+ All Categories
Home > Documents > E-Jurnal Matematika · 2017. 6. 6. · Outlier 1. Pendahuluan Analisis regresi linear berganda...

E-Jurnal Matematika · 2017. 6. 6. · Outlier 1. Pendahuluan Analisis regresi linear berganda...

Date post: 29-Jan-2021
Category:
Upload: others
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
57
OPEN JOURNAL SYSTEMS Journal Help USER Username Password Remember me Log In NOTIFICATIONS View Subscribe / Unsubscribe JOURNAL CONTENT Search All E-Jurnal Matematika E-Jurnal Matematika file:///F:/NILA FILE/e-JURNAL MATEMATIKA/E-JURNAT MATEMA... 1 of 2 7/19/2014 2:15 PM
Transcript
  • OPEN JOURNAL SYSTEMS

    Journal Help

    USER

    Username

    Password

    Remember me

    Log In

    NOTIFICATIONS

    View

    Subscribe / Unsubscribe

    JOURNAL CONTENT

    Search

    All

    E - J u r n a l

    M a t e m a t i k a

    E-Jurnal Matematika file:///F:/NILA FILE/e-JURNAL MATEMATIKA/E-JURNAT MATEMA...

    1 of 2 7/19/2014 2:15 PM

  • Search

    Browse

    By Issue

    By Author

    By Title

    Other Journals

    FONT SIZE

    INFORMATION

    For Readers

    For Authors

    For Librarians

    HOME ABOUT LOG IN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES

    Home > E-Jurnal Matematika

    E-Jurnal Matematika

    E-Jurnal Matematika merupakan salah satu jurnal elektronik yang ada di Universitas Udayana, sebagai media komunikasi antar

    peminat di bidang ilmu matematika dan terapannya, seperti statistika, matematika finansial, pengajaran matematika dan terapan

    matematika dibidang ilmu lainnya. Jurnal ini lahir sebagai salah satu bentuk nyata peran serta jurusan Matematika FMIPA UNUD

    guna mendukung percepatan tercapainya target mutu UNUD, selain itu jurnal ini terbit didorong oleh surat edaran Dirjen DIKTI

    tentang syarat publikasi karya ilmiah bagi program Sarjana di Jurnal Ilmiah. E-jurnal Matematika juga menerima hasil-hasil

    penelitian yang tidak secara langsung berkaitan dengan tugas akhir mahasiswa meliputi penelitian atau artikel yang merupakan

    kajian keilmuan.

    Editorial Team

    Ketua : Desak Putu Eka Nilakusumawati, S.Si., M.Si

    Sekretaris : I Made Eka Dwipayana S.Si. M.Si.

    Penyunting :

    Tjokorda Bagus Oka Ph.D.1.

    Komang Dharmawan Ph.D.2.

    Drs. GK Gandhiadi MT.3.

    Ir. I Komang Gde Sukarsa M.Si.4.

    Ir. I Putu Eka Nila Kencana MT5.

    ISSN: 2303-1751

    E-Jurnal Matematika file:///F:/NILA FILE/e-JURNAL MATEMATIKA/E-JURNAT MATEMA...

    2 of 2 7/19/2014 2:15 PM

  • OPEN JOURNAL SYSTEMS

    Journal Help

    USER

    Username

    Password

    Remember me

    Log In

    NOTIFICATIONS

    View

    Subscribe / Unsubscribe

    JOURNAL CONTENT

    Search

    All

    Search

    Browse

    By Issue

    By Author

    By Title

    Other Journals

    FONT SIZE

    E - J u r n a l M a t e m a t i k a

    Vol 2, No 4 (2013) http://ojs.unud.ac.id/index.php/mtk/issue/view/1048

    1 of 3 7/19/2014 2:26 PM

  • INFORMATION

    For Readers

    For Authors

    For Librarians

    HOME ABOUT LOG IN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES

    Home > Archives > Vol 2, No 4 (2013)

    Vol 2, No 4 (2013)

    Table of Contents

    ArticlesPERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI

    MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

    PDF

    NI WAYAN YULIANI, I KOMANG GDE SUKARSA, I GUSTI AYU MADE SRINADI 1-5

    PENERAPAN METODE LEAST MEDIAN SQUARE-MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT

    (LMS-MCD) DALAM REGRESI KOMPONEN UTAMA

    PDF

    I PUTU EKA IRAWAN, I KOMANG GDE SUKARSA, NI MADE ASIH 6-10

    PENERAPAN REGRESI ZERO-INFLATED NEGATIVE BINOMIAL (ZINB) UNTUK PENDUGAAN

    KEMATIAN ANAK BALITA

    PDF

    NI MADE SEKARMINI, I KOMANG GDE SUKARSA, I GUSTI AYU MADE SRINADI 11-16

    KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN PDF

    I MADE ANOM ARIAWAN, I PUTU EKA NILA KENCANA, NI LUH PUTU SUCIPTAWATI 17-22

    KARAKTERISTIK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI MENURUT SUBSEKTOR PENYUSUN PDF

    PUTU OKA SURYA ARSANA, MADE SUSILAWATI, KETUT JAYANEGARA 23-28

    HUBUNGAN PENGARUH PENOLONG KELAHIRAN TERHADAP STATUS KELAHIRAN BAYI

    DENGAN KONTROL VARIABEL CONFOUNDING DI KABUPATEN BULELENG (STUDI KASUS:

    PUSKESMAS SUKASADA II)

    PDF

    Vol 2, No 4 (2013) http://ojs.unud.ac.id/index.php/mtk/issue/view/1048

    2 of 3 7/19/2014 2:26 PM

  • KADEK NOVIA DWIJAYANTHI, I GUSTI AYU MADE SRINADI, NI LUH PUTU SUCIPTAWATI 29-32

    VARIABEL LATEN SEBAGAI MODERATOR DAN MEDIATOR DALAM HUBUNGAN KAUSAL PDF

    I KOMANG GEDE ANTARA, I PUTU EKA NILA KENCANA, KETUT JAYANEGARA 33-39

    PERUMUSAN PREMI BULANAN ASURANSI KESEHATAN INDIVIDU PERAWATAN RUMAH SAKIT

    (ANUITAS HIDUP PEMBAYARAN BULANAN)

    PDF

    AGUSTINA PAULA THERESIA PUTRI LAHALLO, I NYOMAN WIDANA, DESAK PUTU EKA

    NILAKUSMAWATI

    40-45

    PENGKLASIFIKASIAN DEBITUR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GRAHAM SCAN

    DALAM PENGAPLIKASIAN CONVEX HULL

    PDF

    AGUS EKA ARIESTA, G.K. GANDHIADI, NI KETUT TARI TASTRAWATI, I PUTU EKA NILA

    KENCANA

    46-52

    ISSN: 2303-1751

    Vol 2, No 4 (2013) http://ojs.unud.ac.id/index.php/mtk/issue/view/1048

    3 of 3 7/19/2014 2:26 PM

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 1- 5 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 1

    PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA

    DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN

    PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

    NI WAYAN YULIANI

    1, I KOMANG GDE SUKARSA

    2,

    I GUSTI AYU MADE SRINADI3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: [email protected],

    [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    Multiple linear regression analysis with a lot of independent variable always

    makes many problems because there is a relationship between two or more

    independent variables. The independent variables which correlated each other

    are called multicollinearity. Principal component analysis which based on

    variance covariance matrix is very sensitive toward the existence of outlier in the

    observing data. Therefore in order to overcome the problem of outlier it is needed

    a method of robust estimator toward outlier. ROBPCA is a robust method for

    PCA toward the existence of outlier in the data. In order to obtain the robust

    principal component is needed a combination of Projection Pursuit (PP) with

    Minimum Covariant Determinant (MCD). The results showed that the ROBPCA

    method has a bias parameter and Mean Square Error (MSE) parameter lower

    than Principal Component Regression method. This case shows that the ROBPCA

    method better cope with the multicollinearity observational data influenced by

    outlier.

    Keywords: Multiple Linear Regression, Principal Component Regression,

    ROBPCA (Robust Principal Component Analysis), multicollinearity,

    Outlier

    1. Pendahuluan

    Analisis regresi linear berganda adalah salah satu metode statistika yang

    digunakan untuk mengetahui pengaruh sebuah variabel tidak bebas (dependent

    variable) dengan dua atau lebih variabel bebas (independent variable)[2]. Adapun

    tujuan dari analisis regresi linier berganda adalah mengetahui seberapa besar

    pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dan juga dapat

    meramalkan nilai variabel tidak bebas apabila seluruh variabel bebas sudah

    diketahui nilainya.

    Pada analisis regresi linier berganda dengan banyak variabel bebas, sering

    timbul masalah karena adanya hubungan antara dua atau lebih variabel bebas.

    Variabel bebas yang saling berkorelasi disebut multikolineari. Permasalahan yang

    terjadi pada analisis regresi berganda dapat mengakibatkan hasil analisis yang

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • Ni Wayan Yuliani, Komang Gde Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Perbandingan Regresi Komponen Utama

    & ROBPCA dalam Mengatasi

    Multikolinearitas & Pencilan

    2

    kurang akurat. Multikolinearitas merupakan salah satu masalah yang terjadi pada

    analisis regresi linear berganda. Masalah lain yang dapat memengaruhi hasil

    analisis data adalah pencilan (outlier). Pada penelitian ini akan dibahas dua

    permasalahan statistik tersebut.

    Pada kasus multikolinearitas, korelasi antar variabel akan menyebabkan

    jumlah kuadrat galat yang semakin besar sehingga menghasilkan keputusan yang

    tidak significant. Kasus multikolinearitas juga sangat berpengaruh pada bentuk

    matriks. Pada pendugaan parameter 𝛽 = 𝑋′𝑋 −1𝑋′𝑌, apabila terjadi

    multikolinearitas maka matriks 𝑋′𝑋 singular, sehingga persamaan untuk

    pendugaan estimasi parameter tidak lagi mempunyai penyelesaian yang tunggal.

    Hal ini akan berdampak pada dugaan koefisien variabel tidak tunggal, melainkan

    tidak terhingga banyaknya sehingga tidak mungkin untuk menduganya [3].

    Metode regresi komponen utama (Principal Component Regression)

    merupakan salah satu teknik dalam mengatasi multikolinearitas dengan cara

    mereduksi variabel–variabel yang ada menjadi beberapa variabel baru yang saling

    bebas dan merupakan kombinasi linier dari variabel asal (Montgomery [1]).

    Dalam menentukan komponen utama pada metode Regresi Komponen Utama

    yakni melalui tahapan Principal Component Analysis (PCA). Analisis komponen

    utama yang berdasarkan matriks varian kovarian sangat sensitif terhadap adanya

    pencilan pada data pengamatan, sehingga untuk mengatasi masalah pencilan

    diperlukan suatu metode penduga yang tegar terhadap pencilan. ROBPCA

    (Robust Principal Component Analysis) adalah suatu metode yang kuat (robust)

    untuk PCA terhadap keberadaan pencilan pada data, untuk mendapatkan

    komponen utama yang robust diperlukan penggabungkan konsep Projection

    Pursuit (PP) dengan penduga robust Minimum Covariance Determinant

    (MCD)[4].

    Penduga robust MCD merupakan nilai matriks rata-rata dan matriks

    kovarian dari sebagian pengamatan yang meminimumkan determinan matriks

    kovarian. Penduga ini didapat dengan cara mencari h pengamatan yang

    memberikan nilai minimum dari matrik kovarian (Sunaryo, [4]).

    Nilai matriks rata-rata 𝑡𝑙 dan matriks kovarians 𝐶𝑙 dirumuskan sebagai:

    𝑡𝑙 =1

    ℎ 𝐻𝑏

    𝑇 .𝑉∗

    𝐶𝑙 =1

    ℎ 𝐻𝑏 − 𝑉

    ∗ 𝑡𝑙 𝑇 𝑇 𝐻𝑏 − 𝑉

    ∗ 𝑡𝑙 𝑇

    2. Metode Penelitian

    Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data simulasi yang diperoleh

    dengan membangkitkan data yang berdistribusi normal, pemeriksaan

    multikolinearitas, pemeriksaan pencilan, serta penyelesaian Regresi Komponen

    Utama dan Robust Principle Component Analisys. Software yang digunakan

    adalah MINITAB 15 dan R i386 2.15.2.

    (1.1)

    (1.2)

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 1-5

    3

    Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yakni:

    1. Membangkitkan data yang mengandung multikolinearitas dengan empat

    variabel bebas dan satu variabel tidak bebas, amatan yang dibangkitkan

    sebanyak 100 amatan (n=100). Nilai sisaan 𝜀 yang dibangkitkan

    berdistribusi normal dengan rataan nol dan ragam satu. Nilai sisaan yang

    dibangkitkan berukuran 100 amatan.

    2. Melakukan analisis regresi linear berganda setelah membentuk vaiabel tidak

    bebas dari beberapa variabel bebas. Pada langkah ini model regresi yang

    didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga diperlukan suatu

    analisis untuk mendapatkan nilai penduga yang mendekati nilai yang

    diharapkan.

    3. Menganalisis data bangkitan dengan metode regresi Komponen utama. Hasil

    analisis ini akan menjadi nilai penduga yang fit untuk mencari bias parameter.

    4. Membangkitkan pencilan yang berdistribusi normal (N(40;0,05)) dengan

    persentase pencilan 10%, 15%, dan 20%. Selanjutnya menambahkan pencilan

    pada masing-masing peubah bebas dan melakukan analisis komponen utama.

    5. Melakukan analisis dengan Robust Principle Component Analisys (ROBPCA)

    pada data pengamatan yang dipengaruhi oleh pencilan.

    6. Langkah terakhir yakni membandingkan dan menganalisis kedua metode

    tersebut. Yang digunakan sebagai pembanding adalah nilai bias parameter dan

    nilai Mean Square Error.

    3. Hasil dan Pembahasan

    3.1 Perbandingan Regresi Komponen Utama (RKU) dan Robust Principle

    Component Analysis (ROBPCA)

    Bias parameter merupakan nilai harapan dari selisih antara nilai estimasi dan

    nilai yang sebenarnya. Nilai yang digunakan sebagai acuan adalah nilai penduga

    dari metode Regresi Komponen Utama yang tidak dipengaruhi oleh pencilan,

    sedangkan nilai yang digunakan sebagai nilai estimasi adalah nilai penduga dari

    metode Regresi Komponen Utama dan Robust Principle Component Analysis

    yang dipengaruhi oleh pencilan dengan persentase 10%, 15%, dan 20%. Bias

    parameter untuk 100 kali ulangan diperoleh dengan rumus berikut ini:

    𝐵𝐼𝐴𝑆 𝛽𝑖 = 𝛽 𝑗

    𝑓𝑖𝑡100𝑗=1

    100 −

    𝛽 𝑗𝑝100

    𝑗=1

    100 , 𝑖 = 1,… ,4

    Mean Square Error (MSE) suatu estimator merupakan nilai harapan dari

    bias kuadrat. Mean Square Error parameter untuk 100 kali ulangan diperoleh

    dengan menggunakan rumus berikut ini:

    𝑀𝑆𝐸 𝛽𝑖 = 𝛽 𝑗

    𝑓𝑖𝑡−𝛽 𝑗

    𝑝

    2100𝑗=1

    100, 𝑖 = 1,… ,4

    Hasil perhitungan bias parameter dan Mean Square Error untuk 100 kali

    ulangan disajikan berturut-turut pada Tabel 1 dan Tabel 2.

    (3.1)

    (3.2)

  • Ni Wayan Yuliani, Komang Gde Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Perbandingan Regresi Komponen Utama

    & ROBPCA dalam Mengatasi

    Multikolinearitas & Pencilan

    4

    Tabel 1. Perbandingan Regresi Komponen Utama Dan ROBPCA Berdasarkan

    Nilai Bias Parameter

    Pencilan Komponen Nilai Bias Parameter

    Regresi Komponen Utama ROBPCA

    10%

    Intercept 19,6368 1,3057

    PC1 1,4974 0,3775

    PC2 0,4915 0,1309

    PC3 0,0803 0,0023

    PC4 0,6893 0,1160

    15%

    Intercept 29,8135 6,3881

    PC1 1,5809 0,3581

    PC2 0,5197 0,0714

    PC3 0,2581 0,0610

    PC4 0,9431 0,3668

    20%

    Intercept 39,8165 13,0083

    PC1 1,1576 0,1045

    PC2 0,4013 0,1743

    PC3 1,4120 0,0457

    PC4 1,1039 0,4341

    Sumber : Data diolah (2013)

    Estimasi yang baik adalah estimasi yang menghasilkan nilai bias yang

    rendah atau kecil. Semakin besar nilai bias, maka semakin jauh penyimpangan

    dari nilai yang sebenarnya. Pada Tabel 1 munjukkan bahwa nilai penduga dari

    metode ROBPCA selalu lebih kecil dibandingkan dengan Regresi Komponen

    Utama. Oleh Karena itu nilai penduga dari metode ROBPCA lebih baik

    dibandingkan dengan metode Regresi Komponen Utama. Hal ini karena metode

    ROBPCA dapat mengatasi data pengamatan yang dipengaruhi oleh pencilan.

    Tabel 2. Perbandingan Regresi Komponen Utama Dan ROBPCA Berdasarkan

    Nilai Mean Square Error Parameter

    Pencilan Komponen Nilai Bias Parameter

    Regresi Komponen Utama ROBPCA

    10%

    Intercept 392,0726 6,6843

    PC1 3,9182 1,5095

    PC2 2,8191 2,4226

    PC3 0,1875 0,0206

    PC4 2,7543 1,5256

    15%

    Intercept 891,3347 48,4942

    PC1 4,0961 1,4267

    PC2 3,1972 3,0118

    PC3 0,4456 0,0494

    PC4 3,0174 1,6895

    20%

    Intercept 1587,84599 173,4866

    PC1 3,012465527 1,8322

    PC2 2,682504765 2,2665

    PC3 2,164030949 0,0714

    PC4 3,060462252 1,8983

    Sumber : Data diolah (2013)

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 1-5

    5

    Semakin kecil nilai Mean Square Error suatu estimator, maka hasil

    estimasinya akan semakin baik. Pada Tabel 2 munjukkan bahwa nilai penduga

    dari metode ROBPCA selalu lebih kecil dibandingkan dengan Regresi Komponen

    Utama. Sehingga nilai penduga dari metode ROBPCA lebih baik dibandingkan

    dengan metode Regresi Komponen Utama. Hal ini karena metode ROBPCA dapat

    mengatasi data pengamatan yang dipengaruhi oleh pencilan.

    4. Kesimpulan

    Pada penelitian ini nilai penduga dari metode ROBPCA memiliki nilai bias

    parameter dan nilai Mean Square Error (MSE) yang lebih kecil dibandingkan

    dengan nilai penduga dari metode Regresi Komponen Utama, sehingga metode

    ROBPCA memiliki nilai estimasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode

    Regresi Komponen Utama.

    Daftar Pustaka

    [1] Montgomery, D.C. dan Peck, E.A. (1991) Introduction to Linear Regression

    Analysis, 2nd

    edition, A Wiley-Interscience,New York.

    [2] Neter, J. (1997) Model Linear Terapan, Bandung: Diterjemahkan oleh

    Bambang Sumantri, IPB.

    [3] Notiragayu.2008.Pembandingan Beberapa Metode Analisis Regresi

    Komponen Utama Robust.Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan

    Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lampung.

    [4] Sunaryo, S. (2011) Mengatasi Masalah Multikolinearitas dan Outlier

    dengan Pendekatan ROBPCA (Studi Kasus: Angka Kematian Bayi di Jawa

    Timur), Jurnal Matematika, Saint dan Teknologi, Jurusan Statistika, ITS,

    vol. 12, Nomor 1, Maret, pp. 1-10.

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 6- 10 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 6

    PENERAPAN METODE LEAST MEDIAN SQUARE-MINIMUM

    COVARIANCE DETERMINANT (LMS-MCD)

    DALAM REGRESI KOMPONEN UTAMA

    I PUTU EKA IRAWAN1, I KOMANG GDE SUKARSA

    2,

    NI MADE ASIH3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: [email protected],

    [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    Principal Component Regression is a method to overcome

    multicollinearity techniques by combining principal component analysis with

    regression analysis. The calculation of classical principal component analysis is

    based on the regular covariance matrix. The covariance matrix is optimal if the

    data originated from a multivariate normal distribution, but is very sensitive to

    the presence of outliers. Alternatives are used to overcome this problem the

    method of Least Median Square-Minimum Covariance Determinant (LMS-MCD).

    The purpose of this research is to conduct a comparison between Principal

    Component Regression (RKU) and Method of Least Median Square - Minimum

    Covariance Determinant (LMS-MCD) in dealing with outliers. In this study,

    Method of Least Median Square - Minimum Covariance Determinant (LMS-

    MCD) has a bias and mean square error (MSE) is smaller than the parameter

    RKU. Based on the difference of parameter estimators, still have a test that has a

    difference of parameter estimators method LMS-MCD greater than RKU method.

    Keywords: Multicollinearity, Outlier, Principal Component Regression, LMS,

    MCD

    1. Pendahuluan

    Multikolinearitas (multicollinearity) merupakan suatu kondisi pada regresi

    linear berganda dengan variable-variabel bebas saling berkorelasi. Regresi

    Komponen Utama merupakan metode yang mengatasi multikolinearitas dengan

    cara mengombinasikan teknik analisis komponen utama dengan analisis regresi.

    Pada analisis komponen utama klasik, perhitungannya didasarkan pada matriks

    kovarian biasa. Matriks kovarian ini akan optimal apabila data berasal dari suatu

    distribusi normal multivariat, tetapi sangat sensitif terhadap adanya pencilan

    (oulier) [2]. Alternatif yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah

    Metode Least Median Square-Minimum Covariance Determinant (LMS-MCD).

    Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah melihat nilai bias dan MSE parameter

    dari metode RKU setelah matriks kovarian biasa diganti dengan matriks kovarian

    mailto:[email protected]

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 6-10

    7

    robust (LMS-MCD). Pada penelitian ini, setelah matriks kovarian biasa yang

    digunakan pada RKU diganti dengan matriks kovarian robust (LMS-MCD)

    memiliki nilai bias dan mean square error (MSE) parameter lebih kecil

    dibandingkan dengan RKU. Berdasarkan selisih penduga parameter dari 100

    ulangan, masih ada ulangan yang memiliki selisih penduga parameter dari metode

    LMS-MCD yang lebih besar dari metode RKU.

    Metode Least Median Square (LMS)

    Salah satu metode regresi robust yang juga sering digunakan dalam analisis

    regresi adalah metode LMS (Least Median Square). Metode ini mempunyai

    keuntungan untuk mengurangi pengaruh dari sisaan (residual) terhadap

    keakuratan koefisien regresi. Penduga LMS diperoleh dengan mencari model

    regresi yang meminimumkan median kuadrat sisaan (𝑒𝑖2) dari himpunan-

    himpunan bagian pada data yang masing-masing sebanyak ℎ, dengan 𝑒𝑖2 =

    𝑦𝑖 − 𝑥𝑖𝑇𝑏 2 [3]. Nilai ℎ ditentukan dengan menggunakan rumus ℎ =

    𝑛

    2 +

    (𝑝+1)

    2 , dengan 𝑛= ukuran sampel (banyaknya data), 𝑝= banyaknya parameter.

    Metode Minimum Covariance Determinant (MCD)

    Pada Metode ini dicari matriks varians-kovarians dari setiap himpunan

    bagian data yang banyak elemennya ℎ′ , dengan ℎ′ =𝑛+𝑝+1

    2. Selanjutnya diantara

    matriks varian-kovarians tersebut dipilih yang memiliki determinan terkecil,

    dengan 𝑝 menyatakan banyak variabel dan 𝑛 menyatakan banyak pengamatan [1].

    2. Metode Penelitian

    Data yang digunakan adalah data simulasi yang diperoleh dengan

    membangkitkan data yang berdistribusi normal dengan menggunakan bantuan

    program R i386 2.15.2. Penyelesaian Analisis Komponen Utama dan Least

    Median Square – Minimum Covariance Determinant (LMS-MCD) pada data

    yang dibangkitkan menggunakan software MINITAB 15 dan software R i386

    2.15.2. Pada simulasi data ini, banyaknya sampel yang digunakan adalah 100

    amatan (dinotasikan 𝑛 = 100) . Sedangkan presentase pencilan yang digunakan

    adalah 10%, 15%, 𝑑𝑎𝑛 20%.

    Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Membangkitkan nilai sisaan 𝑒 , 𝑋1~ 50,5 , 𝑋2~ 100,10 , 𝑋3~(30,5), 𝑋4 =

    𝑋1 + 𝑋3 + 𝑒, Menentukan nilai 𝑌 dengan cara 𝑌 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 +

    𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4 + 𝑒. Dimana 𝛽0 = 2 dan 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 𝛽4 = 1

    2. Melakukan regresi komponen utama pada 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, 𝑋4 terhadap Y, sehingga

    diperoleh nilai penduga yang fit (𝛽 𝑓𝑖𝑡 ) dengan menggunakan R i386 2.15.2.

    3. Membangkitkan pencilan yang berdistribusi 𝑁(40,0.05) sebanyak 10% dari

    banyak amatan 𝑛 = 100 dengan menggunakan program R i386 2.15.2. dan

  • I Putu Eka Irawan, Komang Gde Sukarsa, Ni Made Asih Penerapan Metode LMS – MCD dalam Regresi Komponen Utama

    8

    memasukan pencilan pada data simulasi dengan cara menjumlahkan pencilan

    pada masing-masing variabel bebas yaitu 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3

    4. Menghitung nilai 𝑌𝑝 dari peubah bebas yang sudah terkontaminasi pencilan.

    Dengan 𝑌𝑝 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4 + 𝑒, 𝛽0 = 2 dan 𝛽1 = 𝛽2 =

    𝛽3 = 𝛽4 = 1.

    5. Melakukan analisis Regresi Komponen Utama pada data yang sudah

    terkontaminasi pencilan dengan menggunakan software R i386 2.15.2

    sehingga diperoleh 𝛽 (𝑅𝐾𝑈)𝑝

    6. Melakukan analisis data menggunakan R i386 2.15.2 dengan menggunakan

    metode Least Median Square – Minimum Covariance Determinant (LMS-

    MCD) sehingga diperoleh 𝛽 (𝐿𝑀𝑆−𝑀𝐶𝐷)𝑝 .

    7. Ulangi langkah 3 sampai 6 untuk presentase 15%, 20%.

    8. Menganalisa dan membandingkan hasil perhitungan Regresi Komponen

    Utama dengan Least Median Square-Minimum Covariance Determinant

    (LMS-MCD) berdasarkan bias parameter dan Mean Square Error (MSE).

    3. Hasil dan Pembahasan

    Teknik perhitungan analisis komponen utama menggunakan matriks

    kovarian biasa. Matriks kovarian ini akan optimal apabila data berasal dari suatu

    distribusi normal multivariat. Akan tetapi, matriks kovarian ini sensitif terhadap

    adanya pencilan. Apabila pada data terdapat pencilan, maka matriks kovarian

    akan kehilangan efisiensinya, sehingga diperlukan suatu matriks kovarian yang

    robust terhadap pencilan. Penaksir robust yang digunakan untuk kovarian adalah

    Minimum Covariance Determinant (MCD). Setelah matriks kovarian biasa pada

    metode RKU diganti dengan matriks kovarian robust, maka diperoleh komponen-

    komponen utama yang robust. Selanjutnya komponen-komponen utama yang

    robust ini diregresikan terhadap peubah tidak bebas dengan menggunakan metode

    Least Median Square.

    Berikut hasil perhitungan bias parameter dari metode RKU sebelum

    matriks kovarian biasa diganti dengan matriks kovarian robust dan sesudah

    matriks kovarian biasa diganti dengan matriks kovarian robust (LMS-MCD) yang

    disajikan dalam tabel 1.

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 6-10

    9

    Tabel 1. Hasil Perhitungan Bias Parameter untuk 100 kali Ulangan

    Presentase Pencilan Metode Intercept PC1 PC2 PC3 PC4

    10% RKU 20,0055 1,2313 0,5453 0,0308 0,4356

    LMS-MCD 1,7792 0,0119 0,1443 0,0199 0,3892

    15% RKU 30,0025 1,5189 0,6074 0,3046 0,5959

    LMS-MCD 6,7617 0,0883 0,0272 0,0308 0,4804

    20% RKU 40,0035 1,0302 0,2414 1,4092 1,1498

    LMS-MCD 13,1999 0,0324 0,0826 0,0673 0,685

    Hasil perhitungan MSE parameter dapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 2. Hasil Perhitungan Mean Square Error Parameter untuk 100 kali Ulangan

    Presentase Pencilan Metode Intercept PC1 PC2 PC3 PC4

    10% RKU 400,222 3,7153 3,2863 0,1961 2,4759

    LMS-MCD 6,3224 1,1183 2,7129 0,0523 1,7137

    15% RKU 900,152 3,6949 3,15 0,4917 3,1602

    LMS-MCD 48,8361 1,761 2,8019 0,0324 2,0185

    20% RKU 1600,28 2,9369 2,916 2,0797 2,7384

    LMS-MCD 176,411 1,8399 2,5413 0,0437 2,1958

    Berdasarkan Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa pada presentase pencilan 10%, 15%,

    dan 20% nilai bias parameter dan mean square error (MSE) parameter dari

    metode RKU sebelum matriks kovarian biasa diganti dengan matriks kovarian

    robust selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai bias parameter dan mean

    square error (MSE) parameter dari metode RKU sesudah matriks kovarian biasa

    diganti dengan matriks kovarian robust (LMS-MCD).

    Selain itu, perbandingan untuk kedua metode juga dilakukan dengan

    menghitung selisih dari penduga parameter yang dihasilkan oleh kedua metode

    dengan penduga parameter dari metode RKU pada data tanpa pencilan. Setelah

    dilakukan pengulangan 100 kali dan dihitung selisih penduga parameter dari

    masing-masing ulangan pada kedua metode, diperoleh bahwa secara umum

    metode LMS-MCD lebih bagus daripada metode RKU.

    4. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan, untuk presentase

    pencilan 10%, 15%, dan 20% pada data simulasi yang dibuat peubah-peubah

    bebasnya bermultikolinearitas menunjukkan bahwa metode RKU sesudah matriks

    kovarian biasa diganti dengan matriks kovarian robust (LMS-MCD) menunjukkan

    hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode RKU sebelum matriks

    kovarian biasa diganti dengan matriks kovarian robust. Untuk penelitian

  • I Putu Eka Irawan, Komang Gde Sukarsa, Ni Made Asih Penerapan Metode LMS – MCD dalam Regresi Komponen Utama

    10

    selanjutnya disarankan menambah jumlah ulangan dalam simulasi dan

    membandingkan peubah bebas yang dibangkitkan dari sebaran normal yang

    mengalami multikolinearitas dengan peubah bebas yang dibangkitkan dari sebaran

    data normal multivariat.

    Daftar Pustaka

    [1] Aderlina, D. 2011. Metode Minimum Covariance Determinant pada Analisis

    Regresi Linear Berganda dengan Kasus Pencilan. Skripsi. Jurusan

    Matematika F MIPA Universitas Padjadjaran.

    [2] Notiragayu. 2008. Pembandingan Beberapa Metode Analisis Regresi

    Komponen Utama Robust. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan

    Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lampung.

    [3] Rousseeuw, P.J. 1984. Least Median of Square Regresson. Journal of the

    American Statistical Association.

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 11- 16 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 11

    PENERAPAN REGRESI ZERO-INFLATED NEGATIVE BINOMIAL

    (ZINB) UNTUK PENDUGAAN KEMATIAN ANAK BALITA

    NI MADE SEKARMINI1, I KOMANG GDE SUKARSA

    2,

    I GUSTI AYU MADE SRINADI3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: [email protected],

    [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    One method of regression analysis used to analyze the count data is

    Poisson regression. Poisson regression requires that the mean value equal to the

    value of variance (equidispersion). However, sometimes the data is going

    overdispersion the state variance values greater than the mean value. One of the

    causes overdispersion is the excessive number of zero values on the response

    variable (excess zeros). One method of analysis that can be used on data that had

    overdispersion due to excess zeros is regression Zero-Inflated Negative Binomial

    (ZINB). The data that can be analyzed using the ZINB regression is the early

    childhood mortality in the province of Bali because much of the data is zero. The

    analysis showed that the data had overdispersion on Poisson regression, so the

    ZINB regression analysis was used. From the results of the ZINB regression can

    overcome overdispersion so it was better than the Poisson Regression Model.

    Keywords: Overdispersion, ZINB Regression, Poisson Regression, Early

    Childhood Mortality

    1. Pendahuluan

    Analisis regresi linear adalah salah satu metode statistika yang dapat

    menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu variabel respon 𝑌 dengan satu

    atau lebih variabel prediktor 𝑋𝑖 . Pada umumnya analisis regresi linear

    digunakan untuk menganalisa variabel respon yang berupa data kontinu dan

    berdistribusi normal. Namun dalam beberapa aplikasinya, variabel respon yang

    akan dianalisis dapat berupa data diskrit [2].

    Salah satu model yang dapat digunakan untuk menganalisis variabel respon

    diskrit Y yang berdistribusi Poisson dengan variabel bebas berupa data kategorik,

    diskrit , kontinu ataupun campuran disebut dengan model regresi Poisson. Pada

    regresi Poisson harus memenuhi asumsi variannya yaitu 𝑉𝑎𝑟 𝑌𝑖 = 𝐸 𝑌𝑖 , untuk

    setiap observasi i (i = 0,1,…,N), dilain pihak untuk data yang bertipe diskrit

    terkadang terjadi overdispersi yaitu nilai varian lebih besar dari nilai mean pada

    data respon. Salah satu penyebab terjadinya overdispersi yaitu banyaknya nilai nol

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • Ni Made.Sekarmini, Komang Gde Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Penerapan Regresi Zero-Inflated Negative

    Binomial untuk Pendugaan Kematian Balita

    12

    yang berlebih pada variabel respon (excess zeros). Penanganan model yang dapat

    digunakan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah model regresi

    Zero-Inflated Negative Binomial (ZINB). Regresi Zero Inflated Negative Binomial

    (ZINB) adalah model yang dibentuk dari distribusi campuran poisson gamma.

    Pada analisis mortalitas (kematian) sering dijumpai banyak data yang bernilai nol.

    Salah satu data mortalitas (kematian) yang cocok dianalisis dengan menggunakan

    model Regresi Zero Inflated Negative Binomial (ZINB) adalah data kematian anak

    balita. Fakta menunjukkan bahwa jarang terjadi peristiwa kematian anak balita di

    suatu daerah. Dalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas adalah

    penggunaan model Regresi Zero Inflated Negative Binomial (ZINB) untuk

    pendugaan kematian anak balita di Provinsi Bali dan faktor-faktor yang

    memengaruhi kematian anak balita.

    Model regresi Poisson adalah model regresi nonlinear yang berasal dari

    distribusi Poisson yang merupakan penerapan dari Generalized Linear Model

    (GLM). Model ini menggambarkan hubungan antara variabel respon dan variabel

    prediktor, dengan variabel respon dalam bentuk diskrit [1].

    Model regresi Poisson diberikan sebagai berikut.

    𝑌𝑖~𝑃𝑜𝑖𝑠𝑠𝑜𝑛 𝜇𝑖 𝜇𝑖 = exp(𝑋𝑖

    𝑇𝛽)

    Regresi Zero-Inflated Negative Binomial (ZINB) merupakan model yang

    dibentuk dari distribusi poisson dan distribusi gamma. Model regresi ini memiliki

    dua keadaan yaitu Keadaan pertama disebut zero state terjadi dengan probabilitas

    pi dan menghasilkan hanya observasi bernilai nol, sementara keadaan kedua

    disebut Negative Binomial state terjadi dengan probabilitas (1 - pi) dan

    berdistribusi Binomial Negatif dengan mean μ , dengan 0 ≤ pi ≤ 1 [1].

    1. Model data diskrit untuk 𝜇𝑖

    ln 𝜇𝑖 = 𝑥𝑖𝑇𝛽 , 𝜇𝑖 ≥ 0, 𝑖 = 1, … , 𝑛

    2. Model Zero-Inflation untuk 𝑝𝑖

    𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑝𝑖 = ln 𝑝𝑖

    1 − 𝑝𝑖 = 𝑧𝑖

    𝑇𝛾 , 0 ≤ 𝑝𝑖 ≤ 1, 𝑖 = 1, . . , 𝑛

    Jika nilai awal tidak bagus, maka fungsi log-likelihood dari fungsi

    probabilitas ZINB tidak linier, sehingga fungsi likelihood ini tidak dapat

    diselesaikan dengan metode numerik biasa. Oleh karena itu, digunakan algoritma

    EM (Expectation Maximization) [3].

    2. Metode Penelitian

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

    diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali yaitu data kematian anak balita

    tahun 2011 dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali. Variabel respon dalam

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 11-16

    13

    penelitian ini yaitu jumlah kematian anak balita (Y) dan variabel prediktor dalam

    penelitian ini adalah persentase Pneumonia 𝑋1 , persentase anak balita mendapat

    pelayanan kesehatan 𝑋2 , persentase anak balita mendapat vitamin A sebanyak

    2x 𝑋3 , balita gizi buruk 𝑋4 , jumlah posyandu aktif 𝑋5 . Teknik analisis

    datanya yaitu pertama melakukan pengumpulan data lalu melakukan analisis

    regresi poisson. Dari model yang telah diperoleh dilakukan pemeriksaan

    terjadinya overdispersi. Jika terjadi overdispersi dilanjutkan dengan melakukan

    analisis regresi ZINB. Untuk menentukan model terbaik ZINB dilihat dari nilai

    AIC terkecil kemudian melakukan uji kesesuaian model. Selanjutnya melakukan

    pengujian signifikansi parameter secara individu. Dari model yang telah diperoleh

    dilakukan intepretasi model. Kemudian kembali dilakukan pengujian overdispersi.

    Setelah itu dilakukan perbandingan antara regresi Poisson dan regresi ZINB.

    3. Hasil dan Pembahasan

    3.1 Deskripsi Data Penelitian

    Di Provinsi Bali dengan jumlah kecamatan sebanyak 57 kecamatan terjadi

    jumlah total kematian anak balita sebanyak 41 orang dengan jumlah terbanyak di

    Kabupaten Gianyar. Jumlah data yang bernilai nol (tidak ada anak balita yang

    meninggal) sebanyak 36 data , bernilai 1 sebanyak 12 data, bernilai 2 sebanyak 3

    data, bernilai 3 sebanyak 4 data, bernilai 4 sebanyak 1 data dan bernilai 7

    sebanyak 1 data.

    3.2 Analisis Regresi Poisson

    Dari data kematian anak balita di Provinsi Bali diperoleh nilai-nilai

    Koefisien 𝛽 dan nilai uji Wald seperti tampak pada Tabel 3.1.

    Tabel 3. 1 Koefisien Regresi Model Regresi Poisson

    Variabel Prediktor Koefisien 𝛽 Uji Wald P-Value

    Intercept 1,3232 0,78 0,377

    𝑋1 0,0027 0,06 0,8062

    𝑋2 0,0146 2,21 0,1372

    𝑋3 -0,0394 5,85 0,0155*

    𝑋4 0,3174 0,76 0,3830

    𝑋5 0,0085 4,47 0,0344* Sumber :Data diolah tahun 2013; *. Signifikan pada 𝛼 = 0.05

    Berdasarkan Tabel 3.1 diperoleh model Regresi Poisson yaitu:

    𝜇 = exp 1,9769 − 0,0294𝑋3 + 0,0074𝑋5

    Sebagai langkah selanjutnya dilakukan uji kesesuaian Regresi Poisson.

  • Ni Made.Sekarmini, Komang Gde Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Penerapan Regresi Zero-Inflated Negative

    Binomial untuk Pendugaan Kematian Balita

    14

    Uji kesesuaian regresi poisson dilakukan dengan menggunakan prosedur

    pengujian nilai Deviansi dengan hipotesis sebagai berikut:

    𝐻0: Model Regresi Poisson cocok pada data

    𝐻1: Model Regresi Poisson tidak cocok pada data

    Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh nilai devians dan pearson chi-

    square seperti tampak pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Uji Devians dan Taksiran Dispersi pada Regresi Poisson

    Kriteria DB Nilai Nilai/DB

    Devians 54 94,0535 1,7417

    Pearson Chi-square 54 135,3078 2,5057

    Sumber : Data diolah tahun 2013

    Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa nilai devians lebih besar dari nilai tabel

    𝜒0.05;542 = 72,1358 . Oleh karena itu, 𝐻0 ditolak yang berarti bahwa model regresi

    Poisson tidak dapat menjelaskan hubungan antara variabel respon 𝑌 dengan

    variabel-variabel bebas 𝑋3,𝑋5 . Lebih lanjut lagi, dilakukan pemeriksaan

    terjadinya overdispersi.

    Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa nilai Devians/ DB dan nilai Pearson Chi-

    square/ DB lebih besar dari 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi

    overdispersi pada data respon 𝑌 . Oleh karena itu, harus dilakukan analisis

    Regresi ZINB.

    3.3 Analisis Regresi Zero-Inflated Negative Binomial (ZINB)

    Input data persentase anak balita mendapat vitamin A sebanyak 2x

    menghasilkan model awal ZINB untuk variabel prediktor 𝑋3 yaitu:

    1. Model data diskrit untuk 𝜇𝑖 yaitu: ln 𝜇𝑖 = 0,7425 − 0,0069𝑋3

    2. Model zero-inflated untuk 𝑝𝑖 yaitu: 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑝𝑖 = −8,8337 + 0,0854𝑋3

    dengan nilai AIC sebesar 139,5338.

    Sedangkan input data jumlah posyandu aktif menghasilkan model awal

    ZINB untuk variabel prediktor 𝑋5 yaitu:

    1. Model data diskrit untuk 𝜇𝑖 yaitu:

    ln 𝜇𝑖 = 0,5827 − 0,0054𝑋5

    2. Model zero-inflated untuk 𝑝𝑖 yaitu:

    𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑝𝑖 = 2,3973 − 0,0523𝑋5

    dengan nilai AIC sebesar 134,3934.

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 11-16

    15

    Lebih lanjut lagi, data-data persentase anak balita mendapat vitamin A

    sebanyak 2x dan jumlah posyandu aktif menghasilkan model awal ZINB untuk

    variabel prediktor 𝑋3 dan 𝑋5 yaitu:

    1. Model data diskrit untuk 𝜇𝑖 yaitu:

    ln 𝜇𝑖 = 0,2724 + 0,0061𝑋3 − 0,0089𝑋5

    2. Model zero-inflated untuk 𝑝𝑖 yaitu:

    𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑝𝑖 = −49,1936 + 0,6367𝑋3 − 0,2412𝑋5

    dengan nilai AIC sebesar 123,1146.

    Sebagai langkah selanjutnya, dilakukan pemilihan model Regresi ZINB

    terbaik. Model dengan AIC terkecil adalah model regresi ZINB dengan dua

    variabel yaitu 𝑋3 dan 𝑋5. Hal ini berarti bahwa peluang respon Y bernilai nol

    dipengaruhi oleh persentase anak balita mendapat vitamin A 2x 𝑋3 dan jumlah

    posyandu aktif 𝑋5 . Lebih lanjut lagi, dilakukan pengujian kesesuaian model

    Regresi ZINB. Adapun Hipotesisnya adalah:

    𝐻0: β0 = β3 = β5 = γ0 = γ3 = γ5 = 0

    𝐻1: paling sedikit ada satu βj ≠ 0 atau γj ≠ 0

    dengan j = 1, 2, … , 5

    Dari data diperoleh nilai uji G:

    𝐺 = −2 −65,804 − −54,557 = 22,494

    Kriteria uji dengan menggunakan = 0,05 , dari tabel chi-square diperoleh

    𝜒0.05;42 = 9,488. Tampak bahwa Ghitung> Gtabel sehingga keputusannya H0 ditolak,

    yang artinya model regresi ZINB dengan dua variabel layak digunakan.

    Lebih lanjut lagi dilakukan pengujian signifikansi parameter Regresi ZINB

    secara individu. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien Regresi ZINB dan nilai

    uji Wald seperti tampak pada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Koefisien Regresi ZINB dengan dua variabel prediktor 𝑋3 𝑑𝑎𝑛 𝑋5

    Parameter Koefisien Uji Wald P-Value

    𝛽0 0,2724 0,02 0,8846

    𝛽3 0,0061 0,07 0,7919

    𝛽5 -0,0089 1,34 0,2473

    𝛾0 -49,1936 1,84 0,1753

    𝛾3 0,6367 1,89 0,1695

    𝛾5 -0,2412 1,76 0,1852

    Sumber: Data diolah tahun 2013

    Berdasarkan kriteria uji parameter Regresi ZINB memiliki 𝑃 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 > 𝛼 =

    0.05, dan 𝑊𝑗 < 𝜒𝛼 ;12 = 3.841, yang artinya ketika pengujian secara individu

    menggunakan uji Wald tidak ada variabel prediktor yang berpengaruh secara

    signifikan terhadap variabel respon.

    Berikutnya dilakukan kembali pengujian overdispersi. Berdasarka hasil

    perhitungan pada regresi ZINB diperoleh nilai Devians/ DB sebesar 2,1395 dan

  • Ni Made.Sekarmini, Komang Gde Sukarsa, I G.A.M. Srinadi Penerapan Regresi Zero-Inflated Negative

    Binomial untuk Pendugaan Kematian Balita

    16

    nilai Pearson Chi-square/ DB sebesar 0,9655. Hal ini mengindikasikan tidak

    terjadi overdispersi.

    3.4 Perbandingan Model Regresi Poisson dengan Model Regresi ZINB

    Tabel 3.4 Nilai devians, Pearson Chi-Square dan AIC.

    Kriteria Regresi Poisson Regresi ZINB

    Devians 94,0535 109,1146

    Pearson Chi-Square 135,3078 49,2389

    AIC 150,94 123,1146

    Sumber: Data diolah tahun 2013

    Dari nilai Pearson Chi-Square dan nilai AIC, regresi ZINB lebih tepat

    digunakan untuk memodelkan kematian anak balita dibandingkan dengan model

    regresi Poisson.

    4. Kesimpulan

    Untuk kematian anak balita di Provinsi Bali tahun 2011 berdasarkan nilai

    AIC terkecil diperoleh model regresi ZINB dengan dua variabel prediktor yaitu

    Model data diskrit untuk 𝜇𝑖 yaitu:

    ln 𝜇𝑖 = 0,2724 + 0,0061𝑋3 − 0,0089𝑋5

    Model zero-inflated untuk 𝑝𝑖 yaitu:

    𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡 𝑝𝑖 = −49,1936 + 0,6367𝑋3 − 0,2412𝑋5

    Dari semua variabel prediktor yang digunakan pada model regresi ZINB

    tidak ada yang berpengaruh secara signifikan terhadap penyebab kematian anak

    balita. Dalam penelitian ini regresi ZINB dapat mengatasi masalah overdispersi

    yang disebabkan oleh excess zeros.

    Daftar Pustaka

    [1] Ariawan, B., Suparti & Sudarno. 2012. “Pemodelan Regresi Zero Inflated

    Negative Binomial ( ZINB ) Untuk Data Respon Diskrit dengan Excess

    Zeros”. Gaussian. Vol. 1, No. 1 , 55-64.

    [2] Sundari, I. 2012. “Regresi Poisson dan Penerapannya untuk Memodelkan

    Hubungan Usia dan Perilaku Merokok Terhadap Jumlah Kematian Penderita

    Penyakit Kanker Paru-Paru”. Jurnal Matematika Unad. Vol. 1, no. 1,

    Oktober, 75-80.

    [3] Garay, A.M. and Hashimoto, E.M. 2011. “On Estimation And Influence

    Diagnostics for Zero Inflated Negative Binomial Regression Models”.

    Computational Statistics and Data Analysis. Vol. 55 , 1304-1318.

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 17- 22 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 17

    KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT

    DALAM PENGELOMPOKAN

    I MADE ANOM ARIAWAN1, I PUTU EKA NILA KENCANA

    2,

    NI LUH PUTU SUCIPTAWATI3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: [email protected],

    2 [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    One of functions of multivariate analysis is to group data. Multivariate

    analysis often used in grouping data are cluster analysis and biplot analysis. In

    this paper, a comparative analysis will be made between clusters analysis and

    biplot analysis for grouping the data. Technique used in the cluster analysis is k-

    mean method and biplot analysis used two-dimensional display. The results ware

    that biplot analysis produces are better in grouping accuracy than clusters

    analysis. But in general, biplot analysis can not be said to be better than clusters

    analysis in grouping the data and vice versa.

    Keywords: comparative, multivariate analysis , clusters analysis, biplot analysis

    1. Pendahuluan

    Analisis multivariat merupakan analisis statistika yang berkaitan dengan

    pendiskripsian ataupun interpretasi data yang melibatkan banyak peubah dan

    objek secara bersama-sama [1]. Salah satu interpretasi yang dimaksud adalah

    pengelompokan data [4]. Pengelompokan data merupakan pengorganisasian

    sekumpulan data yang besar dengan cara membagi data tersebut kedalam

    beberapa gerombol (kelompok). Gerombol-gerombol yang terbentuk akan mampu

    menjelaskan adanya persamaan maupun perbedaan dari keseluruhan data yang

    diteliti [2]. Tujuan dari pengelompokan data adalah untuk mempermudah proses

    analisis dan interpretasi dari data besar dengan membagi data tersebut menjadi

    beberapa gerombol.

    Terdapat beberapa teknik dalam pengelompokan suatu data. Namun dalam

    tulisan ini, pengelompokan data yang dimaksudkan adalah pengelompokan data

    yang didasarkan pada objek dari data tersebut. Salah satu analisis yang sering

    digunakan untuk pengelompokan ini adalah analisis gerombol (cluster). Analisis

    gerombol merupakan analisis multivariat yang bertujuan untuk mengelompokkan

    objek-objek dari data yang diteliti berdasarkan kesamaan karakteristik yang

    dimilikinya [7]. Kesamaan karakteristik ini biasanya diukur menggunakan ukuran

    kedekatan antarobjek yang dapat berupa ukuran kemiripan atau ketakmiripannya.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • I M. Anom Ariawan, I P.E. Nila Kencana, N.L.P. Suciptawati Komparasi Analsis Gerombol (Cluster)

    dan Biplot dalam Pengelompokan

    18

    Lebih jauh mengenai pengelompokan data berdasarkan objek, analisis multivariat

    lain yang juga sering digunakan adalah analisis biplot. Tujuan analisis ini adalah

    untuk menggambarkan baris (objek) dan kolom (peubah) yang ada pada matriks

    data secara bersama-sama dalam sebuah grafik berdimensi rendah (biasanya dua

    atau tiga) [3]. Penggambaran ini meliputi keragaman dan korelasi antar peubah,

    serta kedekatan antarobjek yang nantinya akan mampu mengidentifikasikan

    pengelompokan objek.

    Kedua analisis multivariat tersebut memiliki keunggulan masing-masing,

    analisis gerombol mampu digunakan dalam mengelompokkan data dalam jumlah

    objek yang besar serta dengan skala pengukuran peubah yang berbeda mulai dari

    nominal sampai interval [2]. Analisis biplot mampu menampilkan secara

    langsung peubah penciri atau peubah yang paling dominan dari suatu kelompok

    objek yang terbentuk pada hasil tampilan analisis biplot [7]. Pada tulisan ini akan

    dilakukan komparasi pada kedua analisis tersebut untuk melihat analisis terbaik

    dalam pengelompokan objek dari suatu data. Komparasi ini dilakukan dengan

    melihat ketepatan setiap objek dalam kelompok-kelompok yang dihasilkan dari

    kedua analisis itu terhadap posisi objek tersebut dalam kelompok pada data

    kontrol. Suatu objek dikatakan memiliki ketepatan jika berada dalam kelompok

    yang sama baik itu pada kelompok hasil analisis maupun kelompok pada data

    kontrol. Sebagai contoh, objek i dikatakan memiliki ketepatan apabila objek

    tersebut berada dalam kelompok 1 pada data kontrol dan kelompok 1 pada hasil

    pengelompokan analisis gerombol.

    2. Metode Penelitian

    Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder yang diambil

    dari tulisan tentang kredit usaha rakyat (KUR) suatu bank swasta di Kota

    Denpasar [6]. Dalam data ini terdapat seratus objek yang telah terbagi menjadi

    tiga kelompok dan dengan sembilan peubah yang memiliki skala pengukuran

    yang beragam mulai dari nominal sampai interval. Tiga kelompok tersebut

    digunakan sebagai kontrol dalam proses perbandingan yang akan dilakukan.

    Teknik pengelompokan data yang digunakan dalam analisis gerombol adalah

    teknik tak berhirarki yaitu menggunakan k-mean methods, sementara itu dalam

    tampilan analisis biplot hanya akan menggunakan dua dimensi saja, sehingga

    lebih mudah dalam penafsiran kelompok yang terbentuk.

    Langkah-langkah analisis data dalam tulisan ini sebagai berikut.

    1. Mempersiapkan data yang akan dianalisis dengan tahapan sebagai beikut.

    a. Menghilangkan peubah dengan skala nominal dan mengubah peubah

    dengan skala ordinal menjadi kontinu dengan Method of Successive

    Interval (MSI) agar semua peubah yang akan digunakan nantinya akan

    berskala kontinu, sehingga mampu dianalisis dengan analisis gerombol

    dan biplot bersama-sama.

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 17-22

    19

    b. Melakukan standarisasi data pada hasil langkah a sebelumnya, agar satuan

    pada setiap peubah dalam data yang digunakan sama.

    2. Melakukan analisis gerombol dengan tahapan sebagai berikut.

    a. Pengelompokan data dengan teknik tak berhirarki (k-means method),

    memperhatikan jumlah kelompok yang nantinya akan dibentuk sudah

    ditentukan.

    b. Melakukan uji hipotesis beda rataan untuk dua populasi saling bebas, yaitu

    pada kelompok-kelompok hasil analisis gerombol terhadap kelompok-

    kelompok pada data kontrol.

    c. Membandingkan hasil pengelompokan analisis gerombol dengan

    pengelompokan pada data kontrol untuk mendapatkan persentase

    ketepatan untuk semua objek pada data yang dianalisis.

    3. Melakukan analisis biplot dengan tahapan sebagai berikut.

    a. Pemilihan parameter 𝛽 = 1 pada dekomposisi matriks 𝑆 = 𝑈𝐿𝛽𝐿𝛽−1𝐴′

    agar memberikan tampilan biplot yang menekankan pada gambaran jarak

    antara pasangan baris sehingga baik digunakan untuk melihat kedekatan

    objek-objeknya[5]

    .

    b. Pembentukan kelompok pada hasil analisis biplot yaitu dengan melakukan

    proyeksi ortogonal setiap objek terhadap semua vektor (peubah) yang ada

    dalam tampilan analisis biplot. Semua objek yang berada dalam satu

    kelompok yang sama akan memiliki jarak yang relatif dekat terhadap suatu

    peubah yang sama.

    c. Melakukan analisis deskriptif pada kelompok dalam data kontrol untuk

    melihat variansi setiap peubah dalam kelompok tersebut.

    d. Membandingkan hasil pengelompokan analisis biplot dengan

    pengelompokan pada data kontrol untuk mendapatkan persentase

    ketepatan untuk semua objek pada data yang dianalisis.

    4. Mengkomparasikan dua hasil analisis yang telah dilakukan.

    3. Hasil dan Pembahasan

    Pada langkah awal, dari sembilan peubah yang ada pada data KUR hanya

    digunakan enam peubah dengan skala pengukuran kontinu dan satu peubah

    dengan skala pengukuran ordinal. Peubah dengan skala ordinal ini selanjutnya

    diubah menjadi skala pengukuran kontinu dengan Method of Successive Interval

    (MSI). Sehingga pada analisis berikutnya digunakan data dengan tujuh peubah

    kontinu. Berikutnya data tersebut distandarisasi untuk menyamakan satuannya,

    data hasil standarisasi selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu

    sesuai dengan jumlah kelompok pada data kontrol. Pengelompokan dilakukan

    dengan analisis gerombol yaitu dengan k-mean methods. Selanjutnya dilakukan

    uji hipotesis beda rataan dua populasi saling bebas pada kelompok hasil analisis

    gerombol dengan kelompok pada data kontrol. Hasil uji tersebut menyimpulkan

    bahwa kelompok 1, 2 dan 3 pada pengelompokan hasil analisis gerombol masing-

  • I M. Anom Ariawan, I P.E. Nila Kencana, N.L.P. Suciptawati Komparasi Analsis Gerombol (Cluster)

    dan Biplot dalam Pengelompokan

    20

    masing sama dengan kelompok 1, 2 dan 3 pada data kontrol, sehingga proses

    perbandingan dapat dilakukan. Berdasarkan hasil perbadingan antara kelompok

    hasil analisis gerombol dengan kelompok pada data kontrol, didapat 44 objek

    berada dalam kelompok yang sama baik itu pada kelompok hasil analisis

    gerombol maupun kelompok pada data kontrol, dengan kata lain didapatkan

    persentase ketepatan sebasar 44%.

    Setelah mendapatkan persentase ketepatan pada hasil pengelompokan

    analisis gerombol, selanjutnya dilakukan analisis biplot. Hasil analisis biplot

    ditampilkan pada Gambar 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi yang

    ditampilkan dari dimensi satu dan dua pada tampilan analisis biplot adalah sebesar

    47% dari keseluruhan informasi dari data yang digunakan. Tampilan biplot pada

    Gambar 1 juga memperlihatkan adanya korelsi antarpeubah yang ditunjukan oleh

    sudut yang terbentuk antarpeubah tersebut, yaitu semakin kecil sudut yang

    terbentuk antarpeubah maka korelasi antarpeubah tersebut makin besar. Peubah-

    peubah yang saling berkorelasi yaitu X1 dengan X4, X5 dengan X6 dan X7 dengan

    X9.

    Selanjutnya dilakukan proyeksi ortogonal pada setiap titik koordinat objek

    terhadap semua vektor peubah untuk mencari jarak setiap objek terhadap vektor

    peubah dalam tampilan biplot yang dihasilkan. Berdasarkan hasil proyeksi

    ortogonal dan korelasi antarpeubah pada Gambar 1, diperoleh hasil

    pengelompokan objek pada analisis biplot dan ditampilkan pada Gambar 2.

    Gambar 1. Tampilan Hasil Analisis Biplot

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 17-22

    21

    Gambar 2. Tampilan Biplot Dengan Pengelompokan Objek

    Gambar 2 menunjukkan bahwa, pada setiap kelompok yang terbentuk

    terdapat peubah penciri atau peubah yang paling dominan dalam kelompok

    tersebut. Peubah penciri dapat dilihat dari panjang vektor dari peubah tersebut

    yang lebih panjang dibandingkan vektor yang dibentuk oleh peubah lain dalam

    satu kelompok yang sama. Pada kelompok 1, 2 dan 3 mempunyai peubah penciri

    yaitu berturut-turut adalah X5, X3 dan X9.

    Berikutnya dilakukan analisis deskriptif pada data kontrol untuk melihat

    peubah dengan variansi terbesar pada masing-masing kelompok yang ada pada

    data kontrol. Hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa peubah dengan variansi

    terbesar untuk kelompok 1, 2 dan 3 pada data kontrol masing-masing adalah X5,

    X3 dan X9. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan pengelompokan objek pada

    Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 pada hasil pengelompokan

    analisis biplot dan kelompok 1 pada data kontrol memiliki peubah dominan yang

    sama yaitu X5. Selanjutnya, kelompok 2 pada hasil pengelompokan analisis biplot

    juga memiliki peubah dominan yang sama dengan kelompok 2 pada data kontrol

    yaitu X3. Pada kelompok 3 dari hasil pengelompokan analisis biplot dan kelompok

    3 pada data kontrol juga memilki peubah dominan yang sama yaitu X9.

    Selanjutnya dilakukan proses perbandingan antara kelompok pada data kontrol

    dengan kelompok hasil analisis biplot. Hasilnya diperoleh persentase ketepatan

    sebesar 52%.

    Berdasarkan hasil perbandingan antara kelompok data kontrol dengan

    kelompok hasil analisis gerombol dan analisis biplot, didapatkan bahwa

    persentase ketepatan yang diperoleh dari hasil analisis gerombol dan analisis

    biplot secara berturut-turut adalah 44% dan 51%. Hal ini berarti, pada

    perbandingan yang dilakukan terlihat bahwa pengelompokan analisis biplot

  • I M. Anom Ariawan, I P.E. Nila Kencana, N.L.P. Suciptawati Komparasi Analsis Gerombol (Cluster)

    dan Biplot dalam Pengelompokan

    22

    menghasilkan persentase ketepatan yang lebih baik dari pada pengelompokan

    analisis gerombol.

    4. Kesimpulan

    Hasil penelitian diperoleh bahwa pengelompokan analisis biplot

    menghasilkan persentase ketepatan yang lebih baik dari pada pengelompokan

    analisis gerombol. Namun secara umum belum dapat dikatakan bahwa analisis

    biplot lebih baik dari analisis gerombol dalam pengelompokan data dan begitu

    juga sebaliknya.

    Daftar Pustaka

    [1] Bilodeau, Martin and Brenner. D. 1999. Theory of Multivariate Statistics.

    New York: Spinger.

    [2] Everitt, B. S., Landau. S., Leese. M., dan Stahl, D. 2011. Cluster Analysis.

    Fifth Edition. London: John Wiley & Sons, Ltd.

    [3] Gabriel, K.R. 1971. The Biplot Graphic Display of Matrices with Application

    to Principal Componen Analysis. Biometrika 58(3): 453-467

    [4] Johnson, R. A. and D. W. Wichern. 2007. Applied Multivariat Statistical

    Analysis. Sixth Edition. New Jersey: Printice Hall.

    [5] Kohler, Ulrich dan Magdalena Luniak. 2005. Data Inspection Using Biplot.

    Berlin: Stata Corp LP.

    [6] Kusumawardani, N. M. D., 2011. Pengklasifikasian Debitur Kredit Usaha

    Rakyat (KUR) Dengan Analisis Deskriminan Dan Regresi Logistik Ordinal.

    Skripsi. Jurusan Matematika, Fakultas Mipa dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Universitas Udayana.

    [7] Mattjik, A. A., dan I. M. Sumertajaya. 2011. Sidik Peubah Ganda. Bogor:

    Institut Pertanian Bogor Press.

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 23-28 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 23

    KARAKTERISTIK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

    MENURUT SUBSEKTOR PENYUSUN

    PUTU OKA SURYA ARSANA1, MADE SUSILAWATI

    2, KETUT JAYANEGARA

    3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: 1 [email protected],

    2 [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    Bali instead of famous for tourism also popular at agriculture. One of them is

    subak. It is a culture heritage in the world. To cope with this problem the

    development in agriculture should be increased. The goal for this research are to

    know the identifiier factors of agriculture devolopment in Bali, the most dominat

    factors, and the variable which represent the development of agriculture in Bali.

    The method of analysis used for this research is factors analysis. Factor analysis

    is used to reduce the data or summary, for variable which is being changed to a

    new variable called factor and still load many information contained in a real

    variable. The method used in the factor analysis is principal component analysis

    method. Many factors are determined by eigen values. The factor rotation which

    used is varimax rotation. Based on the research results, got seven factors with the

    diversities which can be explained are 76.417%. Factors dryland farming as the

    most dominant factor identifier with the total value of the largest eigenvalues is

    4.564 or 25.356% with variables representing these factors are widely planted

    potatoes and pulses.

    Keywords: factor Analysis, principal component analysis, eigen value, factor

    rotation.

    1. Pendahuluan

    Pulau Bali selain terkenal dari sektor parawisata juga terkenal pada sektor

    pertaniannya, contohnya sistem subak yang telah menjadi warisan budaya dunia.

    Selain pertanian tanah sawah, Bali juga mempunyai indikator pertanian tanah

    bukan sawah seperti perkebunan, tanaman ubi-ubian, dan palawija serta perikanan

    yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Untuk menyikapi hal

    tersebut, maka pembangunan pada sektor pertanian harus lebih ditingkatkan

    dengan cara mengetahui faktor-faktor penciri pembangunan sektor pertanian di

    Provinsi Bali. Salah satu analisis peubah ganda yang dapat mengetahui faktor-

    faktor penciri sektor pertanian di Provinsi Bali adalah analisis faktor. Dalam

    penelitian ini akan dilakukan analisis faktor untuk mendapatkan faktor-faktor

    mailto:[email protected]

  • P.Oka Surya Arsana, Made Susilawati, Ketut Jayanegara Karakteristik Sektor Pertanian di Provinsi

    Bali Menurut Subsektor Penyusun

    24

    penciri dan mendapatkan peubah yang mewakili masing-masing faktor penciri

    tersebut.

    Analisis peubah ganda merupakan suatu bagian analisis statistika yang

    menganalisis secara simultan peubah yang jumlahnya lebih dari dua dimana

    analisisnya dilakukan secara serempak. Analisis peubah ganda merupakan

    perluasan dari analisis univariat dan bivariat (Supranto, [5]).

    Beberapa kegunaan penting dari analisis peubah ganda adalah (Siswadi, dan

    Suharjo, [4]): a) Penyederhanaan struktur. Upaya ini dilakukan untuk memperoleh

    cara-cara yang lebih mudah dalam mempresentasikan kompleksitas permasalahan

    yang dihadapi, b) Pengelompokan peubah, akan dilihat apakah peubah-peubah

    berada dalam satu kelompok atau tidak, c) Analisis kesalingtergantungan. Sasaran

    dari analisis ini adalah untuk memeriksa kesalingtergantungan peubah-peubah, d)

    Analisis ketergantungan. Dalam hal ini satu atau lebih peubah digunakan untuk

    memeriksa ketergantungannya terhadap peubah lain, e) Pembentukan dan

    pengujian hipotesis.

    Analisis faktor merupakan salah satu teknik statistika multivariat berupa

    metode interdependensi yang digunakan untuk meringkas informasi yang ada

    dalam peubah awal menjadi satu set dimensi baru atau peubah ( factor). Hal ini

    dilakukan dengan cara menentukan struktur melalui data summarization atau data

    reduction (Hair et al , [2]).

    Misalkan terdapat 𝑝 indikator dan 𝑝 faktor, maka dapat dibuat model

    sebagai berikut (Sharma, [3]) :

    𝑋 1 = 𝜆11𝐹1 + 𝜆12𝐹2 + . . . + 𝜆1𝑝𝐹𝑝 + ɛ1;

    𝑋 2 = 𝜆21𝐹1 + 𝜆22𝐹2 + . . . + 𝜆2𝑝𝐹𝑝 + ɛ2;

    𝑋 𝑝 = 𝜆𝑝1𝐹1 + 𝜆𝑝2𝐹2 + . . . + 𝜆𝑝𝑝𝐹𝑝 + ɛ𝑃

    dengan 𝑋1,𝑋2, . . . , 𝑋𝑃 adalah indikator dari 𝑝 faktor, 𝜆11 ,𝜆12 , . . . , 𝜆 𝑝𝑝 adalah

    muatan (pembobot) peubah ke-1 sampai ke-𝑝 pada faktor ke-1 sampai 𝑝,

    𝐹1, 𝐹2, . . . , 𝐹𝑃 menyatakan faktor ke-1 sampai ke-𝑝 dan ɛ1, ɛ2, . . . , ɛ𝑃 faktor unik

    untuk peubah ke-1 sampai ke- 𝑝.

    Salah satu solusi dalam analisis faktor adalah dengan menggunakan

    pendekatan Analisis Komponen Utama (AKU). Misal dari pengamatan 𝑝 peubah

    dan 𝑛 objek, dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut:

    𝑋𝑛×𝑝 =

    𝑥11 𝑥12𝑥21 𝑥22

    ⋯ 𝑥1𝑝⋯ 𝑥2𝑝

    ⋮ ⋮𝑥𝑛1 𝑥𝑛2

    ⋮ ⋮⋯ 𝑥𝑛𝑝

    , Σ𝑝×𝑝 =

    Σ11 Σ12Σ21 Σ22

    ⋯ Σ1𝑝⋯ Σ2𝑝

    ⋮ ⋮Σ𝑝1 Σ𝑝2

    ⋮ ⋮⋯ Σ𝑝𝑝

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 23-28

    25

    dengan E(X) = µ, matriks ragam Σ, dan komponen utamanya

    𝐹𝑖 , 𝑖 = 1,2, . . . , 𝑝. 𝐹 1 = 𝑐11𝑋1 + 𝑐12𝑋2 + . . . + 𝑐1𝑝𝑋𝑝 = 𝑐1

    ′ 𝑋;

    𝐹 2 = 𝑐21𝑋1 + 𝑐22𝑋2 + . . . + 𝑐2𝑝𝑋𝑝 = 𝑐2′ 𝑋;

    ⋮ 𝐹 𝑝 = 𝑐𝑝1𝑋1 + 𝑐𝑝2𝑋2 + . . . + 𝑐𝑝𝑝𝑋𝑝 = 𝑐𝑝

    ′ 𝑋.

    Bentuk persamaan dapat dituliskan

    𝐹𝑝×𝑙 = 𝐶𝑝×𝑝′ 𝑋𝑝×𝑙 ,

    𝐹1𝐹2⋮𝐹1

    =

    𝑐11 𝑐12𝑐21 𝑎22

    ⋯ 𝑐1𝑝⋯ 𝑐2𝑝

    ⋮ ⋮𝑐𝑝1 𝑎𝑝2

    ⋮ ⋮⋯ 𝑐𝑝𝑝

    𝑥1𝑥2⋮𝑥𝑝

    Komponen utama 𝐹1 = 𝑐1′ 𝑋 diharapkan memiliki keragaman yang

    maksimum, sehingga dimungkinkan untuk memilih muatan (weight) atau

    koefisien nilai komponen sehingga faktor yang pertama menjelaskan sebagian

    besar porsi seluruh varians atau menyerap sebagian besar varians seluruh peubah.

    Kemudian muatan yang kedua dapat dipilih, sehingga faktor yang kedua

    menyerap sebagian besar sisa varians, setelah diambil faktor pertama, dengan

    syarat bahwa faktor yang kedua tidak berkorelasi dengan faktor pertama. Prinsip

    yang sama dapat dipergunakan untuk memilih faktor selanjutnya. Jadi faktor bisa

    diperkirakan sehingga nilai faktor yang satu tidak berkorelasi dengan nilai faktor

    lainnya.

    2. Metode Penelitian

    Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

    Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai indikator pertanian di Bali tahun 2011.

    Data yang digunakan dalam penelitian mencakup 57 kecamatan yang ada di

    Provinsi Bali yang berkaitan dengan sektor pertanian di Bali. berupa data

    kuantitatif dengan skala rasio yaitu Jumlah Penduduk (X1), Luas Panen Padi

    Sawah (X2), Luas Panen Ubi-ubian dan Palawija (X3), Luas Panen Tanam Sayur-

    sayuran (X4), Jumlah Produksi Buah-Buahan (X5), Jumlah Populasi Ternak Besar

    (X6), Jumlah Populasi Ternak Unggas (X7), Luas Pertanian Tanah Sawah (X8),

    Luas Pertanian Tanah Bukan Sawah (X9), Jumlah Produksi Perikanan Laut (X10),

    Jumlah Produksi Perikanan Darat (X11), Jumlah Produksi Padi Sawah (X12),

    Jumlah Produksi Hasil Perkebunan (X13), Luas Wilayah Kecamatan (X14), Luas

    Tanaman Perkebunan (X15), Luas Tanam Ubi – Ubian dan Palawija (X16), Jumlah

    Produksi Ubi – Ubian dan Palawija (X17), Luas Tanam Padi Sawah (X18).

    (BPS, [1]).

    Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: (1) mempersiapkan data pada

    Microsoft Excel 2007 yang akan diolah dengan menggunakan software SPSS.20;

  • P.Oka Surya Arsana, Made Susilawati, Ketut Jayanegara Karakteristik Sektor Pertanian di Provinsi

    Bali Menurut Subsektor Penyusun

    26

    (2) menganalisis data dengan menggunakan analisis faktor dengan metode analisis

    komponen utama; (3) memeriksa banyaknya faktor yang terbentuk dengan melihat

    nilai eigen yang lebih besar dari satu; (4) memeriksa peubah-peubah masuk ke

    faktor mana;(5) melakukan rotasi faktor dengan menggunakan rotasi varimax; (6)

    mendapatkan faktor penciri beserta peubahnya dan melakukan interpretasi faktor.

    3. Hasil dan Pembahasan

    Sebelum melakukan analisis faktor dilakukan terlebih dahulu uji kelayakan

    data dengan mengunakan uji KMO dan uji bartlett. Hasil uji KMO dan uji bartlett

    dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    Nilai KMO and Bartlett’s Test untuk korelasi antarpeubah yang diinginkan adalah

    > 0,5. Signifikansi penelitian ini adalah 0,05. Dari Tabel 3.2 diperoleh nilai KMO

    sebesar 0,602 berarti data lebih dari cukup untuk analisis faktor.

    Berdasarkan analisis dengan menggunakan analisis faktor, faktor yang

    terbentuk dengan melihat nilai eigen yang lebih besar dari satu didapatkan 7

    faktor dengan total keragaman yang dapat dijelaskan sebesar 76,417%. Faktor 1

    merupakan faktor penciri yang paling dominan dengan total nilai eigen terbesar

    yaitu 4,564 atau 25,356%.

    Selanjutnya dilakukan rotasi faktor untuk mengetahui peubah-peubah masuk

    faktor mana dan melakukan interpretasi faktor, didapatkan hasil sebagai berikut :

    a) Faktor 1 dinamakan faktor pertanian lahan kering terdiri dari lima peubah yaitu

    luas tanam ubi-ubian dan palawija, jumlah produksi ubi-ubian dan palawija,

    jumlah populasi ternak besar, luas wilayah kecamatan, dan luas pertanian tanah

    bukan sawah. Faktor ini menerangkan varian terbesar dari faktor lain yaitu sebesar

    25,356 %. Peubah yang memiliki muatan faktor terbesar adalah luas tanam ubi-

    ubian dan palawija yaitu sebesar 0,920, b) Faktor 2 dinamakan faktor pertanian

    lahan basah terdiri dari tiga peubah yaitu luas tanam padi sawah, jumlah produksi

    padi sawah, dan luas pertanian tanah sawah. Faktor ini mampu menjelaskan varian

    sebesar 15,007%. Peubah yang memiliki muatan faktor terbesar adalah luas tanam

    padi sawah yaitu sebesar 0,937, c) Faktor 3 dinamakan faktor perkebunan terdiri

    dari dua peubah yaitu jumlah produksi hasil perkebunan, dan luas tanaman

    perkebunan. Faktor ini mampu menjelaskan varian sebesar 9,645%. Peubah yang

    memiliki muatan faktor terbesar adalah jumlah produksi hasil perkebunan yaitu

    sebesar 0,764, d) Faktor 4 dinamakan faktor holtikultura terdiri dari dua peubah

    Tabel 3.2 Hasil KMO and Bartlett's test

    Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,602

    Bartlett's Test of Sphericity

    Approx. Chi-Square 604,752

    Df 153

    Sig. ,000

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 23-28

    27

    yaitu jumlah produksi buah-buahan, dan luas tanam sayur-sayuran. Faktor ini

    mampu menjelaskan varian sebesar 8,075%. Peubah yang memiliki muatan faktor

    terbesar adalah jumlah produksi buah-buahan yaitu sebesar 0,759, e) Faktor 5

    dinamakan faktor luas panen padi sawah terdiri dari dua peubah yaitu luas panen

    padi sawah, dan jumlah penduduk. Faktor ini mampu menjelasan varian sebesar

    6,517%. Peubah yang memiliki muatan faktor terbesar adalah luas panen padi

    sawah yaitu sebesar 0,782, f) Faktor 6 dinamakan faktor luas panen ubi-ubian dan

    palawija terdiri dari dua peubah yaitu luas panen ubi-ubian dan palawija, dan

    jumlah populasi ternak unggas. Faktor ini mampu menjelaskan varian sebesar

    6,078%. Peubah yang memiliki muatan faktor terbesar adalah luas panen ubi-

    ubian dan palawija yaitu sebesar 0,761, dan g) Faktor 7 dinamakan faktor

    perikanan terdiri dari dua peubah yaitu jumlah produksi perikanan laut, dan

    jumlah produksi perikanan darat. Faktor ini mampu menjelaskan varian sebesar

    5,739 %. Peubah yang memiliki muatan faktor terbesar adalah jumlah produksi

    perikanan laut yaitu sebesar 0,792.

    4. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa:

    1. Didapatkan tujuh faktor penciri pembangunan sektor pertanian di Bali yaitu

    faktor pertanian lahan kering, faktor pertanian lahan basah, faktor perkebunan,

    faktor holtikultura, faktor luas panen padi sawah, faktor luas panen ubi-ubian

    dan palawija dan faktor perikanan.

    2. Faktor penciri yang paling dominan dalam pembangunan sektor pertanian di

    Provinsi Bali adalah faktor pertanian lahan kering dengan total initial nilai

    eigen terbesar yaitu 4,564 atau 25,356%.

    3. Peubah yang mewakili masing-masing faktor yaitu luas tanam ubi-ubian dan

    palawija dengan muatan faktor sebesar 0,920 mewakili faktor pertanian lahan

    kering, luas tanam padi sawah dengan muatan faktor sebesar 0,937 mewakili

    faktor pertanian lahan basah, jumlah produksi hasil perkebunan dengan

    muatan faktor sebesar 0,764 mewakili faktor perkebunan, jumlah produksi

    buah-buahan dengan muatan faktor sebesar 0,759 mewakili faktor

    holtikultura, luas panen padi sawah dengan muatan faktor sebesar 0,782

    mewakili faktor luas panen padi sawah, luas panen ubi-ubian dan palawija

    dengan muatan faktor sebesar 0,761 mewakili faktor luas panen ubi-ubian dan

    palawija, jumlah produksi perikanan laut dengan muatan faktor sebesar 0792

    mewakili faktor perikanan.

  • P.Oka Surya Arsana, Made Susilawati, Ketut Jayanegara Karakteristik Sektor Pertanian di Provinsi

    Bali Menurut Subsektor Penyusun

    28

    Daftar Pustaka

    [1] BPS.2012. Bali dalam Angka 2012. Bali.

    [2] Hair, Joseph F., Rilph F. Anderson, Ronald L. Tahtam dan William C. Black.

    2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey : Prentice-Hall

    Inc.w

    [3] Sharma, S.1996. Applied Multivariate Techniques.John Wiley and Sons, Inc.

    New York.

    [4] Siswadi dan Budi Suharjo. 1998. Analisis Eksplorasi Data Peubah Ganda.

    IPB Press kampus IPB Taman Kencana Bogor. Bogor.

    [5] Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat (Arti dan Interpretasi). Rineka Cipta.

    Jakarta.

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 29-32 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 29

    HUBUNGAN PENGARUH PENOLONG KELAHIRAN

    TERHADAP STATUS KELAHIRAN BAYI DENGAN

    KONTROL VARIABEL CONFOUNDING

    DI KABUPATEN BULELENG

    (STUDI KASUS: PUSKESMAS SUKASADA II)

    KADEK NOVIA DWIJAYANTHI

    1, I GUSTI AYU MADE SRINADI

    2,

    NI LUH PUTU SUCIPTAWATI3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: [email protected],

    [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    One indicator of the Human Development Index (HDI) is the Infant

    Mortality Rate (IMR). IMR is lower HDI showed a better area when compared

    with other regions for different values of the same indicators. This study aims to

    determine the relationship between the birth attendants birth status and

    confounding variables that affect the status of births in Buleleng regency, with

    Sukasada II health center located in District Sukasada - Buleleng regency as the

    location of the observed cases of infant mortality. Results of analysis using

    logistic regression showed that (1) birth attendants, (2) maternal age, and (3)

    income household heads have a real influence on the status of the baby's birth.

    Birth status with medical birth attendants have the opportunity to live 2,427 times

    compared with non-medical birth attendants with controlled variables maternal

    age and income of the family head.

    Keywords: IPM, Infant Mortality, Sukasada district, Buleleng regency, Logistic

    Regression.

    1. Pendahuluan

    Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan indeks

    pembangunan Manusia (IPM). Dengan kondisi kesehatan yang optimal

    masyarakat suatu daerah mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk

    memenuhi kebutuhannya [2].

    Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang sangat penting

    dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat, karena dapat menggambarkan

    kesehatan penduduk secara umum. Tingginya angka kematian bayi tentu saja

    dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah masih kurangnya

    kemampuan dan keterampilan penolong persalinan. Pemilihan penolong

    persalinan tidak hanya memengaruhi status kelahiran bayi namun memengaruhi

    angka harapan hidup ibu yang melakukan persalinan [2].

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • K. N.Dwijayanthi, I G.A.M. Srinadi, N.L.P.Suciptawati Hubungan Pengaruh Penolong Kelah i ran Terhadap Status Kelah i ran Bayi dengan

    Kont rol Variabel Confounding

    30

    Selain penolong kelahiran, angka kematian bayi juga dikontrol oleh

    beberapa faktor yaitu umur ibu, pendidikan ibu, jenis kelamin bayi, jarak

    kelahiran, urutan kelahiran dan penghasilan keluarga.

    Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardika [1] untuk mengetahui

    faktor apa saja yang memengaruhi angka kematian bayi diperoleh hasil bahwa

    umur ibu dan pengaruh bersama antara pendidikan ibu dan jenis kelamin bayi

    yang memengaruhi status kelahiran bayi. Penolong kelahiran tidak berpengaruh

    terhadap status kelahiran bayi. Sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam

    menganalisis suatu kasus akibat adanya pengaruh variabel perancu atau

    confounding.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

    penolong kelahiran dan status kelahiran bayi di desa-desa yang berada di bawah

    tanggung jawab Puskesmas Sukasada II dan untuk mengetahui variabel perancu

    yang berpengaruh signifikan terhadap status kelahiran bayi di desa-desa yang

    berada di bawah tanggung jawab Puskesmas Sukasada II

    Confounding adalah suatu variabel dalam penelitian yang tidak tercakup

    dalam hipotesis penelitian akan tetapi muncul dalam penelitian dan berpengaruh

    terhadap variabel tidak bebas. Pengaruhnya mencampuri atau berbaur dengan

    variabel bebas (Yasril dan Kasjono, [4]). Confounding adalah distorsi oleh

    variabel luar yang dapat mengacaukan atau mempengaruhi perhitungan

    pendugaan pengaruh variabel bebas terhadap suatu kasus (Murti, [3]).

    Variabel confounding merupakan variabel luar yang pengaruhnya

    mencampuri pengaruh variabel penelitian terhadap suatu kasus (Yasril dan

    Kasjono, [4]). Ada tiga kriteria variabel confounding yaitu: (1) Merupakan faktor

    risiko bagi kasus yang diteliti; (2) Mempunyai hubungan dengan variabel bebas;

    dan (3) Bukan merupakan bentuk antara dalam hubungan kausal variabel bebas

    dan variabel tidak bebas.

    Langkah-langkah Uji Confounding: (1) Melakukan seleksi variabel kandidat

    untuk masuk dalam model dengan cara analisis regresi logistik dengan p- Value

    < 0,25; (2) Melakukan pemodelan regresi logistik ganda terhadap semua variabel

    kandidat; (3) Melakukan uji interaksi antara variabel tidak bebas dengan variabel

    bebas dan variabel confounding; (4) Melakukan uji confounder dengan

    menghitung selisih OR jika > 10% maka variabel tersebut merupakan variabel

    confounding; (5) Pemodelan akhir dan interpretasi model (Yasril dan

    Kasjono,[4]).

    2. Metode Penelitian

    Data yang digunakan adalah data ibu rumah tangga yang pernah melahirkan

    di desa-desa yang berada di bawah tanggung jawab Puskesmas Sukasada II

    kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, dengan sampel penelitian sebanyak 82

    orang.

  • e-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 4, Nopember 2013, 29-32

    31

    Status kelahiran bayi (Y) merupakan variabel respon yang dikategorikan

    menjadi dua, yaitu status kelahiran bayi hidup dan status kelahiran bayi

    meninggal. Variabel bebas terdiri dari penolong kelahiran 𝑋1 , Umur Ibu 𝑋2 ,

    Jenis Kelamin Bayi 𝑋3 , dan Jarak Kelahiran Bayi 𝑋4 . Variabel confounder

    terdiri dari Pendidikan Ibu 𝑍1 , Penghasilan Keluarga 𝑍2 , dan Urutan

    Kelahiran 𝑍3 . Selanjutnya melakukan proses langkah-langkah uji confounding

    untuk melakukan analisis penelitian

    3. Hasil dan Pembahasan

    Analisis regresi berganda dalam penelitian bertujuan untuk menganalisis

    hubungan antara variabel bebas dan beberapa variabel confounding terhadap

    variabel status kelahiran bayi. Analisis regresi yang digunakan adalah analisis

    regresi logistik ganda dengan variabel kandidat yang masuk dalam model adalah

    variabel bebas dan variabel confounding dengan nilai p-Value < 0,25. Berdasarkan

    analisis ini diperoleh variabel kandidat yang masuk dalam model adalah variabel

    penolong kelahiran (p-Value = 0,000 < 0,25), umur ibu (p-Value = 0,187 < 0,25),

    pendidikan ibu (p-Value = 0,001 < 0,25) dan penghasilan keluarga (p-Value =

    0,003 < 0,25).

    Dari hasil analisis tersebut kemudian dilakukan analisis regresi logistik

    ganda. Variabel yang masuk dalam model regresi logistik adalah variabel yang

    mempunyai p-Value kurang dari 0,05. Hasil regresi logistik ganda diperoleh

    variabel penolong kelahiran (p-Value = 0,000 < 0,05), umur ibu (p-Value = 0,013

    < 0,05) dan penghasilan keluarga (p-Value = 0,03 < 0,05) yang masuk ke dalam

    model.

    Kemudian dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya interaksi antar

    variabel bebas dan confounding yaitu antara penolong kelahiran dengan

    penghasilan keluarga dan antara umur ibu dengan penghasilan keluarga. Dari

    analisis tersebut tidak terjadi interaksi antara variabel bebas dan variabel

    confounding.

    Selanjutnya dilakukan pemeriksaan confounding yaitu dengan mengevaluasi

    variabel penghasilan keluarga yang diduga sebagai variabel confounding dengan

    membandingkan nilai OR variabel penolong kelahiran dan umur ibu dengan atau

    tanpa variabel penghasilan keluarga. Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai OR

    penolong kelahiran sebesar 19,0% > 10 % dan nilai OR umur ibu sebesar 10% >

    10 % maka variabel penghasilan kepala keluarga merupakan variabel

    confounding, sehingga diperoleh model regresi logistik adalah:

    Log p (Status Kelahiran ) = –3,169 – 3,877 (Penolong kelahiran) + 0,142 (Umur

    Ibu) + 0,375 (Penghasilan Keluarga)

    Menyatakan bahwa ibu yang melahirkan dengan penolong kelahiran medis

    menurunkan risiko untuk status kelahiran meninggal sebesar 0,021 kali

  • K. N.Dwijayanthi, I G.A.M. Srinadi, N.L.P.Suciptawati Hubungan Pengaruh Penolong Kelah i ran Terhadap Status Kelah i ran Bayi dengan

    Kont rol Variabel Confounding

    32

    dibandingkan penolong kelahiran nonmedis setelah dikontrol variabel penghasilan

    keluarga.

    4. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

    yang dilakukan pada bab sebelumnya adalah status kelahiran bayi dipengaruhi

    oleh penolong kelahiran, Umur ibu dan penghasilan kepala keluarga.

    Model Regresi Logistik Ganda yang diperoleh dari pembahasan tersebut yaitu:

    Log p ( Status Kelahiran ) = –3,169 – 3,877 ( Penolong kelahiran ) + 0,142 (

    Umur Ibu ) + 0,375 ( Penghasilan Keluarga )

    Dari model yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa ibu yang melahirkan dengan

    penolong kelahiran medis menurunkan risiko untuk status kelahiran meninggal

    sebesar 0,021 kali dibandingkan dengan penolong kelahiran nonmedis setelah

    dikontrol variabel penghasilan kepala keluarga.

    Daftar Pustaka

    [1] Ardika, I Gusti Ngurah. 2011 . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Kematian Bayi di Kabupaten Buleleng . Universitas Udayana

    [2] Dinas Kesehatan [Dikes] Kabupaten Buleleng. 2009 . Profil Kesehatan

    Kabupaten Buleleng Tahun 2008. Dikes Kabupaten Buleleng. Singaraja.

    [3] Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada

    University Press, Yogyakarta

    [4] Yasril dan Kasjono.2008. Analisis Multivariat. Mitra Cendikia Press,

    Yogyakarta

  • E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 33- 39 ISSN: 2303-1751

    1 Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana

    2,3 Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana 33

    VARIABEL LATEN SEBAGAI MODERATOR DAN MEDIATOR

    DALAM HUBUNGAN KAUSAL

    I KOMANG GEDE ANTARA1, I PUTU EKA NILA KENCANA

    2,

    KETUT JAYANEGARA3

    1,2,3Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali

    e-mail: [email protected],

    [email protected],

    [email protected]

    Abstract

    Latent variables are variables that can not be measured directly. In analysis

    of causal relationship involving three latent variables, one latent variable can be

    a moderator or mediator variables. Goodness of Fit moderation and mediation

    model of latent variables is affected by the value of the canonical correlation

    between moderator/mediator latent variables with the independent latent

    variables and dependent latent variables. If the value of both canonical

    correlation is well , so the Goodness of Fit models of mediation is getting better,

    while the opposite Goodness of Fit models will be better moderation.

    Keywords: Latent Variables, Moderator, Mediator, Canonical Correlation

    1. Pendahuluan

    Pada perkembangan analisis hubungan variabel, terutama analisis hubungan

    kausal, tidak hanya melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas (independent

    variable) dan variabel terikat (dependent variable) akan tetapi juga melibatkan

    variabel ketiga yang bisa berupa variabel moderator (moderation variable) atau

    variabel mediator (mediation variable) [1]. Variabel moderator berfungsi untuk

    memperkuat atau melemahkan pengaruh variabel bebas, sedangkan variabel

    mediator berperan untuk menghantarkan pengaruh variabel bebas terhadap

    variabel terikat [7].

    Lebih jauh mengenai perkembangan analisis hubungan variabel, saat ini

    juga berkembang analisis yang melibatkan suatu variabel yang tidak terukur atau

    dikenal dengan analisis variabel laten[4]

    , terutama analisis dalam dunia kesehatan,

    psikologi dan sosial. Pada analisis dengan meggunakan variabel laten dikenal dua

    analisis model yaitu model terukur (measurable model) dan model struktural

    (structural model)[8]. Model terukur merupakan model yang berkaitan dengan

    hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, sedangkan model struktural

    merupakan model yang berkaitan dengan hubungan antara variabel laten dengan

    variabel laten yang lain [3].

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • I K. Gede Antara, I P.E. Nila Kencana, Ketut Jayanegara Variabel Laten Sebagai Moderator dan

    Mediator dalam Hubungan Kausal

    34

    Pada model struktural, apabila hubungan yang dibangun merupakan

    hubungan kausal maka satu variabel laten akan berperan sebagai variabel bebas

    (laten eksogen) dan variabel laten lainnya sebagai variabel terikat (laten endogen).

    Selanjutnya apabila hubungan kausal yang terjadi melibatkan tiga variabel laten

    maka variabel laten yang ketiga dapat berupa moderator atau mediator pada


Recommended