ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA PERBANKAN KONVENSIONAL
DI INDONESIA
(Studi Pada Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2005 – 2009)
Leni Nur Pratiwi
H. Muhamad Syaichu.,Se., Msi
Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Banking is a very important part in the economy, and governance systems
are very complicated. the Asian crisis and several related cases of poor corporate
governance that need more attention from the government. This study aims to
investigate the effect of corporate governance on the performance of general
banking in Indonesia.
Independent variables used in this research is corporate governance which
uses four proxies is an Independent Commissioner, Board of Commissioners,
Board of Directors and Institutional Ownership, while the dependent variable is
firm performance as measured by using proxy ROA. The sample used in this
research is the general banking companies in Indonesia. The research data is
derived from the annual report in the periode 2005-2009 by using purposive
sampling method obtained from the website of the Indonesia Stock Exchange
(IDX) and Indonesia Capital Market Directory (ICMD). The analytical method
used is multiple linear regression in accordance with the purpose of research
which analyzes the influence of independent variables on the dependent variable.
Purposive sampling method used to determine the sample selection and obtained
18 samples of commercial banks.
Results of analysis of this study indicate that only the number of member of
board of director is significantly positive effect on firm performance (ROA), while
the other variable is the percentage of independent commissioner, the number of
members of the Board of Commissioners, and percentage Of Institutional
Ownership does not have a significant impact on firm performance (ROA).
Keyword: Percentage Of The Independent Commissioner, The Number Of
Members Of The Board Of Commissioners And The Number Of Members Of The
Board Of Directors, Percentage Of Institutional Ownership, Return On Asset
(ROA)
PENDAHULIAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang terjadi ASEAN
berdampak cukup besar di Indonesia. Pengaruh dari krisis ini pertama kali
dirasakan pada sektor keuangan, jasa, dan sektor riil. Perusahaan manufaktur yang
go public di pasar modal merupakan pihak yang pertama kali merasakan dampak
krisis moneter. Pada pertengahan tahun 2008, krisis perekonomian dunia yang
terjadi di Amerika berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini terjadi
diperkirakan karena beberapa negara yang dilanda krisis ini memiliki kinerja yang
buruk dan rendahnya daya saing perusahaan – perusahaan di negara tersebut serta
lemahnya regulasi dan sistem operasi pasar keuangan, baik pasar uang maupun
pasar modal. Hal tersebut terjadi dikarenakan lemahnya penerapan corporate
governance di Indonesia.
Dalam menanggapi kondisi tersebut, Bank Indonesia memberi perhatian
lebih dalam tata kelola perbankan di Indonesia. Hal ini terlihat dari pembenahan
fundamental dalam Perbankan Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia
(API) pada tahun 2004. Arsitektur Perbankan Indonesia atau API merupakan
suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan
memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu
lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri
perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi
mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan
kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional. Arsitektur Perbankan Indonesia memiliki 6 (enam) pilar salah
satunya adalah menciptakan good corporate governance dalam rangka
memperkuat kondisi internal perbankan nasional yang terletak pada pilar ke IV.
Selain itu juga, pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang
berhubungan dengan corporate governance pada Bank Umum yaitu PBI No
8/4/2006 yang kemudian direvisi menjadi PBI No 8/14/2006.
Beberapa kasus yang disebabkan governance system yang buruk di
Indonesia yaitu PT Bank Lippo Tbk, PT Dharma Samudra Fishing Industri Tbk,
dan PT. Kimia Farma Tbk. Kasus pertama, Pada bank Lippo terjadi kesalahan
penulisan akibat kekurang hati-hatian direksi dalam mencantumkan kata “diaudit”
dan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan pada tahun 2002.
Selain itu juga, terjadi kelalaian yang dilakukan oleh KAP, yaitu keterlambatan
dalam menyampaikan penurunan nilai agunan yang diambil alih (AYDA) dan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) kepada BAPEPAM.
Kasus yang kedua, PT Dharma Samudra Fishing Industri Tbk (DSFI)
melakukan manipulasi pasar dimana tidak ada perubahan pada kepemilikan atas
transaksi saham dan penyalahgunaan dana serta efek saham.
Kasus yang ketiga, PT. Kimia Farma Tbk melakukan penggelembungan
dana pada laporan keuangan semester 1 tahun 2002 yang dilakukan oleh direksi.
Perusahaan ini membuat double daftar nilai persediaan yang berbeda pada tanggal
1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, serta penempatan ganda pada unit PBF dan
bahan baku yang tidak disampling oleh akuntan.
Penelitian Corporate governance mulai dilakukan untuk memaparkan
konsekuensi negatif dari sistem tata kelola (governance system), sehingga perlu
diidentifikasi faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan implementasi
corporate governance. Corporate governance merupakan solusi yang ditawarkan
oleh agency theory untuk membantu hubungan pemilik dan manajer, dan
diharapkan dengan penerapannya dapat memberikan kepercayaan terhadap agent
(manajemen) dalam mengelola kekayaan principal (investor), dan principal
menjadi lebih yakin bahwa agent tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk
kesejahteraan agent.
Walsh dan Seward, (1990 : 421-458) berpendapat terdapat dua mekanisme
untuk membantu perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham
yaitu mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar.
Mekanisme corporate governance diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan
antara manajer dengan para pemegang saham karena adanya kepentingan atau
keinginan yang berbeda-beda (adanya konflik keagenan).
Pada penelitian ini, mekanisme corporate governance yang akan dikaji terdiri
dari komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan
kepemilikan institusional. Peneliti memilih komponen ini karena memiliki
pengaruh langsung terhadap pelaksanaan corporate governance dimana keempat
komponen tersebut memiliki tugas mengawasi dan mengontrol perusahaan secara
langsung sehingga dapat meminimalisir agency cost yang mungkin akan terjadi
akibat perbedaan kepentingan.
Beberapa penelitian yang menganalisis hubungan keempat komponen
corporate governance tersebut terhadap return on assets diantaranya adalah
Tristianto (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan
positif antara proporsi komisaris independen terhadap tingkat penilaian kinerja
keuangan perusahaan, sedangkan Irmala Sari (2010) menunjukkan bahwa secara
statistik komisaris independen berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA.
Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Bhagat dan Bolton (2007), yang
menyatakan bahwa komisaris independen memiliki hubungan yang negatif
terhadap kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROA.
Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives
Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Jaafar
dan El-Shawa (2009) menemukan bahwa ukuran dewan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s
Q, sebaliknya peneltian yang dilakukan Chaing dan Chia (2005) yang mengatakan
bahwa ukuran dewan komsiaris berpengaruh negatif terhadap ROA, ROE, dan
EPS.
Bennedsen, Kongsted dan Nielsen (2004), dalam penelitiannya mengatakan
bahwa ukuran dewan tidak berpengaruh pada kinerja pada ukuran dewan di bawah
enam anggota tetapi menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kedua
ketika ukuran dewan meningkat menjadi tujuh anggota atau lebih. Eisenberg et al
(1998) juga berpendapat sama yaitu terdapat hubungan yang signifikan negatif
antara ukuran dewan direksi dan kinerja perusahaan. Berbeda dengan penelitian
Sam’ani (2008) yang menyatakan ukuran dewan direksi secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja.
Pound (1988) menemukan bahwa adanya hubungan positif antara
kepemilikan saham institusional dan kinerja perusahaan yang diukur dengan
menggunakan ROA. Penelitian tersebut tidak didukung oleh Bhattacharya dan
Graham yang menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara
kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan rumusan
masalah penelitian yaitu terjadi research gap (kesenjangan penelitian) dalam
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu komisaris independen, dewan komisaris,
dewan direksi, dan kepemilikan institusional sebagai variabel pengukur corporate
governance terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka maka pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut ini:
1. Bagaimana pengaruh persentase jumlah anggota komisaris independen
terhadap Return On Asset ?
2. Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap Return On
Asset ?
3. Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan direksi terhadap Return On
Asset?
4. Bagaimana pengaruh persentase kepemilikan institusional terhadap Return
On Asset?
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk
mengetahui hubungan mekanisme corporate governance terhadap kinerja
perbankan yang diukur dengan mengggunakan Return On Asset yang terbagi
atasempat (4) variabel, yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh jumlah anggota komisaris independen terhadap
Return On Asset.
2. Menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap Return On
Asset.
3. Menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan direksi terhadap Return On
Asset.
4. Menganalisis pengaruh persentase kepemilikan institusional terhadap Return
On Asset?
Penelitian diharapkan dapar memberikan kontribusi pemikrian kepada:
1. Bagi penulis: dapat dijadikan sebagai penambah pengetahuan, khususnya
mengenai pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap
kinerja perusahaan (Return On Asset).
2. Bagi ilmu pengetahuan: dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian lebih lanjut.
3. Bagi perusahaan: dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pentingnya good corporate governance bagi perusahaan.
TELAAH PUSTAKA
1. Corporate Governance dan penelitian terdahulu
Solomon (2007:12) pada bukunya corporate governance and
accountability, mendefinisikan corporate governance sebagai sistem checks and
balances, baik perusahaan internal dan eksternal, yang memastikan bahwa
perusahaan memenuhi kewajiban mereka untuk melaporkan kepada seluruh
stakeholder dan bertindak bertanggung jawab secara sosial di semua bidang bisnis
mereka.
Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main,
prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan baik yang melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut.
Walsh dan Seward, (1990 : 421-458) berpendapat terdapat dua mekanisme untuk
membantu perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yaitu
mekanisme pengendalian internal dan mekanisme pengendalian pasar. Mekanisme
corporate governance diperlukan untuk mensejajarkan kepentingan antara
manajer dengan para pemegang saham karena adanya kepentingan atau keinginan
yang berbeda-beda (adanya konflik keagenan).
Basel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve, menyatakan
bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada Prinsip-prinsip OECD (Brigham
dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola
perusahaan meliputi:
a) Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai standar dan
sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan mereka.
b) Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara dewan
direksi, manajemen senior, dan para auditor.
c) Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi audit internal
dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen dari lini bisnis, dan check
and balance lainnya.
Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2001) mengatakan bahwa
dalam penerapan GCG, perusahaan akan mendapatkan empat manfaat besar yaitu
(1) mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigit (karena kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value, (2) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders, (3) mengembalikan
kepercayaan investor untuk menanmkan modalnya di Indonesia, dan (4)
pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholders’ value dan dividen. Penerapan GCG itu sendiri
pada intinya harus mampu mendorong pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik
serta diharapkan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan kinerja
perusahaan.
Pada penelitian ini, indikator corporate governance yang digunakan
adalah persentase jumlah anggota komisaris independen, jumlah anggota dewan
komisaris, dan jumlah anggota dewan direksi sebagai mekanisme internal, serta
persentase kepemilikan institusional sebagai mekanisme eksternal.
1. Persentase Jumlah Anggota Komisaris Indenpenden
Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan akan menjadi pihak
yang tidak memiliki hubungan dengan pemegang saham pengendali,
anggota direksi, dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri. Dalam
PBI 8/4/2006 menyatakan bahwa proporsi komisaris independen minimal
50% dari total anggota dewan komisaris perusahaan.
2. Jumlah Anggota Dewan Komisaris
Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme
yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Secara hukum
dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan
nasehat kepada direksi. Dalam melakukan pemantauan terhadap
direksi, dewan komisaris memastikan bahwa direksi telah
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan Kerja Audit
Intern Bank (SKAI), auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia
dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Dewan Komisaris dalam
melaksanakan tugasnya harus mampu mengawasi dipenuhinya
kepentingan semua stakeholders berdasarkan azas kesetaraan, serta
mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan
strategis Bank. Ukuran dewan komisaris menentukan tingkat
keefektifan pemantauan kinerja bank.
3. Jumlah Anggota Dewan Direksi
Dalam rangka pemantauan terhadap pengendalian internal bank, direksi
mempunyai tanggung jawab menetapkan kebijakan, strategi serta
prosedur pengendalian intern; melaksanakan kebijakan dan strategi yang
telah disetujui oleh dewan komisaris; memelihara suatu struktur
organisasi; memastikan bahwa pendelegasian wewenang berjalan secara
efektif yang didukung penerapan akuntabilitas yang konsisten dan
memantau kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern.
Peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi berpengaruh
terhadap kinerja bank karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan
karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan
ketersediaan sumber daya (Pfefer, 1973; Pearce & Zahra, 1992 dalam
Faisal, 2005).
4. Persentase Kepemilikan Intitusional
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara
efektif sehingga, dapat mengurangi adanya manipulasi laba. Tingginya
kepemilikan saham oleh institusi dapat memberikan pengaruh terhadap
proses penyusunan laporan keuangan yang pada akhirnya diharapkan
laporan laba yang dihasilkan juga baik.
Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan hubungan corporate
governance terhadap ROA. Fama dan Jensen (1993) menyatakan bahwa non
executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah
dalam perselisihan antara manajer internal dan mengawasi kebijaksanaan direksi
serta memberikan nasihat kepada direksi. Charlie et al (2000) berpendapat bahwa
teori agensi menyatakan bahwa direktur non-eksekutif merupakan cara yang
efektif untuk pemantauan para direktur eksekutif dan bahwa mereka mampu
mengubah perilaku direktur eksekutif sehingga kepentingan pemegang saham
yang diupayakan.
Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG
(KNKG, 2006). Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief
Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas
manajemen. Hal ini didukung oleh Jaafar dan El-Shawa (2009) yang menemukan
bahwa ukuran dewan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q.
Hermalin dan Weisbach (2003) mengatakan bahwa jumlah anggota dewan
direktur umumnya berhubungan dengan implikasi dari kebijakan mengenai
batasan jumlah dewan direktur. Dalton et al. (1999) menyatakan adanya hubungan
signifikan positif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan.
Kepemilikan saham oleh institusi atau disebut juga kepemilikan
institusional. Konsentrasi kepemilikan institusional meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan yang berupa meningkatnya volume perdagangan
saham dan kenaikan harga saham merupakan cerminan meningkatnya
kepercayaan publik terhadap perusahaan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu
memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerjanya. Pound (1988) menemukan
bahwa adanya hubungan positif antara kepemilikan saham institusional dan
kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROA.
2. Kerangka Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori, dan perbedaan hasil penelitian
sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut adalah
kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
H1(+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
Komisaris Independen
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Return On Asset
3. Hipotesis
H1 : Persentase Jumlah Anggota Komisaris Independen Berpengaruh Secara
Positif Return On Asset
H2 : Jumlah Anggota Dewan Komisaris Berpengaruh Secara Positif
Terhadap Return On Asset
H3 : Jumlah Anggota Dewan Direksi Berpengaruh Secara Positif Terhadap
Return On Asset
H4 : Persentase Kepemilikan Institusional Berpengaruh Secara Positif Return
On Asset
METODE PENELITIAN
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari empat variabel bebas
(independen), satu variabel terikat (dependen) dan satu variabel kontrol. Variabel
independen dalam penelitian ini meliputi persentase jumlah anggota Komisaris
Independen, jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah anggota Dewan Direksi
dan persentase Kepemilikan Institusional. Variabel dependennya adalah kinerja
perusahaan perbankan yang diukur oleh ROA.
2. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek psikologis yang dibatasi oleh kriteria
tertentu, obyek psikologis merupakan obyek yang bisa diraba maupun obyek
abstrak. Maka populasi penelitian ini adalah Bank Umum Konvensional yang
terdaftar di Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai
dengan 2009. Pengambilan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu sesuai
yang dikehendaki peneliti, kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
sesuai dengan tujuan penelitian. Maka kriteria sampel yang akan diambil adalah
sebagai berikut:
1) Perusahaan perbankan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2005-2009.
2) Masih beroperasi hingga tahun 2009.
3) Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31
Desember 2005-2009 di dalam website Bursa Efek Indonesia.
4) Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31
Desember 2005-2009 di dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
5) Perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai corporate governance,
dan rasio keuangan dalam laporan tahunannya.
6) Pemilihan rentang waktu bertujuan agar penelitian hanya berfokus pada
rentang waktu tersebut sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal.
Berdasarkan data dari BEI pada tahun 2005-2009 populasi perusahaan
perbankan konvensional sebanyak 28 perusahaan. Berdasarkan kriteria sampel
diatas maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel sebanyak 18 bank
umum konvensional di Indonesia.
3. Jenis Dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
tahunan perusahaan perbankan (annual report) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode tahun 2005-2009, dapat dilihat pada situs
resminya yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
periode 2005-2009.
4. Metode Analisis
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu statistik deskriptif dan
analisis regresi linear berganda (Uji hipotesis). Dalam penelitian ini, akan
dilakukan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari atas
empat uji pelanggaran yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan
heterokedastisitas. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah analisis regresi linear
berganda yang terdiri dari tiga tahap yaitu uji F, uji R, dan uji t. Model penelitian
adalah :
CPi.t = α + β1 KINDi.t + β2 DKOMi.t + β3 DDRi.t + β4 KIi.t + εi.
Keterangan :
CP : Corporate performance by ROA
DKIND : Percentace Board of Independent
DKOM : Jumlah Anggota Board of Commisers
DDR : Jumlah Anggota Board of Directors
KI : Persentase Institutional Ownership
α : Intersep
β : Slope
i : Individu ke-i
t : Periode waktu ke-t
ε : Error /simpangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringaksan data-data penelitian
seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll (Priyatno, 2008:50). Hasil
Statistik Deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
ROA 86 .0003 .0313 .011257 .0071188
KIND 86 .2500 1.0000 .510736 .1364425
DKOM 86 2 11 5.76 2.201
DDIR 86 2 15 6.99 2.476
KI 86 .0559 .9912 .674152 .2304506
Valid N (listwise) 86
Sumber: data diolah
Variabel Komisaris Independen (KIND) merupakan persentase jumlah
anggota komisaris independen terhadap dewan komisaris. Variabel mempunyai
rentang antara 0,2500 sampai 1,000 dengan rata-rata sebesar 0,510374. Variabel
Dewan Komisaris (DKOM) merupakan jumlah dewan komisaris yang berada
pada perusahaan bank. Variabel ini memiliki rentang antara 2 sampai 11 dengan
rata-rata sebesar 5,76. Variabel Dewan Direksi (DDIR) merupakan jumlah dewan
direksi pada bank. Variabel ini memiliki rentang antara 2 sampai 15 dengan rata-
rata sebesar 6,99. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) merupakan persentase
saham yang dimiliki institusional dalam bank di akhir tahun. Variabel ini
mempunyai rentang antara 0,0559 sampai 0,9912 dengan rata-rata sebesar
0,674152. Variabel ROA merupakan rasio laba sebelum pajak yang disetahunkan
dibagi dengan total aktiva yang disetahunkan. Variabel ini mempunyai rentang
antara 0,0003 sampai 0,0313 dengan rata-rata sebesar 0,011257.
2. Uji Asumsi Klasik\
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal, karena pada uji F dan t
mengasumsukan nilai residual mengikuti distribusi normal. Hasil uji ini dapat
dilihat dari diagram histogram, grafik normal probability plot dan uji statistik
dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov. Apabila ploting data membentuk
satu garis lurus diagonal maka distribusi data adalah normal. Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2 adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan diagram dan grafik.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Diagram
Sumber : data sekunder diolah
Gambar 4.2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber : data sekunder diolah
Hasil Uji normalitas dengan menggunakan analisis statistik salah satunya
adalah uji Kolmogorov Smirnov. Dalam pendeteksian Normalitas dengan
menggunakan uji non-parametrik sampel K-S. Pada Tabel 4.2, Signifikansi K-S
lebih dari 0,876 maka nilai residual dengan signifikansi 0,427 (>0,05) yang berarti
nilai residual terdistribusi normal. Berikut hasilnya analisis statistik Uji
Normalitas Kolmofgrov Smirnov.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 86
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .00671022
Most Extreme
Differences
Absolute .094
Positive .094
Negative -.060
Kolmogorov-Smirnov Z .876
Asymp. Sig. (2-tailed) .427
a. Test distribution is Normal. Sumber : data sekunder yang diolah
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji kolinearitas model regresi
antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat
nilai tolenrance dan variance inflation factor (VIF). Pada Tabel 4.3 dapat dilihat
bahwa nilai tolenrance diatas signifikan 0,10 yaitu berkisar 0, 558 sampai dengan
0.943 dan variance inflation factor (VIF) memiliki nilai dibawah 10, yaitu
berkisar 1.060 sampai dengan 1.793. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas dalam model regresi ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 KIND .839 1.192
DKOM .558 1.793
DDIR .625 1.599
KI .943 1.060
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : data diolah
c. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4
dibawah, dimana nilai DW yang dihasilkan adalah 2,435, sedangkan dari DW
tabel dengan 0,05 dan jumlah data 86, seta K = 4 (empat) variabel independen
diperoleh nilai dl sebesar 1,5536 dan du sebesar 1,7478 sehingga didapat 4 – du
sebesar 2,2522. Maka nilai DW statistik berada di antara 4 – du <du yang berarti
terdapat autokorelasi pada model regresi. Hasil Uji Autokorelasi dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokolinearitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .334a .112 .068 .0068739 2.435
a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder yang diolah
d. Uji Heterokedastisitas
Hasil uji Heterokedastisitas disajikan pada Gambar 4.3 yaitu metode
grafik scaterplot, terlihat titik – titik hasil observasi yang tidak menyebar di
daerah titik nol pada sumbu Y yang berarti terdapat heterokastisitas.
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas
Sumber: data diolah
Berdasarkan uji heterokedastisitas diaras terlihat titik-titik observasi
menyebar keatas daerah titik nol pada sumbu Y dan ke daerah titik nol pada
sumbu X. Hal ini berarti tidak ada heterokedastisitas pada model regresi.
3. Uji Regresi Linear Berganda
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam mengukur kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel
dependen adalah koefisien determinasi (R2). Nilai R
2 yang kecil berarti
kemampuan variabel – variabel independenn dalam menjelaskan variabel depende
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Tabel 4.5 berikut ini menyajikan nilai koefisien determinasi
dari model penelitian.
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .334a .112 .068 .0068739 .112 2.541 4 81 .046
a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM
b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data sekunder yang diolah
Pada Tabel 4.5 nilai R2
pada model regresi ini sebesar 0,112 yang berarti
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sebesar 11,2%, sedangkan sisanya 88,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji statistik F digunakan untuk melihat pengaruh secara simultan atau
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesisi nol
adalah joint hipotesis atau sering disebut juga pengujian signifikansi keseluruhan
(overall significance) terhadap regresi yang ingin menguji hubunganb variabel
dependen secara linear dengan variabel independen. Join hpotesiis ini dapat diuji
dengan teknik analisis variance (ANOVA). Hasil uji signifikansi simultan (uji F)
dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .000 4 .000 2.541 .046a
Residual .004 81 .000
Total .004 85
a. Predictors: (Constant), KI, KIND, DDIR, DKOM
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Pada Tabel 4.6 diatas, nilai F hitung sebesar 2,541 terhadap signifikansi
0,046 (<0.05) menunjukkan bahwa koefisien regresi komisaris independen, dewan
direksi, dewan komisaris dan kepemilikan institusional berpengaruh secara
simultan terhadap ROA.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji signifikansi parameter individual atau uji t digunakan untuk mengukur
pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada
Tabel 4.7 output persamaan regresi menunjukkan bahwa hanya variabel jumlah
anggota dewan direksi yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
ROA, sedangkan variabel independen lainnya tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
yang dimiliki masing-masing variabel, dewan direksi memiliki nilai probabilitas
dibawah 0,05 yaitu 0,009 yang berarti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ROA. Nilai probabilias pada variabel komisaris independen, dewan
komisaris, dan kepemilikan independen jauh diatas 0,05, yaitu 0.278, 0.447,
0.009, dan 0,217, yang berarti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA.
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat koefisien untuk persamaan regresi dari
penelitian ini, yang dapat disusun dalampersamaan matematis sebagai berikut :
ROAit = 0,002 + 0,007 KINDit + 0,000 DKOMit + 0,001 DDIRit + 0,002 KIit
Tabel 4.7
Output Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .002 .005 .307 .760
KIND .007 .006 .125 1.092 .278
DKOM .000 .000 -.107 -.765 .447
DDIR .001 .000 .353 2.667 .009
KI .002 .003 .064 .590 .557
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : data sekunder yang diolah
4. Pembahasan
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
1. Variabel Komisaris Independen (KIND) memiliki nilai koefisien regresi
positif sebesar 0,007 menunjukan bahwa Komisaris Independen berpengaruh
positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika
variabel Komisaris Independen naik satu persen, dengan asumsi variabel lain
tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,7%. Akan
tetapi, jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,278 lebih besar dari taraf
signifikansi sebesar 0,05, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara variabel ROA terhadap Komisaris Independen (KIND).
2. Variabel Dewan Komisaris (DKOM) memiliki nilai koefisien regresi positif
sebesar 0,000 menunjukan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh positif
terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel
Dewan Komisaris (DKOM) naik satu persen, dengan asumsi variabel lain
tetap maka tidak ada peningkatan ataupun penurunan pada kinerja bank
(ROA). Nilai signifikansi sebesar 0,447 yang lebih besar dari taraf
signifikansi sebesar 0,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
variabel ROA terhadap Dewan Komisaris (DKOM).
3. Variabel Dewan Direksi (DDIR) memiliki nilai koefisien regresi positif
sebesar 0,001 menunjukan bahwa Dewan Direksi berpengaruh positif
terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel
Dewan Direksi naik satu persen, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar 0,1%. Jika dilihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05,
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel ROA terhadap
Dewan Komisaris (DKOM).
4. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai koefisien regresi
positif sebesar 0,002 menunjukan bahwa Kepemilikan Institusional (KI)
berpengaruh positif terhadap kinerja bank (ROA). Hal ini menggambarkan
bahwa jika variabel Komisaris Independen naik satu persen, dengan asumsi
variabel lain tetap maka akan meningkatkan kinerja bank (ROA) sebesar
0,2%. Jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,557 lebih besar dari taraf
signifikansi sebesar 0,05, yang berarti tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel ROA terhadap Kepemilikan Institusional (KI).
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel,
persentase anggota komisaris independen (KIND), jumlah anggota dewan
komisaris (DKOM), jumlah anggota dewan direksi (DDIR) dan kepemilikan
institusional (KI) terhadap kinerja perusahaan perbankan yang diproksikan
melalui ROA, maka peneliti dapat merangkum hasil penelitian ini sebagai
berikut:
1. Pada hasil pengujian statistik hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa
persentase jumlah anggota Komisaris Independen tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap ROA. Hal ini dibuktikan diperoleh nilai t hitung
sebesar 1,092 dimana t hitung 1,771 (t tabel < t hitung). yang berarti tidak
ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Komisaris Independen
(KIND) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal tersebut dapat pula dilihat
dari nilai signifikansi sebesar 0,278 (>0,05), sedangkan koefisien regresi
bernilai postif sebesar 0,007. Maka Hipotesis pertama (H1) menyatakan
bahwa persentase anggota komisaris independen (KIND) berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan (ROA), ditolak.
2. Hasil pengujian statistik hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa jumlah
anggota dewan komisaris (DKOM) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung
sebesar -0,765 (t hitung <t tabel), nilai signifikansi sebesar 0,447 (>0,05), dan
koefisien regresi DKOM terhadap ROA bernilai positif sebesar 0,000.
Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa jumlah anggota dewan komisaris
(DKOM) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA), ditolak.
3. Hasil pengujian statistik hipotesis ketiga (H3) menunjukkan pada jumlah
anggota Dewan Direksi (DDIR) dengan rentang antara 2 sampai dengan 15
memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja perusahaan
(ROA). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2,667 (t hitung
<t tabel), dengan nilai signifikansi sebesar 0,0009 (<0,05), dan Koefisien
regresi DDIR terhadap ROA bernilai positif sebesar 0,001. Maka berdasarkan
hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan
bahwa jumlah anggota dewan direksi (DDIR) berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan adalah diterima.
4. Hipotesis keempat (H4) menyatakan bahwa persentase kepemilikan
institusional (KI) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
perusahaan (ROA), dimana diperoleh nilai t hitung sebesar 0,590 (t hitung <t
tabel), nilai signifikansi sebesar 0,557 (>0,05), dan koefisien regresi
kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan (ROA) bernilai positif
sebesar 0,002. Maka berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa persentase kepemilikan institusional (Ln_KI)
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA) adalah ditolak.
2. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih
baik.
1. Adanya ketidaksesuaian antara data yang didapat dari sumber ICMD
(Indonesian Capital Market Directory) dengan annual report perusahaan
yang dipublikasikan di BEI (Bursa Efek Indonesia). Ketidaksesuaian data
tersebut terletak dari jumlah anggota dewan komisaris, dewan direksi dan
Return On Assets (ROA). Selain itu juga, tidak tercantumnya anggota
Komisaris Independen. Dalam hal ini, penulis menggunakan data sebagian
data dari sumber ICMD yaitu jumlah dewan komisaris, dewan direksi,
kepemilikan institusional dan Return On Asset (ROA), sedangkan untuk
komisaris independen bersumber dari annual report perusahaan yang
dipublikasikan di BEI.
2. Nilai adjusted R2 sebesar 11,2 persen mengindikasikan variabel kinerja
perusahaan yang diproksikan oleh ROA hanya dapat dijelaskan oleh variabel
KIND, DKOM, DDIR, dan KI, sedangkan selebihnya yaitu 88,8 persen
dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model.
3. Saran
Penelitian ini menghasilkan nilai R2 11,4% sehingga dapat diartikan bahwa
hubungan antar variabel sangat kecil. Penulis menyarankan untuk penelitian
berikutnya menambahkan variabel yang lebih mempengaruhi ROA.
Selain itu juga, diharapkan bagi perusahaan untuk tidak hanya
memperhatikan ukuran seberapa banyak kuantitas komisaris independen, dewan
komisaris, dewan direksi, dan kepemilikan institusional, tetapi juga
memperhatikan kualitas kompetensi yang dimiliki yang berhubungan dengan
profesionalitas personal dalam bidangnya
DAFTAR PUSTAKA
Agoraki, Maria-Eleni, Delis, Manthos D And Staikouras, Panagiotis. 2009.”The
Effect Of Board Size And Composition Bank Efficiency”. Munich Personal
Repec Archive 08. October 2009
Agrawal, Anup, and Charles R. Knoeber. 1996. “Firm Performance And
Mechanisms To Control Agency Problems Between Managers And
Shareholders”. Journal Of Financial And Quantitative Analysis 31, pp. 377-
397.
Agrawal, Anup, and Charles R. Knoeber. 2001. “Do Some Outside Directors Play
A Political Role?”. Journal Of Law And Economics 44, pp. 179-198.
Bank indonesia www.bi.go.id
Beiner S., Drobets,W., Schmid, F., dan H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An
Independent Corporate Governance Mechanisme?”
http://www.wwz.unisbas.ch/cofi/publications/papaers/2003/06.03.pdf
Bhagat, Sanjai, and Bernard S. Black. 2005. “The Non-Correlation Between
Board Independence And Long-Term Firm Performance”. Journal Of
Corporation Law 27, pp. 232-273.
Bhagat, Sanjai., and Bolton, Brian. 2007. “Corporate Governance And Firm
Performance”.
Bino, Adel dan Tomar, Shorouq. “Corporate Governance And Bank Performance:
Evidance From Jordanian Banking Industry”.
http://www.ju.edu.jo/resources/economicobservatory/lists/conferences/attac
hments/6/1-
corporate%20governance%20and%20bank%20performance.pdf diakses
26 Mei 2011
Black, B.S., Jang, H. Dan Kim, W. 2005. “Does Corporate Governace Predict
Firm’s Market Values? Evidence From Korea”. www.ssrn.com diakses 27
Juli 2011
Brigham, E.F. & M.C. Ehrhardt. 2005. “Financial Management Theory and
Practice”. Edition 11th, Ohio: South Western.
Brown, Lawrence D, dan Marcus L. Caylor. 2004. “Corporate Governance And
Firm Performance”. Working Paper. Georgia State University.
Collier, Paul., and Gregory, Alan. 1999. Audit committee activity and agency
costs. Journal of Accounting and Public Policy 18, pp311-332
Cornet, Marcia millon, et al. 2006. “Earning Management, Corporate Governance
And Bank Performance : Evidance From Jordanian Banking Industry”.
Darmawati, Deni. 2004. “Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja
Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Des 2004
Darwis, Herman. 2009. “Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 13 (3), September 2009. Hal 418-430
Dendawijaya, Lukman. 2000.Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta
Eisenberg, T., Sundgren, S., Wells, M. 1998. “Larger Board Size And Decreasing
Firm Value In Small Firms”, Journal of Financial Economics, Vol. 48,
1998, pp 35-54.
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). “Agency Theory: An Assesment And Review”.
Academy Of Management Review, 14, Hal 57-74
Faisal. 2005. “ Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 8, pp. 175 –
190.
Fama and Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law
and Economics, Vol. 26. Hal. 301-325
Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI). 2001. “Corporate
Governance : Tata Kelola Perusahaan”. FCGI, Jilid I, Edisi Ke-3.
Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI). 2001. “Peranan Dewan
Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance
(Tata Kelola Perusahaan)”. FCGI, Jilid II, Edisi Ke-2.
Ghozali. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gompers, Paul A., Joy L., dan Metrick, Ishii Andrew. 2003. “Corporate
Governance and Equity”. The Wharton Financial Institutions Center Prices.
http://fic.wharton.upenn.edu/fic/papers/02/0232.pdf
Hanafi, Mamduh. 2004. Manajemen keuangan, edisi 2004/2005. BPFE-
Yogyakarta.
Hastuti, Theresia Dewi. 2005. “Hubungan Antara Good Corporate Governance
dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan.“ Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo, 15- 16 September 2005.
Helfert, Erich. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan (Petunjuk Praktis Untuk
Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Erlangga, Edisi 8: Jakarta.
Hermalin, Benjamin E., and Michael S. Weisbach. 1991. “The Effects Of Board
Composition And Direct Incentives On Firm Performance”. Financial
Management 20(4), 101-112.
Hermalin, Benjamin E., and Michael S. Weisbach. 2003. “Boards of directors as
an endogenously determined institution: A survey of the economic
literature”. Economic Policy Review April, 7-26.
Indonesia Capital Market Directory
Jaafar, Aziz., and El-Shawa, Mahmoud. “Ownership Concentration, Board
Characteristics And Performance: Evidence From Jordan”.
http://ssrn.com/abstract=1392727
Jensen, M.C. Dan W.H Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost And Ownership Structure”. Journal Of Financial
Economics. Vol 13.Pp 305-360”
Kajola Sunday O . 2008. “Corporate Governance and Firm Performance: The
Case of Nigerian Listed Firms”. European Journal of Economics, Finance
and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 14.
http://www.eurojournals.com diakses 13 Oktober 2011
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta
Keasey, K. And Wright, M. 1993. “Issues In Corporate Accountability And
Governance”. Accounting And Business Research, 91a, 291-303.
Klapper, Leora F. and I. Love. 2002. “Corporate Governance, Investor Protection
and Performance in Emerging Markets”. World Bank Working Paper.
Koch, Timothy W And Macdonald, S.Scott. 2000. Bank Management. Orlando,
Harcourt College Publishers, Edisi 4
Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan
Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi:
Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance”. Jakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyani, Yuliana Hernis Tri. 2008. “Dampak Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan, Volume Perdagngan Saham dan Abnormal
Return”. Tesis Tidak Dipublikasikan Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme CG Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional
Akuntasi XI.
Pavithra Siriwardhane. Broadening the Boardroom: Corporate Governance and
Company Performance in Sri Lanka. http://www.wbiconpro.com/353A---
Siriwardhane,P.pdf diakses 8 Oktober 2011
Pribadi, Dewi Widiana (2008). “Pengaruh Corpotate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan. Tesis Tidak Dipublikasikan Fakultas Ekonomika Dan
Bisnis Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Prowse, S. 1998. Corporate Governance In East Asia: A Frame Work For
Analysis, Working paper, Federal Reserve Bank Of Dallas, Dallas Texas.
http://www.unescap.org/drpad/publication/dp20_1973/dp_20_iv.PDF
diakses 10 Oktober 2011
Rifa’i, Achamd. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan Publik di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sabrina, Anindhita Ira. 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi”. Program Studi Sarjana
Strata Satu Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang
Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2004 – 2007”. Tesis Program Studi Magister Manajemen
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Sari, Irmala. 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perbankan Nasional”. Skripsi. Skripsi Fakultas ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang.
Shleifer, Andrei dan Vishny, Robert W. 1996. “A Survey Of Corporate
Govenance”. National Bureu Of Economic Research Working Paper 5554,
april 1996. Cambridge.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter Dan
Perbankan”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Edisi
Kelima.
Solomon, Jill. 2007. “Corporate Governance And Accountability Second
Edition”. John Willey And Sons. England
Subanidja, Steph. 2006. “Struktur Pasar, Karakteristik Dan Kinerja Bank Umum
di Indonesia”. Akuntablitias, Vol 6. No 1. September. hlm 14-21.
Syakhroza, Akhmad. 2002. “Mekanisme Pengendalian Internal dalam Melakukan
Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance”. Usahawan No. 8,
Vol. XXXI, Agustus 2002, pp. 41 - 52
Tristianto, Arvian. 2009. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perushaan”. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium
Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli
Usman, Bahtiar. 2003. “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan
Laba Pada Bank-Bank di Indonesia”. Media Riset Bisnis & Manajemen
(MRBM): Vol.3 (1), April 2003, P.59-74,
Usman, Hardius dan Nachrowi, Nachrowi Djalal. 2002. Penggunaan teknik
ekonometri. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Veronica, Sylvia dan Utama, Siddharta. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governace Terhadap
Pengelolaan Laba (Earning Management)”. Simposiun Nasional Akuntansi
VIII Solo, 15-1 September 2005. Hal 475-490.
Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. 2005. “Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan
Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang
23-26 Agustus.
Walsh and Seward. 1990. ”On The Efficiency Of Internal And External Corporate
Control Mechanism“. Academy Of Management Review. 15, Pp. 421-458.
Wardhani, R. 2006. “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan yang
Mengalami Permasalahan Keuangan (Financial Distress Firms)”.
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Weir, Charlie., Muravyev, Alexander., and Talavera, Oleksandr. 2000
Performance effects of appointing other firms' executive directors to
corporate boards. http://www.talavera.rv.ua/dur/pdfs/WP2011-12.pdf
diakses 8 Oktober 2011
Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. “Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia”. Tesis
Program Magister Universitas Diponegoro. Semarang.
Zheka, V. 2002. “Does Corporate Governance Predict Firm Performance?The
Case Of Ukraine”. www.ssrn.Com