Date post: | 07-Mar-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | kmj-ppb-upi |
View: | 217 times |
Download: | 3 times |
Edu News
Makna Proses Berilmu bukan Nilai Akhir
Desi Wulandari
(Mahasiswi PPB 2011)
Apa kabar Mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan? Bagaimana
keadaan mental dan fisikmu? Bagaimana dengan amunisi self konsep yang akan
disiapkan untuk semester berikutnya? Bagaimana dengan pemaknaan tumpukkan
tugas – tugas yang telah dilewati dan persiapan amanah yang akan dihadapi
selanjutnya? Bagaimana keadaan ruhiyahmu? Dan yang terakhir, bagaimana
dengan asupan ilmu yang kau dapat?
Mungkin pertanyaan – pertanyaan itu hanya sekumpulan noktah kecil dalam
lingkaran besar beragam pertanyaan yang perlu mendapat jawaban pemecahan
setepatnya. Karena, tentu kita merindukan sebuah pemaknaan yang baik dari apa
yang kita lakukan selama berstatus sebagai mahasiswa bukan?
Yap, berbicara soal makna, terdapat beberapa fenomena kehidupan di
kampus kita saat ini. Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi. Diantaranya
tentang realitas sebagian mahasiswa kita menjadi begitu berorientasi pada nilai
akhir dengan menurunkan pemaknaan sebuah proses berilmu.
Kian hari, nampaknya kita belajar di dunia pendidikan yang kian berorientasi
hasil dibandingkan proses. Mahasiswa menginginkan pemecahan masalah saat ini
juga, secepatnya juga. Misalnya disodori berbagai tips multifast diantaranya kopas
( copy/ paste ) tugas; mencari program – program cara tercepat menyelesaikan
skripsi dan tesis dalam 29 hari atau kurang; menghadapi UAS tanpa belajar; enam
jam bisa Bahasa Arab atau 24 jam terampil berbahasa asing. Lantas mahasiswa
jadi begitu terobsesi dengan hal yang serba seketika. Mahasiswa mulai menjadi
makhluk yang mengutamakan nilai akhir ketimbang proses memahami ilmu itu
sendiri. Nilai akhir itu harus diraih dengan perolehan tinggi dalam proses yang
sekejap. Dengan nada getir orang menyebut kecenderungan ini sebagai “Budaya
Instan”
Assalamu’alaikum.
Salam Pendidikan!
Segala puji dan syukur
kehadirat Allah swt yang
Maha Pengasih tak
pandang kasih, Maha
Penyayang penebar sayang.
Alhamdulillah, Edu News
Edisi Juli bisa terbit dalam
bentuk online. Mudah -
mudahan dapat
bermanfaat bagi teman-
teman PPB semua ya ^_^.
Selamat membaca..
Redaksi.
Supported by
(KMJ PPB FIP UPI)
Artikel
Edisi Kedua Juli 2012
Kesenjangan ..
Seonggok Jagung
di Kamar
Sajak karyaW. S. Rendra
Aku bertanya ...
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang menjadi layang –
layang di Ibu Kota
kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra,
teknologi, ilmu kedokteran atau apa saja,
ketika pulang ke daerahnya lalu berkata..
“Disini aku merasa asing dan sepi !”
Namun, mahasiswa sedikit terhenyak ketika menyadari ternyata
belajar bukan hanya sekedar memastikan penilaian akademik yang
tinggi adalah pencapaian yang terbaik. Alih-alih memahami ilmu dan
memanfaatkannya, kebanyakan mahasiswa justru tidak
memedulikannya. Yang perlu diperhatikan, proses belajar untuk
berilmu adalah suatu perjalanan yang tiada henti dalam menemukan
diri. Ada makna bahwa proses belajar untuk berilmu adalah juga
memiliki asas kebermanfaatan dalam mengarungi samudera
kehidupan. Ini berarti, mahasiswa perlu menyediakan waktu bagi
sesama. Sebagai seorang anak, mahasiswa juga harus meluangkan
waktu untuk membantu kedua orang tuanya, menyapa hangat dosen,
teman atau orang -orang
terdekat yang kebetulan
lewat, mengingatkan teman
untuk beribadah, membantu
orang tua atau tunanetra
menyeberang jalan,
menyisihkan sebagian uang untuk
ditabung atau disedekahkan,
melapangkan tempat duduk untuk orang lain ketika mengikuti
perkuliahan atau seminar, mendengar dengan seksama materi yang
diberikan dosen, meluangkan waktu untuk membaca buku-buku
motivasi, dsb.
Perumpamaan ini mungkin memang paling cocok untuk
kita semua. Perumpamaan sederhana dalam menyelami makna
proses berilmu adalah belajar dari sebatang pohon. Jika sebuah
pohon diberi pupuk ala kadarnya, ia mungkin bisa bertahan, tetapi
tidak berkembang dengan baik. Sebaliknya, jika diberi pupuk yang
cukup dan bukan sekedar apa yang diperlukannya, maka pohon itu
akan hidup dan berkembang, bahkan menghasilkan buah ilmu yang
melimpah. Kemudian lihatlah ketika pada akhirnya tumbuh bunga-
bunga kesuksesan bermekaran mengelilinginya.
(Inspired by Aan Sopiyan)
Pojok Inspirasi
Mengapa engkau tidak mengkhwatirkan matamu yang terlalu
banyak membaca? Sokrates menjawab,”Jika aku dapat
menyelamatkan mata hatiku, maka aku tidak akan
memedulikan sakit mataku.”
Judul : Tips Memenangkan Lomba
Karya Tulis Ilmiah
Penulis : Abdul Waid
No. ISBN : 9786027641297
Penerbit : Diva Press
Terbit : Juni 2012
Jumlah Hal : 196
Jenis Cover : Soft Cover
Sebagian diantara kita pasti ingin menjadi
juara ketika mendengar lomba karya tulis
ilmiah (LKTI). Apalagi jika hadiah yang
ditawarkan sebesar ratusan ribu bahkan
jutaan rupiah. Memang tak dipungkiri
bahwa berinteraksi dengan tulis menulis
sangat penting. Tidak hanya mahasiswa,
jurnalis,
kalangan akademisi seperti dosen, namun para guru juga
dituntut untuk kompetitif dalam bidang ini.
Nah buku karya Abdul Waid yang memiliki catatan prestasi
memukau dalam LKTI di tingkat lokal maupun nasional ini
menyajikan beberapa tips dan seni memenangkan LKTI
secara mendetail dan komprehensif. Diantaranya
menjelaskan letak kelemahan dan kesalahan dalam
menyusun KTI, tips presentasi, langkah dasar pralomba,
hingga ke persoalan mentalitas penulis, manajemen waktu,
manajemen biaya dan lain sebagainya.
g
Sarjana di Era Globalisasi Wahai pewaris peradaban, apa kabarmu hari ini? Kau tuntut ilmu bagaikan pahlawan Membekali diri untuk menjadi pencerah masa depan Kau amat cemerlang bagai mentari yang menyinari di pagi hari Itu mungkin dahulu Karna kau kini hanya sibuk menjadi pencerah dirimu sendiri Memperkaya ilmu tanpa kau berikan pada yang lain Dan apatis pada alam yang kini telah tercemar
Dahulu kau bersatu padu demi menegakkan keadilan Kini kau hanya duduk manis Melihat tapi buta, mendengar tapi tuli Membuka mulut hanya mencaci Menggunakan tangan tapi merusak
Tahukah kau sepuluh tahun kedepan Dunia akan kau geggam Tapi sekarang saja kau acuh Dingin sampai membeku
Kau bawa pergi kemana ilmu yang telah kau tanam? Tak pedulikah engkau dengan mulut yang menganga? Tak pedulikah engkau dengan penguasa yang mengacak-ngacak pendidikan dimasa kini? Tak pedulikah engkau dengan tetesan air mata yang mengemis pendidikan? Wahai kau sarjana di era globalisasi Kini ratusan juta penduduk mennunggumu Menunggu dedikasi demi perubahan dari semrawut di pagi buta 2012.
Puisi karya Anesya Nur Santika
PPB 2010
Leilissani El Zudaida (PPB 2010)
Tidak berbeda dengan mahasiswa lainnya,
Leilissani yang akrab disapa Lisa bukanlah mahasiswa jenius layaknya
Einstein. Semangat dan kesungguhan teman kita yang satu ini telah
membuktikannya dengan karya nyata. Terbukti, Lisa berhasil meraih
Juara 1 LKTI Nasional Teknik Konseling 2011, Juara 2 LKTI Qur’ani
dalam Seleksi MTQ Nasional se- UPI 2011 dan mendapat Juara 1
Anugerah UPI kategori Makalah/ Karya Tulis untuk Mahasiswa UPI
2012.
Luar biasa baget kan? Disamping prestasi lain yang berhasil
diraih, Mahasiswi yang memiliki motto “hidup sekali hiduplah yang
berarti” ini, selain pintar menulis, juga memiliki hobi membaca,
memasak dan traveling.
So, d’oa tanpa usaha adalah kebohongan, usaha tanpa do’a
adalah kesombongan merupakan kiat sukses ala Lisa yang patut kita
teladani. Berani mencoba?
Book Review
POJOK KARYA
COMING Soon
“lkti” [Lomba Karya Tulis Ilmiah]
HMJ/ PPB/ FIP/ UPI
Marhaban Ya Ramadhan!
Ayoo, meriahkan
Bulan Suci Ramadhan
dengan Bakti Sosial !
Insya Allah akan dilaksana-
kan pada tgl 12 Agustus 2012
@ Panti Asuhan Al- Kautsar.
CP: Evi ’10 (085624028680)
Aeni ’11 (085722950266)
Redaktur : Anesya Nur Santika (PPB 2010), Agni Rahmiatunnissa (PPB 2010),
Felida Ekaresta Putri (PPB 2011), Hasni Nurul Wildaniah (PPB 2011), Mulyani
(PPB 2011)
Kirim karya
terbaikmu di
Ada hadiah menarik