+ All Categories
Home > Documents > Commen currency area analysis kel.11 (2)

Commen currency area analysis kel.11 (2)

Date post: 07-Dec-2014
Category:
Upload: yuca-siahaan
View: 396 times
Download: 1 times
Share this document with a friend
Description:
 
24
ASEAN 5 Common Currency Area Analysis : Generalized Purchasing Power Parity (G- PPP) Approach Oleh: Yuca Siahaan F0109109
Transcript
Page 1: Commen currency area analysis kel.11 (2)

ASEAN 5 Common Currency Area Analysis : Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) Approach

Oleh:Yuca Siahaan F0109109

Page 2: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Latar Belakang

Asosiasi Bangsa-Bangsa Se-Asia Tenggara (ASEAN) adalah sebuah organisasi internasional berbasis regional dengan sepuluh anggota. ASEAN dibentuk pada tahun 1967 dengan lima orang anggota yaitu: Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Filipina.

Selain anggota awalnya kelima, Brunei bergabung pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Laos PDR dan Myanmar (Burma) pada tahun 1997, serta Kamboja pada tahun 1999. Pada tahun 2008 atau hari jadi yang ke-40, kesepuluh anggota ASEAN menandatangani piagam. Piagam ini akan menjadi dasar bagi pelaksanaan perdagangan bebas

ASEAN pada tahun 2015.

Page 3: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Krisis ekonomi tahun 1997-98 di banyak negara ASEAN khususnya Thailand, Malaysia dan Indonesia telah menghasilkan banyak wawasan. Dirasakan bahwa untuk pemulihan ekonomi setelah krisis dan untuk keberlanjutan ekonomi makro di negara-negara ASEAN, penting sekali untuk memiliki sebuah mata uang bersama.

Argumen mengenai kemungkinan pelaksanaan mata uang bersama ASEAN dibagi menjadi dua kelompok, antara kelompok yang menyatakan bahwa ASEAN tidak siap dan kelompok yang menyatakan bahwa ASEAN siap melaksanakan mata uang bersama.

Page 4: Commen currency area analysis kel.11 (2)

REVIEW OF LITERATURETeori OCA yang berdasarkan beberapa kontribusi pendapat dari :

Mundlle (1961) Mc Kinnon (1961) Kennen (1969) Tavlas (1993) – Mongelli

(2002)

2 Pendekatan dalam menilai kemungkinan dari optimum currency area :

OCA index built by Bayoumi and Eichengreen (1997)

G-PPP introduced by Enders and Hurn (1994,1997)

Page 5: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Mundlle (1961) – Mc Kinnon (1961)

Mundlle : Faktor MobilitasSaat biaya biaya dari valuasi dan

perubahan uang lebih rendah dari currency area, menetapkan tingkat kurs dengan membentuk sabuah currency union mengeluarkan biaya yang mahal apalagi dengan adanya guncangan asimetris dan kekakuan harga.

Namun Biaya tersebut dapat dikurangi jika terdapat faktor mobilitas yang tinggi antar negara.

Hal itulah yang membuat Faktor mobilitas menjadi kunci utama untuk menentukan apakah harus menerima atau menolak currency union.

Mc Kinnon : Keterbukaan PerdaganganKeterbukaan dalam perdagangan yang dapat diukur dengan rasio dari total perdagangan domestik. Hal itu akan menyebabkan kurs yang fleksibel tidak akan begitu efektif sebab perubahan dalam kurs akan mengganggu level harga internal dan sedikit efek manfaat dalam real wage atau syarat perdagangan.

Karena itu sebuah negara yang memiliki tingkat perdagangan tinggi , produksi dari total output lokal, lebih menguntungkan jika ikut dalam currency area. Dan akan lebih menguntungkan menggunakan kurs tetap dengan keadaan sebaliknya.

Page 6: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Kennen (1969)

Diversifikasi ProdukNegara dengan diversifikasi produk tinggi akan lebih mudah

untuk mempertahankan currency union daripada negara dengan diversifikasi rendah.

Page 7: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Tavlas (1993) – Mongelli (2002)

• Business Cycle : guncangan dan inflasi (berhubungan dengan transmisi mekanisme moneter); derajat faktor mobilitas; keterbukaan dan ukuran ekonomi; flesibilitas harga dan upah; dan integrasi fiskal.

• Trade Linkages : derajat integrasi pasar barang.

• Financial Integration

• Politik• Sejarah• Aspek bahasa

Faktor Ekonomi

Faktor Non-Ekonomi

Page 8: Commen currency area analysis kel.11 (2)

OCA index built by Bayoumi and Eichengreen (1997)Didasarkan pada variabilitas kurs antara dua negara yang dijelaskan

oleh beberapa faktor seperti goncangan simetris, keterbukaan dan ketergantungan perdagangan ekonomi.

Bayoumi dan Mauro (1999) menggunakan OCA index dalam penelitiannya dan menemukan bahwa index OCA ASEAN lebih tinggi dari index OCA EMU. Dalam prasyarat mata uang tunggal di perekonomian untuk mata uang tunggal, posisi ASEAN tidak terlalu buruk dari EU di beberapa tahun sebelum penandatanganan perjanjian Maastricht.

Falianty (2005) : Index OCA dari ASEAN 5 lebih besar dari EMU yang mana membuktikan bahwa ASEAN 5 saat ini belum siap untuk optimum currency area. Walau demikian, nilai dari Index OCA untuk Singapura, Malaysia, dan Thailand relatif lebih rendah dari negara anggota lainnya yang mana mengindikasi bahwa tiga negara tersebut bisa bertahan dengan optimum currency area.

Page 9: Commen currency area analysis kel.11 (2)

G-PPP introduced by Enders and Hurn (1994,1997)

• G-PPP di kembangkan berdasarkan kosep Purchasing Power Parity

• G-PPP adalah hubungan kointegrasi antar kelompok dari real exchange rate yang mana mengindikasikan adanya tren umum dalam fundamental makroekonomi dan memenuhi satu kondisi yang diharuskan untuk optimum currency area.

• Nilai keseluruhan dari kointegrasi negara yang diteliti harus nol (0)

Page 10: Commen currency area analysis kel.11 (2)

……….Menurut berbagai penelitian, G-PPP dapat

dibuktikan untuk hubungan negara – negara G-7 dan G-3, ASEAN 4 dan Korea Selatan, ASEAN 5 + Korea dan China, ASEAN 4 dan empat negara (Hongkong, SAR, Jepang, Korea dan Taiwan).

Namun beberapa studi gagal untuk membuktikan adanya PPP. Alasan : Asumsi Random Walk, Tidak di dalam common currency area,

Page 11: Commen currency area analysis kel.11 (2)

III. Metodologi dan Data

Spesifikasi Model• PPP yang digeneralisasi (G-PPP) dikembangkan oleh Enders

dan Hurn (1994,1997) untuk menjelaskan perilaku kembali non-rerata pada pertukaran yang sesungguhnya pada masa pasca Perang Dunia II

• G-PPP merupakan suatu hubungan kointegrasi antara sekelompok kurs yang sesungguhnya mengindikasikan keberadaan trend-trend umum dalam dasar-dasar ekonomi makro, dan oleh karenanya memenuhi salah satu syarat yang diperlukan untuk wilayah mata uang yang optimum.

Page 12: Commen currency area analysis kel.11 (2)

• Menurut model G-PPP, Penyelesaian bentuk reduksi untuk m kurs efektif mandiri yang sesungguhnya dapat dinyatakan sebagai:

Qt = AXt

• dimana Qt adalah m x 1 vektor kurs sesungguhnya, A adalah m x (m x 1) matriks parameter, dan Xt adalah (m + 1) x 1 vektor pokok-pokok yang sesungguhnya seperti tingkat output.

Page 13: Commen currency area analysis kel.11 (2)

• Kurs yang sesungguhnya akan stasioner (diam) dan maka dari itu PPP akan berlaku jika semua unsur Xt stasioner. Karena unsur Xt menyatakan goncangan yang sesungguhnya, masing-masing dari mereka dianggap non-stasioner. Maka, Xt dapat dinyatakan dengan menggunakan pernyataan trend umum sebagai berikut:

Xt = t

• dimana adalah (m + 1) x (m 1) matriks parameter, dan t adalah (m + 1) x 1 vektor trend stokastik nonstasioner.

Page 14: Commen currency area analysis kel.11 (2)

• Maka dari itu, perilaku kurs yang sesungguhnya Qt dapat ditentukan sebagai berikut:

Qt = At

Perilaku goncangan ekonomi makro yang sesungguhnya dan juga kurs yang sesungguhnya tergantung kepada peringkat matriks . Selama peringkat () < m, selalu ada kemungkinan untuk mengalikan terlebih dahulu Qt dengan m x m matriks setidaknya untuk memperoleh satu vektor kointegrasi kurs sebagai berikut:

(A) = 0

Page 15: Commen currency area analysis kel.11 (2)

• Persamaan 3 dan 4 menyiratkan Qt = 0. Jika peringkat () = 1, semua unsur Xt memiliki satu trend umum yang sama dan maka dari itu seharusnya ada kombinasi linear kurs sesungguhnya m -1, yang stasioner. Di lain pihak, jika peringkat () = m -1, semua unsur Xt memiliki trend umum m -1 dan maka dari itu akan ada vektor kointegrasi kurs sesungguhnya yang unik.

• Dalam hal ini, Q = 0 dapat ditulis sebagai berikut:

1q11t + 2q12t + 3q13t + 4q14t + m+1Q1m+1t = 0

Page 16: Commen currency area analysis kel.11 (2)

• Dimana q1it adalah log kurs efektif sesungguhnya negara 1 (pada periode waktu t), i adalah parameter-parameter dari vektor ko-integrasi. Bobot i merupakan fungsi-fungsi dari parameter pada matriks A yang menyatakan hubungan-hubungan antar perekonomian.

Pengujian untuk akar-akar satuanUntuk melakukan pengujian akar satuan untuk stasioner, penelitian ini menggunakan uji akar satuan Dickey-Fuller (ADF) dan Phillip-Peron .

Page 17: Commen currency area analysis kel.11 (2)
Page 18: Commen currency area analysis kel.11 (2)

IV. BUKTI EMPIRIS• Hasil uji unit root masing-

masing dilaporkan dalam Tabel 1, 2 3, & 4.

• Hasil uji ADF dan PP menunjukkan bahwa hipotesis dari akar unit pada tingkat semua seri tidak dapat ditolak pada tingkat signifikansi 1% atau 5%.

• Namun uji statistik, dari first difference menyimpulkan bahwa Ho akar unit ditolak oleh kedua tes. Sehingga sementara semua seri melanjutkan uji akar dan menjadi stasioner pada first difference.

• Ini menunjukkan bahwa semua seri terbaik dimodelkan sebagai I (1).

Page 19: Commen currency area analysis kel.11 (2)
Page 20: Commen currency area analysis kel.11 (2)
Page 21: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Lag Length Selection

• Panjang lag yang sesuai dipilih berdasarkan AIC dan SC.

• Kedua kriteria informasi bisa digunakan untuk menentukan panjang lag model, dengan nilai

lebih kecil dari kriteria yang lebih disukai.Co-integrasiDengan analisis co-integration nya Johansen,

hasilnya gagal untuk menolak H0 dengan co-integrasi

1-10% dari masing-masing signifikan. Hasil penelitian

menunjukkan nilai tukar riil efektif (REER) dari 5

negara ASEAN terikat bersama oleh ekuilibrium jangka

panjang yang unik.

Hubungan jangka panjang sebelum normalisasi adalah:

0.5 INA – 13.7 MAL + 0.7 PHIL + 7.1 SING + 5.5 THAI = 0.1

Page 22: Commen currency area analysis kel.11 (2)

• Hasil di atas menunjukkan bahwa semua negaraselain Malaysia bertanda positif. Tanda negatif untuk Malaysia dikarenkan penerapan nilai tukar yang tetap yang tentunya mempunyai dampak yang berbeda dengan negara ASEAN lainnya yang menerapkan sistem nilai tukar mengambang.

• Hasil G-PPP menunjukkan bahwa ASEAN5 memiliki kriteria untuk menerapkan mata uang optimum (OCA).

• Jumlah normalisasi acak ASEAN 5 adalah sama dengan nol, ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang G-PPP untuk ASEAN 5 adalah terus.

• Jadi secara umum, hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya bahwa layak menerapkan mata uang bersama diantara 5 negara ASEAN.

Page 23: Commen currency area analysis kel.11 (2)

V. Kesimpulan• G-PPPA telah ditafsirkan dalam jangka area

mata uang optimum (OCA) yang mengoperasikan mata uang bersama.

• Keuntungan dari metode ini adalah bisa untuk mengintegrasikan variabilitas nilai tukar riil efektif (REER) dari setiap negara dalam menentukan hubungan jangkapanjang yang merupakan prasyarat penerapan OCA.

• Hasil tes co-integrasi menunjukkan keberlangsungan hubungan jangka panjang yang positif yang mendukung G-PPP antara 5 negara-negara ASEAN ini.

• Jadi, studi ini menyimpulkan bahwa ASEAN5 memenuhi persyaratan untukmenerapkan mata uang bersama.

Page 24: Commen currency area analysis kel.11 (2)

Sekian &

Terima Kasih..


Recommended