+ All Categories
Home > Documents > Comparison of Presence of Mammals in Forest Kalaweit Sumatera Foundation, Nagari Supayang, Payuang...

Comparison of Presence of Mammals in Forest Kalaweit Sumatera Foundation, Nagari Supayang, Payuang...

Date post: 02-Oct-2015
Category:
Upload: t-jack-rimbawan
View: 5 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Description:
N
12
Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat ( J. Fahut. UMSB) Maret 2014 COMPARISON OF PRESENCE OF MAMMALS IN FOREST KALAWEIT SUMATERA FOUNDATION, NAGARI SUPAYANG, PAYUANG SEKAKI SUB DISTRICT, SOLOK REGENCY Bunga Rahayu Faculty of Forestry, University of Muhammadiyah Sumatera Barat, Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah Telp. (0751) 4851214, Padang (25172) Abstract BUNGA RAHAYU. Comparison of Large Mammals in the presence of Kalaweit Sumatra Forest Foundation, SupayangNagari, Payuang Sekaki Sub District, Solok Regency. Adviser by: WILSON NOVARINO AND GUSMARDI INDRA . Research on the Comparison of Large Mammals Presence Based Rainfall at Forest Kalaweit Sumatra Foundation, Supayang Nagari ,Payuang Sekaki Sub District, Solok Regancy has been conducted in order to compare the level of presence of large mammals based on rainfall. Comparisons were made by using the results of research Mursidah ( 2013) with a research conducted in December 2013 to February 2014 using the method of direct observation. Based on the results of research by installing six Cameras Trap obtained 6,021 photos, 317 photos were identified to species level, while eight photos cannot be identified. Of the total 317 photos used to find the value of abundance and correlation coefficient values associated with rainfall. Types are obtained, namely Canis domesticus Linnaeus, 1758 (mongrel), Sus scrofa Linnaeus, 1758 (wild boar), Ursus malayanus Raffles, 1821 (honey bear), Macaca nemestrina Linnaeus, 1766 (monkey), Muntiacusmuntjac Zimmermann, 1780 (deer), Neofelis nebulosa Griffith, 1821 (clouded leopard), Felis temminckii Vigors & Horsfield (golden cat), Paguma larvata Gray, 1831 (weasel mask), Cervus unicolor Kerr, 1792 (sambar), and Tapirus indicus Desmarest, 1819 (tapir). The results with the lowest abundance value of 0,026 is a mutt , while the monkey with the highest value is the value of 3,615, and the total value of the whole is 8,322. The results also showed that the abundance of large mammals has something to do with rainfall. Correlation coefficient values are low of ferrets mask with the value (-1,8) were not correlated with rainfall and the highest of the clouded leopard with the value of 0,66 which positively correlated with rainfall. Keyword: large mammals, rainfall, forest Kalaweit Foundation, camera traps
Transcript
  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    COMPARISON OF PRESENCE OF MAMMALS IN FOREST KALAWEIT

    SUMATERA FOUNDATION, NAGARI SUPAYANG, PAYUANG SEKAKI

    SUB DISTRICT, SOLOK REGENCY

    Bunga Rahayu

    Faculty of Forestry, University of Muhammadiyah Sumatera Barat, Jln. Pasir

    Kandang No. 4 Koto Tangah Telp. (0751) 4851214, Padang (25172)

    Abstract

    BUNGA RAHAYU. Comparison of Large Mammals in the presence of Kalaweit

    Sumatra Forest Foundation, SupayangNagari, Payuang Sekaki Sub District, Solok

    Regency. Adviser by: WILSON NOVARINO AND GUSMARDI INDRA .

    Research on the Comparison of Large Mammals Presence Based Rainfall at Forest

    Kalaweit Sumatra Foundation, Supayang Nagari ,Payuang Sekaki Sub District,

    Solok Regancy has been conducted in order to compare the level of presence of

    large mammals based on rainfall. Comparisons were made by using the results of

    research Mursidah ( 2013) with a research conducted in December 2013 to

    February 2014 using the method of direct observation. Based on the results of

    research by installing six Cameras Trap obtained 6,021 photos, 317 photos were

    identified to species level, while eight photos cannot be identified. Of the total 317

    photos used to find the value of abundance and correlation coefficient values

    associated with rainfall. Types are obtained, namely Canis domesticus Linnaeus,

    1758 (mongrel), Sus scrofa Linnaeus, 1758 (wild boar), Ursus malayanus Raffles,

    1821 (honey bear), Macaca nemestrina Linnaeus, 1766 (monkey),

    Muntiacusmuntjac Zimmermann, 1780 (deer), Neofelis nebulosa Griffith, 1821

    (clouded leopard), Felis temminckii Vigors & Horsfield (golden cat), Paguma

    larvata Gray, 1831 (weasel mask), Cervus unicolor Kerr, 1792 (sambar), and

    Tapirus indicus Desmarest, 1819 (tapir). The results with the lowest abundance

    value of 0,026 is a mutt , while the monkey with the highest value is the value of

    3,615, and the total value of the whole is 8,322. The results also showed that the

    abundance of large mammals has something to do with rainfall. Correlation

    coefficient values are low of ferrets mask with the value (-1,8) were not correlated

    with rainfall and the highest of the clouded leopard with the value of 0,66 which

    positively correlated with rainfall.

    Keyword: large mammals, rainfall, forest Kalaweit Foundation, camera traps

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Pendahuluan

    Hutan di Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang

    Sekaki, Kabupaten Solok, merupakan habitat dari satwa-satwa yang terancam

    keberadaannya. Mursidah (2013) mencatat 10 jenis hewan mamalia dari delapan

    famili dan empat ordo yaitu Canis domesticus, Sus scrofa, Ursus malayanus,

    Macaca nemestrina, Muntiacus muntjak, Neofelis nebulosa, Felis temmincki,

    Paguma larvata, Cervus unicolor, dan Tapirus indicus. 10 jenis satwa yang

    ditemukan ada beberapa jenis yang termasuk kategori genting ataupun terancam

    punah (Tabel 2), sehingga memerlukan penangaan yang serius dan

    berkesinambungan. Adanya perbedaan curah hujan, bisa saja mempengaruhi

    kelimpahan mamalia besar. Untuk itu, dilakukan penelitian ini untuk melihat

    perbedaan kelimpahan mamalia besar pada musim hujan dengan musim kemarau.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mamalia besar yang ada di

    Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,

    Kabupaten Solok dengan membandingkan kehadiran mamalia besar berdasarkan

    penelitian Mursidah (2013), pada saat musim kemarau dengan yang dilakukan pada

    saat musim hujan di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang,

    Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok.

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan data aktual bagi

    perkembangan penelitian mengenai perbandingan mamalia besar di Hutan Yayasan

    Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten

    Solok dan hubungan kelimpahan dengan curah hujan.

    Metode Penelitian

    Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai Febuari 2014 yang

    bertepatan pada musim hujan. Sebagai data pembanding data sekunder bulan Mei

    2013 yang dilakukan oleh Mursidah (2013), pada bulan tersebut bertepatan pada

    musim kemarau. Lokasi penelitian terletak di Nagari Supayang, Kecamatan

    Payuang Sekaki, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Lokasi ini berada di bawah

    naungan Yayasan Kalaweit Sumatera, yang luas area Kalaweit ini adalah 135 Ha,

    dan yang 8 Ha diantaranya adalah tempat rehabilitasi Siamang, Ungko dan

    Beruang Madu.

    Alat dan bahan

    Penelitian mamalia besar ini didukung dengan beberapa alat yaitu kamera pengintai

    (Kamera Trap) enam buah, Global Positioning System (GPS), alat tulis, jam tangan,

    meteran, parang, leptop, gembok dll. Sedangkan bahan yang digunakan adalah

    kartu memori, baterai dan alat penyerap air dll.

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Pemantauan mamalia

    Enam buah Kamera Trap Spy Point IR7 digunakan dalam penelitian ini. Kamera

    Trap ditempatkan di punggungan bukit, pinggang bukit dan jalan dimana terdapat

    titik atau jalur yang diduga didatangi hewan mamalia secara rutin. Koordinat

    tempat pemasangan kamera diambil dengan GPS dan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Kamera Trap diatur sehingga aktif selama 24 jam, dengan waktu antara setiap

    pemotretan satu menit. Kamera dipasang pada pohon dengan ketinggian 40 cm dari

    permukaan tanah dan posisi kamera menghadap ke jalur pada jarak 2,5 meter.

    Analisa data

    Foto hewan hasil pemotretan yang tertangkap diidentifikasi menggunakan buku

    Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei

    Darussalam yang ditulis oleh Payne, Francis, Phillips, dan Kartikasari (2000). Hasil

    identifikasi akan ditampilkan di dalam tabel, dan selanjutnya dicari nilai

    kelimpahan serta nilai koefisien korelasi yang berhubungan dengan curah hujan.

    Hasil foto yang kurang lengkap atau sebagian tetap dimasukkan ke dalam analisa

    data asalkan dapat diidentifikasi jenisnya.

    Tabel 1. Lokasi Pemasangan Kamera Trap

    Hasil dan pembahasan

    Selama pelaksanaan penelitian, sebanyak 6.021 foto telah didapatkan, jumlah

    tersebut sebanyak 317 foto berhasil diidentifikasi sampai tingkat jenis, sementara

    delapan foto tidak bisa diidentifikasi, karena hasil foto kurang jelas. Sedangkan

    5.657 foto hasilnya kosong (misfire) dan 39 foto lagi ditemukan hewan lainnya

    (bukan mamalia besar). Jumlah foto yang digunakan 317 foto untuk mencari nilai

    kelimpahan dan nilai koefisien korelasi yang berhubungan dengan curah hujan.

    No

    Kamera Koordinat

    Vegetasi

    Alam

    Topografi

    Kawasan

    1

    E : 00529,4 Hutan Lereng

    S : 10004730,4

    2

    E : 005213,4 Hutan Lereng

    S : 10004730,8

    3

    E : 005220,0 Hutan Datar

    S : 10004732,1

    4

    E : 005227,0 Hutan Lereng

    S : 10004737,5

    5

    E : 005233,6 Jalan Datar

    S : 10004747,5

    6

    E : 005219,8 Jalan Datar

    S : 10004749,7

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Foto yang hasil paling banyak kosong didapat pada dua Kamera Trap dari enam

    yang dipasang yaitu pada kamera satu dan enam, karena kedua kamera terletak

    ditepi jalan dan vegetasi terbuka.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya (Mursidah, 2013) dan penelitian yang telah

    dilakukan Jenis satwa yang ditemukan dari sekian banyak foto yang didapat ada 10

    jenis yaitu anjing kampung, babi hutan, beruang madu, beruk, kijang, macan dahan,

    kucing emas, musang topeng, rusa sambar, dan tapir dari delapan family dan empat

    ordo (Tabel 2).

    Tabel 2. Mamalia Besar yang Teramati dengan Kamera Trap dari Bulan Mei 2013

    sampai dengan Bulan Februari 2014 di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera,

    Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok

    No Taksa (Ordo/Famili/Jenis) Nama

    Indonesia Status (IUCN)

    Jumlah Foto

    Mursidah,

    2013*

    Data

    Penelitian Keseluruhan

    1 Artiodactyla

    Suidae

    Sus scrofa Linnaeus, 1758

    Babi hutan

    42

    33

    75

    2 Artiodactyla

    Cervidae

    Cervus unicolor Kerr, 1792

    Rusa sambar

    2

    3

    5

    3 Artiodactyla

    Cervidae

    Muntiacus muntjak Zimmermann, 1780

    Kijang

    Beresiko Rendah

    (Least Concern)

    7

    10

    17

    4 Primata

    Cercopithecidae

    Macaca nemestrina Linnaeus, 1766

    Beruk

    97

    37

    134

    5 Carnivora

    Ursidae

    Ursus malayanus Raffles, 1821

    Beruang madu

    Rentan

    (Vulnerable)

    7

    11

    18

    6 Carnivora

    Felidae

    Felis temminckii Vigors & Horsfield

    Kucing Emas

    Beresiko Rendah

    (Least Concern)

    10

    13

    23

    7 Carnivora

    Canidae

    Canis domesticus Linneaus, 1758

    Anjing

    kampung

    2

    1

    3

    8 Carnivora

    Viverridae

    Paguma larvata Gray, 1831

    Musang

    Topeng

    8

    2

    6

    9 Carnivora

    Felidae

    Neofelis nebulosa Griffith, 1821

    Macan dahan Rentan

    (Vulnerable)

    8

    2

    6

    10 Perrisodactyla

    Tapiridae

    Tapirus indicus Desmarest, 1819

    Tapir

    Genting

    (Endangered)

    27

    11

    16

    Keterangan : * dilaksanakan musim kemarau

    Berdasarkan Tabel 2 jenis mamalia yang didapat dari penelitian sebelumnya

    (Mursidah, 2013) dan penelitian yang dilakukan jenis yang ditemukan sama dari

    delapan famili dan empat ordo. Hal ini membuktikan Hutan Yayasan Kalaweit

    Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok yang

    seluas 135 ha mempunyai keanekaragaman yang sedang (Magguran, 2004).

    Pola Pergerakan Satwa

    Berdasarkan lokasi, terlihat bahwa jumlah foto dan jenis mamalia yang didapat

    pada musim kemarau (Mursidah, 2013) dan penelitian yang dilakukan pada musim

    hujan. Hasil yang ditemukan pada musim kemarau yang jumlah foto paling banyak

    pada lokasi I, III, dan V, dan jumlah yang rendah ditemukan pada lokasi II, IV dan VI, sedangkan pada musim hujan jumlah foto yang paling banyak ditemukan pada

    lokasi I, III, V, dan VI, dan jumlah foto rendah pada lokasi II dan IV. Pada kedua

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    musim jenis mamalia yang paling banyak didapat pada lokasi 1, 3, 5, dan 6.

    Dilokasi ini ditemukan banyak faktor pendukung, diantaranya habitat dan sumber

    pakan bagi satwa.

    Tabel 3. Jumlah Foto dan Jenis Mamalia Berdasarkan Lokasi

    No Jenis Lokasi/Jumlah

    No Jenis Lokasi/Jumlah

    I II III IV V VI

    I II III IV V Vi

    1 Anjing kampung 2

    1 Anjing kampung 1

    2 Babi hutan 4 19 13 2 4

    2 Babi hutan 1 14 3 1 14

    3 Beruang madu 1 2 2 2

    3 Beruang madu 7 3 1

    4 Beruk 46 2 11 12 26

    4 Beruk 5 1 9 8 14

    5 Kijang 3 1 2 1

    5 Kijang 1 8 1

    6 Macan dahan 1 1

    6 Macan dahan 3 1 1 1

    7 Kucing emas 1 5 4

    7 Kucing emas 3 4 6

    8 Musang topeng 1 1

    8 Musang topeng 1 4

    9 Rusa sambar

    1 1

    9 Rusa sambar

    1 1 1

    10 Tapir 1 7 2 1

    10 Tapir 2 7 3 3 1

    Jumlah 55 5 42 28 40 12 Jumlah 21 3 43 15 26 27

    Musim kemarau

    Musim hujan

    Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kedua musim

    terdapat pola pergerakan yang signifikan terhadap jenis mamalia (beruk). Pada

    musim kemarau didapatkan mamalia dengan jenis yang paling tinggi yaitu beruk,

    dengan jumlah foto perlokasi seperti lokasi I : 46 foto, lokasi II : dua foto, lokasi III

    : 11 foto, lokasi IV : 12 foto, lokasi V : 26 foto dan lokasi VI tidak didapatkan foto.

    Pada musim hujan didapatkan mamalia yang terendah yaitu beruk, dengan jumlah

    perlokasi, lokasi I : lima foto, lokasi II : satu foto, lokasi III : sembilan foto, lokasi

    IV : delapan foto, lokasi V : 14 foto. Hasil penelitian pada kedua musim didapatkan

    jenis yang sama dengan jumlah foto berbeda pada lokasi yang sama. Jenis yang

    banyak didapatkan pada kedua musim yaitu beruk. Beruk yang aktif pada siang

    hari, dan pada malam hari istirahat di dahandahan pohon. Beruk biasanya hidup dan mencari makan secara berkelompok dan sering ditemukan turun mencari

    makan di lantai hutan pada musim kemarau (Payne et al. 2000), sedangkan pada

    musim hujan beruk mencari pakan di dahandahan pohon.

    Perbandingan Kelimpahan Mamalia di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera,

    Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki, Kabupaten Solok

    Kelimpahan mamalia besar di Hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Supayang

    Kabupaten Solok, setelah dianalisa dengan menggunakan rumus Van Der Zon

    (1979), didapatkan total kelimpahannya adalah 8.322, hal ini menunjukkan bahwa

    kelimpahan mamalia besar di hutan Yayasan Kalaweit Sumatera, Supayang

    Kabupaten Solok sangat baik. Indeks kelimpahan setiap jenis perbulannya dilihat

    pada Tabel 4 berikut :

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Tabel 4. Kelimpahan Mamalia Berdasarkan Kehadiran Satwa di Hutan Yayasan

    Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,

    Kabupaten Solok

    No Jenis

    Kelimpahan/Bulan

    Total Mursidah, 2013 Data Penelitian

    Mei

    2013

    Juni

    2013

    Juli

    2013

    Agustus

    2013

    September

    2013

    Oktober

    2013

    Nopemeber

    2013

    Desember

    2013

    Januari

    2014

    Februari

    2014

    1 C. domesticus 0.027 0.100 0.026

    2 S. scrofa 0.063 0.471 0.178 0.278 0.350 0.246 0.100 0.143 1.635

    3 U. malayanus 0.029 0.068 0.093 0.018 0.200 0.100 0.407

    4 M. nemestrina 0.778 0.688 0.382 0.521 0.481 0.500 0.281 0.133 0.143 3.615

    5 M. muntjak 0.029 0.082 0.025 0.070 0.200 0.100 0.143 0.446

    6 N. nebulosa 0.059 0.082 0.019 0.075 0.035 0.267 0.400 0.143 0.685

    7 F. temminckii 0.037 0.025 0.018 0.200 0.100 0.236

    8 P. larvata 0.063 0.019 0.035 0.429 0.387

    9 C. unicolor 0.063 0.029 0.037 0.018 0.141

    10 T. indicus 0.222 0.125 0.041 0.037 0.025 0.281 0.100 0.743

    Jumlah/Jenis 1 1 0.999 1 1.001 1 1.002 1 1 1.001

    Jumlah keseluruhan 8.322

    Berdasarkan Tabel 4, kelimpahan yang paling tinggi pada musim hujan yaitu pada

    bulan Nopember dengan nilai 1,002, pada saat itu merupakan puncak dari musim

    hujan. Kelimpahan yang paling terendah yaitu pada bulan Juli dengan nilai 0,999,

    sedangkan jenis mamalia dengan kelimpahan yang tertinggi yaitu beruk dengan

    nilai 3,615, beruk yang tidak didapatkan sama sekali pada bulan Januari disebabkan

    adanya kegiatan atau aktivitas manusia di kawasan Yayasan Kalaweit Sumatera,

    Supayang Kabupaten Solok.

    Kelimpahan mamalia besar di Yayasan Kalaweit Sumatera Supayang Kabupaten

    Solok dimana setiap jenis yang teridentifikasi berbedabeda, ini di sebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi kelimpahan ini adalah iklim saat

    pengamatan dilakukan, topografi area pengamatan, habitat dan sumber makanan.

    Selama penelitian yaitu kurang lebih tiga bulan dan diambil data sekunder

    sebelumnya dari bulan Mei dilihat waktu ke waktu kelimpahan mamalia

    berfluktuasi. Berdasarkan jumlah foto mamalia besar yang paling melimpah adalah

    beruk diikuti babi, tapir, kucing emas, beruang madu, kijang, macan dahan, musang

    bulan, rusa sambar dan anjing kampung dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Gambar 1. Perbandingan Kehadiran Mamalia Besar Selama Penelitian di Hutan

    Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang

    Sekaki, Kabupaten Solok

    Berdasarkan Gambar 1 di atas merupakan hasil yang diperoleh dari perbandingan

    penelitian sebelumnya (Mursidah, 2013) yang bertepatan pada musim kemarau

    dengan penelitian pada musim hujan. Pada musim kemarau foto mamalia yang

    paling banyak didapat yaitu beruk, diikuti babi hutan, tapir, macan emas, kijang dan

    beruang madu, sedangkan yang paling sedikit rusa sambar, anjing kampung,

    musang topeng, dan macan dahan. Pada musim hujan foto mamalia yang paling

    banyak didapat yaitu beruk, diikuti babi hutan, tapir, kucing emas, beruang madu,

    kijang, macan dahan, musang topeng dan rusa sambar, sedangkan foto anjing

    kampung didapat paling sedikit.

    Nilai Korelasi Mamalia Besar Berdasarkan Curah Hujan di Hutan Yayasan

    Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,

    Kabupaten Solok

    Kelimpahan dan data curah hujan yang sudah ada didapat juga nilai kolerasi

    disetiap mamalia yang ditemukan dan hubungan nilai kolerasi dengan curah hujan

    itu akan berpengaruh pada kehadiran mamalia besar di Hutan Yayasan Kalaweit

    Sumatera, Nagari Supayang, Payuang Sekaki, Kabupaten Solok, terlihat pada

    Gambar 2 berikut:

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Gambar 2. Nilai Korelasi Mamalia Besar Berdasarkan Curah Hujan di Hutan

    Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang

    Sekaki, Kabupaten Solok.

    Berdasarkan Gambar 2 bahwa kehadiran mamalia yang ada di Hutan Yayasan

    Kalaweit Sumatera, Supayang Kabupaten Solok, beruk merupakan pembanding

    dari kedua musim yang dilakukan pemantauan terhadap pola pergerakan tidak

    dipengaruhi oleh curah hujan. Sebaliknya, macan dahan memiliki korelasi dengan

    curah hujan yang cukup tinggi dengan nilai 0,56, sedangkan yang paling rendah

    nilainya yaitu musang topeng dengan nilai (-0,18). Macan dahan yang banyak

    menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di antara

    pepohonan dan pada musim hujan macan dahan lebih aktif mencari mangsanya di

    lantai hutan.

    Musang topeng yang masih bersifat arboreal yaitu sebagian besar hidupnya

    dihabiskan di atas pohon, terutama pada pohon tertinggi dan terbesar sebagai

    tempat hidupnya. Musang topeng juga dapat beradaptasi dan mencari makan di

    permukaan tanah. Walaupun musang topeng berhabitat asli di hutan, mereka kerap

    ditemui di sekitar pemukiman manusia khususnya lingkungan rumah yang masih

    terdapat banyak pepohonan (Payne et al. 2000). Hal tersebut tidak ada korelasi

    positif dengan curah hujan di setiap pencarian makanan terjadi pada suatu tempat

    yang sama secara berulang kali dan tidak berpengaruh dengan musim hujan.

    a. Paguma larvata b. Cervus unicolor c. Neofelis nebulosa d. Felis temminckii

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    e. Tapirus indicus f. Canis domesticus g. Muntiacus muntjak h. Sus scrofa

    i. Ursus malayanus j. Macaca nemestrina

    Gambar 3. Jenis-jenis mamalia besar yang terekam kamera trap di Hutan

    Yayasan Kalaweit, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,

    Kabupaten Solok

    Kesimpulan

    Jenis mamalia besar yang tertangkap oleh kamera trap yaitu Canis domesticus, Sus

    scrofa, Ursus malayanus, Macaca nemestrina, Muntiacus muntjak, Neofelis

    nebulosa, Felis temmincki,Paguma larvata, Cervus unicolor, dan Tapirus indicus.

    Nilai kelimpahan berdasarkan perbandingan kehadiran mamalia besar di Hutan

    Yayasan Kalaweit Sumatera, Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sekaki,

    Kabupaten Solok terjadi pada jenis mamalia beruk berdasarkan pola pergerakan.

    Jenis mamalia yang nilai kelimpahan rendah yaitu anjing kampung dengan nilai

    0,026, sedangkan yang paling tinggi beruk dengan nilai 3,615, dan total nilai

    keseluruhannya adalah 8,322. Ini menujukan bahwa kehadiran mamalia besar

    berdasarkan curah hujan ada hubungannya.

    Nilai koefisien korelasi mamalia besar berdasarkan curah hujan yang terendah yaitu

    musang topeng dengan nilai (-1,8) yang tidak berkolerasi dengan curah hujan dan

    yang paling tertinggi yaitu macan dahan dengan nilai 0,56 yang berkolerasi positif

    dengan curah hujan.

    Ucapan Terimakasih

    Terimakasih kepada Bapak Dr. Wilson Novarino, M.Si, Bapak Gusmardi Indra,

    S.Si, Fakultas Kehutanan UMSB, Yayasan Kalaweit Sumatera, kepala Museum

    Zoologi Universitas Andalas atas bantuan dan kerjasamanya.

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Daftar Pustaka

    Alikodra, HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Depertemen Pendidikan dan

    Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. PAU Ilmu Hayati IPB.

    Bogor.

    Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar. Yayasan Penerbit Fakultas

    Kehutanan IPB. Bogor.

    Anonymous. 1988. Ensiklopedia Indonesia seri Fauna Mamalia 1. PT. Dai Nippon

    Printing Indonesia. Jakarta

    Andriana. 2011. Potensi Populasi dan Karakteristik Habitat Harimau Sumatera

    (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di Hutan Blangraweu Ekosistem Ulu Masen Provinsi Aceh. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

    Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

    Ariyanto, T. 2007. Kelimpahan Mamalia Besar di Kawasan Hutan Sipurak dan

    Sekitarnya Taman Nasional Kerinci Seblat. Skripsi Sarjana Biologi.

    Universitas Nasional Jakarta. Jakarta.

    Asriana, D. 2007. Komposisi dan Kelimpahan Mamalia di Perkebunan Kelapa

    Sawit PT. Asiatic Persada, Jambi. Skripsi Sarjana Sains Universitas

    Nasional. Jakarta.

    Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Kabupaten Solok dalam Angka. Padang.

    Diambil bulan Nopember 2013 : 3-27

    Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kota Solok dalam Angka. Padang. Diambil

    bulan Desember 2013 : 3-25

    Bennett, EL. 2002. Is There a Link Between Wild Meat and Food Security.

    Conservation Biology 16: 590-592.

    Bourliere, F. 1975. Ecology of Population. Macmillan Publishing Co,Inc. New

    York

    Griffith, M. 1994. Population Density of Sumatran Tiger in Gunung Leuser

    National Park in Tilsen, R et al., (eds) : Sumatran Tiger Population and

    Habitat Viability Analysis Report. Pp. 93-102. Directorate of Forest

    Protection and Nature Conservation and IUCN/SSC Conservation Breeding

    Specialist Group. Apple Valley.Minnesota.

    IUCN. 2008. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.

    http://www.iucnredlist.org/details/5953. Diakses tanggal 13 Oktober 2013.

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Sinar Wijaya.

    Surabaya

    Karanth KU dan J. D. Nichols. 1995. Prey Selection By Tiger, Leopard and Dhole

    in Tropical Forest, J. Animal Ecology: 439-450.

    Karanth KU dan J. D. Nichols. 2000. Ecologycal Status and Conservation of

    Tigers in India. Final Technical Report to The Division of International

    Conservation. United States.

    Karanth KU dan J. D. Nichols. 2002. Monitoring Tiger and Their Prey ; a Manual

    Research, Managers and Conservation in Tropical Asia. Center for Wildlife

    Studies. India.

    Kuswanda, W. 2010. Management of Population Terrestrial Big Mammals in

    Batang Gadis National Park North Sumatra. Pusat Litbang dan Konservasi

    Alam. Bogor.

    Magurran, A. 2004. Measuring Biological Diversity. Blackwell Publishing. New

    York.

    Meijaard, E. D., Sheil R, Nasi D, Augeri B, Rosenbaum D, Iskandar T, Setyawati

    M, Lammertink I, Rachmatika A, Wong T, Soehartono S, Stanley T,

    Gunawan, dan T. OBrein. 2006. Hutan Pasca Pemanenan: Melindungi Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan. Center for

    International Forestry Research. Jakarta.

    Mursidah, S. 2013. Keanekaragaman Mamalia Besar di Kawasan Kalaweit,

    Supayang Kabupaten Solok. Skripsi Sarjana Kehutanan. Universitas

    Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang.

    Novarino, W., S. N. Kamilah, A. Nugroho, M. Janra, M. Silmi dan M. Syafrie.

    2007. Kehadiran Mamalia pada Sesapan (Salt lick) di Hutan Lindung

    Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.Biota(2): 100-107.

    Padang.

    Payne, J., C. M. Francis, K. Phillips dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan

    Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei

    Darussalam. Wildlife Conservation Society. Bogor. Indonesia.

    Permana A. 2003. Studi Kenakeragaman Jenis Mamalia Besar di HPH PT

    Riwayat Musi Timber Corporation, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah,

    dan Kawasan Hutan Napalicin (TNKS), Propinsi Sumatera Selatan. Skripsi

    Sarjana Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  • Jurnal Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (J. Fahut. UMSB)

    Maret 2014

    Peraturan Pemerintah (PP). 1999. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. PP No

    8 Tahun 1999 Pasal 17 dan penjelasannya. Indonesia

    Santosa, Y. 1993. Strategi Kuantitatif untuk Pendugaan Beberapa Parameter

    Demografi dan Pemanenan Populasi Satwaliar Berdasarkan Pendekatan

    Ekologi Perilaku: Studi Kasus terhadap Populasi Kera Ekor Panjang

    (Macaca fascicularis Ref-fles). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Silmi, M. 2006. Ukuran Populasi Tapir (Tapirus indicus, Desmarest) di Kawasan

    Hutan Lindung Desa Taratak, Pesisir Selatan. Skripsi Sarjana Biologi.

    Universitas Andalas. Padang.

    Suyanto, A. dan G Semiadi. 2004. Keragaman Mamalia di Sekitar Daerah

    Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, Kecamatan Cipanas,

    Kabupaten Lebak.Berita Biologi: 87-88.

    Van der Zon APM. 1979. Mammals of Indonesia. UNDP/FAO Park Development

    Project. Bogor.


Recommended