Date post: | 16-Jul-2015 |
Category: |
Health & Medicine |
Upload: | nisha-althaf |
View: | 245 times |
Download: | 7 times |
PHARMACOLOGY ASSIGNMENT
DIURETIK
Dosen : Marianne
Hafid Syahputra (1315010
Tuty Rahayu (131501006)
Nabila Arlis (131501123)
Nurul Anisha Hakim
(131501128)
Seri Pati (131501129)
Kelas 4A
Sejarah Diuretik
pengertian diuretik
fungsi dari diuretik
klasifikasi diuretik
Indikasi dari Diuretik
efek samping penggunaan Diuretik
Penggunaan diuretik dalam pengobatan medisdilakukan untuk untuk memobilisasi cairanudem, yang berarti mengubah keseimbangancairan sedemikian rupa sehingga volume cairanekstra sel kembali menjadi normal.
Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikansebagai terapi sirosis hati, asites , sindromnefritis, dan toksemia gagal ginjal.
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang
berarti merangsang berkemih atau
merangsang pengeluaran urin.
Diuretik ialah obat yang dapat menambah
kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis memiliki dua pengertian,
ialah menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat
terlarut dan air.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edematelah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik.
1930 Swartz menemukan bahwasulfanilamide sebagai antimikrobial dapat jugadigunakan untuk mengobati edema pada pasienpayah jantung, yaitu dengan meningkatkaneksresi dari Na+. Diuretik modern semakinberkembang sejak ditemukannya efek sampingdari obat-obat antimikroba yang mengakibatkanperubahan komposisi dan output urine.
Ginjal mengontrol volume ECF dengan menyesuaikan eksresi NaCldan H2O
Tiap ginjal memfiltrasi lebih dari 22 mol Na. Untuk menjagakeseimbangan NaCl , sekitar 3 lbs NaCl harus direabsorpsi olehtubulus ginjal per hari.
Tekanan darah dipengaruhi volume ECF
Jika intake NaCl > output maka akan terjadi edema. Contohnyapada gagal jantung kongestif, gagal ginjal.
Reabsorpsi Na+ terjadi di membran basolateral (blood side) dariepitel nephron, dibantu terutama oleh Na+K+ATP-ase
Pertukaran 1 mol Na+ dengan 2 mol K+ membutuhkan energisehingga konsentrasi
Na+ harus rendah dan K+ harus tinggi di intraseluler.
Pada luminal side epitel nephron, transpor Na+ terjadi secara pasif,mengikuti gradien elektrokimia dari lumen ke dalam sel. Mekanismeinilah yang menjadi dasar fisiologi dari diuretik.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darahke dalam glomeruli.
Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagaisaringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,garam dan glukosa.
filtrat mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil.
Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+
Zat-zat dikembalikan pada darah yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak
berguna tidak diserap kembali
filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu
saluran pengumpul (ductus coligens)
Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih
dan ditimbun sebagai urin.
PEMBAGIAN DIURETIKA
D
I
U
R
E
T
I
K
A
Preparat
Baru
Preparat
Lama
Turuan Xantin : Kafein, teofilin, teobromin
Karbonik Anhidrase Inhibitor
Osmodiuretika : gliserin, mannitol, sorbitol
Turunan Raksa
High ceiling
Low ceiling
Diuretika loop
of Henle
Tipe I: Asam etakrinat
Tipe II: Furosemida
Tiazida dan Analog Tiazida
Hemat KaliumAntagonis Aldosteron
Tur Sikloamidin
Minyak Atsiri
Diuretik Osmotik
Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal
Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapatmeningkatkan ekskresi natrium dan air.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahanmetabolik.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid
Diuresis osmotik merupakan zat yang secara
farmakologis lembam, seperti manitol (satu
gula). Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik
akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh
ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi
gula tersebut terjadi.
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
Tubuli proksimal◦ Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
Ansa enle Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
Duktus Koligentes Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus
Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain
mekanisme :
manitol sebagai diuretik
osmotik yang non-
metabolizable akan difiltrasi
ke dalam lumen tubulus
sehingga meningkatkan
osmolalitas carian tubulus.
Hal ini berakibat terjadinya
ketikdakseimbangan
reabsorpsi cairan, sehingga
Eksresi air yang meningkat
(disertai dengan ion Na+)
Farmakokinetik :
Diberikan melalui i.v. dan bekerja dalam sepuluh menit; apabila diberikan secara p.o. dapat menyebabkan diare osmotik (tidak diabsorpsi dengan baik oleh usus). Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal t1/2 berkisar 1.2 jam.
Indikasi Manitol digunakan misalnya
untuk :
1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita ikterus berat
2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan serebrospinal
3. Meningkatkan volume urine
4. Menurunkan tekanan intra-kranial
KontraindikasiToksisitas
Manitol dikontraindikasikan
pada penyakit ginjal dengan
anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi
hebat dan perdarahan
intrakranial kecuali bila akan
dilakukan kraniotomi. Infus
manitol harus segera
dihentikan bila terdapat
tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif,
payah jantung atau kongesti
paru.
*Ekspansi cairan
ekstraseluler & hiponatremia
menimbulkan :
- gagal jantung kongestif
- edema paru
* sakit kepala
* mual & muntah
* Dehidrasi
* hipernatremia
Efek samping.
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif
Sediaan dan dosis
Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam.
Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.Untuk mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50-100g.
Inhibitor karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi
CO2 + H2O ↔ H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam
sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit
dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini dapat
dihambat aktivitasnya oleh : sianida, azida, dan sulfida
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan
membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik
(misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus
proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat
(hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini
meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik
ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Aksi mekanisme : bikarbonat banyak diabsorpsi pada tubulus proksimal.
Ion H+ dikeluarkan dari lumen yang akan bergabung dengan bikarbonat (HCO3-) menjadi H2CO3 yang kemudian diuabah menjadi CO2 dan H2O (dikatalisator oleh karbonik anhidrase). CO2 berdifusi ke tubulus proksimal dimana akan bergabung dengan H2O dan menjadi H2CO3 membentuk H+ dan HCO3-.
HCO3- keluar dari tubulus proksimal melalui pembuluh darah dimana H+ dikeluarkan menuju lumen tubulus. Hal ini meyebabkan penyerapan dari HCO3-. Apabila aktifitas CA dihambat, akan menyebabkan pengurangan reabsorpsi dan keluar dari tubulus proksimal dalam jumlah besar. Karena Na+ kation terbanyak dalam cairan di tubulus proksimal, dimana akan bergabung dengan HCO3- keluar dari tubulus proksimal. Pada nefron distal, Na+ banyak diabsorpsi (tidak seperti HCO3-) dan untuk pertukaran K+. Untuk itu asetazolamid menyebabkan peningkatan dari HCO3-, K+ pada urine.
Beberapa hipotesis telah dikemukakan untukmenjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.
a. Karena struktur gugus sulfomil mirip dengan
asam karbonat, diuretika yang mengandung gugus
sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida,
dapat menghambat enzim karbonik anhidrase
dan antagonis ini bukan tipe kompetitif.
b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa adanya atom nitrogen pada gugus
sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat
bereaksi dengan karbonik anhidrase dan menghambat kerja
enzim.
Hubungan struktur-aktivitas
a. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonikanhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan disubstitusipada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas diuretikkarena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.
b. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid)dapat meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa kerjaobat. Hal ini disebabkan karena metazolamid mempunyai kelarutandalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada tubulusmenjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar.Metazolamid mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besardibanding asetazolamid.
c. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secaraumum akan menurunkan aktivitas. Deasetilasi akanmenurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus alkil padarantai asetil akan meningkatkan toksisitas.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Asetazolamid Farmakodinamika:
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada. Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid.
Farmakokinetik :
Indikasi: Asetazolamid diberikan per oral.
Asetozalamid mudah diserap melalui
saluran cerna, kadar maksimal dalam
darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi
melalui ginjal sudah sempurna dalam 24
jam. Obat ini mengalami proses sekresi
aktif oleh tubuli dan sebagian
direabsorpsi secara pasif.
Asetazolamid terikat kuat pada karbonik
anhidrase, sehingga terakumulasi dalam
sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.
Distribusi penghambat karbonik
anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh
ada tidaknya enzim karbonik anhidrase
dalam sel yang bersangkutan dan dapat
tidaknya obat itu masuk ke dalam sel.
Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui
urin.
Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.
Efek Samping dan
kontraindikasi Sediaan Pada dosis tinggi dapat timbul
parestesia dan kantuk yang terus-menerus.
Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.
Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.
Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.
Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percobaan
obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
Asetazolamid tersedia
dalam bentuk tablet 125
mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.
Metazolamid
Dianjurkan sebagai penunjang
pada pengobatan glaukoma
kronik. Penurunan tekanan
intraokuler terjadi 4 jam setelah
pemberian oral, dengan efek
puncak dalam 6-8 jam, dan
masa kerja 10-18 jam. Dosis
untuk pengobatan glaukoma :
50-100 mg 2-3 dd.
Aktivitas diuretiknya samadengan metazolamid,digunakan untukpengobatan glaukoma danmengontrol seranganepilepsi. Dosis sebagaidiuretik dan untukpengobatan glaukoma : 25-100 mg 2-4 dd.
Mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih
besar dibanding asetazolamid, digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan
epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ±
2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-
12 jam. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan
glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.
Tiazid dan Derivatnya
Merupakan saluretik, yang dapat menekan absorpsikembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini jugameningkatkan ekskresi ion K+, Mg++ dan HCO3- danmenurunkan ekskresi asam urat.
Diuretik turunan tiazid terutama digunakan untukpengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantungdan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karenadapat mengurangi volume darah dan secara lengsungmenyebabkan relaksasi otot polos arteriola.
Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin, untukpengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi.Diuretika turunan tiazid menimbulkan efek sampinghipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan.Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja padabagian awal tubulus distal (nefron).
Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yangmeningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,kalium hilang dan kalsium ditahan.
Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagaljantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidusnefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
Tempat Kerja Tiazid : Hulu tubuli distal denganPenghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida.
Mekanisme kerja : tiazid mencegah perpindahan Na+ dan Cl-pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memilikiaksi yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisinefron lebih sedikit menyerap Na+ dibandingkan lapisantubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun,maka lebih sedikit cairan yang sampai pada tubulus distaldan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal inimenyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensiginjal.
Tiazid dapat menyebabkan kontraksi volume dimana dapatmenyebabkan reabsorpsi dari cairan dan larutan. Tiazidmenyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asamurat pada tubulus proksimal, sehingga menyebabkanterjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.
Mekanisme kerja :
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.
Indikasi Efek samping
Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan
sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.
Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal
atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas dan kelainan darah.
2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang laten.
3. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme yang tidak diketahui.
4. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung megurangi aliran darah ginjal.
Toksisitas * Alkalosis metabolik hipokalemia &
hiperurisemia
* Toleransi gangguan karbohidrat _ hiperglikemia
* Hiperlipidemia
* Hiponatremia
* Reaksi alergi
* Lain :
- lemah
- rasa capek/lelah
- parastesia
- impotensi
Hidroklortiazid (H.C.T), Merupakan obat pilihan untukmengontrol sembab jantung dan sembab yang berhubungandengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen.Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan,kadang-kadang dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi,seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau β-bloker, sepertiasebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam setelahpemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4jam, dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65%dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-samamakanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrolhipertensi : 25-50 mg 1-2 dd.
Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretikyang lebih tinggi dan masa kerja yang lebuh panjang (± 18 jam)dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan untukmengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrolsembab : 5 mg 1 dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.
Xipamid (diurexan),
Merupakan diuretik dengan efek
antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi
yang moderat dan berat serta untuk
mengatasi sembab yang berhubungan
dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan
rematik. Masa kerja antihipertensinya ± 24
jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis:
10-40 mg/hari.
Indapamid (natrilix),
Merupakan diuretik dengan efekantihipertensi yang kuat, digunakanuntuk pengobatan hipertensi yangringan dan moderat.
Indapamid dapat menurunkankontraksi pembuluh darah sel ototpolos karena mempengaruhipertukaran ion antar membran,terutama Ca, dan merangsangsintesis prostaglandin PGE,sehingga terjadi vasodilatasi danefek hipotensi.
Absorpsi indapamid dalam salurancerna cepat dan sempurna, kadardarah tertinggi dicapai 1-2 jamsetelah pemberian oral, dan ± 79%obat terikat oleh plasma protein.Waktu paro eliminasinya ± 15-18jam. Dosis : 2,5 mg/hari.
Klopamid,
Merupakan diuretikdengan efek antihipertensiyang kuat, digunakanuntuk pengobatanhipertensi yang ringandan moderat.
Absorpsi klopamid dalamsaluran cerna cepat dansempurna, ± 40-50%, obatterikat oleh plasma protein dengan waktu paroeliminasi ± 6 jam. Dosis : 5 mg/hari.
Klortalidon (hygroton),
Merupakan diuretik kuat dengan masakerja panjang (±48-72 jam). Klortalido jugadipergunakan untuk hipertensi ringan,kadang-kadang dikombinasi dengan β-bloker,seperti atenolol(tenoretik) dan oksprenolol(transitensin).
Absorpsi klortalidon relatif lambat dan tidaksempuna, waktu paro absorpsi ± 2-6 jam,kadar darah maksimal dicapai setelah ± 2-4jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam seldarah merah sehingga mempuyai wktu paroplasma cukup panjang ± 35-60 jam. Dosisoral untuk diuretik : 50-100 mg, 3 kali perminggu, sesudah makan pagi. Dosis untukmengotrol hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.
Loop DiuretikDiuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium,
klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.
Bekerja menghambat reabsorbsi ion-ion Na, Cl dan peningkatan ekskresi ion K, Ca, Mg pada Loop Henle sehingga efeknya lebih kuat. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretikuat mempunyai mula kerja dan lama kerjayanglebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun
a. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPaseb. Penghambatan atau pemindahan siklik-
AMPc. Penghambatan glikolisis.
Farmakokinetik Efek samping
Ketiga obat mudah diserap melalui
saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid
65 % sedangkan bumetanid hamper
100%.
Diuretic kuat terikat pada protein plasma
secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi
di glomerulus tetapi cepat sekali
disekresi melalui system transport asam
organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3
dari asam etakrinat yang diberikan
secara IV diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan
senyawa sulfhidril terutama sistein dan
N-asetil sistein.
Sebagian lagi diekskresi melalui
hati.sebagian besar furosemid diekskresi
dengan cara yang sama, hanya sebagian
kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira
50% bumetanid diekskresi dalam bentuk
asal, selebihnya sebagai metabolit.
Efek samping asam etakrinat dan
furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit yang sering terjadi
2. Efek samping yang tidak
berhubungan dengan kerja
utamanya jarang terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering
terjadi dengan asam etakrinat
daripada furosemid.
Tidak dianjurkan pada wanita
hamil kecuali bila mutlak
diperlukan.
Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karenaganguan saluran cerna
yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untukpengobatan udem akibat
gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan
IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan),
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparatsuntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari.Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6mg/kgBB.
Bumetanid(burinex),
Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan
dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal
per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam
bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM
dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3
jam maksimum 10mg/kg.
Toksisitas
* Alkalosis metabolik hipokalemia
* Ototoksisitas
* Hiperurisemia
* Hipomagnesemia
* Reaksi alergi
* Dehidrasi
DIURETIK Hemat kaliumDiuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine. Termasuk dalam kelompok obat ini adalah (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta (2) Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).
Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik rigan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distal dengan cara memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikanbersama-sama dengan diuretik turunan tiazid.
Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresiion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi danmenimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efeksamping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes danpirai, sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
Mekanisme kerjaDiuretik hemat kalium bekerja pada saluran
pengumpul, dengan mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.
Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.
Efek samping Efek toksik yang paling utama dari spironolakton
adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna
Indikasi: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.
Sediaan dan dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Triamteren dan Amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan
klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi
bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren
menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium
di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid
jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebihmudah larut
dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren
melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral.
Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam.
Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan
efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24
jam.
Efek samping Indikasi
Efek toksik yang paling
berbahaya dari kedua obat
ini adalah hiperkalemia.
Triamteren juga dapat
menimbulkan efek samping
yang berupa mual, muntah,
kejang kaki, dan pusing.
Efek samping amilorid yang
paling sering selain
hiperkalemia yaitu mual,
muntah, diare dan sakit
kepala.
Bermanfaat untuk
pengobatan beberapa
pasien udem. Tetapi obat ini
akan bermanfaat bila
diberikan bersama dengan
diuretik golongan lain,
misalnya dari golongan
tiazid
1 Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini.
Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer.
Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
Indikasi Diuretik
2 Payah jantung kronik kongestif
Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita
dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama
tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
3 Udem paru akut
Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4 Sindrom nefrotik
Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
5 Payah ginjal akut
Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang
hilang harus diganti dengan hati-hati.
6 Penyakit hati kronik
spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
7 Udem otak
Diuretik osmotik
8 Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
9 Batu ginjal
Diuretik tiazid
10 Diabetes insipidus
Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
11 Open angle glaucoma
Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
12 Acute angle closure glaucoma
Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.
Efek Samping Diuretik
Semua diuretika menyebabkan kehilangan ion – ion kalium yang disebut Hypokatismia dengan gejala-gejala antara lain :
1. Lemah otot dan kejang
2. Pusing – pusing
3. Gangguan Pada ritme jantung
obat – obat yang dapat menyebabkan hipokalemia ini antara lain ialah kelompok thiazida.guna mengatasinnya dapat diberikan KCL dalm bentuk larutan.Pemberian KCL sebagai Tablet maupun enteric coated sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan luka pada usus.
Efek samping lainnya :
1. Gangguan pada lambung – usus.
2. Meningkatnya kadar asam urat.
3. Meningginya kadar glukosa dalam darah.
4. Toksisitas terhadap glikosida jantung.
Hendaknya diperhatikan pemakain diuretika pada pasien – pasien penyakit encok , diabetes dan jantung.