+ All Categories
Home > Documents > BURSA · 2020. 6. 23. · BURSA 3 Kontan Senin, 22 Juni 2020 Wake Up Call Valuasi di Era Pandemi P...

BURSA · 2020. 6. 23. · BURSA 3 Kontan Senin, 22 Juni 2020 Wake Up Call Valuasi di Era Pandemi P...

Date post: 24-Nov-2020
Category:
Upload: others
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
1
BURSA 3 Kontan Senin, 22 Juni 2020 Wake Up Call Valuasi di Era Pandemi P rinsip dasar investasi un- tuk semua aset sejatinya sama, yaitu membanding- kan nilai dan harga. Nilai ada- lah what we get atau worth. Se- mentara harga adalah what we pay atau cost. Prinsip ini berlaku universal untuk siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Masalahnya, tidak seperti harga yang ada di depan kita, nilai (disebut nilai intrinsik atau harga wajar di buku teks) bersifat unobservable dan harus dihitung, tepatnya diestimasi. Untuk saham, kita mengesti- masi nilainya, baik nilai relatif maupun absolut, dan kemudian membandingkannya dengan rasio atau harga di pasar. Un- tuk memperoleh nilai relatif, kita mengenal metode kelipatan harga price-earnings ratio (PER) yang paling populer, price-book value (PBV) dan EV/EBITDA. Kita membandingkan PER atau rasio lainnya yang wajar (justified) dari sebuah saham dengan PER aktualnya. PER wajar dapat diambil dari rata- rata industri di dalam negeri atau lintas negara, atau ditu- runkan dari persamaan Gordon (P0=D1/(k–g)) kemudian dibagi earning per share (EPS). Dengan kata lain, PER = P0/ EPS = (D1/EPS) / (k–g) atau rasio payout dividen dibagi de- ngan (k–g). Investor tentunya mencari saham yang PER aktualnya di bawah PER wajarnya dan men- jual saham yang PER aktualnya sudah di atas rasio wajarnya. Pendekatan ini mempunyai kelemahan, karena hanya meng- gunakan EPS dari satu periode, bisa periode lalu (trailing) atau akan datang (forward). Selain itu, penggunaan PER rata-rata juga mengasumsikan semua emiten mempunyai rasio payout, risiko yang dicerminkan dengan tingkat diskonto (k), dan tingkat pertumbuhan (g) yang sama. Jika satu dari tiga varia- bel ini tidak sama, maka PER wajar satu saham juga akan berbeda dengan saham lainnya, walaupun emiten-emiten ter- sebut bergerak dalam industri yang sama. Bila menggunakan trailing PER berdasarkan laporan ke- uangan 2019 atau triwulan I- 2020 yang disetahunkan (dikali empat), maka kita akan mene- mukan banyak PER aktual yang lebih rendah dibbandingkan dengan PER wajarnya. Maklum saja, harga saham saat ini umumnya sudah turun banyak, sementara EPS tahun 2019 dan 2020 hingga Maret masih nor- mal, alias masih belum terdam- pak pemberlakuan PSBB. Apakah ini berarti saham-sa- ham tersebut sudah murah? Be- lum tentu. Angka yang didapat akan berubah jika kita meng- gunakan forward PER, yaitu PER yang dihitung berdasarkan proyeksi EPS tahun ini. Kita ketahui bersama hampir semua sektor terkena dampak pandemi virus Covid-19. Lebih mudah mencari industri yang tidak terkena dampak daripada yang terpengaruh, yaitu tele- komunikasi, consumer goods & groceries, e-commerce serta industri farmasi. Permintaan untuk produk sektor-sektor ini tidak berkurang, sementara penawarannya juga relatif tidak terkendala, kecuali untuk industri farmasi yang ternyata 90% bahan bakunya impor dan terjadi persaingan sengit an- tarnegara untuk mendapatkan bahan baku tersebut. Untuk sebagian besar sektor lainnya, EPS tahun ini diper- kirakan akan berada 20%-40% di bawah tahun lalu. Ini akan membuat PER aktual naik 25% hingga 67%, yaitu 1/80% hingga 1/60%, yang membuat saham- saham tersebut relatif tidak bisa dikatakan murah. Beberapa emiten bahkan akan mengalami penurunan EPS hingga lebih dari 40%, seperti penerbangan, hotel, tempat wisata, tempat hiburan, dan tour & travel. Hasil yang serupa akan kita dapatkan jika kita menghitung nilai absolut. Ada tiga metode yang biasa digunakan untuk menghitung nilai absolut ini, yaitu berbasis akuntansi (model residual income), berbasis arus kas, dan berbasis aset (model replacement cost). Model yang paling sering digunakan adalah pendiskontoan arus kas, mulai dari dividen yang sederhana hingga FCFF (arus kas bersih perusahaan) dan FCFE (arus kas bersih ekuitas) yang lebih rumit. Model pendiskontoan dividen akan memberikan hasil yang sama persis seperti metode PER di atas. Kesamaan model pendiskon- toan dividen, FCFF, dan FCFE adalah, ketiganya tergantung pada empat variabel utama ya- itu besar arus kas, waktu, keti- dakpastian, dan tingkat pertum- buhan arus kas di tahun-tahun mendatang. Mari kita analisis satu per satu variabel tersebut. Untuk besar arus kas per- usahaan dan waktunya, dapat dipastikan tahun ini akan tu- run dan penurunan berpotensi berlanjut ke tahun depan. Baru pada tahun 2022 atau paling lambat 2023 kondisi arus kas akan normal seperti sebelum- nya. Ini sejalan dengan asumsi defisit APBN yang dilebarkan lebih dari 3% PDB untuk tahun 2020-2022. Untuk variabel ketidakpasti- an yang mencerminkan risiko yang dihadapi, semua sepakat jika ketidakpastian meningkat dan masih tinggi selama belum ditemukannya obat atau vaksin untuk virus Covid-19. Ini akan menaikkan tingkat diskonto se- hingga valuasi akan turun. Pendekatan behavioral terha- dap asset pricing bahkan meng- anjurkan investor menambah- kan satu proksi untuk sentimen pasar terhadap tingkat diskonto berdasarkan CAPM. Ini berim- plikasi sama, yaitu kenaikan tingkat diskonto. Untuk faktor terakhir, yaitu tingkat pertumbuhan, sebagian besar korporasi akan meng- alami kontraksi penjualan dan laba bersih untuk tahun ini dan tahun depan. Kondisi perekono- mian normal seperti sebelum pandemi mungkin baru terjadi di tahun 2022 atau bahkan 2023. Itu pun untuk mereka yang dapat survive melalui dua tahun sangat sulit, 2020 dan 2021. Karenanya, sudah sewajarnya jika dilakukan impairment (penurunan nilai perusahaan) terhadap beberapa sektor yang paling terdampak. Mengingat IHSG adalah leading indicator dari perekonomian, maka in- deks akan bergerak naik signifi- kan sebelum 2022, mungkin di medio 2021. Itulah poin-poin yang saya presentasikan sebagai salah se- orang panelis dalam joint webi- nar dari ACCA-IAI-AFA, dengan tema Valuation and Impairment Consideration Post Covid-19 Era tanggal 11 Juni 2020 lalu yang diikuti sekitar 200 akuntan dari Indonesia, Malaysia dan Singa- pura. Kesimpulannya, karena rendahnya valuasi sebagian besar korporasi saat ini, IHSG masih memerlukan waktu 1,5-2 tahun untuk kembali ke angka awal tahun ini di 6.300. Semoga kita dan seluruh emiten di BEI dapat survive melalui pandemi ini. Salam sehat selalu. Budi Frensidy, Guru Besar FEB-UI EPS tahun ini diperkirakan berada 20%-405 di bawah tahun lalu. JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak kunjung menyentuh level psikologis 5.000. Jumat kemarin (19/6), IHSG ditu- tup di level 4.942,28. Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mempre- diksi, IHSG masih berpotensi menguat pada perdagangan pe- kan depan. Dari hitungan teknik- al, pada pekan ini, IHSG akan bergerak dengan support 4.778,71 dan resistance 5.097,14. "Di sisi lain, terlihat bullish harami candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi penguatan lanjutan pada perge- rakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke resistance terdekat," kata Nafan, Minggu (21/6). Sti- mulus ekonomi dan musim pem- bagian dividen juga masih akan mendorong bursa. Namun, sejumlah analis meli- hat, IHSG bakal menghadapi pe- lemahan. "Secara jangka pendek seharusnya ada penurunan dulu menjelang data kinerja emiten kuartal II-2020 yang akan keluar pada Juli mendatang," kata Ana- lis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, kemarin. Ditambah lagi, pandemi virus Covid-19 juga belum dapat diken- dalikan dengan baik. Sentimen negatif terhadap IHSG juga ber- asal dari eksternal, yakni kemba- li memanasnya konflik geopolitik di Asia. "Sentimen dari pembagi- an dividen juga cenderung mulai usai," ucap Chris. Investor asing pun belum akan mendorong bursa. Sekadar mengingatkan, sepekan kemarin hingga Jumat (19/6), investor asing justru mencatatkan jual bersih atau net sell Rp 2,81 triliun di seluruh pasar. Data ekonomi Analis Sucor Sekuritas Hendri- ko Gani melihat, masih ada po- tensi net sell asing berlanjut. Hal ini dipicu kecemasan akan me- ningkatnya kasus Covid-19. "Ini membuat investor asing kembali melakukan rebalancing pada portofolio mereka," ujar dia. Direktur Asosiasi Riset dan In- vestasi Pilarmas Investindo Se- kuritas Maximilianus Nico De- mus mengatakan, sejumlah data ekonomi yang dirilis pekan ini, seperti PMI sektor manufaktur di AS, Jepang dan Eropa, akan mempengaruhi keputusan inves- tasi asing. Pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan ka- sus Covid-19 setelah pelonggaran pembatasan. "Apabila ternyata jumlah korban yang terinfeksi terus naik, pasar bisa cemas de- ngan prospek perekonomian ke depan," tutur dia. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga sependa- pat. Ketika kasus infeksi Covid-19 semakin banyak, ini memudarkan harapan ekonomi bisa pulih pada Juli- September. Beberapa katalis yang bisa mendorong indeks antara lain rilis data pen- jualan ritel, data ekonomi, serta kabar terkait obat Dexamethaso- ne yang mengurangi kematian pasien Covid-19. Untuk perdagangan pekan ini, Hans Kwee memprediksi IHSG berpeluang konsolidasi mele- mah. Ia memperkirakan IHSG bakal bergerak dengan support di level 4.900-4.812 dan resistan- ce di 4.970-5.018. Maju Mundur Indeks Menuju Angka 5.000 Sebagian analis memperkirakan, IHSG bisa menyentuh resistance 5.000 pekan ini Nur Qolbi, Ika Puspitasari Proyeksi IHSG Faktor Dalam & Luar Negeri JAKARTA. Indeks Harga Saham Ga- bungan (IHSG) menguat 0,35% ke level 4.942,28 akhir pekan lalu, Jumat (19/6). Penguatan salah satunya ditopang oleh sektor industri dasar dan kimia yang naik 1,62%. Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper menilai, penguat- an tersebut cenderung terbatas. Pasal- nya, pasar masih dibayangi kekhawa- tiran gelombang kedua pandemi Co- vid-19. Data pengangguran di Amerika Seri- kat menunjukkan angka yang masih cukup tinggi. Investor juga akan men- cermati hasil kebijakan suku bunga Bank of China. Ini menjadi sentimen negatif tambahan untuk indeks. "IHSG diprediksi akan melemah," ujar Dennies, Minggu (21/6). Setali tiga uang, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, faktor eksternal cukup mempengaruhi pergerakan IHSG. Sejatinya, indeks memiliki peluang bergerak ke level 5.000. Akan tetapi, tekanan aksi jual bersih (net sell) in- vestor asing masih menyelimuti IHSG. "IHSG diperkirakan melemah terbatas dengan rentang 4.878-5.013," imbuh Okie. Sedangkan Dennies memperkirakan indeks bergerak dengan rentang per- gerakan 4.921-4966 untuk support dan resistance terdekatnya. Sejumlah sa- ham seperti JPFA, ICBP, SCMA dan TLKM menurut Dennies layak untuk dicermati. Kenia Intan Nareriska Top Gainers Top Losers Disclaimer: Prediksi 10 analis disajikan berdasarkan kondisi pasar saham pada saat prediksi ini dibuat. KONTAN dan para analis tidak bertanggungjawab atas segala risiko yang timbul akibat penggunaan prediksi ini. Bullish-Bearish Sumber: Bloomberg, 12-19 Juni 2020 MLPT -29,68% ARKA -29,35% INTD -22,90% IDPR 50,34% LMAS 50,00% NZIA 49,13% Hot Money di Saham Tanggal Net Buy Net Sell 15-06-2020 - 712,03 16-06-2020 - 602,28 17-06-2020 - 757,58 18-06-2020 - 80,47 19-06-2020 - 653,45 Total - 2.805,81 (dalam Rp miliar) Sumber: Bloomberg Prediksi IHSG 10 Analis (22 Juni 2020) Nama Institusi Support Resistance Muhammad Nafan Aji Gusta Binaartha Sekuritas 4.865 4.976 Dimas WP Pratama Profindo Sekuritas 4.850 4.950 Valdy Kurniawan Phintraco Sekuritas 4.880 5.020 Dennies Christoper Jordan Artha Sekuritas 4.921 4.966 Herditya Wicaksana MNC Sekuritas 4.850 5.040 Lanjar Nafi Reliance Sekuritas 4.930 5.170 Chris Apriliony Jasa Utama Capital 4.880 4.970 Okie S. Ardiasta Pilarmas Investindo Sekuritas 4.878 5.013 William Hartanto Panin Sekuritas 4.880 5.000 Mino Indo Permier Sekuritas 4.880 4.980 Total / Nilai median 4.880 4.990 KONTAN/Carolus Agus Waluyo Semakin banyak yang terinfeksi Covid-19 memudarkan harapan ekonomi akan cepat pulih. Nilai Transaksi Investor 40% 60% 55% 45% 526,2 354,3 4 3,3 19/6 Ytd 2020 Saham Pilihan Asing Dalam Sepekan Net Buy Asing Net Sell Asing INDF 127,76 miliar TLKM 424,14 miliar ICBP 48,60 miliar BBCA 306,02 miliar CPIN 10,90 miliar BBRI 221,62 miliar BTPS 10,36 miliar MNCN 196,17 miliar INKP 8,97 miliar KLBF 187,83 miliar UNTR 6,59 miliar BMRI 176,58 miliar RALS 6,16 miliar ASII 161,81 miliar SIDO 5,66 miliar TOWR 119,82 miliar JSMR 4,10 miliar ITMG 114,66 miliar EXCL 2,08 miliar ACES 90,59 miliar Sumber: BEI, RTI, per Jumat (19/6/2020) Investor Asing Investor Domestik Dalam triliun rupiah
Transcript
Page 1: BURSA · 2020. 6. 23. · BURSA 3 Kontan Senin, 22 Juni 2020 Wake Up Call Valuasi di Era Pandemi P rinsip dasar investasi un-tuk semua aset sejatinya sama, yaitu membanding-kan nilai

BURSA 3Kontan Senin, 22 Juni 2020

Wake Up Call

Valuasi di Era Pandemi

Prinsip dasar investasi un-tuk semua aset sejatinya sama, yaitu membanding-

kan nilai dan harga. Nilai ada-lah what we get atau worth. Se-mentara harga adalah what we pay atau cost.

Prinsip ini berlaku universal untuk siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Masalahnya, tidak seperti harga yang ada di depan kita, nilai (disebut nilai intrinsik atau harga wajar di buku teks) bersifat unobservable dan harus dihitung, tepatnya diestimasi.

Untuk saham, kita mengesti-masi nilainya, baik nilai relatif maupun absolut, dan kemudian membandingkannya dengan rasio atau harga di pasar. Un-tuk memperoleh nilai relatif,

kita mengenal metode kelipatan harga price-earnings ratio (PER) yang paling populer, price-book value (PBV) dan EV/EBITDA.

Kita membandingkan PER atau rasio lainnya yang wajar (justified) dari sebuah saham dengan PER aktualnya. PER wajar dapat diambil dari rata-rata industri di dalam negeri atau lintas negara, atau ditu-runkan dari persamaan Gordon (P0=D1/(k–g)) kemudian dibagi earning per share (EPS).

Dengan kata lain, PER = P0/EPS = (D1/EPS) / (k–g) atau rasio payout dividen dibagi de-ngan (k–g).

Investor tentunya mencari saham yang PER aktualnya di bawah PER wajarnya dan men-jual saham yang PER aktualnya sudah di atas rasio wajarnya. Pendekatan ini mempunyai kelemahan, karena hanya meng-gunakan EPS dari satu periode, bisa periode lalu (trailing) atau akan datang (forward).

Selain itu, penggunaan PER rata-rata juga mengasumsikan semua emiten mempunyai rasio payout, risiko yang dicerminkan dengan tingkat diskonto (k), dan tingkat pertumbuhan (g) yang sama. Jika satu dari tiga varia-bel ini tidak sama, maka PER wajar satu saham juga akan

berbeda dengan saham lainnya, walaupun emiten-emiten ter-sebut bergerak dalam industri yang sama.

Bila menggunakan trailing PER berdasarkan laporan ke-uangan 2019 atau triwulan I- 2020 yang disetahunkan (dikali empat), maka kita akan mene-mukan banyak PER aktual yang lebih rendah dibbandingkan dengan PER wajarnya. Maklum saja, harga saham saat ini umumnya sudah turun banyak, sementara EPS tahun 2019 dan 2020 hingga Maret masih nor-mal, alias masih belum terdam-pak pemberlakuan PSBB.

Apakah ini berarti saham-sa-ham tersebut sudah murah? Be-lum tentu. Angka yang didapat akan berubah jika kita meng-gunakan forward PER, yaitu PER yang dihitung berdasarkan proyeksi EPS tahun ini.

Kita ketahui bersama hampir semua sektor terkena dampak pandemi virus Covid-19. Lebih mudah mencari industri yang tidak terkena dampak daripada yang terpengaruh, yaitu tele-komunikasi, consumer goods & groceries, e-commerce serta industri farmasi. Permintaan untuk produk sektor-sektor ini tidak berkurang, sementara penawarannya juga relatif

tidak terkendala, kecuali untuk industri farmasi yang ternyata 90% bahan bakunya impor dan terjadi persaingan sengit an-tarnegara untuk mendapatkan bahan baku tersebut.

Untuk sebagian besar sektor lainnya, EPS tahun ini diper-kirakan akan berada 20%-40% di bawah tahun lalu. Ini akan membuat PER aktual naik 25% hingga 67%, yaitu 1/80% hingga

1/60%, yang membuat saham-saham tersebut relatif tidak bisa dikatakan murah. Beberapa emiten bahkan akan mengalami penurunan EPS hingga lebih dari 40%, seperti penerbangan, hotel, tempat wisata, tempat hiburan, dan tour & travel.

Hasil yang serupa akan kita dapatkan jika kita menghitung nilai absolut. Ada tiga metode yang biasa digunakan untuk menghitung nilai absolut ini,

yaitu berbasis akuntansi (model residual income), berbasis arus kas, dan berbasis aset (model replacement cost). Model yang paling sering digunakan adalah pendiskontoan arus kas, mulai dari dividen yang sederhana hingga FCFF (arus kas bersih perusahaan) dan FCFE (arus kas bersih ekuitas) yang lebih rumit. Model pendiskontoan dividen akan memberikan hasil yang sama persis seperti metode PER di atas.

Kesamaan model pendiskon-toan dividen, FCFF, dan FCFE adalah, ketiganya tergantung pada empat variabel utama ya-itu besar arus kas, waktu, keti-dakpastian, dan tingkat pertum-buhan arus kas di tahun-tahun mendatang. Mari kita analisis satu per satu variabel tersebut.

Untuk besar arus kas per-usahaan dan waktunya, dapat dipastikan tahun ini akan tu-run dan penurunan berpotensi berlanjut ke tahun depan. Baru pada tahun 2022 atau paling lambat 2023 kondisi arus kas akan normal seperti sebelum-

nya. Ini sejalan dengan asumsi defisit APBN yang dilebarkan lebih dari 3% PDB untuk tahun 2020-2022.

Untuk variabel ketidakpasti-an yang mencerminkan risiko yang dihadapi, semua sepakat jika ketidakpastian meningkat dan masih tinggi selama belum ditemukannya obat atau vaksin untuk virus Covid-19. Ini akan menaikkan tingkat diskonto se-hingga valuasi akan turun.

Pendekatan behavioral terha-dap asset pricing bahkan meng-anjurkan investor menambah-kan satu proksi untuk sentimen pasar terhadap tingkat diskonto berdasarkan CAPM. Ini berim-plikasi sama, yaitu kenaikan tingkat diskonto.

Untuk faktor terakhir, yaitu tingkat pertumbuhan, sebagian besar korporasi akan meng-alami kontraksi penjualan dan laba bersih untuk tahun ini dan tahun depan. Kondisi perekono-mian normal seperti sebelum pandemi mungkin baru terjadi di tahun 2022 atau bahkan 2023.

Itu pun untuk mereka yang dapat survive melalui dua tahun sangat sulit, 2020 dan 2021. Karenanya, sudah sewajarnya jika dilakukan impairment (penurunan nilai perusahaan) terhadap beberapa sektor yang paling terdampak. Mengingat IHSG adalah leading indicator dari perekonomian, maka in-deks akan bergerak naik signifi -kan sebelum 2022, mungkin di medio 2021.

Itulah poin-poin yang saya presentasikan sebagai salah se-orang panelis dalam joint webi-nar dari ACCA-IAI-AFA, dengan tema Valuation and Impairment Consideration Post Covid-19 Era tanggal 11 Juni 2020 lalu yang diikuti sekitar 200 akuntan dari Indonesia, Malaysia dan Singa-pura. Kesimpulannya, karena rendahnya valuasi sebagian besar korporasi saat ini, IHSG masih memerlukan waktu 1,5-2 tahun untuk kembali ke angka awal tahun ini di 6.300. Semoga kita dan seluruh emiten di BEI dapat survive melalui pandemi ini. Salam sehat selalu. ■

Budi Frensidy,Guru Besar FEB-UI

EPS tahun ini diperkirakan

berada 20%-405 di bawah tahun

lalu.

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak kunjung menyentuh level psikologis 5.000. Jumat kemarin (19/6), IHSG ditu-tup di level 4.942,28.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mempre-diksi, IHSG masih berpotensi menguat pada perdagangan pe-kan depan. Dari hitungan teknik-al, pada pekan ini, IHSG akan bergerak dengan support 4.778,71 dan resistance 5.097,14.

"Di sisi lain, terlihat bullish harami candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi penguatan lanjutan pada perge-rakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke resistance terdekat," kata Nafan, Minggu (21/6). Sti-mulus ekonomi dan musim pem-bagian dividen juga masih akan mendorong bursa.

Namun, sejumlah analis meli-hat, IHSG bakal menghadapi pe-lemahan. "Secara jangka pendek seharusnya ada penurunan dulu menjelang data kinerja emiten kuartal II-2020 yang akan keluar pada Juli mendatang," kata Ana-lis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, kemarin.

Ditambah lagi, pandemi virus Covid-19 juga belum dapat diken-dalikan dengan baik. Sentimen negatif terhadap IHSG juga ber-asal dari eksternal, yakni kemba-li memanasnya konfl ik geopolitik di Asia. "Sentimen dari pembagi-an dividen juga cenderung mulai usai," ucap Chris.

Investor asing pun belum akan

mendorong bursa. Sekadar mengingatkan, sepekan kemarin hingga Jumat (19/6), investor asing justru mencatatkan jual bersih atau net sell Rp 2,81 triliun di seluruh pasar.

Data ekonomiAnalis Sucor Sekuritas Hendri-

ko Gani melihat, masih ada po-tensi net sell asing berlanjut. Hal ini dipicu kecemasan akan me-ningkatnya kasus Covid-19. "Ini membuat investor asing kembali melakukan rebalancing pada portofolio mereka," ujar dia.

Direktur Asosiasi Riset dan In-vestasi Pilarmas Investindo Se-kuritas Maximilianus Nico De-mus mengatakan, sejumlah data ekonomi yang dirilis pekan ini, seperti PMI sektor manufaktur di AS, Jepang dan Eropa, akan mempengaruhi keputusan inves-tasi asing. Pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan ka-sus Covid-19 setelah pelonggaran pembatasan. "Apabila ternyata jumlah korban yang terinfeksi terus naik, pasar bisa cemas de-ngan prospek perekonomian ke depan," tutur dia.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga sependa-pat. Ketika kasus infeksi Covid-19 semakin banyak, ini memudarkan harapan ekonomi bisa pulih pada Juli-September.

Beberapa katalis yang bisa mendorong

indeks antara lain rilis data pen-jualan ritel, data ekonomi, serta kabar terkait obat Dexamethaso-ne yang mengurangi kematian pasien Covid-19.

Untuk perdagangan pekan ini,

Hans Kwee memprediksi IHSG berpeluang konsolidasi mele-mah. Ia memperkirakan IHSG bakal bergerak dengan support di level 4.900-4.812 dan resistan-ce di 4.970-5.018. ■

Maju Mundur Indeks Menuju Angka 5.000

Sebagian analis memperkirakan, IHSG bisa menyentuh resistance 5.000 pekan ini

Nur Qolbi, Ika Puspitasari

Proyeksi IHSG

Faktor Dalam & Luar NegeriJAKARTA. Indeks Harga Saham Ga-bungan (IHSG) menguat 0,35% ke level 4.942,28 akhir pekan lalu, Jumat (19/6). Penguatan salah satunya ditopang oleh sektor industri dasar dan kimia yang naik 1,62%.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper menilai, penguat-an tersebut cenderung terbatas. Pasal-nya, pasar masih dibayangi kekhawa-tiran gelombang kedua pandemi Co-vid-19.

Data pengangguran di Amerika Seri-kat menunjukkan angka yang masih cukup tinggi. Investor juga akan men-cermati hasil kebijakan suku bunga Bank of China. Ini menjadi sentimen negatif tambahan untuk indeks.

"IHSG diprediksi akan melemah," ujar Dennies, Minggu (21/6).

Setali tiga uang, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, faktor eksternal cukup mempengaruhi pergerakan IHSG.

Sejatinya, indeks memiliki peluang bergerak ke level 5.000. Akan tetapi, tekanan aksi jual bersih (net sell) in-vestor asing masih menyelimuti IHSG. "IHSG diperkirakan melemah terbatas dengan rentang 4.878-5.013," imbuh Okie.

Sedangkan Dennies memperkirakan indeks bergerak dengan rentang per-gerakan 4.921-4966 untuk support dan resistance terdekatnya. Sejumlah sa-ham seperti JPFA, ICBP, SCMA dan TLKM menurut Dennies layak untuk dicermati.

Kenia Intan Nareriska

Top GainersTop Losers

Disclaimer: Prediksi 10 analis disajikan berdasarkan kondisi pasar saham pada saat prediksi ini dibuat. KONTAN dan para analis tidak bertanggungjawab atas segala risiko yang timbul akibat penggunaan prediksi ini.

Bullish-Bearish

Sumber: Bloomberg, 12-19 Juni 2020

MLPT -29,68%

ARKA -29,35%

INTD -22,90%

IDPR 50,34%

LMAS 50,00%

NZIA 49,13%

Hot Money di SahamTanggal Net Buy Net Sell

15-06-2020 - 712,0316-06-2020 - 602,2817-06-2020 - 757,5818-06-2020 - 80,4719-06-2020 - 653,45Total - 2.805,81(dalam Rp miliar) Sumber: Bloomberg

Prediksi IHSG 10 Analis (22 Juni 2020)

Nama Institusi Support Resistance

Muhammad Nafan Aji Gusta Binaartha Sekuritas 4.865 4.976

Dimas WP Pratama Profi ndo Sekuritas 4.850 4.950Valdy Kurniawan Phintraco Sekuritas 4.880 5.020Dennies Christoper Jordan Artha Sekuritas 4.921 4.966Herditya Wicaksana MNC Sekuritas 4.850 5.040Lanjar Nafi Reliance Sekuritas 4.930 5.170Chris Apriliony Jasa Utama Capital 4.880 4.970Okie S. Ardiasta Pilarmas Investindo Sekuritas 4.878 5.013William Hartanto Panin Sekuritas 4.880 5.000Mino Indo Permier Sekuritas 4.880 4.980Total / Nilai median 4.880 4.990

KONTAN/Carolus Agus Waluyo

Semakin banyak yang terinfeksi Covid-19 memudarkan harapan ekonomi akan cepat pulih.

Nilai TransaksiInvestor

40%

60%

55%

45%

526,2

354,34

3,3

19/6

Ytd 2020

Saham Pilihan Asing Dalam Sepekan

Net Buy Asing Net Sell AsingINDF 127,76 miliar TLKM 424,14 miliarICBP 48,60 miliar BBCA 306,02 miliarCPIN 10,90 miliar BBRI 221,62 miliarBTPS 10,36 miliar MNCN 196,17 miliarINKP 8,97 miliar KLBF 187,83 miliarUNTR 6,59 miliar BMRI 176,58 miliarRALS 6,16 miliar ASII 161,81 miliarSIDO 5,66 miliar TOWR 119,82 miliarJSMR 4,10 miliar ITMG 114,66 miliarEXCL 2,08 miliar ACES 90,59 miliar

Sumber: BEI, RTI, per Jumat (19/6/2020)

Investor Asing

Investor Domestik

Dalam triliun rupiah

Recommended