EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MUTASI
PADA KARYAWAN
Rian Dwi Putra
Sumedi P. Nugraha
ABSTRACT
This study aims to determine and examine how the relationship between self-
efficacy and anxiety in dealing with mutations in employees. The subjects in this
study were 80 employees. This study uses two scales, namely (a) scale of anxiety
scale facing mutations adapted from anxiety facing mutations from Gunawan
(2007) and (b) self-efficacy scale using a measure of self-efficacy from Juwita
(2017). The results of data analysis using Pearson product moment correlation
technique showed that there was a negative relationship between self-efficacy
variables to anxiety variables with a correlation value r = -0.284 with p = 0.011
(p <0.05), namely the higher the employee's self efficacy employees and
conversely the lower the self-efficacy of employees, the higher the mutation
anxiety in employees Based on the results of the study, the research hypothesis is
accepted
Keywords: anxiety, self-efficacy, employees
PENGANTAR
Mutasi merupakan istilah yang sering muncul di dunia industri dan
organisasi. Menurut Hasibuan (Putri, 2016), mutasi adalah suatu perubahan
posisi / jabatan / tempat / pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal
maupun vertikal (promosi / demosi) di dalam satu organisasi. Mutasi tidak boleh
dilakukan secara sewenang-wenang, sebab bagi pekerja yang telah menanda-
tangani perjanjian kerja tertulis, telah disebutkan jabatan atau bagian kerja
penempatan dirinya, yang berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003, yang hanya dapat diubah apabila disetujui oleh pekerja
dan perusahaan. Oleh karenanya, ketentuan pengaturan mekanisme mutasi
haruslah dibuat secara terbuka, agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Meski demikian, perusahaan memiliki hak untuk memindahkan pekerja
dari suatu bagian ke bagian lain, atau dari suatu jabatan ke jabatan lain, atau
dari suatu tempat kerja ke tempat kerja lain, dengan syarat umum yang biasa
diatur dalam perjanjian kerja, dikarenakan adanya suatu alasan mendesak,
seperti kesehatan pekerja, ketidakcakapan pekerja bekerja, berkurang atau
bertambahnya pekerjaan. Ada beberapa kasus mengenai mutasi yang terjadi
seperti terjadi Puluhan pekerja PT. Aneka Timber Furniture yang bergerak di
bidang pengolahan kayu, Kabupaten Gresik ini, Kamis (01/11/2018) melakukan
unjuk rasa akibat mutasi sepihak dan tanpa alasan yang dilakukan perusahaan
(panjinasional.net). Tidak hanya itu senin, 11 maret 2019 sebanyak 1125 pejabat
eselon IV, III, II pada Pemerintah Provinsi (Pemrov) DKI Jakarta memperoleh
mutasi. (detik news.com)
Mutasi memberikan dampak kecemasan pada karyawan yang akan
dimutasi. Kecemasan sebenarnya merupakan hal yang normal di dalam
kehidupan karena kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya
yang mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak
rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (Robichaud dan
Dugas , 2015). Menurut Prawirohusodo (Anita, 2014) rasa frustasi dan trauma
yang terus-menerus dialami dan tidak terkendalikan memunculkan kecemasan
dalam diri pekerja. Jika dibiarkan, maka hal tersebut dapat mempengaruhi
kondisi psikologi dan emosi karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2017) menemukan hasil
terdapat hubungan kecemasan dengan prestasi kerja. Semakin tinggi kecemasan
pada karyawan maka semakin rendah prestasi kerja, dan sebaliknya semakin
rendah kecemasan pada karyawan maka semakin tinggi prestasi kerja karyawan.
Oleh karena itu untuk menjaga dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja
karyawan diperlukan pengelolaan terhadap kecemasan.
Kecemasan merupakan sinyal psikopatologis yang muncul atas respons
terhadap stress. (Robinson dalam Hartono 2012). Sependapat dengan itu
menurut Batteson et, al, (2011) mengemukakan kecemasan merupakan suatu
sinyal yang berfungsi untuk memberikan peringatan dan mempersiapkan diri
individu dalam mendeteksi dan menghadapi suatu ancaman.
Penelitian skala besar yang dilakukan oleh Mortensen, (2014)
menjelaskan bahwa peningkatan level kecemasan normal dan nonklinis yang
meningkat dapat melemahkan sikap, perilaku, dan bahkan kinerja karyawan.
Orang yang cemas seringkali tidak puas dengan pekerjaan mereka. Jika itu
berlangsung, ketidakpuasan itu dapat memacu orang untuk mencari pekerjaan
lain dan akhirnya pergi. Kita juga tahu bahwa kecemasan menghambat cara kita
menangani pekerjaan kita. Orang yang cemas cenderung kurang percaya diri
bahwa mereka memiliki keterampilan yang efektif. Mereka lebih pesimis
tentang apa yang mereka lakukan akan membuat perbedaan. Dan, yang lebih
penting, mereka cenderung melakukan hal-hal yang produktif seperti
menetapkan tujuan dan mengukur diri sendiri terhadap mereka. Kemungkinan
hasil yang tragis. Orang mungkin menyerah. Mereka dapat gagal melakukan hal
yang benar karena mereka percaya itu tidak masalah. Dan, keputusasaan
mereka dapat menempatkan mereka di jalan menuju kinerja yang buruk, dan
mungkin kehilangan pekerjaan mereka.
Temuan lapangan yang peneliti temukan berdasarkan wawancara
dengan beberapa karyawan diketahui bahwa karyawan sebelumnya sudah
diberitahukan isu-isu mengenai adanya mutasi. Isu mutasi tersebut
semakin jelas kebenarannya, sehingga karyawan merasakan kecemasan
mengenai akan adanya mutasi ditempat mereka bekerja. Mereka merasa
gelisah, tertekan, khawatir, dan tegang mengenai isu-isu yang sudah mulai
terbukti kebenarannya terkait berita akan adanya mutasi
Kecemasan terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan seperti menurut Bandura (Safaria & Saputra,
2009) yaitu efikasi diri dan outcome expectancy. Efikasi diri merupakan
asesmen individu terhadap kemampuannya dalam menghadapi situasi dan
outcome expectancy merupakan perkiraan individu terhadap kemungkinan
terjadi akibat-akibat tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Smith
(Atkinson, 2010) bahwa kecemasan adalah ketakutan tanpa adanya objek
yang jelas. Tanda-tanda kecemasan adalah dalam bentuk rasa khawatir dan
perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini disertai
oleh ketidakpercayaan diri dalam menghadapi masalah. Perasaan tidak
percaya diri dalam menghadapi suatu masalah membuat seseorang
menjadi cemas dengan apa yang akan dihadapinya sehingga patut diduga
bahwa efikasi diri mempengaruhi kecemasan seseorang.
Begitu juga menurut Nevid, Rathus, & Greene (2005) faktor yang
memengaruhi kecemasan antara lain faktor kognitif dan faktor biologi.
Faktor kognitif kecemasan meliputi prediksi berlebihan terhadap rasa
takut, keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih
terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal
sinyal tubuh, dan Efikasi diri yang rendah. Efikasi diri yang rendah
disebabkan karena seseorang percaya bahwa seseorang tidak punya
kemampuan untuk menanggulangi tantangan-tantangan penuh stres yang
seseorang hadapi dalam hidup, seseorang akan merasa makin cemas bila
seseorang berhadapan dengan tantangan-tantangan itu. Sebaliknya orang
yang mampu melakukan tugas tugasnya, seseorang itu tidak akan dihantui
oleh kecemasan, atau rasa takut bila seseorang itu berusaha melakukannya.
Orang dengan Efikasi diri yang rendah (kurang yakin pada
kemampuannya untuk melakukan tugas tugas dengan sukses) cenderung
untuk berfokus pada ketidakadekuatan yang dipersepsikan (Nevid, Rathus,
& Greene, 2005).
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Jason Thompson and
Rapson Gomez (2014), menjelaskan dimana interaksi antara komponen
evaluasi diri inti dari harga diri dan efikasi diri dan stresor ambiguitas
peran dan konflik peran di tempat kerja akan secara signifikan
berkontribusi pada prediksi depresi, kecemasan, dan stres. Tingkat depresi,
stres dan kecemasan yang lebih tinggi menghasilkan tingkat ketegangan
yang lebih tinggi di antara orang-orang dengan harga diri rendah dan
Efikasi diri, tetapi efek ini akan berkurang untuk orang-orang dengan
harga diri tinggi dan / atau Efikasi diri tinggi. Sependapat dengan itu,
Atmarini (2012), mengemukakan hasil penelitiannya, dimana kemampuan
dalam menghadapi situasi akan berpengaruh terhadap besarnya tekanan
dan kecemasan yang dialami seseorang pada situasi yang mengancam.
Semakin tinggi Efikasi diri yang dimiliki individu, maka akan semakin
percaya bahwa dirinya mampu mengatasi situasi yang mengancam
sehingga tidak merasa cemas dan tidak merasa terganggu oleh situasi yang
menurutnya mengancam. Begitu sebaliknya, jika individu tidak yakin
dapat mengatasi situasi yang menurutnya mengancam serta tidak yakin
dengan kemampuannya sendiri maka mengalami kecemasan tinggi.
Efikasi diri yang tinggi membantu membuat perasaan tenang dalam
mendekati tugas dan kegiatan yang sulit. Sebaliknya, orang yang
meragukan kemampuan dirinya, mereka bisa percaya bahwa sesuatu itu
lebih sulit daripada sebenarnya (dalam Mukhid, 2009). Baron dan Byrne
(2004) mengungkapkan bila individu memiliki keyakinan diri mengenai
kemampuanya dalam menghadapi kecemasan, tubuh akan menghasilkan
obat alami dan aman, yang dapat menurunkan kecemasan dan
meningkatkan prestasi. Orang yang yakin dirinya mampu dalam
menghadapi lingkunganya, maka ketika situasi dan lingkungan yang
sedang dihadapi menekan individu tersebut, individu akan merasa tenang
dan tidak khawatir, serta dapat berfikir jernih (Baron & Byrne, 2004).
Upaya mengatasi kecemasan terhadap mutasi kerja salah satuya
adalah individu atau karyawan harus memiliki karakteristik kepribadian
yang mampu dijadikan sebagai salah satu pertahanan psikologis mengatasi
kecemasan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut Ambarwati, (2003)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa seseorang harus memiliki
keyakinan bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku yang
dibutuhkan dalam suatu tugas. Keyakinan tersebut menentukan seberapa
besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap
bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak
menyenangkan. Apabila kesulitan dialami oleh individu yang meragukan
kemampuannya, maka usaha-usaha untuk mengatasinya akan mengendur
atau bahkan dihentikan
Menurut Fadlilah, (2010) Efikasi diri adalah penilaian kognitif
yang kompleks tentang kemampuan individu di masa mendatang untuk
mengorganisasikan dan memilih tindakan yang di butuhkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Efikasi diri menekankan pada komponen
kepercayaan diri yang di miliki oleh seorang dalam menghadapi situasi
yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat di ramalkan,
atau sering kali penuh tekanan (Fadlilah, 2010). Efikasi diri yang kuat
dalam diri individu mendasari pola pikir, perasaan dan dorongan dalam
dirinya untuk merefleksikan segenap kemampuan yang ia miliki. Efikasi
diri mengarahkan individu untuk memahami kondisi dirinya secara
realistis, sehingga ia mampu menyesuaikan antara harapan akan pekerjaan
yang di inginkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Efikasi diri juga
memberikan pijakan yang kuat bagi individu untuk pengevaluasian dirinya
agar mampu menghadapi tuntunan pekerjaan dan persaingan yang dinamis
(Fadlilah, 2010). Bandura (1997), mendefinisikan efikasi diri adalah
keyakinan individu dalam kemampuannya sendiri untuk mengatur dan
menerapkan tindakan untuk menghasilkan pencapaian dan hasil yang
diinginkan. Efikasi diri adalah penilaian kognitif yang kompleks tentang
kemampuan individu dimasa mendatang untuk mengorganisasikan dan
memilih tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu. Efikasi
diri menekankan pada komponen kepercayaan diri yang dimiliki oleh
seorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung
kekaburan, tidak dapat di ramalkan, atau sering kali penuh tekanan
(Fadlilah, 2010).
Efikasi diri merupakan salah satu prediktor dalam mempengaruhi
tingkat kecemasan. Seperti penelitian Susilowati (2012) menjelaskan ada
hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan. Individu dengan
efikasi diri yang tinggi merupakan modalitas individu untuk menekan
kecemasan mutasi kerja, sehingga berdampak terhadap kemampuan dan
peluang untuk berhasil ketika mencoba untuk menyelesaikan suatu tugas.
Karyawan yang memiliki efikasi diri tinggi menilai diri mereka memiliki
kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, sedangkan mereka
memiliki efikasi diri rendah merasa tidak yakin mampu berkinerja baik
(Luszczynska, 2005).
Berdasarkan permasalahan dan uraian singkat keterkaitan antara
kedua variabel dan hasil dari wawancara yang peneliti lakukan, maka
muncul pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan
antara efikasi diri dan kecemasan menghadapi mutasi pada karyawan?”
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data berbentuk skala.
Jenis skala yang diigunkaan dalam penelitian ini yaitu skala kecemasan
dan skala efikasi diri. Skala kecemasan pada penelitian ini menggunakan
alat ukur yang peneliti modifikasi dari skala kecemasan menghadapi
mutasi dari Gunawan (2007) berdasarkan aspek Seligman (2001) dan
Robinson (2006). yang mengukur 4 aspek kecemasan yaitu psikologis,
somatic, kognitif, dan motorik. Skala kecemasan dalam penelitian ini
berjumlah 28 aitem pernyataan yang terdiri dari 16 aitem pernyataan
favourable dan 12 aitem pernyataan unfavourable.
Skala Efikasi Diri pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang
di adaptasi dari skala efikasi diri Bandura (Juwita, 2017) yang mengukur 3
aspek efikasi diri antara lain: level, strength, dan generality. Skala efikasi
diri dalam penelitian ini berjumlah 45 aitem pernyataan yang terdiri dari
28 aitem pernyataan favourable dan 17 aitem pernyataan unfavourable.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan dalam
menghadapi mutasi pada karyawan. Metode analisis data dalam penelitian
ini adalah analisis statistik dengan bantuan Program Statistical Product
And Service Solution (SPSS) ver. 23.0 for windows. Adapun analisis
statistik yang akan dilakukan yaitu uji validitas dan reliabilitas skala, uji
normalitas menggunakan kolgoromonov smirnov, uji linieritas dengan
anova dan uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment
correlation.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Responden Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 80
responden dari karyawan. Adapun gambaran umum mengenai
responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Deskripsi subjek berdasarkan kategori jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 62 77,2 %
Perempuan 18 22,8 %
Total 80 100 %
Tabel 2
Deskripsi subjek berdasarkan kategori masa kerja
Lama kerja Jumlah Persentase
< 5 tahun 9 11,25 %
5 tahun – 10
tahun
50 62,5 %
> 10 tahun 21 26,25 %
Total 80 100 %
Tabel 3
Deskripsi subjek berdasarkan kategori usia
Usia Jumlah Persentase
25 - 30 tahun 30 37,5 %
31 – 35 tahun 29 36,25 %
36 – 40 tahun 15 18,75 %
41 – 45 tahun 3 3, 75 %
> 46 3 3, 75 %
Total 80 100%
2. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, dapat diketahui deskripsi
data hasil penelitian yang menunjukkan skor hipotetik dan skor empirik.
Kedua skor tersebut masing-masing mencakup skor maksimal, skor
minimal, rerata dan standar deviasi pada masing-masing skala
penelitian. Deskripsi data penelitian dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 8
Persentil kategorisasi
Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Kecemasan menghadapi mutasi
28 112 70 14 40 110 85,8 10,15
Efikasi Diri 42 168 105 21 57 150 106,06 18,79
Berdasarkan data hasil penelitian, skor skala kecemasan
menghadapi mutasi dan skala efikasi diri akan dikategorisasikan untuk
mengetahui tinggi rendahnya skor subjek. Hasil dari penelitian ini
dikategorisasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah. Jenjang kategori ini bertujuan untuk
menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah
menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012).
Kriteria skala yang dibuat didasarkan pada rumus norma berikut ini :
Tabel 9
Kriteria Kategorisasi
Kategori Rumus Norma
Sangat Rendah X ≤ M – 1,5SD
Rendah M – 1,5SD < X ≤ M – 0,5SD
Sedang M – 0,5SD < X ≤ M + 0,5SD
Tinggi M + 0,5SD < X ≤ M + 1,5SD
Sangat Tinggi M + 1,5SD < X
Keterangan Tabel :
X = Skor Total
µ = Rerata (mean) hipotetik
σ = Deviasi standar (SD) hipotetik
Berdasarkan norma kategorisasi yang telah disebutkan
sebelumnya, maka subjek penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam
lima kategorisasi pada masing-masing variabel. Kategori subjek
penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 10
Kategorisasi subjek pada variabel kecemasan menghadapi mutasi
Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
91 < X Sangat Tinggi 17 21,25 77 < X ≤ 91 Tinggi 54 67,5% 63 < X ≤ 77 Sedang 8 10% 49 < X ≤ 63 Rendah 0 0
X ≤ 49 Sangat Rendah 1 1,25% TOTAL 100 100%
Pada tabel, terlihat bahwa skor kecemasan menghadapi mutase
subjek penelitian yang berada pada kategori sangat tinggi dengan
persentase 21,25% sebanyak 17 orang, tinggi dengan persentase 67,5%
sebanyak 54 orang, sedang dengan persentase 10% sebanyak 8 orang,
rendah dengan tidak ada, dan sangat rendah dengan persentase 1,25%
sebanyak 1 orang. Jadi kategori tertinggi pada kategori tinggi dengan
persentase 67,5% sebanyak 54 orang.
Tabel 11
Kategorisasi subjek pada variabel efikasi diri
Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
136,5 < X Sangat Tinggi 4 5%
115,5 < X ≤ 136,5 Tinggi 21 26,25%
94,5 < X ≤ 115,5 Sedang 33 41,25%
73,5 < X ≤ 94,5 Rendah 18 22,5%
X ≤ 73,5 Sangat Rendah 4 5%
TOTAL 80 100%
Pada tabel, terlihat bahwa skor efikasi diri subjek penelitian
yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 5%
sebanyak 4 orang, tinggi dengan persentase 26,25% sebanyak 21 orang,
sedang dengan persentase 41,25% sebanyak 33 orang, rendah dengan
kategori 22,5% sebanyak 18 orang, dan sangat rendah dengan
persentase 5% sebanyak 4%. Jadi kategori tertinggi pada kategori
sedang dengan persentase 41,25% sebanyak 3 orang.
3. Uji Asumsi
Uji asumsi ini dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji asumsi
dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.
Hasil dari uji normalitas dan uji linearitas menunjukan data
terdistribusi normal atau tidak dan memiliki hubungan yang liner
atau tidak antara variable tergantung dan variable bebas. Setelah uji
normalitas dan linearitas sudah dilakukan maka selanjutnya uji
hipotesis untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
sebaran data variabel bebas dan variabel tergantung berditribusi
normal atau tidak. Sebaran data dikatakan normal apabila nilai
p>0,05 sedangkan apabila p<0,05, maka distribusi dikatakan
tidak normal. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas
dengan menggunakan menggunakan teknik Test of Normality
Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 22.0 for Windows.
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas
Variabel Statistic Sig. (p) Keterangan
Kecemasan 1,245 0.090 Normal
Efikasi diri 0,771 0.592 Normal
Berdasarkan hasil pengolahan data untuk variabel efikasi
diri diperoleh p= 0.592 yang menunjukkan bahwa distribusi data
normal dan variabel kecemasan diperoleh p= 0.090 yang
menunjukkan bahwa distribusi data normal. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa data bersifat normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
efikasi diri memiliki hubungan yang linear dengan variabel
kecemasan. Kedua variabel dikatakan linear jika p<0,05 dan
sebaliknya. Berikut tabel hasil uji linearitas.
Tabel 10
Hasil Uji Linearitas
Variabel F P Ket.
Kecemasan*
Efikasi Diri
F Linearity 6,387 0.017 Linear
F Deviation
from Linearity
0,895 0,643
Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa efikasi diri dengan
kecemasan linier dengan F Linierity= 6,387 dan p= 0,017 (p<0.05).
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis,
apakah ada hubungan negatif antara efkasi diri dengan kecemasan.
Pembuktian uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan, teknik
korelasi product moment dari pearson dimana korelasi ini
digunakan jika linearitas terpenuhi dan sebaran data normal.
Hipotesis diterima jika nilai p lebih kecil dari 0.05 (p<0.05).
Berikut tabel hasil uji hipotesis:
Tabel 11
Hasil Uji Hipotesis
Variabel R p
Efikasi diri*Kecemasan -0,284 0,011
Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan koefisien
korelasi r= -0,284 dengan p= 0.011 (p<0.05), menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif antara variabel efikasi diri terhadap
variabel kecemasan. Semakin tinggi efikasi diri karyawan maka
semakin rendah kecemasan mutasi pada karyawan dan sebaliknya
semakin rendah efikasi diri karyawan maka semakin tinggi
kecemasan mutasi pada karyawan. Dengan demikian, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian diterima.
Tabel 12
Sumbangan Efektif
Variabel R R Squared
Efikasi Diri dan -0,284 0,080
Kecemasan
Sumbangan efektif variabel efikasi diri terhadap kecemasan
dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R squared) yakni
sebesar 0.080. Artinya, variabel efikasi diri memberikan sumbangan efektif
sebesar 8% terhadap variabel kecemasan..
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji hubungan
antara efikasi diri terhadap kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel efikasi diri dan
kecemasan. Didapatkan koefisien korelasi r= -0,284 dengan p=
0.011(p<0.05). Nilai korelasi bernilai negatif menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif, sedangkan nilai signikansi p=0.011(p<0.05)
menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara efikasi diri dan
keemasan. Hasil tersebut menyatakan bahwa hipotesis adanya hubungan
negatif antara efikasi diri dan kecemasan dapat diterima. Hubungan ini
bermakna bahwa semakin tinggi efikasi diri karyawan maka semakin
rendah kecemasan mutasi pada karyawan dan sebaliknya semakin rendah
efikasi diri karyawan maka semakin tinggi kecemasan mutasi pada
karyawan.
Hasil uji hipotesis yang dilakukan sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dewi (2017), dimana berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa adanya pengaruh
negatif efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi mutasi dengan taraf
signifikansi (p) antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mutasi
adalah 0,033. Karena taraf signifikan (p) sebesar 0,033 < 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak pada taraf signifikan (p) < 0,05. Hipotesis
diterima bahwa terdapat pengaruh efikasi diri terhadap tingkat kecemasan
menghadapi mutasi pada Pegawai Negeri Sipil KPP Pratama Lubuk
Pakam.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan mengahdapi mutasi
seperti menurut Maddux (Dewi, 2017) menyatakan bahwa kecemasan
dapat dipengaruhi oleh efikasi diri. Seseorang yang memiliki tingkat
efikasi diri yang tinggi akan memiliki kemampuan diri lebih baik, lebih
dapat mempengaruhi situasi dan dapat menggunakan kemampuan yang
dimilikinya dengan baik sehingga individu tidak merasa terancam dan
aman. Begitu juga menurut Nevid, Rathus, & Greene (2005) faktor yang
memengaruhi kecemasan antara lain faktor kognitif dan faktor biologi.
Faktor kognitif kecemasan meliputi prediksi berlebihan terhadap rasa
takut, keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih
terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal
sinyal tubuh, dan Efikasi diri yang rendah. Efikasi diri yang rendah
disebabkan karena seseorang percaya bahwa seseorang tidak punya
kemampuan untuk menanggulangi tantangan-tantangan penuh stres yang
seseorang hadapi dalam hidup, seseorang akan merasa makin cemas bila
seseorang berhadapan dengan tantangan-tantangan itu. Sebaliknya orang
yang mampu melakukan tugas tugasnya, seseorang itu tidak akan dihantui
oleh kecemasan, atau rasa takut bila seseorang itu berusaha melakukannya.
Orang dengan Efikasi diri yang rendah (kurang yakin pada
kemampuannya untuk melakukan tugas tugas dengan sukses) cenderung
untuk berfokus pada ketidakadekuatan yang dipersepsikan (Nevid, Rathus,
& Greene, 2005).
Berdasarkan hal tersebut efikasi diri mempengaruhi akan tingkat
kecemasan individu. Seperti menurut Feist & Feist (2000) mengemukakan
bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka
biasanya memiliki efikasi diri yang rendah, sementara mereka yang
memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu mengatasi rintangan dan
menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin tinggi efikasi diri
pegawai maka tingkat kecemasannya dalam menghadapi mutasi semakin
rendah, begitu pula sebaliknya semakin rendah efikasi diri pegawai maka
tingkat kecemasannya dalam menghadapi mutasi juga akan semakin tinggi
Sedangkan berdasarkan kategorisasi yang didapatkan dari hasil
norma persentil diketahui bahwa presentasi terbesar dari kecemasan
responden berada pada kategorisasi tinggi yaitu sebanyak 18 orang atau
22,5%, sedangkan efikasi diri responden tertinggi berada pada kategori
rendah yaitu sebanyak 18 orang atau 22,5%.
Begitu juga didapatkan sumbangan efektif variabel efikasi diri
terhadap kecemasan dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi
(R squared) yakni sebesar 0.080. Artinya, variabel efikasi diri memberikan
sumbangan efektif sebesar 8% terhadap variabel kecemasan
Secara keseluruhan penelitian ini berjalan dengan baik namun tidak
lepas dari kelemahan-kelemahan yang ada. Kelemahan dalam penelitian
ini yaitu dalam proses pengambilan data tidak adanya pengawasan yang
dilakukan oleh peneliti, sehingga terdapat kemungkinan faking good
dalam pengisian dant erdapat kemungkinan juga ketidaksesuaian dengan
keadaan sebenarnya. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi evaluasi
untuk penelitian berikutnya
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel efikasi diri
terhadap variabel kecemasan. Semakin tinggi efikasi diri karyawan maka
semakin rendah kecemasan mutasi pada karyawan dan sebaliknya semakin
rendah efikasi diri karyawan maka semakin tinggi kecemasan mutasi pada
karyawan.
SARAN
a. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil kategorisasi didapatkan kecemasan
karyawan berada pada kategori tinggi dan efikasi berada pada
kategori rendah. Oleh karena itu, disarankan pihak perusahaan
untuk melakukan sosialisasi jauh sebelum mutasi dilakukan dan
perllu adanya bimbingan untuk dapat mengurangi kecemasan pada
karyawan terkait perihal mutasi, serta perlu adanya pemberian atau
penguatan motivasi pada karyawan agar dapat meningkatkan
efikasi dirinya ntuk menurunkan kecemasan menghadapi mutasi.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan
jumlah subjek yang lebih banyak. Selain itu penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel lainnya seperti
variabel dukungan organisasi, kepuasasn kerja, komitmen
karyawan dan lainnya. Diharapkan juga tidak hanya satu
perusahaan namun memakai perbandingan dua atau tiga
perusahaan dengan bidang industri yang berbeda sebagai
pembanding sehingga dapat lebih mendalam membahas mengenai
efikasi diri maupun kecemasan menghadapi mutasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, I.W. (2014). Pengaruh Kecemasan Matematika Terhadap Kemampuan
Koneksi Matematika Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 3(1).
Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Iniversitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara
Atkinson, R.L, R.C. Atkinson dan E.R, Hielgard. (2010). Pengantar psikologi
Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New York: Freeman and
Company.
Bateson, M., Brilot, B., dan Nettle, D. (2011). Anxiety: An Evolutionary
Approach. Review Article The Canadian Journal of Psychiatry. 56(12).
https://doi.org/10.1177/070674371105601202.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Destyani, A. R., dan Sulistyarini, R. I. (2018). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke. Skripsi. Fakltas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Fadlilah, N. (2010). Hubungan Antara Self-efficacy Dengan Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Semester VII Prodi Psikologi
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tesis. UIN Sunan
Ampel Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/8401.
Ghonsooly, B. & Elahi, M. (2010). Learners' Self-efficacy in Reading and Its
Relation to Foreign Language Reading Anxiety and Reading
Achievement. Journal of English Language Teaching and Learning,
53(217), 45-67.
Goulao, M.D.F. (2014). The Relationship between Self-Efficacy and Academic
Achievement in Adults’ Learners. Athens Journal of Education. 1(3).
https://doi.org/10.30958/aje.1-3-4.
Gunawan, A. (2007). Hubungan antara Kecemasan Terhadap isu PHK dengan
motivasi kerja pada karyawan tetap dan kontrak PT UNITEX Tbk Bogor.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sarif Hidayatullah.
Jakarta.
Halat, E. Dan Ates, C. (2016). The Impacts Of Anxiety And Self-Efficacy Beliefs
Of Students On The Achievement Levels About Reading And
Interpretation Of Graphs. The Eurasia Proceedings of Educational &
Social Sciences (EPESS), 4, 367-371.
Hartono, D. W. (2012). Pengaruh Self-Efficacy (Efikasi Diri) Terhadap Tingkat
Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Skripsi.UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret
Heale, R dan Twycross, A. (2015). Validity and Reliability in Quantitative
Research. Evidence Based Nursing, 18(3):66-67
Juwita, S. (2017). Hubungan Antara Efikasi Diri Bekerja Dan Ketidakamanan
Bekerja Pada Karyawan Kontrak Di Pt. Rapp. Skripsi. Fakultas Psikologi
Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. 17-35.
Kliemann, N., Wardle, J., Johnson, F., dan Croker, H. (2016). Reliability and
Validity of a Revised Version of the General Nutrition Knowledge
Questionnaire. European Journal of Clinical Nutrition. 70, 1174-1180
Luszczynska, A., Gutiérrez-Doña, B., & Schwarzer, R. (2005). General self-
efficacy in various domains of human functioning: Evidence from five
countries. International Journal of Psychology. 40(2), 80-89.
http://dx.doi.org/10.1080/00207590444000041.
Matondang, Z. (2009). Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.
Jurnal Tabularasa Pps Unimed..6(1).
Meichati, SM. (1983). Kesehatan Mental. Yogyakarta : Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
Mortensen, R. (2014). Anxiety, work, and coping. The Psychologist-Manager
Journal, 17(3), 178-181. http://dx.doi.org/10.1037/mgr0000020.
Mukhid, A. (2009). Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan
Implikasinya terhadap Pendidikan). Jurnal Tadris , 4 (1), 108-119.
Musfir Az-Zahrani. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Oluwatayo, J.A. (2012). Validity and Reliability Issues in Educational Research.
Journal of Education and Social Research 2(2)
Pajares, F., & Schunk, D. H. (2001). Self-beliefs and school success: Self-efficacy,
self-concept, and and school achievement. In R. J. Riding & S. G. Rayner
(Eds.), International perspectives on individual differences, 2. Self
perception (pp. 239-265). Westport, CT, US: Ablex Publishing.
Putri, G.F. (2016). Pengaruh Mutasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Operasional Di Vio Cihampelas Hotel Bandung. Skripsi (tidak
diterbitkan). Program Studi Administrasi Hotel Jurusan Hospitaliti
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Qudsy, H., dan Putri, M. I. (2016). Self-Efficacy And Anxiety Of National
Examination Among High School Students. Procedia - Social and
Behavioral Sciences. 217, 268 – 275.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.02.082
Robichaud, M., dan Dugas, M.J. (2015). The Generalized Anxiety Disorder
Workbook: A Comprehensive CBT Guide For Coping With Uncertainty,
Worry, And Fear. Oakland, CA : New Harbinger Publications
Robinson, J. P., Shaver, P. R., & Wrightsman, L. S. (1991). Measures of
personality and social psychological attitudes. California: Academic
Press
Seligman, M. E. P., Walker, E. F., & Rosenhan, D. L. (2001). Abnormal
psychology (4th ed.). New York: W.W. Norton
Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Susilowati, R. (2012). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Dalam
Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Tahmassian, K dan Moghadam, N. J. (2011). Relationship Between Self-Efficacy
and Symptoms of Anxiety, Depression, Worry and Social Avoidance in a
Normal Sample of Students. Iran Journal Psychiatry Behavior Scientic.
5(2) : 91-98.
Wang, J., Zhang, D., Shao, D. (2010). Group training on the improvement of
collage students’ career decision-making self-efficacy. Jurnal Ilmiah
Psikologi, 02, (06), 551-556.
Wijayanti, Woro D dan Amir, M. (2017) Hubungan Antara Kecemasan Dengan
Prestasi Kerja Karyawan PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar. Thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Identitas Penulis
Nama : Rian Dwi Putra
Alamat Penulis : Griya Sukoharjo mo. 01 Ds. Gemutri rt 01/07
Kel. Sukoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta
Nomer HP : 082112381486
Email : [email protected]