+ All Categories
Home > Documents > DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan...

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan...

Date post: 17-Aug-2019
Category:
Upload: hoangminh
View: 221 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
13
DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA KONSERVASI TERHADAP KEMANDIRIAN MASYARAKAT: KASUS DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN LAMPUNG ( ) Impact of Empowerment Program on Conservation Village Model toward community Sustainability: Case at Bukit Barisan Selatan National Park,Lampung Ristianasari , Pudji Muljono , & Darwis S. Gani Pusat Penyuluhan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan Telp. (021) 572-228, e-mail: Dosen Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor Guru besar Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor iterima 22 Februari 2013, direvisi 19 Maret 2013, disetujui 31 Mei 2013 Deforestasi dan degradasi akibat perambahan kawasan merupakan permasalahan terbesar dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Sementara itu, berbagai aspek terkait kepentingan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya serta pengaruhnya terhadap perilaku konservasi mereka tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaannya. Pemberdayaan bukan sekedar untuk menghentikan kerusakan kawasan, tetapi harus memperhatikan upaya pelestarian kawasan dalam aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pemberdayaan juga diarahkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat yang mengarah pada kemauan dalam mengembangkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan untuk kesejahteraan. Model Desa Konservasi (MDK) merupakan program pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi dan konservasi yang dilaksanakan TNBBS. Memahami proses dan dampaknya terhadap masyarakat merupakan langkah dasar dan strategis dalam upaya konservasi TNBBS. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kegiatan pemberdayaan masyarakat MDK di TNBBS; dan (2) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas pemberdayaan masyarakat MDK di TNBBS. Desain penelitian menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu sebagai daerah penyangga dan enclave kawasan TNBBS. Analisis Menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sosio-demografi, interaksi serta akses terhadap sumber daya dan pendekatan pemberdayaan mempunyai korelasi sangat signifikan dengan kemandirian masyarakat. Upaya meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik masyarakat dan menerapkan pendekatan pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat merupakan hal penting dan relevan dalam mewujudkan kemandirian sebagai dampak pemberdayaan MDK di TNBBS. Kata kunci: Model Desa Konservasi, pemberdayaan masyarakat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan 1 2 3 1 2 3 [email protected] D ABSTRACT Deforestation and degradationcaused by encroachment area are the greatest threats to conservation of Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP). Meanwhile, many aspects related with social phenomena such as what drives people to fullfil their need can'tbe separated from its management.Empowering communities is not just to stop the damage but directed as an effort to increase community self- reliance. This term refers to sense of willingness to be able to develop their knowledge, awareness and skills for welfare and conservation in the field of ecological, economic, and social-cultural.Conservation Vilage Model is a form of community empowerment-based economy and conservation conducted at BBSNP. Understanding its process and impact are the most important step related to conservationin BBSNP. This study has two main objectives that include the following: (1) to analyze the impact of community empowerment through MDK; (2) to analyze the factors correlated with effectiveness of community empowerment. This study was conducted at Sukaraja and Kubu Perahu, Lampung, as a buffer zone and enclave of BBSNP from February to November 2012. The study was design using survey method. The analysis used in this study were: (1) descriptive statistic by using distribution frequency and Mann Whitney non parametric test; (2) inferencial statistic by using Rank Spearman correlation. The result could be summarized as follows: community sustainabilitywas categoryzed in good level; sosio-demographic characteristic,interaction and access to BBSNP and empowerment approach have very significant and positive correlation with community self-reliance. Thisimpactcan be increased by improving the understanding of community characteristics, their interaction and acess to BBSNP and appliying the most appropriate approach. Keywords: Community empowerment,Conservation Village Model, South Bukit Barisan National Park ABSTRAK 173 Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani ( & )
Transcript
Page 1: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA KONSERVASITERHADAP KEMANDIRIAN MASYARAKAT: KASUS DI TAMAN

NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN LAMPUNG(

)

Impact of Empowerment Program on Conservation Village Modeltoward community Sustainability: Case at Bukit Barisan Selatan

National Park,Lampung

Ristianasari , Pudji Muljono , & Darwis S. GaniPusat Penyuluhan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan

Telp. (021) 572-228, e-mail:Dosen Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor

Guru besar Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor

iterima 22 Februari 2013, direvisi 19 Maret 2013, disetujui 31 Mei 2013

Deforestasi dan degradasi akibat perambahan kawasan merupakan permasalahan terbesar dalam pengelolaankawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Sementara itu, berbagai aspek terkait kepentinganmasyarakat untuk memenuhi kebutuhannya serta pengaruhnya terhadap perilaku konservasi mereka tidak dapatdipisahkan dalam pengelolaannya. Pemberdayaan bukan sekedar untuk menghentikan kerusakan kawasan, tetapiharus memperhatikan upaya pelestarian kawasan dalam aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pemberdayaanjuga diarahkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat yang mengarah pada kemauan dalam mengembangkankesadaran, pengetahuan dan keterampilan untuk kesejahteraan. Model Desa Konservasi (MDK) merupakanprogram pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi dan konservasi yang dilaksanakan TNBBS. Memahami prosesdan dampaknya terhadap masyarakat merupakan langkah dasar dan strategis dalam upaya konservasi TNBBS.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kegiatan pemberdayaan masyarakat MDK di TNBBS; dan (2)menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas pemberdayaan masyarakat MDK di TNBBS.Desain penelitian menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahusebagai daerah penyangga dan enclave kawasan TNBBS. Analisis Menggunakan statistik deskriptif dan inferensial.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sosio-demografi, interaksi serta akses terhadap sumber daya danpendekatan pemberdayaan mempunyai korelasi sangat signifikan dengan kemandirian masyarakat.Upaya meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik masyarakat dan menerapkan pendekatan pemberdayaanyang sesuai dengan kondisi masyarakat merupakan hal penting dan relevan dalam mewujudkan kemandirian sebagaidampak pemberdayaan MDK di TNBBS.

Kata kunci: Model Desa Konservasi, pemberdayaan masyarakat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

1 2 3

1

2

3

[email protected]

D

ABSTRACT

Deforestation and degradationcaused by encroachment area are the greatest threats to conservation of Bukit Barisan SelatanNational Park (BBSNP). Meanwhile, many aspects related with social phenomena such as what drives people to fullfil their need can'tbeseparated from its management.Empowering communities is not just to stop the damage but directed as an effort to increase community self-reliance. This term refers to sense of willingness to be able to develop their knowledge, awareness and skills for welfare and conservation inthe field of ecological, economic, and social-cultural.Conservation Vilage Model is a form of community empowerment-based economyand conservation conducted at BBSNP. Understanding its process and impact are the most important step related to conservationinBBSNP. This study has two main objectives that include the following: (1) to analyze the impact of community empowerment throughMDK; (2) to analyze the factors correlated with effectiveness of community empowerment. This study was conducted at Sukaraja andKubu Perahu, Lampung, as a buffer zone and enclave of BBSNP from February to November 2012. The study was design using surveymethod. The analysis used in this study were: (1) descriptive statistic by using distribution frequency and Mann Whitney non parametrictest; (2) inferencial statistic by using Rank Spearman correlation. The result could be summarized as follows: communitysustainabilitywas categoryzed in good level; sosio-demographic characteristic,interaction and access to BBSNP and empowermentapproach have very significant and positive correlation with community self-reliance. Thisimpactcan be increased by improving theunderstanding of community characteristics, their interaction and acess to BBSNP and appliying the most appropriate approach.

Keywords: Community empowerment,Conservation Village Model, South Bukit Barisan National Park

ABSTRAK

173Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )

Page 2: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

174JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 173 - 185

I. PENDAHULUAN

Hampir seluruh kawasan konservasi diIndonesia berada dalam pola interaksi yang kuatdengan masyarakat di sekitarnya. Pada umumnyamasyarakat yang tinggal di sekitar kawasankonservasi termasuk dalam kategori miskin(Santosa, 2004). Data empiris menunjukkan bahwajumlah penduduk Indonesia yang tinggal di desa didalam dan sekitar hutan yang kehidupannyabergantung pada sumber daya hutan adalah sekitar48,8 juta orang, dimana 10,2 juta orang diantaranyatergolong miskin (Ditjen RLPS, 2007 di acu dalamKemenhut, 2011a). Salah satu penyebabnyadikarenakan terbatasnya akses terhadap kegiatanpembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam(Kemenhut, 2011b). Kondisi inilah yangmenimbulkan adanya konflik antara kepentinganmasyarakat dengan kepentingan konservasi.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS), sebagai kawasan konservasi terbesarketiga di Sumatera dengan status, potensi dan fungsipenting, sering dihadapkan pada benturan berbagaikepentingan dengan masyarakat berkaitan denganakses terhadap sumberdaya alam yang dimilikinya.Sejak tahun 1985-1999 kawasan TNBBS telahkehilangan lebih dari 28% dari luas totalnya(Kinnaird ., 2003). Pola ekstensifikasi lahan,pencurian kayu, dan eksploitasi flora fauna telahmenyebabkan deforestasi dan degradasi kawasan.Dari total luas kawasan 356.800 ha, TNBBS telahmengalami pembukaan tutupan hutan seluas 60.296ha, dimana 60.286 ha diantaranya diakibatkanperambahan oleh ±14.703 orang perambah(BTNBBS, 2011). Laju kehilangan tutupan lahanmencapai 22,5 % dari total luas kawasan selama 10tahun terakhir (BTNBBS, 2010). Penanganan seriusdan tepat diperlukan bukan hanya untukmempertahankan status sebagai tapak warisandunia, tetapi lebih pada mempertahankan kawasansebagai penyangga fungsi kehidupan tanpamengabaikan keberadaan masyarakat.

Dalam banyak kasus, masyarakat jarangdimunculkan dalam pengelolaan kawasankonservasi (Chase ., 2004 diacu dalam Guthiga,2008), meskipun masyarakat tersebut merupakankunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi(Wiggins ., 2004; Robertson dan Lawes 2005).Pengelolaan Taman Nasional saat ini tidak bisadipisahkan dari masyarakat yang bermukim disekitar kawasan (Borrini-Feyerabend ., 2004).

et al

et al

et al

et al

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dapatmenjadi pilar bagi terciptanya pengelolaan hutanlestari. Pickering dan Owen (1994) dan Welford(1996) yang diacu oleh Agbogidi dan Ofuoku(2009) mengemukakan bahwa daya dukunglingkungan semakin berkurang akibat kerusakanoleh manusia. Hal ini telah menyebabkanterancamnya berbagai bentuk kehidupan, untuk ituperlu pendidikan dan penyadaran bagi masyarakat.Salah satu cara terbaik dalam pengelolaan hutanadalah menciptakan kesadaran masyarakat lokaltentang pentingnya keterlibatan mereka dalamproses tersebut (Agbogidi ., 2005). Hal itu tidakdapat dilakukan tanpa proses penyuluhan salahsatunya dalam bentuk pemberdayaan. Penekananyang sama mengenai pentingnya masyarakat dankegiatan pemberdayaannya diamanatkan dalamUndang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan, Permenhut No. P.16/Menhut-II/2011tentang Pedoman Umum Program NasionalPemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM)Sektor Kehutanan dan PP No. 28 Th 2011 tentangPengelolaan Kawasan Suaka Alam dan KawasanPelestarian Alam.

Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasankonservasi telah dilakukan sejak tahun 1993melalui pengembangan daerah penyangga namunbelum berhasil secara optimal. Pendekatanpemberdayaan yang selama ini dilakukan terbuktihanya menghasilkan perilaku sasaran yang apatisdan perubahan perilaku yang tidak permanen.Pemberdayaan dengan pendekatan kearahpersuasif dan partisipatif diharapkan akan lebihefektif menghasilkan keberdayaan sertakemandirian. Untuk merealisasikannya, pember-dayaan masyarakat dilakukan melalui Model DesaKonservasi (MDK). Saat ini, MDK telah di-laksanakan oleh 77 (tujuh puluh tujuh) UnitPelaksana Teknis (UPT) Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi Alam(PHKA) Kementerian Kehutanan baik oleh BalaiKonservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) maupunTaman Nasional di kurang lebih 133 desa di dalamdan sekitar kawasan (Dephut, 2009).

Pemberdayaan masyarakat Model DesaKonservasi (MDK) merupakan upaya dalammeningkatkan akses timbal balik peran masyarakatdan fungsi kawasan. Model Desa Konservasi(MDK) merupakan desa yang dijadikanmodel/contoh bagi desa lain di sekitar kawasankonservasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat

et al

Page 3: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

175

di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, danbudaya masyarakat setempat. MDK bertujuanuntuk mengurangi ketergantungan masyarakatterhadap kawasan, meningkatkan kemandiriandalam pemanfaatan potensi yang dimiliki. Dengandemikian, melalui program pemberdayaan MDKdiharapkan akan terjadi peningkatan kesejahteranmasyarakat dan kelestarian kawasan melaluikegiatan yang telah disepakati sehingga dapatmenjamin keseimbangan ekologi, ekonomi dansosial budaya. Kegiatan MDK telah dilaksanakan diTNBBS sejak tahun 2006. Kegiatan MDKdifokuskan di dua desa/pekon, yaitu PekonSukaraja (daerah penyangga) dan Pekon KubuPerahu (wilayah ).

Berdasarkan ulasan di atas, kajian yang di-perlukan adalah bagaimana memahami proses dandampak pemberdayaan masyarakat melaluiprogram MDK untuk dapat menjadi dasar bagiupaya konservasi terutama dalam merancangpemberdayaan yang tepat untuk diterapkan.Permasalahan yang ingin diperoleh jawabannyaadalah bagaimanakah pemberdayaan MDK yangdilakukan di TNBBS dan faktor apa saja yangberhubungan dengan kemandirian masyarakatsebagai dampak program pemberdayaan tersebut.Selanjutnya, tujuan penelitian ini adalah untuk

enclave

menganalisis dampak kegiatan pemberdayaanmasyarakat MDK di TNBBS dan faktor-faktoryang berhubungan dengan pemberdayaanmasyarakat MDK tersebut

Penelitian dilakukan menggunakan metodesurvey dengan tujuan mencari data dan faktamengenai faktor-faktor yang berhubungan dengandampak pemberdayaan Model Desa Konservasi(MDK) di TNBBS terhadap perilaku konservasimasyarakat. Penelitian ini menguraikan fakta-faktadan informasi yang diperoleh di lapangan, baiksecara langsung maupun tidak langsung untukmendapat gambaran secara faktual dan akuratmengenai fakta-fakta tersebut, hubungan antarafenomena yang diteliti, menguji hipotesis,membuat makna serta implikasi dari hasil yangdiperoleh.

Variabel/peubah penelitian terdiri dari variabelbebas ( ) dan variabel tidak bebas( ). Berdasarkan telaah pustaka yangdilakukan, secara skematis kerangka berpikirpenelitian yang memuat berbagai variabelpenelitian disajikan pada gambar berikut:

.

II. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

independent variabledependent variable

Perilaku kemandirian masyarakat dalam bidangekologi , ekonomi dan sosial budaya (Y)

Pemberdayaan Masyarakat MDK di TNBBS

Pendekatan ProgramPemberdayaan ( X3)

(1) Kesepahaman

(2) Kelembagaan(3) Fasilitator(4) Pendampingan

(5) Bentuk kegiatan pemberdayaan(6) Jejaring kerja dan kemitraan

(7) Monitoring dan evaluasi

Interaksi dan akses terhadaptaman nasional ( X2)

(1) Tingkat ketergantunganterhadap sumberdaya TNBBS

(2) Manfaatlangsung keberadaanTNBBS yang dirasakan

(3) Keterlibatan dalam MDK

(4) Akses dalam kegiatan TNBBS

Gambar 1. Variabel-variabel dalam kerangka berpikir penelitianFigure 1. The variables in the research framework

Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )

Page 4: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

176

N

i =1r = 1-

n (n 1)

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik

(SPSS) versi 20.0

Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu,sebagai lokasi pemberdayaan Model DesaKonservasi memiliki berbagai potensi yanglayak untuk dikembangkan. Kondisi lokasipenelitian secara rinci sebagaimana disajikan dalamTabel 1.

Hasil penelitian karakteristik sosio-demografimenunjukkan bahwa sebagian besar masyarakatpeserta program pemberdayaan (85,6%) termasukdalam kategori usia sangat produktif, ber-pendidikan sangat rendah setingkat sekolah dasar(58,7 persen) dan atau rendah setingkat SLTP (21,2persen), serta tidak pernah atau jarang mengikutipelatihan (75 persen). Sebagian besar masyarakatadalah pendatang dari Jawa (70,2 persen), bermatapencaharian sebagai petani (83,7 persen) dengankepemilikan lahan dan penghasilan yang umumnyarelatif rendah.

Masyarakat peserta pemberdayaan di Sukarajacenderung lebih aktif dalam kelompok di-bandingkan dengan Kubu Perahu. Hal ini dapatdipahami karena sebagian besar masyarakatSukaraja merupakan petani pemilik lahan, sehinggamereka mempunyai tanggungjawab lebih besarterhadap lahan mereka terkait dengan harapanuntuk memperoleh informasi terutama tentangbagaimana mengolah lahan dengan lebih baikuntuk meningkatkan produktifitas dan pendapat-an. Sementara itu, keterdedahan informasiberkaitan dengan upaya yang dilakukan respondendalam mencari informasi melalui berbagai mediayang dapat mendorong perilaku positif beradadalam kondisi seimbang antara kategori rendah(37,5 %) dan tinggi (38,5 %).

2

2

6 Σ di

s

-Statistical Product and Service

Solutions

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi dan Karakteristik Responden diLokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Nasional BukitBarisan Selatan (TNBBS), yaitu di Pekon SukarajaKecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus danPekon Kubu Perahu Kecamatan Balik BukitKabupaten Lampung Barat sebagai lokasipemberdayaan MDK. Pelaksanaan penelitian mulaidari survei pendahuluan, penyusunan kerangkasampling, penyusunan kuesioner, uji cobakuesioner, pengumpulan data primer dan sekunder,pengolahan dan analisis data dilakukan selamasembilan bulan mulai dari bulan Pebruari sampaidengan Oktober 2012.

Responden penelitian adalah masyarakat sasaranprogram pemberdayaan Model Desa Konservasi(MDK) di TNBBS di pekon/desa lokasi kegiatanpemberdayaan, yaitu Pekon Sukaraja (daerahpenyangga) dan Pekon Kubu Perahu ( ). Totalsampel berdasarkan rumus Slovin diperoleh 104responden dengan rincian 67 responden di PekonSukaraja dan 37 responden di Pekon Kubu Perahu.Unit analisis dalam penelitian ini adalah petanianggota kelompok penerima manfaat programpemberdayaan MDK.

Jenis data adalah data primer dan sekunder. Dataprimer berupa hasil kuesioner dan wawancara. Datasekunder berupa dokumen-dokumen tentanggambaran umum kawasan TNBBS dan data desatempat dilaksanakan penelitian serta data terkaityang mendukung. Data di peroleh melaluipengamatan di lapangan (observasi), kuesioner,wawancara serta dokumentasi.

Data hasil penelitian dianalisis dengan statistikdeskriptif dan inferensial. Untuk menjelaskansecara kualitatif, data dikelompokkan dalam bentuktabulasi distribusi frekuensi. Untuk mengetahuiperbedaan nilai rata-rata dua populasi yangmewakili lokasi penelitian, digunakan ujinonparametrik yaitu uji beda Mann-Whitney.Sedangkan untuk mengetahui hubungan antarvariabel digunakan analisis korelasi .Uji ini digunakan untuk mengetahui hubunganmasing-masing variabel dengan rumus/persamaan:

B. Responden (Populasi dan Sampel)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

D. Analisis Data

enclave

Rank Spearman

C.

Keterangan:r = Koefisien korelasi Spearmand = Selisih antar jenjangn = Banyaknya sampel

s

i

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 173 - 185

Page 5: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

177

Hasil penelitian faktor interaksi dan akses ter-hadap taman nasional menunjukkan bahwa keter-gantungan terhadap taman nasional sebagian besarberada dalam kategori rendah yang berarti bahwamereka tidak selalu tergantung pada kawasan dalammemenuhi kebutuhannya. Namun demikian, ter-dapat perbedaan nyata di kedua lokasi, masyarakatdi Kubu Perahu mempunyai ketergantungan yanglebih tinggi terhadap kawasan. Sebagian besarmasyarakat peserta pemberdayaan MDKmerasakan manfaat langsung keberadaan tamannasional. Namun demikian, keterlibatan sebagianbesar masyarakat (68%) dalam program pem-berdayaan MDK masih sangat rendah. Demikianjuga dengan akses terhadap TNBBS, sebagian besarberada dalam kategori rendah.

Pendekatan pemberdayaan MDK terdiri darikesepahaman, kelembagaan, fasilitator, pen-dampingan, bentuk kegiatan pemberdayaan,

pengembangan jaringan kerja dan monitoring sertaevaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, kese-pahaman termasuk dalam kategori rendah, hal iniberarti sebagian besar masyarakat peserta programpemberdayaan belum memahami tentang kegiatanMDK. Demikian pula dengan kelembagaan,dimana belum terdapat aturan-aturan yang jelasmengenai MDK baik di tingkat kelompok maupunPekon serta belum ada lembaga pendukung lainyang berperan secara signifikan di dalamnya.Dalam hal penyuluh/fasilitator, sebagian besarmasyarakat menyatakan bahwa fasilitator telahmempunyai kemampuan memadai. Namundemikian, masyarakat Kubu Perahu menilai bahwapenyuluh belum mempunyai kemampuanmemadai dalam membangun kedekatan hubungan,fasilitasi membangun kemitraan, kemampuanteknis dan memberi saran atau masukan yangbermanfaat bagi mereka. Hal ini berkaitan dengan

Tabel 1. Kondisi dan Potensi Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu PerahuTable 1. Sukaraja and Kubu Perahu as Conservation Village Model location

Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )

(Locationof Region)

(Population)

(livelihood)

(landscape)

(Type of vegetation)

(Type of fauna)

(Type of ecosystem)

(Tourism)

(Non timber forest products)

(type of potention)

Page 6: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

178

demikian, masyarakat masih sulit untuk meng-aplikasikan dalam hal tindakan, yang berarti bahwadengan adanya pengetahuan, persepsi dan sikapyang baik tidak selalu memunculkan tindakan yangsesuai. Tindakan untuk menjaga dan melestarikankawasan tidak selalu muncul dari inisiatifmasyarakat sendiri, tetapi perlu didorong dandiarahkan oleh pihak lain. Selain itu masyarakatperlu merasakan adanya keuntungan bagi mereka.

Kemandirian dalam mengembangkan perilakudibidang ekonomi dimaksudkan agar masyarakatmempunyai pengetahuan, persepsi dan sikap sertakemampuan dalam meningkatkan ekonomi tanpamerusak kawasan. Sebanyak 56 persen respondentermasuk dalam kategori baik dan sangat baik.Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwamasih banyak (44 persen) masyarakat mempunyaikemandirian ekonomi dalam kategori sangatrendah dan atau rendah. Meskipun secara umummasyarakat mempunyai sikap dan persepsi baikterhadap cara-cara dalam meningkatkanpendapatan tanpa merusak kawasan, namunmereka belum mengetahui bagaimana meningkat-kan pendapatan dengan memanfaatkan potensidan peluang yang mereka miliki. Hal inilah yangmenyebabkan sikap dan persepsi tersebut belumsejalan dengan tindakan dalam kemandirianekonomi karena terbatasnya sarana prasarana,modal, dan jaringan kerja.

Pemberdayaan MDK, diharapkan juga mampumendorong masyarakat untuk mengembangkanperilaku kemandirian di bidang sosial budaya,dalam hal ini adalah ciri kehidupan bermasyarakatyang positif dan menunjang ke arah peningkatankesejahteraan masyarakat serta kelestariankawasan. Masyarakat pada umumnya setuju akanpentingnya mengembangkan potensi yang dimiliki,menaati aturan yang ada berkaitan pemanfaatanhutan tanpa merusaknya, bekerjasama danberadaptasi dengan perubahan yang terjadi disekitar mereka. Namun demikian, sebagian besarmasyarakat belum mengetahui bagaimana caranyasehingga berimplikasi pada kurangnya tindakan kearah tersebut. Dari hasil uji beda, terdapatperbedaan nyata dalam kemandirian ekologidimana masyarakat peserta pemberdayaan MDKdi Sukaraja cenderung mempunyai kemandirianyang lebih baik dalam bidang tersebut. Dengandemikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaanMDK di Sukaraja mempunyai hasil yang lebihpositif.

penilaian masyarakat terhadap proses pendamping-an, dimana pendampingan di Sukaraja berjalanlebih baik. Bentuk kegiatan, pengembanganjaringan kerja dan monitoring evaluasi dalam pem-berdayaan MDK di kedua pekon baik Sukarajamaupun Kubu Perahu juga berada dalam kategorirendah. Belum terjadi kesesuaian antara kebutuhan,hasil yang diharapkan dan kondisi lokasi denganbentuk kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan.

Menurut Page dan Czuba (1999), secara umum,pemberdayaan adalah proses multi-dimensi sosialyang membantu orang mendapatkan kontrol ataskehidupan mereka sendiri. Dalam perspektiflingkungan, pemberdayaan mengacu padapengamanan akses terhadap sumberdaya alam danpengelolaannya secara berkelanjutan (Riyanto,2005). Selama ini pemberdayaan dimaknai sempitoleh berbagai pihak, sehingga pendekatanpemberdayaan diterjemahkan terbatas padabantuan yang bersifat material (Herawati, 2012).Pendekatan pemberdayaan yang bersifatdimana masyarakat dianggap sebagai obyek,terbukti tidak mampu memberdayakan masyarakat,masyarakat tidak menjadi mandiri tetapi justrutergantung pada program-program pemberdayaan.Idealnya pemberdayaan mampu mengubah sasaranbaik secara individu, kelompok maupun masyarakatdari kondisi tidak berdaya ke kondisi berdaya danbermuara pada kondisi mandiri (Sumardjo, 2012).Masyarakat desa hutan yang sejahtera adalahmasyarakat yang mandiri dan mampu berfungsimeningkatkan kesejahteraannya, memeliharaketertiban sosial dan kelestarian lingkungannya(Effendi ., 2007). Ciri yang terlihat darimasyarakat mandiri adalah adanya kapasitas untukmengembangkan dan menerapkan pengaturan-pengaturan yang arif dalam pengelolaan hutan(Andri, 2002 diacu dalam Effendi ., 2007).

Sebagai masyarakat yang tinggal di sekitarkawasan konservasi, kemandirian dalam me-ngembangkan perilaku di bidang ekologi sangatpenting. Pada umumnya masyarakat mengetahuibahwa taman nasional merupakan kawasan yangdilindungi. Masyarakat juga menyetujui akanpentingnya melestarikan kawasan. Namun

B. Pelaksanaan Program Pemberdayaan

Dampak Program Pemberdayaan terhadapKemandirian Masyarakat

top down

et al

et al

C.

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 173 - 185

Page 7: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

179

kan, dalam hal ini program pemberdayaan.Kondisi masyarakat dengan asal etnis berbeda

menyebabkan mereka memiliki referensi tata nilaiyang berbeda pula, dan hal ini akan menyebabkanperilaku bervariasi terhadap sumberdaya alamtaman nasional. Kubu Perahu merupakan ,dimana masyarakat telah ada sebelum kawasanditetapkan sebagai taman nasional. Ketergantung-an yang kuat dengan kawasan berkaitan denganpemenuhan kebutuhan, paling tidak akan mem-pengaruhi mereka dalam memandang kawasan,bukan saja sebagai kawasan dilindungi tetapi jugaberkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan aksesmereka yang semakin terbatas, sedangkan di Sukaraja,meskipun merupakan etnis pendatang, tetapi merekatelah tinggal cukup lama di daerah tersebut, bahkansejak lahir. Mereka merasa sebagai masyarakatsetempat dan mempunyai tanggung jawab samaterhadap lingkungan. Dengan perkembangan yangada, masyarakat etnis asli justru terdorong untukmelakukan perambahan dalam kawasan karenamelihat kehidupan pendatang yang lebih sejahtera.

Interaksi dan akses masyarakat terhadap tamannasional merupakan faktor penting dalammengukur dampak pemberdayaan. Hal iniberkaitan dengan bagaimana kecenderungan

enclave

2. Hubungan interaksi dan akses terhadaptaman nasional dengan kemandirianmasyarakat

1. Hubungan karakteristik sosio-demografidengan kemandirian masyarakatHubungan karakteristik sosio-demografi

dengan kemandirian masyarakat disajikan dalamtabel berikut.

Hasil penelitian sebagaimana terangkum dalamtabel di atas menjelaskan bahwa umur, matapencaharian, dan jumlah tanggungan keluarga tidakberkorelasi dengan dampak pemberdayaan(kemandirian masyarakat). Pendidikan formal,pelatihan, pendapatan, kepemilikan lahan, asaletnis, keikutsertaan dalam kelompok danketerdedahan informasi mempunyai korelasi(signifikan dan atau sangat signifikan) dengankemandirian. Tingkat pendidikan akan berimplikasiterhadap pengetahuan, sedangkan pelatihan padadasarnya berkaitan erat dengan peningkatankapasitas masyarakat sehingga dapat mengelolakegiatan dengan lebih baik. Lahan merupakan asetsumberdaya, berkaitan dengan kemandirian,kepemilikan lahan akan mengurangi keter-gantungan terhadap kawasan hutan. Kemandiriansebagai dampak pemberdayaan juga didorong olehkeikutsertaan dalam kelompok dan keterdedahaninformasi. Masyarakat yang telah lama terlibatdalam kegiatan pemberdayaan dan aktif dalamkelompok cenderung mempunyai kemandirianyang lebih baik, sedangkan informasi, dapatmembuka wawasan dan mendorong untukmembuka diri terhadap perubahan yang ditawar-

Tabel 2. Hubungan/korelasi karakteristik sosio-demografi dengan kemandirianTable 2. Relation of socio-demographic characteristics toward sustainability

Koefisien Korelasi Kemandirian di Bidang( )Correlation coeficient in field ofSub Variabel

(Sub Variables)Ekologi(Ecology)

Ekonomi(Economy)

Sosial Budaya(Social-cultural)

Kemandirian(Self-reliance)

Umur (age) .074 -.014 .058 .032Pendidikan formal (education) .405** .295** .153 .286**

Pelatihan (training) .353** .491** .529** .544**

Mata pencaharian (livelihoods) .120 .013 .014 .046Pendapatan (income) .389** .362** .304** .385**

Kepemilikan lahan (land ownership) .143 .336** .154 .233*

Jumlah tanggungan keluarga (household size) .082 .150 .051 .097Etnis pemukim (etnic) .360** .063 .109 .204*

Keikutsertaan dalam kelompok (membership incommunity group)

.624** .395** .543** .570**

Keterdedahan informasi (information exposure) .357** .408** .597** .482**

Keterangan :*

( )

Korelasi signifikan pada α= 0.05 ( 0.05 )** Korelasi signifikan pada α= 0.01 ( 0.01 )

Remarks

correlations is significant at level sig. two tailedcorrelations is significant at level sig. two tailed

Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )

Page 8: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

180

perubahan dalam masyarakat yang tinggal disekitarkawasan dan sebagian besar berbatasan langsungdan berinteraksi dengan kawasan, sebagaihasil/dampak kegiatan pemberdayaan dalampemenuhan kebutuhan hidupnya. Interaksi positifdan akses bagi masyarakat dalam zona tertentu ditaman nasional diharapkan dapat meningkatkankemandirian mereka. Hasil penelitian disajikandalam tabel berikut:

Hasil penelitian menunjukkan adanya keeratanhubungan antara faktor interaksi dan aksesmasyarakat terhadap kemandirian masyarakatdalam mengembangkan perilaku di bidang ekologi,ekonomi dan sosial budaya. Tingkat ketergantung-an terhadap kawasan mempunyai korelasi sangatsignifikan dengan kemandirian dalam kategorikeeratan hubungan yang kuat. Hal ini berartibahwa semakin rendah tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap kawasan yang berarti semakinbaik inter-aksi masyarakat dengan kawasan, makaterdapat kecenderungan semakin baik pula tingkatke-mandiriannya.

Tuntutan pemenuhan kebutuhan dan keter-batasan lahan menyebabkan masyarakat me-manfaatkan kawasan hutan. Dengan adanyakegiatan pemberdayaan dan seiring kesadaranmasyarakat yang semakin baik, saat ini aktifitastersebut sudah berkurang, meskipun berbagaiaktifitas lain untuk memenuhi kebutuhan masihdilakukan, antara lain mengambil berbagai hasilhutan untuk memenuhi kebutuhan mulai darikebutuhan akan air, pakan ternak, kayu bakar,berburu, mengambil anggrek, tanaman obat.

Manfaat langsung keberadaan taman nasionalyang dirasakan oleh masyarakat mempunyaikorelasi sangat signifikan dengan keeratanhubungan kuat. Manfaat langsung yang dirasakanini berkorelasi positif dengan kemandirian. Hal ini

berarti semakin besar manfaat langsung yangdirasakan, maka diharapkan masyarakat akansemakin terdorong untuk mengembangkanperilaku kemandirian. Manfaat taman nasionalterdiri dari manfaat ekonomi, ekologi dan sosialbudaya. Namun demikian, sebagaimana di ketahuibahwa kebutuhan masyarakat di sekitar kawasantaman nasional adalah kebutuhan untuk waktusekarang. Berdasarkan hal tersebut, upaya untukmeningkatkan manfaat langsung yang dirasakanmasyarakat dengan adanya taman nasional perludipertimbangkan dalam pengelolaannya, sehinggaterjadi interaksi positif antara masyarakat dengankawasan. Selama ini TNBBS juga telah melakukanupaya tersebut, misalnya dengan pemanfaatansumber daya kawasan yang langsung dapatdirasakan manfaatnya oleh masyarakat sepertipemanfaatan air untuk mikrohidro, penanamanbatas kawasan dengan hijauan makanan ternak dansebagainya. Upaya ini perlu terus ditingkatkan,

Tabel 3. Hubungan interaksi dan akses terhadap taman nasional dengan kemandirian masyarakatTable 3. Correlation of interaction and access to national park toward community sustainability

Ketergantungan terhadap TNBBS (dependencecommunity toward BBSNP)

.461** .400** .487** .489**

Keterlibatan masyarakat dalam programpemberdayaan (community involvement to empowerment

program).623** .439** .566** .593**

Manfaat langsung TNBBS (perceived direct benefit

to BBSNP).591** .599** .603** .665**

Akses dalam kegiatan TNBBS (comunity accestoward BBSNP)

.703** .651** .780** .823**

Interaksi dan akses terhadap TNBBS(interaction and access toward BBSNP)

.745** .703** .780** .823**

Keterangan ( ):*

RemarksKorelasi signifikan pada α= 0.05 ( 0.05 )

** Korelasi signifikan pada α= 0.01 ( 0.01 )correlations is significant at level sig. two tailed

correlations is significant at level sig. two tailed

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 173 - 185

Koefisien Korelasi Kemandirian di Bidang( )Correlation coeficient in field ofSub Variabel

(Sub Variables)Ekologi(Ecology) Ekonomi

(Economy)Sosial Budaya(Social-cultural)

Kemandirian(Self-reliance)

Page 9: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

181

misalnya dengan pengembangan usaha produktifke arah aneka usaha kehutanan. Dengan demikianmasyarakat akan lebih merasakan manfaat langsungkawasan TNBBS, sehingga diharapkan kedekatandan rasa memiliki akan mendorong perilaku positifdalam meningkatkan kesejahteraan denganmempertimbangkan kelestarian kawasan.

Dalam penelitian ini keterlibatan dalam kegiatanpemberdayaan yang dilakukan oleh TNBBS mem-punyai korelasi positif sangat signifikan terhadapkemandirian. Keterlibatan masyarakat dalamkonteks penelitian ini lebih ditekankan pada di-mensi waktu, yaitu berapa lama responden terlibatdalam pemberdayaan masyarakat. Sebagaimanahasil penelitian Hashemi (1996) yang diacudalam Herawati (2012), bahwa lamanya respondenmenjadi anggota pemberdayaan berpengaruhsignifikan terhadap beberapa indikator pember-dayaan, seperti kemandirian dan keterlibatan dalampengambilan keputusan. Masyarakat yang telahlama terlibat dalam kegiatan pemberdayaan mem-punyai tingkat partisipasi dan kemandirian yanglebih baik dibandingkan dengan yang belum lamaterlibat. Hal ini dapat dipahami karena semakinlama masyarakat terlibat dalam kegiatan maka baikpengetahuan, wawasan, sikap dan tindakan merekaakan meningkat ke arah yang positif.

Dari hasil analisis, akses masyarakat dalamkegiatan taman nasional baik dalam kegiatanpemberdayaan maupun kegiatan-kegiatan tamannasional lainnya mempunyai korelasi positif sangatsignifikan dengan tingkat keeratan hubungansangat kuat dengan kemandirian masyarakat.Dengan demikian, dengan memperbesar aksesmasyarakat terhadap kegiatan-kegiatan tamannasional baik dalam hal pelestarian hutan maupunpemberdayaan diharapkan akan mendorongpartisipasi dan kemandirian masyarakat ke arahyang lebih baik.

Meningkatkan pemberian akses kepadamasyarakat dalam pengelolaan taman nasionalberarti memberikan kepercayaan dan tanggungjawab kepada masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya. Dalam pemberdayaan MDK, misalnyadengan fasilitasi penyuluh, masyarakat diberi aksesdalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan danmonitoring evaluasi. Dengan demikian masyarakatmempunyai akses terhadap semua proses dalampemberdayaan. Hal ini diharapkan akan mendorong masyarakat untuk merasa memiliki danmembutuhkan, dan bukan hanya sebagai objek

et al.

-

-

-

penerima. Secara keseluruhan interaksi dan aksesmasyarakat terhadap taman nasional mempunyaikorelasi sangat signifikan dengan kemandirian(r=0.823).

Pendekatan yang sesuai diharapkan dapatmengembangkan perilaku positif masyarakatsehingga tahu, mau dan mampu melaksanakankegiatan dalam rangka konservasi kawasan dansekaligus dapat bermanfaat bagi peningkatankesejahteraan masyarakat. Upaya ini salah satunyaditempuh melalui pemberian informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat dan mengajakmereka untuk selalu tanggap dan peduli terhadaplingkungan di sekitar mereka dalam hal ini TNBBS.

Dari hasil analisis, semua sub variabel dalampendekatan pemberdayaan mempunyai korelasipositif sangat signifikan dengan kemandirian.Adanya korelasi tersebut mengindikasikan bahwapemberdayaan akan berdampak positif denganditerapkannya pendekatan pemberdayaan yangtepat. Hubungan pendekatan pemberdayaandengan kemandirian masyarakat disajikan dalamTabel 4.

Faktor kesepahaman mempunyai korelasipositif sangat signifikan dengan tingkat keeratanhubungan yang kuat dengan kemandirianmasyarakat. Kesepahaman dalam konteks iniadalah upaya sosialisasi yang dilakukan oleh pihakpengelola berkaitan dengan MDK dan seberapajauh masyarakat sasaran memahaminya. Hal iniberarti bahwa semakin masyarakat memahamimengenai kegiatan dimana mereka terlibat didalamnya, maka dapat diharapkan semakin besarpula partisipasi serta kemandirian mereka.

Pemberdayaan masyarakat daerah penyanggasekitar TNBBS tidak hanya untuk meminimalisirterjadinya kerusakan sumberdaya hutan danekosistemnya akibat perambahan dan tindak ilegallainnya namun juga diarahkan sebagai upaya untukmemberikan kesempatan, kemudahan dan fasilitasipada masyarakat agar secara mandiri tau, sadar,mau dan mampu mengembangkan potensi yangdimiliki dengan senantiasa memperhatikan upayapelestarian sumberdaya alam dan lingkunganhidupnya.

Partisipasi bagi TNBBS adalah mengupayakandan mengakomodir hal tersebut berdasarkan

D. Upaya Penyempurnaan Program Pember-dayaan Melalui Pendekatan Pemberdayaan

Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )

Page 10: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

182

pengakuan bahwa masyarakat memiliki potensipengetahuan, kemampuan serta kearifan untukmemanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.TNBBS mencoba memberi tanggungjawab melaluipemberdayaan sebagai bentuk partisipasimasyarakat sekitar. Namun demikian masyarakattidak selalu berpijak dari hal yang sama. Adanyaketergantungan yang relatif tinggi dari masyarakatterhadap pendampingan mengindikasikanmasyarakat belum siap untuk diberi tanggung jawabitu. Di samping itu masih banyak masyarakat yangmenganggap kegiatan MDK sebagai kewajiban daripemerintah atau kompensasi semata dari pihakTNBBS karena masyarakat tidak boleh merusakhutan, pemusnahan tanaman pada lahanperambahan ataupun imbalan atas perilaku merekadalam membantu program TNBBS. Adanyapandangan demikian paling tidak akan mem-pengaruhi masyarakat terutama dalam keikut-sertaan mereka dalam program terkait denganapakah mereka menganggap pemberdayaan sebagaiproyek semata ataukah sudah menjadi kebutuhan.

Kelembagaan mempunyai korelasi positifsangat signifikan dengan keeratan hubungan yangkuat. Kelembagaan dalam hal ini meliputi ke-lembagaan internal dalam MDK termasuk aturan-aturan yang jelas mengenai pelaksanaannya mau-

pun adanya lembaga lain yang mendukung. Dalamkegiatan pemberdayaan, termasuk MDK, dimanakawasan mempunyai wilayah lintas provinsi danjuga kompleksitas permasalahan hutan denganmasyarakat sendiri, maka diharapkan pelaksana-annya mendapat dukungan bukan saja dari pihakpengelola tetapi juga lembaga ataupun instansi lainyang terkait dengan kegiatan pemberdayaan.

Selain itu, peran penyuluh sebagai fasilitator/penyuluh sebagai mata rantai komunikasi yangmenghubungkan sistem sosial yang mempeloporiperubahan atau sumber informasi dengan sistemsosial masyarakat yang dibinanya menunjukkanadanya hubungan positif sangat signifikan dengantingkat keeratan hubungan kuat dengan kemandiri-an. Dalam konteks ini korelasi tersebut berkaitandengan kemampuan yang dimiliki fasilitator,meliputi kedekatan dengan masyarakat, kemampu-an dalam membangun kesepakatan bersama, me-ngembangkan hubungan dan membangun kemitra-an, memberikan saran, masukan dan informasibermanfaat serta keterampilan teknis yang dimiliki.

Proses pembelajaran dalam pendampinganyang berjalan baik merupakan kunci keberhasilanp r o g r a m . B e r d a s a r k a n h a s i l a n a l i s i s ,pendampingan mempunyai hubungan positifsangat signifikan dengan tingkat keeratan

Tabel 4. Hubungan pendekatan pemberdayaan dengan kemandirian masyarakatTable 4. Correlation of empowerment approach toward community sustainability

Kesepahaman (understanding) .625** .437** .537** .575**

Kelembagaan (organizational) .416** .395** .330** .435**

Fasilitator (facilitator) .656** .603** .705** .717**

Pendampingan (assistance) .635** .727** .694** .777**

Bentuk kegiatan pemberdayaan (form of

empowerment activity).539** .720** .600** .708**

Jejaring kerja dan kemitraan (networking) .449** .541** .530** .567**

Monitoring dan evaluasi (monitoring and

evaluation).402** .523** .550** .565**

Pendekatan pemberdayaan (empowermentapproach)

.712** .771** .781** .842**

Keterangan :*Korelasi signifikan pada α= 0.05 ( 0.05 )** Korelasi signifikan pada α= 0.01 ( 0.01 )

(Remarks)

correlations is significant at level sig. two tailedcorrelations is significant at level sig. two tailed

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 173 - 185

Koefisien Korelasi Kemandirian di Bidang( )Correlation coeficient in field ofSub Variabel

(Sub Variables)Ekologi(Ecology) Ekonomi

(Economy)Sosial Budaya(Social-cultural)

Kemandirian(Self-reliance)

Page 11: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

183

hubungan sangat kuat dengan kemandirianmasyarakat. Pendampingan dalam hal ini meliputikeberlanjutan interaksi dengan masyarakat,kesesuaian tujuan pember-dayaan MDK denganmasyarakat, proses komunikasi, manfaat yangdicapai dan pembelajar-an yang terjadi dalampemberdayaan MDK. Di sada r i bahwapemberdayaan MDK bukanlah kegiatan yangbersifat instan. Pendampingan tidak bisa sertamerta berhenti ketika proyek selesai, tetapi harusberkelanjutan mulai dari tahap prakondisi,persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi sehinggamasyarakat memiliki kemandirian yang mantap.

Dari hasil penelitian, masyarakat mempunyaiketergantungan terhadap pendampingan. Adanyaketergantungan yang relatif tinggi dari masyarakatterhadap pendampingan mengindikasikanmasyarakat belum siap untuk menerima tanggungjawab dalam kegiatan pemberdayaan. Sebagianmasyarakat menganggap bahwa programpemberdayaan adalah kewajiban pemerintah ataukompensasi ataupun imbalan atas perilaku merekakarena tidak boleh masuk/mengganggu kawasan.

Selain itu, masyarakat sebagai penerima manfaatkegiatan pemberdayaan bukan hanya dihadapkanpada masalah keterbatasan sumberdaya, tetapi jugamasalah modal, pemasaran, kelembagaankelompok, kemitraan keahlian teknis dansebagainya. Dengan demikian pendampingan perludilakukan secara berkelanjutan untuk meng-antisipasi dan memotivasi masyarakat untuk me-mecahkan masalah keterbatasan tersebut. Semakinbaik pendampingan yang dilakukan, maka di-harapkan akan semakin efektif kegiatan pem-berdayaan.

Bentuk kegiatan pemberdayaan mempunyaikorelasi positif sangat signifikan dengan tingkatkeeratan hubungan yang kuat dengan kemandirianmasyarakat. Dalam konteks penelitian ini, bentukkegiatan pemberdayaan yang seimbang dalambentuk fisik, didukung oleh peningkatan kapasitassesuai dengan kebutuhan masyarakat, penguatankelembagaan, dan penguatan jaringan kemitraanserta monitoring dan evaluasi sesuai dengan yangdibutuhkan masyarakat sasaran serta kondisi lokalsetempat diharapkan dapat mendukung keber-hasilan pemberdayaan.

Masyarakat Sukaraja pada umumnya meng-harapkan kegiatan peningkatan kapasitas melaluipelatihan-pelatihan agar dapat mengelola kegiatandengan lebih baik, sedangkan masyarakat Kubu

Perahu mengharapkan adanya kegiatan yang sesuaidengan potensi yang mereka miliki. Saat inikegiatan MDK di Kubu Perahu difokuskan padakegiatan budidaya ikan dengan pertimbanganpersediaan air yang melimpah. Kegiatan inimerupakan bentuk kegiatan yang telah disetujuioleh masyarakat. Namun dalam perkembangannyaketika ternyata budidaya ikan tidak memberikanhasil sesuai yang diharapkan, masyarakat tidakbersemangat lagi mengerjakannya dan mulaimelirik kegiatan lain yang lebih menjanjikan secaraekonomis. Bukan tidak mungkin, kondisi demikianakan mendorong masyarakat untuk kembalimelakukan tindakan ilegal terhadap hutan. Dengandemikian meskipun keputusan jenis bantuanberdasarkan atas permintaan masyarakat, tetapitetap harus dikaji lebih lanjut bagaimana prospekke depan, kendala yang harus dihadapi,pengaruhnya terhadap masyarakat, bagaimanapemasarannya dan sebagainya.

Jejaring kerja dan kemitraan mempunyaihubungan positif sangat signifikan dengan tingkatkeeratan hubungan yang kuat dengan kemandirianmasyarakat. Hal ini berarti bahwa denganpengembangan jejaring kerja dan kemitraan yangbaik diharapkan kegiatan pemberdayaan akan lebihefektif. Sebagaimana telah disebutkan bahwamasyarakat mempunyai keterbatasan dalamberbagai hal, oleh karenanya mereka perlupendampingan. Pendamping, dalam hal inipenyuluh juga mempunyai keterbatasan, yangdalam penelitian ini terutama adalah dalam haljumlah dan tenaga serta keahlian teknis.

Keterbatasan bukan hanya aset sumberdayaalam termasuk lahan tetapi juga sering berbagaiketerbatasan lainnya seperti keterbatasan skalausaha, manajemen, modal, teknologi, keahlian danpemasaran. Sementara itu, biasanya aset teknologi,permodalan dan manajemen yang baik dimilikioleh sektor ekonomi skala besar, sektorperbankan/lembaga keuangan dan sejenisnya.Kondisi demikian memerlukan koordinasi yangbaik dalam menjalin kemitraan dan jaringan kerjaagar dapat mengantisipasi keterbatasan yang ada.

Monitoring dan evaluasi memiliki korelasipositif sangat signifikan dengan tingkat keeratanhubungan yang kuat dengan kemandirianmasyarakat. Dengan melaksanakan monitoringdan evaluasi maka diharapkan akan lebihmendorong kegiatan agar lebih terarah dan sesuaidengan tujuan.

Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )

Page 12: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

184

Dengan demikian faktor pendekatan pember-dayaan secara keseluruhan mempunyai korelasisangat signifikan dengan kemandirian (r=0.842).

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan ModelDesa Konservasi (MDK) di TNBBS secara umumdapat dikatakan telah memberikan dampak bagikemandirian masyarakat meskipun belum optimalsebagaimana diharapkan. Kemandirian masyarakatdalam mengembangkan perilaku kemandirian dibidang ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalamaspek kognitif, afektif dan psikomotorik beradadalam kategori baik. Hal ini berarti bahwamasyarakat menjadi lebih tau, mau dan mampumelaksanakan berbagai hal positif terkaitkelestarian kawasan dan peningkatan kesejahteraanmereka.

Faktor-faktor yang mempunyai korelasi/hubungan dengan kemandirian masyarakat adalahsebagai berikut: (1) Karakteristik sosio-demografiyang terdiri dari pendidikan formal, pelatihan,pendapatan, kepemilikan lahan, asal etnis,keikutsertaan dalam kelompok, dan keterdedahanterhadap informasi mempunyai korelasi positifsangat signifikan kemandirian, sedangkan umur,mata pencaharian, dan jumlah tanggungan keluargatidak mempunyai korelasi dengan kemandirian; (2)Interaksi dan akses terhadap taman nasional, secarakeseluruhan mempunyai korelasi positif sangatsignifikan dengan kemandirian; dan (3) Pendekatanpemberdayaan yang dilakukan oleh TNBBSmempunyai korelasi positif sangat signifikandengan kemandirian.

Adanya korelasi antara karakteristik sosio-demografi, interaksi dan akses terhadap tamannasional serta pendekatan pemberdayaan terhadapkemandirian masyarakat sebagai dampak kegiatanpemberdayaan MDK di TNBBS, mengindikasikanbahwa meningkatkan pemahaman terhadapberbagai faktor tersebut serta menerapkan pen-dekatan pemberdayaan yang sesuai, merupakan halpenting dan relevan dalam upaya meningkatkandampak positif pemberdayaan MDK di TNBBS.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

A.

B.

Upaya untuk meningkatkan kemandiriansebagai dampak pemberdayaan MDK di TNBBSdapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) Melaksanaan tahap-tahappengembangan MDK mulai dari prakondisi,persiapan dan perencanaan, pelaksanaan,monitoring dan evaluasi; (2) Melaksanakankoordinasi, sosialisasi dan pendampingan secaraintensif dan berkesinambungan; (3) Meningkat-kan bentuk kegiatan untuk meningkatkanpengetahuan substansif yang relevan dan tidakhanya bantuan dalam bentuk fisik; (4) Meningkat-kan manfaat langsung TNBBS bagi masyarakatmelalui pengembangan hasil hutan non kayu danusaha produktif bidang kehutanan; (5) Me-ngembangkan upaya melibatkan masyarakat dalampengelolaannya, sesuai dengan zona yang telahditetapkan; (6) Optimalisasi fungsi lembaga pe-nelitian, untuk mengembangkan inovasi danmenciptakan kreativitas baru berkaitan denganpengelolaan usaha berbasis kehutanan; dan (7) Bagimasyarakat, upaya pemberdayaan hendaknyadidukung melalui peran aktif sehingga peningkat-an akses timbal balik dapat mencapai tujuan(dampak positif) yang diharapkan.

Agbogidi OM., Okonta, BC., Dolor, DE. 2005.Participation of Rural Women in SustainableForest Management and Development.Okoko E (inputs), Adekline V, Adeduntan S(editors). Environment Sustainability andConserve in Nigeria: 264-270. Akure. Jubee -Niyi Publisher.

Agbogidi, OM., Ofuoku, AU. 2009. ForestryExtension: Implications for ForestProtection [review]. International Journal ofBiodiversity and Conservation 1 (5): 98-104.

Borrini-Feyerabend, G., Kothari, A., Oviedo, G.2004. Indigenous and Local Communitiesand Protected Areas Towards Equity andEnhanced Conservation (Guidance onPolicy and Practice for Co-managedProtected Areas and Community ConservedAreas). Bassi M (inputs); Phillips A(Editor). World Commission on ProtectedAreas (WCPA). IUCN - The World

DAFTAR PUSTAKA

et al.,

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 3 September 2013, Hal. 173 - 185

Page 13: DAMPAK PROGRAM PEMBERDAYAAN MODEL DESA …_dkk.pdf · 175 di sekitar kawasan konservasi, dengan mem-perhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. MDK

185

Conservation Union. Best Practice ProtectedArea Guidelines Series 11.

[BTNBBS] Balai Besar Taman Nasional BukitBarisan Selatan. 2010. Penyusunan MasterPlan Penanganan Perambahan TNBBSTanggamus-Lampung: Balai Besar TNBBS.

[BTNBBS] Balai Besar Taman Nasional BukitBarisan Selatan. 2011. Statistik TamanNasional Bukit Barisan Selatan tahun 2010Tanggamus - Lampung: Balai Besar TNBBS.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta:Departemen Kehutanan.

. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor56/Menhut-II/2006 tentang PedomanZonas i Taman Nas iona l . Jaka r t a :Departemen Kehutanan.

. 2009. Laporan Nasional Pelaksanaan Model DesaKonservasi (MDK). Bogor: DirektoratPemanfaatan Jasa Lingkungan dan WisataAlam (PJLWA), Direktorat Jenderalperlindungan Hutan dan Konservasi Alam,Departemen Kehutanan.

Effendi, R., Bangsawan, I., Muttaqin, MZ. 2007.Kajian Pola-Pola Pemberdayaan MasyarakatSekitar Hutan Produksi dalam MencegahIllegal Logging. Jurnal Penelitian Sosial danEkonomi Kehutanan 4(4):321- 340

Guthiga, PM. 2008. Understanding LocalCommunities Perceptions of Existing ForestManagement Regimes of a KenyanRainforest. International Journal of SocialForestry (IJSF) 1(2):145-166.

Herawati, T. 2012. Manajemen SumberdayaKeluarga dan Ketahanan Keluarga PesertaPemberdayaan Masyarkat di Pedesaan (Kasusdi Kabupaten Bogor) [disertasi]. Bogor:Sekolah Pascasarjana, Institut PertanianBogor.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2011a.Pe d o m a n U m u m Pe n g e m b a n g a nPerhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis

.

Konser vas i . Jakar ta : Kementer ianKehutanan.

. 2011b. Peraturan Menteri Kehutanan RepublikIndonesia Nomor: P. 16/Menhut-II/2011tentang Pedoman Umum Program NasionalPemberdayaan Masyarakat MandiriKehutanan . Jakar ta : Kementer i anKehutanan.

Kinnaird, MF., Sanderson, EW., O'Brien, TG.,Wibisono, HT., Woolmer, G. 2003.Deforestation Trends in a TropicalLandscape and Implications for EndangeredLarge Mammals. Conservation Biology 17:245-257.

Page, N., Szuba, CE. 1999. Empowerment: What isit? [commentary] 37( 5).

Riyanto, B. 2005. Pemberdayaan MasyarakatSekitar Hutan dalam Perlindungan KawasanPelestarian Alam. Bogor: LembagaPengkajian Hukum Kehutanan danLingkungan. 2005.

Robertson, J., Lawes, M. 2005. User Perceptions ofC o n s e r va t i o n a n d Pa r t i c i p a t o r yManagement of Igxalingenwa Forest, SouthAfrica. Environmental Conservation32(1):64-75.

Santosa, I. 2004. Pemberdayaan Petani TepianHutan Melalui Pembaharuan PerilakuAdapatif [disertasi]. Bogor: SekolahPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo. 2012. Review dan Refleksi ModelPenyuluhan dan Inovasi Penyuluhan MasaDepan [makalah]. Seminar NasionalMembangun Penyuluhan Masa Depan yangBerkeadilan dan Menyejahterakan, 20Februari 2012. Bogor: Ilmu PenyuluhanPembangunan, Sekolah Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.

Wiggins, S., Marfo, K., Anchirinah, V. 2004.Protecting the Forest or the People?Environmental Policies and Livelihoods inthe Forest Margins of Southern Ghana.World Development 32(11):1939-1955.

Journal of Extension

Dampak Program Pemberdayaan Model Desa Konservasi terhadap Kemandirian Masyarakat: ..... Ristianasari, Pudji Muljono, Darwis S. Gani( & )


Recommended