit)Disebabkan oleh parasit yang terdapat diluar tubuh ayam, yaitu kutu,

tungau dan caplak. Paling tidak ada 7 jenis kutu unggas yang sering dijumpaipada ayam. Untuk tungau ada beberapa jenis tungau yang menyerang unggas,yang paling sering ditemui di Indonesia adalah tungau tropis (Ornithonysussusbursa) yang dalam bahasa Jawa disebut 'gurem'. Sedangkan caplak unggas (Argasrobertsi) menular dari kandang satu ke kandang lain karena terbawa oleh burungliar pemakan pakan ayam.

Bila parasit luar terdapat dalam jumlah banyak disuatu peternakan, akanmerugikan karena meimbulkan gangguan pada ayam yang diserangnya. Disampingitu tungau juga dapat menularkan penyakit ND, cacar unggas, dan penyakitmenular lainnya. Ciri-ciri tungau ; panjang tubuh 0,7 - 1 mm dengan bobot badansekitar 0,04 mg, warna badan -kekuning-kuningan dengan bagian tepi coklatkekuningan. Apabita telah menghisap darah ayam, warna tubuh tungau menjadiberbintik merah. Gejala penyakit ini pada anak ayam antara lain ayam gelisah,kurang nafsu makan karena gatal-gatal, anemia, kurus akhirnya mati. Pada ayamdewasa selalu gelisah, mengais-ngais bulu, nafsu makan berkurang, anemia, kurus,produksi telur menurun.

Pencegahan dilakukan dengan mengatur sirkulasi udara, sinar mataharidapat masuk datam kandang; kebersihan dan sanitasi kandang harus dijaga;sekeliling kandang ditaburkan belerang atau penyemprotan cyperkiller sebulansekali. Ayam yang terserang dapat diobati dengan disemprot atau dicelupkankedalam larutan cyperkiller.D. Penyakit yang disebabkan oleh jamur

1. AspergillosisAspergitosis merupakan penyakit keracunan akibat tatalaksana yang

buruk. Penyakit ini disebabkan oleh fungus atau jamur Aspergillus fumigatus,dan umumnya menyerang ayam usia muda. Ayam yang terserang penyakit ini,mengatami kesulitan bernafas, jengger kehitaman, suhu tubuh tinggi, nafsu makanberkurang tapi nafsu minum bertambah. Penularan penyakit ini melalui udaradikandang dan makanan, udara dalam.mesin tetas serta lewat vaksin yangtercemar spora. PenuLaran melalui udara atau spora jamur yang beterbangansewaktu litter atau makanan yang tercemar dikais-kais, selanjutnya spora terhirup

Biosekuriti fan Manajemen (Penanganan cPenyakitAyam Loka( 173

Page 16: biosekuriti ayam lokal

dan masuk kedalam paru-paru. Sedangkan penularan melalui udara di mesintetas, dimana spora yang menempel pada kulit telur yang kotor akan beterbanganterkena kipas dalam mesin tetas dan menginfeksi anak-anak ayam yang menetas.Pakan yang berjamur atau sudah tengik, merupakan sumber penyebaran penyakitini.

Pencegahan penyakit aspergillus dapat dilaksanakan denagn sanitasiyang baik dan memitih bahan baku pakan yang tidak berjamur; menggunakanbahan litter yang kering (kulit padi, serutan kayu); melakukan fumigasi kandangdan pada litter pada saat ayam akan masuk.

Pengobatan dapat ditaksanakan dengan obat yang mempunyai aktivitasfungistatik terhadap aspergillus, misatnya hamisin (20 mg/ml dalam air minum),nistatin dan kristal violet. Perlu diperhatikan sewaktu dalam pengobatan janganmenggunakan antibiotika dalam ransum dan air minum, sebab akanmenghilangkan faktor kompetitif pertumbuhan bakteri dan minkroorganisme lain.Jamur yang umumnya tahan terhadap antibiotika justru akan tumbuh lebih suburlagi.

2. AlfatoksikosisAlfatoksikosis yaitu keracunan yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan

jamur Aspergillus flavus yang tumbuh pada bahan pakan biji-bijian sepertikedelai, jagung dan gandum bila kadar airnya lebih dari 13%. Gejata yang terlihatantara lain ayam lesu, hitang nafsu makan, produksi telur turun, daya tetasrendah, ayam kejang kemudian mati dengan kaki terjulur lurus kebelakang. Untukmencegah terjadinya keracunan gunakan bahan pakan yang kering, gunakan zatpencegah jamur, dan alat pencampur pakan yang dibersihkan secara teratur.Pengobatan, air minum diberi vitamin A, D, E dan K.

E. Penyakit yang disebabkan oleh hal-hal lain1. Bubul (penyakit kaki bengkak)Penyakit bubut disebut juga "bumble foot" disebabkan bila telapak kaki

atau bagian jari luka tercocok benda tajam (kawat, paku dan lainnya) danterinfeksi oleh bakteri, kemudian membengkak terjadi abses. Tetapak kaki ataujari yang luka bengkak, bila dibiarkan ayam akan menjadi pincang. Pencegahan,bagian pinggir kandang betahan kayu harus diserut dan diusahakan berbentuktumpul; litter diusahakan jangan sampai padat dan secara rutin litter dibalikdan diganti dengan yang baru. Pengobatan, kaki yang bengkak dibedah, cairan(eksudat) diketuarkan sampai habis, kemudian luka dicuci dengan desinfektanlalu diolesi salep.

PEMBERIAN TANAMAN OBAT SEBAGAI JAMU HEWAN

Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami terutamatumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa dan telah digunakan turuntemurun. Secara empirik ramuan tanaman obat (jamu) selain untuk konsumsimanusia dapat digunakan untuk kesehatan ternak. Akhir-akhir ini merebak

174 7flanekaragaman Sum6ercDaya 9fayatiAyam Lokg(Indonesia: 9vtanfaat dan cPotensi

Page 17: biosekuriti ayam lokal

berbagai penyakit unggas terutama Avian Influenza yang memusnahkan unggasras maupun unggas lokal, sehingga sangat merugikan para peternak. Berdasarkanlaporan dari beberapa peternak unggas penggunaan secara rutin ramuan obattradisional sejak sebelum adanya wabah Avian Influenza (kunyit, bawang putihdan daun pepaya) pada ayam dan puyuh yang diberikan melalui air minum ataudicampur dalam pakan, menunjukkan ternak tersebut terhindar dari seranganpenyakit Avian Influenza. Secara umum didalam tanaman obat (rimpang, daun,batang akar, bunga dan buah) terdapat senyawa aktif seperti alkoloid, fenotik,tripenoid, minyak atsiri glikosida dan sebagainya yang bersifat sebagai antiviral,anti bakteri serta imunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut bergunauntuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah (Soedibyo,1992; Sinambela, 2003; Kariosentono, 2006). Bahan ramuan tanaman obat(empon-empon) dibuat sesuai kepentingan dan fungsinya yang bisa dipilih darisatu jenis atau beberapa jenis tanaman obat antara lain kunyit, tangkuas, jahe,temulawak, kencur dan lainnya dibuat menjadi ramuan yang biasa disebut "JamuHewan". Jamu Hewan dapat meningkatkan nafsu makan, ternak menjadi lebihsehat (tidak mudah diserang penyakit, pertumbuhan optimal dan kandang tidakmenimbulkan bau (ammonia) yang menyengat.

Tanaman obat lainnya seperti mengkudu, sambiloto, lidah buaya, temuireng, bawang putih, meniran, daun sirih dan lain sebagainya juga telah digunakansebagai "feed supplement" atau "feed additive" dalam ransum ternak unggas.Bahan tanaman obat tersebut dapat berupa sediaan dalam bentuk tepung(simplisia) atau sediaan yang diminum (per-oral). Secara umum manfaatpenggunaan tanaman obat bagi manusia maupun hewan adalah untuk peningkatandaya tahan tubuh (sebagai imunomodulator), pencegahan dan penyembuhanpenyakit serta pemulihan kesehatan. (Soedibyo, 1992).

Manfaat Tanaman Obat pada Ternak UnggasTanaman obat datam bentuk ramuan jamu atau simplisia (bahan

dikeringkan, ditepung) yang diberikan kepada ternak khususnya unggas melaluiair minum dan atau dicampur kedalam pakan sebagai "feed additive" maupun"feed supplement" berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan danstamina (sebagai immunomodulator) ternak, pertumbuhan, produktivitas menjadioptimal, meningkatkan efisiensi pakan (lebih ekonomis); lemak abdominal lebihsedikit, aroma karkas tidak amis; warna kuning telur lebih orange serta dapatmengurangi bau kotoran disekitar kandang.

Semua bahan jamu dibersihkan, dihaluskan, disaring dan diperas untukdiambil sarinya. Selanjutnya air perasan ditambahkan 250 ml tetes tebu ataumolasses atau larutan gula merah kental yang sudah dicampur rata sebetumnyadengan 250 ml EM4 atau M-bio, kemudian diaduk rata (warna kecoklatan),tambahkan air bersih hingga volumenya menjadi 10 liter. Ramuan jamu tersebutdimasukan kedalam drum atau jerigen bertutup rapat, difermentasi selama 6hari. Setiap hari selama 5 menit jamu diaduk agar keluar gas, tutup rapat kembali.Setelah 6 hari jamu siap digunakan untuk ternak unggas (Zainuddin danWakradihardja, 2002).

Biosekuriti clan Manajemen cPenanganan'PenyakitAyam Lokaf 175

Page 18: biosekuriti ayam lokal

Penggunaan Tanaman Obat pada Ternak Ayam lokalBeberapa jenis tanaman obat yang telah diujicobakan pada ternak unggas

lokal (ayam dan itik) diantaranya mengkudu (Morinda citrifolia), sambiloto(Androgaphis paniculata), jahe (Zingeber officinale), kunyit ( Curcumadomestica), Langkuas (Langua galanga L), Temulawak (Curcuma xanthorrhizaR), daun sirih (Piper betle L), daun Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boer),kencur (Kaempferia galanga L), Bawang putih (Allium sativum L) dan lainnya.Beberapa jenis tanaman obat kebanyakan diberikan dalam satu ramuan bentukserbuk maupun larutan jamu.

Respon pemberian tanaman obat dalam sediaan air minum pada ternakayam lokal fase pertumbuhan disajikan pada Tabel 7.2.

Tabel 7.1. Pemberian 3 macam ramuan tanaman obat setama 7 minggu (umur 40-75had) terhadap kinerja ayam lokal fase pertumbuhan

Sumber : Zainuddin. 2003

Dari Tabel 7.2, tertihat bahwa pertambahan bobot badan ayam lokalyang diberi buah mengkudu (875,77 g/ekor) nyata (P < 0,05) lebih tinggidibandingkan ransum kontrol (675,69 g/ekor). Bila dihitung dari konversi pakan,maka pemberian mengkudu dan sambiLoto Lebih efisien daripada kontrol dantidak berbeda nyata dengan Jamu hewan. Perlu diinformasikan bahwa pada ayampercobaan yang diberi perlakuan mengkudu, kondisi bulu primer lebih berkilapdibandingkan perlakuan lainnya. Hat ini perlu dikaji lebih lanjut komponen zatlain yang terkandung didalam buah mengkudu yang membuat tampilan buluberkilap.

Para peternak unggas khususnya peternak unggas lokal umumnya selalumemberikan tambahan ramuan tanaman obat seperti kunyit, temutawak,temuireng, daun pepaya, daun mengkudu kedalam ransum atau dicampur denganair minum. Contohnya peternak di RRMC Garut (Sukamto, 2005) sejak tahun1990 memberi 0, 5% tepung temulawak; 0,5% tepung kunyit; 5% irisan daun pepayadengan frekuensi 2 kali seminggu, dan pemberian 100 g temu ireng/liter airminum. Pemberian obat tradisional agar daya tahan tubuh ayam meningkat,mencegah penyakit pencernaan dan cacing.

Dosis tanaman obat yang diberikan pada ayam lokal seperti kunyit,temulawak, jahe, kencur dan sejenisnya dalam bentuk serbuk sebanyak (0,5 -

1 %) dalam ransum; larutar, jamu hewan 5 ml/ Liter air minum; tepung daun sepertidaun mengkudu, daun singkong dan daun pepaya diberikan maksimum 5% dalamransum.

176 7(eanekaragamanSum6er(DayaJfayatiAyannLokafIndonesia: Marfaatdan'Potensi

PerlakuanTanaman obat

Bobot akhirumur 75 hr

(g/ekor)Pertamb.

bobot badan(g/ekor)

Konsumsipakan

(g/ekor)Konversipakan(g/g)

Kontrot 999,17 675,69 a 2158,64 3,20 a

Jamu hewan 1028,63 712,33 ab 2153,00 3,02 ab

Sambiloto(Andrographis paniculata)

1189,14 851,97 ab 2362,00 2,77 b

Buah mengkudu(Morinda citrifolia)

1182,85 875,77 b 2417,60 2,76 b

Page 19: biosekuriti ayam lokal

Bahan jamutanaman obat &

rempah dibersihkandan dikupas

1

Larutan disimpan dalam jerigenyang bertutup rapat,

difermentasi selama 6 haridalam suhu ruang. Setiap haritutup dibuka selama 5 menit,

larutan diaduk dan seterusnyadilakukan sampai hari ka-6

JamuHewan

Gambar 7.7. Proses pembuatan jamu hewan fermentasi (Sumber: Zainuddin, 2006)

'Biosekuriti cfan Wanajemen cPenanganan'YenyakitAyam Gokf 177

Bahan jamu yg telah bersih,digiling halus, disaring, diambil

sarinya

iDitambah gula tetes tebu

yang telah dicampur dengan EM4(mikroba untuk fermentasi)

Tambahkan air bersih hinggavolume 10 L.

Diaduk sampai homogen

Page 20: biosekuriti ayam lokal

Tabel 7.2. Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan sebagai obat (jamu) dapatmeningkatkan stamina ayam lokal

178 XeanekaragamanSum6er Daya7 -1ayatiAyam LokafIndonesia: Maifaat dan ,t'vtcnsr

Nama Tanaman Nama Latin Bagian tanamandigunakan

Pencegahan 8pengobatan Referensi

Jahe ZingeberofficinaleRoxb

Rimpang Koksidiosis,CRD, kekebalantubuh

I skandar danHusein, 2003

BawangPutih

Alliumsativum Linn

Umbi akar Aflatoksikosis Maryam et al.,2003

Kunyit Curcumadomestica

Rimpang Nambah nafsumakan,pencernaan,anti bakteri

Sukamto.P.,2005; BintangdanNataamidjaya,2003

Langkuas Languagalanga (L)Stuntz

Rimpang Nambah nafsumakan,stamina,tonikum

Zainuddin danWakradihardja,2002

Lidah buaya Aloe vera Daging daun Mortatitasrendah, pakanefisiensi

Sinurat dkk.,2004

Temulawak Curcumaxanthorrhiza

Rimpang Nambah nasfumakan

Zainuddin danPujiastuti, 2002

Lempuyang Zingiberaromaticum

Rimpang Batuk,diarrhea,perbaiki sell ygrusak akibatvirus,menambahnafsu makan

Sumardi, 2006;Jarmani danNataamijaya,2001

Sambiloto Andrographispaniculata

Herba (daun,batang, bunga)

Menekan aflatoksin dalampakan,snot/flu,meningkatkanstamina,antiviral,mencegahkoksidiosis

Zainuddin,2003;Cahyaningsihdan Suryani,2006

Mengkudu Morindacitrifolia

Daun, buah Stamina,meningkatkanefisiensi pakan,menambahwarna kuningtelur.

Zainuddin,2003; Wardinyet al., 2005;Nurhayati etal., 2005

Pepaya Carica papayaLinn

Daun Meningkatkandaya tahantubuh,menurunkanlemak karkasitik

Sukamto, 2005

Temu ireng Curcumaaeruginosa R.

Rimpang Mencegahcacingan

Sumardi, 2006

Page 21: biosekuriti ayam lokal

DAFTAR PUSTAKA

Andang S. I. dan S. Widodo. 2005. Panduan Vaksinasi Avian Influenza. PoultryIndonesia. Jakarta.

Bakrie, B., D. Andayani, M. Yanis dan D. Zainuddin. 2003. Pengaruh penambahanjamu kedatam air minum terhadap preferensi konsumen dan mutu karkasayam buras. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor. pp : 490-495

Biester, H.E. dan L.H.,Schwarte. 1975. Disease of Poultry, Sixth Edition. IowaState University Press.

Bintang, IAK. dan A.G. Nataamijaya. 2003 Pengaruh penambahan tepung Kunyit(Curcuma domestica Val) dan tepung Lempuyang (Zingiber aromaticum Val)dalam ransum terhadap berat organ dalam dan daya simpan daging broilerpada suhu kamar. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor. Pp 413-416.

Burnside, J , E. Bernberg, A.Anderson, Chenghu, Meyers,B.C, P.J.Green., N.Jain,G.Isaacs Et R.W.Morgan. 2006. Marek's desease virus encodes micro RNAsthat map to meq and the Latency-Associated Transcript. Journal ofVirology. American Society for Microbiology. Vol. 80.No.17. pp. 8778-8786 .

Cahyaningsih, U. dan A. Suryani. 2006. Pemberian serbuk daun Sambiloto(Andrographis paniculata) dalam pakan terhadap mortalitas, jumlahookista, pertambahan bobot badan pada ayam yang diinfeksi Eimeriatenella. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIX.Surakarta Maret 2006. Fakultas Kedokteran Hewan Univ. Sebelas MaretSurakarta bekerjasama dengan POKJANAS Tanaman Obat Indonesia.Surakarta. pp : 401-407

Easterday, B. C., V.S. Hinshaw. 1991. Avian influenza. In. Disease of Poultry 9mEd B.W. Callnek, H.J. Barnes, C.W. Beard, W.M. Reid and H.W. Yoder (Jr)(Eds). Iowa State University Press, Ames. Pp 532-551.

Biosekuriti fan Manajemen cPenanganan TenyakitAyam Lokaf 179

Nama Tanaman Nama Latin Bagian tanamandigunakan

Pencegahan apengobatan Referensi

Jamu hewan(campuran 9jenis tanamanobat)

9 bahantanaman obat

Rimpang, daun,kulit batang

Meningkatkanstamina,produktifitas,ketahananpenyakit

Zainuddin danWakradihardja,2002; Bakrie etal., 2003

Jamu Fluburung(campuran 5jenis tanamanobat)

CurcumaxanthorrizaCurcumaaeruginosaAeglemarmelos LPiperretrofractum

Rimpang,ri mpang, buah,buah,rimpang

Mencegah Fluburung,antiviral,meningkatkanproduktifitas

Sumardi, 2006'

Page 22: biosekuriti ayam lokal

Fakultas Kedokteran Hewan IPB. 2006. Strukturisasi Peternakan dalamPenanggulangan Penyakit Flu Burung. Makalah disampaikan dalamacara Workshop Restrukturisasi Sistem Peternakan " Menuju SistemPeternakan yang Diharapkan", Februari 2007 di Bogor. Komite NasionalPengendalian Flu Burung dan Kasiagaan Menghadapi PandemiI nfluenza.

I skandar, T dan A. Husein. 2003. Pemberian campuran serbuk Jahe merah(Zingirber officinale Rubra) pada ayam petelur untuk penanggulanganKoksidiosis. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor. pp : 443-447

Kariosentono, H. Penggunaan Obat Tradisional untuk Memperlambat ProsesPenuaan dan Peremajaan Kulit (Skin Rejuvenation). 2006. ProsidingSeminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIX, Surakarta 24-25Maret 2006. Penggalian, Pelestarian, Pengembangan danPemanfaatan Tumbuhan Obat Indonesia. Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret Surakarta bekerjasama dengan POKJANASTOI. pp 26-35.

Kawaoka, Y., C. W. Krauss and R.G. Webster. 1989. Avian to human transmissionof the PB1 gene of influ enza a viruses in the 1957 and 1968 pendemics.J. Virol. 63 : 4603-4608.

Komnas PFBIP 2007. Petunjuk Umum Pencegahan Flu burung (H5N1) pada Unggasdan Manusia. Komite Nasionat Pengendalian Flu burung dan KesiapsiagaanMenghadapi Pandemi Influenza. USAID Indonesia.

Martindah, E., I.S. Nurhayati, A. Priyanti, D. Zainuddin, B. Setiadi, I. Inounu, S.Bahri, A. Wiyono, A. Adjid dan K Diwyanto. 2005. Analisis KebijakanPenangganan Penyakit Avian Influ enza di Indonesia. Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan berkerjasam dengan PAATP Badan LitbangPertanian. Bogor.

Maryam, R., Y. Sani, S. Juariah, R. Firmansyah dan Miharja. 2003. Efektifitasekstrak bawang putih (Allium sativum Linn) dan penanggulanganAflatoksikosis pada ayam petelur. Prosiding Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor.pp : 454-461.

Murphy, B. R., and R.G. Webster. 1996. Orthomyxoviruses. P. 1397-1445. InFields Virology. B.N. Fields, D. M. Knipe and P.M. Howley (Eds) 3 rd .Lippincott-Raven, Philadelphia.

Nurhayati, Nelwida dan Marsadayanti. 2005. Pengaruh penggunaan tepung buahMengkudu dalam ransum terhadap bobot karkas ayam broiler. JurnalPengembangan Peternakan Tropis (Journal of the Indonesian TropicalAnimal Agriculture). 30(2):96-101. Fakultas Peternakan. Univ. Diponegoro.Semarang.

Peterson, E.H 1978. Serviceman's Poultry Health Handbook. Better Poultry HealthCompany. Arkansas.

180 Kjaneigragaman Sum6er'Daya XfayatiAyam £okalindonesia: 91fanfaat dan (Potensi

Page 23: biosekuriti ayam lokal

Priosoeryanto, B.P dan I.Wayan T. Wibawan. 2007. Strukturisasi Peternakandalam Penanggutangan Penyakit Flu burung. Disampaikan pada acaraWorkshop Retrukturisasi Sistem Peternakan, "Menuju SistemPeternakan yang Diharapkan"di Puslitbang Peternakan 10 Agustus2007. Bogor.

Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Cetakan XVIII.Jakarta

Sinambela, J.M. 2003. Standarisasi Sediaan Obat Herbal. Prosiding seminarNasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII, 25-26 Maret 3003 di Jakarta.Fakultas Farmasi UNiversitas Pancasita bekerjasama dengan PokjanasTOI. pp 36-43.

Sinurat, A. P, T Purwadaria, M. H. Togatorop dan T Pasaribu. 2003. Pemanfaatanbioaktif tanaman sebagai " feed additive" pada ternak unggas. Pengaruhpemberian gel lidah buaya atau ekstraknya dalam ransum terhadappenampitan ayam pedaging. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner.Puslitbang Peternakan. Bogor. Vol.8 (3) : 139-145

Soedibyo, B.M. 1992. Pendayagunaan tanaman obat. Prosiding Forum KomunikasiIlmiah. Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor.

Sudarisman. 2004. Biosekuritas dan Program Vaksinasi, ASA Poultry RefresherCourse. 25-27 April 2000.

Sudaryanti, T 1997. Teknik vaksinasi dan pengendalian penyakit ayam. CetakanI V. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukamto, P 2005. Strategi pembibitan yang dilaksanakan di RRMC KabupatenGarut Propinsi Jawa Barat. Prosiding Lokakarya Nasional. Inovasi TehnologiPengembangan Ayam Lokal. Semarang, 26 Agustus 2005.PuslitbangPeternakan dan Fakultas Peternakan UNDIP pp:.96-101.

Sumardi. 2006. Jamu Tahan Flu burung. Dilaporkan C. Wahyu Haryo dalamHarian Kompas tanggal 17 Juli 2006. hat 16. Jakarta.

Wardiny, T.M.. 2005. Kandungan kolesterol dan vitamin A telur ayam yang diberiMengkudu (Morinda citrifolia) dalam ransum ayam ras petelur. Tesis.Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.

WHO. 2007. Epidermic and pandemic alert and response: Avian Influenza.Retrieved 17 Januari 2007, from http://www.who.int/csr/disease/avian influenza/en/

Yusdja, Y. E. Basuno, I.W. Rusastra, M.Ariani, Suharsono, dan P. Simatupang.2004. Sosio economic impact assessment of the Avian Influenza crisis onpoultry production systems in Indonesia with particular focus onindependent smallholders. Final Report. Indonesian Center of AgriculturalSisio Economic Research and Development in Colaboration withDirectorate of Animal Health, Directorate of Livestock Services and FAO-RAP Bangkok-TCP/RAS/3010.

Biosekuriti Ian Wanajemen (Penanganan (PenyakitAyam Loka! 18 1

Page 24: biosekuriti ayam lokal

Zainuddin, D dan E. Wakradihardjo. 2002. Racikan ramuan tanaman obat dalambentuk larutan jamu dapat mempertahankan dan meningkatkankesehatan serta produktivitas ternak ayam buras. Prosiding SeminarNasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama POKJANAS TumbuhanObat Indonesia dengan Puslit Perkebunan. Bogor. pp : 367-372

Zainuddin, D dan W. Puastuti. 2002. Pengaruh suplementasi tepung temulawak(Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam ransum ayam ras terhadap kualitastelur, kadar kolesterol telur dan feses. Prosiding Seminar Nasional XIXTumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama POKJANAS Tumbuhan ObatI ndonesia dengan Puslit Perkebunan. Bogor. 323-328.

Zainuddin, D. 2003. Pengaruh tumbuhan obat buah Mengkudu dan Sambilototerhadap pertumbuhan ayam kampung. Prosiding Seminar Tumbuhan ObatIndonesia XXIII, Maret 2003. Fakultas Farmasi Univ. Pancasila bekerjasamdengan POKJANAS Tanaman Obat Indonesia. Jakarta. 331-338

Zainuddin, D. 2006. Tanaman obat meningkatkan efisiensi pakan dan kesehatanternak unggas. Prosiding Lokakarya Nasionat. Inovasi Teknologi dalamMendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Semarang, 4 Agustus2006. Puslitbang Peternakan dan Fakuttas Peternakan UNDIP pp : 202-209.

182 7(janekaragamanSum6erVDaya lfayatiAyam LoWlndonesia: Manfaat ilan (Potensi


Recommended