+ All Categories
Home > Documents > Document Aliansi 2

Document Aliansi 2

Date post: 12-Oct-2015
Category:
Upload: tiararetno
View: 84 times
Download: 2 times
Share this document with a friend
Description:
Aliansi
Popular Tags:

of 21

Transcript

KEAMANAN INTERNASIONALINTERNATIONAL SECURITY INSTITUTIONS(Aliances and Regional Institutions)

Dosen Pengampu: Ni Komang Desy Arya Pinatih, MSi ( DAP ); Mely Noviryani, MM (MN)

Nama: Sinta Oktaviana DewiNIM: 125120418113012

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKTAHUN AJARAN 2013/2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKeamanan sampai sekarang masih merupakan fenomena yang dilematis di dunia, di mana setiap aktor memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam melihat konteks keamanan itu sendiri, dengan kata lain tingkat keamanan yang dirasakan satu aktor tertentu belum tentu sebagai tingkat keamanan untuk aktor lain. Dalam Study Keamanan Internasional, keamanan merupakan Freendom From dan Freendom To, dimana keamanan merupakan kebebasan dari segala bentuk ancaman serta dapat melakukan segala sesuatu yang di inginkan. Keamanan dan ancaman adalah dua hal yang saling terkait satu sama lain, dimana keamanan hanya akan bisa tercipta ketika kita memposisikan dirikita dalam kondisi terancam ( dalam ancaman ), serta sebaliknya ketika kita tidak merasakan adanya sebuah ancaman, sampai kapanpun keamanan itu tidak akan pernah ada.Menginggat sistem internasional yang anarki dimana tidak adanya otoritas tertingi di atas negara. Negara dapat melakukan apapun untuk mencapai tujuan dan kepentingan nasionalmya. Terjadinya peperangan di dunia ( perang dunia I, perang dunia II, dan perang dingin ) merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan dan kepentingan tersebut yang secara langsung maupun tidak membawa dampak yang begitu besar, terutama terkait keamanan itu sendiri, dimana sejatinya semua aktor menginginkan adanya keadaan yang selalu damai, bebas dari ancaman dan selalu sejahtera serta dapat melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya kekuatiran yang mengancam sewaktu-waktu. Terjadinya banyak peperang yang membawa dampak besar terhadap semua negara-negara di dunia dan merubah tatanan internasional inilah yang membuat kesadaran dari masing-masing negara untuk adanya kerjasama demi mencapai perdamaian satu sama lain, dan menciptakan keamanan bersama demi mencapai tujuan bersama pula yang saling menguntungan satu sama lain. Dari adanya kesadaran seluruh masyarakat internasional inilah yang melahirkan banyaknya institusi-institudi baru yang merupakan bentuk kerjsama untuk mencapai tujun dan kepentingan bersama tersebut. Dari hal ini lah yang melatar belakangi mengenai penelitian ''Aliansi dan Regional Institutions''.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud Aliansi dan istitusi regional dalam keamanan internasional?2. Bagaimana aliansi dan institusi regional bisa terbentuk?3. Bagaimana perkembangan aliansi dan institusi regional?1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1 Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui apa itu aliansi dan institudi regional dalam keamanan internasional2. Untuk mengetahui bisa terbentuknya aliansi dan institusi regional3. Untuk mengetahui perkembangan-perkembangannya, baik aliansi atau institusi nasional1.3.2 Manfaat penelitianAdanya penelitian ini merupakan sarana untuk lebih memahami mengenai aliansi dan istitusi regional dalam keamanan iternasional.

BAB IIPEMBAHASANSebagaimana telah kita ketahui Hubungan Internasional yang melibatkan banyak akor didalamnya untuk menciptakan keamanan internasional tidak akan lepas dari aliansi dan institusi regional. Secara intuisi, mungkin kita dapat menerjemahkan aliansi atau institusi regional sebagai berhubungannya negara-negara atas alasan dan untuk tujuan tertetu dan ingin mencapai kepentingan-epentingan nasionalya. ALIANSIAliansi merupakan salah satu fenomena yang paling signifikan dalam studi keamanan terlebih mengenai pencapaian tujuan yang ingin dicapai aktor-aktor yang terlibat didalam sebuah istitusi tersebut, yang pada umumnya lebih kebidang perpolitikan dunia. Aliansi juga sebagai salah satu instrumen yang paling berharga untuk memajukan kepentingan suatu negara. Secara khusus, aliansi adalah alat utama untuk meningkatkan keamanan suatu negara dalam menghadapi ancaman eksternal maupun internal. Kenneth Waltz (1979: 118) has noted that the means available to states for achieving their ends fall into just two categories: internal efforts and external efforts, including moves to strengthen and enlarge ones own alliance or to weaken and strengthen an opposing one.Aliansi juga mudah sekali diciptakan bagi mereka-mereka yang memiliki kepentingan, bisa terjadi di semua negara, baik itu negara maju ( power full ) maupun negara-negara berkembang demi mencapai nasioalnya. Negara berkembang berdeda dengan negara maju, dimana negara berkembang dengan sumber dayanya yang terbatas, ketergantungannya pada aliansi mungkin satu-satunya pilihan sebagai sarana mencapai tujuan bersama. Dengan demikian pembentukan dan penggunaan aliansi merupakan sebagian dari respon adanya bahaya dan kesempatan untuk memperbesar kemampuan dalam sistem internasional. Tidak mengherankan dalam sejarahnya, berdasarkan ATOP ( Alliance Treaty Obligations and Provisions ), daftar aliansi di dunia antara 1815 dan 2003 totalnya sekitar 648. Stephen Walt, The formation and cohesion of international alliances can have profound effects on the security of individual states and help determine both the probability and likely outcome of war (1997: 156), dimana dalam kutipan diatas cukup jelas bahwa efek mendalam pada keamanan masing-masing negara dan membantu menentukan probabilitas baik yang merupakan hasil dari perang.DIFINISI ALIANSISebelum mengetahui lebih mengenai aliansi, dalam membahas konsep dan teori aliansi itu sendiri, perkembangan teori aliansi sekarang sudah rumit dikarenakan banyaknya berbagai definisi aliansi dari berbagai pemikir dalam memandang aliansi diantaranya;1. Kenneth Waltz, mendefinisikan aliansi sebagai 'hubungan formal atau informal kerjasama keamanan antara dua atau lebih yang dilakukan oleh negara-negara berdaulat '(1987: 1). 2. Michael Barnett dan Jack Levy, Mendefinisikan aliansi hampir sama dengan Kenneth Waltz aliansi sebagai jalur ( domestik ) untuk menciptakan keamanan.3. Patricia Weitsman , baru-baru mendefinisikan aliansi sebagai 'perjanjian bilateral atau multilateral untuk menyediakan beberapa unsur keamanan '(2004: 27). Proses mengembangkan teori aliansi telah dirumit oleh penggunaan berbagai definisi secara luas, yang mengakibatkan adanya dua potensi masalah dengan definisi yang luas tersebut. Pertama, begitu luas untuk mencakup hampir semua pengaturan keamanan antar negara dan yang dikhawatirkan adalah fakta mengenai perbedaan kepentingan antara aliansi dan pengaturan keamanan kolektif di satu sisi dan di sisi lain yang melibatkan orientasi yang berbeda secara fundamental, padahal pengaturan keamanan kolektif serta fenomena terkait seperti perjanjian pengawasan senjata yang dirancang untuk meningkatkan keamanan satu sama lain. Masalah lainnya adalah kegagalan untuk membedakan antara berbagai bentuk kerjasama keamanan. Definisi di atas tampaknya akan merangkul segala macam kerjasama keamanan, tidak peduli seberapa berbahaya. Dari adanya hal tersebut memunculkan difinisi baru mengenai aliansi yang secara tradisional aliansi yang lebih kepada penekanan bahwa mereka menempatkan pada bentuk militer, terutama penggunaan kekuatan.1. Robert Osgood, mendefinisikan aliansi sebagai 'perjanjian formal dan janji negara-negara untuk bekerja sama dalam menggunakan sumber militer mereka terhadap negara tertentu atau negara bagian dan biasanya mewajibkan satu atau lebih dari penandatangan untuk menggunakan kekuatan, atau untuk mempertimbangkan penggunaan kekuatan dalam keadaan tertentu (secara sepihak atau dalam konsultasi dengan sekutu) '(1968: 17). 2. Glenn Snyder, Aliansi adalah asosiasi formal negara yang digunakan untuk mengunakan kekuatan militer dalam keadaan tertentu terhadap negara-negara di luar keanggotaan mereka sendiri serta untuk menekankan bahwa fungsi utama adalah untuk menyatukan kekuatan militer untuk melawan musuh bersama, bukan untuk melindungi anggota aliansi satu sama lain(1997: 4). 3. Bahkan Walt kemudian mengubah konsepsinya tentang aliansi, mencatat bahwa 'ciri aliansi apapun adalah komitmen untuk saling memberi dukungan militer terhadap beberapa aktor eksternal dalam beberapa hal atau keadaan tertentu ' (1997: 157).Aliansi yang telah meluas di dunia internasional telah menerima perhatian yang besar dari para penstudy ( sarjana ) yang menanyakan berbagai hal berikut;1. Pembentukan Alliance: Di bawah kondisi apa negara membentuk aliansi? Siapa sejalan dengan siapa? 2. Dinamika Alliance: Bagaimana kebijakan dan strategi aliansi ditentukan? Bagaimana beben bersama di antara anggota aliansi? Apa yang menentukan relatif tingkat kohesi aliansi? 3. Alliances dan perilaku negara: Apakah negara menghormati komitmen aliansi mereka, ketika dipanggil untuk melakukan tugasnya?4. Alliances dan perang: Apakah aliansi membuat berkuranya berperang atau sebaliknya?Secara khusus, aliansi mencegah agresi terhadap anggota mereka? apakah anggota bertindak dengan kurang menahan diri? Ketika perang terjadi, melakukan aliansi meningkatkan prospek anggota terhadap kemenangan? PEMBENTUKAN ALIANSIPembentukan aliansis juga dipengaruhi oleh beberapa kategori, dua kategori yang paling utama adalah faktor Internasional, dan faktor domestik . DETERMINAN INTERNATIONALPenjelasan internasional yang paling menonjol dari pembentukan aliansi yang terkait dengan perspektif aliran realis dalam hubungan internasional, mengenai teori belance of power, mereka menekankan bahwa negara membentuk aliansi untuk menggabungkan kemampuan militer mereka dengan demikian dapat meningkatkan keamanannya di dunia interasional. (Waltz 1979: 117-123), Ini berpendapat bahwa negara-negara membentuk aliansi untuk menyeimbangkan kekuatan negara, terutama ketika mereka tidak mampu menyeimbangkan kekuatannya melalui upaya individual, serta ketika biaya atau ekonomi negara yang lemah. Dari perspektif ini, ketidakseimbangan kekuatan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup negara kecil (berkembang ). Keberlangsungan aliansi bergantung pada beberapa hal. Pertama, anggapan terhadap keberlangsungan ancaman (threat). Aliansi biasanya dibentuk berdasarkan rasa takut beberapa negara atas ancaman satu kekuatan tertentu, oleh karenanya mereka beraliansi agar mempunyai kekuatan (power) yang sama besar untuk kemudian dapat bertahan atau melawan kekuatan tersebut. Misalnya, selama Perang Dingin, aliansi berpusat pada Amerika Serikat yang lebih power full dibandingkan Uni Soviet, yang diukur pada sejumlah indeks kemampuan yang di miliki AS. kedua, Adanya kedeketan geografis juga sebagai salah satu pemicu terbentuknya aliansi. Ketiga, keberadaan negara besar yang menghegemoni dalam kemampuanya ofensif yang agresif. (Walt 1985, 1987),Walt addressed such apparent anomalies by arguing that states form alliances in response to common threats, not just power. Although aggregate power is an important component of threat, it is not the only one. Howthreatening a particular state appears to be is also a function of its geographical proximity, its offensive capabilities and the aggressiveness of its intentions. Thus the Soviet Union, by virtue of its relative proximity, its massive ground forces and its hostile ideology, seemed to pose much more of a threat to its strong but less powerful neighbours, such as France, West Germany, Japan and Britain, who chose to ally instead with the USA. Namun aliansi yang biasanya dibentuk berdasarkan rasa takut beberapa negara atas ancaman satu kekuatan tertentu, jika ancaman yang ditakutkan itu sudah hilang, tidak ada lagi atau dikalahkan, maka aliansi tersebut memiliki kemungkinan untuk bubar. Pakta Warsawa diinisiasi berdiri oleh Uni Soviet, sebagai kekuatan yang menghegomoni di wilayah Eropa Timur pada tahun 1955. Dia bertahan dan menjadi alat kepentingan Uni Soviet selama perang dingin. Kemudian, mulai melemah dan bahkan bubar seiring dengan melemahnya pengaruh dan bubarnya Uni Soviet. DETERMINAN DALAM NEGERIPenjelasan domestik berfokus pada persamaan dan perbedaan dalam budaya, ideologi dan lembaga-lembaga politik negara ( sistem politik ) serta kepemimpinan suatu negara. (Misalnya Walt 1987), menyatakan akan cenderung bersekutu dengan negara-negara yang orientasi politik yang mirip dengan mereka sendiri. Jadi sistem monarki akan lebih memilih aliansi dengan monarki juga, kediktatoran dengan kediktatoran, demokrasi liberal dengan demokrasi liberal, dan sebagainya. jadi dapat ditarik kesimpulan jika faktor didalam negeri tersebut tidak dapat sejalan maka akan cenderung sulit untuk membentuk aliansi bersama, serta kecenderungan bubar dan hancur dalam sebuah aliansi yang telah dibina akan dapat terjadi. Dilihat dari seluruh perkembangannya memiliki dua sifat dalam dinamika aliansi yaitu;1.Aliansi ofensif. Sifat aliansi ini lebih kepada usaha untuk mengacaukan tatanan dan keseimbangan kekuatan yang ada, dilakukan dengan tindakan-tindakan yang mengancam keamanan dan perdamaian dunia internasional karena cenderung bersifat agresif 2.Aliansi defensifSementara aliansi defensif ini bertujuan untuk memelihara perdamaian dan mempertahankan ketahanan dalam negeri, sehingga keamanan keseluruhan anggota dan juga masyarakat internasional terjamin dengan baik tanpa adanya ancaman atau tindakan yang cenderung agresif.INSTITUSIONALISASI DAN SOSIALISASIDilihat dari faktor internasional dan domestiklah yang menjadi asal pembentukan dan bahkan berakhirnya sebuah aliansi di dunia, berikut merupakan tahapan yang perlu dilakukan agar alinsi yang dibentuk bisa berjangka panjang dalam menghadapi perubahan dan kondisi-kondisi global.1. Institusionalisasi

Institusionalisasi adalah kelembagaan aliansi dengan menekankan nilai-nilai yang akan menentukan seberapa aliansi dapat bertahan, dikenal, diakuhi, dihargai, dan ditaati dari waktu ke waktu oleh dunia internasional. Dua dimensi kelembagaan aliansi. Pertama, aliansi dapat mencakup atau mengembangkan organisasi antar-pemerintah untuk memfasilitasi kerja sama antar anggota mereka. Organisasi-organisasi ini sering termasuk birokrasi formal dengan staf, anggaran dan lokasi fisik. Kedua, aliansi mungkin berisi atau kemampuan memperoleh lembaga yang dapat digunakan untuk tugas-tugas di luar rancangan awal(Walt 1997, Wallander 2000). Jadi bahkan ketika aliansi melemah, negara-negara anggota mungkin menemukan bahwa mereka dapat dengan mudah menggunakan kelembagaan seperti aset untuk mengatasi ancaman baru dan masalah keamanan. 2. sosialisasiSuatu proses yang dapat menentukan seberapa lama aliansi bisa bertahan, adalah sosialisasi negara anggota, atau lebih tepatnya elit politik dan mungkin masyarakat umum. Dengan adanya sosialisasi dengan Interaksi sosial antar anggota yang baik, dapat menyebabkan pengembangan pandangan dunia dan bahkan identitas bersama sesama anggota yang akan membawa pada pencapaian kepentingan mereka bersama. Bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung oleh sesama anggota, biasanya dilakukan pertemuan rutin dalam beberapa kesempatan atau ketentuan yang telah di buat. KASUS NATO SETELAH PERANG DINGINNorth Atlantic Treaty Organization (NATO) merupakan sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama negara-negara Barat. Dibentuk pada tanggal 04 April 1949 di Washington DC oleh 12 negara yaitu Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Belgia, Inggris, Italia, Denmark, Islandia, Luksemburg, Norwegia, Prancis, dan Portugal. Nama resminya yang lain dalam bahasa Perancis yaitu lOrganization du Traite de latlantique Nord (OTAN). Pembentukan NATO pada masa perang dingin merupakan bentuk kebijakan pembendungan oleh Amerika Serikat terhadap penyebaran komunis Uni Soviet di daratan Eropa.Dasar konstitusi yang dijadikan pijakan NATO adalah pasal V dalam North Atlantic Treaty yang berisi:Para anggota setuju bahwa sebuah serangan bersenjata terhadap salah satu atau lebih dari mereka di Eropa maupun di Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Struktur keamanan perang dingin menyediakan rancangan konstitusi NATO diciptakan untuk menghadang Rusia, melemahkan Jerman, dan menjayakan Amerika, membuat pentingnya persekutuan ini dalam merekatkan harapan dan komitmen jangka panjang. Lembaga ini tidak akan hanya bertindak sebagai sekutu dalam pengertian biasa mengenai upaya terorganisasi untuk menyeimbangkan ancaman dari luar, tetapi juga menawarkan mekanisme dan tempat untuk membangun hubungan, menjalankan bisnis dan mengatur konflik. Fungsi politik NATO yang lebih luaslah yang mengikat bersama negara-negara demokrasi dan memperkuat komunitas politik. Hal inilah yang menjelaskan ketahanannya yang mengagumkan.Kekuatan NATO dalam mempertahankan eksistensinya di Eropa memang telah dibuktikan pasca Perang Dingin, dengan ditandai runtuhnya tembok Berlin serta pecahnya uni Soviet. Hal tersebut tentu menghilangkan ancaman Uni Soviet terhadap Eropa, yang sebelumnya menjadi sebuah prioritas bagi NATO untuk waspada terhadapa Uni Soviet. Pasca perang dingin NATO sebagai salah satu kekuatan aliansi keamanan masih dianggap diperlukan tertama untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dari negara-negara yang merupakan pecahan dari Uni Soviet dimana masih banyak terdapat sumber-sumber nuklir peninggalan Uni Soviet yang tentu bisa menjadi suatu ancaman bagi negara-negara Eropa lainnya. Hal tersebut diminimalisir oleh NATO dengan menarik negara-negara pecahan Uni Soviet tersebut untuk bergabung dangan NATO walaupun terdapat juga penolakan-penolakan.Terdapat beberapa perubahan signifikan di dalam tubuh NATO sejak awal keterbentukannya. Sekalipun masih mengusung struktur yang sama, namun terjadi perubahan yang semula collective defense (pakta pertahanan bersama) menjadi aktivitas menjaga perdamaian (yang berarti dengan kata lain sebagai agen kebebasan dan pemelihara stabilitas), dan lebih mandiri dari Amerika Serikat dengan berusaha menggunakan cara untuk meningkatkan kapabilitas militer Eropa.Berakhirnya perang dingin membuat Uni Soviet terpaksa menarik mundur pasukannya di Eropa dan komunisme di sana berangsur hilang, hanya saja demokrasi pun tidak begitu stabil. Dengan terjadinya perubahan-perubahan tersebut, NATO mulai mencari peran baru, tidak hanya sekedar collective selfdefense melainkan juga untuk menangani manajemen krisis yang terjadi di luar negara-negara anggota dengan menyediakan pasukan yang dapat ditempatkan dikawasan yang membutuhkan operasi menejemen krisis. Dengan semakin damainya keadaan di Eropa bagian Timur, NATO dengan cepat menerima konsep baru keamanan dan berkomitmen untuk membangun sebuah dialog politik untuk memupuk stabilitas pada perbatasan.Keamanan di setiap negara tidak dapat dipisahkan dari keamanan negara-negara tetangganya. Maka, NATO tidak bisa hanya bergerak dalam bidang pertahanan bersama saja, tetapi harus mulai membangun kerjasama dengan semua negara di Eropa, termasuk negara-negara Eropa Timur. Tetapi, konsep baru keamanan ini tidak dapat menggantikan hilangnya raison detr NATO yang utama, yaitu ancaman Soviet, dimana peran NATO masih diharapkan untuk mengelola hubungan Trans-Atlantik oleh negara-negara anggota NATO dan negara-negara lain dari Eropa Tengah dan Eropa Timur.Pada akhir perang dingin tidak lantas membuat eksistensi NATO dalam dunia dipandang sebelah mata. Hal ini dapat diamati melalui aktifnya peran NATO dalam berbagai kegiatan perdamaian internasional yang menjadi agenda PBB. Tidak jarang NATO mendapatkan mandat resmi PBB untuk menjadi pasukan perdamaian dan melaksanakan upaya perdamaian. Namun krisis yang terjadi di Balkan pada tahun 1991 sampai 1995, tidak memberikan kesempatan bagi NATO untuk berkontribusi terlalu banyak karena tantangan keamanan baru pada masa itu muncul jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, bahkan pada krisis ini Uni Eropa dan PBB justru menimbulkan lebih banyak masalah di sana daripada memberikan penyelesaian. Pasca selesainya Perang Dingin tahun 1991, NATO baru melakukan Operasi Militer. Berikut disampaikan beberapa Operasi Militer NATO atau Intervensi menyangkut suatu keadaan politik/perang di suatu kawasan :a. NATO Intervention in Bosnia & HerzegovinaPasca runtuhnya Yugoslavia, perang antar etnis ataupun perselisihan diantara negara-negara suksesor Yugoslavia berkecamuk pada tahun 1992 dengan apa yang dikenal sebagai Perang Bosnia. Pada tanggal 9 Oktober 1992 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 816 tentang Zona Larangan Terbang diatas Bosnia Herzegovina. Zona larangan terbang ini digunakan untuk mencegah terbangnya pesawat-pesawat Bosnia yang digunakan untuk membombardir penduduk sipil atau etnis tertentu. Resolusi tersebut kemudian menunjuk NATO sebagai penegak dari Zona Larangan Terbang tersebut efektif mulai 12 April 1993.Jumlah korban perang di Bosnia mencapai 110.000 jiwa. Puncak kekejaman pasukan Serbia di Bosnia adalah pembantaian Srenica pada Juli 1995. PBB tidak mampu menghentikan serangan tersebut dan cenderung membiarkannya. Serangan itu terhenti saat NATO menyerang tentara Sprska.Akibat serangan NATO memaksa milisi Serbia dan JNA (Tentara Nasional Yugoslavia) meninggalkan Bosnia Herzegovina. Keberhasilan NATO merupakan kegagalan rezim Slobodan Milosevic.b. Kosovo InterventionKosovo (daerah Serbia) berpenduduk mayoritas Albania sebuah populasi muslim. Ketegangan antara Albania dan Serbia menyebabkan rakyat Albania membentuk tentara pembebasan Kosovo (KLA) pada tahun 1997 untuk melawan serangan Serbia. Bentrokan dimulai pada 1998 dan perundingan damai Paris gagal. Untuk menghentikan tindakan Slobodan Milosevic yang melakukan tindakan keras dan kejahatan kemanusiaan terhadap warga sipil Albania di Kosovo, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1199 pada 23 September 1998 yang menuntut agar dilakukan Gencatan Senjata. Namun tuntutak tersebut tidak ditanggapi dan mentok hingga akhirnya DK PBB menyerahkan permasalahan tersebut kepada NATO dan memulai intervensinya pada 24 Maret 1999.c. Afganistan WarPada pukul 08.45, 11 September 2001 pesawat American Airline yang dibajak menabrak Menara Utara dari World Trade Centre di New York. Pesawat kedua menabrak Menara Selatan 18 menit kemudian. Yang ketiga menghantam Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS di Washington DC, sementara yang keempat jatuh dipinggiran Pennsylvania sebelum mencapai sasarannya. Serangan ini merupakan serangan teroris yang paling menghancurkan yang dirancang oleh al-Qaida, sebuah kelompok fundamentalisme Islam. Pengaruh peristiwa 11 September ini menyebabkan Amerika Serikat menempatkan status siaga, pemerintahan direorganisasi untuk memerangi terorisme didalam negeri dan presiden menyatakan perang terhadap terorisme keseluruh dunia, untuk pertama kalinya sejak tahun 1949, NATO akhirnya melakukan Operasi Militer ke Afganistan dengan mengajukan persetujuan kepada Dewan dengan menggunakan Pasal 5 dalam Traktat Atlantik Utara. Amerika Serikat sendiri menganggap serangan 11 September 2001 sebagai alasan untuk membenarkan menggunakan Pasal 5 tersebut. Operasi Militer ini disetujui pada 4 Oktober 2011.INSTITUTION REGIONALInstitusi regional merupakan salah satu sarana yang diciptakan untuk menciptakan sebuah keamanan internasional. Ini terlihat pada sejarah dan perkembangan regionalisme dalam bidang keamanan, dan hubungan antara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga regional lainya. Jelas bahwa peranan institusi regional dalam penyediaan keamanan di seluruh dunia sangatlah penting dan begitu pula perananya yang diakui oleh semua aktor multilateral, baik negara maupun non-negara yang sudah bisa dibilang memiliki ketergantungan dengan berbaai macam institusi-istitusi guna mencapai tujuan serta kepentingan-kepentingan setiap aktor yang terlibat. Dapat dilihat dari awal abad kedua puluh satu, munculnya lembaga keamanan regional selama setengah abad terakhir tampak mengesankan, salah satunya sebelumnya perang dunia kedua, lebih dari 25 institusi keamanan terbentuk didunia- di Eropa, Afrika, Amerika, Asia dan Tengah Timur serta Australia yang sama-sama mengesankan adalah berbagai kegiatan mereka: dari penjaga perdamaian dan penyelesaian sengketa untuk pengawasan senjata dan koordinasi kebijakan luar negeri. Dari semua kerjasama yang tercipta, semua kerjasama ini sangat jelas di bidang operasi perdamaian dunia. Sejak 1990-an operasi penjaga perdamaian semakin besar telah dihitung dengan partisipasi dari PBB dan berbagai organisasi regional dengan di akhir tahun 2005, sekitar 15 organisasi regional terlibat dalam kolaborasi perdamaian / kegiatan perdamaian (CIC 2006). Negara-negara anggota Uni Afrika (AU) pada tahun 2006 memberikan lebih dari 75 persen dari semua pasukan penjaga perdamaian PBB di Afrika, serta menjalankan operasi mereka sendiri. Akhirnya, peranan dari organisasi keamanan regional, meskipun masih baru, telah semakin diakui oleh negara, PBB dan aktor-aktor lain yang mana sebelumnya keraguan tentang nilai-nilai institisi yang dinyatakan secara luas oleh banyak aktor yang akhirnya mendapatkan pengakuan yang luas pula mengenai potensi-potensi dari adanya institusi keamanan regional tersebut dalam peranya terhadap keberlajutan dunia dimasa sekarang dan masa depan.Kegiatan Keamanan Institusi Regional1. Keyakinan-bangunan Pertahanan, 2. Kedaulatan dan integritas teritorial 3. Peacekeeping 4. Keamanan dan pembangunan ekonomi 5. penyelesaian sengketa 6. koordinasi kebijakan luar negeri 7. Kerja sama keamanan 8. Resolusi sengketa perbatasan 9. Perlucutan Senjata dan pengawasan senjata 10. diplomasi preventif 11. Kebebasan, keamanan dan keadilan 12.Pengamanan hak nasional 13. Memerangi terorisme, narkoba dan perdagangan senjata 14. Penegakan perdamaian 15. pemantauan Pemilu 16. Pembangunan institusi 16. Non-proliferasi. Berbagai pemikir mendefinisikan Institusi REGIONAL1. ( Keohane 1988 ), Dalam Hubungan Internasional, institusi mengacu pada organisasi formal dengan 'hirarki dan kapasitas untuk tindakan tetap' dan rezim internasional dengan 'kompleks aturan dan organisasi, inti dari unsur-unsur yang telah di negosiasikan dan disepakati bersama oleh negara-negara ' . 2. ( Nye 1968, Russett 1967, Katzenstein 1996 ), Rezim Institusi regional dan organisasi formal terdiri dari keanggotaan yang terbatas pada wilayah geografis tertentu, atau mungkin untuk dua regional atau lebih (misalnya NATO atau ARF), meskipun definisi lain berbasis lebih longgar sekitar isu-isu, kegiatan dan ide-ide juga telah digunakan.3. (lihat Hettne, 2004), Institusi formal atau informal dan termasuk aktor negara atau non-negara, fokusnya disini karena alasan keamanan dan ekonomi. formal itu berbasis negara regional, atau lintas daerah, organisasi. 4. (Russett dan Oneal 2001), Institusi regional sebuah Pilihan dibenarkan dengan mencatat bahwa negara tetap menjadi juru kunci kegiatan pengamanan gobal. 5. (Adler dan Barnett 1998), Dimensi institusi regional dengan dua cara. Pertama, bisa diartikan sebagai upaya untuk mempromosikan hubungan damai dan dapat diprediksi di antara para anggotanya sebagai sarana membangun keamanan masyarakat melalui kerjasama. Kedua, lebih formal dimana institusi keamanan regional dipahami sebagai sebuah organisasi dengan piagam berisi referensi keamanan eksplisit dalam penyediaan pertahanan melalui koordinasi keamanan dan kebijakan luar negeri pada tingkat tertentu. Penyediaan keamanan dirancang untuk memenuhi ancaman yang timbul dari konflik antar dan intra-state. Asal-usul dan perkembangan institusi keamanan regionalSemua mengenai institusi keamanan regional berawal dari perang dunia kedua dan bagian pola umum dari perkembangan institusi-institusi internasional. Terdapat tiga jenis utama dalam institusi regional awal diantaranya:pertama, institusi multiguna, seperti LAS, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) atau Organization of African Unity (OAU)kedua, institusi yang lebih menekankan pada prinsipnya dengan fokus ekonomi, seperti EC; ketiga, institusi yang lebih menekankan pada fokus aliansi keamanan, seperti NATO, SEATO dan CENTO. Sebelum Perang Dunia Kedua, institusi keamanan resmi hanya sedikit bahkan institusi keamanan regional tidak ada. Seperti Amerika Serikat yang menerapkan sistem Inter-Amerika, pada akhir abad kesembilan belas terbentuk tetapi bukan institusi keamanan formal, meskipun diwujudkan dalam gagasan rezim keamanan, misalnya dalam Doktrin Monroe, yang dikhususkan Amerika sebagai bagian dari lingkup pengaruh AS. Di lihat dari perkembanganya yang melahirkan institusi di bidang keamanan regional yang dikategorikan menjadi tiga gelombang besar secara global dari tahun 1945 sampai sekarang, pertama pasca-Perang Dunia II dan periode awal Perang Dingin, kedua, terjadi pada periode pertengahan hingga akhir Perang Dingin, dan gelombang ketiga, dekade paling baru-baru ini, pasca-Perang Dingin. Institusi keamanan regional dalam Perang DinginPembangunan organisasi regional formal pertama , dan mendapat pengakuan oleh PBB , adalah respon terhadap perubahan yang akan datang dan aktual dalam sistem internasional , dibawa baik oleh perang itu sendiri dan akhirnya kekaisaran Eropa . Sekarang lembaga-lembaga ini harus reintroduksi dalam beradaptasi kembali dengan lingkungan internasional yang baru ditandai oleh Perang Dingin . Gelombang pertama, 1945-1965 Aliansi Keamanan mutilateral institusi LAS , OAS , OAU berkembang berbagai saliansi keamanan atau institusi regionalNATO , Pakta Warsawa , SEATO , Baghdad Pakta / CENTO , ANZUS , WEU bahwa kekuatan aktor regional, terutama di mana Dunia Ketiga baru negara yang bersangkutan , akan sangat dibatasi . Sangat kebaruan dan mereka kurangnya keahlian diplomatik adalah bagian dari masalah , dan sumber daya yang langka . Munculnya sistem aliansi pada periode Perang Dingin antara barat dan timur, dimana Uni Soviet membentuk aliansi Pakta Warsawa dan AS aliansi NATO, yang berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet dalam perang dingin tersebut, dimana peranan kedua institusi superpower mereka yang penting dalam menjaga perdamaian melalui pemeliharaan keseimbangan power atau kejuatan yang stabil. Upaya Amerika Serikat untuk menciptakan keamanan organisasi-organisasi regional untuk tujuan Perang Dingin untuk menciptakan keamana dan perdamaian, hal serupa juga terjadi baik di Asia Tenggara ( SEATO ) , Timur Tengah ( Baghdad Pact / CENTO ) atau Australasia ( ANZUS ) , yang jauh lebih sedikit sukses dan bahkan memecah belah dalam kasus CENTO . Pada akhirnya, keamanan bisa tercipta dari adanya Perang Dingin yang dicapai melalui hubungan bilateral dari aliansi pengaturan kelembagaan formal. Gelombang baru regionalisme keamanan yang kedua, yang berlangsung antara tahun 1966 dan 1986, dari segi ekonomi (pan institusi regional, CSCE dan ICO) dan (institusi sub-regional, ASEAN,CARICOM, SPF, ECOWAS, OECS, SADCC, ECO, GCC, SAARC, SAARC), harus dibedakan dari gelombang sebelumnya, institusi regional gelombong kedua lebih kepada institisi ekonomi regionaal yang sukses dari tahun-tahun awal EC. institusi ini sebagian besar terdiri dari sub-regional di Eropa dengan meliputi ruang lingkup secara georafis yang lebih kecil, dan jumblah negarapun lebih sedikit diri pada sebelumnya Pan-regional (kelompok), meskipun juga termasuk institusi keamanan pan - Eropa, Konferensi tentang Keamanan dan Kerjasama di Eropa ( CSCE ) , dan pan - Islam institusi , ICO . Secara keseluruhan , gelombang kedua ini ditandai dengan langkah-langkah kecil untuk meningkatkan swasembada dan kerjasama dalam perubahan regional dan global, regional lingkungan yang diberikan sedikit lebih fleksibilitas untuk aktor regional, sebagai raaksi mereka meningkat pada akhir Perang Dingin, untuk lebih memperluas peran keamanan.Gelombang ke tiga munculnya intitusi baru CIS, CSTO, SCO, ARF, APEC, MERCOSUR, NAFTA, CACO, dan adanya pergantian nama institusi dan ageda baru, OAS,ECOWAS/ECOMOG, CSCE/OSCE, UDEAC/CEMAC, gelombang ketiga dari regionalisme keamanan ditandai oleh dua utama Perkembangan : peningkatan penyediaan keamanan di institusi-institusi yang ada dan penciptaan yang baru, seperti demokratisasi, walaupun ad beberapa regional yang tidak berpartisipasi dalam gelombang baru ini. Institusi baru ini dibentuk di wilayah Asia - Pasifik dan di bekas Uni-Soviet. China mengadakan perjanjian keamanan regional untuk pertama kalinya, reformasi utama diperkenalkan di sejumlah lembaga yang ada terutama di Eropa , Amerika, dan Afrika di mana protokol tambahan, perjanjian dan konvensi yang ditandatangani berkaitan dengan pencegahan dan manajemen konflik, hak dan demokrasi manusia. Di Eropa bergerak Uni Eropa sejak tahun 1992, untuk mengembangkan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan ( CFSP ) dan kemudian Keamanan Eropa dan Kebijakan Pertahanan ( ESDP ) telah didokumentasikan dengan baik . Pasukan dari negara-negara anggota Uni Eropa telah terlibat dalam meningkatnya jumlah operasi perdamaian dalam dan di luar Eropa dan diskusi melanjutkan pembentukan pasukan reaksi cepat Uni Eropa dan kelompok pertempuran ( Dinan 2005 ) . Yang lebih luas Eropa telah melihat pengembangan dari CSCE ke OSCE mengikuti Paris Summit 1990 , menandai nya bergerak dari sebuah konferensi yang lebih informal dengan organisasi formal yang memperoleh lembaga permanen dengan kemampuan operasional yang terdiri 56 anggota pada tahun 2006, merupakan organisasi keamanan regional terbesar di dunia, diikuti oleh Uni Afrika.TANTANGAN KONTEMPORERditinjau dari tantangannya institusi keamanan regional diantaranya, opreasi perdamaian, dan keamanan pasca 2001operasi Perdamaianhal ini selalu terkait dengan perang dingin, dimana sejak tahung 1990-an banyak aktor yang terlibat dalam menciptakan perdamaian dunia, yang dilakukan oleh pelaku PBB dan non - PBB , sebagian besar di antaranya adalah organisasi regional. Operasi perdamaian ini cukup luas: dari misi penegakan NATO di Kosovo , pemantauan pemilu atau pembangunan lembaga, seperti yang dimiliki Uni Eropa atau OSCE di Bosnia - Herzegovina (lihat CIC 2006). Tingginya permintaan untuk menjaga perdamaian dan fakta bahwa PBB tidak selalu menjadi pilihan 'jembatan penghubung ' ( Hampson 2004). Hal ini telah mendorong organisasi-organisasi regional untuk mengambil peran lebih di daerah. Jangkauan institusi regional dalam kegiatan ilustrasi, mulai dari keterlibatan ECOWAS dalam konflik Liberia pada tahun 1990 mengarah ke operasi penjaga perdamaian PBB bersama pada tahun 1993 ( UNOMIL ), dengan keterlibatan dan berkembang yang stabil dari organisasi regional ke berbagai aspek pemeliharaan perdamaian di Afrika. Operasi perdamaian telah dilakukan di Burundi , Comoros , Pantai Gading , Republik Afrika Tengah , Kongo , Guinea - Bissau , Lesotho , Sierra Leone , Somalia dan Sudan di bawah naungan ECOWAS , SADC , CEMAC and AU. Hal yang sama juga terjadi pada luas Eropa . Sejak awal 1990-an PBB dan Kelompok Eropa seperti Uni Eropa , OSCE , CIS dan NATO telah terlibat dalam berbagai perdamaian dan misi perdamaian, pada tahun 1999 di Kosovo, di mana NATO adalah penyedia keamanan utama, dengan OSCE dan Uni Eropa yang bekerja di bidang demokrasi, pembangunan lembaga dan rekonstruksi ekonomi. Di Georgia Misi PBB bekerja dengan OSCE dan CIS ; yang terakhir juga telah terlibat dalam operasi di Moldova dan Tajikistan. Di luar Eropa , pasukan Uni Eropa telah terlibat dalam misi pemantauan di Operasi Indonesia dan dukungan perdamaian di Kongo : Operasi Artemis dan EUFOR RD . Di bawah mandat PBB , NATO mengambil alih koordinasi dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional di Afghanistan pada tahun 2003 , yang pertama misi luar wilayah Euro- Atlantik. Di Amerika , tindakan OAS memiliki pemerintahan yang demokratis didukung di Haiti, dan sejak tahun 2004 di Kolombia, organisasi telah terlibat dalam memantau demobilisasi kelompok paramiliter. Kepulauan Pasifik Forum pada tahun 2003 resmi pengiriman dari Misi Bantuan Regional untuk Kepulauan Solomon untuk memulihkan kekerasan antar komunal di akhir 1990-an. Di Timur Tengah dua operasi perdamaian, warisan dari konflik Arab - Israel, tetapi wilayah tersebut telah melihat sedikit tindakan institusi regional sendiri , meskipun upaya untuk menengahi LAS selama krisis Lebanon pada tahun 2006 . Uni Eropa , di Sebaliknya, meluncurkan misi di Palestina pada tahun 2006 . The ICO belum mengambil amajor peran penjaga perdamaian , meskipun telah memberikan pengamat dan monitoring misi ke negara-negara Islam dalam konflik . Pada tahun 2006 sampai dengan 2007, setelah penurunan jangka pendek dalam jumlah daerah penjaga perdamaian dan operasi , ada fase baru pertumbuhan didorong oleh start- up dari newmissions dan perluasan operasi NATOand Uni Eropa di Afghanistan dan DR Kongo masing-masing. Dengan peran AU di Darfur , Sudan, peran institusi regional dalam operasi perdamaian semakin kompleks tampak akan terus berlanjut . Situasi ini tidak hanya hasil dari tambahan pertumbuhan dan perkembangan pada periode pasca-Perang Dingin , melainkan karena kondisi permasalah keamanan regional dan tidak adanya institusi keamanan regional, Menginggat bahwa tidak semua permasalahan dapat diselesaikan mengunakan cara yang sama dalam konteks global. Dimana permasalahan regional harus diselesaikan secara regional pula guna menciptakan perdamaian dan keamanan bersama.

Lingkungan keamanan pasca -2001Selain oprasi keamanan penyebaran teroris dan WMD merupakan tantangan terbesar dalam institusi-institusi keamanan terkait proses penyesuaian kembali setelah peristiwa Perang Dingin . Didirikan lembaga Regional NATO , OAS , OAU dan Uni Eropa telah memiliki ketentuan terkait anti teroris. pendiri dokumen dari SCO, disusun setelah peristiwa 9/11 , dipilih terorisme, separatisme dan ekstremisme sebagai ' tiga kejahatan '. Dengan banyaknya usaha-usaha regional yang dilakukan untuk penanganan teroris. OAS memiliki mekanisme canggih dalam Komite Inter - Amerika Melawan Terorisme ; AU telah mengadopsi tambahan protokol tentang pencegahan dan pemberantasan terorisme ; NATO telah mendukung Konsep baru Pertahanan terhadap Terorisme ; akhirnya Uni Eropa pada tahun 2004 menunjuk seorang Koordinator Counter- terorisme . Seperti dalam kasus operasi perdamaian , namun, hasilnya beragam. Ada juga pertanyaan mengenai sejauh mana negara benar-benar berharap untuk mempercayakan masalah keamanan untuk lembaga-lembaga internasional . Catatan , misalnya , bagaimana perbedaan antara konsep baru NATO dan 2006,mengenai Strategi Nasional AS untuk memerangi terorisme menunjukkan peran negara dominan ( de Nevers 2007 ) . Untuk negara-negara berkembang , penekanan pada terorisme dapat dianggap sebagai mengalihkan perhatian dari yang lain yang lebih mendesak keamanan dan tujuan perkembangan regional, dan hal ini merupakan salah satu yang menunjukkan cara di mana pemain sistem kunci terus mendominasi negara berkembang. Isu-isu mengenai WMD,meskipun ini telah lama menjadi domain dari tindakan multilateral dan perjanjian , kurang dari lembaga regional. Banyak institusi regional mempublikasikan komitmen untuk non - proliferasi dan menjunjung tinggi penegakan rezim perjanjian yang ada . Uni Eropa , sejak tahun 2003 , memiliki harus di tempat kebijakan anti - proliferasi untuk memperkuat dan universalisasi yang sistem multilateral yang ada , meskipun dua negara Uni Eropa itu sendiri nuklir kekuasaan ( Strategi Keamanan Eropa 2003). ASEAN , Pasifik Selatan dan negara-negara Amerika Latin yang luar biasa di mendukung zona bebas nuklir melalui perjanjian lama . Dua puluh empat Negara-negara Amerika Latin pada tahun 1967 menandatangani Amerika Latin Nuklir Gratis Perjanjian Zona at Tlatelolco . KTT ASEAN pada tahun 1995 melihat tanda tangan dari Perjanjian di Asia Tenggara Senjata Nuklir Free Zone ( SEANWFZ ) . Afrika negara , penandatangan Perjanjian Pelindaba , juga dekat dengan menyetujui nuklir zona bebas . Meskipun ada argumen rasional yang mendukung kerja sama tersebut untuk daerah tersebut , seseorang harus bertanya apa peran dalam menegakkan rezim tersebut memiliki telah dimainkan oleh aktor eksternal ( AS atau China , misalnya) , dan apakah rezim bukan regional pernah bisa efektif dalam sepenuhnya menahan ambisi sebuah negara nuklir calon . Meskipun isu WMD , seperti terorisme , bisa mewakili pertumbuhan baru daerah dengan kemungkinan besar untuk kerjasama , bukti menunjukkan bahwa dalam hal ini tinggi hal arena politik, keamanan masih lebih mungkin untuk ditangani di luar kerangka Regional, kekuatan regional yang kuat dan institusi multilateral.

Menilai pertumbuhan keamanan regionalPerkembangan utama dalam keamanan lembaga-lembaga daerah dari tahun 1945 hingga saat ini. Keamanan internasional adalah daerah di mana teori institusionalis berangapan bahwa kerjasama akan sulit untuk mencapai. Namun kerjasama keamanan telah dicapai di berbagai isu dan institusi regional telah menghasilkan hubungan yang lebih teratur antara negara-negara. Dua fitur dari kerjasama ini menonjol . Pertama , pendorong utama regionalisme dalam urusan keamanan telah terjadi perubahan dalam sistem internasional yang mewajibkan negara untuk menanggapi pergeseran dalam keseimbangan global dan regional power, dengan mempertimbangkan waktu dan isi dari tiga gelombang keamanan regionalisme. Semua adalah tanggapan terhadap keseimbangan kekuataan di sistem dengan institusi yang dirancang untuk meningkatkan dan memantapkan posisi / negara-negara lemah baik kuat dan baru dalam dunia internasional . Kerjasama telah menjadi sarana untuk meningkatkan keamanan, tetapi juga pengaruh dan daya tawar. Negara yang kuat akan terus menemukan peran melegitimasi institusi regional, dan negara-negara yang lemah akan akan mendapat manfaat dari adanya institusi keamanan ( payung keamanan mereka) . STUDY KASUSKorea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan penyelenggaraan latihan militer bersama pada 24 Februari hingga 18 April mendatang, meskipun menuai kemarahan dari Korea Utara.Dimana Amerika Serikat ( AS ) mengatakan kecewa bahwa Korea Utara mencabut undangan kepada utusan AS untuk membahas pembebasan warga negaranya yang dipenjara di sana, mengingit kondisi Klik Kenneth Bae telah ditahan di Korea Utara untuk lebih dari satu tahun. Tahun lalu, latihan militer rutin antara AS dan Korea Selatan menyebabkan ketegangan yang berkepanjangan.

KesimpulanBaik Aliansi ataupun institusi regional, keduanya adalah sarana pencapai tujuan untuk menciptakan keamanan internasional dan perdamaian dunia dalaam segala bentuk ancaman yang bisa datang sewaktu-waktu. Aliansi dan institusi regional tidak akan pernah ada tanpa adanya kerjasama sesama aktor, dari sini peran kerja sama sangat penting guna tercapainya sebuah aliansi ataupun institusi. Dari segi aliansi sendiri terbukti dimana berdasarkan teori belance of power menurut perspektif realis sebuah perdamaian dan keamanan bisa tercipta dengan memperkuat power. Begitu juga dengan adanya institusi regional, yang secara tidak langsung menegaskan setiap permasalahan yang ada di dunianya tak selamanya bisa diselessaikan secara global, dimana permasalahan regional harus diselesaikan dengan institusi regional pula.

Daftar pustaka


Recommended