+ All Categories
Home > Documents > CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA …eprints.undip.ac.id/34924/1/jurnal.pdf · derived from the...

CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA …eprints.undip.ac.id/34924/1/jurnal.pdf · derived from the...

Date post: 31-Aug-2018
Category:
Upload: ngodat
View: 220 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
30
ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN KONVENSIONAL DI INDONESIA (Studi Pada Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di BEI Periode 2005 2009) Leni Nur Pratiwi H. Muhamad Syaichu.,Se., Msi Universitas Diponegoro ABSTRACT Banking is a very important part in the economy, and governance systems are very complicated. the Asian crisis and several related cases of poor corporate governance that need more attention from the government. This study aims to investigate the effect of corporate governance on the performance of general banking in Indonesia. Independent variables used in this research is corporate governance which uses four proxies is an Independent Commissioner, Board of Commissioners, Board of Directors and Institutional Ownership, while the dependent variable is firm performance as measured by using proxy ROA. The sample used in this research is the general banking companies in Indonesia. The research data is derived from the annual report in the periode 2005-2009 by using purposive sampling method obtained from the website of the Indonesia Stock Exchange (IDX) and Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method used is multiple linear regression in accordance with the purpose of research which analyzes the influence of independent variables on the dependent variable. Purposive sampling method used to determine the sample selection and obtained 18 samples of commercial banks. Results of analysis of this study indicate that only the number of member of board of director is significantly positive effect on firm performance (ROA), while the other variable is the percentage of independent commissioner, the number of members of the Board of Commissioners, and percentage Of Institutional Ownership does not have a significant impact on firm performance (ROA). Keyword: Percentage Of The Independent Commissioner, The Number Of Members Of The Board Of Commissioners And The Number Of Members Of The Board Of Directors, Percentage Of Institutional Ownership, Return On Asset (ROA)
Transcript

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA PERBANKAN KONVENSIONAL

DI INDONESIA

(Studi Pada Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di BEI

Periode 2005 – 2009)

Leni Nur Pratiwi

H. Muhamad Syaichu.,Se., Msi

Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Banking is a very important part in the economy, and governance systems

are very complicated. the Asian crisis and several related cases of poor corporate

governance that need more attention from the government. This study aims to

investigate the effect of corporate governance on the performance of general

banking in Indonesia.

Independent variables used in this research is corporate governance which

uses four proxies is an Independent Commissioner, Board of Commissioners,

Board of Directors and Institutional Ownership, while the dependent variable is

firm performance as measured by using proxy ROA. The sample used in this

research is the general banking companies in Indonesia. The research data is

derived from the annual report in the periode 2005-2009 by using purposive

sampling method obtained from the website of the Indonesia Stock Exchange

(IDX) and Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method

used is multiple linear regression in accordance with the purpose of research

which analyzes the influence of independent variables on the dependent variable.

Purposive sampling method used to determine the sample selection and obtained

18 samples of commercial banks.

Results of analysis of this study indicate that only the number of member of

board of director is significantly positive effect on firm performance (ROA), while

the other variable is the percentage of independent commissioner, the number of

members of the Board of Commissioners, and percentage Of Institutional

Ownership does not have a significant impact on firm performance (ROA).

Keyword: Percentage Of The Independent Commissioner, The Number Of

Members Of The Board Of Commissioners And The Number Of Members Of The

Board Of Directors, Percentage Of Institutional Ownership, Return On Asset

(ROA)

PENDAHULIAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang terjadi ASEAN

berdampak cukup besar di Indonesia. Pengaruh dari krisis ini pertama kali

dirasakan pada sektor keuangan, jasa, dan sektor riil. Perusahaan manufaktur yang

go public di pasar modal merupakan pihak yang pertama kali merasakan dampak

krisis moneter. Pada pertengahan tahun 2008, krisis perekonomian dunia yang

terjadi di Amerika berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini terjadi

diperkirakan karena beberapa negara yang dilanda krisis ini memiliki kinerja yang

buruk dan rendahnya daya saing perusahaan – perusahaan di negara tersebut serta

lemahnya regulasi dan sistem operasi pasar keuangan, baik pasar uang maupun

pasar modal. Hal tersebut terjadi dikarenakan lemahnya penerapan corporate

governance di Indonesia.

Dalam menanggapi kondisi tersebut, Bank Indonesia memberi perhatian

lebih dalam tata kelola perbankan di Indonesia. Hal ini terlihat dari pembenahan

fundamental dalam Perbankan Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia

(API) pada tahun 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia atau API merupakan

suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan

memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu

lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri

perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi

mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan

kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan

ekonomi nasional. Arsitektur Perbankan Indonesia memiliki 6 (enam) pilar salah

satunya adalah menciptakan good corporate governance dalam rangka

memperkuat kondisi internal perbankan nasional yang terletak pada pilar ke IV.

Selain itu juga, pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang

berhubungan dengan corporate governance pada Bank Umum yaitu PBI No

8/4/2006 yang kemudian direvisi menjadi PBI No 8/14/2006.

Beberapa kasus yang disebabkan governance system yang buruk di

Indonesia yaitu PT Bank Lippo Tbk, PT Dharma Samudra Fishing Industri Tbk,

dan PT. Kimia Farma Tbk. Kasus pertama, Pada bank Lippo terjadi kesalahan

penulisan akibat kekurang hati-hatian direksi dalam mencantumkan kata “diaudit”

dan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan pada tahun 2002.

Selain itu juga, terjadi kelalaian yang dilakukan oleh KAP, yaitu keterlambatan

dalam menyampaikan penurunan nilai agunan yang diambil alih (AYDA) dan

penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) kepada BAPEPAM.

Kasus yang kedua, PT Dharma Samudra Fishing Industri Tbk (DSFI)

melakukan manipulasi pasar dimana tidak ada perubahan pada kepemilikan atas

transaksi saham dan penyalahgunaan dana serta efek saham.

Kasus yang ketiga, PT. Kimia Farma Tbk melakukan penggelembungan

dana pada laporan keuangan semester 1 tahun 2002 yang dilakukan oleh direksi.

Perusahaan ini membuat double daftar nilai persediaan yang berbeda pada tanggal

1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, serta penempatan ganda pada unit PBF dan

bahan baku yang tidak disampling oleh akuntan.

Penelitian Corporate governance mulai dilakukan untuk memaparkan

konsekuensi negatif dari sistem tata kelola (governance system), sehingga perlu

diidentifikasi faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan implementasi

corporate governance. Corporate governance merupakan solusi yang ditawarkan

oleh agency theory untuk membantu hubungan pemilik dan manajer, dan

diharapkan dengan penerapannya dapat memberikan kepercayaan terhadap agent

(manajemen) dalam mengelola kekayaan principal (investor), dan principal

menjadi lebih yakin bahwa agent tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk

kesejahteraan agent.

Walsh dan Seward, (1990 : 421-458) berpendapat terdapat dua mekanisme

untuk membantu perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham

yaitu mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar.

Mekanisme corporate governance diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan

antara manajer dengan para pemegang saham karena adanya kepentingan atau

keinginan yang berbeda-beda (adanya konflik keagenan).

Pada penelitian ini, mekanisme corporate governance yang akan dikaji terdiri

dari komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan

kepemilikan institusional. Peneliti memilih komponen ini karena memiliki

pengaruh langsung terhadap pelaksanaan corporate governance dimana keempat

komponen tersebut memiliki tugas mengawasi dan mengontrol perusahaan secara

langsung sehingga dapat meminimalisir agency cost yang mungkin akan terjadi

akibat perbedaan kepentingan.

Beberapa penelitian yang menganalisis hubungan keempat komponen

corporate governance tersebut terhadap return on assets diantaranya adalah

Tristianto (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan

positif antara proporsi komisaris independen terhadap tingkat penilaian kinerja

keuangan perusahaan, sedangkan Irmala Sari (2010) menunjukkan bahwa secara

statistik komisaris independen berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA.

Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Bhagat dan Bolton (2007), yang

menyatakan bahwa komisaris independen memiliki hubungan yang negatif

terhadap kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROA.

Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives

Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Jaafar

dan El-Shawa (2009) menemukan bahwa ukuran dewan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s

Q, sebaliknya peneltian yang dilakukan Chaing dan Chia (2005) yang mengatakan

bahwa ukuran dewan komsiaris berpengaruh negatif terhadap ROA, ROE, dan

EPS.

Bennedsen, Kongsted dan Nielsen (2004), dalam penelitiannya mengatakan

bahwa ukuran dewan tidak berpengaruh pada kinerja pada ukuran dewan di bawah

enam anggota tetapi menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kedua

ketika ukuran dewan meningkat menjadi tujuh anggota atau lebih. Eisenberg et al

(1998) juga berpendapat sama yaitu terdapat hubungan yang signifikan negatif

antara ukuran dewan direksi dan kinerja perusahaan. Berbeda dengan penelitian

Sam’ani (2008) yang menyatakan ukuran dewan direksi secara signifikan

berpengaruh positif terhadap kinerja.

Pound (1988) menemukan bahwa adanya hubungan positif antara

kepemilikan saham institusional dan kinerja perusahaan yang diukur dengan

menggunakan ROA. Penelitian tersebut tidak didukung oleh Bhattacharya dan

Graham yang menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara

kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan rumusan

masalah penelitian yaitu terjadi research gap (kesenjangan penelitian) dalam

penelitian-penelitian sebelumnya yaitu komisaris independen, dewan komisaris,

dewan direksi, dan kepemilikan institusional sebagai variabel pengukur corporate

governance terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka maka pertanyaan penelitian yang diajukan

adalah sebagai berikut ini:

1. Bagaimana pengaruh persentase jumlah anggota komisaris independen

terhadap Return On Asset ?

2. Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap Return On

Asset ?

3. Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan direksi terhadap Return On

Asset?

4. Bagaimana pengaruh persentase kepemilikan institusional terhadap Return

On Asset?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk

mengetahui hubungan mekanisme corporate governance terhadap kinerja

perbankan yang diukur dengan mengggunakan Return On Asset yang terbagi

atasempat (4) variabel, yaitu sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh jumlah anggota komisaris independen terhadap

Return On Asset.

2. Menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap Return On

Asset.

3. Menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan direksi terhadap Return On

Asset.

4. Menganalisis pengaruh persentase kepemilikan institusional terhadap Return

On Asset?

Penelitian diharapkan dapar memberikan kontribusi pemikrian kepada:

1. Bagi penulis: dapat dijadikan sebagai penambah pengetahuan, khususnya

mengenai pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap

kinerja perusahaan (Return On Asset).

2. Bagi ilmu pengetahuan: dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

penelitian lebih lanjut.

3. Bagi perusahaan: dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

pentingnya good corporate governance bagi perusahaan.

TELAAH PUSTAKA

1. Corporate Governance dan penelitian terdahulu

Solomon (2007:12) pada bukunya corporate governance and

accountability, mendefinisikan corporate governance sebagai sistem checks and

balances, baik perusahaan internal dan eksternal, yang memastikan bahwa

perusahaan memenuhi kewajiban mereka untuk melaporkan kepada seluruh

stakeholder dan bertindak bertanggung jawab secara sosial di semua bidang bisnis

mereka.

Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main,

prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan

dengan baik yang melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut.

Walsh dan Seward, (1990 : 421-458) berpendapat terdapat dua mekanisme untuk

membantu perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yaitu

mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar. Mekanisme

corporate governance diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan antara

manajer dengan para pemegang saham karena adanya kepentingan atau keinginan

yang berbeda-beda (adanya konflik keagenan).

Basel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve, menyatakan

bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada Prinsip-prinsip OECD (Brigham

dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola

perusahaan meliputi:

a) Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai standar dan

sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan mereka.

b) Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara dewan

direksi, manajemen senior, dan para auditor.

c) Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi audit internal

dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen dari lini bisnis, dan check

and balance lainnya.

Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2001) mengatakan bahwa

dalam penerapan GCG, perusahaan akan mendapatkan empat manfaat besar yaitu

(1) mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak

rigit (karena kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate

value, (2) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta

lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders, (3) mengembalikan

kepercayaan investor untuk menanmkan modalnya di Indonesia, dan (4)

pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus

akan meningkatkan shareholders’ value dan dividen. Penerapan GCG itu sendiri

pada intinya harus mampu mendorong pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik

serta diharapkan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan kinerja

perusahaan.

Pada penelitian ini, indikator corporate governance yang digunakan

adalah persentase jumlah anggota komisaris independen, jumlah anggota dewan

komisaris, dan jumlah anggota dewan direksi sebagai mekanisme internal, serta

persentase kepemilikan institusional sebagai mekanisme eksternal.

1. Persentase Jumlah Anggota Komisaris Indenpenden

Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan akan menjadi pihak

yang tidak memiliki hubungan dengan pemegang saham pengendali,

anggota direksi, dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri. Dalam

PBI 8/4/2006 menyatakan bahwa proporsi komisaris independen minimal

50% dari total anggota dewan komisaris perusahaan.

2. Jumlah Anggota Dewan Komisaris

Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme

yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Secara hukum

dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan

nasehat kepada direksi. Dalam melakukan pemantauan terhadap

direksi, dewan komisaris memastikan bahwa direksi telah

menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan Kerja Audit

Intern Bank (SKAI), auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia

dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Dewan Komisaris dalam

melaksanakan tugasnya harus mampu mengawasi dipenuhinya

kepentingan semua stakeholders berdasarkan azas kesetaraan, serta

mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan

strategis Bank. Ukuran dewan komisaris menentukan tingkat

keefektifan pemantauan kinerja bank.

3. Jumlah Anggota Dewan Direksi

Dalam rangka pemantauan terhadap pengendalian internal bank, direksi

mempunyai tanggung jawab menetapkan kebijakan, strategi serta

prosedur pengendalian intern; melaksanakan kebijakan dan strategi yang

telah disetujui oleh dewan komisaris; memelihara suatu struktur

organisasi; memastikan bahwa pendelegasian wewenang berjalan secara

efektif yang didukung penerapan akuntabilitas yang konsisten dan

memantau kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern.

Peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi berpengaruh

terhadap kinerja bank karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan

karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan

ketersediaan sumber daya (Pfefer, 1973; Pearce & Zahra, 1992 dalam

Faisal, 2005).

4. Persentase Kepemilikan Intitusional

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk

mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara

efektif sehingga, dapat mengurangi adanya manipulasi laba. Tingginya

kepemilikan saham oleh institusi dapat memberikan pengaruh terhadap

proses penyusunan laporan keuangan yang pada akhirnya diharapkan

laporan laba yang dihasilkan juga baik.

Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan hubungan corporate

governance terhadap ROA. Fama dan Jensen (1993) menyatakan bahwa non

executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah

dalam perselisihan antara manajer internal dan mengawasi kebijaksanaan direksi

serta memberikan nasihat kepada direksi. Charlie et al (2000) berpendapat bahwa

teori agensi menyatakan bahwa direktur non-eksekutif merupakan cara yang

efektif untuk pemantauan para direktur eksekutif dan bahwa mereka mampu

mengubah perilaku direktur eksekutif sehingga kepentingan pemegang saham

yang diupayakan.

Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan

bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan

nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG

(KNKG, 2006). Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa semakin besar

jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief

Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas

manajemen. Hal ini didukung oleh Jaafar dan El-Shawa (2009) yang menemukan

bahwa ukuran dewan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q.

Hermalin dan Weisbach (2003) mengatakan bahwa jumlah anggota dewan

direktur umumnya berhubungan dengan implikasi dari kebijakan mengenai

batasan jumlah dewan direktur. Dalton et al. (1999) menyatakan adanya hubungan

signifikan positif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan.

Kepemilikan saham oleh institusi atau disebut juga kepemilikan

institusional. Konsentrasi kepemilikan institusional meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap perusahaan yang berupa meningkatnya volume perdagangan

saham dan kenaikan harga saham merupakan cerminan meningkatnya

kepercayaan publik terhadap perusahaan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu

memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerjanya. Pound (1988) menemukan

bahwa adanya hubungan positif antara kepemilikan saham institusional dan

kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROA.

2. Kerangka Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori, dan perbedaan hasil penelitian

sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut adalah

kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1.

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

H1(+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (+)

Komisaris Independen

Dewan Komisaris

Komisaris Independen

Kepemilikan Institusional

Return On Asset

3. Hipotesis

H1 : Persentase Jumlah Anggota Komisaris Independen Berpengaruh Secara

Positif Return On Asset

H2 : Jumlah Anggota Dewan Komisaris Berpengaruh Secara Positif

Terhadap Return On Asset

H3 : Jumlah Anggota Dewan Direksi Berpengaruh Secara Positif Terhadap

Return On Asset

H4 : Persentase Kepemilikan Institusional Berpengaruh Secara Positif Return

On Asset

METODE PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari empat variabel bebas

(independen), satu variabel terikat (dependen) dan satu variabel kontrol. Variabel

independen dalam penelitian ini meliputi persentase jumlah anggota Komisaris

Independen, jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah anggota Dewan Direksi

dan persentase Kepemilikan Institusional. Variabel dependennya adalah kinerja

perusahaan perbankan yang diukur oleh ROA.

2. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek psikologis yang dibatasi oleh kriteria

tertentu, obyek psikologis merupakan obyek yang bisa diraba maupun obyek

abstrak. Maka populasi penelitian ini adalah Bank Umum Konvensional yang

terdaftar di Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai

dengan 2009. Pengambilan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah

teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu sesuai

yang dikehendaki peneliti, kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu

sesuai dengan tujuan penelitian. Maka kriteria sampel yang akan diambil adalah

sebagai berikut:

1) Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2005-2009.

2) Masih beroperasi hingga tahun 2009.

3) Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31

Desember 2005-2009 di dalam website Bursa Efek Indonesia.

4) Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31

Desember 2005-2009 di dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

5) Perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai corporate governance,

dan rasio keuangan dalam laporan tahunannya.

6) Pemilihan rentang waktu bertujuan agar penelitian hanya berfokus pada

rentang waktu tersebut sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal.

Berdasarkan data dari BEI pada tahun 2005-2009 populasi perusahaan

perbankan konvensional sebanyak 28 perusahaan. Berdasarkan kriteria sampel

diatas maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel sebanyak 18 bank

umum konvensional di Indonesia.

3. Jenis Dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan

tahunan perusahaan perbankan (annual report) yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode tahun 2005-2009, dapat dilihat pada situs

resminya yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

periode 2005-2009.

4. Metode Analisis

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu statistik deskriptif dan

analisis regresi linear berganda (Uji hipotesis). Dalam penelitian ini, akan

dilakukan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari atas

empat uji pelanggaran yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan

heterokedastisitas. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah analisis regresi linear

berganda yang terdiri dari tiga tahap yaitu uji F, uji R, dan uji t. Model penelitian

adalah :

CPi.t = α + β1 KINDi.t + β2 DKOMi.t + β3 DDRi.t + β4 KIi.t + εi.

Keterangan :

CP : Corporate performance by ROA

DKIND : Percentace Board of Independent

DKOM : Jumlah Anggota Board of Commisers

DDR : Jumlah Anggota Board of Directors

KI : Persentase Institutional Ownership

α : Intersep

β : Slope

i : Individu ke-i

t : Periode waktu ke-t

ε : Error /simpangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringaksan data-data penelitian

seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll (Priyatno, 2008:50). Hasil

Statistik Deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

ROA 86 .0003 .0313 .011257 .0071188

KIND 86 .2500 1.0000 .510736 .1364425

DKOM 86 2 11 5.76 2.201

DDIR 86 2 15 6.99 2.476

KI 86 .0559 .9912 .674152 .2304506

Valid N (listwise) 86

Sumber: data diolah

Variabel Komisaris Independen (KIND) merupakan persentase jumlah

anggota komisaris independen terhadap dewan komisaris. Variabel mempunyai

rentang antara 0,2500 sampai 1,000 dengan rata-rata sebesar 0,510374. Variabel

Dewan Komisaris (DKOM) merupakan jumlah dewan komisaris yang berada

pada perusahaan bank. Variabel ini memiliki rentang antara 2 sampai 11 dengan

rata-rata sebesar 5,76. Variabel Dewan Direksi (DDIR) merupakan jumlah dewan

direksi pada bank. Variabel ini memiliki rentang antara 2 sampai 15 dengan rata-

rata sebesar 6,99. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) merupakan persentase

saham yang dimiliki institusional dalam bank di akhir tahun. Variabel ini

mempunyai rentang antara 0,0559 sampai 0,9912 dengan rata-rata sebesar

0,674152. Variabel ROA merupakan rasio laba sebelum pajak yang disetahunkan

dibagi dengan total aktiva yang disetahunkan. Variabel ini mempunyai rentang

antara 0,0003 sampai 0,0313 dengan rata-rata sebesar 0,011257.

2. Uji Asumsi Klasik\

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal, karena pada uji F dan t

mengasumsukan nilai residual mengikuti distribusi normal. Hasil uji ini dapat

dilihat dari diagram histogram, grafik normal probability plot dan uji statistik

dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov. Apabila ploting data membentuk

satu garis lurus diagonal maka distribusi data adalah normal. Gambar 4.1 dan

Gambar 4.2 adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan diagram dan grafik.

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Diagram

Sumber : data sekunder diolah

Gambar 4.2

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber : data sekunder diolah

Hasil Uji normalitas dengan menggunakan analisis statistik salah satunya

adalah uji Kolmogorov Smirnov. Dalam pendeteksian Normalitas dengan

menggunakan uji non-parametrik sampel K-S. Pada Tabel 4.2, Signifikansi K-S

lebih dari 0,876 maka nilai residual dengan signifikansi 0,427 (>0,05) yang berarti

nilai residual terdistribusi normal. Berikut hasilnya analisis statistik Uji

Normalitas Kolmofgrov Smirnov.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 86

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .00671022

Most Extreme

Differences

Absolute .094

Positive .094

Negative -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .876

Asymp. Sig. (2-tailed) .427

a. Test distribution is Normal. Sumber : data sekunder yang diolah

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji kolinearitas model regresi

antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat

nilai tolenrance dan variance inflation factor (VIF). Pada Tabel 4.3 dapat dilihat

bahwa nilai tolenrance diatas signifikan 0,10 yaitu berkisar 0, 558 sampai dengan

0.943 dan variance inflation factor (VIF) memiliki nilai dibawah 10, yaitu

berkisar 1.060 sampai dengan 1.793. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas dalam model regresi ini.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity

Statistics

Tolerance VIF

1 KIND .839 1.192

DKOM .558 1.793

DDIR .625 1.599

KI .943 1.060

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : data diolah

c. Uji Autokorelasi

Hasil Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4

dibawah, dimana nilai DW yang dihasilkan adalah 2,435, sedangkan dari DW

tabel dengan 0,05 dan jumlah data 86, seta K = 4 (empat) variabel independen

diperoleh nilai dl sebesar 1,5536 dan du sebesar 1,7478 sehingga didapat 4 – du

sebesar 2,2522. Maka nilai DW statistik berada di antara 4 – du <du yang berarti

terdapat autokorelasi pada model regresi. Hasil Uji Autokorelasi dapat dilihat

pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokolinearitas

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .334a .112 .068 .0068739 2.435

a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM

b. Dependent Variable: ROA

Sumber : Data sekunder yang diolah

d. Uji Heterokedastisitas

Hasil uji Heterokedastisitas disajikan pada Gambar 4.3 yaitu metode

grafik scaterplot, terlihat titik – titik hasil observasi yang tidak menyebar di

daerah titik nol pada sumbu Y yang berarti terdapat heterokastisitas.

Gambar 4.3

Uji Heterokedastisitas

Sumber: data diolah

Berdasarkan uji heterokedastisitas diaras terlihat titik-titik observasi

menyebar keatas daerah titik nol pada sumbu Y dan ke daerah titik nol pada

sumbu X. Hal ini berarti tidak ada heterokedastisitas pada model regresi.

3. Uji Regresi Linear Berganda

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Dalam mengukur kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel

dependen adalah koefisien determinasi (R2). Nilai R

2 yang kecil berarti

kemampuan variabel – variabel independenn dalam menjelaskan variabel depende

amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Tabel 4.5 berikut ini menyajikan nilai koefisien determinasi

dari model penelitian.

Tabel 4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .334a .112 .068 .0068739 .112 2.541 4 81 .046

a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM

b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah

Pada Tabel 4.5 nilai R2

pada model regresi ini sebesar 0,112 yang berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

sebesar 11,2%, sedangkan sisanya 88,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji statistik F digunakan untuk melihat pengaruh secara simultan atau

bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesisi nol

adalah joint hipotesis atau sering disebut juga pengujian signifikansi keseluruhan

(overall significance) terhadap regresi yang ingin menguji hubunganb variabel

dependen secara linear dengan variabel independen. Join hpotesiis ini dapat diuji

dengan teknik analisis variance (ANOVA). Hasil uji signifikansi simultan (uji F)

dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 4 .000 2.541 .046a

Residual .004 81 .000

Total .004 85

a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM

b. Dependent Variable: ROA

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Pada Tabel 4.6 diatas, nilai F hitung sebesar 2,541 terhadap signifikansi

0,046 (<0.05) menunjukkan bahwa koefisien regresi komisaris independen, dewan

direksi, dewan komisaris dan kepemilikan institusional berpengaruh secara

simultan terhadap ROA.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Uji signifikansi parameter individual atau uji t digunakan untuk mengukur

pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada

Tabel 4.7 output persamaan regresi menunjukkan bahwa hanya variabel jumlah

anggota dewan direksi yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

ROA, sedangkan variabel independen lainnya tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas

yang dimiliki masing-masing variabel, dewan direksi memiliki nilai probabilitas

dibawah 0,05 yaitu 0,009 yang berarti memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ROA. Nilai probabilias pada variabel komisaris independen, dewan

komisaris, dan kepemilikan independen jauh diatas 0,05, yaitu 0.278, 0.447,

0.009, dan 0,217, yang berarti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ROA.

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat koefisien untuk persamaan regresi dari

penelitian ini, yang dapat disusun dalampersamaan matematis sebagai berikut :

ROAit = 0,002 + 0,007 KINDit + 0,000 DKOMit + 0,001 DDIRit + 0,002 KIit

Tabel 4.7

Output Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .002 .005 .307 .760

KIND .007 .006 .125 1.092 .278

DKOM .000 .000 -.107 -.765 .447

DDIR .001 .000 .353 2.667 .009

KI .002 .003 .064 .590 .557

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : data sekunder yang diolah

4. Pembahasan

Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai

berikut:

1. Variabel Komisaris Independen (KIND) memiliki nilai koefisien regresi

positif sebesar 0,007 menunjukan bahwa Komisaris Independen berpengaruh

positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika

variabel Komisaris Independen naik satu persen, dengan asumsi variabel lain

tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,7%. Akan

tetapi, jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,278 lebih besar dari taraf

signifikansi sebesar 0,05, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan

antara variabel ROA terhadap Komisaris Independen (KIND).

2. Variabel Dewan Komisaris (DKOM) memiliki nilai koefisien regresi positif

sebesar 0,000 menunjukan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh positif

terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel

Dewan Komisaris (DKOM) naik satu persen, dengan asumsi variabel lain

tetap maka tidak ada peningkatan ataupun penurunan pada kinerja bank

(ROA). Nilai signifikansi sebesar 0,447 yang lebih besar dari taraf

signifikansi sebesar 0,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara

variabel ROA terhadap Dewan Komisaris (DKOM).

3. Variabel Dewan Direksi (DDIR) memiliki nilai koefisien regresi positif

sebesar 0,001 menunjukan bahwa Dewan Direksi berpengaruh positif

terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel

Dewan Direksi naik satu persen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan

meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,1%. Jika dilihat dari nilai

signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05,

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel ROA terhadap

Dewan Komisaris (DKOM).

4. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai koefisien regresi

positif sebesar 0,002 menunjukan bahwa Kepemilikan Institusional (KI)

berpengaruh positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan

bahwa jika variabel Komisaris Independen naik satu persen, dengan asumsi

variabel lain tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar

0,2%. Jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,557 lebih besar dari taraf

signifikansi sebesar 0,05, yang berarti tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel ROA terhadap Kepemilikan Institusional (KI).

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel,

persentase anggota komisaris independen (KIND), jumlah anggota dewan

komisaris (DKOM), jumlah anggota dewan direksi (DDIR) dan kepemilikan

institusional (KI) terhadap kinerja perusahaan perbankan yang diproksikan

melalui ROA, maka peneliti dapat merangkum hasil penelitian ini sebagai

berikut:

1. Pada hasil pengujian statistik hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa

persentase jumlah anggota Komisaris Independen tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap ROA. Hal ini dibuktikan diperoleh nilai t hitung

sebesar 1,092 dimana t hitung 1,771 (t tabel < t hitung). yang berarti tidak

ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Komisaris Independen

(KIND) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal tersebut dapat pula dilihat

dari nilai signifikansi sebesar 0,278 (>0,05), sedangkan koefisien regresi

bernilai postif sebesar 0,007. Maka Hipotesis pertama (H1) menyatakan

bahwa persentase anggota komisaris independen (KIND) berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan (ROA), ditolak.

2. Hasil pengujian statistik hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa jumlah

anggota dewan komisaris (DKOM) tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung

sebesar -0,765 (t hitung <t tabel), nilai signifikansi sebesar 0,447 (>0,05), dan

koefisien regresi DKOM terhadap ROA bernilai positif sebesar 0,000.

Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa jumlah anggota dewan komisaris

(DKOM) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA), ditolak.

3. Hasil pengujian statistik hipotesis ketiga (H3) menunjukkan pada jumlah

anggota Dewan Direksi (DDIR) dengan rentang antara 2 sampai dengan 15

memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja perusahaan

(ROA). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2,667 (t hitung

<t tabel), dengan nilai signifikansi sebesar 0,0009 (<0,05), dan Koefisien

regresi DDIR terhadap ROA bernilai positif sebesar 0,001. Maka berdasarkan

hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan

bahwa jumlah anggota dewan direksi (DDIR) berpengaruh positif terhadap

kinerja perusahaan adalah diterima.

4. Hipotesis keempat (H4) menyatakan bahwa persentase kepemilikan

institusional (KI) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

perusahaan (ROA), dimana diperoleh nilai t hitung sebesar 0,590 (t hitung <t

tabel), nilai signifikansi sebesar 0,557 (>0,05), dan koefisien regresi

kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan (ROA) bernilai positif

sebesar 0,002. Maka berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis

ketiga yang menyatakan bahwa persentase kepemilikan institusional (Ln_KI)

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA) adalah ditolak.

2. Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih

baik.

1. Adanya ketidaksesuaian antara data yang didapat dari sumber ICMD

(Indonesian Capital Market Directory) dengan annual report perusahaan

yang dipublikasikan di BEI (Bursa Efek Indonesia). Ketidaksesuaian data

tersebut terletak dari jumlah anggota dewan komisaris, dewan direksi dan

Return On Assets (ROA). Selain itu juga, tidak tercantumnya anggota

Komisaris Independen. Dalam hal ini, penulis menggunakan data sebagian

data dari sumber ICMD yaitu jumlah dewan komisaris, dewan direksi,

kepemilikan institusional dan Return On Asset (ROA), sedangkan untuk

komisaris independen bersumber dari annual report perusahaan yang

dipublikasikan di BEI.

2. Nilai adjusted R2 sebesar 11,2 persen mengindikasikan variabel kinerja

perusahaan yang diproksikan oleh ROA hanya dapat dijelaskan oleh variabel

KIND, DKOM, DDIR, dan KI, sedangkan selebihnya yaitu 88,8 persen

dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model.

3. Saran

Penelitian ini menghasilkan nilai R2 11,4% sehingga dapat diartikan bahwa

hubungan antar variabel sangat kecil. Penulis menyarankan untuk penelitian

berikutnya menambahkan variabel yang lebih mempengaruhi ROA.

Selain itu juga, diharapkan bagi perusahaan untuk tidak hanya

memperhatikan ukuran seberapa banyak kuantitas komisaris independen, dewan

komisaris, dewan direksi, dan kepemilikan institusional, tetapi juga

memperhatikan kualitas kompetensi yang dimiliki yang berhubungan dengan

profesionalitas personal dalam bidangnya

DAFTAR PUSTAKA

Agoraki, Maria-Eleni, Delis, Manthos D And Staikouras, Panagiotis. 2009.”The

Effect Of Board Size And Composition Bank Efficiency”. Munich Personal

Repec Archive 08. October 2009

Agrawal, Anup, and Charles R. Knoeber. 1996. “Firm Performance And

Mechanisms To Control Agency Problems Between Managers And

Shareholders”. Journal Of Financial And Quantitative Analysis 31, pp. 377-

397.

Agrawal, Anup, and Charles R. Knoeber. 2001. “Do Some Outside Directors Play

A Political Role?”. Journal Of Law And Economics 44, pp. 179-198.

Bank indonesia www.bi.go.id

Beiner S., Drobets,W., Schmid, F., dan H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An

Independent Corporate Governance Mechanisme?”

http://www.wwz.unisbas.ch/cofi/publications/papaers/2003/06.03.pdf

Bhagat, Sanjai, and Bernard S. Black. 2005. “The Non-Correlation Between

Board Independence And Long-Term Firm Performance”. Journal Of

Corporation Law 27, pp. 232-273.

Bhagat, Sanjai., and Bolton, Brian. 2007. “Corporate Governance And Firm

Performance”.

Bino, Adel dan Tomar, Shorouq. “Corporate Governance And Bank Performance:

Evidance From Jordanian Banking Industry”.

http://www.ju.edu.jo/resources/economicobservatory/lists/conferences/attac

hments/6/1-

corporate%20governance%20and%20bank%20performance.pdf diakses

26 Mei 2011

Black, B.S., Jang, H. Dan Kim, W. 2005. “Does Corporate Governace Predict

Firm’s Market Values? Evidence From Korea”. www.ssrn.com diakses 27

Juli 2011

Brigham, E.F. & M.C. Ehrhardt. 2005. “Financial Management Theory and

Practice”. Edition 11th, Ohio: South Western.

Brown, Lawrence D, dan Marcus L. Caylor. 2004. “Corporate Governance And

Firm Performance”. Working Paper. Georgia State University.

Collier, Paul., and Gregory, Alan. 1999. Audit committee activity and agency

costs. Journal of Accounting and Public Policy 18, pp311-332

Cornet, Marcia millon, et al. 2006. “Earning Management, Corporate Governance

And Bank Performance : Evidance From Jordanian Banking Industry”.

Darmawati, Deni. 2004. “Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja

Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Des 2004

Darwis, Herman. 2009. “Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan”.

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 13 (3), September 2009. Hal 418-430

Dendawijaya, Lukman. 2000.Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta

Eisenberg, T., Sundgren, S., Wells, M. 1998. “Larger Board Size And Decreasing

Firm Value In Small Firms”, Journal of Financial Economics, Vol. 48,

1998, pp 35-54.

Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). “Agency Theory: An Assesment And Review”.

Academy Of Management Review, 14, Hal 57-74

Faisal. 2005. “ Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme

Corporate Governance”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 8, pp. 175 –

190.

Fama and Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law

and Economics, Vol. 26. Hal. 301-325

Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI). 2001. “Corporate

Governance : Tata Kelola Perusahaan”. FCGI, Jilid I, Edisi Ke-3.

Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI). 2001. “Peranan Dewan

Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance

(Tata Kelola Perusahaan)”. FCGI, Jilid II, Edisi Ke-2.

Ghozali. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gompers, Paul A., Joy L., dan Metrick, Ishii Andrew. 2003. “Corporate

Governance and Equity”. The Wharton Financial Institutions Center Prices.

http://fic.wharton.upenn.edu/fic/papers/02/0232.pdf

Hanafi, Mamduh. 2004. Manajemen keuangan, edisi 2004/2005. BPFE-

Yogyakarta.

Hastuti, Theresia Dewi. 2005. “Hubungan Antara Good Corporate Governance

dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan.“ Simposium Nasional

Akuntansi VIII, Solo, 15- 16 September 2005.

Helfert, Erich. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan (Petunjuk Praktis Untuk

Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Erlangga, Edisi 8: Jakarta.

Hermalin, Benjamin E., and Michael S. Weisbach. 1991. “The Effects Of Board

Composition And Direct Incentives On Firm Performance”. Financial

Management 20(4), 101-112.

Hermalin, Benjamin E., and Michael S. Weisbach. 2003. “Boards of directors as

an endogenously determined institution: A survey of the economic

literature”. Economic Policy Review April, 7-26.

Indonesia Capital Market Directory

Jaafar, Aziz., and El-Shawa, Mahmoud. “Ownership Concentration, Board

Characteristics And Performance: Evidence From Jordan”.

http://ssrn.com/abstract=1392727

Jensen, M.C. Dan W.H Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial

Behaviour, Agency Cost And Ownership Structure”. Journal Of Financial

Economics. Vol 13.Pp 305-360”

Kajola Sunday O . 2008. “Corporate Governance and Firm Performance: The

Case of Nigerian Listed Firms”. European Journal of Economics, Finance

and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 14.

http://www.eurojournals.com diakses 13 Oktober 2011

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta

Keasey, K. And Wright, M. 1993. “Issues In Corporate Accountability And

Governance”. Accounting And Business Research, 91a, 291-303.

Klapper, Leora F. and I. Love. 2002. “Corporate Governance, Investor Protection

and Performance in Emerging Markets”. World Bank Working Paper.

Koch, Timothy W And Macdonald, S.Scott. 2000. Bank Management. Orlando,

Harcourt College Publishers, Edisi 4

Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan

Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi:

Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance”. Jakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Mulyani, Yuliana Hernis Tri. 2008. “Dampak Good Corporate Governance

Terhadap Kinerja Keuangan, Volume Perdagngan Saham dan Abnormal

Return”. Tesis Tidak Dipublikasikan Program Pasca Sarjana Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta

Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan

Mekanisme CG Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional

Akuntasi XI.

Pavithra Siriwardhane. Broadening the Boardroom: Corporate Governance and

Company Performance in Sri Lanka. http://www.wbiconpro.com/353A---

Siriwardhane,P.pdf diakses 8 Oktober 2011

Pribadi, Dewi Widiana (2008). “Pengaruh Corpotate Governance Terhadap

Kinerja Perusahaan. Tesis Tidak Dipublikasikan Fakultas Ekonomika Dan

Bisnis Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Prowse, S. 1998. Corporate Governance In East Asia: A Frame Work For

Analysis, Working paper, Federal Reserve Bank Of Dallas, Dallas Texas.

http://www.unescap.org/drpad/publication/dp20_1973/dp_20_iv.PDF

diakses 10 Oktober 2011

Rifa’i, Achamd. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja

Perusahaan Publik di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Sabrina, Anindhita Ira. 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi”. Program Studi Sarjana

Strata Satu Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang

Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap

Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Tahun 2004 – 2007”. Tesis Program Studi Magister Manajemen

Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Sari, Irmala. 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Perbankan Nasional”. Skripsi. Skripsi Fakultas ekonomi Universitas

Diponegoro. Semarang.

Shleifer, Andrei dan Vishny, Robert W. 1996. “A Survey Of Corporate

Govenance”. National Bureu Of Economic Research Working Paper 5554,

april 1996. Cambridge.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter Dan

Perbankan”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Edisi

Kelima.

Solomon, Jill. 2007. “Corporate Governance And Accountability Second

Edition”. John Willey And Sons. England

Subanidja, Steph. 2006. “Struktur Pasar, Karakteristik Dan Kinerja Bank Umum

di Indonesia”. Akuntablitias, Vol 6. No 1. September. hlm 14-21.

Syakhroza, Akhmad. 2002. “Mekanisme Pengendalian Internal dalam Melakukan

Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance”. Usahawan No. 8,

Vol. XXXI, Agustus 2002, pp. 41 - 52

Tristianto, Arvian. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja

Keuangan Perushaan”. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program

Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium

Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli

Usman, Bahtiar. 2003. “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan

Laba Pada Bank-Bank di Indonesia”. Media Riset Bisnis & Manajemen

(MRBM): Vol.3 (1), April 2003, P.59-74,

Usman, Hardius dan Nachrowi, Nachrowi Djalal. 2002. Penggunaan teknik

ekonometri. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Veronica, Sylvia dan Utama, Siddharta. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan,

Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governace Terhadap

Pengelolaan Laba (Earning Management)”. Simposiun Nasional Akuntansi

VIII Solo, 15-1 September 2005. Hal 475-490.

Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. 2005. “Implikasi Struktur

Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan

Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang

23-26 Agustus.

Walsh and Seward. 1990. ”On The Efficiency Of Internal And External Corporate

Control Mechanism“. Academy Of Management Review. 15, Pp. 421-458.

Wardhani, R. 2006. “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan yang

Mengalami Permasalahan Keuangan (Financial Distress Firms)”.

Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Weir, Charlie., Muravyev, Alexander., and Talavera, Oleksandr. 2000

Performance effects of appointing other firms' executive directors to

corporate boards. http://www.talavera.rv.ua/dur/pdfs/WP2011-12.pdf

diakses 8 Oktober 2011

Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. “Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate

Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia”. Tesis

Program Magister Universitas Diponegoro. Semarang.

Zheka, V. 2002. “Does Corporate Governance Predict Firm Performance?The

Case Of Ukraine”. www.ssrn.Com


Recommended