+ All Categories
Home > Documents > Ekonomi Makro i

Ekonomi Makro i

Date post: 24-Jul-2015
Category:
Upload: noniq-xiao-lie
View: 392 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
128
EKONOMI MAKRO I Oleh Drs. Hary Pudjianto, MM 2009
Transcript
Page 1: Ekonomi Makro i

EKONOMI MAKRO I

OlehDrs. Hary Pudjianto, MM

2009

Page 2: Ekonomi Makro i

LiteraturAckley. G, 1973, Teori Ekonomi Makro. Terjemahan – P.

Sitohang, Yayasan Penerbit Univ. Indonesia, Jakarta.Asfia Murni, 2006, Ekonomika Makro, PT Refika Aditama,

Bandung.Dernburg, Thomas F., 1985, Macroeconomics: concepts,

theories, and policies, McGraw-Hill, Inc.Dernburg, Thomas F., 2004, Macroeconomics: concepts,

theories, and policies, McGraw-Hill, Inc. (Terjemahan)

Dornbusch , R. and S. Fischer, 1987, Macroeconomics, McGraw – Hill, New York.

Karyaman Muchtar, 1986, Makro Ekonomi: Konsep, teori, dan kebijakan, Erlangga, Jakarta. (Terjemahan)

Partadiredja.A, 1977, Analisa Pendapatan Nasional, LP3ES, Jakarta.

Soediyono. R, 1982, Ekonomi Makro: Pengantar Analisa Pendapatan Nasional, Liberty, Yogyakarta.

Page 3: Ekonomi Makro i

Materi Kuliah Makroekonomi dan

Cakupannya Mengukur Kegiatan

Makroekonomi Pemanfaatan Tenaga kerja,

Pertumbuhan dan Inflasi Konsumsi dan Penentuan

Pendapatan Kebijakan Fiskal dan Penentuan

Pendapatan Pengeluaran untuk Investasi Permintaan akan Uang Penawaran Uang Model IS-LM

Page 4: Ekonomi Makro i

MACROECONOMICS

Ekonomi makro membicarakan perekonomian sebagai suatu keseluruhan (agregat) dan mengabaikan unit-unit individu. Ekonomi makro memusatkan perhatian pada kebijakan ekonomi dan variabel-variabel kebijakan yang mempengaruhi prestasi tersebut.

Ekonomi makro membahas tentang produksi total dan tingkat harga umum dan menjelaskan bagaimana hal ini terjadi.

Page 5: Ekonomi Makro i

Perbedaan Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro

Teori ekonomi makro sering juga disebut Aggregate economic analysis. Kegiatan ekonomi masyarakat tersebut akan terukur dalam pendapatan nasional, dan dari sana akan diketahui pihak-pihak yang ikut menyumbang terhadap pembentukan pendapatan nasional; selain itu juga diketahui pihak yang menikmati.

Berkenaan dengan hal tersebut ekonomi makro disebut pula analisa pendapatan nasional.

Page 6: Ekonomi Makro i

Sedangkan teori ekonomi mikro disebut pula dengan alokasi sumber-sumber, sebab memang pokok bahasan dari ekonomi mikro terpusat pada alokasi sumber-sumber.

Dilihat dari satuannya. Satuan ekonomi mikro dapat berupa perorangan, rumah tangga atau perusahaan,

satuan ekonomi makro adalah perekonomian satu negara.

Sekalipun terdapat perbedaan akan tetapi sebenarnya keduanya mempunyai hubungan yang erat.

Oleh Ackley (l973 : 733) dinyatakan bahwa hubungan antara ekonomi mikro dan makro itu sebagai hubungan dua arah.

Ekonomi mikro menyediakan bahan bagi teori ekonomi makro; sebaliknya jika terdapat suatu masalah dalam ekonomi mikro dan tidak terpecahkan, maka ekonomi makro akan dapat memberi penjelasan.

Page 7: Ekonomi Makro i

Masalah Ekonomi

Dalam masa depresi yang hebat pada tahun 1930-an, kita mengalami adanya tingkat pengangguran yang tinggi dan meluas.

Kemudian pada tahun 1940-an inflasi melanda dunia menggantikan posisi tekanan pengangguran.

Pada awal tahun 1960-an kembali perekonomian mengalami tingkat pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang lamban. Kemudian pada akhir tahun 1960-an inflasi muncul lagi, bahkan indonesia mengalami tingkat inflasi yang sangat parah yaitu mencapai 600 persen dalam waktu satu tahun.

Page 8: Ekonomi Makro i

Pada tahun 1970-an, krisis terus berlanjut akibat kemerosotan keadaan pertanian dan naiknya harga minyak naik empat kali lipat. Terjadi kenaikan harga-harga, yang pada gilirannya menciutkan produksi dan pemanfaatan tenaga kerja.

Dalam membahas perekonomian secara makro, kita terlibat berulang kali pada masalah pengangguran, inflasi, dan pertumbuhan.

Page 9: Ekonomi Makro i

SEJARAH MUNCULNYA EKONOMI MAKRO

SEBELUM TAHUN 1930-AN, PARA AHLI EKONOMI KLASIK BERANGGAPAN BAHWA FULL EMPLOYMENT SELALU DAPAT DICAPAI, SEHINGGA MEREKA TIDAK MEMPERHATIKAN EKONOMI MAKRO.

HUKUM SAY MENYATAKAN BAHWA “SUPPLY CREATE ITS OWN DEMAND”,. IMPLIKASI DARI HUKUM TERSEBUT BAHWA DALAM PEREKONOMIAN TIDAK AKAN TERJADI KELEBIHAN PRODUKSI APALAGI PENGANGGURAN.

KALAUPUN SAMPAI TERJADI, MAKA SIFATNYA HANYA SEMENTARA.

Page 10: Ekonomi Makro i

Akan tetapi pada tahun tigapuluhan harga-harga turun dan terjadi kelebihan produksi sehingga terjadi pengangguran yang tidak segera hilang dengan sendirinya.

Pengangguran tersebut terutama disebabkan oleh tidak mampunya perusahaan membayar gaji atau upah karena tidak semua produksinya laku terjual.

Depresi besar yang terjadi pada tahun tigapuluhan melanda hampir semua negara. Peristiwa itu merupakan pukulan berat bukan saja bagi para pelaku ekonomi, melainkan juga terhadap teori ekonomi.

Page 11: Ekonomi Makro i

DI TENGAH KELESUAN EKONOMI TERSEBUT, MUNCUL PENDAPAT KEYNES YANG SEKALIGUS DAPAT DIPANDANG SEBAGAI RESEP BAGI PEMECAHAN MASALAH.

IA MELIHAT SEBAB UTAMA DARI TERJADINYA KELESUAN EKONOMI TERSEBUT TERLETAK PADA LEMAHNYA DAYA BELI MASYARAKAT.

OLEH KARENA ITU UNTUK MENGATASI PENGANGGURAN PERLU INJEKSI, DAN YANG DAPAT MELAKUKAN ADALAH PEMERINTAH DENGAN DEFISIT SPENDING POLICY

Page 12: Ekonomi Makro i

SARAN KEYNES TENTANG CAMPUR TANGAN PEMERINTAH MEMANG TIDAK SEJALAN DENGAN FALSAFAH EKONOMI KLASIK YANG MENGHENDAKI KEBEBASAN DARI CAMPUR TANGAN PEMERINTAH, AKAN TETAPI SARAN KEYNES ITU JUSTRU DAPAT MENYELAMATKAN PEREKOMIAN DAN JUGA PERKEMBANGAN TEORI EKONOMI.

Page 13: Ekonomi Makro i

ANALISIS EKONOMI SECARA KESELURUHAN MENJADI PENTING DAN PERLU DIKAJI SECARA TERSENDIRI. WALAUPUN DEMIKIAN, BERHUBUNG DENGAN PERKEMBANGAN DALAM MASYARAKAT, MAKA PERSOALAN SERUPA YANG MUNCUL KEMUDIAN TIDAK DAPAT DIATASI DENGAN MENERAPKAN SARAN DIATAS.

Page 14: Ekonomi Makro i

MASALAH-MASALAH YANG BERSIFAT NASIONAL/LOKAL ADALAH: KETIDAK MERATAAN DISTRIBUSI HASIL PEMBANGUNAN, KEKURANGAN MODAL PEMBANGUNAN, DAN ALLOKASI SUMBER-SUMBER TANAH.

MASALAH-MASALAH LAIN YANG BERSIFAT GLOBAL, ADALAH: PENGANGGURAN DAN PENYEDIAAN KESEMPATAN KERJA, SERTA INFLASI.

Page 15: Ekonomi Makro i

Sasaran utama Ekonomi (Makro)

1. TINGKAT PENGERJAAN YANG TINGGI (EMPLOYMENT)

2. STABILITAS HARGA3. PERTUMBUHAN EKONOMI

(ECONOMIC GROWTH)4. DISTRIBUSI PENDAPATAN

YANG ADIL (EQUITABLE)5. MENCAPAI

KESEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL.

Page 16: Ekonomi Makro i

TINGKAT PENGERJAAN YANG TINGGI (EMPLOYMENT)

Masyarakat selalu berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang lebih tinggi, yaitu suatu tingkat kegiatan terciptanya kesempatan kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang mantap.

Pengangguran merupakan masalah yang serius di seluruh dunia. Pengangguran mengakibatkan hilangnya kesempatan warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan menurunkan derajat dan nilai kehidupan manusia.

Page 17: Ekonomi Makro i

Secara ekonomi, pengangguran berdampak pada turunnya jumlah produk nasional dan turunnya pendapatan, sekaligus menurunkan tingkat kemakmuran masyarakat karena tidak tercukupinya kebutuhan masyarakat.

Page 18: Ekonomi Makro i

Masalah penyediaan lapangan kerja merupakan urusan perusahaan swasta. Semakin berkembang sektor swasta, semakin banyak kesempatan kerja yang diciptakan.

Disamping itu, peranan pemerintah melalui kebijakannya diperlukan untuk terciptanya lapangan kerja.

Page 19: Ekonomi Makro i

STABILITAS HARGA; Konsumen tidak

menghendaki terjadinya kenaikan harga barang dan jasa yang tinggi.

Pada sisi lain, produsen tidak suka apabila terjadi penurunan harga.

Kenaikan harga yang tidak terlalu tinggi diperlukan untuk merangsang investasi.

Dalam perekonomian system pasar bebas, tinggi rendahnya harga barang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.

Page 20: Ekonomi Makro i

STABILITAS HARGAInflasi menunjukkan kenaikan harga-harga

secara umum dalam waktu yang lama. Inflasi berkaitan dengan terjadinya penurunan nilai uang.

Inflasi akan sangat merugikan bagi masyarakat yang berpendapatan tetap, atau yang kenaikan pendapatannyanya lebih lambat dari pada kenaikan tingkat harga.

Inflasi dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain:a. Mengubah distribusi pendapatanb. Berpengaruh terhadap debitor dan kreditor. c. Mempengaruhi efisiensi dalam kegiatan ekonomid. Mengakibatkan turunnya pertumbuhan ekonomi.

Page 21: Ekonomi Makro i

Inflasi harus ditekan, karena bila inflasi tak terkendali, perekonomiannya menjadi rusak, dan hukum permintaan dan hukum penawaran tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Page 22: Ekonomi Makro i

PERTUMBUHAN EKONOMI; Pertumbuhan ekonomi merupakan

kenaikan output total suatu perekonomian, atau dengan kata lain sebagai kenaikan GDP riil per capita secara berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi diperlukan, karena jumlah penduduk selalu meningkat dari tahun ke tahun. Jadi produksi barang dan jasa harus selalu bertambah.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perekonomian harus tumbuh minimal sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Page 23: Ekonomi Makro i

DISTRIBUSI PENDAPATAN YANG ADIL: Sulit didefinisikan dengan jelas, namun dapat dijumpai kecenderungannya.Distribusi yang sangat tidak merata adalah hal yang tidak dikehendaki oleh sebagian besar orang. Ketidakadilan pendapatan dapat dikurangi dengan pajak prograsif.

Page 24: Ekonomi Makro i

Mencapai keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional (NPI).

Harus selalu diusahakan agar NPI tidak defisit. NPI defisit artinya lebih banyak pembayaran atau aliran dana ke luar negeri dari pada yang kita terima.

Sebaliknya apabila NPI surplus berarti banyak aliran dana dari luar negeri sebagai akibat dari aliran modal, ekspor komoditi dan jasa kita.

Page 25: Ekonomi Makro i

Neraca pembayaran yang baik adalah neraca pembayaran yang seimbang, sehingga tidak terjadi goncangan yang dapat mengganggu perekonomian.Bila suatu negara mengalami ketidakstabilan Neraca Pembayaran, akan menimbulkan masalah ekonomi dalam negeri.

Misal bila impor terlalu besar,berakibat:

a. Menurunnya nilai mata uang domestik, shg akan mendorong inflasi.

b. Mengurangi kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

c. Mengurangi kesempatan kerja.

Page 26: Ekonomi Makro i

INSTRUMENT YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN TERSEBUT ADALAH:

Kebijakan Fiskal; Kebijakan Moneter; Kebijakan Pendapatan; Perekonomian Luar Negeri;

Page 27: Ekonomi Makro i

KEBIJAKAN FISKAL;

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk mengubah dan mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dengan maksud untuk mengatasi masalah ekonomi.

Page 28: Ekonomi Makro i

KEBIJAKAN FISKAL BERISI DUA INSTRUMEN POKOK, YAITU:

BELANJA NEGARA (GOVERNMENT EXPENDITURE / G); SELURUH PEMBELIAN BARANG DAN JASA UNTUK KEPENTINGAN NASIONAL DAN

PERPAJAKAN /TX.; PAJAK MEMERANKAN DUA PERAN PENTING.

PAJAK MENGURANGI JUMLAH PENDAPATAN MASYARAKAT. MAKIN TINGGI PAJAK BERAKIBAT SEMAKIN KECILNYA PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI.

PAJAK BERPENGARUH TERHADAP OUTPUT POTENSIAL. PENGURANGAN PAJAK DAPAT MENGGAIRAHKAN PARA INVESTOR.

Page 29: Ekonomi Makro i

KEBIJAKAN MONETER; Kebijakan Moneter merupakan

kebijakan yang dilakukan bank sentral dalam mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar.

PENGENDALIAN JUMLAH UANG BEREDAR MEMPENGARUHI SUKU BUNGA. DENGAN MEMPERCEPAT ATAU MEMPERLAMBAT PERTUMBUHAN UANG BEREDAR, SUKU BUNGA AKAN TURUN ATAU NAIK, DAN HAL INI DAPAT MENGGAIRAHKAN ATAU MEMATIKAN INVESTASI.

Page 30: Ekonomi Makro i

Kebijakan moneter meliputi:A. Operasi pasar terbuka (Open

market operation); yaitu membeli atau menjual obligasi pemerintah.

B. Kebijakan tingkat diskonto; yaitu kebijakan dalam menetapkan tingkat bunga

C. Kebijakan cadangan wajib (Reserve-requirement); yaitu kebijakan dalam menetapkan cadangan wajib untuk deposito bank dan lembaga keuangan lainnya

D. Kebijakan pengawasankredit secara selektif

E. Moral suation; yaitu membujuk secara moral kepada masyarakat pengguna jasa bank.

Page 31: Ekonomi Makro i

KEBIJAKAN PENDAPATAN;

BILA INFLASI MERUPAKAN SASARAN UTAMA KEBIJAKAN, CARA TERBAIK ADALAH MENJAGA KESTABILAN HARGA.

MENGEKANG PERTUMBUHAN JUMLAH UANG BEREDAR DAN BELANJA NEGARA MERUPAKAN CARA TRADISIONIL UNTUK MEMPERLAMBAT LAJU INFLASI. LANGKAH INI MENGURANGI GNP RIEL, MEMPERTINGGI TINGKAT PENGANGGURAN, DAN MENEKAN INFLASI.

ALTERNATIF LAIN YANG DAPAT DIGUNAKAN ADALAH PENGENDALIAN TINGKAT UPAH DAN HARGA.

Page 32: Ekonomi Makro i

PEREKONOMIAN LUAR NEGERI;

KEBIJAKAN PERDAGANGAN, DAN CAMPUR TANGAN ATAS NILAI KURS VALUTA ASING.

Page 33: Ekonomi Makro i

DALAM MAKROEKONOMI, TERDAPAT BEBERAPA TRADEOFF (dilema).

Ilmu ekonomi makro melibatkan beberapa alternatif tujuan.

Sebagai contoh, untuk menurunkan laju inflasi yang tinggi, diperlukan suatu periode dengan angka pengangguran yang tinggi dan rendahnya output.

Page 34: Ekonomi Makro i

Terdapat tiga variabel pokok yang berperan dalam kegiatan ekonomi:

Kebijakan; meliputi kebijakan fiskal, moneter, pendapatan, dan ekonomi luar negeri.

Variabel eksternal; diakibatkan oleh kekuatan yang bukan ekonomi seperti musim, perang, jumlah penduduk dan lainnya.

Variabel hasil; semua yang menjadi sasaran kebijakan ekonomi makro- output, kesempatan kerja, tingkat harga, dan ekspor netto.

Page 35: Ekonomi Makro i

Model Ekonomi Makro

Model Ekonomi adalah suatu penyederhanaan dari kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam perekonomian.

Penyederhanaan tersebut memperlihatkan hubungan antara variabel dan beberapa variabel-variabel lainnya, yang diungkapkan secara verbal, grafis, diagram, dan matematis.

Page 36: Ekonomi Makro i

Pelaku-pelaku Ekonomi1. Household atau Rumah

tangga Konsumen; a. Sebagai Pemilik Faktor Produksib. Sebagai pemakai barang dan

jasa yang dihasilkan oleh Produsen, Pemerintah, dan Luar negeri.

2. Business atau Rumah Tangga Produsen;

c. Sebagai penghasil barang dan jasa

d. Sebagai pemakai faktor produksi dari RT

Page 37: Ekonomi Makro i

3. Government Sector atau Rumah Tangga Negara;

a. Sebagai penghasil barang publik

b. Sebagai pemakai faktor produksi RT

c. Sebagai pemakai hasil produksi dari perusahaan dan LN

4. Foreign Sector atau Rumah Tangga Luar Negeri;

d. Sebagai penghasil barang dan jasa

e. Sebagai pemasok faktor produksi

f. Sebagai pemakai barang dan jasa

g. Sebagai pemakai faktor produksi

Page 38: Ekonomi Makro i

Hubungan Pelaku-pelaku Ekonomi dalam konsep Circular Flow of Economic Activity

1. Model Circular Flow ekonomi dua sektor;Perekonomian model dua sektor dikatakan

bersifat tertutup dan sederhana.Komponen pendapatan nasional atau

produk nasional meliputi:a. Konsumsi ( C )b. Tabungan ( S )c. Investasi ( I )

Page 39: Ekonomi Makro i

Hubungan ketiganya dapat dikemukakan dalam model matematis:

Ditinjau dari sisi penerimaan, Y = C + SDitinjau dari sisi pengeluaran, Y = C + I

Bila nilai pendapatan sama dengan nilai produk, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan seimbang atau “Equilibrium”

Page 40: Ekonomi Makro i

Y = C + SY = C + IC + S = C + I

S = I (Syarat Equilibrium perekonomian 2 sektor)

2. Model Circular Flow ekonomi tiga sektorDalam model 3 sektor, pelaku ekonomi terdiri dari: Konsumen, Perusahaan, dan Pemerintah

Hubungan ketiga sektor dapat diamati dalam gambar.

Page 41: Ekonomi Makro i

Hubungan C,S,I,G, dan T dikemukakan Bentuk model matematis sbb:

a. Ditinjau dari sisi penerimaan, Y = C+S+T

b. Ditinjau dari sisi pengeluaran, Y = C+I+G

c. Bila nilai pendapatan sama dengan nilai produk, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan seimbang atau “Equilibrium”

C+S+T = C+I+GS+T = I+G

(Syarat Equilibrium perekonomian 3 sektor)

Page 42: Ekonomi Makro i

Hubungan C,S,I,G,T, M, dan X dikemukakan Bentuk model matematis sbb:

a. Ditinjau dari sisi penerimaan, Y = C+S+T+X

b. Ditinjau dari sisi pengeluaran, Y = C+I+G+M

c. Bila nilai pendapatan sama dengan nilai produk, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan seimbang atau “Equilibrium”

C+S+T+X = C+I+G+M

S+T+X = I+G+M(Syarat Equilibrium perekonomian 4 sektor)

Page 43: Ekonomi Makro i

3. Model Circular Flow ekonomi empat sektor

Dalam model 4 sektor, pelaku ekonomi terdiri dari: Konsumen, Perusahaan, Pemerintah, dan Luar negeri.

Analisis perekonomian sudah bersifat terbuka.Hubungan ketiga sektor dapat diamati dalam gambar.

Komponen-komponen pendapatan nasional meliputi: Konsumsi ( C ) Tabungan ( S ) Investasi ( I ) Pengeluaran Pemerintah ( G ) Penerimaan pemerintah ( T ) Belanja untuk impor ( M ) Penerimaan atas Ekspor ( X )

Page 44: Ekonomi Makro i

Perusahaan

Arus Barang

Arus Uang

Arus Faktor Produksi

Arus Uang

Rumah Tangga

Page 45: Ekonomi Makro i

RumahTangga Perusahaan

ArusFaktor Produksi

Arus Barang

Arus Uang

Arus Uang

PemerintahLuar

Negeri

Page 46: Ekonomi Makro i

Penawaran dan Permintaan Agregat

PENAWARAN AGREGAT; ADALAH JUMLAH OUTPUT YANG AKAN DIPRODUKSI DAN DIJUAL OLEH KALANGAN BISNIS PADA HARGA BERLAKU, PADA KAPASITAS PRODUKSI TERTENTU DAN DENGAN BIAYA TERTENTU.

PERMINTAAN AGREGAT: ADALAH JUMLAH BARANG DAN JASA YANG AKAN DIBELI OLEH KONSUMEN, PERUSAHAAN, DAN PEMERINTAH, PADA TINGKAT HARGA TERTENTU, JUMLAH PENDAPATAN TERTENTU, DAN VARIABEL-VARIABEL EKONOMI TERTENTU LAINNYA.

Page 47: Ekonomi Makro i

Output NasionalSALAH SATU KONSEP PENTING ADALAH GROSS NATIONAL PRODUCT (GNP), YANG MERUPAKAN JUMLAH NILAI SELURUH OUTPUT SUATU NEGARA PADA PERIODE TERTENTU.

ADA TIGA PENDEKATAN DALAM PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:

PENDEKATAN PRODUKSI;

PENDEKATAN PENERIMAAN;

PENDEKATAN PENGELUARAN;

Page 48: Ekonomi Makro i

PENDEKATAN PRODUKSIPendapatan nasional diperoleh dengan

menjumlahkan seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian/negara

GNP juga dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah atau added value

Nilai tambah merupakan nilai selisih antara nilai penjualan perusahaan dengan nilai pembelian bahan mentah dan jasa perusahaan lain.

Metode nilai tambah dimaksudkan untuk menghindari timbulnya penghitungan ganda, dengan cara memasukkan ke dalam nilai GNP hanya nilai barang akhir.

Page 49: Ekonomi Makro i

PENDEKATANPENERIMAAN

PENDAPATAN NASIONAL Diperoleh dengan menjumlahkan seluruh penerimaan dari pemakaian faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal, dan wirasuasta.

Y = SEWA + UPAH + BUNGA + LABA

Y = R+W+I+P

Page 50: Ekonomi Makro i

PENDEKATAN PENGELUARAN

PENDAPATAN NASIONAL JUGA MERUPAKAN PENJUMLAHAN NILAI KONSUMSI MASYARAKAT, PENANAMAN MODAL, DAN BELANJA NEGARA.

Y = C + I + G

Page 51: Ekonomi Makro i

PENDAPATAN NASIONAL DAPAT JUGA DIRUMUSKAN SEBAGAI PENJUMLAHAN BIAYA-BIAYA:

1. GAJI, UPAH, SEWA, DAN LABA.2. PAJAK PERUSAHAAN YANG MERUPAKAN

BIAYA PRODUKSI.3. CADANGAN PENYUSUTAN.

Page 52: Ekonomi Makro i

Konsep perhitungan Pendapatan nasional:

GNP; dihitung menggunakan konsep warga negara (Nation), (Jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor produksi warga negara). sedangkan

GDP dihitung menggunakan konsep wilayah. (Jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor produksi di wilayah/negara tertentu, siapapun pemiliknya).

GDP = GNP – Net foreign Investment.

Page 53: Ekonomi Makro i

Oleh karena harga barang dan jasa itu tidak tetap, maka perhitungan PNB dan PDB harus disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku, namanya adalah PNB dan PDB atas dasar harga berlaku (at current market prices).

Dapat saja terjadi,GNP/ PDB naik terus padahal barang dan jasa yang dihasilkan dalam arti fisik tidak bertambah. Untuk itu dihitunglah PDB dan PNB atas dasar harga konstan dalam suatu tahun.

Page 54: Ekonomi Makro i

Cara menghitung harga konstan adalah dengan mendeflasi harga yang berlaku dengan suatu index harga.

Index harga adalah index yang menunjukkan laju kenaikan dan penurunan harga dari tahun ke tahun.

Misalnya pada tahun 1980 harga sebuah radio Rp.100.000 , tahun 1982 Rp.125.000, atau naik 25 %. Index harga tahun 1980 adalah 100, dan tahun 1982 adalah: (125.000 : 100.000) x 100 = 125

Page 55: Ekonomi Makro i

GNP NOMINAL: DIHITUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU.

GNP RIIL: DIHITUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN, YANG DINYATAKAN DALAM DAYA BELI DARI TAHUN DASAR TERTENTU.

Page 56: Ekonomi Makro i

Konsumsi dan Investasi

KONSUMSI ADALAH PENGELUARAN UNTUK BARANG DAN JASA. KONSUMSI MERUPAKAN KOMPONEN TERBESAR GNP.

ALAT POKOK DALAM ANALISA ADALAH FUNGSI KONSUMSI, YAITU SUATU KONSEP YANG MENGKAITKAN PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI DENGAN TINGKAT PENDAPATAN DISPOSABEL.

C = F(YD)Konsumsi dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan.

Page 57: Ekonomi Makro i

Konsumsi, Tabungan, dan Pendapatan

Tabungan (s) merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan.

S = Y – c

Orang kaya menabung lebih banyak daripada orang miskin, baik secara absolut maupun persentasenya.

Orang yang terlalu miskin tidak mampu menabung. Mereka membelanjakan lebih banyak daripada yang mereka peroleh. Kekurangan ini akan ditutup dari hutang atau tabungan yang telah ada sebelumnya. (Dissaving)

Page 58: Ekonomi Makro i

TITIK IMPAS (BREAKEVEN POINT):

BERARTI BAHWA RUMAH TANGGA MEMBELANJAKAN SELURUH PENDAPATANNYA UNTUK KONSUMSI, SEHINGGA TIDAK ADA TABUNGAN, DAN TIDAK BERHUTANG.

Y = C S = 0

ASPEK KONSUMSI BERKAITAN DENGAN OUTPUT AGREGAT DAN KESEMPATAN KERJA.

UNTUK ITU KITA PERLU MEMAHAMI BERAPA TAMBAHAN UNTUK KONSUMSI (MPC) DAN BERAPA TAMBAHAN UNTUK TABUNGAN (MPS) SEBAGAI AKIBAT DARI TAMBAHAN PENDAPATAN.

Page 59: Ekonomi Makro i

Konsumsi dan Pendapatan Nasional

Kita mulai dengan perekonomian sederhana, dengan menganggap hanya ada sektor rumah tangga saja. Pendapatan nasional hanya dipakai untuk konsumsi.

Y = C

Bentuk fungsi konsumsi adalah: C = a + b Y. artinya konsumsi adalah fungsi dari Pendapatan nasional dan hubungannya positip.

Page 60: Ekonomi Makro i

Dengan menggunakan data, dan dipindahkan ke dalam gambar, akan lebih memudahkan kita dalam memahami fungsi konsumsi.

Bila fungsi konsumsi berada di atas garis 45 0, maka terjadilah tabungan negatif. Bila fungsi konsumsi berada di bawah garis 45 o, maka terjadilah tabungan positif.

Apabila dua kurva bertemu pada satu titik, maka rumah tangga hanya impas.

Page 61: Ekonomi Makro i

Contoh:Bila diketahui sebuah fungsi konsumsi

masyarakat C = 100 + 0,75 Y, maka kita akan dapat

menghitung besarnya tingkat konsumsi dan pendapatan nasional keseimbangan sebagai berikut:

Y = C, nilai C kita substitusikan sehingga

Y = 100 + 0,75 Y 0,25 Y = 100

Y = 400.Selanjutnya, besarnya konsumsi dapat dicari

dengan memasukkan nilai Y tersebut ke dalam fungsi konsumsiC = 100 + 0,75 (400)

C = 400.

Page 62: Ekonomi Makro i

PENGGUNAAN KURVA KONSUMSI DAN TABUNGAN

C

Y

Y=C

C= F(Y)

Page 63: Ekonomi Makro i

Dalam suatu perekonomian sederhana, diketahui fungsi konsumsi C = 40 + 0,8 Yd.

Hitunglah besarnya tingkat konsumsi, tabungan, dan pendapatan nasional dalam keseimbangan!

Tunjukkan gambar fungsinya!

Page 64: Ekonomi Makro i

Pada tingkat pendapatan nasional (Y) sebesar 0, tingkat konsumsi sebesar (a) yaitu nilai konsumsi minimum yang harus dipenuhi walaupun tidak ada pendapatan apa-apa.

Kemudian peningkatan konsumsi tak sebanding dengan peningkatan Y, yaitu hanya sebesar hasrat konsumsi (b) yang sering disebut “Marginal Propensity to Consume” (MPC).

MPC = dC/dY yang besarnya antara nol dan satu.

Page 65: Ekonomi Makro i

FUNGSI TABUNGAN.

MENGHUBUNGKAN JUMLAH TABUNGAN DENGAN JUMLAH PENDAPATAN.

APABILA DIGAMBARKAN DALAM GRAFIK, AKAN TERLIHAT KEADAAN TABUNGAN NETTO BAIK POSITIF MAUPUN NEGATIF.

Page 66: Ekonomi Makro i

Tabungan merupakan fungsi dari pendapatan nasional

Y = C + SC = a + bYY = a + bY + S S = Y – a – bY

S = -a + (1-b)Y.

Persamaan di atas adalah fungsi Tabungan. Bila pendapatan sama dengan nol, berarti jumlah tabungan = -a. Dan bila pendapatan sama dengan konsumsi berarti pada saat itu jumlah tabungan adalah = 0.

Page 67: Ekonomi Makro i

Y

S=f (Y)

s

Page 68: Ekonomi Makro i

Pada saat tabungan = 0, berarti pada saat itu garis tabungan memotong sumbu horizontal di Y*. Dengan menghubungkan titik –a dengan titik Y*, kita mendapatkan kurva fungsi tabungan

S = -a + (1-b)Y.

Jadi dalam keadaan tidak ada perusahaan, pemerintah, dan sector luar negeri, maka Pendapatan Nasional keseimbangan (Equilibrium) dicapai pada saat: konsumsi = pendapatan nasional, dan tabungan = nol.

Page 69: Ekonomi Makro i

Kecenderungan mengkonsumsi marginal (mpc)

Mpc : tambahan jumlah pengeluaran konsumsi bila diperoleh tambahan pendapatan.

Kecenderungan menabung marginal (mps).

Mps adalah bagian dari setiap rupiah tambahan pendapatan yang digunakan untuk tambahan tabungan.

Page 70: Ekonomi Makro i

Konsumsi Nasional

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGELUARAN KONSUMSI:

PENDAPATAN DISPOSABEL. PENDAPATAN PERMANEN ATAU

PENDAPATAN MENURUT DAUR HIDUP; YAITU TINGKAT PENDAPATAN RATA-RATA YANG DITERIMA SESEORANG PADA SITUASI EKONOMI YANG BAIK MAUPUN BURUK.

KEKAYAAN. FAKTOR PENENTU LAINNYA. (JAMINAN

SOSIAL, TINGKAT INFLASI)

Page 71: Ekonomi Makro i

Fungsi Konsumsi Nasional

PENDAPATAN DISPOSABLE; MERUPAKAN PENENTU YANG POKOK ATAS KONSUMSI NASIONAL.

Investasi; KOMPONEN POKOK KEDUA DALAM PENGELUARAN PERORANGAN ADALAH INVESTASI.

Page 72: Ekonomi Makro i

Kurva Permintaan untuk Investasi

FAKTOR APA YANG PALING DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI?

KURVA PERMINTAAN INVESTASI ADALAH HUBUNGAN ANTARA SUKU BUNGA DAN INVESTASI.

Skedul permintaan investasi merupakan fungsi suku bunga yang menurun.Tingkat suku bunga riel yang rendah akan menggalakkan investasi.

SUKU BUNGA RIEL ADALAH SUKU BUNGA YANG DIBAYAR OLEH PEMINJAM DILIHAT DARI NILAI RIEL BARANG DAN JASA.

SUKU BUNGA RIEL = SUKU BUNGA NOMINAL – LAJU INFLASI.

Page 73: Ekonomi Makro i

ADA PERBEDAAN ANTARA KEPUTUSAN MENABUNG DAN BERINVESTASI. DAN BAHWA TINGKAT TABUNGAN DAN INVESTASI TIDAK SECARA OTOMATIS SAMA, KARENA TABUNGAN DAN INVESTASI DILAKUKAN OLEH PIHAK YANG BERLAINAN DAN DENGAN ALASAN YANG BERBEDA.

PEMBENTUKAN INVESTASI SEBAGIAN BESAR DILAKUKAN OLEH KALANGAN DUNIA USAHA, TERUTAMA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN.

Page 74: Ekonomi Makro i

TABUNGAN DILAKUKAN OLEH: PERORANGAN, KELUARGA, DAN LEMBAGA KEUANGAN.

SECARA LUAS INVESTASI, DAPAT PULA BERUPA INVESTASI KEMANUSIAAN YANG SERING DISEBUT “HUMAN INVESTMENT”.

Page 75: Ekonomi Makro i

Nilai Modal

MEREKA YANG TERLIBAT DALAM KEGIATAN INVESTASI TIDAK HARUS MELAKUKAN PROSES PRODUKSI SENDIRI.

ORANG YANG MEMPUNYAI DANA DAPAT MEMBELI SURAT-SURAT BERHARGA DI PASAR MODAL.

TINDAKAN MEMBELI SURAT BERHARGA DAPAT DIKATEGORIKAN SEBAGAI INVESTASI.

BAGI PEMILIK MODAL, TERBUKA KESEMPATAN UNTUK MENANAMKAN MODALNYA DALAM BENTUK SURAT-SURAT BERHARGA ATAU DITANAMKAN DALAM SUATU PERUSAHAAN.

Page 76: Ekonomi Makro i

KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH MEMBELI BARANG MODAL ATAUKAH MEMBELI SURAT BERHARGA SANGAT DIPENGARUHI OLEH TINGKAT SUKU BUNGA YANG BERLAKU.

Dengan naiknya suku bunga, harga surat berharga menjadi lebih rendah, dan sebaliknya. Dengan turunnya suku bunga, harga surat berharga menjadi tinggi.

Page 77: Ekonomi Makro i

MODEL YANG BIASA DIPAKAI UNTUK MEMPERHITUNGKAN PERKEMBANGAN MODAL YAITU DENGAN BUNGA BERGANDA (COMPOUND INTEREST).

PEMIKIRAN YANG MELANDASI MODEL INI ADALAH BAHWA NILAI RP 1 JUTA HARI INI TIDAK SAMA DENGAN RP.1 JUTA PADA SETAHUN MENDATANG.

APABILA SESEORANG AKAN MENERIMA UANG RP. 1 JUTA PADA SETAHUN YANG AKAN DATANG, MAKA IA HANYA MEMERLUKAN KURANG DARI RP. 1 JUTA PADA HARI INI.

Page 78: Ekonomi Makro i

PERSAMAAN UMUM YANG BIASA DIGUNAKAN DALAM PERSOALAN INI ADALAH:

P1 = p0 (1 + i) atau Pn = p0 (1 +i)n

Keterangan: Pn = nilai pada tahun ke nP0 = nilai pada awal tahuni = suku bunga, dan n= jangka waktu.

Apabila diketahui besar modal pada tahun ke n dan suku bunga yang berlaku, maka akan dapat dihitung besar modal pada awal tahun yaitu:

Po = pn : (1 + i)n

Page 79: Ekonomi Makro i

SEKIRANYA PEMBELIAN SURAT BERHARGA MENJADI PILIHAN, MAKA BAGI PEMEGANG SURAT OBLIGASI AKAN MEMPEROLEH KUPON YANG BESARNYA SAMA SETIAP TAHUN. SETELAH JATUH TEMPO PEMEGANG OBLIGASI AKAN MENERIMA PEMBAYARAN KEMBALI SEJUMLAH NILAI NOMINAL YANG TERTERA PADA SURAT OBLIGASI TERSEBUT.

OLEH KARENA ITU APABILA PEMEGANG OBLIGASI BERMAKSUD MENJUAL OBLIGASINYA, MAKA NILAINYA HARUS DIPERHITUNGKAN DENGAN SUKU BUNGA YANG BERLAKU.

Page 80: Ekonomi Makro i

Pengertian Ekuilibrium

Titik temu antara skedul tabungan dan skedul investasi merupakan tingkat ekuilibrium. Pada titik tersebut terjadi kesesuaian antara tabungan dengan jumlah investasi.

Apabila tabungan yang diinginkan tidak sama dengan investasi yang diinginkan, maka Output akan terus berubah.

Page 81: Ekonomi Makro i

Setiap titik pada fungsi konsumsi merupakan jumlah konsumsi yang diinginkan atau yang direncanakan pada tingkat pendapatan disposable tertentu.

Setiap titik pada fungsi tabungan menunjukkan jumlah tabungan yang diinginkan atau direncanakan pada tingkat pendapatan tersebut.

DENGAN MELIHAT INTERAKSI ANTARA TABUNGAN DENGAN INVESTASI, KITA DAPAT MEMPEROLEH TINGKAT GNP EKUILIBRIUM.

PERPOTONGAN ANTARA SKEDUL TABUNGAN DAN SKEDUL INVESTASI MERUPAKAN TITIK EKUILIBRIUM OUTPUT NASIONAL.

Page 82: Ekonomi Makro i

DALAM KEADAAN EKUILIBRIUM, PERUSAHAAN TIDAK AKAN MEMILIKI PERSEDIAAN YANG MENUMPUK DI GUDANG JADI JUMLAH PRODUKSI, TINGKAT PENGGUNAAN TENAGA KERJA, PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN AKAN BERTAHAN PADA TINGKAT YANG SAMA.

PADA TITIK-TITIK YANG LAIN, JUMLAH TABUNGAN TIDAK SESUAI DENGAN JUMLAH INVESTASI. PERBEDAAN JUMLAH INI AKAN MENDORONG PARA PENGUSAHA UNTUK MENGUBAH JUMLAH PRODUKSINYA AGAR BISA KEMBALI KE GNP EKUILIBRIUM.

Page 83: Ekonomi Makro i

PENETAPAN OUTPUT BERDASARKAN KONSUMSI DAN INVESTASI METODE KEDUA MENGETAHUI GNP

EQUILIBRIUM DINAMAKAN PENDEKATAN “KONSUMSI PLUS INVESTASI” (C+I)

Page 84: Ekonomi Makro i

Jumlah pengeluaran (C+I) merupakan tingkat pengeluaran yang diinginkan oleh konsumen dan perusahaan pada setiap tingkat output.

Titik e adalah titik equilibrium, karena pada titik ini jumlah pengeluaran C dan I tepat sama dengan jumlah output.

Kegiatan ekonomi dua sektor dikatakan seimbang apabila nilai tabungan masyarakat (S) sama dengan besar Investasi (I)

Page 85: Ekonomi Makro i

C

Y

Y=C

C= f (Y)

Y*

Page 86: Ekonomi Makro i

S

Y

S= f (Y)

Y*

Page 87: Ekonomi Makro i

Contoh:Bila diketahui sebuah fungsi konsumsi

masyarakat C = 100 + 0,75 Y, maka kita akan dapat

menghitung besarnya tingkat konsumsi dan pendapatan nasional keseimbangan sebagai berikut:

Y = C, nilai C kita substitusikan sehinggaY = 100 + 0,75 Y0,25 Y = 100

Y = 400.

Page 88: Ekonomi Makro i

Selanjutnya, besarnya konsumsi dapat dicari dengan memasukkan nilai Y tersebut ke dalam fungsi konsumsi

C = 100 + 0,75 (400)C = 400.

Page 89: Ekonomi Makro i

InvestasiSekarang kita menganggap bahwa dalam perekonomian ada sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang menciptakan permintaan Investasi (I).

Investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: Investasi tetap (autonomous Investment);

dan Investasi dipacu (Induced Investment).

Investasi tetap adalah investasi yang tidak tergantung pada tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional yang ditulis dengan symbol I = Io.

Page 90: Ekonomi Makro i

Misalkan Io = 10.Dengan fungsi konsumsi sebelum ada

investasi C = 100 + 0,75 Y, maka pendapatan

nasional keseimbangan Yo = Co = 400 satuan.

Kemudian dengan Io = 10, tingkat pendapatan nasional yang baru adalah sbb:

Y1 = C + IY1 = 100 + 0,75 Y + 100,25 Y1 = 110

Y1 = 440.

Page 91: Ekonomi Makro i

Dalam kasus ini, dengan adanya Investasi sebesar 10 satuan, pendapatan nasional meningkat dari 400 satuan menjadi 440 satuan.

Dengan adanya tambahan permintaan agregat (aggregate demand = AD) sebesar d I = 10 satuan, menyebabkan adanya tambahan pendapatan (d Y) sebesar 40 satuan.

d Y / d I = 40/10 = 4; angka ini disebut“angka pengganda” (multiplier).

Page 92: Ekonomi Makro i

Angka pengganda (multiplier coefficient) adalah angka yang menunjukkan berapa besar kenaikan pendapatan nasional sebagai akibat dari kenaikan permintaan agregat.

Angka pengganda dapat diturunkan melalui identitas kesamaan sbb:

Y = C + IY = a + bY + IY – bY = a + I(1-b) Y = a + I

1Y = (a + I)

(1 – b)

Page 93: Ekonomi Makro i

Tingkat pendapatan nasional pada tahun ke o, adalah 1Yo = (ao + Io)

(1 – b)

Apabila investasi meningkat dari Io menjadi I1, maka: 1

Y1 = (a o + I1)(1 – b)

Perubahan tingkat Investasi (dI) = I1 – Io, dan tingkat perubahan pendapatan nasional dY = Y1 – Yo. 1 1

dY = (a o + I1) - (ao + Io)

(1 – b) (1 – b)

Page 94: Ekonomi Makro i

1dY = (I1 - Io) (1 – b)

1dY = (d I ) (1 – b)

Jadi d Y = kI . dI 1dimana kI =

(1 – b)sebagai koefisien pengganda investasi.

Karena b adalah hasrat konsumsi (MPC), maka 1 – b merupakan hasrat menabung (MPS), sehingga koefisien pengganda besarnya = 1/MPS.

Page 95: Ekonomi Makro i

Dari contoh di atas, C = 100 + 0,75 Y, maka besarnya angka pengganda Investasi adalah sebesar:

1kI = = 4.

(1 – 0,75)

Di samping pendekatan di atas, keseimbangan pendapatan nasional dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan tabungan dan Investasi, yaitu bahwa pendapatan nasional keseimbangan tercapai bila:

tingkat tabungan (S) = investasi (I).

Y = C + I, dan Y = C + S,

maka S = I

Page 96: Ekonomi Makro i

Dengan adanya investasi atau pertambahan konsumsi, ternyata pendapatan nasional meningkat lebih besar dari pada peningkatan permintaan agregat, yaitu sebesar perubahan permintaan dikalikan dengan angka pengganda.

Page 97: Ekonomi Makro i

Bekerjanya angka pengganda adalah sbb:

Misal ada tambahan Investasi sebesar 20 satuan (d I = 20), dan diketahui hasrat konsumsi (MPC) = 0,75.

Pengeluaran investasi pada gilirannya merupakan pendapatan bagi penerima pembayaran tsb, dan selanjutnya dibelanjakan lagi sebesar 0,75 nya.

Page 98: Ekonomi Makro i

Tambahan permintaan Tambahan pendapatan

Investasi = 20 satuan ke 1 = 20 satuan

Kons ke 1 = 0,75 x 20 = 15 ke 2 = 15 satuan

Kons ke 2 = 0,75 x 15 = 11,25 ke3 =11,25 satuan

Kons ke 3 = 0,75 x 11,25 = 8,44 ke4 = 8,44 satuan

Kons ke n = 0,75 x Cn-1 ke n = …..

Jumlah = 80 satuan.

Page 99: Ekonomi Makro i

Investasi yang dipacu (Induced Investment)

Investasi dipacu merupakan fungsi linear dari tingkat pendapatan nasional, sehingga investasi akan meningkat bila pendapatan nasional meningkat, namun dengan proporsi yang lebih kecil dari pada peningkatan pendapatan nasional itu.

Fungsi investasi yang baru dapat ditulis sbb:

I = Io + hY, (0 h 1)

Page 100: Ekonomi Makro i

h merupakan lereng fungsi investasi, dan disebut hasrat investasi (marginal propensity to invest) yang menunjukkan perbandingan besarnya kenaikan investasi sebagai akibat kenaikan pendapatan nasional.

d Ih =

dY

Jadi bila masyarakat menambah Investasi, maka permintaan agregat meningkat dan kemudian berakibat pada meningkatnya keseimbangan tingkat pendapatan nasional (Y).

Page 101: Ekonomi Makro i

Ada perbedaan dalam model antara investasi tetap dengan investasi dipacu. Bahwa angka pengganda investasi dipacu dan pengganda konsumsi berubah menjadi lebih kecil, yaitu sebesar:

1 k* = (1 – b - h)

Contoh: Bila diketahui hasrat konsumsi (b) = 0,5 dan

hasrat investasi (I) = 0,25, maka k*diketemukan sebesar:

1 k* = (1 – b - h)

Page 102: Ekonomi Makro i

1 k* = (1 – 0,5 – 0,25)

1 k* = = 4;

(1 – 0,75)

sedangkan koefisien pengganda bila investasi tetap, lebih kecil, yaitu sebesar 2.

Page 103: Ekonomi Makro i

Mekanisme Penyesuaian

Misal pada output d (gambar), garis C+I berada di atas garis 45o, sehingga C+I lebih besar daripada output.

Pabrik akan kehabisan persediaan. Ini berarti konsumen akan membeli produk

dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang diproduksi.

Perusahaan akan meningkatkan output. Hanya dengan memproduksi sebesar jumlah

yang dikehendaki oleh konsumen Dan produsen maka perekonomian akan berada pada titik equilibrium.

Page 104: Ekonomi Makro i

Peranan PemerintahPemerintah harus melaksanakan kegiatan dan memerlukan pembiayaan bagi pelaksanaan kegiatannya.

Mengapa sektor pemerintah selalu ada dalam setiap perekonomian?

Hal ini disebabkan gagalnya mekanisme pasar sehingga sector rumah tangga dan perusahaan tidak mampu mengusahakan tersedianya barang/jasa tertentu (barang publik) yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sumber biaya pemerintah adalah dari pajak. Pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan oleh pemerintah kepada wajib pajak dengan balas jasa yang tidak dapat ditunjuk secara langsung.

Page 105: Ekonomi Makro i

Pengeluaran pemerintah (G) ini sifatnya eksogen, yaitu tidak merupakan bagian aliran pendapatan nasional, dan tinggi rendahnya G ini ditentukan oleh pemerintah.

Sekarang permintaan agregat terdiri dari C, I, dan G.

Tingkat keseimbangan pendapatan nasional terjadi pada saat garis pertolongan 45o berpotongan dengan kurva permintaan agregat (C+I+G).

Contoh: Dengan fungsi konsumsi C = 100 + 0,75 Y, I = 50, dan besarnya pengeluaran pemerintah G

= 20. maka tingkat pendapatan nasional adalah:

Y = C + I + GY = 100 + 0,75 Y +50 + 20 0,25 Y = 170 Y = 680

Page 106: Ekonomi Makro i

Selanjutnya tingkat konsumsi pada Y keseimbangan dapat dihitung:

C = 100 + 0,75 (680)C = 610.Tingkat tabungan pada Y keseimbangan adalah:S = Y – C = 680 – 610S = 70Jadi dalam keadaan keseimbangan, jumlah injeksi (I + G)

sama dengan jumlah kebocoran/tabungan (S), yaitu 70.Seperti halnya pengeluaran konsumsi dan Investasi,

pengeluaran pemerintah juga memiliki dampak pengganda (Multiplier effect), yang besarnya 1/(1-b) atau sebesar 1/MPS. Jadi penambahan G akan menyebabkan naiknya pendapatan yang lebih besar dari G itu sendiri.

Page 107: Ekonomi Makro i

Apabila pemerintah memungut pajak, maka pendapatan nasional akan menurun.

Angka pengganda pajak adalah sebesar: -b/1-b.

Misal:C = 100 + 0,75 YdG = 20 danI = 50

Pajak, Tx = 20Tingkat pendapatan keseimbangan adl: Y = C + I + GMaka:

Y = 100 + 0,75 Yd + 50 + 20Y = 100 + 0,75 (Y-20) + 50 + 200,25 Y = 155 Y = 620

Page 108: Ekonomi Makro i

Konsumsi pada Y keseimbangan adalah:C = 100 + 0,75 YdC = 100 + 0,75 (Y – Tx)C = 100 + 0,75 (620 – 20)C = 100 + 0,75 (600)C = 550

Besarnya tabungan: S = Yd – C S = 600 – 550 S = 50

Jadi tabungan = 50 satuan.

Ternyata, pendapatan nasional keseimbangan yang baru (setelah adanya pajak) = 620 satuan, lebih kecil dibanding dengan sebelum ada pajak, = 680 satuan.

Page 109: Ekonomi Makro i

Apabila tak ada pengeluaran pemerintah (G) dan tak ada pajak (Tx), pendapatan nasional keseimbangan = 600 satuan, tetapi dengan G dan Tx sebesar 20, pendapatan nasional keseimbangan menjadi = 620 satuan.

Jadi dengan adanya G dan Tx sebesar 20, terdapat kenaikan pendapatan nasional sebesar 20satuan.

Ini berarti perubahan dalam G mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap Y dibandingkan dengan perubahan Tx.

Page 110: Ekonomi Makro i

Peranan uang dalam Perekonomian

PERMINTAAN AKAN UANG : JUMLAH UANG KARTAL DAN REKENING BANK YANG DIINGINKAN OLEH PARA PEMILIK KEKAYAAN DALAM SEKTOR SWASTA NON BANK PADA SAAT TERTENTU.

PENAWARAN UANG: JUMLAH HARTA INI YANG TERSEDIA PADA SAAT TERTENTU.

Suku bunga keseimbangan: suku bunga yang menyebabkan permintaan uang sama dengan penawaran uang.

Page 111: Ekonomi Makro i

Terdapat hubungan terbalik antara harga obligasi dan suku bunga.

JIKA SESEORANG MEMPUNYAI SURPLUS SALDO UANG, IA AKAN MEMBELI OBLIGASI, DAN IA MEMPUNYAI PENAWARAN LEBIH UANG. HAL INI AKAN CENDERUNG MENURUNKAN SUKU BUNGA. JIKA ADA PERMINTAAN LEBIH AKAN OBLIGASI, HARGA OBLIGASI AKAN NAIK DAN SUKU BUNGA AKAN TURUN.

Page 112: Ekonomi Makro i

ASUMSI YANG DIGUNAKAN:

* JIKA UANG DIPEGANG, TIDAK ADA SUKU BUNGA DIPEROLEH.

* SUKU BUNGA YANG KITA KETAHUI ADALAH SUKU BUNGA RIIL.

* ADANYA SUATU SUKU BUNGA UMUM.

Page 113: Ekonomi Makro i

Permintaan akan uang

PERMINTAAN AKAN UANG UNTUK TRANSAKSI; TIMBUL KARENA ORANG MEMERLUKAN UANG UNTUK MENJALANKAN USAHA DAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.

PERMINTAAN UANG UNTUK SPEKULASI; TIMBUL KARENA DALAM KEADAAN TERTENTU ORANG MEMEGANG UANG SEBAGAI SUATU HARTA DALAM PORTEPEL HARTA MEREKA.

PERMINTAAN AKAN UANG UNTUK TRANSAKSI TIDAK HANYA MERUPAKAN FUNGSI DARI PENDAPATAN, TETAPI JUGA MERUPAKAN FUNGSI DARI SUKU BUNGA.

PERMINTAAN AKAN UANG UNTUK TRANSAKSI MERUPAKAN FUNGSI MENURUN DARI SUKU BUNGA. MAKIN TINGGI SUKU BUNGA, MAKIN TINGGI BIAYA MEMEGANG UANG, DAN KENAIKAN SUKU BUNGA MERANGSANG ORANG-ORANG MENGURANGI SALDO UANG DAN MENGGANTINYA DENGAN HARTA LAIN.

Page 114: Ekonomi Makro i

Tinjauan atas permintaan uangTEORI TRADISIONAL MENGANGGAP ADANYA HUBUNGAN

PROPORSIONAL ANTARA PERMINTAAN AKAN UANG DENGAN TINGKAT PENDAPATAN.M1 = KPY

Dimana:M1 adalah Jumlah uang yang diminta untuk transaksi K = lama rata-rata uang dipegang antara beberapa

transaksi P = tingkat hargaY = tingkat pendapatan riil :

Pendapatan nominal dengan demikian ditunjukkan oleh pY.

Jika kedua sisinya dibagi dengan p, maka persamaannya menjadim1 = kY

DIMANA M1 = M1/PPersamaan di atas disebut teori kuantitasKECEPATAN PERPUTARAN UANG V1 = 1/K

M1V1 = PY

Page 115: Ekonomi Makro i

PENDEKATAN PERSEDIAAN OPTIMAL DARI BAUMOL-TOBIN

Pendekatan ini menyatakan bahwa permintaan akan uang untuk transaksi naik ketika tingkat pendapatan naik, dan turun jika suku bunga naik. (Karena suku bunga yang lebih tinggi menaikkan pemilikan obligasi dan mengurangi saldo uang yang dipegang).

Teori tradisional tentang permintaan akan uang untuk transaksi mangasumsikan bahwa permintaan ini proporsional terhadap tingkat pendapatan. Dan permintaan akan uang untuk transaksi adalah fungsi menurun dari suku bunga.

Makin tinggi suku bunga, makin tinggi biaya memegang uang, relatif terhadap harta lain, dan kenaikan suku bunga menghasilkan rangsangan untuk mengurangi saldo uang dan menggantinya dengan harta lain.

Page 116: Ekonomi Makro i

Penawaran UangPenawaran uang (M1) terdiri atas uang kartal,

rekening giro, dan rekening lain yang menggunakan cek.

Konsep yang lebih luas, (m2) meliputi m1 ditambah hal-hal seperti dana umum pasar uang, rekening deposito, tabungan, dan rekening-rekening kecil.

Cadangan wajib (required reserve); juga dapat mempengaruhi penawaran uang.

Defisit pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau pinjaman akan menaikkan penawaran uang.

Selain itu, surplus neraca pembayaran internasional juga akan menaikkan penawaran uang tertentu.

Page 117: Ekonomi Makro i

BAHWA PEMBELIAN SURAT BERHARGA OLEH BANK SENTRAL MELALUI PASAR TERBUKA AKAN MENAIKKAN JUMLAH PENAWARAN UANG YANG DICERMINKAN OLEH SIMPANAN DAN UANG KARTAL YANG DIMILIKI SEkTOR SWASTA NON BANK.

Dampak penawaran uangSEBAGIAN KEBIJAKAN FISKAL

MEMPENGARUHI PENAWARAN UANG, SEBAGIAN LAIN TIDAK. KEBIJAKAN FISKAL MURNI SEBAGAI PENGELUARAN ATAU PERUBAHAN PAJAK TIDAK MEMPENGARUHI PENAWARAN UANG.

Page 118: Ekonomi Makro i

Keseimbangan Moneter

KESEIMBANGAN MONETER MENUNJUKKAN BAHWA PORTEPEL PARA PEMILIK KEKAYAAN BERADA DALAM KESEIMBANGAN. PEMILIK KEKAYAAN TIDAK INGIN MENGGUNAKAN SALDO UANG MEREKA UNTUK MEMBELI TAMBAHAN HARTA YANG MENGHASILKAN DAN JUGA TIDAK INGIN MENGGUNAKAN HARTA YANG MENGHASILKAN UNTUK MEMBELI SALDO UANG.

Page 119: Ekonomi Makro i

Model IS-LMBahwa investasi bergantung pada suku bunga, dan

bahwa suku bunga ditentukan oleh faktor-faktor moneter.

Oleh karena itu kita memerlukan perkakas untuk menganalisis permintaan makroekonomi.

Perkakas ini adalah model is-lm.

Permintaan investasi disajikan sebagai fungsi menurun dari suku bunga.

Suku bunga diukur dengan sumbu vertical, dan tingkat investasi diukur dengan sumbu horizontal. (Kuadran 1).

Kondisi keseimbangan investasi diinginkan-tabungan (kuadran 2). Kurva ini harus garis lurus dengan sudut 45 derajat.

Page 120: Ekonomi Makro i

Investasi dan Suku Bunga

Pengusaha dihadapkan pada pilihan : menggunakan dana yang ada untuk membeli barang investasi baru atau meminjamkannya dengan suku bunga yang berlaku, misalnya dengan membeli obligasi.

Dibandingkan dengan obligasi, investasi mempunyai dua perbedaan

Pertama, hasil diharapkan dapat berubah-ubah.

Kedua, hasil itu hanya merupakan harapan yang didasarkan atas dugaan terbaik saat keputusan dibuat.

Page 121: Ekonomi Makro i

Keputusan mengenai investasi melibatkan suatu perbandingan antara efisiensi modal marjinal dengan suku bunga pasar.

Jika mec 10 persen dan suku bunga pasar 5 persen, jelas bahwa membeli mesin lebih menguntungkan.

Page 122: Ekonomi Makro i

Untuk setiap perusahaan, pengeluaran investasi akan tinggi jika suku bunga rendah. Dengan demikian, tingkat investasi dapat dianggap sebagai fungsi menurun dari suku bunga, dan untuk alasan inilah para ekonom sering menulis fungsi permintaan akan investasi sebagai:

I = F (i) Fi 0

Page 123: Ekonomi Makro i

Permintaan akan Uang

Permintaan akan uang adalah jumlah uang kartal ditambah dengan rekening bank yang diinginkan oleh para pemilik kekayaan dalam sektor swasta non bank dari suatu perekonomian pada suatu saat.

Penawaran uang adalah jumlah harta ini yang tersedia pada suatu saat.

Suku bunga merupakan biaya meminjam uang (cost of borrowing), sekaligus biaya implicit memegangnya (implicit cost of holding).

Suku bunga keseimbangan adalah suku bunga yang menyebabkan permintaan uang sama dengan penawaran uang, dan menciptakan kondisi keseimbangan moneter.

Page 124: Ekonomi Makro i

Terdapat hubungan terbalik antara harga obligasi dan suku bunga.

Asumsi dalam bab ini: Pertama; jika uang dipegang, tidak ada

suku bunga diperoleh.

Kedua; suku bunga yang kita ketahui adalah suku bunga riil.

Ketiga; mengasumsikan adanya suku bunga umum.

Page 125: Ekonomi Makro i

Permintaan akan Uang untuk Transaksi-Bersiaga

Menurut j.M. Keynes, ada tiga motif permintaan akan uang

Permintaan akan uang untuk transaksi; timbul karena orang memerlukan uang untuk menjalankan usaha dan kebutuhan sehari-hari.

Motif bersiaga (precautionary motives); timbul karena orang umumnya memegang saldo di atas perkiraan kebutuhan mereka, untuk menghindari kerugian finansial yang mungkin timbul akibat kekurangan uang.

Permintaan uang spekulatif; timbul karena dalam keadaan tertentu orang memegang uang sebagai harta dalam portepel harta mereka.

Page 126: Ekonomi Makro i

Besarnya permintaan akan uang untuk transaksi bergantung pada pendapatan nominal. Selain itu, juga tergantung pada jadwal penerimaan dan pengeluaran.

Permintaan akan uang untuk transaksi selain merupakan fungsi dari pendapatan, juga merupakan fungsi dari suku bunga.

Permintaan akan uang untuk transaksi merupakan fungsi menurun dari suku bunga.

Kenaikan suku bunga membuat pemilik obligasi lebih sering memasuki pasar obligasi selama periode pendapatan pengeluaran. Bahwa kenaikan suku bunga mengurangi pemilikan saldo rata-rata kas menganggur.

Page 127: Ekonomi Makro i

Teori tradisional tentang permintaan akan uang untuk transaksi mengasumsikan bahwa permintaan ini proporsional terhadap tingkat pendapatan. Dan permintaan akan uang untuk transaksi adalah fungsi menurun dari suku bunga.

Makin tinggi suku bunga, makin tinggi biaya memegang uang, dan hal ini merangsang untuk mengurangi saldo uang dan menggantinya dengan harta lain.

Page 128: Ekonomi Makro i

Terima Kasih


Recommended