+ All Categories
Home > Documents > Co2-Iwag Injection Simulation Experiment with Several ...

Co2-Iwag Injection Simulation Experiment with Several ...

Date post: 08-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
EasyChair Preprint 6460 Co2-Iwag Injection Simulation Experiment with Several Ratio and Cycle Time as an Effort to Increase Oil Recovery in Field Scale Muhammad Bagir, Muhammad Taufiq Fathaddin, Usman Pasarai and Ruri Muharto EasyChair preprints are intended for rapid dissemination of research results and are integrated with the rest of EasyChair. August 29, 2021
Transcript

EasyChair Preprint№ 6460

Co2-Iwag Injection Simulation Experiment withSeveral Ratio and Cycle Time as an Effort toIncrease Oil Recovery in Field Scale

Muhammad Bagir, Muhammad Taufiq Fathaddin,Usman Pasarai and Ruri Muharto

EasyChair preprints are intended for rapiddissemination of research results and areintegrated with the rest of EasyChair.

August 29, 2021

PERCOBAAN SIMULASI INJEKSI CO2-IWAG DENGAN BEBERAPA RASIO DAN SIKLUS WAKTU

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK SKALA LAPANGAN

M. Bagir1, M T Fathadin1, Usman Pasarai2, Ruri Muharto2

1Teknik Perminyakan Universitas Trisakti 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS [email protected]

ABSTRAK Secara alami produksi minyak akan mengalami penurunan sehingga dibutuhkan

metode Enhanced Oil Recovery (EOR). Tujuan EOR untuk meningkatkan produksi

minyak (Recovery Factor) yang sebelumnya tidak dapat di produksikan. Metode EOR

dibagi menjadi 5 yaitu Injeksi Tak Tercampur, Injeksi Tercampur, Injeksi Kimiawi,

Injeksi Panas (Thermal), Microbial Enhanched Oil Recovery (MEOR). Penelitian ini

membahas Injeksi EOR CO2. Mekanisme injeksi CO2 adalah mengembangkan minyak

(oil swelling), mengurangi viskositas dan densitas, mengurangi tegangan antarmuka.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai Minimum Miscible Pressure

(MMP) untuk menentukan dimana tekanan injeksi CO2 dapat bercampur ke dalam

hidrokarbon reservoir begitu pula sebaliknya, apabila tidak mencapai tekanan

tersebut maka menjadi injeksi tidak tercampur. . Karena tidak adanya hasil

laboratorium MMP maka peneliti menggunakan beberapa korelasi dari jurnal untuk

memperoleh nilai MMP yang digunakan peneliti adalah Yuan, Glasso, Khazam, untuk

memperkuat hasil, Maka hasil dari perhitungan MMP tidak boleh jauh berbeda. Hasil

penelitian ini dari sekenario rasio injeksi menggunakan IWAG (Immiscible Water

Alternating Gas) dengan beberapa percobaan dengan kondisi reservoir yang tipis

dan batuan oil wet didapat metode IWAG lebih optimal dengan perolehan minyak

meningkat 1.32% dengan siklus waktu injeksi 2 tahun. Sehingga perolehan minyak

pada lapangan ‘X’ menjadi 4.75% dari cadangan minyak awal yang dapat di

keluarkan.

SEJARAH ARTIKEL Diterima Revisi Disetujui Terbit online

KATA KUNCI EOR

Recovery Factor

MMP

CO2 Immiscible

IWAG

1. PENDAHULUAN

Saat memproduksikan minyak bumi, oil recovery memiliki tiga fase: primary, secondary,

dan tertiary. Primery recovery adalah memproduksikan minyak dengan menggunakan natural

flow energi reservoir. Energinya dapat berasal dari ekspansi fluida, solution gas, water influx, gas

cap, dan gravity drainage. Secondary recovery adalah produksi minyak dengen menginjeksikan

fluida eksternal (air atau gas) yang digunakan untuk menjaga tekanan dan volumetric sweep

efficiency. Tertiary recovery adalah produksi minyak setelah secondary recovery, yang diinjeksikan

adalah fluida spesial seperti fluida kimia, miscible gas, dan injeksi panas (Sheng 2013). Menurut

(Dadan DSM Saputra 2018) Indonesia mempunyai banyak sekali lapangan mature yang

mempunyai potensi minyak yang cukup baik, oleh karena itu setelah melalui proses Screening

EOR yang paling cocok adalah CO2 ditambah source CO2 di Indonesia cukup banyak terutama di

daerah Sumatra Selatan dan pulau Jawa.

Dalam praktiknya produksi akan terus turun karena lapangan yang sudah cukup tua

sehingga harus dilakukan upaya agar produksi optimal. (Muslim dan permadi 2013). Salah satu

cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan injeksi CO2 yang merupakan

peningkatan prolehan minyak tahap lanjut (Amanda dan Marheandrajana 2013). Fasilitas yang

dibutuhkan untuk injeksi CO2 adalah injection plant ke sumur, separator,pompa injeksi dari 3 jenis

ini yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan injeksi CO2 (Wibowo 2013). Faktor

yang mempengaruhi keberhasilan Injeksi CO2 yaitu Temperatur, Karakteristik Fluida Reservoir,

Tekanan, dan Kemurnian CO2 untuk injeksi. (M.Abdurrahman, 2018). Menurut (Ahmad M 2012)

untuk reservoir dengan heterogenitasnya rendah mempunyai peningkatan recovery factor yang

besar dengan injeksi CO2 dengan tekanan yang rendah. (Duraid Al-Bayati 2018) menjelaskan dan

mengutakna penjelasan sebelumnya mengenai peranan hetrogenitiy sangat penting dalam

proses injeksi immiscible CO2 . Salah satu metode yang terbukti efektif dapat meningkatkan

recovery minyak adalah pendesakan tercampur CO2. Dimana metode ini telah terbukti di Amerika

Serikat dapat memberikan tingkat produksi harian tertinggi diantara semua metode EOR lainnya.

Untuk pendesakan CO2 miscible sangat sulit dilakukan untuk kondisi minyak berat (Khazam M

2016). Di perkuat oleh penelitian (Aref Hashemi Fath 2013) untuk mencapai keadaan miscible

sangat sulit untuk mencapai nilai MMP. (Alireza emadi 2012) juga menjelaskan injeksi CO2 sangat

sukses apabila diaplikasikan dalam mendorong komponen hidrokarbon di dalam minyak ringan,

akan tetapi untuk minyak berat CO2 hanya dapat sedikit larut dan menurunkan viskositas minyak

Dalam penelitian laboratorium (Siwei Kang 2013) menunjukan bahwa keberhasilan dalam

immiscible flooding dengan jenis minyak berat dapat meningkatkan perolehan minyak sebesar

30%

Mekanisme lainnya ialah injeksi slug CO2. Injeksi slug disini ialah melakukan injeksi air

karbonat yang merupakan campuran antara gas CO2 dan air injeksi Slug dapat dilakukan dengan

dua mekanisme yaitu mekanisme Injeksi Slug CO2 diikat air, maupun injeksi slug CO2 dengan air

yang dilakukan secara bergantian. Selain itu, terdapat mekanisme lain yang juga disebut water

alternating gas, dimana pada mekanisme ini, injeksi CO2 dan air diinjeksikan secara bergantian

pada beberapa siklus dengan gas yang terkompresi. Menurut hasil penelitian (Samintha 2016)

ukuran slug merupakan salah satu factor penting yang perlu di pertimbangkan untuk memperoleh

jumlah minyak yang optimal.

Metode WAG ( Water Alternating Gas) memanfaatkan tekanan pada injeksi air untuk

dapat mengurangi terjadinya gas channeling dan dapat meningkatkan sweep efficiency. Injeksi ini

dilakukan dengan menggunakan gas CO2 yang lebih banyak yang ditujukan untuk dapat

meningkatkan perolehan minyak. Menurut (Bender, 2014) dalam penelitiannya rasio IWAG

mempengaruhi perolehan minyak terutama immiscible lebih baik perolehannya apabila water

lebih besar

Mobilitas rasio sangat penting dalam proses penyapuan apabila nilai mobility ratio kurang

dari satu (M<1), maka tidak akan terjadi penjarian dan daerah yang dicapai oleh fluida pendorong

sangat luas dengan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi. Tingkat Sweeping / penyapuan minyak

di reservoir semakin besar maka akan meningkatkan Recovery Factor Menurut (R Husla 2019) dari

penelitiannya dengan membandingan mobilitas setiap layer dari 0.812 ke 0.828 maka semakin

mendekati nilai 1 semakin besar efisiensi penyapuannya.

1.1 TINJAUAN LAPANGAN

Penelitian ini berfokus pada perolehan yang diperoleh dari beberapa skenario rasio dan

waktu siklus injeksi pada skala lapangan. Bidang “X” ditembus oleh 17 sumur dengan tekanan

awal 2.000 psia dan tekanan gelembung 1.533 psia. Produksi hingga akhir tahun 2016 adalah 930

Mstb, estimasi cadangan 27.681 Mstb dan water cut 90%, sehingga sisa cadangan masih layak

untuk dikaji lebih lanjut. Jenis Formasi Lapangan “X” adalah Talang Akar dengan jenis batuanpasir

dan tingkat kebasahan batuan lapangan “X” adalah oil wet dengan API ± 24 derajat dan suhu

cukup tinggi > 200 F. Berikut struktur atas, Porositas, Permeabilitas pada lapangan “X”.

2.1 Gambar Top struktur lapangan X

2.2 Gambar Porositas lapangan X

2.3 Gambar Permeabilitas lapangan X

Saturasi pada Lapangan “X” masih cukup baik, hal ini dapat dilihat dari cadangan yang

tersisa. Maka perlu dilakukan penyapuan yang baik pada lapangan “X” ini dengan ketebalan

yang tipis. Kebasahan batuan juga memiliki peran penting dalam penyapuan yang optimal. Oleh

karena itu, di bawah ini adalah permeabilitas relatif untuk menentukan keterbasahan batuan di

lapangan “X”

Gambar 2.4 Kurva permabilitas relatif

(Richard Wheaton 2016) menjelaskan bahwa apabila persilangan <0.5 maka masuk kategori oil

wet, sebaliknya apabila persilangan >0.5 maka masuk kategori water wet.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Langkah-langkah pengerjaan dalam penelitian yaitu melakukan studi dari junal-jurnal

yang berhubungan dengan topik. Studi penelitian ini sebagai upaya peningkatan recovery factor

menggunakan Simulator Eclipse Pada Lapangan” X”. Sebelum menggunakan simulator eclipse,

PVT harus dimatchingkan agar fluida dapat disesuaikan atau disimulasikan dengan lapangan “X”

berikut adalah flowchart metodologi pengerjaan

3.1 Gambar Flowchart penelitian

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Sw

kro krw

Mulai

Pengumpulan data PVT, Model, SCAL, Produksi, Porositas, Permeabilitas dan sebagainya

input dan proses simulasi ( Model batuan, Fluida, Produksi, Komplesi Sumur, Matching PVT)

inisialiasi

History matching

Matching ?

Membuat Skenario

Uji sensivititas ukuran slug dan Rasio IWAG

Kesimpulan dan rekomendasi

Ya

Tidak

Alur metodenya pertama pengumpulan data setelah itu proses inputing dan prosesing hasil dari

model di sesuaikan dengan model static atau inisialisasi setelah itu melakukan history matching

laju alir setelah itu pembuatan scenario dengan variasi ukuran slug dan rasio IWAG (Immiscible

Water Alternating Gas)

3. HASIL DAN DISKUSI

Dalam perolehan sampel hidrokarbon yang akan digunakan di lapangan X yang di ambil dari

lapisan TAF (Talang Akar Formation) sebagai berikut

4.1 Tabel Komposisi Hidrokarbon

Dikarenakan tidak ada hasil laboratorium CO2 maka peneliti menggunakan beberapa korelasi dari

jurnal seperti Yuan, Glasso, Khazam dari jurnal tersebut didapat perhitungan untuk mendapatkan

nilai MMP, dari hasil perhitungan peneliti di dapat nilai MMP sebagai berikut

4.2 Tabel Nilai MMP dari beberapa Teori

Teori Nilai MMP

Yuan 4,899 Psia

Glasso 4,875 Psia

Khazam 4,787 Psia

Setelah MMP di dapat maka diketahui batasan minimum CO2 untuk menjadi Miscible dengan

minyak. Dikarenakan tekanan inisialnya hanya 2,000 psia maka untuk menjadi miscible tidak

tercapai sehigga menjadi injeksi Immiscible. Ukuran slug juga penting dalam perolehan minyak,

tabel berikut adalah ukuran slug yang digunakan peneliti.

4.3 Tabel Ukuran Slug injeksi IWAG

3.1 Gambar Lokasi injektor

Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa sumur 111 dan 201 di konversi menjadi sumur injector

dan 3 tambahan sumur produksi. Dengan sekenario IWAG dengan beberapa rasio 1:1, 2:1, 3:1,

4:1, 2:2, 2:3, 2:4, 3:2, 3:3 dengan durasi injeksi per 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun. Didapatkan hasil

sebagai berikut.

4.5 Tabel Hasil simulasi IWAG

203

111

Dari tabel ini diketahui bahwa perolehan minyak yang paling optimal adalah pada rasio 4:1 dan

siklus waktu injeksi 2 tahun dengan peningkatan perolehan minyak sebesar 1.32%, sehingga

perolehan minyak yang didapat menjadi 4.75% dari OIP.

4.4 Gambar Laju alir Siklus waktu 6 bulan injeksi

4.5 Gambar Laju alir Siklus waktu 1 tahun injeksi

Oil rate Pressure Water inj. Gas Inj.

4.6 Gambar Laju alir Siklus waktu 2 tahun injeksi

Hasil perbandingan injeksi CO2 dan IWAG

4.7 Gambar Hasil perbandingan base case, CO2, IWAG

Dari penelitian ini dari karakteristik lapangan kebasahannya batuan adalah oil wet dan tenaga

dorong solution gas drive, Disimpulkan bahwa Peranan kebasahaan batuan sangat penting

dalam perolehan minyak sehingga harus disesuaikan dengan kriteria yang cocok dengan

Base case IWAG

kebasahaannya, akan tetapi dari studi ini hanya melakukan percobaan mengenai perolehan

minyak dengan kondisi kebasahaan batuan dan jenis pendesakannya adalah immiscible.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian di lapangan X mendapatkan ukuran slug yang paling optimal adalah 1

PV sehingga semakin besar slug size semakin besar perolehan minyak untuk immiscible. Dari rasio

IWAG di dapat 4:1 dengan siklus waktu 2 tahun adalah yang paling optimal, Dengan kondisi

batuan oilwet dan tenaga dorongnya solution gas drive di dapat recovery factor 4.75%. sehingga

perolehan minyak lapangan “X” meningkat sebesar 1.32%

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada LEMIGAS yang telah memberikan kesempatan untuk membantu

terlaksananya penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Amanda, D., dan Marhaendrajana, T. 2013. Studi Teknik Peningkatan Perolehan Minyak Dengan

Metode Injeksi CO2 Menggunakan Uji Laboratorium dan Simulasi Reservoir. Jurnal

Teknologi Minyak dan Gas Bumi IATMI, 4

Aref Hashemi Fath, Abdol-Rasoul Pouranfard 2013. Evaluation of Miscible and immiscible CO2

Injection in one of the Iranian oil Field, Islamic Azad University, Egyptian Journal of

Petroleum 23, 255-270

Dadan DSM Saputra, Sugihardjo, dan Edward ML Tobing 2018. Studi Kelayakan Untuk

Implementasi Injeksi CO2 Skala Pilot Di Lapangan Minyak A, Sumatra Selatan, Lemigas, ISSN

2089-3396

Khazam M, Arebi T, Mahmoudi T, And Froja M 2016. A New Simple CO2 Minimum Miscible

Pressure Correlation, University of Tripoli, Libya, Oil Gas Res Vol 2:3

Muslim, W.Bae, A.K Permadi, Suranto, Bambang Gunadi, D.D saputrea, R Widyaningsih 2013.

Opportunities and Challenges of CO2 Flooding in Indonesia, Sejong university, ITB, and

Sejong University, Jakarta, Indonesia, SPE 165847

R. Husla S.Prakoso dan M T Fathaddin 2019. analysis the influence of heterogeneity reservoir on

RM field, Petroleum Engineering, Universitas Trisakti, Jakarta , Indonesia, Journal of physics

1402(2019) 022055.

Samintha, M., Perera, A., Gamage, R. P., Rathnaweera, T. D., Ranathunga, A. S., Koay, A., dan Choi,

X. 2016. A Review of CO2- Enhanced Oil Recovery with a Simulated Sensitivity Analysis.

Energies, 9, 481

Serdar Bender & Mustafa Yilmaz 2014. Full-Field Simulation and Optimization Study of Mature

IWAG Injection in Heavy oil Carbonate Reservoir, Turkish Petroleum Corporation, SPE

169117-MS

Sheng, J.J. 2013. Enhanced Oil Recovery: Field Case Studies.Elsevier. p.63-82

Wibowo, Yulius Deddy Hermawan 2013. Simulasi Model Jaringan dan Fasilitas Permukaan Injeksi

CO2 Sistem Terpusat pada Lapisan F Lapangan J, Program Studi Teknik Perminyakan

Fakultas Teknologi Mineral, UPN Yogyakarta, ISSN 1693-4393

Siwei Kang, Changhong Gao,Shude Zhang 2013. Scientific Research and Field Apllication of CO2

Immiscible Flooding in Heavy Oil Recovery,Kuala Lumpur, Malaysia, SPE 165210

M. Abdurrahman, A. Permadi, F. Hidayat. 2018. Pengaruh Parameter Operasional Injeksi CO2

Terhadap Peningkatan Perolehan : Studi Kasus Lapangan M. Jurnal Teknologi Minyak dan

Gas Bumi. Vol.16. No.2.

Duraid Al-Bayati, Ali Saeedi, Matthew Myers Cameron White, Quan Xie 2018. An Experimental

Investigation of Immiscible-CO2-Flooding Efficiency in Sandstone Reservoir: Influence of

Permeability Heterogeneity, Copenhagen, SPE 190876

Ahmad M. Shehata, Ahmad H. El-Banbi and Helmy Sayyouh 2012. Guidelines to Optimize CO2 EOR

in Heterogeneous Reservoir,Cairo university, Egypt, SPE 151871

Alireza Emadi, Mehran, Mahmoud Jamiolahmady and, Shaun Ireland 2012. Visualization of Oil

Recovery by CO2-Foam Injection ; effect of oil Viscosity and gas type, USA, SPE 152996.

Richard Wheaton 2016. Fundamentals of Applied Reservoir Engineering, Basic Rock and Fluid

Properties, Chapter 2. p. 5-57


Recommended