eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VII 2 2019
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
Dr. I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231 /087784792574
Email: [email protected]
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 087784792574
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).
Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected] e-journal
FAPET UNUD
800
Penampilam Ayam Broiler yang Diberi Air Minum Mengandung Air
Kelapa Muda, Gula Aren, atau Molases
Susila. I M. D. A., N W. Siti dan I D. G. A. Udayana
PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
E-mail: [email protected] HP. 087861512079
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam broiler yang diberi air
minum mengandung air kelapa muda, gula aren, dan molases. Penelitian dilaksanakan di
peternakan di Desa Batannyuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang berlangsung
selama 5 minggu. Broiler yang digunakan sebanyak 100 ekor dengan berat badan 116 ± 3,17
gram. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan berisi 5 ekor ayam. Keempat perlakuan
tersebut adalah A: air minum tanpa elektrolit sebagai kontrol, B: air ditambah 1% air kelapa
muda, C: air minum ditambah 1% gula aren, dan D: air minum ditambah 1% molases.
Variabel yang diamati: berat badan awal, berat badan akhir, konsumsi ransum, konsumsi air
minum, pertambahan berat badan Feed Conversion Ratio (FCR), dan Income Over Feed and
Chick Cost (IOFCC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C mempunyai berat
badan akhir, pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum nyata lebih rendah
(P<0,05) dari perlakuan B, tetapi tidak nyata (P>0,05) lebih rendah dari perlakuan A dan D.
Hasil penelitan juga menunjukkan bahwa perlakuan B mempunyai berat badan akhir,
pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum cendrung lebih tinggi (P>0,05)
dari perlakuan A dan D. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ayam broiler
yang air minumnya diberi tambahan air kelapa muda memberikan penampilan cendrung lebih
baik dibandingkan perlakuan lainnya, khususnya terhadap ayam broiler yang air minumnya
diberi gula aren memberikan penampilan terbaik pada berat badan akhir, pertambahan berat
badan, dan efisiensi penggunaan ransum, dan demikian juga mengenai aspek ekonominya.
Kata kunci : broiler, penampilan, air kelapa muda, gula aren, molases
Perfomance of Broiler Chickens Given Drinking Water Contains Young
Coconut Water, Palm Sugar, or Molasses
ABSTRACT
This study aims to determine the performance of broiler chickens given drinking water
containing young coconut water, palm sugar, and molasses. The research was carried out on
privately owned farms in Batannyuh Village, Regency Tabanan which lasted for 5 weeks.
One hundred broilers were used with body weight of 116 ± 3.17 grams. The research design
Submitted Date: Agust 5, 2019 Accepted Date:Agust 21, 2019 Editor-Reviewer Article;: I Md. Mudita &A.A. P. P. Wibawa
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 801
used was a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments and 5
replications. Each replication consists of 5 chickens. The four treatments are A: drinking
water without electrolytes as control, B: drinking water plus 1% young coconut water, C:
drinking water plus 1% palm sugar, and D: drinking water plus 1% molasses. The variables
observed in this study were initial body weight, final weight, feed consumption, drinking
water consumption, weight gain, Feed Conversion Ratio (FCR), and Income Over Feed and
Chick Cost (IOFCC). The results showed that treatment C had a final body weight, weight
gain and efficiency of ration use significantly lower (P <0.05) than treatment B, but not
significantly (P> 0.05) lower than treatments A and D. The results of the research also
showed that treatment B had a final body weight, weight gain, and efficiency of using rendum
tends to be higher (P> 0.05) than treatments A and D. Based on the results of the study it was
concluded that broiler chickens whose drinking water was given additional water Young
coconut gives a better tendency than other treatments, especially for broiler chickens whose
drinking water is given palm sugar gives the best performance on final body weight, weight
gain, and efficient use of rations, and so also regarding the economic aspects.
Keywords : broiler, performance, young coconut water, palm sugar, molasses
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ayam broiler merupakan jenis unggas yang dapat tumbuh dengan cepat sehingga
dapat dipasarkan atau dipotong dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 28-32 hari (Amrullah,
2004). Pertumbuhan ayam broiler yang cepat mendukung kontribusinya yang besar tehadap
pengadaan daging nasional. Menurut data yang tersedia, pada tahun 2014 produksi daging
ayam broiler sebesar 1.544,38 ribu ton dan keseluruhan produksi daging nasional yang
sebesar 2.925,21 ribu ton. Produksi daging ayam broiler ini menyumbangkan 52,79% dari
produksi daging nasional (Ditjennakeswan, 2015).
Usaha untuk mendukung produksi dan permintaan yang besar terhadap daging
broiler dibutuhkan pengadaan bibit ayam broiler (day old chick, DOC) yang juga besar. Bibit
ayam broiler ini biasanya diproduksi di tempat yang jauh dari tempat diternakan dengan
konsekuensi, bibit ayam ini akan menempuh perjalanan (transportasi) yang jauh.
Pengangkutan ini akan menyebabkan kondisi bibit kehilangan banyak energi dan elektrolit.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa para peternak memberikan elektrolit ataupun
cairan tertentu kepada bibit yang baru datang dalam upaya mengganti kehilangan energi dan
elektrolit selama proses transportasi. Cairan yang sering diberikan adalah larutan gula aren
dalam air hangat, air kelapa, atau molases (tetes tebu). Belum ada penjelasan yang memadai
terhadap keunggulan masing-masing cairan tersebut terhadap performans ayam broiler
selanjutnya.
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 802
Dari informasi yang ada air kelapa muda diketahui mengandung natrium (Na) dan
kalium (K) yang dapat berperan untuk menggantikan cairan elektrolit yang hilang (Saat, et al,
2002). Selain unggul dengan kandungan ini, air kelapa juga mengandung vitamin C yang
dapat berperan sebagai penangkal cekaman (stress), juga mengandung antioksidan (anti
radikal bebas) dan hormon pertumbuhan (Candra, 2011). Air kelapa muda merupakan sumber
mineral yang alami dan mudah menjadi asam dalam jangka waktu tertentu.
Gula merah dan molases dikenal sebagai sumber energi karena kandungan
karbohidrat dan gulanya serta kandungan lainnya. Gula merah mengandung 66,19% sukrosa,
5,99% gula pereduksi dan 15,37% zat bukan gula yang larut dalam air (Karnosuhardjo, 1981).
Molases dengan kandungan nutriennya yang merupakan sumber energi, mengandung energi
metabolis sebesar 2.280 kkal/kg (Anggorodi, 1995). Penggunaan molases terbatas sekitar 5%
bila terlalu banyak akan menyebabkan kotoran (feses) ternak unggas menjadi basah
(Murtidjo, 2003). Molases dan gula aren merupakan sumber energi, jika diberikan terlalu
banyak dapat menurunkan konsumsi ransum.
Penelitian yang dilakukan oleh Karnosuhardjo (1981), menunjukkan bahwa
pemberian larutan gula merah masing-masing 5%, 10%, 15% dan 20% selama tiga puluh
enam jam pertama pada anak ayam pedaging tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Berdasarkan paparan dan
fakta-fakta yang telah dikemukan, maka dipandang perlu mengadakan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemberian air kelapa muda, gula aren,dan molases melalui air minum
selama masa produksi terhadap penampilan ayam broiler dengan dosis pemberian yang
konstan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam broiler yang diberi air
minum mengandung air kelapa muda, gula aren, atau molases.
MATERI DAN METODE
Tempat penelitian dan lama penelitian
Penelitian berlangsung selama 5 minggu di peternakan ayam broiler milik pribadi
yang terletak di Banjar Batannyuh, Desa Batannyuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan,
Bali.
Ayam broiler
Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler berumur tiga hari strain CP 707
produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk tanpa dilakukan pemisahan antara jantan dan
betina (unsexing) dengan berat badan awal 116 gram (± 3,17 gram)
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 803
Kandang dan peralatan
Kandang yang digunakan pada penelitian ini seluas 12,5 m2 dari keseluruhan
bangunan kandang seluas 35 m x 8 m. Kandang dibagi berdasarkan perlakuan menjadi 20
petak kandang dengan ukuran per unit perlakuan 80 cm x 80 cm. Masing-masing petak berisi
5 ekor ayam broiler. Bahan litter yang digunakan selama penelitan ini berupa sekam padi.
Kandang dilengkapi dengan berbagai peralatan, antara lain : alat pemanas merek
gasolec, tempat pakan, tempat air minum, lampu, tirai penutup, ember, timbangan, dan
termometer.
Alat penelitian
Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Timbangan duduk merek kris chef model EK9350H kapasitas 5 kg dengan
kepekaan 1 gram, digunakan menimbang bahan pakan dan menimbang berat
badan ayam. .
2. Alat-alat tulis yang berfungsi untuk mencatat hasil penelitian.
Ransum dan air minum
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komplit CP 511
produksi PT Charoen Pokphan Indonesia, Tbk yang diberikan secara ad libitum. Komposisi
gizi dari ransum penelitian disajikan pada Tabel 1. Air minum yang diberikan selama
penelitian bersumber dari air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang diberikan secara
ad libitum.
Tabel 1. Komposisi Ransum CP 511
Zat Makanan Kandungan CP 511* Kebutuhan Nutrisi **
Nutrisi Periode Starter Nutrisi Periode Finisher
Kadar air (maks) 13 % - -
Protein Kasar (min) 21-23 % 21% 19%
Lemak (min) 5 % 3% 3%
Serat Kasar (maks) 5 % 4% 5%
Abu (maks) 7 % - -
Kalsium (min) 0,9 % 0,9-1,1% 0,9-1,1%
Fosfor (min)
Alfatoksin
0,6 %
50 ppb
0,7-0,9
-
0,7-0,9
-
ME (kkal/kg) 2900-3000 3000 3100
Sumber :* Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (2006)
** NRC (1994)
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan 4 (empat) perlakuan dan 5 (lima) ulangan. Terdapat 20 (dua puluh) unit
perlakuan di mana setiap unit perlakuan terdiri dari 5 ekor anak ayam broiler umur tiga hari.
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (A) ayam broiler yang
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 804
diberikan air tanpa elektrolit sebagai kontrol, (B) ayam broiler yang diberikan air minum
dengan tambahan 1% air kelapa muda, (C) ayam broiler yang diberikan air minum dengan
tambahan 1% gula aren, dan (D) ayam broiler yang diberikan air minum dengan tambahan 1%
molases.
Air kelapa, gula aren dan molases
Air kelapa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan air kelapa muda jenis
kelapa hijau yang belum memiliki daging buah atau dalam bahasa Balinya klungah nyuh
gadang. Gula aren yang digunakan menggunakan gula aren cetak yang didapatkan dari pasar
tradisional. Molases yang digunakan berupa molases murni yang diapatkan dari toko pakan
ternak.
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
1. Berat awal : berat ayam broiler ketika awal penelitian dengan penimbangan yang
dilakukan pada awal penelitian.
2. Berat badan akhir : penimbangan dilakukan pada saat ayam berumur 35 hari. Sebelum
penimbangan, terlebih dahulu ayam dipuasakan selama 12 jam.
3. Konsumsi ransum : konsumsi ransum diukur dengan cara menghitung jumlah pakan
yang diberikan setiap hari dikurangi sisa pakan pada hari yang sama.
4. Konsumsi air minum : konsumsi air minum diukur setiap hari dengan menggunakan
gelas ukur.
5. Pertambahan berat badan : pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi berat
badan akhir dengan berat awal, kemudian dibagi lama pemeliharaan untuk mendapat
pertambahan berat badan per hari. Sebelum penimbangan terlebih dahulu ayam
dipuasakan selama kurang lebih 12 jam.
6. Feed Conversion Ratio (FCR) : merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Ini merupakan tolak ukur untuk menilai
tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi
efisiensi penggunaan ransumnya, demikian sebaliknya.
7. Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) merupakan selisih harga jual ayam hidup ;
dengan biaya pakan dan DOC. Nilai (IOFCC) diperoleh dari (harga jual ayam hidup per
kg) – [(harga pakan per kg x konsumsi apakan per ekor) + (harga DOC per ekor)].
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 805
Analisis statistik
Data berat badan awal, berat badan akhir, konsumsi ransum, konsumsi air minum,
pertambahan berat badan dan feed conversion ratio (FCR) dianalisis dengan sidik ragam dan
apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) di antara perlakuan tersebut, maka analisis
dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel and Torrie, l989). Data mengenai
income over feed and chick cost (IOFCC) dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa penampilan ayam broiler yang diberi ransum
komplit dan diberi air minum tanpa penambahan elektrolit (perlakuan A), ayam broiler yang
diberi ransum komplit dan diberi air minum mengandung air kelapa muda (perlakuan B),
ayam broiler yang diberi ransum komplit dan diberi air minum mengandung gula aren
(perlakuan C), dan ayam broiler yang diberi ransum komplit dan air minum mengandung
molases (perlakuan D) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penampilan ayam broiler yang diberi air minum mengandung air kelapa muda, gula
aren atau molases
Parameter Perlakuan
(1)
SEM (3)
A B C D
Berat awal (gram/ekor) 114,92a (2)
115,15a 113,13
a 112,98
a 1,11
Berat akhir (gram/ekor) 1.924,42ab
2.016,92a 1.885,55
b 1.929,51
ab 30,09
Pertambahan berat badan
(gram/ekor/hari) 54,83
ab 57,63
a 53,71
b 55,05
ab 0,92
Konsumsi ransum
(gram/ekor) 3.103,68
a 3.093,29
a 3.065,70
a 2.976,63
a 33,04
Konsumsi air minum
(ml/ekor) 7.858,46a 7.872,21
a 7.906,68
a 7.968,83
a 224,89
Feed Conversion Ratio
(FCR) 1,72ab
1,63b 1,73
a 1,64
b 0,029
Keterangan:
1. Air Minum Perlakuan
A = Ransum komplit (CP 511) dan air minum tanpa elektrolit sebagai kontrol
B = Ransum komplit (CP 511) dan air minum dengan tambahan 1% air kelapa muda
C = Ransum komplit (CP 511) dan air minum dengan tambahan 1% gula aren
D = Ransum komplit (CP 511) dan air minum dengan tambahan 1% molases
2. Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
3. SEM : Standard Error of the Treatment Mean
Incomer over feed and chick Cost (IOFCC) merupkan selisih harga jual ayam hidup
dengan biaya pakan, biaya elektrolit dan biaya day old chick (DOC), hasil IOFCC selama
penelitian disajikan dalam Tabel 3.
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 806
Tabel 3. Income Over Feed and Chick Cost
Peubahan Perlakuan
1
A B C D
A. Pengeluaran
a. Pakan
- Harga Pakan (Rp./g) 7,9 7,9 7,9 7,9
- Konsumsi pakan
selama lima minggu
(g/ekor)
3.103,68 3.093,29 3.065,70 2.979,63
- Konsumsi elektrolit
selama lima minggu
(ml/ekor) 0 78,72 79,07 79,69
- Harga zat elektolit
(Rp./ml) 0 12 12 15
- Biaya pakan selama
lima minggu
(Rp./ekor) 24.519,07 25.381,68 25.167,83 24.710,70
b. Harga Doc
(Rp./ekor) 6.000 6.000 6.000 6.000
c. Biaya Pakan dan
DOC (Rp./ekor) 30.519,07 31.381,68 31.167,83 30.710,70
B. Penerimaan
a. Berat akhir (g) 1.924,42 2.016,92 1.885,55 1.929,51
b. Harga jual ayam
hidup (Rp./kg) 18.000 18.000 18.000 18.000
c. Penerimaan (Rp.) 34.639,50 36.304,50 33.939.90 34.731,18
C. Pendapatan (B-A)
(Rp./ekor) 4.120,43 4.922,82 2.772,07 4.020,48
Keterangan:
1. Air Minum Perlakuan
A = Ransum komplit (CP 511) dan air minum tanpa elektrolit sebagai control
B = Ransum komplit (CP 511) dan air minum dengan tambahan 1% air kelapa muda
C = Ransum komplit (CP 511) dan air minum dengan tambahan 1% gula aren
D = Ransum komplit (CP 511) dan air minum dengan tambahan 1% molases
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam broiler air minumnya diberi tambahan air
kelapa muda (1%) memberikan penampilan yang nyata lebih baik (berat badan akhir,
pertambahan berat badan, dan efisiensi pakan) dibandingkan ayam broiler yang air minumnya
1% gula aren, sedangkan terhadap ayam broiler yang air minumnya tanpa tambahan elektrolit
dan ditambahkan 1% molases tidak berbeda nyata.
Konsumsi ransum secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Tabel 2.
memperlihatkan bahwa rataan konsumsi ransum selama penelitian perlakuan A, B, C, dan D
masing-masing sebesar 3.103,68 gram/ekor, 3.093,29 gram/ekor, 3.065,70 gram/ekor dan
2.976,63 gram/ekor. Menurut Pedoman Tecnical Service Charoen Pokphand, Tbk (2006),
standar konsumsi pakan untuk strain CP 707 adalah 3.283 g/ekor yang dipelihara selama lima
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 807
minggu dengan berat badan 2.049 gram/ekor. Konsumsi ransum dalam penelitian ini rata-rata
sedikit lebih rendah dari standar strain tersebut, berdasarkan Tabel 2 berat badan akhir
penelitian A, B, C, dan D masing-masing sebesar 1.924,42 gram, 2.016,92 gram, 1.885,55
gram, dan 1.929,51 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (2004) yang menyatakan
bahwa tinggi rendahnya konsumsi ransum ayam broiler dapat dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan, tahap produksi dan kandungan energi dalam ransum yang dikonsumsi. Berat
badan akhir perlakuan B sesuai dengan penelitian Udayana (2006), yang menyatakan ayam
broiler yang dipelihara selama 6 minggu atau kurang dengan berat badan hingga 2 kg per
ekor.
Energi metabolisme ransum penelitian berkisar antara 2900-3000 (kkal/kg).
Perlakuan A tidak mendapatkan tambahan energi (kontrol), sedangkan perlakuan B, C, dan D
mendapatkan tambahan energi dari zat elektrolit yang ditambahkan dalam air minum. Ayam
cenderung meningkatkan konsumsinya jika kandungan energi ransum rendah dan sebaliknya
konsumsi akan menurun jika kandungan energi ransum meningkat (Scott et al., 1982).
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi air minum perlakuan A, B, C, dan D
masing-masing sebesar 7.858,46 ml, 7.872,21 ml, 7.906,68 ml, dan 7.968,83 ml, dari hasil
analisa statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Suhu udara dalam kandang merupakan faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap ransum yang dikonsumsi oleh ayam (Tillman et
al, 1991). Tingginya suhu dalam kandang selama penelitian menyebabkan konsumsi air
minum pada masing-masing perlakuan menjadi meningkat. Umumnya ayam mengonsumsi air
minum 2 kali lebih besar dari jumlah pakan yang dikonsumsi (Ensminger, 1990). Dalam
penelitian ini rasio perbandandignan konsumsi ransum dengan air minum dari perlakuan A, B,
C, dan D masing-masing sebesar 2,53 ml/g, 2,54 ml/g, 2,58 ml/g, dan 2,68 ml/g. Dari hasil
rasio tersebut sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Santoso (2003) yang menyatakan bahwa
kebutuhan air pada ayam pada suhu lingkungan 25°C adalah dua kali jumlah pakan, namun
pada suhu lingkungan 30-32°C konsumsi air dapat meningkat menjadi 4 kali jumlah konsumsi
pakan.
Feed Converstion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti
jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit
(Edjeng dan Kartasudjana, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B dan D
memiliki FCR paling rendah diantara perlakuan A, dan C (P<0,05). Nilai FCR yang berbeda
disebabakan pemberian feed additive pada setiap perlakuan, hal ini sesuai dengan pendapat
James (2004) nilai konversi pakan dipengaruhi feed additive yang digunakan dalam pakan.
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 808
Perlakuan B dan D memiliki nilai FCR masing-masing sebesar 1,63 dan 1,64 secara
statistik perlakuan B dan D memiliki perbedaan yang paling nyata (P<0,05). Hal ini sesuai
dengan penelitian Santoso (2002) menunjukkan bahwa konversi pakan pada ayam broiler
selama lima minggu pada kandang litter sebesar 1,6. Didukung oleh penelitian Ahmad dan
Elfawati (2008) menunjukkan bahwa konversi pakan ayam broiler berkisar antara 1,59-1,84
dengan rata-rata konversi pakan 1,75 hal ini tidak jauh berbeda dari hasil penelitian. Hal ini
membukitan bahwa kandungan nutrisi yang lengkap dalam air kelapa muda dibandingkan
dengan gula aren dan molases dapat mempengaruhi laju metabolisme pada ayam broiler. Air
kelapa muda memiliki keunggulan dari gula aren dan molases yaitu mengandung 12 jenis
asam amino, tujuh di antaranya adalah esensial, yaitu: arginin, leusin, lisin, tirosin, histidin,
penillalanin, dan serin (Sison, 1977). Asam amino adalah komponen dari protein yang
berfungsi membentuk jaringan tubuh (ternak). Konsumsi asam amino yang cukup akan
membantu pertumbuhan ternak menjadi lebih baik. Selain unggul dengan kandungan asam
amino, air kelapa muda juga mengandung vitamin C yang dapat berperan sebagai penangkal
cekaman stress, juga mengandung antioksidan (anti radikal bebas) dan hormon pertumbuhan
(Candra, 2011). Menurut Yong et al, (2009), hormon pertumbuhan yang terdapat pada air
kelapa antara lain yaitu : auksin, sitokinin, dan giberilin; sedangkan enzim yang terdapat pada
air kelapa yaitu : posfatase, katalase, diartase, peroksidase, dan RNA polymerase.
Data (Tabel 2.) menunjukkan bahwa pertambahan berat badan harian penelitian pada
perlakuan A, B, C, dan D masing-masing sebesar 54,83, 57,63, 53,71, 55,05 gram/ekor/hari,
grafik berat badan ayam broiler dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 1. Jika
diakumulasikan pertamabah berat badan perlakuan A, B, C, dan D selama penelitian masing-
masing sebesar 1.809,50, 1.901,77, 1.772,42, dan 1.816,53 gram/ekor yang dipelihara dengan
suhu kandang berkisar 270C sampai 31
0C . Hal ini sesuai dengan penelitian Bonnet et al.
(1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur 4-6 minggu yang
dipelihara pada suhu lingkungan 320C sebesar 1615 g/ekor sedangkan pada suhu 22
0C
pertambahan bobot badan ayam broiler sebesar 1984 g/ekor.
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 809
Gambar 1. Grafik Pertmbuhan Ayam Broiler Selama Penelitian
Ditinjau dari aspek ekonomi, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC)
merupakan salah satu indikasi keberhasilan suatu peternakan yang diproleh berdasarkan
selisih harga antara penjualan ayam hidup dengan harga pakan dan DOC. Biaya-biaya lain
yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan tidak diperhitungkan dan dianggap sama
(Walad, 1997). Harga ransum CP 511 yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp.
7.900/kg. Harga feed additive yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
air kelapa muda seharga 12 rupiah/ml, (2) gula aren seharga 12 rupiah/ml, dan (3) molases
seharga 15 rupiah/ml. Tabel 3 merupakan perhitungan pendapatan yang diperoleh dalam
penelitian. Biaya tenaga kerja dan operasional lainnya dianggap sama. Selisih harga jual
dengan biaya DOC dan pakan dari terbesar hingga terkecil adalah B sebesar Rp. 4.922,82, A
sebesar Rp. 4.120,43, D sebesar Rp. 4.020,48, dan pada perlakuan C sebesar Rp. 2.772,07.
Selisih tersebut dapat menjadi tambahan keuntungan yang berarti bagi peternak. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian air kelapa muda sebesar 1% melalui air minum memberikan
pengaruh yang nyata terhapad berat badan akhir, pertambahan berat badan dan FCR. Semakin
tinggi konversi ransum berarti semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007).
Dan sebaliknya semakin rendah angka konversi ransum maka semkin efisien dalam
penggunaan ransum itu sendiri (Bogart, 1977).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penampilan ayam broiler yang air
minumnya diberi tambahan air kelapa muda memberikan penampilan cendrung lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya, khususnya terhadap ayam broiler yang air minumnya diberi gula
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 810
aren memberikan penampilan terbaik pada berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan
efisiensi penggunaan ransum, dan demikian juga mengenai aspek ekonominya.
SARAN
Sepanjang hasil yang didapat selama penelitian dapat dianjurkan kepada petani
peternak untuk memberikan air kelapa muda pada air minum ayam broiler yang dipelihara.
Kepada para peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba memberikan air kelapa muda
dengan dosis yang berbeda. Selain itu, dapat diteliti waktu pemberian air kelapa muda,
misalnya dalam jangka waktu tertentu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp,S (K) dan dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gagah Partama, M.S atas pelayanan administrasi dan falisitas
pendidikan yang diberikan kepada penulis. Pembimbing Penelitian, dan seluruh pihak yang
membantu dalam pelaksanaan hingga penulisan jurnal penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Elfawati. 2008. Performans ayam broiler yang diberi sari buah mengkudu
(Morinda Citryfolia). J. Pet. 05: 10-13.
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia, Jakarta.
Bogart, R. 1977. Scientific Farm Animal Production. Burgess Publishing Companny.
Mineapolis. Minnesota.
Bonnet, S., P. A. Geraert, M. Lessire. M.B, Cerre, and S. Guillaumin. 1997. Effect of high
ambient temperature on feed digestibility in broiler. Poult Sci. 76:857- 863.
Candra, A. 2011. Mitos dan Fakta Air Kelapa. Health kompas.com diakses tanggal 25 Januari
2019.
Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. 2006. Manajemen Broiler Modern. Kiat-kiat memperbaiki
FCR. Charoen Pokphand, Jakarta.
Ditjennakeswan. 2015. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Indonesia, Jakarta.
Edjeng S. dan R, Kartasudjana, 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ensminger, M. L., 1990. Feed and Nutrition. 2nd
Edition. The Ensminger Publishing.
Company, California
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 811
Fadillah, R., A. Polana., S. Alam., dan E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
James, R. G. 2004. Modern Livestock and Poultry Production. 7th
Edition. Thomson Delmar
Learning Inc., FFA Activities, London.
Karnosuhardjo, B. I. (1981) Pengaruh pemberian gula merah terhadap performans ayam
pedaging. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor.
Kuczynski, T. 2002. The application of poultry behaviour responses on heat stress to improve
heating and ventilation systems efficiency. J. Pol. Agric. Univ. 5:1-11.
Murtidjo, B A 2003. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 8th
Revised Ed.
Washington, DC: National Academy Pres.
Saat, M., R. Singh, R. G. Sirisinghe and M. Nawawi. 2002. Rehydration after exercise with
fresh young coconut water, carbohydrate-electrolyte beverage and plain water. Human
Science. 21(2) : 93-104.
Santoso, U. 2002. Pengaruh tipe kandang dan pembatasan pakan di awal pertumbuhan
terhadap performans dan penimbunan lemak pada ayam pedanging unsexed. JITV 7(2):
84-89
Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd
Ed. ML.
Scott and ASS, Ithaca.
Sison, B.C. 1977. Disposal of coconut processing waste. Dalam. Simatupang (1981)
Beberapa komponen air kelapa jenis hijau dan kuning pada tiga tingkat umur buah dan
lama penyimpanan. Skripsi Fatemeta, IPB Bogor. 55 hal.
Sudaryani, T. dan Santoso, 2003. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Bogor.
Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan Duckweed (famili Lemnaceae ) Sebagai Pakan Serat Sumber
Protein Dalam Ransum Ayam Pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lehdosoekojo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Udayana, I. D. G. A. 2006. Broiler organik, trend baru dalam produksi ayam pedaging.
Poultry Indonesia No. 39 Vol. I September 2006//: 62-63
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Walad, G. S. 1997. Pengaruh Warna Lampu Penerangan terhadap Bobot Hidup, Persentase
Karkas, Giblet dan Lemak Abdomen Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yong, J.W., H.L. Ge,Y.F.Ng and S.N.Tan. 2009. The Chemical Composition and Biological
Properties of Coconut (Cocos nucifera L) Water. Journal Molecules 14:5144-5146.
Nanyang Technological University, Singapore.
Susila. I M. D. A. . et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 800 - 811 Page 812