+ All Categories
Home > Documents > Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

Date post: 05-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 6 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
85
Transcript
Page 1: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD
Page 2: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

i

RINDANG DWIYANI

ANGGREKVanda tricolor Lindl. var suavis

Page 3: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

ii

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak CiptaPasal 21. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan

atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan PidanaPasal 721. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terbit sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

iii

RINDANG DWIYANI

UDAYANA UNIVERSITY PRESS2014

Rindang Dwiyani

ANGGREKVanda tricolor Lindl. var suavis

Page 5: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

iv

Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penulis:Rindang Dwiyani

Cover & Ilustrasi: Repro

Lay Out: I Putu Mertadana

Diterbitkan oleh:Udayana University Press

Kampus Universitas Udayana DenpasarJl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali

[email protected] htt p://penerbit.unud.ac.id

Cetakan Pertama:2014, ix + 74 hlm, 15,5 x 23 cm

ISBN: 978-602-7776-92-0

ANGGREKVanda tricolor Lindl. var suavis

Page 6: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

v

RINDANG DWIYANI

Buku ini kupersembahkan secara khusus untuk ananda Arridho Mufl ihan

pada hari ulang tahunnya yang pertamapada tanggal 21 maret 2014

Page 7: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

vi

Page 8: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

vii

RINDANG DWIYANI

Puji Syukur yang tak berhingga penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas

selesainya tulisan hingga diterbitkannya buku ini. Buku ini mengupas tentang anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis, yaitu spesies anggrek alam Indonesia yang di habitat asalnya sudah mulai langka. Bahasan berawal dari morfologi anggrek, kultur in vitro, yakni kultur embrio dan kultur organ. Sebagian tulisan ini merupakan hasil dari serangkaian penelitian yang dikerjakan penulis selama studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk menyelesaikan program doktor. Sebagian lagi merupakan hasil penelitian penulis pada anggrek yang didanai dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Republik Indonesia.

Upaya penulis merangkai tulisan ini menjadi sebuah buku dilatarbelakangi kurangnya literatur ilmiah yang bisa dij adikan rujukan oleh peneliti univeritas mengenai spesies anggrek Indonesia. Penulis berharap tulisan ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan penelitian anggrek di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya, yang menyangkut segala aspek dari budidaya hingga aplikasi bioteknologi.

Terimakasih yang tak berhingga penulis sampaikan kepada Dirjen Dikti RI yang telah membiayai sebagian dari penelitian yang hasilnya dirangkum dalam buku ini; juga kepada semua pihak yang membantu penulis dari sejak penelitian, hingga lulus program doktor dan akhirnya menyelesaikan buku ini. Para promotor yang penulis sangat hormati, keluarga yang penulis sayangi, sahabat, serta kerabat yang senantiasa membantu penulis

PRAKATA

Page 9: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

viii

dengan tenaga dan doa. Merekalah yang ’menemani’ penulis sehingga penulis senantiasa memiliki asa yang tak pernah pudar melewati tahun-tahun penelitian yang sulit dan penuh liku-liku di Yogyakarta.

Akhirnya dengan rasa rendah hati, penulis mohon maaf jika tulisan ini masih banyak kekurangan. Masukan serta kritik penulis harapkan dari pembaca yang nantinya akan dij adikan pertimbangan untuk penulisan berikutnya.

Denpasar, Maret 2014Penulis

Page 10: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ix

RINDANG DWIYANI

PRAKATA ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

BAB II MORFOLOGI .................................................................. 52.1 Habitus ................................................................................. 52.2 Daun, Bunga dan Buah....................................................... 7

BAB III MENABUR BIJ I ANGGREK ...................................... 123.1 Bij i Anggrek .......................................................................... 123.2 Alat-alat yang Dibutuhkan untuk Penaburan Bij i .......... 133.3 Media Tanam dan Cara Pembuatannya ........................... 143.4 Teknik Aseptik ..................................................................... 173.5 Cara Menabur Bij i Anggrek ............................................... 203.6 Perkembangan Embrio ....................................................... 22

BAB IV PERAN JUS / EKSTRAK TOMAT UNTUK PERKECAMBAHAN BIJ I DAN PERTUMBUHAN BIBIT ANGGREK Vanda tricolor Lindl var. Suavis .............. 264.1 Perkecambahan Bij i dan Pertumbuhan Protokorm dengan Penambahan Ekstrak Tomat ............................... 264.2 Kandungan Senyawa Fenol Pada Anggrek Vanda tricolor

Serta Upaya Mengatasi Pencoklatan Atau Browning ..... 304.3 Efek Likopen Murni Pada Perkecambahan Bij i Vanda

tricolor .................................................................................... 31

DAFTAR ISI

Page 11: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

x

BAB V MIKROPROPAGASI TANAMAN .............................. 345.1 Mikropropagasi dan Pengenalan Beberapa Istilah ........ 345.2 Sistem Regenerasi pada Mikropropagasi (Tanaman Secara Umum) ................................................... 37 5.2.1 Organogenesis ........................................................... 37 5.2.2 Embriogenesis somatik ............................................. 405.3 Induksi Kalus pada Kultur Organ Vanda tricolor Lindl .. 425.4 Mikropropagasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl.

yang Membawa GEN KNOTTED1-LIKE Arabidopsis thaliana (KNAT1) .................................................................. 46

BAB VI PENUTUP ....................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 51

GLOSSARIUM ............................................................................. 57

INDEKS ......................................................................................... 65

LAMPIRAN ................................................................................... 69

Page 12: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

1

RINDANG DWIYANI

BAB I PENDAHULUAN

Anggrek tergolong suku/famili Orchidaceae, suatu suku dengan jumlah spesies terbesar kedua dari kelompok

tumbuhan berbunga. Di dunia terdapat puluhan ribu spesies anggrek alam yang sebagian besar terdapat di daerah tropis, kurang lebih 5000 spesies di antaranya terdapat di Indonesia.

Kelebihan dari suku Orchidaceae dibandingkan dengan suku tanaman lainnya dari kelompok tumbuhan berbunga adalah sangat mudah dilakukan persilangan buatan sehingga setiap tahunnya di dunia (termasuk di Indonesia) dihasilkan ribuan anggrek hibrid oleh para penangkar dan penghobi anggrek. Persilangan tidak saja dapat dilakukan antar varietas dalam satu spesies atau antar spesies dalam satu genus, namun juga antar genus. Persilangan buatan ini juga sangat mudah dilakukan dan bisa dipelajari oleh siapa saja.

Salah satu spesies dari suku Orchidaceae tersebut adalah Vanda tricolor Lindley var. suavis. Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh John Lindley pada tahun 1847. Selain varietas suavis, ada varietas lainnya yaitu patersonii , purpurea, dan palida. Namun di Indonesia yang paling umum dij umpai adalah varietas suavis.

Jika dilihat dari cara tumbuhnya, anggrek V. tricolor termasuk anggrek epipit. Tanaman yang bersifat epipit secara alamiah tumbuh menempel pada kulit kayu tanaman lain namun tidak mengambil makanan dari tanaman induk tempatnya menempel. Dalam pembudidayaan tanaman epipit, diperlukan media buatan, biasanya berupa serutan kayu, cacahan pakis atau mos untuk tempat tumbuhnya. Beberapa Vanda hibrid seringkali

Page 13: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

2

dij umpai ditanam di atas tanah dan tampaknya seperti bersifat terestrial (tumbuh di tanah), namun sebenarnya tidak langsung mengenai tanah. Di atas tanah ditaruh media serutan kayu (biasanya setebal 10-20 cm dan disangga oleh genteng atau bata) untuk tempat tumbuhnya akar.

Anggrek V. tricolor dapat tumbuh pada daerah-daerah dengan ketinggian 200-1600 m dpl, di hutan-hutan agak terlindung hingga terbuka. Intensitas cahaya optimum 50-75%.

Dari segi taksonomi, anggrek V.tricolor. Lindl. var. suavis dapat diklasifi kasikan sebagai berikut (Dressler, 1990) :Kingdom : Plantae Divisi : MagnoliophytaKelas : LiliopsidaOrdo : AspargalesFamili : OrchidaceaeSubfamili : EpidendroideaeTribe : VandeaeSubtribe : SarcanthinaeAlliance : VandaGenus : VandaSpesies : V.tricolor.varietas : suavis

Vanda tricolor Lindl. varietas suavis, tumbuh di beberapa daerah di Indonesia yakni Jawa timur, Jawa tengah, Yogyakarta (lereng Merapi), Jawa barat , Bali dan Sulawesi . Untuk selanjutnya dalam tulisan ini, kita sebut forma Jawa timur, Jawa tengah, Merapi, Jawa barat dan Bali sesuai tempat asalnya. Menurut studi evolusi yang dilakukan Gardiner (2007), V.tricolor. varietas suavis forma Bali adalah yang termuda di Indonesia, sedangkan yang di Sulawesi adalah yang tertua. V. tricolor di Indonesia, awalnya terdapat di Sulawesi, kemudian menyebar ke Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur dan terakhir ke Bali.

Page 14: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

3

RINDANG DWIYANI

Keberadaan spesies anggrek ini kini di habitat asalnya (di alam) dilaporkan sudah sangat berkurang karena adanya pengambilan secara berlebihan (overgathering) serta kerusakan hutan akibat bencana alam seperti erupsi gunung berapi. Overgathering dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan koleksi maupun komersial tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Bencana alam juga ikut berkontribusi tehadap langkanya anggrek ini di alam. Misalnya, letusan gunung Merapi yang terjadi di Yogyakarta menyebabkan punahnya populasi V. tricolor yang tumbuh di lereng gunung Merapi. Kini pemandangan indah V. tricolor di lereng Merapi sudah tiada. Gambar 1.1 adalah V. tricolor Lindl. var suavis di lereng Merapi yang direkam enam bulan sebelum gunung Merapi erupsi pada November 2010.

Gambar 1.1 Vanda tricolor Lindl. var. suavis di lereng Merapi (Foto: dok. pribadi)

Page 15: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

4

Diperlukan perhatian yang lebih untuk melindungi sumber plasma nutfah kita ini agar tidak punah. Kadangkala kita terbuai oleh anggrek-anggrek hibrid yang harganya mahal dan kurang memperhatikan eksistensi anggrek alam, padahal anggrek alam merupakan induk persilangan atau asal muasal dari anggrek-anggrek hibrid.

Upaya perlindungan diantaranya dapat dilakukan melalui penelitian oleh insan peneliti di perguruan tinggi dan Balai Penelitian yang ada di Indonesia. Selain itu juga dapat melalui penangkaran atau konservasi eksitu yang bisa dilakukan oleh para pencinta anggrek atau mereka yang peduli terhadap lingkungan.

Page 16: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

5

RINDANG DWIYANI

BAB II MORFOLOGI

2.1 Habitus

Dari pola pertumbuhan batangnya, maka anggrek secara umum dibedakan menjadi dua golongan, yakni

simpodial dan monopodial (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Pola Pertumbuhan Batang Anggrek (Dok. pribadi)Keterangan :Anggrek dengan batang simpodial (kiri) dan monopodial (kanan);

skala =10 cm.

Anggrek simpodial memiliki sifat pertumbuhan ke arah samping. Apabila tanaman induk sudah mencapai pertumbuhan maksimal ke arah vertikal, maka tunas-tunas baru akan tumbuh

Page 17: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

6

di bagian samping. Anggrek simpodial dicirikan oleh adanya bulbus (Gambar 2.2), yakni organ batang berbentuk pipih dan bulat yang merupakan tempat tumbuhnya daun. Selain itu bulbus juga merupakan organ tempat menyimpan air dan cadangan makanan. Contoh anggrek yang memiliki bulbus adalah Catt leya, dan Coelogyne.

Gambar 2.2 Bulbus pada anggrek Catt leya (Dok. pribadi)Keterangan: tanda panah menunjukkan bulbus; skala = 1 cm.

Sedangkan anggrek genus Vanda, seperti halnya Vanda tricolor Lindl. var. suavis (Gambar 2.3) termasuk golongan anggrek monopodial, yakni anggrek yang memiliki sifat batang yang tumbuh secara indeterninate ke arah vertikal. Jika tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih 1,5m, biasanya dilakukan pemotongan (kira-kira 30-50cm dari permukaan tanah) karena daun-daun di bagian bawah (yang dekat tanah) umumnya gugur dan kemudian tumbuh banyak akar aerial. Potongan batang

Page 18: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

7

RINDANG DWIYANI

bagian atas tersebut kemudian ditanam kembali pada media baru. Tujuan pemotongan ini adalah untuk membatasi tinggi tanaman serta memelihara bentuk tanaman. Akar aerial yang tumbuh di batang bagian bawah ini berfungsi untuk menyerap hara dari udara.

Gambar 2.3 Habitus Vanda tricolor Lindl. var. suavis (Dok. pribadi). Tampak batang yang bersifat monopodial serta akar aerial.; Skala = 5 cm.

2.2 Daun, Bunga dan Buah

Secara umum daun V.tricolor Lindl. var suavis memiliki susunan daun berseling berhadapan, berbentuk pita, ujung daun rompang dan bertepi rata, dengan lebar 3-4 cm dan panjang daun 20-30 cm (Gambar 2.4).

Page 19: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

8

Gambar 2.4 Daun V.tricolor Lindl. var. suavis (Dok. pribadi)Keterangan : Tanda panah menunjukkan ujung daun berbentuk rompang;

skala = 1 cm

Kuncup bunga V.tricolor var. suavis muncul dari ketiak daun (Gambar 2.5). Vanda tricolor Lindl. varietas suavis memiliki infl oresensia (bunga majemuk) berbentuk tandan, dengan jumlah kuntum bunga 5-15 kuntum per-tandan. Kuntum bunga ini berbau harum serta memiliki tiga warna, sesuai dengan namanya yakni ’tricolor’ yang berarti ’tiga warna’.

Gambar 2.5 Kuncup Bunga Vanda tricolor Lindl. (Dok. pribadi)Keterangan : skala = 1 cm

Page 20: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

9

RINDANG DWIYANI

Perhiasan bunga berwarna dasar putih dengan totol-totol berwarna coklat, merah atau merah keunguan serta labelum yang berwarna merah, ungu atau merah keunguan. Warna totol-totol serta labelum tergantung dari daerah asal atau formanya seperti terlihat pada Gambar 2.6. Ketiga forma memiliki bunga dengan warna dasar putih, namun totol-totol bervariasi, yakni merah keunguan (forma Merapi), coklat (forma Jawa barat) dan merah (forma Bali). Labelum (bibir bunga) juga sedikit bervariasi. Forma Merapi memiliki labelum dengan warna merah keunguan, forma Jawa barat berwarna ungu, sedangkan forma Bali berwarna merah. Tangkai bunga berwarna putih (forma Jawa barat), putih semburat ungu (forma Merapi) dan putih semburat merah (forma Bali). Mahkota bunga forma Jawa barat memiliki ukuran yang lebih kecil, yakni diameter 3-4 cm, sedangkan mahkota bunga forma Merapi berdiameter 4-5 cm dan forma Bali memiliki diameter mahkota bunga paling besar, yakni 5-6 cm.

Gambar 2.6 Bunga V.tricolor Lindl. var. suavis forma Merapi (A), Jawa barat (B) dan Bali (C) (Dikutip secara parsial dari Dwiyani, 2012)

Jika ditinjau dari aroma bunganya, forma Bali dan Jawa barat memiliki tingkat aroma bunga yang lebih tajam dari forma Merapi. Aroma bunga forma Jawa barat dan Bali dapat tercium hingga jarak 3 meter pada saat setelah bunga mekar tiga hari, sedangkan aroma bunga forma Merapi tercium pada jarak 1 meter dengan umur bunga yang sama.

Bunga anggrek mengandung serbuk sari (pollen) yang merupakan kelamin jantan; dan putik sebagai kelamin betina

Page 21: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

10

Kedua alat reproduksi pada anggrek ini berada pada suatu struktur yang disebut column (tugu). Butir-butir serbuk sari anggrek menggumpal membentuk suatu agregat disebut polinia. Putiknya disebut gymnostenum, yang letaknya dalam suatu lekukan pada tugu. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa anggrek merupakan tanaman yang sangat mudah untuk dikawinkan lewat suatu penyerbukan (polinasi) secara buatan, baik pernyerbukan silang (crossing ) maupun penyerbukan sendiri (selfi ng).

Gambar 2.7 Buah V.tricolor Lindl. var. suavis (Dok. pribadi)Keterangan : Buah 20 hari setelah polinasi (A); Buah dibelah dengan bij i yang siap tabur (B); buah siap panen yaitu 6,5 bulan setelah polinasi (C);

skala = 1 cm

Biasanya, seminggu setelah terjadinya polinasi buatan, mahkota bunga akan layu, dan dasar bunga akan mengalami pembengkakan yang selanjutnya membentuk buah. Di dalam buah ini terdapat beribu-ribu bahkan berjuta-juta bij i yang ukurannya sangat kecil. Joseph Arditt i , seorang peneliti anggrek dari Universitas California (1991) melaporkan bahwa berat per bij i anggrek berkisar antara 0,39 - 3,6 μg tergantung varietasnya.

Page 22: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

11

RINDANG DWIYANI

Bij i anggrek yang berukuran sangat kecil ini memiliki sedikit atau tidak sama sekali endosperm. Karena tiadanya endosperm tersebut, seringkali orang menyebut bij i anggrek dengan istilah ’embrio’. Gambar 2.7 memperlihatkan buah serta bij i dari anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis. Buah jenis anggrek ini panjangnya berkisar 5-7cm, memiliki kulit permukaan yang keras, sehingga lebih mudah dalam melakukan sterilisasi permukaan sebelum penaburan bij i, dibandingkan misalnya dengan buah anggrek Dendrobium sp yang berkulit tipis dan mudah pecah. Meskipun demikian, kadangkala buah Vanda juga bisa pecah jika terlambat panen. Buah yang sudah pecah membutuhkan penanganan khusus yang relatif lebih sulit, yakni sterilisasi bij i. Dengan demikian, dalam penaburan bij i dianjurkan menggunakan buah siap panen yang belum pecah.

Page 23: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

12

BAB IIIMENABUR BIJI ANGGREK

3.1 Bij i Anggrek

Bij i-bij i anggrek yang sangat kecil tersimpan dalam buah anggrek yang berbentuk kapsul. Bij i anggrek V. tricolor

berwarna putih jika masih muda (buah berumur 5 bulan atau kurang dari 6 bulan setelah polinasi), kuning atau coklat jika sudah siap tabur (6 - 6,5 bulan setelah polinasi), dan berwarna hitam jika sudah terlalu tua (> 7 bulan). Buah yang paling baik untuk pembuatan anggrek botol adalah yang berumur 6-6.5 bulan setelah polinasi. Bij i anggrek dari buah yang terlalu tua berkecambah dengan persentase yang rendah. Tingginya kandungan senyawa fenol pada bij i dari buah tua diduga sebagai penyebab sulitnya perkecambahan. Hal ini didukung oleh pendapat Arditt i (1991), yang menyebutkan bahwa pada spesies anggrek tertentu, setelah 20 hari pada media perkecambahan, sel-sel di bagian basal embrio akan membelah dan mengakumulasikan tannin. Sedangkan bij i dari buah berumur 5 bulan setelah polinasi (berwarna putih) dapat berkecambah, namun membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Hal ini disebabkan oleh belum masaknya embrio. Dengan demikian, maka untuk pembuatan anggrek botol dari spesies V. tricolor dibutuhkan buah yang benar-benar siap tabur, tidak terlalu muda maupun tidak terlalu tua.

Berbeda dengan bij i tanaman angiospermae lain yang memiliki cadangan makanan, bij i anggrek sedikit atau tidak sama sekali memiliki cadangan makanan (endosperm). Konsekwensinya, bij i-bij i ini harus disemai secara in vitro di

Page 24: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

13

RINDANG DWIYANI

laboratorium pada media steril yang mengandung sumber makanan (hara makro, hara mikro, vitamin). Perkecambahan bij i anggrek secara alamiah (di habitatnya) bisa terjadi, namun harus ada simbiosis dengan semacam mikoriza. Dengan kondisi inipun persentase perkecambahan masih sangat rendah, yaitu berkisar sekitar 1 %. Sedangkan penyemaian di luar laboratorium pada media tidak steril menyebabkan bij i-bij i tersebut mati karena serangan mikroorganisme atau dimakan serangga (seperti semut) karena ukuran bij inya yang sangat kecil. Dengan demikian, penaburan bij i anggrek harus ditanam secara in vitro di laboratorium. Syarat utama untuk kultur in vitro adalah kondisi aseptik, sehingga sterilisasi merupakan faktor penting untuk keberhasilan kerja kultur in vitro.

3.2 Alat-alat yang Dibutuhkan untuk Penaburan Bij i

Alat-alat yang dibutuhkan untuk menabur bij i anggrek adalah: - Enkas (alat sederhana) atau laminar air fl ow cabinet (alat

yang lebih modern) yang dipergunakan sebagai meja kerja steril;

- Autoklaf untuk sterilisasi; - Magnetic stirrer yang dilengkapi dengan pemanas;- Timbangan analitik;- Botol botol kultur yang dapat diperoleh dengan

memanfaatkan botol selai atau botol saus yang terbuat dari bahan gelas (kaca);

- Tutup botol kultur yang dapat berupa karet, plastik atau aluminium foil;

- Cawan petri yang berdiameter agak besar (9-12cm) untuk tempat menaruh buah dalam meja kerja;

- Erlenmeyer kecil atau botol selai steril untuk tempat alkohol;

- Lampu bunsen dan spiritus;

Page 25: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

14

- Scalpel dan blade (pisau steril) untuk mengiris buah;- Alat-alat kecil seperti spatula dan pinset;- Sprayer dan alkohol;- Jas lab, glove (sarung tangan) dan masker untuk safety

pekerja.Gambar alat-alat ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3 Media Tanam dan Cara Pembuatannya

Penaburan bij i anggrek di laboratorium membutuhkan hara yang dikemas dalam suatu media dasar. Dikenal ada beberapa media dasar yang umumnya digunakan untuk penaburan bij i anggrek, diantaranya adalah media MS (Murashige dan Skoog), White, dan VW (Vacin dan Went). Media yang mana saja dapat digunakan karena pada dasarnya masing-masing media dasar tersebut mengandung senyawa yang serupa yakni garam inorganik (hara makro), hara mikro dan vitamin. Bagaimana komposisi dari masing-masing media dasar ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kini media dasar ini ada yang dij ual dalam bentuk ‘kemasan jadi’, sehingga lebih praktis. Pada sampul kemasan akan tercantum jumah (berat) media kemasan yang dibutuhkan untuk membuat satu liter media. Media tanam bij i juga dapat dibuat dengan meracik sendiri sesuai dengan komponen yang dibutuhkan. Karena dibutuhkan dalam jumlah sedikit, masing-masing komponen media tersebut dibuat dalam larutan stok yang lebih kental untuk mempermudah penimbangan. Untuk pembuatan anggrek botol skala rumah tangga (bukan untuk penelitian), dapat juga digunakan pupuk daun sebagai sumber hara makro dan mikro. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bij i anggrek dari genus Dendrobium dapat tumbuh dengan baik jika ditabur pada media pupuk daun.

Selain hara makro, hara mikro dan vitamin, untuk membuat media tanam kultur juga ditambahkan sukrosa (gula)

Page 26: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

15

RINDANG DWIYANI

sebagai sumber karbon sebanyak 2% (20 gram perliter) hingga 3% (30 gram per liter); pemadat media, dapat berupa bioagar (6-7 gram per liter), gellan-gum (2-2,5 gram per liter), atau dapat juga digunakan agar-agar bubuk komersial (untuk puding) yang berwarna putih (7 gram per liter). Senyawa organik alami seperti tomat (jus atau ekstraknya), air kelapa atau pisang (jus) juga seringkali ditambahkan untuk menumbuhkan bij i anggrek. Namun khusus untuk anggrek Vanda tricolor Lindl. varietas suavis, perkecambahan bij inya mutlak membutuhkan tomat (dalam bentuk ekstrak atau jus).

Cara membuat satu liter media tanam untuk bij i sama dengan membuat satu liter media tanam untuk kultur in vitro secara umum. Caranya adalah sebagai berikut:- Siapkan gelas ukur (ukuran 2 Liter) dan letakkan di atas

magnetic stirrer. Ukuran gelas harus lebih besar dari volume media yang akan dibuat.

- Timbang media kemasan jadi, beratnya disesuaikan dengan kebutuhan (untuk satu liter media) yang tercantum dalam sampul kemasan. Jika media dibuat dengan cara meracik, maka masing-masing larutan stock dipipet sesuiai dengan kebutuhannya. Jika digunakan pupuk daun, maka gunakan 1 gram pupuk daun yang mengandung hara makro ditambah 1 gram pupuk daun yang mengandung hara mikro.

- Masukkan senyawa tersebut pada gelas ukur yang sudah disediakan. Tambahkan akuades hingga 500 ml. Masukkan magnet pengaduk dan putar knop “stirrer” magnetic stirrer untuk pengadukan dan putar juga knop “heat” untuk pemanasan.

- Masukkan 20 sampai dengan 30 gram sukrosa (gula pasir) dan tetap dilakukan pengadukan dan pemanasan.

- Timbang pemadat (pilih salah satu dari : 7 gram bioagar / 7 gram agar-agar komersial / 2-2,5 gram gellan gum).

Page 27: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

16

- Jika harus dilakukan penambahan bahan organik alami (misalnya untuk perkecambahan bij i anggrek V. tricolor dibutuhkan 100 gram ekstrak atau jus tomat per liter), maka bahan organik tersebut ditimbang dan dimasukkan dalam gelas ukur tersebut.

- Selanjutnya ditambahkan akuades hingga volume mendekati satu liter, 990 ml.

- Ukur pH dengan pH indikator, kemudian pH tersebut diadjust atau disesuaikan hingga menjadi 5,6-5,8 dengan jalan menambahkan larutan yang bersifat basa (NaOH atau KOH) jika terlalu asam atau larutan yang bersifat asam (HCl) jika terlalu basa.

- Tambahkan akuades lagi hingga volumenya benar-benar tepat satu liter. Pada saat menambahkan akuades, magnet pemutar diangkat sebentar, setelah tepat satu liter dimasukkan lagi.

- Tetap dilakukan pengadukan (‘stirrer’) dan pemanasan (‘heat’) agar larutan benar-benar homogen.

- Jika sudah mendidih (suhu mencapai 80oC), maka media tersebut dituang ke dalam botol-botol kultur yang sudah disteril, ditutup rapat dengan penutup botol yang terbuat dari karet atau dengan plastik lembaran atau aluminium foil. Volume masing-masing botol tergantung ukuran botolnya, berkisar kurang lebih 25-40 ml.

- Selanjutnya botol-botol yang sudah berisi media tersebut disteilisasi dengan autoklaf. Caranya, panci autoklaf diisi air secukupnya, kemudian ‘sarangan’ ( bentuknya seperti bagian dalamnya dandang yang berlubang) diletakkan di dalamnya. Botol-botol yang berisi media tersebut diletakkan dalam ‘sarangan’, diatur sedemilian rupa agar efi sien dan volume tidak melebihi volume ‘sarangan’ sehingga autoklaf dapat ditutup rapat. Selanjutnya autoklaf dipanaskan dengan kompor (untuk jenis autoklaf kompor) atau dengan listrik (untuk jenis autoklaf listrik). ‘Katup

Page 28: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

17

RINDANG DWIYANI

asap’ dibiarkan terbuka hingga keluar asap. Setelah asap keluar dari katup, selanjutnya katup ditutup agar suhu dan tekanan meningkat.

- Dibiarkan suhu naik hingga mencapai 121oC atau tekanan mencapai 17 psi (autoklaf umumnya dilengkapi dengan penunjuk suhu dan tekanan). Proses sterilisasi media membutuhkan waktu 30 menit, dihitung sejak suhu mencapai 121 oC. Untuk sterilisasi alat-alat kecil seperti pinset, spatula, skalpel, botol kultur, dan lainnya, membutuhkan waktu 60 menit.

- Setelah proses autoklafi ng selesai, media tidak dapat langsung dikeluarkan. Harus ditunggu dulu sampai suhu autoklaf mencapai 0oC atau tekanan 0 psi.

- Setelah dikeluarkan dari autoklaf, media ditaruh di ruang media. Digunakan paling cepat satu minggu kemudian, untuk memberikan kesempatan pada mikroorganisme (seandainya masih ada dalam media) untuk tumbuh dalam kurun waktu tersebut, sehingga dapat mencegah penggunaan media yang mengandung mikroorganisme dorman di dalamnya.

Dalam kondisi tidak tersedianya ‘magnetic stirrer’ di laboratorium, maka pembuatan media dapat dilakukan di atas kompor. Peran gelas ukur digantikan oleh panci aluminium atau ‘stainlessteel’ yang tahan untuk pemanasan di atas kompor, sedangkan untuk mengaduk digunakan sendok pengaduk sebagai pengganti magnet yang diputar oleh stirrer (pada ‘magnetic stirrer’).

3.4 Teknik Aseptik

Teknik aseptik adalah suatu teknik untuk menjaga kondisi aseptik secara menyeluruh dalam kultur in-vitro. Dalam pekerjaan ini, adanya kontaminan benar-benar dieliminir untuk menjaga

Page 29: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

18

kondisi selalu dalam keadaan steril sehingga pertumbuhan dan perkembangan eksplan berjalan dengan baik dan pekerjaan kultur in-vitro berlangsung dengan sukses.

Teknik aseptik dalam kultur in-vitro meliputi:- Ruangan Ruangan dalam laboratorium kultur in-vitro sedikitnya

meliputi ruang tanam, ruang kultur, dan ruang preparasi. Seluruh ruangan dalam lab dij aga selalu bersih dengan jalan menyapu dan mengepel dengan desinfektan pembersih lantai. Ruang tanam sebaiknya dilengkapi dengan lampu ultra violet (UV). Lampu UV ini dinyalakan sebelum mulai bekerja (30 menit) dan setelah selesai bekerja (30 menit).

- Meja Kerja Meja kerja yang sederhana (enkas) disterilisasi dengan

jalan mengelap seluruh ruangan enkas dengan alkohol 70% sebelum dan setelah bekerja. Meja kerja yang lebih modern yaitu Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) disterilisasi dengan jalan mengelap seluruh ruangan laminar dengan alkohol 70%, sebelum dan setelah selesai bekerja. Selain itu, sterilisasi juga dilakukan dengan jalan menyalakan lampu UV (yang ada dalam laminar) selama 30 menit sebelum dan setelah selesai bekerja. Lampu UV (baik dalam ruangan maupun meja kerja) berfungsi untuk membunuh mikroorganisme.

- Pelaksana / pekerja Teknik aseptik juga perlu didukung oleh para pelaksana /

pekerja kultur dengan jalan senantiasa menjaga kebersihan dirinya sebelum mulai bekerja. Tangan hendaknya dicuci dengan detergen, dibilas bersih, kemudian dikeringkan dan disemprot denga alkohol sebelum mulai bekerja.

- Bahan tanam Sterilisasi bahan tanam adalah hal yang paling krusial

dalam teknik kultur jaringan. Diperlukan trial and error

Page 30: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

19

RINDANG DWIYANI

untuk mendapatkan metode sterilisasi suatu bahan eksplan, karena metode tersebut sangat spesifi k tergantung dari spesies tanaman, mother plant (sumber bahan eksplan), bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan eksplan dan juga umur jaringan bahan eksplan. Spesises tanaman A akan berbeda cara sterilisasinya dengan spesies B. Mother plant yang sehat membutuhkan tingkat sterilisasi yang lebih ringan dibandingkan dengan eksplan yang berasal dari mother plant yang sakit. Eksplan daun akan berbeda tingkat sterilisasinya dengan eksplan batang. Begitu pula eksplan dengan jaringan yang lebih muda lebih sensitif terhadap bahan sterilan sehingga membutuhkan tingkat sterilisasi yang lebih ringan dibandingkan dengan jaringan yang lebih tua. Berat ringannya tingkat sterilisasi dilihat dari konsentrasi sterilan yang dipergunakan (semakin tinggi konsentrasi sterilan menunjukkan tingkat sterilisasi yang semakin berat) serta lamanya sterilisasi dilakukan (misalnya semakin lama perendaman dalam larutan sterilang menunjukkan tingkat sterilisasi yang semakin berat). Zat-zat yang biasa digunakan untuk sterilisasi bahan tanam diantaranya fungisida, antibiotik, clorox (sodium hypochloride), alkohol, dan lain sebagainya.

- Sterilisasi Larutan Dengan Filter Beberapa zat yang biasa digunakan dalam kultur in-

vitro tidak dapat diautoclave untuk sterilisasinya karena dapat menurunkan atau menghilangkan efek / daya kerja zat tersebut. Untuk zat-zat seperti itu maka dilakukan sterilisasi dengan metode “Sterilisasi Filter”. Sterilisasi fi lter dilakukan dengan menggunakan syringe fi lter (Gambar 3.1). Filter ini dij ual dengan harga 50-60 ribu rupiah per buah di toko-toko alat laboratorium dan hanya bisa digunakan sekali pakai. Penggunaannya harus dilengkapi dengan spite untuk mengambil larutan yang disterilisasi.

Page 31: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

20

Gambar 3.1. Alat sterilisasi dengan metode fi lter Keterangan : syringe fi lter (A); spite untuk mengambil larutan

yang disterilisasi(B); skala = 1 cm

3.5 Cara Menabur Bij i Anggrek

Cara menabur bij i anggrek V. tricolor sama dengan cara menabur bij i anggrek secara umum. Sterilisasi merupakan kunci keberhasilan dalam penaburan bij i.

Sterilisasi diawali dengan menyemprot dan mengelap laminar (meja kerja) dengan alkohol (70% atau 95%). Selanjutnya, lampu Ultra Violet (UV) pada laminar dinyalakan selama 30 menit dan ditutup rapat. Setelah lampu UV dimatikan, lampu biasa dan ‘blower’ dinyalakan. Selanjutnya alat tanam (pisau, skalpel, spatula), petri, wadah steril (untuk tempat alkohol), lampu bunsen dan media tanam dimasukkan ke dalam laminar dengan menyemprotnya terlebih dahulu menggunakan alkohol.

Page 32: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

21

RINDANG DWIYANI

Sterilisasi terhadap material tanam dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. Pertama buah anggrek (yang akan ditabur bij inya) dicuci pada kucuran air kran sambil disikat (dengan sikat gigi bersih) menggunakan detergen. Selanjutnya buah anggrek yang sudah bersih ini dicelupkan dalam spiritus dan dibakar di atas lampu bunsen. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, baru kemudian dimasukkan ke dalam laminar.

Di dalam laminar, buah anggrek tersebut dipegang dengan pinset, dibakar sekali lagi baru kemudian dibelah. Selanjutnya bij i-bij i anggrek ditanam pada media yang sudah disiapkan. Prinsip untuk menjaga kondisi steril adalah setiap alat tanam yang akan mengenai bahan tanam harus dicelupkan terlebih dahulu dalam alkohol, lalu dibakar di api lampu bunsen, baru kemudian digunakan. Hati-hati dalam penggunaan alkohol dan api. Jangan sampai ‘alat yang masih mengandung api’ dicelupkan dalam alkohol karena dapat menyebabkan terbakarnya alkohol. Prosedur penanaman bij i anggrek ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Prosedur Penanaman Bij i Anggrek di laboratoriumBuah anggrek yang siap tabur (1); Buah dicuci dan disikat dengan detergen

(2); Buah dicelupkan pada spiritus dan dibakar di api bunsen (3); Buah dibelah dengan pisau steril (4); Bij i ditabur pada media (5) ;

dan berkecambah (6)

Page 33: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

22

3.6 Perkembangan Embrio

Bij i-bij i anggrek yang ditanam tersebut akan mengalami pembengkakan karena menyerap air. Selanjutnya, testa akan pecah secara perlahan dan akan tampak bentuk bulatan berwarna putih. Pada bij i anggrek yang berasal dari buah yang tua, adanya testa ini akan tampak dengan jelas. Setelah itu bulatan putih ini akan berubah warna, menjadi kuning dan selanjutnya menjadi hij au. Bentuk bulat atau lonjong yang berwarna kuning atau hij au ini disebut protokorm. Pada anggrek V. tricolor, pada 8 minggu setelah penanaman, akan tampak secara visual munculnya shoot apical meristem (SAM) pada protokorm. Protokorm ini bersifat bipolar (memiliki bakal tunas dan bakal akar) dan nantinya akan tumbuh menjadi bibit tanaman anggrek. Terbentuknya protokorm pada V. tricolor terjadi satu sampai dengan dua minggu setelah penaburan. Jika buah yang digunakan tepat panen dan bij i-bij inya ditabur pada media yang sesuai, maka akan lebih cepat terbentuk protokorm. Gambar 3.3 memperlihatkan fase-fase perkembangan bij i anggrek V. tricolor dari buah yang berumur 7 bulan (bij i masih berwarna coklat).

Gambar 3.3 Perkembangan embrio anggrek V. tricolor dari buah berumur 7 bulan setelah polinasi ( Sumber: Dwiyani dkk., 2012)

Keterangan: Fase 1 = bij i anggrek sebelum ditanam; fase 2 = embrio membengkak, tampak bergaris-garis warna coklat menunjukkan testa yang pecah; fase 3 = embrio tidak memiliki testa, bentuk bulat atau oval, warna

putih, tampak testa masih tersisa; fase 4 = ukuran embrio membesar, bentuk bulat, warna kuning, testa masih tersisa; fase 5 = ukuran embrio membesar, bentuk bulat, warna hij au; fase 6= Shoot Apical Meristem (SAM) terdeteksi,

warna hij au. Skala = 100μm.

Page 34: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

23

RINDANG DWIYANI

Jika protocorm (protokorm) adalah istilah yang diberikan untuk struktur bij i anggrek yang sudah berkecambah, maka protocorm like bodies (plb) adalah istilah yang diberikan pada struktur yang menyerupai protokorm yang terbentuk dari sel-sel somatik. Plb terbentuk pada kultur organ tanaman anggrek, berasal dari sel-sel somatik dan bersifat bipolar seperti protokorm sehingga disebut juga embrio somatik. Gambar 3.4 menunjukkan gambar plb yang berasal dari kultur akar.

Gambar 3.4 Protocorm like bodies (plb) pada kultur akar tanaman anggrek (Dok. pribadi). Keterangan: Skala = 5 mm

Berbeda dengan anggrek Phalaenopsis amabilis yang memiliki pertumbuhan embrio seragam, maka pertumbuhan embrio anggrek V. tricolor Lindl. relatif tidak seragam, walaupun bij i berasal dari satu buah (Gambar 3.5). Dalam hal penggunaan protokorm sebagai target transformasi pada transfer gen melalui Agrobacterium tumefaciens (dalam rekayasa genetika), maka ketidakseragaman pertumbuhan protokorm ini harus diperhatikan, karena transformasi sebaiknya dilakukan saat protokorm berada pada pertumbuhan yang relatif homogen. Ketidakseragaman pertumbuhan bij i ini pula menyebabkan pertumbuhan seedling (tanaman kecil dari bij i) menjadi tidak seragam. Dalam pembuatan anggrek botol, pada saat subkultur, dilakukan pengelompokan protokorm berdasarkan ukurannya, sehingga di dalam satu botol akan memiliki ukuran tanaman yang seragam.

Page 35: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

24

Gambar 3.5 Pertumbuhan protokorm P. amabilis BL. dan V.tricolor Lindl. Keterangan : A = protokorm P.amabilis umur 3 mss; B= protokorm P.amabilis

umur 6 mss; C = protokorm V.tricolor Lindl. umur 3 mss; D = protokorm V.tricolor Lindl. umur 6 mss; mss = minggu setelah semai.

Seedling Vanda tumbuhnya relatif lambat, sehingga

aklimatisasi (hardening) umumnya dilakukan ketika bibit berumur 12-18 bulan setelah semai (Gambar 3.6).

Gambar 3.6 Bibit anggrek V. tricolor 12 bulan setelah semai

Page 36: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

25

RINDANG DWIYANI

Aklimatisasi adalah proses adaptasi tanaman kultur dari lingkungan kultur (dalam botol) ke cekaman lingkungan yang baru (di luar botol). Aklimatisasi bibit anggrek dalam botol dilakukan dengan jalan mengeluarkan bibit anggrek dari botol dan ditanam ke media semi steril, biasanya hancuran pakis, arang, serutan kayu gergaji, sekam atau mos yang dikukus (untuk sterilisasinya). Gambar 3.7. memperlihatkan seedling V. tricolor 6 bulan sejak aklimatisasi dimulai pada media serutan kayu dan arang.

Setelah melewati fase aklimatisasi, bibit anggrek yang tadinya bersifat heterotrof dalam botol akan berubah menjadi bersifat autotrof, dapat melakukan fotosintesis secara normal sebagaimana tanaman di lapang. Kompot ini kemudian dipindah ke individu pot jika tinggi bibit sudah mencapai kurang lebih 10 cm. Dalam kondisi ini, diperlukan pemupukan menggunakan pupuk daun (fooliar fertilizer).

Gambar 3.7 Bibit (seedling) V. tricolor pada proses aklimatisasi (Dok.pribadi). Keterangan : media serutan kayu (A) dan media arang (B);

skala =1 cm

Hasil penelitian pada bibit anggrek Dendrobium sp. paska aklimatisasi mendapatkan bahwa pemberian pupuk daun dengan frekuensi pemberian 10 hari sekali memberikan pertumbuhan seedling terbaik (Dwiyani, 2012). Pupuk daun yang digunakan adalah Gandasil D dan Hyponex (Merek dagang).

Page 37: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

26

BAB IV PERAN JUS / EKSTRAK TOMAT

UNTUK PERKECAMBAHAN BIJI DAN PERTUMBUHAN BIBIT ANGGREK Vanda

tricolor Lindl var. suavis

4.1 Perkecambahan Bij i dan Pertumbuhan Protokorm dengan Penambahan Ekstrak Tomat

Bij i-bij i anggrek V. tricolor Lindl. varietas suavis forma Bali tidak dapat berkecambah dan tumbuh membentuk

protokorm jika tidak ditumbuhkan pada media yang mengandung ekstrak/jus tomat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak/jus tomat mutlak dibutuhkan untuk perkecambahan bij i anggrek V.tricolor forma Bali. Akan tetapi tidak demikian dengan forma Merapi. Bij i-bij i tetap dapat tumbuh pada media tanpa tomat, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan media dengan tomat. Jadi tomat (dalam bentuk jus atau ekstraknya) tetap dibutuhkan untuk perkecambahan bij i anggrek forma Merapi. Tabel 4.1 dan 4.2 memperlihatkan bagaimana respon kedua forma ini terhadap pemberian ekstrak tomat (Dwiyani dkk, 2012).

Data ini menunjukkan bahwa forma Bali memberikan respon yang lebih baik terhadap pemberian ekstrak tomat. Untuk forma Merapi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata secara statistik antara perlakuan ekstrak tomat dengan kontrol pada hampir semua fase pertumbuhan yang diamati.

Tabel 4.3 memperlihatkan kandungan senyawa yang begitu kompleks yang terdapat pada buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Kandungan senyawa yang sangat banyak dan terlihat signifi kan jumlahnya dibanding senyawa lain adalah vitamin C, antioksidan, karoten total serta senyawa lain yakni fosfat, magnesium dan kalium. Beberapa literatur juga

Page 38: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

27

RINDANG DWIYANI

menyebutkan bahwa buah tomat yang masak (fully ripe) juga mengandung sitokinin dengan konsentrasi yang rendah yang dapat menstimulasi perkembamgan sel-sel tanaman.

Tabel 4.1 Respon Pertumbuhan Bij i Anggrek V. tricolor var. suavis forma Bali terhadap Pemberian Ekstrak Tomat (Sumber Dwiyani dkk., 2012)

Perlakuan Ekstrak tomat Fase 1 (%) Fase 2 (%) Fase 3 (%) Fase 4

(%)Kontrol 37.58 a 54.98 ab 7.31 d 0.13 bT1 34.95 ab 46.44 ab 18.02 c 0.59 bT2 26.11 bc 43.07 b 28.17 b 2.65 aT3 14.46 c 43.56 b 41.70 a 0.28 bT4 14.73 c 60.05 a 25.09 bc 0.13 bT5 12.64 c 61.85 a 25.46 bc 0.05 bBNT 5% 17.09 15.94 9.94 0.69

Keterangan: nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata dengan uji BNT taraf 5%; Perlakuan konsentrasi ekstrak tomat : Kontrol = tanpa ekstrak tomat, T1=50 gL-1, T2=100 gL-1, T3=150 gL-1, T4=200 gL-1, T5=250 gL-1.

Tabel 4.2 Respon Pertumbuhan Bij i Anggrek V. tricolor var. suavis forma Merapi terhadap Pemberian Ekstrak Tomat (Sumber: Dwiyani dkk., 2012)

Perlakuan Ekstrak tomat

Fase 1 (%)

Fase 2 (%)

Fase 3 (%)

Fase 4 (%)

Kontrol 14.76 a 56.47 a 28.77 a 0.00 aT1 8.57 a 52.71 a 38.69 a 0.03 bT2 10.87 a 46.23 a 41.34 a 1.56 bT3 7.82 a 49.20 a 42.25 a 0.73 bT4 9.27 a 53.54 a 37.15 a 0.04 bT5 6.82 a 52.30 a 40.88 a 0.00 bBNT 5% 8.55 12.71 13.96 0.79

Keterangan: nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata dengan uji BNT taraf 5%; Perlakuan konsentrasi ekstrak tomat : Kontrol = tanpa ekstrak tomat, T1=50 gL-1, T2=100 gL-1, T3=150 gL-1, T4=200 gL-1, T5=250 gL-1.

Page 39: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

28

Tabel 4.3 Kandungan komponen dalam 100 gram buah tomat Varietas Arthaloka dari Jawa Barat *)

Komponen Persentase (%)

Kadar air (%) 95.35Kadar abu (%) 0.31Lemak (%) 0.47Protein (%) 1.78Serat kasar (%) 1.05Protein telarut (%) 1.46Gula reduksi (%) 3.39Gula total (%) 3.70pH 4.34Vitamin C (mg/100g) 42.52Antioksidan (DPPH) 23.75Karoten total (mg/100g) 1837.20P2O5 (mg/100g) 132.02Mg (ppm) 80.57Mn (ppm) 0.31Na (ppm) 90.22K (ppm) 1570.24

*) Dikutip dari Dwiyani (2012)

Kandungan senyawa yang sangat kompleks ini diduga menjadi penyebab mengapa bij i-bij i V. tricolor membutuhkan ekstrak /jus tomat untuk perkecambahannya. Tingginya kandungan antioksidan serta vitamin C dari buah tomat (Tabel 4.3) menekan efek browning yang ditimbulkan oleh tingginya kandungan senyawa fenol pada bij i anggrek V. tricolor. Selain itu, buah tomat juga mengandung sejumlah besar likopen (karoten berbentuk linear) dan sejumlah kecil β-karoten /provitamin-A (karoten yang berbentuk siklik). Likopen merupakan senyawa prekursor dalam pembentukan β-karoten dalam buah tomat. β-karotena (provitamin-A) merupakan komponen esensial untuk membran fotosintesis pada semua tumbuhan, alga,

Page 40: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

29

RINDANG DWIYANI

dan sianobakteria. Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa bij i-bij i anggrek V. tricolor Lindl. var. suavis forma Bali tidak dapat tumbuh pada media tanpa tomat. Tampak media menjadi hitam dan bij i-bij i yang ditabur pada media tanpa tomat tersebut juga hitam dan tidak tumbuh.

Gambar 4.1 Pertumbuhan bij i V. tricolor Lindl. var. suavis forma Bali pada media dengan dan tanpa ekstrak tomat (dok. pribadi).

Keterangan: A = dengan ekstrak tomat dan B = tanpa ekstrak tomat; Tampak pencoklatan terjadi pada media tanpa ekstrak tomat. Gambar diambil pada 10

minggu setelah persemaian bij i. Skala = 1cm

Ekstrak tomat bukan hanya dibutuhkan sebagai trigger dalam perkecambahan bij i anggrek V. tricolor. Ekstrak tomat juga dibutuhkan untuk pertumbuhan lanjut dari protokorm (bij i yang sudah berkecambah) dari anggrek V. tricolor Lindl. Gambar 4.2 memperlihatkan pertumbuhan protokorm anggrek forma Bali pada 15 minggu setelah semai. Dari gambar tersebut terlihat bahwa protokorm tumbuh subur menjadi bibit anggrek pada media dengan ekstrak tomat, sementara pada media tanpa ekstrak tomat (kontrol) bij i-bij i anggrek tidak dapat berkecambah menjadi protokorm.

Page 41: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

30

Gambar 4.2 Pertumbuhan protokorm anggrek V. tricolor Lindl. var suavis forma Bali pada media diperkaya dengan ekstrak tomat pada 15 minggu

setelah semai (dok. pribadi)Keterangan: Kontrol = tanpa ekstrak tomat ; T1-T5 adalah konsentrasi ekstrak tomat, yaitu T1=50 gL-1, T2=100 gL-1, T3=150 gL-1, T4=200 gL-1 dan T5=250 gL-1;

skala = 2 Cm.

4.2 Kandungan Senyawa Fenol Pada Anggrek Vanda tricolor Serta Upaya Mengatasi Pencoklatan Atau Browning

Bukan hanya bij inya, kandungan senyawa fenol yang tinggi juga dij umpai pada protokorm dan kecambah (seedling) anggrek V. tricolor. Total fenol dari protokorm dan kecambah V. tricolor lebih tinggi jika dibandingkan dengan anggrek Phalaenopsis amabilis seperti terlihat pada Tabel 4.4.

Konsekwensi dari tingginya kandungan senyawa fenol dari bij i, protokorm dan seedling V. tricolor ini, maka dalam perkecambahan, serta mikropropagasi yang dilakukan pada spesies anggrek ini harus disertai upaya untuk mencegah browning atau pencoklatan.

Page 42: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

31

RINDANG DWIYANI

Tabel 4.4 Hasil analisis total fenol pada protokorm dan seedling anggrek*)

Rata-rata total fenol (mg / 100 g berat basah)

Vanda tricolor Phalaenopsis amabilis

1 Protokorm (10 MSS) 116,5 87,5

2. Seedling (32 MSS) 103 33,5*)Hasil analisis total fenol (dikutip dari Dwiyani, 2012); MSS = Minggu setelah semai

Warna coklat timbul karena adanya oksidasi senyawa fenol. Upaya pencegahan browning dalam mikropropagasi dapat berupa penambahan arang aktif (actived carcoal), dan atau penambahan Polyvinylphirrolidone (PVP) pada media tanam. Selain itu, pencegahan browning juga dapat dilakukan dengan mencuci eksplan atau mengiris eksplan pada larutan vitamin C yang merupakan antioksidan.

Warna hitam pada bij i anggrek dari buah yang tua dapat dicuci dengan larutan Bayclin (merk dagang untuk pemutih pakaian) dengan konsentrasi 0,5-1%. Dengan cara ini, bij i-bij i yang berwarna hitam / coklat tersebut bisa menjadi kuning. Untuk menjaga kondisi aseptik, kegiatan tersebut semuanya harus dilakukan dalam laminar (meja kerja steril), dan larutan bayclin ataupun vitamin C yang digunakan harus disterilisasi dengan fi lter (lihat bab 3).

4.3 Efek Likopen Murni Pada Perkecambahan Bij i Vanda tricolor Pengaruh ekstrak tomat umumnya dikaitkan dengan

adanya kandungan likopen pada buah tomat. Setiap 100 gram buah tomat segar yang sudah masak dan berwarna merah mengandung 5 mg likopen murni.

Page 43: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan likopen murni pada medium berbanding terbalik dengan kecepatan pertumbuhan embrio anggrek V. tricolor Lindl. var suavis forma Bali. Selain itu, tambahan likopen murni pada media tidak dapat menekan terjadinya pencoklatan protokorm seperti yang terjadi pada embrio yang ditumbuhkan pada medium dengan ekstrak tomat (Gambar 4.3). Hal ini menunjukkan bahwa likopen murni ternyata tidak memiliki efek stimulus dalam pertumbuhan embrio anggrek V. tricolor seperti halnya yang dimiliki oleh ekstrak tomat. Terkait dengan perbandingan efek stimulus ekstrak tomat dan likopen dalam menginduksi protokorm hij au dapat dij elaskan sebagai berikut. Rosati et al (2000) menyebutkan bahwa likopen merupakan senyawa prekursor untuk pembentukan ß karoten (pro-vitamin A) dalam buah tomat. Likopen dalam buah tomat diubah menjadi ß karoten oleh aktifi tas enzim Lycopene ß Cyclase (ß-Lyc). Cunningham et al. (1996) menyebutkan bahwa ß karoten merupakan komponen esensial untuk membran fotosintesis pada tanaman.

Gambar 4.3 Pertumbuhan embrio pada media dengan ekstrak tomat dan likopen murni (Sumber: Dwiyani, 2012).

Keterangan : Gambar diambil 4 minggu setelah semai; A = ekstrak tomat, B= likopen murni; Skala =800 μm.

Page 44: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

33

RINDANG DWIYANI

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa media ekstrak tomat menginduksi protokorm berwarna (hij au dan kuning) namun tidak demikian dengan media dengan likopen murni. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk forma Bali, kebutuhan ekstrak tomat untuk perkecambahan dan perkembangan embrio adalah suatu keharusan.

Page 45: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

34

BAB VMIKROPROPAGASI TANAMAN

5.1 Mikropropagasi dan Pengenalan Beberapa Istilah

Perbanyakan tanaman secara vegetatif-konvensional untuk anggrek monopodial seperti genus Vanda

dapat dilakukan dengan menggunakan stek atau keiki (anakan kecil yang tumbuh pada batang), namun jumlah anakan yang dihasilkan dengan cara tersebut sangat sedikit. Diperlukan metode perbanyakan vegetatif lainnya yang lebih efi sien, yaitu mikropropagasi.

Mikropropagasi merupakan metode perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan teknik kultur in vitro. Metode ini menggunakan bagian kecil organ tanaman sebagai bahan awal (disebut eksplan) untuk menghasilkan anakan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Eksplan dapat berupa tunas apikal, daun, tunas aksilar (muncul dari ’leaf axil’ atau ketiak daun), dan akar.

Eksplan tersebut ditumbuhkan di laboratorium pada media aseptik yang mengandung hara. Mikropropagasi didasari oleh teori totipotensi sel (cellular totipotency), yaitu suatu teori yang menyebutkan bahwa suatu sel tanaman memiliki kapasitas untuk membentuk tanaman secara utuh, yang akan tetap dimiliki meski suatu sel sudah mencapai tahap diferensiasi fi nal.

Mikropropagasi ini merupakan perbanyakan vegetatif yang dilakukan secara modern. Anakan hasil perbanyakan melalui mikropropagasi ini disebut plantlet. Jadi plantlet adalah tanaman hasil perbanyakan melalui mikropropagasi atau kultur

Page 46: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

35

RINDANG DWIYANI

in vitro. Plantlet ini disebut somaklon, karena merupakan tanaman hasil perbanyakan secara vegetatif (klon) yang berasal dari sel-sel somatik. Karena perbanyakan secara vegetatif, maka somaklon memiliki sifat-sifat yang secara genetik identik dengan induknya. Hal ini yang mendasari mikropropagasi digunakan untuk memperbanyak hibrida unggul yang merupakan hasil persilangan konvensional, demikian pula digunakan untuk memperbanyak tanaman transgenik yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.

Dalam sejarah mikropropagasi, tercatat bahwa sukses mikropropagasi diawali oleh sukses George Morel (sekitar tahun 1960-an) yang mengkulturkan meristem anggrek Cymbidium pada media Knudson C. Pada saat itu Morel mendapatkan tanaman yang identik dengan induknya serta bebas virus dari tanaman yang tertular virus. Jadi keuntungan lainnya dari mikropropagasi ini adalah dapat dihasilkannya anakan yang bebas virus melalui kultur meristem. Dihasilkannya anakan bebas virus dari kultur meristem ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama bahwa virus berkembang pada jaringan pembuluh (vascular system pada tanaman), sementara pada meristem, jaringan pembuluh tersebut belum terbentuk. Yang kedua, sel-sel pada meristem aktif membelah, sehingga kemampuan replikasi virus tersebut tak mampu menandingi kecepatan pembelahan sel-sel yang bersifat meristematik pada meristem. Namun dugaan ini memerlukan pembuktian melalui penelitian lebih lanjut.

Terbentuknya plantlet tersebut pada perbanyakan mikro yang dilakukan Morrel didapat melalui tahapan: pembentukan kalus, pembentukan plb, pemisahan plb, dan pembentukan plantlet. Dapat disimpulkan, tahapan mikropropagasi secara umum terdiri dari: Inokulasi eksplan (penanaman eksplan), pembentukan dan multiplikasi propagul, pengakaran (pembentukan plantlet). Setelah terbentuk plantlet, maka tahap berikutnya adalah aklimatisasi (hardening). Aklimatisasi

Page 47: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

36

merupakan suatu proses adaptasi tanaman terhadap lingkungan barunya. Dalam aklimatisasi, tanaman mengalami cekaman terhadap perubahan suhu, perubahan kelembaban dan juga perubahan cahaya. Tanaman hasil kultur yang tadinya bersifat heterotrof berubah menjadi autotrof dan mulai melakukan fotosintesis.

Tahap multiplikasi propagul merupakan tahap yang penting dalam mikropropagasi, karena kemampuan ekplan dalam multiplikasi menunjukkan daya regenerasinya. Propagul adalah bentukan baru yang muncul pada jaringan eksplan yang ditanam. Propagul dapat berupa kalus, tunas, maupun plb.Dengan demikian, multiplikasi dapat berupa multiplikasi plb, kalus maupun tunas tergantung dari jenis eksplan dan hormon yang digunakan. Misalnya, multiplikasi tunas aksilar dapat dilakukan jika jenis eksplan yang digunakan berupa tunas apikal (mengandung pre-existing shoot atau bakal tunas) ditanam pada media yang mengandung hormon untuk pembentukan tunas (rasio sitokinin/auksin tinggi). Tunas-tunas aksilar yang tumbuh kemudian dimultiplikasi (diperbanyak) lagi dengan melakukan sub-kultur ke media yang sama. Selanjutnya tunas-tunas ini ditumbuhkan pada media perakaran (rasio auksin/sitokinin tinggi) untuk menghasilkan plantlet. Demikian perbanyakan melalui multiplikasi tunas aksilar dilakukan. Selanjutnya plantlet yang dihasilkan diaklimatisasi sebelum menjadi tanaman anggrek yang mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan normal. Disini dapat dij elaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara in-vitro dipengaruhi oleh fi tohormon yang ada dalam media, yakni sitokinin dan auksin. Rasio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi akan menstimulasi tumbuhnya tunas, sebaliknya jika rasio auksin terhadap sitokinin lebih tinggi maka akan menstimulasi terbentuknya akar.

Selain fi tohormon, bahan eksplan juga berpengaruh terhadap daya regenerasi eksplan pada kultur in vitro. Kaur dan Buthani (2009) mendapatkan bahwa eksplan dari daun muda

Page 48: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

37

RINDANG DWIYANI

memiliki daya regenerasi lebih baik daripada eksplan dari daun tua pada mikropropagasi anggrek Vanda testacea Lindl.. Hong Nhat dan Dung (2009) mendapatkan bahwa pada kultur irisan tangkai tunas anggrek Dendrobium, panjang eksplan 5 mm memberikan daya regenerasi tertinggi dibandingakan panjang eksplan 3 mm dan 1 mm. Utami (2008) menemukan bahwa eksplan daun bagian pangkal memberikan daya regenerasi lebih tinggi dibandingkan eksplan ujung daun pada anggrek Phalaenopsis amabilis Bl. Penelitian yang dilakukan penulis (belum dipublikasi) menunjukkan bahwa pertumbuhan eksplan pangkal batang dari anggrek V. tricolor menghasilkan jumlah plantlet lebih banyak dibandingkan eksplan dari ujung batang, pangkal daun dan ujung daun.

5.2 Sistem Regenerasi pada Mikropropagasi (Tanaman Secara Umum)

Di dalam kultur in-vitro (kultur jaringan), sistem regenerasi tanaman atau terbentuknya plantlet dari eksplan dapat terjadi melalui dua cara yakni organogenesis dan embriogenesis. Organogenesis adalah proses pembentukan propagul berupa organ. Embriogenesis adalah proses pembentukan embrio, dan dalam kultur in-vitro disebut embriogenesis somatik (somatic embryogenesis) karena embrio yang terbentuk berasal dari eksplan yang terdiri dari sel-sel somatik. Organogenesis maupun embriogenesis dapat terjadi secara langsung (direct) ataupun secara tidak langsung atau melalui fase kalus terlebih dahulu (indirect), seperti terlihat pada skema Gambar 5.1.

5.2.1 Organogenesis Organogenesis bersifat monopolar, artinya munculnya

organ hanya ke satu arah, ke atas saja (membentuk tunas) atau ke bawah saja (membentuk akar). Dalam organogenesis, organ yang terbentuk tersebut masih memiliki hubungan sistem pembuluh (vacular system) dengan jaringan eksplan asalnya.

Page 49: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

38

Gam

bar 5

.1.

Skem

a Si

stem

Reg

ener

asi p

ada

Mik

ropr

opag

asi

Page 50: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

39

RINDANG DWIYANI

Dari skema Gambar 5.1 terlihat ada 3 tipe pembentukan tunas melalui organogenesis:a. Terbentuknya tunas adventif secara langsung Dalam hal ini, eksplan berupa organ tanaman yang tidak

memiliki primordia tunas seperti daun, akar, batang membentuk tunas secara langsung. Dapat diringkas sbb:

Eksplan (daun, akar, batang) tunas. Sel-sel dalam eksplan berfungsi sebagai ’direct precursor’

(prekursor secara langsung) untuk pembentukan primordia organ, yang selanjutnya menjadi organ.

b. Terbentuknya tunas adventif melalui fase kalus Dalam hal ini eksplan dapat berupa organ apa saja, akan

tetapi diarahkan untuk membentuk kalus terlebih dahulu dengan menanamnya pada media induksi kalus atau Calli Induction Medium (CIM), misal media yang mengandung 2,4-D. Kemudian setelah terbentuk kalus, kalus tersebut distimulasi untuk menghasilkan tunas dengan memindahkannya ke media induksi tunas atau Shoot Induction Medium (SIM). Terbentuknya tunas adventif melalui fase kalus ini, dapat diringkas sbb:

Eksplan (seluruh organ dapat digunakan) kalus tunas .

c. Terbentuknya tunas aksilar (axillary bud formation) secara langsung dari eksplan yang memiliki primordia tunas seperti bakal tunas apikal (tunas ujung batang) dan tunas lateral (tunas yang muncul dari ketiak daun). Tunas aksilar dalam kultur in vitro diistilahkan untuk semua tunas non-adventif yang muncul dari eksplan, artinya tunas yang muncul tersebut memang sudah ada sebelumnya pada jaringan eksplan (namun tidak muncul, disebut primordia tunas). Tipe organogenesis yang ketiga ini dapat diringkas sbb:

Eksplan (tunas apikal dan tunas lateral) tunas aksilar

Page 51: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

40

Dalam organogenesis, organ yang terbentuk bisa juga akar (disebut akar adventif). Tanaman yang paling mudah untuk digunakan mempelajari morfogenesis dalam kultur in-vitro adalah tanaman tembakau (Nicotiana tabacum). Kalus terbentuk ketika eksplan berupa ’pith’ (empulur atau bagian tengah batang) tanaman tembakau ditanam pada media yang mengandung auksin dan sitokinin (rasio 1). Ketika kemudian rasio auksin/sitokinin ditingkatkan, terbentuk akar adventif dari kalus melalui organogenesis. Namun ketika rasio auksin/sitokinin diturunkan, terbentuk tunas adventif dari kalus. Pembentukan tunas secara langsung terjadi ketika eksplan tersebut ditanam pada media yang mengandung hanya sitokinin tanpa auksin.

5.2.2 Embriogenesis somatikEmbriogenesis adalah proses terbentuknya embrio. Jika

proses terbentuknya embrio tersebut melalui fertilisasi, maka embrio yang terbentuk disebut zygotic embryos atau zigot, hal mana terjadi secara alamiah pada tanaman berbij i. Dalam mikropropagasi atau kultur in-vitro, embrio juga dapat terbentuk tanpa melalui fertilisasi, tapi terbentuk dari sel-sel somatik yang berasal dari jaringan eksplan. Peristiwa ini disebut embriogenesis somatik. Jadi embriogenesis somatik adalah suatu proses terbentuknya embrio dari sel somatik tunggal atau kelompok sel somatik. Embrio yang terbentuk ini disebut embrio somatik. Gambar 5.2. memperlihatkan embriogenesis yang terbentuk dari individu sel atau kelompok sel. Terbentuknya embrio tersebut melalui perubahan bentuk sel berturut-turut : bentuk globular (globular stage), bentuk hati (heart stage), bentuk torpedo (torpedo stage). Pada fase torpedo, dapat terdeteksi terbentuknya Shoot apical meristem (SAM) atau disebut juga meristem ujung batang serta Root apical meristem (RAM) atau meristem ujung akar. Demikian pula dua buah kotiledon juga terbentuk. Jika kotiledon sudah terbentuk, maka beberapa literatur menyebutnya sebagai

Page 52: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

41

RINDANG DWIYANI

fase ’kotiledon’. SAM merupakan bakal tunas, sedangkan RAM adalah bakal akar. Dengan demikian, embrio somatik ini bersifat bipolar karena memiliki SAM dan RAM yang terbentuk secara simultan. Embrio somatik yang terbentuk ini tidak memiliki hubungan sistem pembuluh (vascular system) dengan eksplan asalnya.

Terbentuknya embrio somatik ini dapat terjadi secara langsung (direct embryogenesis) maupun secara tidak langsung melalui fase kalus (indirect embryogenesis). Akan tetapi indirect embryogenesis yang lebih umum terjadi.

Gambar 5.2 Perkembangan Embrio pada Embriogenesis somatik. SAM = Shoot Apical Meristem; RAM = Root Apical Meristem

Direct embryogenesis bisa terjadi jika jaringan eksplan terdiri

dari sel-sel yang bersifat embrionik. Inisiasi dan perkembangan embrio dari sel-sel somatik pertama kali dicontohkan oleh Steward et al. (1958) dan Reinert (1958, 1959) pada tanaman wortel (Daucus carota). Embriogenesis tidak langsung pada tanaman wortel dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Embriogenesis pada wortel ini dapat dij elaskan sebagai berikut. Irisan umbi wortel (bagian empulur/pith) digunakan sebagai eksplan awal. Eksplan ini ditanam pada media padat CIM (dengan 2,4-D) untuk induksi kalus. Kalus yang terbentuk

Page 53: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

42

selanjutnya di sub-kultur ke kultur cair atau kultur suspensi (suspension culture) tanpa hormon untuk membentuk kultur sel. Kultur suspensi ini terus disubkultur untuk pembentukan embrio. Dari kultur sel cair ini akhirnya terbentuk ’embrioid’, yaitu suatu struktur yang menyerupai embrio. Selanjutnya struktur embrioid berkembang menjadi embrio melalui fase ’globular’, ’hati’ dan ’torpedo’. Embrio muda ini dipindah ke media padat, mengalami ’maturation’ membentuk ’mature embryos’ . Untuk pematangan embrio ini, pada media ditambahkan Asam absisik (Abcissic Acid / ABA). ABA diketahui berperan dalam pembentukan embrio normal. Embrio somatik yang sudah masak ini akhirnya berkecambah membentuk tunas dan akar ( plantlet).

Gambar 5.3 Embriogenesis tidak langsung pada tanaman wortel

5.3 Induksi Kalus pada Kultur Organ Vanda tricolor Lindl

Genus Vanda tergolong sebagai tipe anggrek yang sulit diperbanyak melalui mikropropagasi, sampai akhirnya ditemukannya suatu metode dengan media tanpa gula (Arditt i

Page 54: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

43

RINDANG DWIYANI

and Ernst, 1993). Berikut adalah hasil penelitian mengenai induksi kalus yang dilakukan pada media tanpa sukrosa. Irisan organ berupa batang utuh ( 1,0 – 2,0 cm) dan daun utuh (0,5 – 1,0 cm) ditanam pada media dasar Murashige dan Skoog (MS) yang ditambah 2 ppm 2,4-D untuk induksi kalus. Media dibuat dengan pH 5,6-5,8 dan diautoclave selama 30 menit pada suhu 121oC. Perlakuan media yang diberikan adalah dengan 3 % gula (30 gL-1 sukrosa) serta tanpa gula.

Eksplan batang yang ditanam pada media tanpa gula memberikan persentase eksplan berkalus dan rata-rata jumlah kalus per eksplan yang paling tinggi dibandingkan tiga perlakuan kombinasi lainnya (Gambar 5.4 dan Gambar 5.5). Organ yang lebih meristematik memiliki daya regenerasi yang lebih tinggi dalam kultur in vitro (Bhojwani dan Razdan, 1983), sehingga eksplan batang dalam penelitian ini memiliki daya regenerasi tinggi karena mengandung tunas apikal dengan meristem apikal di dalamnya. Lang dan Hang (2006) mendapatkan bahwa pada kultur anggrek Vanda coerulea, eksplan dari organ batang menghasilkan persentase kalus embriogenik tertinggi dibandingkan eksplan dari organ daun dan akar. Meskipun penelitian ini tidak melakukan observasi lanjutan hingga terjadinya embriogenesis atau organogenesis dari kalus yang dihasilkan, namun kalus tersebut menghasilkan tunas setelah dipindahkan ke media MS yang ditambah 0,15μM NAA dan 5 μM 2-iP (untuk induksi tunas), mengindikasikan kalus tersebut tidak rekalsitran terhadap lingkungan kultur dan dapat ditumbuhkan menjadi plantlet. Rekalsitran adalah istilah yang diberikan pada eksplan yang tidak merespon terhadap media tumbuh, meskipun media tumbuh tersebut memenuhi kebutuhan eksplan akan faktor hara dan lingkungan mikro yang dibutuhkan.

Sukrosa merupakan komponen penting dalam media kultur jaringan karena merupakan sumber karbon dan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan (Desjardins et al., 1995), namun sebaliknya konsentrasi gula yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan (Wu et al., 2006).

Page 55: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

44

Gambar 5.4. Persentase Eksplan Berkalus pada Perlakuan Jenis Eksplan dan Sukrosa (Sumber: Dwiyani, 2013)

Gambar 5.5 Rata-rata Jumlah Kalus per Eksplan pada Perlakuan Jenis Eksplan dan Sukrosa (Sumber:Dwiyani, 2013)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan dan pertumbuhan kalus lebih baik pada media tanpa gula (0% sukrosa) dibandingkan media dengan gula (3% sukrosa). Namun perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk beragam konsentrasi sukrosa yang digunakan, mengingat persentase kalus tertinggi

Page 56: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

45

RINDANG DWIYANI

yang dihasilkan hanya mencapai 20,13% yaitu pada organ batang yang dikulturkan pada media tanpa gula. Kemungkinan konsentrasi sukrosa 3 % terlalu tinggi dan konsentrasi 0% (tanpa gula) belum efektif untuk pembentukan kalus.

Gambar 5.6 memperlihatkan kalus yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan. Terlihat bahwa struktur kalus yang lebih remah dan berwarna hij au dihasilkan oleh perlakuan dengan media tanpa gula. Struktur kalus yang remah bersifat embriogenik, dan yang berwarna hij au menunjukkan kalus yang sehat dan berpotensi untuk beregenerasi membentuk tanaman. Pembentukan kloroplas (warna hij au pada tumbuhan) pada protokorm anggrek (dari bij i) sangat tergantung dengan adanya gula karena bij i anggrek tidak atau sedikit memiliki cadangan makanan (Arditt i, 1991), sehingga adanya gula pada media merupakan suatu keharusan. Akan tetapi pembentukan kloroplas pada kalus yang berasal dari sel-sel somatik seperti dalam penelitian ini, ternyata keberadaan gula tidak mutlak diperlukan. Ini sejalan dengan pendapat Ardiiti dan Ernst (1993) yang menyebutkan bahwa mikropropagasi anggrek Vanda dapat dilakukan pada media tanpa gula.

Pembentukan warna hij au pada kalus dapat terjadi pada media tanpa gula, diduga karena organ sepert batang dan daun sudah memiliki cadangan makanan sehingga pertumbuhan propagul seperti kalus dapat terjadi dengan memanfaatkan cadangan makanan tersebut. Warna hij au yang lebih intens pada media tanpa gula (dalam keadaan stress) dibandingkan dengan gula, dapat diteliti lebih lanjut dalam konteks biologi molekuler dalam kaitannya dengan ekspresi gen.

Page 57: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

46

Gambar 5.6. Kalus yang terbentuk dari eksplan organ daun dan batang pada media dengan dan tanpa sukrosa.

Keterangan: skala = 0,5 cm untuk eksplan daun; = 1 cm untuk eksplan batang

5.4 Mikropropagasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. yang Membawa GEN KNOTTED1-LIKE Arabidopsis thaliana (KNAT1)

Gen KNOTTE1-LIKE Arabidopsis thaliana (KNAT1) adalah gen kunci untuk pertumbuhan dan perkembangan tunas pada tanaman Arabidopsis thaliana. Gen KNAT1 mengkode regulator transkripsi untuk gen-gen KNOX (KNOTTED1-LIKE HOMEOBOX) pada meristem ujung batang dan menjaga meristem ujung batang senantiasa dalam keadaan meristematik (Scofi eld et al., 2008).

Kemampuan gen KNAT1 dalam menginduksi sifat meristematik dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan totipotensi sel sehingga mampu meningkatkan daya regenerasi eksplan dalam mikropropagasi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian mikropropagasi pada anggrek Vanda tricolor Lindl. var.

Page 58: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

47

RINDANG DWIYANI

suavis forma Bali.Kemampuan tanaman transforman V. tricolor forma Bali

yang membawa gen KNAT1 dalam menghasilkan tunas/propagul dilakukan dengan menanam eksplan batang dan daun secara in vitro pada media induksi tunas, yaitu media NP (New Phalaenopsis) yang ditambah 5μM 2-iP (2-isopentenyladenine) dan 0,15μM NAA (Napthalene acetic acid) (Gambar 5.7). Jumlah rata-rata propagul (tunas atau protocorm like bodies / plb) yang terbentuk per eksplan menunjukkan bahwa totipotensi sel tanaman transforman lebih tinggi dibandingkan totipotensi sel pada tanaman Non-transforman / NT (Tabel 5.1). Data ini menunjukkan bahwa gen KNAT1 secara fungsional mampu menginduksi sifat meristematik pada sel-sel tanaman transforman.

Gambar 5.7 Pembentukan propagul dari eksplan irisan batang dan pangkal daun pada media induksi tunas (dikutip dari Dwiyani, 2012).

Keterangan : ekplan tanaman non-transforman (kiri) dan transforman 35S::KNAT1 V. tricolor (kanan); Skala = 2 mm.

Jumlah propagul yang dihasilkan dari eksplan yang berasal dari tanaman transforman anggrek V. tricolor jauh lebih tinggi daripada eksplan yang berasal dari tanaman non transforman. Hal ini menunjukkan bahwa organ tanaman transgenik 35S::KNAT1 memiliki totipotensi sel yang lebih tinggi dibandingkan organ tanaman NT, dan ini berarti bahwa secara dominan

Page 59: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

48

transgen KNAT1 berperan dalam menginduksi pembentukan tunas sangat jelas.

Tabel 5.1. Jumlah propagul yang terbentuk pada tanaman Non-transforman dan transforman 35S::KNAT1 V. tricolor pada media induksi tunas, 6 minggu setelah penanaman

Jenis Eksplan Tanaman Wild Type(dari 4 eksplan)

Tanaman transforman 35S::KNAT1

(dari 2 eksplan)Irisan batang 1 68Pangkal daun 0 30

Sumber: Dwiyani, 2012

Peningkatan daya regenerasi eksplan ini diduga terkait dengan peningkatan biosintesis sitokinin dalam tubuh tanaman. Yanal et al. (2005) mendapatkan bahwa protein KNOX1 pada tanaman Arabidopsis mengaktifk an biosintesis dari sitokinin dalam tubuh tanaman. Frugis et al. (2001) juga mendapatkan bahwa overekspresi gen KNAT1 pada tanaman selada berhubungan erat dengan akumulasi sitokinin. Kemungkinan hal ini juga terjadi pada transforman KNAT1 V. tricolor dari hasil penelitian ini. Overekspresi gen KNAT1 mengaktifk an gen yang bertanggung jawab terhadap biosintesis sitokinin yang ada pada tanaman sehingga organ-organ tanaman transforman lebih banyak menghasilkan propagul dalam mikropropagasi. Hormon sitokinin dalam kultur in vitro memacu pertumbuhan tunas.

Mikropropagasi organ tanaman transforman menunjukkan adanya pembentukan propagul-propagul yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi tunas. Dapat diasumsikan bahwa dengan promotor 35S yang konstitutif, gen KNAT1 dapat terekspresi pada bagian organ tanaman tersebut yang kemudian menjadi faktor transkripsi aktivasi gen-gen KNOX lainnya di dalam sel-sel eksplan, sehingga sel-sel bersifat meristematik seperti pada meristem ujung batang, dimana secara alamiah

Page 60: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

49

RINDANG DWIYANI

gen KNOX terekspresi. Selanjutnya pemberian sitokinin 2-iP pada media SIM akan memacu perubahan status pembentukan sel meristematis yang tidak terdeterminasi (undeterminate state) menjadi sel-sel dengan status terdeterminasi (determinate state) untuk membentuk organ-organ seperti daun, batang dan akar.

Dalam penelitian ini, eksplan pangkal daun tanaman non-transforman V. tricolor tidak memberikan respon terhadap pemberian zat pengatur tumbuh (5 μM 2-iP dan 0,15 μM NAA) membuktikan bahwa bagian organ ini tidak meristematis dan tetap dalam status determinasi.

Page 61: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

50

BAB VIPENUTUP

Vanda tricolor Lindl. var. suavis hanya satu dari ribuan anggrek alam Indonesia, dan merupakan satu dari sekian banyak kekayaan hayati kita. Ada ribuan langgrek alam lainnya yang belum dieksplorasi, belum dikenal masyarakat dan juga belum diteliti. Sebagian dari anggrek alam ini sudah berstatus langka sehingga perlu dilindungi.

Diantara anggrek alam Indonesia tersebut adalah : Coelogyne pandurata (Anggrek hitam), Dendrobium macrophyllum (Anggrek jamrud), Grammatophyllum papuanum (Anggrek raksasa Irian), Paphiopedilum glaucophyllum (Anggrek kasut berbulu), Vanda hookeriana (Vanda pensil), Phalaenopsis amabilis (Anggrek bulan putih), dan lain sebagainya.

Ke depan, eksplorasi untuk tujuan konservasi terhadap anggrek alam Indonesia masih diperlukan. Penelitian yang menyangkut berbagai aspek seperti budidaya, pemuliaan tanaman dan bioteknologi perlu dikembangkan oleh para peneliti di Perguruan Tinggi / Badan Litbang Indonesia. Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai sumber literatur bagi para peneliti serta memperkaya ilmu orchidologi (ilmu peranggrekan). Menuangkan hasil penelitian dalam bentuk buku juga merupakan wujud perhatian, karena akan menjadi database terhadap plasma nutfah tersebut dan bisa dij adikan sumber referensi oleh peneliti lainnya serta para pencinta anggrek.

Page 62: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

51

RINDANG DWIYANI

DAFTAR PUSTAKA

Alimohammadi,M., Bagherih-Najjar,M.B. 2009. Agrobacterium-mediated transformation of plants : Basic principles and infl uencing factors. African J. Biotechnol. 8 : 5142-5148.

Arditt i J, Krikorian AD. 1996. Orchid micropropagation: the path from laboratory to commercialization and an account of several unappreciated investigations. Bot J Linn Soc 122:183–241

Arditt i, J. 1991. Fundamentals of Orchid Biology. John Wiley & Sons, Inc. New York. 689p.

Arditt i, J., Ernst, R. 1993. Micropropagation of orchids. John Wiley & Sons, Inc. New York. 682p.

Banks, D.P. 1999. Tropical Orchids of Indonesia. Periplus Edition (HK) Ltd, Singapore. 64p.

Barton, M.K. 2001. Leaving the meristem behind : regulation of KNOX genes. Genome Biol. 2 (1) Reviews:10021-10023.

Bhojwani, S.S., Razdan, M.K. 1983. Plant Tissue Culture. Theory and Practice. Elsevier, Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo. 502p.

Chuck, G., Lincoln, C., Hake,S. 1996. KNAT1 induces lobbed leaves with ectopic meristems when overerexpressed in Arabidopsis. The Plant cell 8: 1227-1289.

Cunningham, F.X.Jr., Pogson, B., Sun ,Z., Mc.Donald, K.A., DellaPenna, D., Gantt , E. 1996. Functional analysis of the ß and Є Lycopene Cyclase enzymes of Arabidopsis reveals a mechanism for control cyclic carotenoid formation. The Plant Cell..8: 1613-1626.

Page 63: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

52

Dan, Y. 2008. Biological functions of antioxidants in plant transformation. In vitro Cell.Dev.Biol. Plant 44: 149-161.

Deeken, R., Engelmann,J.C., Efetova,M., Czirjak,T., Muller,T., Kaiser,W.M., Tietz, Krischke,M.O., Mueller,M.J., Palme,K., Dandekar,T., Hedricha, R. 2006. An Integrated View of Gene Expression and Solute Profi les of Arabidopsis Tumors: A genome-wide approach. Plant Cell, 18:3617-3634.

Departemen Pertanian RI. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Edisi Kedua. 83 hal.

Desai, N., Chism, G.W. 2006. Changes in cytokinin activity in the ripening tomato fruit. Journal of Food Science 43 (4), 1324 - 1326.

Desjardins Y, Hdider C, de Riek J . 1995. Carbon nutrition in vitro. Regulation and manipulation ofcarbon assimilation in micro-propagated systems. In: Aitken-Christie J, Kozai T,Smith MAL (ed) Automation and environmental control in plant tissue culture. Kluwer Academic Publishers, Dordrecht,pp 441-472

Dodds ,J.H., Roberts, L.W. 1995. Experiments in plant tissue culture, 3rd rev. ed. Cambridge University Press, Cambreidge. 236p.

Dwiyani, R. 2012. Mikropropagasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis forma Bali yang Membawa Gen KNOTTED1- LIKE Arabidopsis thaliana (KNAT1), Disertasi, P.S. Bioteknologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Dwiyani, R. 2013. Induksi Kalus pada Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis, Upaya Penyediaan Target Transformasi melalui Agrobacterium tumefaciens. Jurnal Agrotropika 18(2):73-76

Dwiyani, R., Purwantoro, A., Indrianto, A., Semiarti, E. 2009. Peningkatan kecepatan pertumbuhan embrio anggrek Vanda tricolor Lindl. pada medium diperkaya dengan ekstrak tomat. Prosiding Seminar Biologi Nasional XX, UIN Malang 24-25 Juli 2009. Hal. 590 - 597.

Page 64: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

53

RINDANG DWIYANI

Dwiyani, R., Purwantoro, A., Indrianto, A., Semiarti, E. 2010. Pemanfaatan gen kunci penumbuh tunas KNAT1 (KNOTTED 1 LIKE Arabidopsis thaliana) dalam organogenesis tanaman anggrek. Prooceeding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 2010. Denpasar-Bali, 25-26 November 2010. Hal. 631-635.

Dwiyani, R., Purwantoro, A., Indrianto, A., Semiarti, E. 2012. Konservasi anggrek alam Indonesia Vanda tricolor Lindl. varietas suavis melalui kultur embrio secara in vitro. Jurnal Bumi Lestari 12 (1) : 93-98

Frugis, G., Giannino, D., Mele, G., Nicolodi, C., Chiappett a, A., Bitonti, M.B., Innocenti, A.M., Dewitt e, W., Van Oncklen, H. and Mariott i, D. 2001. Overexpression of KNAT1 in lett uce shift s determinate growth to a shoot-like indeterminate growth associated with accumulation of isopentenyl-type cytokinins. Plant Physiol. 126: 1370-1380.

Frugis, G., Giannino, D., Mele, G., Nicolodi, C., Innocenti, A.M., Chiappett a, A., Bitonti, M.B., Dewitt e, W., Van Oncklen, H. and Mariott i, D. 1999. Are Homeobox Knott ed–Like Genes and Cytokikins the Leaf Architects? Plant Physiology 119: 371-373.

Gardiner, L.M. 2007. Vanda tricolor Lindl. Conservation in Java, Indonesia: Genetic and Geographic Structure and History. Lankesteriana 7: 272-280.

George, E.F., Sherrington,P.D. 1984. Plant propagation by tissue culture. Hand book and directory of commercial laboratories. Exegetics Ltd, England.

Greenberg, J.T., Guo, A., Klessig, D.F., Ausubel,F.M. 1994. Programmed cell death in plants: a pathogen-triggered response activated coordinately with multiple defence functions. Cell 77: 551-563.

Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur In vitro dalam Hortikultura. Penebar Swadaya, Jakarta. 115hal.

Page 65: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

54

Halliwell, B., Aeschbach, R., Loliger, J., Aruoma, O.I. 1995. The characterization of antioxidants. Food Chem. Toxicol. 33 (7) : 601-617.

Hendarsyah, K. 2008. Mengenal Vanda tricolor Lindl. (htt p://lcnursery.wordpress.com, download 14 Januari 2012).

Hong Nhat, N.T., Dung, T.T. 2009. In vitro propagation of Dendrobium orchid through thin stem section culture. Biotechnology Department-Nong Lam University (Download 01/04/2009).

Hu, C.Y., Wang, P.J. 1983. Meristem, Shoot Tip and Bud Cultures. In Hand Book of Plant Cell Culture. Volume 1. Macmillan Publishing Co., New York and Collier Macmillan Publisher, London. Pp177-227.

Indrianto, A. 2003. Kultur Jaringan Tumbuhan (Bahan Ajar). Fakultas Biologi Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.

Irawati. 2002. Pelestarian jenis anggrek Indonesia. Buku panduan Seminar Anggrek Indonesia 2002. Hal: 34-45.

Islam, MO., Ichihasi,S., Matsui, S. 1998. Control of growth and development of protokorm like body derived from callus by carbon sources in Phalaenopsis. Plant Biotechnol 15:183-187.

Kalimuthu, K., Senthilkumar, R., Vij ayakumar, S. 2007. In vitro micropropagation of orchid Oncidium sp. (Dancing dolls). African Journal of Biotechnol. 6(10):1171-1174.

Kanjilal, B., De Sarker, D., Mitra, J., Datt a, K.B. 2009. Stem disc culture- development of a rapid propagation method for Dendrobium moschatum (Buch.-Ham.) Swartz - an endangered orchid. Molecular Cytogenetics and tissue culture laboratory, Department of Botany, University of North Bengal, India (download 01/04/2009).

Kannan, N. 2009. An In vitro Study on Micropropagation of Cymbidium Orchids. Current Biotica vol.3.Issue 2 : 244-250

Page 66: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

55

RINDANG DWIYANI

Kaur, S., Buthani, K.K. 2009. In vitro propagation of Vanda testacea (Lindl.) Reichb.f.- a rare orchid of high medicinal value. Department of Natural Products, National of Pharmaceutical Education and Research, India (Download 01/04/2009).

Lang, N.T., Hang, N.T. 2006. Using Biotechnological Approaches for Vanda Orchid Improvement. Omonrice 14: 140-143

Lestari, E.S. 2010. Karakterisasi Morfologis dan Molekuler Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Asal Merapi dan Bali. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Leyser, O. dan Day, S. 2003. Mechanisms in Plant Development. Blacwell Science Ltd, USA. 241p.

Lincoln, C., Long, C., Yamaguchi, J., Serikawa, K., Hake,S. 1994. A knott ed1-like homeobox gene in Arabidopsis is expressed in the vegetative meristem and dramatically alters leaf morphology when overexpressed in transgenic plants. Plant Cell 6:1859-1878.

Lugrayasa, I.N., Mudiana, D., Meiningsasi, D., Pendra, I.K. 2004. Koleksi Anggrek Alam Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali-LIPI. 90hal.

Naing, A.H., Chung, J.D., Lim, K.B. 2011. Plant Regeneration through Indirect Somatic Embryogenesis in Coelogyne cristata orchid. Am.J.of Plant Sci. 2 : 262-267

Neumann, K.H., Kumar, A., Imani, J. 2009. Plant Cell and Tissue Culture- A Tool in Biotechnology, Basics and Application. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 333p.

Pennington Nutrition Series. 2005. Lycopene. Series no 4.Rosati, C., Aquilani, R., Dharmapuri, S., Pallara, P., Marusic, C.,

Tavazza, R., Bouvier, F., Camara, B., Giuliano, G. 2000. Metabolic engineering of beta-carotene and lycopene content in tomato fruit. The Plant Journal 24 (3): 413-419.

Scofi eld, S., Dewitt e, W., Murray,J.A.H. 2008. A Model for Arabidopsis class-1 KNOX gene function. Plant Signal Behav. 3: 251-259.

Page 67: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

56

Titov, S., Bhowmik, S.K., Mandal,A., Alam, Md.S., Uddin, S.N. 2006. Control of phenolic compound secretion and eff ect of growyh regulators for organ formation from Musa spp. cv. Kanthali fl oral bud explant. Am.J. Biochem. & Biotechnol. 2 (3): 97-104.

Wu CH, Dewir YS, Hahn EJ, Paek KY. 2006. Optimization of culturing conditions for the production of biomass and phenolics from adventitious roots of Echinacea angustifolia. J Plant Biol 49: 193-199

Yanal, O., Shani, E., Dolezal, K., Tarkowski, P., Sablowski, R., Sanberg, G., Samach, A., Ori, N. 2005. Arabidopsis KNOX Proteins Activate Cytokinin Biosynthesis. Current Biology 15 : 1566-1571.

Yu, H., Yang, S.H., Goh, C.J. 2001. Agrobacterium-mediated transformation of a Dendrobium orchid with the class 1 KNOX gene DOH1. Plant Cell Rep. 20: 301-305.

Page 68: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

57

RINDANG DWIYANI

2-iP (2-isopentenyladenine)

Suatu jenis sitokinin, yaitu jenis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan tunas dalam kultur in vitro.

Akar aerial Akar udara, yaitu akar tanaman yang tumbuh di atas tanah, biasanya tumbuh pada batang bagian bawah.

Aklimatisasi Proses adaptasi tanaman kultur dari lingkungan kultur (dalam botol) ke cekaman lingkungan yang baru (di luar botol).

Bipolar Memiliki bakal akar dan bakal tunas.

Bulbus Struktur berbentuk pipih dan bulat yang merupakan tempat tumbuhnya daun atau batang yang dimiliki oleh anggrek dengan habitus simpodial. Selain itu bulbus juga merupakan organ tempat menyimpan air dan cadangan makanan.

GLOSSARIUM

Page 69: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

58

Calli Induction Medium (CIM)

Media untuk menumbuhkan kalus; CIM umumnya mengandung 2,4-D atau sitokinin/auksin dengan rasio 1.

Theory of Cellular totipo-tency

Suatu teori yang menyebutkan bahwa suatu sel tanaman memiliki kapasitas untuk membentuk tanaman secara utuh, yang akan tetap dimiliki meski suatu sel sudah mencapai tahap diferensiasi fi nal. Teori ini yang mendasari teknik kultur in vitro untuk perbanyakan tanaman.

Column (tugu) Struktur alat reproduktif pada tanaman anggrek, tempat dimana polen (kelamin jantan) dan gymnostenum (kelamin betina) menjadi satu .

Dediferensiasi Istilah untuk bahan eksplan yang sudah terdiferensiasi (seperti daun, akar) dikondisikan menjadi tidak terdiferensiasi lagi dengan menanamnya pada media kultur.

Direct organogenesis/em-briogenesis

Terbentuknya organ/embrio secara langsung tanpa melewati fase kalus

Eksplan Bahan tanam dalam kultur in vitro.

Page 70: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

59

RINDANG DWIYANI

Embrio Bakal tanaman yang ada di dalam bij i.

Embriogenesis Proses pembentukan propagul berupa embrio; dalam embriogenesis, embrio yang tumbuh sudah tidak memiliki hubungan sistem pembuluh dengan jaringan eksplannya.

Endosperm Cadangan makanan pada bij i.

Epipit Sifat tanaman yang secara alamiah tumbuh menempel pada kulit kayu tanaman lain namun tidak mengambil makanan dari tanaman induk tempatnya menempel.

Filter syringe Alat untuk sterilisasi dengan teknik fi lter. Biasanya untuk larutan senyawa yang rusak terkena suhu tinggi jika disterilisasi dengan autoklaf seperti vitamin C dan zat pengatur tumbuh.

Page 71: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

60

GEN KNOTTED1-LIKE Arabidopsis thaliana (KNAT1)

Gen kunci untuk pertumbuhan dan perkembangan tunas pada tanaman Arabidopsis thaliana. Gen KNAT1 mengkode regulator transkripsi untuk gen-gen KNOX (KNOTTED1-LIKE HOMEOBOX) pada meristem ujung batang dan menjaga meristem ujung batang senantiasa dalam keadaan meristematik.

In Vitro Istilah lain untuk kultur jaringan. In artinya di dalam; vitrous artinya wadah bening dari bahan gelas/kaca.

Indirect organogenesis/embriogenesis

Terbentuknya organ/embrio melewati fase kalus

Kalus Sekumpulan sel yang tidak terorganisasi dan belum terdiferensiasi

Lampu UV (Ultra Violet) Lampu yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, mikoplasma dan lain-lain. Lampu UV dalam kultur in vitro umumnya dipasang dalam laminar dan di ruangan.

Mikropropagasi Cara perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur in vitro.

Page 72: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

61

RINDANG DWIYANI

Monopodial Pola pertumbuhan batang anggrek yang memiliki sifat batang yang tumbuh secara indeterninate ke arah vertikal.

Monopolar Memiliki hanya bakal akar atau bakal tunas.

NAA (Napthalene acetic acid)

Suatu jenis auksin, yaitu jenis ZPT untuk menstimulasi pertumbuhan akar dalam kultur in vitro.

Orchidaceae Nama famili/suku dalam klasifi kasi tumbuhan berbunga (Agiospermaeae); Anggrek (orchid) tergolong famili Orchidaceae.

Organogenesis Proses pembentukan propagul berupa organ; dalam organogenesis, organ yang tumbuh masih memiliki hubungan sistem pembuluh dengan jaringan eksplannya.

Overgathering Pengambilan tanaman di alam secara berlebihan.

Plantlet Tanaman hasil perbanyakan melalui kultur in vitro.

Polinia Polen (serbuk sari) pada anggrek yang bentuknya bergumpal menjadi satu.

Page 73: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

62

Protocorm like boies (plb) Struktur yang menyerupai protocorm dari bij i anggrek; biasanya muncul dari jaringan eksplan yang terdiri dari sel-sel somatik seperti irisan daun, akar, batang. Plb bersifat bipolar karena memiliki bakal akar dan bakal tunas.

Protok(c)orm Kecambah dari bij i anggrek, bentuknya bulat atau lonjong dan berwarna kuning atau hij au.

Rekalsitran Istilah yang diberikan pada eksplan yang tidak merespon terhadap media tumbuh, meskipun media tumbuh tersebut memenuhi kebutuhan eksplan akan faktor hara dan lingkungan mikro yang dibutuhkan.

Root Induction Medium (RIM)

Media untuk menginduksi tumbuhnya akar, umumnya mengandung hormon auksin atau mengandung auksin dan sitokinin dengan rasio auksin/sitokinin tinggi.

Sel somatik Sel yang memiliki 2n kromosom.

Selfi ng Penyerbukan (polinasi) yang dapat dilakukan secara buatan, yang mana polen (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina) berasal dari bunga yang sama.

Page 74: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

63

RINDANG DWIYANI

Shoot Induction Medium (SIM)

Media untuk menginduksi tumbuhnya tunas, umumnya mengandung hormon sitokinin atau mengandung sitokinin dan auksin dengan rasio sitokinin/auksin tinggi.

Simpodial Pola pertumbuhan batang anggrek yang memiliki sifat secara alamiah tumbuh ke arah samping dan terbatas ke arah vertikal.

Somaklon Klon atau anakan yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif dengan bahan tanam organ / jaringan yang terdiri dari sel-sel somatik.

Sukultur Memindahkan eksplan/propagul/ tanaman ke media baru dengan beberapa alasan, diantaranya: media habis (kering), media ’browning’, media terkontaminasi tetapi tanaman masih sehat, populasi tanaman sangat banyak sehingga dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan

Teknik aseptik Teknik (cara) sterilisasi dalam kultur in vitro.

Terestrial Sifat tanaman yang secara alamiah tumbuh di tanah.

Page 75: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

64

Transforman Tanaman yang membawa gen asing.

Tunas adventif Tunas yang tumbuh dari bahan tanam yang tidak memiliki primordia tunas.

Page 76: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

65

RINDANG DWIYANI

INDEKS

2-iP (2-isopentenyladenine)

43, 47, 49

Akar aerial 6, 7

Aklimatisasi 24, 25, 35, 36

Bipolar 22, 23, 41

Bulbus 6,

Calli Induction Medium (CIM) 39

Theory of Cellular totipotency 34

Column (tugu) 10,

Direct organogenesis/embriogenesis 37,38,41

Eksplan 34

Embrio 40

Embriogenesis 40,41,42

Endosperm 12.

Epipit 1

Filter syringe 19, 20

GEN KNOTTED1-LIKE Arabidopsis thaliana (KNAT1)

46, 47, 48

In Vitro 34, 36, 37

Page 77: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

66

Indirect organogenesis/embriogenesis 38, 39, 40, 41, 42Kalus 37, 39, 42

Lampu UV (Ultra Violet) 18, 20

Mikropropagasi 34, 35, 36, 37, 38

Monopodial 5, 6

Monopolar 37

Orchidaceae 1

Organogenesis 37,38,39, 40

Overgathering 3

Plantlet 34

Polinia 10

Protocorm like boies (plb) 23, 47

Protok(c)orm 23

Selsomatik 35

Selfi ng 10

Shoot Induction Medium (SIM) 39

Simpodial 5, 6

Somaklon 35

Teknikaseptik 17, 18, 19

Terestrial 2

Transforman 46, 47, 48

Tunas adventif 39

Page 78: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

67

RINDANG DWIYANI

LAMPIRAN

Page 79: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

68

Page 80: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

69

RINDANG DWIYANI

Lampiran 1Peralatan yang Digunakan dalam Mikropropagasi

(Kultur In-vitro)

Autoklaf menggunakan listrik (A) dan dengan kompor (B)

Timbangan Analitik

Page 81: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

70

Magnetic stirrer

Shaker

Page 82: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

71

RINDANG DWIYANI

Enkas (Meja Kerja sederhana)

Laminar Air Flow Cabinet (Meja kerja yang lebih modern, dilengkapi dengan UV sebagai

pembunuh mikroorganisme)

Page 83: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

72

Peralatan kecil dari bahan kaca (glasswares)

Peralatan kecil yang digunakan untuk penanaman

Page 84: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

73

RINDANG DWIYANI

Botol-botol steril yang akan digunakan sebagai botol kultur

Rak Kultur (tempat menumbuhkan kultur)

Page 85: Buku Vanda Tricolor revisi - UNUD

ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var suavis

74

Lampiran 2 Komposisi Media Dasar Murashige & Skoog (MS), White (W)

dan Vacin & Went (VW)*

KOMPONEN(mgl-1)

NAMA MEDIA

Unsur Makro: MS W VWCa3(PO4)2 - 200,0 -NH4NO3 1650,0 - -KNO3 1900,0 80,0 525,0CaCl2.2H2O 440,0 - -MgSO4.7H2O 370,0 720,0 250,0KH2PO4 170,0 - 250,0(NH4)2SO4 - - 500,0NH2PO4.H2O - 16,5 -CaNO3.4H2O - 300,0 -Na2SO4 - 200,0 -KCl - 65,0 -Unsur Mikro:KI 0,83 0,75 -H3BO3 6,20 1,5 -MnSO4.4H2O 22,30 7,0 0,75ZnSO4.7H2O 8,6 2,6 -Na2MoO4.2H2O 0,25 - -CuSO4.5H2O 0,025 - -CoCl2.6H2O 0,025 - -Na2EDTA 37,3 - -FeSO4.7H2O 27,8 - -Vitamin dan unsur lainnya:Inositol 100,0 - -Glycine 2,00 3,00 -Thiamine HCl 0,1 0,1 1,0Pyridoxine HCl 0,5 0,1 -Nicotinic Acid 0,5 0,5 -Ca-phanthothenate - 1,0 -Cysteine HCl - 1,0 -

*sumber: George & Sherrington, 1984


Recommended